KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMAD ABDUH SEBAGAI STRATEGI MODERNISASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMAD ABDUH SEBAGAI STRATEGI MODERNISASI"

Transkripsi

1 KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMAD ABDUH SEBAGAI STRATEGI MODERNISASI Oleh : Syamsul Rijal Fakutas Agama Islam (Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan ) rij@yahoo.co.id Abstrak Muhammad Abduh mengembangkan pembaharuan Islam melalui gerakan intelektual. Salah satunya adalah dengan modernisasi bidang pendidikan yang merupakan bagian terpenting dari usaha modernisasi sosial, ekonomi dan politik. Dalam Tulisan ini penulis khusus menyoroti pemikiran bidang pendidikan Muhammad Abduh, Fokus kajiannya adalah pada tiga persoalan yaitu mengenai tujuan, kurikulum, dan metodologi pendidikan menurut Muhammad Abduh. Dalam merumuskan tujuan pendidikan, Muhammad Abduh selalu menghubungkan antara tujuan yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini adalah baik tujuan akhir pendidikan maupun tujuan institusional. Pokok pikirannya tentang tujuan institusional pendidikan didasarkannya kepada tujuan pendirian sekolah. Ia membagi jenjang pendidikan kepada tiga tingkatan, yaitu Tingkat Dasar (mubtadiin) Tingkat Menengah (tabaqat al-wusta). Tingkat Tinggi (tabaqat al- Ulya). Dalam bidang kurikulum Muhammad Abduh merumuskan kurikulum berdasarkan tingkatan-tingkatan sebagaimana di atas, yaitu tingkat dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam penyusunan materi ini ia selalu merujuk kepada tujuan pendidikan yang titik sentralnya untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam ke arah pengembangan yang seimbang antara akal dan jiwa guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kata kunci: Tujuan, Kurikulum, dan Metodologi Pendidikan 1

2 Pendahuluan Modernisasi bidang pendidikan merupakan bagian terpenting dari usaha modernisasi sosial, ekonomi dan politik. Pendidikan dapat dikatakan sebagai instrument paling mudah dan akurat dalam usaha modernisasi dibandingkan dengan yang lainnya. Pendidikan akan mendorong berkembangnya intelegensi serta karsa, karya cipta masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Syafi i Ma arif, bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah membebaskan masyarakat dari belenggu keterbelakangan. 1 Itu artinya untuk mengadakan perubahan (pembaharuan) dalam masyarakat, yang menjadi kuncinya adalah pendidikan. Oleh karena itu, Muhammad Abduh yang secara tegas telah mengembangkan pembaharuan Islam melalui gerakan intelektual memiliki signifikansi yang kuat untuk tetap dikaji. Persoalan berkait sikap intelektualitas itu tidak hanya melibatkan persoalan kelembagaan pendidikan saja, akan tetapi juga sikap mental yang dipengaruhi oleh budaya dan tata nilai dari sebuah masyarakat. Dari sini jelas dan dapat dipastikan bahwa pendidikan memiliki peran yang signifikan dalam menumbuh kembangkan intelektualitas umat Islam lewat jalur pendidikan. Konsepsi dasar pembaharuan (modernisasi) adalah mengubah tatanan lembaga pendidikan tradisional menjadi lembaga pendidikan modern. Bisa dikatakan Muhammad Abduh merupakan salah satu tokoh cendekia yang memiliki keilmuan lengkap. Terbukti banyak para peneliti yang mengkaji sisi-sisi kehidupan maupun khazanah pemikiran beliau dari berbagai sudut pandang keilmuan. Diantaranya adalah kajian telah dilakukan secara mendalam oleh Harun Nasution. Bukunya yang berjudul Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu tazilah, merupakan bagian dari hasil penelitian mendalam itu. Penelitian yang menyoroti bagaimana pemikiran politik Muhammad Abduh dilakukan oleh Abd al-a tha Muhammad, dengan kitabnya yang berjudul Al- Fikr al-siyasi Li al-imam Muhammad Abduh (pemikiran Politik Muhammad Abduh). Dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya. Dalam Tulisan ini penulis khusus menyoroti pemikiran bidang pendidikan Muhammad Abduh, Fokus kajiannya adalah pada tiga persoalan yaitu mengenai 1 Syafi I Ma arif, Peta Intelektual Muslim Indonesia (Bandung: Mizan, 1994), 40 2

3 tujuan, kurikulum, dan metodologi pendidikan (Islam) menurut Muhammad Abduh. Biografi Muhammad Abduh Muhammad Abduh dilahirkan pada tahun 1849 M (1265 H) di Mahallah Nasr, sebuah perkampungan subur di propinsi Gharbiyyah. Ayahnya bemama Abduh bin Hasan Chairullah seorang berdarah Turki, sedangkan ibunya Yatimah binti Utsman al-kabir yang mempunyai silsilah keluarga besar keturunan Umar Ibn al Khatab. Pendidikan masa kanak-kanaknya (seperti menulis dan membaca) ia dijalani dalam lingkungan keluarga. Baru, setelah menginjak usia 10 tahun sang ayah mengirimnya untuk belajar al-qur an di Masjid Ahmadi kota Thanta (yang terkenal mempunyai spesialisasi dalam kajian Qur an). Sejak kecil bibit seorang kritikus sekaligus pemikir telah melekat pada dirinya. Hal ini ia tunjukkan kala ia melakukan reaksi keras terhadap metode pengajaran ditempat ia belajar yang hanya mementingkan hafalan saja, dan tidak diikuti dengan pemahaman, maka iapun akhirnya memutuskan untuk kembali kampung halamannya di Nasr. Namun, berkat dorongan orang tua dan bimbingan dari Syeikh Darwisy, paman ayahnya, Muhammad Abduh mulai tertarik mengkaji disiplin keislaman, dan juga kembali belajar di Thanta. 2 Kekecewaan atas metode yang hanya mementingkan hafalan saja dan tidak diikuti dengan pemahaman juga ia rasakan ketika belajar di Universitas Al-Azhar di Cairo tahun Setelah kembali berkonsultasi dengan Syeikh Darwisy, akhirnya ia sedikit mendapatkan pencerahan. Muhammad Abduh disarankan untuk mempelajari disiplin ilmu lain yang tidak diajarkan selama ini seperti logika, matematika dan filsafat. Melalui kajian-kajian demikian inilah konstruk berfikir Muhammad Abduh mulai terbangun. Pengaruh intelektual paling besar pada Muhammad Abduh terjadi setelah ia bertemu Sayyid Jamaluddin al-afghani ( M). Muhammad Abduh begitu antusias mengikuti materi kuliah dan ceramah-ceramah yang diberikannya. Dan bahkan secara pribadi Muhammad Abduh banyak belajar dari al-afgani terutama dalam bidang kajian filsafat, 2 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu'tazilah, (Jakarta; UI Press, 1987), 11 3

4 logika, ilmu kalam serta wawasan sosial politik 3. Pada decade 1877 Abduh berhasil menamatkan studinya di Al-Azhar dengan predikat gelar kesarjanaan 'alim. Gelar kesarjanaan alim ini memberikan hak bagi dirinya untuk mengajar di Universitas tersebut. Konon, kelulusan Abduh sangatlah controversial. Bahkan sampai melibatkan rector pada waktu untuk dalam proses kelulusannya. Hal ini dipicu oleh adanya jurang perbedaan pendapat yang begitu dalam dengan para pengujinya. Selain mengajar mata kuliah ilmu kalam dan logika di al-azhar, Muhammad Abduh juga diangkat sebagai Dosen tetap di Universitas Dar-al-Ulum dan perguruan Bahasa Khedevi pada tahun Disini ia mengajar ilmu kalam, sejarah ilmu politik dan kesusasteraan arab. Dalam mengajar Muhammad Abduh menggunakan metode diskusi untuk mempercepat proses transformasi intelektual para anak didiknya. Selain penguasaan ilmu pengetahuan, Abduh juga menekankan para mahasiswanya agar tanggap terhadap situasi sosial-politik yang sedang berkembang dan kalau perlu mengoreksinya. 4 Pada tahun 1880, ketika Pasha menjabat sebagai Perdana Menteri Riyadh, Abduh menjabat sebagai salah seorang Redaktur surat kabar/media pemerintah, Al-waqai al-mishriyyah, tak lama kemudian karirnya pada dunia media ini menghantarkan dia pada sebuah jabatan ketua editor. Atas pengaruh gurunya yaitu Jamaludin al Afghani, Abduh juga terlibat dalam kegiatan politik. Saat mesir dibawah dominasi inggris dan perancis Abduh dalam perannya sebagai seorang politikus berusaha membangkitkan semangat tanah air rakyat Mesir, yang selanjutnya usaha itu ia organisasikan dalam bentuh wadah organisasi politik yang bernama Partai Nasional Mesir. 5 Namun karirnya pada dunia politik ini tidaklah berjalan mulus. Karena keterlibatannya dalam pemberontakan Ahmad Urabi Pasya pada tahun 1882 yang gagal, Abduh dibawa ke pengadilan dan akhirnya harus diasingkan di Beirut (Syiria). 6 Hidup dipengasingan ternyata tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap berkarya dan meneruskan cita-cita perjuangannya. Pada tahun 1884, ia bersama Afghani mendirikan majalah al Urwah al Wustha walaupun umurnya 3 Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, ( Jakarta; Bulan Bintang, 1992), 4 Didin Saefudin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam, (Jakarta: PT Grasindo, 2003), 20 5 Ibid 6 Ibid 4

5 bulan. 7 Pada tahun 1888 Abduh kembali ke Mesir, dan ia diangkat sebagai hakim, tidak lama. Larangan pemerintah koloniallah yang memaksa majalah ini berumur pendek, hanya mampu terbit sebanyak 18 edisi dalam jangka waktu delapan kemudian berlanjut menjadi penasehat hukum Mahkamah Agung tahun Pada selalng waktu 5 tahun berikutnya ia mewakili pemerintah diangkat sebagai anggota Dewan Pimpinan al-azhar. Pada posisi inilah Abduh menyuarakan pembaruan-pembaruan di al Azar. Namun agaknya ia tidak mendapatkan tempat disana. Puncak karirnya adalah dikala ia diangkat menjadi Mufti besar pada 3 Juni Akhirnya setelah mengalami sakit beberapa lamanya Muhammad Abduh meninggal dunia pada tanggal 11 Juli Pemikiran Teologi Muhammad Abduh Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas serta memetakan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan, maka sekilas akan kami singgung cara pandang Muhammad Abduh dalam kajian teologi. Hal ini kami pandang perlu, mengingat pandangan teologi ini sedikit banyak akan berpengaruh pada pandangan dunia Muhammad Abduh terhadap kajian-kajian keilmuan yang lainnya termasuk pendidikan. Abduh bergitu luar biasa mengapresiasi terdahadap daya akal manusia. Ia mempercayai bahwa dengan akalnya manusia memiliki kebebasan dalam kemauan dan perbuatan (qadariyah). Dalam karyanya Risalah Tauhid, Abduh mengemukakan bahwa manusia mewujudkan perbuatannya dengan kemauan serta usahanya sendiri, tentunya dengan tidak melupakan bahwa diatasnya masih ada kekuasaan yang lebih tinggi. Manusia merupakan makhluk berfikir dan berikhtiar dalam segala amal perbuatannya menurut petunjuk pikirannya. 8 Abduh menegaskan bahwa "tak satu pun yang dapat membawa paksaan bagi manusia untuk beramal". Yang pasti, segala perbuatan manusia akan menimbulkan konsekuensi, yaitu apabila perbuatan itu baik, maka akan mendaptkan pahala. 7 Ibid, 21 8 Muhammad Abduh, Risalah Tauhid,

6 Sebaliknya, jika perbuatan itu buruk atau jahat sudah barang tentu pelakunya akan mendapatkan siksa. 9 Wahyu dalam kerangka berfikir Abduh memiliki dua fungsi utama. Fungsi pertama adalah sebagai penolong akal dalam mengetahui alam akhirat. Suatu keyakinan bahwa jiwa akan tetap kekal seiring dengan matinya tubuh serta akan adanya hidup kedua sesudah hidup pertama bukanlah hasil dari perenungan akal fakir manusia, melainkan informasi dari wahyu. Selanjutnya fungsi wahyu kedua yaitu membawa syariat yang mendorong manusia untuk melaksanakn kewajibankewajiban seperti kejujuran, berkata benar, menepati janji dan sebagainya. Wahyu juga menjelaskan kepada manusia cara beribadah dan berterima kasik kepada Tuhan. Hanya Allah yang Maha Tahu megenai sesuatu perbuatan itu disebut baik atau buruk. Disinilah fungsi wahyu menguatkan akal manusia dengan melalui sifat sacral dan absolute wahyu. 10 Berkenaan sifat Tuhan, Abduh memiliki pendapat bahwa Tuhan tidak bersifat. Baginya (selaras dengan padangan mu'tazilah) sifat adalah termasuk esensi Tuhan. Andai Tuhan masih memerlukan sesuatu di luar dzarnya yakni sifat-sifatnya, maka sudah barang tentu terdapat sesuatu yang lebih tinggi dari pada dzat Tuhan. Dan kalau demikian adanya, maka Tuhan merupakan dzat yang tidak sempurna. 11 Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh Dalam merumuskan tujuan pendidikan, Muhammad Abduh selalu menghubungkan antara tujuan yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini adalah baik tujuan akhir pendidikan maupun tujuan institusional. Pokok pikirannya tentang tujuan institusional pendidikan didasarkannya kepada tujuan pendirian sekolah. Ia membagi jenjang pendidikan kepada tiga tingkatan, yaitu Tingkat Dasar (mubtadiin) Tingkat Menengah (tabaqat al-wusta). Tingkat Tinggi (tabaqat al- Ulya). Pembagian ini disesuaikan dengan adanya tiga kelompok masyarakat di lapangan pekerjaan yang berbeda, mereka adalah kelompok para tukang, pedagang, petani dan yang serupa dengan mereka. Kedua adalah para pejabat aparatur Negara, seperti panglima angkatan bersenjata, pengadilan beserta 9 Ibid, Ibid, Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi,

7 pegawainya dalam berbagai golongan. Ketiga adalah golongan para ulama, pemimpin masyarakat dan ahli pendidikan seperti guru dan lainnya. a. Pendidikan Tingkat Dasar, tujuan institusionalnya adalah pemberantasan buta huruf, sehingga mampu membaca dan dapat berkomunikasi melalui tulisan. Selain itu juga diharapkan mereka bisa berhitung yang menunjang kegiatan mereka sebagai petani, pedagang, pengusaha, pegawai maupun sebagai guru dan pemimpin. Disamping anak bisa menulis, membaca dan berhitung diharapkan agar setelah anak didik menyelesaikan studinya di sekolah tingkat dasar juga sudah mempunyai dasar-dasar ilmu pengetahuan agama yang kuat dan dapat pula mengamalkan pokok-pokok ajaran agama, sesuai dengan kemampuan intelektualnya. 12 b. Pendidikan Tingkat Menengah, bertujuan untuk mendidik anak agar nanti mereka dapat bekerja sebagai pegawai pemerintah, baik sipil maupun militer. Mereka diharapkan oleh negara untuk menjadi orang-orang yang dipercaya dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Misalnya tentara, mereka dipersiapkan untuk menjadi prajurit yang tangguh yang memanggul senjata dan dengan berani menghadapi musuh. Untuk hakim, mereka dipersiapkan untuk menyelesaikan kasus-kasus pertikaian yang terjadi dalam masyarakat serta mampu menghasilkan produk hukum secara adil berdasarkan undang-undang. Lulusan tingkat menengah ini diharapkan dapat mendahulukan kepentingan dan kemaslahatan umum disamping kepentingan mereka sendiri serta berusaha untuk mewujudkan masyarakat sejahtera. 13 c. Pendidikan Tingkat Tinggi, bertujuan untuk mencetak tenaga guru dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang berkualitas. Mereka-mereka yang telah berhasil menyelesaikan studinya di sekolah tingkat tinggi ini nantinya diharapkan dapat menjadi guru untuk seluruh jenjang pendidikan. Selain menjadi guru, mereka juga diharapkan dapat membina kesejahteraan masyarakat Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Kalam Mulia, 2010), Ibid, Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyyah dan Muhammad Abduh, (Jakarta; PT Bulan Bintang, 1989), 158 7

8 Dilihat kepada tujuan pendidikan yang dirumuskan Muhammad Abduh di atas dapat dikatakan, bahwa ia sudah merancang suatu tujuan yang baru yang belum ada pada waktu itu. Dari situ juga dapat ditarik benang merah bahwasannya tujuan pendidikan agama yang pada awalnya berorientasi pada pencapaian kebahagiaan akhirat an sich, melalui pendidikan jiwa dirobah oleh Muhammad Abduh dengan menambah orientasinya kepada mencapai kebahagiaan di dunia melalui pendidikan akal. Oleh karena itu Muhammad Abduh sangat mengutamakan pendidikan akal bagi umat Islam dan khususnya anak didik. Ia beranggapan bahawa tanpa adanya akal yang terdidik tidak akan bisa mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Bahkan Muhammad Abduh mengatakan, bahwa peningkatan daya akal merupakan salah satu pembinaan budi pekerti mulia yang menjadi dasar dan sumber kehidupan serta kebahagiaan bangsa. 15 Selain pendidikan akal, Abduh juga menekankan pentingnya pendidikan jiwa, atau pendidikan moral spiritual, yaitu menanamkan nilai-nilai agama kepada anak didik, agar mereka mau mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat. Kurikulum Pendidikan Muhammad Abduh merumuskan kurikulum berdasarkan tingkatantingkatan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, yaitu tingkat dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam penyusunan materi (kurikulum) ini ia selalu merujuk kepada tujuan pendidikan yang titik sentralnya untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam ke arah pengembangan yang seimbang antara akal dan jiwa guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Adapun materi kurikulum yang ditawarkannya adalah: a. Akidah Islam, yaitu berupa ringkasan akidah Islam yang disepakati oleh Ahl al- Sunnah, bukan akidah yang mengandung kontradiktif antara golongan. Penyajian pelajaran harus berdasarkan kepada al Quran dan hadis. Selain akidah Islam sebagai perbandingan diajarkan pula akidah Kristen beserta kekacauan dan kesamaran ajarannya. Dengan cara demikian diharapkan anak 15 Muhammad Abduh, al Islam wa al Nashraniyyah fi al Ilm wa al Madaniyyah, (terjmh; Mahyuddin Syaf dkk, Jakarta; Banduung, 1992), 168 8

9 didik dapat tumbuh keyakinannya terhadap kebenaran ajaran Islam dan menolak ajaran Kristen. 16 Tujuan pembelajaran akidah Islam adalah, Pertama: untuk menghindari terjadinya perbedaan akidah umat Islam. Terutama bagi masyarakat awam. Tujuan tersebut dapat dilihat dari pokok bahasan yang dikemukakannya yaitu, mengajarkan akidah menurut versi ahl al-sunnah. Agaknya dijadikannya akidah ahl al-sunnah sebagai pelajaran dasar, karena akidah tersebut dianut oleh mayoritas masyarakat muslim di Mesir. Ditekankannya akidah tersebut bagi anak didik tingkat dasar, karena pada tingkat dasar mereka belum banyak mempunyai ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk menganalisa, sehingga kalau diajarkan akidah yang diperselisihkan oleh ulama mereka akan bingung dan bimbang dalam menyakini akidah Islam, disamping dikhawatirkan akan munculnya perpecahan keyakinan yang membawa perpecahan umat Islam. 17 Kedua dapat dilihat dari pokok bahasan berikutnya yaitu dengan mengajarkan akidah Kristen serta kekacauan dan kesamaran ajarannya. Barangkali dari materi ini Muhammad Abduh bertujuan untuk mencegah terjadinya Kristenisasi dan menanamkan kayakinan pada anak didik tentang kebenaran ajaran agama Islam, mengingat dunia Islam di penghujung abad ke XIX sudah dimasuki oleh penjajah Barat yang beragama Kristen, meskipun kedatangan mereka dengan motif ekonomi dan politik, namun secara tidak langsung motif agama akan terbawa juga. Mereka mulai mengembangkan ajaran-ajaran Kristen melalui sekolah-sekolah yang mereka dirikan. Ketiga adalah membiasakan anak didik untuk merujuk kepada sumber asli ajaran Islam, yaitu al Quran dan hadis nabi. Dengan membiasakan mereka untuk melihat sesuatu kepada sumber aslinya, maka untuk masa selanjutnya mereka tidak akan terikat kepada salah satu mazhab dalam memahami ajaran-ajaran yang dikandung oleh Islam. Dengan demikian, akan menjauhkan anak didik dari sifat taklid dan fanatik terhadap aliran tertentu. b. Fiqih dan Akhlak. Pada tingkat dasar ini pelajaran fiqih meliputi masalah halal dan haram, ibadah yang asli dengan ibadah yang bid ah serta masalah wajib dan sunat. Semua materi harus berdasarkan pada al-qur an, hadis dan pendapat 16 Muhammad Abduh, al Islam wa al Nashraniyyah fi al Ilm wa al Madaniyyah,.. 17 Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyyah dan Muhammad Abduh, 157 9

10 sahabat. Dari sumber materi pelajaran fiqih di atas terlihat Muhammad Abduh tidak berpegang kepada pendapat mazhab. Dalam pelajaran akhlak diajarkan tentang akhlak terpuji dan akhlak tercela. 18 Tujuan diajarkan materi tersebut adalah untuk menumbuhkan rasa kesadaran dari diri anak didik bahwa mereka adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai makhluk yang diciptakan mereka diberi kebebasan dan batas-batas tertentu. Oleh karena itu mereka harus tunduk dan patuh kepada perintah dan larangan yang telah ditetapkan- Nya. Jadi dengan mengajarkan materi tentang halal, haram, wajib, sunat, dalam hal fiqih, maka dengan pendidikan akhlak terpuji anak didik akan sadar bahwa dalam kehidupan ada hal-hal yang harus mereka lakukan dan ada pula larangan-larangan yang tidak boleh mereka langgar. 1. Sejarah Islam. Pelajaran sejarah Islam pada tingkat tersebut ini disajikan dalam bentuk ringkasan, sehingga anak didik dapat mengerti dan memahaminya dengan baik sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat pendidikan yang mereka duduki. 19 Dalam kurikulum tingkat menengah Muhammad Abduh menawarkan beberapa mata pelajaran yang harus diajarkan pada anak didik, yaitu Ilmu logika (fann al mantiq), dasardasar penalaran (usul al nazari) dan ilmu debat atau diskusi (adab al jadal), ketiga pelajaran di atas tidak dapat dipisahkan, namun sebagai dasarnya adalah ilmu logika. 20 Namun Muhammad Abduh tidak menjelaskan apa tujuan diajarkannya ilmu tersebut. Dengan demikian, pada tingkat menengah ini Muhammad Abduh telah memulai mengarahkan pendidikan Islam ke arah pendidikan akal, yaitu melatih anak didik atau membekali mereka dengan ilmu-ilmu yang mengajak kepada berfikir kritis, dengan begitu, maka sikap taqlid yang sudah menyebar tidak akan merembes kepada anak didik sebagai generasi muda. Untuk pelajaran Akidah Islam, materi yang diberikan hampir sama dengan tingkat dasar dan belum menjangkau perbedaan pendapat para ushuliyyin. Hanya saja pada tingkat ini ditambahkan pokok bahasan tentang peranan akidah Islam dalam rangka membentuk suatu kehidupan 18 Ibid, Ibid, Ibid,

11 modern tanpa meninggalkan kesejahteraan akhirat. Sedangkan pada tingkat menengah, anak didik sudah diajak mempergunakan akal dalam menganalisa sesuatu yang harus diyakini kebenarannya. Kemudian dengan mempergunakan akal, para anak didik harus bisa melihat hubungan akidah Islam dengan kehidupan modern tanpa mengorbankan ajaran agamanya. Agaknya dari materi-materi yang ditawarkan, Muhammad Abduh barharap agar anak didik nanti bisa melihat hubungan akidah Islam dengan kehidupan modern dan yakin bahwa Islam itu adalah agama untuk seluruh zaman dan untuk seluruh umat, Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern. Pada tingkat menengah, pelajaran fiqih dan akhlak hanya memperluas materi yang diberikan pada tingkat dasar. Materi yang diberikan lebih ditekankan pada, kegunaannya, terutama dalam masalah akhlak. Misalnya, kegunaan berakhlak mulia dan pengaruhnya dalam kehidupan bermasyarakat. Semua materi diberikan berdasarkan dalil-dalil yang sahih dan menurut praktek ulama al Salaf al Shalih. Muhammad Abduh juga tidak menjelaskan apa tujuan dari pelajaran ini, cuma berdasarkan kepada pokok bahasan yang ditawarkannya, barangkali selain melanjutkan tujuan pada tingkat dasar yang telah diuraikan terdahulu, maka pelajaran ini juga bertujuan untuk membuka cakrawala berfikir anak didik terhadap ilmu agama agar mereka jangan hanya mengikuti apa yang dikatakan orang tanpa melihat kepada dalil, hikmah dan pengaruh dari ajaran tersebut. Dalam pelajaran Sejarah Islam, pokok bahasan yang harus diajarkan adalah sejarah kehidupan Nabi, sabahat dan penaklukan yang dilakukan dalam beberapa abad sampai pada khalifah Usmaniyah. Semua penaklukan tersebut, menurut Muhammad Abduh harus dipandang dari aspek agama, sekiranya terdapat motif politik dalam materi pelajaran sejarah Islam ini maka dibelakang motif tersebut agama. Muhammad Abduh tidak menjelaskan apa tujuan pokok bahasan tersebut. Barangkali ia ingin menjauhkan anak didik dari prasangka-prasangka jelek, dimana Islam mengadakan penaklukan-penaklukan untuk memperluas kekuasaan dan 11

12 memperkaya diri dengan harta rampasan perang dan pajak bumi. Agaknya ia juga ingin menanamkan semangat juang yang murni dan ikhlas kepada anak didik tanpa ada embel-embel lain kalaupun ada aspek politiknya, aspek politik tersebut hanya untuk kepentingan penyebaran agama. 21 Sedangkan pada kurikulum Pendidikan Tinggi, Muhammad Abduh menawarkan materi-materi Tafsir al-qur an al-karim, Hadts, Bahasa Arab, Ushul Fiqh, Pelajaran Akhlak, Sejarah Islam, Retorika dan Dasardasar Diskusi, dan Ilmu Kalam. Muhammad Abduh mengatakan, di dalam al-qur an terdapat rahasia-rahasia kesuksesan umat Islam terdahulu. Oleh karena itu agar umat Islam sekarang bisa sukses, mereka harus mempelajari secara mendalam tentang al-qur an al-karim beserta metode penafsirannya, serta ilmu-ilmu alat lain. Sedangkan dalam pelajaran hadits, Muhammad Abduh lebih menitik beratkan pembahasan tentang hadis sahih dan hadis da if. Barangkali diajarkannya materi ini agar mahasiswa tahu mana hadis yang sahih dan mana hadis yang da if. Dengan mengetahui hal tersebut, mahasiswa yang akan menjadi guru nantinya bisa menafsirkan al-qur an dengan benar sesuai dengan tuntutan hadis yang benar pula. Disamping itu mereka juga akan mampu memberikan keputusan-keputusan hukum serta petunjuk-petunjuk agama kepada muridmuridnya dan masyarakat sesuai dengan tuntutan agama. Bahasa Arab yang ditawarkan Muhammad Abduh meliputi nahu, sarf, ma ani, badi bayan, sejarah jahili. Hal ini dimaksudkan karena al- Qur an dan hadis sebagai sumber dasar ajaran Islam disampaikan dalam bahasa Arab dengan uslub dan gaya bahasa yang tinggi. Untuk mengerti bahasa al-qur an orang harus tahu bahasa arab secara baik, baik dari segi tata bahasa, gaya bahasa sastra dan lain sebagainya. 22 Untuk pelajaran usul al-fiqh, Muhammad Abduh menyarankan agar membaca kitab al Muwafaqat karangan al Syatibi. Kitab al Mmuwafaqat adalah kitab usul yang banyak membahas tentang masalah maqasid al syariah (dharurinyat, hajjiyat dan tahsiniyat). Dalam memberikan suatu keputusan hukum al Syattibi lebih banyak memakai teori al mashalih al 21 Ibid, Muhammad Abduh, al Islam wa al Nashraniyyah,

13 mursalah (melihat kepada kepentingan masyarakat). Al Syatibi dalam menetapkan sesuatu hukum selalu merujuk kepada al-qur an dan hadis serta melihat kepada kebutuhan manusia yang mengalami perobahan sepanjang zaman. Dengan melihat pola fikir al Syatibi ini, Muhammad Abduh berharap kalau seandainya mahasiswa mau meneladani pola pikir tersebut tentu mahasiswa akan mampu menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan al Qur an dan hadis serta sesuai pula dengan tuntutan zaman. Dengan demikian sikap taklid dapat dihapuskan dari generasi muda Islam. Dalam pelajaran Akhlak, Muhammad Abduh mewajibkan anak didik mempelajari kitab Ihya Ulum al Din karya Iman al-gazali. Untuk pelajaran akhlak pada sekolah tinggi ini, Muhammad Abduh juga tidak banyak komentar, hanya menyatakan bahwa untuk pelajaran akhlak mahasiswa diharuskan membaca kitab Ihya Ulum al Din Karya Iman al Gazali. Melihat kepada permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh al Gazali, dapat dikatakan bahwa tujuan diajarkan buku tersebut kepada mahasiswa agar mereka mengetahui mana akhlak yang terpuji serta dapat menirunya dan menjauhkan diri dari akhlak tercela. Disamping itu juga diharapkan agar mereka mengetahui segala bahaya yang akan ditimbulkan oleh akhlak tercela tersebut serta menghalangi dan membersihkan diri dari padanya. 23 Yang dibahas dalam pelajaran sejarah adalah sejarah kehidupan Nabi dan sahabat-sahabatnya, sejarah peralihan penguasa-penguasa Islam, sejarah kerajaan Usmaniyah dan sejarah jatuhnya kerajaan-kerajaan Islam ke tangan penguasa-penguasa lain dengan menyebutkan penyebabnya, baik klasik maupun modern. 24 Pengajaran pelajaran Retorika dan Dasar- Dasar Diskusi dimaksudkan oleh Muhammad Abduh untuk memantapkan pemahaman dalam fikiran dan jiwa anak didik, serta dapat mengamalkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dalam lapangan ilmu kalam Muhammad Abduh lebih menitik beratkan pembahasannya tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan 23 Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyyah dan Muhammad Abduh, Ibid,

14 perbedaan pendapat para ulama ilmu kalam berikut dalil-dalil yang dijadikan pegangan dalam mendukung pendapat mereka. Metode Pendidikan Ada dua aspek metodologi pendidikan yang banyak dibicarakan Muhammad Abduh, yaitu metodelogi dalam bentuk mikro (metode mengajar) dan bentuk makro (metodologi sebagai satu sistem). Metodologi mikro atau metode mengajar sangat berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, dan tujuan pendidikan inilah yang dipakai oleh setiap guru sebagai petunjuk untuk memilih serangkaian metode yang efektif dalam mengajar. Menurut Muhammad Abduh, cara belajar di Thanta dan di al Azhar, di mana anak didik dilatih untuk membaca dan menghafal kitabkitab tertentu, yang terdiri dari matan, syarah yang ditulis oleh beberapa orang penulis, tanpa memahami akan isi kandungan. hanya mengajarkan kitab bukan mengajarkan ilmu. Dilihat dari segi ketrampilan membaca dan hafalan metode membaca ini memang menguntungkan, karena siswa akan bisa menyerap semua materi yang diberikan. Tetapi metode ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti: menghambat bakat dan inisiatif anak didik, menimbulkan verbalistis pada anak didik. Oleh karena itu, Muhammad Abduh ingin menerapkan metode baru, yaitu metode yang dipergunakan oleh pamannya Syeikh Darwisy dan gurunya Jamaluddin al Afgani, yaitu metode pemahaman konsep, yaitu mengajar dengan cara menjelaskan maksud teks buku yang dibaca. Sehingga anak didik memahami maksud apa yang dipelajarinya dan tidak merasa bosan untuk belajar, dan metode tanya jawab antara murid dengan guru tentang sesuatu pelajaran yang belum dimengerti oleh anak didik, sehingga mereka merasa puas dan bisa memahami teks yang ia baca. 25 Menurut Muhammad Abduh, bahwa langkah yang ditempuh Jamaluddin al Afghani dalam mengajar adalah mula-mula ia menjelaskan makna suatu masalah sampai jelas dan dapat dipahami oleh anak didik, kemudian dipraktekkannya dengan benar pula tata caranya sehingga memuaskan mereka. Jadi cara mengajar Jamaluddin al Afghani lebih diarahkan kepada pembahasan isi kitab. Yaitu : metode pemahaman konsep, sebagaimana juga dipraktekkan oleh Syekh Darwisy. 25 Ibid,

15 Menurut Rasyid Rida, Muhammad Abduh juga menerapkan kedua metode mengajar gurunya itu. Mula-mula ia membaca matan kitab, kemudian menjelaskan pengertian matan tersebut secara ringkas. Setelah itu ia memberikan kesempatan untuk bertanya kepada anak didik untuk bertanya. Sedangkan dihubungkan dengan masalah-masalah ilmiah, sehingga terkesan bahwa pelajaran tersebut seolah-olah pelajaran logika. 26 Kedua metode itulah yang dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkannya, yaitu pengembangan kemampuan intelektual anak didik, karena dengan metode tersebut akan memupuk keberanian anak didik untuk mengemukakan pendapat dan membantah pendapat orang lain jika tidak sesuai dengan pendapatnya. Jika diperhatikan metode yang dipakai Muhammad Abduh dalam mengajar adalah untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkannya, yaitu pengembangan kemampuan intelektual anak didik, karena dengan metode tersebut akan memupuk keberanian anak didik untuk mengemukakan pendapat dan membantah pendapat orang lain jika tidak sesuai dengan pendapatnya. Hal inilah yang membuat Muhammad Abduh ingin merubah metode mengajar yang dipergunakan pada waktu itu dengan metode yang lebih kompleks dan efektif. 27 Selain memakai metode tersebut diatas ia juga mengembangkan metode latihan dan pengalaman, metode keteladanan dan cerita. Karena menurutnya anak didik perlu dilatih untuk beribadah, bahkan perlu guru harus memperagakannya di depan kelas sebagai contoh pelaksanaan ibadah shalat. Disamping menggalakkan metode keteladanan, dalam upaya penanaman nilai-nilai moral pada guru agar perbuatan mereka dapat dijadikan panutan bagi anak didik. Oleh karena itu Muhammad Abduh memberikan kriteria yang ketat dalam pemilihan kepala sekolah dan guru. Mereka harus orang yang melaksanakan ajaran agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun sesama makluk. Untuk mendukung metode tersebut diatas dipadukannya dengan metode cerita yaitu dengan memberikan materi sejarah tentang kisah-kisah perjalanan dan perjuangan Nabi, sahabat, tabi in dan ulama-ulama terdahulu. Metode ini bertujuan membangkitkan semangat untuk memberikan dorongan psikologis kepada anak didik. 26 Didin Saefudin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam, Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,

16 Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Muhammad Abduh bukan saja bertujuan untuk mengembangkan intelektual anak didik saja, tetapi juga pengembangan jiwa serta moral spiritual mereka, karena akhlak yang mulia merupakan syarat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Jadi sistem yang ditawarkan Muhammad Abduh diatas, telah mencakup aspek kognitif, afektif dan psikhomotor yang didasarkan kepada kesadaran, ketelitian dan tepat dalam melaksanakan tugas pengajaran. Dalam metode yang ditawarkan Muhammad Abduh, tampaknya guru masih menempati posisi yang penting dalam proses belajar mengajar. Sedangkan metodologi pendidikan makro dalam tulisan ini adalah metodologi pendidikan sebagai satu sistem, yaitu suatu kesatuan organisasi yang dinamis dimana antara satu sama lain saling mempengaruhi. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan satu organisasi yang terdiri dari individuindividu yang bekerja sama, saling membutuhkan. Organisasi biasanya terdiri dari pemimpin (kepala sekolah) yang beranggotakan para guru dan tenaga administrasi. Oleh karena itu selain diadakan perbaikan dan pembaharuan di bidang tujuan, kurikulum dan metode mengajar, maka organisasi pendidikan juga perlu mendapatkan perbaikan serta perobahan yang mengacu kepada pembaharuan. Muhammad Abduh sebagai seorang yang telah banyak berbicara tentang masalah pendidikan tidak lupa merencanakan perobahan-perobahan dan perbaikan pada organisasi pendidikan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam.Dalam hal ini ada dua hal yang menjadi pusat perhatian Muhammad Abduh yaitu pimpinan sekolah dan guru. Menurut Muhammad Abduh, seorang pimpinan sekolah harus mempunyai kepasitas pemikiran yang sesuai dengan tujuan kurikulum, memahami agama dan melaksanakan ajaran agama tersebut secara konsekuen, ahli dalam bidang ilmu pengetahuan modern, disenangi oleh masyarakat, dan harus mampu mengadakan pengontrolan dan perbaikan. Dari syarat yang diajukan Muhammad Abduh diatas, ia sangat mengharapkan agar yang menjadi pimpinan sekolah-sekolah Islam adalah para cendikiawan muslim yang menguasai ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, yang berfikiran luas dan bisa menerima ilmu pengetahuan 16

17 modern sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan Islam. Ia mengharapkan suatu sekolah dipimpin oleh orang-orang yang punya jiwa kepemimpinan, yang mampu mengadakan konsolidasi keluar dan kedalam, sehingga terjalin kerjasama yang baik antar anggota organsasi dan pihak lainnya yang terkait demi kelancaran operasional pendidikan. Selain kepala sekolah, guru adalah komponen penting dalam sistem pendidikan (makro). Sebagaimana pada kepala sekolah, Muhammad Abduh juga menetapkan kriteria guru secara ketat. Baginya, seorang guru harus orang yang melaksanakan ajaran agama dengan baik, berakhlak dan mempunyai kemampuan mendidik, layak menangani tugas pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah digariskan tercapai, harus mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh muridnya, baik dalam aspek perkembangan kecakapan maupun keseriusannya dalam belajar, kehadiran dan akhlaknya. 28 Muhammad Abduh tidak hanya menuntut tanggung jawab dari guru, tetapi ia juga memikirkan kebutuhan guru dalam menghidupi rumah tangganya. Untuk itu ia meningkatkan gaji guru dari biasanya. Dengan demikian diharapkan guru punya semangat mengajar yang tinggi dan tidak lagi memikirkan pemasukan uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta mencurahkan perhatian sepenuhnya terhadap tugasnya sebagai seorang pendidik. Muhammad Abduh dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak membicarakan masalah administrasi, hanya menyebutkan bahwa guru mempunyai tugas rangkap, disamping ia bekerja sebagai pendidik, guru juga dituntut untuk mengelola administrasi. Tugas tersebut tidak dijelaskan oleh Muhammad Abduh secara rinci, apakah mengelola perkantoran atau mengelola administrasi pendidikan. Selain itu Muhammad Abduh juga tidak melupakan unsur lain yang terkait dan turut bertanggung jawab terhadap pendidikan, seperti orang tua murid, masyarakat dan pemerintah. Tanpa ada kerjasama dengan unsur-unsur di atas maka tujuan pendidikan tidak akan terwujud. Penyatuan Ilmu Agama dan Umum dalam Pendidikan Apabila dualisme dipahami sebagai sebuah yang serba dua, maka dualisme dalam konteks pendidikan mencakup pengertian adanya dualisme dalam materi 28 Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyyah dan Muhammad Abduh,

18 pendidikan dan praktek-praktek pendidikan. 29 Gagasan Muhammad Abduh yang paling mendasar dalam sistem pendidikan adalah bahwa ia sangat menentang sistem dualisme, menurutnya, dalam sekolah-sekolah umum harus diajarkan agama, sedangkan dalam sekolah-sekolah agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern. 30 Abdul Mun in Hamadah mengemukakan bahwa salah satu agenda pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh Muhammad Abduh adalah perlunya perluasan dalam kajian pengetahuan. Gagasan ini kemudian diwujudkan dalam berbagai macam rekomendasi tentang perlunya memasukkan mata kuliah filsafat, ilmu alam, ilmu pasti maupun kesusastraan. Keinginan Muhammad Abduh untuk mendekatkan kembali dari berbagai macam pandangan yang dikotomis, seperti dikotomi agama dan ilmu pengetahuan, pendidikan agama dan pendidikan umum, dengan mengemukakan fakta sejarah tentang bagaimana umat Islam pertama kali mengembangkan pemikiran Yunani menjadi filsafat Islam lewat proses hellenisasi. Kemudian umat Islam mampu meletakkan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Sikap penolakan terhadap dimasukkannya ilmu-ilmu umum tersebut pada dasarnya merupakan salah satu akibat dari kondisi statis yang masih melanda umat Islam sehingga terjadi penyempitan pola pikir umat Islam. Dan dampak lebih lanjut dari stagnasi pemikiran akan merambah pada aspek-aspek kehidupan yang lain. Secara rinci Muhammad Abduh menyebut bahwa sikap statis berdampak pada akidah, syariah, pendidikan dan juga membahayakan persatuan umat. 31 Kesimpulan Banyak ahli sejarah yang menempatkan Muhammad Abduh sebagai tokoh, baik tokoh dalam bidang teologi, tafsir bahkan sebagai tokoh pendidikan. Bahkan ia lebih dikenal sebagai tokoh pembaharu Islam yang sangat brilian. Dari serpihan-serpihan karyanya kita mampu melihat bahwa ia telah banyak melakukan pembaharuan di segala lini kehidupan. Termasuk diantaranya dalam hal 29 Ibid, Didin Saefudin, Pemikiran Modern dan Postmodern, Muhammad Abduh, al Islam Min al 'Ilmi wa al Madaniyyah, (tt; al Haiah al Misriyyah, tt),

19 pendidikan. Ia adalah pengusung rasionalisme serta penentang kejumudan. Pikiran-pikiran inilah yang ingin diwujudkan dalam ranah pendiikan, dengan tujuan kejayaan Islam yang mengarahkan manusianya untuk bahagia dunia akhirat. Pemikiran Muhammad Abduh ternyata sangat kompleks baik dalam bidang filsafat, tafsir maupun dalam bidang pendidikan yang kesemuanya masih dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk menyatakan penghargaan otentik kita terhadap tokoh setaraf Muhammad Abduh, tampaknya kita terus mengajaknya dialog dan berpikir mengenai perkembangan pendidikan masa depan. Menuju masa depan yang lebih gemilang harus dimulai dari langkahlangkah nyata walaupun kelihatannya kecil diatas landasan realitas yang kokoh, bukan langkah-langkah besar di atas angan-angan yang hampa dan kosong. Muhammad Abduh walaupun belum sempat merealisasikan pokok-pokok pemikirannya dikala ia masih hidup. Namun telah meletakkan fondasi yang kuat ke arah perbaikan pendidikan umat Islam, tinggal kita bagaimana meneruskan untuk menciptakan tatanan dunia pendidikan yang seimbang dan harmonis sesuai tuntutan dunia modern sekarang dan yang akan datang. Wallahu a lam bi alshawab 19

20 DAFTAR PUSTAKA Abduh, Muhammad, al Islam Min al 'Ilmi wa al Madaniyyah, tt; al Haiah al Misriyyah, tt., al Islam wa al Nashraniyyah fi al Ilm wa al Madaniyyah, (terjmh; Mahyuddin Syaf dkk, Jakarta; Banduung, 1992), Risalah Tauhid, (terjmh; Firdaus, Jakarta; Bulan Bintang, 1992) Lubis, Arbiyah, Pemikiran Muhammadiyyah dan Muhammad Abduh, Jakarta; PT Bulan Bintang, Ma arif, Syafi I, Peta Intelektual Muslim Indonesia, Bandung: Mizan, Nasution, Harun, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu'tazilah, Jakarta; UI Press, Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Kalam Mulia, Saefudin, Didin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam, Jakarta: PT Grasindo,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql. 147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Corak Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Muhammad Abduh dalam corak pemikiran pendidikannya, memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 216 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kiprah A. Hassan dalam upaya mencerdaskan umat Islam dapat dilihat dari karya-karyanya yang menambah khazanah ilmu pengetahuan. Usahanya mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA 63 BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA Mencermati latar belakang kehidupan dan perkembangan pemikiran Muhammad Abduh dan Agus Mustofa dalam bab II dan III, maka sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH Achmad Fuadi Husin Pondok Pesantren Tanwirul Islam Sampang Email: fuadi_husin@yahoo.co.id Abstrak: Muhammad Abduh adalah tokoh reformis yang sangat

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN PARA PESERTA MUSABAQAH

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian manusia diatur dalam prinsip

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH Siti Kamilah 1 Abstrak: Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu secara bersungguh-sungguh dalam melihat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) , 25 Al-Quran yang merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad saw, sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan di mana pun, memiliki pelbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut, antara lain, susunan

Lebih terperinci

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SatuanPendidikan : Madrasah Aliyah (Prog Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

Memahami Akidah Islam

Memahami Akidah Islam bab 1 Memahami Akidah Islam AKHLAK Islam terdiri dari akidah, ibadah dan akhlak. Akidah adalah pondasi Akidah adalah pokok (us l) dan dasar dalam agama. Ajaran Islam meliputi tiga hal, yaitu akidah, syari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI 83 BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI A. Analisa Pemikiran Imam Syatibi Tentang Pajak 1. Analisis Tujuan Pajak Menurut Imam Syatibi Imam Syatibi menekankan bahwa tujuan dari pungutan pajak adalah untuk

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan oleh Rasulullah sebagai suri tauladan bagi umatnya. Semua yang dilakukan oleh Rasul adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu wadah yang didalamnya terjadi proses belajar mengajar antara siswadan guru. Sekolah tidak hanya berlangsung didalam gedung sekolah, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

: : :

: : : [ ] : : : SIFAT DERMAWAN "Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai orang-orang yang pemurah". Di antara sifat karam dan berkorban ada ikatan yang kokoh dan hubungan yang kuat. Mujahid (pejuang) memberikan

Lebih terperinci

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG A. Analisis Terhadap Pembelajaran PAI di SMPN 36 Semarang Perpindahan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam *Biografi Singkat Empat Imam Besar dalam Dunia Islam* *Imam Hanafi (80-150 H)* Beliau dilahirkan pada tahun 80 H dan meninggal dunia di Bagdad pada tahun

Lebih terperinci

3 Wasiat Agung Rasulullah

3 Wasiat Agung Rasulullah 3 Wasiat Agung Rasulullah Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( ) SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an

Lebih terperinci

Diunduh dari Bab Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku Bahan Alkitab: 1 Samuel 1: 1-16, Efesus 5: A.

Diunduh dari Bab Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku Bahan Alkitab: 1 Samuel 1: 1-16, Efesus 5: A. Bab IX Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku Bahan Alkitab: 1 Samuel 1: 1-16, Efesus 5: 22-33 A. Pengantar Berdoa Kami mengucap syukur pada-mu Tuhan sumber ilmu pengetahuan dan berkat Untuk segala penyertaanmu

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

WD8013 Sejarah Pendidikan Islam I (Minggu 2) Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Batri PhD

WD8013 Sejarah Pendidikan Islam I (Minggu 2) Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Batri PhD WD8013 Sejarah Pendidikan Islam I (Minggu 2) Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Batri PhD Silibus 1. Tujuan dan matlamat pendidikan Islam 2. Falsafah dan Kurikulum Pendidikan Islam 3. Sejarah pendidikan Islam

Lebih terperinci

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH KETELADANAN BAB 12 RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH MAIN MENU HOME KETELADANAN RASULULLAH DALAM MEMBINA UMAT (PERIODE MADINAH) IDENTITAS PETA KONSEP MATERI LATIHAN & SOAL IDENTITAS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan ditemukan sekalipun, berbicara tetap lebih banyak digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan ditemukan sekalipun, berbicara tetap lebih banyak digunakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di antara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab guna menjelaskan jalan hidup yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan dan segala kegiatan yang berujung pada maslahat hidup pada hakekatnya merupakan gambaran

Lebih terperinci

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- 20 Oleh: Ali Sodikin Abstrak : Pendidikan merupakan salah satu wilayah (area of cincern) gerakan pembaruan Islam yang berlangsung di seluruh dunia Islam. Tokoh-tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat membimbing para sahabat dalam membukukan hadis. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor,

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ayat-ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. BAB II TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA A. Tinjauan Umum Fikih MTs. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. Mata pelajaran fikih dalam kurikulum MTs. adalah salah satu bagian mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM Satuan Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah Mata Pelajaran: Sejarah Kebudayaan Islam Kelas : VII (tujuh) Ganjil Kompetensi Inti : (K1) (K2) (K3) (K4) : Menghargai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban

Lebih terperinci

Tafsir Surat Al-Kautsar

Tafsir Surat Al-Kautsar Tafsir Surat Al-Kautsar Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al-

BAB VI KESIMPULAN. Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al- 253 BAB VI KESIMPULAN Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al- Gufrān memiliki kekayaan, baik struktur maupun gagasannya. Struktur naratifnya memperlihatkan banyaknya

Lebih terperinci

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid Latar Belakang Muhammadiyah didirikan Kondisi pengamalan ajaran Islam masyarakat Indonesia yang mengalami pencampuran dengan ajaran yang bertentangan dengan Islam (adanya

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : [ ] E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : MENGHORMATI ORANG LAIN "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda dari kami." Orang yang paling pantas dihormati dan dihargai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB 5 : PENUTUP. Al-Khatib al-shirbini adalah seorang yang faqih dalam mazhab al-shafi i dan

BAB 5 : PENUTUP. Al-Khatib al-shirbini adalah seorang yang faqih dalam mazhab al-shafi i dan BAB 5 : PENUTUP 5.1 Pendahuluan Penulis akan membuat kesimpulan daripada perbincangan-perbincangan pada bab-bab yang lalu. Bab ini lebih memfokuskan dapatan yang penulis perolehi pada setiap kajian bab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI. Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal,

BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI. Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal, 16 BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI A. Kelahiran Dan Pertumbuhannya Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal, beliau mengajar di Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

Belajar Tanpa Akhir A. Mustofa Bisri

Belajar Tanpa Akhir A. Mustofa Bisri Epilog Belajar Tanpa Akhir A. Mustofa Bisri Buku Ilusi Negara Islam ini bisa dibaca dari sudut pandang politik dan pendidikan. Secara politik, buku ini bisa menjadi peringatan bagi bangsa Indonesia tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari BAB V PENUTUP Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan secara panjang lebar, guna untuk mempermudah dalam memahami isi yang terkandung

Lebih terperinci