PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAUN SEGAR, DAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DARI DUA AKSESI KEMANGI (Ocimum basilicum L.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAUN SEGAR, DAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DARI DUA AKSESI KEMANGI (Ocimum basilicum L."

Transkripsi

1 PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAUN SEGAR, DAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DARI DUA AKSESI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) Oleh DE VILERA SIMATUPANG A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN DE VILERA SIMATUPANG. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan, Produksi Daun Segar, dan Kandungan Minyak Atsiri dari Dua Aksesi Kemangi (Ocimum basilicum L.). (Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang yang optimum terhadap pertumbuhan dan produksi daun segar, serta kandungan minyak atsiri dari dua aksesi kemangi. Percobaan dilaksanakan di Kebun Serikat Petani Indonesia, Dramaga, Bogor. Penelitian disusun menggunakan Rancangan RKLT Split Plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 2 aksesi tanaman kemangi yaitu aksesi kemangi dari Bogor dan Karawang sedangkan anak petak yaitu dosis pupuk kandang ayam yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0, 10, 20, dan 30 ton/ha sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Luas lahan sebesar 4 m 2 berukuran 2 m x 2 m dengan jarak tanam yaitu 20 cm x 20 cm sehingga diperoleh satu petakan sebanyak 100 tanaman. Total populasi keseluruhan sebanyak tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam yang optimum terhadap pertumbuhan dan produksi daun segar kemangi belum ditemukan. Dosis pupuk kandang ayam yang semakin meningkat akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi daun segar, serta kandungan minyak atsiri kemangi. Dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam memberikan rata-rata pertumbuhan dan produksi tertinggi pada aksesi kemangi Bogor dan Karawang.

3 PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAUN SEGAR, DAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DARI DUA AKSESI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DE VILERA SIMATUPANG A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul : PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAUN SEGAR, DAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DARI DUA AKSESI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) Nama : DE VILERA SIMATUPANG NIM : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Ani Kurniawati, SP. MSi. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 11 November Penulis merupakan anak keempat dari Bapak Patiaman Simatupang dan Ibu Loida Hutapea. Penulis memulai pendidikan pada tahun di SD Methodist 3 Medan kemudian pindah dan lulus pada tahun 2000 dari SDK YBPK Surabaya. Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTPN 37 Surabaya dan lulus pada tahun Penulis menyelesaikan studi di SMAN 5 Surabaya pada tahun Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun yang sama penulis resmi menjadi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Selanjutnya pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai pengurus Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB yakni sebagai staf Club Tanaman Hias dan Buah (CTHB). Tahun 2009 penulis menjadi panitia Kultural Festival Tanaman (Festa) yang merupakan acara tahunan dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi kekuatan dan hikmatnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi daun segar kemangi sehingga diperoleh pertumbuhan tanaman kemangi yang optimal dan dapat meningkatkan nilai komersial dari tanaman kemangi. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ani Kurniawati, SP. MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Adiwirman, MS. dan Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS. selaku dosen penguji. 3. Orang tua yang selalu memberikan motivasi yang tulus baik moril maupun materi. 4. Serikat Petani Indonesia (SPI) Situleutik, Darmaga Bogor yang telah menyediakan tempat penelitian serta staf SPI yaitu Mas Titis, Mbak Iis, dan Mbak Rika yang memberikan masukan serta Mas Pandi dan Mas Oma yang telah membantu di lapang selama penelitian. 5. Steve, Sudi, Bagus, Welmar, Betty, Rosa, Yenny, Yessy, Vin, dan Maretha atas doa dan bantuan yang diberikan serta dukungan dari teman-teman AGH 43. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan berguna bagi yang memerlukannya. Bogor, Desember 2010 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani dan Syarat Tumbuh... 4 Manfaat Kemangi... 5 Pupuk Kandang... 6 BAHAN DAN METODE... 9 Tempat dan Waktu... 9 Bahan dan Alat... 9 Metode Penelitian... 9 Pelaksanaan Penelitian Penyemaian Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

8 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kemangi Rendemen Minyak Atsiri Tanaman Kemangi dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam... 26

9 ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Gejala serangan virus mosaic pada tanaman kemangi Tinggi Tanaman Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Umur 1, 2, 3, dan 4 MST Keragaan Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang pada 4 MST Jumlah Daun Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam pada Umur 1, 2, 3, dan 4 MST Panjang dan lebar daun aksesi kemangi Bogor dan Karawang Jumlah Cabang Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Umur 2, 3, dan 4 MST Pertumbuhan Aksesi Kemangi Bogor pada 4 MST Pertumbuhan Aksesi Kemangi Karawang pada 4 MST Bobot Panen Layak Jual Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Bobot Basah Total Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Penampilan daun kering kemangi Bobot Kering Total Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Minyak Atsiri Tanaman Kemangi Bogor dan Karawang... 26

10 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Denah Tata Letak Penelitian Penilaian Sifat Kimia Tanah Awal (Kontrol) Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Ayam 10 ton/ha Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Ayam 20 ton/ha Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Ayam 30 ton/ha Data Curah Hujan dan Lama Penyinaran selama Masa Penelitian Deskripsi 2 Aksesi Kemangi Proses Penyulingan Minyak Atsiri... 40

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Keadaan ini menyebabkan negara kita memiliki banyak keanekaragaman hayati. Sayuran merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Menurut Williams et al. (1993) jenis tanaman yang telah dibudidayakan sebagai sayuran di berbagai daerah tropis yang berbeda sekitar 100 spesies dan kira-kira 25 spesies masih berupa tanaman liar. Kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya konsumsi sayuran semakin meningkat karena nilai gizi yang terkandung di dalam sayuran. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) kandungan gizi yang terdapat dalam sayuran yaitu karbohidrat, lemak, protein, provitamin A, vitamin C, dan sumber mineral. Nazaruddin (1995) menambahkan bahwa kandungan gizi tersebut sangat penting karena tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Kemangi (Ocimum basilicum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) tanaman kemangi banyak dibudidayakan di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Wahyuni dan Hadipoentyanti (2006) menambahkan bahwa daun tanaman kemangi dapat sebagai penambah selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan dari daun kemangi. Tanaman kemangi memiliki banyak khasiat. Rosadi (2007) menyatakan bahwa tanaman kemangi sangat baik untuk menjaga kesehatan manusia karena dapat mengatasi berbagai penyakit. Menurut tim peneliti dari Center for New Crops and Plant Products, Purdue University (AS) daun kemangi berkhasiat untuk menyembuhkan sakit kepala, pilek, diare, sembelit, cacingan, dan gangguan ginjal, sakit maag, perut kembung, masuk angin, kejang-kejang, dan badan lesu. Selain itu, aroma kemangi juga dapat menolak gigitan nyamuk. Menurut Dasgupta et al. (2004) kemangi dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan diakui sebagai obat herbal di India untuk menghilangkan kedinginan dan batuk. Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) tanaman kemangi dapat

12 2 menghilangkan masalah pernafasan, menyembuhkan encok, mules, dan ginjal. Selain itu, akhir-akhir ini ditemukan bahwa kemangi memiliki potensi untuk menyembuhkan penyakit kanker. Simon et al. (1990) menyatakan bahwa ekstrak dari tanaman kemangi juga dapat digunakan dalam pengobatan tradisional dan telah diketahui kandungan bioaktifnya dapat sebagai insektisida, nematisida, fungisida, dan antimikrobial. Menurut Simon et al. (1999) aroma minyak atsiri yang diekstrak dari daun dan bunga kemangi dapat digunakan untuk parfum, farmasi, dan industri makanan. Kemangi selain dimanfaatkan sebagai sayuran juga dapat menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional Indonesia dan pada tahun 2001 telah diekspor sebesar ton dengan nilai US $ juta (Yuhono dan Suhirman, 2008). Permintaan terhadap minyak atsiri terus meningkat sehingga perlu banyak tanaman penghasil minyak atsiri untuk memenuhi permintaan tersebut. Menurut Ketaren (1985) kemangi merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri sebesar 30 kg minyak/ha yang dipanen dua kali dalam setahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kemangi adalah kesuburan tanah. Permasalahan kesuburan tanah tersebut dapat diatasi melalui pemupukan seperti pemberian pupuk organik. Menurut Syekhfani (2000) pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki sifat tidak merusak tanah, menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan unsur mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. Muslihat (2003) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang 20 ton/ha dapat menunjang ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Selain itu, pupuk kandang dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Dosis pupuk kandang yang digunakan yaitu 30 ton/ha dan pupuk NPK (urea, TSP, dan KCl) masing-masing sebesar 150 kg/ha untuk pertumbuhan tanaman kemangi (Balittro, 2008). Penanaman kemangi di tingkat petani

13 3 menggunakan dosis 40 ton/ha pupuk kandang. Penelitian mengenai jumlah kebutuhan pupuk kandang dan pengaruhnya terhadap tanaman kemangi masih terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai dosis pupuk kandang yang tepat untuk pertumbuhan kemangi. Hal ini perlu dilakukan supaya pertumbuhan tanaman kemangi dapat optimal dan meningkatkan nilai komersial dari tanaman kemangi tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang yang optimum terhadap pertumbuhan dan produksi daun segar, serta kandungan minyak atsiri dari dua aksesi kemangi. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini yaitu terdapat dosis pupuk kandang yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi daun segar, serta kandungan minyak atsiri dari dua aksesi kemangi.

14 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Kedudukan tanaman kemangi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) dapat diklasifikasikan yaitu : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Ocimum Spesies : Ocimum basilicum L. ( Tanaman kemangi termasuk ke dalam famili Lamiaceae dan genus Ocimum yang memiliki lebih dari 30 spesies dan berasal dari negara Asia, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan tetapi pusat keragaman aslinya berasal dari Afrika (Paton, 1992). Deschamps dan Simon (2006) menyatakan bahwa tanaman kemangi dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) tanaman kemangi dapat tumbuh optimal pada ketinggian m dpl atau daerah dataran tinggi. Selain itu, tanaman ini banyak tumbuh di pinggir jalan, lahan, hutan jati, dan tempat-tempat terbuka di pemukiman, serta menyukai tempat yang banyak sinar matahari dan agak dinaungi. Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dengan jumlah cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi antara meter. Batang dan cabangnya berbentuk segi empat, berwarna hijau kekuningan, dan bagian tanaman yang muda agak tebal dan berbulu. Daunnya sederhana, berwarna hijau dan berbau harum. Bagian tangkai daun memiliki panjang 2.5 cm, daun berbentuk elips dengan ukuran cm x cm. Pembungaan dapat mencapai panjang 15 cm, bunga berukuran mm, berwarna putih, kurang menarik, tersusun dalam tandan, buahnya mm, memiliki 4 stamen dan pistil dengan 4 ovul dan 4 ovari, serta 2 stigma. Buah terdiri dari 4 biji yang berbentuk

15 5 seperti telur dengan ukuran 1.25 mm x 1 mm, dan berwarna hitam (Siemonsma dan Piluek, 1994). Berdasarkan identifikasi morfologi terlihat bahwa aksesi tanaman kemangi dari Bogor memiliki daun berwarna hijau muda dan ukuran daun dengan panjang 3.2±0.15 cm dan lebar 3±0.26 cm sedangkan aksesi tanaman kemangi dari Karawang memiliki daun berwarna hijau tua dan ukuran daun dengan panjang 2.5±0.72 cm dan lebar 2.4±0.70 cm. Menurut Wahyuni dan Hadipoentyanti (2006) tanaman kemangi mempunyai pertumbuhan yang relatif tegak dengan percabangan banyak. Rata-rata tinggi tanaman yaitu cm dengan jumlah cabang sebanyak 11.6 buah. Produksi tanaman kemangi pada umur 6 bulan rata-rata 0.4 kg/tanaman pada panen pertama dan pada panen kedua dan ketiga sebesar 0.6 kg/tanaman. Panen keempat biasanya mulai menurun karena kondisi batang telah tua sehingga pertumbuhan tunas terbatas. Ketaren (1985) menyatakan bahwa panen kemangi yang dilakukan dua kali dalam setahun dapat menghasilkan sekitar 30 kg minyak untuk satu ha. Manfaat Kemangi Tanaman kemangi memiliki banyak manfaat yaitu dapat digunakan sebagai bumbu masakan karena aroma yang dihasilkan dari daun (Sulianti, 2008). Selain itu, daun kemangi juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Lalapan kemangi segar dapat mengatasi masalah bau badan, bau mulut, dan ASI kurang subur (Rosadi, 2007). Tanaman kemangi juga dapat sebagai antipiretik, antiemetik, diuretik, dan kardiotonik (Muralidharan dan Dhananjayan, 2009). Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) komposisi gizi daun kemangi per 100 gram bahan mengandung air 87 gram, protein 3.3 gram, serat sebanyak 2 gram, unsur Ca 320 mg, unsur Fe 4.5 mg, dan vitamin C sebesar 27 mg. Menurut Adi (2007) tanaman kemangi memiliki beberapa manfaat yaitu untuk mengatasi ejakulasi dini, anti kholinesterase, merangsang aktifitas saraf pusat, melebarkan pembuluh darah kapiler (merangsang ereksi), dan penguat hepar. Anethol untuk merangsang hormon estrogen, merangsang faktor kekebalan tubuh, merangsang ASI. Apigenin dapat melebarkan pembuluh darah, mencegah pengentalan darah, melancarkan sirkulasi, menekan saraf pusat, dan relaksasi otot polos. Boron untuk merangsang hormon androgen dan hormon estrogen keluar.

16 6 Arginine untuk memperkuat daya tahan hidup sperma, mencegah kemandulan, menurunkan gula darah, antihepatitis, diuretik. Asam aspartat dapat merangsang syaraf dan analeptik. Simon (1992) menyatakan bahwa kemangi mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai parfum, farmasi, dan industri makanan. Kandungan minyak atsiri kemangi meliputi methyl chavicol, linalool, camphor, sitral, dan eugenol. Menurut Ketaren (1985) hasil penyulingan kemangi menghasilkan rendemen minyak atsiri sekitar 0.2 % dengan kandungan yang terdiri atas sineol, metil chavicol, dan hidrokarbon bertitik rendah. Berdasarkan penelitian Sulianti (2008) perbedaan tempat tumbuh Ocimum spp. sangat berpengaruh terhadap komposisi kimia minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri kemangi dari Cianjur, Jawa Barat menghasilkan komponen kimia utama seperti terpineol sebesar 1.32 % sedangkan minyak atsiri dari Kenya, Afrika, dan Togo menghasilkan senyawa terpineol di atas 40 %. Hasil destilasi penelitian menghasilkan minyak atsiri kemangi sebesar % per berat basah bagian tumbuhan. Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan pupuk yang sudah sering digunakan karena dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Menurut Mayadewi (2007) pupuk organik ini berasal dari kotoran hewan yang terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, serta dapat menambah unsur hara dalam tanah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas, dan daya pegang air. Sutejo (2002) menyatakan bahwa kadar rata-rata unsur hara pada pupuk kandang yang matang sekitar 0.3 % N, 0.1 % P, dan 0.3 % K. Menurut Sutanto (2002) pupuk kandang bermanfaat sebagai bahan pembenah tanah karena mengandung unsur N, P, dan K dalam jumlah rendah tetapi dapat memasok unsur

17 7 hara mikro esensial. Menurut Prayugo (2007) unsur natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) tersebut bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman. Menurut Jamilah (2003) pupuk kandang terdiri atas campuran 0.5 % N, 0.25% P 2 O 5, dan 0.5 % K 2 O. Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0.40 % N, 0.20 % P 2 O 5, dan 0.1 % K 2 O, serta pupuk yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1 % N, 0.2 % P 2 O 5, dan 1.35 % K 2 O. Menurut Zakaria dan Vimala (2002) pupuk organik yang cukup baik yaitu pupuk kandang ayam karena memiliki kandungan N yang cukup tinggi sebesar 2.6 %, unsur P sebesar 2.9 %, dan unsur K sebesar 3.4 % dengan perbandingan C/N rasio yaitu 8.3. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Sutejo (2002) yang mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang yang lainnya. Penggunaan pupuk kandang ayam cocok untuk tanaman kemangi karena tanaman ini juga membutuhkan unsur nitrogen dalam pertumbuhannya. Santoso et al. (2007) menyatakan dosis pupuk kandang ayam sebesar 5 ton/ha mampu meningkatkan berat brangkasan rami dari ton/ha menjadi ton/ha pada panen kedua dan pada panen ketiga meningkat dari ton/ha menjadi ton/ha. Hal ini disebabkan pupuk kandang ayam mengandung unsur hara seperti N, P, K sangat tinggi. Menurut penelitian Sadikin (2004) pupuk kandang ayam dapat menghasilkan bobot kering panen tanaman nilam sebesar gram dan meningkatkan bagian yang dapat dipanen sebesar %. Selain itu, pemberian pupuk kandang dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif. Berdasarkan penelitian Balittro (2008) dosis pupuk kandang sebesar 400 g/tanaman dapat menghasilkan panen terna kemangi selama satu periode musim tanam (tiga kali panen) berkisar antara kg/plot (50 tanaman) tergantung spesies/ varietas tanaman. Menurut Hartatik dan Widowati (2005) aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini disebabkan pupuk kandang

18 8 ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Minyak Atsiri Minyak atsiri yaitu zat cair yang mudah menguap dan bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, serta larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985). Minyak atsiri dapat dihasilkan apabila dilakukan penyulingan. Menurut Guenther (1947) penyulingan merupakan pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masingmasing zat tersebut. Komponen yang lebih mudah menguap mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dalam uap sedangkan komponen yang lebih sulit menguap terdapat pada konsentrasi yang lebih tinggi pada cairan. Proses penyulingan memanfaatkan perbedaan titik didih dari masing-masing komponen. Menurut Ketaren (1985) sistem penyulingan dalam industri pengolahan minyak atsiri terdiri dari 3 jenis yaitu penyulingan dengan air (water distillation), penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation), dan penyulingan dengan uap (steam distillation). Penyulingan daun pada tananaman kemangi biasanya dilakukan dengan sistem penyulingan uap langsung. Lesmayati (2004) menyatakan bahwa kondisi saat penyulingan sangat berpengaruh terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. Kondisi tersebut antara lain pengisian bahan dalam ketel, pengaruh tekanan dan suhu, dan lama proses penyulingan. Mutu minyak atsiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Somaatmaja (1978) faktor-faktor yang mempengaruhi adalah jenis/variasi tanaman, umur tanaman sebelum dipanen, perlakuan bahan mentah sebelum penyulingan, alatalat, cara penyulingan, perlakuan terhadap minyak setelah penyulingan, dan penyimpanan minyak. Tan (1962) menyatakan bahwa tempat penyimpanan minyak atsiri dalam jumlah kecil lebih baik menggunakan botol-botol berwarna gelap sedangkan dalam jumlah besar harus disimpan dalam drum yang dilapisi bahan anti karat.

19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Serikat Petani Indonesia, Dramaga, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Balittan dan penentuan rendemen minyak atsiri kemangi dilakukan di Laboratorium Balittro. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kemangi dari Situletik, Dramaga, Bogor dan benih kemangi dari Karawang, kapur pertanian, serta pupuk kandang ayam. Alat yang digunakan yaitu alat-alat budidaya, tray, ajir, kertas label, oven, timbangan analitik, dan alat-alat tulis untuk pengamatan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan RKLT Split Plot (Lampiran 1). Petak utama adalah kemangi yang terdiri dari 2 aksesi kemangi Bogor dan Karawang sedangkan anak petak yaitu perlakuan dosis pupuk kandang yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0, 10, 20, dan 30 ton/ha. Percobaan dilakukan dengan 3 ulangan. Tiap satuan percobaan berupa petakan dengan ukuran 2 m x 2 m sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Model statistik yang digunakan adalah : Y ijk = µ + V i + U j + (VU) ij + P k + (VP) ik + є ijk Keterangan : Y ijk = Nilai pengamatan pada perlakuan aksesi kemangi ke-i, ulangan ke-j, dan perlakuan pupuk kandang ke-k µ = Rataan umum V i U j = Pengaruh perlakuan aksesi kemangi ke-i = Pengaruh ulangan ke-j (VU) ij = Galat dari interaksi antara aksesi kemangi ke-i dan ulangan ke-j atau galat (a)

20 10 P k = Pengaruh perlakuan pupuk kandang ke-k (VP) ik = Interaksi antara perlakuan aksesi kemangi ke-i dan pupuk kandang ke-k є ijk = Pengaruh galat percobaan perlakuan aksesi kemangi ke-i, ulangan ke-j, dan perlakuan pupuk kandang ke-k atau galat (b) i = Jumlah perlakuan aksesi kemangi ke 1 dan 2 j = Jumlah ulangan ke 1, 2, dan 3 k = Jumlah perlakuan pupuk kandang ke 1, 2, 3, dan 4 Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji F pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji kontras polinomial. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap yaitu : Penyemaian Penyemaian benih kemangi dilakukan di tray dengan media kompos. Penanaman benih sebanyak 2 benih per lubang dengan jarak yang tidak terlalu rapat supaya pertumbuhan kemangi baik. Penyemaian dilakukan sampai umur bibit kemangi sekitar 4 minggu lalu dipindah ke lahan. Pengolahan lahan Lahan diolah dengan menggunakan cangkul dan dibuat petak utama untuk perlakuan jenis dan anak petak untuk pupuk kandang. Luas lahan yang digunakan untuk satu petakan sebesar 4 m 2 dengan ukuran 2 m x 2 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm sehingga diperoleh satu petakan sebanyak 100 tanaman. Percobaan terdiri dari 24 satuan percobaan sehingga total populasi keseluruhan sebanyak tanaman. Penanaman Bibit kemangi yang telah disemai lalu ditanam di lahan. Bibit yang ditanam sebanyak satu bibit per lubang. Kondisi bibit harus dalam keadaan sehat dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Hal ini dimaksudkan supaya pertumbuhan bibit kemangi dapat berlangsung dengan baik.

21 11 Pemberian pupuk kandang Dua minggu sebelum tanam, pupuk kandang diaplikasikan pada lahan seluas 4 m 2 dengan dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha dan dikonversi masing-masing sebesar 0, 4, 8, dan 12 kg. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman meliputi penyulaman apabila tanaman mati atau pertumbuhannya terganggu. Selain itu, penyiraman dilakukan secara teratur dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah agar tanaman tidak mati. Penyiangan gulma juga perlu dilakukan dengan cara mencabut gulma-gulma di sekitar tanaman. Penyiangan gulma perlu dilakukan setiap minggu supaya pertumbuhan bibit tanaman tidak terganggu. Pemanenan Pemanenan dilakukan satu kali saat tanaman kemangi telah berumur 4 minggu setelah transplanting. Bagian tanaman kemangi yang dipanen adalah seluruh bagian tanaman kemangi. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 10 sampel tanaman kemangi pada masingmasing satuan unit percobaan. Peubah yang perlu diamati meliputi : 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur saat tanaman telah dipindahkan ke lahan sampai tanaman siap dipanen. Pengukuran dilakukan dengan mengukur sampel tanaman dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi pada umur 1, 2, 3, dan 4 MST. 2. Jumlah cabang Jumlah cabang yang dihitung adalah cabang primer yang dihasilkan oleh setiap tanaman. Pengamatan dilakukan saat umur tanaman 1, 2, 3, dan 4 MST.

22 12 3. Jumlah daun Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna dan berwarna hijau. Pengamatan dilakukan saat umur tanaman 1, 2, 3, dan 4 MST. 4. Bobot basah panen yang layak jual Pengukuran bobot basah panen (batang dan daun) sesuai dengan kriteria layak jual yaitu daun yang berwarna hijau, segar, rasanya renyah, dan dipetik sekitar ± 10 cm dari ujung daun yang ditegakkan. Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang bobot basah hasil panen berupa batang dan daun yang dihasilkan tiap tanaman. Panen untuk sayur konsumsi dilakukan pada saat tanaman telah berumur 4 MST. 5. Bobot basah total tanaman Pengukuran bobot basah total tanaman dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot basah total pada masing-masing tanaman. 6. Bobot kering total tanaman Pengukuran terhadap bobot kering total tanaman dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot kering total hasil panen yang telah dioven pada suhu C selama 2 hari. Kadar air diukur menggunakan metode pengeringan oven dengan rumus KA (%) = (Utami et al., 2007) 7. Rendemen minyak atsiri Penentuan rendemen minyak atsiri dapat dilakukan dengan menggunakan metode destilasi air. Sampel kemangi basah komposit sebesar 4 kg dikeringanginkan selama 3 hari sampai kadar air %. Sampel kemangi layu lalu dimasukkan ke dalam labu destilasi dan ditambah air (± 3 liter) sampai semua bahan terendam air kemudian disuling dengan uap selama 4-5 jam mulai dari mendidih. Minyak atsiri kemangi yang dihasilkan ditampung kemudian dibebasairkan dengan menambahkan larutan natrium sulfat (Na 2 SO 4 ). Minyak atsiri yang bebas air lalu ditimbang beratnya untuk menentukan kadar minyak yang diperoleh (Balittro, 2008). Rendemen minyak atsiri dihitung berdasarkan perbandingan volume minyak yang dihasilkan dari penyulingan bahan dengan bobot sampel yang

23 13 disuling dan dinyatakan dalam satuan persen. Penentuan rendemen minyak atsiri diperoleh dengan cara : Rendemen b/v (%) =

24 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, lahan penelitian dikategorikan masam dengan nilai ph 5.3. Kandungan C-organik dan N-total tergolong rendah masing-masing yaitu 1.45 % dan 0.14 %. Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang dimiliki tergolong rendah yaitu cmol(+)/kg sedangkan kejenuhan basanya sangat tinggi yaitu >100. Lahan penelitian memiliki tekstur tanah liat karena kandungan liat lebih tinggi daripada pasir dan debu (Lampiran 2). Kapur pertanian perlu diberikan untuk menaikkan nilai ph supaya menjadi netral. Dosis kapur pertanian diberikan sebanyak 1 kg untuk lahan seluas 4 m 2 atau dikonversi menjadi 2.5 ton/ha. Selain itu, pemberian pupuk kandang ayam pada berbagai dosis juga dapat mengubah sifat fisik dan kimia tanah. Hal ini dapat dilihat dari perubahan ph tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang ayam dengan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha berturut-turut adalah 6.6, 6.8, dan 6.8 yang tergolong netral. Nilai KTK juga menjadi meningkat sehingga diharapkan hara sudah dapat tersedia bagi tanaman (Lampiran 3-5). Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli Penanaman bibit kemangi dilakukan pada akhir bulan Mei dengan total curah hujan sebesar mm/bulan, rata-rata temperatur udara C, dan rata-rata lama penyinaran sebesar 5.37 jam/hari (Lampiran 6). Secara keseluruhan pertumbuhan tanaman kemangi baik. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kemangi relatif sedikit. Hama yang menyerang tanaman kemangi yaitu belalang. Serangan belalang hanya menyebabkan kerusakan pada daun dengan meninggalkan bekas gigitan di beberapa tanaman kemangi. Penyakit mulai timbul ketika tanaman kemangi telah berumur 2 MST yang disebabkan oleh virus mosaic. Penyakit ini menyebabkan pucuk daun muda mengerut (Gambar 1). Pemeliharaan seperti penyiraman dan pengendalian gulma perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan supaya tanaman kemangi tumbuh baik. Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari apabila tidak terjadi hujan yaitu pagi

25 15 dan sore hari. Penyiraman lebih sering dilakukan saat memasuki bulan Juli karena total curah hujan yang sedikit yaitu mm/bulan (Lampiran 6). Gambar 1. Gejala serangan virus mosaic pada tanaman kemangi Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi hasil sidik ragam peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kemangi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kemangi Umur Aksesi Dosis Pupuk Interaksi Variabel Pengamatan Kemangi Kandang KK (%) (MST) (A) (AxB) Ayam (B) Tinggi 1 tn ** tn tn ** tn tn ** tn tn ** tn Jumlah Daun 1 tn ** tn tn ** tn tn ** tn tn ** tn Jumlah Cabang 2 tn ** * tn ** tn tn * tn Bobot Panen Layak Jual 4 tn ** tn Bobot Basah Total 4 tn ** tn Bobot Kering Total 4 tn ** tn Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5 %, ** = berbeda nyata pada taraf 1 %, tn = tidak nyata, KK = Koefisien Keragaman

26 16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peubah pertumbuhan kemangi seperti tinggi tanaman dan jumlah daun pada 1-4 MST, jumlah cabang pada 2-3 MST, dan nyata pada 4 MST. Pemberian pupuk kandang juga memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah produksi tanaman kemangi antara lain bobot panen layak jual, bobot basah total, dan bobot kering total pada 4 MST. Interaksi antara perlakuan aksesi kemangi dan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang kecuali pada 2 MST, bobot panen layak jual, bobot basah total, dan bobot basah kering total. Aksesi kemangi Bogor dan Karawang memiliki beberapa perbedaan deskripsi seperti panjang dan lebar daun, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot panen layak jual, bobot basah total, dan bobot kering total (Lampiran 7). Tinggi Tanaman Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa pupuk kandang ayam memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman aksesi kemangi Bogor dan Karawang. Tinggi tanaman kemangi semakin meningkat dari 1-4 MST. Tanaman kemangi saat berumur 1-2 MST memiliki pertumbuhan tinggi yang masih cenderung lambat namun saat tanaman kemangi telah berumur 3-4 MST, pertumbuhan tinggi tanaman kemangi mulai cepat.

27 17 Gambar 2. Tinggi Tanaman Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Umur 1, 2, 3, dan 4 MST Gambar 3. Keragaan Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang pada 4 MST

28 18 Dosis pupuk kandang ayam yang semakin meningkat dapat meningkatkan keragaan aksesi kemangi Bogor dan Karawang (Gambar 3). Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha memberikan respon linier positif terhadap tinggi tanaman aksesi kemangi Bogor dan Karawang. Tinggi tanaman kemangi pada dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang ayam (kontrol). Tinggi tanaman kemangi yang tertinggi dimiliki oleh dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam sedangkan tinggi tanaman kemangi terendah dimiliki oleh dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam (kontrol) pada 4 MST. Jumlah Daun Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah daun aksesi kemangi Bogor dan Karawang semakin meningkat dari 1-4 MST. Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha memberikan respon linier positif terhadap jumlah daun. Hal ini berarti jumlah daun semakin meningkat seiring meningkatnya dosis pupuk kandang ayam. Jumlah daun pada dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang ayam (kontrol).

29 19 Gambar 4. Jumlah Daun Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam pada Umur 1, 2, 3, dan 4 MST Aksesi kemangi Bogor dan Karawang saat berumur 1-2 MST memiliki jumlah daun yang masih sedikit tetapi saat tanaman kemangi berumur 3-4 MST, jumlah daun tanaman kemangi relatif banyak. Jumlah daun tertinggi diperoleh pada dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam (kontrol) saat berumur 4 MST. Bogor (3.2 ± 0.15 cm) Karawang(25±072cm) Bogor (3 ± 0.26 cm) Karawang (2.4 ± 0.70 cm) Gambar 5. Panjang dan lebar daun aksesi kemangi Bogor dan Karawang

30 20 Aksesi kemangi Bogor dan Karawang memiliki perbedaan dalam ukuran daun. Aksesi kemangi Bogor memiliki panjang dan lebar daun masing-masing sebesar 3.2±0.15 cm dan 3±0.26 cm sedangkan aksesi kemangi Karawang memiliki panjang dan lebar daun masing-masing sebesar 2.5±0.72 cm dan 2.4± 0.70 cm (Gambar 5). Jumlah Cabang Cabang aksesi kemangi Bogor dan Karawang mulai terbentuk saat berumur 2 MST pada dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam sedangkan pada perlakuan tanpa pupuk kandang ayam, cabang belum terbentuk (Gambar 6). Jumlah cabang selalu meningkat dari 2-4 MST. Pada umur 2 MST jumlah cabang yang terbentuk masih sedikit dan mulai meningkat cepat pada umur 3-4 MST. Dosis 10, 20, 30 ton/ha pupuk kandang ayam memiliki jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang ayam (kontrol). Pemberian pupuk kandang ayam menunjukkan respon linier positif. Hal ini berarti dosis pupuk kandang ayam yang semakin tinggi dapat meningkatkan jumlah cabang. Jumlah cabang tertinggi pada 4 MST diperoleh oleh dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam sedangkan jumlah cabang terendah dimiliki oleh dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam (kontrol).

31 21 Gambar 6. Jumlah Cabang Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Umur 2, 3, dan 4 MST Gambar 7. Pertumbuhan Aksesi Kemangi Bogor pada 4 MST

32 22 Gambar 8. Pertumbuhan Aksesi Kemangi Karawang pada 4 MST Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam yang semakin meningkat akan meningkatkan pertumbuhan tanaman kemangi. Secara keseluruhan pertumbuhan aksesi kemangi Bogor dan Karawang yang diberikan pupuk kandang ayam dengan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan tanpa diberikan pupuk kandang ayam pada 4 MST. Bobot Panen Layak Jual Pemanenan tanaman kemangi dilakukan pada umur 4 MST. Gambar 9 menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam dapat meningkatkan bobot panen layak jual aksesi kemangi Bogor maupun Karawang. Bobot panen layak jual tanaman aksesi kemangi Bogor semakin meningkat pada dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam. Bobot panen layak jual aksesi kemangi Karawang juga semakin meningkat pada dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam.

33 23 30 Bobot Panen Layak Jual (g) b a a a b a a a 0 Aksesi Kemangi Bogor Dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam Aksesi Kemangi Karawang Dosis 10 ton/ha pupuk kandang ayam Dosis 20 ton/ha pupuk kandang ayam Dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam Gambar 9. Bobot Panen Layak Jual Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam memiliki bobot panen layak jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam. Bobot panen layak jual tertinggi pada aksesi kemangi Bogor dan Karawang dimiliki oleh dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam. Bobot panen layak jual aksesi kemangi Bogor pada dosis 30 ton/ha sebesar g sedangkan bobot panen layak jual aksesi kemangi Karawang pada dosis 30 ton/ha sebesar g. Bobot Basah Total Pemanenan bobot basah total dilakukan saat tanaman telah berumur 4 MST. Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk kandang ayam dapat meningkatkan bobot basah total aksesi kemangi Bogor maupun Karawang. Bobot basah total aksesi kemangi Bogor dan Karawang semakin meningkat pada dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam. Dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam memiliki bobot basah total yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam (kontrol). Dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam menghasilkan bobot basah total tertinggi pada aksesi kemangi Bogor sebesar g sedangkan bobot basah total

34 24 tertinggi pada aksesi kemangi Karawang pada dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam menghasilkan bobot basah total tertinggi sebesar g. Bobot Basah Total (g) b ab a a b b ab a 10 0 Aksesi Kemangi Bogor Dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam Aksesi Kemangi Karawang Dosis 10 ton/ha pupuk kandang ayam Dosis 20 ton/ha pupuk kandang ayam Dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam Gambar 10. Bobot Basah Total Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Bobot Kering Total Bobot kering total diperoleh dengan oven pada suhu C selama 2 hari (Gambar 11). Rata-rata kadar air bobot kering dari bobot basah pada aksesi kemangi Bogor dengan dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam masing-masing %, %, %, dan % sedangkan aksesi kemangi Karawang masing-masing %, %, %, dan %. Gambar 11. Penampilan daun kering kemangi

35 25 6 a a a Bobot Kering Total (g) b ab b b a 1 0 Aksesi Kemangi Bogor Dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam Aksesi Kemangi Karawang Dosis 10 ton/ha pupuk kandang ayam Dosis 20 ton/ha pupuk kandang ayam Dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam Gambar 12. Bobot Kering Total Aksesi Kemangi Bogor dan Karawang pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis pupuk kandang ayam dapat meningkatkan bobot kering total aksesi kemangi dari Bogor maupun Karawang (Gambar 12). Bobot kering total aksesi kemangi Bogor dan Karawang semakin meningkat pada dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam. Dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam menghasilkan bobot kering total tertinggi pada aksesi kemangi Bogor sebesar 5.16 g sedangkan bobot kering total tertinggi pada aksesi kemangi Karawang pada dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam sebesar 4.52 g. Rendemen Minyak Atsiri Rendemen minyak atsiri diperoleh dari perbandingan antara volume minyak atsiri yang dihasilkan dengan bobot sampel yang disuling. Destilasi minyak atsiri kemangi dilakukan pada bagian daun, batang, dan cabang. Minyak atsiri kemangi banyak terdapat di bagian daun daripada batang dan cabang dengan rasio 2:1 (Balittro, 2008). Minyak atsiri kemangi memiliki warna kuning keemasan sampai kuning kecoklatan (Gambar 13). Tabel 2 menunjukkan bahwa aksesi kemangi Bogor dengan dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam menghasilkan rendemen minyak atsiri masing-masing sebesar 0.04, 0.15, 0.11, dan 0.11 % sedangkan aksesi kemangi Karawang dengan dosis 0, 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk

36 26 kandang ayam menghasilkan rendemen minyak atsiri berturut-turut 0.16, 0.20, 0.19, dan 0.21 %. Tabel 2. Rendemen Minyak Atsiri Tanaman Kemangi dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton/ha) Rataan Aksesi Kemangi Rendemen Pupuk Kandang Ayam Bogor 0.04 % 0.15 % 0.11 % 0.11 % 0.12% Karawang 0.16 % 0.20 % 0.19 % 0.21 % 0.20% Gambar 13. Minyak Atsiri Tanaman Kemangi Bogor dan Karawang Aksesi kemangi Karawang menghasilkan rata-rata rendemen minyak atsiri lebih tinggi daripada aksesi kemangi Bogor. Aksesi kemangi Bogor dengan pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rata-rata rendemen minyak atsiri sebesar 0.12 % sedangkan aksesi kemangi Karawang menghasilkan rata-rata rendemen minyak atsiri sebesar 0.20 %. Rendemen minyak atsiri aksesi kemangi Bogor maupun Karawang yang diberikan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan tanpa pupuk kandang ayam. Aksesi kemangi Bogor dan Karawang dengan pemberian pupuk kandang ayam memberikan rendemen minyak atsiri masing-masing 300 % dan 125 % lebih baik dibandingkan tanpa pupuk kandang ayam.

37 27 Ketaren (1985) serta Wahyuni dan Hadipoentyanti (2006) menyatakan bahwa tanaman kemangi jika disuling menghasilkan rendemen sekitar 0.2 %. Hal ini bisa disebabkan karena kecilnya kadar minyak atsiri pada bahan baku karena penyimpanan bahan yang terlalu lama dan kondisi ruang penyimpanan yang tidak baik. Menurut Somaatmaja (1978) faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak atsiri adalah jenis/variasi tanaman, umur tanaman sebelum dipanen, perlakuan bahan mentah sebelum penyulingan, alat-alat, cara penyulingan, perlakuan terhadap minyak setelah penyulingan, dan penyimpanan minyak. Pembahasan Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran yang tidak dapat balik (Harjadi, 1996). Pemberian pupuk kandang ayam pada percobaan ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kemangi. Secara keseluruhan perlakuan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam memberikan pengaruh terhadap peubah pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun. Pertumbuhan yang meningkat juga akan meningkatkan produksi kemangi seperti bobot panen layak jual, bobot basah total, dan bobot kering total. Hal ini didukung oleh penelitian Saragi (2008) bahwa pupuk kandang ayam memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah, bobot kering, pada tanaman sayuran Spinacea oleracea. Rosani (2006) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman ceplukan. Menurut Susanti (2006) pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kolesom. Menurut Iqbal (2008) pemberian pupuk kandang dapat menyediakan ketersediaan hara N, P, dan K di dalam tanah menjadi seimbang sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa selain unsur nitrogen, pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimum apabila didukung oleh kecukupan unsur P dan K. Kondisi tanah awal (kontrol) memiliki kandungan P dan K masing-masing 119 ppm dan 0.32 cmol(+)/kg (Lampiran 2) kemudian mengalami peningkatan setelah diberikan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam. Kandungan P dan K pada dosis 10, 20, dan

38 28 30 ton/ha pupuk kandang ayam masing-masing adalah ppm dan 0.51 cmol(+)/kg (Lampiran 3), ppm dan 0.86 cmol(+)/kg (Lampiran 4), dan ppm dan 1.05 cmol(+)/kg (Lampiran 5). Secara keseluruhan pertumbuhan dan produksi tanaman kemangi dengan diberikan pupuk kandang ayam dengan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan tanpa diberikan pupuk kandang ayam (kontrol). Hal ini disebabkan karena dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam memiliki kandungan unsur hara seperti unsur N, P, dan K yang lebih tinggi dibandingkan kontrol (Lampiran 2-5). Menurut Prayugo (2007) unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi lebih mudah diserap oleh tanaman. Pemberian pupuk kandang dengan dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam menyebabkan unsur hara yang semakin meningkat sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman kemangi juga semakin meningkat. Dosis pupuk kandang ayam yang semakin meningkat menyebabkan pertumbuhan tanaman kemangi lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hal ini dapat dilihat dengan komponen pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun, yang terus meningkat dengan adanya peningkatan dosis pupuk kandang ayam. Pertumbuhan yang semakin meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk kandang ayam juga akan meyebabkan produksi tanaman kemangi meningkat. Hal ini dapat dilihat pada komponen produksi seperti bobot panen layak jual, bobot basah total dan bobot kering total yang terus meningkat dengan adanya peningkatan dosis pupuk kandang ayam. Oleh karena itu, pemberian dosis 10, 20, dan 30 ton/ha pupuk kandang ayam menyebabkan pertumbuhan dan produksi kemangi lebih baik dibandingkan kontrol. Menurut Harjadi (1989) fase vegetatif tanaman berhubungan dengan tiga proses penting yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel. Kecepatan pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel tergantung dari ketersediaan karbohidrat yang berasal dari fotosintesis. Saragi (2008) menambahkan bahwa tanaman yang semakin aktif

39 29 melakukan pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel disebabkan karena keadaaan fisik tanah yang baik dari pemberian pupuk kandang ayam sehingga menyebabkan akar, batang, dan daun akan meningkat dengan cepat sehingga biomassa tanaman tersebut juga meningkat. Pemberian pupuk kandang ayam juga mempengaruhi rendemen minyak atsiri kemangi. Jumlah daun dan cabang yang semakin meningkat dengan peningkatan dosis pupuk kandang ayam akan menyebabkan biomassa kemangi yang dihasilkan juga meningkat. Biomassa kemangi yang semakin tinggi menyebabkan volume minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan juga akan meningkat. Penyulingan minyak atsiri pada percobaan ini menggunakan metode destilasi air (Lampiran 8). Rendemen minyak atsiri ditentukan oleh perbandingan antara volume minyak atsiri yang dihasilkan dengan bobot sampel yang akan disuling. Hasil penyulingan tanaman kemangi akan menghasilkan rendemen sekitar 0.2 % (Balittro, 2008). Rendemen minyak atsiri aksesi kemangi Bogor dan Karawang yang diberikan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan tanpa pupuk kandang ayam. Aksesi kemangi Bogor menghasilkan rata-rata rendemen minyak atsiri sebesar 0.12 % sedangkan aksesi kemangi Karawang menghasilkan rata-rata rendemen minyak atsiri sebesar 0.21 %. Oleh karena itu, aksesi kemangi Bogor baik digunakan untuk konsumsi sedangkan aksesi kemangi Karawang digunakan untuk minyak atsiri. Penyulingan daun segar akan menghasilkan rendemen minyak yang terlalu rendah. Hal ini disebabkan karena sel-sel yang mengandung minyak sebagian terdapat di permukaan dan sebagian lagi di bagian dalam daun. Penyulingan daun segar hanya menghasilkan minyak yang berasal dari permukaan saja. Oleh karena itu, pelayuan dan pengeringan sangat diperlukan supaya dinding-dinding sel terbuka sehingga lebih mudah ditembus uap (Tan, 1962). Selain itu, pelayuan dan pengeringan juga bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga penyulingan dapat berlangsung lebih mudah dan lebih singkat (Ketaren, 1985).

40 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dosis pupuk kandang ayam yang semakin meningkat akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi daun segar, serta kandungan minyak atsiri kemangi. Dosis pupuk kandang yang optimum terhadap pertumbuhan dan produksi daun segar kemangi belum ditemukan. Dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam memberikan rata-rata produksi tertinggi pada aksesi kemangi Bogor dan Karawang msing-masing 5.16 dan 4.52 g bobot kering total. Rendemen minyak atsiri aksesi kemangi Bogor maupun Karawang yang diberikan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan tanpa pupuk kandang ayam. Saran Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemupukan pada tanaman kemangi dengan dosis pupuk kandang ayam yang lebih tinggi sehingga diperoleh dosis optimum untuk pertumbuhan tanaman kemangi.

41 DAFTAR PUSTAKA Adi, L.T Terapi Herbal Berdasarkan Golongan Darah. Agromedia Pustaka. Jakarta. 186 hal. Balittro Keragaman selasih (Ocimum spp.) berdasarkan karakter morfologi, produksi, dan mutu herba. Jurnal Littri 14(4): Dasgupta, T., A.R. Rao, and P.K. Yadava Chemomodulatory efficacy of basil leaf (Ocimum basilicum) on drug metabolizing and antioxidant enzymes, and on carcinogen-induced skin and forestomach papillomagenesis. Phytomedicine 11: Deschamps, C. and J.E. Simon Terpenoid essential oil metabolism in basil (Ocimum basilicum L.) following elicitation. Journal of Essential Oil Research 18: Guenther, E The Essential Oils Vol. I. Krieger Publishing Company. New York. Harjadi, S.S Dasar-dasar Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 506 hal Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal. Hartatik, W. dan L.R. Widowati Pupuk Kandang. Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai Penelitian Tanah. 82 hal. Iqbal, A Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padi organik di tanah inceptisol. Jurnal Akta Agrosia 11(1): Jamilah Pengaruh pemberian pupuk kandang dan kelengasan terhadap perubahan bahan organik dan nitrogen total entisol. [28 November 2009]. Ketaren, S Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta. 426 hal. Lesmayati, S Modifikasi Proses Penyulingan Minyak Nilam dengan Peningkatan Tekanan secara Bertahap. Skripsi. Departemen Teknologi Industri. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal. Mayadewi, N.N.A Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Agritrop 26 (4):

42 32 Muralidharan, A. and R. Dhananjayan Cardiac stimulant activity of Ocimum basilicum Linn. extracts. [25 November 2009]. Muslihat, L Teknik percobaan takaran pupuk kandang pada pembibitan Abaca. Buletin Teknik Pertanian 8(1): Nazzaruddin Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. 142 hal. Paton, A A synopsis of Ocimum L. (Labiatae) in Africa. Kew Bul. 47: Prayugo, S Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hal. Rosadi, A Pembuatan Permen Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum). Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal. Rosani, T pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi biomassa tanaman ceplukan (Physalis angulata L.). Skripsi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 38 hal. Rubatzky, V. dan M. Yamaguchi Sayuran Dunia I : Prinsip, Produksi, dan Gizi, Edisi Kedua. Terjemahan dari : World Vegetables : Principles, Production, and Nutritive Values, Second Edition. Penerjemah : C. Herison. Penerbit ITB. Bandung. 313 hal. Sadikin, S Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nilam (Pogestemon cablin Benth.). Skripsi. Departemen Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 30 hal. Santoso, B., F. Haryanti, dan S.A. Kadarsih Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi serat tiga klon rami di lahan aluvial Malang. [1 Februari 2010]. Saragi, A.H Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Dosis Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Peleng (Spinacea oleracea). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. 59 hal. Setyamidjaya, D Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta. 93 hal. Siemonsma, J.S. and K. Piluek Plant Resources of South-East Asia Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. 412 p.

43 33 Simon, J.E., J. Quinn, and R.G. Murray Basil : a source of essential oils, p In J. Janick and J.E. Simon (Eds.). Advances in New Crops. Timber Press. Portland. Simon, J.E Basil: promising new essential oil crop. New Crops News 12(1): Simon, J.E., M.R. Morales, W.B. Phippen, R. F. Vieira, and Z. Hao Basil : a source of aroma compounds and a popular culinary and ornamental herb, p In J. Janick (Ed.). Perspectives on New Crops and New Uses. ASHS Press. Alexandria. Soepardi, G Sifat dan Ciri Tanah. IPB Press. Bogor. 591 hal. Somaatmaja Masalah Minyak Atsiri Dewasa Ini. Seminar Minyak Atsiri III. Balai Penelitian Kimia. Bogor. hal Sulianti, S.B Studi fitokimia Ocimum spp. : komponen kimia minyak atsiri kemangi dan ruku-ruku. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati 9(3): Susanti, H Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal. Sutanto, R Pertanian Organik (Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan). Kanisius. Jakarta. Sutejo, M.M Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 110 hal. Syekhfani Arti penting bahan organik bagi kesuburan tanah. [1 Februari 2010]. Tan, H.S Minyak Atsiri. Balai Penelitian Kimia PNPR. Nupikasa-yasa Deperindag. Kantor dan Penyuluhan Deperindag. Bogor. Utami, S., K.A. Nocianitri, dan I.A.R.P. Pudja Pengaruh suhu air dan lama waktu perendaman beberapa jenis sayuran daun. Agritrop 26(3): Wahyuni, S. dan E. Hadipoentyanti Kemangi sebagai sumber minyak atsiri dan peluangnya sebagai bahan parfum. Jurnal Warta12(2): Williams, C.N., J.O.Uzo, dan W.T.H. Peregrine Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Terjemahan dari : Vegetable Production in The Tropics. Penerjemah : S. Ronoprawiro. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 374 hal.

44 34 Yuhono, J.T. dan S. Suhirman Status pengusahaan minyak atsiri dan faktor-faktor teknologi pasca panen yang menyebabkan rendahnya rendemen minyak. [1 Februari 2010]. Zakaria, A. and P. Vimala Research and development of organic crop production in Malaysia. [1 Februari 2010].

45 LAMPIRAN

46 36 Lampiran 1. Denah Tata Letak Penelitian U P1V1 P3V1 P2V2 P0V2 P3V1 P2V1 P0V1 P2V1 P1V2 P3V2 P1V1 P0V1 P2V2 P1V2 P0V1 P2V1 P0V2 P3V2 P3V2 P0V2 P3V1 P1V1 P1V2 P2V2 U2 U1 U3 Keterangan : P0 = dosis 0 ton/ha pupuk kandang ayam P1 = dosis 10 ton/ha pupuk kandang ayam P2 = dosis 20 ton/ha pupuk kandang ayam P3 = dosis 30 ton/ha pupuk kandang ayam V1 = aksesi kemangi Bogor V2 = aksesi kemangi Karawang U1 = ulangan ke-1 U2 = ulangan ke-2 U3 = ulangan ke-3 Lampiran 2. Penilaian Sifat Kimia Tanah Awal (Kontrol). Peubah Nilai Keterangan ph H₂O 5.3 Masam C-organik (%) 1.45 Rendah N-total (%) 0.14 Rendah C/N 10 Rendah P₂O₅ Bray (ppm) 119 Sangat tinggi P-HCl 25 % (mg/100 g) 147 Sangat tinggi Ca [cmol(+)/kg] Tinggi Mg [cmol(+)/kg] 3.53 Tinggi K [cmol(+)/kg] 0.32 Sedang Na [cmol(+)/kg] 0.30 Rendah KTK [cmol(+)/kg] Rendah KB (%) >100 Sangat tinggi Tekstur (pasir:debu:liat) (%) 17:36:47 Liat Sumber : Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor

47 37 Lampiran 3. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Ayam 10 ton/ha Peubah Nilai Keterangan ph H₂O 6.6 Netral C-organik (%) 1.68 Rendah N-total (%) 0.13 Rendah C/N 13 Sedang P₂O₅ Bray (ppm) Sangat tinggi P-HCl 25 % (mg/100 g) 214 Sangat tinggi Ca [cmol(+)/kg] Tinggi Mg [cmol(+)/kg] 3.86 Tinggi K [cmol(+)/kg] 0.51 Sedang Na [cmol(+)/kg] 0.30 Sedang KTK [cmol(+)/kg] Sedang KB (%) >100 Sangat tinggi Sumber : Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor Lampiran 4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Ayam 20 ton/ha Peubah Nilai Keterangan ph H₂O 6.8 Netral C-organik (%) 1.95 Rendah N-total (%) 0.14 Rendah C/N 14 Sedang P₂O₅ Bray (ppm) Sangat tinggi P-HCl 25 % (mg/100 g) 253 Sangat tinggi Ca [cmol(+)/kg] Tinggi Mg [cmol(+)/kg] 4.34 Tinggi K [cmol(+)/kg] 0.86 Tinggi Na [cmol(+)/kg] 0.20 Rendah KTK [cmol(+)/kg] Sedang KB (%) >100 Sangat tinggi Sumber : Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor

48 38 Lampiran 5. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Ayam 30 ton/ha Peubah Nilai Keterangan ph H₂O 6.8 Netral C-organik (%) 2.22 Sedang N-total (%) 0.14 Rendah C/N 16 Sedang P₂O₅ Bray (ppm) Sangat tinggi P-HCl 25 % (mg/100 g) 281 Sangat tinggi Ca [cmol(+)/kg] Tinggi Mg [cmol(+)/kg] 4.34 Tinggi K [cmol(+)/kg] 1.05 Sangat tinggi Na [cmol(+)/kg] 0.23 Rendah KTK [cmol(+)/kg] Sedang KB (%) >100 Sangat tinggi Sumber : Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor Lampiran 6. Data Curah Hujan dan Lama Penyinaran selama Masa Penelitian Bulan Curah Hujan Rataan Lama Penyinaran Temperatur (⁰C) (mm/bulan) (jam/hari) Mei Juni Juli Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

49 39 Lampiran 7. Deskripsi 2 Aksesi Kemangi Aksesi Karakter Nilai Bogor Panjang daun 3.2 ± 0.15 cm Lebar daun 3 ± 0.26 cm Tinggi tanaman cm Jumlah daun Jumlah cabang Bobot panen layak jual 8.89 g Bobot basah total g Bobot kering total 2.43 g Potensi/Rendemen minyak atsiri 0.12 % Karawang Panjang daun 2.5 ± 0.72 cm Lebar daun 2.4 ± 0.70 cm Tinggi tanaman cm Jumlah daun Jumlah cabang Bobot panen layak jual 9.79 g Bobot basah total g Bobot kering total 2.26 g Potensi/Rendemen minyak atsiri 0.20 %

50 40 Lampiran 8. Proses Penyulingan Minyak Atsiri Pengukuran Kadar Air Ketel Uap Minyak Atsiri Alat Penyuling Minyak Atsiri

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Syarat Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Kedudukan tanaman kemangi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) dapat diklasifikasikan yaitu : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 7 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kebun percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A24050822 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy ( Brassica rapa L.) adalah tanaman jenis sayur-sayuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy ( Brassica rapa L.) adalah tanaman jenis sayur-sayuran yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Pakcoy Pakcoy ( Brassica rapa L.) adalah tanaman jenis sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L. PROPOSAL PENELITIAN PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) Oleh Diah Azhari 0910480211 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam 4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci