BAB IV HASIL. 4.1 Analisis Situasional Sejarah Perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL. 4.1 Analisis Situasional Sejarah Perusahaan"

Transkripsi

1 4.1 Analisis Situasional Sejarah Perusahaan BAB IV HASIL PT. Sentul City Tbk didirikan pada tanggal 16 April 1993 dengan nama PT. Sentragriya Kharisma. Nama perseroan tersebut mengalami beberapa kali ganti nama menjadi PT. Royal Sentul Highlands (Tahun 1993), PT. Royal Sentul Highlands Tbk. (Tahun 1997), PT. Bukit Sentul Tbk. (Tahun 1997), dan nama perseroan kemudian diubah lagi menjadi PT Sentul City Tbk. (Tahun 2006). PT. Sentul City Tbk memiliki beberapa anak perusahaan seperti PT. Sukaputra Graha cemerlang, PT. Gunung Geulis Elok Abadi, PT. Gazelle Indonesia, PT. Sentul Investindo, dan PT. Aftanesia. Selain itu, PT. Sentul City Tbk juga memiliki perusahaan asosiasi seperti PT. Royal Sentul Resort Hotel, PT. Jakarta Polo and Equestrian, dan PT. Bukit Jonggol Asri. Sentul City merupakan kawasan perumahan yang sedang berkembang menjadi kota baru yang mengacu pada keselarasan lingkungan, berwawasan lingkungan dan harmonisasi terhadap lingkungan. Sistem untuk pembagian tipe perumahan pada Sentul City diterapkan sistem cluster, dimana hanya terdapat satu akses untuk masuk dan keluar areal tersebut. Peruntukan kawasan perumahan di Sentul City adalah 60% untuk area saleable dan 40% untuk area non saleable (Tabel 9). Tabel 9. Peruntukan Kawasan Perumahan Sentul City No. Wilayah Luas Rencana Persentase Terbangun Efektif Ket Peruntukan (%) KDB Luas (Ha) (%) (Ha) 1. Perumahan 1098,90 45 Area Perdagangan, 189,50 8 Saleable perkantoran, dan 1479,00 60 industri ringan 3. Fasilitas Khusus 190, (komersial) 4. Sarana dan Prasarana - Fasilitas 36,10 1 Area Khusus Non KWT (%) 20

2 Lanjutan Tabel 9. - Jalan 561,70 23 Saleable Interchange 15, , Hijau 323, Fasos dan Fasum 50, Total 2465, Sumber: RKL dan RPL PT. Sentul City, Tbk, Kondisi Fisik A. Batas Tapak dan Geografis Sentul City terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Sentul City terletak pada koordinat LS dan BT. Kawasan yang memiliki luas ± 3100 ha ini dekat dengan beberapa gunung, diantaranya adalah Gunung Pancar dan Gunung Salak. Secara administratif, kawasan ini terletak di beberapa desa di Kecamatan Babakan Madang, yaitu Babakan Madang, Cipambuan, Kadumangu, Citaringgul, Sumur Batu, Cijayanti, Bojong Koneng dan 1 desa di Kecamatan Sukaraja, yaitu Desa Cadas Ngampar. Batas wilayah Sentul City adalah sebagai berikut: Utara : Desa Cipambuan dan Desa Kadungmanggu Timur Selatan Barat : Desa Hambalang dan Desa Karang tengah : Desa Nanggrak dan Desa Cijayanti : Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar B. Iklim dan Topografi Berdasarkan Stasiun Meteorologi Dramaga Bogor, suhu udara pada kawasan ini sekitar 25,7 C dengan kelembaban udara rata-rata 70,7 %. Curah hujan rataratanya 192 mm setiap tahunnya dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Mei sebesar 349 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 42 mm. Tabel 10. Data Iklim Tahun Tahun 2011 Bulan Rata-rata temperatur ( C) Rata-rata kelembaban (%) Rata-rata curah hujan (mm) Januari 25, Februari 25, Maret 25, April 25,

3 Lanjutan Tabel 10. Mei 26, Juni 26, Juli 25, Agustus 25, September 25, Oktober 26, November 25, Desember 26, Januari 25, Februari 25, Maret 26, JUMLAH 385, Rata-rata 25,7 70,7 192 Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga Sentul City terletak pada m di atas permukaan laut. Topografi pada Sentul City berupa perbukitan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng sekitar 60 o. Kawasan Sentul City memiliki kemiringan lereng yang berkisar antara 0 % sampai dengan lebih besar dari 25%, dengan detail kontur: (1) 0-8%: 1109,30 ha, (2) 8-15%: 706,3 ha, (3) 15-25%: 695 ha, (4) >25%: 498,4 ha (Tabel 11). Tabel 11. Kondisi Topografi Sentul City Bentuk Wilayah Lereng (%) Perbedaan Tinggi (m) Luas (ha) Datar-berombak (undulating) ,3 Bergelombang (rolling) ,3 Berbukit (hilly) ,0 Bergunung-gunung >25 > ,4 (mountainous) Sumber: AMDAL Sentul City, Kondisi Bio-Fisik A. Hidrologi Sumberdaya air di kawasan Sentul City berasal dari pengolahan air mandiri yang berasal dari badan-badan air atau Water Treatment Plant (WTP) dan melalui pipa air PDAM Kabupaten Bogor yang didistribusikan melalui reservoir yang ada di Cipambuan selanjutnya didistribusikan ke daerah pelayanan di lokasi kegiatan. 22

4 Water Treatment Plant (WTP) adalah salah satu prasarana umum bagi kawasan Sentul City, dengan debit air 80 liter/detik. Air berasal dari air hujan dan air sungai Citeureup yang diolah pada musim penghujan yang ditampung pada danau seluas kurang lebih 4 hektar. Sentul City juga memiliki sistem pengolahan limbah cair rumah tangga yang diberi nama Sewage Tretment Plant (STP). STP mengolah limbah cair dari berbagai sarana komersil di Sentul City, seperti restoran, hotel, dan lainnya. Sungai yang mengalir di kawasan ini adalah Sungai Citeureup, Cikeas, Citaringgul. Sebagian hasil dari WTP digunakan lagi oleh pihak pengelola untuk menyirami vegetasi yang berada di kawasan Sentul City. Air tanah tergolong langka di kawasan ini, sehingga air tanah tidak digunakan dalam kegiatan operasional perumahan Sentul City. Berikut merupakan data hidrologi Sentul City (Tabel 12). Tabel 12. Data Hidrologi Sentul City No. Sumber Air Keterangan 1. Sungai Sungai Cikeas dan Sungai Citereup 2. Air Tanah 4-12 meter di bawah permukaan tanah Sumber: AMDAL Sentul City, 2009 B. Vegetasi Sentul City memiliki bentuk topografi yang landai hingga berbukit dengan vegetasi yang bervariasi dan tersebar. Vegetasi dengan keragaman jenis yang tinggi ini dapat digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu vegetasi hutan, vegetasi kebun, dan campuran yang mendominasi daerah Sentul City pada musim penghujan, vegetasi tegalan, kemudian ada vegetasi semak belukar yang mendominasi daerah Sentul City pada musim kemarau, dan yang terakhir adalah vegetasi sawah yang mendominasi daerah pinggiran sungai Aspek Pengelolaan A. Struktur Organisasi Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. PT. Sukaputra Graha Cemerlang atau SGC adalah anak perusahaan dari PT. Sentul City Tbk dalam bidang town management. PT. Sukaputra Graha Cemerlang mempunyai beberapa divisi, yaitu divisi lingkungan dan kebersihan, divisi pemeliharaan infrastruktur, dan divisi pergudangan di 23

5 Sentul City. Adanya struktur organisasi adalah untuk memberi penjelasan mengenai tanggung jawab dan tugas dari pihak-pihak yang terkait. Berikut merupakan struktur organisasi dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (Gambar 5). Departemen Pemeliharaan Lingkungan Administrasi Pemeliharaan Infrastruktur Lanskap dan Kebersihan Pergudangan Jalan dan Drainase RTW Mekanik dan Listrik Lanskap Kebersihan Peralatan Gambar 5. Struktur Organisasi Sukaputra Graha Cemerlang (SGC) B. Sarana dan Prasarana Pengelolaan lanskap yang baik memerlukan sarana dan prasarana yang baik pula. Sarana dan prasarana di Sentul City sudah cukup memadai, terlihat dengan adanya beberapa fasilitas seperti perumahan, perkantoran, keagamaan, pendidikan, rekreasi, olahraga, dan kesehatan (sedang dalam proses). Dalam mengelola area pemeliharaan lanskap di Sentul City (Tabel 13), SGC memiliki area pembibitan (nursery) yang dapat digunakan untuk mengganti tanamantanaman yang rusak. Tabel 13. Luas Area Pemeliharaan Lanskap di Sentul City No. Area Perawatan Lanskap Luas (ha) Proporsi (%) 1. Taman Taman Gerbang Taman Lingkungan Spine Road 4,43 10,72 11,94 2. Rumput Berm Halaman depan Kavling RTH Pengawas Lapang Operator Pemeliharaan 58,02 11,37 108,76 60,56 1,50 3,60 4,03 19,46 3,84 36,60 20,32 3. Pohon Pohon Jalan 1,42 0,48 24

6 Lanjutan Tabel 13. Pohon Penghijauan Sempadan jalan Jogging Track Saluran Drainase 6,69 25,87 0,38 4,49 2,25 8,72 0,13 1,50 Total 296,59 100,00 Sumber: Bukit Sentul Tbk, 2009 C. Efektivitas Pengelolaan, Tenaga Kerja, Jadwal, Peralatan, dan Biaya PT. Sukaputra Graha cemerlang membawahi beberapa kontraktor, diantaranya adalah CV. Gelar Jaya, CV. Citra Anugrah Maulita, dan PT. Makna Prakarsa Utama. Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan taman menurut Arifin dan Arifin (2009) sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman, ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan kerja di lapang, dan kelancaran komunikasi pimpinan dengan para pengawas serta pengawas dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang. Tenaga kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang berdasarkan jenjang pendidikan dan jenjang manajemennya dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 14). Tabel 14. Tenaga kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang Komposisi Karyawan Menurut jenjang Pendidikan Jumlah Karyawan Pasca Sarjana Sarjana D3 SLTA SLTP SD Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Manajemen Div. Head Dept. Head Section Head Staff Non Staff Total Sumber: Annual Report Sentul City, 2011 Program kerja pemeliharaan di Sentul City dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidentil. Kegiatan pemeliharaan rutin merupakan pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan pemeliharaan insidential merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanya pada waktu tertentu saja atau pada saat ada permintaan. Setiap kegiatan pemeliharaan terdapat pengawasannya. Pengawasan dilaksanaakan pada saat pelaksanaan pemeliharaan dan pasca pemelaksanaan pemeliharaan, yang berupa cheklist evaluasi hasil pekerjaan. Jadwal pemeliharaan terkoordinir dari hari senin hingga minggu pada jam kerja sampai dengan 16.00, dengan jam istirahat selama 1 jam, yaitu pada 25

7 jam sampai dengan Peralatan pekerjaan pemeliharaan terdiri dari mobil dan motor operasional, mesin rumput, tangki air dan beberapa jenis alat kerja infrastruktur seperti roda genset, pahat kayu, gergaji besi, cangkul, mesin serut, palu, linggis, troli dorong, sekop, dan lainnya. 4.2 Karakteristik Jalur Sepeda Lokasi Jalur Sepeda Penelitian dilakukan pada jalur sepeda di Sentul City Bogor. Jalur sepeda ini ramai dengan pengguna sepeda pada hari sabtu dan minggu. Jalan MH Thamrin terdiri dari dua jalan yang dipisahkan oleh median jalan, dengan masing-masing jalan mempunyai jalur sepeda di sebelah kiri jalan. Jalan ini memiliki panjang 2,7 kilometer dengan lebar median 6 meter dan lebar jalan 9 meter. Jalan MH. Thamrin termasuk ke dalam jalan arteri, dengan kecepatan rata-rata tinggi. Jalan Jenderal Sudirman terdiri dari dua badan jalan yang dipisahkan dengan median, dan dua badan jalan yang tidak dipisahkan oleh median jalan, dengan jalur sepeda di sebelah kiri jalan. Jalan ini memiliki panjang 1 km dengan lebar jalan 7,5 meter dan lebar median 2 meter (Tabel 15). Tabel 15. Kondisi Jalan Tempat Penelitian No Nama Jalan MH. Thamrin Jendral Sudirman Panjang Jalur Sepeda (km) Jalur Sepeda Lebar (m) Perkerasan Median Jalan Jenis Kondisi 2,7 1,5 6 9 Aspal Baik 1 1,2-1,4 2 7,5 Aspal Baik Jalur sepeda terletak pada jalan utama kawasan Sentul City. Jalur ini menghubungkan jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman (Gambar 6). Jalur sepeda di Jalan MH Thamrin memiliki panjang 2,7 kilometer, sedangkan jalur sepeda di Jalan Jendral Sudirman memiliki panjang 1 km, dengan total panjang jalur sepeda adalah 3,7 kilometer. 26

8 U Tanpa Skala Keterangan gambar: Jalan MH. Thamrin Jalan Jendral Sudirman Gambar 6. Jalan MH. Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman Tipe Jalur Sepeda Jalur sepeda di Sentul City berada di sebelah kiri, dengan mengambil sebagian jalan arteri. Jalur ini dipisahkan dengan jalan arteri menggunakan garis marka jalan berwarna kuning. Tipe jalur seperti ini dinamakan bicycle lane, dimana jalur sepeda berada di satu badan jalan dengan kendaraan bermotor dipisahkan oleh garis marka jalan. Kondisi jalur disini terkelola dengan baik, tetapi dikarenakan tidak ada pengelolaan yang rutin, jalur sepeda terkadang kotor dengan bekas ban mobil, tanah, dan sebagainya (Gambar 7). Gambar 7. Kondisi Jalur Sepeda yang Kotor oleh Limpasan Tanah 27

9 Jalur sepeda pada jalan MH. Thamrin memiliki lebar 1,5 meter di sebelah kiri masing-masing badan jalan. Jalur pada jalan ini berbagi jalan dengan jalur kendaraan bermotor tanpa ada bollard atau pembatas, tetapi jalur ini dipisahkan oleh garis marka jalan (Gambar 8). Skala 1 : 300 Gambar 8. Dimensi Jalan MH. Thamrin Jalur sepeda pada jalan Jendral Sudirman memiliki lebar yang berbeda. Pada badan jalan yang memiliki median, lebar jalur sepeda adalah 1,8 meter di sebelah kiri masing-masing badan jalan (Gambar 9). Sedangkan pada badan jalan yang tanpa median, lebar jalur sepeda terlihat berbeda. Lebar jalur sepedanya adalah 1,4 meter pada badan jalan sebelah kiri dan 1,2 meter pada badan jalan sebelah kanan (Gambar 10). Skala 1 : 200 Gambar 9. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Dengan Median 28

10 Skala 1 : 200 Gambar 10. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Tanpa Median Ruang Terbuka Hijau pada jalur sepeda ini terletak di samping kiri jalur sepeda, dengan saluran drainase yang memisahkan antara berm dan taman tepi jalan. Saluran drainase memiliki lebar 60 sentimeter dan berm badan jalan sebelah kanan memiliki lebar 140 cm, sedangkan bagian kiri 120 cm. Terdapat kanstin selebar 15 cm yang membatasi antara berm dan jalur sepeda Elemen Pendukung Jalur Sepeda Elemen pembentuk jalur sepeda berupa kelengkapan jalan (street furniture), antara lain rambu lalu lintas, garis marka jalan, simbol sepeda, halte, dan tempat parkir (Tabel 16). Elemen-elemen ini dimaksudkan untuk memberikan keamanan dan kenyaman untuk pengguna jalur sepeda di Sentul City (Lampiran 4). Tabel 16. Elemen Pendukung Pada Lokasi Penelitian Lokasi Rambu Lalu Lintas (buah) Elemen Pendukung Garis Marka Jalan Simbol Sepeda (buah) Halte (buah) Tempat Parkir (buah) Jalan MH. Thamrin 17 2,7 km Jalan Jendral Sudirman 6 1 km Sumber: Pengamatan lapang 29

11 4.2.4 Rambu Lalu Lintas Fasilitas lalu lintas untuk pengguna jalur sepeda berfungsi sebagai informasi dan petunjuk lalu lintas yang dibuat sebagai komunikasi antara pengelola jalan dengan pengguna jalan sehingga dapat memperhatikan keadaan jalan. Fasilitas ini dapat meningkatkan keselamatan para pengguna jalur sepeda, karena ini dapat menjadi peringatan untuk pengguna jalan lainnya bahwa di tempat tersebut terdapat jalur sepeda. Terdapat dua jenis penggunaan bahasa dalam rambu lalu lintas ini, menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata peringatan dalam bahasa Indonesia adalah Hati-Hati Sepeda! dan kata peringatan dalam bahasa Inggris adalah Look For Bikes. Warna dasar rambu lalu lintas ini adalah kuning. Sedangkan untuk warna pinggiran, gambar, dan tulisan adalah hitam. Warna untuk tiang penyangga adalah abu-abu. Bentuk rambu lalu lintas ini adalah persegi panjang. Rambu lalu lintas ini memiliki ukuran panjang papan 120 cm dengan lebar 80 cm, dan ukuran tiang 180 cm dengan lebar 8 cm. Rambu lalu lintas ini ditempatkan pada berm sebelah kiri jalan (Gambar 11), dengan jarak 400 meter dengan rambu lainnya. Material untuk rambu lalu lintas ini dibuat dari lempengan alumunium dan tiang rambu terbuat dari logam. Gambar 11.Rambu Lalu Lintas: Tampak Depan (Kiri), Tampak Belakang (Kanan) Garis Marka Jalan Garis marka jalan adalah tanda di permukaan jalan yang membentul garis melintang sepanjang jalan. Garis ini berfungsi untuk memisahkan antara jalan 30

12 utama dengan jalur sepeda (Gambar 12). Warna dari garis ini adalah kuning, sedangkan lebar dari garis marka jalan ini adalah 12 cm. Garis marka jalan ini mengikuti jalur sepeda, kecuali pada saat pintu masuk suatu gedung, fasilitas, ataupun tempat proyek. Gambar 12. Garis Marka Jalur Sepeda Berwarna Kuning Simbol Sepeda Simbol Sepeda merupakan salah satu penanda yang digunakan untuk menginformasikan kepada pengguna jalan bahwa jalur tersebut khusus untuk pengguna sepeda. Simbol ini memiliki warna background merah dengan warna tulisan putih. Terdapat dua simbol pada gambar ini, yaitu panah dan sepeda (Gambar 13). Gambar 13. Simbol Sepeda dan Panah Tempat Istirahat dan Parkir Sepeda Tempat parkir sepeda adalah fasilitas yang sangat penting untuk mendukung aktivitas bersepeda sebagai pilihan transportasi yang praktis. Berdasarkan London Cycling Design Standards, terdapat empat syarat dalam merencanakan tempat parkir sepeda, diantaranya adalah: 1. Tempat parkir harus mendukung semua jenis sepeda tanpa harus merusaknya; 31

13 2. Tempat parkir harus dapat mengamankan frame dan roda sepeda agar dapat berdiri; 3. Tempat parkir tidak boleh menghalangi dan membahayakan pejalan kaki; 4. Pada tempat umum, tempat parkir tidak boleh mengganggu lingkungan. Tempat parkir sepeda memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah tempat parkir sepeda berdiri. Lokasi dari tempat parkir ini harus diletakkan dekat dengan tempat tujuan. Jarak untuk tempat parkir ke tempat tujuan adalah meter, tergantung dari jangka waktu dari parkir sepeda. Posisi tempat parkir berdiri ini harus diletakkan di tempat yang minim potensi kecelakaan, contohnya saat pengendara sepeda membungkuk untuk mengunci sepeda yang akan diparkir. Tempat parkir yang ada di pinggir jalan, harus terletak minimal 0,6 meter dari tepi trotoar. Sentul City telah menyediakan tempat istirahat dan tempat parkir untuk pengguna sepeda. Tempat istirahat terletak di Plaza Niaga 1 (Gambar 14) dan halte di pinggir jalan utama. Terdapat toko sepeda pada Plaza Niaga 1, yaitu Toko Sepeda Sentul (Gambar 15). Toko Sepeda Sentul merupakan milik pribadi yang berdiri dari Juni Toko ini memberikan fasilitas tempat parkir untuk sepeda, sewa sepeda dan helm, jual sepeda dan spare part, serta café untuk beristirahat. Sedangkan pada foodcourt di Plaza Niaga 1 memberikan fasilitas yang sama seperti foudcourt pada lainnya, yang membedakan adalah terdapatnya tempat parkir untuk sepeda. Gambar 14. Tempat Parkir di Foodcourt Plaza Niaga 1 32

14 Gambar 15. Tempat Parkir di Toko Sepeda Sentul 4.3 Karakteristik Jalur Hijau Jalur Sepeda Vegetasi di sekitar jalur sepeda memberikan beberapa fungsi seperti fungsi estetika, peneduh, dan pengarah. Vegetasi pada jalur sepeda di Jalan MH Thamrin di dominasi oleh pohon pinus. Sedangkan vegetasi pada jalur sepeda di Jalan Jendral Sudirman, di dominasi oleh pohon ketapang kencana. Selain pohon, terdapat juga groundcover dan semak. Bentuk jalur hijau jalan untuk jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman menggunakan pola linear mengikuti jalan. Jalur hijau terletak pada tanaman tepi jalan, median jalan, dan taman pulau jalan untuk kedua jalan tersebut. Vegetasi ini dipelihara dengan baik sehingga menambah keindahan dan kenyamanan pada kedua jalan ini (Tabel 17). Tabel 17. Jenis Pohon di Jalan MH Thamrin dan Jendral Sudirman Nama latin Nama lokal Kondisi Pinus merkusii Jungh Pinus Baik Terminalia mantaly Ketapang kencana Baik Ravenala madagascariensis Pisang kipas Baik Cassia mangium Akasia Baik Ficus benjamina Beringin Baik Cocos nucifera Kelapa Baik Elaeis guineensis Kelapa sawit Tidak semua baik Ficus sp Beringin Bangkok Baik Samanea saman Trenbesi Baik Dillenia aurea Sempur Baik Canariensis sp. Kenari Hijau Baik 33

15 Lanjutan Tabel 17. Phoenix roebellinii Phoenix Baik Bismarckia nobilis Bismarkia Tidak semua baik Araucaria heterophylla Cemara Baik Plumeria rubra Kamboja Tidak semua baik Erythrina erista Dadap merah Baik Tectona grandis Jati Baik Bauhinia blakeana Bunga kupu-kupu Baik Livistona rotundifolia Palm Sadeng Baik Albilia falcate Jeungjing Baik Gmelina sp Gemelina Baik Spathodea campanulata Sepathodea Baik Ukaria lagopo dioides Palm ekor tupai Baik Roystonia regia Palm Raja Tidak semua baik Delonix regia Flamboyan Baik Pandanus utilis Pandan melintir Baik Havea brasilensis Karet Baik Pandanus sp Pandan hijau Baik Sumber : Pengamatan Lapang dan Data Sentul City 4.4 Karakteristik Sosial Penghuni di Sentul City ada dua jenis, penghuni saat weekend dan penghuni tetap. Terdapat 40,66 % penghuni di Sentul City yang menjadikan rumahnya sebagai secondary home, hal ini dikarenakan alasan mereka tinggal di Sentul City untuk mencari kesegaran dari rutinitas kerja mereka. Pada saat weekend dan hari libur, banyak penghuni di Sentul City yang olahraga, salah satunya adalah bersepeda. Karakteristik sosial pengguna sepeda di Sentul City ini diantaranya adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Untuk mengetahui karakteristik pengguna sepeda, dilakukan penyebaran kuesioner kepada 30 responden. Pengguna sepeda laki-laki banyak dijumpai di jalur sepeda Sentul City, sedangkan pengguna sepeda perempuan jarang dijumpai. 34

16 Pekerjaan pengguna jalur sepeda Sentul City sebagian besar sebagai pegawai swasta (57%), BUMN atau PNS (20%), pelajar atau mahasiswa (13%), dan wiraswasta atau pengusaha (10%) (Gambar 16). Tingkat pendidikan pengguna jalur sepeda Sentul City sebagian besar adalah sarjana (57%), SLTA (17%), diploma (13%), dan pascasarjana (13%) (Gambar 17). Gambar 16. Tingkat Pekerjaan Pengguna Sepeda Sentul City Gambar 17. Tingkat Pendidikan Pengguna Sepeda Sentul City 35

17 Mayoritas pengguna sepeda yang bersepeda di Sentul City berkunjung tidak sendirian. Mereka datang dengan komunitas sepeda di perusahaannya, 73 % bersepeda bersama teman, 17 % bersepeda bersama rekan bisnis, dan 10 % dengan keluarga (Gambar 18). Sebagian besar pengguna sepeda datang ke Sentul City menggunakan kendaraan pribadi (60%) dan 40% menggunakan langsung dengan sepedanya (Gambar 19). Gambar 18. Kedatangan Pengguna Sepeda Sentul City Gambar 19. Transportasi yang Digunakan untuk Bersepeda di Sentul City 36

18 Pengguna sepeda di Sentul City memiliki berbagai macam perilaku, diantaranya adalah pengguna sepeda tidak mengikuti arah jalur yang sudah tersedia, terdapat beberapa pengguna sepeda yang tidak memakai helm, pengguna sepeda memotong jalan raya, pengguna sepeda mengganggu pengguna jalan lainnya dengan cara bersepeda secara berjajar dengan pesepeda lain, pengguna sepeda memarkirkan sepedanya di taman jalur sepeda. Sarana Transportasi yang tersedia di Sentul City adalah Bis AO dengan tujuan Sentul City-Bogor dan Sentul City-Blok M, bus Trans Pakuan Bogor-Sentul City, angkutan umum dengan trayek 05, T02, dan 044A. Sarana transportasi ini untuk melayani warga Sentul City agar mendapatkan kemudahan mobilitas warga dan pengunjung. 4.5 Analisis SWOT Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Jalur Sepeda di Sentul City Penentuan strategi pengelolaan ini salah satunya adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Caranya adalah dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh Jalur Sepeda berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen dan pengguna sepeda serta hasil penyebaran kuisioner Faktor Internal: Kekuatan (Strength) a. Jalur sepeda sudah tersedia Sentul City sudah mempunyai jalur sepeda untuk memfasilitasi pengguna sepeda di Sentul City. Jalur sepeda ini termasuk tipe bicycle lane yaitu jalur sepeda yang berada pada satu badan jalan dengan jalur kendaraan bermotor namun dipisahkan oleh garis marka jalan. Jalur ini terletak pada sebelah kiri badan jalan. Antara jalur kendaraan bermotor dengan jalur sepeda dipisah dengan menggunakan garis marka berwarna kuning. 37

19 b. Sign system yang mendukung Fasilitas sign system yang ada di jalur sepeda Sentul City sudah cukup memadai. Rambu-rambu ini antara lain berupa pavement marking (bike and separate arrow marking) dan rambu lalu lintas jalur sepeda. Pavement marking diletakkan selang seling dengan rambu lalu lintas sepeda setiap 200 meter. c. Taman sepanjang jalur sepeda Sentul City mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai pemrakarsa taman terluas di jalan utama. Jalur sepeda terdapat pada jalan MH. Thamrin yang termasuk pada jalan utama Sentul City. Taman berada di sepanjang jalur sepeda, mulai dari taman di kanan kiri jalan sampai taman di median jalan. Pengguna sepeda dapat merasakan kenyamanan saat bersepeda di Sentul City. d. Eco-Art Park Eco-art Park merupakan salah satu rencana pembangunan yang dapat menunjang Sentul City sebagai Eco City (Gambar 20). Eco-art Park yang memiliki luas kurang lebih 3 hektar ini direncanakan menjadi pusat dari istirahat para pengguna sepeda, disamping sebagai tempat wisata edukasi. Pada tempat ini akan dibangun kamar mandi, tempat beristirahat, tempat makan, dan tempat parkir sepeda. Selain itu, disini terdapat floating market dan wisata kuliner Bondan Winarno yang diharapkan akan menambah minat pesepeda untuk bersepeda di Sentul City. Gambar 20. Eco-Art Park Sedang Dalam Pembangunan e. Sumber daya manusia sebagai pengelola lanskap Sentul City memiliki anak perusahan yang bergerak dalam bidang pengelolaan kota yaitu PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Ruang lingkup kerjanya 38

20 adalah lingkungan, listrik, jalan, dan fasilitas umum lainnya di kawasan Sentul City sehingga kondisi lanskap di sepanjang jalan dapat terpelihara dengan baik. f. Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Jalur sepeda yang sudah dibangun tidak ditemukan pada beberapa titik rawan di Sentul City. Seperti pada putaran depan Marketing Office. Untuk menuju tempat ini, pengguna sepeda harus mengikuti jalur sepeda yang memutar ke arah jalan Jendral Sudirman dan melewati Eco-art Park. Hal ini akan meminimalisir kecelakaan yang terjadi Faktor Internal: Kelemahan (Weakness) a. Tidak semua jalan memiliki jalur sepeda Sentul City memiliki beberapa jalan utama, diantaranya adalah jalan MH. Thamrin, jalan Siliwangi, dan jalan Bali Raya. Jalur sepeda hanya terdapat pada jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman saja. Selain itu, belum ada jalur sepeda yang jelas untuk menuju ke tempat tujuan pengguna sepeda selanjutnya, seperti menuju ke KM 0, Gunung Pancar, Puncak, dan sebagainya. Hal ini membuat pengguna sepeda merasa kurang aman karena tidak adanya jalur sepeda di jalan lain (Gambar 21). Selain itu, belum ada jalur sepeda yang menghubungkan cluster-cluster di Sentul City. Gambar 21. Pengguna Sepeda yang Mengendarai di Tengah Jalan Siliwangi b. Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang Tempat parkir sepeda dan tempat untuk beristirahat sejenak sangat kurang disini. Pengguna sepeda lebih memilih untuk membaringkan sepedanya di tanah 39

21 dan duduk di taman sekitar jalur sepeda disbanding beristirahat di shelter. Hal ini dikarenakan tidak adanya tempat parkir sepeda di shelter atau di tempat lainnya selain di Plaza Niaga 1. Tempat parkir yang berupa 2 buah rak sepeda ini kurang strategis dan tidak ada papan informasinya, sehingga pengunjung mengalami kebingungan dimana dia akan memarkirkan sepedanya saat beristirahat. c. Alih fungsi jalur sepeda Jalur sepeda adalah jalur yang diperuntukan untuk sepeda. Pada kenyataannya, jalur sepeda sudah beralih fungsi menjadi tempat berjualan dan tempat parkir. Kendaraan bermotor yang parkir di jalur sepeda itu cukup banyak. Sedangkan, peraturan yang ada adalah tidak boleh parkir di pinggir jalan lebih dari 5 menit. Hal ini membuat pengguna sepeda merasa tidak aman dan tidak nyaman. d. Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda Pengelolaan jalur sepeda di Sentul City masuk pada pengelolaan jalan utama, tidak ada pengelolaan khusus untuk jalur sepeda, pengelolaan hanya berupa sapu jalan apabila terdapat daun yang gugur. Tidak ada pengelolaan pada sign system yang sudah ada, sehingga papan rambu lalu lintas sepeda rusak dan menjadi tempat vandalisme. e. Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau dengan sepeda Lokasi Sentul City termasuk lokasi yang strategis, tetapi apabila menggunakan sepeda, lokasi ini termasuk lokasi yang susah dijangkau. Jalur sepeda di Sentul City ramai pengunjung pada hari Sabtu dan Minggu. Kebanyakan pengunjung datang dari luar Sentul City dengan menggunakan mobil (Gambar 22). Gambar 22. Sistem Pengangkutan Sepeda Menggunakan Mobil 40

22 Jalur ini susah untuk dijangkau oleh masyarakat luar yang tidak memiliki kendaraan pribadi, karena harus melewati jalan tol. Angkutan umum yang melalui jalan non-tol rata-rata tidak memperbolehkan penumpangnya untuk membawa sepeda. Selain itu, jalan menuju Sentul City belum terdapat jalur khusus sepeda yang membuat kurang aman pesepeda untuk bersepeda di jalan raya. Berdasarkan hasil kuisioner, bagi masyarakat yang ingin bersepeda di Sentul City tapi tidak memiliki mobil, cukup susah untuk menjangkau tempat ini Faktor Eksternal : Peluang (Opportunity) a. Berkembangnya gaya hidup bersepeda Saat ini sedang berkembang Bike to Work, Bike to school, dan sejenisnya, ini membuat masyarakat berminat untuk bersepeda. Selain karena polusi yang makin bertambah karena kendaraan bermotor, macet juga menjadi alesan pesepeda untuk beralih ke kendaraan tanpa mesin ini. Masyarakat dari luar Sentul City banyak yang datang ke Sentul City untuk bersepeda. Hari yang biasa ramai oleh pengguna sepeda adalah Sabtu dan Minggu. b. Dekat dengan tempat tujuan pesepeda Rute yang digunakan oleh pengguna sepeda di Sentul City adalah downhill, uphill, cross country menuju ke KM 0, Gunung Pancar, Puncak, dan lainnya. Sentul City sering menjadi tempat start, sehingga untuk menuju tempat tersebut, pesepeda memarkirkan kendaraannya di Sentul City, lalu bersepeda ke tempat tujuan selanjutnya. Setelah selesai, mereka bersepeda kembali ke Sentul City untuk beristirahat. c. Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Antusiasme ini diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada pengguna sepeda di Sentul City. Didapatkan lebih dari 50% pengguna sepeda berasal dari luar Sentul City. Banyaknya pengguna sepeda yang datang ke Sentul City untuk berolahraga dengan menggunakan sepedanya di hari Sabtu dan Minggu. Mereka datang dengan menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan sepeda langsung dari tempat mereka. 41

23 Faktor Eksternal : Ancaman (Threat) a. Vandalisme oleh pengunjung Vandalisme adalah kegiatan yang dapat merusak fasilitas-fasilitas yang sudah ada, seperti penempelan iklan pada signage, mencorat-coret jalan, dan sebagainya. Hal ini harus dilakukan pengelolaan secara intensif agar perilaku pengunjung ini dapat diatasi. b. Pengguna jalur sepeda merusak taman Tempat parkir dan tempat istirahat di sepanjang jalur sepeda Sentul City sangat terbatas jumlahnya. Hal ini menyebabkan pengguna sepeda lebih memilih beristirahat dan memarkirkan sepedanya di taman. Taman yang ada di sepanjang jalur sepeda dapat dirusak pengguna sepeda yang beristirahat sembarangan di sekitar jalur sepeda. c. Iklan kendaraan bermotor meningkat Iklan adalah salah satu alat untuk mempromosikan produk kepada konsumennya. Iklan dapat mempengaruhi orang untuk menggunakan dan membeli produk atau jasa tersebut. Iklan kendaraan bermotor yang semakin meningkat dapat mengancam jalur sepeda, karena semakin banyak orang yang terpengaruh untuk menggunakan kendaraan bermotor Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian bobot dan rating pada Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor strategis internal maupun eksternal perusahaan dengan cara pemberian bobot dan rating (peringkat) terhadap pengaruh faktor tersebut dapat mempengaruhi dalam penentuan strategi dan pemecahan masalah yang ada. Responden untuk penilaian ini adalah tiga orang pengelola lanskap di Sentul City. Penentuan nilai bobot merupakan pendapat masing-masing responden terhadap keadaan perusahaan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan (Tabel 18 dan 19). Sedangkan penentuan nilai rating merupakan pendapat masing-masing responden terhadap kemampuan perusahaan dalam menghadapi faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan (Tabel 20 dan 21). 42

24 Tabel 18. Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal Jalur Sepeda 2. Sign system yang mendukung 3. Taman sepanjang jalur sepeda 4. Eco-art park Sumber daya manusia sebagai pengelolan lanskap 6. Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Kelemahan (Weakness) 1. Tidak semua jalan memiliki fasilitas jalur sepeda 2. Alih fungsi jalur sepeda Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang 4. Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda 5. Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda TOTAL 33 1 Tabel 19. Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal Jalur Sepeda No. Faktor Internal Bobot Jumlah Ratarata Bobot Responden Kekuatan (Strenght) 1. Jalur sepeda sudah tersedia No. Faktor Eksternal Bobot Jumlah Ratarata Bobot Responden Peluang (Opportunity) 1. Berkembangnya gaya hidup bersepeda Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda

25 Lanjutan Tabel Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Ancaman (Threat) 1. Vandalisme oleh pengguna Pengguna jalur sepeda merusak taman 3. Iklan kendaraan bermotor meningkat TOTAL 19 1 Tabel 20. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Jalur Sepeda No. Faktor Internal Rating R1 R2 R3 Rataan Kekuatan (Strenght) 1. Jalur sepeda sudah tersedia Sign system yang mendukung Taman sepanjang jalur sepeda Eco-art park Sumber daya manusia sebagai pengelolan lanskap Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Kelemahan (Weakness) 1. Tidak semua jalan memiliki fasilitas jalur sepeda Alih fungsi jalur sepeda Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda Tabel 21. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Jalur Sepeda No. Faktor Eksternal Rating R1 R2 R3 Rataan Peluang (Opportunity) 1. Berkembangnya gaya hidup bersepeda Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar

26 Lanjutan Tabel 21. Ancaman (Threat) 1. Vandalisme Pengguna jalur sepeda merusak taman Iklan kendaraan bermotor meningkat Ket: R= Responden Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal factor Evaluation (EFE) Matriks IFE dan Matriks EFE berfungsi untuk mengukur seberapa besar peranan faktor internal dan faktor eksternal pada jalur sepeda di Sentul City ini. Berdasarkan penilaian bobot faktor internal, dibuat matriks Intenal Factor Evaluation (IFE). Matriks IFE ini menunjukkan bahwa total skor sebesar (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa jalur sepeda di Sentul City dalam kondisi yang kuat karena telah mampu memanfaatkan kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dimiliki. Kekuatan utama yang dimiliki jalur sepeda di Sentul City ini adalah sudah tersedianya jalur sepeda dengan skor sebesar 0,484. Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki oleh jalur sepeda ini adalah kurangnya fasilitas penunjang jalur sepeda seperti tempat parkir dan tempat istirahat dengan skor sebesar 0,112. Tabel 22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) jalur sepeda di Sentul City Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Jalur sepeda sudah tersedia Sign system yang mendukung Taman sepanjang jalur sepeda Eco-art park Sumber daya manusia sebagai pengelola lanskap Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Kelemahan Tidak semua jalan memiliki fasilitas jalur sepeda Alih fungsi jalur sepeda

27 Lanjutan Tabel 22. Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda Total Berdasarkan penilaian bobot faktor eksternal, dibuat matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Matriks EFE ini menunjukkan bahwa total skor sebesar (Tabel 23). Hal ini menunjukkan bahwa jalur sepeda di Sentul City mampu merespons faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Peluang utama yang dimiliki jalur sepeda di Sentul City ini adalah berkembangnya gaya hidup bersepeda dengan skor sebesar 0,759 dan ancaman yang utama untuk jalur sepeda di Sentul City ini adalah vandalism oleh pengguna dengan skor 0,363. Tabel 23. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) jalur sepeda di Sentul City Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Berkembangnya gaya hidup bersepeda Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Ancaman Vandalisme oleh pengguna Pengguna jalur sepeda merusak taman Iklan kendaraan bermotor meningkat Total

Lampiran 1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City EVALUASI LANSKAP JALUR KHUSUS SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR

Lampiran 1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City EVALUASI LANSKAP JALUR KHUSUS SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR LAMPIRAN 81 Lampiran 1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City No Responden : EVALUASI LANSKAP JALUR KHUSUS SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR Tanggal: Saya Rida Agniya Arifiani (A44080059), mahasiswa tingkat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR RIDA AGNIYA ARIFIANI

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR RIDA AGNIYA ARIFIANI EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR RIDA AGNIYA ARIFIANI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN RIDA AGNIYA ARIFIANI. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Evaluasi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City Tujuan Jalur Sepeda

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Evaluasi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City Tujuan Jalur Sepeda BAB V PEMBAHASAN 5.1 Evaluasi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City 5.1.1 Tujuan Jalur Sepeda Jalur sepeda Sentul City merupakan jalur sepeda yang berbagi jalan dengan jalur kendaraan lainnya. Kawasan ini

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin 46 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin Penelitian dilakukan pada jalan MH Thamrin, Sentul City, Bogor. Jalan ini merupakan salah satu jalan utama pada kawasan Sentul City. Jalan MH Thamrin memiliki

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 48 BAB V ANALISIS DAN SINTESIS Visi dan misi Taman Lalu Lintas Bandung tetap dipegang teguh sejak pendiriannya sampai sekarang, yaitu memberikan pendidikan keamanan dan ketertiban lalu lintas kepada anak-anak

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalu Lintas Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas, prasarana lalu lintas, kendaraan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pembangunan saat ini, maka sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan juga semakin tinggi. Transportasi misalnya memegang peranan yang sangat penting,

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif Gambar 3.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Sumber : www.jogjakota.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 30' - 8 15' lintang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978) 57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISIS

BAB V DATA DAN ANALISIS 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang di dalamnya terdapat kawasan permukiman dan aspek pendukung lainnya dengan total

4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang di dalamnya terdapat kawasan permukiman dan aspek pendukung lainnya dengan total 20 IV HASIL 4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang di dalamnya terdapat kawasan permukiman dan aspek pendukung lainnya dengan total luas wilayah mencapai 2.465 ha pada batasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul berbagai macam permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang muncul berkembang tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administratif dan Geografis Secara geografis KHDTK Cikampek terletak di 06 0 25 00-06 0 25 48 LS dan 107 0 27 36-107 0 27 50 BT, kurang lebih 5 km sebelah selatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55) menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1 STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH Raghanu Yudhaji 2014280001 Retno Kartika Sari 2014280003 Resty Juwita 2014280021 Antya Franika 2014280013 Aprido Pratama 2014280024 Khoirurozi Ramadhan G 2014280005

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus diparkir, sementara pengendaranya melakukan berbagai urusan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci