1 Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan FISIP Universitas Airlangga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan FISIP Universitas Airlangga"

Transkripsi

1 PERILAKU PENEMUAN INFORMASI (INFORMATION SEEKING BEHAVIOR) MUBALIG MUHAMMADIYAH (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Penemuan Informasi di Kalangan Mubalig Muhammadiyah Kabupaten Jember) BERLIAN EKA KURNIA 1 Abstract Preachers of moslem is a professional who use sources to find information for their daily job. Therefore, this study use a model of information seeking behavior of professional which is developed by Leckie, et al. Population of this research are moslem s preachers of Muhammadiyah Jember. This study use a descriptive quantitative method, systematic random sampling technique with sample of 60 respondents. The data were analysed with the use of statistical package SPSS. The results show that the six components of information seeking behavior of professional by Leckie et al. can be applied for moslem s preacher. These six components are (1) work roles, (2) associated tasks, and (3) characteristics of information needs and three factors affecting information seeking: (4) sources of information, (5) awareness of information, and (6) outcomes. Keyword : Information Seeking Behaviour, Information Seeking Behaviour of Profesional, Moslem s Preacher of Muhammadiyah Jember. Abstrak Mubalig merupakan seorang professional yang banyak membutuhkan sumber-sumber informasi sebagai bahan untuk mencari informasi dalam pekerjaannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan model perilaku penemuan informasi profesional yang dikembangkan oleh Leckie, et al. Populasi dalam penelitian ini adalah mubalig Muhammadiyah Jember. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode pengambilan sampel acak sistematis (systematic random sampling) dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 orang responden. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam komponen dari model perilaku penemuan informasi profesional Leckie et al dapat diberlakukan untuk para mubalig. Enam komponen tersebut diantaranya adalah (1) p eran kerja, (2) tugas yang berkaitan, dan (3) k arakteristik kebutuhan informasi dan tiga faktor yang mempengaruhi perilaku penemuan informasi: (4) sumber-sumber informasi, (5) kesadaran terhadap informasi, dan (6) hasil. Kata Kunci : Perilaku Penemuan Informasi, Model Penemuan Informasi Profesional, Mubalig Muhammadiyah Kabupaten Jember. 1 Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan FISIP Universitas Airlangga 1

2 Pendahuluan Setiap individu pasti memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda seiring dengan keberagaman tugas dan peran mereka dalam lingkungannya. Wersig (dalam Bystr ӧm, 1995) mengatakan bahwa kebutuhan serta proses pencarian informasi individu tergantung pada tugas yang dibebankan kepada dirinya. Berjalannya tugas tergantung pada persyaratan informasi yang harus dipenuhi apabila tugas ingin terselesaikan. Ketika dihadapkan dengan tugas, seseorang dihadapkan pada suatu kebutuhan informasi yang mencerminkan interpretasinya terhadap persyaratan informasi, pengetahuan terdahulu dan kemampuan untuk mengingatnya. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan ( gap) antara pengetahuan seseorang tentang tugas dan persyaratan yang dirasakan terhadap tugas (Belkin, et al., 1982 dalam Bystrӧm, 1995). Studi mengenai kebutuhan informasi dan perilaku penemuan informasi akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh kalangan ilmuan informasi. Sejauh ini penelitian yang membahas mengenai perilaku penemuan informasi terbatas pada kalangan akademis seperti ilmuan sosial, mahasiswa, dosen, siswa, dan guru, serta pada kalangan profesional seperti insinyur, pengacara, dan profesional kesehatan. Namun, pada penelitian kali ini akan membahas tentang pola perilaku penemuan informasi pada lingkup yang berbeda dari sebelumnya. Penelitian ini akan mengkaji perilaku penemuan informasi pada kalangan mubalig (ulama/dai) yang tergabung dalam sebuah lembaga/organisasi. Individu dalam organisasi berperilaku berdasarkan adanya kebutuhan dari dalam dirinya yang dipicu dengan adanya tugas-tugas dan peranannya dalam organisasi. Pernyataan ini memberikan penjelasan bahwa saat ini pengguna informasi tidak hanya menjadi penerima pasif saja, melainkan merekalah yang menentukan arus perkembangan informasi berdasarkan kebutuhannya akan informasi atas tugas-tugas yang diemban. Pola perilaku penemuan informasi di kalangan mubalig menjadi menarik untuk dilakukan karena apabila melihat fakta yang terjadi beberapa tahun terakhir banyak sekali mubalig-mubalig yang tadinya hanya berdakwah melalui mediamedia yang bersifat eksklusif (seperti masjid, forum kajian tertentu, maupun kelompok-kelompok tertentu) mulai bergeser dan membuat suatu perubahan bahwa dakwah tidak hanya terbatas untuk suatu kalangan tertentu saja. Saat ini kegiatan dakwah mulai digerakkan secara ekspansif, mulai banyak bermunculan para mubalig yang menyampaikan dakwahnya di berbagai media elektronik yang bersifat terbuka dan bisa dinikmati oleh banyak orang seperti radio, televisi maupun internet. Ditambah lagi jumlah penduduk muslim di Indonesia sangat mendominasi yakni sebanyak jiwa, yang setara dengan 87,18% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2010). Melihat pada data tersebut, hal ini menunjukkan bahwa eksistensi para mubalig masih sangat dibutuhkan dikalangan masyarakat. Sejak zaman dahulu kegiatan dakwah seringkali dilakukan dengan mempertimbangkan aspek budaya setempat, hal ini bertujuan untuk mempermudah jalan dakwah yang ditempuhnya. Sebagaimana yang diungkapkan 2

3 oleh Muhtadi (2012) bahwasanya pendekatan kebudayaan dalam dakwah dipandang relevan karena tujuan dakwah adalah menanamkan nilai-nilai, bukan sekedar menginformasikan suatu ajaran. Dakwah memang selalu berhadapan dengan kenyataan sosial budaya yang berkembang dalam masyarakat. Realita ini menuntut para mubalig untuk lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial masyarakat di tempat sasaran dakwahnya. Berdasarkan dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi mubalig sangatlah luas, tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu agama saja, tetapi juga membutuhkan informasi-informasi terkini seputar permasalahanpermasalahan atau isu-isu yang terjadi pada masyarakat. Selain itu seorang mubalig juga harus mengetahui kondisi sasaran dakwahnya baik segi sosial maupun budaya. Ilmu agama itu sendiri juga merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sangat kompleks, karena Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia yang sifatnya komprehensif. Bahkan dalam kitab-kitab Islam sendiri tidak jarang ditemui perbedaan-perbedaan pendapat dikalangan ulama. Seperti yang diutarakan oleh Mahfud (2013) seorang mubalig Muhammadiyah, yang memberikan pernyataan bahwa tidak jarang mengalami kesulitan dalam mencari sumber-sumber informasi yang relevan terutama terkait dengan bahasan ilmu fiqih (hukum Islam), karena sering ditemui adanya perbedaan pendapat diantara para ulama sehubungan dengan mengartikan dan menafsirkan suatu ayat. Oleh karena itu, berdasarkan fakta-fakta yang telah diuraikan tersebut seorang mubalig pada dasarnya harus memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih sumber informasi apa saja yang relevan untuk digunakan serta memiliki kemampuan analisis mendalam terhadap kandungan informasi yang terdapat pada sumber-sumber informasi. Selain itu, mubalig juga memiliki kebutuhan untuk selalu memperbaharui informasi yang dimilikinya guna menunjang tugasnya dalam berdakwah. Seiring dengan realita yang ada terkait dengan perkembangan dunia dakwah di Indonesia dan kompleksitas kebutuhan informasi para mubalig yang timbul karena adanya keberagaman tugas yang mengiringi, penulis melihat bahwa hal ini menarik untuk diteliti. Oleh karena itu disini penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimanakah pola perilaku penemuan informasi di kalangan mubalig. Begitu pula apabila dikaitkan dengan sudut pandang ilmu informasi yakni seseorang akan berperilaku informasi berdasarkan kebutuhan informasi dari dalam diri individu itu sendiri (Krikelas, 1983). Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah keterkaitan antara peran kerja dengan kompleksitas tugas yang dijalankan oleh mubalig Muhammadiyah Kabupaten Jember? 2. Bagaimanakah keterkaitan antara kompleksitas tugas dengan kebutuhan informasi yang dikembangkan oleh mubalig Muhammadiyah Kabupaten Jember? 3. Apa sajakah jenis sumber dan saluran informasi yang digunakan oleh para mubalig Muhammadiyah Kabupaten Jember dalam rangka untuk 3

4 memenuhi kebutuhan informasinya serta bagaimanakah kesadaran informasi mubalig Muhammadiyah Kabupaten Jember dalam menentukan sumber dan saluran informasi yang akan digunakan? 4. Bagaimanakah hasil akhir dari proses penemuan informasi mubalig Muhammadiyah Kabupaten Jember? Model Perilaku Penemuan Informasi Profesional Leckie, et al. Model penemuan informasi pada kalangan profesional dikembangkan oleh Gloria J. Leckie, Karen E. Pettigrew, dan Christian Sylvian dalam hasil penelitiannya Modelling The Information Seeking of Professionals: A General Model Derived from Research on Engineers, Health Care Professionals, and A Lawyers (dalam The Library Quarterly, vol.66 no ). Hal ini didasari oleh penelitian-penelitian terdahulu mengenai perilaku penemuan informasi yang menghasilkan beberapa model tertentu sehingga dirasa perlu untuk membuat model perilaku penemuan informasi yang mewakili kalangan profesional. Istilah profesi digunakan disini dalam pengertian klasik yang menjelaskan pekerjaan berorientasi pada jasa yang memiliki dasar pengetahuan teoritis, menuntut pendidikan postsecondary formal, memiliki asosiasi yang menaungi, memiliki kode etik yang dikembangkan secara internal atau pernyataan yang bersifat prinsip lainnya. Kelompok-kelompok yang termasuk dalam kriteria tersebut meliputi dokter, pengacara, guru, pendeta, perawat, fisioterapis, pustakawan, akuntan, dan insinyur. Tumbuhnya minat untuk meneliti proses penemuan informasi di kalangan profesional muncul dikarenakan beberapa alasan. Pertama, wilayah penelitian ini merupakan perkembangan alamiah dari penelitian sebelumnya di kalangan ilmuan dan cendikiawan. Kedua, penyedia database komersial telah mengembangkan layanan yang disesuaikan untuk kalangan profesional tetapi tidak begitu memahami apakah layanan tersebut benar-benar akan memenuhi kebutuhan informasi mereka sehari-hari. Model perilaku penemuan informasi di kalangan profesional ini merujuk pada konteks kerja yang lebih luas dalam pekerjaan profesional sehingga perlu diteliti dan dipahami dengan baik. Agar dapat memahami sebuah proses penemuan informasi dengan baik maka perlu untuk mengetahui karakteristik sebuah pekerjaan secara lebih mendetail. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat bagaimanakah kebutuhan terhadap jenis informasi tertentu, proses pencarian dan penemuan informasi, serta penggunaan sumber-sumber informasi berdasarkan pada tugas sehari-hari para profesional. Model perilaku penemuan informasi professional yang dikembangkan oleh Leckie et al. memberikan asumsi bahwa peran dan tugas kerja yang dilakukan professional dapat menumbuhkan kebutuhan informasi tertentu sehingga akan mendorong terhadap proses penelusuran informasi. Penelusuran informasi sangat dipengaruhi oleh sejumlah variabel yang saling berinteraksi dan dapat mempengaruhi hasil. Berikut adalah gambaran model perilaku penemuan informasi profesional: 4

5 Enam faktor utama yang terdapat dalam model tersebut dihubungkan oleh tanda panah, dimana keseluruhan faktor tersebut memiliki tujuan yang searah dan saling berhubungan. Proses ini berawal dari bagian teratas yakni peran kerja yang memberikan dampak terhadap tugas. Karena model Leckie, et al ini terbatas pada kalangan profesional saja, maka faktor primer yang menjadi motivasi dalam melakukan penemuan informasi adalah peran kerja dan tugas. Studi empiris yang ada mengenai kebutuhan dan penggunaan informasi profesional menunjukkan bahwa profesional menghadapi dunia kerja yang rumit dan mengasumsikan keanekaragaman peran dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Lima peran profesional yang sering dijalani (lebih kepada frekuensi kejadian) yakni penyedia layanan, administrator/manajer, peneliti, pendidik, dan siswa. Secara umum, kebutuhan informasi muncul dari situasi yang berkaitan dengan tugas tertentu yang berhubungan dengan satu atau lebih dari peran kerja yang dimainkan. Kebutuhan informasi tidak bersifat tetap dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor intervensi. Kebutuhan informasi para profesional dipengaruhi dan dibentuk oleh beberapa variabel, diantaranya adalah: demografi individu, konteks, frekuensi, prediksi, kepentingan dan kompleksitas. Dalam model ini, menunjukkan bahwa kebutuhan informasi dapat menciptakan suatu kesadaran terhadap sumber informasi dan/atau kandungan informasi, hal tersebutlah yang dapat memotivasi seseorang dalam melakukan penemuan informasi. Variabel terpenting dari kesadaran terhadap sumber informasi adalah: terbiasa dengan sumber informasi yang digunakan, keberhasilan penggunaan informasi sebelumnya, kepercayaan terhadap sumber informasi, kemasan informasi, ketepatan waktu, biaya, kualitas, dan aksesibilitas sumber informasi. Dalam fase information is sought (informasi ditemukan) anak panah menunjuk kedua arah, yakni ke arah karakteristik kebutuhan informasi (characteristics of information needs) dan hasil ( outcome). Hal ini menjelaskan bahwa hasil penelusuran yang ditemukan harus sesuai dengan kebutuhan informasinya. Dan hasil akhir dari keseluruhan proses pencarian informasi berupa 5

6 outcomes yang mempengaruhi sebagian besar aspek-aspek dalam model melalui putaran umpan balik ( feedback) yang mengarah pada sumber informasi ( sources of information), kesadaran informasi ( awareness of information), dan informasi ditemukan ( information is sought). Diagram Leckie, Pettigrew, dan Silvain ini secara jelas dimaksudkan untuk mengutamakan yang berhubungan dengan proses kerja. Oleh karena itu, model ini memiliki keterbatasan dalam penerapan perilaku penemuan informasi sehari-hari. (Case, 2007). Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe deskriptif. Penelitian kuantitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut (Bungin, 2005). Oleh karena itu, pada dasarnya penelitian ini hanya bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan berbagai kondisi, berbagai situasi, dan berbagai faktor yang ada di sekitar lingkungan para mubalig yang menjadi objek penelitian ini, terutama pada saat mereka melakukan barbagai aktivitas yang bersinggungan dengan sumber informasi dalam rangka proses penemuan informasi. Hal ini sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan informasi dalam menunjang kegiatan dakwah secara jelas di kalangan mubalig pada organisasi Muhammadiyah Daerah Kabupaten Jember. Penelitian ini ditekankan oleh peneliti terhadap mubalig Muhammadiyah Daerah Kabupaten Jember. Peneliti memilih lokasi penelitian dengan alasan karena organisasi ini bergerak aktif dalam kegiatan dakwah serta memiliki mubalig-mubalig eksistensinya tidak diragukan lagi, selain itu Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang memiliki cara berpikir rasional dan metodologis. Diharapkan pula penelitian ini nantinya akan mendapatkan hasil yang beragam dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mubalig Muhammadiyah Daerah Kabupaten Jember. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan probability sampling dengan teknik sampel acak sistematis ( systematic random sampling). Penarikan sampel dengan cara sampel acak sistematis adalah dengan menentukan suatu bilangan atau angka ke-n dimana setiap subjek atau individu ke-n pada populasi terpilih sebagai sampel. Cara menghitung nilai n adalah dengan membagi jumlah anggota populasi dengan jumlah anggota sampel yang diinginkan (Morissan, 2012). Analisis Data Peran Kerja dan Tugas Mubalig Muhammadiyah Leckie, et al. (1996) mengungkapkan bahwa dari barbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai kebutuhan informasi dan perilaku informasi pada kalangan profesional diketahui bahwa mereka memiliki bermacam-macam peran 6

7 dalam menjalankan tugas sehari-hari. Apabila diurutkan, maka peran kerja yang paling banyak disandang oleh para mubalig yaitu sebagai pendidik, penyedia layanan, administrator/manajer, murid, dan yang terakhir adalah peneliti. Peran mubalig sebagai seorang pendidik disepakati sebagai peran yang paling utama. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ahmad Dahlan (dalam Sairin, 2008) yang juga menuturkan bahwa mubalig/mubalighah merupakan pakar pendidik ilmu agama. Mengenai perihal tersebut, Muhtadi (2012) juga menyatakan bahwa aktivitas dakwah tidak hanya terbatas pada penyampaian ajaran saja, melainkan juga bagaimana ilmu yang disampaikan dapat menjadi nilai-nilai yang tertanam dalam kehidupan masyarakat dan menjadi pedoman hidup. Selain itu, kata pendidik disini juga dapat diartikan sebagai penyuluh, yakni seorang mubalig merupakan penyuluh agama yang mana berfungsi sebagai motivator transfer nilai-nilai moral (Abrar, 2009). Selain perannya sebagai pendidik, peran-peran lain yang disandang para mubalig adalah sebagai: peran penyedia layanan ditunjukkan dalam beberapa aktivitas yang dilakukan oleh para mubalig, seperti contohnya para mubalig memberikan sarana konsultasi bagi masyarakat umum perihal kehidupan berumah tangga (baik masalah fiqih, hak asasi manusia, maupun kesehatan), mengadakan kajian khusus dhua fa dan mu allaf, pembinaan calon jamaah haji, serta aktivitasaktivitas lainnya; peran administrator/manajer dapat dilihat dari tugas-tugas yang dilakukan oleh para mubalig seperti membuat program kerja serta menyusun dan mengkoordinasi kegiatan dakwah baik berupa kajian rutin, seminar, maupun kegiatan dakwah yang lain; peran peneliti dapat dilihat dari tugas mubalig yang dianjurkan untuk selalu mengkaji lebih dalam serta melakukan penelitianpenelitian terkait ajaran agama Islam agar mendapatkan kemurnian dan kebenarannya; dan yang terakhir adalah peran sebagai murid, karena di sisi lain mubalig juga masih memiliki keterbatasan pengetahuan serta masih perlu mempelajari ilmu-ilmu dan pengetahuan yang belum dikuasainya melalui sumbersumber yang tersedia disekitar mereka. Seiring dengan peran-peran yang disandang oleh para mubalig, maka akan timbul pula tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Tugas para mubalig cukup beragam, beberapa diantaranya meliputi: mengisi kajian rutin secara langsung maupun melalui media elektronik; sebagai pemateri dalam seminar agama; sebagai khotib; dan lain-lain. Sedangkan untuk dapat menjalankan tugas-tugas tersebut muncullah sub-sub tugas baru untuk mendukung tugas utama mereka seperti menyusun makalah atau materi kajian; menulis artikel, jurnal, dan essay; serta membuat rancangan kerja dengan menyusun dan mengkoordinasi setiap kegiatan dakwah yang diselenggarakan. Berkaitan dengan fenomena tersebut, Hackman (dalam Jӓrvelin & Wilson, 2003) mengatakan bahwa pekerjaan profesional terdiri atas tugas-tugas, yang merupakan kumpulan dari sub-sub tugas yang lebih kecil. Tugas-tugas tersebut dibebankan kepada para profesional, dan setiap individu harus dapat mengidentifikasi dan mengenali masing-masing tugas dari awal hingga akhir, hal ini bertujuan untuk merangsang dan memberikan pedoman terhadap tujuan 7

8 dan/atau tindakan yang akan diambil agar dapat lebih terarah. Dilihat dengan cara ini, baik tugas utama maupun sub tugas (tugas yang lebih sederhana) dapat dianggap sebagai tugas yang sama. Relativitas ini diperlukan untuk menganalisis tugas dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Dari hasil pengkajian lebih lanjut, diketahui bahwasanya keberagaman peran kerja mubalig memiliki pengaruh terhadap kompleksitas tugas mereka. Dimana keterkaitan tersebut ditunjukkan dengan semakin beragam peran kerja yang disandang oleh para mubalig, maka semakin kompleks pula tugas yang harus dijalankan. Sebaliknya, semakin tidak beragam peran kerja yang disandang maka semakin tidak kompleks pula tugas yang harus dijalankannya. Karakteristik Kebutuhan Informasi Mubalig Muhammadiyah Studi tentang perilaku penemuan informasi profesional mengindikasikan bahwa karakteristik kebutuhan informasi pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa variabel, diantaranya: a. Individual Demographic Dalam model Leckie et al. (1996) menyebutkan bahwa aspek demografi individu merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap bentuk kebutuhan informasi profesional. Kajian yang dilakukan mengenai penemuan informasi di kalangan profesional mengindikasikan bahwa lingkungan dari profesi tertentu, dan faktor seperti usia, jenjang karir, area spesialisasi, serta lokasi geografis dapat mempengaruhi rumusan kebutuhan informasi. Perihal tersebut juga berlaku dalam konteks kebutuhan informasi di kalangan mubalig. b. Context Pada dasarnya akar permasalahan perilaku pencarian informasi adalah konsep kebutuhan informasi, yang telah terbukti seperti yang dikemukakan oleh Wilson (1980), yaitu kebutuhan adalah pengalaman subjektif yang hanya terjadi dalam pikiran orang yang membutuhkan; akibatnya, tidak secara langsung dapat diketahui oleh peneliti. Kebutuhan hanya dapat diketahui dengan penarikan kesimpulan dari perilaku atau melalui laporan dari orang yang membutuhkan. Wersig (dalam Bystro m, 1999) menyatakan bahwa kebutuhan informasi merefleksikan adanya persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan tugas tertentu. Hal inilah yang menyebabkan mengapa perilaku informasi ditujukan untuk memuaskan kebutuhan informasi, karena pada dasarnya kebutuhan informasi ini digunakan untuk proses penyelesaian tugas. Adapun jenis-jenis informasi yang dibutuhkan oleh mubalig Muhammadiyah Daerah Kabupaten Jember, diantaranya berupa pengetahuan terkait taktik dan strategi dakwah, metode dakwah kultural, kondisi obyek/ sasaran dakwah, peta dakwah, psikologi dan komunikasi dakwah, dinamika perilaku masyarakat, perubahan kebijakan negara, serta informasi dan ilmu terkait materi-materi dakwah baik materi agama maupun pengetahuan umum lainnya. Dari wacana tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi mubalig cukup kompleks. 8

9 Hal tersebut dapat memberikan gambaran bahwa informasi yang dibutuhkan oleh para mubalig sangat berkaitan erat dengan tugas-tugas diemban. Berdasarkan hasil penyilangan tabel kompleksitas tugas dengan tingkat keberagaman kebutuhan informasi, dimana kompleksitas tugas menempati posisi sebagai variabel x (variabel pengaruh), dan tingkat keberagaman kebutuhan informasi sebagai y (variabel terpengaruh), diketahui bahwasanya semakin kompleks tugas mubalig, maka jenis informasi yang dibutuhkan juga semakin beragam. Begitu pun sebaliknya, semakin tidak kompleks tugas mubalig, maka semakin tidak beragam pula informasi yang dibutuhkan. Temuan ini selaras dengan yang dikatakan oleh Leckie, et al. (1996) bahwa secara umum kebutuhan informasi muncul dari situasi yang berkaitan dengan tugas tertentu yang berhubungan dengan satu atau lebih dari peran kerja yang dimainkan. Disamping itu, Wersig (dalam Bystrom, 1999) juga menyatakan bahwa kebutuhan informasi merefleksikan adanya persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan tugas tertentu. Hal inilah yang menyebabkan mengapa perilaku informasi ditujukan untuk memuaskan kebutuhan informasi, karena pada dasarnya kebutuhan informasi ini digunakan untuk proses penyelesaian tugas. Taylor (1991) juga mengemukakan bahwa perilaku informasi manusia sangat berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan konteks pekerjaan. Dimana hal tersebut dapat memunculkan pembagian kelompok kerja, sehingga bisa dipahami bahwa konteks pekerjaan dapat mempengaruhi kebutuhan dan perilaku informasi manusia. Munculnya kebutuhan informasi tersebut diakibatkan oleh adanya berbagai alasan yang melatarbelakangi, beberapa diantaranya adalah karena keterbatasan informasi yang dimiliki, keterbatasan pengetahuan/pemahaman, keterbatasan pengalaman, keterbatasan sumber informasi yang dimiliki, serta keterbatasan sumber informasi yang tersedia. Selain itu juga terdapat beberapa responden yang mengungkapkan alasan lainnya yakni karena kegiatan dakwah senantiasa berkembang sesuai dengan kemajuan iptek dan perubahan masyarakat. Fakta tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Kuhlthau (1993) yang menyatakan bahwa kebutuhan informasi muncul dari sesuatu yang tidak pasti dan dipahami sebagai sesuatu yang memberikan kontribusi pemahaman maupun makna bagi seseorang. Dari beberapa alasan yang dikemukakan tersebut, sebagian besar mubalig mengaku bahwa faktor yang paling dominan melatarbelakangi timbulnya kebutuhan informasi adalah karena adanya keterbatasan informasi yang dimiliki serta keterbatasan pengetahuan/pemahaman. Fenomena tersebut sesuai dengan pernyataan Dervin (dalam Godbold, 2006) yang mengungkapkan istila h kesenjangan kognitif (cognitive gap), yakni suatu indikasi yang menunjukkan adanya perbedaan antara situasi kontekstual dengan situasi yang diinginkan. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kebingungan dan penuh pertanyaan. Dengan mengetahui penyebab dari timbulnya kebutuhan akan informasi, yang dalam hal ini karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, berarti para mubalig telah melakukan proses sense-making. Dimana mereka dihadapkan pada suatu kondisi serta pengalaman di masa lalu maupun di masa sekarang yang 9

10 membuatnya merasakan adanya kekurangan atau kesenjangan dalam struktur kognisi yang sedang dialami (Dervin, 1992). c. Frequency Frekuensi kebutuhan informasi juga turut mempengaruhi proses penemuan informasi. Leckie, et al. (1996) menjelaskan bahwa maksud dari frekuensi kebutuhan informasi adalah seberapa sering seseorang membutuhkan informasi baru terkait tugas, atau seberapa sering seseorang membutuhkan kembali informasi yang sudah pernah digunakan sebelumnya. Mengenai perihal ini para responden mengakui bahwa mereka merasa perlu untuk mempelajari hal-hal baru terkait dengan tugasnya dalam berdakwah. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka menyadari bahwa dalam tuntutan pekerjaannya mereka diwajibkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang baik, serta keharusan untuk memiliki kreatifitas yang tinggi dalam berinovasi. Di sisi lain, para mubalig Muhammadiyah Daerah Kabupaten Jember juga cukup sering membutuhkan informasi yang sudah pernah digunakan sebelumnya. Seperti yang diutarakan oleh responden dari hasil probing yang menyatakan bahwa mereka pernah mengulang kembali materi dakwah yang sudah pernah disampaikan sebelumnya untuk objek dakwah yang berbeda, selain itu mereka juga memanfaatkan pengetahuan dan informasi-informasi yang sudah didapatkan sebelumnya untuk menganalisis permasalahan baru terkait dengan topik dakwah. Berdasarkan pernyataan responden tersebut, dapat diketahui bahwasanya dalam menjalankan tugas dakwah, para mubalig tidak selalu menggunakan materi-materi baru, melainkan juga bisa menggunakan materi dakwah yang telah digunakan sebelumnya untuk kepentingan dakwah yang lain. Mereka juga menggunakan informasi-informasi yang pernah didapatkan sebelumnya untuk menganalisis permasalahan baru terkait dengan topik dakwah. d. Predictability Menurut Leckie et al. (1996), variabel prediksi ini menjelaskan tentang suatu kebutuhan informasi yang mana sudah dapat diantisipasi atau diperhitungkan terlebih dahulu sebelumnya, maupun munculnya kebutuhan informasi yang tidak dapat diantisipasi atau tidak terduga. Dalam penelitian ini kebutuhan-kebutuhan informasi yang muncul dapat dilihat atau diprediksi dari adanya tugas-tugas dakwah yang sudah terjadwal secara tetap, maupun tugas-tugas dakwah yang sifatnya mendadak atau tiba-tiba ( incidental tasks). Berdasarkan hasil temuan data, sebagian besar mubalig mengaku sering mendapatkan jadwal dakwah yang tetap, dan mereka selalu mempersiapkan materi dakwah sebelum jadwal dakwah yang telah ditetapkan tersebut. Dari hasil probing diketahui bahwa para mubalig selalu merancang terlebih dahulu setiap kegiatan dakwah mereka, kemudian menetukan topik/materi yang akan dibahas dan menyusunnya ke dalam bentuk yang lebih sistematis. Dalam menentukan topik/materi tersebut, mereka memerlukan informasi-informasi yang terkait dengan tugas, baik informasi berupa pengalaman dan pengetahuan terdahulu, maupun informasi yang tersedia di sekitar mereka. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bystrӧm & Jӓrvelin (1995) 10

11 yang mengungkapkan bahwa ketika dihadapkan dengan banyaknya tugas sesuai konteksnya, para profesional yang melaksanakan tugasnya mengalami kesenjangan pada pengetahuannya sehingga informasi yang dibutuhkan harus mencerminkan interpretasi dirinya terhadap persyaratan informasi, pengalaman dan pengetahuannya terdahulu, serta kemampuannya dalam mengingat pengalaman dan pengetahuan tersebut. e. Importance Kepentingan disini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat urgensi atau kepentingan dari tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh para mubalig. Jadi dapat dikatakan sejauh mana tugas tersebut mendesak untuk harus segera diselesaikan dan seberapa penting tugas tersebut menurut penilaian mereka. Berdasarkan temuan data yang diperoleh, para mubalig mengaku sering mengorbankan waktu libur mereka untuk menjalankan tugas dakwah. Selain itu, mereka juga seringkali dihadapkan pada suatu kondisi dimana harus segera menyelesaikan tugas dakwah, karena tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang penting. Berdasarkan hasil probing, seorang responden menyatakan bahwa kebutuhan akan informasi yang relevan dan up to date sangat diperlukan untuk menunjang tugas dakwah mereka. Mengingat tugas dakwah yang tidak mengenal waktu, membuat mereka diharuskan untuk selalu mengikuti perkembangan informasi terkini. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Leckie et al. (1996) bahwasanya tingkat kepentingan atau derajat urgensi tugas dapat mempengaruhi kebutuhan informasi kalangan profesional. f. Complexity Kompleksitas menjelaskan bahwa kebutuhan informasi dapat tumbuh karena adanya tuntutan untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas pada tingkat kemudahan atau kerumitan tertentu (Leckie et al., 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas-tugas para mubalig cukup kompleks. Hal ini dapat terlihat dari hasil temuan data yang menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan tugas dakwahnya, mubalig seringkali membutuhkan informasi yang bermacammacam, seringkali melakukan pencarian informasi untuk kelengkapan penyelesaian tugas dakwah mereka, serta membutuhkan ilmu-ilmu terkait konsep dan teori dalam berdakwah. Responden menyatakan bahwa penguasaan akan ilmu-ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan sekali dalam berdakwah, baik ilmu dakwah itu sendiri maupun ilmu-ilmu terkait dengan apa yang akan didakwahkan. Tetapi tentu tidak berhenti sampai disitu saja, karena dalam langkah selanjutnya mereka juga melakukan upaya-upaya yang melibatkan kemampuan kognitif dalam penyelesaian tugasnya. Kemampuan kognitif ini dapat dilihat dari keharusan para mubalig untuk menganalisa tugas mereka dan keharusan berpikir keras dalam menyelesaikan tugas dakwahnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh responden bahwa pada dasarnya dakwah merupakan suatu aktivitas yang membutuhkan kemampuan analisis yang tinggi. Menganalisis disini berada pada 11

12 konteks bagaimana mempelajari dan memahami ilmu-ilmu agama yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, lalu pemahaman tersebut disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai macam cara. Mengingat permasalahan masyarakat saat ini sangat kompleks dan membutuhkan berbagai macam solusi yang tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Quan maupun Al- Hadist. Oleh karena itu apabila para mubalig tidak memiliki kemampuan analisis yang baik, maka akan dikhawatirkan ajaran-ajaran yang disampaikan kurang mengandung makna dan kurang pemahaman, dimana akan menimbulkan ajaranajaran yang sifatnya bid ah, khurafat, atau hilangnya kemurnian dari ajaran Islam itu sendiri. Sumber Informasi dan Kesadaran Terhadap Sumber Informasi Sumber informasi yang digunakan oleh para mubalig untuk mengakses informasi cukup beragam, bahkan hampir semua jenis sumber informasi dimanfaatkan oleh para mubalig, berikut adalah sumber informasi yang banyak digunakan oleh para mubalig: kitab-kitab Islam; buku; pengetahuan pribadi; pengalaman pribadi; majalah; surat kabar; perbincangan informal dengan rekan seprofesi; hasil kajian; diskusi dengan orang yang lebih mengetahui (ahli); tayangan televisi; materi seminar; dan makalah. Kecenderungan penilaian mubalig terhadap sumber-sumber informasi yang digunakan juga bermacam-macam. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mubalig menggunakan sumber informasi karena dilatarbelakangi oleh penilaian atau kesadaran terhadap sumber informasi, yakni: kredibilitas sumber informasi, kualitas sumber informasi, aksesibilitas sumber informasi, kebiasaan dan keberhasilan penggunaan informasi sebelumnya, kemasan informasi, ketepatan waktu, serta biaya yang dikeluarkan saat menggunakan sumber informasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Leckie, et al (1996) bahw a kredibilitas sumber informasi merupakan aspek penting yang menggambarkan sejumlah persepsi. Kemampuan untuk dapat dipercaya memberikan keyakinan kepada para profesional bahwa sebuah sumber informasi akan menyediakan informasi yang akurat, dan merupakan cerminan dari kapabilitas sebuah sumber informasi. Selanjutnya dalam beberapa kasus, aspek kualitas seringkali tetap menjadi suatu pertimbangan tersendiri dalam memilih sumber informasi. Orr (dalam Leckie et al., 1996) mengatakan bahwa aspek kualitas dan relevansi informasi merupakan kriteria utama yang digunakan oleh para insinyur dalam memilih produk atau layanan informasi. Beberapa fakta nampaknya mendukung pernyataan ini contohnya, dalam studi yang dilakukan mengenai faktor yang mempengaruhi penggunaan laporan teknis oleh insinyur, Pinelli et al. menemukan bahwa kualitas teknis merupakan salah satu faktor terkuat yang mempengaruhi, data empiris ini dapat memperkuat pernyataan tersebut. Dan yang terakhir adalah faktor kemudahan akses (accessibility) yang mana merupakan faktor yang paling dominan, pandangan tentang aksesibilitas informasi dapat dipengaruhi oleh kedekatan fisik dan kesadaran lainnya, misalnya bahasa yang digunakan untuk memperoleh informasi. Hasil sejumlah studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa berbagai macam kalangan profesional memperoleh informasi dari koleksi 12

13 pribadi yang mereka miliki, karena dianggap paling mudah diakses dan akan tetap menggunakannya meskipun informasi yang tersedia terbatas. Hasil Penelusuran Informasi Hasil penelusuran informasi menjadi poin akhir dari proses penemuan informasi profesional. Hasil yang optimal dapat tercapai apabila informasi yang diperoleh dapat membantu terselesaikannya tugas dan peran kerja profesional. Tindakan yang dilakukan oleh para mubalig apabila dapat menemukan informasi yang dibutuhkannya adalah menyimpan informasi tersebut, karena informasi dianggap memiliki nilai guna dan dapat dimanfaatkan kembali apabila dibutuhkan lagi. Namun tidak jarang pula para mubalig dihadapkan pada suatu kondisi dimana hasil yang didapatkan dari penelusuran informasi tidak sesuai dengan kebutuhan informasi, sehingga diperlukan penelusuran informasi lebih lanjut (feedback). Dalam fase ini akan terjadi perbedaan sumber-sumber informasi yang digunakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penelusuran informasi. Menurut Kerins ( 2004) sebuah tugas yang rumit umumnya memerlukan lebih dari satu upaya penemuan informasi, jika satu kebutuhan belum terpenuhi, maka pengguna akan mengulangi kembali proses penemuan informasi dari awal atau mendefinisikan kembali ( redefine) kebutuhan informasinya. Proses penemuan informasi baru akan berakhir apabila hasil yang diperoleh dapat membantu menjawab permasalahan dalam setiap tugas yang dikerjakan. Penutup Peran dan tugas yang dijalankan oleh mubalig dengan urutan prioritas antara lain sebagai pendidik, penyedia layanan, administrator, murid, dan peneliti. Dari peran tersebut tugas sebagai pendidik adalah elakukan pembinaan agama terhadap para muallaf, menjadi khotib/imam masjid; mengadakan pembinaan mubalig; mengadakan pengajian rutin kelilling dan pengajian majelis. Tugas sebagai penyedia layanan adalah Sarana konsultasi masyarakat umum perihal kehidupan rumah tangga (masalah fiqih, HAM, kesehatan, d an sebagainya); menyediakan kajian khusus dhuafa dan mu allaf; pembinaan calon jamaah haji; mimbar agama di media elektronik (radio RRI); lembaga zakat, infaq, shodaqoh; dan sebagainya. Tugas sebagai administrator atau manajer adalah membuat program kerja; menyusun, mengkoordinasi, dan bertanggung jawab atas setiap kegiatan dakwah yang dilaksanakan baik berupa kajian rutin, seminar, dll; menyusun tuntunan/makalah materi kajian tabligh untuk cabang dan ranting. Tugas sebagai murid adalah mengikuti pelatihan kader-kader mubalig muda; menghadiri konferensi/ seminar-seminar terkait pembinaan mubalig. Secara umum peran yang paling menonjol dibandingkan peran lainnya adalah peran sebagai pendidik, akan tetapi peran lainnya juga tetap saling berhubungan dan saling mengisi satu sama lain. Telah disepakati bahwasanya kebutuhan informasi mubalig pada umumnya dipengaruhi oleh faktor konteks kebutuhan informasi, frekuensi munculnya permasalahan dalam pekerjaan, tugas-tugas yang dapat diprediksi maupun tidak, tingkat kepentingan dan kompleksitas tugas. Sumber-sumber 13

14 informasi yang banyak digunakan oleh mubalig untuk memenuhi kebutuhan informasinya adalah kitab-kitab Islam, buku, diskusi dengan rekan maupun dengan orang yang lebih ahli, tayangan televisi, siaran radio, materi seminar, serta pengetahuan dan pengalaman pribadi dalam praktik profesional. Sedangkan saluran informasi yang paling sering digunakan adalah sumber informasi yang berasal dari koleksi perpustakaan pribadi. Penggunaan sumber-sumber informasi tersebut didasarkan pada kebiasaan dan keberhasilan menggunakan informasi, kredibilitas sumber informasi, kemasan sumber informasi, biaya yang dikeluarkan saat menggunakan sumber informasi, ketepatan waktu sumber informasi, kualitas sumber informasi, dan kemudahan dalam mengakses sumber informasi yang digunakan. Apabila hasil yang didapatkan oleh mubalig dalam proses penelusuran informasi dirasa sudah cukup optimal dan dapat membantu dalam proses penyelesaian tugas, maka mereka akan menyimpan informasi tersebut agar mudah digunakan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan kembali. Mubalig juga melakukan putaran feedback apabila informasi yang didapatkannya dalam proses penelusuran informasi dianggap tidak memenuhi kebutuhannya. Dalam fase feedback mubalig akan mengulangi proses penemuan informasi dengan menggunakan cara yang berbeda, baik dalam mendifinisikan kebutuhan informasinya, maupun dalam hal penggunaan sumber informasinya. Daftar Pustaka Bungin, M. Burhan Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Bystrӧm, Katriina & K. Jӓrvelin Task Complexity Affect Information Seeking and Use. Department of Information Studies University of Tampere: Faculty of Social Science of the University of Tampere. Case, Donald O Looking for Information: A Survey of Research on Informaton Seeking, Needs, and Behavior. United Kingdom: Emerald Group Dervin, B Beyond Information Seeking: Toward A General Model of Information Behavior. Information Research. Vol.11 (4) paper 269, diakses tanggal 24 Oktober 2013, tersedia di Godbold, Natalya Beyond Information Seeking: Towards A General Model Of Information Behaviour. Information Research. Vol. 11(4) paper 269, diakses tanggal 14 Juli 2013, tersedia di Jӓrvelin, K. & T.D. Wilson On Conceptual Models for Information Seeking and Retrieval Research. Information Research. Vol.9 (1) paper 14

15 163, diakses tanggal 24 Oktober 2013, tersedia di Kerins, Gillian. et.al Information Seeking and Students Studying for Professional Carrers: The Cases of Engineering and Law Students in Ireland, Information Research. Vol.10 (1), diakses tanggal 5 September 2013, tersedia di Leckie, Gloria J. et al Modelling The Information Seeking of Professionals: A General Model Derived from Research on Engineers, Health Care Professionals, and Lawyers. Journal of Library Quarterly. Vol.66 (2): Morissan Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Muhtadi, Asep Saeful Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan dan Aplikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Newcomb, Theodore M. et al Psikologi Sosial. Diterjemahkan oleh: Noesjirwan, Joesoef. et al. Bandung: Diponegoro Sairin, Weinata Gerakan Pembaruan Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Wilson, T.D A Re-examination of Information Seeking Behavior in The Context of Activity Theory. Information Research. Vol.11 (4) paper 260, diakses tanggal 13 Juli 2013, tersedia di 15

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perilaku pencarian informasi telah dipelajari sejak tahun 1970-an dan telah lama menjadi topik penelitian sehingga telah banyak dikembangkan model-model pencarian

Lebih terperinci

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI SURABAYA NURUL SYAMSIYAH DARAH PUSPITA. Abstract

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI SURABAYA NURUL SYAMSIYAH DARAH PUSPITA. Abstract PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI SURABAYA NURUL SYAMSIYAH DARAH PUSPITA Abstract Teacher in elementary school as a professional in the education sector so

Lebih terperinci

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Oleh: Putu Laxman Pendit www.iperpin.wordpress.com Perilaku manusia tak lekang dari semesta yang menghidupinya. Bagi profesor TD Wilson, kalimat ini berlaku mutlak

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia

Lebih terperinci

Wijayanti Lestari Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan ABSTRAK

Wijayanti Lestari Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan ABSTRAK PERILAKU PENEMUAN INFORMASI (INFORMATION SEEKING BEHAVIOUR) PADA PROFESI PERAWAT (Studi Deskriptif Perilaku Penemuan Informasi Pada Perawat Bagian Irna Bedah dan Irna Medik Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

Lebih terperinci

Pengembangan Koleksi Modul 3

Pengembangan Koleksi Modul 3 Pengembangan Koleksi Modul 3 Presented by Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 3 by Yuni Nurjanah A. Mengenal Masyarakat yang dilayani B. Diperlukannya Kajian Pengguna C. Unsur-unsur Kajian D. Hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan guru yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis merujuk pada beberapa karya tulis berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya

Lebih terperinci

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI PADA GURU REGULER SMP INKLUSI NEGERI DI SURABAYA 1 AMANDA CANDRA PRATIWI 2 NIM ABSTRAK

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI PADA GURU REGULER SMP INKLUSI NEGERI DI SURABAYA 1 AMANDA CANDRA PRATIWI 2 NIM ABSTRAK PERILAKU PENEMUAN INFORMASI PADA GURU REGULER SMP INKLUSI NEGERI DI SURABAYA 1 AMANDA CANDRA PRATIWI 2 NIM. 071311633111 ABSTRAK Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang tak terkecuali guru regular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi internet, semakin banyak pula bermunculan situs-situs yang memberikan layanan kesehatan. Layanan yang diberikan juga semakin beragam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

¹Korespondensi: Hanum Subhi Ninda P. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan

¹Korespondensi: Hanum Subhi Ninda P. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Kebutuhan Informasi Pada Guru Reguler SMP Inklusi Negeri Di Surabaya (Information Need On Regular Teachers Junior High School Inclusion State In Surabaya) Oleh: Hanum Subhi Ninda P.¹ ABSTRACT Everyone

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan suatu perpustakaan tidak bisa dipisahkan dari pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERILAKU PENGGUNAAN GADGET BERDASARKAN GENDER DAN USIA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Diana Andriani Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia Jalan Dipati Ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME.

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME. RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME Yasir Riady UPBJJ UT Jakarta yasir@ut.ac.id Abstrak Salah satu bagian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah dipandang sebagai sumber daya yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Manusia sebagai kunci keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait untuk menilai perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait untuk menilai perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jasa audit merupakan jasa yang sering digunakan oleh pihak luar perusahaan seperti calon investor, investor, kreditor, Bapepam dan pihak lain yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari globalisasi informasi. Globalisasi informasi merupakan istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari globalisasi informasi. Globalisasi informasi merupakan istilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman informasi tidak dapat dipungkiri merupakan salah satu dampak dari globalisasi informasi. Globalisasi informasi merupakan istilah yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang yang memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya manusia merupakan aset perusahaan dan sumber daya vital sebagai penentu keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu dari bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan komunikasi kepada khalayak yang bersifat massal. Majalah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pasar dapat memberitahu kita mengenai kualitas dan pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pasar dapat memberitahu kita mengenai kualitas dan pelayanan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset pasar dapat memberitahu kita mengenai kualitas dan pelayanan yang diinginkan oleh setiap konsumen. Riset pasar tersebut meneliti dan mempelajari garis besar kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pengakuan akan kedudukan dan peran penting agama ini tercermin dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Metode penelitian deskriptif analisis digunakan untuk mengaji tuturan dalam

Lebih terperinci

Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa FISIP dan Fakultas Farmasi UNAIR dalam Proses Penulisan Skri

Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa FISIP dan Fakultas Farmasi UNAIR dalam Proses Penulisan Skri JURNAL MASYARAKAT KEBUDAYAAN DAN POLITIK Volume 22, Nomor 3:265-273 Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa FISIP dan Fakultas Farmasi UNAIR dalam Proses Penulisan Skripsi Agus Santoso [1] Departemen Informasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

Ciri Penelitian Tindakan Kelas. 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi

Ciri Penelitian Tindakan Kelas. 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi Ciri Penelitian Tindakan Kelas 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas memiliki sifat praktis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan perbaikan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kluting Jaya Kecamatan Weda Selatan, yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam remote area lingkaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh: Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh: Tri Yuliyanto Hari Prabowo NIM. F 0300079 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era informasi dan globalisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami banyak perkembangan dan ini merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analis isi ( content analysis). Pendekatan analisis isi merupakan suatu langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguhsungguh dan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) lembaga utama internasional untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga. menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan.

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga. menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang merupakan ilmu dasar (basic science) mempunyai peran yang penting dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian atau Metodologi Riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak luar diperlukan, khususnya untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen profesional

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN ORBITH VOL. 13 NO. 1 Maret 2017 : 1 8 KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN Oleh: Sri Sumarsih Pustakawan UPT Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari pembahasan mengenai cara tuna rungu non alat bantu dengar di SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar Indonesia RCTI, maka dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas metode penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, definisi operasional, dan prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen

Lebih terperinci

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa).

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli. Komunikasi massa adalah komunikasi yang terdiri dari media cetak dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun didunia ini pasti akan mengalami proses pendidikan, di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan yang dimulai dari pendidikan tata buku sampai pendidikan akuntansi saat ini. Tentunya banyak hal

Lebih terperinci

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href="http://www.upi.edu">universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a>

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href=http://www.upi.edu>universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a> Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi Oleh Didi Tarsidi universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 1. Definisi Istilah konseling rehabilitasi yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. sebagai alat visual metode merancang arsitektur. Adapun tahapan dan kerangka dari

BAB III METODE PERANCANGAN. sebagai alat visual metode merancang arsitektur. Adapun tahapan dan kerangka dari BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan rumah singgah dakwah ini memiliki tahapan dan proses kajian yang digunakan. Secara Umum, proses kajian dilakukan secara paparan/deskriptif serta secara kualitatif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebutuhan Informasi Dalam suatu sistem informasi, pemakai merupakan suatu fokus yang penting. Pemakai menjadi sentral ukuran keefektifan dari sebuah sistem informasi, walaupun

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Fitra Febri Annisa 1, Desriyeni 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kepuasan pernikahan pada pasangan suami dan istri yang terlibat dalam dual career family berdasarkan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF) DI SMP N 1 PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF) DI SMP N 1 PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF) DI SMP N 1 PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Yuli Yelda 1, Ismarianti 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mempelajari dinamika atau permasalahan, memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan memiliki karir di

BAB I PENDAHULUAN. untuk memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan memiliki karir di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu motivasi mahasiswa mengikuti program pendidikan strata-1 adalah untuk memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan memiliki karir

Lebih terperinci

Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study

Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study Makalah termuat pada Jurnal Forum Kependidikan FKIP UNSRI Volume 28, Nomor 2, Maret 2009, ISSN 0215-9392 Oleh Ali Mahmudi JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk melakukan tindakan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Semua perusahaan memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH Riskha Arfiyanti Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Abstrak Pendidikan

Lebih terperinci

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.394 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PENDEKATAN INQUIRY/DISCOVERY Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; dheti_ah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setelah kebutuhan primer. Salah satu perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setelah kebutuhan primer. Salah satu perkembangan teknologi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi telah mengalami pertumbuhan sangat pesat seiring dengan era globalisasi yang menuntut kecepatan arus informasi. Kebutuhan

Lebih terperinci

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015 EVALUASI PEMBELAJARAN MELALUI PENULISAN JURNAL REFLEKTIF BERBASIS PENILAIAN DIRI DI PBS. INDONESIA STKIP SILIWANGI 1) Diena San Fauziya, 2) Alfa Mitri Suhara 1, 2) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi pembelajaran PAI saat ini Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan persiapan yang sesuai dengan prosedur penelitian. Persiapan-persiapan ini akan membantu kelancaran

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hubungan ketersediaan fasilitas perpustakaan dengan minat kunjung siswa ke perpustakaan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

TUGAS TIK. Pemanfaatan Saluran Informasi oleh Siswa SMA di Surabaya. Nama Kelompok : : Pradista Mugi D. Nim :

TUGAS TIK. Pemanfaatan Saluran Informasi oleh Siswa SMA di Surabaya. Nama Kelompok : : Pradista Mugi D. Nim : TUGAS TIK Pemanfaatan Saluran Informasi oleh Siswa SMA di Surabaya Nama Kelompok : Nama : Pradista Mugi D Nim : 071210113006 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012 Daftar Isi DAFTAR ISI II KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Pemanfaatan Saluran Informasi Oleh Siswa SMA Di Surabaya Oleh OKKY TRIMANDA SARI ( )

Pemanfaatan Saluran Informasi Oleh Siswa SMA Di Surabaya Oleh OKKY TRIMANDA SARI ( ) Pemanfaatan Saluran Informasi Oleh Siswa SMA Di Surabaya Oleh OKKY TRIMANDA SARI (071210113025) DIII Teknisi Perpustakaan Departemen Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai kinerja organisasi diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis.

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Oleh karena itu tehnik pengumpulan data banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Kegiatan penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru terbaik adalah mereka yang mampu mewariskan pengetahuan, keahlian dan pengalaman, serta sikap budi pekerti yang baik kepada peserta didiknya. Berbekal warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada kurikulum berbasis kompetensi yang tertuang dalam lampiran Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:

Lebih terperinci