IDENTIFIKASI KERUSAKAN KOMPONEN CHAINSAW SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DI PT INHUTANI II PULAU LAUT KALIMANTAN SELATAN AZWADRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI KERUSAKAN KOMPONEN CHAINSAW SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DI PT INHUTANI II PULAU LAUT KALIMANTAN SELATAN AZWADRI"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI KERUSAKAN KOMPONEN CHAINSAW SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DI PT INHUTANI II PULAU LAUT KALIMANTAN SELATAN AZWADRI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Penebangan di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2016 Azwadri NIM E

4 ABSTRAK AZWADRI. Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Penebangan di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh JUANG R. MATANGARAN. Pengetahuan tentang pemakaian dan pemeliharaan chainsaw mutlak diperlukan bagi setiap operator. Penggunaan chainsaw yang tepat akan meningkatkan produktivitas dan penggunaan chainsaw yang tidak tepat akan menyebabkan kerugian berupa kecelakaan kerja, kerusakan alat serta penurunan produktivitas. Mengetahuai komponen-komponen chainsaw dan fungsi-fungsinya akan memudahkan operator dalam pemeliharaan chainsaw yang mereka miliki. Hasil analisis kerusakan komponen chainsaw menunjukkan bahwa komponen yang sering mengalami kerusakan adalah sprocket, busi, rantai, dan piston. Kerusakan dari komponen chainsaw dapat mempengaruhi besarnya waktu kerja tidak efektif sehingga akan membuat produktivitas yang dihasilkan menjadi kecil. Chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 memiliki produktivitas 2.45 m 3 /jam. Waktu efektif berkisar antara jam dengan waktu rata-rata 0.3 jam dan waktu tidak efektif berkisar antara jam dengan waktu rata-rata 0.21 jam. Kata kunci: chainsaw, kerusakan, komponen, pengaruh, produktivitas ABSTRACT AZWADRI. Damage Identification on Chainsaw Components and its Effect on Wood-Cutting Productivity at PT Inhutani II Pulau Laut South Kalimantan. Supervised by JUANG R. MATANGARAN. The knowledge about how to use and maintenance of the chainsaw is absolutely necessary for every operator. Properly use on the chainsaw will increase productivity while improper use on the chainsaw will brings disadvantages such as work accidents, equipment damages and productivity decrease. Knowing the chainsaw components and functions will make its maintenance easier. Analysis results on the damages of chainsaw components shows that the components that are often damaged are sprocket, spark plugs, chains and pistons. Damage on chainsaw components can affect the amount of ineffective working time, so it will reduce productivity. The Chainsaw that used on research, Falcon Pro 5800 has the productivity of 2.45 m 3 /hours. The effective time is 0.3 hour and its ineffective time is 0.21 hour. Keywords: chainsaw, damage, component, influence, productivity

5 IDENTIFIKASI KERUSAKAN KOMPONEN CHAINSAW SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DI PT INHUTANI II PULAU LAUT KALIMANTAN SELATAN AZWADRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7 Judul Skripsi : Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Penebangan di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Nama : Azwadri NIM : E Disetujui oleh Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis kerusakan komponen chainsaw dan penyebab kerusakannya yang sering mengalami kerusakan serta identifikasi dan analisis sebab kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan. Objek penelitian yang digunakan adalah chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 buatan Cina yang masih jarang digunakan di Hutan Tanaman di Indonesia, oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang kerusakan komponen chainsaw saat penebangan, produktivitas chainsaw serta pengaruh kerusakan komponen terhadap produktivitas chainsaw jenis ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS sebagai dosen pembimbing. Terima kasih kepada Bapak Muhammad Hasanudin, A.Md selaku laboran Laboratorium Pemanfaatan Sumber Daya Hutan yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran hingga skripsi ini selesai. Ucapan terima kasih kepada segenap pimpinan serta staf PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan yang telah membantu pengumpulan data selama penelitian. Ucapan terima kasih kepada Ayah, Ibu Kakak dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukunga baik moral maupun material kepada penulis. Serta kepada seluruh staf Departemen Manajemen Hutan serta rekan-rekan mahasiswa Departemen Manajemen Hutan angkatan 49 Fakultas Kehutanan IPB dan keluarga besar Rimbawan Pecinta Alam Fakultas Kehutanan IPB yang senantiasa memberikan motivasi dan doa hingga skripsi ini selesai. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk setiap pembacanya. Bogor, November 2016 Azwadri

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Alat dan Bahan 2 Pengumpulan Data 3 Pengolahan Data 4 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Lokasi Penelitian 6 Spesifikasi Chainsaw 6 Kondisi Operator dan Peralatan Chainsaw 7 Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw 8 Penanggulangan Kerusakan Komponen Chainsaw 11 Produktivitas Penebangan 13 Analisis Kerusakan Komponen Chainsaw Terhadap Produktivitas Penebangan 15 SIMPULAN DAN SARAN 16 Simpulan 16 Saran 17 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 27

10 DAFTAR TABEL 1 Spesifikasi chainsaw merk Falcon SL Deskripsi operator dan umur chainsaw 8 3 Jumlah kerusakan komponen chainsaw masing-masing operator 9 4 Produktivitas penebangan 13 5 Waktu kerja penebangan 14 6 Produktivitas dan jumlah kerusakan komponen chainsaw 15 DAFTAR GAMBAR 1 Skema penelitian 5 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data kerusakan komponen chainsaw 19 2 Cara penanggulangan dan pola pemeliharaan kerusakan komponen chainsaw 20 3 Dokumentasi kerusakan komponen chainsaw 22 4 Data waktu kerja penebangan 26

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu program untuk meningkatkan potensi hutan produksi sebagai sumber penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan dan perluasan lapangan kerja. Penyediaan bahan baku tersebut tidak terlepas dari kegiatan pemanenan hutan, salah satu di antaranya penebangan. Penebangan merupakan kegiatan merobohkan pohon yang kemudian dipotong menjadi bagian batang yang layak sarad dan sebagai langkah awal dalam proses pemanfaatan kayu secara komersial (Suhartana dan Yuniawati 2005). Peralatan pemanenan berperan penting terhadap kelangsungan kegiatan pemanenan karena dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan perusahaan serta turut memengaruhi nilai efisiensi pemanfaatan kayu. Berdasarkan peralatan yang digunakan dalam penebangan pohon, jenis alat tebang dapat dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem manual dan sistem mekanis. Kegiatan penebangan dengan sistem manual menggunakan kapak dan gergaji tangan, sedangkan penebangan dengan sistem mekanis menggunakan chainsaw (gergaji rantai). Penebangan kayu di hutan telah menggunakan alat tebang chainsaw yang dianggap paling praktis karena mudah dipindah-pindahkan (Suhartana et al. 2007). Chainsaw atau gergaji rantai digunakan untuk penebangan dan pembagian batang didalam tahapan pemanenan kayu (Matangaran 1998). Chainsaw telah banyak digunakan pada penebangan di HTI karena berbagai keuntungan yang didapat. Menurut Suhartana dan Yuniawati (2006), terdapat beberapa keuntungan penggunaan chainsaw, seperti mengurangi biaya penebangan dan pembagian batang, menciptakan tunggak yang lebih rendah, pekerjaan lebih cepat selesai, lebih efisien dan lebih mudah untuk penebangan dan pembagian batang serta mengurangi kecelakaan kerja. Hal ini dapat memengaruhi produktivitas penebangan yang dilakukan. Produktivitas setiap jenis dan merk chainsaw berbeda-beda. Chainsaw merk Husqvarna 340 buatan Swedia memiliki produktivitas sebesar 3,12 m 3 /jam (Sinaga 2005), sedangkan chainsaw merk Stihl 070 buatan Jerman memiliki produktivitas sebesar 1.34 m 3 /jam (Priyonggo 2014). Penelitian kali ini menggunakan chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 buatan Cina yang masih jarang digunakan di Hutan Tanaman di Indonesia. Penggunaan chainsaw yang tepat akan meningkatkan produktivitas penebangan. Sebaliknya, penggunaan chainsaw yang tidak tepat akan menyebabkan kerugian berupa penurunan produktivitas, kerusakan pada chainsaw serta dapat menyebabkan kecelakaan kerja bagi operator berupa kick back. Chainsaw sering mengalami kerusakan sehingga sangat berpengaruh besar terhadap penurunan produktivitas penebangan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan operator tentang teknik pemakaian dan pemeliharaan chainsaw yang baik dan benar sehingga dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang diharapkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat.

12 2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kerusakan komponen chainsaw. 2. Menganalisis penyebab kerusakan komponen chainsaw yang sering mengalami kerusakan. 3. Identifikasi dan analisis sebab kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan. 4. Menganalisis produktivitas chainsaw. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi operator mengenai komponen chainsaw yang sering mengalami kerusakan dan penyebab kerusakannya supaya operator dapat melakukan perawatan dan pemeliharaan secara benar, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kerusakan pada chainsaw. Selain itu, diharapkan dapat memberikan informasi terkait pengaruh kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan serta informasi mengenai prestasi kerja operator. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di arel kerja Unit Manajemen Blok Acacia mangium Tanjung Seloka PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan pada bulan April sampai Mei Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah chainsaw merk Falcon dengan tipe Pro 5800, stopwatch, pita ukur, tally sheet, kamera, alat tulis, kalkulator, laptop dengan software Ms. Word 2007 dan software Ms. Excel 2007.

13 3 Pengumpulan Data Objek penelitian kali ini adalah kegiatan penebangan pohon dengan menggunakan chainsaw yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan pemanenan hutan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data, sebagai berikut: 1. Survey lokasi penelitian Survey lokasi penelitian pada petak areal kerja yang sedang melakukan kegiatan penebangan dalam PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan dengan menentukan lokasi yang sesuai untuk penelitian serta memudahkan dalam pengamatan dan pengambilan data. 2. Menentukan jumlah chainsaw Jumlah chainsaw yang ada di PT Inhutani II Pulaut yaitu sebanyak 16 unit. Jumlah chainsaw yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu 5 unit dengan 5 orang operator chainsaw. Alasan pengambilan data 5 unit chainsaw yaitu karena jumlah operator chainsaw yang bekerja pada saat penelitian hanya 5 orang dimana masing-masing operator mengoperasikan satu chainsaw. Data operator yang diambil antara lain; nama operator, umur operator, pengalaman kerja dan umur chainsaw yang digunakan. 3. Menghitung volume pohon Kayu yang ditebang pada penelitian ini adalah kayu Acacia mangium jenis kayu pertukangan yang berumur kurang lebih delapan tahun setelah masa tanam dengan diameter 20 cm. Cara menghitung volume pohon yaitu dengan melakukan pengukuran diameter dan panjang batang pohon yang telah dipotong oleh operator chainsaw. Jumlah pohon contoh yang diambil pada penelitian ini yaitu sebanyak 40 pohon, dimana masing-masing operator menebang sebanyak 8 pohon. 4. Identifikasi kerusakan komponen chainsaw Identifikasi kerusakan komponen chainsaw yaitu dilakukan dengan melihat komponen secara menyeluruh yang dimulai dari sistem pelumasan rantai, sistem penyaluran bahan bakar, sistem kelistrikan, komponen bilah dan rantai, komponen engine, sistem pemindah tenaga (transmisi) serta komponen body. Selain itu, dilakukan wawancara dengan operator untuk mengetahui kondisi pekerja, teknik pemeliharaan dan perawatan chainsaw. Selanjutnya, menentukan penyebab kerusakan yang terjadi dengan cara analisis komponen yang mengalami kerusakan tersebut. 5. Menghitung produktivitas penebangan Produktivitas penebangan masing-masing operator dihitung dengan cara membagi volume pohon yang ditebang dengan waktu yang dibutuhkan untuk menebang pohon sampai pembagian batang. Waktu kerja penebangan dibagi menjadi dua yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Pengukuran waktu kerja efektif dimulai dari operator berjalan menuju pohon yang akan ditebang, membersihkan tumbuhan bawah, membuat takik rebah dan takik balas, pohon rebah, hingga membagi batang. Sedangkan waktu tidak efektif antara lain

14 4 mengisi bahan bakar, memasang rantai dan bilah, mengasah mata rantai, memanaskan mesin, dan kendala saat penebangan. 6. Analisis penyebab kerusakan Menganalisis penyebab kerusakan dilakukan dengan cara melihat langsung komponen-komponen chainsaw yang mengalami kerusakan serta mencari tahu apa yang menyebabkan komponen tersebut jadi rusak. Selanjutnya dilakukan kegiatan penanggulangan kerusakan dan pemeliharaan kedepannya. 7. Menganalisis pengaruh kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan Menganalisis pengaruh kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan yaitu dengan melihat berapa banyak komponen chainsaw yang mengalami kerusakan dan berapa produktivitas yang dihasilkan oleh chainsaw tersebut. Kemudian dilihat apakah banyaknya komponen yang mengalami kerusakan berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan. Pengelolaan Data Pengolahan data yang dilakukan yaitu perhitungan volume kayu yang telah ditebang dengan menggunakan rumus Brereton, sebagai berikut: ( ) Keterangan: V = Volume kayu (m 3 ) Du = Diameter ujung (m) Dp = Diameter pangkal (m) L = Panjang kayu (m) Produktivitas alat penebangan merupakan rata-rata dari satu siklus kegiatan yang dihitung berdasarkan hasil pengukuran waktu kerja yang telah diolah dengan rumus berikut: Keterangan: P V W = Produktivitas alat (m 3 /jam) = Volume kayu yang ditebang (m³) = Waktu tebang (jam)

15 5 Analisis Data Analisis data menjelaskan cara menganalisis atau teknik mengolah data yang digunakan untuk menarik simpulan dari hasil kajian dari topik yang diteliti. Analisis pengaruh kerusakan terhadap produktivitas penebangan dilakukan dengan melihat banyaknya komponen chainsaw yang mengalami kerusakan pada saat penebangan apakah berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan oleh chainsaw tersebut. Menentukan lokasi penelitian Menentukan jumlah chainsaw 1. Spesifikasi chainsaw 2. Deskripsi operator Penebangan Identifikasi komponen chainsaw yang rusak 1. Mengukur diameter dan panjang kayu tebangan 2. Mengukur waktu kerja setiap unsur kegiatan Analisis kerusakan Produktivitas Menganalisis pengaruh kerusakan chainsaw terhadap produktivitas penebangan Gambar 1 Skema penelitian

16 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian Areal kerja IUPHHK-HT PT Inhutani II Unit Pulau Laut secara geografis terletak antara 116º BT dan 3º LS, yang mencakup tiga kecamatan yaitu Pulau Laut Barat, Pulau Laut Selatan dan Pulau laut Timur Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Keadaan topografinya yaitu 92 % areal berada pada topografi datar pada kelerengan 0 8%, 5 % pada daerah landai (kelerengan 8 15 %) dan daerah bergelombang 3% (kelerengan 15 25%). Areal PT Inhutani II Pulau Laut berada pada ketinggian meter dari permukaan laut. Jenis tanah yaitu podsolik merah kuning, latosol dan alluvial. Tipe iklimnya yaitu tipe B dengan curah hujan sebesar mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 287 mm dan terendah pada bulan September yaitu 85 mm (PT Inhutani II 2007). Berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan SK IUPHHK-HTI No. 30/MENHUT-II/2006 tanggal 13 Febuari 2006, luas areal kerja IUPHHK- HTI PT Inhutani II Unit Pulau Laut ± Ha. Dimana luas hutan produksi tetap seluas Ha dan hutan areal penggunaan lain (APL) seluas Ha. Penelitian ini dilakukan di Unit Manajemen Blok Akasia yang berlokasi di Tanjung Seloka dengan luas area Ha. Berdasarkan Rencana Kerja Tahunan 2016 luasan produksi/pemanenan kayu yang akan dilakukan adalah seluas Ha dengan volume m 3 (PT Inhutani II 2016). Areal kerja penebangan pada penelitian ini adalah areal bekas kebakaran pada tahun 2015 yaitu pada Blok VIII petak115a dan 115d, seluas 50 Ha dengan masing-masing luas 25 Ha. Kegiatan penebangan dilakukan oleh seorang operator chainsaw tanpa adanya helper. Kegiatan penebangan dilakukan pada petak yang akan dilaksanakan land clearing. Spesifikasi Chainsaw Penebangan pohon merupakan salah satu bagian dari kegiatan penjarangan dan pemanenan hutan. Chainsaw adalah salah satu alat yang di gunakan dalam penebangan pohon yang dipakai juga untuk melakukan pembagian batang dan pemotongan cabang setelah pohon ditebang. Terdapat belasan macam chainsaw yang dapat digolongkan menjadi tiga kelas yaitu ringan, sedang, dan berat (Sukanda dan Endom 2008). Merk chainsaw yang digunakan oleh operator chainsaw di PT. Inhutani II Pulau Laut adalah Falcon dengan tipe Pro 5800, dengan spesifikasinya seperti yang disajikan pada Tabel 1.

17 7 Tabel 1 Spesifikasi chainsaw merk Falcon SL 5800 Elemen Keterangan Mesin 2 tak Kecepatan maksimum rpm Kapasitas tangki bahan bakar 0.55 liter Rasio campuran oli dan bahan bakar 1:25 Kapasitas tangki oli 0.25 liter Panjang bar 20 (50 cm) Isi silinder 51 cc Berat chainsaw 5.50 kg Sumber: Seperti yang disajikan pada Tabel 1, terlihat bahwa chainsaw merk Falcon dengan tipe Pro 5800 termasuk kelas yang ringan, yaitu beratnya kurang dari 10 Kg (Soenarso 1972). Hal ini tentu berpengaruh terhadap prestasi kerja penebangan, yaitu pada saat operator menebang pobon yang berukuran besar akan menggunakan waktu cukup lama, karena ukuran bar nose yang kecil dan pendek. Berbeda apabila menggunakan chainsaw yang berukuran sedang maupun berukuran besar karena memiliki bar nose yang lebih besar dan panjang. Kapasitas tangki pelumas dan bahan bakar chainsaw tipe ini cukup kecil sehingga akan memberikan kerugian kepada operator yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengisi tangki-tangki tersebut menjadi besar karena pelumas dan bahan bakar akan cepat habis dan operator akan bolak-balik untuk mengisi tangki-tangki tersebut sehingga akan membuat waktu kerja tidak efek menjadi besar. Kecepatan putaran rantai sangat mempengaruhi waktu kerja penebangan dimana semakin besar kecepatan yang dihasilkan maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penebangan akan semakin sedikit dan produktivitas penebanan akan menjadi besar. Kecepatan maksimum putaran rantai yang dihasilkan oleh chainsaw merk ini masih sangat kecil dibandingkan chainsaw merk lain dengan berat dan ukuran yang sama. Alat untuk mengukur kecepatan putaran rantai adalah tachometer yaitu sebuah alat pengujian yang dirancang untuk mengukur kecepatan rotasi dari sebuah objek, seperti alat pengukur dalam sebuah mobil yang mengukur putaran per menit (rpm) dari poros engkol mesin. Kondisi Operator dan Peralatan Chainsaw Kegiatan penebangan di areal PT Inhutani II Pulau Laut dilaksanakan oleh kontraktor (pihak mitra) yang telah bekerja sama dengan PT Inhutani II Pulau Laut. Sistem pengupahan yang diterapkan di PT Inhutani II kepada operator chainsaw adalah dalam satuan rupiah per meter kubik (Rp/m 3 ). Upah satu orang operator chainsaw sebesar Rp /m 3 berdasarkan Surat Perjanjian Kerja antara PT Inhutani II dengan mitra CV Saputra Jaya Mandiri (SJM).

18 8 Semua chainsaw yang digunakan di PT. Inhutani II Pulau Laut adalah milik operator. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator, mereka membeli satu chainsaw merk Falcon dengan tipe Pro 5800 yang baru seharga Rp di toko chainsaw yang berasa di kota Pulau laut. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengalaman operator dan umur alat yang digunakan oleh masingmasing operator disajikan di Tabel 2. Tabel 2 Deskripsi operator dan umur chainsaw Operator Ke- Umur Operator (tahun) Umur chainsaw (bulan) Pengalaman Kerja (tahun) 1. Wahyu Yoyo Sukardi Yasbar Jupri Sumber: operator chainsaw Umur dan pengalaman operator akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan, dimana dari segi tenaga orang yang masih muda pada umumnya memiliki tenaga yang lebih besar dibandingkan orang yang lebih tua, begitupun dengan pengalaman kerja dimana orang yang memiliki pengalaman kerja yang lebih lama akan memiliki produktivitas yang lebih besar dibandingkan yang pengalaman kerjanya lebih sedikit. Umur chainsaw yang digunakan juga akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan dimana chainsaw yang masih baru dengan chainsaw yang sudah lama digunakan akan berbeda baik dari segi tenaga yang dihasilkan maupun kemampuan tiap komponen untuk beropesasi. Chainsaw yang dimiliki oleh operator sudah mengalami banyak modifikasi yang dilakukan sendiri oleh operator, terutama untuk chainsaw yang sudah lama digunakan. Biaya untuk pemeliharaan komponen chainsaw yang mengalami kerusakan ditanggung sendiri oleh operator. Operator yang ingin membeli suku cadang dapat langsung membeli di toko chainsaw yang berasa di kota Pulau laut, atau dapat memesan komponen yang dibutuhkan ke bagian logistik perusahaan, sedangkan pembayarannya dapat dilakukan tiap akhir bulan dengan cara memotong gaji. Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Kurangnya perhatian dan keterampilan operator chainsaw maupun pemilik perusahaan terhadap pentingnya keterampilan serta pengetahuan tentang ketajaman dan penajaman gergaji rantai (chainsaw) menyebabkan hal ini seakan tidak dipedulikan. Produktivitas yang rendah dan kerusakan komponen chainsaw sering ditafsirkan sebagai jeleknya kinerja alat maupun merk chainsawnya (Matangaran 2004). Kecilnya produktivitas yang dihasilkan bisa disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada chainsaw sehingga membuat waktu kerja bertambah. Berikut pada Tabel 2 disajikan jumlah kerusakan komponen chainsaw pada masing-masing operator.

19 9 Tabel 3 Jumlah kerusakan komponen chainsaw masing-masing operator Operator ke- Jumlah Kerusakan (komponen) 1. Wahyu Yoyo Sukardi Yasbar Jupri 12 Setiap operator memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam mengoperasikan maupun melakukan perawatan terhadap setiap komponen chainsaw, sehingga jumlah dan bagian chainsaw yang mengalami kerusakan juga berbeda-beda. Identifikasi kerusakan komponen chainsaw yaitu dilakukan dengan melihat komponen secara menyeluruh yang dimulai dari komponen rantai dan bilah, sistem pemindah tenaga (transmisi), sistem kelistikan, sistem penyaluran bahan bakar, komponen engine, sistem pelumasan rantai, serta komponen body. Komponen rantai Nagato (1992) menyatakan bahwa 90 % masalah yang dialami oleh gergaji rantai (chainsaw) disebabkan oleh rantainya, karena dengan rantai yang tumpul atau jelek maka penggunaan bahan bakar akan meningkat, rantai akan cepat panas dan komponen di dalamnya akan cepat aus, dengan demikian bila kondisi rantai baik, maka akan ada penghematan waktu dan bahan bakar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PT Inhutani II Pulau Laut, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 1 terlihat bahwa empat dari lima chainsaw yang komponen rantainya sering terjadi kerusakan terdapat pada mata cutter. Jenis kerusakannya yaitu kesalahan sudut pengasahan, serta kesalahan pemotongan depth gauge yang tidak datar. Hal ini sama dengan hasil penelitian Priyongso (2014) yang menyatakan bahwa kerusakan yang sering terjadi terdapat pada kesalahan sudut pengasahan pada cutter dan bentuk ujung pisau tegak terlau cekung sehingga mengakibatkan gergaji bergetar keras dan operator tidak memperhatikan ketinggian depth gauge yang lebih tinggi dari ujung pisau. Namun berbeda dengan penelitian Prayoga (1997) yang menunjukan bahwa kerusakan yang sering terjadi pada rantai adalah tie strap yaitu berupa patah yang disebabkan oleh penggunaan pelumas bekas yang mengandung banyak kotoran sehingga kotoran dan serbuk gergaji halus melekat pada rantai. Komponen bilah Kerusakan yang terjadi pada bagian bilah yaitu bar nose bengkok yang disebabkan karena pengaturan ketegangan rantai yang tidak memadai. Selain itu bar nose juga aus yang disebabkan oleh kurangnya pelumasan rantai dan tidak dilakukannya pertukaran posisi bilah setiap abis pemakaian secara rutin. Selain itu salah satu sisi ujung bar bentuk berongga disebabkan oleh rantai yang kendur pada saat chainsaw beroperasi. Komponen transmisi Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Lampiran 1, sprocket merupakan komponen transmisi yang paling banyak mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil

20 10 pengamatan di lapangan, kerusakan sprocket yang terlihat yaitu terkikisnya bagian tempat bertambatnya drive link dan bagian tersebut juga sering aus sehingga menyebabkan rantai tidak berjalan. Komponen rumah kopling dan sepatu kopling juga sering aus karena saling bergesekan yang disebabkan pemicu gas tidak ditekan sepenuhnya oleh operator pada saat berlangsungnya kegiatan penebangan. Komponen kelistrikan Sistem kelistrikan berfungsi untuk pengapian dalam proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder blok. Berdasarkan data yang didapat di lapangan, komponen kelistrikan yang sering mengalami kerusakan adalah busi. Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh pengaturan langsung tidak sesuai standar sehingga asupan bensin yang masuk terlalu kaya, sehingga menyebabkan busi menghitam dan pengapian menjadi lemah dan mesin jadi susah hidup. Penyebab lain kerusakan yaitu busi yang digunakan sudah lama sehingga elektroda yang ada pada busi rentan terkikis. Kerusakan lainnya yaitu kabel busi sobek yang disebabkan oleh tidak stabilnya posisi kabel pada saat chainsaw beroperasi. Bagian dalam flywheel yang berhubungan dengan poros engkol retak karena berbenturan dengan poros engkol yang putarannya tidak stabil. Komponen penyaluran bahan bakar Sistem bahan bakar dalam teknik otomotif adalah suatu sistem yang berfungsi untuk menyimpan bahan bakar secara aman, menyalurkan bahan bakar ke mesin dan mengabutkan bahan bakar agar bercampur dengan udara. Karburator merupakan komponen yang sangat berperan dalam penyaluran bahan bakar. Pada karburator terdapat membran diafragma yang berfungsi untuk mengatur masuknya bahan bakar kedalam ruang pembakaran. Berdasarkan dari data yang diambil di lapangan, dua dari lima chainsaw mengalami kerusakan pada membran diafrakma yaitu membran tersebut sobek dan lapuk. Kerusakan lain yang terjadi yaitu tersumbatnya saringan bahan bakar yang disebabkan oleh menumpuknya kotoran yang berasal dari bahan bakar yg tidak disaring pada saat dimasukkan ketangki bahan bakar. Komponen engine Hasil dari identifikasi dilapang terlihat bahwa komponen engine yang sering mengalami kerusakan adalah piston. Kerusakannya yaitu terdapatnya goresangorean halus serta banyak menumpuknya kotoran hasil pembakaran. Hal yang sama juga terjadi pada dinding cylinder block yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dan campuran bahan bakar yang tidak tepat sehingga terdapat jelaga di dalam ruang pembakaran. Fungsi piston adalah untuk menerima tekanan hasil pembakaran campuran gas dan meneruskan tekanan untuk untuk memutar poros engkol (crank shaft) melalui batang piston. Kerusakan yang terjadi pada piston dan cylinder block dapat menimbulkan pembakaran yang kurang maksimal, tekanan kompresi dan tekanan gasnya menjadi rendah dan akan menurunkan kemampuan mesin sehingga akan mempengaruhi produktivitas penebangan. Bagian gasket yang menghubungkan cylinder block dengan crankcase juga banyak yang lapuk dan sobek karena kepanasan oleh mesin dan terendam pelumas.

21 11 Komponen pelumasan rantai Berdasarkan data yang diambil di lapangan, komponen pelumasan rantai yang mengalami kerusakan yaitu pada saringan tangki pelumas dan saluran pengeluaran terdapat penyumbatan yang disebabkan oleh menumpuknya jelaga dan kotoran dari pelumas yang digunakan. Selain itu pompa pelumas juga macet yang menyebabkan pelumas tidak keluar pada saat chainsaw beroperasi. Komponen body Chainsaw menghasilkan getaran mesin yang sangat kuat sehingga mengakibatkan beberapa bagian komponen menjadi rusak. Salah satunya yaitu pegangan depan menjadi goyang dan tidak stabil. Komponen lain yang rusak yaitu putusnya per starter (rewind spring) yang disebabkan oleh kesalahan operator pada saat menarik tali starter untuk menghidupkan chainsaw. Operator menarik tali starter dengan posisi start berdiri dangan menarik tali starter secara langsung tanpa adanya penarikan bertahap dan pengembalian tali starter dilepas sekaligus. Pada bagian body banyak komponen yang tidak dipasang antara lain penutup karburator, saringan udara, pelindung tangan depan dan muffler (knalpot). Penanggulangan Kerusakan Komponen Chainsaw Setelah data hasil identifikasi kerusakan komponen chainsaw didapatkan, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui penanggulangan dan pemeliharaan yang harus dilakukan sehingga kerusakan yang sebelumnya tidak terjadi lagi. Kegiatan penanggulangan dan pemeliharaan harus dilakukan harian, mingguan dan bulanan. Komponen rantai yang rusak yaitu bagian cutter rantai kurang tajam. Penangulangannya yaitu bagian cutter yang tumpul perlu ditajamkan sebelum dipakai. Cutter terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan menggunakan sikat dan bensin, selanjutnya ditajamkan dengan kikir bulat dengan menentukan sudut asah yang tepat sehingga cekungan pada ujung pisau dapat diminimalisir. Jangan memaksakan kikir mata rantai karena dia dapat pecah jika mendapat terlau banyak tekanan. Sebuah kikir dengan ukuran yang benar akan menggosok bagian mata rantai dengan mudah. Produsen merekomendasikan untuk memeriksa dan menyesuaikan mata rantai sering-sering, khususnya menggunakan mata rantai yang baru. Rantai yang tidak digunakan harus direndam di dalam bensin supaya tidak berkarat. Jika telah dilakukan penajaman, kedalaman keratan harus diperhatikan. Ketajaman cutter pada rantai merupakan faktor utama yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan penebangan, karena dengan cutter yang tajam penebangan akan jadi lebih mudah dan cepat selesai, apabila cutter yang digunakan tumpul penebangan akan susah dan lama dan itu akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan. Menurut Matangaran (1998), teknik penajaman yang salah menyebabkan tidak diperolehnya tingkat ketajaman yang maksimal sehingga produktivitas kerja tidak maksimal, boros bahan bakar, melelahkan operator, keausan komponen lain, dan hasil potongan miring. Bagian depan yang menonjol juga harus diturukan untuk mendapatkan ukuran yang tetap

22 12 25/1000 inchi dan sama untuk semua pengerat dalam rantai tersebut. Depth gauge yang terlalu lebar mengakibatkan rantai tidak dapat bergerak pada saat memotong (Matangaran 2004). Penanggulangan kerusakan pada bar nose supaya mendapatkan keausan yang merata yaitu setiap hari posisi pemakaian bilah harus dirubah. Sebelum dipakai, lubang pelumasan di bar harus diperiksa untuk memastikan tidak tersumbat. Alur dan lubang minyak pelumas pada bilah harus dibersihkan setiap selesai digunakan dan serbuk gergaji yang melekat harus dibersihkan dengan kuas dan bensin. Setiap minggunya bilah harus di periksa apakah pada sisi-sisi bar ada yang tidak rata atau bengkok. Kerusakan pada komponen kopling secara keseluruhan disebabkan oleh pemicu gas yang tidak ditekan sepenuhnya sehingga putaran kopling tidak maksimal. Untuk mengurangi kerusakan pada kopling maka kecepatan yang dipakai pada saat penebangan adalah kecepatan penuh. Per kopling setiap minggunya harus dilumasi dengan pelumas supaya tidak cepat aus pada saat pemakaian. Setiap bulannya ruah kopling, sepatu kopling dan per kopling harus diperiksa apakah masih layak untuk dipakai. Sprocket yang terkikis oleh drive link dan sering aus disebabkan oleh pelumasan rantai yang kurang maksimal. Sprocket setiap hari harus diperiksa dan perlu diganti apabila sudah tidak layak pakai. Menurut Matangaran (1998), sprocket yang cepat aus disebabkan pemicu gas terlalu sering dimainkan. Kotoran yang melekat pada kepala busi adakah akibat sisa pembakaran yang tidak sempurna perlu dibersihkan dengan kawat dan bensin serta renggang elektroda harus dipertahankan 0,6-0,7 mm (Echo 1998). Kondisi busi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pengaturan karburator yang salah, campuran bahan bakar yang salah, dan saringan udara yang kotor (Husqvarna 2002). Busi harus diganti dengan yang baru setelah sekitar 100 jam operasi (Stihl 2002). Pengatur gas harus disetel dengan baik supaya diperoleh campuran bahan bakar dan udara yang tepat. Membran diafrakma harus selalu di perhatikan apakah membran tersebur masih layak atau tidak untuk dipakai. Pada saat karburator dibuka, lubang yang menuju silinder harus ditutup untuk mencegah masuknya kotoran dan setiap minggunya karburator harus dibersihkan. Kerusakan pada per starter berupa putusnya per disebabkan karena penarikan tali starter secara langsung oleh operator, sehingga terjadi hentakan yang keras saat menarik. Tahap penyalaan mesin yang benar yaitu menarik tali starter dengan perlahan 3-5 kali tarikan agar masuk campuran bahan bakar dan udara, kemudian baru ditarik sekaligus sampai mesin hidup. Setelah menyala, tali starter dikembalikan dengan perlahan sampai menempati posisi semula (Sukanda dan Endom 2008). Chainsaw yang sebagai objek pada penelitian ini sudah banyak dimodifikasi oleh operator. Banyak ditemukan bagian-bagian komponen body chainsaw yang dibuang, diantaranya penutup karburator, saringan udara, pelindung tangan depan, dan muffler. Banyak dari operator kurang memahami fungsi dari bagian-bagian yang dibuang tersebut. Penutup karburator sendiri berfungsi untuk melindungi karburator supaya tidak ada kotoran yang masuk kedalam karburator. Saringan udara berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam karburator dan mencegah kotoran masuk kedalam karburator. Saringan udara harus dibersihkan

23 13 secara teratur dari debu dan kotoran untuk menghindari malfungsi karburator, pengurangan tenaga mesin dan konsumsi bahan bakar yang abnormal. Pelindung tangan depan berfunsi untuk melindungi tangan apabila rantai putus. Menurut Matangaran (1998), melepaskan saringan udara menyebabkan debu masuk bersama bensin keruang pembakaran yang kemudian mengerus dinding silinder pada akhirnya menyebabkan kurangnya tenaga motor. Muffler dirancang untuk mengurangi tingkat kebisingan dan untuk mengarahkan gas buang. Gas buang yang panas dan dapat berisi percikan api, yang dapat menyebabkan kebakaran jika diarahkan ke bahan kering dan mudah terbakar. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada chainsaw sebagian besar disebabkan oleh kemampuan operator yang masih minim tentang pemahaman komponen chainsaw serta bagaimana pemakaian dan pemeliharaan yang tepat. Kesalahankesalahan yang sering dilakukan oleh operator dapat menyebabkan kerusakan pada komponen chainsaw dan akan berpangeraruh terhadap produktivitas yang dihasilkan. Produktivitas Penebangan Produktivitas kerja adalah hasil kerja dalam satuan tertentu dari seorang pekerja atau satu regu kerja selama satu hari (HOK) untuk selama tujuh jam kerja (Mujetahid 2008). Produktivitas pemanenan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; dimensi kayu, waktu kerja, jarak sarad, jenis alat yang digunakan, keterampilan kerja serta kondisi lapangan. Menurut Sinaga (2005) produktivitas penebangan dengan menggunakan chainsaw merk Husqvarna 340 adalah sebesar 3.12 m 3 /jam dan menurut Priyonggo (2014) produktivitas penebangan dengan menggunakan chainsaw merk Stihl 070 adalah sebesar 1.34 m 3 /jam. Chainsaw yang dipakai pada penelitian ini adalah chainsaw merk Falcon Pro 5800 dengan produktivitas penebangan seperti yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Produktivitas penebangan Operator Ke- Waktu Efektif Waktu Tidak Efektif Waktu Total (menit) Volume (m 3 ) Produktivitas (m 3 /jam) (menit) (menit) 1. Wahyu Yoyo Sukardi Yasbar Jupri Rata-rata Pohon contoh yang diambil pada penelitian ini yaitu sebanyak 40 pohon dengan masing-masing operator chainsaw menebang 8 pohon per operator. Volume kayu yang ditebang berkisar antara m 3. Tabel 4 menunjukkan bahwa produktivitas chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 berkisar antara

24 m 3 /jam. Produktivitas rata-rata dari kelima operator adalah sebesar 2.45 m 3 /jam dengan waktu total rata-rata menit atau 0.24 jam. Waktu efektif berkisar antara menit dengan waktu rata-rata 1.92 menit dan waktu tidak efektif berkisar antara jam dengan waktu rata-rata menit. Waktu kerja merupakan waktu yang diperlukan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang telah ditetapkan. Waktu kerja dibagi menjadi dua yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan inti yang sudah merupakan bagian tetap dari pekerjaan bersangkutan. Sedangkan waktu tidak efektif adalah waktu kerja yang seharusnya tidak diperlukan untuk suatu pekerjaan yang menyebabkan tidak efektifnya suatu proses produksi. Tabel 5 Waktu kerja penebangan No Elemen Kerja Rata-rata Waktu Persentase (%) Kerja (menit) 1 Waktu efektif a Menuju pohon yang akan ditebang b Membersihkan tumbuhan bawah c Membuat takik rebah d Membuat takik balas e Pohon rebah f Membagi batang Total waktu efektif Waktu tidak efektif a Mengisi bahan bakar b Memasang rantai dan bilah c Mengasah mata rantai d Memanaskan mesin e Kendala saat penebangan Total waktu tidak efektif Tabel 5 merupakan data hasil pengukuran waktu kerja penebangan kayu Acacia mangium dilapangan. Tabel tersebut menunjukkan pembagian elemen kerja waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif dalam siklus penebangan. Tabel 5 menunjukkan waktu tidak efektif lebih besar dibandingkan dengan waktu efektif, dimana dari keseluruhan waktu penebangan 88% merupakan waktu tidak efektif dan hanya 12% yang merupakan waktu efektif. Waktu kerja tidak efektif dapat dibedakan lagi menjadi waktu kerja tidak efektif yang dapat dihindarkan dan tidak dapat dihindarkan. Waktu kerja tidak efektif yang tidak dapat dihindarkan antara lain yaitu kegiatan mengisi bahan bakar, memasang rantai dan bilah, mengasah mata rantai, memanaskan mesin.waktu kerja tersebut tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi. Sedangkan untuk waktu kerja tidak efektif yang dapat dihilangkan yaitu kegiatan mengobrol, mengambil bar yang terjepit dan kendala saat penebangan lainnya.

25 15 Siklus waktu tebang per pohon dan produktivitas penebangan dipengaruhi oleh dbh (diameter setinggi dada) pohon yang ditebang dan dipengaruhi oleh jarak antar kayu yang ditebang. Peningkatan jarak pohon yang ditebang akan meningkatkan waktu tebang pohon, demikian pula dengan dbh yang bertambah maka waktu penebangan juga bertambah (Behjou et al. 2009). Menurut Lortz et al. (1997) faktor yang paling penting dan berpengaruh dalam waktu penebangan yaitu diameter pohon, jarak antar pohon dan intensitas pemanenan. Karena penelitian dilakukan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) maka diameter pohon dan jarak pohon yang akan ditebang tidak terlalu berpengaruh pada waktu penebangannya. Hal tersebut karena jarak tanam di HTI yang relatif sama dan umur tanaman yang sama sehingga diameter pohon juga relatif sama. Analisis Kerusakan Komponen Chainsaw Terhadap Produktivitas Penebangan Besarnya produktivitas ditentukan oleh dua komponen utama yaitu volume yang dihasilkan dan waktu kerja yang diperlukan. Kecilnya produktivitas yang dihasilkan disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada chainsaw sehingga membuat waktu kerja bertambah. Produktivitas dan jumlah kerusakan komponen chainsaw pada masing-masing operator dapat dilihat pada Tabel 6. Operator ke- Tabel 6 Produktivitas dan jumlah kerusakan komponen chainsaw Waktu Total (jam) Volume (m 3 ) Produktivitas (m 3 /jam) Jumlah Kerusakan (komponen) 1 Wahyu Yoyo Sukardi Yasbar Jupri Kerusakan yang terjadi pada chainsaw sangat mempengaruhi hasil produktivitas, dimana semakin banyak komponen chainsaw mengalami kerusakan maka produktivitasnya akan semankin kecil. Hal tersebut karena apabila banyak komponen yang rusak, maka waktu kerja akan bertambah besar sehingga produktivitas yang dihasilkan menjadi kecil. Operator pertama dengan volume pohon yang ditebang sebesar 0.64 m 3 dan waktu total penebangan 0.22 jam menghasilkan produktivitas sebesar 2.91 m 3 /jam. Waktu tidak efektifnya yaitu 0.19 jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 10 komponen. Operator kedua dengan waktu total sebesar 0.27 jam dan volume pohon yang ditebang sebesar 0.64 m 3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.52 m 3 /jam dengan waktu tidak efektif selama 0.24 jam karena terjadi kerusakan yaitu pelumas rantai tidak keluar yang membuat rantai tersangkut. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan

26 16 pada saat kegiatan adalah 20 komponen. Operator ketiga waktu total 0.23 jam dan volume pohon yang ditebang sebesar 0.43 m 3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.04 m 3 /jam. Waktu tidak efektifnya cukup besar yaitu 0.21 jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 16 komponen. Salah satunya yaitu busi yang dipakai menghitam sehingga pengapiannya kurang sempurna sehingga pada saat kegiatan penebangan masin mati secara tiba-tiba. Operator keempat waktu total 0.25 jam dengan volume pohon yang ditebang 0.49 m 3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.36 m 3 /jam. Waktu tidak efektifnya cukup besar yaitu 0.21 jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 15 komponen. Salah satunya kerusakan pada piston yaitu bagian piston yang bergesekan dengan dinding silinder terdapat bekas goresan dan berjelaga sehingga daya kompes pada piston menjadi berkurang. Operator kelima waktu total sebesar 0.22 jam dengan volume 0.53 m 3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.41 m 3 /jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 12 komponen. Salah kerusakan yang terjadi yaitu mata rantai tumpul sehingga tarikan pada rantai berkuran. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas kerja adalah dengan mengurangi waktu kerja tidak efektif. Pengurangan waktu kerja tidak efektif dapat dilakukan dengan penggunaan alat yang efisien dan melakukan pengawasan terhadap pekerja. Serta meningkatkan pengetahuan operator mengenai pemahaman cara pemeliharaan alat yang benar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata produktivitas penebangan dari lima orang operator yang dilakukan di PT. Inhutani II pulau laut menggunakan chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 yaitu sebesar 2.45 m3/jam. Kerusakan yang terjadi pada chainsaw sangat memengaruhi hasil produktivitas yang mana mengakibatkan waktu kerja bertambah sehingga produktivitas yang dihasilkan menjadi kecil. Hasil analisis kerusakan komponen chainsaw menunjukkan bahwa komponen yang sering mengalami kerusakan adalah sprocket, busi, rantai, dan piston. Secara umum dapat dikatakan bahwa operator kurang memperhatikan masalah perawatan dan pemeliharaan chainsaw. Hal ini terbukti tidak dilakukannnya kegiatan pembersihan rantai, penukaran posisi bilah serta pembersihan bagian chainsaw yang lainnya. Salah satu yang memengaruhi kerusakan chainsaw yang digunakan oleh operator adalah komponen-komponennya sudah banyak yang diganti dengan menggunakan komponen-komponen chainsaw yang lain, sehingga cepat mengalami kerusakan karena tidak sesuai dengan kemampuannya.

27 17 Saran Perusahan yang bersangkutan harus memberikan pelatihan kepada operator chainsaw untuk meningkatkan pengetahuan operator mengenai cara pemeliharaan dan perawatan alat yang benar. Setiap operator perlu menyediakan rantai cadangan yang sudah tajam untuk mengganti rantai yang pertama apabila sudah tumpul supaya waktu tidak efektif berupa waktu pengasahan rantai dapat dikurangi. DAFTAR PUSTAKA Behjou FK, Majnounian B, Dvořăk J, Namiranian M, Saeed A, Feghhi J Productivity and cost of manual felling with a chainsaw in Caspian forests.journal of Forest Science55(2): Echo Operator s Manual Echo Chainsaw CS-900EVL. Tokyo (JP): Kioritz Corporation. Husqvarna Operator s manual Sweden (SE): Council s Directives. Lortz D, Kluender R, McCoy W, Stokes B, Klepac J Manual felling time and productivity in southern pine forests. Forest Products Journal 47(10): Matangaran JR Identifikasi kerusakan komponen gergaji rantai. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 11(1): Matangaran JR Ketajaman dan penajaman mata gergaji rantai. Forum Komunikasi Teknologi dan Industri Kayu. 2(3):9 12. Mujetahid A Produktivitas penebangan pada hutan jati (Tectona grandis) rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial 5(1): Nagato T Keterangan mengenai Penggunaan Gergaji Rantai. Sabah (MLY): Sabah Forestry Development Authority & Japan International Cooperation Agency. Prayoga Y Identifikasi kerusakan dan produktivitas gergaji rantai di PT Inhutani V Jambi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyonggo P B Analisis kerusakan komponen dan produktivitas gergaji rantai di perum perhutani divisi regional Jawa Timur dan KPH Madiun. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [PT Inhutani II] Buku Rencana KerjaUmum PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Pulau Laut (ID): PT Inhutani II. [PT Inhutani II] Buku Rencana KerjaTahunan PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Pulau Laut (ID): PT Inhutani II. Sinaga M Produktivitas dan biaya penebangan hutan tanaman industri di PT Inhutani II Pulau Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23(1): Soenarso R Penuntun Pemeliharaan Gergaji Mesin. Publikasi Khusus No. 9. Bogor: (ID) Lembaga Penelitian Hasil Hutan Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian.

28 18 Stihl A STIHL MS 210, 230, 250. Waiblingen (DE). Group Product Manangement Engineering Services. Suhartana S, Yuniawati Meningkatkan Produksi Kayu Pinus Melalui Penebangan Serendah Mungkin: Studi kasus di KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Info Hasil Hutan 11(2): Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Efisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan penebangan : Studi kasus di PT Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24 (1) : Suhartana S, Yuniawati, Rahmat Penggunaan jumlah chainsaw yang tepat dan efisien pada penebangan: studi kasus di satu perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal Rimba Kalimantan12(1): Sukanda, Endom W Standarisasi gergaji rantai untuk penebangan pohon. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi: Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

29 19 Lampiran 1 Data kerusakan komponen chainsaw Komponen Macam Kerusakan Chainsaw Ke- (*) A. Pelumasan Rantai Saringan tangki pelumas Tersumbat 2 Pompa pelumas Pompa macet 2 Saluran pengeluaran Tersumbat 2, 4 B. Kelistrikan Flywheel Pecah bagian dalam 3 Kabel busi Kabel busi sobek 2, 4 Busi Kepala busi menghitam dan 1, 2, 3, 4, 5 berjelaga Capacitor Discharge Daya simpan listriknya kurang 2 Ignition (CDI) C. Penyaluran Bahan Bakar Karburator Membran sobek dan lapuk 1, 3 Saringan bahan bakar Tersumbat 2, 5 D. Rantai Cutter Ujung pisau terlalu cekung dan Dept gauge terlalu tinggi 1, 2, 3, 5 E. Bilah Bar nose Bengkok dan aus 2, 3 F. Transmisi Rumah kopling Aus 1, 4, 5 Sepatu kopling Aus 4,5 Sprocket Aus 1, 2, 4, 5 G. Engine Cylinder Block Bagian dalam gores 1, 2, 3, 4 Gasket Lapuk dan sobek 2, 3, 4 Piston Goresan halus dan kotoran 1, 2, 3, 4, 5 menumpuk Ring compressi Patah 2 H. Body Penutup karburator Dibuang 2, 3, 4, 5 Saringan udara Dibuang 2, 3, 4, 5 Per starter Putus 3 Pelindung tangan depan Dibuang 2, 3, 4, 5 Pengunci pemicu gas Loss 1, 3, 4 Pegangan depan Tidak stabil 1, 2, 3, 4, 5 Muffler Dibuang 1, 2, 3, 4, 5 Tombol stop switch Longgar 2, 3, 5 *) Sumber 5 buah chainsaw

30 20 Lampiran 2 Cara penanggulangan komponen chainsaw yang mengalami kerusakan Komponen Macam Kerusakan Penyebab Penanggulangan A. Pelumasan Rantai Saringan tangki pelumas Tersumbat Menumpuknya kotoran Dibersihkan Pompa pelumas Pompa macet Per pompa memuai Diganti Saluran Tersumbat Menumpuknya jelaga Dibersihkan pengeluaran B. Kelistrikan Flywheel Diganti Pecah bagian dalam Berbenturan dengan poros engkol yang tidak stabil Kabel busi Kabel busi Tidak kuat panas yang Diganti meleleh dihasilkan Busi Kepala busi menghitam dan berjelaga Pengaturan langsung yang tidak sesuai Capacitor Daya simpan Kena air hujan Diganti Discharge listriknya Ignition (CDI) kurang C. Penyaluran Bahan Bakar Karburator Membran Karena kotoran bahan Diganti sobek dan bakar dan oli lapuk Saringan bahan Tersumbat Menumpuknya kotoran Dibersihkan bakar D. Rantai Cutter Cara asahnya salah E. Bilah Bar nose Ujung pisau terlalu cekung dan Dept gauge terlalu tinggi Bengkok dan aus Ketegangan rantai tidak sesuai dan bilah tidak tukar posisi F.Transmisi Rumah kopling Aus Begesekan dengan sepatu kopling Pengaturan langsung karburator Menggunakan alat bantu asah dan memperhatikan sudut asah Diganti Diganti Sepatu kopling Aus Bergesekan dengan Diganti rumah kopling Sprocket Aus Terkikis oleh drive link Diganti G. Engine Cylinder Block Diganti Bagian dalam gores Bergesekan dengan piston

31 21 Lampira 2 Lanjutan Gasket Lapuk dan sobek Panas dan terendam pelumas Piston Goresan Banyak jelaga pada halus dan ruang pembakaran kotoran menumpuk Ring compressi Patah Bergesekan dengan cylinder head H. Body Penutup karburator Diganti Diganti Diganti Dibuang Dibuang Info kepada operator tentang pentingnya komponen ini Saringan udara Dibuang Dibuang Per starter Putus Penarikan tali starter secara langsung Pelindung tangan depan Diganti Dibuang Dibuang Info kepada operator tentang pentingnya komponen ini Pengunci Loss Pecah di bagian dalam Diganti pemicu gas Pegangan depan Tidak stabil Getaran mesin yang kuat Ditambah tali yang diikat ke body Muffler Dibuang Dibuang Info kepada operator tentang pentingnya komponen ini Tombol stop switch Longgar Tidak adanya penambat Diganti

32 22 Lampiran 3 Dokumentasi kerusakan komponen chainsaw (a) (b) Kerusakan komponen transmisi pada komponen kopling (a) dan sprocket (b) (a) (b) (c) (d) Kerusakan komponen kelistrikan pada komponen flywheel (a), kabel busi (b), Busi (c), dan CDA

33 23 Lampiran 3 Lanjutan (a) (b) (c) (d) Kerusakan komponen mesin pada komponen cylinder head (a), gasket (b), piston (c), ring compressi (d) (a) (b) Kerusakan komponen rantai dan bilah pada komponen cutter (a) dan bar nose (b)

34 24 Lampiran 3 Lanjutan (a) (b) Kerusakan komponen penyaluran bahan bakar pada komponen karburator (a) dan saringan bahan bakar (b) (a) (b) Penanggualangan kerusakan pada komponen pegangan depan dengan penambahan talin (a) dan penambahan karet (b)

35 25 Lampiran 3 Lanjutan (a) (b) (c) (d) (e) (f) Kerusakan komponen Body pada komponen pengunci pemicu gas (a), tombol on/off (b), per starter (c), muffler (d), pelindung tangan depan (e), dan saringan udara (f)

STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON

STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON Oleh Sukanda dan Wesman Endom 1 Abstrak Penebangan pohon merupakan salah satu bagian dari kegiatan penjarangan dan pemanenan hutan. Gergaji rantai adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN KOMPONEN DAN PRODUKTIVITAS GERGAJI RANTAI DI PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR KPH MADIUN PANJI BAGUS PRIYONGGO

ANALISIS KERUSAKAN KOMPONEN DAN PRODUKTIVITAS GERGAJI RANTAI DI PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR KPH MADIUN PANJI BAGUS PRIYONGGO ANALISIS KERUSAKAN KOMPONEN DAN PRODUKTIVITAS GERGAJI RANTAI DI PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR KPH MADIUN PANJI BAGUS PRIYONGGO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE 53 PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE Felling Productivity on Community Teak (Tectona grandis) Forest Bone Regency Andi Mujetahid ABSTRACT Community teak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PRODUKSI PENEBANGAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT INHUTANI II PULAU LAUT (Productivity and Cost of Felling Forest Plantation in PT Inhutani II Pulau Laut) Oleh/By : Marolop Sinaga

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION) 1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. HONDA SUPRA X 125 PGM-FI Honda Supra X adalah salah satu merk dagang sepeda motor bebek yang di produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 4.1 mesin Vespa P150X. Gambar 4.2 stand mesin. 4.2 Hasil pemeriksaan komponen mesin VESPA P150X Hasil pemeriksaan karburator

Gambar 4.1 mesin Vespa P150X. Gambar 4.2 stand mesin. 4.2 Hasil pemeriksaan komponen mesin VESPA P150X Hasil pemeriksaan karburator BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mesin Dan Transmisi Vespa P150X Engine stand merupakan sebuah alat bantu stand engine yang digunakan untuk mengkondisikan mesin agar dapat diletakan pada besi plat yang

Lebih terperinci

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Bacalah buku petunjuk sebelum anda menggunakan mesin penyiang bermotor (power weeder) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan spesifikasi yamaha diperoleh hasil pengukuran dan indentifikasi

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

TEKNIK PENEBANGAN KAYU TEKNIK PENEBANGAN KAYU Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan

Lebih terperinci

RINGKASAN Dadan Hidayat (E31.0588). Analisis Elemen Kerja Penebangan di HPH PT. Austral Byna Propinsi Dati I Kalimantan Tengah, dibawah bimbingan Ir. H. Rachmatsjah Abidin, MM. dan Ir. Radja Hutadjulu.

Lebih terperinci

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAHAN AJAR NO 2 Motor TANGGAL : KOMPETENSI Komponen Utama

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Lampiran. Struktur Pohon Keputusan K0010 K0060

Lampiran. Struktur Pohon Keputusan K0010 K0060 Lampiran Struktur Pohon Keputusan K0010 K0060 A0010 B0010 C0010 C0020 C0030 C0040 C0050 C0060 K0010 K0020 K0030 K0040 K0050 K0060 Mesin motor mati Tidak ada api pada busi Ujung elektroda rata dengan keramik

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi 3 bagian yang dapat ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah ini : 1.1.1. Diagram

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Perawatan Berkala 40 Jam Pembersihan Conveyor Belt pengecekan ketajaman pisau. Mesin Tidak Rusak 8 Jam PengecekanTombo l-tombol Emergency Mesin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian a. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4 langkah 110 cc seperti dalam gambar 3.1 : Gambar 3.1. Sepeda

Lebih terperinci

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR 3.1 Pemeriksaan Pada Operasi Harian Operasional kompresor memerlukan adanya perawatan tiap harinya, perawatan tersebut antara lain: a. Sediakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Aliran Pengujian Proses pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang dapat ditunjukan pada gambar gambar dibawah ini : A. Diagram

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Tahap Pengujian Sepeda Motor Yamaha Mio Soul Tune Up Roller CVT Diameter 15mm Roller CVT Diameter 16mm Roller CVT Diameter 17mm Variasi Putaran Mesin Pengukuran Daya

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja

F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja PLTD mempunyai ukuran mulai dari 40 kw sampai puluhan MW. Untuk menyalakan listrik di daerah baru umumnya digunakan PLTD oleh PLN.Di lain pihak, jika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitiannya adalah tentang perbandingan premium etanol dengan pertamax untuk mengetahui torsi daya, emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar untuk

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI DYNO TEST DYNOJET PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK

Lebih terperinci

JOB SHEET (LEMBAR KERJA) : Melaksanakan overhaul kepala silinder

JOB SHEET (LEMBAR KERJA) : Melaksanakan overhaul kepala silinder JOB SHEET (LEMBAR KERJA) Sekolah : SMKN 1 Sintang Program Keahlian : Teknik Sepeda Motor Mata Diklat : (Produktif) Melaksanakan overhaul kepala silinder Kelas/Semester : XI/3 Alokasi Waktu : 20 x 45 Menit

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis

Lebih terperinci

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 83-89 KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT (Residual Stand Damage Caused by Timber Harvesting in Natural Peat

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi 2008.43.0022 FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Pengertian Mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui Perbandingan Pemakaian 9 Power Dengan Kondisi Standar Pada Motor 4 langkah Honda Supra X 125 cc perlu melakukan suatu percobaan. Akan tetapi penguji menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Engine Stand ATV Toyoco G16ADP 160 CC Engine stand merupakan sebuah alat bantu stand engine yang digunakan untuk mengkondisikan mesin agar dapat diletakan pada pelat

Lebih terperinci

LAPOR. Program JURUSA MEDAN

LAPOR. Program JURUSA MEDAN ANALISAA PERFORMANSI MOTOR BAKAR 4 LANGKAH PADA MOBIL KIJANG 1800 CC LAPOR RAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan n dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diplomaa III Program Studi

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 DESKRIPSI PERALATAN PENGUJIAN. Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Honda Karisma secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian

Lebih terperinci

Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT

Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT Dimulai tahun 1800 >>Motor Tenaga Uap Tahun 1900>> Traktor dengan Tenaga uap Pada tahun 1898 Rudolf Diesel (Jerman) Seorang Insyiniur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Singkong Singkong merupakan tumbuhan umbi-umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan iklim panas dan lembab. Daerah beriklim tropis dibutuhkan singkong untuk

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYETELAN AWAL PADA SEPEDA MOTOR Oleh : Bambang Sulistyo, S.Pd.

PROSEDUR PENYETELAN AWAL PADA SEPEDA MOTOR Oleh : Bambang Sulistyo, S.Pd. PROSEDUR PENYETELAN AWAL PADA SEPEDA MOTOR Oleh : Bambang Sulistyo, S.Pd. Pendahuluan Operasi sepeda motor yang tanpa kerusakan dan aman, dan juga umur yang panjang adalah idaman dari setiap pemilik sepeda

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PUTRI KOMALASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER Petunjuk Lembar Kerja Siswa Ikuti prosedur Tune Up seperti pada video yang anda saksikan Tayangan dan petunjuk di video adalah terbatas, tetapi prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Sepeda Motor Untuk penelitian ini sepeda motor yang digunakan YAMAHA mio sporty 113 cc tahun 2007 berikut spesifikasinya : 1. Spesifikasi Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL Didi Eryadi 1), Toni Dwi Putra 2), Indah Dwi Endayani 3) ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan dunia

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan 17 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES KERJA PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan Mingguan

Lebih terperinci

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone Biocelebes, Juni 2010, hlm. 60-68 ISSN: 1978-6417 Vol. 4 No. 1 Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone A. Mujetahid M. 1) 1) Laboratorium Keteknikan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Motor Bensin Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga/energi. Sedangkan pengertian motor bakar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skematik Chassis Engine Test Bed Chassis Engine Test Bed digunakan untuk menguji performa sepeda motor. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1, skema pengujian didasarkan

Lebih terperinci

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar Mesin Diesel 1. Prinsip-prinsip Diesel Salah satu pengegrak mula pada generator set adala mesin diesel, ini dipergunakan untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out put statornya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitiannya adalah tetang perbandingan Premium ethanol dengan Pertalite untuk mengetahui perbandingan torsi, daya, emisi gas buang dan konsumsi bahan

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot)

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot) Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif Waktu : 2 x 50 Menit Teknologi Sepeda Motor Judul :Melepas, Memeriksa, & Memasang Piston Sepeda Motor Karisma A. Tujuan 1) Mahasiswa mampu melepas silinder dan torak

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK Pengeluaran kayu sistem kabel layang di hutan rakyat perlu mendapat perhatian mengingat sampai saat ini kegiatan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di IUPHHK HA (ijin usaha pemamfaatan hasil hutan kayu hutan alam) PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Start Pemeriksaan awal per periodik Ada kerusakan Lepas wick assy dari TM Penggantian wick assy baru N Perbaikan Wick Assembly Y Tes Lubricator sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Mesin mesin dan Alat Uji Pengujian kendaraan bermotor menggunakan bermacam macam jenis standarisasi diantaranya BSN, ISO, IEC, DIN, NISO, ASTM dll. Sebelum melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN Jakarta, 26 Januari 2013 PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN Nama : Gani Riyogaswara Npm : 20408383 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan :

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/0& Revisi : 0 Tgl : 6 Februari 0 Hal dari I. Kompetensi : Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :. Melepas dan memasang semua komponen mesin

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

MAKALAH DASAR-DASAR mesin MAKALAH DASAR-DASAR mesin Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Teknik Dasar Otomotif Disusun Oleh: B cex KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya,

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Start Studi pustaka Pembuatan mesin uji Persiapan Pengujian 1. Persiapan dan pengesetan mesin 2. Pemasangan alat ukur 3. Pemasangan sensor

Lebih terperinci

ANALISA KUALITAS MATERIAL BEBERAPA PRODUK CRANK SHAFT SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA KUALITAS MATERIAL BEBERAPA PRODUK CRANK SHAFT SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA KUALITAS MATERIAL BEBERAPA PRODUK CRANK SHAFT SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Modifikasi Dari hasil modifikasi mesin Honda CB 100 dengan mengunakan Honda Tiger yang bertujuan untuk perbandingan dari ketiga perbandingan yang berbeda yaitu kendaraan

Lebih terperinci