BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis Kemampuan Belajar Pengertian Kemampuan Menurut Sardiman, (2009:72) bahwa kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru maupun orangtua/wali siswa. Rumusan itu mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu adanya perubahan energi, timbulnya perasaan (affective arousal) dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. tujuan. Hal ini sesuai dengan pandangan Donald (dalam Sardiman, 2009:73-74) mengemukakan bahwa Kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukan di atas mengandung tiga hal penting sebagai berikut: (1) bahwa kemampuan itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) kemampuan ditandai dengan munculnya, rasa feeling, afeksi seseorang, (3) kemampuan akan dirangsang karena adanya tujuan. Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu. Spencer and Spencer (dalam Uno, 2010:62) mendefinisikan kemampuan sebagai

2 Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak raguragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitan-kesulitan yang menghambat. Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam pengertian sempit biasanya kemampuan lebih ditunjukkan kepada kegiatan yang berupa perbuatan. Kemampuan merupakan perilaku yang diperoleh melalui tahap-tahap belajar tertentu. Kemampuan berasal dari gerakan-gerakan yang kasar dan tidak terkoordinasikan. Melalui pelatihan bertahap, gerakan tidak teratur itu berangsurangsur berubah menjadi gerakan-gerakan yang lebih halus. Melalui proses koordinasi diskriminasi (pembedaan) dan integrasi (perpaduan) sehingga, diperoleh suatu kemampuan yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan itu sebagai sesuatu yang kompleks. Kemampuan akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.

3 Jenis-Jenis Kemampuan Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. 2) Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan belajar adalah Dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator kemampuan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Lingkungan belajar yang kondusif yaitu kondisi pembelajaran yang benarbenar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran. Adapun fungsi dari kemampuan ini adalah sebagai berikut :

4 a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa kemampuan maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b) Kemampuan berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. c) Kemampuan berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya kemampuan akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan Bentuk-Bentuk Kemampuan Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan kemampuan baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan kemampuan, siswa dapat mengembangkan aktivitas, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Terkait dengan motif ektrinsik ini ada motif sosial, yang timbul dalam interaksi dengan lingkungan. Motif ini mendorong berbuat dalam mencapai tujuan yang digariskan dirinya maupun yang digariskan lingkungan sosial. Sardiman (2009:92-95) mengatakan, ada beberapa bentuk cara untuk menumbuhkan kemampuan dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu sebagai berikut : a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. b. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai kemampuan, tetapi tidaklah selalu demikian, karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan.

5 c. Saingan/kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat kemampuan untuk mendorong belajar siswa. d. Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk kemampuan yang cukup penting. e. Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana kemampuan f. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada kemampuan pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. g. Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberiakan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan kemampuan yang baik. h. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat kemampuan.

6 i. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. j. Minat Di depan sudah diuraikan bahwa soal kemampuan sangat erat hubungannnya dengan unsur minat. Kemampuan muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat kemampuan yang pokok. k. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat kemampuan yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar Prinsip Prinsip Kemampuan Kenneth Hover (dalam Hamalik, 2008: ) mengemukakan prinsipprinsip kemampuan sebagi berikut: a) Pujian lebih efektif daripada hukuman. c) Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapatkan kepuasan. c) Kemampuan yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada kemampuan yang dipaksakan dari luar. d) Terhadap (jawaban) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha penguatan (reinforcement). e) Kemampuan itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. f) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang kemampuan. g) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. h) pujian-pujian yang datangnya dari luar

7 (external reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. i) Teknik dan proses mengajar yang bermacam macam adalah efektif untuk memelihara minat murid. j) Manfaat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis. k) Kegiatan-kegiatan yang akan merangsang minat murid murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi siswa yang tergolong pandai. l) Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar. m) Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik. n) Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke demoraligambar Serii. o) Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan. p) Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam kemampuan daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa. q) Kemampuan yang besar erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dari ketiga elemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan itu sebagai sesuatu yang kompleks. Kemampuan akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan Pengertian Soal Cerita Pengertian Menurut Eicholz (dalam Rahardjo (2011:15)) bahwa bentuk soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika

8 dapat berupa soal cerita atau soal non cerita. Soal cerita yang dimaksud erat kaitannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari, sehingga Rahardjo (2011:8) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan soal cerita matematika adalah soal matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung (+,,, :), dan relasi (=, <, >,, ). Soal cerita semacam ini penting untuk diberikan kepada siswa guna melatih perkembangan proses berfikir mereka secara berkelanjutan dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga keberadaannya sangat diperlukan Cara Menyelesaikan Soal Cerita Eicholz (dalam Rahardjo (2011:13)) mengemukakan bahwa langkahlangkah yang diperlukan dalam menyelesaikan soal cerita sebagai berikut. a. Memahami apa yang ditanyakan b. Menemukan data yang dibutuhkan c. Merencanakan apa yang harus dilakukan d. Menemukan jawaban melalui komputasi (penghitungan) e. Mengoreksi kembali jawaban. Skemp (dalam Rahardjo (2011:13) menyarankan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal cerita matematika sebagai berikut. a. Pemahaman masalah, berhubungan dengan masalah dunia nyata b. Pembuatan model matematika (mathematical model) dalam proses abstraksi (abstracting) c. Melakukan manipulasi terhadap model matematika (manipulation of model)

9 d. Melakukan interpretasi terhadap masalah semula Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa langkah-langkah yang diperlukan dalam menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut. e. Memahami masalah yang terdapat dalam soal cerita. Dalam hal ini adalah dapat menentukan data yang diketahui dan data yang tidak diketahui (apa yang ditanyakan) dalam soal cerita. f. Membuat rencana penyelesaian. Dalam hal ini adalah menentukan hubungan antara data yang diketahui dengan apa yang tidak diketahui (yang ditanyakan) dalam soal. Atau dengan kata lain langkah ini adalah membuat model (kalimat) matematika sesuai dengan data yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam soal. g. Melaksanakan rencana penyelesaian. Dalam hal ini adalah menyelesaika model (kalimat) matematika yang telah dibuat dengan melakukan komputasi yang sesuai. h. Melakukan pengecekan terhadap hasil yang telah diperoleh serta menginterpretasikan hasil tersebut terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal cerita. Kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, menurut Ahmad (dalam Rahardjo (2011:14) dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Kesulitan dalam memahami masalah (soal), yaitu kesulitan dalam menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. b. Kesulitan dalam menyusun rencana penyelesaian, yaitu kesulitan dalam menerjemahkan soal cerita ke dalam model (kalimat) matematika.

10 c. Kesulitan dalam menyelesaikan rencana, yaitu kesulitan dalam menyelesaikan model (kalimat) matematika. d. Kesulitan dalam melihat (mengecek) kembali hasil yang telah diperoleh. e. Kesulitan dalam menginterpretasikan jawaban tersebut terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal. Kesalahan-kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah yang disajikan dalam bentuk cerita secara mekanik meliputi kesalahan memahami soal, kesalahan membuat model (kalimat) matematika, kesalahan melakukan komputasi (penghitungan), dan kesalahan menginterpretasikan jawaban kalimat matematika. Melihat kesalahan-kesalahan yang ada tersebut, guru hendaknya dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan meminimalisir kesalahan tersebut. Hal ini dapat dilakukan guru dengan membiasakan pada siswa untuk membuat soal cerita dan memecahkannya sesuai dengan langkah-langkah yang ada Fungsi dan Jenis Mata Uang Fungsi Uang Menurut Masitoch (2009: 63) bahwa fungsi asli uang ada tiga, yaitu berfungsi sebagai alat tukar (medium of axhange). Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) uang berfungsi sebagai alat penimpan nilai (valuta). Fungsi uang hanyalah sebagai medium of exchange. ia bukan suatu komoditas yang biasa diperjualbelikan dengan kelebihan baik secara on the spot maupun bukan. Suatu fenomena yang penting dalam karakteristik uang adalah bahwa ia tidak diperlakukan membeli barang yang lain sehingga untuk dirinya sendiri, melainkan untuk membeli barang yang lain sehingga kebutuhan manusia dapat terpenuhi.

11 Jenis Mata Uang a) Uang Logam Nilai mata uang logam seperti 50 rupiah, 100 rupiah, 200 rupiah, 500 rupiah, dan rupiah. b) Uang Kertas Nilai mata uang kertas seperti 100, rupiah, 500 rupiah, rupiah, rupiah, rupiah, dan rupiah. Dua keping uang logam 50 puluhan sama dengan seratus rupiah, atau 50 rupiah + 50 rupiah = 100 rupiah. Dua lembar uang kertas lima ratusan sama dengan seribu rupiah atau 500 rupiah rupiah = rupiah. Sepuluh keeping uang logam seratusan sama dengan seribu rupiah Metode Bermain Peran Pengertian Metode Bermain Peran Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Anwar (2007: 443) simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sedangkan menurut Echols dan Shadily (2007: 527) Di dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia dinyatakan bahwa simulate adalah pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang

12 mereplikasi proses-proses perilaku. metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktifitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan. Menurut Andang, (2006:15) bahwa fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada di ambang ketegangan. Peran (Role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Dalam ilmu manajerial, ketidaksesuaian dalam pengenalan peran ditunjukkan sebagai "role conflict" (konflik peran) saran yang tidak konsisten, yang diberikan kepada seseorang oleh dirinya sendiri atau orang lain. Role Playing sebagai suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa mengenali tokohnya. Bermain peran memiliki empat macam arti, yaitu: (1) sesuatu yang besifat sandiwara, dimana pemain memainkan peranan tertentu, sesuai dengan lakon yang sudah ditulis, dan memainkannya untuk tujuan hiburan; (2) sesuatu yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma sosial; (3) suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berperilaku yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan dan diinginkan; (4) sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dimana individu memerankan situasi yang imajinatif (Ahmad dan Lilik, 2009:77).

13 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Bermain Peran Adapun langkah-langkah dalam penggunaan metode bermain peran adalah: 1. Guru menyusun (menyiapkan) skenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.. 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. 6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. 7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk memberi penilaian atas penampilan masingmasing kelompok. 8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum. 10. Evaluasi. 11. Penutup (Hanafiyah dan Cucu, 2009: 47-48) Menurut Sumiati dan Asra (2008: ) perencanaan penggunaan metode bermain peran meliputi: 1. Persiapan untuk bermain peran a. Memilih permasalahan yang mengandung pandangan-pandangan yang berbedadan kemungkinan pemecahannya.

14 b. Mengarahkan siswa pada situasi dan masalah yang dihadapi. 2. Memilih pemain a. Pilih secara sukarela, jangan dipaksa b. Memilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya. c. Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa. d. Pilih beberapa pemain agar seseorang tidak memerankan dua peran sekaligus. e. Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang. f. Hindari siswa membawakan peran yang dekat dengan kehidupan sebenarnya. 3. Mempersiapkan penonton a. Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dan tujuan bermain peran. b. Arahkan mereka bagaiman seharusnya mereka berperilaku. 4. Persiapan para pemain a. Biarkan siswa mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru. b. Sebelum bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang harus dilakukan. c. Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembukaan, tapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain. d. Siapkan tempat dengan baik.

15 e. Kadang-kadang kelompok kecil bermain peran merupakan cara yang baik untuk bermain peran Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran Mufarrokah (2009:94) menyatakan beberapa kelebihan dengan menggunakan metode bermain peran sebagai metode mengajar, di antaranya adalah: 1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya; 2) Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran; 3) dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual); 4) Dapat membina hubungan personal yang positif,5) Dapat membangkitkan imajinasi, Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok. 6) menciptakan kegairahan peserta didik untuk belajar; 7) memupuk daya cipta peserta didik; 8) dapat menjadi bekal bagi kehidupannya di masyarakat; 9) mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata; 10) dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam bermain atau beracting. Permainan peran bisa pula menciptakan suatu rasa kebersamaan dalam kelas. Meskipun pada awalnya permainan peran itu tampak tidak menyenangkan, namun ketika kelas mulai belajar saling percaya dan belajar berkomitmen dalam proses belajar, maka "sharing" mengenai analisa seputar situasi yang dimainkan akan membangun persahabatan yang tidak ditemui dalam metode mengajar monolog seperti dalam pelajaran. Walaupun metode ini banyak memberi keuntungan dalam penggunaannya

16 namun sebagaimana yang diungkapkan oleh Mufarrokah (2009:94) bahwa metode bermain peran mengandung beberapa kelemahan diantaranya: 1. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan dengan sungguh-sumgguh. 2. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung. 3. Bermain peran tidak selamanya menujub pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkannya. 4. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankan. 5. Bermain memakan waktu yang banyak. 6. Untuk berjalan baiknya sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerja sama dengan baik, (Abdul, 2008: ) Demikian dapat dikatakan bahwa bermain peran sekalipun banyak keunggulan namun sebagai sebuah metode pembelajaran tetap memiliki kelemahan. Berbagai kelebihan di atas perlu diketahui oleh seorang guru agar potensi yang ada dapat dimaksimalkan, namun kelemahan bisa diatasi dengan berbagai cara agar pembelajaran sesuai kondisi dan waktu yang telah disediakan dalam proses pembelajaran.

17 2.1.5 Penerapan Metode Bermain Peran Pada Penyelesaian Soal Cerita Materi Uang Adapun penerapan metode bermain peran menurut Sumiati dan Asra (2008: ) pada penyelesaian soal cerita materi uang yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Upayakan agar singkat, lima menit sudah cukup, dan jika bermain sampai habis, jangan di interupsi. 2) Biarkan agar spontanitas jadi kunci 3) Jangan menilai aktingnya, bahasanya, dan lain-lain. 4) Biarkan siswa bermain bebas dari angka dan tingkatan. 5) Jika terjadi kemacetan, hal yang dapat dilakukan, misalnya: (1) Dibimbing dengan pertanyaan (2) Mencari orang lain untuk peran itu (3) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut. 6) Jika pemain tersesat, lakukan: (1) Rumuskan kembali keadaan dan masalah (2) Simpulkan apa yang sudah dilakukan (3) Hentikan dan arahkan kembali (4) Mulai kembali setelah ada penjelasan singkat. 7) Jika siswa mengganggu: (1) Tugasi dengan peran khusus (2) Jangan pedulikan dia (8) Jangan bolehkan pemirsa mengganggu. Berikut contoh penerapan soal cerita materi uang sebagai berikut : Badu membeli barang seharga Rp 7.450,00. Ia membayar dengan 1 lembar lima ribuan dan 3 lembar seribuan. Berapa uang kembalian yang diterima Badu? Jawab: Jumlah uang Badu = 1 lembar lima ribuan dan 3 lembar seribuan = (1 Rp 5.000,00) + (3 Rp 1.000,00) = Rp 5.000,00 + Rp 3.000,00 = Rp 8.000,00 Harga barang yang dibeli = Rp 7.450,00

18 Uang kembaliannya = Rp 8.000,00 Rp 7.450,00 = Rp 550,00 Jadi, uang kembalian yang diterima Badu adalah Rp 550,00. Contoh lain misalkan: Andri membeli sebuah buku tulis seharga Rp 2.000,00 dan pulpen seharga Rp 1.800,00. Andri membayar dengan uang lima ribuan. Berapa uang kembalian yang diterima Andri? Penyelesaian: Satu buah buku tulis = Rp 2.000,00 Satu buah pulpen = Rp 1.800,00 Jumlah = Rp 3.800,00 Uang kembalian yang diterima Andri adalah Rp 5.000,00 Rp 3.800,00 Rp 5.000,00 Rp 3.800,00 Rp 1.200,00 Jadi, uang kembalian yang diterima Andri adalah Rp 1.200, Kajian Peneltian Yang Relavan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan metode bermaian peran sudah banyak dilakukan salah satunya oleh Hilyatun Nisa, Rizka, Meningkatkan Pemahaman Kosa Kata Bahasa Inggris dengan Menggunakan Metode Bermai Peran (Role Playing) dan Tim Quis pada Siswa Kelas VB SDN Harjokuncaran 03 Kecamatan Sumbermanjing, Skripsi, Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pada siklus I terdapat 11 orang siswa yang memperoleh nilai 6.5 ke atas

19 atau 64,71 % dengan daya serap 69,41 %, sehingga belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 80 % siswa memperoleh nilai 6.5 ke atas dengan demikian masih ditindak lanjuti ke siklus II. Pada siklus II terdapat 15 orang siswa yang memperoleh nilai 6.5 ke atas atau 88,24 % dengan daya serap 86,47 %. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu melalui metode bermain peran (Role Playing) maka kemampuan menyelesaikan soal cerita materi uang pada siswa kelas III SDN 3 Moluo Kecamatan Kwandang akan meningkat. 2.4 Indikator kinerja Indikator kinerja minimal 85% siswa kelas III SDN 3 Moluo Kecamatan Kwandang memperoleh nilai 70 ke atas.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan tertentu yang sebelumnya tidak ada aktivitas ke arah tujuan.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan tertentu yang sebelumnya tidak ada aktivitas ke arah tujuan. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Kemampuan Mengklasifikasi Bangun Segi Empat 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Timbulnya gejala stimulasi tindakan dari individu sangat

Lebih terperinci

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BANGUN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SDN I BUA KECAMATAN BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Oleh MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM. 151 410 323

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Kemampuan Mengoperasikan Komputer

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Kemampuan Mengoperasikan Komputer BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kemampuan Mengoperasikan Komputer a. Hakikat Komputer Menurut Blissmer (dalam Hasyim, 2008: 1) komputer adalah alat elektronik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini haruslah disadari benar, terutama oleh guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. abstrak suatu objek. melalui konsep, diharapakan akan dapat menyederhanakan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. abstrak suatu objek. melalui konsep, diharapakan akan dapat menyederhanakan BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Pemahaman Konsep 2.1.1.1 Pengertian Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antar Pribadi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi DeVito (2011) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah proses selektif, sistemik, unik, dan interaksi berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hakikat IPA Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS 9 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Apersepsi Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE ROLE PLAYING. Kori Sundari*

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE ROLE PLAYING. Kori Sundari* PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE ROLE PLAYING Kori Sundari* korisundari@yahoo.co.id ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa yang masih rendah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajar A. Pengertian Motivasi Belajar Menurut McDonal (dalam Nursalim, dkk, 2007: 119), motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung 1 BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung 1. Memberikan Imbalan Imbalan merupakan alat pendidikan yang menyenangkan,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI MEMBACA MELALUI METODE STORY READING PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH KEPRABON SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI MEMBACA MELALUI METODE STORY READING PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH KEPRABON SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI MEMBACA MELALUI METODE STORY READING PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH KEPRABON SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep nilai tempat pada siswa II SDN 1 Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Metode Bermain Peran Bermain peran adalah suatu tipe permainan dimana pemain mengatur peran seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 2 Defenisi ini

BAB II KAJIAN TEORI. oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 2 Defenisi ini BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Motivasi Belajar Sains Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan di sekolah diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Timbulnya gejala stimulasi tindakan dari individu sangat dipengaruhi oleh adanya rangsangan yang terjadi dari dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan abstrak, membosankan, menakutkan, hanya ada jawaban tunggal untuk setiap permasalahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 1. Tinjauan Pustaka A. Konsep Pengaruh Menurut Hugiono, 1987:47 pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 03 KARANGSARI KEC. JATIYOSO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Permasalahan yang sering ditemukan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya suatu sekolah tentunya semakin banyak konflik.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya suatu sekolah tentunya semakin banyak konflik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, seni, dan budaya mendorong perubahan kebutuhan dan kondisi serta menimbulkan berbagai macam tantangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu, 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan suatu pegalaman memproses persoalan untuk mendapatkan dan menentukan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE ROLE PLAYING KELAS IV SDN 3 TOLINGGULA TENGAH KECAMATAN TOLINGGULA KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh WIWIN KARES YASIN NIM. 151

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. 8 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Metode Penugasan Menurut Syaiful Sagala, metode penugasan atau Resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Teknik Paired Storytelling Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangkamengimplementasikan suatu metode (Sanjaya, 2006: 127). Dapat dikatakanbahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran 1. Definisi Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Hakekat Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara

BAB II LANDASAN TEORI. Bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Role Playing a. Pengertian Role Playing Bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode role playing pada proses belajar mengajar jarang atau tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang memahami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perang, akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah

BAB II KAJIAN TEORI. perang, akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teorities 1. Strategi Pembelajaran Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Strategi adalah ilmu siasat perang, akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SOSIAL. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH MODEL MODEL PEMBELAJARAN Yang dibina oleh Bapak Dedi Kuswandi, Dr. M.

MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SOSIAL. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH MODEL MODEL PEMBELAJARAN Yang dibina oleh Bapak Dedi Kuswandi, Dr. M. MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SOSIAL MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH MODEL MODEL PEMBELAJARAN Yang dibina oleh Bapak Dedi Kuswandi, Dr. M.Pd Oleh RIZKI AL YUSRA 140121807631 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teoritis Sosiodrama adalah: Drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar 2 PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM 3 Azwinar ABSTRAK Perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Syukrillah Agam masih rendah. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. akan diteliti. Uraian teori dalam bab II ini mengenai teori tentang Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. akan diteliti. Uraian teori dalam bab II ini mengenai teori tentang Motivasi 13 II. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan dengan ruang lingkup permasalahan yang di teliti dalam penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan, sedangkan motivasi secara utuh merupakan proses pengerahan dan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan, sedangkan motivasi secara utuh merupakan proses pengerahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STUDI KASUS MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SD N KENTENG PURWOREJO KELAS V-B

NASKAH PUBLIKASI STUDI KASUS MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SD N KENTENG PURWOREJO KELAS V-B NASKAH PUBLIKASI STUDI KASUS MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SD N KENTENG PURWOREJO KELAS V-B Oleh : Fera Arisatyo Dimyati Uly Gusniarti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa 2.1 Perkembangan anak sekolah dasar Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. 7 Permulaan masa pertengahan

Lebih terperinci