II. TINJAUAN PUSTAKA. akan diteliti. Uraian teori dalam bab II ini mengenai teori tentang Motivasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. akan diteliti. Uraian teori dalam bab II ini mengenai teori tentang Motivasi"

Transkripsi

1 13 II. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan dengan ruang lingkup permasalahan yang di teliti dalam penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang objek yang akan diteliti. Uraian teori dalam bab II ini mengenai teori tentang Motivasi Belajar Siswa, bimbingan kelompok dan keterkaitan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. A. Motivasi Belajar 1. Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dua hal ini saling mempengaruhi satu sama lainnya. Motivasi yang ada pada individu ditimbulkan oleh dua faktor baik itu faktorluar (ekstrinsik) dan faktor dalam (intrinsik) dengan adanya motivasi individu memiliki kekuatan dan alasan untuk mencapai tujuannya. Dengan motivasi individu akan lebih terarah baik itu dalam bertindak dan berbuat sesuai dengan tujuan yang akan ia capai. Dibawah ini terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian motivasi, yaitu: Suryabrata dalam buku (Djaali, 2006:101) Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

2 14 aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh Koeswara (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 80) bahwa : dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Dari uraian di atas motivasi merupakan suatu dorongan yang ada pada diri manusia yang mampu menghidupkan, menggerakkan atau melakukan dan pada akhirnya individu akan berprilaku sesuai dengan yang akan ia capai atau sesuai tujuannya. Sedangkan menurut Sardiman (2010:20) belajar sebagai perubahan tingkahlaku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Belajar itu akan lebih baik, jika subyek itu sendiri belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Motivasi belajar menurut beberapa ahli. Sardiman (2010:102) mengatakan bahwa, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Sedangkan menurut Winkel (1983:27) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa itu akan tercapai.

3 15 Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang mampu menggerakkan atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar, untuk mencapai tujuannya. Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan-dorongan dalam diri individu baik itu dari dalam diri dan dari luar diri individu yang mampu mengarahkan atau menggerakkan siswa untuk belajar guna mencapai tujuan dan perubahan yang lebih baik pada diri siswa. 2. Ciri-Ciri Motivasi Belajar Segala sesuatu yang dilakukan individu tentunya di dorong oleh motivasi yang menggerakkannya. Motivasi tidak dapat dilihat secara nyata, namun individu yang memiliki motivasi memiliki ciri-ciri tertentu dalam sikap dan perilakunya. Berikut ini ciri-ciri adanya motivasi pada diri seseorang, menurut Sardiman (2010:83) adalah sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya). d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Berdasarkan ciri-ciri motivasi diatas maka seseorang yang tinggi tingkat motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mudah menyerah, giat

4 16 membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka meninggalkan pelajaran, dan berakibat pada kesulitan belajar. Ciri-ciri motivasi di atas dapat menunjukkan seberapa besar semangat yang dimiliki individu, motivasi merupakan faktor pendorong yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik atau tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. 3.Jenis-Jenis Motivasi Belajar Motivasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan, dan pada pokoknya motivasi ini dibagi menjadi dua jenis : Didalam setiap individu memiliki motivasi yang berbeda didalam melakukan kegiatan belajar. Selain itu, seorang siswa dapat memiliki lebih dari satu macam motivasi dalam melakukan kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (2003:69-70). Motivasi belajar terdiri dari dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri individu untuk melakukan aktivitas belajar tanpa adanya rangsangan dari luar diri individu. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.

5 17 Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas belajar dikarenakan adanya rangsangan dari luar diri individu. Motivasi belajar ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Hakim (2005:28) membagi motivasi berdasarkan motifnya, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik adalah motif yang mendorong seseorang melakukan sesuatu kegiatan tertentu, sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang mendorong seseorang melakukan kegiatan tertentu tetapi motif tersebut terlepas dari kegiatan yang ditekuninya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat berguna dalam kegiatan belajar. Sedangkan motif intrinsik belajar menjadi kuat jika diiringi dengan motif ekstrinsik. 4.Fungsi Motivasi Belajar Motivasi mempunyai fungsi yang amat penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha yang dilakukan siswa. Semakin tepatnya suatu motivasi yang kita berikan maka akan semakin berhasil pula belajar siswa tersebut. Berikut ini adalah fungsi motivasi belajar menurut Sardiman (2010:85) : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

6 18 menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari uraian di atas mengemukakan bahwa fungsi motivasi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan, memberikan arah untuk mencapai tujuan dan menentukan hal-hal apa yang bisa diperbuat untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan fungsi motivasi belajar menurut Hamalik (2011:161) adalah: a. Mendorong timbulnya perilaku atau perbuatan tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar. b. Sebagai penggerak artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Sebagai penggerak artinya menggerakkan tingkahlaku seseorang, kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Motivasi mempunyai peran yang amat penting dalam belajar, dimana siswa akan lebih semangat apabila ia memiliki motivasi yang tinggi tentunya ia akan memiliki dorongan, mentukan arah dan melakukan hal yang akan mengantarkan ia pada tujuannya. Berdasarkan pernyataan di atas, maka harus dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. 1. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar Motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar seseorang. Agar peranan motivasi dapat optimal, maka prinsip-prinsip motivasi tidak hanya sekedar diketahui namun harus dapat dimengerti. Menurut Bahri (2002: ) ada beberapa prinsip dalam motivasi belajar yaitu: a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. b. Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar.

7 19 c. Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman. d. Motivasi berhubungan erat dengan keutuhan dalam belajar. e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Dari prinsip-prinsip motivasi di atas dapat kita lihat bahwa motivasi sangat menentukan dalam belajar, dimana motivasi yang tinngi mampu menggerakkan, memupuk rasa optimisme dalam belajar, memberikan arahan untuk tujuan yang akan ia capai, dan melahirkan prestasi dalam belajar. 6.Pentingnya Motivasi Dalam Belajar Pada hakikatnya individu ingin mencapai tujuan hidupnya dengan memenuhi semua kebutuhannya, begitu pula dalam belajar, tentunya tiap-tiap siswa ingin mencapai hasil yang memuaskan, hal ini tentu dapat terjadi dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, motivasi timbul didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan yaitu mencapai hasil.pentingnya motivasi belajar bagi siswa dan guru menurutmudjiono (2006:84-86) bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah : a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya c. Mengarahkan kegiatan belajar d. Membesarkan semangat belajar e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Motivasi dalam belajar akan ikut berperan dalam hasil yang akan diperoleh siswa, dengan motivasi siswa akan memiliki kekuatan yang mendorongnya

8 20 untuk lebih berusaha dengan bersungguh-sungguh. Menjalani proses dari belajar itu dengan penuh semangat guna mendapatkan hasil yang optimal. Pentingnya motivasi belajar menurutmudjiono (2006:84-86) diketahui seorang guru adalah sebagai berikut: 1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil 2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacamragam 3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran 4. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja Motivasi belajar akan sangat penting diketahui oleh guru karena guru dapat memahami bermacam-macam motivasi belajar siswanya, guru akan lebih terarah untuk menjalankan tugasnya tidak hanya mengajar, guru sadar akan peran sertanya dalam memotivasi siswanya di sekolah. Guru akan lebih bersemangat dan bertanggung jawab dalam mengoptimalkan kemampuan siswanya. Keberhasilan dalam meningkatkan motivasi belajar murid juga bergantung pada usaha guru. Sebagaimana dikatakan oleh Hamalik(2001: ), menurut garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam belajar sebagai berikut: a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. b. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. c. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasiguru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliaannya dengan pengaturan disiplin kelas.

9 21 e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari pada asasasas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam belajar. Keberhasilan dalam belajar amat tergantung dari bagaimana usaha yang dilakukan guru ataupun murid, untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat. Pengajaran di sekolah seharusnya mampu menyesuaikan dengan kebutuhan, minat dan dorongan yang ada pada siswa. Membangkitkan motivasi harus didukung dengan disiplin kelas dan kreativitas dari guru, dan juga usaha yang sungguhsungguh baik dari guru maupun siswa. 7. Bentuk Motivasi Dalam Belajar Motivasi belajar siswa dapat tumbuh dari dalam diri (intrinsik) dan juga dari luar diri (ekstrinsik). Menurut Bahri (2002: ) terdapat beberapa bentuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain sebagai berikut, seperti; memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvemnt, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui. Dari beberapa bentuk yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar, namun yang paling tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar sesuai dengan peran seorang konselor, maka dapat diambil beberapa bentuk diatas seperti: a. Saingan atau kompetisi Persaingan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, baik persaingan kelompok maupun individu.

10 22 b. Ego-involvemnt Siswa akan berusaha dengan baik untuk menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggan dan harga diri. c. Pujian Pujian harus diberikan secara tepat kepada siswa. Dengan pujian diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar. d. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang disengaja oleh siswa untuk belajar. Ini berarti siswa benar-benar termotivasi untuk belajar. e. Minat Minat dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan suatu kebutuhan dan memberi kesempatan untuk siswa mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. f. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang penting. Dari beberapa bentuk atau cara-cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar diatas dapat digunakan dalam layanan bimbingan kelompok, dengan menggabungkan cara-cara di atas maka bimbingan kelompok yang digunakan dapat semakin membantu siswa dalam merangsang siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar. Dengan kompetisi yang ditimbulkan dalam proses konseling ini diharapkan dapat memicu timbulkan rasa persaingan yang sehat, kemudian dengan pujian diharapkan siswa akan menguatkan hal positif yang ia lakukan, dengan ego-involvement siswa tentunya akan menjaga harga dirinya karena itu sebagai simbol kebanggaanya menjadi sesuatu yang lebih baik, dan tujuannya yang diakui akan mengarahkan siswa untuk membangkitkan minatnya akan sesuatu sehingga timbul hasrat untuk belajar. Dengan bentuk-bentuk motivasi di atasdan dinamika yang hidup dari proses bimbingan tentunya akan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

11 23 B. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok Berbagai macam definisi bimbingan menurut beberapa ahli seperti Mortesen dan Schmuller, Pietrofesa, Shertzer dan Stone (Romlah, 2006:2-3), mereka menyimpulkan bahwa bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, yang dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta dapat mengembangkan dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Bimbingan dapat kita katakan suatu bantuan atau binaan pada orang lain, guna mengoptimalkan kemampuannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah terlatih. Definisi umum mengenai kelompok yang dikemukakan oleh Webster (Romlah, 2006:21) adalah dua atau lebih benda atau orang yang membentuk suatu pola atau suatu unit pola, suatu kesatuan orang-orang atau benda-benda yang membentuk suatu unit yang terpisah, suatu himpunan, suatu persatuan, suatu kumpulan objek yang mempunyai hubungan, kesamaan, atau sifat-sifat yang sama. Definisi yang lengkap tentang kelompok dikemukakan oleh Johnson dan Jonhson (Romlah,2006) sebagai berikut :

12 24 Kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaan dalam kelompok, mengetahui dengan pasti individu-individu lain yang menjadi anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan mereka yang positif dalam mencapai tujuan bersama. Dapat kita simpulkan dari penjelasan-penjelasan di atas bahwa kelompok merupakan suatu interaksi yang dilakukan dua orang bahkan lebih, adanya tujuan, rasa keterikatan menjadi bagian dari kelompok, rasa saling percaya, terbuka dan saling memuaskan kebutuhan sesama anggotanya dan ketergantungan yang positif. Menurut Romlah. (2006:3) Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Sedangkan Prayitno (2004:309) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Prayitno juga mengatakan syarat-syarat pembentukan kelompok terdiri atas 8-10 orang, sehingga secara aktif mengembangkan dinamika kelompok. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses untuk mencegah timbulnya masalah, menyusun suatu rencana, dan bertukar informasi serta membantu individu dalam mengambil keputusan yang tepat, ini dilakukan dalam situasi kelompok, bimbingan kelompok dilaksanakan 8 sampai 10 orang peserta, bimbingan kelompok juga berupaya

13 25 mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki anggotanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam bimbingan kelompok ini. 2. Tujuan Bimbingan Kelompok Tujuan bimbingan kelompok tentunya untuk membantu siswa menemukan dirinya sendiri atau jati diri, mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Prayitno (2004: 2) menjelaskan tujuan bimbingan kelompok, adalah sebagai berikut: a. Tujuan Umum Tujuan umum kegiatan bimbingan kelompok adalahberkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuankomunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadikenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi seseorangsering terganggu perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. b. Tujuan Khusus Secara khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk membahastopiktopik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat)dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yangintensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembanganperasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap yang menunjangdiwujudkanya tingkahlaku yang lebih efektif. Dalam hal inikemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal jugaditingkatkan.

14 26 Tujuan bimbingan kelompok banyak dilontarkan oleh para ahli, namun Bennet (Romlah, 2006:13) dapat merangkum semua pendapat ahli tersebut. Bennett mengemukakan tujuan bimbingan kelompok sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaaan, pribadi dan sosial. 2. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok 3. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual. 4. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif. Dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami oleh individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan-hambatan emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap masalah individu menjadi lebih mudah. Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan di atas dibutuhkan adanya suatu program bimbingan kelompok yang terencana dengan baik. Dalam hal ini tanggung jawab terpenting pemimpin kelompok adalah: a. Menggunakan hal-hal penting yang harus dipelajari tersebut sebagai dasar dalam membuat perencanaan kegiatan bersama-sama dengan kelompok dan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. b. Membantu kelompok untuk memperluas dan memperdalam wawasan mereka untuk dapat menghadapi minat-minat dan kebutuhan yang bermacam-macam c. Membantu kelompok untuk dapat mengenali kebutuhan-kebutuhan yang lain dan memenuhinya Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa tujuan bimbingan kelompok yaitu untuk membantu siswa dalam pengarahan dirinya, baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Dengan bimbingan kelompok ini juga kita mempelajari dinamika kepribadian, lebih menghemat proses konseling karena berkelompok, konselor dapat membantu memperluas wawasan anggota kelompok dan mengenali kebutuhan anggota lain dan memenuhinya atau membantunya.

15 27 3. Peranan Pemimpin Kelompok dan Anggota Kelompok Dinamika kelompok yang tercipta dalam proses bimbingan kelompok menggambarkan hidupnya suatu kegiatan kelompok.hangatnya suasana atau kakunya komunikasi yang terjadi juga tergantung pada peranan pemimpin kelompok. Oleh karena itu pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka membawa para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan bimbingan kelompok. a. Peranan Pemimpin Kelompok ialah: Peranan pemimpin kelompok menurut Romlah(2006:45) : 1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. 2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. 3. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu. 4. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok. 5. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan. 6. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok merupakan pengatur lalu lintas, agar dalam bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar. Pemimpin kelompok harus mampu membaca suasana dalam kelompoknya, mampu mengarahkan pembicaraan dan mampu memberikan tanggapan kepada kelompoknya dan paling penting

16 28 mampu menciptakan suasana yang harmonis dan saling terbuka dalam kelompok tersebut. b. Peranan Anggota Kelompok adalah: Tanpa anggota tidaklah mungkin terbentuk kelompok. Kegiatan kelompok dapat terlaksana atas peranan anggota kelompok. Tujuan kelompok tidak akan terwujud tanpa adanya peran aktif dari anggota. Berikut ini adalah beberapa peranan anggota kelompok menurut Prayitno (1999) : 1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok. 2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok. 3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama. 4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya sdengan baik. 5. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok. 6. Mampu berkomunikasi secara terbuka. 7. Berusaha membantu anggota lain. 8. Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya. 9. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu. Dalam suatu bimbingan kelompok tentunya harus ada kesukarelaan para anggotanya dalam mengikuti bimbingan tersebut, terjalinnya kebersamaan, rasa saling melengkapi atau membantu dalam mengatasi masalah anggota lainnya. Rasa saling menghargai harus terus dijaga dalam kelompok dan mampu bersikap terbuka dan mampu menjalankan asas-asas bimbingan kelompok tersebut.

17 29 4. Dinamika Kelompok Dalam kegiatan bimbingan kelompok dinamika kelompok sengaja ditumbuhkembangkan, karena dinamika kelompok adalah hubungan interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerjasama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok. Hubungan yang interpersonal inilah yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan diantara anggota kelompok, menyatukan kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling mendukung dan cenderung untuk membentuk hubungan yang berarti dan bermakna didalam kelompok. Dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Menurut Prayitno (1999: 22) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kelompok antara lain tujuan dan kegiatan kelompok, jumlah anggota, kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok, kedudukan kelompok, dan kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima, kebutuhan akan rasa aman, serta kebutuhan akan bantuan moral. Kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok. Dinamika kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Dinamika kelompok yang unik hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup adalah kelompok yang dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.

18 30 Dalam bimbingan kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok para anggota kelompok mengembangkan diri dan memperoleh keuntungan lainnya. Arah pengembangan diri yang dimaksud terutama adalah dikembangkan kemampuan-kemampuan sosial secara umum yang selayaknya dikuasai oleh individu yang berkepribadian mantap. Keterampilan berkomunikasi secara efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleransi, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan sikap demokratis, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial seiring dengan kemandirian yang kuat, merupakan arah pengembang pibadi yang dapat dijangkau melalui diaktifkannya dinamika kelompok itu. Melalui dinamika kelompok, setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan dirinya dalam hubungan dengan orang lain. Dinamika kelompok akan terwujud dengan baik apabila kelompok tersebut, benar-benar hidup, mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai, dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok, juga sangat ditentukan oleh peranan anggota kelompok. Secara khusus dalam penelitian ini, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi belajar yang dialami beberapa siswa sebagai anggota kelompok, yaitu apabila anggota kelompok difokuskan pada pemecahan masalah ini. Melalui dinamika kelompok yang berkembang, masing-masing anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun tidak langsung dalam peningkatan motivasi belajar siswa.

19 31 5. Asas-Asas Bimbingan Kelompok Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut ini beberapa asas-asas bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995:179), yaitu: a. Asas Kerahasiaan Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain. b. Asas Keterbukaan Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yangdirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu. c. Asas Kesukarelaan Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atau pemimpin kelompok. d. Asas Kenormatifan Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku. Asas-asas bimbingan kelompok mengacu pada tercapainya tujuan kelompok bukan tujuan perorangan, serta terciptanya dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok tidak terdapat pada bimbingan dan konseling individu. Dinamika kelompok yang diciptakan dalam bimbingan kelompok sangat penting sebagai jiwa yang menghidupkan kelompok, dimana setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam kegiatan, bersikap terbuka dan sukareladalam mengemukakan pendapat, menjunjung tinggi kerahasiaan tentang yang dibicarakan dalam kelompok, dan bertindak sesuai dengan aturan yang telah disepakati.

20 32 6. Teknik Teknik Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Teknik Dalam Bimbingan Kelompok Teknik dalam bimbingan kelompok menggunakan teknik umumyaitu mendengar dengan baik, memahami secara penuh, dan merespon secara tepat dan positif. Kemudian pemberian dorongan minimal dan penguatan. Teknik-teknik bimbingan kelompok adalah sama dengan teknik yang digunakan dalam konseling perorangan. Hal tersebut memang demikian karena pada dasarnya tujuan dan proses pengembangan pribadi melalui layanan bimbingan kelompok dan konseling perorangan adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada proses interaksi antarpribadi yang lebih luas dalam dinamika kelompok pada bimbingan kelompok. (Prayitno 1995:78). Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, penulis sebagai pemimpin kelompok. Adapun teknik yang akan digunakan adalah ; 1) Pengenalan tentang kegiatan kelompok dan anggota kelompok, 2) Membahas suasana yang terjadi, 3) Mengetahui alasan rendahnya motivasi belajar siswa, 4) Mendiskusikan masalah setiap peserta kelompok agar dapat menanggalkan ideide irasional dalam meningkatkan belajar siswa, 5) Memberikan berbagai ide yang valid dan rasional, 6) Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan-keyakinan irasional siswa dalam meningkatkan motivasi belajar, 7) Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini senantiasa mengarahkan siswa pada gangguan emosional, dan 8) Melatih diri siswa untuk mengobervasi dan menghayati sendiri bahwa ide-ide irasionalnya dapat menghambat perkembangan dirinya.

21 33 7. Tahap-Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok akan terlaksana dengan baik jika pemimpin kelompok menguasai apa yang akan ia lakukan selama bimbingan tersebut. Oleh karena itu pemimpin kelompok perlu memahami dan melaksanakan bimbingan kelompok sesuai dengan tahap-tahap kegiatan bimbingan kelompok dengan baik dan benar. Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap. Menurut Prayitno (1995:44-60) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut: a. Tahap Pembentukan Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.

22 34 TAHAP 1 PEMBENTUKAN Tema : 1. Pengenalan 2. Pelibatan diri 3. Pemasukan diri Tujuan : 1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling 2. Tumbuhnya suasana kelompok 3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok 4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu diantar para anggota 5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka 6. Dimulainya pembatasan tingkah laku dan perasaan dalam kelompok Kegiatan : 1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling 2. Menjelaskan cara-cara dan asasasas kegiatan kelompok 3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri 4. Teknik khusus 5. Permainan pengakraban PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka 2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, bersedia membantu, dan penuh empati 3. Sebagai contoh Gambar 2.2. Tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok b. Tahap Peralihan Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau mengamati apakah para

23 35 anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Tahap kedua merupakan jembatan antara tahap pertama dan ketiga. Beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan tahap bimbingan kelompok selanjutnya. TAHAP II PERALIHAN Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan ketiga Tujuan : 1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau tidak saling percaya untuk memasuki tahap berikutnya 2. Semakin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan 3. Semakin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok Kegiatan : 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 2. Mengamati apakah anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga) 3. Membahas suasana yang terjadi 4. Meningkatkan kemampuan kesukarelaan anggota 5. Jika diperlukan dapat kembali kebeberapa aspek pada tahap pertama PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka 2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya 3. Mendorong agar dibahasnya suasana perasaan Gambar 2.3. Tahap peralihan dalam bimbingan kelompok c. Tahap Kegiatan Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Layanan bimbingan kelompok ini dijalankan dengan kegiatan kelompok tugas.

24 36 Sebagaimana dijelaskan oleh Prayitno (1995:56) bahwa kegiatan kelompok tugas pada umumnya membahas permasalahan atau topik-topik umum yang tidak menyangkut pribadi-pribadi tertentu. Oleh karena kelompok tugas tidak menekankan kegiatannya pada pemecahan masalah-masalah pribadi para anggota kelompok, maka menurut isipembahasannya kelompok tugas dikategorikan kepada bimbingan kelompok. TAHAP III KEGIATAN (kelompok tugas) Tema : Kegiatan pencapaian tujuan (penyelesaian tugas) Tujuan : 1. Terbahasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas 2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan Kegiatan : 1. Pemimpin kelompok mengemukakan masalah atau topik 2. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas terkait masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok 3. Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas 4. Kegiatan selingan PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabardan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara 3. Memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati Gambar 2.4. Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok d. Tahap Pengakhiran Pada tahap ini merupakan tahap penghujung atau akhir dari kegiatan. Dalampengakhiran ini terdapat kesepakatan antar anggota kelompok apakah kelompokakan melanjutkan kegiatan atau tidak, jika akan dilanjutkan kapan dan dimana tempat bertemu kembali untuk melakukan kegiatan ini.

25 37 TAHAP IV Pengahiran Tema : Penilaian dan tindak lanjut Tujuan : 1. Terungkapkannya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan 2. Terungkapkannya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas 3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut 4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiaatn diakhiri. Kegiatan : 1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan kelompok akan segera diakhiri 2. Pemimpin dan anggota kelompok mengungkapkan kesan dan hasil-hasil kegiatan 3. Membahas kegiatan lanjutan 4. Mengemukakan pesan dan harapan. PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Tahap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka 2. Memberikan pernyataaan dan mengungkapkan terima kasih atas kesukarelaan anggota 3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut 4. Penuh rasa persahabatan dan empati Gambar 2.5. Tahap pengakhiran dalam bimbingan kelompok Dalam setiap tahapan kegitan, pemimpin kelompok harus nelaksankan tahapan dimulai dari tahapan pertama yang ditandai adanya pengenalan dari masing-masing peserta kelompok hingga tahap akhir yang ditandai dengan pembahasan mengenai keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan permasalahan. Jika terdapat tahapan yang tidak dilalui, maka akan terjadi

26 38 ketidak seimbangan yang menyebabkan kegiatan ini tidak berjalan efektif. Oleh karena itu setiap tahapan dalam kegiatan bimbingan kelompok haruslah dilalui secara teratur, terencana dan bertahap. Keteraturan dalam pelaksanaan tahapan ini nantinya akan turut menentukan keberhasilan layanan itu sendiri. C. EfektivitasLayanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Siswa membutuhkan banyak wawasan dalam menyikapi masalah yang ada baik itu dari pengalaman orang lain, tambahan pemikiran ataupun informasi yang dapat membantu siswa dalam memecahkan masalahnya. Khsusnya siswa MAN 1 Krui, permasalahan yang ditemukan adalah permasalahan dalam motivasi belajarnya, dimana rasa keinginanya untuk belajar sangatlah rendah. Motivasi belajar yang rendah banyak dihadapi oleh siswa, agar tidak berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (1995) kegiatan bimbingan kelompok bersifat pencegahan dan pemberian informasi, dalam arti bahwa anggota kelompok yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk dapat mengubah sikap dan kebiasaan belajar mereka dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, usaha membantu individu dalam memecahkan masalahnya dapat menggunakan dinamika kelompok sebagai

27 39 medianya. Sehingga klien dapat memperoleh masukan-masukan dari anggota kelompok mengenai masalah yang sedang ia hadapi dalam belajarnya. Menurtut Prayitno (2004:309) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Menurut Prayitno (1995:27) tujuan bimbingan kelompok adalah merupakan tujuan bersama. Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan atau kehidupan kelompok. Dalam hal ini semua anggota kelompok memusatkan dirinya untuk tujuan itu. Pada umumnya tujuan bersama dalam kelompok adalah pengembangan pribadi masing-masing kelompok. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:80) pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber, motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar, dan juga peranan guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa tentunya akan sangat berarti. Dari penjelasan diatas, maka bimbingan kelompok tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa. Dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses untuk mencegah timbulnya masalah, menyusun suatu rencana, dan bertukar informasi serta membantu individu dalam mengambil keputusan yang tepat, ini dilakukan dalam situasi kelompok. Tujuan utama bimbingan kelompok

28 40 adalah untuk memecahkan masalah dalam sebuah kelompok dan juga untuk mengembangkan pribadi dalam masing-masing kelompok. Motivasi belajar dapat di tingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Yang mana timbul keinginan siswa untuk belajar dan merubah kebiasa belajarnya yang kurang baik. Penelitianini,menggunakan layanan bimbingan kelompok.

BABII TINJAUAN PUSTAKA. efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif

BABII TINJAUAN PUSTAKA. efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif BABII TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika didalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas 12 II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini berjudul Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas XII SMA Negeri 1 Labuhan Maringgai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Penelitian Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada anak yang berjumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR. Belajar Pembelajaran Tahun 2013

MOTIVASI BELAJAR. Belajar Pembelajaran Tahun 2013 MOTIVASI BELAJAR Belajar Pembelajaran Tahun 2013 Motivasi dan Motivasi Belajar - Dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku - Suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Disiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Disiplinan Belajar Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu disiplin mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah adalah wadah pendidikan formal mempunyai tanggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana yang diamanahkan dalam

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

KONSELING KELOMPOK.

KONSELING KELOMPOK. KONSELING KELOMPOK http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net Latar Belakang Konseling kelompok (salah satu prosedur terapeutik) menjadi metode kelompok yang semakin populer Atkinson (1991), keuntungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Manajemen Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhannya. Alasannya tanpa manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diberikan gambaran umum mengenai bidang-bidang bimbingan yang ada

II. TINJAUAN PUSTAKA. diberikan gambaran umum mengenai bidang-bidang bimbingan yang ada 18 II. TINJAUAN PUSTAKA Sebelum membahas lebih lanjut mengenai bimbingan kelompok, disini akan diberikan gambaran umum mengenai bidang-bidang bimbingan yang ada dalam bimbingan dan konseling. Bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori motivasi yang diungkapkan oleh McClelland dan Atkinson (dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori motivasi yang diungkapkan oleh McClelland dan Atkinson (dalam 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, 43 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan dorongan untuk belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi itu dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mau kalah dari individu atau kelompok lainnnya. Kompetisi atau persaingan. dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

BAB II KAJIAN TEORI. mau kalah dari individu atau kelompok lainnnya. Kompetisi atau persaingan. dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Kompetisi dalam Belajar Kompetisi merupakan perasaan dimana individu atau kelompok tidak mau kalah dari individu atau kelompok lainnnya. Kompetisi atau persaingan

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Pribadi-Sosial. bimbingan sosial, membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Pribadi-Sosial. bimbingan sosial, membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Pribadi-Sosial Dalam bidang bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Motivasi Belajar dalam Bidang Bimbingan Belajar. menyangkut pada layanan bimbingan dan konseling pada bimbingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Motivasi Belajar dalam Bidang Bimbingan Belajar. menyangkut pada layanan bimbingan dan konseling pada bimbingan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Motivasi Belajar dalam Bidang Bimbingan Belajar Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup empat bidang yaitu bimbingan pribadi, bimbingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar BAB II KAJIAN TEORETIS A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Siti Suprihatin Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Sitisuprihatin43@yahoo.com Abstrak Guru bagi masyarakat awan selama ini dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. underachievement atau berprestasi di bawah kemampuan ialah jika ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. underachievement atau berprestasi di bawah kemampuan ialah jika ada 23 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Underachiever 1. Pengertian Underachiever Menurut pendapat Davis & Rimm (dalam Munandar, 2004) underachievement atau berprestasi di bawah kemampuan ialah jika ada ketidaksesuaian

Lebih terperinci

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 11, 2013; Revised Nopember 11, 2013; Accepted December 30, 2013 Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka berisi komponen self esteem (harga diri) dan konseling kelompok, yaitu sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka berisi komponen self esteem (harga diri) dan konseling kelompok, yaitu sebagai berikut : 13 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka berisi komponen self esteem (harga diri) dan konseling kelompok, yaitu sebagai berikut : A. Self Esteem Self esteem merupakan aspek penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh salah satu atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo Motivasi orang tua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo dikategorikan tinggi, berdasarkan angket maka diketahui

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung 1 BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung 1. Memberikan Imbalan Imbalan merupakan alat pendidikan yang menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT DI KELAS RSBI XI IPA 1 SMA N 1 SURAKARTA SKRIPSI OLEH: KARTIKA WIDIASTUTI K4305016

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal itu, maka orang tua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang dimiliki siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berpikir positif. Adapun penjabaran dan hubungan dari masing-masing

II. TINJAUAN PUSTAKA. berpikir positif. Adapun penjabaran dan hubungan dari masing-masing II. TINJAUAN PUSTAKA A. Latar Belakang Teoritis Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang saling berkaitan. Variabel bebas adalah layanan bimbingan kelompok dan variabel terikat adalah berpikir positif.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut akan membantu dalam proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghilangkannya, bosan terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan, mengalami

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok Pelaksanaan penelitian penggunaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam interaksi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan orang lain, untuk

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

BAB II BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL 15 BAB II BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL A. Keterampilan Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Sebelum mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING KELOMPOK

LAYANAN KONSELING KELOMPOK sugiyatno@uny.co.id LAYANAN KONSELING KELOMPOK Program Studi Bimbingan Konseling FIP Universitas Negeri Yogyakarta 2010 Konseling Proses membantu individu mengatasi hambatan2 perkembangan dirinya dan utk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Interaksi Sosial. A. Pengertian Interaksi Sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia pasti

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Interaksi Sosial. A. Pengertian Interaksi Sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia pasti BAB II KAJIAN TEORI 1. Interaksi Sosial A. Pengertian Interaksi Sosial Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain. Adanya kebutuhan akan bantuan ini merupakan awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar. 7 BAB II Kajian Pustaka A. Analisis Teoritik Dalam analisis teoritik akan diuraikan berbagai tinjauan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan, metode belajar mengajar, pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap terhadap Layanan Konseling Individual a. Pengertian Sikap Sikap menurut Sarlito adalah kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Berlalu lintas dalam Bidang Bimbingan Sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Berlalu lintas dalam Bidang Bimbingan Sosial II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Berlalu lintas dalam Bidang Bimbingan Sosial 1. Pengertian Bimbingan Sosial Dalam bidang bimbingan sosial, guru Bimbingan dan Konseling membantu siswa mengenal dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai kesamaan kata dari bahasa Inggris Instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta SIMPOSIUM GURU JUDUL : Upaya Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X TS A SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan seorang pendidik untuk menyampaikan dan melaksanakan proses pembelajaran. Proses yang baik merupakan pengalaman bagi seorang

Lebih terperinci