BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arihdya Caesar Pratikta,2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arihdya Caesar Pratikta,2013"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat internet terus berkembang dan tersebar ke segenap elemen lapisan masyarakat (Winarto, 2012: Online). Berdasarkan data theultralinx.com, pengguna internet di seluruh dunia meningkat hingga tujuh persen atau 2,1 miliar dalam satu dasawarsa terakhir (Setiawan, 2012: Online). Situs jejaring sosial merupakan situs yang paling diminati pengguna internet di seluruh dunia (Cam & Isbulan, 2012: 14). Berdasarkan data comstore.com, pengguna situs jejaring sosial mencapai 1,2 miliar atau 85% dari seluruh pengguna internet pada tahun Selain itu, situs jejaring sosial juga mengalahkan penggunaan yang hanya memiliki 916 juta pengguna atau 65% dari seluruh pengguna internet (Aquino, 2011: Online). Situs jejaring sosial adalah salah satu jenis komunikasi virtual yang membantu individu terhubung dengan orang lain. Situs jejaring sosial yang paling populer dan memiliki pengguna paling banyak di seluruh dunia adalah Facebook dan Twitter (Das & Sahoo, 2011: 222). Menurut data Socialbakers (2013: Online), pengguna Facebook di seluruh dunia sebanyak pengguna. Indonesia merupakan negara pengguna Facebook terbesar keempat di dunia dengan pengguna dan sebagian besar penggunanya adalah usia remaja. Rentang usia tahun merupakan rentang usia yang paling banyak menggunakan Facebook yaitu 43% ( ) dari pengguna Facebook di Indonesia. Disusul rentang usia dengan 22% pengguna lalu rentang usia tahun sebesar 14% pengguna dan rentang usia tahun sebanyak 10% pengguna. Usia di atas 35 tahun memiliki pengguna sebanyak 10% dari total pengguna Facebook di Indonesia. 1

2 2 Selanjutnya menurut data Semiocast (2012: Online), pengguna Twitter di seluruh dunia sebanyak 517 juta pengguna. Indonesia merupakan negara pengguna Twitter terbesar kelima di dunia dengan 29,4 juta pengguna. Sebagian besar pengguna Twitter di seluruh dunia adalah usia remaja. Berdasarkan data Beevolve (2012: Online), rentang usia tahun merupakan rentang usia yang paling banyak menggunakan Twitter yaitu 73,7% dari pengguna Twitter di seluruh dunia. Disusul rentang usia dengan 14,9% pengguna lalu rentang usia tahun sebesar 5,5% pengguna dan sisanya adalah pengguna Twitter dengan usia di atas 46 tahun. Berdasarkan data yang telah dipaparkan, sebagian besar pengguna situs jejaring sosial (Facebook dan Twitter) berusia remaja. Menurut data Comscore (Aquino, 2011: Online), penggunaan situs jejaring sosial di kalangan remaja mengalami peningkatan terbesar dibandingkan rentang usia lainnya yaitu sebesar 84,4%. Menurut penelitian Kuss & Griffiths (2011a: 3531), aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja (peserta didik) dalam situs jejaring sosial antara lain: membaca atau merespon komentar yang terdapat pada akun peserta didik atau menulis sesuatu pada akun orang lain, mengirim atau merespons pesan atau undangan dari orang lain, membuka profil orang lain, dan chatting dengan orang lain (Young, 2007: 672). Menurut Kuss & Griffiths (2011b: 68), penggunaan situs jejaring sosial secara berlebihan dapat menyebabkan adiksi bagi penggunanya. Berbagai macam fitur yang terdapat pada situs jejaring sosial dapat menjadi salah satu penyebab adiksi situs jejaring sosial, terutama meningkatnya waktu penggunaan situs jejaring sosial pada remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Kuss & Griffiths: Recent press reports have claimed that the excessive use of online social networking sites (SNSs) may be potentially addictive. The mass appeal of social networks on the Internet could potentially be a cause for concern, especially considering the increasing amounts of time young people spend online.

3 3 The Center for Internet Addiction melaporkan lebih dari 50% individu yang mengalami adiksi internet juga mengalami adiksi pada hal-hal lain yang ilegal seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok, dan seks (Caldwell & Cunningham, 2010: 4). Penelitian Gadgetology menyebutkan orang-orang di bawah usia 25 tahun lebih banyak kehilangan waktu tidurnya karena digunakan untuk melihat timeline pada situs jejaring sosial (PTI, 2010: Online). Pada tahun 2012, penelitian tentang adiksi situs jejaring sosial menjadi topik yang penting layaknya adiksi merokok, alkohol dan narkoba (Cam & Isbulan, 2012: 15). Berdasarkan penelitian Chicago Booth School of Business University, adiksi situs jejaring sosial lebih bersifat adiktif daripada adiksi merokok dan narkoba. Selain itu, keinginan untuk selalu online pada situs jejaring sosial mengalahkan keinginan untuk tidur dan istirahat (The Telegraph, 2012: Online). Beberapa kasus remaja yang diakibatkan oleh penggunaan situs jejaring sosial yang tidak wajar sebagai berikut: seorang peserta didik SMA di Indiana Amerika Serikat dikeluarkan dari sekolahnya karena memaki orang lain di Twitter (Wong, 2012: Online). Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak (Priliawito & Rimadi, 2012: Online) sebanyak 21 remaja putri di Indonesia menjadi korban eksploitasi (satu korban meninggal dunia) akibat berinteraksi melalui jejaring sosial seperti Facebook. Selain itu, seorang remaja putri di Semarang hilang dari rumahnya setelah mengenal pria melalui Facebook (Parwito, 2013). Penelitian Nurhusni (2012: 90) kepada 321 peserta didik SMP Negeri 15 Bandung menunjukkan 66% atau 212 peserta didik masuk ke dalam kategori adiksi Facebook sedang, 53 orang lainnya atau 16,5% tergolong pada kategori adiksi rendah. Adapun sisanya sebanyak 56 orang atau 17,4% tergolong pada kategori adiksi tinggi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 38 peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Bandung menunjukkan 65,8% atau 25 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi situs jejaring sosial sedang. 18,4% atau tujuh peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi rendah sedangkan 15,8% atau enam peserta didik masuk ke

4 4 dalam kategori kecenderungan adiksi tinggi. Penelitian Nurhusni dan hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya kasus kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada usia remaja di kota Bandung. Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan kepada 255 peserta didik (98 laki-laki dan 157 perempuan) kelas XI SMA Negeri 4 Bandung dengan rata-rata usia 16 tahun menunjukkan 87,84% atau 224 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi situs jejaring sosial sedang. 5,88% atau 15 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi rendah sedangkan 2,35% atau enam peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi tinggi. Berdasarkan situs jejaring sosial yang digunakan, terdapat 17 atau 6,67% peserta didik (7 laki-laki dan 10 perempuan) pengguna Facebook dan 14 atau 5,49% peserta didik (5 laki-laki dan 9 perempuan) pengguna Twitter. Selanjutnya terdapat 175 atau 68,63% peserta didik (79 laki-laki dan 96 perempuan) pengguna Facebook dan Twitter, 27 atau 10,59% peserta didik (2 laki-laki dan 25 perempuan) pengguna Facebook, Twitter, dan Instagram, 9 atau 3,53% peserta didik (2 laki-laki dan 7 perempuan) pengguna Facebook, Twitter, Instagram, dan Path, 7 atau 2,74% peserta didik (2 laki-laki dan 5 perempuan) pengguna Facebook, Twitter, dan Tumblr, serta 6 atau 2,35% peserta didik (1 laki-laki dan 5 perempuan) pengguna Facebook, Twitter, Instagram, dan Tumblr. Berdasarkan perangkat yang digunakan, 12 atau 4,7% peserta didik (7 laki-laki dan 5 perempuan) hanya menggunakan Smartphone, 9 atau 3,53% peserta didik (4 laki-laki dan 5 perempuan) hanya menggunakan Laptop/Netbook, 7 atau 2,74% peserta didik (3 laki-laki dan 4 perempuan) hanya menggunakan Handphone, dan 5 atau 1,96% peserta didik (4 laki-laki dan 1 perempuan) hanya menggunakan PC untuk online situs jejaring sosial. Selanjutnya terdapat 40 atau 15,68% peserta didik (8 laki-laki dan 32 perempuan) menggunakan kombinasi Laptop/Netbook dan Smartphone, 24 atau 9,41% peserta didik (12 laki-laki dan 12 perempuan) menggunakan kombinasi PC, Laptop/Netbook, dan Smartphone, 21 atau 8,23% peserta didik (9 laki-laki dan 12 perempuan) menggunakan kombinasi

5 5 PC, Laptop/Netbook, Handphone, Smartphone, dan Tablet, serta 20 atau 7,84% peserta didik (12 laki-laki dan 8 perempuan) menggunakan kombinasi PC, Laptop/Netbook, Handphone, dan Smartphone untuk online situs jejaring sosial. Sementara itu 117 atau 45,88% peserta didik (39 laki-laki dan 78 perempuan) menggunakan 19 jenis kombinasi perangkat untuk online situs jejaring sosial lainnya dengan jumlah dan persentase yang lebih kecil. Young (1996: 10) membagi adiksi internet menjadi tiga tingkatan, yaitu: mild (rendah) individu yang menggunakan internet dalam waktu yang lama, tetapi memiliki kontrol dalam penggunaannya, moderate (sedang) individu yang menganggap internet merupakan hal yang penting tetapi tidak selalu menjadi yang utama dalam kehidupannya, severe (tinggi) individu yang menganggap internet merupakan hal yang paling utama sehingga mengabaikan kepentingankepentingan lainnya. Individu dapat dikatakan mengalami adiksi situs jejaring sosial apabila memenuhi tiga atau setengah dari enam aspek yang dinyatakan oleh Griffiths (Grusser et al., 2007: 291; Cabral, 2011: 11). Griffiths (2000: 211) menyatakan aspek adiksi situs jejaring sosial, yaitu: salience (dominasi situs jejaring sosial dalam pikiran dan tingkah laku peserta didik), mood modification (peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas mengakses situs jejaring sosial), tolerance (aktivitas mengakses situs jejaring sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan), withdrawal (perasaan tidak menyenangkan pada saat peserta didik tidak melakukan aktivitas mengakses situs jejaring sosial), conflict (pertentangan yang muncul dari dirinya sendiri tentang tingkat kegemarannya mengakses situs jejaring sosial yang berlebihan maupun konflik yang terjadi antara remaja dengan orang lain sebagai akibat perilakunya mengakses situs jejaring sosial), dan relapse (kecenderungan perilaku peserta didik untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal mengenal situs jejaring sosial meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya).

6 6 Gejala individu yang mengalami adiksi situs jejaring sosial dapat dilihat dari aspek perilaku, emosi, fisik, dan kognisinya. Gejala yang berkaitan dengan perilaku diantaranya: menarik diri dari aktivitas sosial, mengabaikan hubungan sosial dengan teman, susah mengatur kehidupannya, penurunan kebiasaan belajar, tidak masuk sekolah, dan penurunan prestasi sekolah (Young, 2006: 3). Gejala yang berkaitan dengan emosi diantaranya: ketika online merasa puas dan senang, menghalangi perasaan sakit hati, merasa tidak pasti atau tidak nyaman (Caldwell & Cunningham, 2010: Online), dan kesepian (Caplan, 2005: 722). Gejala yang berkaitan dengan fisik diantaranya: terlihat lelah dan tertidur di dalam kelas, sakit punggung, dan mata tegang (Young, 1999: 4). Gejala yang berkaitan dengan kognisi diantaranya: keyakinan akan lebih aman, lebih bermanfaat, lebih percaya diri, dan lebih nyaman ketika berinteraksi sosial secara online daripada kegiatan sosial di dunia nyata (Caplan, 2003: 629), merenung, meragukan diri sendiri, selfefficacy rendah, penilaian diri yang negatif (Kwon, 2011: 230), rendahnya selfesteem, dan well being yang rendah (Valkenburg et al., 2006: 584). Menurut Young et al. (Nurhusni, 2012: 26), laki-laki lebih sering mengalami adiksi terhadap game online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami adiksi terhadap chatting dan berbelanja secara online. Adiksi internet juga dapat ditimbulkan akibat masalahmasalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stres. Penelitian Kuss & Griffiths (2011b: 69) telah menyoroti dampak negatif dari adiksi situs jejaring sosial, antara lain: menjadi seorang prokrastinator, distraction, dan memiliki manajemen waktu yang buruk. Young (1999: 5) mengemukakan individu yang mengalami adiksi internet akan mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara mengakses internet, menyelesaikan tugas rumahnya, belajar untuk ujian, dan waktu untuk tidur sehingga mengganggu

7 7 aktivitas sekolah. Selain itu, individu yang mengalami adiksi internet akan lebih banyak berkomunikasi melalui dunia maya sehingga kurang perhatian terhadap keluarga dan teman-teman di sekitarnya. Beberapa peneliti meneliti berbagai pendekatan atau teknik dalam konseling yang efektif digunakan untuk mereduksi adiksi internet. Motivational Enchancement Therapy terbukti sukses untuk mereduksi adiksi internet. Motivational Enchancement Therapy menekankan pada upaya kolaboratif dan non-konfrontasi terhadap konseli dalam memandang adiksi internet dan konselor membuat rencana treatment individual serta tujuan yang akan diraih (Chou et al., 2005: 383). Hur (2006: 514) merekomendasikan pendekatan multimodal sebagai upaya untuk mereduksi adiksi internet. Menurut Palmer (2011: 247), pendekatan multimodal adalah pendekatan yang sistematik secara teknis bersifat eklektik karena menggunakan teknik yang diambil dari berbagai sistem dan teori psikologi, tanpa perlu terpaku pada validitas prinsip-prinsip teoretis yang menekankan pada pendekatan-pendekatan berbeda yang menjadi sumber teknik dan metodenya. Terapi realitas juga digunakan sebagai sebuah strategi dalam menangani berbagai macam adiksi seperti adiksi obat-obatan, seks, makanan dan juga adiksi internet. Terapi realitas membantu konseli membuat pilihan yang memungkinkan untuk mengontrol perilaku konseli ketika adiksinya kambuh. Terapi realitas menekankan faktor universalitas, dukungan, konfrontasi, dan wawasan dalam konseling kelompok (Kim, 2007: 3). Young (2007: 677) menganjurkan konselor menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk mereduksi adiksi internet. Penelitian yang dilakukan terhadap 114 konseli menunjukkan CBT terbukti efektif memperbaiki gejala umum adiksi internet, seperti: motivasi untuk berhenti, online time management, social isolation, disfungsi seksual, dan menjauhi aplikasi-aplikasi yang bermasalah ketika online. Setelah dilakukan treatment, konseli terbukti

8 8 mampu memperbaiki gejala-gejala yang muncul dan secara terus-menerus menunjukkan pemulihan pada dirinya. CBT memiliki tiga asumsi dasar yaitu: (1) aktivitas kognitif akan berakibat terhadap perilaku, (2) aktivitas kognitif dapat diidentifikasi dan diubah, dan (3) perubahan perilaku yang diinginkan disebabkan oleh perubahan kognitif (Dobson & Dozois, 2010: 3). Berdasarkan hasil studi pendahuluan menunjukkan para peserta didik yang masuk ke dalam kategori adiksi tinggi memiliki pemikiran yang salah suai terhadap situs jejaring sosial. Para peserta didik berpikir dengan situs jejaring sosial akan merasa nyaman dan membuat dirinya senang, maka adiksi situs jejaring sosial yang para peserta didik alami merupakan salah satu bentuk distorsi kognitif yang diakibatkan oleh pikiran negatif peserta didik terhadap peran situs jejaring sosial dalam kehidupannya. Keunggulan CBT dibandingkan dengan pendekatan lainnya menurut Kim (Caldwell & Cunningham, 2010: 5) adalah CBT secara empiris terbukti efektif dan fleksibel diterapkan di berbagai budaya dan populasi. Menurut Caldwell & Cunningham (2010: 5) CBT merupakan salah satu pendekatan yang layak digunakan oleh konselor untuk membantu peserta didik yang mengalami adiksi internet. Selain itu, beberapa ahli (Davis, 2001: 187; Wieland, 2005: 158; Young et al., 2011: 3; Abreu & Goes, 2011: 168; Beard, 2011: 183; Kwon, 2011: 229) menganjurkan pendekatan CBT untuk mereduksi adiksi internet karena efektif mereduksi adiksi internet. Oleh karena itu, pendekatan yang dirasa tepat dan efektif untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial adalah Cognitive Behavior Therapy. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Salah satu akibat dari adiksi internet adalah sering kali terjadi distorsi waktu. Menurut penelitian Greenfield (Young, 2007: 672), individu yang mengalami adiksi online merasakan perpindahan (a sense of displacement) ketika

9 9 online dan tidak dapat mengatur kehidupannya karena keasikan online. Individu yang mengalami adiksi situs jejaring sosial mulai meninggalkan tugas-tugasnya, mengurangi waktunya untuk berkumpul bersama keluarga, dan secara perlahan menarik diri dari rutinitas kehidupan normalnya. Individu yang mengalami adiksi situs jejaring sosial mengabaikan hubungan sosial dengan teman-teman dan komunitasnya, serta pada akhirnya kehidupan individu tidak dapat diatur dengan baik karena internet. Pada perkembanganya, individu yang mengalami adiksi internet mulai menghabiskan waktunya dengan aktivitas internet, menyukai game online, chatting dengan temannya, atau berjudi di dalam internet, dan secara berangsur-angsur mengabaikan keluarga dan teman-temannya demi menyendiri di depan komputer. Timbulnya adiksi situs jejaring sosial dapat disebabkan oleh adanya berkembangnya teknologi yang begitu pesat sehingga menghasilkan alat komunikasi berukuran kecil tetapi dapat mengakses situs jejaring sosial kapanpun dan dimanapun. Contoh alat komunikasi berukuran kecil yang dimaksud antara lain: komputer saku, laptop, ipads, dan bahkan telepon genggam (yang mendukung layanan internet) (Tariq, 2012: 409; Ishak, 2010: 50). Kemudahan mengakses situs jejaring sosial dapat menjadi kebiasaan di dalam kehidupan sehari-hari (Cabral, 2011: 5). Kebiasaan mengakses situs jejaring sosial karena kemudahannya inilah yang dapat menyebabkan individu atau peserta didik mengalami adiksi situs jejaring sosial (Tariq, 2012: 409; Young et al., 2011: 4). Adiksi internet menjadi salah satu penghambat perkembangan peserta didik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier (Caldwell & Cunningham, 2010: 1). Upaya pengentasan masalah-masalah konseli (peserta didik) menjadi salah satu tugas konselor sekolah. Menurut DEPDIKNAS (2008: 219), orientasi layanan bimbingan dan konseling tidak hanya pada perangkat tugas perkembangan (kompetensi/kecakapan hidup, nilai dan moral peserta didik) dan tataran tujuan bimbingan dan konseling (penyadaran, akomodasi, tindakan), tetapi juga berorientasi pada permasalahan yang perlu dientaskan/diselesaikan. Oleh

10 10 karena itu, permasalahan kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik merupakan tugas konselor untuk membantu mengentaskan peserta didik dari adiksi situs jejaring sosial. Upaya bantuan yang dilakukan konselor untuk mengintervensi masalahmasalah atau kepedulian pribadi konseli (peserta didik) yang muncul segera dan dirasakan saat itu berkaitan dengan masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier adalah layanan responsif. Layanan responsif merupakan layanan bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Layanan responsif bertujuan membantu peserta didik agar dapat memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang dialami peserta didik atau membantu konseli yang mengalami hambatan dan kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Strategi yang digunakan dalam layanan responsif yaitu: konseling individual, konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain (DEPDIKNAS, 2008: 209). Salah satu pendekatan konseling yang terbukti efektif untuk mereduksi adiksi internet adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT) (Young, 2007: 677). Pada CBT, konseli dilatih untuk memantau pikirannya dan mengidentifikasi afeksi dan keadaan yang dapat memicu munculnya perilaku adiksi situs jejaring sosial (Young, 2007: 673). Fokus utama dari intervensi adiksi internet adalah menyeimbangkan kehidupan nyata agar sama baiknya dengan kehidupan di dunia maya, kognisi, serta perilakunya (Khazaal et al., 2012: 32). Mahoney dan Arnkoff (Dobson & Dozois, 2010: 11) menyatakan CBT dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (1) Restrukturisasi Kognitif, (2) Coping Skills, (3) Problem Solving. Restrukturisasi kognitif berasumsi adanya tekanan emosional merupakan hasil dari pikiran yang maladaptif sehingga tujuan dari restrukturisasi kognitif adalah untuk menguji dan menantang pola pikir yang maladaptif, dan membuat pola pikir yang lebih maladaptif. Berbeda dengan coping skills yang berfokus pada pengembangan daftar kemampuan yang didesain untuk membantu konseli menyelesaikan beberapa situasi yang membuat stres.

11 11 Problem solving sendiri merupakan suatu metode yang mengombinasikan antara restrukturisasi kognitif dan coping skills. Problem solving menekankan pada pengembangan strategi untuk menghadapi berbagai macam masalah pribadi dan stres serta menekankan pada kolaborasi aktif antara konseli dan konselor dalam merencakanan program intervensi. Menurut D Zurilla & Goldfried (D Zurilla et al., 2004: 12), problem solving didefinisikan sebagai proses kognitif perilaku yang bersifat langsung kepada individu, pasangan suami istri, atau kelompok agar berusaha mengidentifikasi atau menemukan solusi efektif untuk menghadapi masalah yang spesifik dalam kehidupan sehari-harinya. Proses kognitif perilaku yang dimaksud yaitu (1) membuat beberapa solusi efektif untuk masalah tertentu dan (2) meningkatkan kemungkinan dalam memilih solusi yang paling efektif diantara beberapa alternatif. D Zurilla & Goldfried (Hecker & Thorpe, 2005: 397) mengatakan, problem solving efektif untuk diaplikasikan dalam berbagai permasalahan konseli karena problem solving mendorong konseli untuk bersikap aktif di dalam permasalahan kehidupannya sehingga konseli dapat memikirkan permasalahannya, mendefinisikan, memunculkan solusi alternatif, membuat keputusan, dan mempraktikkan solusi yang telah dibuatnya. 2. Rumusan Masalah Secara operasional permasalahan dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah problem solving training efektif untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik? C. Tujuan Penelitian

12 12 Tujuan dari penelitian memperoleh gambaran empirik mengenai efektivitas problem solving training dalam mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman bagi praktisi yang berkecimpung dalam perkembangan remaja untuk menggunakan problem solving training dalam mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial pada peserta didik. Secara spesifik, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi konselor/guru BK untuk membantu mereduksi kecenderungan adiksi peserta didik melalui implementasi problem solving training dan bekerjasama dengan orang tua serta konselor teman sebaya. E. Struktur Organisasi Skripsi Pada bab 1 dibahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi. Pada bab 2 dibahas mengenai kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Pada bab 3 dibahas mengenai metode penelitian. Pada bab 4 dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab 5 dibahas mengenai kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1980: 2). Manusia selalu dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet merupakan produk teknologi baru yang terus menerus mengalami perkembangan. Perkembangan aplikasi internet seakan tiada hentinya. Mulai dari aplikasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL DALAM INTERNET TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA KRISTEN PURWODADI ARTIKEL SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL DALAM INTERNET TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA KRISTEN PURWODADI ARTIKEL SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL DALAM INTERNET TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA KRISTEN PURWODADI ARTIKEL SKRIPSI Oleh: Venti Ardi 132012007 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis pada internet, apapun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis pada internet, apapun BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kecanduan Internet Kandell (dalam Panayides dan Walker, 2012) menyatakan bahwa kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai macam metode pengajaran. Dalam Undangundang. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai macam metode pengajaran. Dalam Undangundang. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan sebuah proses memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang tepat melalui berbagai macam metode pengajaran. Dalam Undangundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan salah satu periode penting dalam rentang kehidupan manusia yang berada diantara tahap anak dan tahap dewasa. Menurut Santrock (2003, hlm.

Lebih terperinci

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi sudah semakin berkembang dan bertumbuh di berbagai Negara termasuk di Indonesia. Teknologi juga sangat bermanfaat untuk banyak orang, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use Problematic Internet use (PIU) didefinisikan sebagai cara penggunaan internet yang menyebabkan penggunanya memiliki gangguan atau masalah secara psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Alberty (Syamsudin, 2004:130) mengemukakan masa remaja merupakan suatu periode dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah sedemikian pesatnya. Awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi lahir dari pemikiran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet saat ini merupakan fasilitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya fitur yang ada di internet membuat penggunanya merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna internet yang terus meningkat mengindikasikan bahwa komputer sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna internet yang terus meningkat mengindikasikan bahwa komputer sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer dan internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Internet awalnya hanya digunakan sebagai media untuk menambah pengetahuan dan informasi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 100 BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi menyangkut normalitas dan linieritas. Uji asumsi ini dilakukan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal abad ke-21, istilah internet sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Awal penelitian empiris tentang penggunaan internet yang berlebihan ditemukan dalam literatur yang dilakukan

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pesat teknologi informasi di akhir abad ke-20 memberi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pesat teknologi informasi di akhir abad ke-20 memberi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pesat teknologi informasi di akhir abad ke-20 memberi peluang besar bagi perkembangan komunikasi umat manusia. Ruang sekat negara hingga batas waktu seakan-akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan salah satu komponen pembelajaran terpenting. Motivasi merupakan penyebab utama siswa melibatkan diri atau tidak dalam aktifitas belajar (Melnic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Teknologi ibarat pedang bermata dua, dapat bermanfaat, dapat juga berarti sebaliknya. Sebuah studi yang diadakan di Swedia, tepatnya di Akademik Sahlgrenska

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang lebih dari jutaan manusia di seluruh Indonesia telah menggunakan internet. Terutama bagi remaja, internet menjadi suatu kegemaran tersendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan dalam menyajikan berbagai informasi secara aktual. Pesatnya perkembangan internet saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini sudah semakin maju, khususnya perkembangan teknologi internet. Melalui teknologi internet, individu dapat menggunakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media.

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas secara berturut-turut mengenai (1) latar belakang, (2) pembatasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan bab perkenalan, di dalamnya dipaparkan mengenai; latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku bermain game online remaja dimulai dengan rasa ingin tahu dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online sebagai media rekreasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi kian banyak digunakan orang untuk berbagai manfaat salah satunya internet. Internet (Interconnected

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagian besar populasi penduduk dunia. 1 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet yang meluas adalah hasil dari berkembangnya teknologi yang semakin canggih zaman modern ini. Sebagian besar manusia di dunia menggunakan internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control)

BAB II LANDASAN TEORI. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) BAB II LANDASAN TEORI A. KONTROL DIRI 1. Definisi Kontrol Diri Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial, seperti facebook, twitter maupun instagram (data Puskakom UI).

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial, seperti facebook, twitter maupun instagram (data Puskakom UI). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 88,1 juta dan 87% diantaranya menggunakan internet dengan alasan utama untuk mengakses jejaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muflihana Imanisa, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muflihana Imanisa, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN Bab satu menyajikan latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, gambaran metode yang akan digunakan dalam penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang defenisi sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistwmatis melaksanakan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ONLINE GAME 2.1.1 Definisi Online Game Online game adalah permainan yang dapat diakses oleh banyak pemain, dimana mesin-mesin yang digunakan pemain dihubungkan oleh internet

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU) Problematic Internet Use atau PIU merupakan sindrom multi-dimensi dengan gejala kognitif maladatif dan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Problematic Internet Use (PIU) didefinisikan sebagai penggunaan internet yang menyebabkan sejumlah gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah internet. Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu mengalami perubahan yang drastis baik secara fisik, psikologis, maupun lingkup sosialnya dari anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang. Awalnya, internet merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Departemen Pertahanan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam proses pendidikan. Keterbatasan ruang dan waktu tidak menjadi halangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Sosial. memiliki kompetensi sosial dapat memanfaatkan lingkungan dan diri pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Sosial. memiliki kompetensi sosial dapat memanfaatkan lingkungan dan diri pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Sosial 1. Pengertian kompetensi sosial Waters dan Sroufe (Gullotta dkk, 1990) menyatakan bahwa individu yang memiliki kompetensi sosial dapat memanfaatkan lingkungan

Lebih terperinci

FACEBOOK SEBAGAI SUMBER BELAJAR

FACEBOOK SEBAGAI SUMBER BELAJAR FACEBOOK SEBAGAI SUMBER BELAJAR Soepri Tjahjono Moedji Widodo Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas RespatiYogyakarta Abstrak Proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal apabila terjadi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku siswa tentu tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan pembelajaran di sekolah, karena itu seorang guru harus peduli terhadap apa yang dialami serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode, lokasi dan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan adanya teknologi dan informasi, dapat memudahkan siapa saja untuk memperoleh informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi memiliki peranan penting dalam berkomunikasi. Internet menyuguhkan fasilitas dalam berkomunikasi dan hiburan. Penggunanya tidak hanya para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan teman baru, 20% menganggap instant massaging paling cepat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan teman baru, 20% menganggap instant massaging paling cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat. Salah satunya adalah internet, internet merupakan hasil dari kemajuan teknologi

Lebih terperinci

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Internet merupakan salah satu bentuk evolusi perkembangan komunikasi dan teknologi yang berpengaruh pada umat manusia. Salah satu akibat adanya internet adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya tercipta karena pemikiran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, begitu juga dengan perkembangan internet. Hampir setiap orang sekarang terhubung dengan internet baik melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat pengguna smartphone lebih banyak dibandingkan handphone biasa. Survei yang dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan yang menjadi tumpuan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan yang menjadi tumpuan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan yang menjadi tumpuan harapan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar, dan kompetensi penunjang bagi pelajaran lainnya yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Undang undang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Terjadi perubahan dalam cara berkomunikasi dari bentuk komunikasi tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi. Situs jejaring sosial online

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #6 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id School guidance curriculum Individual student planning Responsive servise System support proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli penyiapan pengalaman terstruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak situs di dalamnya termasuk situs jejaring social. Mendengar kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. banyak situs di dalamnya termasuk situs jejaring social. Mendengar kata-kata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era digital seperti sekarang, semuanya bergantung kepada teknologi, salah satu hasil dari teknologi adalah internet, yang mengandung banyak situs di dalamnya

Lebih terperinci

Pengembangan ICT dalam Pembelajaran

Pengembangan ICT dalam Pembelajaran Pengembangan ICT dalam Pembelajaran Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret 28 November 2015 FACEBOOK SEBAGAI SUMBER BELAJAR Soepri Tjahjono Moedji Widodo Dosen Fakultas

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet kini telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Sejak internet masuk ke Indonesia jumlah pengguna internet di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tugas utama seorang siswa. Seorang siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tugas utama seorang siswa. Seorang siswa dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan tugas utama seorang siswa. Seorang siswa dalam kesehariannya belajar diharapkan untuk dapat mencurahkan perhatiannya pada kegiatan akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak ke masa dewasa, yang berlangsung antara usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak ke masa dewasa, yang berlangsung antara usia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang berlangsung antara usia 10-19 tahun (Santrock dalam Tarwoto dkk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem informasi sebagai elemen penting dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu tren dalam teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet merupakan kebutuhan dan bagian dari kehidupan sehari-hari saat ini, baik itu digunakan untuk media komunikasi, mencari berbagai informasi, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Internet merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern, termasuk masyarakat Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Periode remaja merupakan periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa. Periode remaja merupakan masa kritis karena individu yang berada pada masa tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media Sosial adalah interaksi sosial antara manusia dalam berbagi dan bertukar informasi. Media sosial mencakup gagasan dan berbagai konten dalam komunitas virtual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah adolesens periode perkembangan dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 sampai 20 tahun (Potter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi kini dapat mengaksesnya melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Definisi Belajar Belajar merupakan sebuah usaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. 15 Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap temuan dan analisis data terkait pokok permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi, pembentukan manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan Internet memengaruhi cara orang-orang menghabiskan waktu luang. Internet merupakan salah satu cara mudah, relatif murah

Lebih terperinci

PATH (JEJARING SOSIAL)

PATH (JEJARING SOSIAL) PATH (JEJARING SOSIAL) Dela Putri Lestari delaputrilestari@raharja.info :: http://www.this-is-dela.tumblr.com Abstrak Path merupakan pendatang baru di ranah jejaring sosial yang meraih popularitas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal sebagai sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk komunikasi interaktif

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Secara umum, tingkat kebiasaan bermain online game anak kelas 5 SD Percontohan UPI Cibiru termasuk dalam kategori kadang-kadang. Kategori kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan suatu istilah yang digunakan masyarakat untuk menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta bekerja dan pulang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini perkembangan teknologi khususnya di bidang komunikasi merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari munculnya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah Penelitian Pada zaman mordernisasi ini, kemajuan dari fungsi telepon genggam semakin berkembang pesat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini mendeskripsikan keseluruhan bab dari hasil penelitian yang telah didapatkan, dalam bentuk simpulan serta rekomendasi bagi Guru BK atau Konselor, peneliti selanjutnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Lisa Puspita Dewi 1610104382 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang di dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.l. Latar Belakang Penelitian Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini muncul berbagai perkembangan teknologi yang telah mengubah cara masyarakat dalam mengakses dan menggunakan berbagai informasi untuk berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci