BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Hidrogeologi merupakan hubungan antara keberadaan, penyebaran, dan aliran airtanah dengan perspektif kegeologian (Todd, 1980; Fetter, 1988). Airtanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam siklus hidrologi yang memiliki peranan strategis bagi kebutuhan manusia. Airtanah menempati lapisan zona jenuh air yang keberadaannya sangat tergantung pada ketebalan lapisan tanah/batuan dan struktur batuan. Selain itu, airtanah juga sangat tergantung pada faktor lain, yakni aspek keteknikan yang didasarkan pada batasan-batasan hidrogeologis, seperti kondisi ruang/dimensi (permukaan dan bawah permukaan), waktu, jumlah, dan mutu air; serta kegiatan hidrolika, misalnya, pengisian, pengambilan, dan pengaliran airtanah (Hendrayana, 2000). Perubahan tata guna lahan/pemanfaatan lahan akan mempengaruhi ketersediaan airtanah baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara alami, airtanah mengandung unsur-unsur kimia dalam jumlah tertentu yang berasal dari proses berlangsungnya siklus hidrologi dari pembentukan uap air di atmosfer hingga selama pengalirannya di permukaan dan bawah permukaan. Lebih jauh lagi Todd (1980) berpendapat, keberagaman mineral batuan pada formasi geologi akan membentuk unsur atau senyawa kimia yang berpengaruh terhadap kualitas airtanah. Karena itu, variasi lapisan formasi batuan akan menyebabkan perbedaan sifat kemampuan dalam menyimpan air dan kualitas airtanahnya. Pada perjalanan siklus airtanah, kualitas airtanah mengalami perubahan komposisi unsur-unsur kimianya, terutama konsentrasi kation dan anionnya. Perubahan kualitas airtanah sangat dipengaruhi oleh media tempat aliran (lapisan litologi/batuan) yang mempunyai komposisi kimia dan mineral batuan tertentu. Perubahan komposisi unsur airtanah terjadi karena adanya reaksi unsur-unsur airtanah dengan unsur-unsur kimia batuan, yakni kation dan anion. Dengan demikian, kualitas airtanah memberikan pengaruh terhadap berbagai kegiatan pemanfaatannya, seperti pertanian, domestik, dan industri. 1

2 Karakteristik dan geometri akuifer sangat berperan dalam keberadaan airtanah pada suatu cekungan airtanah serta sebagai media yang menentukan arah aliran airtanah. Imbuhan airtanah pada akuifer sangat dipengaruhi oleh curah hujan, limpasan air permukaan, evapotranspirasi, rekayasa manusia, dan sistem aliran air permukaan. Distribusi hujan serta jumlah/besarnya curah hujan yang diterima pada daerah tangkapan hujan merupakan salah satu penentu kuantitas airtanah yang berkorelasi dengan daerah imbuhan (recharge area) dan daerah tangkapan (catchment area). Aliran airtanah yang melalui akuifer mempunyai laju aliran bervariasi yang dipengaruhi oleh perlapisan batuan, tekanan, tekstur, dan struktur batuan. Setiap perlapisan batuan terdiri dari beberapa batuan yang memiliki jenis dan sifat fisik batuan, seperti kesarangan dan kelulusan batuan, yang berbeda dan menjadi penentu kuantitas airtanah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh aspek hidrologi, misalnya, curah hujan, infiltrasi, perkolasi, dan evapotranspirasi. Sehubungan dengan itu, airtanah juga dipengaruhi oleh aspek morfologi, yaitu aspek yang berhubungan dengan relief permukaan/morfologi dan struktur geologi, seperti tata guna lahan dan bentuk lahan. Oleh sebab itu, kondisi morfologi dan tata guna lahan sangat menentukan sirkulasi airtanah, kuantitas, dan kualitas airtanah pada suatu cekungan airtanah. Perubahan morfologi dan tata guna lahan merupakan salah satu penyebab perubahan imbuhan airtanah yang berkorelasi terhadap perubahan kuantitas dan kualitas airtanah. Salah satu kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan tersebut adalah aktivitas penambangan batubara metode tambang terbuka. Metode penambangan ini didasarkan pada penggalian arah vertikal hingga mencapai lapisan endapan batubara yang diinginkan secara teknis dan ekonomis. Letak lapisan batubara yang berada di lapisan akuifer menjadi penyebab terganggunya kualitas dan kuantitas airtanah lokal apabila lapisan akuifer ini ikut tergali/terpotong secara vertikal. Salah satu perusahaan yang melakukan penambangan metode ini adalah PT. Trubaindo Coal Mining (PT. TCM). Secara umum, pemilihan metode penambangan didasarkan pada faktor teknik dan ekonomi. Metode penambangan 2

3 yang digunakan PT. TCM adalah metode tambang terbuka atau surface open-cut mining yang dikombinasi dengan sistem back filling. Operasi penambangan sistem back filling merupakan sistem penambangan dengan melakukan penutupan langsung lubang bekas penggalian blok awal menggunakan tanah penutup hasil penggalian dari blok berikutnya (Hartman, 1987). Sistem ini bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan terutama munculnya cekungan-cekungan bekas pit tambang, mempercepat pemulihan lahan, dan reklamasi bekas tambang. Ada lima urutan kerja operasi penambangan tambang terbuka, yaitu pengupasan tanah penutup, pengeboran, peledakan, pemuatan, dan pengangkutan. Berdasarkan laporan eksplorasi bulanan PT. TCM periode Agustus 2012 menjelaskan, kedalaman pemboran Blok Selatan mencapai 80 meter dengan ketebalan lapisan (seam) batubara bervariasi 2 10 meter. Dengan data ini, perencanaan desain pit tambang bisa mencapai 70 meter di bawah permukaan laut. Kedalaman pit yang mempunyai elevasi tersebut dapat mengakibatkan terganggunya sistem airtanah, perubahan lapisan akuifer, dan lingkungan/tata guna lahan setempat. Hilangnya lapisan akuifer, sebagai zona jenuh air, berakibat terganggunya siklus hidrologi, terutama nilai limpasan air permukaan dan kuantitas imbuhan airtanah. Sebagai kesimpulan, adanya perubahan kondisi akuifer akibat penambangan metode tambang terbuka dapat berdampak pada terganggunya pola aliran airtanah serta kualitas dan kuantitas airtanah daerah penelitian Latar Belakang Masalah Meningkatnya kebutuhan batubara dunia seiring dengan makin banyaknya permintaan pasar domestik dan luar negeri berdampak makin meningkatnya kegiatan penambangan batubara, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur. Investasi di bidang pertambangan batubara tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga membawa dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang berakibat langsung terhadap masyarakat adalah dampak penurunan kualitas lingkungan. Adapun dampak kegiatan penambangan batubara tambang terbuka terhadap kualitas lingkungan, seperti perubahan morfologi/bentang alam, penurunan kesuburan tanah, rusaknya flora-fauna endemik, meningkatnya polusi udara, erosi sedimen yang memicu banjir, dan terjadinya perubahan kuantitas-kualitas air 3

4 sebagai sumber air bersih. Dampak-dampak tersebut sangat terkait dengan kondisi hidrologi, morfologi, dan hidrogeologi kawasan tambang. Pemahaman mengenai kondisi hidrologi, kondisi batas hidrogeologis, dan perubahan morfologi dampak aktivitas penambangan, merupakan informasi penting untuk mengetahui pola aliran airtanah dan kondisi kuantitas-kualitas airtanah sebelum penambangan hingga penutupan tambang. Kondisi batas hidrogeologis berperan penting dalam penentuan batas air permukaan serta keberadaan airtanah yang dipengaruhi topografi/morfologi dan litologi/akuifer. Kondisi hidrologi dalam suatu wilayah, seperti daerah aliran sungai, daerah tangkapan hujan, serta data meteorologi, menjadi faktor penentu daerah imbuhan airtanah. Selain itu, perubahan tata guna lahan dan morfologi akibat keberadaan operasi penambangan tambang terbuka sangat mempengaruhi perubahan kuantitas dan kualitas airtanah, misalnya terbentuknya pit lakes/void dan air asam tambang. Ditinjau dari distribusinya, jumlah ketersediaan airtanah di suatu daerah tidak selalu sama. Ada daerah dengan potensi airtanah sangat besar, tetapi ada pula yang potensinya sangat kecil. Kondisi ini tergantung dari tinggi rendahnya curah hujan, banyak sedikitnya vegetasi, tipe/jenis tanah, kemiringan lereng, derajat kesarangan (porositas) batuan, dan permeabilitas batuan penyusunnya. Informasi geologi terdiri dari struktur geologi (lipatan, patahan, dan rekahan), sifat fisik batuan, serta susunan batuan permukaan/bawah permukaan, menjadi dasar awal dalam mengetahui kondisi bawah permukaan. Perubahan morfologi dan geologi akibat operasi penambangan berakibat perubahan pada geometri batuan/akuifer, perubahan muka airtanah, perubahan batas akuifer, karakteristik akuifer, dan pola aliran airtanah. Perubahan ini ditandai dengan terbentuknya cekungan-cekungan bekas penambangan, perubahan topografi dari daerah perbukitan menjadi daerah dataran/rendah, kenaikan topografi daerah penimbunan disposal/topsoil, dan hilangnya alur sungai-sungai kecil. Kondisi ini berdampak terjadi perubahan batas hidrogeologis, terpotongnya lapisan akuifer, dan perubahan susunan lapisan akuifer. Sehingga pada jangka panjang mengakibatkan perubahan kuantitas dan kualitas air permukaan dan airtanah. 4

5 Selain itu, perubahan morfologi dan tata guna lahan juga menjadi penyebab perubahan pola aliran airtanah dan kuantitas airtanah. Perubahan pola aliran airtanah mengakibatkan terjadinya penurunan kuantitas airtanah. Kondisi ini akan terlihat dampaknya pada musim kemarau, yakni terjadinya kekeringan pada sumber mata air, sumur dangkal, dan terjadi perubahan interaksi antara air permukaan dan airtanah, seperti effluent menjadi influent, atau sebaliknya. Kuantitas limpasan air permukaan sangat dipengaruhi oleh peruntukan/kegunaan lahan, kondisi fisik/tipe tanah, dan vegetasi lokal. Semakin rendah limpasan air permukaan berarti makin terjaga kondisi tata guna lahan alami, seperti di daerah penelitian yang mayoritas berupa hutan primer dan sekunder. Hal ini disebabkan banyak air permukaan yang berasal dari hujan dan limpasan air permukaan yang terserap oleh vegetasi. Sebaliknya, kondisi ini akan berubah ketika air hujan dan limpasan air permukaan meningkat menjadi lebih tinggi akibat perubahan hutan menjadi daerah bukaan tanpa vegetasi. Kondisi tersebut apabila tidak dikendalikan akan menimbulkan limpasan air permukaan yang berlebih/besar yang memicu bencana, seperti banjir. Pemodelan airtanah daerah tambang terbuka dikembangkan untuk memahami pola aliran airtanah serta menentukan sejauh mana interaksi antara sistem akuifer dengan perubahan morfologi dan tata guna lahan. Model yang dihasilkan digunakan untuk menilai potensi dampak pertambangan batubara tambang terbuka terhadap airtanah dan untuk mengembangkan program pengawasan yang dilaksanakan selama periode penambangan hingga penutupan tambang. Sesuai dengan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan, pemahaman batas hidrogeologis, kondisi hidrologi, perubahan tata guna lahan, dan sumber kontaminan penyebab penurunan kualitas air akan mendukung dalam memodelkan airtanah alami/sebelum penambangan, penambangan aktif, dan penutupan tambang, yang diikuti model penyebaran kontaminan terhadap airtanah. Oleh sebab itu, dengan mengetahui dan memahami model-model tersebut akan bermanfaat untuk memprediksi pola aliran airtanah. 5

6 1.3. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang berkaitan dengan daerah penelitian, antara lain: 1. Bagaimana kondisi hidrogeologi dan model pola aliran airtanah daerah Muara Lawa sebelum terkena dampak penambangan tambang terbuka? 2. Bagaimana model pola aliran dan kuantitas airtanah dampak penambangan aktif dan penutupan tambang terbuka di Muara Lawa? 3. Bagaimana pengaruh aktivitas penambangan batubara tambang terbuka terhadap kualitas air (permukaan dan airtanah) dan pola penyebaran sumber kontaminan dalam airtanah di daerah Muara Lawa? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mengkaji kondisi hidrogeologi Muara Lawa serta memodelkan pola aliran airtanah sebelum aktivitas penambangan batubara tambang terbuka (kondisi alami); 2. Mengkaji, memodelkan, dan memprediksi perubahan pola aliran serta kuantitas airtanah dampak penambangan aktif dan penutupan tambang terbuka di Muara Lawa; 3. Mengkaji dan memprediksi dampak aktivitas penambangan batubara tambang terbuka terhadap kualitas air yang dapat membentuk air asam tambang dan memodelkan pola arah gerak partikel kontaminan dalam airtanah di Muara Lawa Batasan Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan lingkup wilayah penelitian, lokasi subyek penelitian berada di wilayah konsesi pertambangan PT. TCM, yang merupakan salah satu pemegang PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) generasi kedua. Lokasi PT. TCM berada di Kabupaten Kubar yang berjarak 323 km dari Samarinda, ibukota Provinsi Kalimantan Timur (BPS Kubar, 2011). Wilayah konsesi yang digunakan sebagai lokasi penelitian berada di Kecamatan Muara Lawa, yaitu pada Blok Selatan. Secara detail, peta kesampaian daerah lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

7 Gambar 1.1. Kesampaian daerah penelitian Daerah penelitian dibagi menjadi dua batas wilayah, yaitu daerah model dan target model. Pertama, daerah model penelitian (kotak hitam pada Gambar 1.2), merupakan daerah penelitian yang dibatasi oleh batas hidrogeologis yang dominan dalam cekungan airtanah, seperti keberadaan/lokasi sungai besar dan perbukitan, yang mempunyai pengaruh terhadap pola aliran tanah. Kedua, daerah target penelitian (kotak merah pada Gambar 1.2), yang mempunyai luas daerah lebih kecil dibandingkan daerah model, meliputi kawasan penambangan batubara tambang terbuka di Blok Selatan PT. TCM. Daerah target penelitian adalah daerah yang mengalami perubahan fisik, terutama tata guna lahan, morfologi, dan perlapisan batuan/akuifernya akibat penambangan batubara tambang terbuka yang berdampak pada perubahan pola aliran airtanah dan kualitas airtanah. Deskripsi batas daerah model dan daerah target penelitian dapat dilihat pada Gambar

8 Gambar 1.2. Lokasi daerah model dan target penelitian Berdasarkan lingkup waktu, penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penelitian lapangan dan pascalapangan. Penelitian lapangan ini dilakukan dalam kurung waktu dua bulan (Februari hingga April 2013) di daerah target penelitian. Pekerjaan lapangan yang dilakukan meliputi: survei lapangan, pemboran, pengambilan sampel (air dan batuan), serta uji pemompaan dan slug test, yang dilakukan pada beberapa titik/lokasi yang dapat dijangkau dalam ruang lingkup kawasan tambang dan sekitar tambang. Selain itu, dilakukan pula pekerjaan lapangan lanjutan, yaitu pengambilan sampel air yang dilakukan pada awal bulan Juni 2014 selama satu minggu. Penelitian pascalapangan dilaksanakan setelah kegiatan penelitian lapangan berakhir, seperti analisis sampel, deskripsi peta, serta penulisan, dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun. Berdasarkan lingkup kajian, penelitian ini bersifat induktif dalam hal penarikan kesimpulan terkait kondisi hidrologi, geologi, hidrogeologi, tata guna lahan, pola aliran airtanah, dan perubahan kuantitas-kualitas airtanah dampak penambangan batubara. Keterbatasan penggunaan metode deduktif dalam penelitian ini di antaranya adalah tidak memungkinkan mengaitkan kondisi permukaan dan bawah 8

9 permukaan yang disebabkan tidak adanya keselarasan akuifer, seperti dijumpainya struktur geologi (lipatan dan patahan) yang mempunyai pola tidak teratur. Terdapat beberapa batasan lingkup kajian dalam penelitian ini yang meliputi: (1) pengabaian geokimia batubara, retakan halus batubara yang mempunyai permeabilitas sekunder, dan sifat-sifat batubara, seperti analisis proksimat, ultimat, kalor, sulfur, dll; (2) pembatasan dalam pemodelan kontaminan airtanah dampak penambangan tambang terbuka, yaitu tidak dilakukan pemodelan sebaran (plume) kontaminan airtanah, namun hanya pada pola arah gerak partikel kontaminan dalam airtanah Manfaat Hasil Penelitian Secara umum, penelitian ini untuk mengetahui hidrologi, hidrogeologi, batas hidrogeologis, perubahan tata guna lahan, pola aliran airtanah pada akuifer yang mengalami perubahan karakteristik dan sifatnya karena aktivitas penambangan tambang terbuka, serta pengaruhnya terhadap kualitas air (permukaan dan airtanah) di sekitarnya. Secara khusus, penelitian ini bermanfaat untuk (1) menggali lebih dalam hidrogeologi lokasi penambangan PT. TCM dan daerah sekitar tambang; (2) mengetahui pola arah aliran airtanah, sifat aliran airtanah sebelum dan setelah terjadi perubahan akuifer akibat aktivitas penambangan tambang terbuka; (3) mengetahui pengaruh perubahan kualitas air (permukaan dan airtanah), misalnya, munculnya air asam tambang dampak penambangan batubara metode tambang terbuka; (4) mengetahui pola gerak aliran partikel kontaminan dalam airtanah. Selain manfaat yang telah disebutkan, manfaat praktis dari penelitian ini yang dapat diterapkan secara langsung: (1) bagi perusahaan dapat mengetahui hidrostratigrafi, pola aliran airtanah yang berpengaruh terhadap penirisan tambang (mine drainage), mengetahui pola aliran airtanah yang meresap/merembes pada lapisan batuan yang terpotong dalam pit yang secara langsung mempengaruhi kondisi pit tambang, meminimalkan terbentuknya void, mengantisipasi terjadinya pembentukan air asam tambang dan metode penanganannya secara cepat dan tepat, menjaga kualitas air buangan dari lokasi tambang yang dialirkan ke sungai terdekat, dan mengantisipasi terjadinya bencana banjir akibat meluapnya void akibat meletakkan pada posisi/lokasi yang kurang tepat secara teknik dan lingkungan; (2) 9

10 bagi masyarakat sekitar dapat mengetahui daerah-daerah yang berpotensi mengandung airtanah, mengetahui lokasi airtanah yang layak/tidak layak konsumsi; (3) bagi para peneliti dapat menggunakannya sebagai dasar teori pemodelan airtanah pada tambang terbuka dan sumber penyebab perubahan kualitas airtanah Keaslian Penelitian Berdasarkan literatur dan telaah pustaka terkini dapat disimpulkan, belum ada obyek penelitian yang secara khusus meneliti hidrogeologi, aliran airtanah, dan hubungannya dengan dampak operasi penambangan batubara tambang terbuka di Muara Lawa. Para peneliti terdahulu, yang mayoritas lokasi penelitian di luar Indonesia, umumnya melakukan penelitian mengenai pemodelan airtanah pada penambangan batubara dan mineral bijih dengan metode open cast dan tambang bawah tanah (underground mining) serta potensi terbentuknya air asam tambang. Sementara itu, penelitian yang mengambil obyek lokasi dan cekungan geologi yang sama, di Kabupaten Kutai Barat, meliputi penelitian eksplorasi batubara yang dikaitkan dengan potensi batubara secara teknis dan ekonomis, survei permukaan yang mengambil subyek morfologi lokal, dan kondisi vegetasi lokal yang dikaitkan dengan perubahan lahan untuk studi AMDAL. Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan hidrogeologi yang dibatasi batas hidrogeologis, morfologi, kondisi hidrolika, aliran airtanah lokal, dan perubahan kualitas air, seperti kemunculan air asam tambang akibat penambangan batubara tambang terbuka. Selain itu, perubahan tata guna lahan, yang meliputi: perubahan vegetasi dan tipe tanah, menjadi dasar dalam pemodelan pada tahapan-tahapan desain penambangan secara teknik. Secara temporal, penelitian ini membandingkan kondisi perubahan hidrogeologi, daerah luahan/imbuhan, dan kualitas airtanah akibat aktivitas penambangan, dari kondisi alami sampai penutupan tambang. Adapun perbandingan penelitian ini dengan penelitian lain, hasil telaah pustaka yang dibedakan berdasarkan lokasi penelitian dan subyek penelitian, dapat dilihat secara ringkas dan jelas pada Tabel

11 12 11 Penulis Tahun Tema Lokasi Tujuan utama Metode Hasil Subyek: Pemodelan Airtanah Libicki 1982 Pemodelan airtanah dampak penambangan Granada, Spanyol Kajian dampak perubahan airtanah akibat penambangan bijih logam dengan metode surface mining - Kondisi alami (sebelum penambangan) - Kondisi dampak penambangan - Perubahan dampak penambangan Penambangan surface mining berdampak: - Penurunan muka airtanah tambang dan sekitar tambang - Peningkatan kuantitas airtanah dalam kawasan tambang, Ngah et al Perubahan airtanah dampak penambangan Rahardjo 2002 Pemodelan airtanah Ljungberg & Qvist 2004 Pemodelan aliran airtanah dan kontaminan Mark et al Pemodelan airtanah pada tambang terbuka Nowbuth et al Pemodelan airtanah Inggris Jakarta, Indonesia India Selatan Santa Rita, New Meksiko Mauritus Tabel 1.1. Perbandingan penelitian dengan penelitian sejenis Kajian teknik dan analisis sumber utama masalah airtanah pada penambangan batubara metode tambang terbuka Memodelkan geometri, karakteristik akuifer; mendapatkan kedudukan airtanah dan memprediksi aliran airtanah akan datang dengan Visual Modflow Memodelkan aliran airtanah dan kontaminan di perkotaan dengan Visual Modflow Kajian dan pemodelan 3D airtanah dengan Visual Modflow terhadap penambangan bijih tembaga dengan metode surface mining Memodelkan aliran airtanah dan pola arah aliran kontaminan dengan Visual Modflow dengan program Belchatow-Woda Survei: - Morfologi - Identifikasi sumber airtanah yang mempengaruhi tambang - Kualitas air dampak penambangan - Geometri akuifer - Karakteristik akuifer (K, T, dan S) - Debit airtanah - Kualitas airtanah dangkal Survei: - Muka airtanah dangkal/sumur gali - Kondisi morfologi sebelum penambangan di daerah pegunungan - Perubahan aliran airtanah dampak perubahan morfologi Survei: - Lapangan ketinggian muka airtanah dari sumur gali - Kuantitatif dan kualitas akuifer melalui uji pemompaan - Penurunan kualitas air di kawasan tambang Sumber air pada tambang terbuka: - Air hujan, aliran airtanah melalui struktur batuan, akuifer yang terpotong Sumber asam tambang: - Dinding pit yang mengandung mineral pirit - Lantai pit pada waste rock - Akuifer Jakarta didominasi pasir, pasir lanauan, dan lempung bagian atas sebagai lapisan kedap dengan tebal meter - Nilai transmisivitas antara 0,75 312,2 m 2 hari -1 - Peningkatan debit airtanah 20 % dan penurunan muka airtanah 4,68 7,83 meter per tahun - Model arah aliran airtanah yang menuju sungai - Jenis lapisan akuifer berupa pasir lanauan - Sumber kontaminan berupa titik yang berasal dari industri dan pemukiman - Perubahan pola aliran airtanah berbelok ke pit akibat penambangan - Masuknya airtanah ke pit tambang melalui akuifer yang tergali/terpotong - Data kedalaman airtanah untuk kalibrasi dan verifikasi model antara meter - RMS 5,7 - Model sebaran kontaminan airtanah melalui aliran radial - Penurunan kualitas air akibat pencemaran sungai dari limbah rumah tangga dan industri kecil 12

12 12 Tabel 1.1. Lanjutan Penulis Tahun Tema Lokasi Tujuan utama Metode Hasil Subyek: Hidrogeologi, Geokimia, dan Air Asam Tambang Jamal et al Air asam tambang pada tambang batubara India Callaghan et al Hidrogeologi endapan batubara pada penambangan terbuka Lee et al Hidrogeokimia bekas tambang bijih perak Zulkarnain & Abdiyanto 2012 Sebaran dan pemodelan geokimia batuan Alabama, Amerika Chungju, Republik Korea Berau, Kalimantan Utara Subyek: Formasi batuan Cekungan Kutai di Kutai Barat Nugroho dkk 2006 & 2008 Eksplorasi geologi dan cadangan batubara Kutai Barat, Kalimantan Timur Kajian mekanisme pembentukan air asam tambang, mineralogi pembentuk air asam dampak penambangan open cast mining Mengetahui hubungan antara litologi, permeabilitas sekunder batubara dengan airtanah pada tambang batubara; analisis kualitas airtanah pada tambang batubara Kajian geokimia air bekas penambangan tambang terbuka dan tambang bawah tanah dengan batuan induk Kajian sebaran PAF dan NAF dalam lapisan batubara di tambang Binungan, Berau Coal. Meneliti daerah potensial endapan batubara dan menghitung cadangan batubara mineable di Kutai Barat. Survei: - Morfologi - Batuan permukaan dampak penambang - Kualitatif air pada kolam pengendapan - Mineralogi endapan batubara Survei: - Morfologi - Batuan permukaan - Karakteristik akuifer - Inti bor hasil pemboran - Mineralogi - Kualitas airtanah. - Indeks kejenuhan antara anion kation air permukaan dan airtanah dengan mineral batuan tambang - Interpolasi geokimia batuan (ph) dari data pemboran eksplorasi/geoteknik. Survei: - Permukaan batuan - Geomorfologi - Geologi lokal dengan pemboran inti - Kualitas batubara potensial 13 Terdapat variasi fisik dari batuan sumber air asam tambang: - Warna putih batupasir banyak mengandung mika dan feldspar - Warna kuning/kemerahan air kolam pengendapan banyak mengandung unsur besi (pirit) - Airtanah berasal dari air permukaan (lapisan tak jenuh) dan artesian (lapisan jenuh) - Penurunan konduktivitas hidrolika searah dengan penurunan kedalaman (setiap 30 meter) - Terdapat patahan dan retakan halus pada lapisan batubara sumber aliran airtanah dalam pit - Terjadi kontak batupasir dan lanau yang mengandung mineral sulfida dengan airtanah sebagai sumber air asam tambang. Variasi indek kejenuhan, antara lain: - Di bawah jenuh pada mineral lempung, gipsum - Di atas jenuh untuk mineral dolomit, kuarsa, dan kalsedon ph air permukaan > 8 akibat mineral karbonat, gibsit, dan kaolinit - Penyebaran PAF didominasi batuan yang berada di atas, bawah, dan antar lapisan batubara yang mengikuti kemiringan perlapisan Peta geologi: - Formasi batuan, terdiri Balikpapan, Pulaubalang, Pamaluan, Kampungbaru - Sebaran lapisan batubara tersebar di keempat formasi batuan tersebut secara bervariasi Cadangan batubara layak tambang 37 juta ton Nilai stripping ratio antara 7,8 hingga 14 13

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Maharani Krismawarantika 1*, Shalaho Dina Devy 1, Koeshadi Sasmito 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH Oleh : Budi Islam, Nendaryono, Fauzan, Hendro Supangkat,EkoPujianto, Suhendar, Iis Hayati, Rakhmanudin, Welly Gatsmir, Jajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan tambang yang berasal dari sedimen organik dari berbagai macam tumbuhan yang telah mengalami proses penguraian dan pembusukan dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud Dan Tujuan... 2 1.2.1 Maksud...

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 BAB VI Air Tanah Air Tanah merupakan jumlah air yang memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan kehidupan dan usaha

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.

Lebih terperinci

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bumi, air yang berada di wilayah jenuh di bawah air permukaan tanah secara global, kira-kira sejumlah 1,3 1,4 milyard km3 air: 97,5 % adalah airlaut 1,75 % berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumberdaya air bawah tanah merupakan sumberdaya yang vital dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat

Lebih terperinci

Jurnal APLIKASI ISSN X

Jurnal APLIKASI ISSN X Volume 3, Nomor 1, Agustus 2007 Jurnal APLIKASI Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Kabupaten Pasuruan Sukobar Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: sukobar@ce.its.ac.id ABSTRAK Identifikasi Potensi Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, pendekatan wilayah merupakan alternatif lain dari pendekatan sektoral yang keduanya bisa saling melengkapi. Kelebihan pendekatan wilayah

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permen ESDM No.2 tahun 2017, tentang Cekungan Airtanah di Indonesia, daerah aliran airtanah disebut cekungan airtanah (CAT), didefinisikan sebagai suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda Ahli Hidrogeologi Muda Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda Sub Kompetensi 1. Mampu melakukan inventarisasi dan penyusunan data base air tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumber

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang...1 B Rumusan Masalah...6 C Tujuan Penelitian...6 D Manfaat Penelitian...7

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses TINJAUAN PUSTAKA Intrusi Air Laut Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan terinfiltrasi masuk ke dalam tanah. Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah sangat ditentukan oleh kecepatan infiltrasi.

Lebih terperinci

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Sepanjang sejarah peradaban

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D.

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman. No.190, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di bumi. Airtanah berasal dari pengisian kembali (recharge) dari infiltrasi air hujan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan, 2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan zat yang sangat penting bagi manusia. Salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah air tanah, baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).

Lebih terperinci

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN RISWAN 1, UYU SAISMANA 2 1,2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN Pengertian o Potamologi Air permukaan o o o Limnologi Air menggenang (danau, waduk) Kriologi Es dan salju Geohidrologi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Airtanah merupakan air yang tersimpan dan mengalir dalam ruang antar butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air bersih. Badan Pusat

Lebih terperinci

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *) POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI Zeffitni *) Abstrak : Potensi airtanah pada setiap satuan hidromorfologi dan hidrogeologi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem ini merupakan metode konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI IV.1 Kondisi Hidrogeologi Regional Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang (Distam Jabar dan LPPM-ITB, 2002) dan Peta Hidrogeologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Airtanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mataair yang muncul di permukaan tanah. Peranan airtanah

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR Rudy Gunradi 1 1 Kelompok Program Penelitian Konservasi SARI Sudah sejak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman padat penduduk yang sangat pesat, peningkatan aktivitas industri, dan perambahan kawasan

Lebih terperinci

Jl. Grafika no. 2, Yogyakarta Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman,

Jl. Grafika no. 2, Yogyakarta Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No.1, Maret 2016: 29-33 PEMODELAN PENYEBARAN BATUAN POTENSIAL PEMBENTUK ASAM PADA KAWASAN PENAMBANGAN BATUBARA TAMBANG TERBUKA DI MUARA LAWA, KABUPATEN KUTAI BARAT,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH O l e h : Ssiti Sumilah Rita SS Subdit Batubara, DIM S A R I Eksploitasi batubara di Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH DR. Heru Hendrayana Geological Engineering, Faculty of Engineering Gadjah Mada University Perrnasalahan utama sumberdaya air di Indonesia Bank data (kelengkapan(

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan ph yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan ph yang rendah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan batubara umumnya memberikan dampak terhadap lingkungan, salah satunya ialah keterbentukan air asam tambang (AAT) yaitu air yang memiliki tingkat

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL ISSN:

Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL ISSN: Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL ISSN: 2252-7605 Pelindung Dekan Fakultas Teknik Penangggung Jawab Penerbitan Program Studi S1 Teknik Pertambangan Pemimpin Redaksi Shalaho Dina Devy Staf Administrasi

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG A. Kondisi Lahan Bekas Tambang Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan, maka komoditas endapan bahan

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar Standar Nasional Indonesia Penyelidikan potensi air tanah skala 1:100.000 atau lebih besar ICS 13.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. PENGEMBANGAN AIR TANAH Sub Kompetensi Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No 7 tahun 2004 : air tanah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pertambangan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu dimulai dari tahapan eksplorasi, kajian kelayakan, pengembangan dan perencanaan tambang, penambangan,

Lebih terperinci

Cyclus hydrogeology

Cyclus hydrogeology Hydrogeology Cyclus hydrogeology Siklus hidrogeologi Geohidrologi Secara definitif dapat dikatakan merupakan suatu studi dari interaksi antara kerja kerangka batuan dan air tanah. Dalam prosesnya, studi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO, BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa pengaturan Air Tanah dimaksudkan untuk memelihara kelestarian

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah terganggu, maka terjadi pergeseran pada siklus hidrologi yang terdapat di daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi

BAB I PENDAHULUAN. Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi (Soemarto, 1987; Bisri, 1991). Air tanah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu air tanah dangkal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah adalah air yang terdapat pada lapisan akuifer di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air pada tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Manusia akan memanfaatkan Sumberdaya yang ada di Lingkungan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tambang terbuka khususnya tambang batubara yang berada di dekat dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah merupakan salah satu

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii Sari Metode penelitian yang dilakukan adalah survey geologi permukaan, pendataan klimatologi hidrologi dan hidrogeologi daerah telitian dan sekitarnya serta analisis air. Beberapa data diambil dari data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, transportasi memiliki peranan yang penting dalam perkembangan suatu negara, sehingga kegiatan perencanaan dalam pembangunan sarana dan prasarana perlu

Lebih terperinci