Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
|
|
- Shinta Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Sepanjang sejarah peradaban manusia, airtanah telah menjadi salah satu sumberdaya alam yang memiliki peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup manusia di bumi. Pengambilan airtanah untuk berbagai macam kebutuhan telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas hidup manusia baik secara sosial maupun ekonomi. Kebutuhan akan airtanah semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini memunculkan permasalahan yang cukup serius yaitu terjadinya eksploitasi airtanah secara berlebihan dan tidak terkendali, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan muka airtanah secara permanen dan subsidence. Selain itu, pertumbuhan yang semakin pesat pada bidang pertanian, industri dan semakin bertambahnya daerah pemukiman, turut mempengaruhi siklus hidrologi, sehingga terjadi penurunan kualitas airtanah akibat polusi. Dampak lain yang disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk adalah berkurangnya ketersediaan airtanah. Hal ini dapat disebabkan karena pembukaan hutan pada kawasan tangkapan air hujan (catchment area) dan rusaknya kawasan penyimpanan air akibat pembukaan lahan untuk kepentingan industri, pertanian, pemukiman, dan lain sebagainya, sehingga menyebabkan terganggunya kawasan penyedia airtanah (Groundwater Recharge Area). Cekungan airtanah Yogyakarta Sleman mencakup wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Ketiga kabupaten tersebut saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Hal ini berimbas pada semakin tingginya kebutuhan akan airtanah, sehingga akan menimbulkan degradasi kualitas dan kuantitas airtanah. Untuk mengatasi permasalahan ini maka dalam pemanfaatan airtanah perlu memperhatikan BAB I Pendahuluan 1
2 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta keberlangsungan sumberdaya air itu sendiri di masa depan. Pemanfaatan airtanah harus berdasarkan pada pengelolaan airtanah yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan pada satuan wilayah cekungan airtanah, sehingga degradasi kualitas dan kuantitas airtanah dapat dicegah seminimal mungkin. Pengelolaan airtanah meliputi beberapa macam aspek, salah satu faktor penting yang menunjang program pengelolaan airtanah adalah evaluasi cadangan airtanah pada cekungan airtanah. Cadangan airtanah pada cekungan dapat diketahui dengan melakukan perhitungan cadangan statis, dinamis dan imbuhan airtanah, sehingga kuantitas airtanah pada dapat diketahui secara pasti. Nilai cadangan airtanah tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat pemanfaatan di cekungan airtanah. Dengan demikian, data yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah maupun masyarakat dalam melakukan pengelolaan airtanah, sehingga kelestarian sumberdaya air dapat terus terjaga. I. 2. PERUMUSAN MASALAH Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pola kontur dasar akuifer untuk setiap akuifer yang terdapat di daerah penelitian? Bagaimana penyebaran nilai/sifat hidrolika setiap akuifer di daerah penelitian? Bagaimana pola kontur ketebalan dari setiap akuifer yang terdapat pada daerah penelitian? Berapa nilai cadangan airtanah statis, dinamis dan imbuhan pada setiap Kecamatan di daerah penelitian? Seberapa jauh jarak minimum antar sumur pemompaan di setiap Kecamatan. Seberapa besar tingkat pemanfaatan airtanah di setiap Kecamatan? BAB I Pendahuluan 2
3 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta I. 3. MAKSUD DAN TUJUAN a) Maksud Maksud dari penelitian evaluasi cadangan airtanah berdasarkan geometri dan konfigurasi sistem akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman adalah untuk mengetahui potensi cadangan airtanah dan tingkat pemanfaatan airtanah pada setiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman. b) Tujuan Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman yang meliputi: 1. Geometri dan konfigurasi sistem akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta- Sleman. 2. Nilai cadangan airtanah statis, cadangan airtanah dinamis, nilai imbuhan dan jarak minimum antar sumur pemompaan berdasarkan geometri dan konfigurasi sistem akuifer. 3. Tingkat pemanfaatan airtanah di daerah penelitian I. 4. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian yang menjadi batasan penulis adalah sebagai berikut: 1. Penentuan geometri dan konfigurasi sistem akuifer. 2. Penentuan pola kontur dasar akuifer dan muka airtanah berdasarkan geometri dan konfigurasi sistem akuifer. 3. Penentuan penyebaran nilai/sifat hidrolika setiap akuifer berdasarkan geometri dan konfigurasi sistem akuifer. 4. Penentuan ketebalan tiap kelompok akuifer berdasarkan geometri dan konfigurasi sistem akuifer BAB I Pendahuluan 3
4 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 5. Penentuan nilai cadangan airtanah statis, cadangan airtanah dinamis dan nilai imbuhan dari akuifer pada setiap kecamatan di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman. 6. Penentuan jarak minimum antar sumur pemompaan di daerah penelitian. 7. Penentuan tingkat pemanfaatan airtanah di daerah penelitian. I. 5. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian cadangan airtanah berdasarkan geometri dan konfigurasi sistem akuifer Cadangan Airtanah Yogyakarta-Sleman secara administrasi terletak dalam wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi daerah penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar I.1. I. 6. WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan September 2013 (lihat tabel I.1), dimulai dengan mengumpulkan data-data sekunder berupa penampang hidrostratigrafi, nilai karakteristik akuifer, literatur dan paper peneliti terdahulu, yang berhubungan dengan aspek geologi dan hidrogeologi dari Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman. Pekerjaan Perhitungan Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cadangan Airtanah Yogykarta-Sleman diawali dengan membuat peta kontur elevasi tiap kelompok akuifer berdasarkan data penampang hidrostratigrafi. Kemudian, berdasarkan data peta kontur elevasi tersebut, peneliti membuat peta kontur ketebalan untuk masingmasing kelompok akuifer. Tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan cadangan airtanah statis, cadangan airtanah dinamis, nilai imbuhan, jarak minimum antar sumur pemompaan dan evaluasi tingkat pemanfaaatan airtanah berdasarkan nilai total cadangan airtanah dinamis dan pemanfaatan airtanah pada setiap kecamatan di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman. Tahap yang terakhir adalah penyusunan dan penyajian laporan hasil penelitian. BAB I Pendahuluan 4
5 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Anonim, 2011 Gambar I.1. Peta Indeks Daerah Penelitian BAB I Pendahuluan 5
6 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel I.1. Waktu Penelitian 2013 No Tahapan 1 Studi Pustaka 2 Pengumpulan Data Sekunder 3 Pembuatan Proposal 4 Analisis Laboratorium 5 Penyusunan Laporam Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September BAB I Pendahuluan 6
7 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta I. 7. PENELITI TERDAHULU Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, 2001, melakukan studi evaluasi potensi air bawah tanah di Zona Akuifer Merapi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui secara global potensi air bawah tanah sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaannya, hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa cadangan statis air bawah tanah dangkal di daerah penelitian sebesar m 3, sedangkan air bawah tanah dalamnya sebesar m 3 (lihat tabel I.2). Cadangan dinamisnya berdasarkan sayatan barat-timur di daerah Ngaglik sebesar m 3 /hr, sedangkan di Kota Yogyakarta sebesar m 3 /hr dan di Bantul sebesar m 3 /hr (lihat tabel I.3). Putra, 2003, melakukan studi mengenai manajemen sumberdaya air di Cekungan Airtanah Yogyakarta (Integrated Water Resources Management in Yogyakarta GW Basin). Salah satu tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan data kualitas dan kuantitas sumberdaya air dan pemanfaatan air di Cekungan Airtanah Merapi-Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ketebalan akuifer di Cekungan Airtanah Merapi-Yogyakarta berkisar antara < 20 m - > 100 m. Ketebalan akuifer maksimum berada pada bagian tengah dari cekungan airtanah. Berdasarkan hasil perhitungan, volume cadangan airtanah statis di Cekungan Airtanah Merapi-Yogyakarta mencapai m 3 atau juta m 3 (perhitungan detail dapat dilihat pada tabel I.4). Sementara itu, total cadangan airtanah dinamis di Cekungan Airtanah Merapi-Yogyakarta mencapai kurang lebih m 3 /tahun (perhitungan detail dapat dilihat pada tabel I.5). Hendrayana, 2011, melakukan studi mengenai Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui geometri cekungan dan konfigurasi sistem akuifer cekungan airtanah Yogyakarta-Sleman. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa cadangan airtanah statis di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman pada sistem akuifer bagian atas lebih kurang sebesar m 3, sedangkan untuk sistem airtanah bagian bawah lebih kurang sebesar m 3 (lihat tabel I.6). Cadangan dinamis pada sayatan 1 BAB I Pendahuluan 7
8 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di dalam cekungan airtanah (bagian utara) sebesar l/dt. Sedangkan pada sayatan 2 (bagian tengah) sebesar l/dt, dan pada sayatan 3 (bagian selatan) sebesar l/dt (lihat tabel I.7). Berdasarkan atas hasil perhitungan tersebut menunjukan, bahwa secara umum cadangan airtanah dinamis dari utara ke selatan di dalam sistem akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman mengalami penurunan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh semakin kecilnya geometri cekungan airtanah ke arah selatan, dan juga karena sebagian dari cadangan airtanah dinamis tersebut keluar atau muncul ke permukaan tanah sebagai air permukaan, baik melalui sungai (sungai tipe effluent/gaining stream) ataupun melalui mataair-mataair yang ada, dan juga adanya peningkatan pemanfaatan airtanah oleh masyarakat di wilayah bawah/selatan, yaitu di wilayah perkotaan/aglomerasi Yogyakarta dan Bantul. I. 8. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian mengenai cadangan airtanah di sistem akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada hasil penelitian. Dalam penelitian ini, hasil yang didapat berupa nilai cadangan airtanah secara statis, cadangan airtanah dinamis, nilai imbuhan airtanah, dan jarak minimum antar sumur pemompaan. Nilai cadangan airtanah dinamis tersebut kemudian digunakan untuk menentukan seberapa besar tingkat pemanfaatan airtanah di setiap kecamatan di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, dengan cara membandingkan nilai cadangan airtanah dinamis dengan jumlah pemanfaatan airtanah dari data sekunder. BAB I Pendahuluan 8
9 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel I.2. Perhitungan Cadangan Statis Air Bawah Tanah Dangkal dan Dalam di Daerah Penelitian (Fakultas Teknik UGM, 2001) No Daerah Air Bawah Tanah Dangkal Air Bawah Tanah Dalam Jumlah Luas Grid Grid (m 2 Luas (m ) ) Ketebalan Cadangan Statis Ketebalan Cadangan Statis Storativitas (m) (m 3 Storativitas ) (m) (m 3 ) , , , , , , , , , ,4 25 0, , , , , , , ,2 20 0, , ,5 0, ,5 0, , ,5 0, Total , ,4 BAB I Pendahuluan 9
10 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel I.3. Perhitungan Cadangan Dinamis Air Bawah Tanah Dangkal dan Dalam di Daerah Penelitian (Fakultas Teknik UGM, 2001) Sayatan Panjang Penampang Transmisivitas Debit (m) (m 2 Landaian Hidrolika /hr) (l/dt) A B C A B C A B C A B C Total Debit (l/dt) Sayatan 1 ABT Dangkal ,64 289,64 289,64 0,087 0,07 0, , , , ,496 ABT Dalam ,087 0,07 0, , , , ,269 Total ,765 Sayatan 2 ABT Dangkal ,7 330,7 330,7 0,105 0,035 0, , , , ,509 ABT Dalam ,105 0,035 0, , , , ,455 Total ,964 Sayatan 3 ABT Dangkal ,33 355,33 355,33 0,052 0,026 0, , , , ,441 ABT Dalam ,052 0,026 0,044 42, , , ,917 Total 2.847,358 BAB I Pendahuluan 10
11 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel I.4. Cadangan Airtanah Statis di Setiap Kecamatan di Cekungan Airtanah Yogyakara (Putra, 2003) Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta Kabupaten Bantul Kecamatan Lebar Cadangan Lebar Cadangan Lebar Cadangan Akuifer (m) Airtanah (m 3 Kecamatan ) Akuifer (m) Airtanah (m 3 Kecamatan ) Akuifer (m) Airtanah (m 3 ) Depok ,32 Ngampilan , ,84 Bambanglipuro , ,68 Mlati ,21 Danurejan , ,67 Banguntapan , ,32 Gamping ,96 Gedongtengen , ,37 Bantul , ,01 Godean ,43 Pakualaman , ,35 Jetis , ,48 Sleman ,45 Kraton , ,10 Kasihan , ,50 Berbah ,43 Jetis Yk , ,28 Kretek , ,54 Ngaglik ,30 Gondomanan , ,24 Pajangan , ,92 Kalasan ,28 Gondokusuman , ,19 Pandak , ,30 Tempel ,52 Mergangsan , ,67 Piyungan , ,78 Minggir ,11 Umbulharjo , ,02 Pleret , ,07 Ngemplak ,22 Wirobrajan , ,45 Pundong , ,76 Moyudan ,53 Mantrijeron , ,09 Sanden , ,94 Turi ,05 Kotagede , ,60 Sedayu , ,10 Pakem ,57 Sewon , ,25 Cangkringan ,93 Srandakan , ,63 Seyegan ,10 Total ,41 Total ,87 Total ,28 BAB I Pendahuluan 11
12 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel I.5. Cadangan Airtanah Dinamis di Cekungan Airtanah Yogyakarta (Putra, 2003) Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta Kabupaten Bantul Kecamatan Cadangan Airtanah Dinamis (m 3 /tahun) Kecamatan Cadangan Airtanah Dinamis (m 3 /tahun) Kecamatan Cadangan Airtanah Dinamis (m 3 /tahun) Depok ,71 Ngampilan ,60 Bambanglipuro ,25 Mlati ,80 Danurejan ,75 Banguntapan ,46 Gamping ,47 Gedongtengen ,23 Bantul ,91 Godean ,25 Pakualaman ,19 Jetis ,50 Sleman ,04 Kraton ,47 Kasihan ,16 Berbah ,44 Jetis Yk ,95 Kretek ,21 Ngaglik ,82 Gondomanan ,14 Pajangan ,37 Kalasan ,45 Gondokusuman ,53 Pandak ,00 Tempel ,10 Mergangsan ,89 Piyungan ,91 Minggir ,32 Umbulharjo ,86 Pleret ,68 Ngemplak ,18 Wirobrajan ,30 Pundong ,30 Moyudan ,40 Mantrijeron 8.449,75 Sanden ,93 Turi ,81 Kotagede ,58 Sedayu ,89 Pakem ,70 Sewon ,10 Cangkringan ,85 Srandakan ,21 Seyegan ,79 Total ,39 Total ,22 Total ,83 BAB I Pendahuluan 12
13 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel I.6. Perhitungan Cadangan Airtanah Statis Sistem Akuifer di CAT Yogyakarta-Sleman (Hendrayana, 2011) BAB I Pendahuluan 13
14 Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel I.7. Perhitungan Cadangan Airtanah Dinamis Sistem Akuifer di CAT Yogyakarta-Sleman (Hendrayana, 2011) BAB I Pendahuluan 14
Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 106/Kpts/KPU/TAHUN 01 : 9 MARET 01 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 01 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti
BAB V KESIMPULAN V.1 Kesimpulan 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti berikut : Tipe akuifer pada Cekungan Airtanah Yogyakarta Sleman adalah akuifer bebas, yang meliputi
Lebih terperinciCADANGAN AIR TANAH BERDASARKAN GEOMETRI DAN KONFIGURASI SISTEM AKUIFER CEKUNGAN AIR TANAH YOGYAKARTA-SLEMAN
CADANGAN AIR TANAH BERDASARKAN GEOMETRI DAN KONFIGURASI SISTEM AKUIFER CEKUNGAN AIR TANAH YOGYAKARTA-SLEMAN Heru Hendrayana 1), Victor A. de Sousa Vicente 2) 1)&2) Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Airtanah merupakan air yang tersimpan dan mengalir dalam ruang antar butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air bersih. Badan Pusat
Lebih terperinciBab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY
Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY Perjalanan reformasi birokrasi nampaknya tak terasa sudah dimulai sejak tahun 2002 yang dimasinisi oleh departemen keungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta bagian selatan adalah Kabupaten Bantul, Provinsi D.I Yogyakarta.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu bagian utara adalah Kabupaten
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran tangki timbun di SPBU. Survey Pendahuluan
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Alir penelitian akan ditampilkan dalam bentuk flowchart pada gambar 3.1. Mulai Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018
KATA PENGANTAR Prakiraan Musim Kemarau 2018 Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2018 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi
Lebih terperinciMenimbang. bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 dan Pasal 24 peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2013 tentang Tata Cara
KONiISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 706 /KpIs/KPU/TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI SETIAP DAEMH PEMILIHAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan tentang sampah saat ini telah menjadi isu serius yang berkembang menjadi permasalahan publik. Penumpukan sampah dapat mengakibatkan aroma tidak sedap dan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciDiajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi
EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi salah satu
Lebih terperinciStudi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah terganggu, maka terjadi pergeseran pada siklus hidrologi yang terdapat di daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi
Lebih terperinciBuletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan Agustus 2016 dan Prakiraan Oktober, November dan Desember 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Juni Agustus 2016) dan Prakiraan Tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,
2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan zat yang sangat penting bagi manusia. Salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah air tanah, baik untuk
Lebih terperinciBuletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan September 2016 dan Prakiraan November, Desember 2016 dan Januari 2017 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Juli September 2016) dan Prakiraan
Lebih terperinciPROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH
PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH DR. Heru Hendrayana Geological Engineering, Faculty of Engineering Gadjah Mada University Perrnasalahan utama sumberdaya air di Indonesia Bank data (kelengkapan(
Lebih terperinciKEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI
KATA PENGANTAR Buku Buletin Prakiraan dan Analisis memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Oktober 2017, Prakiraan Desember 2017, Januari dan Februari 2018 serta informasi hasil Analisis
Lebih terperinciBuletin Edisi November Tahun 2016 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan Oktober 2016 dan Prakiraan Desember 2016 dan Januari, Februari 2017 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Agustus Oktober 2016) dan Prakiraan
Lebih terperinciBuletin Edisi Juli Tahun 2016 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan Juni 2016 dan Prakiraan Agustus, September dan Oktober 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (April Juni 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia. Secara keseluruhan terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2015 No.52,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Perubahan keempat, Peraturan Bupati Bantul, Zona penempatan, menara telekomunikasi. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBuletin Bulan Mei Tahun 2016 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan April 2016 dan Prakiraan Juni, Juli, Agustus 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Februari April 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan
Lebih terperinciBuletin Edisi Januari Tahun 2017 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan Desember 2016 dan Prakiraan Februari, Maret dan April 2017 serta informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Oktober Desember 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan
Lebih terperinciKEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI
KATA PENGANTAR Buku Buletin Prakiraan dan Analisis memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan September 2017, Prakiraan November, Desember 2017 dan Januari 2018 serta informasi hasil Analisis
Lebih terperinciBuletin Edisi Agustustus Tahun 2016 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Buletin Edisi Agustustus Tahun 2016 Analisis Hujan Juli 2016 dan Prakiraan September, Oktober dan November 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Mei
Lebih terperinciBuletin Bulan Juni Tahun 2016 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan Mei 2016 dan Prakiraan Juli, Agustus, September 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Maret Mei 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Sleman, Februari 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI MLATI. AGUS SUDARYATNO, S.Kom, MM NIP
KATA PENGANTAR Buku Buletin Prakiraan dan Analisis memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Januari 2017, Prakiraan Hujan Maret, April, Mei 2017 dan informasi hasil Analisis Tingkat
Lebih terperinciKEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI
KATA PENGANTAR Buletin Prakiraan Hujan Bulanan memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Desember 2017, Prakiraan Hujan Februari, Maret, dan April 2018 serta informasi hasil Analisis
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu bagian utara adalah Kabupaten Sleman, bagian tengah adalah Kota Yogyakarta,
Lebih terperinciBuletin Bulan Februari Tahun 2016 PENGANTAR
PENGANTAR Analisis Januari 2016, Analisis Indeks Kekeringan Tingkat Kekeringan dan Kebasahan periode November 2015 Januari 2016, Prakiraan Maret, April dan Mei 2016 serta Prakiraan Indeks Kekeringan Tingkat
Lebih terperinciBuletin Bulan Maret Tahun 2016 PENGANTAR
PENGANTAR Analisis Februari 2016, Analisis Indeks Kekeringan Tingkat Kekeringan dan Kebasahan periode Desember 2015 Februari 2016, Prakiraan April, Mei, dan Juni 2016 serta Prakiraan Indeks Kekeringan
Lebih terperinciBuletin Bulan Januari Tahun 2016 PENGANTAR
PENGANTAR Analisis Hujan Desember 2015, Analisis Indeks Kekeringan Tingkat Kekeringan dan Kebasahan periode Oktober - Desember 2015 dan Prakiraan Februari, Maret dan April 2016 disusun berdasarkan data
Lebih terperinciBuletin Edisi April 2018 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Buletin Prakiraan Hujan Bulanan memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Maret 2018, Prakiraan Hujan Mei, Juni, dan Juli 2018 serta informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciBuletin Bulan April Tahun 2016 PENGANTAR
PENGANTAR Analisis Maret 2016 dan Prakiraan Mei, Juni, Juli 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Januari Maret 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan tiga bulanan
Lebih terperinciJUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)
JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI DI YOGYAKARTA KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 3401 KULON PROGO 5 16 21 3402 BANTUL 16 11 27 3403 GUNUNG KIDUL 14 16 30 3404 SLEMAN
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS
Lebih terperinciSTRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN
STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN Pemerintah Daerah DIY Disampaikan dalam Lokakarya Nasional Diseminasi Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016
KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta / Pos Klimatologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan makanan yang bergizi. Diantara kebutuhan gizi yang diperlukan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian merupakan salah satu sektor jasa yang dapat berperan penting dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia, penilaian atau
Lebih terperinciPENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciNama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola
DAFTA UNTUK UP No Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Selatan 5 UPT Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di bumi. Airtanah berasal dari pengisian kembali (recharge) dari infiltrasi air hujan ataupun
Lebih terperinciPENENTUAN JARINGAN SUMUR PANTAU BERDASARKAN PENILAIAN RISIKO TERHADAP PEMOMPAAN AIR TANAH DI CAT YOGYAKARTA-SLEMAN
PENENTUAN JARINGAN SUMUR PANTAU BERDASARKAN PENILAIAN RISIKO TERHADAP PEMOMPAAN AIR TANAH DI CAT YOGYAKARTA-SLEMAN Heru Hendrayana*, Briyan Aprimanto Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta
BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumberdaya air bawah tanah merupakan sumberdaya yang vital dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat
Lebih terperinciDATA KUALITAS AIR SUMUR PERIODE APRIL TAHUN 2015
DATA KUALITAS AIR SUMUR PERIODE APRIL No : Kulonprogo Parameter Satuan Baku Mutu 1 2 3 4 5 6 7 1 Suhu udara ± 3 C thd suhu 31 32 31 32 32 33 33 29 29 29 29,5 30 30 33 3 Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Anak Jalanan Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk yang cukup padat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 13 PROYEKSI POPULASI DAN KEBUTUHAN AIR DI MASA MENDATANG
BAB 3 PROYEKSI POPULASI DAN KEBUTUHAN AIR DI MASA MENDATANG BAB 3 PROYEKSI POPULASI DAN KEBUTUHAN AIR DI MASA MENDATANG 3. Proyeksi Populasi Masa Mendatang 3.. Prosedur Proyeksi Populasi Masa Mendatang
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan penduduk Indonesia
Lebih terperinciPerbandingan K-Means dan K-Medoids Clustering terhadap Kelayakan Puskesmas di DIY Tahun 2015
Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 116-122 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 116 Perbandingan dan Clustering terhadap Kelayakan
Lebih terperincipenduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.
penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga
Lebih terperinciI. KARAKTERISTIK WILAYAH
I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara
Lebih terperinciDIDIT DAMUR ROCHMAN DAN YASSER HADI WIBAWA Teknik Industri Universitas Widyatama
ALOKASI DONASI DARI CONSOLIDATION CENTER KE DISTRIBUTION CENTER DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI (STUDI KASUS: GEMPA D.I. YOGYAKARTA, 27 MEI 2006) DIDIT DAMUR ROCHMAN DAN YASSER HADI WIBAWA Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha
Lebih terperinciTINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Agung Dwi Sutrisno, Ag. Isjudarto Jurusan Teknik Pertambangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan Jogja merupakan salah satu destinasi pendidikan dan pariwisata di Indonesia. Julukannya sebagai kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap sumberdaya air khususnya air tanah, maka menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas air tanah merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciRENCANA KERJA ( RENJA )
DRAFT PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk biasanya diikuti pula dengan bertambahnya kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk khususnya di wilayah perkotaan dipengaruhi dari berbagai faktor-faktor yang menyebabkan suatu daerah menjadi padat penduduknya. Hal ini akan menimbulkan
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA
NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA (Studi Kasus: DAS Code) 1 Andhika Prayudhatama 2, Nursetiawan 3, Restu Faizah 4 ABSTRAK Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG
KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA KOPERASI SEKOLAH KESUMA SMP I JETIS, KOPERASI SEKOLAH HERU CAKRA SMP I BANTUL, KOPERASI SEKOLAH BINA MANDIRI SISWA SMP I SEWON,
Lebih terperinciDAFTAR SEKOLAH SMA / MA BERDASARKAN JUMLAH NILAI UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
UJIAN NASIONAL SMA/MA TAH PELAJARAN 2016/2017 1 01-001 SMA NEGERI 3 YOGYAKARTA N 197 86.38 82.88 78.19 70.86 79.15 80.75 80.95 1 2 01-015 SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA N 248 86.78 82.39 79.31 70.51 77.36 77.26
Lebih terperinciANALISIS PERSEBARAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS PERSEBARAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Disusun Oleh:
Lebih terperinciPENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Heru Hendrayana 1* Rezha Ramadhika 2 1,2 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan. Letak astronominya antara 110º12 34 sampai 110º31
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL
BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciBAB.1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Tahun (Sumber: Hasil Olah Data Kabupaten Sleman Dalam Angka)
BAB.1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kabupaten Sleman adalah daerah yang menjadi sasaran urbanisasi dari Kota Yogyakarta. Hal itu terjadi pada tahun 1980-an yang diawali dengan pembangunan perumahan dan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan.
1 2015 No.09,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.
BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Deskripsi Kota Yogyakarta a. Geografi Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32, km2. Terbagi
Lebih terperinciPOTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA
POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan menjadi salah satu isu permasalahan penting pada skala global, apalagi jika dihubungkan dengan isu perubahan iklim yang secara langsung mengancam pola
Lebih terperinciBAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN
BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34
Lebih terperinciBIDANG SARANA DAN PRASARANA LAPORAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN
PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BIDANG SARANA DAN PRASARANA LAPORAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciPENGERTIAN HIDROLOGI
PENGERTIAN HIDROLOGI Handout Hidrologi - Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T., 2009 1 Pengertian Hidrologi (Wikipedia Indonesia) Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani: Yδρoλoγια, Yδωρ+Λoγos, Hydrologia, "ilmu air")
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN SE-KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkokoh
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
-1- SALINAN RAPERDA FINAL PENGUNDANGAN DRAFT AKHIR 15 MARET 2018 JAM 08.41 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi
EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan jumlah penduduk dan industri pada CAT Karanganyar-Boyolali
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CAT Karanganyar-Boyolali merupakan cekungan airtanah terbesar di Jawa Tengah, dengan luasan cekungan sebesar 3.899 km 2, dengan potensi airtanah yang sangat melimpah.
Lebih terperinciLaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011
Susunan organisasi Sekretariat Dewan Pengurus Korps Pegawai Republik Indonesia terdiri dari: a. Sekretaris b. Subbagian Umum dan Kerjasama Subbagian Umum dan Kerjasama mempunyai tugas menyelenggarakan
Lebih terperinci