BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan PT. Komatsu Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang produksi alat berat seperti Bulldozer, Excavator, Dump Truck. Komatsu Indonesia, sebagai salah satu basis produksi Komatsu Global, memiliki beragam keunggulan, termasuk di dalamnya fasilitas produksi yang lengkap & terintegrasi, yaitu fasilitas produksi unit jadi hingga masing-masing komponennya. Komatsu Indonesia, di bawah merek Komatsu global, adalah industri alat berat yang terkemuka di Indonesia. Pada awal berdirinya, Komatsu Indonesia merupakan perusahaan gabungan antara PT United Tractors (sekarang distributor resmi produk Komatsu di Indonesia) dan Komatsu Ltd di Jepang. Kemunculan Komatsu Indonesia juga dipengaruhi oleh maraknya pembangunan infrastruktur di Indonesia dan kepemimpinan United Tractors di pasar alat konstruksi pada waktu itu. Dengan keuntungan lokasi yang strategis di Indonesia, kami telah berevolusi menjadi pelopor dan pemain terkemuka dalam industri alat berat di Asia Tenggara dalam waktu yang relatif singkat. 37

2 38 PT.Komatsu Indonesia menempati area seluas 20,26 hektar di kawasan industri Cakung Cilincing(Cacing) dengan pengoperasian fasilitas manufaktur yang komprehensif dan terpadu. Area ini terdiri dari pabrik pengecoran, pabrik hidrolik, pabrik fabrikasi dan pabrik perakitan. Di area lainnya, terdapat pabrik Cibitung seluas 5,94 hektar yang terdiri dari pabrik fabrikasi ukuran besar dan pabrik reman silinder hidrolik. Karyawan yang berketerampilan tinggi dan berkomitmen terhadap kualitas dan inovasi yang telah menjadi pendorong kekuatan kami sejak awal berdirinya perusahaan. Penerapkan teknologi yang inovatif dan terus meningkatkan kapasitas perusahaan untuk mempertahankan kepercayaan konsumen dan posisi di industri alat berat dengan membuat produk yang handal. Sebagai industri berskala internasional dengan produk yang inovatif & berkualitas tinggi, tidak hanya memproduksi unit jadi seperti bulldozer, dump truck dan excavator hidrolik, tetapi juga frame, hasil pengecoran baja serta komponen terkait, yang akan dipasok ke seluruh Komatsu di seluruh dunia. Saat ini, Komatsu Indonesia sudah menjadi mitra terpercaya untuk setiap pengembangan di bidang pertambangan, kehutanan, perkebunan, dan konstruksi bangunan di Indonesia. Komatsu Indonesia juga mencetak salah satu catatan keselamatan terbaik, memelihara hubungan baik dengan buruh di industri alat berat, serta mendapatkan rasa hormat dari karyawan, kelompok serikat pekerja dan asosiasi-asosiasi industri. 1.2 Struktur Organisasi Perusahaan Bentuk perusahaannya adalah PT (Perseroan Terbatas) dalam bidang industry manufaktur alat berat seperti Excavator, Bulldozer, Dump Truck serta komponen-komponennya. PT. Komatsu Indonesia merupakan anak perusahaan

3 39 dari Komatsu Ltd di Japan. Berdasarkan struktur organisasi PT. Komatsu Indonesia, perusahaan ini cukup besar struktur organisasinya. PT. Komatsu Indonesia dipimpin oleh Presiden Direktur Struktur dan Vice President Direktur. Secara detail dapat dilihat pada lampiran. 1.3 Aktivitas Perusahaan PT.Komatsu Indonesia bergerak di bidang manufaktur alat berat. Memproduksi peralatan alat berat seperti Excavator, Bulldozer, Dump Truck. Kegiatan produksi dilakukan oleh beberapa Plant pabrik komatsu yang saling terintegrasi. Perusahaan mempunyai 7 plant produksi, yaitu Foundry Plant 1, Foundry Plant 2, Fabrication Plant, Hydraulic Plant, Big Size Fabrication Plant, Cylinder Reman Plan dan Assembly Plant Foundry Plant 1 & 2 Plant ini merupakan tempat pengecoran logam. Pengecoran logam adalah proses manufaktur logam dengan cara mencairkan sampai dengan suhu tertentu dan dengan komposisi tertentu lalu di tuangkan ke dalam sebuah cetakan. Produk yang di hasilkan dari plant ini yaitu, main frame Dump Truck, Foot Boom and Arm Excavator, Undercarriage Part seperti bottom roller, top roller, booden plate etc. Bahan yang digunakan dari biji besi dan besi-besi bekas di lebur, diolah dan di jadikan bentuk sesuai yang di inginkan.

4 40 Gambar 4.1 Salah satu peleburan di Foundry Plant PT.Komatsu Indonesia Fabrication Plant Plant ini kegiatan utamanya yaitu welding, machining, dan IQT (Induction Quenching and Tempering). Produk dari foundry plant di olah lagi di fabrication plant, untuk di proses machining maupun welding. Sehingga jadi produk sub assy dan di kirim ke Assembly Plant. Produk yang dihasilkan yaitu Boom, Arm, Track Frame, Main Frame, Frame for Blade etc. Gambar 4.2 Welding dengan bantuan Robotik di Fabrication Plant

5 Hydraulic Plant Hydraulic Plant memproduksi silinder hidrolik, pipa dan pins. Dari raw material berupa selongsongan pipa dan bar di olah menjadi pipa hidrolik sesuai yang di inginkan dan membuat silinder hidrolik yang mempunyai kualitas tinggi untuk kebutuhan yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Gambar 4.3 Pembuatan Hydraulic Cylinder di Hydraulic Plan Big Size Fabrication Plant Plant ini kegiatannya sama dengan fabrication plant yang biasa hanya saja plant ini memproduksi component yang besar-besar. Hasil dari foundry plant, khusus komponen besar diproses di sini, welding, machining, tetapi tidak ada IQT adanya PWHT (Post Weld Heat Treatment) untuk mengurangi tegangan sisa hasil pengelasan (welding) agar produk yang dihasilkan bagus tidak gampang patah ataupun rusak. Produk yang dihasilkan yaitu Boom, Arm, Crawler unit PC3000, PC4000

6 42 Gambar 4.4 Finishing Big Size Component (Arm Excavator PC3000) di Big Size Fabrication Plant Cylinder Reman Plant Cylinder Reman Plant mendaur ulang silinder-silinder bekas sehingga kembali seperti baru. Contoh silinder yang di remanufaktur yatiu, silinder suspense & silinder Dump untuk Dump Truck, silinder hidrolik untuk excavator. Gambar 4.5 Proses Remanufaktur Silinder Hidrolik di Cylinder Reman Plant

7 Assembling Plant Komponen setelah selesai di welding dan machining di fabrication plant dikirim ke Assembling Plant untuk di rakit/digabungkan menjadi sebuah unit jadi. Di Assembling Plant, unit-unit yang telah jadi di tes di sesuaikan dengan standad yang ada. Gambar 4.6 Proses Perakitan Unit di Assembling Plant 1.4 Aktivitas Produksi Mesin PWHT Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pembahasan ke salah satu mesin yaitu Mesin PWHT (Post Weld Heat Treatment). Mesin PWHT ini berfungsi untuk menghilangkan tegangan sisa akibat dari proses welding. Mesin PWHT selama ini digunakan untuk component Boom dan Arm PC3000 dan PC4000

8 44 Arm Backhoe Arm Shovel Boom Backhoe Boom Shovel Gambar 4.7 Model Big Size Component yang Melewati Proses di Mesin PWHT Standard Operasional Prosedur Mesin PWHT Standard Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsinya. Mesin PWHT harus dijalankan sesuai dengan standar operasional prosedurnya karena sangat mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Tahap-tahap menjalankankan mesin PWHT sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu pemanasan,jika tidak sesuai prosedur akan berakibat

9 45 fatal, dari segia kualitas maupun Safety. Detail dari Standard Operasional Prosedur Mesin PWHT dapat dilihat di Lampiran Jumlah Pengoperasian Mesin PWHT di Fiscal Year 2012 Mesin PWHT merupakan mesin untuk menghilangkan tegangan sisa dikomponen Big Size yaitu attachment excavator PC3000 dan PC4000. Pada komponen big size beban kerjanya sangat berat, sehingga membutuhkan material yang kuat pula. Berikut ini merupakan jumlah komponen yang diproduksi menggunakan mesin PWHT selama FY2012 di PT Komatsu Indonesia. Daftar detailnya ada di lampiran. Tabel 4.1 Jumlah komponen yang diproduksi menggunakan mesin PWHT FY2012 ITEM JUMLAH PENGOPERASIAN HASIL PRODUK ( Pcs) ARM PC3000 BH 8 8 BOOM PC3000 BH 8 8 Arm PC4000 BH 7 7 BOOM PC4000 BH 7 7 Arm PC4000 FS BOOM PC4000 FS ARM PC3000 FS 6 6 BOOM PC3000 FS 6 Total 56 62

10 46 Gambar 4.8 Klasifikasi Jumlah Komponen yang Diproduksi Menggunakan Mesin PWHT Standard Cost Mesin PWHT Sebelum Perhitungan Standard Biaya Mesin PWHT sampai sekarang ini masih menggunakan standard biaya Painting. Di Fiscal Year 2012 mesin PWHT menggunakan standard biaya $ 51,1 per jam. Padahal secara actual proses sangatlah berbeda. Sehingga tidak mungkin bila biaya nya sama. Di bawah ini merupakan gambar dari BAAN system yang menunjukkan tarif per jam nya setiap proses.

11 47 Gambar 4.9 Hasil Print Screen Operation Rate di Baan Sistem Di bawah ini merupakan contoh list pengerjaan ARM & BOOM PC3000 yang menunjukkan bahwa pengerjaan anneling (proses heat treatment di Mesin PWHT) masih menggunakan charge Painting yaitu $51,1 per jam. Untuk Runtime nya 1 kali pengoperasian mesin PWHT yaitu menit, / 60 = 32 jam Gambar 4.10 Hasil Print Screen Download Routing

12 Macam-Macam Biaya Pada Pengoperasian Mesin PWHT Dalam menghitung biaya pengoperasian mesin PWHT kita harus tahu tahapan-tahapan yang menimbulkan biaya. Dalam pengoperasian 1 siklus mesin PWHT dapat di dilihat pada Gambar 4.10 Komponen setelah selesai di welding di naikkan ke PWHT lorry selanjutnya lorry dijalankan menuju Mesin PWHT yang kurang lebih berjarak 30 meter. Dalam menjalankan lorry PWHT ini menggunakan motor listrik. Setelah masuk ke mesin PWHT dilakukan Prosedur sesuai SOP (Standard Operasional Prosedur), SOP dapat di lihat di lampiran, sesuai dengan tipe atau jenis masing masing komponen. Gambar 4.11 Sketsa Mesin PWHT

13 49 Gambar 4.12 Lorry membawa komponen yang akan masuk Mesin PWHT Dilihat dari proses di atas dapat lihat unsur-unsur apa saja yang menimbulkan biaya. Unsur-unsur biaya yang timbul yaitu dari Listrik yang digunakan Lorry PWHT,Motor Burner dan Mesin PWHT, Bahan bakar Gas LPG, Operator 1 orang, 3 shift Data Listrik Besar daya Lorry PWHT KW, 1 x 7,5KW = 7,5 KW Pemakaian listrik hanya pada saat menjalankan lorry untuk memasukkan komponen yang akan di heat treatment, dan mengeluarkan komponen yang sudah dilakukan heat treatment di mesin PWHT. Durasi pemakaian hanya 1 jam yaitu 30 menit menuju mesin PWHT dan 30 menit keluar dari mesin PWHT.

14 50 Perhitungan Tarif listriknya Tabel 4.2 Tarif Dasar Listrk Untuk Keperluan Industri (TDL 2010) Listrik yang dipakai di mesin PWHT ini masuk dalam golongan tariff I-2/TR karena dayanya 150 KVA. Untuk perhitungan lorry dalam setiap 1 siklus pengoperasian membutuhkan waktu 1 jam. Biaya listrik lorry untuk 1 kali pengoperasian PWHT yaitu Diketahui: H K : 1 Jam : 7,5 kwh P : Rp 800

15 51 Keterangan : H K P Tr : Durasi Pemakaian : Besar pemakaian daya : Tarif Per kwh : Total Biaya Listrik Lorry 1 kali operasi Mesin PWHT Perhitungan: Tr : H x K xp : 1 x 7,5 kwh x Rp 800 : Rp 6,000 Perhitungan Listrik Motor Burner Besar daya Motor Burner KW, 10 x 0,76 KW = 7,6 KW Motor Burner bekerja rata-rata selama 26 jam, sesuai standard operasionalnya. Tabel 4.3 Standard Heat Treatment Data Bahan Bakar LPG Perhitungan listrik pada Motor Burner ada 2 tarif karena pengoperasian Motor Burner pasti akan melewati di mana tarif listrik WBP (Waktu Beban Puncak) waktunya antara dan tarif LWBP (Luar Waktu Beban Puncak). Pada

16 52 tarif golongan I-2/TR, LWBP Rp 800 / kwh, WBP (1.7 x Rp 800)= Rp 1,360 / kwh Biaya listrik untuk 26 jam pengoperasian Motor Burner (satu kali pengoperasian sesuai Standar Tabel 4.3 yaitu Diketahui : H : 22 Jam H : 4 Jam ( ) (asumsi setiap pengoperasian pasti melewati waktu ini karena pengoperasian melebihi 24 jam) K : 7,6 kwh P : Rp 800 P : Rp Keterangan : H : Durasi Pemakaian (LWBP) H : Durasi Pemakaian (WBP) K P : Besar pemakaian daya : Tarif Per kwh(lwbp) P : Tarif Per kwh(wbp) Tm : Total Biaya Listrik Motor Burner Perhitungan: LWBP : H x K x P LWBP : 22 jam x 7,6 kwh x Rp 800 : Rp

17 53 WBP : H x K x P WBP : 4 jam x 7,6 kwh x Rp : Rp Total biaya listrik Motor Burner selama 26 jam / 1 kali operasi yaitu Tm : LWBP + WBP : Rp Rp : Rp Jadi biaya listrik dalam 1 kali pengoperasian mesin PWHT yaitu T : Tr + Tm : Rp Rp : Rp Perhitungan Biaya Gas Data diambil pada FY2012, ada 56 kali pemakaian pada mesin PWHT dapat dilihat di table 4.1. Dalam 56 kali pengoperasian tersebut menghasilkan produk 62 unit komponen. Dalam pengoperasian 56 kali ini menghabiskan ,2 Kg LPG (Lihat lampiran 1). Jadi untuk satu kali pengoperasian membutuhkan rata-rata ,2 Kg / 56 = 544,5 Kg LPG Harga gas per kilo pada FY2012 yaitu Rp ,45 / Kg, diambil dari data awal FY2012 Bulan April 2012 Jadi biaya Gas pada 1 kali pengoperasian yaitu Diketahui: B Pg Tg : Konsumsi Gas 1 kali Operasi (rata-rata) : Harga gas per Kg : Total Biaya gas 1 kali operasi

18 54 Perhitungan: Tg : B x Pg : 544,5 Kg x Rp ,45 : Rp ,5 Gambar 4.13 Hasil Print Screen Table Price Supplier Data Operator Dalam pengoperasian mesin PWHT membutuhkan 1 orang Operator 3 8 jam, 24 jam beroperasi. Jadi ada 3 operator yang mengoperasikan mesin PWHT dalam periode 1 bulan. Dalam 1 Bulan ada 22 hari kerja. Rata-rata upah yang diberikan Rp Untuk 3 Operator Rp

19 55 Perhitungan upah perjam nya yaitu dalam 1 bulan, 22 hari x 24 jam : 528 jam, jadi biaya tenaga kerja langsung per bulan Rp / 528 jam : Rp ,5 /jam Dalam 1 kali operasi mesin PWHT membutuhkan kurang lebih 32 jam, didapat dari runtime (gambar 4.13) 1937 / 60 = 32. Diketahui: h : Jumlah jam setiap bulan : 22 hari x 24 jam : 528 jam Pt : Biaya tenaga kerja Per Jam : Rp / 528 jam : Rp ,5 /jam (3 Shift) R : waktu yang dibutuhkan 1 kali pengoperasian : / 60 : 32 Jam Tt : Total tenaga kerja langsung dalam 1 kali operasi mesin PWHT : Pt x R : Rp ,5 x 32 : Rp

20 56 Gambar 4.14 Hasil Print Screen RunTime (routing) PWHT Depresiasi Mesin PWHT Alokasi biaya yang tepat harus dilakukan di antara berbagai pos aktiva dan beban, misalnya dalam penetapan unsur harga perolahan mesin PWHT ini karena akan mempengaruhi perhitungan laba untuk serangkaian periode akutansi. Untuk itu agar dapat mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva dilakukan perhitungan Depresiasi mesin PWHT ini dengan salah satu metode perhitungan yaitu Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the year digits)

21 57 Langkah-langkah perhitungan: 1. Tentukan jumlah angka tahun (JAT) JAT = n ( n + 1) 2 2. Tentukan besar penyusutan Besar Penyusutan = AT x (HP-NS) JAT HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa/ residu AT= Angka tahun / umur ekonomis JAT = Jumlah angka Tahun Harga Perolehan (HP) Umur ekonomis Mesin PWHT 8 tahun, sementara itu nilai pembelian mesin PWHT sebagai berikut : Body Furnace : Rp Heating System & Lorry : Rp Jadi Total biaya pembelian Mesin PWHT yaitu Rp Rp = Rp Dikonversi ke dalam dollar (USD) Rp /Rp = $ Dengan rate Rp8.850 / 1 USD untuk FY2012

22 58 Gambar 4.14 Exchange Rate Business Plan FY2012 Nilai Sisa (NS) Nilai Residu Mesin PWHT disamakan dengan perhitungan mesin yang lain di PT.Komatsu Indonesia yang besarnya yaitu 15% dari nilai perolehan Mesin. Perhitungannya $ ,1 x 15% = $ ,2 Jumlah Angka Tahun (JAT) Masa ekonomis Mesin yaitu 8 tahun, ini di ambil dari pertimbangan Depreciation Standard Mesin IQT yang cara kerjanya hampir sama dengan PWHT, yang samasama sebuah mesin Heat Treatment. Gambar 4.16 Hasil Scan Depreciatoin Standard PT.Komatsu Indonesia

23 59 JAT = n ( n + 1) 2 = 8 ( 8 + 1) 2 = 36 Penentuan Besar Penyusutan Besar Penyusutan = AT x (HP-NS) JAT 1. 8 x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ , x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ , x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ , x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ , x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ , x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ , x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ , x ($ ,1 - $ ,2 ) = $ 8.697,4 36

24 60 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Depresiasi Mesin PWHT Tahun Dasar Depresiasi Sisa Umur Pecahan dalam tahun Depresiasi Nilai Buku $ , $ ,9 8 8/36 $ ,3 $ , $ ,9 7 7/36 $ ,9 $ , $ ,9 6 6/36 $ ,5 $ , $ ,9 5 5/36 $ ,1 $ , $ ,9 4 4/36 $ ,1 $ , $ ,9 3 3/36 $ ,2 $ , $ ,9 2 2/36 $ ,8 $ , $ ,9 1 1/36 $ 8.697,4 $ ,2 Jadi pada tahun 2012 nilai penyusutannya yaitu $ ,3 Dalam FY2012 Mesin PWHT digunakan 56 kali, sehingga biaya deprasiasi mesin PWHT untuk 1 kali operasi yaitu $ ,3 / 56 = $ 1.242,5 Dalam Rupiah $ 1.242,5 x Rp = Rp ,4 Metode perhitungan Metode yang digunakan yaitu metode Full Costing, berikut harga pokok produksi menurut metode Full Costing terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut : Biaya bahan baku (Gas) : Rp Biaya tenaga kerja langsung (Operator) : Rp Biaya overhead pabrik variable (Listrik) : Rp

25 61 Biaya overhead pabrik tetap (Depresiasi) : Rp Harga pokok produksi : Rp Jadi dalam 1 kali pengoperasian mesin PWHT harga pokok produksinya Rp dalam dollar yaitu Rp / Rp = USD $ 2.137,1 Standard yang dipakai oleh perusahaan berupa satuan jam. Perhitungannya sebagai berikut : Biaya 1 kali pengerjaan : USD $ Durasi 1 kali pengerjaan : 32 jam (gambar 3.14) Standard Cost = $ 2.137,1 / 32 = $ 66,8 / jam 4.5 Harga Jual Komponen Big Size Komponen Big Size merupakan komponen dari Unit Excavator PC3000 dan Excavator PC4000. Komponen yang menyusun Excavator PC3000 dan Excavator PC4000 bejumlah ribuan. Di PT.Komatsu Indonesia hanya memproduksi komponen-komponen yang besar saja. Contoh komponen yang dibuat di PT.Komatsu Indonesia yaitu Boom, Arm, Center Frame, Crawler Frame, Track Shoe dll. Semua komponen Big Size yang melewati proses di mesin PWHT hanya Boom dan Arm. Arm dan Boom sering attachment Unit PC3000/PC4000 Berikut dibawah ini harga Boom dan Arm Excavator PC3000 dan Excavator PC4000. Detail perhitungan ada di lampiran.

26 62 Tabel 4.5 Harga Boom dan Arm Excavator PC3000 dan Excavator PC4000 NO UNIT KOMPONEN HARGA 1 ARM BACKHOE $ BOOM BACKHOE $ PC ARM SHOVEL $ BOOM SHOVEL $ ARM BACKHOE $ BOOM BACKHOE $ PC ARM SHOVEL $ BOOM SHOVEL $

27

ANALISA STANDARD COST

ANALISA STANDARD COST TUGAS AKHIR ANALISA STANDARD COST PADA MESIN PWHT (POST WELD HEAT TREATMENT) DENGAN METODE FULL COSTING UNTUK PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DI PT.KOMATSU INDONESIA Diajukan Guna Melengkapi Sebagaian Syarat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. penyimpangan atau selisih standard cost setelah perhitungan sebenarnya dengan

BAB V ANALISA HASIL. penyimpangan atau selisih standard cost setelah perhitungan sebenarnya dengan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Penyimpangan Dalam penelitian ini penyimpangan yang dimaksudkan yaitu penyimpangan atau selisih standard cost setelah perhitungan sebenarnya dengan metode Full Costing dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai biaya produksi yang efektif dan efisien diperlukan suatu pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai biaya produksi yang efektif dan efisien diperlukan suatu pengendalian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi semakin berkembang, persaingan semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mesin PWHT (Post Weld Heat Treatment) PWHT adalah bagian dari process heat treatment yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk setelah proses welding-an

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA Nama : Fidhini Nurfidiah Firanti NPM : 33413439 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum 2.1.1. Definisi Hydraulic Excavator Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut (loading and unloading) suatu material

Lebih terperinci

BAHAN AJAR (HAND OUT)

BAHAN AJAR (HAND OUT) BAHAN AJAR (HAND OUT) Matakuliah : Tenologi Alat Berat SKS : 3 SKS Sub Bahasan : Pengenalan komponen dan pengenalan sistem excavator Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif Kode : OTO 017 Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern sehingga persaingan akan pasar menjadi semakin kompetitif, setiap

BAB I PENDAHULUAN. modern sehingga persaingan akan pasar menjadi semakin kompetitif, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era global seperti saat ini dimana sektor industri semakin maju dan modern sehingga persaingan akan pasar menjadi semakin kompetitif, setiap pelaku bisnis yang

Lebih terperinci

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TANGGAL 4 MEI 1998 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK No. Golongan Batas Daya Keterangan Tarif 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Pengertian biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi, dalam bukunya akuntansi Biaya ialah sebagai berikut : - Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK No. GOLONGAN BATAS DAYA KETERANGAN 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah) 2. S-2/TR 250 VA s.d 200 kva Tarif S-2

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 44 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. XYZ adalah salah satu perusahaan yang begerak di bidang manufaktur pembuatan sepeda motor di Indonesia dengan kepemilikan saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2010:7) Akuntansi Biaya ialah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk jasa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Istilah biaya (cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Berdasarkan teori yang ada istilah biaya (cost) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING TUGAS AKHIR PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING, MEDIUM TEMPERING DAN HIGH TEMPERING PADA MEDIUM CARBON STEEL PRODUKSI PENGECORAN BATUR-KLATEN TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bastian (2006:137) Biaya adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.

Lebih terperinci

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK.

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK. SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC 200-8 DI PT. UNITED TRACTORS TBK. Nama : Ricko Pramudya NPM : 26411117 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan, ST. MT Latar Belakang Penggunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya

Lebih terperinci

BAB 3 Objek Dan Metode Penelitian

BAB 3 Objek Dan Metode Penelitian BAB 3 Objek Dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT Maju Teknik Utama Indonesia yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat (divisi tabung)

Lebih terperinci

Penentuan Harga Jual Donat Toping Keju LAPORAN LABA RUGI BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Penentuan Harga Jual Donat Toping Keju LAPORAN LABA RUGI BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix ABSTRACT... x INTISARI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab 1.  PENDAHULUAN Bab 1 http://www.gunadarma.ac.id/ PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi biaya yang tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual yang sesuai dengan mutu produk tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup signifikan. Mengacu pada data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), sepanjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing perusahaan berupaya untuk menguasai pangsa pasar sebesar-besarnya guna memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Analisa Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Penentuan Harga Jual Screw Mixer dengan Metode Based Costing (ABC) System (Studi Kasus pada PT. Srikaya Putra Mas) Yulia Riski Lestari 1, Renanda Nia Rachmadita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya kendaraan bermotor dan alat transportasi yang diproduksi di Indonesia, semakin banyak pula jumlah spare part yang diproduksi sebagai pengganti komponen

Lebih terperinci

NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN

NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN LAMPIRAN I NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN 1 S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah). 2 S-2/TR 250 VA s.d 200 Tarif S-2 yaitu tarif untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2007:8 ) pengertian biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PROSES PERBAIKAN DAN PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (RE-MANUFACTURING AND MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK 200-8 di PT. MULTI HIDRACHROME INDUSTRI JAKARTA Laporan Kerja Praktek

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 14 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Metode Material Handling 4.1.1 Faktor Peralatan Material Handling yang digunakan Metode yang di gunakan untuk mengirim part dari part preparation ke Line Assembling Engine

Lebih terperinci

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Muniya Alteza Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya sbb: 1. Biaya-biaya pabrik (disebut pula biaya overhead pabrik) 2. Biaya-biaya distribusi (disebut pula biaya penjualan)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Perhitungan Menurut Perusahaan PT Yeong Shin Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang sub assy electronic part dan automotive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA 3.1 Sistem Kelistrikan Sejak tahun 1989 PT Maju Jaya melakukan kontrak pasokan listrik dari PLN sebesar 865 KVA dengan tegangan kerja 20 KV, 3 phasa. Seluruh sumber listrik

Lebih terperinci

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA DAFTAR ISI BAB I KINERJA INDUSTRI ALAT BERAT 1 1.1. KINERJA SAAT INI 1 Grafik 1.1. Produksi dan Pertumbuhan Produksi Alat Berat di Indonesia, 2006

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 3.1 Definisi Excavator secara umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut suatu material (tanah, batubara, dan

Lebih terperinci

VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR

VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR Ada tiga kegiatan utama dalam usaha manufaktur yaitu produksi, penjualan dan administrasi/umum. Lebih kompleks dibandingkan perusahaan jasa dan dagang sehingga perlu

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki total konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi. Konsumsi bahan bakar tersebut digunakan untuk menjalankan kendaraan seperti kendaraan bermotor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari mulai banyaknya merek dunia yang masuk ke pasar Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Komatsu Reman Indonesia (KRI) merupakan salah satu perusahaan remanufacturing Komponen alat-alat berat

Lebih terperinci

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets) BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets) Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian aktiva tetap berwujud 2. Menerangkan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK JUDUL PENELITIAN STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Oleh : IRAWAN SUDARSONO Nrp. 3106 207 713 1 Latar Belakang Timbulan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Tabel 4.1 Input Data Umum INPUT DATA UMUM Depresiasi Mesin (Tahun) 5 MARR 18% N Sisa 15% Inflasi 5% PPN 10% PPh 10% Kenaikan Upah/Th

Lebih terperinci

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat signifikan dalam menentukan proses pelaksanaan pekerjaan tersebut dengan baik, benar, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA 1. Sudah berapa lama APP berdiri? APP sudah berdiri selama 16 tahun, didirikan pada tanggal 25 April 1997 yang dibuat di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H agar dapat memproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Andini Sarana didirikan pada tanggal 31 Mei 1983 oleh Drg. John Takili dengan menempati sebuah garasi dengan beberapa mesin sederhana dan 6 orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini orang biasanya hanya memikirkan bagaimana memperbaiki pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis menemukan ada kajian yang

Lebih terperinci

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai. AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR Perusahaan Manufaktur : Perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memperoleh barang dan jasa untuk diolah menjadi produk selesai dan menjual produk selesai yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada di perusahaan CV

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT.BINTANG KRISTAL ABADI

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT.BINTANG KRISTAL ABADI PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT.BINTANG KRISTAL ABADI Nama : Mega Putri Agustina NPM : 25213388 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Nida Nusaibatul Adawiyah, SE.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Komatsu Marketing and Support Indonesia (PT. KMSI) didirikan pada tanggal 1 July 2005 sebagai perusahaan modal asing sebesar $ 5.000.000

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Excavator 1 Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan material. Tujuannya adalah untuk membantu dalam melakukan pekerjaan yang sulit

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ROBOT DI WELDING LINE BCSB PT. GEMALA KEMPA DAYA

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ROBOT DI WELDING LINE BCSB PT. GEMALA KEMPA DAYA ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ROBOT DI WELDING LINE BCSB PT. GEMALA KEMPA DAYA Miftakhu Za im Universitas Bina Nusantara, Jln Kebon Jeruk Raya 27, Kemanggisan, Palmerah, 021 5345830, miftakhu_zaim@ymail.com,

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pengaruh Terhadap Laba PT. United Tractors Tbk

Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pengaruh Terhadap Laba PT. United Tractors Tbk Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pengaruh Terhadap Laba PT. United Tractors Tbk Yelliana Ela Vita Kusumaningsih 28210616 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma 2010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva

1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK GOLONGAN KETERANGAN TR/TM/TT *) 1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva Golongan tarif untuk keperluan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang juga diiringi dengan laju pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan manusia dalam hal ketersediaan energi perlu ditingkatkan pula.

Lebih terperinci

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA BAB I KINERJA INDUSTRI ALAT BERAT 1 1.1. KINERJA SAAT INI 1 Grafik 1.1. Produksi dan Pertumbuhan Produksi Alat Berat di Indonesia, 2006 2016 2 Grafik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam industri manufakturing kita tidak terlepas dari cost dan profit,dimana tujuan sebuah perusahaan manufacturing adalah untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya

Lebih terperinci

BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini akan membahas mengenai pengumpulan dan pengolahan data, dimulai dari identifikasi dan analisis kerusakan boom top casting, proses improvement dan hasil dari

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Development Life Cycle (SDLC) model waterfall. Berdasarkan SDLC model

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Development Life Cycle (SDLC) model waterfall. Berdasarkan SDLC model BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pembuatan aplikasi dalam penelitian ini menggunakan konsep System Development Life Cycle (SDLC) model waterfall. Berdasarkan SDLC model waterfall yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari penjualan produk tersebut. Perusahaan harus memperhatikan nilai

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari penjualan produk tersebut. Perusahaan harus memperhatikan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan akan selalu berusaha mencapai efektivitas dan efisiensi produksi agar tercapai hasil yang optimal. Hal ini dilakukan agar perusahaan selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA MUHAJIR SORDIAN SUHARTA Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-06 Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P

Lebih terperinci

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL LAMPIRAN I DASAR LISTRI UNTU EPERLUAN PELAYANAN SOSIAL PRA BAYAR BATAS DAYA BIAYA PEMAAIAN DAN BIAYA kvarh (Rp/kVArh) 1. S-1/TR 220 VA - Abonemen per bulan (Rp) :14.800-2. S-2/TR 450 VA 10.000 Blok I :

Lebih terperinci