PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK PASIEN PASCA STROKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK PASIEN PASCA STROKE"

Transkripsi

1 TESIS (TM ) PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK PASIEN PASCA STROKE NAMA : Tri Andi Setiawan NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN SISTEM MANUFAKTUR JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

2 THESIS (TM ) DEVELOPMENT BICYCLE DESIGN FOR POST- STROKE PATIENTS By : Tri Andi Setiawan NRP : SUPERVISOR Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng MASTER PROGRAMME FIEL STUDY OF MANUFACTURING SYSTEM DEPARTEMENT OF MECHANICAL ENGINEERING FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE TECHNOLOGY SURABAYA 2014

3

4 PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK PASIEN PASCA STROKE Nama Mahasiswa : Tri Andi Setiawan NRP : Pembimbing : Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng ABSTRAK Beragam jenis dan model alat bantu terapi stroke telah diciptakan, salah satunya adalah sepeda terapi fisik roda tiga yang dirancang dengan tujuan selain sebagai alat bantu terapi fisik juga dirancang sebagai alat transportasi bagi pasien penderita pasca stroke, fungsi terapi difokuskan pada organ tangan dan kaki, yaitu dengan gerakan mengayun pada tangan dan gerakan mengayuh pada kaki, sepeda roda tiga produk existing memiliki dimensi dan berat yang besar, sehingga menyulitkan saat sepeda ini harus dibawa dan disimpan, serta radius beloknya yang besar membuat sepeda ini kurang efisien digunakan di area sempit, pada penelitian ini dilakukan pengembangan desain sepeda. Metode pengembangan yang digunakan adalah pengembangan produk terintegrasi, yaitu evaluasi terhadap produk existing melalui observasi dan wawancara kepada 10 responden, serta berdasarkan penelitian yang terkait masalah kebutuhan penderita pasca stroke terhadap alat bantu terapi fisik. Pada pengembangan ini dibuat 5 konsep sepeda yang selanjutnya dilakukan analisa fungsi dan kekuatan, kemudian dipilih berdasarkan kriteria dimensi umum, dimensi lipat, berat, radius belok, keamanan dan kenyamanan. Konsep terpilih selanjutnya dirancang lebih detail dan dibuat dokumen dalam bentuk gambar teknik. Dari penelitian ini dihasilkan sebuah desain sepeda roda tiga sebagai alat bantu terapi fisik dan alat transportasi bagi penderita pasca stroke yang memiliki dimensi yang lebih kecil, beratnya lebih ringan, bisa dilipat, sehingga mudah untuk dibawa dan disimpan di dalam bagasi mobil, serta memiliki radius belok yang lebih kecil. Dari rancangan alat terapi ini diharapkan dapat dijadikan reverensi dalam pembuatan alat bantu terapi fisik berupa sepeda roda tiga untuk penderita pasca stroke dalam terapi fisik dan peregangan otot. Kata kunci: alat bantu terapi fisik, pasca stroke, sepeda, transportasi iv

5 DEVELOPMENT BICYCLE DESIGN FOR POST-STROKE PATIENTS By : Tri Andi Setiawan Student Identity Number : Supervisor : Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng ABSTRACT Various types and models of stroke therapy aids have been created, one of which is physical therapy three-wheeled bike designed with purpose other than as a physical therapy tool is also designed as a means of transportation for people with post-stroke patients, therapy is focused on the function of the hands and feet organs, namely the rocking motion of the hand and foot pedaling motion, tricycle existing products have large dimensions and weight, so it's difficult when the bike should be taken and stored, as well as a large beloknya radius makes this bike less efficiently used in a narrow area, the study this made the development of bicycle design. The method used is the development of integrated product development, namely the evaluation of existing products through observation and interviews of 10 respondents, as well as related issues based on the research needs of the post-stroke patients to physical therapy aids. In the development of the concept bike that was made 5 further analyzed the function and strength, then selected based on the criteria of the general dimensions, folding dimensions, weight, turning radius, safety and comfort. Selected concepts in more detail subsequently designed and fabricated documents in the form of engineering drawings. From this study produced a tricycle design as a tool for physical therapy and a means of transportation for post-stroke patients who have smaller dimensions, weighs less, can be folded, making it easy to carry and stored in the trunk of the car, and has a turning radius smaller. From the design of this therapeutic tool is expected to be used in the manufacture reverensi physical therapy aids in the form of a tricycle for post-stroke patients in physical therapy and muscle stretching. Key words: aids physical therapy, post-stroke, bike, transportation v

6 Kata Pengantar Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga dapat terselesaikannya tesis yang berjudul PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK PASIEN PASCA STROK disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelas Magister Teknik pada program Studi Teknik Mesin, bidang keahlian Sistem Manufaktur, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Penulisan tesis ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan, dukungan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng selaku dosen pembimbing tesis ini. Terima kasih untuk waktu, masukannya, kritik, saran, dan motivasi yang telah diberikan, tanpa itu semua sampai sekarang saya tidak akan dapat menyelesaikan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA, Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, Msc., PhD dan Ir. Yusuf Kaelani, MSc. E yang telah bersedia menjadi dosen pembahas tesis ini. 3. Seluruh Dosen, staff dan karyawan dilingkungan Program Pasca Sarjana Teknik Mesin ITS. 4. Keluarga yang selalu memberi dukungan, do a dan semangat. 5. Teman-teman di Lab. (Lab. P-3), terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan saran-sarannya. 6. Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan tesis ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, Sebagai tanggung jawab atas segala kekurangan, penulis membuka diri untuk segala kritik dan masukan. Surabaya, Agustus 2014 Penyusun vi

7 DAFTAR ISI JUDUL PENELITIAN INDONESIA.... i JUDUL PENELITIAN INGGRIS..... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Stroke Rehabilitasi Pasca Stroke Analisa Beban dan Tegangan Teori Kegagalan Teori Tegangan Normal Maksimum (Rankie) Teori Tegangan Geser Maksimum (Tresca) Teori Kegagalan Regangan Normal maksimum (MNST) Faktor Keamanan Dasar Teori Dinamika Kendaraan Kinematika kendaraan belok vii

8 2.6.2 Dinamika kendaraan belok pada jalan datar Analisa skid Analisa guling Rapid Upper Limb Assesment (RULA) Teori Pengembangan dan Pemilihan Konsep Pengembangan Konsep Pemilihan Konsep BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur Kajian Produk Existing Identifikasi dan Penyusunan Daftar Kebutuhan Pembuatan Konsep Analisa Fungsi Analisa Kekuatan Rangka Pemilihan Konsep Perancangan detail komponen (konsep terpilih) Pembuatan Detail Gambar Teknik Kesimpulan dan Saran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Kajian Produk Existing Identifikasi dan Penyusunan Daftar Kebutuhan Pembuatan Konsep Alternatif Konsep Alternatif Konsep Alternatif Konsep Alternatif Konsep Alternatif Konsep Analisa Fungsi Fungsional viii

9 Analisa Konsep Analisa Konsep Analisa Konsep Analisa Konsep Analisa Konsep Operasional Analisa Konsep Analisa Konsep Analisa Konsep Analisa Konsep Analisa Konsep Analisa Kekuatan Rangka Analisa Rangka Konsep Analisa Rangka Konsep Analisa Rangka Konsep Analisa Rangka Konsep Analisa Rangka Konsep Pemilihan Konsep Berdasarkan Dimensi Umum Berdasarkan Dimensi Lipat Berdasarkan Berat Berdasarkan Radius Belok Berdasarkan Keamanan Berdasarkan Kenyamanan Penetapan Konsep Terpilih BAB 5 PERANCANGAN KOMPONEN SEPEDA UNTUK PASIEN PASCA STROKE 5.1 Komponen Sistem Penggerak Kayuh Tangan dan Kemudi Komponen No.1 (handlebar) Komponen No.2 (head tube) Komponen No.4 (pull rod) ix

10 5.1.4 Komponen No.8 (pedal rod) Komponen No.10 (Crank) dan No. 11 ( sprocket) Komponen No.12 (Rear axle) Komponen No.15 (pen) Komponen No. 20 (kokel) dan No.21 (Break levers) Komponen Sistem Penggerak Kayuh Kaki Komponen Pengaman (safety seats) Analisa Beban Dinamis Gaya-Gaya pada Rangka Evaluasi Rangcangan Konsep Terpilih BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENELITI x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Sepeda terapi fisik roda tiga (Rodika, 2013)... 1 Gambar 2.1 Rehabilitasi robotik untuk terapi stroke (Jezernik et al., 2004).. 7 Gambar 2.2 Virtual environment untuk terapi stroke (Edmans et al., 2006) 7 Gambar 2.3 Alat Terapi Treadmill... 8 Gambar 2.4 Alat Terapi Sepeda Statis... 8 Gambar 2.5. Sepeda RLF untuk Penderita Hemiparese Pasca Stroke... 9 Gambar 2.6 Sepeda roda tiga untuk pasien pasca stroke (Rodika, 2013) Gambar 2.7 Posisi titik berat Sepeda roda tiga (Rodika, 2013) Gambar 2.8 Detail komponen sepeda roda tiga (Rodika, 2013) Gambar 2.9 Beban terkonsentrasi Gambar 2.10 Beban terdistribusi Gambar 2.11 Klasifikasi beban berdasarkan lokasi aplikasinya Gambar 2.12 Kinematika Kendaraan Belok Tanpa Sudut Slip(Sutantra,2000)18 Gambar 2.13 Gaya dan momen pada kendaraan belok Gambar 2.14 Kendaraan Sederhana dengan Belok Datar (Sutantra, 2000).. 20 Gambar 2.15 RULA Employee Assessment Worksheet (McAtamney, 1993) Gambar 2.16 Faktor yg mempengaruhi pengembangan konsep(batan, 2012) 25 Gambar 2.17 Tahapan pemilihan konsep (Ulrich, 2003) Gambar 3.1 Diagram alir pengembangan sepeda untuk pasien pasca stroke 29 Gambar 4.1 Prototipe sepeda untuk pasien pasca stroke ( Rodika, 2013) Gambar 4.2 Dimensi utama sepeda untuk pasien pasca stroke ( Rodika, 2013)38 Gambar 4.3 Konsep Gambar 4.4 Skema konsep lipatan konsep Gambar 4.5 Konsep Gambar 4.6 Skema konsep lipatan konsep 2 (Top View) Gambar 4.7 Konsep Gambar 4.8 Mekanisme pengaturan panjang garpu (Top View) Gambar 4.9 Skema konsep lipatan konsep 3 (Top View) xi

12 Gambar 4.10 Konsep Gambar 4.11 Pengaturan posisi tempat duduk Gambar 4.12 Pengaturan tinggi kemudi Gambar 4.13 Pengaturan jarak pedal Gambar 4.14 Mekanisme lipat konsep Gambar 4.15 Konsep Gambar 4.16 Simulasi penggerak tangan Konsep Gambar 3.17 Simulasi posisi stand pose untuk terapi statis konsep Gambar 4.18 Mekanisme lipat konsep Gambar 4.19 Toolbar clash Gambar 4.20 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep Gambar 4.21 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Gambar 4.22 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep Gambar 4.23 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Gambar 4.24 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep Gambar 4.25 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Gambar 4.26 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep Gambar 4.27 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Gambar 4.28 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep Gambar 4.29 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Gambar 4.30 Simulasi sudut gerak kaki konsep Gambar 4.31 Simulasi sudut gerak tangan konsep Gambar 4.32 Simulasi sudut gerak kaki konsep Gambar 4.33 Simulasi sudut gerak tangan konsep Gambar 4.34 Simulasi sudut gerak kaki konsep Gambar 4.35 Simulasi sudut gerak tangan konsep Gambar 4.36 Simulasi sudut gerak kaki konsep xii

13 Gambar 4.37 Simulasi sudut gerak tangan konsep Gambar 4.38 Simulasi sudut gerak kaki konsep Gambar 4.39 Simulasi sudut gerak tangan konsep Gambar 4.40 Distribusi beban & pengikatan rangka depan dan belakang konsep Gambar 4.41 Simulasi tegangan rangka depan dan belakang konsep Gambar 4.42 Distribusi beban dan pengikatan rangka konsep Gambar 4.43 Simulasi tegangan rangka konsep Gambar 4.44 Distribusi beban dan pengikatan rangka konsep Gambar 4.45 Simulasi tegangan rangka depan konsep Gambar 4.46 Distribusi beban dan pengikatan rangka konsep Gambar 4.47 Simulasi tegangan rangka depan konsep Gambar 4.48 Distribusi beban dan pengikatan rangka belakang konsep Gambar 4.49 Desain rangka belakang dengan penopang pada daerah kritis 66 Gambar 4.50 Simulasi tegangan rangka belakang konsep Gambar 4.51 Simulasi berat rangka konsep Gambar 4.52 Simulasi berat rangka konsep Gambar 4.53 Simulasi berat rangka konsep Gambar 4.54 Simulasi berat rangka sepeda konsep Gambar 4.55 Simulasi berat rangka sepeda konsep Gambar 4.56 Derajat belok konsep Gambar 4.57 Posisi titik berat sepeda konsep Gambar 4.58 Derajat belok konsep Gambar 4.59 Posisi titik berat sepeda konsep Gambar 4.60 Derajat belok konsep Gambar 4.61 Posisi titik berat sepeda konsep Gambar 4.62 Derajat belok konsep Gambar 4.63 Posisi titik berat sepeda konsep Gambar 4.64 Derajat belok konsep Gambar 4.65 Posisi titik berat sepeda konsep Gambar 4.66 Simulasi kemungkinan cidera konsep Gambar 4.67 Simulasi kemungkinan cidera konsep xiii

14 Gambar 4.68 Simulasi kemungkinan cidera konsep Gambar 4.69 Simulasi kemungkinan cidera konsep Gambar 4.70 Simulasi kemungkinan cidera konsep Gambar 4.71 posisi titik berat sepeda konsep Gambar 4.72 posisi titik berat penegendara konsep Gambar 4.73 posisi titik berat penegendara konsep Gambar 4.74 posisi titik berat pengendara konsep Gambar 4.75 posisi titik berat pengendara konsep Gambar 4.76 Analisa RULA posisi diam konsep Gambar 4.77 Analisa posisi badan sisi kiri dengangerak mengayun Gambar 4.78 Analisa posisi badan sisi kanan dengan gerak mengayun Gambar 4.79 Analisa posisi badan sisi kiri saat belok Gambar 4.80 Analisa posisi badan sisi kanan saat belok Gambar 4.81 Analisa RULA posisi diam konsep Gambar 4.82 Analisa posisi badan sisi kiri saat belok Gambar 4.83 Analisa posisi badan sisi kanan saat belok Gambar 4.84 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Gambar 4.85 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Gambar 4.86 Analisa RULA posisi diam konsep Gambar 4.87 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Gambar 4.88 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Gambar 4.89 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kanan Gambar 4.90 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kiri Gambar 4.91 Analisa RULA posisi diam konsep Gambar 4.92 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Gambar 4.93 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Gambar 4.94 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kiri Gambar 4.95 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kanan Gambar 4.96 Analisa RULA posisi diam konsep Gambar 4.97 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Gambar 4.98 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Gambar 4.99 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kiri xiv

15 Gambar Analisa posisi belok sisi badan sebelah kanan Gambar 5.1 Ukuran Utama Sepeda Gambar 5.2 Penomeran nama bagian Gambar 5.3 Bentuk masing-masing komponen Gambar 5.4 Komponen sitem penggerak kayuh tangan & Kemudi Gambar 5.5 Head tube dan batang tuas kemudi Gambar 5.6 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan head tube Gambar 5.7 Distribusi beban dan pengikatan batang tarik Gambar 5.8 Simulasi tegangan batang tarik Gambar 5.9 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan tuas pedal Gambar 5.10 Roller chain definition Gambar 5.11 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan rear axle. 108 Gambar 5.12 Desain poros dan sambungan terhadap sprocket Gambar 5.13 Poros dan pasak Gambar 5.14 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan pen Gambar 5.15 Roda depan dan pedal sepeda roda tiga Gambar 5.16 Sepeda roda satu Gambar 5.17 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan fork leg Gambar 5.18 Simulasi proses naik dengan memanfatakan safety seats Gambar 5.19 Distribusi beban pengikatan dan simulasi tegangan safety seats Gambar 5.20 Pemodelan jalan berlubang (Chardy, 2007) Gambar 5.21 Penambahan peyangga rangka belakang Gambar 5.22 Simulasi Tegangan peyangga rangka belakang Gambar 5.23 Rangka Sepeda. A,B,C,D,E,F,G, adalah titik simpul Gambar 5.24 Diagram benda bebas pada titik A Gambar 5.25 Diagram benda bebas pada titik B Gambar 5.26 Diagram benda bebas pada titik E Gambar 5.27 Diagram benda bebas pada titik F Gambar 5.28 Radius putar sepeda Gambar 5.29 One way clutch roller bearing xv

16 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Detail Komponen Sepeda sepeda roda tiga (Rodika, 2013) Tabel 2.2 Jumlah Kayuhan kaki dalam Waktu 1 Menit responden pasca stroke Tabel 2.3 Peningkatan Jumlah Kayuhan Responden pasca Stroke Tabel 2.4 Tegangan tarik dan tekan pada material Tabel 2.5 Faktor keamanan pada material Tabel 2.6 Jangkauan nilai tingkat resiko cedera Tabel 2.7 Matrik penyaringan konsep (sketsa) Tabel 2.8 Matrik penilaian konsep Tabel 3.1 Matrik penilaian konsep Tabel 3.2 Dimensi konsep awal dan dimensi konsep lipat Tabel 3.3 Perbandingan dimensi Tabel 3.4 Kriteria keamanan Tabel 3.5 Analisa RULA posisi diam dan mengayuh Tabel 3.6 Analisa RULA posisi belok Tabel 4.1 Spesifikasi sepeda roda tiga Rodika (2013) Tabel 4.2 Daftar kebutuhan produk sepeda tertapi fisik Tabel 4.3 Simulasi sudut gerak badan Tabel 4.4 Dimensi umum masing-masing konsep Tabel 4.5 Dimensi umum dan dimensi lipat Tabel 4.6 Perbandingan dimensi dan volume lipat Tabel 4.7 Berat rangka masing-masing konsep Tabel 4.8 Kriteria keamanan Tabel 4.9 Analisa RULA posisi diam dan mengayuh Tabel 4.10 Analisa RULA posisi belok Tabel 4.11 Pemilihan konsep Tabel 5.1 Spesifikasi konsep terpilih Tabel 5.2 Spesifikasi komponen konsep terpilih Tabel 5.3 Rasio perbandingan kombinasi gigi xvii

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Gambar Kerja Sepeda Pasca Stroke Lampiran 2 Gambar Kerja Kemudi Lampiran 3 Gambar Kerja Head Tube Lampiran 4 Gambar Kerja As dan Gir Belakang Lampiran 5 Gambar Kerja Roda Depan Lampiran 6 Gambar Kerja Fork Leg Lampiran 7 Gambar Kerja Stand Pose Lampiran 8 Gambar Kerja Crank Lampiran 9 Gambar Kerja Tuas Ayun Tangan Lampiran 10 Gambar Kerja Swing Lampiran 11 Gambar Kerja Rangka Tengah dan Safety Seats Lampiran 12 Gambar Kerja Rangka Depan Lampiran 13 Gambar Kerja Rangka Belakang Lampiran 14 Gambar Kerja Rangka Belakang Side View Lampiran 15 Gambar Kerja Pecahan Lampiran 16 Gambar Kerja Rangka Belakang Rear View Lampiran 17 Gambar Kerja Rangka Belakang Top View Lampiran 18 Gambar Kerja Kokel Lampiran 19 Katalog Deep Groove Ball Bearing Lampiran 20 Katalog Kerja Metric Rod Bearing xix

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat seriusnya dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyakit stroke dan pentingnya penanganan yang harus dilakukan penderita pasca stroke melalui terapi fisik, pada tahun 2013 telah dilakukan perancangan suatu alat terapi fisik oleh Rodika (2013) yaitu sebuah sepeda yang dapat membantu penderita pasca stroke meregangkan otot sebagai alat bantu terapi pemulihan pasca stroke, berdasarkan uji jumlah kayuhan responden pasca stroke dalam 30 hari (1 bulan) menyatakan kenaikan persentase jumlah kayuhan setiap hari adalah; pada responden A adalah 7,33%, responden B adalah 5,28 %, responden C adalah 3,33 % dan responden D adalah 3,97 % (Riva i, 2013). Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa sistem kayuh mampu meningkatkan kinerja otot dan kordinasi gerak tubuh, sepeda roda tiga tersebut dapat juga digunakan penderita stroke melakukan mobilitas sendiri ke tempattempat tertentu, seperti ke rumah kawan, berkeliling di halaman rumah, ke lapangan, atau ke tempat umum lainya. Seperti terlihat pada gambar 1.1 berikut: Gambar 1.1 Sepeda terapi fisik roda tiga ( Rodika, 2013) Teknik Mesin FTI - ITS 1

19 Sepeda pasca stroke yang dibuat memiliki ukuran panjang 1937mm, lebar total 1010mm, dan tinggi total mencapai 905mm. Ukuran tersebut masih terlalu besar jika sepeda ini difungsikan untuk di daerah perkotaan yang mempunyai jalan sempit. Disamping itu radius belok sepeda besar, yaitu mencapai 3 meter, butuh lokasi yang luas untuk bisa memanfaatkan sepeda terapi ini. Rangkanya yang panjang dan lebar membuat sepeda ini cukup sulit dibawa ke lain lokasi, butuh kendaraan sejenis pickup untuk mengangkutnya, jika ingin diangkut menggunakan mobil keluarga sejenis MPV (Multi-Purpose Vehicle) sepeda ini harus dibongkar, dan membutuhkan waktu hampir 4 jam untuk merakit kembali, untuk membongkar pasang membutuhkan peralatan bongkar pasang, sepeda ini cukup berat karena terbuat dari baja tebal yaitu mencapai 30 kg untuk rangka saja, belum termasuk roda dan komponen lainya, untuk mengangkatnya dibutuhkan 2 sampai 3 orang. Desain kayuh pada tangan dihubungkan dengan rangkaian penggerak pada kayuh kaki, hal ini membuat sistem penggerak menjadi tumpang tindih satu sama lain, hal ini kurang efektif dan menimbulkan masalah saat pemakaian karena sistem kayuh kaki akan bergerak saat kayuh tangan digunakan, mengharuskan pemakai memindahkan kaki dahulu saat ingin menggunakan kayuh tangan. Perawatan dan perbaikanya komponenya juga tentunya akan lebih sulit. Untuk itu dikembangkan sepeda terapi roda tiga yang memiliki dimensi lebih kecil, ringan, bisa dilipat, sehingga mudah dibawa dan disimpan di bagasi mobil. Disamping itu sepeda yang dirancang harus memiliki radius belok yang kecil, sehingga dipakai di daerah perkotaan. Dari rancangan alat terapi ini diharapkan dapat dijadikan reverensi dalam pembuatan alat bantu terapi fisik berupa sepeda roda tiga untuk penderita pasca stroke dalam terapi fisik dan peregangan otot. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: Teknik Mesin FTI ITS 2

20 1. Bagaimana merancang sepeda roda tiga untuk pasien pasca stroke yang memiliki dimensi lebih kecil dari produk existing yaitu dibawah 1937mm x 1010mm x 905mm. 2. Bagaimana merancang sepeda roda tiga untuk pasien pasca stroke yang lebih ringan dari produk existing yaitu dibawah 30 kg. 3. Bagaimana merancang sepeda roda untuk pasien pasca stroke yang bisa dilipat sehingga mudah untuk dibawa dan disimpan. 4. Bagaimana merancang sepeda roda tiga yang memiliki radius belok lebih kecil dari produk existing yaitu dibawah 3m. 5. Bagaimana merancang sepeda roda tiga yang memiliki dimensi kecil, ringan, bisa dilipat, aman, nyaman dan dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu terapi fisik pasien pasca stroke. 6. Bagaimana melakukan seleksi konsep untuk menentukan konsep terbaik. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang ditetapkan agar dalam penulisan penelitian ini lebih terarah serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan adalah sebagai berikut: 1. Rancangan hanya pada rangka utama sepeda. 2. Sepeda terapi tidak dirancang di medan berat 3. Komponen standar tidak dirancang (memakai komponen yang tersedia di pasaran). 4. Sepeda terapi diperuntukkan bagi penderita stroke yang sudah mampu menyangga badan, dan mampu duduk. 5. Pengendara dengan tinggi antara cm (antropometri tubuh manusia Indonesia). 6. Pembebanan hanya diakibatkan oleh berat rangka sepeda dan pengendara yang diasumsikan sebesar 100 kg. 7. Analisa kenyamanan sepeda dilakukan dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment). 8. Tidak membahas biaya pada proses perancangan, pemesinan, dan fabrikasi. Teknik Mesin FTI - ITS 3

21 9. Tidak termasuk dalam proses pembuatan sepeda. 10. Tidak membahas desain dan proses perakitan. 1.4 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Merancang desain konsep sepeda yang memiliki dimensi yang lebih kecil dari produk existing yaitu dibawah 1937mm x 1010mm x 905mm. 2. Merancang sepeda roda tiga untuk pasien pasca stroke yang lebih ringan dari produk existing yaitu dibawah 30 kg. 3. Merancang sepeda roda untuk pasien pasca stroke yang bisa dilipat sehingga mudah untuk dibawa dan disimpan. 4. Merancang sepeda roda tiga yang memiliki radius belok lebih kecil dari produk existing dibawah 3m. 5. Merancang sepeda roda tiga yang memiliki dimensi kecil, ringan, bisa dilipat, aman, nyaman dan dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu terapi fisik pasien pasca stroke. 6. Untuk mengetahui cara melakukan seleksi konsep untuk menentukan konsep terbaik. Teknik Mesin FTI ITS 4

22 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Stroke Stroke atau yang dalam bahasa inggris dikenal dengan cerebrovascular accidnt (CVA) adalah suatu keadaan dimana suplai darah ke otak mengalamai gangguan. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di amerika serikat dan banyak negara industri di eropa(jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan dianggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicara. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak. Stroke berdasarkan patologi anatomi dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik, berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 3 jenis yaitu trombotik yang disebabkan oleh terbentuknya thrombus. Thrombus akan menyebabkan penggumpalan darah sehingga aliran darah tidak lancar atau terhenti. Jenis kedua adalah stroke embolik yang sebabkan oleh tertutupnya pembuluh arteri oleh pembekuan darah. Jenis ketiga adalah hipoperfusion sistemik yaitu berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung (Bastian, 2011). Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik berdasarkan lokasi terjadinya perdarahan terbagi menjadi dua yaitu hemoragik intraselebral dan hemoragik subaraknoid. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan di dalam jaringan otak disebut stroke hemoragik intraselebral. Stroke hemoragik subaraknoid disebabkan oleh perdarahan pada Teknik Mesin FTI - ITS 5

23 ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dengan lapisan jaringan yang menutupi otak (Bastian, 2011). 2.2 Rehabilitasi Pasca Stroke Dengan kemajuan teknologi, stroke lebih sering meninggalkan kecacatan dibanding kematian. Beban biaya yang harus ditanggung akibat stroke sangatlah besar bagi pasien dan keluarganya, tidak hanya berhenti sampai di situ saja efek dari penyakit stroke akan semakin berat setelahya, apa lagi penderita pasca serangan stroke meninggalkan cacat yang berat, penderita dan keluarga akan semakin terbebani, rehabilitasi yang dilakukan pada pasien stroke semakin lama akan semakin aktif disesuaikan dengan keadaan kesehatan pasien. Peranan keluarga sangat penting dalam program rehabilitasi stroke di rumah. Ketika penderita stroke sudah kembali ke rumah penderita stroke akan lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya dibandingan dengan terapis yang hanya datang beberapa jam ke rumah (Brass, 1992). Keberhasilan program rehabilitasi sangat tergantung pada peran terapis dan pelaksananya. Dua jenis teknologi yang banyak diteliti dalam upaya menciptakan rehabilitasi berbasis teknologi untuk melatih anggota gerak atas (upper limb) adalah rehabilitasi robotic dan virtual environment (Kwakkel et al.,2008; Burridge dan hughes,2010). Seperti terlihat pada Gambar 2.1, suatu alat terapi fisik dikembangkan oleh Jazernik et al. (2004). Disamping itu alat bantu tersebut berfungsi melatih penderita stroke supaya bisa berjalan kembali yang juga dirancang untuk penderita pasca stroke yang mengalami cedera tulang belakang. Teknik Mesin FTI ITS 6

24 Gambar 2.1 Rehabilitasi robotik untuk terapi stroke (Jezernik et al., 2004) Pada Gambar 2.2 diperlihatkan suatu metode terapi fisik yang dikembangkan oleh Edmans et al. (2006) dengan menggunakan interaksi tiga dimensi dengan mensimulasikan gerakan pasien yang disinkronkan dengan gerakan animasi dilayar computer, hal tersebut terlihat seolah olah pasien melakukan gerakan nyata. Gambar 2.2 Virtual environment untuk terapi stroke (Edmans et al., 2006) Alat terapi lain yang sudah diaplikasikan panda penderita pasca stroke adalah tredmill, treadmill merupakan salah satu alat olah raga kebugaran statis, merupakan alat olah raga yang menerapkan system kerja konveyor sehingga penderita stroke dapat berlatih berjalan, latihan berjalan yang terstruktur dan progresif menggunakan treadmill efektif membantu pasien yang yang terserang stroke dalam membangun kekuatan dan keseimbangan tubuh. Teknik Mesin FTI - ITS 7

25 Gambar 2.3 Alat Terapi Treadmill Sumber: Baru baru ini alat terapi yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah suatu alat terapi kayuh yang sangat sederhana, penderita hanya tinggal duduk di kursi dan alat terapi diletakkan di hadapan penderita, terapi sepeda statis ini dapat digunakan pada pasien yang sakit stroke saja melainkan diperuntukkan juga untuk penderita pengapuran, nyeri lutut, atau pasca kecelakaan untuk melatih kaki, lutut atau persendiannya. Seperti yang telihat pada gambar 2.4 alat ini dilengkapi dengan setelan berat / ringan kayuhan & pengatur panjang. dengan berat 4 kg dan ukuran 65 x 65 x 35 cm alat ini cukup ringan dan kecil. Gambar 2.4 Alat Terapi Sepeda Statis Sumber: Teknik Mesin FTI ITS 8

26 Pada tahun 2012 dirancang sepeda RLF untuk rehabilitasi kelemahan otototot hemiparase pasca stroke, dimana koordinasi kinerja fungsi kecepatan putaran pedal, pola rangsangan listrik, sudut penyulutan dan posisi geometri tubuh akan menggantikan peran kecerdasan otak penderita yang hilang. Selain itu terdapat pengaruh rangsangan listrik fungsional terhadap peningkatan kekuatan dan keserasian kaki mengayuh pada penderita hemiparese karena peran kecerdasan tiruan sepeda RLF sebagai pengganti peran otak pada orang sehat. Gambar 2.5 Sepeda RLF untuk Penderita Hemiparese Pasca Stroke Sumber: Variasi-RLF-Terhadap-Penderita-Hemiparese-7970-id.html Pada tahun 2013 dirancang suatu sepeda roda tiga oleh Rodika, sepeda didesain dengan dua roda di depan dan satu roda dibelakang. Dilengkapi dengan pedal kayuh, dimana posisi kaki pengendara berada agak ke depan dan pergerakan kaki dengan cara dikayuh, transmisi menggunakan rantai dan sproket bertingkat. Selain menggunakan kaki sepeda ini juga dapat menggunakan tangan sebagai pengayuh, dimana posisi tangan berada pada tuas stang dan pergerakannya dengan cara menarik tuas dan mendorongnya, untuk pergerakan belok dengan cara menggerakkan tuas kekanan dan ke kiri, transmisi menggunakan tuas dan eksentrik serta diteruskan rantai dan sprocket. Teknik Mesin FTI - ITS 9

27 Gambar 2.6 Sepeda roda tiga untuk pasien pasca stroke (Rodika, 2013) Titik berat pengendara pada sepeda ini berada pada jarak 843 mm dari permukaan tanah, 830 mm dari sumbu roda depan dan 584 mm dari sumbu roda belakang, seperti terlihat pada gambar berikut; W h=843 Wf a=830 b= Wr Gambar 2.7 Posisi titik berat Sepeda roda tiga (Rodika, 2013) Teknik Mesin FTI ITS 10

28 Gambar 2.8 Detail komponen sepeda roda tiga (Rodika, 2013) Tabel 2.1 Detail Komponen Sepeda sepeda roda tiga No Nama Komponen Jumlah Keterangan 1 Rangka 1 2 Roda Belakang 1 26 inch 3 Roda Depan 2 20 inch 4 Sadel 1 5 Tuas Kemudi 1 6 Pedal Kayuh 1 Untuk ukuran roda 26 7 Dudukan Tuas Kemudi 1 8 Shockbreker 1 Untuk ukuran roda 26 9 Plat Eksentrik 1 10 Sproket Bertingkat 2 7 Tingkatan 11 Sproket Eksentrik 1 5 Tingkatan 12 Tuas Belok 1 13 Tuas Dudukan Roda Depan 1 14 Tuas Eksentrik 1 15 Rem Pack 1 Untuk ukuran roda Poros Dudukan Sproket 1 Untuk ukuran roda Tuas Penerus Belok 1 18 Tuas Penerus Kemudi 1 19 Bearing 4 Untuk ukuran roda Poros Penerus Eksentrik 1 Sumber: Rodika, 2013 Berdasarkan uji kayuhan kaki pada responden pasca stroke oleh Riva i (2013) Secara umum dapat dikatakan, bahwa sepeda yang dirancang bermanfaat bagi penderita pasca stroke, dari hasil yang ditunjukan oleh Tabel 2.2 dimana semakin lama kecepatan kayuh semakin naik, hal ini dapat dikatakan setelah ada Teknik Mesin FTI - ITS 11

29 kemajuan kesehatan pada pependerita pasca stroke, dimana dengan latihan tersebut otot-otot dan kekakuan tubuh (badan) penderita sudah mulai menurun. Tabel 2.2 Jumlah Kayuhan kaki dalam Waktu 1 Menit responden pasca stroke Responden pasca stroke Percobaan ke Jumlah kayuhan (putaran/menit) A B C D , , , Sumber: Riva i, 2013 Tabel 2.3 Peningkatan Jumlah Kayuhan Responden pasca Stroke Responden Jumlah kayuhan (per menit) Awal Akhir Kenaikan (%) Keterangan A B ,33 C D ,05 Sumber: Riva i, 2013 Rata-rata kenaikan jumlah kayuhan setiap hari dalam 30 hari (1 bulan ) adalah 7,33% Rata-rata kenaikan jumlah kayuhan setiap hari dalam 30 hari (1 bulan ) adalah 5,28% Rata-rata kenaikan jumlah kayuhan setiap hari dalam 30 hari (1 bulan ) adalah 3,33% Rata-rata kenaikan jumlah kayuhan setiap hari dalam 30 hari (1 bulan ) adalah 3,97% Teknik Mesin FTI ITS 12

30 2.3 Analisa Beban dan Tegangan Analisa beban berdasarkan daerah pembebanan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu beban terkonsentrasi dan beban terdistribusi, beban terkonsentrasi adalah beban yang diaplikasikan pada daerah yang sangat kecil di bandingkan dengan luas komponen yang dibebani, dapat diidealisasikan menjadi beban terkonsentrasi pada suatu titik, seperti pada Gambar 2.9, dan pada Gambar 2.10 memperlihatkan gambar beban yang terdistribusi terdistribusi pada daerah tertentu, Berdasarkan lokasi dan metoda aplikasi beban serta arah pembebanan, beban dapat diklasifikasikan menjadi: beban normal, beban geser, beban lentur, beban torsi, dan beban kombinasi. Ilustrasi masing-masing beban ini ditunjukkan pada gambar 2.11 Gambar 2.9 Beban terkonsentrasi Gambar 2.10 Beban terdistribusi Teknik Mesin FTI - ITS 13

31 Gambar 2.11 Klasifikasi beban berdasarkan lokasi aplikasinya: (a) normal tarik, (b) normal tekan, (c) geser,(d) lentur, (e) torsi, (f) kombinasi Sumber: Teori Kegagalan Kegagalan pada suatu elemen mesin dapat terjadi dalam berbagai wujud seperti misalnya yielding, retak, patah, scoring, pitting, korosi, aus, dan lain-lain. Agen penyebab kegagalan juga bermacam-macam seperti misalnya salah design, beban operasional, kesalahan maintenance, cacat material, temperatur, lingkungan, waktu, dan lain-lain Teori Tegangan Normal Maksimum (Rankine) Teori berdasarkan hasil eksperimen insinyur inggris W. J. M. Rankine (1857) sehingga disebut juga teori Rankine, kegagalan suatu material terjadi bila tegangan normal maksimum mencapai suatu harga tegangan luluh atau tegangan patahnya, tanpa memperhatikan tegangan utama (principal stess) lainya, kriteria ini cocok untuk material getas (brittle materials), Sesuai dengan teori ini, jika luluh dianggap gagal dan material mempunyai tegangan yield tarik S yt dan tegangan yield tekan S yc serta faktor keamanan adalah N maka akan terjadi kegagalan bila: S yt t maksimum (2.1) N Teknik Mesin FTI ITS 14

32 S c maksimum N yc (2.2) dengan patah dianggap gagal maka: Sut t maksimum N (2.3) Suc c maksimum N (2.4) dimana: σ t = Tegangan tarik maksimum desain σ c = Tegangan tekan maksimum desain S ut = Tegangan tarik maksimum material S uc = Tegangan tekan maksimum material N = Faktor keamanan Tabel 2.4 Tegangan tarik dan tekan pada material Material Ultimate Strength, MPa Yield Strength, MPa Tensile Shear Tensile Shear Aluminium alloy 2014-T (extruded) 6061-T Cast iron Gray Malleable Magnesium alloy, AM 100A % Carbon (hot 450 roller) % Carbon (hot 690 Steel roller) % Carbon 825 (quenched) % Ni, 0.4% C Sumber: E.P. Popov, 1981 Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan dari suatu bagian mesin. Misalnya sebuah mesin diberi efek yang disebut sebagai F, diumpamakan bahwa F adalah suatu istilah yang umum dan Teknik Mesin FTI - ITS 15

33 bisa saja berupa gaya. Kalau F dinaikkan, sampai suatu besaran tertentu, sedemikian rupa sehingga jika dinaikkan sedikit saja akan mengganggu kemampuan mesin tersebut, untuk melakukan fungsi secara semestinya Teori Tegangan Geser Maksimum (Tresca) Teori ini pertama kali di kemukakan oleh C.A. Coulomb(1773) dan kemudian oleh H.Tresca (1864), teori ini menyatakan bahwa suatumaterial yang mendapatkan beban tegangan biaxial atau tegangan triaxial dinyatakan gagal bila tegangan geser maksimum yang terjadi pada titik mencapai tegangan luluh geser dari material tersebut. (2.5) Teori Kegagalan Regangan Normal Maksimim (Maximum Normal Strain Theory) Disebut sebagai teori kegagalan St.Vernant karena pertama kali diusulkan oleh Barre de St.Vernant (1855). Menyatakan bahwa material akan gagal bila regangan normal maksimum yang terjadi melewati harga limit regangan normal material hasil tes standar. Teori ini baik dipergunakan pada porselin, beton, desain senjata dan silinder berdinding tebal. 2.5 Faktor Keamanan Penentuan Faktor keamanan digunakan untuk mengevaluasi agar perancangan elemen mesin terjamin keamananya dengan dimensi umum yang didefinisikan sebagai sebagai perbandingan antara tegangan maksimum dengan beban yang dirancang. (2.6) Teknik Mesin FTI ITS 16

34 Dalam desain konstruksi mesin, besarnya angka keamanan harus lebih besar dari 1 (satu). Faktor keamanan diberikan agar desain konstruksi dan komponen mesin dengan tujuan agar desain tersebut mempunyai ketahanan terhadap beban yang diterima. Pemilihan SF harus didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut : Jenis beban Jenis material Proses pembuatan / manufaktur Jenis tegangan Jenis kerja yang dilayani Bentuk komponen Dan faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan faktor keamananyaitu: 1. Ketahanan sifat-sifat pada material selama proses pembebanan. 2. Kehandalan pada saat menerima pembebanan. 3. Tingkat pembebanan. 4. Tingkat kurangnya umur komponen saat terjadi kegagalan. 5. Kerugian material bila terjadi kegagalan. Penentuan faktor keamanan haruslah cermat karena tingginya faktor keamanan akan menyebabkan besarnya dimensi komponen dan borosnya material dilain pihak faktor keamanan yang rendah menyebabkan besarnya resiko yang tidak diinginkan. Makin besar kemungkinan adanya kerusakan pada komponen mesin, maka angka keamanan diambil makin besar. Angka keamanan beberapa material dengan berbagai beban dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 17

35 Tabel 2.5 Faktor keamanan pada material ` Sumber: Thrower, Dasar Teori Dinamika kendaraan Dinamika kendaraan sesungguhnya amatlah rumit karena ia dapat menggambarkan perilaku gerak kendaraan, perilaku arah serta stabilitas arah kendaraan, kenyamanan kendaraan, dan keamanan kendaraan yang terkait dengan kecelakaan kendaraan pada saat jalan Kinematika kendaran belok Kondisi ideal dari kendaraan belok adalah disebut juga sebagai kondisi ackerman yaitu dimana pada semua roda tidak terjadi sudut slip, sehingga arah gerak dari roda sama dengan arah bidang putar dari roda. Gambar 2.12 Kinematika Kendaraan Belok Tanpa Sudut Slip (Sutantra, 2000) Keterangan: Teknik Mesin FTI ITS 18

36 O = pusat sumbu putar sesaat Rack = radius belok ideal (ackerman) (meter) Ѳi = sudut belok ideal (º) Β = sudut slip kendaraan (º) δ f = sudut steer rata-rata roda depan (º) Besarnya radius belok ideal (ackerman) secara sederhana dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (Sutantra, 2000): R ack = 57,29 (2.7) dimana: R ack a,b δ f : dalam satuan meter : dalam satuan meter : dalam satuan derajat Sudut side slip ( β ) dapat dihitung secara sederhana dengan menggunakan persamaan trigonometri (Sutantra, 2000). β = (2.8) Dinamika kendaraan belok pada jalan datar Dalam menganalisa dinamika kendaraan belok untuk menghindari kompleksitas yang dapat membingungkan, maka pada analisa awal ini kendaraan dianggap merupakan satu body kaku yang utuh tanpa ada pengaruh dari suspensi.lihat gambar. Teknik Mesin FTI - ITS 19

37 Gambar 2.13 Gaya dan momen pada kendaraan belok Sumber: Analisa Skid Jika terjadi Skid pada saat berbelok maka akan mengakibatkan kendaraan akan sulit untuk dikendalikan dan hal inilah yang sering mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Skid pada roda depan akan tidak terjadi jika gaya kesamping pada roda depan lebih kecil atau sama dengan gaya gesek yang mampu didukung oleh roda depan, begitu juga pada roda belakng Skid tidak akan terjadi jika gaya geseknya masih mampu menahan gaya kesamping yang terjadi. R Fc h W Fg µ t/2 t/2 µ Gambar 2.14 Kendaraan Model Sederhana dengan Belok Datar (Sutantra, 2000) Teknik Mesin FTI ITS 20

38 Analisa Skid Belok Datar Fc > Fg Dimana: = Kondisi kritis jika Fc = Fg (a) Jadi kecepatan maksimum yang diijinkan agar tidak skid adalah (2.9) Analisa guling Dimaksudkan untuk mencari kondisi terjadinya salah satu roda depan atau belakang atau satu roda belakang dan depan terangkat. Terangkatnya salah satu roda atau kedua roda tersebut adalah menunjukkan adanya kemungkinan kendaraan akan terguling. Dalam hal ini kendaraan dikatakan akan dapat mengalami bahaya terguling jika pada saat belok ada roda yang terangkat. Jika satu roda depan terangakat maka kendaraan dikatakan kendaraan dalam keadaan kritis akan terguling ke depan, untuk roda belakang yang terangkat maka dikatakan kritis akan terguling kebelakang, dan kalau roda depan dan belakang sudah ada yang terangkat maka kendaraan kritis akan terguling total. Kondisi guling akan bisa terjadi kalau roda kiri kendaraan mulai terangkat atau gaya normal pada roda kiri adalah 0 Dengan demikian kondisi guling akan terjadi jika: F c. h > W. t/2 (2.10) Kondisi kritis adalah jika: F c. h > W. t/2 (b) Teknik Mesin FTI - ITS 21

39 Jadi kecepatan maksimum yang diijinkan agar kendaraan tidak guling dapat dirumuskan sebagai berikut (Sutantra I Nyoman, 2000): (2.11) Analisa koefisien gesek roda dan jalan. Jika persamaan (a) dan (b) digabungkan akan didapat: µ.m.g.h = M.g.t/2 (2.12) Jadi koefisien gesek roda yang ideal antara ban dan jalan agar kendaraan terbebas dari skip atau guling adalah: = (2.13) 2.7 Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Rula (Rapid Upper Limb Assesment) adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengurangi terjadinya resiko yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang pada tubuh. RULA ditemukan oleh Dr. Lynn Mc Atamney dan Profesor E. Nigel Corlett pada tahun 1993 di Nothingham, Inggris. Faktor aktifitas yang akan mempengaruhi resiko cedera adalah sebagai berikut (McAtamney, 1993): 1. Posisi kerja yang tidak alami. 2. Pengulangan pekerjaan pada satu jenis otot 3. Penggunaan tenaga yang berlebihan 4. Posisi kerja otot yang static. 5. Terjadi kontak bagian tubuh dengan lingkungan ataupun peralatan kerja. 6. Metode/cara kerja 7. Jam kerja yang terlalu panjang. Pengukuran tingkat resiko cedera dapat dilakukan dengan mengukur postur dan posisi bagian tubuh seseorang dalam melakukan aktivitas kerja(mcatamney & Corlett, 1993), bagian tubuh adalah: Teknik Mesin FTI ITS 22

40 1. Lengan (lengan atas) 2. Siku tangan (lengan bawah) 3. Pergelangan tangan 4. Leher 5. Trunk 6. Kaki Pada Gambar 2.15 adalah gambar RULA Employee Assessment Worksheet yang digunakan untuk mencari skor dari postur dan posisi tubuh. Selanjutnya dari nilai nilai itulah yang digunakan sebagai dasar suatu benda dapat ditentukan nilai kenyamananya, apakah nyaman digunakan atau perlu dirancang ulang untuk dilakukan perubahan, analisa RULA dapat ditentukan menggunakan software seperti CATIA. Gambar 2.15 RULA Employee Assessment Worksheet (McAtamney, 1993) Teknik Mesin FTI - ITS 23

41 Dari hasil skor penilaian postur dan posisi badan selanjutnya nilai tersebut dapat dicari nilai grand score yaitu tingkatan yang bernilai 1 sampai 7 yang menunjukkan tingkat risiko cedera pada anggota tubuh bagian atas (upper limb), setelah itu grand score tersebut lalu diklasifikasikan menjadi 4 action level (McAtamney & Corlett, 1993) yaitu dapat di lahat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Jangkauan nilai tingkat resiko cedera Range Nilai Kemungkinan timbul cedera pada postur tubuh 1 dan 2 Diterima. Dibutuhkan penyelidikan lebih jauh dan mungkin saja perubahan 3 dan 4 diperlukan 5 dan 6 Dibutuhkan penyelidikan dan perubahan segera Dibutuhkan penyelidikan dan perubahan sesegera mungkin 7 (mendesak) Sumber: McAtamney, Action Level 1: yaitu grand score 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur masih dapat diterima selama tidak dipertahankan atau diulang untuk waktu yang lama. 2. Action Level 2: yaitu grand score 3 atau 4 menunjukkan bahwa dibutuhkan pengkajian lebih lanjut dan mungkin membutuhkan perubahan. 3. Action Level 3: yaitu grand score 5 atau 6 menunjukkan bahwa dibutuhkan pengkajian lebih lanjut dan dibutuhkan perubahan segera. 4. Action Level 4: yaitu grand score 7 menunjukkan bahwa dibutuhkan pengkajian dan perubahan sesegera mungkin (mendesak). 2.8 Teori Pengembangan dan Pemilihan Konsep Dalam pengembangan atau pemilihan konsep, konsep yang dimaksud adalah berupa desin produk, dapat berupa gambar susunan atau berupa sketsa yang dilengkapi dengan bagian-bagian utama jika memungkinkan disertai dengan cara kerja produk (Batan, 2012) Pengembangan Konsep Secara mendasar dapat dikatakan bahwa ada dua faktor yang mendasari pengembangan konsep, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal adalah faktor yang datang dari ide, keinginan, angan-angan, dan cita-cita desainer bersama tim, baik bidang produksi maupun kontrol kualitas, maupun bidang Teknik Mesin FTI ITS 24

42 pemasaran yang sering dimasukkan kedalam tim perancangan & pengembangan produk (Ulrich2003, Batan2006). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi keberadaan sebuah produk yang datang dari luar tim (perusahaan), misalkan seperti: konsumen, pasar, industri atau masyarakat, ahli perancangan produk, saat ini ada dua model pegembangan yang banyak diterapkan yaitu model kombinasi dan model morfologi. Gambar 2.16 Faktor yang mempengaruhi pengembangan konsep (Batan, 2012) Pemilihan Konsep Pemilihan konsep berdasarkan matrik keputusan dikembangkan oleh Suatrt pugh pada tahun 1980-an yang dikenal dengan metode seleksi pugh (pugh conception selection), metode ini dibagi menjadi dua bagian yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep, penyaringan konsep ditujukan untuk meruncingkan atau merampingkan jumlah konsep secara cepat dan selanjutnya mengembangkan menjadi konsep yang lebih baik untuk dievaluasi pada tahap penilaian konsep, sedangkan penilaian konsep ditujukan untuk memilih sebuah konsep menjadi konsep akhir atau konsep terpilih (Batan, 2012). Teknik Mesin FTI - ITS 25

43 Gambar 2.17 Tahapan pemilihan konsep (Ulrich, 2003) Menurut Ulrich (2003), ada 6 tahapan untuk menyaring konsep: Persiapan matrik seleksi Membuat rate konsep Membuat ranking konsep Membuat kombinasi dan pengembangan konsep Pemilihan satu atau lebih konsep, dan Penerimaan hasil dan proses selanjutnya Keenam tahapan tersebut dimasukkan kedalam matrik seleksi, untuk membandingkan satu konsep dengan konsep lainnya disarankan untuk membuat atau menetapkan konsep referensi. Ratekonsep untuk mengevaluasi sebuah konsep ditetapkan dengan nilai relatif konsep terhadap konsep referensi (produk eksisting) pada masing-masing kriteria dengan tanda (+, 0, -). Jika sebuah konsep: lebih baik daripada konsep referensi, pada evaluasi diberi tanda +; jika sama dengan konsep referensi diberi tanda 0; atau bila konsep baru lebih buruk daripada konsep referensi diberi tanda -. Tanda tersebut diberikan kepada masing-masing konsep untuk seluruh kriteria seleksi. Dari penjumlahan nilai konsep (jumlah tanda +,0 dan -), ditentukan nilai bersih konsep. Selanjutnya nilai tersebut digunakan untuk menentukan ranking masing-masing konsep (Batan,2012). Teknik Mesin FTI ITS 26

44 Tabel 2.7 Matrik penyaringan konsep (sketsa) Sumber: Batan, 2012 Sedangkan penilaian konsep adalah lanjutan dari langkah penyaringan dalam tahapan seleksi konsep. Bentuk matrik dalam penilaian konsep pada setiap kriteria harus diberi bobot yang sesuai dengan besarnya kepentingan masingmasing kriteria. Dari penilaian masing-masimg konsep dengan bobot kriteria yang ditetapkan, dapat dipilih konsep terbaik, yaitu konsep dengan nilai akhir paling tinggi, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.8 Matrik penilaian konsep Sumber: Batan, 2012 Teknik Mesin FTI - ITS 27

45 Pada langkah penilaian ini perlu dilakukan pemberian nilai pada konsep dengan nilai 1 sampai dengan 5. Semakin besar nilai, semakin baik konsep produk pada kriteria tertentu. Jika nilai konsep untuk masing-masing kriteriaadalah 3, berarti konsep baru sama dengan konsep referensi pada kriteria tertentu. Nilai 4 berarti konsep baru lebih baik daripada konsep referensi, dan nilai 5 menyatakan, bahwa konsep baru jauh lebih baik dari pada konsep referensi. Sebaliknya, nilai 2 menujukkan konsep baru pada kriteria tertentu lebih jelek daripada konsep referensi, dan nilai 1 menyatakan, bahwa konsep baru jauh lebih jelek daripada konsep referensi (Batan,2012). Teknik Mesin FTI ITS 28

46 BAB 3 METODA PENELITIAN Dalam penelitian ini, tahapan yang dilakukan dalam pengembangan desain produk sepeda pasien pasca stroke adalah sebagai berikut: Start Identifikasi dan perumusan masalah Studi literatur Kajian produk existing Identifikasi dan penyusunan daftar kebutuhan Pemilihan konsep berdasarkan: Dimensi umum Dimensi lipat Berat Radius belok Keamanan Kenyamanan Perancangan detail komponen (Konsep terpilih) Pembuatan detail gambar teknik Pembuatan konsep Analisa fungsi Kesimpulan dan saran Selesai Fungsi terpenuhi? Tidak Ya Analisa kekuatan Tidak Rancangan aman? Ya Gambar 3.1 Diagram alir pengembangan sepeda untuk pasien pasca stroke Teknik Mesin FTI - ITS 29

47 3.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya adalah upaya dalam pengembangan peralatan bantu terapi berupa sepeda roda tiga untuk penderita stroke. Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu alat terapi fisik sepeda roda tiga untuk penderita pasca stroke yang ringan, dapat dilipat, memiliki radius belok kecil, sehingga dapat dipindahkan dengan mudah dan dapat digunakan untuk terapi fisik pasien pasca stroke. 3.2 Studi literatur Studi literatur mencakup mengenai pendalaman pemahaman tentang penyakit stroke serta upaya dalam rehabilitanya dan berbagai konsep yang berhubungan dengan perancangan dan pengembangan produk untuk terapi fisik pasca stroke. 3.3 Kajian Produk Existing Kajian produk existing dilakukan pada sepeda terapi fisik pasca stroke guna mendapatkan data awal mengenai spesifikasi ukuran, fungsional, keamanan dan kenyamanan, produk existing yang dikembangkan adalah sepeda roda tiga yang dirancang dan dibuat oleh Rodika (2013). 3.4 Identifikasi dan Penyusunan Daftar Kebutuhan Daftar kebutuhan rancangan didapatakan dari observasi dan wawancara pada 10 responden, observasi dilakukan dengan meminta responden untuk mencoba sepeda rancangan Rodika (2013), kemudian responden diminta untuk memberikan tanggapan mengenai kenyamanan, kemudahan pengoperasian, fungsional serta responden diberi kesempatan untuk menyampaikan keinginan dari desain mengenai pengembangan sepeda terapi roda tiga yang akan datang. Selain itu daftar kebutuhan juga disusun berdasarkan reverensi dari sumbersumber lain yang relevan. Teknik Mesin FTI ITS 30

48 3.5 Pembuatan Konsep Berdasarkan daftar kebutuhan maka kemudian dirancang 5 konsep alternatif sepeda roda tiga yang diharapkan mampu memberikan terapi secara maksimal kepada pasien, dan dapat pula digunakan sebagai sarana hiburan dan alat bantu mobilitas bagi penderita. 3.6 Analisa Fungsi Analisa fungsi bertujuan untuk mengetahui apakah dari konsep yang dibuat dapat berfungsi atau tidak, yaitu secara fungsional (mekanisme gerak sepeda) maupun secara operasional (fungsi gerak sepeda terhadap pengendara). 3.7 Analisa Kekuatan Rangka Analisa kekuatan rangka bertujuan untuk mengetahui, apakah rangka pada konsep sepeda yang telah dirancang aman untuk digunakan, pembebanan rangka akibat beban pengendara yang di asumsikan sebesar 100 kg, analisa kekuatan rangka dilakukan dengan bantuan software CATIA, rangka dirancang menggunakan material steel, structural ASTM A-36, dengan modulus elastisitas 200 (10 9 N/m 2, Gpa) ultimate tensile strength sebesar 400 (10 6 N/m 2, Mpa) dan yield strength 250 (10 6 N/m 2, Mpa). Dari hasil simulasi akan didapatkan nilai tegangan maksimum yang terjadi pada rangka, maka setelah didapat hasil perhitungan tegangan von misesnya selanjutnya dilakukan evaluasi kegagalan material akibat pembebanan. Untuk mengevaluasi hasil rancangan digunakan persamaan 2.3, yaitu: σ t S ut N = Tegangan tarik maksimum desain = Tegangan tarik maksimum material = Faktor Keamanan Berdasarkan Tabel 2.2 untuk material baja lunak dengan mild shock, dalam perhitungan analisa tegangan, dimana faktor keamanan yang digunakan Teknik Mesin FTI - ITS 31

49 adalah 3, Perhitungan tegangan maksimum yang terjadi pada rangka depan adalah sebagai berikut: Untuk dapat melakukan analisa rangka tersebut perlu didefinisikan mengenai distribusi gaya maupun arah gaya beban yang terjadi pada rangka tersebut, pada sisi rangka yang menjadi titik tumpuan diberikan pengikatan, dan pada sisi rangka yang menjadi titik tumpuan diberikan pengikatan. 3.8 Pemilihan Konsep Dalam pemilihan konsep, kriteria konsep yang digunakan adalah dipilih yaitu berdasarkan: Dimensi umum, dimensi lipat, berat, radius belok, keamanan dan kenyamanan, berikut adalah tabel matrik penilaian untuk pemilihan konsep: Tabel 3.1 Matrik penilaian konsep Berdasarkan Dimensi umum Yaitu dengan membandingkan ukuran utama pada masing-masing konsep, ukuran yang dimaksud adalah panjang dan lebar total dari konsep. Teknik Mesin FTI ITS 32

50 Berdasarkan Dimensi Lipat Yaitu dengan membandingkan ukuran sepeda pada masing-masing konsep, ukuran yang dimaksud ukuran sepeda setelah dilipatan. Tabel 3.2 Dimensi konsep awal dan dimensi konsep lipat Selisih perbandingan dimensi sebelum dan sesudah dilipat digunakan untuk menentukan konsep lipatan paling baik, seperti pada Tabel 3.6 berikut: Tabel 3.3 Perbandingan dimensi lipat Berdasarkan Berat Dari masing-masing konsep akan dianalisa berat rangka tidak termasuk berat roda dan saddle, semua konsep dibuat dari material yang sejenis yaitu St. 37 dengan kekuatan tarik 370 N/mm N/mm 2, pada masing-masing konsep akan diberi skor berdasarkan urutan beratnya, nilai 4 untuk konsep dengan berat terkecil dan nilai 1 untuk konsep dengan berat terbesar. Berdasarkan Radius Belok Dari konsep yang telah dibuat selanjutnya pada masing-masing konsep dihitung besarnya radius belok, kemudian dibandingkan dari setiap konsep untuk Teknik Mesin FTI - ITS 33

51 memperoleh konsep dengan radius belok terkecil, pada masing-masing konsep akan diberi skor berdasarkan besar radius belok. Berdasarakan Keamanan Berdasarkan keamanan yaitu dengan melakukan analisa terhadap kemungkinan cidera badan akibat benturan, proses naik turun sepeda, resiko cidera akibat jatuh dan terhadap analisa kecepatan maksimal yang diijinkan agar sepeda tidak guling saat berbelok maksimal, data tersebut kemudian ditabelkan untuk memperoleh ranking konsep berdasarkan tingkat keamanan. Tabel 3.4 Kriteria keamanan Berdasarkan Kenyamanan Untuk menentukan besarnya nilai keamanan dan kenyamanan tersebut digunakan metede RULA (Rapid Upper Limb Assesment), analisa dilakukan pada kondisi pengendara diam, mengayuh dan berbelok, kemudian data dari masingmasing konsep di tabelkan untuk dibandingkan, seperti pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.9 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI ITS 34

52 Tabel 3.5 Analisa RULA posisi diam dan mengayuh Tabel 3.6 Analisa RULA posisi belok 3.9 Perancangan Detail Komponen (Konsep terpilih) Perancangan komponen bertujuan untuk menentukan dimensi termasuk bentuk detail dari suatu komponen, serta jenis material yang digunakan, pada tahapan ini semua komponen akan dirancang dan digambar sesuai dengan dimensi sesungguhnya, tahapan yang juga mencakup soal penentuan ukuran pipa serta plat yang digunakan pada rangka, untuk simulasi analisa kekuatan material rangka sepeda dilakukan dengan bantuan software CATIA V5. Pengujian struktur hanya dilakukan pada beban yang dihitung dari berat pengendara dan rangka sepeda secara statis, untuk komponen-komponen standard tidak dilakukan perhitungan ulang, spesifikasi mengikuti spesifikasi produk yang ada dipasaran. Teknik Mesin FTI - ITS 35

53 3.10 Pembuatan Detail Gambar Teknik Pada tahapan ini setelah produk dan komponen produk dirancang dan dianalisa, dari hasil tersebut kemudian digambar menjadi gambar kerja untuk siap dikerjakan, pembuatan detail gambar teknik tidak termasuk simbol dan lambang pengelasan Kesimpulan dan Saran Pada tahapan ini dari desain sampai hasil jadi produk akan dievaluasi guna memberikan masukan untuk penelitian dan pengembangan produk selanjutnya. Teknik Mesin FTI ITS 36

54 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Kajian Produk Existing Gambar 4.1 Prototipe sepeda untuk pasien pasca stroke ( Rodika, 2013) Sepeda yang dirancang Rodika (2013) dirancang dengan menempatkan dua roda di sisi depan dan satu roda di sisi belakang, sepeda ini dilengkapi dengan sistem perpindaan gigi rantai guna mengatur posisi saat sepeda ini digunakan di jalan tanjakan atau saat jalan datar, namun hal ini kurang efektif karena penderita pasca stroke lebih cenderung tidak memilih terapi di medan berat atau terapi dengan bersepeda berkecepatan tinggi, atau bahkan penderita tidak mampu untuk melakukan hal tersebut. Sepeda ini mempunyai ukuran utama dengan panjang total 1937mm, lebar total 1010mm, dan tinggi total 905mm, seperti terlihat pada Gambar 4.2, rangka utama produk existing menggunkan profile berbentuk pipa berdiameter 1 inch dengan ketebalan diatas 2 mm, material rangka adalah St. 37, dengan kekuatan tarik maksimumnya 370 N/mm N/mm 2, sepeda dirancang dapat dikendarai oleh orang Indonesia dengan tinggi badan 150 cm cm dan berat maksimum 100 kg. Teknik Mesin FTI - ITS 37

55 Gambar 4.2 Dimensi utama sepeda untuk pasien pasca stroke ( Rodika, 2013) Sepeda ini juga dilengkapi dengan sistem kayuh tangan yang memungkinkan bagi penderita pasca stroke menggerakkan sepeda dengan mengayuh dengan tangan atau tidak menggunakan pedal kaki, sistem kayuh ini dirangkai menjadi satu bagian dengan sistem kemudi, diketahui sepeda tersebut memiliki radius belok sebesar 2,9 m dengan titik berat pengendara berada pada jarak 843mm dari permukaan tanah, 830mm dari sumbu roda depan dan 584mm dari sumbu roda belakang, sepeda ini memiliki berat rangka sebesar 30kg dan batas kecepatan maksimum agar tidak guling adalah 14 km/jam, Tabel 4.1 berikut memperlihatkan data spesifikasi dari sepeda roda tiga Rodika (2013). Teknik Mesin FTI ITS 38

56 Tabel 4.1 Spesifikasi sepeda roda tiga Rodika (2013) 4.2 Identifikasi dan Penyusunan Daftar Kebutuhan Jika dikutip dari majalah kedokteran Indonesia Volume 59 No. 2 januari 2009 menjelaskan bahwa Dalam rehabilitasi medis, istilah fungsi merujuk pada kemampuan/ketrampilan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, aktivitas hiburan atau hobi, pekerjaan, interaksi sosial dan perilaku lain yang dibutuhkan. Jadi dapat dikatakanan terapi fisik pasien pasca stroke tidak ditujukan pada pelatihan otot saja melainkan lebih ke sensomotorik untuk kordinasi gerakan tubuh, karena stroke merupakan ganguan sistem saraf pusat yang mengganggu sistem kerja fungsional pada organ tubuh manusia, disebabkan rusaknya otak dalam mengirim informasi ke saraf anggota tubuh yang digunakan untuk mengontrol otot untuk bergerak. Untuk mendapatkan daftar kebutuhan rancangan dilakukan observasi dan wawancara pada 10 responden, observasi dilakukan dengan meminta responden untuk mencoba sepeda rancangan Rodika (2013), kemudian responden di minta untuk memberikan tanggapan mengenai kenyamanan, kemudahan pengoperasian, fungsional serta responden diberi kesempatan untuk menyampaikan keinginan dari desain mengenai pengembangan sepeda terapi roda tiga yang akan datang, Pada observasi dan wawancara ini responden dipilih dari orang yang kondisi fisiknya normal, bukan penderita stroke, hal ini bertujuan untuk mendapatkan suatu alat terapi yang mengacu pada kondisi fisik secara normal, sehingga diharapkan pemakai (penderita stroke) perlahan akan terlatih memposisikan badan seperti orang normal, Hasil observasi dan wawancara dari ke sepuluh responden kemudian dijadikan dasar penyusunan dari pengembangan alat terapi fisik yang Teknik Mesin FTI - ITS 39

57 sudah ada, selain itu data yang di gunakan sebagai dasar penyusunan daftar kebutuhan juga dikutip dari penelitian yang pernah dilakukan Hariandja, (2013). Yaitu observasi dan wawancara kepada narasumber paramedis dan pasien penderita pasca stroke untuk identifikasi akan kebutuhan sistem rehabilitasi berbasis teknologi terjangkau untuk penderita stroke di Idonesia. Penderita stroke yang terlibat menjadi responden pada penelitian berjumlah 11 orang dan tenaga medis yang terdiri dari 2 orang dokter spesialis rehab medik, 1 orang dokter spesialis saraf, dan 3 orang terapis. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa terapi membutuhkan berbagai macam alat bantu sehingga ketersediaan alat bantu yang terbatas dapat menghambat proses terapi. Penderita stroke lebih merasa nyaman melakukan terapi di rumah tetapi ketersediaan biaya, tenaga terapi, dan keterbatasan pendamping latihan membuat proses terapi terhambat. Keterbatasan pendamping yang teridentifikasi adalah keterbatasan waktu dan keterbatasan pengetahuan, Hariandja (2013). Sehingga dari hasil wawancara kemudian dapat disusun daftar kebutuhan dari alat terapi yang merupakan pengembangan alat terapi Rodika (2013), uraian kebutuhan dikelompokkan menjadi 5 kriteria, masing-masing kriteria terdiri dari dua sampai empat tema kebutuhan, yang kemudian akan didefinisikan mengenai penanggung jawab pada masing-masing tema kebutuhan tersebut, dari penyusunan tema kebutuan akan ditentukan apakah tema kebutuhan tersebut menjadi sarat yang harus ada atau berhasil dalam pembuatan rancangan atau menjadi harapan yang sifatnya tidak wajib untuk ada atau berhasil. Dan adapun daftar kebutuhan dari kriteria konsep dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI ITS 40

58 Tabel 4.2 Daftar kebutuhan produk sepeda tertapi fisik DAFTAR KEBUTUHAN PRODUK SEPEDA TERAPI FISIK PASIEN PASCA STROKE S/H Uraian Kebutuhan 1. Model roda tiga (fungsi) : S a. Sepeda dapat dikendarai dengan duduk, layaknya seperti duduk di kursi biasa. S b. Sepeda memenuhi fungsi terapi, yaitu gerakan kaki dan gerakan pada tangan. H c. Sepeda tetap dalam kondisi seimbang jika pengendara melakukan gerakan. S d. Sepeda dapat digunakan sebagai sarana transportasi untuk pindah tempat dan mempunyai radius belok dibawah 3 meter. H e. Bisa dilipat f. Ukuran kecil seingga masuk di bagasi mobil 2. Kekuatan dan Keamanan S a. Mampu menahan berat total 100kg. S b. Aman digunakan H c. Tidak mudah rusak 3. Ergonomis H a. Mudah dan Nyaman dikendarai H b. Resiko cidera kecil bagi pengguna H c. Mudah di parkir di segala tempat 4.Manufaktur dan Perakitan S a. Bisa dibuat S b. Bisa dirakit 5. Maintenance H a. Mudah di rawat dan di bersihkan H b. Mudah untuk direparasi H c. sparepart mudah didapat Keterangan: S : Sarat H: Harapan Penanggung jawab Semua Tim Tim Desain Tim Desain Tim Manufaktur Semua Tim Daftar kebutuhan produk sepeda terapi fisik pasien pasca stroke dijadikan acuan dalam pengembangan rancangan konsep sepeda yang telah dirancang oleh peneliti sebelumnya. Teknik Mesin FTI - ITS 41

59 4.3 Pembuatan Konsep Dari daftar kebutuhan maka dibuatlah konsep alternatif sepeda roda tiga yang diharapkan mampu memberikan terapi secara maksimal kepada pasien, dan dapat pula digunakan sebagai sarana hiburan dan alat bantu mobilitas bagi penderita, adapun konsep alternatif adalah sebagai berikut: Alternatif Konsep 1 Pada alternatif konsep 1 seperti terlihat pada Gambar 4.3 sepeda terapi dirancang dengan model tempat duduk seperti layaknya duduk di kursi, jadi pemakai akan merasa lebih nyaman saat mengendarai sepeda tersebut, sepeda ini dirancang dengan dua roda di depan dan satu roda di belakang, dua roda di depan digunakan sebagai roda kemudi dan satu roda di belakang digunakan sebagai roda penggerak. Gambar 4.3 Konsep 1 Desain dua roda di depan dan satu roda di belakang dipilih karena desain seperti ini dinilai lebih setabil saat dikendarai terutama, pada alternatif konsep satu ini sistem kemudi berada di bawah tempat duduk, dirancang dengan sistem saat pengendara menyondongkan atau memiringkan badanya ke sisi kiri maka roda akan berbelok ke arah kiri, begitu juga sebaliknya saat pengendara menyondongkan badanya ke sisi kanan maka roda akan berbelok ke arah kanan, sepeda ini digerakkan dengan mengayunkan kaki layaknya orang berjalan, hal ini akan memudahkan penderita stroke untuk berlatih karena model gerakan hampir menyerupai orang yang sedang berjalan, jika salah satu kaki mengalami gangguan Teknik Mesin FTI ITS 42

60 akibat serangan stroke maka gerakan mengayun bisa dibantu dengan tangan, karena pada model ini tangan berperan sebagai penggerak pada tuas yang ditarik ataupun didorong yang terhubung dengan tuas ayun pada kaki, alternatif konsep satu ini juga dirancang untuk bisa dilipat, sebagaimana konsep lipatan diperlihatkan seperti pada skema gambar berikut: Gambar 4.4 Skema konsep lipatan konsep 1 Dari ukuran utama sebelum dilipat, konsep satu memiliki ukuran dengan panjang total 1132 mm, lebar total 1066 mm dan tinggi total 938 mm, kemudian setelah dilipat sepeda ini mempunyai ukuran lipatan untuk panjang menjadi 975 mm, lebar 725 mm dan tinggi 1160 mm. Teknik Mesin FTI - ITS 43

61 4.3.2 Alternatif Konsep 2 Gambar 4.5 Konsep 2 Seperti pada konsep satu, konsep yang kedua ini juga menggunakan tiga roda, yaitu satu roda di belakang sebagai penggerak dan dua roda di depan sebagi roda kemudi, sepeda ini mempunyai konsep yang sederhana, penderita pasca stroke akan merasa lebih nyaman melakukan terapi, karena selain melakukan terapi penderita pasca stroke juga bisa memanfaatkan alat terapi untuk keperluan mobilitas, apakah itu jalan-jalan atau hanya sekedar berkeliling di halaman rumah, untuk memudahkan dalam operasional model sistem penggerak didesain seperti sepeda pada umumnya, yaitu dengan di kayuh, dan untuk sistem kemudi sepenuhnya dikendalikan oleh tangan, dengan menarik atau mendorong tuas kemudi sepeda akan berbelok sesuai keinginan, pengendalian sepeda apakah menggerakkan atau membelokkan akan secara otomatis melatih kembali sistem sensomotorik kordinasi gerakan organ badan yang sempat terganggu akibat serangan stroke, hal ini jika dilakukan secara benar diharapkan akan dapat mengembalikan fungsi kerja anggota tubuh seperti semula, atau paling tidak bisa mendekati normal sehingga penderita pasca serangan stroke bisa hidup mandiri tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain dan seperti yang di perlihatkan pada Gambar 4.6 sepeda alternatif konsep ke dua ini juga dirancang untuk bisa dilipat untuk memudahkkan saat penyimpanan atau pengangkutan, konsep lipatan ditunjukkan pada skema gambar berikut: Teknik Mesin FTI ITS 44

62 Gambar 4.6 Skema konsep lipatan konsep 2 (Top View) Ukuran utama sebelum dilipat, konsep dua memiliki ukuran dengan panjang total 1196 mm, lebar total 887 mm dan tinggi total 990 mm, kemudian setelah di lipat sepeda ini mempunyai ukuran lipatan untuk panjang menjadi 1196 mm, lebar 518 mm dan tinggi 990 mm Alternatif Konsep 3 Berbeda dengan konsep satu dan konsep dua yang didesain dengan menggunakan dua roda di depan dan satu roda di belakang, pada konsep yang ketiga ini didesain dengan satu roda berada di depan dan dua roda berada di belakang, konsep sepeda lebih rendah jika dibanding konsep satu atau dua, hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan pasien saat ingin menaiki sepeda tersebut dan merendahkan posisi titik berat untuk menghindari sepeda terguling saat melaju di tikungan, rangka utama sepeda konsep tiga dipilih menggunakan profil box dengan support profil berbentuk pipa, sepeda didesain lebih sederhana dengan kayuh kaki berada pada roda depan tanpa terhubung langsung dengan as roda tanpa memanfaatkan rantai atau sprocket, bentuk kemudi menyerupai kemudi Teknik Mesin FTI - ITS 45

63 sepeda pada umumnya begitupula bentuk saddle, seperti terlihat pada Gambar 4.7 sebagai berikut: Gambar 4.7 Konsep 3 Sepeda tersebut didesain dengan posisi saddle yang dapat digeser kedepan atau belakang, bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pemakai untuk mengatur jarak badan dengan kemudi. Begitu juga dengan posisi kayuh kaki yang dapat diatur disesuaikan dengan panjang kaki pemakai, seperti terlihat pada sekema gambar berikut: Gambar 4.8 Mekanisme pengaturan panjang garpu (Top View) Sepeda konsep tiga tersebut memiliki ukuran utama dengan panjang 1330 mm, lebar 1090 mm dan tinggi 890 mm. setelah dilipat sepeda ini memiliki ukuran lipatan dengan panjang 1200 mm, lebar 715mm dan tinggi 890 mm. dengan mekanisme konsep lipatan seperti terlihat pada gambar 4.9 berikut: Teknik Mesin FTI ITS 46

64 Gambar 4.9 Skema konsep lipatan konsep 3 (Top View) Alternatif Konsep 4 Pada alternatif konsep empat seperti pada Gambar 4.10 sepeda dirancang dengan menempatkan dua roda di depan dan satu roda di belakang, sepeda konsep empat ini disusun dengan rangka dari pipa baik pada rangka utama maupun rangka penopang, dengan model tempat duduk lebar dengan sandaran akan membuat pengendara merasa lebih nyaman. Gambar 4.10 Konsep 4 Tempat duduk pada konsep empat ini dirancang untuk bisa diatur untuk digeser ke depan mendekati posisi kemudi atau menjauhi posisi kemudi, hal ini akan membantu pengendara untuk mengatur jarak tempat duduk terhadap posisi kemudi, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.11, begitu juga untuk kemudi yang Teknik Mesin FTI - ITS 47

65 bisa diatur posisi ketinggianya bertujuan supaya pengendara bisa mengatur dan mencari sendiri posisi nyaman pada tangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.12, sedangkan untuk posisi kaki pada bagian crank arm juga dilengkapi pengaturan sehingga jarak kaki terhadap pedal bisa di sesuaikan dengan panjang kaki pengendara pada Gambar 4.13, dari pengaturan pengaturan yang bisa disesuaikan dengan keinginan pengendara, baik pada posisi tempat duduk, tinggi kemudi maupun posisi pedal menunjukkan bahwa sepeda ini lebih banyak untuk bisa digunakan dengan beragam ukuran tubuh manusia dibanding alternatif konsep satu, dua atau tiga. Gambar 4.11 Pengaturan posisi tempat duduk Gambar 4.12 Pengaturan tinggi kemudi Gambar 4.13 Pengaturan jarak pedal Secara umum sepeda konsep empat ini memiliki ukuran panjang total 1490 mm, lebar total 860 mm dan tinggi total 917 mm setelah dilipat sepeda ini memiliki ukuran hasil lipatan dengan panjang 878 mm, lebar 865 mm dan tinggi Teknik Mesin FTI ITS 48

66 870 mm, dengan mekanisme lipatan seperti yang di perlihatkan pada Gambar 4.14 sebagai berikut: (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) Gambar 4.14 Mekanisme lipat konsep 4 Pada gambar (a) diperlihatkan gambar pandangan isometri sepeda konsep empat, kemudian pada gambar (b) rangka belakang termasuk roda dilipat ke arah bawah sepeda dengan mekanisme engsel yang terletak di bawah tempat duduk, pada gambar (c) terlihat posisi tempat duduk di angkat ke atas dengan engsel yang berada di belakang tempat duduk, hal ini bertujuan untuk membuka ruang rongga yang berada di bawah tempat duduk untuk penempatan kemudi, diawali dengan menurunkan posisi kemudi seperti pada gambar (d) kemudian pada gambar (e) terlihat kemudi dilipat ke bawah posisi tempat duduk, setelah kemudi terlipat posisi tempat duduk bisa dikembalikan ke posisi semula yaitu pada gambar (f), selanjutnya crank arm beserta pedal dilipat ke ke arah tempat duduk seperti Teknik Mesin FTI - ITS 49

67 gambar (g), dan pada gambar (h) untuk memperkecil ukuran lipatan tempat duduk dirancang bisa di lepas Alternatif Konsep 5 Pada konsep lima sepeda dirancang dengan desain seperti terlihat pada Gambar 4.15 yaitu dengan menempatkan satu roda di depan dan dua roda dibelakang, roda di depan sebagai roda kemudi dan sekaligus sebagai roda penggerak karena pedal kayuh berada dalam satu sistem yang terhubung langsung dengan poros roda depan, sepeda ini tidak hanya digerakkan oleh pedal kaki saja melainkan untuk bergerak bisa dengan mengayunkan kemudi ke depan dan ke belakang seperti pada Gambar 4.16 sebagai berikut: Gambar 4.15 Konsep 5 Gambar 4.16 Simulasi penggerak tangan Konsep 5 Selain itu sepeda ini juga dilengkapi dengan stand pose yang dipasang pada roda garpu depan dengan tujuan supaya sepeda ini juga bisa dimanfaatkan sebagai terapi statatis, baik di dalam ruangan maupun di halaman rumah. Teknik Mesin FTI ITS 50

68 Gambar 4.17 Simulasi posisi stand pose untuk terapi statis konsep 5 Sepeda konsep lima tersebut memiliki ukuran utama dengan panjang 1477 mm, lebar 650 mm dan tinggi 989 mm. setelah dilipat sepeda ini memiliki ukuran lipatan dengan panjang 1130 mm, lebar 650 mm dan tinggi 778 mm. dengan mekanisme konsep lipatan seperti terlihat pada gambar 4.18 berikut: Gambar 4.18 Mekanisme lipat konsep 5 Teknik Mesin FTI - ITS 51

69 4.4 Analisa Fungsi Fungsional Secara fungsional yaitu dengan melakukan analisa pada mekanisme gerak sepeda, meliputi gerak belok kemudi dan gerak kayuh pedal, dengan memanfaatkan analisa fungsi toolbar clash pada software CATIA seperti terlihat pada Gambar 4.19, fungsi tersebut digunakan untuk membatasi gerak simulasi kinematik dari mekanisme suatu sistem, jika dalam mekanisme gerakan baik gerak belok pada sistem kemudi dan mekanisme gerak berputar pada pedal terjadi persinggungan terhadap komponen lain akan segera terdeteksi. Gambar 4.19 Toolbar clash Analisa Konsep 1 Pada konsep 1 untuk mekanisme gerak belok baru terjadi clash atau persinggungan tempat duduk terhadap rangka ketika sudah dibelokkan maksimal, dan dalam posisi bebas terhadap komponen lain, dan untuk sistem penggerak ketika tuas penggerak dan pedal kaki diayunkan tidak ada komponen yang berbenturan, hal ini dapat disimpulkan bahwa secara fungsi konsep satu bisa diaplikasikan. Gambar 4.20 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep 1 Teknik Mesin FTI ITS 52

70 Gambar 4.21 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Analisa Konsep 2 Pada konsep 2 kemudi berbentuk tuas dengan center tuas berada di bawah posisi tempat duduk, dari hasil simulasi gerak memperlihatkan bahwa mekanisme gerak kemudi bergerak bebas, baru pada saat kemudi dibelokkan maksimal terjadi persinggungan dengan tempat duduk, artinya mekanisme gerak kemudi konsep 2 bisa diaplikasikan. Gambar 4.22 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep 2 Untuk mekanisme gerak pedal konsep 2 juga tidak terjadi masalah, pedal dapat difungsikan tanpa mengalami benturan atau persinggungan terhadap komponen lain saat digunakan, seperti terlihat pada gambar berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 53

71 Gambar 4.23 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Analisa Konsep 3 Pada konsep 3 mekanisme gerak kemudi dan mekaisme gerak pedal dapat berfungsi tanpa mengalami persinggungan atau benturan dengan komponen lain, mekanisme gerak kemudi baru terjadi persinggungan ketika kemudi dibelokkan maksimal. Gambar 4.24 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep 3 Gambar 4.25 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep 3 Teknik Mesin FTI ITS 54

72 Analisa Konsep 4 Sama seperti konsep 1, 2 dan 3 konsep 4 memiliki desain mekanisme gerak belok kemudi dan gerak pedal yang dapat berfungsi, seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut: Gambar 4.26 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep 4 Gambar 4.27 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Analisa Konsep 5 Analisa fungsi gerak belok pada konsep 5 memperlihatkan bahwa baru ketika kemudi berada dalam kondisi belok maksimal mengalami persinggungan, sehingga dapat disimpulkan bahwa rancangan sistem kemudi konsep 5 berfungsi, sedangkan untuk analisa fungsi gerak pedal pada konsep 5 menyatakan bahwa pedal berfungsi dan tidak mengalami gangguan dari komponen lain saat dioperasikan, Gambar 4.29 menunjukkan posisi pedal saat berputar dan berada pada kondisi vertikal dan horisontal. Teknik Mesin FTI - ITS 55

73 Gambar 4.28 Analisa fungsi gerak kemudi posisi normal dan belok maksimal konsep 5 Gambar 4.29 Analisa fungsi pedal posisi vertikal dan horisontal konsep Operasional Secara operasional yaitu dengan melakukan analisa fungsi gerak sepeda terhadap pengendara, meliputi analisa persinggungan badan terhadap komponen sepeda, dan analisa mampu raih terhadap posisi kemudi untuk tangan dan pedal untuk kaki Analisa Konsep 1 Posisi pedal top Gambar 4.30 Simulasi sudut gerak kaki konsep 1 Teknik Mesin FTI ITS 56

74 Posisi berbelok Gambar 4.31 Simulasi sudut gerak tangan konsep 1 Dari hasil simulasi sudut gerak dapat diketahui posisi pedal maupun tuas tangan konsep 1 berada dalam jangkauan sudut kaki maupun tangan, jadi dapat disimpulkan konsep 1 memenuhi kriteria operasional Analisa Konsep 2 Posisi pedal top Gambar 4.31 Simulasi sudut gerak kaki konsep 2 Posisi berbelok Gambar 4.32 Simulasi sudut gerak tangan konsep 2 Teknik Mesin FTI - ITS 57

75 Dari hasil simulasi sudut gerak dapat diketahui posisi pedal maupun kemudi konsep 2 berada dalam jangkauan sudut kaki maupun tangan, jadi dapat disimpulkan konsep 2 memenuhi kriteria operasional Analisa Konsep 3 Posisi pedal top Gambar 4.34 Simulasi sudut gerak kaki konsep 3 Posisi berbelok Gambar 4.35 Simulasi sudut gerak tangan konsep 3 Dari hasil simulasi sudut gerak dapat diketahui posisi pedal maupun kemudi konsep 3 berada dalam jangkauan sudut kaki maupun tangan, jadi dapat disimpulkan konsep 3 memenuhi kriteria operasional Analisa Operasional Konsep 4 Posisi pedal top Gambar 4.36 Simulasi sudut gerak kaki konsep 4 Teknik Mesin FTI ITS 58

76 Posisi berbelok Gambar 4.37 Simulasi sudut gerak tangan konsep 4 Dari hasil simulasi sudut gerak dapat diketahui posisi pedal maupun kemudi konsep 4 berada dalam jangkauan sudut kaki maupun tangan, jadi dapat disimpulkan konsep 4 memenuhi kriteria operasional Analisa operasioanal konsep 5 Posisi pedal top Gambar 4.38 Simulasi sudut gerak kaki konsep 5 Gambar 4.39 Simulasi sudut gerak tangan konsep 5 Teknik Mesin FTI - ITS 59

77 Dari hasil simulasi sudut gerak dapat diketahui posisi pedal maupun kemudi konsep 5 berada dalam jangkauan sudut kaki maupun tangan, jadi dapat disimpulkan konsep 5 memenuhi kriteria operasional. Tabel 4.3 Simulasi sudut gerak badan 4.5 Analisa Kekuatan Rangka Analisa kekuatan rangka bertujuan untuk mengetahui, apakah rangka pada konsep sepeda yang telah dirancang aman untuk digunakan, pembebanan rangka akibat beban pengendara yang di asumsikan sebesar 100 kg, analisa kekuatan rangka dilakukan dengan bantuan software CATIA, rangka dirancang menggunakan material steel, structural ASTM A-36, dengan modulus elastisitas 200 (10 9 N/m 2, Gpa) ultimate tensile strength sebesar 400 (10 6 N/m 2, Mpa) dan yield strength 250 (10 6 N/m 2, Mpa). Dari hasil simulasi akan didapatkan nilai tegangan maksimum yang terjadi pada rangka, maka setelah didapat hasil perhitungan tegangan von misesnya selanjutnya dilakukan evaluasi kegagalan material akibat pembebanan. Untuk mengevaluasi hasil rancangan digunakan persamaan 2.3, yaitu: σ t S ut = Tegangan tarik maksimum desain = Tegangan tarik maksimum material Teknik Mesin FTI ITS 60

78 N = Faktor Keamanan Berdasarkan Tabel 2.2 untuk material baja lunak dengan mild shock, dalam perhitungan analisa tegangan, dimana faktor keamanan yang digunakan adalah 3, Perhitungan tegangan maksimum yang terjadi pada rangka depan adalah sebagai berikut: Untuk dapat melakukan analisa rangka tersebut perlu didefinisikan mengenai distribusi gaya maupun arah gaya beban yang terjadi pada rangka tersebut, pada sisi rangka yang menjadi titik tumpuan diberikan pengikatan, dan, pada sisi rangka yang menjadi titik tumpuan diberikan pengikatan Analisa Rangka Konsep 1 Gambar 4.40 adalah gambar rangka depan dan belakang konsep 1 dengan arah beban ditunjukkan dengan anak panah berwarna kuning, posisi pengikatan ditunjukkan dengan tanda pengikatan berwarna biru. Gambar 4.40 Distribusi beban & pengikatan rangka depan dan belakang konsep 1 Teknik Mesin FTI - ITS 61

79 Gambar 4.41 Simulasi tegangan rangka depan dan belakang konsep 1 Dari hasil perhitungan didapat tegangan maksimum pada rangka depan yaitu sebesar 2.11x10 7 N/m 2, dan rangka belakang sebesar 1.86x10 7, kedua nilai tersebut lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa desain rangka konsep 1 aman untuk digunakan Analisa Rangka Konsep 2 Gambar 4.42 adalah gambar rangka depan dan belakang konsep 2 dengan arah beban ditunjukkan dengan anak panah berwarna kuning, posisi pengikatan ditunjukkan dengan tanda pengikatan berwarna biru. Gambar 4.42 Distribusi beban dan pengikatan rangka konsep 2 Teknik Mesin FTI ITS 62

80 Gambar 4.43 Simulasi tegangan rangka konsep 2 Dari hasil perhitungan didapat tegangan maksimum pada rangka konsep 2 yaitu sebesar 3.34x10 7 N/m 2, nilai tersebut lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa desain rangka konsep 2 aman untuk digunakan Analisa Rangka Konsep 3 Gambar 4.44 adalah gambar rangka konsep 3 dengan arah beban ditunjukkan dengan anak panah berwarna kuning, posisi pengikatan ditunjukkan dengan tanda pengikatan berwarna merah.. Gambar 4.44 Distribusi beban dan pengikatan rangka konsep 3 Teknik Mesin FTI - ITS 63

81 Gambar 4.45 Simulasi tegangan rangka depan konsep 3 Dari hasil perhitungan didapat tegangan maksimum pada rangka konsep 3 yaitu sebesar 2.57x10 7 N/m 2, nilai tersebut lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa desain rangka konsep 3 aman untuk digunakan Analisa Rangka Konsep 4 Gambar 4.46 adalah gambar rangka konsep 4 dengan arah beban ditunjukkan dengan anak panah berwarna kuning, posisi pengikatan ditunjukkan dengan tanda pengikatan berwarna biru. Gambar 4.46 Distribusi beban dan pengikatan rangka konsep 4 Teknik Mesin FTI ITS 64

82 Gambar 4.47 Simulasi tegangan rangka depan konsep 4 Dari hasil perhitungan didapat tegangan maksimum pada rangka konsep 4 yaitu sebesar 3.54x10 7 N/m 2, nilai tersebut lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa desain rangka konsep 4 aman untuk digunakan Analisa Rangka Konsep 5 Pada konsep 5 analisa kekuatan rangka difokuskan pada desain rangka penopang roda belakang, karena pada rangka bagian depan merupakan rangka sistem lipat sehingga akan dianalisa lebih lanjut jika konsep ini terpilih, seperti diperlihatkan pada gambar berikut merupakan desain rangka belakang konsep 5 dengan titik berat berada pada titik 578.5mm dari sumbu roda depan, 415 mm dari sumbu roda belakang dengan tinggi 406.5mm dari sumbu roda. Gambar 4.48 Posisi titik berat Teknik Mesin FTI - ITS 65

83 Berdasarkan posisi titik berat tersebut dapat diketahui bahwa roda belakang menerima beban sebesar 55.3% dari berat total, atau 55.3 kg, nilai tersebut diketahui dari titik berat yang berada pada jarak 415.5mm dari sumbu roda belakang, jika diketahui jarak sumbu roda depan dan belakang adalah 994mm maka dapat diketahui persentase beban yang diterima pada roda belakang adalah 55.3%, berdasarkan analisa didapatakan nilai tegangan maksimum yang mampu diterima pada desain rangka tersebut masih berada di atas batas maksimum dari tegangan maksimum material yaitu sebesar 1,94x10 8 N/m 2, untuk menangani masalah tersebut langkah yang harus dilakukan adalah dengan memberikan penopang pada daerah kritis seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 4.49 Desain rangka belakang dengan penopang pada daerah kritis Setelah dilakukan analisa dengan adanya penambahan penopang tersebut didapatakan nilai tegangan maksimum sebesar 6,13 x10 7 N/m 2, nilai tersebut lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa desain rangka konsep 5 aman untuk digunakan. Teknik Mesin FTI ITS 66

84 Gambar 4.50 Simulasi tegangan rangka belakang konsep Pemilihan Konsep Dalam pemilihan konsep, kriteria konsep yang digunakan adalah dipilih yaitu berdasarkan: Dimensi lipat, berat, radius belok, keamanan dan kenyamanan, berikut adalah tabel matrik penilaian untuk pemilihan konsep: Berdasarkan Dimensi Umum Yaitu terkait dengan ukuran panjang dan lebar total dari masing-masing rancangan, panjang dan lebar akan menentukan luasan yang dibutuhkan dalam oprasional atau pemanfaatan sepeda, dimensi yang kecil akan lebih mudah digunakan diberbagai tempat dengan akses sempit, konsep 1 memiliki ukuran panjang 1132 mm, lebar 1066 mm dan tinggi 938 mm, konsep 2 memiliki ukuran panjang 1196 mm, lebar 887 mm dan tinggi 990 mm, konsep 3 memiliki ukuran panjang 1330 mm, lebar 1090 mm dan tinggi 890 mm, konsep 4 memiliki ukuran panjang 1490 mm, lebar total 860 mm dan tinggi total 917, sedangkan konsep 5 memiliki ukuran panjang 1477 mm, lebar total 650 mm dan tinggi 989 mm. Teknik Mesin FTI - ITS 67

85 Tabel 4.4 Dimensi umum masing-masing konsep Berdasarkan Dimensi Lipat Yaitu dengan membandingkan ukuran sepeda pada masing-masing konsep, ukuran yang dimaksud adalah ukuran utama dan ukuran sepeda setelah dilipatan, seperti pada Tabel 3.5 Tabel 4.5 Dimensi umum dan dimensi lipat Selisih perbandingan dimensi sebelum dan sesudah dilipat digunakan untuk menentukan konsep lipatan paling baik, yang diukur dari besarnya nilai volume lipatan terkait dalam ukuran penyimpanan seperti pada Tabel 3.6 berikut: Tabel 4.6 Perbandingan dimensi dan volume lipat Teknik Mesin FTI ITS 68

86 4.6.3 Berdasarkan Berat Dari masing-masing konsep akan dianalisa berat rangka tidak termasuk berat roda dan saddle, semua konsep yang dibuat dirancang menggunakan material sejenis yaitu St. 37 dengan kekuatan tarik 370 N/mm N/mm 2, analisa perhitungan berat disimulasikan berdasarkan model konsep yang telah dirancang, dengan dencity sebesar 7850 kg/m Berat konsep 1 Hasil simulasi 3D model konsep 1 didapatakan besar nilai dari berat rangka model konsep 1 yaitu sebesar kg, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.51 sebagai berikut: Gambar 4.51 Simulasi berat rangka konsep Berat konsep 2 Hasil simulasi 3D model konsep 2 didapatakan besar nilai dari berat rangka model konsep 2 yaitu sebesar 15 kg, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.52 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 69

87 Gambar 4.52 Simulasi berat rangka konsep Berat konsep 3 Hasil simulasi 3D model konsep 3 didapatakan besar nilai dari berat rangka model konsep 3 yaitu sebesar 19 kg, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.53 sebagai berikut: Gambar 4.53 Simulasi berat rangka konsep Berat konsep 4 Hasil simulasi 3D model konsep 4 didapatakan besar nilai dari berat rangka model konsep 4 yaitu sebesar kg, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.54 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI ITS 70

88 Gambar 4.54 Simulasi berat rangka sepeda konsep Berat konsep 5 Hasil simulasi 3D model konsep 5 didapatakan besar nilai dari berat rangka model konsep 5 yaitu sebesar kg, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.55 sebagai berikut: Gambar 4.55 Simulasi berat rangka sepeda konsep 4 Tabel 4.7 Berat rangka masing-masing konsep Teknik Mesin FTI - ITS 71

89 4.6.4 Berdasarkan Radius Belok Perhitungan radius belok didapatkan setelah perencanaan dari derajat belok masing-masing konsep diperoleh, pada konsep 1 didapatkan yaitu sebesar 21 derajat, seperti pada Gambar 4.56 sebagai berikut: Gambar 4.56 Derajat belok konsep 1 Gambar 4.57 Posisi titik berat sepeda konsep 1 Posisi titik berat dari sepeda konsep 1 berada pada jarak 174 mm dari sumbu roda depan, 456 mm dari sumbu roda belang, dan tinggi 154 mm dari sumbu roda belakang, sehingga dari besar nilai derajat belok dan jarak titik berat sepeda tersebut dapat dilakukan perhitungan dari besarnya nilai radius belok konsep 1, yaitu dengan persamaan sebagai berikut: Teknik Mesin FTI ITS 72

90 R ack a b : radius belok ideal : jarak sumbu roda depan dengan posisi titik berat rangka : jarak sumbu roda belakang dengan posisi titik berat rangka : derajat belok Artinya sepeda rancangan konsep 1 membutuhkan jalan minimal selebar 3,4 m untuk bisa berputar arah. Derajat belok pada konsep 2 sebesar 25 derajat, seperti pada Gambar 4.58, dan didapatkan posisi titik berat dari sepeda yaitu berada pada jarak 192 mm terhadap sumbu roda depan, 420 mm dari sumbu roda belakang, dan tinggi 176 mm dari sumbu roda belakang, seperti terlihat pada Gambar Gambar 4.58 Derajat belok konsep 2 Teknik Mesin FTI - ITS 73

91 Gambar 4.59 Posisi titik berat sepeda konsep 2 Artinya sepeda rancangan konsep 2 membutuhkan jalan minimal selebar 2,8 m untuk bisa berputar arah. Derajat belok pada konsep 3 sebesar 34 derajat, seperti pada Gambar 4.60, dan didapatkan posisi titik berat dari sepeda yaitu berada pada jarak 546 mm terhadap sumbu roda depan, 264 mm dari sumbu roda belakang, dan tinggi 165 mm dari sumbu roda belakang, seperti terlihat pada Gambar Gambar 4.60 Derajat belok konsep 3 Teknik Mesin FTI ITS 74

92 Gambar 4.61 Posisi titik berat sepeda konsep 3 Artinya sepeda rancangan konsep 3 membutuhkan jalan minimal selebar 2,72 m untuk bisa berputar arah. Derajat belok pada konsep 4 sebesar 38 derajat, seperti pada Gambar 4.62, dan didapatkan posisi titik berat dari sepeda yaitu berada pada jarak 309 mm terhadap sumbu roda depan, 598 mm dari sumbu roda belakang, dan tinggi 102 mm dari sumbu roda belakang, seperti terlihat pada Gambar Gambar 4.62 Derajat belok konsep 4 Teknik Mesin FTI - ITS 75

93 Gambar 4.63 Posisi titik berat sepeda konsep 4 Artinya sepeda rancangan konsep 4 membutuhkan jalan minimal selebar 2,8 m untuk bisa berputar arah. Derajat belok pada konsep 5 sebesar 38 derajat, seperti pada Gambar 4.64, dan didapatkan posisi titik berat dari sepeda yaitu berada pada jarak 309 mm terhadap sumbu roda depan, 598 mm dari sumbu roda belakang, dan tinggi 102 mm dari sumbu roda belakang, seperti terlihat pada Gambar Gambar 4.64 Derajat belok konsep 5 Teknik Mesin FTI ITS 76

94 Gambar 4.65 Posisi titik berat sepeda konsep 5 Artinya sepeda rancangan konsep 5 membutuhkan jalan minimal selebar 2,4 m untuk bisa berputar arah Berdasarakan Keamanan Berdasarkan keamanan yaitu dengan melakukan analisa terhadap kemungkinan cidera badan akibat benturan, resiko cidera akibat jatuh terkait tinggi posisi pengendara terhadap lantai dan terhadap analisa kecepatan maksimal yang diijinkan agar sepeda tidak guling saat berbelok maksimal dengan asumsi semakin sulit terguling akan semakin aman Resiko cidera badan akibat benturan Resiko cidera badan akibat benturan dianalisa dengan menempatkan menakin pada simulasi 3D model sepeda kemudian mengamati daerah kritis jika pengendara mengalami tabrakan, Konsep 1 Pada konsep 1 jika diamati dari Gambar 4.66 kemungkinan terjadi resiko cidera pada organ kaki yaitu pada lutut dan jari kaki, yang jika diteruskan akan berakibat benturan yang lebih fatal pada daerah organ badan atas termasuk wajah. Teknik Mesin FTI - ITS 77

95 Gambar 4.66 Simulasi kemungkinan cidera konsep 1 Konsep 2 Pada konsep 2 kemungkinan resiko cidera akibat tabrakan tidak jauh beda dengan konsep 1, organ kaki yaitu lutut dan jari kaki akan berbenturan langsung dengan daerah benturan, seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 4.67 Simulasi kemungkinan cidera konsep 2 Konsep 3 Kemungkinan resiko cidera akibat benturan pada konsep 3 lebih kecil dibanding konsep 1 dan konsep 2, hal ini dikarenakan posisi kaki maupun organ badan yang lain tidak berbenturan secara langsung, adanya kemudi di depan memungkinkan pengendara untuk menahan badan saat akan tersungkur. Teknik Mesin FTI ITS 78

96 Gambar 4.68 Simulasi kemungkinan cidera konsep 3 Konsep 4 Kemungkinan resiko cidera akibat benturan pada konsep 4 terjadi pada organ kaki yaitu pada jari kaki, untuk organ bagian badan sisi atas akan ditopang oleh tuas kemudi yang berada didapan pengendara. Gambar 4.69 Simulasi kemungkinan cidera konsep 4 Konsep 5 Pada konsep 5 untuk organ badan tidak mengalami benturan secara langsung dengan daerah benturan, tuas kemudi di depan pengendara memungkinkan pengendara untuk menahan badan saat akan tersungkur. Teknik Mesin FTI - ITS 79

97 Gambar 4.70 Simulasi kemungkinan cidera konsep Analisa guling Untuk menghitung kecepatan maksimum yang diijinkan agar sepeda ini tidak guling saat berbelok dapat menggunakan persamaan 2.13, dengan perhitungan sebagai berikut: Rancangan konsep 1, dengan jarak antara dua roda depan 970 mm, titik berat pengendara berada pada 150 mm terhadap sumbu roda depan, 480 mm terhadap sumbu roda belakang, tinggi 676 dari sumbu roda belakang dan 916 mm dari lantai, seperti pada gambar berikut: Gambar 4.71 posisi titik berat sepeda konsep 1 Teknik Mesin FTI ITS 80

98 Rancangan konsep 2, dengan jarak antara dua roda depan 800 mm, titik berat pengendara konsep 2 berada pada 184 mm terhadap sumbu roda depan, 424 mm terhadap sumbu roda belakang, tinggi 650 dari sumbu roda belakang, dan 890mm dari lantai, seperti pada gambar berikut: Gambar 4.72 posisi titik berat pengendara konsep 2 Rancangan konsep 3, dengan jarak antara dua roda belakang 650 mm, titik berat pengendara konsep 3 berada pada 632mm terhadap sumbu roda depan, 178 mm terhadap sumbu roda belakang, tinggi 618 dari sumbu roda belakang dan 858 mm dari lantai, seperti pada gambar berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 81

99 Gambar 4.73 posisi titik berat penegendara konsep 3 Rancangan konsep 4, dengan jarak antara dua roda depan 750 mm, titik berat dari pengendara berada pada jarak 291 mm dari sumbu roda depan, 616 mm dari sumbu roda belakang, dan 816 mm dari lantai seperti pada gambar berikut: Gambar 4.74 posisi titik berat pengendara konsep 4 Teknik Mesin FTI ITS 82

100 Rancangan konsep 5, dengan jarak antara dua roda belakang 630 mm, titik berat pengendara konsep 2 berada pada mm terhadap sumbu roda depan, 437 mm terhadap sumbu roda belakang, tinggi 673 dari sumbu roda belakang, dan 922 mm dari lantai, seperti pada gambar berikut.: Gambar 4.75 posisi titik berat pengendara konsep 4 Berdasarakan Tabel 3.8 diketahui berdasarkan kriteria keamanan yaitu berdasarkan cidera benturan, tinggi titik berat pengendara dan analisa guling diketahui konsep 5 adalah konsep terbaik diantara konsep pengembangan. Teknik Mesin FTI - ITS 83

101 Tabel 4.8 Kriteria keamanan Berdasarkan Kenyamanan Untuk menentukan nilai kenyamanan dilakukan analisa menggunakan metode RULA dengan bantuan software CATIA V5, kenyamanan yang dimaksud adalah mengenai posisi postur badan saat berkendara, sudut-sudut persendian saat posisi diam ataupun bergerak, analisa menggunakan ukuran manusia dengan tinggi badan 180 cm, berat badan 100 kg dan adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut: Konsep 1 Pada konsep 1 analisa posisi postur posisi diam mendapatkan skor 2, Gambar 4.76 Analisa RULA posisi diam konsep 1 Teknik Mesin FTI ITS 84

102 Artinya posisi postur pada konsep pertama dapat diterima, sedangkan untuk posisi mengayuh konsep 1 pada bagian tubuh sebelah kiri mendapatkan skor 2, seperti terlihat pada Gambar 4.77, disimulasikan dengan posisi tangan kanan menarik tuas ke belakang, tangan kiri mendorong tuas ke depan, mengayunkan kaki kanan ke depan dan kaki kiri ke belakang. Begitu juga untuk analisa posisi postur mengayun pada sisi badan sebelah kanan mendapat skor 2, seperti terlihat pada Gambar Gambar 4.77 Analisa posisi badan sisi kiri dengangerak mengayun Gambar 4.78 Analisa posisi badan sisi kanan dengan gerak mengayun Selanjutnya dilakukan analisa pada posisi postur badan saat digunakan untuk berbelok, dari hasil analisa didapatkan nilai skor sisi badan sebelah kanan Teknik Mesin FTI - ITS 85

103 bernilai 3 dan pada sisi badan sebelah kiri juga bernilai 3, pada posisi postur diam jika mendapat nilai skor 3 maka perlu dilakukan peninjauan ulang dan selanjutnya dilakukan perbaikan desain, tapi karena nilai 3 muncul ketika kondisi belok maka hal ini masih diijinkan karena posisi tersebut bersifat sementara, adapun hasil analisa posisi postur sebelah kiri dan kanan dapat dilihat pada Gambar 4.79 dan Gambar 4.80 sebagi berikut: Gambar 4.79 Analisa posisi badan sisi kiri saat belok Gambar 4.80 Analisa posisi badan sisi kanan saat belok Konsep 2 Pada konsep 2 analisa posisi postur posisi diam sama seperti pada konsep 1 mendapatkan skor 2, adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut: Teknik Mesin FTI ITS 86

104 Gambar 4.81 Analisa RULA posisi diam konsep 2 Pada analisa belok yaitu ketika salah satu tangan menarik tuas kemudi dari hasil analisa mendapatkan skor 2 pada sisi badan sebelah kiri dan pada sisi badan sebelah kanan mendapatkan skor 3, seperti yang diperlihatkan dari hasil analisa postur saat belok pada Gambar 4.82 dan Gambar Gambar 4.82 Analisa posisi badan sisi kiri saat belok Teknik Mesin FTI - ITS 87

105 Gambar 4.83 Analisa posisi badan sisi kanan saat belok Analisa kayuh pada konsep dua pada sisi badan sebelah kanan maupun sisi badan sebelah kiri, keduanya mendapatkan skor 2, yaitu dengan model gerakan kaki kanan berada di titik kayuh atas dan kaki kiri berada dititik kayu bawah seperti terlihat pada Gambar 4.84 dan Gambar 4.85 sebagi berikut: Gambar 4.84 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Teknik Mesin FTI ITS 88

106 Gambar 4.85 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Konsep 3 Pada konsep 3 analisa posisi diam mendapatkan skor 2 baik pada sisi seperti terlihat pada gambar 4.86 sebagai berikut: Gambar 4.86 Analisa RULA posisi diam konsep 3 Sedangkan untuk analisa kenyaman saat mengayuh pada yaitu pada saat posisi pedal berada di atas dan bawah, pada sisi badan sebelah kiri mendapatkan skor 3 dan pada posisi kanan mendapatkan skor 2 seperti pada Gambar 4.87 dan Gambar 4.88 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 89

107 Gambar 4.87 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Gambar 4.88 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Untuk posisi belok pada sisi badan sebelah kanan medapatkan skore 3 begitu juga dengan sisi badan sebelah kiri juga mendapatkan skore 3, hasil analisa Kenyamanan dapat dilihat pada Gambar 4.89 dan Gambar 4.90 sebagai berikut: Gambar 4.89 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kanan Teknik Mesin FTI ITS 90

108 Gambar 4.90 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kiri Konsep 4 Pada konsep empat analisa kenyamanan posisi diam mendapatkan skor 2 dengan hasil simulasi model seperti terlihat pada gambar 4.91 sebagai berikut: Gambar 4.91 Analisa RULA posisi diam konsep 4 Pada analisa posisi gerakan kayuh kaki, pada sisi badan sebelah kiri mendapatkan skor 2 dan sisi sebelah kanan juga mendpatkan skor 2 seperti terlihat pada Gambar 4.92 dan Gambar 4.93 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 91

109 Gambar 4.92 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Gambar 4.93 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Pada rancangan konsep 4 berdasarkan hasil analisa kenyamanan posisi badan saat belok untuk sisi badan sebelah kiri mendapatkan skore 2 dan sisi badan sebelah kiri mendapatkan skor 3, hasil analisa belok konsep 4 dapat dilihat pada Gambar 4.94 dan Gambar 4.95 sebagi berikut: Gambar 4.94 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kiri Teknik Mesin FTI ITS 92

110 Gambar 4.95 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kanan Konsep 5 Pada konsep 5 dari hasil analisa posisi postur dalam kondisi diam didapatkan skor 2 seperti terlihat pada simulasi gambar analisa berikut: Gambar 4.96 Analisa RULA posisi diam konsep 4 Pada analisa posisi gerakan kayuh kaki, pada sisi badan sebelah kiri mendapatkan skor 2 dan sisi sebelah kanan juga mendpatkan skor 2 seperti terlihat pada Gambar 4.97 dan Gambar 4.98 sebagai berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 93

111 Gambar 4.97 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kiri Gambar 4.98 Analisa posisi kayuh sisi badan sebelah kanan Untuk rancangan konsep 5 berdasarkan hasil analisa kenyamanan posisi badan saat belok untuk sisi badan sebelah kiri mendapatkan skore 3 dan sisi badan sebelah kanan mendapatkan skor 3, hasil analisa belok konsep 4 dapat dilihat pada Gambar 4.99 dan Gambar sebagi berikut: Teknik Mesin FTI ITS 94

112 Gambar 4.99 Analisa posisi belok sisi badan sebelah kiri Gambar Analisa posisi belok sisi badan sebelah kanan Tabel 4.9 Analisa RULA posisi diam dan mengayuh Keterangan: K1: konsep 1 K2: konsep 2 Teknik Mesin FTI - ITS 95

113 K3: konsep 3 K4: konsep 4 L : Left( sisi badan sebelah kiri) R : Right (sisi badan sebelah kanan) Tabel 4.10 Analisa RULA posisi belok Keterangan: K1: konsep 1 K2: konsep 2 K3: konsep 3 K4: konsep 4 L : Left( sisi badan sebelah kiri) R : Right(sisi badan sebelah kanan) Teknik Mesin FTI ITS 96

114 4.7 Penetapan Konsep Terpilih Untuk penetapan konsep terpilih pada penelitian ini menggunakan pemilihan konsep dengan model matrik keputusan, dengan tahapan penilaian konsep, hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini hanya ada 5 konsep, sehingga untuk tahap penyaringan tidak perlu dilakukan, dengan kriteria seleksi yang telah ditetapkan yaitu berdasarkan dimensi umum (ukuran panjang dan lebar konsep), dimensi lipat (ukuran lipat konsep), berat (berat rangka konsep), radius belok, keamanan, dan kenyamanan, untuk mendapatkan hasil pengukuran yang benar-benar mendekati dari masing masing kriteria seleksi dilakukan simulasi 3D model pada masing-masing konsep. Tabel 4.11 Pemilihan konsep Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan didapatkan hasil dimana nilai absolut atau nilai relaif dari konsep 5 mempunyai nilai paling besar, yaitu 4 (19.9% dari total nilai absolut), maka konsep 5 adalah konsep terpilih. Teknik Mesin FTI - ITS 97

115 Halaman ini sengaja dikosongkan Teknik Mesin FTI - ITS 98

116 BAB 5 PERANCANGAN KOMPONEN SEPEDA UNTUK PASIEN PASCA STROKE Dari hasil pemilihan konsep yang telah dilakukan, didapat satu konsep terpilih yaitu konsep 5, dengan spesifikasi: Gambar 5.1 Ukuran Utama Sepeda Tabel 5.1Spesifikasi konsep terpilih Teknik Mesin FTI - ITS 99

117 Adapun bentuk dan nama komponen dari desain rancangan konsep 5 dapat dilihat pada gambar dan tabel sebagai berikut: Gambar 5.2 Penomeran nama bagian Tabel 5.2 Spesifikasi komponen konsep terpilih Teknik Mesin FTI - ITS 100

118 Komponen sepeda konsep terpilih dikelompokkan berdasarkan fungsi utamanya, adapun bentuk dari masing-masing konsep dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Gambar 5.3 Bentuk masing-masing komponen Bentuk detail dan ukuran komponen dapat dilihat pada lampiran pada akhir halaman penelitian ini dalam bentuk gambar teknik. Teknik Mesin FTI - ITS 101

119 5.1 Komponen Sistem Penggerak Kayuh Tangan dan Kemudi Komponen sistem penggerak kayuh tangan dan kemudi terdiri dari handlebar, head tube, pull rod, break levers, steering pull rod, pen pengikat, Crank, sprocket, pedal rod dan rear axle seperti pada gambar berikut: Gambar 5.4 Komponen sitem penggerak kayuh tangan & Kemudi Komponen No.1 (handlebar) Handlebar merupakan komponen standar dari sepeda, pada desain konsep terpilih dirancang menggunakan handlebar dari type sepeda All Terrain Bike (ATB) atau Mountain Bike (MTB), sehingga bentuk dan ukuran secara detail dari handlebar tidak diperhitungkan secara detail pada penelitian ini Komponen No.2 (head tube) Head tube pada sepeda konsep terpilih selain difungsikan sebagi rumah sumbu putar dari kemudi juga difungsikan sebagai batang tuas untuk sistem penggerak kayuh tangan, seperti terlihat pada gambar berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 102

120 Gambar 5.5 Head tube dan batang tuas kemudi Panjang lengan kuasa (jarak antara titik kuasa dengan titik tumpu) adalah 306 mm dan panjang lengan beban (jarak antara titik beban sampai titik tumpu) adalah 159 mm, semakin panjang lengan kuasa, semakin kecil nilai gaya kuasa. Hal ini berarti gaya yang harus dikeluarkan untuk mengangkat beban lebih sedikit. Semakin panjang lengan kuasa semakin besar keuntungan mekanik, sehingga usaha semakin mudah dilakukan, rumus yang mendasari kerja dari tuas secara matematis dituliskan: B x lb = F x lk Dengan: B = beban F = gaya kuasa Lb = lengan beban (jarak antara titik beban sampai titik tumpu) Lk = lengan kuasa (jarak antara titik kuasa dengan titik tumpu) Untuk mengetahui besarnya nilai F (gaya kuasa) yang dibutuhkan umtuk menggerakkan sepeda maka perlu ditentukan dulu gaya kayuh pada roda belakang, jika massa total sepeda+pengendara = M kg, berat total = W kn. Untuk membuat sepeda bergerak dibutuhkan percepatan (a), dan gaya yang dibutuhkan untuk mencapai percepatan tersebut adalah Teknik Mesin FTI - ITS 103

121 F_sepeda=M x a F_sepeda=100kg x 0, 7 m/s 2 F_sepeda= 70 kg m/s 2 F_sepeda= 70N F-sepeda ini 100% dihasilkan dari roda penggerak, gaya penggerak roda (F_rb) selalu lebih besar dari F_sepeda, hal ini disebabkan karena adanya gaya gesek static antara roda dan jalan, seandainya terjadi slip maka yang dibutuhkan adalah gaya kinetic, jika gaya gesek adalah F_s = N_rb x Mu_s = ((1/3x100) x 0)) = 33, 3 kg m/s 2 Dimana mu_s adalah koefisien gesek statis antara roda dengan jalan, karena sepeda berada pada jalan datar jadi mu_s = tan alfa, karena nilai alfa =0 maka tan alfa = 0 dan N_rb adalah gaya normal, jika diasumsikan ketiga roda menerima beban yang sama, maka N_rb = 1/3W, jadi gaya penggerak roda belakang adalah: F_rb= F_sepeda + F_s F_rb= 70 kg m/s , 3 kg m/s 2 F_rb= 103, 3 kg m/s 2 Gaya tersebut bekerja pada lingkaran luar roda penggerak, dengan membuat model sederhana sistem gaya dari roda, gir belakang, gir depan, tuas pedal maka kita akan mendapatkan hasil sebagai berikut: Fp = (F_rb x R_rb X R_gd) / (R_gb x L_tp) Fp = (103, 3 kg m/s 2 x 0.48m x 0,127m) / (0,073 x 0,090) Fp = 108, 58 N Dimana Fp = Gaya yang dikerjakan pada pedal, arahnya tangensial terhadap gir depan, R_rb = jari-jari roda belakang, R_gd = jari-jari gir depan, R_gb, L_tp = panjang tuas pedal. Jika diketahui gaya penggerak roda belakang yang digerakkan tuas pedal adalah 108, 58 kg m/s 2, gaya tersebut kemudian ditransmisikan oleh batang tarik, maka Teknik Mesin FTI - ITS 104

122 B x lb = F x Lk 108,8 N x 0,159 = F x 0,306 F = N Jadi gaya yang dibutuhkan untuk mengayun tuas tangan untuk menggerakkan roda belakang adalah 56.54N. Gambar 5.6 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan head tube Berdasarkan hasil simulasi nilai tegangan memperlihatkan bahwa desain head tube dengan lengan tuas yang selain difungsikan untuk kemudi tetapi juga difungsikan untuk tuas penggerak kayuh tangan, dari desain yang dibaut dinyatakan mampu dan aman untuk digunakan, karena dari hasil simulasi memperlihatkan nilai tegangan maksimal yang diterima adalah sebesar 7.75x10 6 N/m 2, nilai tersebut masih lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m Komponen No.4 (pull rod) Pull rod atau batang tarik difungsikan untuk menyalurkan gaya dari tuas kayuh tangan ke pedal rod yang di teruskan ke sprockets untuk menggerakkan roda belakang, diketahui gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan sepeda adalah sebesar 103,3 N dengan perbandingan diameter sprocket dan panjang tuas pedal rod didapat gaya yang diterima dan harus di teruskan oleh batang tarik adalah sebesar 108,8 N, maka untuk mendapatkan dimensi dari batang tarik disimulasikan dengan perhitungan melalui softwere adalah sebagai berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 105

123 Gambar 5.7 Distribusi beban dan pengikatan batang tarik Gambar 5.7 adalah gambar posisi pengikatan dan distribusi beban yang disimulasikan pada komponen batang tarik, dan didapatkan nilai tegangan maksimum sebesar 1.51x10 7 N/m 2, nilai tersebut masih lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2 Gambar 5.8 Simulasi tegangan batang tarik Komponen No.8 (pedal rod) Untuk mentrasmisikan gaya dari sprocket panjang lengan dari batang pedal dirancang dengan panjang 90 mm, dihitung dari jarak antar sumbu, tuas pedal ini menerima beban sebesar kg m/s 2, dari hasil simulasi memperlihatkan bahwa tuas tersebut dinyatakan mampu menahan beban yang Teknik Mesin FTI - ITS 106

124 bekerja dengan tegangan maksimum sebesar 4.01x10 7 N/m 2, karena nilai tersebut masih lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Gambar 5.9 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan tuas pedal Komponen No.10 (Crank) dan No. 11 ( sprocket) Untuk transmisi crank dan sprocket tidak dilakukan perancangan dimensi dan bentuk karena termasuk komponen yang tersedia di pasaran, pada desain rancangan ini didesain mengguanakan Crank dengan jumlah gigi 32 dan sprocket dengan jumlah gigi 18, rationya 32:18 = 1.8, artinya 1 kali kayuh akan dihasilkan 1.8 x putaran roda. Gambar 5.10 Roller chain difinition N = 127 mm P = 12.7 mm N = 73 mm C = 248 mm Teknik Mesin FTI - ITS 107

125 Tabel 5.3 Rasio perbandingan kombinasi gigi Sumber: sepedaku.blogspot.com Komponen No.12 (Rear axle) Komponen nomer 12 adalah komponen poros penggerak roda belakang, dari desain yang telah dirancang dan berdasarkan hasil simulasi nilai tegangan memperlihatkan hasil seperti pada gambar berikut: Gambar 5.11 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan rear axle Poros tersebut menerima beban karena menjadi tumpuan dari berat sepeda dan pengendara sisi belakang, berat yang disimulasikan adalah berat total yaitu 100kg, dari hasil simulasi memperlihatkan bahwa desain dari poros dan letak Teknik Mesin FTI - ITS 108

126 tumpuan aman, karena memiliki nilai tegangan maksimum sebesar 3.49x10 7 N/m 2, nilai tersebut masih lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Poros tersebut didesain menjadi dua bagian yang dihubungkan oleh sambungan pasak. Dengan desain seperti pada gambar sebagai berkut: Gambar 5.12 Desain poros dan sambungan terhadap sprocket Pemilihan jenis pasak tergantung pada besar kecilnya daya yang bekerja dan kestabilan bagian-bagian yang disambung, untuk daya yang kecil antara naf roda dan poros cukup dijamin dengan baut tanam (set screw). Gambar 5.13 Poros dan pasak Teknik Mesin FTI - ITS 109

127 tinggi 3.3mm. Jika diameter poros adalah 20mm maka lebar pasak adalah 5mm dengan Komponen No.15 (pen) Komponen ini difungsikan sebagai penahan batang tarik, pen ini menerima beban sebesar gaya yang ditransmisikan oleh batang tarik yaitu sebesar 108, 58 kg m/s 2, berdasarkan hasil analisa simulasi nilai tegangan maksimal yang diterima didapatkan hasil yang menyimpulkan bahwa desain pen tersebut aman untuk digunakan, yaitu dengan nilai tegangan maksimal sebesar 2.87 x10 6 N/m 2, nilai tersebut masih lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Gambar 5.14 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan pen Komponen No. 20 (kokel) dan No.21 (Break levers) Kedua komponen tersebut merupakan komponen standar yang didesain sama dengan sepeda pada umunya sehingga untuk perhitungan rancangan dan desain bentuk tidak perlu dilakukan, kokel menggunakan linier bearing metric rod ends-female, dengan diameter mata 6mm. Teknik Mesin FTI - ITS 110

128 5.2 Komponen Sistem Penggerak Kayuh Kaki Komponen sistem penggerak kayuh kaki pada sepeda ini berada pada roda depan dan menjadi satu kesatuan, seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 5.15 Roda depan dan pedal sepeda roda tiga Gaya yang dibutuhkan untuk menggeakkan sepeda dengan penggerak roda depan dapat dihitung dengan menentukan F-sepeda, dimana nilai F-sepeda ini 100% dihasilkan dari roda penggerak, gaya penggerak roda (F_rd) selalu lebih besar dari F_sepeda, F_s = N_rd x mu_s = ((1/3x100) x 0)) = 33, 3 kg m/s 2 Untuk membuat sepeda bergerak dibutuhkan percepatan (a), dan gaya yang dibutuhkan untuk mencapai percepatan tersebut adalah F_sepeda=M x a F_sepeda=100kg x 3.34 m/s 2 F_sepeda= 334 kg m/s 2 F_sepeda= 334N mu_s adalah koefisien gesek statis antara roda dengan jalan, karena sepeda berada pada jalan datar jadi mu_s = tan alfa, karena nilai alfa =0 maka tan alfa = 0 Teknik Mesin FTI - ITS 111

129 dan N_rd adalah gaya normal, jika diasumsikan ketiga roda menerima beban yang sama, maka N_rd = 1/3W, jadi gaya penggerak roda depan adalah: F_rd= F_sepeda + F_s F_rd= 334 kg m/s , 3 kg m/s 2 F_rd= 367, 3 kg m/s 2 Jadi gaya kayuh yang dibutuhkan untuk menggerakkan sepeda adalah: Fp = F_rd x panjang lengan pedal Fp = 367, 3 kg m/s 2 x 0.16 m Fp = kg m/s 2 Fp = N Untuk desain sistem dan bentuk komponennya memanfaatkan komponen sepeda roda satu yang banyak dijual dipasaran. Gambar 5.16 Sepeda roda satu Roda depan ditopang oleh garpu (fork leg) yaitu komponen No. 18 yang dirancang mampu menahan beban total yang dirancang yaitu sebesar 100kg, berdasarkan hasil analisa simulasi memperlihatkan bahwa komponen tersebut aman digunakan dengan nilai tegangan maksimal sebesar 2.57 x10 7 N/m 2,nilai tersebut masih lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2. Teknik Mesin FTI - ITS 112

130 Gambar 5.17 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan fork leg 5.3 Komponen pengaman (safety seats) Sepeda ini juga dilengkapi dengan pengaman bagi penggunanya, memungkinkan untuk menjaga badan saat diperlukan, dan dapat juga digunakan untuk mempermudah pengguna saat akan menaiki sepeda tersebut, difungsikan sebagai pegangan, seperti disimulasikan pada gambar berikut: Gambar 5.18 Simulasi proses naik dengan memanfatakan safety seats Komponen tersebut dirancang mampumenahan beban sebesar 65kg dari arah vertikal, dengan tujuan komponen tersebut tetap aman saat dipakai sebagai penopang badan sisi atas pengendara, dari hasil analisa tegangan didapatkan hasil yang menyatakan komponen safety seats dinyatakan aman menahan beban sebesar 65kg karena memiliki nilai tegangan maksimal sebesar 1,2x10 8 dari arah vertikal, nilai tersebut masih berada pada batas aman karena nilai tersebut masih lebih kecil dari tegangan maksimum dari material sebesar 1,23x10 8 N/m 2.seperti diperlihatkan pada gambar berikut: Teknik Mesin FTI - ITS 113

131 Gambar 5.19 Distribusi beban,pengikatan dan simulasi tegangan safety seats 5.4 Analisa Beban Dinamis Menurut Chadry, (2007) Pemodelan matematis yang dilakukan untuk analisa dinamis berdasarkan pada kondisi jalan yang dianggap dapat menyebabkan pergerakan secara mendadak, seperti jalan bergelombang atau jalan yang berlubang, jalan bergelombang dapat dimodelkan seperti suatu fungsi dari persamaan lintasan dengan asumsi; Kecepatan arah horizontal dianggap konstan Titik pembebanan dianggap tidak berubah selama pergerakan Peninjauan titik referensi awal berdasarkan pada h tertinggi, sehingga persamaan lintasan adalah fungsi cosinus karena cos 0=1 Sebuah sepeda mempunyai kecepatan (v) yang melewati lintasan bergelombang atau jalan yang berlubang merupakan suatu fungsi y. Gambar 5.20 Pemodelan jalan berlubang/bergelombang (Chadry,2007) Lengkungan tersebut merupakan sebuah fungsi cosinus dimana untuk lengkungan diperoleh persamaan: Teknik Mesin FTI - ITS 114

132 Dimana : P adalah gaya total yang menekan roda R adalah gaya yang diberikan oleh jalan ke roda V adalah kecepatan Gaya R merupakan reaksi balik gaya akibat gaya P. maka komponen vertikal dari kecepatan roda untuk posisi apapun disepanjang lekukan: Persamaan dan secara fisis merupakan kecepatan dan percepatan dari gayagaya vertikal. Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan hukum Newton II yaitu dengan menjumlahkan gaya-gaya yang terjadi yaitu : Dimana a adalah fungsi maka: Pada ujung awal tekukan ( x=0), maka antara roda, adalah: maka tekanan minimum Teknik Mesin FTI - ITS 115

133 Dari persemaan tersebut dikatahui bahwa sepeda berjalan yang diasumsikan rata sempurna ( h=0), maka tekanan balik roda akan sama dengan gaya P, dipertengahan lekukan yang merupakan nilai h maksimum, maka Dan tekanan maksimum roda pada jalan adalah Persamaan tersebut oleh Chadry, (2007) digunakan untuk menghitung gaya tekan akibat efek dinamis maksimum, yang menjelaskan bahwa tekanan maksimum dapat sangat meningkat diakibatkan oleh sedikit lekukan pada jalan, jika diketahui bahwa: Beban pengendara diasumsikan 80 kg Berat sepeda kg Kecepatan (V) adalah 12 km/jam Tinggi / dalam gelombang jalan diasumsikan 0.1m Berdasarakan persamaan diatas diperoleh nilai R maks = kg, maka pada sumbu roda belakang menerima beban 55.3% dari kg adalah sebesar 310.9kg, untuk itu perlu dilakukan penambahan kekuatan pada rangka belakang dengan pemberian penyangga seperti pada gambar berikut: Gambar 5.21 Penambahan penyangga rangka belakang Teknik Mesin FTI - ITS 116

134 Berdasarkan analisa menggunakan CATIA dapat diketahui dengan penambahan penyangga tersebut rangka belakang mampu menahan beban 310.9kg dengan nilai tegangan maksimum sebesar 1.13x10 8 N/m 2 seperti pada gambar berikut: Gambar 5.22 simulasi Penambahan penyangga rangka belakang Untuk penentuan safety factor atau nilai N berdasarkan tegangan luluh diketahui bahwa untuk kondisi terkontrol dan tegangan yang bekerja dapat ditentukan dengan pasti maka safety factornya adalah 1,25-1,5, untuk bahan yang sudah diketahui, kondisi lingkungan beban dan tegangan yang tetap dan dapat di tentukan dengan mudah maka safety faktornya adalah 1,5-2,0, untuk bahan yang beroperasi secara rata-rata dengan batasan beban yang diketahui safety factornya adalah 2,0-2,5, untuk beban yang diketahui tanpa mengalami tes, pada kondisi beban dan tegangan rata-rata maka safety factornya adalah 2,5-3,0 dan untuk bahan yang sudah diketahui, kondisi beban dan lingkungan yang tidak pasti maka nilai safety factornya adalah 3,0-4,5. Untuk penentuan safety factor berdasarkan jenis beban adalah: Beban statis = 1,25-1 Beban dinamis = 2-3 Beban kejut = 3-5 Maka pada kasus beban dinamis pada penelitian ini menggunakan safety factor 3, jika material yang digunakan adalah material steel, structural ASTM A-36, dengan modulus elastisitas 200 (10 9 N/m 2, Gpa) ultimate tensile strength sebesar Teknik Mesin FTI - ITS

135 400 (10 6 N/m 2, Mpa) dan yield strength 250 (10 6 N/m 2, Mpa), maka perhitungan tegangan maksimum adalah Jika didapat hasil analisa perhitungan tegangan maksimum sebesar 1.13x10 8 N/m 2 maka dengan penambahan penyangga tersebut rangka belakang mampu menahan beban kg. 5.5 Gaya-Gaya pada Rangka Desain utama pada rangka dirancang dengan ukuran: Diameter Luar (do) = 32,0 mm Tebal (t) = 2 mm Diameter dalam (do) = 32-4 = 28 mm Luas Penampang (A) = π/4 (do 2 -di 2 ) = mm 2 Gambar 5.23 Rangka Sepeda. A,B,C,D,E,F,G, adalah titik simpul Mencari reaksi tumpuan pada titik A dan B F y = 0 ( +) R A + R B W = 0 R A + R B 952,630 N = 0 R A + R B = 952,630 N (1) M B = 0 (W x 415.5) (R A x 994) = 0 (952,630 x 415.5) (R A x 994) = 0 Teknik Mesin FTI - ITS

136 (395817,765) (R A x 994) = 0 R A = ,765/ 994 R A = 398,20 N...(2) Subtitusi ke persamaan...(1) dan (2) R A + R B = 952,630 N (398,20) N + R B = 952,630 N R B = 952,630 N-398,20N R B = N...(3) Titik A Tesis Gambar 5.24 Diagram benda bebas pada titik A RD + Fac sin α = (kg) + Fac sin 83 = 0 Fac = 40.2 kg (tekan) Titik B Gambar 5.25 Diagram benda bebas pada titik B RB + Fbg sin α = (kg) + Fbg sin 39 = 0 Fbh = kg (tekan) Titik E Teknik Mesin FTI - ITS

137 Titik E merupakan titik simbul dari batang tarik, besar gaya yang diterima batang tarik dapat diketahui dari perhitungan sebagai berikut: E x DE = C x DC Dengan: E = beban C = gaya kuasa DE = lengan beban (jarak antara titik beban sampai titik tumpu) DC = lengan kuasa (jarak antara titik kuasa dengan titik tumpu) Jika titik D merupakan titik simpul dengan jarak antara titik C dengan titik D adalah 308 mm dan jarak titik D dengan E adalah 68 mm, E x (m) = (N) x (m) E x (m) = Nm E = N Gambar 5.26 Diagram benda bebas pada titik E EF + Fed cos α = (kg) + Fed cos 111 = 0 Fed = kg (tarik) Titik F Sama seperti pada posisi titik E, titk F merupakan titik simpul dari batang tarik, besar gaya yang diterima batang tarik dapat diketahui dari perhitungan sebagai berikut: Teknik Mesin FTI - ITS

138 F x DE = B x DC Dengan: F = beban B = gaya kuasa FG = lengan beban (jarak antara titik beban sampai titik tumpu) GB = lengan kuasa (jarak antara titik kuasa dengan titik tumpu) Jika titik G merupakan titik simpul dengan jarak antara titik G dengan titik B adalah 422 mm dan jarak titik G dengan F adalah 68 mm, F x (m) = (N) x (m) E x (m) = Nm E = 3440 N Gambar 5.27 Diagram benda bebas pada titik F FE + Ffg cos α = (kg) + Fed cos 111 = 0 Fed = 960 kg (tarik) 5.6 Evaluasi Rancangan Konsep Terpilih Untuk mendapatkan desain produk yang sempurna dan ideal dibutuhkan waktu yang tidaklah sebentar, selain itu beberapa hal terkait pemenuhan fungsi berdasarkan kebutuhan seiring berjalanya waktu akan selalu mengalami perubahan atau yang dalam dunia perancangan disebut dengan istilah spriral desian, sehingga akan selalu terjadi penyempurnaan desain setiap periode tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah dipilih dalam pemilihan konsep diketahui bahwa desain konsep 5 lebih unggul dibanding keempat konsep yang lain dan dari Teknik Mesin FTI - ITS

139 hasil analisa teradapat kelemahan dari desain tersebut, desain konsep sepeda terpilih memiliki penggerak pada roda depan dan roda belakang, roda belakang terdapat dua buah roda yang dihubungkan oleh poros yang sekaligus sebagai transmisi penggerak, hal ini membuat kedua roda saling terhubung dan terikat satu sama lain, jika dipakai berbelok atau digunakan berputar ditempat seperti digambarkan dalam gambar dibawah ini dengan posisi kemudi dibelokkan maksimal yaitu 45 maka didapatkan radius putar sebesar 1.2m, roda belakang kanan akan menempuh sejauh 1.3m dan roda belakang kiri akan menempuh sejauh 0.66m. Gambar 5.28 Radius putar sepeda Jika : r : adalah jari-jari roda = 240 mm rk : adalah keliling roda = mm r1 : adalah radius putar sepeda = 1200 mm r2 : adalah radius lintasan roda terluar = 1320 mm r3 : adalah radius lintasan roda dalam = 660 mm r1k : adalah keliling lintasan sepeda = 7536 mm r2k : adalah keliling lintasan roda terluar = mm r3k : adalah keliling lintasan roda dalam = mm Maka dapat diketahui selisih dari jarak tempuh roda terluar dan roda dalam saat berputar penuh adalah Teknik Mesin FTI - ITS

140 Selisih tempuh : r2k-r3k : mm mm Tesis : mm : mm = 4.14 m Perbandingan jumlah putaran roda ketika sepeda digunakan untuk berputar 360 dengan derajat belok 45 adalah sebagai berikut. Jumlah putaran roda belakang sisi luar = jarak tempuh (r2k) / keliling roda (rk) = mm / mm = 5,5 kali putaran Jumlah putaran roda belakang sisi dalam = Jarak tempuh (r3k) / keliling roda (rk) = mm / mm = 2,75 kali putaran Karena roda belakang saling terhubung, saat sepeda digunakan berbelok pada roda belakang sisi dalam akan terjadi slip, dengan selisih perbandingan 1:2 putaran, hal ini akan membuat roda bagian dalam akan cepat aus, semakin besar selisih perbandingan jarak tempuh akan membuat roda semakin cepat aus, untuk menghindari hal tersebut salah satu alternatifnya dapat didesain sistem yang independent antara roda kanan dan roda kiri dengan memanfaatkan bearing berjenis one way clutch roller yang dipasang pada roda kanan dan kiri, bearing jenis ini adalah jenis bearing yang didesain dengan hanya bisa berputar satu arah putaran saja, ketika salah satu roda bergerak lebih cepat dibanding dengan roda yang lain maka roda yang berputar lebih cepat tidak akan berpengaruh terhadap putaran roda pada sisi yang lain, namun ketika poros penghubung kedua roda belakang berputar maka kedua roda akan ikut berputar secara bersamaan. Gambar 5.29 One way clutch roller bearing Teknik Mesin FTI - ITS

141 Halaman ini sengaja dikosongkan Teknik Mesin FTI - ITS

142 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari 5 konsep yang telah dirancang, setelah dilakukan analisa menurut fungsi dan kekuatan rangka pada masing-pmasing konsep kemudian berdasarkan matrik penilaian yaitu berdasarkan dimensi umum, dimensi lipat, berat, radius belok, keamanan dan kenyamanan maka alternatif konsep yang dipilih adalah konsep ke Nilai tingkat resiko cedera dengan metode RULA antara 2-3, artinya sepeda masuk dalam kategori nyaman untuk digunakan. 3. Sepeda konsep terpilih (konsep 5) memiliki berat rangka kg, dengan radius belok 2,4 m, dimensi umum = 1477mm x 720mm x 989mm, dimensi lipat = 1129mm x 720mm x 788mm. 4. Rangka dirancang dengan mengguanakan material steel, structural ASTM A-36, dengan modulus elastisitas 200 (10 9 N/m 2, Gpa), yield strength 250 (10 6 N/m 2, Mpa), ultimate tensile strength sebesar 400 (10 6 N/m 2, Mpa) dan Density sebesar 7860kg/ m 3 ). 5. Hasil rancangan didokumentasikan dalam bentuk gambar teknik. 6.2 Saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan: 1. Pada kriteria pemilihan konsep, selain kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini dapat ditambahkan 1 kriteria lagi yaitu tentang kriteria fungsi terapi, terkait fungsi utama dari sepeda. 2. Kemudahan dalam mengakses sepeda bagi penderita stroke menjadi perhatian penting, oleh karena itu desain sepeda dengan frame yang rendah sangat diperlukan. Teknik Mesin FTI - ITS 125

143 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan Teknik Mesin FTI ITS 126

144 DAFTAR PUSTAKA Batan, I.M.L. (2012), Desain Produk, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya. Bastian, Y. D. (2011), Rehabilitasi Stroke. RS. Mitra Keluarga, Depok. [Online]. Diakses dari: Brass, L.(1992), Stroke. School of Medicine Heart Book,Yale University, Amerika serikat [Online]. Diakses dari: doc.med.yale.edu/heartbk/18.pdf. Edmans, J. A. Gladman, J. R. F. Cobb, S. Sunderland, A., Pridmore, T., Hilton, D.Walker, M. F., (2006) Validity of a Virtual Environment for Stroke Rehabilitation. Stroke, vol.37 No.11, hal Hariandja, J.R.O. (2013), Identifikasi Kebutuhan Akan Sistem Rehabitasi Berbasis Teknologi Terjangkau Untuk Penderita Stroke Di Indonesia, Parahyangan: Universitas Katolik Parahyangan. 9174, hal Kwakkel, G., Wagenaar, R. C., Twisk, J. W., Lankhorst, G. J., dan Koetsier, J. C., (1999). Intensity of leg and arm training after primary middle cerebral artery stroke: a randomized trial. The Lancet, vol. 354 No.9174, hal McAtamney, Lynn and Corlett, E Nigel, (1993), RULA: A Survey Method for Investigation of Work-related Upper Limb Disorders, Applied Ergonomics, vol. 24 No. 2, hal Rawung, A.E. (2012), berita / Disertasi Pengaruh Variasi RLF Terhadap Penderita Hemiparese html. Riva i,m. (2013), Pengujian sepeda pasca stroke, Tesis Magister., Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Rodika, (2013), Rancang bangun sepeda untuk oasien pasca stroke, Tesis Magister., Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Sutantra, I Nyoman, (2000), Teknologi Otomotif, Teori dan Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya.

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163 BIODATA PENULIS Penulis Tri Andi Setiawan dilahirkan di Bojonegoro-Jawa Timur pada 28 Januari 1989, putra ketiga dari pasangan Bapak Sujono dan Ibu Kasmonah. Memulai pendidikan di MIM 19 Gunungsari ( ), SMPM 1 Babat ( ) dan SMAM 1 Babat ( ), Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) Jurusan Teknik Desain & Manufaktur Diploma 4 (D4), dan melanjutkkan pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya jurusan Teknik Mesin (S2). Riwayat pekerjaan: Sebagai staff keuangan PAM Tirto Rejo ( ), divisi CNC CV.Plampitan ( ) dan sebagai dosen (2012 sekarang). Aktif dalam bidang olah raga, sebagai penanggung jawab umum latihan pencak silat persaudaraan setia hati terate (PSHT) rayon selorejo ( ) dan sebagai Pembina PSHT Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (2014 Sekarang).

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE TESIS (TM 092501) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE NAMA : Rodika NRP : 2111201015 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN SISTEM MANUFAKTUR JURUSAN

Lebih terperinci

NAMA : JOKO PAMBUDIANTO NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng. Tugas Akhir PERANCANGAN SEPEDA PASCA STROKE

NAMA : JOKO PAMBUDIANTO NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng. Tugas Akhir PERANCANGAN SEPEDA PASCA STROKE Tugas Akhir PERANCANGAN SEPEDA PASCA STROKE NAMA : JOKO PAMBUDIANTO NRP : 2107100075 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng PROGRAM SARJANA BIDANG KEAHLIAN SISTEM MANUFAKTUR JURUSAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : Erick Rinaldi ( ) : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng

TUGAS AKHIR. Oleh : Erick Rinaldi ( ) : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng TUGAS AKHIR Oleh : Erick Rinaldi (2105 100 069) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng Pada tahun 2004 telah dibuat sepeda santai yang ringan dan kuat yang sudah dievaluasi uji tarik

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna Muhammad Ihsan dan I Made Londen Batan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK Judhistira Freily Mamahit 1), Stenly Tangkuman 2), Michael Rembet 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Sistem kemudi berfungsi untuk membelokan

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Modifikasi Alat Penunjuk Titik Pusat Lubang Benda Kerja Dengan Berat Maksimal Kurang Dari 29 Kilogram Untuk Mesin CNC Miling Oleh : Mochamad Sholehuddin NRP. 2106 030 033 Program

Lebih terperinci

PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA

PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA Tugas Akhir TM 091486 PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA Oleh: Fininawati Dwi Wahyudi 2108.100.043 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen B, M.Eng

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... Error! Bookmark not defined. Halaman Persembahan... iii Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan di Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Analisa Kestabilan Arah pada Kendaraan Formula Sapu Angin Speed Berdasarkan Variasi Posisi Titik Berat, Kecepatan dan Tes Dinamik Student Formula

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSTRUKSI PADA SEGWAY

PERANCANGAN KONSTRUKSI PADA SEGWAY PERANCANGAN KONSTRUKSI PADA SEGWAY Alvin Soesilo 1), Agustinus Purna Irawan 1) dan Frans Jusuf Daywin 2) 1) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta 2) Teknik Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan menimbulkan gejala sesuai daerah otak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN Oleh: Hulfi Mirza Hulam Ahmad 2109100704 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng Latar Belakang Prototype box yang dibuat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan PERHITUNGAN DIAMETER POROS PENUNJANG HUB PADA MOBIL LISTRIK TARSIUS X3 BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya Rosa, S.S.T., M.T. Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini motor bebek yang dimodifikasi menjadi suatu alat transportasi bagi penyandang cacat kaki sudah banyak dilakukan. Memodifikasi motor bebek untuk menjadi kendaraan yang sesuai bagi penyandang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME PELETAKAN DAN PENGUNCI BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

PERANCANGAN MEKANISME PELETAKAN DAN PENGUNCI BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN Tugas Akhir TM - 091486 PERANCANGAN MEKANISME PELETAKAN DAN PENGUNCI BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN Oleh Rizky Pratomo 2108.100.056 Pembimbing: Prof.Dr.-Ing.I Made Londen Batan, M.Eng Laboratorium

Lebih terperinci

PERANCANGAN RANGKA GOKAR LISTRIK

PERANCANGAN RANGKA GOKAR LISTRIK PERANCANGAN RANGKA GOKAR LISTRIK Hafidz Ammar Haryono Putro 1), Stenly Tangkuman 2), Michael Rembet 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tujuan Penelitian ini untuk mendapatkan sebuah

Lebih terperinci

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil urban adalah kendaraan yang di desain irit bahan bakar dengan tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang jauh lebih kecil karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas dan Kekuatan Pengait Bak Angkut Kendaraan Multiguna Pedesaan

Analisis Stabilitas dan Kekuatan Pengait Bak Angkut Kendaraan Multiguna Pedesaan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (27) ISSN: 2337539 (23-927 Print) E4 Analisis Stabilitas dan Kekuatan Pengait Bak Angkut Kendaraan Multiguna Pedesaan Alfian Rafi Harsyawina dan I Nyoman Sutantra Departemen

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ. produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah

BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ. produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ 3.1 MetodePahldanBeitz Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME DAN PENGATUR POSISI DUDUKAN KURSI RODA PADA KEMIRINGAN LINTASAN 30 0

PERANCANGAN MEKANISME DAN PENGATUR POSISI DUDUKAN KURSI RODA PADA KEMIRINGAN LINTASAN 30 0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEKANISME AN PENGATUR POSISI UUKAN KURSI ROA PAA KEMIRINGAN LINTASAN 30 0 RONNY HARVEY M NRP 2103 100 068 osen Pembimbing: Prof.r.-ing I Made Londen Batan M.Eng JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. No. 1, Januari 2017 ISSN : 2502-2040 PERHITUNGAN DIAMETER MINIMUM DAN MAKSIMUM POROS MOBIL LISTRIK TARSIUS X BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2301-9271 A-35 Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan Faisal

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangan transporter tandan buah segar tipe trek kayu dapat dilihat pada Gambar 39. Transporter ini dioperasikan oleh satu orang operator dengan posisi duduk. Besar gaya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan Tugas Akhir Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan Oleh : Aldila Ningtyas 2108 100 003 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA Abstrak Alat transportasi sekarang ini sudah merupakan kebutuhan yang sangat penting sehingga tanpa alat transportasi banyak kegiatan yang tidak dapat berjalan dengan semestinya bahkan berhenti total.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN ANALISA KEKUATAN DAN KEMULURAN RANTAI SUPRA X 125 DD OLEH: WAHYUDDIN ROMADHON

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN ANALISA KEKUATAN DAN KEMULURAN RANTAI SUPRA X 125 DD OLEH: WAHYUDDIN ROMADHON TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN ANALISA KEKUATAN DAN KEMULURAN RANTAI SUPRA X 125 DD OLEH: WAHYUDDIN ROMADHON 2103 109 001 DAFTAR ISI o PENDAHULUAN o DASAR TEORI o METODOLOGI o ANALISA PERHITUNGAN o KESIMPULAN

Lebih terperinci

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas Agus Setiawan 1, Wahyudi 2, Dhika Aditya P. 3 1 Program

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting

Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting M. Naufal Falah 1, Budianto 2 dan Mukhlis 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Permesinan Kapal, Politeknik

Lebih terperinci

Pengembangan Penyangga Box Mobil Pick Up Multiguna Pedesaan

Pengembangan Penyangga Box Mobil Pick Up Multiguna Pedesaan 1 Pengembangan Penyangga Box Mobil Pick Up Multiguna Pedesaan Hulfi Mirza Hulam Ahmad dan Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Gejala Awal Stroke Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Bermula dari musibah yang menimpa sahabat saya ketika masih SMA di Yogyakarta, namanya Susiana umur 52 tahun. Dia sudah 4 hari ini dirawat di

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014 USULAN PERBAIKAN UKURAN MEJA PEWARNAAN DI STASIUN KERJA PEWARNAAN BATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (STUDI KASUS RUMAH BATIK KOMAR) 1 Rama Abdurrafi Mutaqi, 2 Rino Andias Anugraha,

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD Oleh: Bagus Kusuma Ruswandiri 2108100120 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc., Ph.D. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

Analisa Perilaku Arah Kendaraan dengan Variasi Posisi Titik Berat, Sudut Belok dan Kecepatan Pada Mobil Formula Sapuangin Speed 3

Analisa Perilaku Arah Kendaraan dengan Variasi Posisi Titik Berat, Sudut Belok dan Kecepatan Pada Mobil Formula Sapuangin Speed 3 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-301 Analisa Perilaku Arah Kendaraan dengan Variasi Posisi Titik Berat, Sudut Belok dan Kecepatan Pada Mobil Formula Sapuangin

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Batik Komar merupakan badan usaha milik perseorangan yang dimiliki oleh H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds. yang bergerak dibidang produksi kain batik. Batik Komar didirikan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN

RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN Disusun Oleh: HARUN ARROSYID NIM : D200030217 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Maret

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA Disusun oleh Yonathan A. Kapugu (2106100019) Dosen pembimbing Prof. Ir. IN Sutantra, M.Sc.,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SEPEDA MULTI GENDER

RANCANG BANGUN SEPEDA MULTI GENDER 1 RANCANG BANGUN SEPEDA MULTI GENDER Reinaldi Hendarto dan Prof.Dr.Ing.I Made Londen Batan, M.Eng Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief

Lebih terperinci

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu merancang metode kerja berdasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip-prinsip RULA. 3.

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

Desain Kendaraan Bermotor Roda Tiga Sebagai Alat Bantu Transportasi Bagi Penyandang Disabilitas

Desain Kendaraan Bermotor Roda Tiga Sebagai Alat Bantu Transportasi Bagi Penyandang Disabilitas Desain Kendaraan Bermotor Roda Tiga Sebagai Alat Bantu Transportasi Bagi Penyandang Disabilitas Moch. Rizal Rinaldy 1, Heroe Poernomo 2, dan Tri Andi Setiawan 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC Widiajaya 0906631446 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus Winda Halim, ST., MT IE-402 Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi 2 Jurusan Teknik Industri Fakutas Teknik Universitas Kristen Maranatha Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet Klasifikasi Skor RULA Penghitungan

Lebih terperinci

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES Diajukan untuk memenuhi salah satu Persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT Disusun Oleh : Sanusi Akbar NPM. 201310217011 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( ) SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto (2107 100 161) Abstrak Kekuatan rangka merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati)

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisa Sistem Kemudi Narrow Tilting Vehicle dengan Variasi Trackwidth dan Panjang Suspensi Arm

Perancangan dan Analisa Sistem Kemudi Narrow Tilting Vehicle dengan Variasi Trackwidth dan Panjang Suspensi Arm E126 Perancangan dan Analisa Sistem Kemudi Narrow Tilting Vehicle dengan Variasi Trackwidth dan Panjang Suspensi Arm Idestrian Adzanta dan Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME UJI KARAKTERISTIK SISTEM KEMUDI

PERANCANGAN MEKANISME UJI KARAKTERISTIK SISTEM KEMUDI PERANCANGAN MEKANISME UJI KARAKTERISTIK SISTEM KEMUDI Mochammad Reza Pahlevi, Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAINDAN ANALISIS MESIN PENCUCI CACAHAN BOTOL PLASTIK UNTUK INDUSTRI KECIL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI

TUGAS AKHIR DESAINDAN ANALISIS MESIN PENCUCI CACAHAN BOTOL PLASTIK UNTUK INDUSTRI KECIL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI TUGAS AKHIR DESAINDAN ANALISIS MESIN PENCUCI CACAHAN BOTOL PLASTIK UNTUK INDUSTRI KECIL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI Disusun Oleh : NAFAKAH ARIF PERMADI D200100101 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SEPEDA PASCA STROKE

PERANCANGAN SEPEDA PASCA STROKE JURNAL TEKNIK POMIT Vol., No. 1, (01) IN: 7-59 (01-971 Print) 1 PERANCANGAN EPEDA PACA TROKE Joko Pambudianto, I Made Londen Batan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi epuluh Nopember

Lebih terperinci

PERANCANGAN, PEMBUATAN PROTOTIPE DAN PENGUJIAN KURSI RODA MEKANIK MANDIRI (KROMMAN)

PERANCANGAN, PEMBUATAN PROTOTIPE DAN PENGUJIAN KURSI RODA MEKANIK MANDIRI (KROMMAN) PKMT-1-5-1 PERANCANGAN, PEMBUATAN PROTOTIPE DAN PENGUJIAN KURSI RODA MEKANIK MANDIRI (KROMMAN) Abdul Luky Shofi ul Azmi S, Makhfud Saptadi, Danang Prakosa Pujianto Program Studi Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir Proposal Tugas Akhir Tugas Akhir Oleh : Bimo Arindra Hapsara 2106 100 047 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN. 7-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 7 KESIMPULAN. 7-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 7 KESIMPULAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Aktifitas penyandang cacat kaki dalam menggunakan sepeda motor bebek yang dimodifikasi Berdasarkan hasil pengamatan, didapat gerakan-gerakan yang dilakukan saat menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI

ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : FARIS ADITYA PUTRA NIM. I 0410018 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH Michael Wijaya, Didi Widya Utama dan Agus Halim Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: mchwijaya@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah. Pengembangan dan perumusan ide desain. Tidak Penetapan mekanisme.

METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah. Pengembangan dan perumusan ide desain. Tidak Penetapan mekanisme. III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai Oktober 2012 di Laboraturium Teknik Mesin dan Otomasi, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA

ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Slamet

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANANG HADI SAPUTRO NIM. 201254007 DOSEN PEMBIMBING Taufiq Hidayat, ST., MT. Qomaruddin, ST.,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci