RANCANGAN PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG DI AREA TIMBUNAN Q03 SITE LATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANGAN PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG DI AREA TIMBUNAN Q03 SITE LATI"

Transkripsi

1 RANCANGAN PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG DI AREA TIMBUNAN Q03 SITE LATI Muhammad Sonny Abfertiawan (1), Firman Gunawan (2), Ria Irene Vince (1), dan Rudy Sayoga Gautama (1), (1) Program Studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung (2)AMD Superintendent, PT. Berau Coal Abstrak Disposal Q03 merupakan area penimbunan overburden Pit East yang berada di sub-catchment A9 Sungai Ukud. Simulasi melalui pendekatan catchment area menunjukan bahwa sub-catchment A9 memiliki beban keasaman yang tinggi. Perancangan sistem penyaliran di Disposal Q03 bertujuan untuk melakukan pengelolaan aliran air permukaan atau limpasan sehingga aliran air dapat terkontrol dengan baik. Hal ini dapat mengurangi dampak erosi yang dapat menggerus material disposal yang dapat menyebabkan interaksi material sulfida, air dan oksigen. Sistem penyaliran akan diintegrasikan dengan sistem pengolahan air asam tambang yakni menggunakan limestone channel. Disain sistem penyaliran terintegrasi ini dapat mengurangi dampak timbulnya air asam tambang di area disposal. Upaya pengelolaan AAT di Disposal Q3 merupakan bagian dari upaya pengembangan pengelolaan AAT melalui pendekatan catchment area. Pendekatan catchment area dapat memperlihatkan pengaruh setiap sub-catchment area terhadap aliran sungai. Pendekatan ini diharapkan dapat diintegrasikan kedalam proses perencanaan penambangan. Karakteristik catchment area merupakan pertimbangan yang penting dalam perencanaan penambangan terutama dalam penentuan lokasi dan disain penimbunan batuan penutup. Kata kunci: aat, timbunan, sistem penyaliran 1. Pendahuluan Pemanfaatan batubara sebagai sumber kebutuhan energi nasional Indonesia akan semakin meningkat hingga 30% dari total persentase sumber energi di tahun 2025 (Dewan Energi Nasional, 2006). Laju produksi batubara nasional mencapai 310 juta pada tahun 2010 dan diprediksi akan meningkat menjadi 340 juta ton pada tahun Permasalahan air asam tambang merupakan isu utama yang sering muncul dari kegiatan pertambangan. Pemerintah dalam regulasi yang telah dikeluarkan yakni Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 memberikan kewajiban kepada pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) untuk menerapkan kaidah teknik penambangan yang baik serta mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan (Pasal 95, a dan e). Permasalahan air asam tambang masih terjadi di banyak pertambangan batubara, sebagai contoh nilai ph air yang rendah di kolam bekas pit penambangan (Coal Pit Lake) di Kalimantan Selatan (Rahmawati & Gautama, 2010; Saputri & Gautama, 2010) dan nilai ph yang rendah di Sungai Ukud yang terkontaminasi oleh air asam tambang di Site Lati, Kalimantan Timur (Abfertiawan, 2010). Sungai Ukud merupakan sungai yang mengalir di Site Lati yang terindikasi terkontaminasi oleh air asam tambang dari kegiatan penambangan aktif dan daerah penimbunan. Nilai ph Sungai Ukud berada pada kisaran 3-4,5. Daerah tangkapan Sungai Ukud terdiri dari 48.6% daerah terganggu (pit dan timbunan) and 51.4% daerah asli. Pencegahan melalui enkapsulasi dengan memanfaatkan material tidak berpotensi membentuk asam (Non Acid Forming / NAF) sulit dilakukan dikarenakan 13

2 keterbatasan material tersebut. Secara umum persentase volume litologi NAF yang menyusun Site Lati adalah 30% dan persentase volume overburden litologi PAF adalah 70% dari total overburden. Gambar 1 Konsep Dasar Pendekatan Catchment Area 2. Konsep Pendekatan Catchment Area Pertambangan batubara permukaan (surface coal mining) secara umum meliputi kegiatan penggalian dan penimbunan batuan penutup (overburden) baik out pit dump maupun in pit dump. Pit penambangan merupakan daerah yang tidak dapat dihindari dari potensi pembentukan AAT yang berasal batuan pada dinding pit. Sehingga upaya yang dapat dilakukan hanyalah dengan melakukan pengolahan. Air yang masuk kedalam pit penambangan dikumpulkan dalam kolam di lantai tambang (pit sump). Air tersebut lalu dipompakan keluar dari pit untuk dilakukan proses pengolahan. Selain dari pit penambangan, area disposal batuan penutup juga berpotensi untuk membentuk AAT terutama disposal yang belum final. Disposal yang telah final juga berpotensi dapat membentuk air asam tambang jika proses pengelolaan batuan penutup yakni pemisahan material PAF dan NAF tidak dilakukan. Pembentukan AAT dari area penambangan, baik pit maupun disposal, jika tidak dilakukan upaya pengelolaan dan pengolahan akan mengalir menuju aliran sungai. Hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas aliran sungai. Kualitas aliran sungai di hulu sangat dipengaruhi oleh kualitas aliran dari setiap aliran di sub-catchment melalui proses pencampuran dan atau dilusi. Ini adalah dasar dari konsep pengelolaan AAT melalui pendekatan catchment area. Dengan memahami potensi pembentukan AAT, maka proses dan resiko di setiap site atau sub-catchment area dapat 14

3 disimulasikan dan langkah-langkah yang tepat dan biaya yang efektif untuk mengendalikan AAT dapat dilakukan. Lihat Gambar Pengelolaan AAT di Sub-catchment A9 Disposal Q03 Disposal Q03 terletak di salah satu bagian dari sub-catchment Sungai Ukud yakni sub-catchmnet A9 (Gambar 2) dengan luas area 188,79 Ha yang merupakan area penimbunan dari penambangan Pit East. Luas area terganggu mencapai 90% luas total atau 169,94 Ha. Daerah tangkapan ini memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan air asam tambang dengan debit aliran limpasan yang besar masuk ke dalam badan air Sungai Ukud. A1 Catchment Ukud Site Lati PT. Berau Coal A2 A4 A5 A9 A7 Keterangan: Batas DAS Sungai Ukud Titik Pengambilan Sample A10 Ketinggian Tinggi : 140 A6 A8 Rendah : -40 Sumber: Data Topografi per Mei 2010, PT. Berau Coal Laboratorium Lingkungan Teknik Pertambangan ITB Gambar 2. Catchment Sungai Ukud dan Titik Pengambilan Sampel Geokimia Batuan Pengambilan sampel batuan dilakukan untuk mengetahui distribusi karakteristik batuan melalui uji statik. Terdapay 27 titikm sampel yang tersebar di area timbunan serta badan Sungai Ukud. Hasil uji statik sampel bagian atas pada daerah timbunan menunjukan 11 sampel dikategorikan sebagai PAF, 1 sampel merupakan material NAF, 2 sampel dikategorikan uncertain dengan kecenderungan PAF, dan 1 sampel lainnya dikategorikan uncertain dengan kecenderungan NAF. Sedangkan dari hasil uji statik pada 4 sampel bagian bawah yang dipilih disimpulkan bahwa 2 sampel merupakan material PAF, 1 sampel merupakan material NAF, dan 1 sampel lainnya uncertain dengan kecenderungan NAF. Karakteristik geokimia dari hasil uji statik pada sampel bagian atas dan bagian bawah pada titik pengambilan sampel yang sama tidak selalu menghasilkan hasil yang sama. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa persebaran material pada area timbunan maupun badan sungai yang berada pada subcatcment A9 ini tersebar secara tidak merata dan sebagian besar lapisan tanah penutupnya merupakan material PAF yang berpotensi menghasilkan air asam. 15

4 Area timbunan Q3 dibagi menjadi 13 segmen berdasarkan analisis subcatchment, topografi, serta arah aliran air limpasan. Kemiringan area timbunan Q3 dianalisis berdasarkan pembagian masingmasing segmen yang telah ditentukan. Kemiringan total rata-rata timbunan adalah sekitar 18%. Kondisi kemiringan pada seluruh segmen tidak sama, beberapa segmen kemiringan timbunan di bawah 10%, namun pada beberapa segmen lainya kemiringan total timbunan di atas 30%. Kemiringan total timbunan seharusnya tidak lebih dari 15% untuk mencegah terjadinya longsor atau pun erosi yang dapat menggerus lapisan tanah untuk reklamasi maupun enkapsulasi. 4. Dasar Perencanaan Sistem Penyaliran Terintegrasi Penampang saluran yang akan dirancang adalah berbentuk trapesium dengan asumsi bahwa penampang dengan bentuk ini memiliki luas penampang basah yang realif lebih besar serta pembuatan yang relatif lebih sederhana dibanding bentuk saluran lainnya. Material yang menjadi pembentuk saluran adalah material setempat sehingga tidak memerlukan banyak material tambahan. Harga koefisien manning untuk material saluran diasumsikan sebesar Saluran dirancang memiliki freeboard sebesar 0.15 m. Ukuran ini diharapkan dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya debit limpasan yang melebihi debit rencana yang telah dihitung. Grade saluran didisain sebesar 1%-3%, namun akan disesuaikan berdasarkan elevasi pada tinjauan peta topografi serta kecepatan maksimum yang diperbolehkan untuk meminimalisasi terjadinya erosi. Nilai debit rencana dihitung dengan menggunakan metode rasional berdasarkan intensitas hujan harian rencana sebesar 105,97 mm. Persamaan yang digunakan dalam perencanaan dimensi saluran sistem penyaliran yakni : Q = 1 R n 2 / 3 S 1/ 2 A Sifat sifat penampang trapesium: θ = 60 0 z = R = P A. 1 3 ; B = 2 z z h ; A = [B + zh] h ; Dimana : Q = Debit Limpasan Rencana ; R = Jari-jari Hidraulik ; R= Jari-jari Hidraulik ; B = Lebar Saluran Dasar ; A = Luas Penampang ; h = Tinggi Saluran Basah ; fb = Free Board ; H = Tinggi Saluran ; L = Lebar Saluran P = Keliling Basah Saluran 5. Perencanaan Sistem Penyaliran Terintegrasi Dalam perancangan, area disposal Q03 dibagi menjadi 4 segmen utama dan 13 sub-segmen berdasarkan analisa pola aliran sehingga dapat ditentukan volume tangkapan air setiap segmen dan sub-segmen (Lihat Tabel 1 dan Gambar 3). Segmentasi ini bertujuan untuk membagi area pada disposal sehingga diperoleh debit aliran tiap segmen untuk mendisain dimensi saluran. Hasil perhitungan lengkap debit dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 4. 16

5 Gambar 3. Pembagian Segmen dan Pola Aliran di Disposal Q03 Tabel 1. Pembagian Segmen Pada Area Penelitian Areal Luas (m 2 ) Ha UP-A ,2208 3,49 UP-A ,0644 4,15 UP-B ,3569 2,18 MD-A 3.926,6333 0,39 MD-B ,1321 0,77 MD-B ,5684 3,35 BT-A 9.994,2368 1,00 BT-B ,1839 1,67 BT-B ,0216 1,27 SD-A ,8645 5,54 SD-B , ,10 SD-C , ,28 Kaki Disposal ,8897 4,88 TOTAL , ,08 17

6 UP-B Q = 0.18 m 3 /s UP-A1 Q = 0.29 m 3 /s UP-A2 Q = 0.34 m 3 /s Saluran 1 Saluran 1 Saluran 1 MD-B2 Q = 0.27m 3 /s Drop Structure A MD-B1 Q = 0.06 m 3 /s MD-A Q = 0.03 m 3 /s Drop Structure B Saluran 2 Saluran 2 Saluran 2 Q = 0.51 m 3 /s BT-B2 Q = 0.10 m 3 /s BT-B1 Q = 0.14 m 3 /s BT-A Q = 0.08 m 3 /s SD-B Q = 0.99m 3 /s Saluran 3 Q = 1.49 m 3 /s SD-C Q = 0.45 m 3 /s SD-D Q = 0.84 m 3 /s SD-A Q = 0.45 m 3 /s Saluran 5 Saluran 4 Q = 2.28 m 3 /s Kolam Penampung Q = 4.22 m 3 /s Q = 1.94 m 3 /s Saluran 4 WMP 5 Gambar 4. Arah Aliran Air pada Timbunan Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Seluruh Dimensi Saluran Terbuka Area Q R B A h fb H L P V m 3 /s m m m 2 m m m m m m/s Saluran 1 0,40 0,17 0,61 0,28 0,35 0,11 0,46 1,01 1,66 1,19 Saluran 2 0,32 0,17 0,61 0,28 0,35 0,11 0,46 1,01 1,66 0,96 Saluran 3 0,97 0,27 0,96 0,70 0,55 0,17 0,72 1,59 2,61 1,19 Saluran 4 2,65 0,46 1,65 2,09 0,95 0,29 1,24 2,75 4,50 1,09 Saluran 5 0,98 0,27 0,96 0,70 0,55 0,17 0,72 1,59 2,61 1,20 DS A 0,60 0,22 0,78 0,47 0,45 0,14 0,59 1,30 2,13 1,10 DS B 1,69 0,37 1,30 1,30 0,75 0,23 0,98 2,17 3,56 1,11 Dimensi Saluran Hasil kajian menghasilkan disain lima saluran terbuka yakni saluran 1 (panjang 800 m, lebar 0,61 m, tinggi 0,46 m), saluran 2 (panjang 580 m, lebar 0,61 m, tinggi, 0,46 m), saluran 3 (panjang 700 m, lebar 0,96 m, tinggi, 0,72 m), saluran 4 (panjang 580 m, lebar 1,65 m, tinggi, 1,24 m), saluran 5 18

7 (panjang 580 m, lebar 0,96 m, tinggi 0,72 m). Selain itu direncanakan terdapat dua buah drop structure dengan dimensi: drop structure 1 (panjang 120 m, lebar 0,78 m, tinggi 0,59 m) drop structure 2 (panjang 180 m, lebar 1,30 m, tinggi, 0,98m). m 3. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 5. Rancangan Sistem Penyaliran Dibutuhkan dua lokasi untuk pembuatan culvert. Pada inlet culvert 2 akan dibuat kolam penampung yang mampu menampung air dengan volume m 3 sedangkan pada outlet culvert 2 akan dibuat kolam penampung yang mampu menampung air dengan volume 9.076,88. Rancangan sistem penyaliran dapat dilihat pada Gambar 5. Sistem Limestone Channel pada Saluran Limestone channel akan dibuat pada lokasi setelah outlet culvert 2. Perancangan konseptual sistem limestone channel dilakukan berdasarkan hasil kajian simulasi reaksi geokimia. Limestone channel didisain dengan mengasumsikan penggunaan kapur CaCO 3 (persen calcite 50%), asumsi waktu tinggal (td) sebesar 1 jam, debit aliran 2,65 m 3 /detik, dan kemiringan saluran 2%. Hasil kajian konseptual diperoleh bahwa limestonne channel harus dibangun dengan panjang saluran sebesar 415 meter, lebar saluran 3 meter, kedalaman aliran 0,38 meter, dan kedalaman saluran 1 meter. 19

8 6. Diskusi Sungai Ukud merupakan aliran sungai di Site Lati yang terkontaminasi oleh AAT yang berasal dari pit penambangan aktif dan daerah disposal overburden. Hal ini mendorong untuk dilakukannya upaya-upaya perbaikan peningkatan kualitas aliran Sungai Ukud. Pengelolaan AAT melalui pendekatan catchment area adalah upaya yang saat ini sedang dikembangkan. Dalam metode pendekatan ini, berbagai alternatif simulasi telah dilakukan untuk melihat perilaku peningkatan kualitas aliran Sungai Ukud dengan tujuan untuk menentukan langka-langkah mitigasi yang tepat, efektif dan efisien. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa sub-catchment A9 adalah salah satu sub-catchment yang memiliki beban keasaman tertinggi dibandingkan sub-catchment lainnya. Oleh karena itu, subcatchment A9 menjadi prioritas dalam penanganan AAT di Sungai Ukud. Disposal Q03 merupakan bagian dari sub-catchment A9. Sistem penyaliran yang terintegrasi dengan sistem pengolahan pasif dilakukan untuk mengurangi beban keasaman sebelum masuk ke badan Sungai Ukud. Prinsip perancangan sistem penyaliran yakni melakukan pengelolaan aliran air untuk mengurangi erosi dan kontak terhadap material sulfida serta melakukan pengolahan AAT di hilir rancangan penyaliran. 7. Kesimpulan Dispoal Q03 yang menjadi bagian dari sub-catchment A9 menjadi prioritas untuk ditangani karena memiliki beban keasaman yang tinggi. Perancangan sistem penyaliran terintegrasi diharapkan dapat meminimalkan dampak erosi, kontakterhadap material sulfida, mengolah dan meningkatkan kualitas aliran air sebelum masuk ke Sunga Ukud. Pengelolaan sub-catchment A9 melalui Disposal Q03 merupakan bagian dari pengembangan metode pengelolaan air asam tambang melalui pendekatan catchment area. Pendekatan ini juga diharapkan dapat diintegrasikan pada saat perencanaan penambangan. Karakteristik catchment area menjadi pertimbangan yang penting dalam penentuan disain penambangan terutama dalam penentuan area penimbunan untuk mengurangi resiko pembentukan AAT. 8. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada PT. Berau Coal atas dukungan penuh dalam melaksanakan penelitian ini. 9. Referensi Abfertiawan M.S., Acid Mine Drainage Management Using Catchment Area Approach, Thesis, June 2010, Bandung (in Bahasa Indonesia) Kurniawan, Anang Tugas Akhir. Analisis Peningkatan Kualitas Air Limpasan Pada Disposal Dengan Menggunakan PHREEQC Geochemical Modelling. Bandung, Indonesia: Program Studi Teknik Pertambangan ITB. Lee Ji-Eun & Kim Yeongkyoo, A quantitative estimation of the factors affecting ph changes using simple geochemical data from acid mine drainage, Environment Geology 55:65 75, Springer- Verlag

9 Rahmawati, A.F. & Gautama, R.S., Back Analysis of Water Quality Forming in Pit Lakes of Coal Mine in Indonesia, Proceedings of International Symposium on Earth Science and Technology, December 7-8, 2010, Kyushu University, Fukuoka, Japan, pp Saputri, E.K.E. & Gautama, R.S., Prediction of Water Chemistry in Pit Lakes of Coal Mining, Indonesia, Proceedings of International Symposium on Earth Science and Technology, December 7-8, 2010, Kyushu University, Fukuoka, Japan, pp Vince, Irene Ria Rancangan Sistem Penyaliran di Area Timbunan Q3 Site Lati PT. Berau Coal, Provinsi Kalimantan Timur. Bandung, Indonesia: Program Studi Teknik Pertambangan ITB. 21

Penerapan Metode Active dan Passive Treatment Dalam Pengelolaan Air Asam Tambang Site Lati

Penerapan Metode Active dan Passive Treatment Dalam Pengelolaan Air Asam Tambang Site Lati Seminar Air Asam Tambang ke- dan Pascatambang di Indonesia Bandung, Oktober Penerapan Metode Active dan Passive Treatment Dalam Pengelolaan Air Asam Tambang Site Lati Hieronimus INDRA, Yan LEPONG, Firman

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Asam Tambang di Lati Mine Operation

Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Asam Tambang di Lati Mine Operation Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Asam Tambang di Lati Mine Operation Firman Gunawan 1,Rudy Sayoga Gautama 2, M. Sonny Abfertiawan 2, Ginting Jalu Kusuma 2, Yan Lepong 1, Saridi 1 1 AMD

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

RANCANGAN PENANGANAN MATERIAL OVERBURDEN YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN AIR ASAM TAMBANG DI BLOK 5D CB PT TANITO HARUM KALIMANTAN TIMUR

RANCANGAN PENANGANAN MATERIAL OVERBURDEN YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN AIR ASAM TAMBANG DI BLOK 5D CB PT TANITO HARUM KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PENANGANAN MATERIAL OVERBURDEN YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN AIR ASAM TAMBANG DI BLOK 5D CB PT TANITO HARUM KALIMANTAN TIMUR Aditya Denny Prabawa, Aris Herdiansyah, Rudi Hartono Magister Teknik

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Uyu Saismana 1, Riswan 2 1,2 Staf Pengajar Prodi Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan tambang yang berasal dari sedimen organik dari berbagai macam tumbuhan yang telah mengalami proses penguraian dan pembusukan dalam jangka waktu

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KAJIAN TEKNIS DIMENSI KOLAM PENGENDAPAN DI SETTLING POND 71 C PT. PERKASA INAKAKERTA KECAMATAN BENGALON KABUPATEN KUTAI TIMUR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud Dan Tujuan... 2 1.2.1 Maksud...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi penambangan dipengaruhi oleh keadaan genangan pada sump pit. Dengan tanpa penirisan yang menerus terutama pada saat kejadian hujan, air pada sump pit

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut

Lebih terperinci

Penanganan Air Asam Tambang Pada Skala Laboratorium Dengan Menggunakan Kapur Tohor Berdasarkan Parameter Ketebalan NAF

Penanganan Air Asam Tambang Pada Skala Laboratorium Dengan Menggunakan Kapur Tohor Berdasarkan Parameter Ketebalan NAF Penanganan Air Asam Tambang Pada Skala Laboratorium Dengan Menggunakan Kapur Tohor Berdasarkan Parameter Ketebalan NAF Bantar Tyas Sukmawati Rukmana 1, Abdul Rauf 2, Desyana Ghafarunnisa 3 Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pencegahan dan Penanggulangan Air Limpasan yang Masuk ke Kolam Blok Barat terhadap Pit Blok Timur Penambangan Batubara PT. Indoasia Cemerlang (PT. IAC) Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifatnya selalu. menimbulkan perubahan pada alam lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifatnya selalu. menimbulkan perubahan pada alam lingkungan sekitar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifatnya selalu menimbulkan perubahan pada alam lingkungan sekitar. United Nations Environment Programme (UNEP,

Lebih terperinci

Disampaikan pada acara:

Disampaikan pada acara: GOOD MINING PRACTICE Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Perhitungan Kontribusi Penurunan Beban Pencemaran Lingkungan Sektor Pertambangan DIREKTORAT TEKNIK

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA)

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Riswan 1, Dimas Aditya 2 Abstrak. Tambang terbuka menghasilkan daerah bukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dalam dunia pertambangan batubara berada pada peringkat keempat sebagai penghasil batubara di dunia setelah Cina, Amerika Serikat dan Australia (BP.2014).

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penutupan Lubang Bekas Tambang Pada Area Void P3000 Bk01a North Block PT Trubaindo Coal Mining, Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barai, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan

Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Fahrizal Ardy Kurniawan 1, Peter Eka Rosadi 2 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Alpian Nafarin 1*, Agus Triantoro 1, Riswan 1, Freddy Aditya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang dan Upaya Perbaikan Sistem Pemompaan di Tambang Terbuka (Studi Kasus: Penambangan Batubara Site Kelubir Mine Operation PT.

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan Subiakto 1, Peter Eka Rosadi 2, Hartono 3 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan ph yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan ph yang rendah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan batubara umumnya memberikan dampak terhadap lingkungan, salah satunya ialah keterbentukan air asam tambang (AAT) yaitu air yang memiliki tingkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI

LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI 70 71 LAMPIRAN B PETA CACTHMENT AREA 72 PETA CATCHMENT AREA LOKASI PENELITIAN KEC. MEUREBO, KAB. ACEH BARAT PROVINSI ACEH 73 LAMPIRAN C PETA CACTHMENT AREA DAN ARAH ALIRAN 74

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN Tumpol Richardo Girsang 1, Eddy Ibrahim 2, dan Mukiat 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Kegiatan Lapangan 4.1.1 Kondisi Lapangan PT Cipta Kridatama memiliki luas IUP sebesar 4.642 Ha. Lokasi penelitian mengenai system penyaliran tambang (mine dewatering)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data BAB V ANALISA DATA 5.1 UMUM Analisa data terhadap perencanaan jaringan drainase sub sistem terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisa dilakukan, terlebih

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA. Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli*

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA. Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli* PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli* *) Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin **) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin SARI: Operasi penambangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ika Tri Novianti Siregar, Riko Suryanata, Indri Febriyanti,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BATUBARA DISTOCKPILE PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT DERMAGA KERTAPATI

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BATUBARA DISTOCKPILE PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT DERMAGA KERTAPATI EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BATUBARA DISTOCKPILE PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT DERMAGA KERTAPATI EVALUATIONOF LIQUID COALWASTE MANAGEMENT AT STOCKPILE PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT DERMAGA KERTAPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Commision on Environment and Development (1987) dalam Jaya (2004) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE 6. Tinjauan Umum Analisis debit banjir rencana saluran drainase adalah bertujuan untuk mengetahui debit banjir rencana saluran sekunder

Lebih terperinci

WATER MANAGEMENT SYSTEM TAMBANG PADA PIT PT ULIMA NITRA JOBSITE PT MENAMBANG MUARA ENIM WATER MANAGEMENT SYSTEM OF MINE ON PIT PT ULIMA NITRA

WATER MANAGEMENT SYSTEM TAMBANG PADA PIT PT ULIMA NITRA JOBSITE PT MENAMBANG MUARA ENIM WATER MANAGEMENT SYSTEM OF MINE ON PIT PT ULIMA NITRA WATER MANAGEMENT SYSTEM TAMBANG PADA PIT PT ULIMA NITRA JOBSITE PT MENAMBANG MUARA ENIM WATER MANAGEMENT SYSTEM OF MINE ON PIT PT ULIMA NITRA JOBSITE PT MENAMBANG MUARA ENIM Arie Saputra 1,Restu Juniah

Lebih terperinci

KAJIAN DIMENSI PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA PT BATURONA ADIMULYA KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROPINSI SUMATERA SELATAN

KAJIAN DIMENSI PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA PT BATURONA ADIMULYA KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROPINSI SUMATERA SELATAN KAJIAN DIMENSI PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA PT BATURONA ADIMULYA KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Suhariyanto 2 ABSTRAK Metode yang biasa digunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis, Efrilia Wardani. vii

KATA PENGANTAR. Penulis, Efrilia Wardani. vii RINGKASAN Pit Lisat merupakan proyek penambangan batubara milik PT. Gunung Bayan Resources yaitu PT. Teguh Sinar Abadi (TSA) dan PT. Firman Ketaun Perkasa (FKP) dimana tempat penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

STUDI PENCEGAHAN PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN METODE ENKAPSULASI

STUDI PENCEGAHAN PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN METODE ENKAPSULASI STUDI PENCEGAHAN PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN METODE ENKAPSULASI Oleh : Waterman Sulistyana B Hamzah Umar RINGKASAN Kegiatan penambangan batubara berpotensi pencemaran berupa air asam tambang. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana seluruh airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

Analisis Keputusan Hidrogeologi : Optimasi Sump pada Sistem Tambang Terbuka. Hydrogeological Decision Analysis : Sump Optimization at an Open Pit Mine

Analisis Keputusan Hidrogeologi : Optimasi Sump pada Sistem Tambang Terbuka. Hydrogeological Decision Analysis : Sump Optimization at an Open Pit Mine Analisis Keputusan Hidrogeologi : Optimasi Sump pada Sistem Tambang Terbuka Hydrogeological Decision Analysis : Sump Optimization at an Open Pit Mine Aris Rinaldi Program Studi Teknik Airtanah, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA

ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 1, Januari 2014 ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA Yuliantini Eka Putri 1 Abstrak : Operasi penambangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) Dadang Aryanda*, Muhammad Ramli*, H. Djamaluddin* *)

Lebih terperinci

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program D-III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.5. Gambaran Umum Lokasi Studi Gambar 4.1. Lokasi Studi Kelurahan Jagalan merupakan salah satu kelurahan yang cukup padat dengan jumlah penduduk pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Analisa sistem drainase dan penangulangan banjir Kota Semarang sebenarnya telah menjadi perhatian sejak zaman kolonial Belanda, dengan dibangunnya dua banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya

Lebih terperinci

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT TUGAS AKHIR RC09-1380 STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT RATNA PUSPITA WIDYANINGRUM NRP 3107 100 060 Dosen Pembimbing : Ir. Sofyan Rasyid, MT JURUSAN

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012, No.201 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AIR ASAM TAMBANG DI LINGKUNGAN TAMBANG PIT 1 BANGKO BARAT, TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Sebuah Studi Kasus Air Asam Tambang

KARAKTERISTIK AIR ASAM TAMBANG DI LINGKUNGAN TAMBANG PIT 1 BANGKO BARAT, TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Sebuah Studi Kasus Air Asam Tambang J. Tek. Ling Vol. 9 No. 3 Hal. 314-319 Jakarta, September 2008 ISSN 1441-318X KARAKTERISTIK AIR ASAM TAMBANG DI LINGKUNGAN TAMBANG PIT 1 BANGKO BARAT, TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Sebuah Studi Kasus Air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perkerasan jalan secara umum dibedakan atas dua macam yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Pada dasarnya perkerasan lentur

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT

EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT 1 TIMUR PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT PENAMBANGAN TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Yohannes Gultom 1, Maulana Yusuf 2, Abuamat 3 1,2,3

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG PADA PT. RIMAU ENERGY MINING KABUPATEN BARITO TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

STUDI PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG PADA PT. RIMAU ENERGY MINING KABUPATEN BARITO TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH STUDI PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG PADA PT. RIMAU ENERGY MINING KABUPATEN BARITO TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Anshariah 1, Sri Widodo 2, Robby Nuhung 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Batasan Masalah Maksud dan Tujuan Sistematika Penyajian Laporan...

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Batasan Masalah Maksud dan Tujuan Sistematika Penyajian Laporan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR... BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

Pola Penyebaran Potensi Keterbentukan Air Asam Tambang pada Tambang Batubara di Blok Loajanan Samarinda Kalimantan Timur

Pola Penyebaran Potensi Keterbentukan Air Asam Tambang pada Tambang Batubara di Blok Loajanan Samarinda Kalimantan Timur Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pola Penyebaran Potensi Keterbentukan Air Asam Tambang pada Tambang Batubara di Blok Loajanan Samarinda Kalimantan Timur 1 Nella Oktafia, 2 Nendaryono Madiutomo

Lebih terperinci

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Syarifuddin 1, Sri Widodo 2*, Arif Nurwaskito 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bumi terdiri dari air, 97,5% adalah air laut, 1,75% adalah berbentuk es, 0,73% berada didaratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tambang terbuka khususnya tambang batubara yang berada di dekat dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM

BAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM 40 BAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM 4.1 Deskripsi Wilayah Studi 4.1.1 Pendahuluan Museum Bank Indonesia merupakan salah satu bangunan

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: air asam tambang, jar test, kapur tohor, kolam pengendapan, zeolit

Abstrak. Kata kunci: air asam tambang, jar test, kapur tohor, kolam pengendapan, zeolit ANALISIS EFEKTIVITAS KAPUR TOHOR DAN ZEOLIT UNTUK PENINGKATAN ph DAN PENURUNAN KANDUNGAN LOGAM Fe DAN Cu PADA PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG (Studi Kasus: Pit Batumarupa PT Makale Toraja Mining) Chairul Wahyu

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK VIRDA ILLYINAWATI 3110100028 DOSEN PEMBIMBING: PROF. Dr. Ir. NADJAJI ANWAR, Msc YANG RATRI SAVITRI ST, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENIRISAN TAMBANG BLOK AIR GETUK GARUK PT DANAU MASHITAM BENGKULU TENGAH

EVALUASI SISTEM PENIRISAN TAMBANG BLOK AIR GETUK GARUK PT DANAU MASHITAM BENGKULU TENGAH EVALUASI SISTEM PENIRISAN TAMBANG BLOK AIR GETUK GARUK PT DANAU MASHITAM BENGKULU TENGAH THE EVALUATION OF DRAINING SYSTEM AIR GETUK GARUK MINE PT DANAU MASHITAM CETRAL BENGKULU David Junisa 1, Marwan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Simulasi Penyaliran Tambang Melalui Optimasi Elevasi Muka Air Kolam Untuk Menjaga Front Kerja Penambangan (Studi Kasus : Penambangan Batubara Pit 1 Wara, PT

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR PADA KECAMATAN MEDAN SELAYANG DAN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi Kasus : Jl. Jamin Ginting, Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Gatot Subroto ) FITHRIYAH

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Studi 1. Letak dan Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Jepara dan Daerah Tangkapan Hujan Waduk Way Jepara secara geografis terletak pada 105 o 35 50 BT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN KOAGULAN PADA UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH BATUBARA

PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN KOAGULAN PADA UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH BATUBARA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN KOAGULAN PADA UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH BATUBARA Praswasti PDK Wulan, Misri Gozan, Hardi Putra Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PENIRISAN TAMBANG NIKEL LATERIT MENGUNAKAN METODE MINE DEWATERING

KAJIAN TEKNIS PENIRISAN TAMBANG NIKEL LATERIT MENGUNAKAN METODE MINE DEWATERING KAJIAN TEKNIS PENIRISAN TAMBANG NIKEL LATERIT MENGUNAKAN METODE MINE DEWATERING Marwan 1, Sri Widodo 2, Nurliah Jafar 1* 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia 2. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Sistem Penyaliran Tambang dalam Mencegah dan Menanggulangi Air Limpasan Alami dan Air Limpasan Terganggu di Void T2 Blok B West Sambarata Mine Operation (SMO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN PLANNING TECHNIC MINE OUT DUMP PIT C IN COAL MINE AT PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah diterbitkan, dan dari buku-buku atau artikel-artikel yang ditulis para peneliti sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Berita Acara Tugas Akhir... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Berita Acara Tugas Akhir... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Daftar Isi... DAFTAR ISI Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Berita Acara Tugas Akhir... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Abstrak... i ii iii iv vi viii xi xii

Lebih terperinci

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Culvert/ gorong-gorong adalah sebuah conduit yang diletakkan di bawah sebuah timbunan, seperti misalnya timbunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci