IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Sawi Sendok/Pakcoy Secara Hidroponik 1. Persiapan Instalasi Hidroponik Persiapan instalasi hidroponik adalah upaya mempersiapkan segala perangkat hidroponik sehingga mampu menopang pertumbuhan dan produksi tanaman yang baik. Persiapan untuk budidaya tanaman sawi sendok/pakcoy secara hidroponik adalah sebagai berikut : a. Pembuatan Greenhouse Greenhouse didefinisikan sebagai suatu bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang tembus cahaya. Cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman dapat masuk ke dalam rumah tanaman sehingga tanaman terhindar dari kondisi yang tidak menguntungksn. Selain itu, dengan pemakaian greenhouse maka suhu, kelembaban, cahaya, dan keperluan tanaman yang lain dapat diatur sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun. Didalam rumah tanaman/greenhouse, parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah cahaya matahari, suhu udara, dikendalikan dengan mudah. Penggunaan greenhouse kelembaban udara, pasokan nutrisi, kecepatan angin, dan konsentrasi karbondioksida dapat dikendalikan dengan mudah. Penggunaan greenhouse memungkinkan dilakukannya modifikasi lingkungan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman menjadi lebih mendekati lebih optimum bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau rumah hijau sangat penting sekali dalam menunjang produktivitas pertanian karena pada green house terdapat kondisi lingkungan yang terkendali mulai dari sinar matahari/cahaya, kelembaban, suhu dan jumlah pengairan. Sebutan greenhouse sendiri sebenarnya adaptasi dari istilah rumah kaca. Karena alasan ekonomis, pembuatannya kini lebih sering digantikan dengan bahan plastik, sehingga istilah rumah kaca menjadi tidak sesuai lagi dan berganti 26

2 27 dengan sebutan greenhouse (rumah hijau), sesuai dengan fungsinya sebagai rumah tanaman yang notabene berwarna hijau. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun greenhouse agar penggunaannya dapat lebih efektif, antara lain ketinggian dan sirkulasi udara. Beberapa bahan utama yang dibutuhkan untuk membangun green house sederhana yaitu : a) Kayu dan bambu Bahan-bahan ini digunakan untuk pembuatan kerangka dan juga rak-rak untuk tanaman. Anda dapat memilih salah satu ataupun mengkombinasikannya sesuai keinginan. Bahan dari kayu dan bambu lebih murah namun hanya mampu bertahan 2-3 tahun, sedangkan besi lebih mahal namun tahan lama. b) Plastik PP Plastik ini digunakan untuk menutupi bagian atap. Penggunaan plastik ini bertujuan agar cahaya matahari dapat tetap masuk kedalam green house. c) Paranet Digunakan untuk menutupi seluruh bagian sisi dinding. Paranet berguna untuk memberi sirkulasi udara, menyaring sinar matahari dan menghalau masuknya serangga dari luar. d) Paku, kawat, tali dan lain sebagainya Pada dasarnya bahan-bahan ini digunakan untuk mengikat dan memberi kekuatan konstruksi bangunan sehingga bangunan dapat berdiri dengan kokoh. Kemudian untuk langkah-langkah pembuatan greenhouse cukup mudah untuk dilakukan. Berikut langkah-langkah sederhana yang dilakukan : a) Menentukan lokasi dan ukuran greenhouse. Pemilihan lokasi setidaknya memperhatikan beberapa faktor, seperti luas lahan, bentuk topografi, iklim, serta ketersediaan sumber air.

3 28 b) Menentukan ukuran greenhouse Setelah memperhatikan itu semua, maka selanjutnya dapat menentukan ukuran dan arah bangunan sesuai dengan keinginan. Ukuran greenhouse yang akan dibuat adalah dengan panjang 5 meter, lebar 3 meter dan tinggi 2 meter. Menentukan ukuran bangunan akan membantu memperhitungkan jumlah kebutuhan bahan yang diperlukan. Semakin besar ukuran maka tentu akan semakin besar biaya yang dikeluarkan. c) Membuat kerangka Bentuk kerangka dapat disesuaikan dengan keinginan, baik berbentuk rumah ataupun melengkung. Membuat kerangka mulai dari bagian dinding, pintu hingga bagian atap. Setiap tiang utama kerangka dapat anda berikan dudukan beton agar lebih kuat. Gunakan paku, baut dan tali untuk mengikat antar bagiannya. d) Menutup Kerangka Setelah kerangka selesai dibentuk, kemudian tutuplah bagian atapnya dengan plastik PP dengan ketebalan 0,1 mm. Kemudian menutup bagian dinding dengan paranet. Gunakan paku, baut dan tali untuk mengikatnya. Pasanglah secara benar dan hati-hati agar hasilnya lebih rapi dan kuat. e) Finishing Setelah green house selesai dibangun, maka tahap selanjutnya melakukan pengaturan di dalamnya. Pengaturan dapat disesuaikan dengan kegunaannya, anda dapat membuat sekat-sekat ataupun membuat rak-rak kecil sebagai tempat tumbuh tanaman.

4 29 b. Pembuatan Instalasi Rakit Apung Hidroponik rakit apung adalah yang sistem paling sederhana dari semua sistem hidroponik aktif. Platform yang memegang tanaman biasanya terbuat dari sterofoam dan mengapung langsung pada larutan nutrisi. Floating hidroponic system (FHS) merupakan budidaya sayuran pada lubang sterofoam (gabus) yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung. Pada sistem ini, larutan nutrisi tidak disirkulasikan, tetapi dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena akan terjadi pengkristalan dan pengendapan nutrisi di dasar kolam dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat mengganggu pertumbuhan sayuran. Gambar 1. Proses Pembuatan Greenhouse dengan ukuran panjang 5 m, lebar 3 meter, tinggi 2 meter Pembuatan/hidroponik sistem rakit apung sederhana ini peralatan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut a) Sebuah bak yang berukuran 240x120x20 yang berguna untuk menampung adanya larutan nutrisi b) Plastik PP sebagai pelapis pada bak c) Sterofoam ukuran 100x50 sebagai tempat penanaman d) Gabus / busa sebagai pelapis tanaman agar tidak terendam air secara langsung

5 30 e) Cutter yang gunanya untuk memotong bagian stryrofoam. f) Solder untuk melubangi papan sterofoam g) ph meter untuk mengukur ph air larutan h) TDS / EC meter untuk mengetahui kepekatan konsentrasi nutrisi pada air larutan Gambar 2. Papan dan Kayu untuk Bak Rakit Apung Gambar 3. Bak Rakit Apung Gambar 4. Pelubangan Sterofoam Prinsip pada bertanam secara hidroponik rakit apung adalah dengan menempatkan tanaman terapung tepat berada di atas cairan nutrisi. Kelebihan dari metode ini adalah nantinya tanaman akan mendapatkan pasokan air dan juga nutrisi secara rutin, sehingga bisa memudahkan perawatan. Tahapan pembuatan sistem hidroponik rakit apung sederhana menggunakan bak air yaitu : a) Pertama-tama membuat bak yang akan digunakan sebagai wadah nutrisi. Bak dapat dibuat dari papan kayu, bak papan kayu ini dibuat dengan ukuran 240x120x20.

6 31 b) Kemudian melapisi bak papan kayu ini dengan menggunakan palstik pp pada seluruh permukaan. Pelapisan plastik ini bertujuan agar nutrisi tidak merembes ke papan dan aagar nutrisi lebih awet. c) Setelah itu memotong sterofoam sesuai dengan kebutuhan ukuran permukaan pada bak. d) Membuat lubang di permukaan sterofoam, dengan jarak antar lubang agak rapat yaitu sekitar 9,5 cm. Pelubangan dapat menggunakan soldire agar lebih cepat dan rapi. Lubang ini nantinya untuk menempatkan atau tempat penanaman tanaman pakcoy. c. Pembuatan Media Tanam Substrat Hidroponik substrat merupakan sistem hidroponik yang medianya bukan berasal dari larutan nutrisi atau air. Media yang digunakan pada hidroponik substrat pada dasarnya menggunakan media padat seperti pasir dan arang sekam. Karakteristik terpenting pada media dalam sistem substrat adalah media yang porous dan tidak menimbulkan penyakit. Media tanam substrat yang digunakan adalah arang sekam dan sekam mentah dengan perbandingan 2:1. Media yang dipilih arang sekam dan sekam mentah karena kedua komponen tersebut mampu menahan air secara baik dan memiliki porous yang ideal untuk pertumbuhan tanaman sehingga akan meminimalkan dalam penyiraman air serta nutrisi yang diberikan dapat dimanfaatkan secara efisien. Tahapan dalam pembuatan media tanam substrat adalah sebagai berikut: a) Misalnya sustrat arang sekam dan sekam mentah dengan perbandingan 2:1 b) Mencampurkan arang sekam dan sekam mentah dan aduk hingga kedua campuran tersebut tercampur secara merata c) Kemudian memasukkan media tanam substrat pada polybag namun jangan terlalu penuh, disisakan ± 3 cm dari bibir polybag yang bertujuan agar pada saat penyiraman media tidak akan tumpah.

7 32 Gambar 5. Arang Sekam dan Sekam Mentah Gambar 6. Proses memasukkan media kedalam polybag Karakteristik dari metode ini adalah dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi ph air, tidak berubah warna, dan tidak mudah lapuk. Hal yang perlu dilakukan dalam metode ini adalah memilih substrat yang sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan. Misalnya: arang sekam, pasir, pecahan batu bata ataupun sekam mentah. Apabila menggunakan lebih dari satu macam substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Kelebihan dari sistem ini yaitu tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, dan biaya operasional tidak terlalu besar. 2. Pengadaan Benih Pada budidaya pakcoy ini lebih memilih menggunakan benih dalam kemasan. Penggunaan benih kemasan lebih dipilih karena kualitas benih lebih terjamin dan telah bersertifikat. Benih yang bagus memiliki ciri-ciri diantaranya produktivitas tinggi, pertumbuhan seragam dan mutu genetisnya tinggi. Gambar 7. Benih Sawi Sendok / Pakcoy Yang Siap Pakai

8 33 Benih yang digunakan yaitu benih bermerk Pak Choy White. Benih Sawi sendok/pakcoy dari Takii Seed ini merupakan benih sawi sendok atau pakcoy yang berjenis sawi sendok putih. Benih tanaman sawi sendok dari Pak Choy White cocok ditanam di dataran tinggi ataupun dataran rendah. Benih dengan jenis ini mempunyai tangkai daun berwarna putih, tebal dan daun yang menyerupai sendok. Umur panen benih ini adalah hari setelah penyemaian dan benih ini mempunyai produktivitas yang tinggi karena mempunyai daya tumbuh 90% serta kemurnian benih 99%. 3. Penyemaian Proses penyemaian diawali dengan mempersiapkan media. penyemaian dilakukan pada media berupa campuran tanah dan kompos. Penyemaian benih pakcoy menggunakan media tanah ini dapat dilakukan dengan menyebar benih. Benih yang telah disebar pada nampan yang telah berisikan media tanah dan kompos ini kemudian ditutupi dengan tanah secara tipis, hal ini dilakukan agar benih tidak hilang terbawa angin maupun arus air saat penyiraman. Gambar 8. Persemaian Perawatan yang dilakukan pada saat fase persemaian yaitu penyemprotan setiap pagi dan sore. Penyemprotan hanya menggunakan air biasa tanpa campuran nutrisi. Proses penyemprotan benih menggunakan sprayer dengan kecepatan atau tekanan semprot paling minim. Hal ini bertujuan untuk menjaga benih tetap berada dalam keadaan baik dan tidak terbawa arus air pada saat penyemprotan tanaman. Benih akan tumbuh

9 34 setelah 3-7 hari setelah tanam, tergantung kualitas benih dan cara penyemaian. 4. Pembuatan Nutrisi Larutan nutrisi merupakan sumber pasokan nutrisi bagi tanaman untuk mendapatkan sumber makanan dalam budidaya hidroponik. Nutrisi dibutuhkan oleh tanaman karena nutrisi dapat memicu pertumbuhan bagian dari sel-sel dalam tubuh tanaman dan juga berfungsi melancarkan proses metabolisme pada tanaman sehingga mampu bertahan dalam satu siklus hidup. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman ini biasanya disebut dengan unsur hara tanaman. Pemberian larutan hara yang teratur sangat penting pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan. Gambar 9. Komponen Stok A, Stok B dan TDS Nutrisi hidroponik ini adalah pupuk hidroponik lengkap yang mengadung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman hidroponik. Pupuk tersebut diformulasi secara khusus sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanaman. Nutrisi Hidroponik ini mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang berupa hara makro N, P, K, Mg, Ca serta S maupun hara mikro Fe, Mn, Zn, B, Cu serta Mo. Adapun H, C serta O didapat dari udara serta air. Pemberian nutrisi berkaitan erat dengan kadar asam (ph) larutan nutrisi itu sendiri, sehingga pemberian nutrisi juga harus di perhatikan dan di kontrol agar kadar asam

10 35 (Ph) tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Ph yang cocok untuk tanaman pakcoy yaitu berkisar 5,5-6,5. Dalam pembuatan nutrisi hidroponik biasanya akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu stok A dan stok B. Stok A terdiri atas Kalsium nitrat (Ca) dan Fe-EDTA, sedangkan stok B terdiri atas KN03, MgSO4, ZA dan Mikro max. Komposisi yang digunakan yaitu 5 kg stok A dilarutkan pada 5 liter air bersih, begitupula dengan stok B. Masing-masing stok akan dilarutkan dalam wadah yang berbeda. Proses pembuatan dibagi menjadi 2 stok ini perlu dilakukan agar tidak terjadi reaksi antara ion Ca dengan ion PO atau ion SO dimana reaksi tersebut akan membentuk dan. Kedua seyawa tersebut akan mengendap sehingga akan menyulitkan tanaman dalam menyerap unsur hara. Apabila nutrisi sudah dilarutkan dan menjadi pekatan nutrisi ini, untuk dapat mengaplikasikan ke tanaman yaitu dengan cara pengenceran pekatan nutrisi A dan B masing-masing 5 ml kedalam 1 liter air bersih. 5. Pemindahan Tanam ke Rakit Apung Pemindahan benih dilakukan apabila benih telah berusia hari, tergantung ukuran dan keadaan tanaman. Apabila pemindahan tanaman ke area pembibitan ini terlambat atau terlalu lama maka tanaman akan stress, gejala stress yang dialami tanaman seperti daun menjadi kering, tanaman kerdil dan tanaman menjadi busuk atau mati. Pemindahan dari area persemaian ke area pembibtan ini bertujuan untuk menunjang pertumbuhan pakcoy agar lebih maksimal. Pemindahan yang dilakukan yaitu berupa pemindahan bibit dari media tanah ke media air atau hidroponik sistem rakit apung. Sistem rakit apung ini sendiri merupakan cara budidaya hidroponik yang menggunakan sterofoam yang mengapung di atas larutan hara dengan terdapat lubang pada sterofoam sebagai tempat peletakan tanaman. Sehingga pada proses pemindahan ini harus sangat memperhatikan kondisi tanaman, karena pada media dan lingkungan yang baru ini sangat berbeda

11 36 dengan kondisi saat penyemaian sehingga tanaman harus beradaptasi secara keseluruhan. Sebelum bibit dipindahkan ke bak penanam, terlebih dahulu harus mempersiapkan segala perlengkapan rakit apung. Persiapan perlengkapan diantaranya: a) Menyiapkan Sterofoam Sterofoam merupakan perlengkapan paling penting, karena sterofoam merupakan pengganti pot atau polybag. Sebelum sterofoam digunakan, sterofoam terlebih dahulu dilubangi dengan menggunakan soldire. Lubang-lubang tersebut merupakan tempat penanaman pakcoy, proses pelubangan diberikan jarak 9,5 cm antara lubang satu dengan lubang yang lain, hal ini bertujuan sebagai jarak tanam tanaman pakcoy agar pertumbuhan dan pembesaran tanaman pakcoy dapat maksimal. b) Menyiapkan Gabus/Busa Gabus/busa digunakan sebagai tempat penopang akar sehingga tanaman tidak terendam air secara keseluruhan. Gabus/busa dipotong kecil kecil dengan ketebalan 0,5 cm dengan panjang 7 cm. Gabus/busa yang telah dipotong-potong dilekatkan pada bagian akar tanaman untuk mencegah tanaman terendam dalam air dan mencegah kebusukan tanaman. Apabila tanaman langsung ditanam pada media sterofoam, tanaman akan ikut terendam dalam air dan akan menyebabkan kebusukan tanaman karena tidak adanya tempat penopangan akar. c) Menyiapkan Nutrisi Pada saat pemindahan kadar nutrisi yang diberikan yaitu 800 ppm, pemberian kadar nutrisi tidak terlalu tinggi ini bertujuan agar tanaman mampu beradaptasi dengan cepat. Kemudian seminggu berikutnya kadar nutrisi ditingkatkan menjadi ppm. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman agar mampu menghasilkan ukuran yang optimal dan kualitas yang maksimal.

12 37 Gambar. 10 Penanaman Sistem Rakit Apung 6. Pemindahan Tanaman ke Media Substrat Pemindahan benih dilakukan apabila benih telah berusia hari, tergantung ukuran dan keadaan tanaman. Apabila pemindahan tanaman ke area pembibitan ini terlambat atau terlalu lama maka tanaman akan stress, gejala stress yang dialami tanaman seperti daun menjadi kering, tanaman kerdil dan tanaman menjadi busuk atau mati. Pemindahan dari area persemaian ke area pembibtan ini bertujuan untuk menunjang pertumbuhan pakcoy agar lebih maksimal. Gambar 11. Penanaman Substrat Pemindahan yang dilakukan yaitu berupa pemindahan bibit dari media tanah ke media hidroponik sistem substrat. Sistem ini berisi campuran arang sekam dan sekam mentah dengan perbandingan 2:1, pemindahan tanaman dilakukan setelah media tanam dilubangi menggunakan tangan, pelubangan media substrat tidak terlalu dalam karena ukuran tanaman belum terlalu besar. Pemindahan bibit tanaman ditanam pada media tanam dengan kedalaman ±5 cm, kedalaman ini

13 38 kedalaman yang standart karena kedalamannya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam sehingga tanaman dapat tumbuh secara tegap dan optimal. Setelah pemindahan bibit selesai, tanaman disiram dengan air nutrisi dengan kadar 800 ppm. Pemberian kadar nutrisi tidak terlalu tinggi bertujuan untuk mencegah tanaman stres dan dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru dengan baik. 7. Pemeliharaan Tanaman pakcoy tidak menuntut pemeliharaan khusus (ekstra) apalagi bila menggunakan sistem hidroponik. Pemeliharaan yang dilakukan untuk tanaman pakcoy sama dengan pemeliharaan tanaman sayur hidroponik lainnya, namun untuk mendapatkan produksi yang maksimal perlu perawatan yang intensif. Pemeliharaan yang dilakukan diantaranya : a. Penyulaman Gambar 12. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila tanaman tidak tumbuh secara normal atau tanaman dapat dikatakan kerdil dan tanaman mati. Penyulaman dilakukan bertujuan untuk menggantikan tanaman yang mati ataupun pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman baru yang diharapkan dapat tumbuh secara optimal. Apabila tanaman tidak dilakukan penyulaman maka produktivitas akan menurun karena adanya pertumbuhan tanaman yang kurang baik dan tidak optimal. Penyulaman dapat dilakukan setelah 3-4 hari setelah penanaman,

14 39 apabila penyulaman dilakukan dengan jarak waktu yang cukup lama maka akan mengakibatkan pemanenan tanaman tidak akan serempak. b. Penyiraman Gambar 13. Penyiraman Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy Meskipun menggunakan sistem hidroponik, tanaman juga masih perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman yang dilakukan berbeda dengan penyiraman tanaman pada lahan, penyiraman menggunakan sistem semprot pada daun. Agar tanaman segar, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari, namun apabila cuaca sangat panas penyiraman ditambah yaitu pada siang hari. Hal ini dilakukan agar tanaman tetap segar, karena pada siang hari tanaman melakukan proses respirasi dan transpirasi yang cukup tinggi sehingga tanaman membutuhkan air yang cukup agar tanaman tidak layu. c. Pengecekan Nutrisi dan Penambahan Nutrisi Dalam budidaya hidroponik hal yang perlu diperhatikan adalah larutan nutrisi. Larutan nutrisi merupakan sumber pasokan nutrisi bagi tanaman untuk mendapatkan makanan dalam budidaya hidroponik. Pengecekan dilakukan setiap hari, kegiatan pengecekan berupa pengecekan kadar kepekatan nutrisi, penambahan kadar nutrisi dan pengisian kembali nutrisi. Pengecekan kadar nutrisi ini dilakukan setiap hari, kemudian untuk penambahan kadar nutrisi dilakukan setiap 2 minggu sekali, Salah satu kelebihan rakit apung yaitu air tidak

15 40 disirkulasi sehingga stok nutrsi tergolong hemat, sehingga untuk penambahan nutrisi dilakukan setiap 2 minggu sekali. Setelah 1 minggu pemindahan, pemberian kadar nutrisi dapat ditingkatkan menjadi sekitar ppm, untuk dapat memperoleh kadar kepekatan nutrisi tersebut dibutuhkan sekitar 1,5 liter pekatan A dan 1,5 liter pekatan B, kemudian dilarutkan pada 300 liter air bersih. Pada hidroponik pengecekan kepekatan nutrisi harus diperhatikan secara khusus. Apabila kepekatan nutrisi terlalu banyak melebihi dosis akan tidak baik untuk pertumbuhan tanaman karena sejumlah komponen zat vital didalam larutan hara akan mengendap menjadi garam yang tidak larut, hal ini akan menjadikan hara tersebut tidak dapat diserap oleh tanaman, untuk mendapatkan kepekatan larutan yang tepat digunakan alat yaitu TDS (Total Disolved Solid). Pembuatan nutrisi ini harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, apabila kadar kepekatan kurang maka tanaman akan berwarna hijaukekuningan dan layu, namun apabila kadar kepekatan nutrisi berlebihan tanaman akan menjadi kerdil, tidak hijau segar dan mengakibatkan kematian sel sehingga daun menjadi kecoklatan dan mengering hangus. d. Pengecekan kadar oksigen pada sistem rakit apung Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus. Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang. Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi perkembangan rambut akar. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian atau penambahan air dan nutrisi yang berulang-ulang.

16 41 e. Penyiangan Gambar 14. Penyiangan Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy Penyiangan dilakukan setiap hari Penyiangan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pada waktu tertentu, saat bermunculan (tumbuh) daun-daun tua yang menguning, sebaiknya dilakukan pemotongan (pembuangan) daun tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan tanaman, merangsang pertumbuhan anakan dan daun akan tumbuh lebih banyak, sekaligus menghilangkan sarang hama atau penyakit yang muncul pada daun pakcoy. Daun-daun tua yang telah disiangi dikumpulkan pada wadah untuk dibuang pada tempat sampah lalu memusnahkannya. f. Pengendalian Hama Gambar 15. Hama yang Menyerang Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy Pengendalian hama juga merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk memelihara kualitas pakcoy. Adapun beberapa contoh hama yang menyerang tanaman pakcoy, diantaranya: 1) Ulat Grayak (Spodoptera litura)

17 42 Ulat grayak ini mempunyai warna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badanya. Ulat ini berukuran mm, dengan ukuran yang kecil ini menyebabkan banyak petani yang tidak melihat adanya ulat ini, namun daun sawi akan berlubang-lubang. Serangan ulat ini biasanya pada daun yang masih muda. 2) Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella) Ulat perusak daun mempunyai ciri-ciri warna tubuhnya hijau muda dan berukuran panjang maksimal hanya 10 mm. Ulat ini ini sangat menyukai pucuk tanama sawi, sehingga tidak heran jika pucuk tanaman akan berlubang dan tanaman sawi tidak akan tumbuh dengan benar karena pucuk tanaman telah terganggu. 3) Leaf Miner (Liriomyza sp) Leaf miner adalah sejenis serangga. Tanda-tanda apabila tanaman pakcoy terserang leaf miner yaitu munculnya bercak kuning kecoklatan pada daun. Cara leaf miner menyarang yaitu dengan menebar telur pada permukaan daun pakcoy, dan larvalarva tersebut akan masuk kedalam jaringan daun dan menggerogotinya sehingga muncul bercak kuning kecoklatan yang menjadi jalur dimana larva tersebut memakan daging daun. Biasanya dalam mengatasi serangan hama tersebut petani menggunakan pestisida, namun dalam budidaya hidroponik penggunaan pestisida sangat dihindari. Pada budidaya hidroponik untuk mengatasi serangan hama dapat dilakukan dengan cara memotong daun yang terserang, membunuh ulat yang menyerang, dan dapat menyemprot dengan air bersih secara teratur. Pengendalian hama ini dilakukan setiap hari sehingga tanaman dapat terhindar dari hama dan penyakit.

18 43 8. Panen Pemanenan Pakcoy dapat dilakukan pada umur minimal hari setelah penyemaian. Pemanenan pakcoy yang dilakukan tidak seperti pemanenan yang dilakukan pada budidaya lahan. Pemanenan dilakukan dengan cara pemotongan pada pangkal daun yang menyisakan akar tanaman. Apabila pemanenan dilakukan lebih dari 45 hari, maka pakcoy tidak dapat dikonsumsi karena sudah terlalu tua dan rasanya pahit. Gambar 16. Pemanenan Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy Sistem Substrat Gambar 17. Pemanenan Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy Sistem Rakit Apung Pakcoy yang siap panen mempunyai beberapa ciri seperti melihat fisik, warna, bentuk, dan ukuran daun, mempunyai tingkat kerenyahan yang baik dan ukuran telah optimal. Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan kualitas pakcoy yang baik, misalnya tidak secara fisik

19 44 tanaman layu, warna daun tidak menguning. Pemanenan yang dilakukan pada siang hari akan kurang optimal karena akan menghasilkan pakcoy yang kurang segar, sedikit layu karena respirasi dan transpirasinya tinggi, kandungan nutrisinya rendah, daya simpan pendek dan cepat rusak. 9. Pemasaran Hasil Pemasaran adalah usaha untuk menjual hasil produksi kepada konsumen. Proses pertukaran dapat ditimbulkan baik oleh penjual, maupun pembeli yang menguntungkan kedua belah pihak. Sawi sendok/pakcoy yang telah dipanen langsung dijual ke pengepul setempat yang nantinya akan disetorkan ke swalayan. Penjualan langsung ke pengepul dimaksudkan agar rantai pemasaran tidak terlalu panjang dan dengan sudah bekerjasama dengan suatu perusahaan maka harga yang ditawarkan tetap konstan sesuai perjanjian. Maka dari itu kita bisa mengetahui keuntungan yang kita peroleh secara pasti karena harga tetap. Sawi sendok/pakcoy yang telah dipanen dijual langsung ke pengepul sayuran hidroponik desa setempat dengan harga Rp 1.200/tanaman 10. Pembersihan Instalasi Hidroponik Berkebun secara hidroponik tidak memerlukan perawatan khusus, walaupun demikian harus tetap memperhatikan faktor kebersihan alat hidroponik yang digunakan sehingga dapat dipetik semua keuntungan berkebun hidroponik dan alat tersebut dapat digunakan berulang kali. Alat hidroponik yang tidak bersih akan mengganggu kesehatan tanaman karena resiko tumbuhnya alga, lumut, jamur dan bakteri. Jika alat hidroponik tersebut dibiarkan tidak terawat maka dapat memicu munculnya penyakit tanaman yang berbahaya dan merusak kebun hidroponik itu sendiri. Cara terbaik untuk menghindari masalah adalah dengan cara pencegahan yaitu perlu melakukan pembersihan rutin pada alat hidroponik secara teratur. Dengan membersihkan alat hidroponik secara teratur dan terus menerus maka akan mendapatkan hasil berkebun yaitu panen yang maksimal. Berikut ini langkah-langkah untuk membersihkan instalasi hidroponik adalah sebagai berikut:

20 45 a. Melakukan Pemindahan Tanaman Untuk memulai membersihkan instalasi hidroponik dapat dimulai dengan memindahkan tanaman ke perangkat hidroponik lain yang memiliki media tanam, larutan nutrisi dan derajat keasaman (ph) yang sama dengan perangkat hidroponik yang sebelumnya. Membuat kondisi yang sama sangat penting agar tanaman tidak stres dan dapat segera menyesuaikan diri dengan perangkat hidroponik yang baru. Tanaman yang stres akan berakibat fatal tergantung dari seberapa besar perubahan kondisi hidup dan lingkungan sekitarnya. Tanaman yang stres dapat memicu terhambatnya pertumbuhan dari tanaman itu sendiri sehingga dikhawatirkan produktivitas tanaman akan menurun. b. Sterilisasi Instalasi Hidroponik Sterilisasai instalasi hidroponik dimaksudkan untuk membunuh bibit/hama pengganggu, dapat dilakukan dengan cara perendaman dan pengaliran cairan pembersih. Pembersihan dengan menggunakan cairan pembersih/klorine dapat didiamkan selama 24 jam sehingga hama/penyakit akan mati. c. Mencuci dan Membilas Instalasi Hidroponik Setelah proses sterilisasi selesai selanjutnya adalah membilas instalasi hidroponik menggunakan air bersih yang mengalir. Pembilasan dilakukan sebanyak 3 kali. Pembilasan pada instalasi hidroponik dengan cara mengalirkan air bersih sebanyak 3 kali agar lumut yang didalam bak penampungan dapat bersih secara optimal. Pembilasan selanjutnya tidak dianjurkan untuk menggunakan air yang sudah digunakan sebelumnya untuk membilas diusahakan pembilasan selanjutnya menggunakan air yang bersih dan mengalir. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar air yang sudah digunakan tidak mengotori instalasi yang sebelumnya telah dibersihkan.

21 berat tanaman 46 d. Melakukan Penanaman Kembali Tanaman Pemindahan tanaman kembali dilakukan ke perangkat hidroponik yang telah selesai dibersihkan. Pemindahan dilakukan menggunakan media tanam dan menggunakan perangkat hidroponik tersebut secara normal dan seperti biasa. Setelah pemindahan tanaman selesai dilakukan, melakukan pengawasan pada tanaman yang telah dipindah tanamkan dan melakukan pengamatan terhadap tanaman apakah ada tanda-tanda tanaman stress pada hari-hari berikutnya. Waktu yang tepat untuk membersihkan instalasi hidroponik tergantung dari kondisi instalasi tersebut, biasanya pembersihan perangkat hidroponik dilakukan setiap kali selesai panen dan akan melakukan penanaman kembali. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar penanaman selanjutnya akan menghasilkan produktivitas tanaman yang tinggi. Mencuci Dan Membilas Sistem Hidroponik B. Hasil Produksi Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy Tabel 3. Hasil pemanenan tanaman sawi sendok/pakcoy sistem subtrat dan sistem rakit apung pada periode ke-1 dan periode ke-2 Periode Panen Berat tanaman (kg) Sistem Subtrat Sistem Rakit Apung Periode ke-1 20 kg/150 tanaman 25 kg/150 tanaman Periode ke-2 22 kg/150 tanaman 26 kg/150 tanaman Sumber : Data Penelitian substrat rakit apung 5 0 Gambar 18. Grafik Hasil Produksi Tanaman pada Sistem Subtrat dan Sistem Rakit Apung

22 47 Pertumbuhan merupakan proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel atau tidak dapat berbalik dan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap tiap sel. Pertumbuhan tanaman dimulai dari perkecambahan biji hingga pertumbuhan maksimum tanaman. Pertumbuhan tanaman sawi sendok/pakcoy yang di budidayakan secara hidroponik substrat dengan media arang sekam dan sekam mentah termasuk dalam kategori lambat. Pada umumnya tanaman sawi sendok/pakcoy dapat di panen pada umur hari setelah tanam. Namun pada budidaya tanaman secara hidroponik substrat dengan media arang sekam dan sekam mentah, umur panen sawi sendok/pakcoy mencapai 47 hari. Lambatnya pertumbuhan tanaman ini disebabkan karena media tanam yang terlalu porous, sehingga media tanam tidak dapat menyimpan nutrisi yang telah di berikan. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor luar dan dalam. Faktor luar meliputi nutrisi, cahaya, suhu, dan kelembapan, sedangkan faktor dalam yaitu faktor genetik dan hormon. Selain lambatnya pertumbuhan, budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik dengan media arang sekam dan sekam mentah menunjukan hasil produksi yang kurang maksimal dibandingkan dengan sistem rakit apung. Hasil produksi sawi sendok/pakcoy pada pemanenan periode ke-1 dan ke-2 menghasilkan 44 kg/300 tanaman/1,5 bulan. Pertumbuhan tanaman sawi sendok/pakcoy yang di budidayakan secara hidroponik dengan sistem rakit apung termasuk dalam kategori ideal karena pemanenan dapat dilakukan pada waktu yang tepat yaitu pada umur hari setelah tanam. Keberhasilan budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik dengan sistem rakit apung karena adanya faktor internal dan eksternal yang mendukung salah satunya adalah nutrisi. Pada budidaya secara hidroponik dengan sistem rakit apung nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman terpenuhi secara 24 jam sehingga tanaman tidak akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil produksi yang dihasilkan dari budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik dengan sistem rakit apung lebih baik

23 48 dibandingkan dengan budidaya pada sistem substrat yaitu sebesar 51 kg/300 tanaman/1,5 bulan. Hasil produksi dari perbandingan antara sistem substrat dan rakit apung menunjukkan perbedaan yang signifikan. Biaya yang dikeluarkan untuk sistem substrat lebih rendah dibandingkan dengan sistem rakit apung. Namun dalam pemeliharaan lebih mudah sistem rakit apung dibandingkan dengan substrat, mulai dari pemberian nutrisi sampai dengan panen. Pada sistem susbtrat nutrisi diberikan setiap hari dengan intensitas penyiraman pagi hari dan sore hari, hal ini dilakukan dengan tujuan media tanam tidak kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga pemberian nutrisi membutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan sistem rakit apung. Sedangkan pada sistem rakit apung pemberian nutrisi dilakukan seminggu sekali karena nutrisi yang diberikan tidak dialirkan secara langsung sehingga nutrisi dapat bertahan lebih lama dan lebih efisien dibandingkan dengan pemberian nutrisi pada sistem substrat.

24 49 C. Analisis Usaha Tani Untuk mengetahui apakah usaha budidaya sawi sendok/pakcoy layak dijalankan atau tidak maka dilakukan analisis usaha tani, dan berikut adalah rincian analisis usaha tani Perbandingan Hasil Produksi Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Hidroponik Sistem Subtrat dan Sistem Rakit Apung : Tabel 4. Biaya Tetap Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Hidroponik Sistem Subtrat untuk satu kali masa tanam (1,5 bulan) Keterangan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Umur Ekonomi (Bulan) Jumlah Penyusutan Alat/ 1 bulan (Rp) Jumlah Penyusutan Alat/1,5 bulan (Rp) Biaya Tetap TDS 1 buah Ember 1 buah Gelas Ukur 1 buah Gunting 1 buah Nampan 1 buah Selang 5 meter Paranet 5 (3 x 1 m) Sprayer 1 buah Bambu 5 buah Total BiayaTetap Sumber : Analisis Primer

25 50 Tabel 5. Biaya Variabel Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Hidroponik Sistem Subtrat untuk satu kali masa tanam (1,5 bulan) Keterangan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Biaya Variabel Benih 0,5 Pack Polybag 150 Buah Nutrisi 3,5 Liter Arang Sekam 2 Karung Sekam Mentah 1 Karung Pembuatan Greenhouse Tenaga kerja Sumber : Data Primer 2 1 Orang Orang /8 jam Total Biaya Variabel Berdasarkan tabel 5 mengenai biaya variabel sawi sendok/pakcoy untuk hidroponik sistem substrat adalah sebesar Rp Biaya ini diperoleh dari total biaya variabel yang dikeluarkan untuk satu kali produksi. Biaya ini meliputi biaya benih sebesar Rp /0,5 pack, biaya polybag sebesar Rp /150 buah, biaya nutrisi sebesar Rp /3,5 liter, biaya arang sekam sebesar Rp /2 karung, biaya sekam mentah sebesar Rp /1 karung, biaya pembuatan greenhouse sebesar Rp /2 orang dan biaya tenaga kerja sebesar Rp /30 hari. Biaya tenaga kerja untuk 8 jam kerja adalah , sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada hidroponik sistem substrat adalah Rp /jam, biaya ini dikonversikan dari biaya tenaga kerja efektif selama 8 jam kerja. Pemeliharaan yang dilakukan untuk hidroponik sistem substrat hanya membutuhkan waktu 15 menit/hari sehingga tenaga kerja yang harus dibayarkan adalah 450 menit/30 hari, apabila dikonversikan dalam 30 hari pemeliharaan yang dilakukan untuk hidroponik sistem substrat adalah sebesar 7,5 jam. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pemeliharaan hidroponik sistem substrat adalah sebesar Rp , biaya ini diperoleh dari total kerja efektif selama 7,5 jam dikalikan dengan biaya tenaga kerja per 1 jam sebesar Rp

26 51 Tabel 6. Total Biaya Produksi Sawi Sendok/Pakcoy dengan Sistem Substrat dalam 1 Kali Produksi No Keterangan Jumlah 1 Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Produksi Sumber : Data Primer 1. Pendapatan Penjulan /Penerimaan Pendapatan = Harga Jual (Rp) x Jumlah Produksi = Rp x 300 = Rp Perhitungan Keuntungan, R/C Ratio, dan B/C Ratio a. Keuntungan = Penerimaan Total Biaya produksi ` = Rp = Rp Rp b. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) R/C Ratio = = = 1,64 (R/C > 1 = layak) Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa R/C Ratio lebih dari 1, artinya usaha tersebut layak untuk dijalankan. R/C Ratio 1,64 berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,64. Dengan kata lain, hasil penjualan sayuran sawi sendok/pakcoy mencapai 164 % dari modal yang digunakan. c. B/C Ratio = = = 0,64 (B/C <1 = untung namun tidak efektif) B/C ratio diperoleh -0,64 hal ini menunjukkan setiap pengeluaran Rp 100,- maka didapat pengembalian sebesar Rp. 0,64.

27 52 Penjelasan : Biaya total yang diperlukan untuk budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik substrat organik sebesar Rp Biaya ini diperoleh dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Harga jual sawi sendok/pakcoy yaitu Rp 1200/tanaman sehingga total hasil pendapatan sawi sendok/pakcoy sebesar Rp di dapatkan dari harga jual pakchoy dikalikan banyaknya hasil panen tanaman pakcoy sebanyak 300 tanaman. Keuntungan yang didapat dari budidaya tanaman sawi sendok/pakcoy dalam satu kali masa panen sebesar Rp , keuntungan tersebut di dapat dari total pendapatan dikurangi total biaya yang dikeluarkan dalam budidaya tanaman sawi sendok/pakcoy. Dari total penerimaan yang ada dapat diketahui R/C Ratio yaitu senilai 1,64. R/C Ratio merupakan perbandingan antara jumlah total penerimaan dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam, R/C Ratio yang didapat budidaya sawi sendok/pakcoy yaitu 1,64 yang artinya setiap pengeluaran sebesar Rp. 100 dalam budidaya ini akan mendapatkan pengembalian sebesar Rp Keuntungan didapatkan dari total pendapatan dikurangi dengan total biaya/masa tanam. B/C Ratio sebesar 0,64 menggambarkan bahwa dari Rp 100,- modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan Rp 64. Nilai B/C Ratio diperoleh dengan cara membagi nilai keuntungan dengan nilai total biaya produksi pada budidaya sawi sendok/pakcoy dalam satu kali musim tanam. Hasil B/C Ratio 0,64 menunjukan bahwa usaha tani budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik substrat organik tersebut layak untuk dikembangkan namun tidak efektif.

28 53 Keterangan Tabel 7. Biaya Tetap Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Hidroponik Sistem Rakit Apung untuk satu kali masa tanam (1,5 bulan) Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Umur Ekonomi (Bulan) Jumlah Penyusutan Alat/ 1 bulan (Rp) Jumlah Penyusutan Alat/1,5 bulan (Rp) Biaya Tetap Sterofoam 12 (1 x 0,5 m) TDS 1 buah Plastik 15 meter Papan 3 (2,4x 1,2 m) Ember 1 buah Gelas Ukur 1 buah Gunting 1 buah Nampan 1 buah Busa 8 buah Selang 5 meter Paranet 5 (3 x 1 m) Sprayer 1 buah Bambu 5 buah Total BiayaTetap Sumber : Analisis Primer Tabel 8. Biaya Variabel Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Hidroponik Sistem Rakit Apung untuk satu kali masa tanam (1,5 bulan) Keterangan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Biaya Variabel Benih 0,5 Pack Nutrisi 3 Liter Pembuatan Greenhouse Tenaga Kerja Sumber : Data Primer 2 1 Orang Orang /8 jam Total Biaya Variabel Berdasarkan tabel 8 mengenai biaya variabel sawi sendok/pakcoy untuk hidroponik sistem rakit apung adalah sebesar Rp Biaya ini diperoleh dari total biaya variabel yang dikeluarkan untuk satu kali produksi. Biaya ini meliputi biaya benih sebesar Rp /0,5 pack,

29 54 biaya pembuatan greenhouse sebesar Rp /2 orang dan biaya tenaga kerja sebesar Rp /30 hari. Biaya tenaga kerja untuk 8 jam kerja adalah , sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada hidroponik sistem rakit apung adalah Rp /jam, biaya ini dikonversikan dari biaya tenaga kerja efektif selama 8 jam kerja. Pemeliharaan yang dilakukan untuk hidroponik sistem rakit apung hanya membutuhkan waktu 15 menit/hari sehingga tenaga kerja yang harus dibayarkan adalah 450 menit/30 hari, apabila dikonversikan dalam 30 hari pemeliharaan yang dilakukan untuk hidroponik sistem rakit apung adalah sebesar 7,5 jam. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pemeliharaan hidroponik sistem rakit apung adalah sebesar Rp , biaya ini diperoleh dari total kerja efektif selama 7,5 jam dikalikan dengan biaya tenaga kerja per 1 jam sebesar Rp Tabel 9. Total Biaya Produksi Sawi Sendok/Pakcoy dengan Sistem Rakit Apung dalam 1 Kali Produksi No Keterangan Jumlah 1 Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Produksi Sumber : Data Primer 1. Pendapatan Penjulan /Penerimaan Pendapatan = Harga Jual (Rp) x Jumlah Produksi = Rp x 300 = Rp Perhitungan Keuntungan, R/C Ratio, dan B/C Ratio a. Keuntungan = Penerimaan Total Biaya produksi = Rp Rp ` = Rp b. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) R/C Ratio =

30 55 = = 1,51 (R/C > 1 = layak) Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa R/C Ratio lebih dari 1, artinya usaha tersebut layak untuk dijalankan. R/C Ratio 1,51 berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,51. Dengan kata lain, hasil penjualan sayuran sawi sendok/pakcoy mencapai 151 % dari modal yang digunakan. d. B/C Ratio = = = 0,51 (B/C <1 = untung namun tidak efektif) B/C ratio diperoleh 0,51 hal ini menunjukkan setiap pengeluaran Rp 1,- maka didapat pengembalian sebesar Rp. 0,51. Penjelasan : Biaya total yang diperlukan untuk budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik rakit apung sebesar Rp Biaya ini diperoleh dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Harga jual sawi sendok/pakcoy yaitu Rp 1200/tanaman sehingga total hasil pendapatan sawi sendok/pakcoy sebesar Rp di dapatkan dari harga jual pakcoy dikalikan banyaknya hasil panen tanaman pakcoy sebanyak 300 tanaman. Keuntungan yang didapat dari budidaya tanaman sawi sendok/pakcoy dalam satu kali masa panen sebesar Rp , keuntungan tersebut di dapat dari total pendapatan dikurangi total biaya yang dikeluarkan dalam budidaya tanaman sawi sendok/pakcoy. Dari total penerimaan yang ada dapat diketahui R/C Ratio yaitu senilai 1,51. R/C Ratio merupakan perbandingan antara jumlah total penerimaan dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam, R/C Ratio yang didapat budidaya sawi

31 56 sendok/pakcoy yaitu 1,51 yang artinya setiap pengeluaran sebesar Rp 1,00 dalam budidaya ini akan kembali 1,51. Keuntungan didapatkan dari total pendapatan dikurangi dengan total biaya/masa tanam. B/C Ratio sebesar 0,51 menggambarkan bahwa dari Rp 100,- modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan Rp 51. Nilai B/C Ratio diperoleh dengan cara membagi nilai keuntungan dengan nilai total biaya produksi pada budidaya sawi sendok/pakcoy dalam satu kali musim tanam. Hasil B/C Ratio 0,51 menunjukan bahwa usaha tani budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik rakit apung tersebut layak untuk dikembangkan namun tidak efektif. Berdasarkan analisis primer mengenai usaha tani pada budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik lebih efisien dibandingkan dengan budidaya tanaman sawi sendok/pakcoy tanpa hidroponik. Hal ini dapat dilihat dari B/C Ratio yang menunjukan kelayakan sebuah usaha tani berdasarkan keuntungan yang didapat dari modal yang sudah ditanamkan. Penerapan sistem hidroponik pada budidaya sawi sendok/pakcoy baik untuk diterpakan, hal ini bisa dilihat dari hasil produksi budidaya sawi sendok/pakcoy. Hasil produksi budidaya sawi sendok/pakcoy dengan sistem hidroponik mencapai 93 kg untuk 600 tanaman, dengan luasan lahan yang minimum dan hasil produksi yang memiliki kualitas yang baik. Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa budidaya sawi sendok/pakcoy secara hidroponik substrat organik dan rakit apung baik diterapkan untuk meningkatkan kualitas hasil produksi.

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Januari 2016, bertempat di Screen House B, Rumah Kaca B, dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL)

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL), Jurusan Teknik Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi dosis pestisida

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari - Maret Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari - Maret Penelitian I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari - Maret 2017. Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. B. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Febuari 2016 di Screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarata.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan ketinggian tempat 95 m dpl bulan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 11 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Screen House B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan Pertanian (SPP) Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Hama Tumbuhan selama tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis antara lain adalah keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik (EC),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4, BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lingkungan Penanaman Topografi lokasi penanaman mempunyai ketinggian 1232 mdpl, sedangkan untuk suhu udara pada waktu siang (24 30 C) dan malam (16-22 C) dan jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO PENDAHULUAN Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September Oktober 2012. Tempat penelitian di Kebun Kartini Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING

BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING Deskripsi Singkat BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING Pokok Bahasan : Praktek Pembibitan dan Transplanting Waktu : 2 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci