IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis antara lain adalah keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik (EC), keseragaman derajat keasaman (ph), keseragaman kedalaman aliran, serta keseragaman bobot tanaman. Nilai keseragaman dapat dihitung dengan besarnya nilai koefisien keseragaman irigasi (CU/Coefficient Uniformity). 1. Keseragaman Debit Aliran Pengukuran debit aliran pada sistem hidroponik NFT yang diterapkan di PT. Joy Farm terdiri dari debit inlet dan outlet pada masing-masing tanaman. CU inlet dan outlet setiap bed, dihitung dengan menggunakan data hasil pengukuran debit pada masing-masing bed kemudian dihitung dengan persamaan (1). Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran debit inlet pada bed-bed tanaman kangkung dan bayam merah. Tabel 3. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT kangkung. Bed Titik Debit inlet tiap bed (ml/detik)

2 Tabel 4. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT bayam merah. Bed Titik Debit inlet tiap bed (ml/detik) Dari Tabel 3 dan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran debit inlet pada jaringan NFT kangkung dan bayam merah berkisar antara 2 ml/detik 13 ml/detik. Besar kecilnya nilai debit ini dipengaruhi oleh kondisi jaringan NFT itu sendiri. Kebersihan pada pipa aliran nutrisi dan besarnya lubang inlet merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi debit aliran. Keseragaman debit inlet pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT kangkung. Keseragaman debit inlet tiap bed (%) Bed Rata-rata Standar Deviasi Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang disajikan pada Tabel 5, nilai koefisien keseragaman berkisar antara 80 % 99 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa bed yang memiliki nilai keseragaman rata-rata tertinggi 24

3 adalah bed 4, dan yang terendah adalah bed 1. Namun jika dilihat berdasarkan nilai Standar Deviasinya maka bed 2 memiliki nilai keseragaman yang baik dari hari ke harinya. Sistem NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm adalah closing loop, maka seharusnya besarnya air yang dialirkan adalah sama. Besar dan kecilnya nilai keseragaman tersebut disebabkan karena kondisi lubang inlet yang berbeda pada tiap bed. Pada bed 4 aliran air terlihat lebih baik dibandingkan pada bed 1. Hal ini dapat disebabkan oleh diameter dan posisi lubang inlet dari bed tersebut. Keseragaman debit inlet pada jaringan NFT bayam merah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT bayam merah. Bed Keseragaman debit inlet tiap bed (%) Rata-rata Standar Deviasi Jika kita melihat kondisi pada jaringan NFT bayam merah seperti yang disajikan pada Tabel 6, nilai koefisien keseragaman berkisar antara 77 % - 95 %. Nilai keseragaman rata-rata tertinggi adalah bed 4 dan yang terendah adalah bed 1. Jika dilihat dari nilai Standar Deviasinya maka bed 1 memiliki nilai keseragaman yang baik dari hari ke harinya, namun besarnya nilai keseragaman tersebut masih rendah dibandingkan bed lainnya. Dari Tabel 6 tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa bed yang nilai koefisien keseragamannya di bawah 90 %. Hal ini juga disebabkan karena kondisi lubang inlet yang tidak seragam sehingga menyebabkan ketidakseragaman aliran inlet. Lubang inlet pada jaringan NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm dibuat secara manual dengan menggunakan paku yang dipanaskan. Diameter lubang inlet yang dihasilkanpun tidak sepenuhnya seragam. Hal ini disebabkan pada saat melubangi pipa dengan paku yang panas terdapat beberapa lubang yang meleleh melebihi diameter yang diinginkan. Jika dilihat dari posisi lubang yang dibuat, juga terdapat beberapa lubang yang 25

4 tidak seragam sehingga menyebabkan aliran yang dihasilkanpun tidak seragam seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Selain itu banyaknya kotoran dan lumut di dalam pipa juga dapat menyebabkan lubang inlet tersumbat sehingga dapat memperkecil volume aliran dan akhirnya menyebabkan ketidakseragaman pada aliran inletnya. Gambar 2. Aliran air pada inlet bed. Untuk nilai debit outlet pada bed-bed tanaman kangkung dan bayam merah dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT kangkung. Bed Titik Debit outlet tiap bed (ml/detik)

5 Tabel 8. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT bayam merah. Bed Titik Debit outlet tiap bed (ml/detik) Dari Tabel 7 dan Tabel 8 dapat dilihat besarnya debit outlet berkisar antara 2 ml/detik 13 ml/detik untuk jaringan NFT kangkung dan 2 ml/detik 12 ml/detik untuk jaringan NFT bayam merah. Besarnya debit aliran pada outlet bervariasi baik pada jaringan NFT kangkung maupun pada jaringan NFT bayam merah. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan akar tanaman yang berada di sepanjang jalur aliran nutrisi. Keseragaman debit outlet pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT kangkung. Keseragaman debit outlet tiap bed (%) Bed Rata-rata Standar Deviasi Nilai koefisien keseragaman outlet pada jaringan NFT kangkung berkisar antara 80 % - 99 % seperti yang disajikan pada Tabel 9. Terdapat beberapa bed yang memiliki nilai koefisien keseragaman di bawah 90%. 27

6 Nilai keseragaman rata-rata tertinggi adalah bed 4 dan yang terendah adalah bed 1. Hal ini mengikuti pada inletnya, di mana keseragaman lubang inlet akan mempengaruhi aliran inletnya dan akhirnya juga akan mempengaruhi aliran outletnya. Selain itu pertumbuhan akar tanaman juga akan mempengaruhi aliran outletnya. Keseragaman debit outlet pada jaringan NFT bayam merah dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT bayam merah. Bed Keseragaman debit outlet tiap bed (%) Rata-rata Standar Deviasi Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai koefisien keseragaman outlet pada jaringan NFT bayam merah berkisar antara 77 % - 95 %. Jika dilihat dari rata-rata keseragamannya, nilai tertinggi adalah bed 3 dan yang terendah adalah bed 1. Seperti yang terjadi pada jaringan NFT kangkung, bahwa nilai koefisien keseragaman pada outlet ini tidak jauh berbeda dengan inletnya karena debit aliran pada inlet akan mempengaruhi debit pada outletnya. Jika kita bandingkan antara kedua jaringan NFT tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai keseragaman aliran pada jaringan NFT kangkung lebih baik daripada jaringan NFT bayam merah. Hal ini disebabkan karena kondisi lubang inlet pada jaringan NFT kangkung lebih baik dibandingkan dengan jaringan NFT bayam merah, baik dari segi keseragaman diameter lubang, posisi lubang dan kebersihannya. Dilihat dari nilai keseragamannya, kedua jaringan NFT tersebut sudah baik, namun perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin agar debit yang dihasilkan besarnya tetap. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan analisis keseragaman aliran pada hidroponik NFT dengan talang air, nilai keseragaman debit aliran pada jaringan NFT asbes lapis terpal lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jarak lubang inlet pada jaringan NFT yang menggunakan asbes lebih rapat dibandingkan jaringan NFT yang menggunakan talang air. Selain itu kondisi 28

7 kebersihan aliran pipa pada inlet NFT asbes lebih baik dari NFT talang air sehingga diperoleh nilai keseragaman yang lebih tinggi. 2. Keseragaman Konduktifitas listrik (EC) Dalam larutan, kation akan mencari kutub negatif anoda, sedangkan anion akan mencari kutub positif katoda. Penghantaran listrik ini disebut dengan konduktifitas atau biasa disebut elektro konduktifitas (EC, electro conductivity). Pengukuran EC dilakukan dengan menggunakan EC-meter seperti pada Gambar 3. Pengukuran keseragaman EC dilakukan untuk menentukan tingkat keseragaman daya serap tanaman terhadap ion-ion yang terkandung dalam larutan nutrisi. Gambar 3. Alat pengukur EC, ph, dan konsentrasi larutan. Tabel 11 menyajikan data hasil pengukuran EC pada inlet dan outlet jaringan NFT kangkung. Dari tabel tersebut dapat dilihat besarnya EC pada inlet dan outlet jaringan NFT kangkung berkisar antara 2 ms/cm 3.5 ms/cm, sedangkan standar nilai EC yang diterapkan oleh PT. Joy Farm untuk tanaman kangkung adalah 3 ms/cm 3.5 ms/cm. Dalam hal ini penggunaan nilai EC harus lebih diperhatikan agar nilai EC masih berada pada batas yang diharapkan. 29

8 Tabel 11. Data pengukuran EC pada jaringan NFT kangkung. Jam Pengukuran EC (ms/cm) Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai EC pada setiap jam pengukuran meningkat. Hal ini disebabkan karena tingginya suhu di dalam greenhouse yang dapat mempengaruhi nilai EC. Penurunan nilai EC dapat dilakukan dengan cara menambahkan air pada bak nutrisi. Nilai keseragaman EC pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai CU EC pada jaringan NFT kangkung. Keseragaman EC (%) Titik Rata-rata Standar Deviasi Inlet Outlet Dari Tabel 12 tersebut diketahui bahwa nilai keseragaman EC pada jarigan NFT kangkung berkisar antara 88% - 98%. Nilai keseragaman ini tidak berbeda antara inlet dan outletnya. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh nilai konduktivitas listrik larutan nutrisi. Penggunaan nutrisi sebaiknya mengikuti standar yang ada agar nilai EC sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga penyerapan unsur hara dapat dilakukan dengan baik oleh tanaman. Setiap tanaman memiliki kebutuhan nilai EC yang berbeda. Kita dapat menggunakan nilai EC seperti pada Tabel

9 Tabel 13. Nilai EC Sayuran. Jenis Sayuran (ms/cm) Brokoli Kacang-kacangan Tomat Bawang merah Mentimun Labu Bayam Sumber : Colcheedas dalam Untung, 2000 Untuk melihat besarnya nilai EC pada jaringan NFT bayam merah, data hasil pengukuran terhadap EC pada jaringan NFT bayam merah disajikan pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Data pengukuran EC pada inlet jaringannft bayam merah. Pengukuran EC inlet (ms/cm) Jam Tabel 15. Data pengukuran EC pada outlet jaringan NFT bayam merah. Pengukuran EC outlet (ms/cm) Jam

10 Dari Tabel 14 dan Tabel 15, dapat dilihat bahwa penggunaan nutrisi yang dilakukan oleh PT. Joy Farm lebih besar dari standar yang ada. Standar yang dilakukan oleh PT. Joy Farm dalam menggunakan nutrisi adalah 2 ms/cm - 3 ms/cm, sedangkan standar yang ada untuk EC bayam adalah 1.4 ms/cm ms/cm (Tabel 13). Untuk dapat mengetahui gambaran mengenai nilai EC yang diperoleh selama pengukuran, kita bisa melihatnya pada grafik yang disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Ket : : Kebutuhan EC ( PT. Joy Farm) Gambar 4. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi kangkung. Ket : : Kebutuhan EC (PT. Joy Farm) Gambar 5. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi bayam merah. 32

11 Gambar 4 menunjukkan fluktuasi nilai EC larutan nutrisi pada jaringan NFT kangkung dalam sehari pengukuran yang dilakukan dari jam sampai WIB. Berdasarkan grafik tersebut nilai EC berkisar antara 2.76 ms/cm 3.45 ms/cm. Nilai EC berada di luar batas kebutuhan nilai EC terjadi pada pagi hari, yaitu pada pukul dan 09.00, dimana pada pagi hari tersebut belum dilakukan penambahan nutrisi sehingga nilai EC masih rendah. Gambar 5 menunjukkan fluktuasi nilai EC larutan nutrisi pada jaringan NFT bayam merah. Nilai EC pada nutrisi bayam merah sudah berada dalam area kebutuhan nilai EC, yaitu berkisar antara 2 ms/cm 3 ms/cm. Nilai keseragamannya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai CU EC pada jaringan NFT bayam merah. Titik Keseragaman EC (%) Rata-rata Standar Deviasi Inlet Outlet Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien keseragaman EC pada bed bayam berkisar antara 68 % - 97 %. Dari Kedua jaringan NFT, baik kangkung dan bayam merah masih terdapat nilai keseragaman yang berada di bawah 90 %, hal ini disebabkan karena adanya penambahan air dan larutan nutrisi pada saat irigasi berlangsung sehingga nilai EC berubah. Menjaga nilai EC agar tetap pada nilai yang sesuai kebutuhan tanaman sangat penting dilakukan, namun pada kenyataannya pengontrolan pada nilai EC masih perlu diperhatikan. 3. Keseragaman Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman atau ph merupakan logaritma negatif pangkat sepuluh dari grammol H + /liter. Batas terendah dari ph ini adalah angka 0, sedangkan batas tertinggi adalah angka 14. Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph-meter elektronik seperti pada Gambar 3. 33

12 Pada umumnya derajat keasaman suatu larutan pupuk berada pada kisaran ph atau bersifat asam. Pada kisaran tersebut daya larut unsur-unsur hara makro dan mikro sangat baik. Bila ph berada di bawah kisaran tersebut, maka daya larut unsur hara tidak sempurna lagi. Bahkan unsur hara mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman. ( Sutiyoso, 2004). Pada Tabel 17 dapat dilihat nilai ph hasil pengukuran di PT. Joy Farm berkisar 5-7 bahkan masih ada yang melebihi batas, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dari hasil pengukuran tersebut nilai keseragaman ph disajikan pada Tabel 18. Tabel 17. Data pengukuran ph kangkung. Pengukuran ph Jam Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Tabel 18. CU ph pada jaringan NFT kangkung. Titik Keseragaman ph (%) Rata-rata Standar Deviasi Inlet Outlet Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai keseragaman ph pada jaringan NFT kangkung berkisar antara 94% - 98%. Nilai rata-rata keseragamannya tidak jauh berbeda antara inlet dan outletnya, yaitu berkisar 96%. Semakin tinggi nilai keseragaman keasaman larutan maka daya larut unsur-unsur haranya relatif baik pada seluruh tanaman sehingga mudah diserap akar tanaman, namun harus tetap memperhatikan besarnya ph yang digunakan agar tanaman dapat tumbuh optimal. 34

13 Pada Tabel 19 dan Tabel 20 dapat dilihat data pengukuran ph bayam. Nilai yang di dapat juga masih ada yang melebihi batasnya sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Nilai keseragaman ph pada bayam merah disajikan pada Tabel 21. Tabel 19. Data pengukuran ph inlet bayam Pengukuran ph inlet bayam Jam Tabel 20. Data pengukuran ph outlet bayam. Pengukuran ph outlet bayam Jam Tabel 21. CU ph pada jaringan NFT bayam merah. Titik Keseragaman ph (%) Rata-rata Standar Deviasi Inlet Outlet

14 Pada bayam merah seperti yang terlihat pada Tabel 21, diketahui bahwa nilai keseragaman ph berkisar antara 94% - 98%, dengan nilai ratarata 96%. Hal ini juga menandakan bahwa daya larut unsur-unsur hara relatif seragam pada seluruh tanaman namun besarnya nilai ph harus tetap diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh optimal. 4. Keseragaman kedalaman aliran Kedalaman aliran pada media NFT merupakan tempat akar tanaman untuk menyerap unsur hara yang berada dalam larutan. Kedalaman aliran ini merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem hidroponik NFT. Kedalaman aliran larutan yang diharapkan adalah 3-4 mm. Ketentuan ini diambil dengan pertimbangan bahwa kandungan oksigen larutan yang terbawah yang terdapat di kolam sedalam 1 meter hanya sekitar 1 ppm. Semakin ke atas atau berdekatan dengan udara, maka semakin tinggi konsentrasi oksigen terlarutnya (Sutiyoso, 2004). Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini hanya dapat dilakukan pada inlet dan outletnya saja, karena permukaan bed yang berada di bagian tengah tertutup oleh sterofoam seperti pada Gambar 6 sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran pada bagian tengah permukaan bed. Gambar 6. Sterofoam pada permukaan bed. Pengukuran kedalaman aliran pada bagian tengah bed hanya dapat dilakukan pada saat sterilisasi bed (pencucian) seperti terlihat pada Gambar 7. 36

15 Gambar 7. Kondisi bed saat sterilisasi. Dari Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa lipatan-lipatan pada terpal akan menyebabkan kedalaman aliran nutrisi tidak merata sepanjang jalurnya. Untuk dapat mengetahui gambaran mengenai kedalaman aliran nutrisi pada bed, Tabel 22, 23, 24, dan 25 menyajikan data pengukuran kedalaman inlet dan outletnya pada masing-masing jaringan NFT. Tabel 22. Data kedalaman aliran inlet kangkung. Bed Titik Pengukuran kedalaman aliran inlet (mm)

16 Tabel 23. Data kedalaman aliran outlet kangkung. Bed Titik Pengukuran kedalaman aliran outlet (mm) Tabel 24. Data kedalaman aliran inlet bayam Bed Titik Pengukuran kedalaman aliran inlet (mm)

17 Tabel 25. Data kedalaman aliran outlet bayam Bed Titik Pengukuran kedalaman aliran outlet (mm) Dari data hasil pengukuran seperti yang disajikan pada Tabel 22, 23, 24, dan 25, didapatkan kedalaman aliran pada outlet lebih besar dari inletnya dan besarnya nilai debit berkisar antara 3 mm - 6 mm. Hal ini disebabkan karena adanya lipatan terpal yang tidak teratur dan aliran air yang terbendung oleh perakaran sehingga permukaan air menjadi naik. Nilai keseragaman kedalaman aliran inlet dan outlet untuk masing-masing jaringan NFT dapat dilihat pada Tabel 26, 27, 28, dan 29. Tabel 26. CU kedalaman aliran pada inlet NFT kangkung. Bed Keseragaman kedalaman aliran pada inlet (%) Rata-rata Standar Deviasi Rata-rata

18 Tabel 27. CU kedalaman aliran pada outlet NFT kangkung. Bed Keseragaman kedalaman aliran pada outlet (%) Rata-rata Standar Deviasi Rata-rata Tabel 28. CU kedalaman aliran pada inlet NFT bayam. Bed Keseragaman kedalaman aliran pada inlet (%) Rata-rata Standar Deviasi Rata-rata Tabel 29. CU kedalaman aliran pada outlet NFT bayam Bed Keseragaman kedalaman aliran pada outlet (%) Rata-rata Standar Deviasi Rata-rata Berdasarkan Tabel 26, 27, 28, dan 29, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai koefisien keseragaman pada masing-masing jaringan NFT adalah sebesar 82.72% untuk inlet NFT kangkung, 88.51% untuk outlet NFT kangkung, 90.52% untuk inlet NFT bayam, dan 85.48% untuk outlet pada NFT bayam. Dari nilai yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa koefisien keseragaman untuk kedalaman aliran masih kurang baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai keseragaman ini bervariasi, di antaranya adalah tersumbatnya lubang inlet oleh kotoran dan lumut sehingga dapat mempengaruhi debit aliran dan juga kedalaman aliran. Selain itu kemiringan 40

19 dan permukaan bed yang tidak rata akibat lipatan terpal juga akan menyebabkan kedalaman aliran nutrisi bervariasi. 5. Keseragaman bobot tanaman Usaha budidaya sistem hidroponik pada dasarnya bertujuan untuk mencapai hasil yang tinggi baik kualitas dan produksi. Keseragaman pada bobot tanaman merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi secara teknis dari sistem yang diterapkan. Produksi tanaman dapat dilihat dari bobot tanaman yang dihasilkan dan keseragaman bobotnya. Bobot tanaman yang didapat dari hasil pengukuran bervariasi baik pada tanaman kangkung maupun bayam merah. Rata-rata bobot masing masing tanaman per bed adalah 17.4 kg untuk kangkung dan 17.6 kg untuk bayam merah. Rata-rata bobot/lubang pada masing-masing tanaman adalah gram/lubang untuk kangkung dan gram/lubang untuk bayam merah. Keseragaman bobot tanaman dalam penelitian ini dihitung berdasarkan variasi bobot pada tiap meter perseginya. Nilai yang diperoleh sangat bervariasi. Keseragaman bobot tanaman tiap meter persegi pada masing-masing tanaman disajikan dalam Tabel 30 di bawah ini. Tabel 30. CU bobot tanaman kangkung dan bayam. Bed Keseragaman bobot tanaman (%) Kangkung Bayam merah Rata-rata Nilai keseragaman bobot yang diperoleh dari kedua tanaman tersebut berkisar antara 67 % - 80 %. Hal ini menandakan bahwa nilai keseragaman kedua tanaman tersebut masih kurang baik. Kurang baiknya keseragaman tersebut disebabkan karena perbedaan masing-masing tanaman dalam menyerap unsur hara. Selain itu kondisi permukaan aliran yang tidak 41

20 seragam karena lipatan terpal juga mempengaruhi daya serap tanaman terhadap unsur hara. Lipatan terpal menyebabkan kedalaman aliran bervariasi sehingga banyak akar tanaman yang terlipat yang mempengaruhi penyerapan unsur hara, dan pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Banyaknya tanaman yang ditanam dalam satu lubang juga menyebabkan perolehan unsur hara pada masing-masing tanaman menjadi kurang baik sehingga pertumbuhan tanaman juga kurang baik. 6. Kinerja Teknis Sistem Hidroponik NFT Evaluasi kelayakan sistem hidroponik yang dilakukan berdasarkan beberapa parameter yaitu keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik, keseragaman derajat keasaman, keseragaman kedalaman aliran, dan keseragaman bobot tanaman, menghasilkan nilai keseragaman yang bervariasi. Untuk mengetahui gambaran mengenai nilai keseragaman tersebut, maka dapat dilihat rekapitulasi nilai keseragaman yang disajikan pada Tabel 31 dan 32 berikut. Tabel 31. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT kangkung. Bed CU Debit aliran CU EC Kriteria evaluasi CU ph CU Kedalaman aliran Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet CU Bobot Rata-rata Rata-rata Tabel 32. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT bayam merah. Bed CU Debit aliran CU EC Kriteria evaluasi CU ph CU kedalaman aliran CU Bobot Rata-rata Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Rata-rata

21 Berdasarkan hasil tersebut maka secara umum sistem hidroponik dapat diterapkan, karena nilai koefisien keseragamannya mendekati 90%. Namun secara khusus nilai koefisien keseragaman masih kurang baik pada kedalaman aliran dan bobot tanaman, hal ini disebabkan karena terdapatnya lipatan pada terpal pelapis bed sehingga permukaan bed menjadi tidak rata. Untuk memperbaiki nilai keseragaman pada jaringan hidroponik ini maka dibutuhkan ketelitian dan perawatan yang rutin. B. KELAYAKAN FINANSIAL Dalam melakukan kegiatan usaha, faktor finansial menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan menentukan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dilanjutkan. PT. Joy Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian yang memproduksi sayuran hidroponik. Sayuran utama yang diproduksinya adalah bayam merah dan kangkung yang dipasarkan melalui mitra kerjanya yaitu Parung Farm. Hasil produksi PT. Joy Farm dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Data produksi sayuran di PT. Joy Farm tahun Bulan Kangkung (kg) Bayam (kg) Total (kg) Januari 783,8 259, ,45 Febuari 584,1 358,20 942,30 Maret 824,25 83,70 907,95 April 764,73 501, Mei 669,25 436, Juni 694,26 300,15 994,41 Juli 662,43 256,50 918,93 Agustus 538,4 450,15 988,55 September 396,45 588,41 984,86 Oktober 329,2 319,68 648,88 November 258,52 396,80 655,32 Desember 286,2 358,30 644,50 Total 6.791, , ,27 Dari Tabel 33 di atas diketahui bahwa produksi sayuran di PT. Joy Farm dalam satu tahun mencapai ,27 kg sehingga jika dirata-ratakan produksi per bulannya adalah ± 925 kg. Produksi yang dihasilkan berfluktuasi, hal ini 43

22 disebabkan karena beberapa hal seperti lingkungan greenhouse yang masih memungkinkan datangnya hama melalui ventilasi yang tidak tertutup, serta perubahan cuaca yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman. Selain itu besarnya bibit yang belum memadai untuk dipindahkan ke bed produksi akan menyebabkan kekurangan bibit pada bed produksi, sehingga bed produksi tidak terisi dengan penuh. Setiap harinya PT. Joy Farm merencanakan panen sebanyak empat bed (dua bed untuk kangkung dan dua bed untuk bayam merah, dengan ukuran bed 11 m 2 ). Jika dianalisis berdasarkan umur panen tanaman, yaitu 22 hari untuk bayam merah dan 15 hari untuk kangkung, maka seharusnya total bed yang dibutuhkan oleh PT. Joy Farm adalah 74 bed, sedangkan bed yang ada hanya 64 bed. Hal ini dapat mengakibatkan rolling tanaman menjadi tidak teratur, sehingga memaksakan untuk memanen tanaman sebelum waktunya dan pada akhirnya akan menyebabkan hasil produksi yang tidak stabil. Hasil yang ingin dicapai oleh PT. Joy Farm ± 17 kg/bed. Harga jual produk adalah Rp 8.400/kg yang merupakan haga jual kontrak lama dengan pihak mitra. Apabila hasil tersebut konstan, maka dalam satu bulan panen akan dihasilkan kg dengan total penjualan Rp Hasil tersebut merupakan target yang harus dicapai oleh PT. Joy Farm. Mengingat besarnya investasi yang diperlukan dalam melakukan usaha ini, untuk itu perlu dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha yang dijalankan. Dalam melakukan analisis kelayakan finansial ini, dilakukan beberapa asumsi dan pendekatan, di antaranya adalah : 1. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian. 2. Produktifitas tanaman adalah rata-rata dalam satu tahun. 3. Lahan produksi dan investasi adalah milik sendiri. 4. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan dianggap tetap, baik biaya produksi maupun biaya tetap lainnya. 5. Harga jual kedua komoditi adalah Rp 8.400/kg. 6. Umur proyek merupakan jangka waktu hidup dari proyek yang ditentukan oleh nilai ekonomis dari investasi yang ditanamkan dalam proyek tersebut. Umur ekonomis pengusahaan hidroponik ini sesuai dengan umur ekonomis 44

23 greenhouse, karena greenhouse merupakan sarana utama untuk melakukan produksi. 7. Besarnya harga akhir 10% dari harga awal. 8. Berdasarkan asumsi nomor 3, tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5% yang merupakan tingkat suku bunga tabungan di BRI pada tahun Sebagai pembanding, digunakan pula tingkat suku bunga 12% yang merupakan tingkat suku bunga pertanian negara berkembang (Gittinger, 1986), dan tingkat suku bunga 16% yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman di BRI pada tahun Selama proyek berjalan diasumsikan tidak ada kenaikan tingkat upah tenaga kerja regional. Pada usaha budidaya tanaman secara hidroponik ini, terdapat biaya investasi dan juga operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan sebelum tanaman menghasilkan, seperti biaya bangunan dan alatalat pertanian hidroponik (Tabel 34). Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani berjalan, seperti biaya pembelian benih, nutrisi, tenaga kerja, perawatan, keamanan, bensin dan listrik (Tabel 35). Tabel 34. Biaya Investasi usahatani pada tahun ke-0 No Uraian Biaya Investasi (Rp) Umur ekonomis (tahun) 1 Greenhouse Sistem hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Total

24 Tabel 35. Biaya operasional usahatani hidroponik NFT dalam satu tahun. No Uraian Biaya Operasional Rp/Tahun 1 Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Bensin Total Berdasarkan Tabel 34 di atas dapat dilihat bahwa total biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha hidroponik mencapai Rp dan pada Tabel 35, dapat dilihat besarnya biaya operasional yang dikeluarkan selama satu tahun mencapai Rp Data investasi dan biaya operasional tersebut digunakan untuk menghitung biaya pokok produksi kangkung dan bayam. Hasilnya seperti diuraikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2, diperoleh biaya pokok untuk tanaman kangkung adalah Rp /kg dan tanaman bayam adalah Rp /kg. Dari hasil tersebut telah diketahui bahwa usaha yang dilakukan oleh PT. Joy Farm merugi, karena harga jual Rp 8.400/kg lebih rendah dari biaya pokok. Sebagai gambaran mengenai usaha yang dilakukan oleh PT. Joy Farm, maka data investasi dan biaya operasional tersebut juga dimasukkan ke dalam perhitungan untuk menganalisis kelayakan finansial. Perhitungan dilakukan dengan 2 rancangan. Rancangan pertama yaitu analisis apabila total penjualan sesuai dengan target yang diharapkan, rancangan kedua dilakukan berdasarkan data produksi selama satu tahun. Analisis yang dilakukan meliputi perhitungan nilai sekarang bersih (Net Present Value, NPV), perbandingan manfaat biaya bersih (Net B/C ratio), Gross B/C, dan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return, IRR). Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan tingkat suku bunga sebesar 5%, 12% dan 16%. 46

25 Pada Lampiran 3, 4 dan 5 dapat dilihat cashflow perusahaan pada rancangan 1 (sesuai target produksi). Dari analisis tersebut didapat nilai NPV, Net B/C, Gross B/C, dan IRR seperti pada Tabel 36. Tabel 36. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm jika produksi sesuai target dengan harga jual Rp 8.400/kg. Tingkat suku bunga NPV (Rp) Net B/C Gross B/C 5% ,34 1,45 42,29 12% ,92 1,35 42,29 16% ,73 1,29 42,29 IRR (%) Dari hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada usaha hidroponik dengan tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% berturut-turut diperoleh nilai NPV sebesar Rp , Rp , dan Rp Hal ini menunjukkan bahwa usaha hidroponik yang dilakukan PT. Joy Farm jika produksi sesuai dengan target menurut nilai sekarang adalah layak pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16%. Nilai Net B/C yang didapat pada usaha hidroponik ini pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut adalah 2,34, 1,92, dan 1,73. Nilai ini menunjukkan bahwa penanaman investasi pada usaha hidroponik ini adalah masih layak dilakukan pada tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16%, karena nilai B/C > 1. Nilai Gross B/C yang diperoleh pada suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut adalah 1,45, 1,35, dan 1,29. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pengeluaran sehingga masih layak untuk dilakukan. Nilai IRR yang diperoleh dari uji kelayakan tersebut adalah sebesar 42,29%. Nilai tersebut masih berada di atas tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% artinya usaha yang dilakukan masih layak. Dari hasil analisis tersebut dapat terlihat bahwa usaha yang dilakukan akan menguntungkan jika dilakukan produksi sesuai dengan target yang diharapkan. Namun pada kenyataannya pencapaian target tersebut belum 47

26 sepenuhnya berhasil, disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor teknis dan lingkungan yang dapat mempengaruhi angka produksi. Pada Lampiran 6, 7, dan 8 dapat dilihat cashflow perusahaan pada rancangan 2 (berdasarkan data hasil produksi). Dari analisis tersebut didapat nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR seperti pada Tabel 37 berikut. Tabel 37. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm pada produksi riil dengan harga jual Rp 8.400/kg. Tingkat suku bunga NPV (Rp) Net B/C Gross B/C IRR (%) 5% ,20 0,70-12% ,15 0,65-16% ,13 0,62 - Dari hasil perhitungan uji kelayakan berdasarkan data produksi dalam satu tahun, didapat nilai NPV pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut lebih kecil dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya hidroponik yang dilakukan oleh PT. Joy Farm menurut nilai sekarang secara finansial tidak layak untuk dilakukan karena akan menghasilkan kerugian sebesar nilai NPV tersebut. Nilai Net B/C pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut lebih kecil dari 1, begitupun pada nilai Gross B/C menghasilkan nilai lebih kecil dari 1 yang artinya usaha yang dilakukan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluarannya dan belum mampu mengembalikan modal yang diinvestasikan di awal usaha. Hal ini menunjukkan bahwa penanaman investasi usaha hidroponik sangat tidak layak atau tidak menguntungkan, karena tidak memberikan nilai manfaat. Nilai IRR tidak ditemukan karena usaha yang dilakukan untuk budidaya secara hidroponik ini tidak layak dilakukan. Besarnya modal awal yang ada alangkah lebih baik jika dipergunakan untuk usaha yang lebih menguntungkan. PT. Joy Farm tetap menjalankan produksinya karena terikat kontrak lama dengan pihak mitra. Untuk dapat melanjutkan usaha hidroponik tersebut, agar tidak mengalami kerugian maka diperlukan alternatif pemecahan, di antaranya adalah dengan memperhatikan biaya produksi dan perbaikan manajemen 48

27 pemasaran. Untuk itu perlu diperhatikan agar total penerimaan tidak kurang dari jumlah pengeluaran. Besarnya total penerimaan dipengaruhi oleh total produksi. Semakin tinggi total produksi, semakin tinggi pula total penerimaan. Untuk itu produktifitas tanaman harus dijaga agar tidak kurang dari target yang diharapkan, selain itu jumlah pengeluaran juga perlu dijaga agar ketika produksi menurun, total penerimaan masih berada di atas total pengeluaran sehingga meminimalkan kerugian. Dari segi teknis dalam hal penggunaan nutrisi sebaiknya PT. Joy Farm menggunakan standar yang ada. Standar yang digunakan oleh PT. Joy Farm lebih besar dari standar yang ada, sehingga akan menyebabkan larutan nutrisi yang terlalu pekat dan dapat mempengaruhi produktifitas tanaman. Selain itu penggunaan nutrisi yang tepat juga akan menekan biaya yang dikeluarkan. Meningkatkan harga jual produk juga penting. Dilihat dari segi pemasaran, telah diketahui bahwa produk hidroponik memiliki pasar tersendiri seperti di mall dan swalayan lainnya dengan harga jual yang tinggi. Harga jual yang ada di tingkat petani berkisar antara Rp Rp per kg untuk sayuran daun hidroponik. Harga jual yang digunakan oleh PT. Joy Farm adalah sama untuk kedua jenis tanaman, yaitu seharga Rp 8.400/kg. Harga jual tersebut merupakan kontrak lama dengan pihak mitra. Jika kita lihat pada perhitungan sebelumnya, usaha yang dijalankan akan layak jika produksi memenuhi target, namun pada kenyataannya total produksi tidak memenuhi target sehingga usaha yang dilakukan belum menguntungkan dan belum mampu mengembalikan modal yang diinvestasikan di awal usaha. Dalam hal ini sebaiknya PT. Joy Farm melakukan negosiasi ulang mengenai harga jual dan mencari alternatif pemasaran agar mampu mengembangkan usahanya tanpa tergantung oleh kontrak dari pihak mitra. Bila PT. Joy Farm melakukan negosiasi kontrak baru dengan mitra, yaitu dengan menaikkan harga jualnya 2 kali harga semula menjadi Rp /kg untuk sayuran hidroponik baik bayam merah maupun kangkung, maka akan diperoleh nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR berturut-turut adalah seperti 49

28 pada Tabel 38 berikut (Cashflow pada harga Rp /kg dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, dan 11) Tabel 38. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm pada produksi riil dengan harga jual Rp /kg. Tingkat suku bunga NPV (Rp) Net B/C Gross B/C IRR (%) 5% ,96 1,32 32,33 12% ,60 1,23 32,33 16% ,45 1,18 32,33 Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa dengan menaikkan harga jual produk menjadi RP /kg akan didapatkan nilai NPV, Net B/C,Gross B/C dan IRR seperti yang terlihat pada Tabel 38. Nilai NPV pada tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% masih berada di atas nol. Begitu juga dengan nilai Net B/C, pada tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% nilai B/C > 1. Nilai IRR yang didapat sebesar 32,33%. Dari analisis yang dilakukan berdasarkan ketiga kriteria investasi tersebut, dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan akan layak pada tingkat suku bunga tersebut. Apabila tidak mencapai kesepakatan dengan harga jual Rp /kg, maka dilakukan negosiasi ulang dengan harapan harga jual yang disepakati masih memberikan kelayakan untuk PT. Joy Farm dalam melanjutkan usahanya. Harga jual yang memungkinkan agar PT. Joy Farm tetap dapat melanjutkan usahanya adalah Rp /kg. Dengan menggunakan harga jual tersebut akan diperoleh nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR berturut-turut adalah seperti pada Tabel 39 berikut (Cashflow pada harga Rp /kg dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, dan 14) Tabel 39. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm pada produksi riil dengan harga jual Rp /kg. Tingkat suku bunga NPV (Rp) Net B/C Gross B/C IRR (%) 5% ,39 1,13 16,59 12% ,13 1,05 16,59 16% ,02 1,01 16,59 50

29 Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dengan harga jual Rp /kg menghasilkan nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR yang layak pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16%. Hal ini masih memberikan kelayakan bagi PT. Joy Farm untuk melanjutkan usahanya. Kondisi tersebut akan dapat mencapai kondisi yang lebih baik apabila dalam melakukan kegiatan produksinya dilakukan pemanfaatan sumber daya atau aset dan sarana yang ada secara maksimal. C. OPTIMASI PRODUKSI 1. Model matematis a. Fungsi tujuan Tujuan dari program linear dalam pemecahan masalah optimasi di PT. Joy Farm adalah untuk memaksimumkan keuntungan. Dalam hal ini keuntungan merupakan selisih antara harga jual dan biaya produksi. Harga jual yang digunakan adalah harga jual negosiasi kontrak baru antara PT. Joy Farm dengan mitra yaitu sebesar Rp /kg. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan adalah Rp /kg untuk bayam merah dan Rp /kg untuk kangkung. Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh adalah Rp 2.543/kg untuk bayam merah dan Rp 5.818/kg untuk kangkung. Berdasarkan hal tersebut, maka fungsi tujuan dalam optimasi ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Maksimumkan Z = X X2 b. Fungsi pembatas Fungsi pembatas pada model ini terdiri dari lima fungsi. Fungsi tersebut menyatakan pembelian nutrisi dan bibit, listrik untuk pompa, kapasitas greenhouse, permintaan minimal, dan tenaga kerja pada proses produksi bayam merah (X1) dan kangkung (X2). 1) Pembelian Nutrisi dan bibit. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian nutrisi dan bibit dari kedua produk adalah Rp per tahun atau Rp 51

30 per bulan. Untuk pembelian bibit, tanaman bayam membutuhkan biaya Rp per tahun atau Rp per bulan, sedangkan bibit kangkung membutuhkan biaya Rp per tahun atau Rp per bulannya. Untuk Nutrisi masingmasing dialokasikan sebesar Rp per bulan. Sehingga total biaya masing-masing tanaman untuk nutrisi dan bibit adalah Rp per bulan untuk bayam merah dan Rp per bulan untuk kangkung, maka biaya yang dikeluarkan masing-masing tanaman per bed adalah Rp untuk bayam merah, dan Rp untuk tanaman kangkung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka fungsi pembatas pembelian nutrisi dan bibit dinyatakan sebagai berikut : X X ) Biaya listrik pemakaian pompa Untuk biaya listrik pompa air dihitung dari pemakaian pompa air selama satu bulan. Penggunaan pompa untuk kedua jenis tanaman sama. Masing-masing tanaman untuk seluruh bed menggunakan pompa dengan daya 250 watt sebanyak tiga buah pompa. Pemakaian pompa adalah selama 465 menit per hari untuk tanaman bayam merah, sedangkan untuk kangkung adalah 600 menit. Maka selama satu bulan lamanya pemakaian adalah menit atau 232,5 jam untuk tanaman bayam, dan menit atau 300 jam untuk tanaman kangkung. Berdasarkan pemakaian tersebut maka dengan menggunakan biaya Rp 500/kwh, didapat biaya per bulan untuk masing-masing tanaman sebesar Rp untuk bayam merah dan Rp untuk kangkung. Sehingga diperoleh biaya yang dikeluarkan per bed adalah Rp untuk bayam merah dan Rp untuk kangkung. Maka total biaya listrik penggunaan pompa dari kedua tanaman tersebut adalah Rp per bulan, sehingga fungsi pembatas biaya listrik pemakaian pompa dapat dinyatakan sebagai berikut : 52

31 1.453 X X ) Kapasitas greenhouse Kapasitas greenhouse untuk memproduksi kedua produk tersebut selama satu bulan adalah sebanyak 120 bed, maka fungsi pembatas untuk kapasitas greenhouse dapat dinyatakan sebagai berikut : X1 + X ) Biaya tenaga kerja Faktor pembatas mengenai tenaga kerja, setiap bulannya PT. Joy Farm menggaji 6 karyawan yang bekerja di kebun PT. Joy Farm. Pembayaran gaji kepada karyawan tersebut didasarkan pada pengalaman dan lama bekerja, jadi setiap orangnya mendapatkan gaji yang berbeda. Total gaji yang dikeluarkan oleh PT. Joy Farm untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp per tahunnya atau Rp tiap bulannya. Pembagian kerja 3 orang untuk menangani bayam merah dan 3 orang untuk menangani kangkung. Besarnya biaya tenaga kerja untuk masing-masing tanaman adalah Rp untuk kangkung dan Rp untuk bayam merah yang merupakan jumlah gaji dari tiap karyawan pada masing-masing tanaman. Tanaman kangkung membutuhkan perawatan ekstra karena apabila layu, tanaman menjadi cacat dan tidak bisa segar kembali (Gaji karyawan dapat dilihat pada Lampiran 15). Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan per bed adalah Rp untuk kangkung dan Rp untuk bayam merah. Dari perhitungan tersebut maka fungsi pembatas untuk biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut : X X ) Permintaan minimal mitra. Permintaan minimal pada masing-masing sayuran adalah 20 kg/hari untuk kangkung atau 1,2 bed/hari sehingga dalam 1 bulan 53

32 dibutuhkan 36 bed. Sedangkan untuk bayam merah adalah 15kg/hari atau 0,8 bed/hari sehingga dalam 1 bulan dibutuhkan 24 bed. Maka fungsi pembatas untuk permintaan minimal adalah sebagai berikut : X1 24 X Hasil optimasi Dari perhitungan yang dilakukan sesuai dengan proses optimasi menggunakan program linier, diperoleh hasil optimal dengan kombinasi jumlah bed yang harus diproduksi adalah 24 bed per bulan untuk bayam merah dan 82 bed per bulan untuk kangkung. Dari hasil tersebut didapatkan total keuntungan sebesar Rp per bulan. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 16. Dengan hasil tersebut, untuk tanaman bayam merah diperlukan 24 bed per bulan, maka per harinya dapat dipanen sebanyak 0,8 bed. Dengan melihat umur panen bayam merah selama 22 hari, maka untuk dapat panen 0,8 bed per hari diperlukan total bed sebanyak 18 bed. Untuk tanaman kangkung diperlukan 82 bed per bulan, maka per harinya dapat dipanen sebanyak 2,73 bed. Dengan melihat umur panen kangkung selama 15 hari, maka untuk dapat panen 2,73 bed per hari diperlukan total bed sebanyak 41 bed. Dari hasil optimasi tersebut dibutuhkan bed secara keseluruhan adalah 59 bed sedangkan PT. Joy Farm memiliki total bed 64. Dalam hal ini masih menyisakan bed sebanyak 5 bed sehingga produksi dapat lebih dimaksimalkan kembali. Hasil optimasi tersebut di atas juga menunjukkan bahwa selama ini PT. Joy Farm belum memperhatikan aspek optimasi dalam menjalankan produksinya. Ada perbedaan yang mencolok antara hasil optimasi dengan praktek/realisasi produksi selama ini. Dengan menerapkan optimasi tersebut maka PT. Joy Farm dapat memaksimalkan keuntungannya. 54

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT.

ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. JOY FARM, DEPOK Oleh : ANDIKA PRASTYA F14104056 2009 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

Biaya pokok produksi kangkung : ,91 Rp/kg

Biaya pokok produksi kangkung : ,91 Rp/kg Lampiran 1. iaya tanaman kangkung (Rp/kg). (DF 5%) iaya tetap (Rp/Th) iaya penyusutan unga modal Pajak iaya tetap Greenhouse 8.522.640,00 1.420.440,00 9.943.080,00 Sistem Hidroponik 11.075.436,00 1.845.906,00

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media tanah. Sebagai ganti tanah digunakan larutan mineral yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. media tanah. Sebagai ganti tanah digunakan larutan mineral yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroponik adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah. Sebagai ganti tanah digunakan larutan mineral yang mengandung nutrisi. Karena metode cocok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L) SKRIPSI

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L) SKRIPSI UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L) SKRIPSI DEWI RENITAULI SIMBOLON 060308023 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013 bertempat di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan sayuran daun yang cukup digemari oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan mentah dan dijadikan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2014 Januari 2015 di

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2014 Januari 2015 di III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2014 Januari 2015 di greenhouse Jurusan Teknik Pertanian dan Laboraturium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat. Salah satu jenis mentimun yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dicari ialah mentimun Jepang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di 15 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidroponik menjadi salah satu alternatif yang bagus untuk menanam sayuran di daerah perkotaan yang umumnya kekurangan lahan untuk pertanian. Hidroponik adalah budidaya

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG

ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG Analysis of Uniformity in Fertigation Aspects at Design of Hydroponic System using Pipe Slope Variation

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB I I. PENDAHULUAN BAB I I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kondisi lahan pertanian yang kian hari semakin berkurang sementara disisi lain pemenuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kailan banyak digunakan dalam berbagai masakan Cina dan Tionghoa. Kailan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kailan banyak digunakan dalam berbagai masakan Cina dan Tionghoa. Kailan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kailan (Brassica oleraceae) Kailan banyak digunakan dalam berbagai masakan Cina dan Tionghoa. Kailan (Brassica oleraceae) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa

PENDAHULUAN. apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa PENDAHULUAN Latar Belakang Hidroponik merupakan pertanian masa depan sebab hidroponik dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota di lahan terbuka, atau di atas apartemen sekalipun. Hidroponik

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah, Letak Wilayah Administratif dan Letak Geografis PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya di bidang sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Peneltian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Peneltian 18 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di green house Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2017 sampai Juli 2017. B. Alat dan Bahan Peneltian Peralatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SELADA(Lactuca Sativa)

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SELADA(Lactuca Sativa) UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SELADA(Lactuca Sativa) SKRIPSI YESSI HANDAYANI 060308002 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO PENDAHULUAN Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit

Lebih terperinci

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP III. METODOLOGI 5.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010. 5.2 ALAT DAN BAHAN Alat-alat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4, BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Proses Produksi

PEMBAHASAN. Proses Produksi PEMBAHASAN Proses Produksi Persemaian dan Nursery Media tanam untuk persemaian berupa rockwool merupakan pilihan yang baik, sebab menurut Resh (2004), rockwool dapat menyediakan oksigen, air, nutrisi dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik Tanaman Sayuran Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

SKRIPSI. IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MENGATUR ph NUTRISI PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)

SKRIPSI. IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MENGATUR ph NUTRISI PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) SKRIPSI IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MENGATUR ph NUTRISI PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 pada Program

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

meter dan percabangannya monopodial. Batangnya berwarna merah (Henssayon, 1985). Daun tanaman bayam adalah daun tunggal. Berwarna kehijauhan, bentuk bundar telur memanjang (ovalis). Panjang daun 1,5 sampai

Lebih terperinci