ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP SUPORTER SEPAK BOLA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGRUSAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP SUPORTER SEPAK BOLA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGRUSAKAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP SUPORTER SEPAK BOLA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGRUSAKAN ( Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.69/Pid.B/2015/PN. Skt ) Disusun Oleh ; Tesa Domiyanto FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA 2016

2 ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP SUPORTER SEPAK BOLA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGRUSAKAN ( Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.69/Pid.B/2015/PN. Skt ) ABSTRAK Tujuan dari penelitian hukum ini adalah yamg pertama untuk mengkaji pertimbangan hakim dalam memutus tindak pidana pengrusakan yang dilakukan oleh supporter sepak bola dan yang kedua mengetahui hambatan hambatan hakim dalam memutus perkara pidana pengrusakan yang terjadi di Pengadilan Negeri Surakarta. Tindak pidana pengerusakan, kekerasan, jatuhnya korban baik luka atau tewas, rusak dan terganggunya ketertiban, tata sosial sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang masih melekat pada suporter sepakbola. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung tim kesayangannya kadangkala berubah menjadi kerusuhan atau tindak anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas umum. Apabila konflik suporter masih terus terjadi,sepakbola yang seharusnya menjadi sarana hiburan justru kemudian identik dengan kekerasan Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. Jenis penelitian yaitu yuridis normatif. Sifat penelitian yaitu deskriptif. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder. Alat pengumpulan data menggunakan study kepustakaan. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengadilan menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa selama tiga bulan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum selama lima bulan serta tuntutan dalam KUHP selama dua tahun delapan bulan. Penerapan pasal 406 ayat 1 KUHP tentang tindak pidana pengerusakan barang milik orang lain di Pengadilan Negeri Surakarta diawali dengan proses penyidikan oleh pihak kepolisian untuk dibuat berita acara penyidikan,yang akan dikirimkan ke kejaksaan guna dibuat dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum yang akan dibacakan dalam persidangan, selanjutnya dilakukan pemeriksaan persidangan di pengadilan berdasrkan bukti-bukti dan hal-hal lain yang digunakan sebagai pertimbangan. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak pidana pengerusakan adalah adanya alat-alat bukti yang sah di dalam persidangan, barang-barang bukti yang digunakan untuk memperkuat dari suatu kejadian tindak pidana serta hal-hal yang meringankan dan memberatkan yang melekat pada diri pelaku tindak pidana pengrusakan. Hakim dalam memutuskan perkara tersebut tidak mendapatkan hambatan-hambatan dalam memutus perkara pengrusakan tersebut karena setiap menjatuhkan putusan, hakim mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan pidana maksimal ataupun minimum terhadap kasus yang ditangani dengan dasar tuntutan dari KUHP dan tuntutan dari jaksa penuntut umum. 1

3 PENDAHULUAN Sepak bola bukan lagi sekedar joga bonito (permainan indah) dari para aktornya untuk menciptakan gol dan meraih kemenangan. Sepak bola juga tidak lagi sekedar pertandingan 2 x 45 menit (plus extra time dan adu penalti), tetapi sepak bola telah memberikan pelajaran terhadap refleksi manusia. Salah satunya tentang multikulturalisme. Sepak bola menjadi cabang olahraga yang paling multikultural dari cabang olahraga lainnya. Olahraga sepak bola sukses mengobrak-abrik sekat sosial, kultural, etnis, agama, ideologi, dan negara. Suporter dan sepakbola sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, dimana ada sepakbola disitu juga ada suporter, tidak memandang tua, muda, maupun anak-anak. Kecintaan mereka terhadap tim sepak bola yang dibelanya telah mengubah pikiran normal manusia. Berbagai atribut seperti kaos, bendera, maupun spanduk dengan berbagai warna kebesarannya merah, hijau, maupun biru telah menjadi simbol dan identitas mereka. Kehadiran suporter bagi tim sepak bola tentu sangat diharapkan karena olahraga sepak bola sudah bukan sekedar olahraga dengan tujuan sempit yaitu menjaga kesehatan, melainkan sudah berkembang menjadi sebuah bisnis dan industri. Kehadiran suporter akan membawa semangat tersendiri bagi para pemain, karena segala teknik, keterampilan, kecepatan, kemahiran, dan seni bermain bola dapat dinikmati oleh orang lain. Suporter ketika mendukung, menonton, dan menikmati pertandingan sepak bola tentunya berharap mendapat hiburan olahraga yang memadai dan segar. Dengan segenap pengorbanan berupa biaya tiket, parkir dan transport yang dikeluarkan suporter untuk menyaksikan secara langsung tim kebanggaannya berlaga di stadion.dengan biaya yang dikeluarkan tentu supporter berharap mendapatkan imbalan yaitu tim kebanggaannya memenangkan pertandingan. 2

4 Keberadaan suporter merupakan hal vital bagi klub sepak bola, karena pendapatan klub berasal dari tiket masuk pertandingan, sponsor, dan penjualan pernak-pernik klub yang dibeli oleh para penggemar klub atau suporter. Dari pendapatan itu klub atau tim membiayai industri olahraga yang dikelolanya, biaya-biaya tersebut untuk menutup biaya operasional seperti belanja pemain, gaji pemain, dan biaya pertandingan. Maka itu suporter menjadi pilar penyanggah panji-panji kebesaran klub sepak bola. Seharusnya para pengelola industri olahraga sepak bola memberikan perhatian serius dalam membina kualitas suporternya, kuantitas penting tapi kualitas juga tidak kalah penting. Kerusuhan suporter bukan hal yang baru dalam dunia persepakbolaan. Gengsi dan harga diri mereka dipertaruhkan ketika tim kesayangannya bertanding. Suporter sebagai penyemangat disaat tim kesayangan mereka membutuhkan suntikan psikologis dengan nyanyian, tarian dan teriakan. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung tim kesayangannya kadangkala berubah menjadi kerusuhan atau tindak anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas umum. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter, Di Indonesia pun kerusuhan supporter cenderung meningkat dan semakin anarkis. Pemicunya cukup kompleks, mulai dari fanatisme berlebihan kepada klub, soal wasit, kinerja panitia pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter. Seperti yang telah di ketahui perseteruan suporter antara Aremania (suporter Arema) dengan Bonek (supporter Persebaya) dan Viking (Suporter Persib) dengan The Jak Mania (suporter Persija) maupun Pasoepati ( Suporter Persis ) dengan Brajamusti ( Suporter PSIM Jogja ) telah lama terjadi. Bahkan ada baju di kelompok pecinta Persija Jakarta yang bertuliskan Viking and Bonek yang ditandai dengan tanda silang, di kaos para pendukung fanatic ini bisa juga bersifat provokatif. Atau juga Wanted! Kill the Vikings, everywhere, anytime, always. Mengerikan memang. 3

5 Tindak kekerasan, kerusuhan, jatuhnya korban baik luka atau tewas, rusak dan terganggunya ketertiban, tata sosial sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter, meskipun misi perdamaian sudah dilakukan banyak kelompok suporter di Indonesia. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung kesebelasan yang disayanginya kandangkala berubah menjadi kerusuhan atau anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas stadion maupun fasilitas umum di sekitar stadion. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter. Meskipun misi perdamaian selalu di dengungkan oleh berbagai kelompok suporter, akan tetapi tindak anarkis yang di lakukan oleh suporter bukannya mereda akan tetapi justru semakin menjadi-jadi. Tindak kekerasan, kerusuhan, jatuhnya korban baik luka maupunu tewas, rusak dan terganggunya ketertiban dan prasarana umum merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola apabila konflik antar suporter masih terus terjadi.sepakbola yang seharusnya menjadi sarana hiburan justru kemudian identik dengan kekerasan. Persoalan di luar lapangan bukanlah wewenang PSSI melainkan aparat kepolisian. Namun demikian, melaluikomisi disiplin PSSI tetap memberikan sanksi kepada klub, suporter, pemain ataupun panpel yang melakukan pelanggaran. METODE PENELITIAN Menurut Soerjono Soekanto, metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan suatu ilmu pengetahuan. Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut ; Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan permasalahan dan pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan 4

6 penelitian dengan memilih lokasi penelitian di kota Surakarta. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normative. Sifat Penelitian Dalam melakukan penelitian hukum ini, penulis menggunakan penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Sumber Data Berdasarkan jenis data penelitian tersebut di atas, maka sumber data adalah Sember data primer yaitu bersumber dari hasil wawancara dengan hakim di pengadilan Negeri Surakarta atas putusan perkara 69/Pid.B/2015/PN. Skt serta Sumber data sekunder Yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberi keterangan yang bersifat mengandung sumber data primer, sumber data sekunder dapat diperoleh dari bahan hukum primer,bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah study kepustakaan. Jalannya Penelitian didalam pelaksanaan penelitian sebagai berikut: Tahap Persiapan,Pengumpulan Data,Analisis,Penyusunan Laporan. Metode Analisa yang digunakan yaitu Bahan hukum yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif, PEMBAHASAN A. Pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana pengerusakan yang dilakukan oleh supporter sepak bola Hasil penelitian menunjukkan Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam putusan No.69/Pid.B/2015/PN.Skt sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP karena hakim harus berpedoman pada sistem pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP sebagai berikut: Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bawa terdakwalah yang bersalah melakukannya. 5

7 Alat-alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP terdiri dari: a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan terdakwa Dalam perkara ini alat bukti yang sah untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi hakim, yakni barang bukti,keterangan saksi dan keterangan terdakwa. Pada persidangan yang sebelumnya sudah dijalani bahwa benar barang bukti yang dihadirkan dalam persidangan adalah milik terdakwa. Barang bukti yang dihadirkan dalam persidangan tersebut berupa : a) Sebuah tas warna putih yang berisikan batu b) Selembar kaos warna merah bertuliskan TREMBESI AKU TRESNO PERSIS SOLO c) Selembar sleyer warna merah bertuliskan pasoepati d) Pecahan kaca e) Potongan bamboo f) Pecahan batu yang ditemukan di TKP Kemudian saksi-saksi yang sudah dihadirkan pula di persidangan ialah : a. Budi Susilo b. Prasasti katyastawa galih gumilang c. Wahyu Riyadi d. M.Arif Arwan. Dalam perkara ini meskipun terdakwa ADHI EKO MARSETYO bertindak sebagai supporter Persis solo dalam mendukung tim tersebut bertanding tidak menjadikan terdakwa 6

8 memiliki ke istimewaan atau mendapat perlakuan yang berbeda ketika berhadapan dengan hukum. Terdakwa tetaplah menjadi subyek hukum orang perseorangan, dalam artian Setiap orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum. Tidak ada perbedaan antara seseorang dengan orang lainnya. Sejatinya asas persamaan dihadapan hukum merupakan asas dimana terdapatnya suatu kesetaraan dalam hukum pada setiap individu tanpa ada suatu pengecualian. Baik itu membeda-bedakan kekuasaan,jabatan ataupun status sosialnya. Hakim dalam perkara ini tidak melihat terdakwa dari sisi supporter,tatapi tetap melihat terdakwa sebagai orang biasa yang sedang menjalani proses hukum. Dala arti setiap orang yang melanggar aturan atau melakukan tindak pidana tetap harus di hukum sesuai dengan peraturan yang sudah ada. Hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut juga tidak mempertimbangkan terdakwa sebagai seorang supporter yang dapat meringankan hukuman terdakwa. B. Penerapan hukum khususnya pada perkara pidana No.69/Pid.B/2015/PN.Skt Penerapan hukum pidana materiil dalam perkara dengan perkara NO.69/Pid.B/2015/PN.Skt dengan terdakwa ADHI EKO MARSETYO sudah sesuai karena hakim dalam menjatuhkan putusan harus mencerminkan rasa keadilan baik bagi korban maupun bagi terdakwa. Dalam perkara pidana yang dilakukan oleh terdakwa ADHI EKO MARSETYO jaksa penuntut umum menyusun dakwaan secara alternative,yaitu : - Kesatu : sebagaimana diatur dan di ancam pidana dalam pasal 170 ayat 1 KUHP - Kedua : sebagaimana diatur dan di ancam pidana dalam pasal 406 ayat 1 KUHP 7

9 Oleh karena jaksa penuntut umum menyusun dakwaannya secara alternative maka hakim dapat memilih salah satu dari dakwaaan tersebut sesuai dengan fakta-fakta yang yang ditemukan dalam persidangan. Pasal 170 ayat 1 terdiri dari unsur-unsur : 1. Unsur Barang siapa Yang dimaksud barang siapa adalah orang perorangan selaku subyek hukum yang dapat bertanggung jawab menurut hukum. Dalam perkara ini Penuntut Umum menghadapkan ADHI EKO MERSETYO Bin MARTONO sebagai Terdakwa dimuka persidangan, yang berdasarkan keterangan saksi-saksi serta keterangan Terdakwa sendiri, dapat disimpulkan bahwa yang dihadapkan di persidangan ini, adalah benar orang yang dimaksud oleh Penuntut Umum sebagai Terdakwa dalam perkara ini. Kemudian Majelis berpendapat bahwa Terdakwa adalah subyek pelaku tindak pidana yang didakwakan kepada nya, yang dapat bertanggung jawab secara pidana terhadap perbuatan yang ia lakukan. 2. Unsur Terang-terangan Unsur terang terangan yang dimaksud dalam kasus ini adalah terdakwa dengan terang terangan di muka umum yaitu di komplek stadion Manahan solo melakukan aksi pengerusakan dengan melempari kaca sebuah bus 3. Unsur Dengan tenaga bersama" Dengan tenaga bersama yang dimaksud ialah terdakwa melakukan pengerusakan tersebut dilakukan lebih dari satu orang yakni bersama supporter pasoepati lainnya melakukan aksi pengerusakan. Meskipun dalam kejadian tersebut terdakwa tidak mengenal satu dengan yang lainnya para supporter tersebut,tetapi perbuatan tersebut dilakukan dengan bersama-sama 4. Unsur Menggunakan kekerasan 8

10 Unsur menggunakan kekerasan dalam perkara ini adalah terdakwa melakukan tindakan tersebut dengan menggunakan tenaga melakukan aksi pengerusakan tersebut dengan rasa emosi karena tim yang didukung tidak memperoleh kemenangan kemudian melampiaskan rasa kecewanya dengan melakukan aksi kekerasan merusak sebuah bus 5. Unsur Terhadap orang atau barang Terhadap orang-orang atau barang-barang, artinya bahwa kekerasan yang dilakukan oleh terdakwa dilakukan oleh beberapa orang secara terbuka dan secara bersama-sama itu ditujukan terhadap orang-orang atau barang-barang. Dalam perkara ini terdakwa melakukan perbuatan tersebut dengan obyek merusak sebuah bus. Kemudian Unsur-unsur pasal 406 ayat 1 KUHP,yaitu : 1. Unsur Barang siapa Yang dimaksud barang siapa adalah orang perorangan selaku subyek hukum yang dapat bertanggung jawab menurut hukum. Dalam perkara ini Penuntut Umum menghadapkan ADHI EKO MERSETYO Bin MARTONO sebagai Terdakwa dimuka persidangan, yang berdasarkan keterangan saksi-saksi serta keterangan Terdakwa sendiri, dapat disimpulkan bahwa yang dihadapkan di persidangan ini, adalah benar orang yang dimaksud oleh Penuntut Umum sebagai Terdakwa dalam perkara ini. Kemudian Majelis berpendapat bahwa Terdakwa adalah subyek pelaku tindak pidana yang didakwakan kepada nya, yang dapat bertanggung jawab secara pidana terhadap perbuatan yang ia lakukan. 2. Unsur Tanpa hak merusak barang milik orang lain dari fakta dipersidangan terdakwa ADHI EKO MERSETYO Bin MARTONO dalam kerusuhan pertandingan sepak bola antara kesebelasan Martapura FC dengan Persis Solo, terdakwa tidak puas atas keputusan wasit kemudian melampiaskan kemarahannya dengan cara melempari Bus yang akan ditumpangi pemain 9

11 Martapura FC sehingga mengakibatkan kaca depan Bus milik PO. GANDOS ABADI bukan milik terdakwa dan perusakan Bus tersebut tidak dikehendaki oleh pemiliknya, maka perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur Tanpa Hak Merusak Barang Milik Orang Lain Dari uraian tersebut di atas pasal 170 tersebut tidak memenuhi unsur-unsurnya karena pada unsur terhadap orang atau barang tidak memenuhi syarat karena unsur tersebut obyek yang digunakan bisa orang maupun barang,sedangkan dalam kasus ini obyek yang digunakan ialah barang. Atas pertimbangan hakim kemudian hakim menjatuhkan hukuman kedapa ADHI EKO MARSETYO dengan tindak pidana pengerusakan yang diatur dalam pasal 406 ayat 1 karena unsur-unsurnya telah terpenuhi,yaitu : barang siapa dan Tanpa hak merusak barang milik orang lain. Dalam hal ini terdakwa ADHI EKO MARSETYO telah merusak sebuah bus yang dimiliki oleh PO.GANDOS ABADI sehingga mengakibatkan kaca bus tersebut pecah. Dalam perkara ini terdakwa di tuntut dengan pasal 406 ayat 1 KUHP dengan ancaman hukuman dua tahun delapan bulan penjara. Kemudian Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa ADHI EKO MARSETYO dengan ancaman hukuman lima bulan penjara. Dan selanjutnya hakim memberikan putusan kepada terdakwa dengan penjara selama 3 ( tiga ) bulan. Setiap menjatuhkan putusan, hakim mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan pidana maksimal ataupun minimum terhadap kasus yang ditangani dengan dasar tuntutan dari KUHP dan tuntutan dari jaksa penuntut umum. Hakim boleh menjatuhkan pidana minimum satu hari dan maksimum dua tahun delapan bulan dengan melihat fakta-fakta yang ditemukan di pengadilan. Kemudian dalam mengambil kesimpulan hakim juga harus mendasari 10

12 putusannya kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bebas untuk menafsirkan atau menginterpretasikan hukum tersebut C. Hambatan hakim dalam memutuskan tindak pidana pengerusakan yang dilakukan oleh supporter sepak bola. Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap tindak pidana pengerusakan yang dilakukan oleh terdakwa ADHI EKO MARSETYO Bin MARTONO dengan merusak kaca bus yang dilakukan di komplek stadion Manahan solo berjalan dengan lancar. Sehingga Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dapat menjatuhkan putusan pidana terhadap terdakwa ADI EKO MARSETYO Bin MARTONO. Dalam sidang kasus tindak pidana pengerusakan dengan terdakwa ADHI EKO MARSETYO ini pihak pengadilan memperoleh keterangan yang berasal dari para saksisaksi yang melihat,mengetahui dan mengerti adanya tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Hal ini terlihat dari empat orang saksi yang menjadi saksi yaitu : Budi Susilo ( Anggota Polri ) dan Prasasti Katiyastawa Galih Gumilang ( Anggota Polri ),Wahyu Riyadi SH ( penyidik ) dan M Arif Arwan ( penyidik ) yang secara jelas melihat kronologis kejadian di TKP komplek stadion Manahan solo. Di dalam persidangan terdakwa ADHI EKO MARSETYO sering kali memberikan keterangan yang berbelit belit pada setiap persidangan, itu bukanlah faktor yang dapat menghambat hakim dalam menjatuhkan putusan,melainkan itu hanyalah faktor yang menyulitkan hakim dalam mencari fakta di persidangan. Jadi dapat dikatakan hakim dalam memutuskan perkara tersebut tidak mendapatkan hambatan-hambatan dalam memutus perkara pengrusakan tersebut. 11

13 KESIMPULAN Berdasarkan hasll penelitian dan pembahasan tersebut diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam putusan No.69/Pid.B/2015/PN.Skt sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP berupa sekurang-kurangnya dua alat bukti yakni dalam perkara ini keterangan saksi dan keterangan terdakwa sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa terdakwa sebagai pelaku pengrusakan tersebut. Selain itu, pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut ialah perbuatan terdakwa melempari kaca bus tersebut merupakan perbuatan yang merugikan orang lain serta meresahkan masyarakat. Kemudian terdapat pula hal-hal yang meringankan terdakwa antara lain sopan di persidangan, mengakui dan menyesali perbuatannya, dan terdakwa belum pernah dihukum. Penerapan hukum pidana materiil dalam perkara dengan nomor perkara 69/Pid.B/2015/PN. Skt sudah sesuai. Dimana hakim telah mengambil keputusan yang tepat untuk menjatuhkan hukuman sesuai dengan pasal 406 ayat 1 KUHP yang telah memenuhi unsur-unsurnya yaitu : Barang siapa dan Tanpa hak merusak Barang milik orang lain. Hakim dalam menjatuhkan perkara nomer 69/Pid.B/2015/PN.Skt tidak menemukan hambatan dalam memberikan putusan tersebut. karena setiap menjatuhkan putusan, hakim mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan pidana maksimal ataupun minimum terhadap kasus yang ditangani dengan dasar tuntutan dari KUHP Kata kunci ; Supporter, Sepak Bola, pengrusakan, Kekerasan, Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.69/Pid.B/2015/PN.Skt 12

14 DAFTAR PUSTAKA Anung Handoko, 2008, Sepak Bola Tanpa Batas, Kanisius Yogyakarta. Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia Press Barder Johan Nasution,2008, Metode Penelitian Hukum,Bandung : Mandar Maju Kitab Undang Undang Hukum Pidana Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Putusan Pengadilan No.69/Pid.B/2015/PN.Skt 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer di seluruh dunia dimana hampir setiap daerah terdapat lapangan sepak bola dan tidak hanya orang dewasa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai sejumlah orang yang berada pada tempat yang sama, adakalanya tidak saling mengenal, dan memiliki

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR SUPORTER SEPAK BOLA MERUNTUHKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA

KONFLIK ANTAR SUPORTER SEPAK BOLA MERUNTUHKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA KONFLIK ANTAR SUPORTER SEPAK BOLA MERUNTUHKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA NAMA : MUAMAR KADAFI NIM : 11.11.4886 KELOMPOK : C DOSEN : TAHAJUDIN SUDIBYO, Drs. S1 TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sepakbola telah menjadi cabang olahraga yang paling multikultural. Syarif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sepakbola telah menjadi cabang olahraga yang paling multikultural. Syarif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepakbola telah menjadi cabang olahraga yang paling multikultural. Syarif (2013) berpendapat, sepakbola sukses melepaskan sekat-sekat sosial, etnis, agama,

Lebih terperinci

DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta)

DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta) DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertandingan merupakan bentuk kegiatan saling berhadapan antara satu pemain dengan pemain lainya atau antara satu tim dengan tim lainya dengan tujuan untuk merebut kemenangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanpa memandang kasta, usia, bahkan jenis kelamin sekalipun. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanpa memandang kasta, usia, bahkan jenis kelamin sekalipun. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak diminati dan digemari oleh masyarakat di dunia ini, peminatnya dari berbagai kalangan tanpa memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sering kali kita dengar dan hal ini mungkin sudah merupakan berita harian. Saat ini beberapa televisi bahkan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola telah mengubah pikiran normal manusia menjadi tergila-gila. Tidak memandang tua, muda maupun anak-anak, kecintaan mereka

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola telah mengubah pikiran normal manusia menjadi tergila-gila. Tidak memandang tua, muda maupun anak-anak, kecintaan mereka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sepakbola dan suporter adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan. Sepakbola telah mengubah pikiran normal manusia menjadi tergila-gila. Tidak memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di. seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di. seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah peningkatan popularitas sepak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian anak dalam hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ minderjaring, 1 orang yang di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan mempertimbangkan semua bukti-bukti yang ada.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai orangtua. Seiring

Lebih terperinci

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepakbola merupakan olahraga yang paling terkenal di dunia, tidak hanya oleh orang dewasa, anak-anak, pria, bahkan wanita pun memainkan olahraga ini. Sepakbola adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 266/Pid.B/2015/PN. Bnj. Umur / Tanggal Lahir : 53 Tahun / 25 Februari 1962;

P U T U S A N Nomor : 266/Pid.B/2015/PN. Bnj. Umur / Tanggal Lahir : 53 Tahun / 25 Februari 1962; P U T U S A N Nomor : 266/Pid.B/2015/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pemeriksaan suatu perkara pidana dalam proses peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya mengharuskan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta. Persija saat ini berlaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim adalah aparat penegak hukum yang paling dominan dalam melaksanakan penegakan hukum. Hakimlah yang pada akhirnya menentukan putusan terhadap suatu perkara disandarkan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 129/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 129/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N NO. 129/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 336/Pid.B/2013/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 336/Pid.B/2013/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 336/Pid.B/2013/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada tingkat

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 381/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Olahraga sepak bola di Indonesia sangat popular dikalangan masyarakat, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Olahraga sepak bola di Indonesia sangat popular dikalangan masyarakat, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga sepak bola di Indonesia sangat popular dikalangan masyarakat, karena hampir sebagian besar warga Indonesia dari berbagai usia menyukai olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. termasuk liga profesional ataupun pertandingan antar kampung (tarkam) hampir selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. termasuk liga profesional ataupun pertandingan antar kampung (tarkam) hampir selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu olah raga paling populer di negeri ini hal tersebut bisa dilihat secara kasat mata dalam banyak pertandingan sepakbola baik itu

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 345/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 192/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : MUSTAKIM Bin ISMAIL

P U T U S A N Nomor : 192/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : MUSTAKIM Bin ISMAIL P U T U S A N Nomor : 192/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia menerima hukum sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses peradilan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 77/Pid.B/2013/PN.Unh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola tidak terlepas dari yang namanya supporter, supporter biasa disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa kehadiran

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 13/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 13/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N NO. 13/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 180/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : DIKI NANDRA Als DIKI Bin H.

P U T U S A N Nomor : 180/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : DIKI NANDRA Als DIKI Bin H. P U T U S A N Nomor : 180/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyidik maupun pemeriksaan di sidang pengadilan oleh hakim. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dalam

I. PENDAHULUAN. penyidik maupun pemeriksaan di sidang pengadilan oleh hakim. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) merupakan landasan dasar dari pelaksanaan pemeriksaan terhadap suatu perkara pidana guna mencari dan menemukan suatu kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun

Lebih terperinci

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : P U T U S A N No.188/Pid.B/2013/PN.BJ "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bukan berdasarkan atas kekuasaan semata. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkewajiban untuk menjamin adanya suasana aman dan tertib dalam bermasyarakat. Warga negara yang merasa dirinya tidak aman maka ia berhak meminta perlindungan

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 80/Pid.B/2013/PN.Unh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui

BAB I LATAR BELAKANG. yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui BAB I LATAR BELAKANG Lembaga peradilan merupakan institusi negara yang mempunyai tugas pokok untuk memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkaraperkara yang diajukan oleh warga masyarakat.

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 222/Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 35 Tahun/ 18 Juli 1979

P U T U S A N. Nomor : 222/Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 35 Tahun/ 18 Juli 1979 P U T U S A N Nomor : 222/Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam

Lebih terperinci

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan apa yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bahwa wewenang penghentian penuntutan ditujukan kepada

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 237/Pid.B/2015/PN. Bnj. I. Nama Lengkap : ABDUL MANAF Als. MANAF; Umur / Tanggal Lahir : 35 Tahun / 30 Maret 1980; : Binjai;

P U T U S A N Nomor : 237/Pid.B/2015/PN. Bnj. I. Nama Lengkap : ABDUL MANAF Als. MANAF; Umur / Tanggal Lahir : 35 Tahun / 30 Maret 1980; : Binjai; P U T U S A N Nomor : 237/Pid.B/2015/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Hukum sebagaimana dicantumkan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuktian memegang peranan yang sangat penting dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan, karena dengan pembuktian inilah nasib terdakwa ditentukan, dan hanya dengan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 377/PID.B/2014/PN.BJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1. Nama Lengkap : KORNELIUS PA

P U T U S A N. Nomor : 377/PID.B/2014/PN.BJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1. Nama Lengkap : KORNELIUS PA P U T U S A N Nomor : 377/PID.B/2014/PN.BJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 230/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : EFRIZON Als UCOK Bin EDI SUSANTO

P U T U S A N Nomor : 230/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : EFRIZON Als UCOK Bin EDI SUSANTO P U T U S A N Nomor : 230/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang, karena anak mempunyai peran yang sangat penting untuk memimpin dan memajukan bangsa. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alat transportasi mengalami perkembangan, terutama penggunaan kendaraan roda dua dan roda empat. Hal ini mengakibatkan kepadatan lalu lintas, kemacetan,

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

: : : : : : Agama Pekerjaan : :

: : : : : : Agama Pekerjaan : : P U T U S A N No.145/Pid.B/2014/PN.BJ "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 221/PID.B/2014/PN.Sbg

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 221/PID.B/2014/PN.Sbg P U T U S A N Nomor 221/PID.B/2014/PN.Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 219/Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 28 Tahun/ 01 Oktober 1987

P U T U S A N. Nomor : 219/Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 28 Tahun/ 01 Oktober 1987 P U T U S A N Nomor : 219/Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara Hukum ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 setelah perubahan ketiga. Hal ini berarti bahwa di dalam negara Republik

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO: 67 /PID.B/2014/PN-SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO: 67 /PID.B/2014/PN-SBG P U T U S A N NO: 67 /PID.B/2014/PN-SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang memeriksa dan mengadili perkara pidana biasa pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 PENDAHULUAN PSSI mulai menggulirkan liga sepakbola Indonesia pertama kali pada tahun 1931 setelah terbentuk satu tahun sebelumnya, liga sepakbola nasional tersebut diberi nama Perserikatan.

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 102/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 102/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 102/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kedudukannya sebagai instrumen hukum publik yang mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil, maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakatnya menggemari olahraga ini. Meskipun sepakbola

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakatnya menggemari olahraga ini. Meskipun sepakbola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga paling digemari di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya menggemari olahraga ini. Meskipun sepakbola Indonesia belum memperoleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh

PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh masyarakat. Sepak bola bukan lagi sekedar permainan indah dari para pemainnya untuk menciptakan gol

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 220/PID.B/2014/PN.Sbg

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 220/PID.B/2014/PN.Sbg P U T U S A N Nomor 220/PID.B/2014/PN.Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 52/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu merasakan adanya gejolak dan keresahan di dalam kehidupan sehari-harinya, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu masyarakat tertentu atau dalam Negara tertentu saja, tetapi merupakan permasalahan

Lebih terperinci

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA 0 PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Karanganyar) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 201/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur bahwa dalam beracara pidana, terdapat alat bukti yang sah yakni: keterangan Saksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 419/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 419/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 419/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO: 51 /PID.B/2014/PN-SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO: 51 /PID.B/2014/PN-SBG P U T U S A N NO: 51 /PID.B/2014/PN-SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang memeriksa dan mengadili perkara pidana biasa pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 316/Pid.B/2015/PN.BnJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 316/Pid.B/2015/PN.BnJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 316/Pid.B/2015/PN.BnJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana pada Peradilan Tingkat pertama dengan acara

Lebih terperinci

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN (Studi kasus Putusan REG.NO. 74 / Pid.B / 2014 /PN.SRG di wilayah hukum Pengadilan Negeri Sragen) AYOM KUSUMO WINAHYU\ 11100087 ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan gejala Masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara dihadapkan pada masalah korupsi.

Lebih terperinci

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran) Nomor 456/Pid.B/2013/PN.KIS

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran) Nomor 456/Pid.B/2013/PN.KIS Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran) Nomor 456/Pid.B/2013/PN.KIS Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H. Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum UNA, Kisaran Sumatera Utara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 196/PID.B/2014/PN.BJ

P U T U S A N Nomor : 196/PID.B/2014/PN.BJ P U T U S A N Nomor : 196/PID.B/2014/PN.BJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 212/ Pid. B / 2010 / PN. SKH. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 212/ Pid. B / 2010 / PN. SKH. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 212/ Pid. B / 2010 / PN. SKH. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sukoharjo yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana pada tingkat pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Indonesia yang pada saat ini sedang memasuki era globalisasi. Oleh karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa Indonesia khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas sesuatu atau objek, di mana sesuatu nampak dari luar seolah-olah benar adanya, namun

Lebih terperinci

REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL

REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat pertama dengan acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Tidak terkecuali terjadi terhadap anak-anak, hal ini disebabkan karena seorang anak masih rentan

Lebih terperinci

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1 NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1 Abstrak: Nilai yang diperjuangkan oleh hukum, tidaklah semata-mata nilai kepastian hukum dan nilai kemanfaatan bagi masyarakat, tetapi juga

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N P U T U S A N Nomor 289/Pid.B/2014/PN-Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

: Lubuk Pakam ; Nama Lengkap : RANDI PRANATA GURUSINGA ALS

: Lubuk Pakam ; Nama Lengkap : RANDI PRANATA GURUSINGA ALS P U T U S A N Nomor 90/Pid.B/2015/ PN BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa perkara-perkara pidana pada Peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat bukti berupa keterangan saksi sangatlah lazim digunakan dalam penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan

BAB I PENDAHULUAN. proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam persidangan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Muchdi Purwopranjono yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Penegakan Hukum harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegakan hukum di lapangan oleh Kepolisian Republik Indonesia senantiasa menjadi sorotan dan tidak pernah berhenti dibicarakan masyarakat, selama masyarakat selalu mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di Indonesia saat ini semakin meningkat, melihat berbagai macam tindak pidana dengan modus tertentu dan

Lebih terperinci

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 25A Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 415/PID.B/2015/PN.Bnj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 415/PID.B/2015/PN.Bnj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 415/PID.B/2015/PN.Bnj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci