EVALUASI KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU JATI (Tectona grandis L. f.) UNGGUL NUSANTARA UMUR 4 TAHUN DICKY KRISTIA DINATA SINAGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU JATI (Tectona grandis L. f.) UNGGUL NUSANTARA UMUR 4 TAHUN DICKY KRISTIA DINATA SINAGA"

Transkripsi

1 EVALUASI KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU JATI (Tectona grandis L. f.) UNGGUL NUSANTARA UMUR 4 TAHUN DICKY KRISTIA DINATA SINAGA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 EVALUASI KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU JATI (Tectona grandis L. f.) UNGGUL NUSANTARA UMUR 4 TAHUN DICKY KRISTIA DINATA SINAGA E SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 RINGKASAN DICKY KRISTIA DINATA SINAGA. Evaluasi Kualitas Pertumbuhan Dan Karakteristik Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) Unggul Nusantara Umur 4 Tahun. Dibawah bimbingan IMAM WAHYUDI. Berkurangnya ketersediaan kayu berkualitas akhir-akhir ini mengakibatkan terhambatnya perkembangan industri kayu olahan di tanah air. Untuk mengatasi hal tersebut telah banyak dibangun hutan rakyat dengan berbagai jenis pohon. Salah satunya adalah hutan jati milik Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) dengan jati unggul nusantara (JUN) sebagai andalan dengan jarak tanam 3 m x 3 m dan daur tebang 5 tahun. Mengantisipasi apakah daur 5 tahun tersebut telah menghasilkan kayu yang berkualitas, maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kualitas pertumbuhan tegakan kayu JUN dan mengevaluasi kualitas kayunya dengan mengkaji karakteristik sifat fisis dan morfologi seratnya. Bahan penelitian utama adalah increment core kayu JUN umur 4 tahun berupa stik dengan diameter 0,50 cm dari sembilan pohon contoh yang mewakili kelas diameter batang yang berbeda-beda (kecil, sedang dan besar). Increment core diambil dengan alat bor riap pada ketinggian setinggi dada dan dari dua arah yang berlawanan: masingmasing untuk pengukuran sifat fisis dan morfologi seratnya dari empulur ke arah kulit. Sifat fisis yang diukur terdiri dari kadar air kayu kondisi segar (KA kayu segar) serta kerapatan dan berat jenis (BJ) kayu, sedangkan morfologi seratnya terdiri dari panjang dan tebal dinding. Kedua jenis pengukuran termasuk perhitungannya dilakukan mengikuti prosedur standar. Batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa dievaluasi menggunakan sebaran radial nilai panjang serat dan kerapatan kayu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pertumbuhan pohon JUN bervariasi dengan nilai rata-rata sebesar 13,45 cm (diameter batang) dan 6,92 m (tinggi pohon). Laju pertumbuhan diameter dan tinggi pohon JUN tersebut tergolong tinggi, berturut-turut 3,36 cm per tahun dan 1,73 m per tahun. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa KA kayu segar, kerapatan dan BJ kayu serta panjang serat dan tebal dinding serat pada masing-masing kelompok pohon bervariasi. Rata-rata KA kayu segar berturut-turut 112,27% (pohon berdiameter kecil), 127,53% (sedang) dan 146,35% (besar); kerapatan kayu 0,99 g/cm 3 (kecil), 1,02 g/cm 3 (sedang) dan 1,09 g/cm 3 (besar); BJ kayu 0,47 (kecil), 0,45 (sedang) dan 0,45 (besar); panjang serat 741,15 µm (kecil), 845,52 µm (sedang) dan 833,30 µm (besar), serta tebal dinding serat 3,06 µm (kecil), 3,20 µm (sedang) dan 3,17 µm (besar). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa KA kayu segar dan kerapatan kayu dipengaruhi oleh diameter batang, sedangkan BJ kayu, panjang serat dan tebal dinding serat tidak. Semakin besar diameter batang, maka KA kayu segar dan kerapatan kayu cenderung bertambah. Berdasarkan nilai BJ kayunya, maka kayu JUN masuk ke dalam kelompok kayu dengan Kelas Kuat III. Hasil pengujian menunjukkan bahwa riap tumbuh tidak mempengaruhi nilai kelima parameter yang diteliti kecuali BJ kayu pada pohon berdiameter sedang dan panjang serat pada pohon berdiameter kecil. Secara umum BJ kayu dan panjang serat cenderung meningkat dari empulur ke arah kulit. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa belum dapat ditentukan karena nilai panjang serat dan kerapatan kayu dari empulur ke arah kulit cenderung terus meningkat. Hal ini menandakan bahwa kayu JUN yang diteliti belum membentuk kayu dewasa. Kata kunci: Kualitas pertumbuhan, Tectona grandis, Jati Unggul Nusantara, kayu juvenil, kayu dewasa.

4 DHH GROWTH QUALITY AND WOOD CHARACTERISTICS EVALUATION OF 4 YEAR-OLD JATI (Tectona grandis L. f.) UNGGUL NUSANTARA Dicky Kristia Dinata Sinaga, Imam Wahyudi INTRODUCTION. The lack of better quality of wood supply recently has resulted in the barrier of wood industry development in Indonesia. To overcome the above problem many community forests had been establishing by people using selected wood species. One of them is Jati (Tectona grandis) Unggul Nusantara (JUN) plantation belongs to Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) with teak as the main species. These stands were planted using tree spacing of 3 m by 3 m for the rotation of 5 years. To ensure these woods qualities were similar to those of the conventional teak, growth quality and wood properties have to be studied well. The aim of the study was to evaluate growth quality and wood characteristics of 4 year-old JUN by measuring the diameter and height of the trees and by studying wood physic properties and fiber morphology. MATERIALS AND METHOD. The main material used was increment core of 4 year-old of JUN extracted from the stem from the nine selected trees representing the diameter of the stands (small, medium and big) at dbh level using increment borer (ø 5 mm). From each sample tree, 2 pieces of increment core were extracted oppositely: one for wood physical measurement (moisture content at green condition/green MC, wood density and specific gravity/sg); and the other for fiber morphology measurement (fiber length and cell wall thickness). Both of them were measured radially (from pith to the bark). All measurements were carried out using procedural standard of Faculty of Forestry IPB. Demarcation between juvenile- and mature wood portions was evaluated using fiber length and wood density from pith to the bark. Effect of stem diameter and growth ring number was evaluated using t-student at the 95% confidence interval. Data processing was conducted with SPSS 13. RESULT AND DISCUSSIONS. It showed that growth quality of JUN was varied. Average value of diameter and height was cm and 6.92 m, respectively. Growth rate of diameter and height was fast. They are around 3.36 cm and 1.73 m per year, respectively. It also showed that green MC, density, SG, fiber length and cell wall thickness of each group were varied. Average value of green MC was % (small tree), % (medium) and % (big); wood density was 0.99 g/cm 3 (small), 1.02 g/cm 3 (medium) and 1.09 g/cm 3 (big); SG was 0.47 (small), 0.45 (medium) and 0.45 (big); fiber length was µm (small), µm (medium) and µm (big), while wall thickness was 3.06 µm (small), 3.20 µm (medium) and 3.17 µm (big). Statistical analysis showed that green MC and wood density are influenced by diameter, while SG, fiber length and cell wall thickness are not. The bigger the diameter, the greater the green MC and the wood density. Based on its SG, the wood of JUN was classified into Strength Class of III. The result also showed that growth ring has no effect on the all parameters studied, except in case of SG on medium tree group and fiber length on small tree group. Generally, SG and fiber length tended to increase from pith to the bark. The border between juvenile- and mature wood could not determine yet since the average value of wood density and fiber length was tended to increase radially. It indicates that the JUN studied has no mature wood portion yet. Keywords: growth quality, Tectona grandis, Jati Unggul Nusantara, juvenile wood, mature wood

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) Unggul Nusantara Umur 4 Tahun merupakan hasil karya tulis saya sendiri dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing. Skripsi ini belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah di perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian akhir skripsi. Bogor, Desember 2012 Dicky Kristia Dinata Sinaga

6 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : Nama : NRP : Evaluasi Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) Unggul Nusantara Umur 4 Tahun Dicky Kristia Dinata Sinaga E Menyetujui, Komisi Pembimbing Ketua, Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Hasil Hutan Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. NIP Tanggal Lulus: 18 Desember 2012

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan kasih sayang-nya, penyertaan-nya serta bimbingan-nya. Penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tugas akhir yang berjudul Evaluasi Kualitas Pertumbuhan Dan Karakteristik Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) Unggul Nusantara Umur 4 Tahun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kehutanan khususnya dibidang sifat-sifat kayu dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Desember 2012 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tenggarong pada tanggal 24 Desember 1988 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Drs. Wilmar Sinaga, MM. (ayah) dan Dra. Murtis Siregar (ibu). Pada tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) IPB setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Tenggarong. Selama di IPB penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN), Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan aktif di KOMUNITAS LADANG SENI IPB, Rabuan Mahasiswa Fahutan ( ) serta mengikuti kegiatan Masa Perkenalan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (RIMBA-E) dan KOMPAK DHH. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Baturaden- Cilacap pada tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Koperasi Wanabakti Lestari Mandiri, Yogyakarta pada tahun Dalam rangka menyelesaikan pendidikan Sarjana di Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kualitas Pertumbuhan Dan Karakteristik Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) Unggul Nusantara Umur 4 Tahun dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS.

9 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa yang akan penulis kenang. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ayah Drs. Wilmar Sinaga, MM. dan ibu Dra. Murtis Siregar tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil. Abang Rendo Doli Praja Sinaga, kakak Anelia Ralen Kova Sinaga, serta adik Yogi Derico Sinaga yang selalu memberikan motivasi. 3. Dr. Ir. Iwan Hilwan, MS. selaku Dosen Penguji dan Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. selaku Ketua Sidang. 4. Seluruh staf pengajar dan staf kependidikan di lingkungan Departemen Hasil Hutan terutama di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu. 5. Fransisca Hicca Karunia Nauli Sirait, ST. yang selalu menemani dan memberikan motivasi. 6. Arief Nur Rakhman, S.Hut, Singgih Ari Mukti Wibowo, S.Hut, Rahmat Muslim, S.Hut, Adly Rahandy Lubis, S.Hut, Raditya M. R., S.Hut, Hafid F. H., S.Hut, Rangga W., S.Hut, selaku teman sebimbingan dan seperjuangan. 7. Teman-teman FAHUTAN 43, abang dan teteh FAHUTAN 42, 41, dan 40 serta adik-adik FAHUTAN 44, 45 dan 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk rasa kekeluargaannya selama ini. 8. Teman-teman LADANG SENI IPB, Redi, Danny, Ganjar, Ipunk, Atsenk dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Ciri Anatomi Sifat-Sifat Kayu Jati Morfologi Serat Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa Jati Unggul... 8 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Pertumbuhan Kadar Air Berat Jenis Kerapatan Panjang Serat Tebal Dinding Batas Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 27

11 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 30

12 DAFTAR TABEL No. Halaman 1 Rata-Rata Diameter Batang dan Tinggi Pohon JUN Umur 4 Tahun Rata-Rata Diameter Batang dan Tinggi Pohon Sampel Untuk Pengukuran Kualitas Kayu Rata-Rata KA Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap KA Kayu Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap KA Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Rata-Rata BJ Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap BJ Kayu Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap BJ Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Rata-Rata Kerapatan Kayu JUN (g/cm 3 ) Untuk Masing-Masing Kelompok Diameter Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap Kerapatan Kayu Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap Kerapatan Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Rata-Rata Panjang Serat (μm) Kayu JUN Untuk Masing-Masing Kelompok Diameter Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap Panjang Serat Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap Panjang Serat Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Rata Rata Tebal Dinding Serat (µm) Kayu JUN Untuk Masing-Masing Kelompok Diameter Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap Tebal Dinding Serat Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap Tebal Dinding Serat Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon... 25

13 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1 Stik Kayu Jati Hasil Pengeboran Increment Borer Bagian-Bagian Serat Yang Diukur Rata-Rata KA Kayu Pada Masing-Masing Riap Tumbuh Pada Seluruh Kelompok Diameter Pohon Rata-Rata BJ Kayu Pada Masing-Masing Riap Tumbuh Pada Seluruh Kelompok Diameter Pohon Rata-Rata Kerapatan Kayu (g/cm 3 ) Pada Masing-Masing Riap Tumbuh Untuk Seluruh Kelompok Diameter Pohon Rata-Rata Panjang Serat (µm) Pada Masing-Masing Riap Tumbuh Untuk Seluruh Kelompok Diameter Pohon Rata-Rata Tebal Dinding Serat Pada Masing-Masing Riap Tumbuh Untuk Seluruh Kelompok Diameter Pohon Variasi Radial Panjang Serat dan Kerapatan Kayu... 25

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1 Hasil Perhitungan Berat Jenis, Kerapatan dan Kadar Air Rata-Rata Hasil Perhitungan Panjang Serat dan Tebal Dinding Serat Hasil Analisis Sidik Ragam Dokumentasi Penelitian... 40

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya yang cukup besar dalam perekonomian negara. Namun pada beberapa tahun terakhir perkembangannya agak terhambat karena ketersediaan kayu yang semakin berkurang. Berkurangnya ketersediaan kayu diakibatkan oleh adanya gap yang cukup besar antara kebutuhan dengan kemampuan pemenuhannya. Kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liar (illegal logging) merupakan faktor penyebab terbatasnya ketersediaan kayu yang berkualitas. Khusus untuk kayu jati, moratorium yang diterapkan dan rotasi tebang yang tergolong lama (> 40 tahun) turut berkontribusi pada terbatasnya persediaan kayu ini di pasar. Pada tahun 2008 kebutuhan kayu jati bagi industri meubel di Indonesia yang bernaung dibawah ASMINDO (Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) mencapai 2,5 juta meter kubik, namun penawaran yang dapat dipenuhi hanya sebesar meter kubik, sehingga terjadi kekurangan penawaran sekitar 70 persen (Sidabutar 2007). Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pemenuhan permintaan kayu jati, dilakukan pengembangan teknologi untuk memperpendek usia tebang menjadi 5-20 tahun. Tanaman ini diberi nama Jati Unggul Nusantara (JUN). JUN adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. JUN dibiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk dari pohon/klon unggul yang bersertifikat dengan metode bioteknologi mutakhir (UBH-KPWN 2009). Meskipun JUN dapat dipanen pada tahun ke lima, namun kualitas yang dihasilkan hampir sama dengan tanaman jati konvensional yang berusia 15 tahun, yaitu memiliki kelas awet III-V, kelas kuat III, dan persentase teras (UBH-KPWN 2009). Oleh karena itu, banyak pengusaha yang mulai tertarik membudidayakan JUN. Salah satu lembaga yang tertarik membudidayakannya adalah Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Industri penggergajian di Pulau Jawa yang dikelola oleh perorangan mulai bermunculan di desa-desa yang merupakan daerah penghasil kayu sebagai bahan

16 2 baku untuk kebutuhan industri hasil hutan. Industri tersebut umumnya dikelola secara sederhana dan biasanya merupakan usaha keluarga (Suryadi 2002). Pemanfaatan kayu hutan rakyat sebagai salah satu sumber bahan baku yang digunakan oleh perusahaan yang bergerak di industri hasil hutan semakin meningkat. Namun disamping itu tak jarang bahan baku tersebut tidak melalui proses uji kualitas (quality control) bahan baku, sehingga dikhawatirkan produk akhir industri yang menggunakan bahan baku dari hutan tanaman rakyat tidak memiliki kualifikasi yang sama dengan produk yang bersumber dari hutan tanaman industri. Kendala yang dihadapi dalam melakukan penelitian dan pengembangan terhadap kayu dari hutan tanaman rakyat adalah bahwa tanaman tersebut umumnya tidak atau belum boleh ditebang, karena masih belum masuk umur tebang. Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengambilan contoh uji kayu tanpa menebang pohon, yaitu dengan menggunakan bor riap (increment borer). Bor riap adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengambil contoh uji kayu dari pohon yang masih hidup tanpa melakukan penebangan Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kualitas pertumbuhan dan mengevaluasi kualitas kayu jati pada tegakan hutan tanaman JUN milik KPWN dengan mengkaji karakteristik sifat fisis dan morfologi seratnya. Batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa juga dievaluasi dengan melihat perubahan panjang serat dan kerapatan kayu dari empulur ke arah kulit Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kualitas pertumbuhan tegakan dan kualitas kayunya sehingga mampu mengarahkan pemanfaatan kayu JUN secara optimal.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Tectona grandis Linn. f. atau jati merupakan salah satu tumbuhan yang masuk dalam anggota famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal juga dengan nama deleg, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati atau kulidawa. Menurut Rachmawati et al. (2002), pohon jati merupakan pohon besar yang menggugurkan daun. Pada kondisi pertumbuhan yang optimal, tinggi pohon jati dapat mencapai 30 hingga 40 meter. Pada habitat yang terlalu kering pertumbuhannya agak terhambat, cabang lebih banyak, tajuk melebar dan cenderung membentuk semak. Pada tapak yang baik, batang bebas cabang dapat mencapai 15 hingga 20 meter atau lebih, percabangan kurang tapi rimbun. Pohon tua sering beralur dan berbanir. Kulit batang tebal, berwarna abu-abu atau coklat muda keabu-abuan. Daunnya lebar dengan panjang cm dan lebar cm. Letak daun bersilangan, bentuknya elips atau bulat telur dan bagian bawah berwarna abu-abu, tertutup bulu berkelenjar warna merah. Ukuran bunga kecil, berdiameter 6-8 mm berwarna putih atau keputihan dan berkelamin ganda, terdiri dari benangsari dan putik yang terangkai dalam tandan besar. Jumlah kuncup bunga per tandan, bunga mekar dalam waktu 2-4 minggu. Jati tumbuh baik pada tanah sarang, terutama pada tanah yang mengandung kapur. Jenis ini tumbuh di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan C-F menurut Schmidt dan Ferguson (jumlah curah hujan rata-rata mm/tahun) di ketinggian m dari permukaan laut (Martawijaya et al. 2005). 2.2 Ciri Anatomi Ciri mikroskopis kayu jati adalah pori atau pembuluh tersusun tata lingkar, bentuk bulat sampai bulat telur, diameter tangensial bagian kayu awal sekitar μm dan pada kayu akhir sekitar μm, bidang perforasi sederhana, berisi tilosis atau endapan berwarna putih. Parenkim ada dua macam: tipe paratrakeal bentuk selubung tipis yang pada bagian kayu awal selubung ini agak lebar sampai membentuk pita marjinal dan tipe apotrakeal jarang yang umumnya membentuk

18 4 rantai 4 sel. Jari-jari terdiri dari 4 seri atau lebih, jumlahnya 4-7 mm, homoseluler (hanya sel-sel baring) dan tingginya dapat mencapai 0,9 mm (Mandang dan Pandit 1997). Menurut Martawijaya et al. (2005), pori-pori kayu jati sebagian besar atau hampir seluruhnya soliter dalam susunan tata lingkar, diameternya μm, frekuensinya 3-7 per mm persegi. Parenkim termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung lengkap atau tidak lengkap. Disamping itu terdapat pula parenkim apotrakeal berbentuk pita tangesial pendek atau panjang. Parenkim terminal terdapat pada batas lingkaran tumbuh. Panjang serat rata-rata μm dengan diameter serat 24,8 μm, tebal dinding 3,3 μm dan diameter lumen 18.2 μm. Jarijari homogen dengan lebar μm, tingginya μm, dengan frekuensi 4-6 per mm persegi. 2.3 Sifat-Sifat Kayu Jati Kayu jati merupakan salah satu bahan baku industri perkayuan yang populer karena memiliki banyak kelebihan. Kayu yang tergolong berat-sedang dengan permukaan yang halus ini memiliki karakteristik penampilan (corak) yang menarik. Kayu terasnya berwarna coklat kekuning-kuningan saat baru ditebang, yang akan berubah menjadi coklat keemasan atau coklat abu-abu muda setelah dibiarkan di tempat terbuka. Kayu gubal berwarna putih kekuning-kuningan atau coklat kuning muda. Kayu seperti berminyak bila disentuh, ketika ditebang berbau seperti bahan-bahan yang terbuat dari kulit (Martawijaya et al. 2005). Kayu jati mudah dikerjakan, baik dengan mesin maupun dengan tangan. Jika alat-alat yang digunakan tajam dapat dikerjakan sampai halus. Kayu jati dapat divernis dan dipelitur dengan baik. Dengan berat jenis (BJ) rata-rata 0,67 (0,62-0,75), kayu jati tergolong ke dalam Kelas Awet I-II dan Kelas Kuat II (Mandang dan Pandit 1997). Penyusutan sampai kering tanur mencapai 2,8% untuk arah radial dan 5,2% untuk arah tangensial (Martawijaya et al. 2005). BJ kayu merupakan nilai perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan benda standar. Benda standar yang dimaksud adalah air pada suhu 4ºC karena mempunyai kerapatan 1 gram per cm 3. BJ kayu juga didefinisikan sebagai berat kayu kering per satuan volume (Bowyer et al. 2003). Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif

19 5 didalamnya. Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula. Kerapatan kayu merupakan perbandingan antara massa atau berat kayu dengan volumenya yang dinyatakan dalam kg/m³ atau g/cm³. Kerapatan kayu didefinisikan sebagai jumlah bahan penyusun dinding sel kayu maupun zat-zat lain, dimana bahan tersebut berkontribusi terhadap kekuatan kayu (Bowyer et al. 2003). Menurut Brown et al. (1964), kadar air dinyatakan sebagai banyaknya air yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat konstan kayu. Kadar air kayu sangat dipengaruhi oleh tebal dinding dan kadar ekstraktif kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat dimana keduanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Air yang terdapat dalam rongga sel disebut air bebas (free water), sedangkan yang terdapat di dalam dinding sel dinamakan air terikat (bound water). Kadar air segar dalam satu pohon bervariasi tergantung tempat tumbuh, lokasinya dalam batang dan umur pohon. Kadar air kayu akan berubah sesuai dengan kondisi iklim tempat dimana kayu berada akibat dari perubahan suhu dan kelembaban udara (Bowyer et al. 2003). 2.4 Morfologi Serat Sel-sel yang berbentuk panjang langsing dikenal dengan nama serat. Dinding sel serat umumnya lebih tebal daripada dinding sel parenkim maupun dinding sel pembuluh. Panjangnya antara μm tergantung pada jenis pohon dan posisinya dalam batang. Diameternya antara 15 sampai 50 μm. Ketebalan dindingnya dapat tipis, tebal atau sangat tebal. Serat dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya terisi dengan lapisanlapisan dinding. Dari ciri inilah dapat dipahami bahwa serat berfungsi sebagai penguat batang pohon (Mandang dan Pandit 2002). Serat berfungsi sebagai penyedia tenaga mekanis pada batang karena mempunyai dinding sel yang relatif tebal. Berdasarkan tipe noktahnya, serat pada kayu daun lebar dibagi atas dua macam yaitu serabut libriform (libriform fiber) dan trakeida serabut (tracheid fiber). Serabut libriform memiliki noktah sederhana yang lebih kecil dan berfungsi sebagai penyedia tenaga mekanis karena lumen

20 6 selnya lebih sempit. Serabut libriform terlihat lebih ramping bila dibandingkan dengan trakeida serabut sehingga terlihat lebih panjang. Umumnya pernoktahan pada serabut libriform ini lebih banyak terdapat pada dinding radial dibandingkan dinding tangensialnya. Pada dinding sel serat sering terdapat modifikasimodifikasi seperti yang terdapat pada trakeida serabut. Serabut libriform dan trakeida serabut mungkin terdapat secara bersama-sama dalam satu jenis kayu. Perbedaan antara kedua macam sel ini sangat sedikit, sehingga dalam preparat anatomi kedua sel ini sulit dibedakan karena sifat-sifat noktah yang menjadi pembeda diantara keduanya sulit terlihat. Oleh karena itu kedua macam sel ini disebut sel serabut atau serat untuk kayu daun lebar. Sering kali 50% atau lebih volume dari kayu daun lebar ini disusun oleh sel serat (Pandit dan Ramdan 2002). Panjang Serat Handayani (1991) dalam Sofyan et al. (1993) menyatakan bahwa panjang serat dianggap sebagai salah satu dimensi yang memegang peranan utama dalam kekuatan sobek pulp atau kertas yang dihasilkan. Hasil penelitian Pasaribu dan Silitonga (1974) dan Sofyan et al. (1993) menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan panjang serat dengan diameter serat akan semakin tinggi pula kekuatan sobek dan semakin baik daya tenunnya. Panjang serat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik kertas seperti kekuatan dan kekakuan. Serat yang lebih panjang memungkinkan terjadinya ikatan antar serat yang lebih luas tetapi dengan semakin panjang serat maka kertas akan semakin kasar. Serat yang lebih panjang juga akan menghasilkan lembaran kertas yang mempunyai sifat kekuatan yang lebih baik karena memiliki daerah ikatan antar serat (bonding area) yang lebih luas pada saat penggilingan dan sifat penyebaran tekanan (stres transfer) yang lebih baik. Sifat kekuatan lembaran yang dipengaruhi oleh ukuran panjang serat adalah ketahanan tarik, ketahanan lipat, terutama ketahanan sobek. Di sisi lain, serat kayu yang lebih pendek mampu menghasilkan lembaran kertas yang lebih halus dan seragam (Casey 1980). Diameter Serat Diameter serat berpengaruh terhadap sifat kekuatan pulp, pembentukan lembaran, ikatan antar serat dan kekuatan serat dalam lembaran. Serat dengan diameter besar dan berdinding tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang

21 7 kuat dengan kekuatan lembaran tinggi. Ada dua pengertian diameter yaitu diameter serat dan diameter lumen. Casey (1980) menggolongkan diameter serat menjadi tiga kelas, yaitu: serat berdiameter besar (0,025-0,04 mm), berdiameter sedang (0,01-0,025 mm) dan berdiameter kecil (0,02-0,01 mm). Diameter serat menunjukkan kelangsingan serat. Serat yang langsing mudah membentuk jalinan sehingga terbentuk lembaran dengan sifat-sifat yang baik. Serat yang berdinding tipis menyebabkan kekuatan sobek kecil. Dalam menjalin ikatan antar serat yang lebih baik diinginkan ukuran serat yang relatif panjang karena berperan meningkatkan kekuatan sobek kertas. Hal ini disebabkan karena gaya sobek akan terbagi dalam luas yang panjang (Casey 1980). Tebal Dinding Serat Tebal dinding serat juga menentukan sifat-sifat kertas. Dinding yang tebal menyebabkan terbentuknya lembaran yang kasar dan tebal, kekuatan sobek yang tinggi tetapi kekuatan jebol, tarik dan lipat relatif rendah. Serat berdinding tipis mudah melembek dan menjadi pipih, sehingga memberikan permukaan yang luas bagi terjadinya ikatan antar serat, sedangkan serat dengan dinding tebal sukar melembek dan bentuknya tetap membulat pada saat pembentukan lembaran. Struktur tersebut menyulitkan dalam penggilingan dan akan memberikan kekuatan sobek yang tinggi, berbeda dengan serat berdinding tipis yang memberikan sifat kekuatan sobek rendah, tetapi kekuatan tarik, jebol dan kekuatan lipatnya tinggi (Casey 1980). Menurut ketebalannya dinding serat dapat dibagi tiga, yakni: a) Sangat tipis: jika diameter lumen (l) tiga kali lipat atau lebih dari tebal dua kali dinding serat (2w) b) Tipis sampai tebal: diameter lumen kurang dari 3 kali tebal dua kali dinding serat (2w) dan masih terlihat terbuka. c) Sangat tebal: jika lumen hampir tertutup. 2.5 Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa Kayu juvenil adalah massa kayu yang dibentuk oleh jaringan kambium dimana aktivitas jaringan tersebut masih dipengaruhi oleh aktivitas jaringan meristematis yang ada di ujung batang. Dengan bertambahnya tinggi pohon, massa kayu yang dibentuk oleh jaringan kambium dimana aktivitasnya tidak lagi

22 8 dipengaruhi oleh jaringan meristematis yang ada di ujung batang, dinamakan kayu dewasa. Lingkaran tumbuh pertama sampai lingkaran tumbuh ke sepuluh umumnya masih merupakan kayu juvenil. Ini ditandai dengan pertambahan ukuran panjang serat dan kerapatan kayu yang progresif dari empulur ke arah kulit. Sampai pada riap tumbuh tertentu, pertambahan nilai kedua parameter tersebut relatif kecil dan bahkan konstan. Saat itulah mulai dibentuk kayu dewasa. Presentase kayu juvenil juga dipengaruhi oleh jenis pohon dan kondisi tempat tumbuh. Pohon yang tumbuhnya baik atau pertumbuhan yang cepat, umumnya akan membentuk presentase kayu juvenil yang lebih banyak, sebaliknya pohon yang tumbuh pada kondisi yang tertekan sehingga pertumbuhan pohon lebih lambat umumnya membentuk presentase kayu juvenil yang lebih sedikit (Bowyer et al. 2003). Kayu juvenil memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan kayu dewasa. Sebagai contoh, kayu juvenil memiliki sel penyusun kayu yang lebih pendek dibanding kayu dewasa. Kayu dewasa dari kelompok daun jarum bisa mencapai tiga hingga empat kali lebih panjang daripada sel kayu juvenilnya, sedangkan serat dewasa dari kayu daun lebar umumnya dua kali lebih panjang daripada serat yang terdapat dekat dengan empulur (Dadswell 1958). 2.6 Jati Unggul Jati unggul atau jati emas atau jati super atau jati prima merupakan bibit unggul hasil dari perbanyakan kultur jaringan yang dikembangkan pertama kali didalam laboratorium dari tanaman induk yang berkualitas baik. Jati unggul sudah ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand sejak tahun Klon unggul ini memiliki keunggulan genetik sama dengan induknya namun waktu panennya relatif cepat yaitu antara tahun. Jati unggul memiliki beberapa keunggulan lain seperti dapat tumbuh dengan baik saat ditanam dengan pola tumpangsari, baik dengan tanaman perkebunan maupun pertanian. Tanaman perkebunan yang dapat ditumpangsarikan adalah karet, kakao (coklat), kopi dan kelapa. Selain itu, jati unggul pun bermanfaat ganda melalui tumpangsari palawija dengan jagung, kedelai, kacang tanah, cabai dan ubi kayu. Bibit jati unggul dapat tumbuh dimana saja dengan catatan lahan tidak tergenang air, ph berkisar , tanah lempung

23 9 berpasir, ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl, dan curah hujan mm/tahun dengan temperatur 22-38ºC. Jati unggul ini bisa dipanen 2 kali, yaitu pada tahun ke-10 dan tahun ke 15. Panen tahun ke-10, merupakan panen penjarangan dan panen tahun ke-15 merupakan panen tebang habis (Sulaeman 2003).

24 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2012 di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan di tegakan jati unggul (JUN) milik Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH- KPWN) di Ciampea, Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan adalah stik kayu JUN hasil ekstraksi menggunakan bor riap (Gambar 1). Stik diekstrak pada ketinggian 1,30 m (setinggi dada) mulai dari bagian kulit hingga ke empulur dari tegakan yang berumur 4 tahun. Penentuan pohon sampel dilakukan secara sistematis melalui data inventarisasi tegakan dalam satu petak ukur yang dibuat mewakili tegakan yang ada, masing-masingnya 3 batang untuk setiap kelas diameter (besar, sedang dan kecil). Dari masing-masing pohon diambil sebanyak 2 stik pada arah yang berlawanan (Timur dan Barat). Bahan lainnya adalah air keran, akuades, potassium klorat (KClO 3 ), asam nitrat (HNO 3 ) alkohol teknis, safranin dan karboksilol. Gambar 1 Stik kayu jati hasil pengeboran Peralatan yang digunakan terdiri dari cutter, gelas obyek, gelas penutup, botol timbang, watch glass, waterbath, mikroskop, pipet dan kamera digital untuk dokumentasi.

25 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yang meliputi penentuan pohon sampel dan pengeboran batang, persiapan dan pembuatan contoh uji, pengujian sifat fisis dan pembuatan sediaan maserasi untuk pengukuran dimensi serat. Penentuan pohon sampel dan pengeboran Pada areal tegakan jati yang ada dibuat satu plot berukuran 15 m x 25 m yang representatif. Semua pohon di dalam plot diukur diameter batang (setinggi dada) dan tinggi totalnya untuk menetapkan pohon sampel. Pohon terpilih adalah pohon yang sehat dan tumbuh normal, yang mewakili kelas diameter yang berbeda-beda (besar, sedang dan kecil), masing-masingnya sebanyak tiga batang. Pohon berdiameter < 10 cm mewakili kelompok yang berdiameter kecil, >10-20 cm mewakili kelompok yang berdiameter sedang dan > 20 cm mewakili kelompok yang berdiameter besar. Dari kesembilan pohon sampel selanjutnya diambil contoh uji menggunakan increment borer yang berdiameter 5 mm (Gambar 2). Pengeboran dilakukan pada ketinggian sekitar 1,30 m pada dua arah yang berlawanan untuk mendapatkan contoh uji secara utuh dari kulit ke kulit. Gambar 2 Increment borer Persiapan dan pembuatan contoh uji Sampel uji hasil pengeboran dibedakan menurut parameter yang diteliti: satu untuk pembuatan sediaan maserasi dan satu untuk pengukuran sifat fisis kayu. Sediaan maserasi dan sifat fisis dilakukan pada masing-masing riap tumbuh.

26 12 Pengujian sifat fisis kayu Sifat fisis yang diteliti meliputi kadar air (KA) kayu kondisi segar (fresh cut) serta kerapatan dan berat jenis (BJ) kayu. Pengukuran sifat fisis dilakukan mengikuti prosedur standar yang biasa dilakukan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, DHHT Fakultas Kehutanan IPB yang merupakan modifikasi dari beberapa standar. KA, kerapatan dan BJ kayu ditentukan dengan metode gravimetri dimana satuan contoh uji adalah selebar riap tumbuh yang ada. Nilai-nilai KA, kerapatan (ρ) dan BJ kayu dihitung dengan persamaan: KA = (BB BKT) / BKT x 100% ρ = BB / VB BJ = (BKT / VB) / ρ air Keterangan: BB = Berat contoh uji kondisi segar (g) BKT = Berat contoh uji kondisi kering tanur, yang merupakan berat konstan (g) VB = Volume contoh uji kondisi segar (cm 3 ) Pembuatan sediaan maserasi untuk pengukuran dimensi serat Pembuatan sediaan maserasi dilakukan dengan metode Schlutz yang dimodifikasi. Masing-masing contoh uji per masing-masing riap tumbuh pada masing-masing pohon dipotong kecil lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi secara terpisah. Ke dalam masing-masing tabung selanjutnya dimasukkan KClO 3 dan HNO 3 lalu dimasukkan ke dalam waterbath bersuhu 60ºC selama 24 jam atau sampai contoh uji menjadi lunak (terjadi perubahan warna menjadi putih). Setelah itu sampel uji dicuci dengan air hingga bebas asam dan direndam dalam safranin 2% selama 6-8 jam, kemudian dibersihkan hingga bebas safranin dan didehidrasi bertingkat dalam alkohol 10%, 30% dan 50% masing-masing selama 10 menit. Setelah didehidrasi, serat-serat terpilih dipindahkan ke atas gelas objek, ditetesi karboksilol serta dilanjutkan dengan pengamatan dan pengukuran dimensi serat. Dimensi serat yang diukur meliputi panjang, diameter lumen dan diameter serat (Gambar 3).

27 13 ø s ø l Gambar 3 Bagian-bagian serat yang diukur Keterangan: p = panjang serat, ø s = diameter serat dan ø l = diameter lumen Penentuan batas kayu juvenil dan kayu dewasa Batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa ditentukan berdasarkan variasi radial dari empulur ke arah kulit nilai panjang serat dan kerapatan kayu sebagaimana Bowyer et al. (2003). Periode pembentukan kayu juvenil dicirikan dengan kenaikan nilai panjang serat atau kerapatan kayu secara progresif mulai dari empulur hingga ke kulit. Apabila pertambahan nilai panjang serat dan atau kerapatan tersebut mulai berkurang atau stabil, maka pada saat itulah dimulainya periode pembentukan kayu dewasa. 3.4 Pengolahan Data Data yang bersifat kualitatif disajikan secara deskriptif, sedangkan data yang bersifat kuantitatif dihitung nilai rata-rata dan standar deviasinya serta diujibedakan menggunakan sebaran t-student pada selang kepercayaan 95%. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 13. Karakteristik hasil pengujian yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu untuk jenis jati, baik yang konvensional maupun jati super lainnya. p

28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Pertumbuhan Rata-rata diameter dan tinggi pohon dari seluruh populasi pohon jati yang terdapat dalam petak ukur yang dibuat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rata-rata diameter batang dan tinggi pohon JUN umur 4 tahun No. Pohon Diameter (cm) Tinggi (m) No. Pohon Diameter (cm) Tinggi (m) 1 19,2 8, ,2 6,5 2 10,6 6, ,5 6,0 3 15,7 8, ,1 6,0 4 21,4 9, ,5 6,0 5 10,5 6, ,5 6,5 6 11,5 6,5 23 9,5 6,0 7 11,8 6,5 24 9,8 6,5 8 13,9 6, ,3 8,0 9 14,0 7,0 26 4,5 4, ,3 7, ,1 8,0 11 8,3 5, ,7 6, ,0 6, ,4 6, ,9 9, ,5 6,5 14 7,3 5, ,3 8, ,8 12, ,2 8,5 16 8,1 4, ,0 7, ,5 8,0 Rata-rata 13,45 6,92 St. Deviasi 4,54 1,53 Keterangan: yang dilingkari merupakan pohon terpilih untuk uji kualitas kayu Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tegakan JUN umur 4 tahun dengan jarak tanam 3 m x 3 m memiliki diameter dan tinggi pohon yang bervariasi: diameter batang berkisar 4,5-23,8 cm, sedangkan tinggi pohon 4-12 m. Rata-rata diameter dan tinggi pohon berturut-turut adalah 13,45 cm dan 6.92 m. Dengan demikian, maka laju pertumbuhan diameter dan tinggi pohon JUN tergolong tinggi, berturut-turut 3,36 cm per tahun dan 1,73 m per tahun. Dibandingkan dengan pohon jati konvensional dengan umur yang sama atau minimal masuk kelas umur yang sama (KU I), maka laju pertumbuhan pohon JUN ini khususnya riap diameter dan riap tingginya lebih tinggi. Menurut Yudiarti (2001) untuk jati KU I serta Martawijaya et al. (2005), riap diameter dan riap

29 tinggi pohon jati konvensional umur 4 tahun masing-masing sebesar 2,00-2,10 cm per tahun dan 1,30-1,50 m per tahun. Berdasarkan hasil pengukuran, dari 33 batang pohon yang ada diambil sembilan pohon contoh yang mewakili tiga kelas diameter (masing-masingnya 3 batang) untuk analisis sifat dan kualitas kayunya. Karakteristik pertumbuhan kesembilan pohon sampel tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-rata diameter dan tinggi pohon sampel untuk pengukuran kualitas kayu Kecil Sedang Besar Kelompok Diameter dan Kode Pohon Terpilih Diameter (cm) Tinggi (m) K 11 8,3 5,0 K 14 7,3 5,0 K 23 9,5 6,0 Rata-rata 8,4 5,3 S 3 15,7 8,5 S 31 16,3 8,0 S 33 13,0 7,0 Rata-rata 15,0 7,8 B 4 21,4 9,0 B 15 23,8 12,0 B 25 22,3 8,0 Rata-rata 22,5 9,7 Dari Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata diameter batang untuk masingmasing kelompok pohon berturut-turut adalah 8,4 cm (kelompok pohon berdiameter kecil), 15,0 cm (sedang) dan 22,5 cm (besar). Rata-rata tinggi pohon untuk masing-masing kelompok pohon berturut-turut adalah 5,3 m (berdiameter kecil), 7,8 m (sedang) dan 9,7 m (besar). 4.2 Kadar Air Hasil pengukuran kadar air (KA) kayu JUN kondisi segar untuk setiap kelompok pohon (diameter kecil, sedang dan besar) disajikan pada Tabel 3. Hasil lengkap pengukuran disajikan di dalam Lampiran 1. 15

30 Tabel 3 Rata-rata KA kayu pada masing-masing kelompok diameter pohon Pohon Pohon Pohon Ulangan Berdiameter Kecil Berdiameter Sedang Berdiameter Besar 1 118,91 121,93 142, ,01 133,84 142, ,88 126,81 154,04 Rata-rata 112,27 127,53 146,35 Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa KA kayu pada masing-masing kelompok pohon bervariasi: semakin besar diameter batang, rata-rata nilai KA kayu cenderung meningkat. KA kayu rata-rata pada pohon yang berdiameter kecil, sedang dan besar berturut-turut adalah 112,27%, 127,53% dan 146,35%. Hasil pengukuran sesuai dengan analisis sidik ragamnya (Tabel 4) yang memperlihatkan bahwa KA kayu kondisi segar dipengaruhi oleh diameter batang. Tabel 4 Analisis sidik ragam pengaruh diameter batang terhadap KA kayu Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Perlakuan 1749, ,606 19,066 0,003 Error 275, ,872 Corrected Total 2024,443 8 KA kayu kondisi segar per masing-masing riap tumbuh untuk semua pohon jati yang diteliti disajikan pada Gambar 4. Hasilnya menunjukkan bahwa pada seluruh kelompok diameter pohon, KA kayu cenderung berkurang dari empulur ke arah kulit. Sampel uji pada riap tumbuh nomor 1 (RT-1, dekat empulur) memiliki nilai KA kayu yang tinggi, sedangkan sampel uji pada riap tumbuh nomor 4 (RT-4, dekat kulit) paling rendah. Meskipun bervariasi, hasil analisis sidik ragamnya (Tabel 5) memperlihatkan bahwa KA kayu tersebut tidak dipengaruhi oleh riap tumbuh. 16

31 KA Kayu Segar (%) Kecil Sedang Besar 40 0 RT-1 RT-2 RT-3 RT-4 Nomor Riap Tumbuh (Empulur ke Kulit) Gambar 4 Rata-rata KA kayu pada masing-masing riap tumbuh pada seluruh kelompok diameter pohon Dari Gambar 4 diketahui bahwa rata-rata KA kayu pada masing-masing riap tumbuh untuk seluruh pohon tergolong tinggi. Nilai ini diatas KA kondisi titik jenuh serat. Rata-rata KA kayu pada masing-masing riap tumbuh untuk kelompok pohon berdiameter kecil berturut-turut sebesar % (RT-1), 120,23% (RT-2), 108,84% (RT-3) dan 97,32% (RT-4). Untuk kelompok pohon berdiameter sedang rata-rata KA kayu pada RT-1, RT-2, RT-3 dan RT-4 berturutturut sebesar 139,64%, 126,86%, 126,59% dan 117,01%, sedangkan untuk kelompok pohon berdiameter besar rata-rata KA kayu berturut-turut sebesar 157,80% (RT-1), 145,71% (RT-2), 146,04% (RT-3) dan 135,85% (RT-4). Tabel 5 Analisis sidik ragam pengaruh riap tumbuh terhadap KA kayu pada masing-masing kelompok diameter pohon Sumber Keragaman Perlakuan (Riap Tumbuh) pada masingmasing Kelompok Pohon Jumlah Kuadrat Nilai Tengah Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Diameter Kecil 1220, ,689 1,915 0,206 Diameter Sedang 776, ,734 0,694 0,581 Diameter Besar 726, ,005 3,263 0,080 Tidak adanya perbedaan nilai KA antar riap tumbuh pada ketiga kelompok diameter pohon yang diteliti menandakan bahwa kondisi seluruh riap tumbuh yang ada tergolong sama. Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan dimana belum terdapat adanya perbedaan warna kayu yang signifikan pada semua sampel uji. Semua sampel berwarna kuning pucat. Dengan demikian dapat disimpulkan Sig.

32 bahwa pohon JUN umur 4 tahun yang diteliti belum menghasilkan bagian kayu teras. Semuanya masih berupa kayu gubal. 4.3 Berat Jenis Rata-rata nilai berat jenis (BJ) kayu JUN yang diteliti pada masing-masing kelompok diameter pohon disajikan pada Tabel 6. Hasilnya memperlihatkan bahwa rata-rata BJ kayu pada kelompok diameter sedang dan besar adalah sama tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata BJ kayu pada kelompok diameter kecil. Rata-rata BJ kayu pada masing-masing kelompok diameter pohon berturut-turut adalah 0,47 (kelompok pohon berdiameter kecil) dan 0,45 (sedang dan besar). Meskipun demikian, hasil analisis sidik ragamnya memperlihatkan bahwa BJ kayu tidak dipengaruhi oleh diameter batang (Tabel 7). Tabel 6 Rata-rata BJ kayu pada masing-masing kelompok diameter pohon Pohon Pohon Pohon Ulangan Berdiameter Kecil Berdiameter Sedang Berdiameter Besar 1 0,45 0,45 0,44 2 0,50 0,46 0,47 3 0,46 0,44 0,42 Rata-rata 0,47 0,45 0,45 Tabel 7 Analisis sidik ragam pengaruh diameter batang terhadap BJ kayu Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Nilai Tengah Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Sig. Perlakuan 0, ,001 1,209 0,362 Error 0, ,000 Corrected Total 0,004 8 Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata BJ kayu JUN berkisar antara 0,45-0,47 (Tabel 6). Dibandingkan dengan hasil penelitian Martawijaya et al. (2005) nilai ini lebih rendah, namun sama dengan hasil penelitian Damayanti (2010). Dengan contoh uji dari tegakan jati tua (60-70 tahun) Martawijaya et al. (2005) memperoleh nilai BJ kayu sebesar 0,62-0,75, sedangkan Damayanti (2010) dengan jati JUN umur 4 dan 5 tahun hanya 0,47. Adanya perbedaan tersebut mempertegas teori selama ini dimana nilai BJ kayu pada jenis yang sama dapat saja bervariasi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan rata-rata BJ kayu 18

33 BJ Kayu 19 sebesar 0,45-0,47, maka kayu JUN yang diteliti masuk ke dalam kelompok kayu Kelas Kuat III sebagaimana PKKI-NI5 (1961). Dibandingkan dengan jati konvensional umur yang sama atau minimal masuk kelas umur yang sama (KU I), maka BJ kayu JUN hasil penelitian ini lebih rendah. Menurut Yudiarti (2001), BJ kayu jati konvensional pada umur 4 tahun berkisar 0,52-0,54. Gambar 5 memuat nilai BJ kayu pada masing-masing riap tumbuh untuk semua pohon yang diteliti. Pada semua pohon yang diteliti diketahui bahwa BJ kayu cenderung meningkat dari empulur ke arah kulit (dari RT-1 ke RT-4). BJ kayu pada bagian dalam batang yang dekat empulur (RT-1) merupakan BJ yang paling rendah, sedangkan yang dekat dengan kulit paling tinggi. Meskipun demikian, hasil analisis sidik ragamnya (Tabel 8) memperlihatkan bahwa BJ kayu tidak dipengaruhi oleh riap tumbuh, kecuali pada kelompok pohon berdiameter sedang Kecil Sedang Besar 0.00 RT-1 RT-2 RT-3 RT-4 Nomor Riap Tumbuh (Empulur ke Kulit) Gambar 5 Rata-rata BJ kayu pada masing-masing riap tumbuh pada seluruh kelompok diameter pohon Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa pola pertambahan nilai BJ kayu pada masing-masing riap tumbuh untuk masing-masing kelompok pohon bervariasi: pada pohon berdiameter kecil pertambahan nilai BJ kayu berlangsung secara kontinyu dari RT-1 ke RT-3, tetapi kemudian konstan dari RT-3 ke RT-4; pada pohon yang berdiameter sedang pertambahan tersebut terjadi secara kontinyu dari RT-1 ke RT-4, sedangkan pada pohon yang berdiameter besar pertambahan nilai BJ kayu terjadi secara kontinyu dari RT-1 ke RT-2, kemudian konstan dari RT-2 ke RT-3, dan meningkat kembali dari RT-3 ke RT-4.

34 Rata-rata BJ kayu pada RT-1, RT-2, RT-3 dan RT-4 pada pohon yang berdiameter kecil berturut-turut sebesar 0,43, 0,45, 0,49 dan 0,49; pada pohon berdiameter sedang berturut-turut sebesar 0,41 (RT-1), 0,44 (RT-2), 0,45 (RT-3) dan 0,49 (RT-4); sedangkan pada kelompok pohon berdiameter besar berturutturut sebesar 0,42 (RT-1), 0,44 (RT-2), 0,44 (RT-3) dan 0,48 (RT-4). Tabel 8 Analisis sidik ragam pengaruh riap tumbuh terhadap BJ kayu pada masing-masing kelompok diameter pohon Sumber Keragaman Perlakuan (Riap Tumbuh) pada masingmasing Kelompok Pohon Jumlah Kuadrat Nilai Tengah Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Diameter Kecil 0, ,003 2,067 0,183 Diameter Sedang 0, ,003 4,287 0,044 Diameter Besar 0, ,002 1,024 0, Kerapatan Rata-rata nilai kerapatan kayu JUN yang diteliti pada masing-masing kelompok diameter pohon disajikan pada Tabel 9. Hasilnya memperlihatkan bahwa rata-rata kerapatan kayu meningkat seiring meningkatnya diameter batang. Rata-rata kerapatan kayu pada setiap kelompok diameter pohon berturut-turut adalah 0,99 g/cm 3 (diameter kecil), 1,02 g/cm 3 (sedang) dan 1,09 g/cm 3 (besar). Hasil analisis sidik ragamnya (Tabel 10) memperlihatkan bahwa kerapatan kayu dipengaruhi oleh diameter batang. Tabel 9 Rata-rata kerapatan kayu JUN (g/cm 3 ) untuk masing-masing kelompok diameter Pohon Pohon Pohon Ulangan Berdiameter Kecil Berdiameter Sedang Berdiameter Besar 1 0,99 1,00 1,07 2 1,01 1,06 1,14 3 0,97 0,99 1,07 Rata-rata 0,99 1,02 1,09 Tabel 10 Analisis sidik ragam pengaruh diameter batang terhadap kerapatan kayu Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat F Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah Hitung Sig. Perlakuan 0, ,009 7,471 0,024 Error 0, ,001 Corrected Total 0,024 8 Sig. 20

35 Kerapatan Kayu (g/cm3) 21 Dibandingkan dengan hasil penelitian Damayanti (2010), rata-rata kerapatan kayu hasil penelitian ini relatif lebih tinggi. Menurut Damayanti (2010), kerapatan kayu JUN umur 4 dan 5 tahun berkisar antara 0,47-0,95 g/cm 3. Adanya perbedaan tersebut dapat dimaklumi mengingat kerapatan kayu pada jenis yang sama juga bergantung pada lokasi dan kondisi tempat tumbuh serta lokasi contoh uji dalam batang. Pengukuran kerapatan kayu per riap tumbuh untuk masing-masing pohon yang diteliti disajikan pada Gambar 6. Diketahui bahwa pada pohon yang berdiameter kecil, kerapatan kayu meningkat dari RT-1 ke RT-3 namun kemudian menurun di RT-4, sedangkan pada pohon berdiameter sedang, kerapatan kayu cenderung terus meningkat mulai dari RT-1 ke RT-4. Pada pohon yang berdiameter besar, kerapatan kayu berfluktuatif: meningkat dari RT-1 ke RT-2 kemudian sedikit menurun dari RT-2 ke RT-3, dan meningkat kembali dari RT-3 ke RT Kecil Sedang Besar 0.50 RT-1 RT-2 RT-3 RT-4 Nomor Riap Tumbuh (Empulur ke Kulit) Gambar 6 Rata-rata kerapatan kayu (g/cm 3 ) pada masing-masing riap tumbuh untuk seluruh kelompok diameter pohon Pada pohon berdiameter kecil, RT-3 merupakan bagian batang yang memiliki kerapatan kayu yang paling besar (1,01 g/cm 3 ), sedangkan RT-1 paling kecil (0,95 g/cm 3 ). Pada pohon berdiameter sedang dan besar, RT-4 memiliki kerapatan kayu yang paling besar (berturut-turut 1,06 g/cm 3 dan 1,12 g/cm 3 ), sedangkan RT-1 paling kecil (berturut-turut 0,99 g/cm 3 dan 1,08 g/cm 3 ). Seperti halnya pada KA dan BJ kayu, hasil analisis kerapatan kayu menunjukkan bahwa riap tumbuh tidak mempengaruhi nilai kerapatan kayu (Tabel 11). Kerapatan kayu JUN lebih dipengaruhi oleh diameter batang.

36 Tabel 11 Analisis sidik ragam pengaruh riap tumbuh terhadap kerapatan kayu pada masing-masing kelompok diameter pohon Sumber Keragaman Perlakuan (Riap Tumbuh) pada masingmasing Kelompok Pohon Jumlah Kuadrat Nilai Tengah Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Diameter Kecil 0, ,002 1,538 0,278 Diameter Sedang 0, ,003 0,942 0,464 Diameter Besar 0, ,001 0,243 0, Panjang Serat Hasil pengukuran panjang serat kayu JUN untuk setiap kelompok pohon (berdiameter kecil, sedang dan besar) disajikan pada Tabel 12. Hasil lengkap perhitungan disajikan di dalam Lampiran 2. Tabel 12 Rata-rata panjang serat (µm) kayu JUN untuk masing-masing kelompok diameter Ulangan Pohon Berdiameter Kecil Pohon Berdiameter Sedang Sig. 22 Pohon Berdiameter Besar 1 699,27 946,25 900, ,98 821,67 729, ,19 768,65 870,21 Rata-rata 741,15 845,52 833,30 Dari Tabel 12 diketahui bahwa pohon yang berdiameter sedang menghasilkan serat-serat yang terpanjang (rata-rata = 845,52 µm), sedangkan pohon yang berdiameter kecil menghasilkan serat-serat yang terpendek (741,15 µm). Rata-rata panjang serat pada pohon yang berdiameter besar adalah 833,30 µm. Meskipun bervariasi, hasil analisis sidik ragamnya (Tabel 13) memperlihatkan bahwa panjang serat tidak dipengaruhi oleh diameter batang. Dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu (Martawijaya et al. 2005; Ogata et al. 2008; Damayanti 2010), panjang serat kayu JUN yang diteliti tergolong pendek. Menurut Martawijaya et al. (2005), panjang serat kayu jati μm, sedangkan menurut Ogata et al. (2008) μm. Damayanti (2010) menyatakan bahwa rata-rata panjang sel serat kayu JUN umur 4 dan 5 tahun sebesar μm. Adanya perbedaan tersebut dapat dimaklumi mengingat panjang serat kayu pada jenis yang sama dapat saja bervariasi karena bergantung

37 Panjang Serat (μm) pada lokasi tempat tumbuh dan kondisi pertumbuhan, serta lokasi contoh uji dalam batang. Tabel 13 Analisis sidik ragam pengaruh diameter batang terhadap panjang serat Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Perlakuan 19536, ,068 1,623 0,273 Error 36102, ,119 Corrected Total 55638,847 8 Gambar 7 menyajikan nilai panjang serat kayu per masing-masing riap tumbuh untuk semua pohon yang diteliti. Rata-rata panjang serat cenderung meningkat dari empulur (RT-1) ke arah kulit (RT-4) Kecil Sedang Besar 500 RT-1 RT-2 RT-3 RT-4 Nomor Riap Tumbuh (Empulur ke Kulit) Gambar 7 Rata-rata panjang serat (µm) pada masing-masing riap tumbuh untuk seluruh kelompok diameter pohon Dari Gambar 7 diketahui bahwa pada pohon yang berdiameter kecil, serat kayu pada RT-1 merupakan serat yang terpendek (639,72 µm), sedangkan pada RT-4 merupakan yang terpanjang (880,70 µm). Pada pohon yang berdiameter sedang dan besar, peningkatan panjang serat fluktuatif: meningkat mulai dari RT- 1 ke RT-3, namun kemudian sedikit berkurang pada RT-4. Meskipun demikian pada kedua kelompok diameter pohon tersebut, serat-serat yang terdapat pada RT- 4 tetap lebih panjang dari serat-serat yang terdapat pada RT-1. Panjang serat pada RT-1 dan pada RT-4 berturut-turut sebesar 774,31 µm dan 860,28 µm (kelompok pohon berdiameter sedang) serta 760,14 µm dan 841,39 µm (kelompok pohon berdiameter besar). Meskipun bervariasi, hasil analisis sidik ragamnya

38 menunjukkan bahwa riap tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap panjang serat kayu, kecuali pada pohon berdiameter kecil (Tabel 14). Tabel 14 Analisis sidik ragam pengaruh riap tumbuh terhadap panjang serat pada masing-masing kelompok diameter pohon Sumber Keragaman Perlakuan (Riap Tumbuh) pada masingmasing Kelompok Pohon Jumlah Kuadrat Nilai Tengah Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Diameter Kecil 93389, ,730 5,189 0,028 Diameter Sedang 29656, ,642 0,985 0,447 Diameter Besar 30670, ,504 1,134 0, Tebal Dinding Rata-rata tebal dinding serat kayu JUN untuk masing-masing kelompok diameter pohon disajikan pada Tabel 15. Sama seperti panjang serat, rata-rata tebal dinding serat pada pohon yang berdiameter kecil paling tipis (3,06 µm), sedangkan pada pohon yang berdiameter sedang paling tebal (3,20 µm). Tebal dinding serat pada pohon berdiameter besar tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kelompok pohon berdiameter sedang (13,17 µm berbanding 3,20 µm). Meskipun bervariasi, hasil analisis sidik ragamnya (Tabel 16) memperlihatkan bahwa tebal dinding serat kayu tidak dipengaruhi oleh diameter batang. Tabel 15 Rata-rata tebal dinding serat (µm) kayu JUN untuk masing-masing kelompok diameter Ulangan Pohon Berdiameter Kecil Pohon Berdiameter Sedang Sig. 24 Pohon Berdiameter Besar 1 2,94 3,45 3,26 2 3,13 2,98 3,10 3 3,13 3,18 3,16 Rata-rata 3,06 3,20 3,17 Tabel 16 Analisis sidik ragam pengaruh diameter batang terhadap tebal dinding serat Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Perlakuan 0, ,015 0,626 0,566 Error 0, ,025 Corrected Total 0,179 8

39 Tebal Dinding Serat (μm) 25 Hasil penelitian ini masuk ke dalam kisaran nilai rata-rata hasil penelitian Ogata et al. (2008), namun lebih panjang bila dibandingkan dengan Damayanti (2010). Menurut Ogata et al. (2008), tebal dinding serat kayu jati berkisar antara 3-5 μm, sedangkan menurut Damayanti (2010), rata-rata tebal dinding serat kayu JUN umur 4 dan 5 tahun adalah 2,06 μm. Gambar 8 memuat hasil perhitungan nilai tebal dinding serat kayu per masing-masing riap tumbuh untuk semua pohon yang diteliti. Dari Gambar 8 diketahui bahwa pada pohon yang berdiameter kecil dan besar, tebal dinding serat berfluktuasi: meningkat dari RT-1 ke RT-2, lalu berkurang di RT-3, namun kemudian meningkat kembali di RT-4; sedangkan pada pohon berdiameter sedang, tebal dinding meningkat mulai dari RT-1 ke RT-2, kemudian cenderung terus berkurang ke RT-4. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan bahwa riap tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap tebal dinding serat (Tabel 17). 4,0 3,5 3,0 2,5 Kecil Sedang Besar 2,0 RT-1 RT-2 RT-3 RT-4 Nomor Riap Tumbuh (Empulur ke Kulit) Gambar 8 Rata-rata tebal dinding serat pada masing-masing riap tumbuh untuk seluruh kelompok diameter pohon Tabel 17 Analisis sidik ragam pengaruh riap tumbuh terhadap tebal dinding serat pada masing-masing kelompok diameter pohon Sumber Keragaman Perlakuan (Riap Tumbuh) pada masingmasing Kelompok Pohon Jumlah Kuadrat Nilai Tengah Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Diameter Kecil 0, ,031 1,751 0,234 Diameter Sedang 0, ,022 0,256 0,855 Diameter Besar 0, ,030 1,675 0,249 Sig.

40 Panjang Serat (µm) Kerapatan Kayu (g/cm 3 ) Batas Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa Gambar 9 menyajikan variasi radial (dari empulur ke arah kulit) nilai panjang serat dan kerapatan kayu JUN yang diteliti , , , , , RT-1 RT-2 RT-3 RT-4 0,98 PJ Serat Kerapatan Gambar 9 Variasi radial panjang serat dan kerapatan kayu Dari Gambar 9 diketahui bahwa baik panjang serat maupun kerapatan kayu masih cenderung terus meningkat dari empulur (RT-1) ke arah kulit (RT-4). Hal ini menandakan bahwa kayu JUN yang diteliti semuanya masih tergolong kedalam kayu juvenil. Dengan kata lain, tegakan JUN umur 4 tahun yang diteliti belum membentuk kayu dewasa. Hasil ini sesuai dengan Trockenbrodt dan Josue (1999), Bhat et al. (2001) dalam Bhat dan Priya (2004), Okuyama et al. (2005) dan Darwis et al. (2005). Menurut Trockenbrodt dan Josue (1999) serta Okuyama et al. (2005), periode pembentukan kayu juvenil pada jati berlangsung hingga umur tahun, sedangkan menurut Darwis et al. (2005), pohon jati baru membentuk kayu dewasa pada riap tumbuh ke-11 dan ke-12 (umur tahun). Berdasarkan penelitian Bhat et al. (2001) dalam Bhat dan Priya (2004), batas kayu muda dan kayu dewasa pada jati berada pada riap tumbuh ke-20. Pada jati India, hasil penelitian Trockenbrodt dan Josue (1999) menyebutkan bahwa kedewasaan kayu jati terjadi mulai pohon berumur 21 tahun. Kayu yang mengandung kayu juvenil akan menghasilkan sortimen kayu yang cenderung memiliki cacat bentuk (melengkung) dan pecah yang cukup besar

41 27 (Brown et al. 1952). Disamping itu, adanya kayu juvenil mengakibatkan kayu menjadi getas sehingga penggunaannya sebagai kayu utuh untuk konstruksi tidak diperkenankan (Anisah dan Siswamartana 2005). Untuk bahan baku mebel dan furnitur, porsi kayu juvenil yang tinggi dikhawatirkan akan menimbulkan banyak masalah selama proses pengerjaan. Usaha untuk mengurangi proporsi kayu juvenil dalam batang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tidak memberikan pupuk, irigasi atau perlakuan silvikultur lainnya pada periode awal pertumbuhan, yang merupakan periode pembentukan kayu juvenil. Hal ini dikarenakan batang yang tumbuh secara cepat selama jangka waktu pertumbuhan juvenil akan menghasilkan proporsi kayu juvenil yang lebih tinggi dibandingkan dengan batang yang tumbuh secara lambat pada awal daur tersebut.

42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kesimpulan penting yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Kualitas pertumbuhan tanaman JUN umur 4 tahun dengan jarak tanam 3 m x 3 m bervariasi. Diameter batang berkisar antara 4,5-23,8 cm, sedangkan tinggi pohon berkisar antara 4-12 m. 2. Pohon JUN umur 4 tahun yang diteliti belum menghasilkan kayu teras. 3. KA kayu kondisi segar dan kerapatan kayu dipengaruhi oleh diameter batang, sedangkan BJ kayu, panjang serat dan tebal dinding serat tidak. 4. Rata-rata KA kayu kondisi segar, BJ dan kerapatan kayu, serta panjang dan tebal dinding serat berturut-turut adalah 112,27-146,35%, 0,45-0,47, 0,99-1,09 g/cm 3, 741,15-845,52 µm dan 3,06-3,20 µm. Dengan rata-rata BJ kayu sebesar 0,45-0,47, kayu JUN umur 4 tahun ini masuk dalam Kelas Kuat III. 5. Batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa belum dapat ditentukan mengingat pohon JUN umur 4 tahun yang diteliti belum membentuk kayu dewasa. Kayu yang dihasilkan semuanya masih tergolong kayu juvenil. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah: 1. Dalam rangka pemanfaatan yang optimal, maka peningkatan mutu kayu perlu dilakukan mengingat BJ kayu masih tergolong rendah. 2. Mengingat tegakan JUN umur 4 tahun yang diteliti belum menghasilkan kayu dewasa (100% masih berupa kayu juvenil), maka daur tebang yang telah direncanakan (5 tahun) sebaiknya dikaji ulang.

43 DAFTAR PUSTAKA Anisah LN, S Siswamartana Kualitas kayu Jati Plus Perhutani pada kelas umur I di beberapa lokasi penanaman. Di dalam Siswamartana S, U Rosalina, A Wibowo (Editor). Seperempat Abad Pemuliaan Jati Perum Perhutani. Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani. Jakarta. Hlm Bhat KM, PB Priya Influence of provenance variation on wood properties of teak from Western Ghat Region in India. IAWA Journal. 25 (3): Bowyer JL, R Shmulsky, JG Haygreen Forest Products and Wood Science: an Introduction. Fourth Edition. Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Brown HP, AJ Panshin, CC Forsaith Textbook of Wood Technology: the physical, mechanical and chemical properties of the commercial woods of the United States. Vol. II. McGraw-Hill Book Company. New York. Casey J Pulp and Paper: Chemistry and chemical technology. Third Edition. Vol. IA. John Willey and Sons Inc. New York. Dadswell HE Wood structure variations occurring during tree growth and their influence on properties. J Inst. Wood Sci. 1: Damayanti R Struktur makro, mikro dan ultramikroskopik kayu Jati Unggul Nusantara dan kayu Jati Konvensional [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Tidak Diterbitkan. Darwis A, R Hartono, SS Hidayat Presentase kayu teras dan kayu gubal serta penentuan kayu juvenil dan kayu dewasa pada lima kelas umur jati (Tectona grandis L. f.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 3 (1): 6-8. Mandang YI, IKN Pandit Pedoman identifikasi kayu di lapangan. Bogor: Yayasan PROSEA Indonesia Pedoman identifikasi jenis kayu di lapangan. Yayasan Prosea, Bogor dan Pusat Diklat Pegawai SDM Kehutanan, Bogor. Martawijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Oey Djoen Seng Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya untuk keperluan praktek. Soewarsono PH (Penterjemah). Pengumuman LPHH No. 1. Bogor. Ogata K, T Fujii, H Abe, P Baas Identification of the timbers of Southeast Asia and Western Pacific. PP T Fujii, K Ogata, H Abe, S Noshiro, A Kagawa (Editors). Kaiseisha Press. Japan. Okuyama T, H Yamamoto, I Wahyudi, YS Hadi, KM Bhat Some wood quality issues in planted teak. Proceedings of the International Conference on Quality Timber Products of Teak from Sustainable Forest Management.

44 Peechi, India. 2-5 December Pp Bhat KM, KKN Nair, KV Bhat, EM Muralidharan, NJK Sharma (Editors). Kerala Forest Research Institute Peechi, India and International Tropical Timber Organization (ITTO), Japan. Pandit IKN, H Ramdan Anatomi Kayu: Pengantar sifat kayu sebagai bahan baku. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pasaribu RA, T Silitonga Pulp campuran kayu daun lebar dan bambu. Laporan No. 35. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen Pertanian. Bogor. PKKI-NI Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. Jakarta. Rachmawati H, D Iriantono, CP Hansen Informasi singkat benih Tectona grandis Linn. F. Indonesia Forest Seed Project. Bandung. Sidabutar JH Perancangan arsitektur strategik di perusahaan furniture panel wood PT. Cahaya Sakti Furintraco [Tesis]. Program Magister Bisnis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan. Sofyan K, DS Nawawi, T Priadi Sifat pulp jenis-jenis kayu cepat tumbuh. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sulaeman, A.R Kini Jati Plus Bisa Dipanen pada Umur 25 Tahun (15 Agustus 2004) Suryadi I Analisis hubungan kebutuhan industri penggergajian rakyat dengan sumber bahan baku di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Tidak Diterbitkan. Trockenbrodt M, J Josue Wood properties and utilization potential of plantation teak (Tectona grandis) in Malaysia: A critical review. Journal of Tropical Forest Products. Vol. 5 (1) : UBH-KPWN Petunjuk teknis pembuatan dan pemeliharaan tanaman Jati Unggul Nusantara. Tim UBH-KPWN. Jakarta. Yudiarti, Y Sifat-Sifat Anatomi Kayu Jati (Tectona grandis L.f.) Pada Berbagai Kelas Umur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 29

45 LAMPIRAN

46 Lampiran 1 Hasil perhitungan berat jenis, kerapatan dan kadar air No. Pohon No. Riap Kondisi Basah lebar riap (cm) berat (g) volume (cm 3 ) Berat kering tanur (g) Berat Jenis Kerapatan (g/cm 3 ) Kadar Air (%) ,7 0,100 0,11 0,044 0,40 0,91 127,27 2 0,9 0,164 0,16 0,078 0,49 1,03 110,26 3 0,6 0,124 0,12 0,056 0,47 1,03 121,43 4 0,7 0,117 0,12 0,054 0,45 0,98 116, ,9 0,194 0,19 0,085 0,45 1,02 128,24 2 0,6 0,128 0,13 0,060 0,46 0,98 113,33 3 0,5 0,122 0,12 0,064 0,53 1,02 90,63 4 0,8 0,182 0,18 0,099 0,55 1,01 83, ,5 0,102 0,11 0,048 0,44 0,93 112,50 2 0,8 0,147 0,15 0,062 0,41 0,98 137,10 3 0,9 0,178 0,18 0,083 0,46 0,99 114,46 4 0,8 0,157 0,16 0,082 0,51 0,98 91, ,8 0,397 0,39 0,153 0,39 1,02 159,48 2 0,7 0,132 0,14 0,060 0,43 0,94 120,00 3 0,6 0,124 0,13 0,060 0,46 0,95 106,67 4 0,6 0,129 0,12 0,064 0,53 1,08 101,56 31

47 No. Pohon No. Riap Kondisi Basah lebar riap (cm) berat (g) volume (cm 3 ) Berat kering tanur (g) Berat Jenis Kerapatan (g/cm 3 ) Kadar Air (%) 3 1 2,5 0,554 0,53 0,222 0,42 1,05 149,55 2 1,5 0,347 0,33 0,151 0,46 1,05 129,80 3 1,2 0,258 0,24 0,105 0,44 1,08 145,71 4 0,9 0,204 0,19 0,097 0,51 1,07 110, ,1 0,403 0,45 0,192 0,43 0,90 109,90 2 0,8 0,180 0,18 0,078 0,43 1,00 130,77 3 1,5 0,332 0,33 0,146 0,44 1,01 127,40 4 1,8 0,397 0,38 0,166 0,44 1,04 139, ,5 0,571 0,54 0,221 0,41 1,06 158,37 2 1,5 0,352 0,32 0,145 0,45 1,10 142,76 3 1,8 0,417 0,38 0,176 0,46 1,10 136,93 4 0,7 0,174 0,17 0,075 0,44 1,02 132, ,7 0,402 0,37 0,155 0,42 1,09 159, ,472 0,43 0,196 0,46 1,10 140,82 3 1,9 0,455 0,42 0,188 0,45 1,08 142,02 4 1,7 0,385 0,3 0,169 0,56 1,28 127, ,7 0,854 0,78 0,334 0,43 1,09 155,69 2 1,7 0,393 0,37 0,155 0,42 1,06 153,55 3 2,8 0,622 0,58 0,240 0,41 1,07 159,17 4 2,9 0,654 0,61 0,264 0,43 1,07 147,73 32

48 Lampiran 2 Rata-rata hasil perhitungan panjang serat dan tebal dinding serat Kelas Diameter Kecil Kelas Diameter Sedang Kelas Diameter Besar K11 PS DS DL TD S33 PS DS DL TD B15 PS DS DL TD R1 530,42 23,85 18,33 2,76 R1 887,92 25,83 19,48 3,18 R1 854,58 24,17 18,13 3,02 R2 581,67 27,92 22,19 2,87 R2 950,42 28,75 21,15 3,80 R2 887,92 28,75 21,67 3,54 R3 795,83 27,29 21,25 3,02 R3 1043,33 28,33 21,25 3,54 R3 982,92 28,96 22,71 3,13 R4 889,17 26,98 20,73 3,13 R4 903,33 31,98 25,42 3,28 R4 875,83 30,94 24,27 3,34 rata-rata 699,27 26,51 20,63 2,94 rata-rata 946,25 28,72 21,83 3,45 rata-rata 900,31 28,21 21,70 3,26 K14 PS DS DL TD S31 PS DS DL TD B25 PS DS DL TD R1 716,25 27,60 21,46 3,07 R1 784,58 25,94 19,48 3,23 R1 621,67 25,94 19,90 3,02 R2 792,50 28,23 21,98 3,13 R2 818,75 26,46 20,73 2,87 R2 754,58 24,06 17,81 3,13 R3 699,17 25,73 19,58 3,08 R3 842,08 27,19 21,25 2,97 R3 797,50 25,42 19,17 3,13 R4 880,00 21,04 14,58 3,23 R4 841,25 30,52 24,79 2,87 R4 743,75 28,02 21,77 3,13 rata-rata 771,98 25,65 19,40 3,13 rata-rata 821,67 27,53 21,56 2,98 rata-rata 729,38 25,86 19,66 3,10 K23 PS DS DL TD S3 PS DS DL TD B4 PS DS DL TD R1 672,50 23,44 17,19 3,13 R1 650,42 21,46 15,10 3,18 R1 804,17 22,19 15,94 3,13 R2 738,33 26,67 20,42 3,13 R2 735,83 23,54 17,08 3,23 R2 845,00 22,50 16,25 3,13 R3 725,00 25,00 19,06 2,97 R3 852,08 26,77 20,42 3,18 R3 927,08 28,13 21,88 3,13 R4 872,92 23,65 17,08 3,29 R4 836,25 23,33 17,08 3,13 R4 904,58 30,31 23,75 3,28 rata-rata 752,19 24,69 18,44 3,13 rata-rata 768,65 23,78 17,42 3,18 rata-rata 870,21 25,78 19,46 3,16 Ket: PS = panjang serat; DS=diameter serat; DL=diameter lumen; TD= tebal dinding; Satuan dalam µm 33

49 34 Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap KA Kayu Dependent Variable: kadar_air Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.864 (Adjusted R Squared =.819) Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap KA Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Kelompok Diameter Kecil Dependent Variable: Kadar_Air Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.418 (Adjusted R Squared =.200) Kelompok Diameter Sedang Dependent Variable: Kadar_Air Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.206 (Adjusted R Squared = -.091) (Lanjutan)

50 35 Kelompok Diameter Besar Dependent Variable: Kadar_Air Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.550 (Adjusted R Squared =.382) Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap BJ Kayu Dependent Variable: Berat_Jenis Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.001(a) Intercept perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.287 (Adjusted R Squared =.050) Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap BJ Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Kelompok Diameter Kecil Dependent Variable: Berat_Jenis Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.010(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.437 (Adjusted R Squared =.225)

51 36 Kelompok Diameter Sedang Dependent Variable: Berat_Jenis Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.010(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.616 (Adjusted R Squared =.473) Kelompok Diameter Besar Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Berat_Jenis Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.005(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.277 (Adjusted R Squared =.007) Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap Kerapatan Kayu Dependent Variable: kerapatan Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.017(a) Intercept perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.713 (Adjusted R Squared =.618)

52 37 Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap Kerapatan Kayu Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Kelompok Diameter Kecil Dependent Variable: Kerapatan Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.006(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.366 (Adjusted R Squared =.128) Kelompok Diameter Sedang Dependent Variable: Kerapatan Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.010(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.261 (Adjusted R Squared = -.016) Kelompok Diameter Besar Dependent Variable: Kerapatan Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.004(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.084 (Adjusted R Squared = -.260)

53 38 Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap Panjang Serat Dependent Variable: Panjang_Serat Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.351 (Adjusted R Squared =.135) Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap Panjang Serat Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Kelompok Diameter Kecil Dependent Variable: Panjang_Serat Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.661 (Adjusted R Squared =.533) Kelompok Diameter Sedang Dependent Variable: Panjang_Serat Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.270 (Adjusted R Squared = -.004)

54 39 Kelompok Diameter Besar Dependent Variable: Panjang_Serat Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.298 (Adjusted R Squared =.035) Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Diameter Batang Terhadap Tebal Dinding Serat Dependent Variable: Tebal_Dinding Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.031(a) Intercept perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.173 (Adjusted R Squared = -.103) Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Riap Tumbuh Terhadap Tebal Dinding Serat Pada Masing-Masing Kelompok Diameter Pohon Kelompok Diameter Kecil Dependent Variable: Tebal_Dinding Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.094(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.396 (Adjusted R Squared =.170)

55 40 Kelompok Diameter Sedang Dependent Variable: Tebal_Dinding Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.067(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.088 (Adjusted R Squared = -.255) Kelompok Diameter Besar Dependent Variable: Tebal_Dinding Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.090(a) Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total a R Squared =.386 (Adjusted R Squared =.155)

56 41 Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Inventarisasi data tinggi dan diameter tanaman (Tegakan JUN Umur 4 Tahun di Ciampea, Bogor) Gambar 2. Pengeboran pada ketinggian sekitar 1,30 m pada dua arah yang berlawanan untuk mendapatkan contoh uji secara utuh dari kulit ke kulit Gambar 3. Stik kayu JUN 4 tahun hasil pengeboran dibagi berdasarkan riap tumbuhnya. Gambar 4. Pengovenan kayu pada suhu 103±2 ºC. Gambar 5. Kayu yang telah dioven hingga kering tanur Gambar 6. Hasil pengamatan dimensi serat melalui mikroskop

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Tectona grandis Linn. f. atau jati merupakan salah satu tumbuhan yang masuk dalam anggota famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal juga dengan nama deleg, dodolan, jate,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan

Lebih terperinci

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Penelitian Hasil Hutan Vol. 24 No. 5, Oktober 2006: 385-394 berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Gambar 1. Lempengan

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN SKRIPSI FRANS JANUARI HUTAGALUNG 051203045 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS SUMATERA UTARA 2010 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) HASIL PENELITIAN Oleh : TRISNAWATI 051203021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) KARYA TULIS KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) Disusun oleh : RUDI HARTONO, S.HUT, MSi NIP 132 303 838 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN KANDUNGAN ZAT EKSTRAKTIF KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis W.Hill ex Maiden) PADA UMUR 3, 6 DAN 9 TAHUN

SIFAT FISIS DAN KANDUNGAN ZAT EKSTRAKTIF KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis W.Hill ex Maiden) PADA UMUR 3, 6 DAN 9 TAHUN SIFAT FISIS DAN KANDUNGAN ZAT EKSTRAKTIF KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis W.Hill ex Maiden) PADA UMUR 3, 6 DAN 9 TAHUN SKRIPSI Oleh : Syawal Arijona 021203040 / TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN

PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN SKRIPSI Oleh: FRISKA EVALINA GINTING 081203048/ TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI

SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI ii SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI Oleh: Agnesia Claudia Agita Putri Siregar 071203012 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik TINJAUAN PUSTAKA Ekaliptus Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Division Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospoermae : Dicotyledone : Myrtiflorae : Myrtaceae

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air (Ka) adalah banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu yang dinyatakan dengan persentase dari berat kayu kering tanur. Kadar air pohon Jati hasil penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Microfibril Angle (MFA) Contoh uji persegi panjang diambil dari disk dan dipotong menjadi segmen dengan ukuran 5 cm x 1,5 cm x 1 cm dari empulur hingga kulit dan diberi nomor mulai dari empulur

Lebih terperinci

Kualitas Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budi Daya. (Wood Quality of Cultivated Red Meranti (Shorea leprosula Miq.

Kualitas Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budi Daya. (Wood Quality of Cultivated Red Meranti (Shorea leprosula Miq. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 216 ISSN 853-4217 EISSN 2443-3462 Vol. 21 (2): 14 145 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jipi DOI: 1.18343/jipi.21.2.14 Kualitas Kayu Meranti Merah (Shorea

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis 4.1.1 Kadar air BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai kadar air (KA) kayu surian kondisi kering udara pada masing-masing bagian (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan kayu meningkat setiap tahun, sedangkan pasokan yang dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu dunia diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

oleh/by: Krisdianto & Ginuk Sumarni 1 Abstract Teak wood (Tectona grandis L.f.) has been popularly used as furniture and

oleh/by: Krisdianto & Ginuk Sumarni 1 Abstract Teak wood (Tectona grandis L.f.) has been popularly used as furniture and Perbandingan Persentase Volume Teras Kayu Jati Cepat Tumbuh dan Konvensional Umur 7 Tahun Asal Penajam, Kalimantan Timur (Heartwood Portion in Logs of 7 Years Old Fast Growing and Conventional Teak Taken

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

Gambar (Figure) 1. Bagan Pengambilan Contoh Uji (Schematic pattern for wood sample collection)

Gambar (Figure) 1. Bagan Pengambilan Contoh Uji (Schematic pattern for wood sample collection) H3 Ujung (Thrunk) 2 cm 2 cm 2 cm Sampel kayu untuk mikrotom (Sample for microtom) H2 Tengah (Middle) Sampel kayu untuk maserasi (Sample for maserasion) H1 Pangkal (Bottom) D1 D2 D3 D4 Empulur (Pith) Kulit

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON SURYA DANI DAULAY 061202039 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU KARYA TULIS PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang. mebel dan lain sebagainya. Tingginya kebutuhan manusia akan kayu tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang. mebel dan lain sebagainya. Tingginya kebutuhan manusia akan kayu tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kayu digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya sebagai bahan bakar, bahan baku konstruksi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kering tanur (BKT). Hasil perhitungan kadar air pohon jati disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 7 METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kayu sengon dan kayu jabon (Gambar 5) yang berumur lima, enam, dan tujuh tahun yang diperoleh dari hutan rakyat di daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Ikan Tradisional Menurut Nomura dan Yamazaki (1975) dalam Prasetyo (2008), kapal ikan merupakan kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan, mencakup aktivitas penangkapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Data hasil pengujian sifat fisis kayu jabon disajikan pada Tabel 4 sementara itu untuk analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% ditampilkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung. 22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PENGARUH MEDIA TANAM TOP SOIL, DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG DAN KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.) SKRIPSI Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ 100301068 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Jati (Tectona grandis) Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenaceae

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR NANO DINDING SEL DAN KAITANNYA DENGAN SIFAT-SIFAT KAYU (STUDI KASUS KAYU JATI KLON UMUR 7 TAHUN) ANDI DETTI YUNIANTI

KARAKTERISTIK STRUKTUR NANO DINDING SEL DAN KAITANNYA DENGAN SIFAT-SIFAT KAYU (STUDI KASUS KAYU JATI KLON UMUR 7 TAHUN) ANDI DETTI YUNIANTI KARAKTERISTIK STRUKTUR NANO DINDING SEL DAN KAITANNYA DENGAN SIFAT-SIFAT KAYU (STUDI KASUS KAYU JATI KLON UMUR 7 TAHUN) ANDI DETTI YUNIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i ABSTRACT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA (Pterocarpus indicus) Some Physical Properties of Angsana (Pterocarpus indicus) Sapwood Belly Ireeuw 1, Reynold P. Kainde 2, Josephus I. Kalangi 2, Johan A. Rombang 2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT SKRIPSI OLEH: VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM C10 DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PADA BEBERAPA VARIASI UMUR POHON DAN LETAK RADIAL BATANG Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth. DARI DESA KEDUNGPOH, GUNUNGKIDUL Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : RIKA ISNAINI PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) HASIL BUDIDAYA JULIUS JOHANSEN SITANGGANG

KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) HASIL BUDIDAYA JULIUS JOHANSEN SITANGGANG KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) HASIL BUDIDAYA JULIUS JOHANSEN SITANGGANG DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) SKRIPSI Oleh: Irvan Panogari Sibarani 071203007/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT.

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. i PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. WIRAKARYA SAKTI GIANDI NAROFALAH SIREGAR E 14104050 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen. LAMPIRAN 123 124 Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Pengujian sifat fisik mengikuti standar ASTM 2007 D 143-94 (Reapproved 2007) mengenai Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ERICK MARTHIN GULTOM (061203028) KEHUTANAN 2010 KUALITAS PAPAN PLASTIK KOMPOSIT PADA BERBAGAI TINGKAT PENDAURULANGAN PLASTIK ERICK MARTHIN GULTOM 061203028 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK 121201056 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT. SARI BUMI KUSUMA UNIT SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH) IRVAN DALI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT HASIL PENELITIAN Oleh: Desi Haryani Tambunan 061203010/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang dipilih dalam program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) karena memiliki produktivitas yang tinggi dengan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.1, No.2, Desember 2009 : 19 24 PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN THE CHARACTERISTIC IMPROVEMENT OF LOW STRENGTH CLASS WOOD BY PRESSING

Lebih terperinci

DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA

DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA C9 DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA Oleh : Harry Praptoyo, S.Hut 1), Edy Cahyono 2) 1) Staf Dosen Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. F) merupakan salah satu jenis penghasil kayu pertukangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk berbagai macam keperluan pertukangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN TEPUNG DARAH SAPI SKRIPSI OLEH :

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN TEPUNG DARAH SAPI SKRIPSI OLEH : RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN TEPUNG DARAH SAPI SKRIPSI OLEH : BOSCO P. SIHOTANG 040301036 DEPARTEMEN BUBIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PUTRI KOMALASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA ANATOMI DAN SIFAT DASAR KAYU VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA Harry Praptoyo Bagian Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT SKRIPSI Oleh Ance Trisnawati Gultom 061203040/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI KAYU JATI PLUS PERHUTANI KELAS UMUR I ASAL KPH BOJONEGORO REZA NOOR UTOMO

STRUKTUR ANATOMI KAYU JATI PLUS PERHUTANI KELAS UMUR I ASAL KPH BOJONEGORO REZA NOOR UTOMO STRUKTUR ANATOMI KAYU JATI PLUS PERHUTANI KELAS UMUR I ASAL KPH BOJONEGORO REZA NOOR UTOMO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 Reza Noor Utomo. E24101024. Struktur Anatomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis yang

TINJAUAN PUSTAKA. pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis yang TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Deskripsi Tanaman 1. Rambutan (N. lappaceum) Rambutan (N. lappaceum) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH : RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH : SARAH VITRYA SIDABUTAR 080301055 BDP-AGRONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN 1 PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 PERTUMBUHAN RhizophoramucronataLamk PADA KEGIATAN EVALUASITAHUN PERTAMA REHABILITASI HUTAN MANGROVE BEKAS LAHAN TAMBAK DI DESA PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI Oleh : TAUFIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan kayu yang diteliti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan kayu yang diteliti 4.1 Sifat Makroskopis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan makroskopis meliputi warna, corak, tekstur dan arah serat kayu disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNAN SERAT KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Willd)

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNAN SERAT KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Willd) Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN 1412-4645 PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNAN SERAT KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Willd) Influence Of Soil Type On

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/100301085 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah hasil hutan yang sangat diminati di pasaran. Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu adalah suatu material yang merupakan produk hasil metabolisme organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil sumber daya alam

Lebih terperinci

SNI. Metode penguji berat jenis batang kayu dan kayu struktur bangunan SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional BSN

SNI. Metode penguji berat jenis batang kayu dan kayu struktur bangunan SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional BSN SNI Standar Nasional Indonesia SNI 03-6848-2002 Metode penguji berat jenis batang kayu dan kayu struktur bangunan ICS 79.040 Badan Standarisasi Nasional BSN Daftar isi 1 Deskripsi... 1 1.1 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu ABSTRAK ADITYA NUGROHO. Perubahan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Beberapa Jenis Kayu Akibat Serangan Penggerek Kayu Laut di Perairan Pulau Rambut. Dibimbing oleh SUCAHYO SADIYO dan MOHAMMAD MUSLICH. Penelitian

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jati merupakan kayu yang memiliki banyak keunggulan, antara lain yaitu jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna (2005) yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu. 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksankan mulai dari bulan November 2011 - April 2012 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci