Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen."

Transkripsi

1 LAMPIRAN 123

2 124 Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Pengujian sifat fisik mengikuti standar ASTM 2007 D (Reapproved 2007) mengenai Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber meliputi kadar air kayu (basah hingga kering oven), kerapatan, serta penyusutan arah radial dan tangensial. Pengujian sifat mekanis berupa kekerasan dilakukan pada contoh uji dalam keadaan kering udara dengan menggunakan mesin penguji merk Amsler (metode JANKA). Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.) Pengujian sifat keawetan dilakukan terhadap rayap tanah berdasarkan Sumarni dan Muslich (2008). Contoh uji berukuran 2,5 x 2,5 x 0,5 cm (ulangan 10 kali diambil secara acak dari sortimen A dan D) dimasukkan ke dalam jampot dengan cara berdiri pada dasar jampot dan disandarkan sedemikian rupa sehingga salah satu bidang terlebar contoh uji tersebut menyentuh dinding jampot. Ke dalam jampot tersebut dimasukkan pasir lembab sebanyak 200 gram dengan kadar air 7% di bawah kapasitas menahan air (water holding capasity). Selanjutnya ke dalam setiap jampot dimasukkan 200 ekor rayap tanah yang sehat dan aktif terdiri dari 90% pekerja, kemudian jampot yang sudah berisi itu disimpan di tempat gelap selama 4 minggu. Setiap minggu aktivitas rayap di dalam jampot diamati dan dicatat serta masing-masing jampot ditimbang. Jika kadar air pasir turun 2% atau lebih, maka ke dalam jampot tersebut ditambahkan air secukupnya sehingga kadar air kembali seperti semula. Pada akhir pengujian ditetapkan persentase rayap tanah yang hidup, derajat serangan, serta pengurangan berat pada masing-masing contoh uji. Persentase rayap tanah yang hidup dihitung menggunakan rumus: Ki = Mi x 100% 200 Keterangan: Ki = persen rayap hidup pada contoh uji ke-i Mi = jumlah rayap yang hidup pada contoh uji ke-i 200 = jumlah rayap pada awal pengujian

3 125 Derajat proteksi ditetapkan secara visual dan ditentukan berdasarkan Martawijaya dan Sumarni (1978) dalam Sumarni dan Muslich (2008) seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Nilai derajat proteksi rayap tanah Nilai Keadaan serangan 100 Utuh, tidak ada tanda-tanda serangan 90 Sedikit, serangan nyata di permukaan 70 Sedang, serangan masuk ke dalam kayu 40 Hebat, serangan masuk ke dalam kayu dan meluas 0 Hebat sekali, kayu hancur Sumber: Martawijaya & Sumarni (1978) dalam Sumarni & Muslich (2008) Pengurangan berat dihitung berdasarkan selisih berat antara sebelum dengan setelah pengujian. Penentuan kelas awet contoh uji terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus mengikuti klasifikasi yang dibuat oleh Sumarni dan Roliadi (2002) seperti yang disajikan pada Tabel 19 dan 20 berikut: Tabel 19. Klasifikasi keawetan contoh uji berdasarkan pengurangan berat Kelas Awet Interval penurunan Selang skor (%) Ketahanan berat (%) I < > 14.6 Sangat tahan II Tahan III Sedang IV Buruk V Sangat buruk Tabel 20. Klasifikasi keawetan contoh uji berdasarkan persentase rayap hidup Kelas Awet Interval % jumlah Selang skor (%) Ketahanan rayap hidup (%) I < > 13 Sangat tahan II Tahan III Sedang IV Buruk V > < 4 Sangat buruk

4 126 Lampiran 3. Sifat Fisis dan Mekanis Venir Kayu Prosedur pembuatan venir dilakukan berdasarkan Kliwon dan Iskandar (2008). Metode pengujian sifat fisis dan mekanis venir kayu meliputi kadar air, kerapatan, serta kembang susut arah panjang, lebar, dan tebal sebagai berikut: Jumlah dan ukuran contoh uji a. Kadar air Jumlah contoh uji kadar air venir untuk setiap tebal venir dan jenis kayu diambil lima buah berukuran 20 cm x 20 cm masing-masing mewakili bagian gubal dan teras kayu. Apabila batas bagian gubal dan teras kayu tidak jelas, diambil contoh venir dari bagian luar kayu bundar sedalam 10 cm dan bagian dalam kayu 10 cm. b. Kerapatan venir kayu Jumlah dan ukuran contoh uji kayu sama dengan jumlah contoh kadar air tersebut di atas. c. Kembang susut venir Jumlah dan ukuran contoh uji venir untuk pengujian kembang susut yaitu arah panjang, lebar dan tebal sebanyak 5 lembar berukuran 20 cm x 20 cm. d. Tebal venir Jumlah dan ukuran contoh uji tebal venir adalah berjumlah 10 lembar berukuran 1 m x 1 m. Metode pengujian a. Kadar Air (KA) Contoh uji KA pertama-tama ditimbang dalam keadaan basah kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 100±5ºC sampai kering oven. Setelah itu dimasukkan ke dalam desikator sehingga dingin, kemudian ditimbang beratnya. Kadar air venir adalah sebagai berikut: Kadar air (%) = Berat venir basah-berat venir kering oven x 100% Berat kering mutlak (oven)

5 127 b. Kerapatan Venir Contoh uji venir dtimbang beratnya kemudian diukur panjang, lebar dan tebalnya untuk mendapatkan volume venir (p x l x t). Kerapatan venir adalah sebagai berikut: Kerapatan venir = Berat venir x 100% Volume venir c. Kembang Susut Venir Contoh uji venir dalam keadaan basah diukur panjang, lebar dan tebalnya, kemudian dikeringudarakan selama kurang lebih satu minggu (7 hari), setelah itu diukur lagi panjang, lebar, dan tebalnya. Dihitung persen susut venir sebagai berikut: Susut venir = (Volume venir basah volume venir kering udara) x 100% Volume venir kering udara Dihitung juga persentase (%) susut venir setelah dikeringkan dalam mesin pengering venir. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut: diukur panjang, lebar, dan tebal venir waktu basah kemudian setelah keluar dari mesin pengering venir, diukur lagi panjang, lebar, dan tebalnya. Penyusutan venir= Vol. venir basah Vol. venir stlh dikeringkan x 100% Vol. venir setelah dikeringkan d. Tebal venir Contoh uji tebal venir berukuran 1x1, dibagi menjadi 100 bagian, dengan demikian setiap jarak 1 cm diukur tebalnya dengan digital caliper. Pembagian jarak tersebut dilakukan pada bagian pinggir venir arah sejajar serat. Dengan demikian, untuk setiap venir ada 200 angka tebal venir. Dari angka tersebut dihitung rata-rata tebal. Lampiran 4. Penentuan Kadar Ekstraktif dan Analisa Komponen Penentuan kadar ekstraktif serta analisa komponen mengikuti metode penelitian yang telah dilakukan oleh Lukmandaru (2009). Kadar ekstraktif etanolbenzene dilakukan menurut standar TAPPI T204. Ektraktif yang diperoleh dari

6 128 larutan alkohol benzena sebanyak 1 μl pada konsentrasi larutan (100 mg/ml) dimasukkan ke kromatografi gas cair dengan kondisi kolom yang disesuaikan (kolom Neutral Bond -1, suhu kolom C, suhu deteksi dan injeksi 250 C, waktu pada suhu maksimal 15 menit, kecepatan 4 C/menit dengan Helium sebagai gas pembawa). Selanjutnya untuk analisa komponen dilakukan dengan gas spektrometer massa (GCMS Shimadzu QP-500).

7 129 Lampiran 5. Data pengukuran sortimen kayu baru ditebang No. Lempeng /Sortimen JUN 5 tahun Tebal /tinggi (cm) Diameter (cm) Bagian Diameter bawah rata-rata Bagian atas bagian 1 2 bawah 1 2 Diameter rata-rata bagian atas 1 Lempeng A ,2 32,6 30,8 33,3 32,05 2 Sortimen A ,5 30, ,5 3 Sortimen B ,5 24, ,5 4 Lempeng B 5, ,5 25, ,1 24,55 5 Sortimen C ,5 19,5 22, Sortimen D , Lempeng C 4 19, ,75 19,2 19,7 19,45 JUN 4 tahun 8 Lempeng A ,5 26, ,75 9 Sortimen A , Sortimen B ,5 22,5 20, Lempeng B 5, ,4 21,2 19,5 21,5 20,5 12 Sortimen C ,5 18, Sortimen D ,5 14,75 14 Lempeng C ,3 16, ,3 16,65 Jati Konvensional 5 tahun 15 Lempeng A ,5 11, ,5 16 Sortimen A ,5 11,25 7,5 8 7,75 17 Sortimen B ,3 7,15 5 5,2 5,1 18 Lempeng B 5,5 7,5 7,5 7,5 7 7,2 7,1 19 Sortimen C ,5 3,5 3,5 20 Lempeng C 5,2 3,3 4 3,65 3,2 3,4 3,3 Jati Konvensional 4 tahun 21 Lempeng A 5,2 7,4 7,7 7,55 7 7,5 7,25 22 Sortimen A ,6 6,3 4,5 4,7 4,6 23 Sortimen B 125 4,5 4,5 4,5 3 4,4 3,7 24 Lempeng B 6 4,3 4,7 4,5 4 4,4 4,2 25 Sortimen C ,4 4,2 2,5 2,8 2,65 26 Lempeng C 6 2,8 3,5 3,15 2,8 3,1 2,95 *Pengukuran diameter dengan kulit, dilakukan sebanyak dua kali

8 130 Lampiran 6. Data Hasil Pengamatan SNI : Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bundar Jati. Log D1 Pangkal D2 Diameter (cm) D3 Ujung D4 Ratarata Ratarata Ratarata Panjang cm m Volume log (m 3 ) Y (Jarak Penyimpangan Lengkung, cm) KL (Kelurusan= Y/D rata rata x 100% SL (Kesilindrisan= dp du (cm) / panjang (m) Kb (Kebundaran=Kb2/Kb1 x 100%)* diambil nilai terkecil Kb1= d1/d2 X 100% Kb2= d3/d4 x 100% JUN 5A , ,1 0,052 2,000 0,082 6,364 0,867 0,909 1,05 5B ,25 0,052 2,000 0,087 0,000 0,917 0,917 1,00 5C ,5 20, ,25 0,042 2,000 0,096 2,000 0,913 0,857 0,94 5D , , ,1 0,031 0,909 0,773 0,850 1,10 Jumlah 0,177 JUN 4A , ,1 0,036 2,000 0,098 4,545 0,840 0,895 1,07 4B , , ,25 0,033 2,000 0,110 1,200 0,944 0,810 0,86 4C ,25 0,025 2,000 0,125 1,600 0,889 0,875 0,98 4D ,1 0,017 1,000 0,071 0,000 1,000 0,867 0,87 Jumlah 0,111 Kb

9 131 Log D1 Pangkal D2 Diameter (cm) D3 Ujung D4 Ratarata Ratarata Ratarata Panjang cm m Volume log (m 3 ) Y (Jarak Penyimpangan Lengkung, cm) KL (Kelurusan= Y/D rata rata x 100% SL (Kesilindrisan= dp du (cm) / panjang (m) Kb (Kebundaran=Kb2/Kb1 x 100%)* diambil nilai terkecil Kb1= d1/d2 X 100% Kb2= d3/d4 x 100% JATI LOKAL 5A , , ,1 0,007 3,000 0,333 2,727 0,909 0,875 0,96 5B 6,5 6,5 6,5 4,5 4,5 4,5 5, ,25 0,003 2,000 0,364 1,600 1,000 1,000 1,00 5C ,25 0,002 2,500 0,625 1,600 1,000 1,000 1,00 Jumlah 0,012 4A 6 5 5, , ,1 0,002 6,000 1,263 1,364 0,833 1,000 1,20 4B ,5 4 3,75 3, ,25 0,001 6,000 1,548 0,200 1,000 1,143 1,14 4C ,25 0,002 6,000 1,500 0,000 1,000 1,000 1,00 Jumlah 0,005 Kb

10 132 Kriteria Sortimen berdasarkan SNI Berdasarkan SNI tentang Produk Kayu Bundar Bagian 1: Kayu Bundar Jati, terdapat tiga kriteria sortimen yaitu Kayu Bundar Kecil (KBK/A.I) dengan ukuran kelas diameter 4 cm (panjang batang 2 m), diameter 7 cm (panjang batang 1 m), diameter 10 dan 13 cm (panjang batang 0,70 m), dan diameter 16 dan 19 cm (panjang batang 0,40 m); Kayu Bundar Sedang (KBS/A.II) dengan kelas diameter 22, 25, dan 28 cm ((panjang batang 0,40 m); serta Kayu Bundar Besar (KBB/A.III) dengan kelas diameter 30 cm dan panjang batang 0,40 m. Hasil pengukuran mutu kayu berdasarkan SNI disajikan pada Lampiran 5 dan 6. Pada pengamatan awal berdasarkan data diameter dengan kulit (namun tidak memasukkan syarat umum dan syarat khusus), maka sortimen kayu JUN umur 5 tahun bagian pangkal sepanjang 2 x 0,40 m termasuk KBK (A.III). Kemudian sortimen B hingga D (tengah hingga ujung bebas cabang) termasuk KBS (A.II). Sedangkan kayu JUN umur 4 tahun hingga panjang 2 x 0,40 m termasuk KBS (A.II), dan sortimen bagian tengah hingga ujung termasuk KBK (A.I). Jati konvensional umur 5 tahun hingga panjang lebih dari 2,6 m termasuk KBK (A.I), dan sisanya tidak masuk klasifikasi manapun. Kemudian untuk kayu jati konvensional umur 4 tahun, hingga panjang 1,3 m termasuk KBK (A.I). Walaupun sortimen kayu sudah ada yang masuk KBB, namun perlu diperhatikan standar perlakuan sebelum penebangan, misalnya peneresan, agar kualitasnya semakin baik, demikian juga syarat-syarat umum maupun syarat khusus yang lain hingga penilaiannya sesuai dengan mutu batangnya (Krisdianto & Sumarni 2006).

11 133 Lampiran 7. Volume kayu gergajian untuk produk venir dan furnitur Jenis Jati JUN 5 th (5A) No sortimen Dimensi (cm) Panjang Lebar Tebal Jumlah Volume , , ,5 5,5 2 0, ,5 3 0, ,5 1 0, Jumlah 0,03509 JUN 5 th (5D) ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0,0022 Jumlah 0, JUN 4 th (4A) ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0,0011 Jumlah 0,01925 JUN 4 th (4D) ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, ,5 1 0, Jumlah 0,01265

12 134 Lampiran 8. Data pengukuran dimensi sel serat dan sel pembuluh kayu JUN dan kayu jati konvensional umur 5 tahun Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter JUN 5 tahun riap tumbuh 1 kayu awal ,83 30,72 25,92 2,4 515,25 194, ,53 33,12 29,28 1,92 416,78 146, ,47 30,24 25,92 2,16 400,75 219, ,57 35, ,64 215,26 178, ,1 30,48 25,92 2,28 496,93 306, ,96 34,08 29,52 2,28 428,23 187, ,92 31,92 28,08 1,92 414,49 185, ,43 32,88 29,04 1,92 304,57 183, ,17 37,2 31,92 2,64 451,13 178, ,3 30,48 27,36 1,56 343,5 155, ,1 29,28 25,44 1,92 425,94 185, ,7 32,4 28,32 2,04 263,35 224, ,68 33,84 29,52 2,16 407, ,88 29,04 1,92 309,15 194, ,6 27,84 22,08 2,88 384,72 212, ,18 27,82 2,18 387,01 176, ,99 2,42 2,43 0,35 416,78 190, , ,43 400,75 167, ,35 387,01 194, ,21 329,76 261, ,46 375, ,88 364,11 215, , , ,62 341,21 201, ,2 378,67 201, ,36 74,45 33, , , , ,51 97,79 JUN 5 tahun riap tumbuh 2 kayu awal , ,72 2,64 398,46 167, ,68 27,6 2, , ,92 33,12 29,04 2,04 412,2 201, ,75 29,52 25,44 2,04 297,7 219, ,92 32,4 27,84 2,28 359,53 174, ,14 30,24 25,92 2,16 377,85 212, ,54 36,96 32,16 2,4 396,17 183, ,85 32,88 29,28 1,8 288,54 183, ,46 28,8 24,96 1,92 549,6 114, , ,64 1, , ,4 35,04 30,96 2,04 366,4 130,53

13 135 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,23 29,28 26,4 1,44 437,39 169, ,23 31,2 27,36 1,92 382,43 206, ,78 30,24 27,6 1,32 595, ,08 32,4 28,8 1,8 419,07 137, ,98 28,05 1,97 540,44 98, ,02 2,49 2,11 0, , ,65 187, ,52 407,62 130, ,56 425,94 116, ,48 139, , , ,97 343,5 203, ,31 391,59 164, ,92 451,13 137, ,31 414,12 168, ,70 37, , , ,74 256,91 JUN 5 tahun riap tumbuh 3 kayu awal ,38 33,84 29,52 2,16 313, ,76 29,04 24,48 2,28 217,55 208, ,6 30,24 27,6 1,32 267, ,13 32,88 28,8 2,04 343,5 178, ,38 29,76 25,68 2,04 377,85 302, ,85 30,96 27,84 1,56 171, ,25 32,16 27,84 2,16 279,38 206, ,89 32,88 29,28 1,8 325,18 160, ,22 36,48 31,92 2,28 377,85 212, , ,28 366,4 254, ,7 32,16 27,6 2,28 453,42 201, ,05 29,76 24,96 2, ,27 32,4 29,28 1,56 311,44 206, ,24 27,12 1,56 423, ,83 34,08 29,28 2,4 222,13 137, ,98 32,10 28,08 2,01 336,63 128, ,92 2,10 1,99 0,36 366,4 183, ,76 261,06 201, , , , , , ,37 375,56 249, ,07 366,4 311, ,4 277,09 281, ,12 274,8 210, ,3 308,88 217, ,04 71,09 43, ,52

14 136 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter , ,84 82,04 JUN 5 tahun riap tumbuh 4 kayu awal ,97 29,52 26,4 1,56 297, ,64 28,8 1,92 263,35 215, ,98 29,28 26,16 1,56 382,43 153, ,73 31,44 27,36 2,04 309,15 183, ,36 27,84 24,96 1, , ,12 29,04 2,04 412,2 153, ,75 31,92 28,56 1, , ,36 33,6 29,76 1,92 373, ,68 30,96 27,12 1,92 343,5 174, ,37 27,6 24 1,8 311,44 125, ,05 31,2 27,84 1, , ,4 29,52 25,92 1, , ,25 33,6 28,8 2,4 320,6 222, ,16 28,32 1,92 361,82 185, ,24 31,92 27,36 2,28 304,57 151, ,1 348,08 206, ,08 31,09 27,36 1,86 325,18 210, ,96 277,09 224, ,75 1,94 1,62 0,26 281,67 199, ,72 348, , ,23 311,44 190, ,28 318,31 201, , , ,7 160, , ,62 314,92 189, ,28 32, , ,71 67,92 JUN 5 tahun riap tumbuh 5 kayu awal ,16 28,32 1,92 293,12 151, ,04 30,48 2,28 293,12 194, ,54 31,2 27,36 1,92 254,19 201, ,6 35,52 30,48 2,52 336, ,37 26,16 21,36 2,4 247,32 183, ,92 27,84 22,32 2,76 283,96 256, ,37 28,8 24,48 2,16 293,12 169, ,37 31,2 28,08 1,56 263,35 222, ,06 30,48 25,68 2,4 311, , ,72 2,64 297,7 201, ,24 31,92 28,08 1,92 208,39 256, ,25 33,84 29,04 2,4 217,55 222,13

15 137 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,32 28,8 2,76 435,1 212, ,47 36,72 33,12 1,8 322,89 206, ,39 29,76 24,96 2,4 283,96 183, ,12 31,66 27,15 2,26 311,44 174, ,99 3,21 0,36 254,19 261, ,53 405,33 91, , , , ,31 382,43 293, ,11 183, ,39 279,38 206, ,69 403,04 212, ,07 206,1 183, , ,3 296,23 205, ,29 39, , ,62 94,72 JUN 5 tahun riap tumbuh 1 kayu akhir ,92 28,56 1,68 403,04 146, ,84 33,36 29,28 2,04 382,43 125, ,43 30,72 28,08 1,32 288,54 180, ,05 32,16 28,8 1,68 364, ,28 30,96 26,64 2,16 316, ,66 32,4 29,52 1,44 370,98 293, , ,44 2,28 313, ,11 28,8 25,2 1,8 325, ,64 32,64 29,04 1,8 364,11 217, ,82 30,96 27,12 1,92 329,76 132, ,95 36,96 32,88 2, , ,76 26,16 1,8 366,4 208, ,7 36,24 31,2 2,52 428,23 201, ,05 33, , , ,49 32,16 28,32 1, ,05 361,82 178, ,42 32,59 28,82 1,89 281, ,73 352, ,41 2,36 2,07 0,31 341,21 212, ,07 313,73 201, , ,34 382, ,67 398,46 201, ,7 405,33 224, ,99 309, ,08 203, ,98 57,66 38,75

16 138 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter , , , ,23 92,99 JUN 5 tahun riap tumbuh 2 kayu akhir ,72 34,32 29,04 2,64 364,11 158, ,73 30,24 25,92 2,16 407, ,89 32,64 29,04 1,8 416, ,72 30,96 27,12 1,92 309,15 162, ,78 37,68 33,84 1,92 492, ,89 31,44 27,36 2,04 350,37 254, ,68 29,04 1,32 377, ,92 33,36 29,76 1,8 398,46 169, ,14 35,28 30,72 2, , ,4 34,8 30,24 2,28 341,21 251, ,22 36,48 32,88 1,8 451,13 167, ,78 29,04 25,44 1,8 384,72 219, ,4 29,52 25,2 2,16 332,05 210, ,14 35,28 30,72 2,28 325,18 251, ,15 34,08 29,52 2,28 435,1 247, , , ,24 33,12 29,06 2,03 345, ,72 267, ,95 2,60 2,53 0,32 453,42 203, ,85 377, ,91 256,48 196, ,68 503,8 309, , ,51 299,99 265, ,39 350,37 256, , ,85 389,30 225, , ,28 63,48 35, ,3 1385,37 92,63 JUN 5 tahun riap tumbuh 3 kayu akhir ,65 32,88 28,8 2,04 354,95 217, ,08 29,28 2,4 297,7 261, ,75 32,4 28,32 2,04 419,07 192, ,31 34,8 30,72 2,04 309, ,72 29,76 25,68 2,04 286,25 206, ,14 28,56 25,2 1, , ,95 36,24 29,28 3,48 446,55 256, ,5 28,8 24,96 1,92 329,76 183, ,65 35,28 29,76 2,76 286,25 125, ,62 30,72 26,16 2,28 343,5 141, ,36 28,8 25,2 1, ,39

17 139 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,65 34,32 30,24 2,04 343,5 185, ,34 32,64 28,08 2,28 375,56 201, ,85 31,92 27,36 2,28 377,85 192, ,3 31,2 28,08 1,56 258,77 201, ,15 32,16 27,81 2,18 570,21 148, ,09 2,49 1,95 0,47 373,27 256,48 JUN 5 tahun riap tumbuh 2 kayu akhir ,63 327,47 171, ,98 435,1 158, ,7 329, ,34 293, ,59 306,86 256, ,18 180, ,73 366,4 178, ,66 332,05 215, ,47 354,40 203, , ,69 79,38 36, , ,11 88,51 JUN 5 tahun riap tumbuh 4 kayu akhir ,12 28,56 2,28 316,02 194, ,67 28,8 24,48 2,16 364,11 196, ,73 30,48 25,68 2,4 370,98 263, ,37 32,64 28,32 2,16 352, ,4 28,8 1,8 359,53 141, ,41 27,36 22,32 2,52 329,76 217, ,85 30,96 26,4 2,28 435,1 167, ,53 27,12 21,6 2,76 332, , ,64 1,68 316,02 212, ,57 33,36 29,76 1,8 350,37 144, ,53 30,96 27,84 1,56 400,75 128, ,2 28,32 1,44 361,82 201, ,14 38,4 33,6 2,4 398,46 178, ,63 32, ,44 377,85 132, ,81 27,12 21,6 2,76 348,08 222, ,54 338,92 215, ,12 26,93 2,10 352,66 151, ,11 302,28 224, ,02 2,96 3,37 0,45 359,53 171, ,35 361,82 219, ,34 304,57 279, ,2 377,85 222, , , ,68 192, ,59 164, ,14 364,02 195,11 40,24 39,17

18 140 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter , , , , ,47 64,77 JUN 5 tahun riap tumbuh 5 kayu akhir ,66 33,36 29,28 2,04 435,1 201, ,82 32,64 28,32 2, ,21 35,28 30,72 2,28 389,3 206, ,43 33,12 28,8 2,16 332,05 148, ,6 28,8 2,4 380,14 167, ,89 34,56 29,28 2,64 338,92 226, ,96 27,6 1, , ,69 29,52 26,4 1,56 368,69 203, ,27 34,56 29,28 2, , ,99 34,08 29,52 2,28 357, ,63 29,04 25,2 1,92 332,05 169, ,3 31,44 27,6 1,92 501, , ,2 2, , ,7 31,2 27,6 1,8 265,64 190, ,14 30,96 26,16 2,4 405,33 119, ,38 148, ,35 32,69 28,38 2,15 272,51 153, ,93 318,31 199, ,05 2,09 1,65 0,33 350, ,56 329,76 219, ,65 322,89 176, ,59 409,91 171, ,04 304,57 180, ,36 377,85 210, ,39 206,1 144, , ,35 336,90 188, , ,8 75,16 31, ,43 92,14 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 1 kayu awal ,36 21,6 2,88 359,53 82, ,4 30,24 27,12 1,56 306,86 91, ,49 29,76 26,4 1, , ,38 29,04 25,2 1,92 267,93 84, ,65 30,24 27,12 1,56 290,83 77, ,72 31,2 27,84 1,68 306,86 84, ,01 29,04 25,68 1,68 215,26 105, ,6 26,4 21,12 2,64 215,26 109, ,98 27,84 22,8 2,52 368,69 70, , ,16 1,92 274,8 93,89

19 141 NO Serat Pembuluh Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,57 30,96 27,6 1,68 288,54 109, ,83 28,8 24,48 2,16 354,95 96, ,53 29,76 26,88 1,44 258,77 98, ,37 30,24 26,64 1,8 302,28 93, ,17 25,92 21,84 2,04 306,86 82, ,3 29,12 25,23 1, , ,37 1,59 2,31 0, , , , ,63 87, , , ,1 366,4 82, ,6 334,34 105, ,12 334,34 80, ,37 348,08 91, ,55 254,19 114, , ,72 289,46 93, , ,65 51,77 14, ,92 842,95 83,74 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 2 kayu awal 1 856,46 26,4 22,56 1,92 316,02 107, ,91 33,6 29,52 2,04 361,82 107, ,55 32,4 28,32 2,04 313,73 114, ,11 30,96 26,88 2,04 293,12 80, ,52 29,52 26,4 1,56 368,69 112, ,68 31,2 27,6 1,8 309,15 109, ,85 36,48 32,4 2,04 306,86 132, ,96 31,44 28,32 1,56 210,68 93, ,5 26,4 21,12 2,64 215,26 89, ,32 30,24 2,04 377,85 82, ,72 30,96 27,12 1,92 267,93 139, ,25 29,52 26,4 1,56 261,06 107, ,65 35,28 30,96 2,16 398,46 103, ,22 33,6 29,52 2,04 416,78 109, ,69 31,2 27,6 1,8 377,85 103, ,17 341,21 121, ,15 31,55 27,66 1,94 309,15 87, ,46 348,08 116, ,36 2,89 2,94 0, , ,53 297,7 114, ,95 373,27 98, ,27 403,04 91, ,28 206,1 112, ,21 121, ,35 304,57 105, ,09 317,94 107,08

20 142 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,67 61,21 14, , , ,9 816,84 69,84 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 3 kayu awal ,28 34,56 30,72 1,92 387,01 128, ,01 30,24 25,2 2,52 348,08 135, ,05 32,88 29,76 1, , ,4 29,28 25,44 1,92 180,91 146, ,72 31,92 2,4 364,11 121, ,13 31,92 27,36 2,28 288,54 91, ,23 29,76 25,92 1,92 354,95 144, ,01 33,84 28,8 2,52 343,5 128, ,16 29,04 1,56 327,47 121, ,46 26,64 22,32 2,16 403,04 153, ,93 31,2 27,36 1,92 338,92 121, ,88 38,64 33,36 2,64 439,68 130, ,83 30,96 27,6 1,68 364,11 100, ,76 25,44 2,16 334,34 109, ,08 31,2 27,6 1,8 370,98 116, ,73 153, ,14 31,98 27,86 2,06 359,53 109, , , ,96 3,03 2,86 0,35 311,44 119, ,36 345,79 130, ,24 334,34 119, ,52 103, ,2 316,02 112, ,98 302,28 119, , , , ,08 339,01 121, , ,36 63,70 17, ,8 1143,93 78,01 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 4 kayu awal ,76 39,84 35,04 2,4 403,04 114, ,24 26,64 1,8 272,51 116, ,37 38,16 32, ,64 98, ,7 29,52 24,96 2, , ,92 31,2 28,56 1,32 290,83 89, ,8 30,96 1,92 261,06 121, ,28 34,32 30,72 1,8 274,8 96, ,3 31,2 27,12 2,04 263,35 169, ,4 36,96 31,68 2,64 194,65 119, ,67 29,04 24,48 2,28 274,8 100,76

21 143 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,98 40,08 35,04 2,52 366,4 103, ,16 28,8 1,68 192,36 100, ,5 36,72 32,4 2, ,92 28,08 1,92 297,7 146, ,6 35,28 30,24 2,52 334,34 132, ,10 29,79 2,15 212,97 109, ,49 3,67 3,25 0,43 343,5 123, ,05 215,26 103, ,41 212,97 107, , , , ,3 416,78 119, ,49 332,05 148, ,56 352,66 103, ,99 192,36 109, , ,99 293,76 121, , ,4 80,97 29, , ,17 105,87 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 5 kayu awal ,2 30,24 25,2 2,52 334,34 137, ,56 33,12 28,32 2, , ,95 26,88 21,12 2,88 332,05 123, ,76 31,44 27,84 1,8 288,54 137, ,62 35,76 31,68 2,04 288,54 151, ,02 32,4 28,56 1,92 297,7 114, ,97 34,08 29,52 2,28 164,88 103, ,55 31,68 27,6 2,04 377,85 98, ,6 34,32 29,04 2,64 279,38 128, ,25 40, ,16 299,99 121, ,01 31,44 28,32 1,56 318,31 130, ,24 25,44 2, , ,4 34,08 30,24 1,92 318,31 208, ,85 29,04 25,92 1,56 288,54 105, ,72 31,68 2,52 290,83 176, ,15 357,24 114, ,15 32,78 28,43 2, , ,25 329,76 109, ,56 3,31 3,42 0,39 325,18 114, ,66 343,5 114, ,7 87, , , ,43 123, ,94 350,37 107, , ,15 305,58 125, ,72 60,72 26,01

22 144 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter , , ,03 105,30 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 1 kayu akhir 1 787,76 32,4 28,32 2,04 274,8 98, , ,4 1,8 279,38 91, ,2 2,4 295,41 93, ,6 26,88 22,08 2,4 299,99 91, ,47 25,44 21,36 2,04 338,92 73, ,59 34,56 30,48 2,04 258,77 89, ,95 28,8 25,2 1,8 441,97 75, ,34 34,08 30,48 1, , ,7 30,96 26,88 2,04 277,09 84, ,02 34,8 29,76 2,52 423,65 93, ,5 30,48 25,92 2,28 341,21 91, ,32 23,04 2, , ,15 27,12 21,6 2,76 318,31 100, ,56 23,76 2,4 412,2 116, ,37 32,88 29,28 1,8 256,48 80, ,6 322,89 151, ,89 30,75 26,38 2,18 208,39 119, ,67 279,38 112, ,5 3,26 3,45 0,32 299,99 87, ,28 267,93 96, ,92 293,12 98, ,66 306,86 103, ,46 267,93 82, ,95 281,67 87, ,66 87, , ,65 302,28 96, , ,38 58,22 16, ,56 796,69 54,34 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 2 kayu akhir ,52 25,92 1,8 389,3 132, ,07 33,84 28,8 2,52 364,11 125, ,88 1,56 382,43 137, ,83 33,6 29,52 2, , ,25 31,44 28,32 1,56 412,2 103, , ,68 2,16 405,33 125, ,68 34,32 29,52 2,4 318,31 114, ,2 27,6 1,8 373,27 123, ,59 32,88 28,08 2, , ,14 36,96 31,44 2,76 414,49 169, ,23 30,24 27,12 1, ,27

23 145 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,04 32,4 28,32 2, , ,06 37,68 33,84 1, , ,36 30,24 25,92 2,16 322,89 135, ,43 32,4 28,8 1, , ,39 32,45 28,38 2,03 357,24 151, ,69 2,50 2,17 0, , ,84 400,75 137, ,34 373,27 121, , ,94 428,23 112, ,27 272,51 137, ,94 350,37 148, ,63 137, ,1 421,36 121, , ,09 362,83 135, , ,31 75,78 21, , ,51 56,02 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 3 kayu akhir ,76 25,44 2,16 531,28 119, ,49 33,6 28,8 2, , ,42 30,72 26,88 1,92 437,39 130, ,7 28,32 24,72 1,8 352,66 130, ,1 32,4 28,08 2, , ,95 31,92 27,6 2,16 396,17 116, ,15 31,2 27,6 1,8 345,79 148, , ,16 1,92 313,73 160, ,6 29,04 2, , ,32 29,28 2,52 423,65 121, ,69 31,68 28,56 1,56 359,53 148, ,65 30,96 26,4 2,28 421,36 121, ,4 36,48 31,44 2,52 428,23 141, ,11 34,32 29,52 2, , ,36 1,32 265,64 155, ,76 183,2 171, ,95 31,95 27,79 2,08 380,14 91, ,19 377,85 160, ,3 2,17 1,74 0,35 423,65 128, ,08 435,1 153, , , ,98 112, ,95 398,46 174, ,4 441,97 167, ,79 428,23 121, ,13 363,56 139, ,67 21,

24 146 NO Serat Pembuluh Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter , ,03 78,51 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 4 kayu akhir , ,4 1,8 384,72 153, ,88 29,52 25,68 1,92 389,3 171, ,53 32,4 28,56 1,92 299,99 155, ,5 34,08 30,24 1,92 387,01 196, ,22 33,84 29,04 2,4 357,24 141, ,1 31,68 27,84 1,92 512,96 119, ,34 36,72 32,64 2, , ,95 30,24 26,88 1,68 393,88 146, ,68 34,32 29,04 2,64 494,64 114, ,46 33, ,68 403,04 185, , ,92 2,04 435,1 178, ,23 37,44 30,96 3, , ,28 31,44 27,84 1,8 274,8 119, ,8 32,64 28,56 2,04 299,99 201, ,27 39,84 35,76 2,04 288,54 151, ,43 325,18 160, ,31 33,97 29,82 2,07 400,75 158, ,62 206, ,01 2,83 2,59 0,41 403,04 190, ,46 160, ,76 320,6 107, ,54 100, ,38 400,75 146, ,49 320,6 144, ,18 421,36 132, , ,72 371,80 154, , ,92 29, , ,27 66,60 Jati Konvensional 5 tahun riap tumbuh 5 kayu akhir ,88 30,48 26,16 2,16 391,59 114, ,83 41,76 36,96 2,4 343,5 148, ,68 28,56 1,56 332,05 144, ,85 31,2 28,08 1,56 320,6 224, ,46 27,6 21, ,18 151, ,02 28,8 24 2,4 327,47 169, ,72 2, , ,37 31,68 28,32 1,68 396,17 160, ,24 25,44 2,4 350,37 123, ,57 32,4 28,8 1,8 329,76 180, ,96 2,52 354,95 210,68

25 147 Serat Pembuluh NO Panjang Diameter Ø Lumen Tbl.dindg Panjang Diameter ,83 30,72 27,12 1,8 332,05 130, ,11 32,64 28,32 2, , ,7 39,84 35,52 2,16 295,41 187, ,55 31,2 27,36 1,92 327,47 196, ,27 32,42 28,13 2,14 382,43 201, ,63 3,90 3,99 0,42 286, ,69 409,91 137, ,52 400,75 116, ,36 350,37 199, ,57 398,46 194, ,11 373,27 224, ,34 217,55 194, ,12 352,66 167, , , ,24 340,57 173, ,96 58,06 33, , , ,33 88,67 Hasil uji F dan uji T untuk panjang serat kayu JUN dan kayu jati konvensional F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 1325, Variance 14423, Observations df F 0, P(F<=f) one-tail 0 F Critical one-tail 0, t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances JUN JT KON Mean 1325, Variance 14423, Observations Hypothesized Mean Difference 0 df 470 t Stat 15,39738 P(T<=t) one-tail 6,58E-44 t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 1,32E-43 t Critical two-tail 1,965024

26 148 Hasil uji F dan uji T untuk diameter serat kayu JUN dan kayu jati konvensional F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 32, ,1072 Variance 6, ,33233 Observations df F 0, P(F<=f) one-tail 0, F Critical one-tail 0, t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances JUN JT KON Mean 32, ,1072 Variance 6, ,33233 Observations Hypothesized Mean Difference 0 df 279 t Stat -0, P(T<=t) one-tail 0, t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 0, t Critical two-tail 1, Hasil uji F dan uji T untuk diameter lumen serat kayu JUN dan kayu jati konvensional F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 27, ,949 Variance 5, ,8821 Observations df F 0,57328 P(F<=f) one-tail 0,00038 F Critical one-tail 0,7631 t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances JUN JT KON Mean 27, ,949 Variance 5, ,8821 Observations Hypothesized Mean Difference 0 df 278 t Stat -0,00994 P(T<=t) one-tail 0,49604 t Critical one-tail 1,65035 P(T<=t) two-tail 0,99208 t Critical two-tail 1,96853

27 149 Hasil uji F dan uji T untuk tebal dinding sel serat kayu JUN dan kayu jati konvensional F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 2,0616 2,0792 Variance 0, ,142 Observations df F 0,96266 P(F<=f) one-tail 0,40832 F Critical one-tail 0,7631 t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances JUN JT KON Mean 2,0616 2,0792 Variance 0, ,142 Observations Pooled Variance 0,13932 Hypothesized Mean Difference 0 df 298 t Stat -0,40835 P(T<=t) one-tail 0,34165 t Critical one-tail 1,64998 P(T<=t) two-tail 0,68331 t Critical two-tail 1,96796 Hasil uji F dan uji T untuk panjang pembuluh kayu JUN dan kayu jati konvensional F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 351, ,7 Variance 5602, Observations df F 1,05468 P(F<=f) one-tail 0, F Critical one-tail 1, t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances JUN JT KON Mean 351, ,7 Variance 5602, Observations Pooled Variance 5457,193 Hypothesized Mean Difference 0 df 498 t Stat 3, P(T<=t) one-tail 0, t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 0, t Critical two-tail 1,964739

28 150 Hasil uji F dan uji T untuk diameter pembuluh kayu JUN dan kayu jati konvensional F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 199, ,7652 Variance 1548, ,531 Observations df F 1, P(F<=f) one-tail 0, F Critical one-tail 1, t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances JUN JT KON Mean 199, ,7652 Variance 1548, ,531 Observations Hypothesized Mean Difference 0 df 484 t Stat 22, P(T<=t) one-tail 3,998E-77 t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 7,996E-77 t Critical two-tail 1, Hasil uji F dan uji T untuk derajat kelangsingan kayu JUN dan kayu jati konvensional F-Test Two-Sample for Variances JUN Jati Konv Mean 41, ,05174 Variance 31, ,49641 Observations df F 0,67196 P(F<=f) one-tail 0,00788 F Critical one-tail 0, t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances JUN Jati Konv Mean 41, ,05174 Variance 31, ,49641 Observations Hypothesized Mean Difference 0 df 287 t Stat 11,55638 P(T<=t) one-tail 6,39E-26 t Critical one-tail 1,65018 P(T<=t) two-tail 1,28E-25 t Critical two-tail 1,968264

29 151 Lampiran 9. Data tebal kulit, lebar riap tumbuh, dan luasan empulur kayu JUN dan kayu jati konvensional No./Riap tumbuh TEBAL KULIT JUN JATI LOKAL EMPULUR (bentuk persegi) LEBAR EMPULUR (bentuk persegi) PANJANG LEBAR LUASAN RIAP TEBAL KULIT TUMBUH PANJANG LEBAR LUASAN LEBAR RIAP TUMBUH 1 (0 1) 4,26 4,15 3,72 15,438 34,18 3,55 9,75 7,89 76,9275 4,07 2 (1 2) 3,83 4,01 3,9 15,639 41,435 4,05 10,49 7,44 78,0456 7,14 3 (2 3) 3,77 4,19 4,05 16,9695 9,765 3,6 9,19 7,31 67,1789 4,65 4 (3 4) 4,52 8,86 8,77 77, ,9 3,19 2,33 3,22 7,5026 7,33 5 (4 5) 5,35 9,32 7,39 68, ,96 3,6 2,12 2,68 5, ,35 6 5,04 9,46 7,21 68,2066 3,45 2,25 2,94 6, ,87 8,87 10,8 95,796 3,6 8 4,46 9,34 9,53 89,0102 3,7 9 3,97 8,77 10,24 89,8048 3, ,16 3, ,06 2, ,19 2,5 13 4,14 1, ,46 1, ,77 1, ,38 1,7 17 4,66 2, ,51 2, ,6 1, ,82 1,82

30 152 Hasil uji F dan uji T untuk tebal kulit, lebar riap tumbuh, dan luasan empulur kayu JUN dan kayu jati konvensional Tebal kulit Luasan empulur Lebar riap tumbuh F Test Two Sample for Variances F Test Two Sample for Variances F Test Two Sample for Variances JUN Jati Kon JUN Jati Kon JUN Jati Kon Mean 4,491 2,7285 Mean 59, ,3252 Mean 30, , Variance 0, , Variance 1159, , Variance 265, , Observations Observations 9 6 Observations 5 5 df df 8 5 df 4 4 F 0, F 0, F 5, P(F<=f) one tail 0, P(F<=f) one tail 0, P(F<=f) one tail 0, F Critical one tail 0, F Critical one tail 0, F Critical one tail 6, t Test: Two Sample Assuming Unequal Variances t Test: Two Sample Assuming Equal Variances t Test: Two Sample Assuming Equal Variances JUN Jati Kon JUN Jati Kon JUN Jati Kon Mean 4,491 2,7285 Mean 59, ,3252 Mean 30, , Variance 0, , Variance 1159, , Variance 265, , Observations Observations 9 6 Observations 5 5 Hypothesized Mean Difference 0 Pooled Variance 1244,06723 Pooled Variance 158,07275 df 33 Hypothesized Mean Difference 0 Hypothesized Mean Difference 0 t Stat 7, df 13 df 8 P(T<=t) one tail 5,2166E 09 t Stat 1, t Stat 2, t Critical one tail 1, P(T<=t) one tail 0, P(T<=t) one tail 0, P(T<=t) two tail 1,0433E 08 t Critical one tail 1, t Critical one tail 1, t Critical two tail 2, P(T<=t) two tail 0, P(T<=t) two tail 0, t Critical two tail 2, t Critical two tail 2,

31 153 Lampiran 10. Data frekuensi, tinggi dan lebar sel jari-jari, serta ukuran mulut ceruk/noktah antar pembuluh kayu JUN dan kayu jati konvensional JARI-JARI LEBAR MULUT FREKUENSI TINGGI LEBAR NOKTAH PEMBULUH JUN JT KON JUN JT KON JUN JT KON JUN JT KON ,42 575,54 101,53 96,19 2,43 3, ,56 265,94 96,18 72,14 2,33 3, ,67 219,23 81,49 68,13 2,33 2, ,83 637,14 78,86 96,18 2,65 3, ,24 484,56 90,88 84,16 2,59 3, ,1 724,08 89,788 83,36 4,18 3, ,03 929,75 3,07 2, ,4 640,82 3,12 2, ,59 440,3 3,45 2, ,06 492,22 3,2 2, ,03 578,97 3,06 3, ,48 823,84 3,33 3, ,29 773,6 2,8 3, ,4 776,67 3,06 3, ,75 758,57 3,2 2, ,2 760,58 3,17 2, ,63 645,85 3,26 2, ,5 589,37 3,07 3, ,1 807,36 3,66 2, ,95 766,26 3,2 2, ,66 3, ,96 3, ,71 3, ,26 3, ,3 3,73 Hasil uji F dan uji T untuk frekuensi, tinggi dan lebar sel jari-jari, serta ukuran mulut ceruk/noktah antar pembuluh kayu JUN dan kayu jati konvensional Frekuensi Jari-jari F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 5 7,75 Variance 0,25 1,25 Observations df F 0,2 P(F<=f) one-tail 0, F Critical one-tail 0,49023

32 154 t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances JUN JT KON Mean 5 7,75 Variance 0,25 1,25 Observations Hypothesized Mean Difference 0 df 25 t Stat - 10,21324 P(T<=t) one-tail 1,05E-10 t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 2,09E-10 t Critical two-tail 2, Tinggi jari-jari F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON Mean 766, ,5325 Variance 47184, ,47 Observations df F 1, P(F<=f) one-tail 0, F Critical one-tail 2, t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances JUN JT KON Mean 766, ,5325 Variance 47184, ,47 Observations Pooled Variance 41373,35353 Hypothesized Mean Difference 0 df 43 t Stat 2, P(T<=t) one-tail 0, t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 0, t Critical two-tail 2,

33 155 Lebar jari-jari F-Test Two-Sample for Variances Ukuran ceruk pembuluh F-Test Two-Sample for Variances JUN JT KON JUN JT KON Mean 89,788 83,36 Mean 3,186 2,9855 Variance 73, ,49 Variance 0,2304 0, Observations 6 6 Observations df 5 5 df F 0,53561 F 1,6341 P(F<=f) one-tail 0,25488 P(F<=f) one-tail 0,139 F Critical one-tail 0,19801 F Critical one-tail 2,1141 t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances JUN JT KON JUN JT KON Mean 89,788 83,36 Mean 3,186 2,9855 Variance 73, ,49 Variance 0,2304 0, Observations 6 6 Observations Pooled Variance 105,565 Pooled Variance 0,1909 Hypothesized Mean Difference 0 Hypothesized Mean Difference 0 df 10 df 43 t Stat 1,08362 t Stat 1,5296 P(T<=t) one-tail 0,15198 P(T<=t) one-tail 0,0667 t Critical one-tail 1,81246 t Critical one-tail 1,6811 P(T<=t) two-tail 0,30397 P(T<=t) two-tail 0,1335 t Critical two-tail 2,22814 t Critical two-tail 2,0167

34 156 Lampiran 11. Data sudut mikrofibril (MFA) kayu JUN dan kayu jati konvensional yang diperoleh menggunakan mikroskop cahaya SAMPEL NO. JUN Jati KON SAMPEL JUN Jati KON Kayu awal riap 1 29,12 26,3 Kayu akhir 25,08 22,64 tumbuh ,8 20,56 riap tumbuh 1 30,46 25, ,24 21,94 38,09 29, ,24 24,21 30,96 29, ,72 26, , ,64 21,37 36,72 27, ,32 28,47 26,03 27, ,76 21,1 20,96 22, ,31 25,71 28,93 26, ,57 20,62 25,2 18, ,5 26,52 19,44 34,26 Kayu awal riap Kayu akhir tumbuh ,96 23,84 riap tumbuh 2 26,57 31, ,18 26,57 22,25 34, ,56 24,51 25,25 35, ,59 23,52 20,56 39, ,84 28,35 25,41 25, ,22 24,78 17,53 25, ,14 26,28 27,38 28, ,29 26,57 20,9 23, ,72 32,01 24,16 32,91 Kayu awal riap 41 26,57 26,7 Kayu akhir 32,2 31,61 tumbuh ,56 29,47 riap tumbuh 3 35,31 30, ,47 37,65 29,05 37, ,66 35,8 27,03 34, ,25 35,93 25,5 34, ,87 31,38 24,89 29, ,43 35,06 26,57 34, ,42 24,55 27,36 36, ,65 31,76 30,01 36, ,69 20,9 34,23 31,79 Kayu awal riap tumbuh ,3 29,09 Kayu akhir riap tumbuh 4 29,98 29, ,24 20,02 21,19 32, ,79 21,6 38,32 36, ,68 31,68 36, ,24 38,42 34,22 34, ,51 30,31 30,53 33, ,85 25,28 26,78 34, ,13 21,4 30,14 28,3

35 157 SAMPEL NO. JUN Jati KON SAMPEL JUN Jati KON 69 31,03 27,84 32,07 25, ,28 29,17 35,31 27,48 Kayu awal riap tumbuh ,45 23,88 Kayu akhir 24,37 13, ,64 23,59 riap tumbuh 5 23,07 18, ,14 35,31 22,41 12, ,04 30,58 29,96 17, ,57 34,55 21,91 14, ,57 24,68 26,79 29, ,7 25,99 25,52 17, ,16 23,2 25,87 13, ,84 23,68 22,54 23, ,9 23,96 24,3 23,24 Hasil uji F dan uji T untuk MFA kayu JUN dan kayu jati konvensional dengan metode XRD* dan mikroskop cahaya *Data MFA menggunakan XRD dapat dilihat pada Tabel 12 halaman 86 Pada JUN (perbandingan metode XRD dan mikroskop cahaya) F Test Two Sample for Variances t Test: Two Sample Assuming Equal Variances X ray Mik cahaya X ray Mik cahaya Mean 20,887 26,307 Mean 20,887 26,307 Variance 7, , Variance 7, , Observations Observations df 9 9 Pooled Variance 10, F 0, Hypothesized Mean Difference 0 P(F<=f) one tail 0, df 18 F Critical one tail 0, t Stat 3, P(T<=t) one tail 0, t Critical one tail 1, P(T<=t) two tail 0, t Critical two tail 2,

36 158 Pada Jati Kon (perbandingan metode XRD dan mikroskop cahaya) F Test Two Sample for Variances t Test: Two Sample Assuming Equal Variances X ray Mik cahaya x ray mikroskop cahaya Mean 25,29 26,894 Mean 25,29 26,894 Variance 20, , Variance 20, , Observations Observations df 9 9 Pooled Variance 19, F 1, Hypothesized Mean Difference 0 P(F<=f) onetail 0, df 18 F Critical onetail 3, t Stat 0, P(T<=t) one tail 0, t Critical one tail 1, P(T<=t) two tail 0, t Critical two tail 2, Antara JUN dan jati konvensional untuk metode XRD F Test Two Sample for Variances t Test: Two Sample Assuming Equal Variances JUN JT KON JUN JATI KON Mean 20,887 25,29 Mean 20,887 25,29 Variance 7, ,2266 Variance 7, ,2266 Observations Observations df 9 9 Pooled Variance 13, F 0, Hypothesized Mean Difference 0 P(F<=f) one tail 0, df 18 F Critical onetail 0, t Stat 2, P(T<=t) one tail 0, t Critical one tail 1, P(T<=t) two tail 0, t Critical two tail 2,

37 159 Lampiran 12. Kurva difraksi untuk pengukuran MFA JUN dan jati konvensional menggunakan XRD MFA Jati Konvensional kayu awal riap tumbuh 1-5 Riap tumbuh 1 Mfa = 0.6 ( ) = Riap tumbuh 2 Mfa = ( ) = 19.74

38 160 Riap tumbuh 3 Mfa = 0.6 ( ) = Riap tumbuh 4 Mfa = 0.6 ( ) = 20.28

39 161 Riap tumbuh 5 Mfa = 0.6 ( ) = MFA Jati Konvensional kayu akhir riap tumbuh 1-5 Riap tumbuh 1 Mfa = 0.6 ( ) = 28.92

40 162 Riap tumbuh 2 Mfa = 0.6 ( ) = 24.0 Riap tumbuh 3 Mfa = 0.6 ( ) = 21.72

41 163 Riap tumbuh 4 Riap tumbuh 5 Mfa = 0.6 ( ) = 29.22

42 164 MFA JUN kayu awal riap tumbuh 1-5 Riap tumbuh 1 Mfa = 0.6 ( ) = Riap tumbuh 2 Mfa = 0.6 ( ) = 23.28

43 165 Riap tumbuh 3 Mfa = 0.6 ( ) = Riap tumbuh 4 Mfa = 0.6 ( ) = 22.62

44 166 Riap tumbuh 5 Mfa = 0.6 [ ] = MFA JUN kayu akhir riap tumbuh 1-5 Riap tumbuh 1

45 167 Riap tumbuh 2 Riap tumbuh 3

46 168 Riap tumbuh 4 Riap tumbuh 5

47 169 Lampiran 13. Hasil penghitungan dimensi kristalin (d= jarak antar rantai selulosa; La=tebal wilayah kristalin; Lc=panjang wilayah kristalin) menggunakan persamaan Scherrer No. Kayu Konversi Sudut K (La) K (Lc) FWHM Sudut FWHM Sudut d La Lc λ(cu) Difraksi (θ) Difraksi (θ) Jarak antar rantai (Tebal, (Panjang, nm (La) (La) (Lc) (Lc) selulosa, nm nm) nm) 1 JUN5a1 0, ,9 1 0,154 2,58 22,62 0, ,09 0,3927 6, ,04 2 JUN5a2 0, ,9 1 0,154 2,77 22,60 1, ,06 0,3930 5, ,83 3 JUN5a3 0, ,9 1 0,154 2,82 22,72 1, ,11 0,3910 5, ,46 4 JUN5a4 0, ,9 1 0,154 2,8 22,76 1, ,27 0,3903 5, ,54 5 JUN5a5 0, ,9 1 0,154 2,75 22,77 1, ,05 0,3901 5, ,30 6 JUN5z1 0, ,9 1 0,154 2,78 22,72 1, ,18 0,3910 5, ,83 7 JUN5z2 0, ,9 1 0,154 2,84 22,71 1, ,17 0,3912 5, ,43 8 JUN5z3 0, ,9 1 0,154 2,75 22,72 0, ,11 0,3910 5, ,14 9 JUN5z4 0, ,9 1 0,154 2,65 22,67 1, ,45 0,3918 6, ,79 10 JUN5z5 0, ,9 1 0,154 2,74 22,70 0, ,98 0,3913 5, ,56 Rata-rata 0,3913 5, , Jtl5a1 0, ,9 1 0,154 2,57 22,57 0, ,21 0,3936 6, ,96 2 Jtl5a2 0, ,9 1 0,154 2,56 22,26 0, ,79 0,3990 6, ,83 3 Jtl5a3 0, ,9 1 0,154 2,7 22,82 0, ,20 0,3893 6, ,02 4 Jtl5a4 0, ,9 1 0,154 2,6 22,56 1, ,98 0,3937 6, ,69 5 Jtl5a5 0, ,9 1 0,154 2,69 22,62 0, ,01 0,3927 6, ,03 6 Jtl5z1 0, ,9 1 0,154 2,22 22,46 0, ,43 0,3955 7, ,16 7 Jtl5z2 0, ,9 1 0,154 2,56 22,55 0, ,20 0,3939 6, ,89 8 Jtl5z3 0, ,9 1 0,154 2,93 22,58 0, ,03 0,3934 5, ,03 9 Jtl5z4 0, ,9 1 0,154 2,24 22,59 0, ,31 0,3932 7, ,78 10 Jtl5z5 0, ,9 1 0,154 2,57 22,56 0,9600 2,56 0,3937 6, ,39 Rata-rata 0,3938 6, ,8792 Keterangan: JUN_5_a_1 = JUN umur 5 tahun bagian kayu awal riap tumbuh ke-1 JUN_5_z_1 = JUN umur 5 tahun bagian kayu akhir riap tumbuh ke-1 Jtl_5_a_1 = Jati konvensional 5 tahun kayu awal riap tumbuh ke-1 Jtl_5_z_1 = Jati konvensional 5 tahun kayu akhir riap tumbuh ke-1

48 170 Hasil uji F dan uji T untuk dimensi kristalin d (jarak antar rantai selulosa) La (tebal wilayah kristalin) Lc (panjang wilayah kristalin) F-Test Two-Sample for Variances F-Test Two-Sample for Variances F-Test Two-Sample for Variances JUN Jati Kon JUN Jati Kon JUN Jati Kon Mean 0, , Mean 5, , Mean 17, ,87925 Variance 8,73915E-07 5,722E-06 Variance 0, , Variance 8, ,53619 Observations Observations Observations df 9 9 df 9 9 df 9 9 F 0, F 0,10488 F 0, P(F<=f) one-tail 0, P(F<=f) one-tail 0,00125 P(F<=f) one-tail 0, F Critical one-tail 0, F Critical one-tail 0, F Critical one-tail 0, t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances JUN Jati Kon JUN Jati Kon JUN Jati Kon Mean 0, , Mean 5, , Mean 17, ,87925 Variance 8,73915E-07 5,722E-06 Variance 0, , Variance 8, ,53619 Observations Observations Observations Hypothesized Mean Difference 0 Hypothesized Mean Difference 0 Hypothesized Mean Difference 0 df 12 df 11 df 13 t Stat -3, t Stat -2,55694 t Stat -2,67062 P(T<=t) one-tail 0, P(T<=t) one-tail 0, P(T<=t) one-tail 0, t Critical one-tail 1, t Critical one-tail 1, t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 0, P(T<=t) two-tail 0, P(T<=t) two-tail 0, t Critical two-tail 2, t Critical two-tail 2, t Critical two-tail 2,160369

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian

Lebih terperinci

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Penelitian Hasil Hutan Vol. 24 No. 5, Oktober 2006: 385-394 berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Gambar 1. Lempengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Microfibril Angle (MFA) Contoh uji persegi panjang diambil dari disk dan dipotong menjadi segmen dengan ukuran 5 cm x 1,5 cm x 1 cm dari empulur hingga kulit dan diberi nomor mulai dari empulur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan

Lebih terperinci

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu lapis untuk kapal dan perahu Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung. 22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu. 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksankan mulai dari bulan November 2011 - April 2012 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis 4.1.1 Kadar air BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai kadar air (KA) kayu surian kondisi kering udara pada masing-masing bagian (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA Page 1 of 6 Standar Nasional Indonesia SNI 01-5008.6-1999/ Revisi SNI 01-2026-1990 KAYU CENDANA 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan, definisi, lambang dan singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix INTISARI... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU 3.1.Keterkaitan Antara Kondisi Kebasahan/Kekeringan Kayu dan Kandungan Air serta Kadar Air Dan uraian pada kuliah kedua minggu yang lalu, dipahami tentang

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 - April 2012 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan November 2010 di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 7 METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kayu sengon dan kayu jabon (Gambar 5) yang berumur lima, enam, dan tujuh tahun yang diperoleh dari hutan rakyat di daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian

Lebih terperinci

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Tectona grandis Linn. f. atau jati merupakan salah satu tumbuhan yang masuk dalam anggota famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal juga dengan nama deleg, dodolan, jate,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM Page 1 of 13 1. Ruang lingkup Standar Nasional Indonesia SNI 01-5008.2-1999/ Revisi SNI 01-2704-1992 KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM Standar ini meliputi acuan, definisi, lambang dan singkatan,

Lebih terperinci

BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU

BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU 2.1. Perspektif Hubungan Kayu dan Air Hubungan antara air dan kayu dapat dilihat dari dua perspektif atau dua sudut pandang. Sudut pandang pertama dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun 2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM dilakukan di

Lebih terperinci

oleh/by: Krisdianto & Ginuk Sumarni 1 Abstract Teak wood (Tectona grandis L.f.) has been popularly used as furniture and

oleh/by: Krisdianto & Ginuk Sumarni 1 Abstract Teak wood (Tectona grandis L.f.) has been popularly used as furniture and Perbandingan Persentase Volume Teras Kayu Jati Cepat Tumbuh dan Konvensional Umur 7 Tahun Asal Penajam, Kalimantan Timur (Heartwood Portion in Logs of 7 Years Old Fast Growing and Conventional Teak Taken

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009. Tempat pembuatan dan pengujian glulam I-joist yaitu di Laboratorium Produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN. vii

DAFTAR ISI HALAMAN. vii DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Data hasil pengujian sifat fisis kayu jabon disajikan pada Tabel 4 sementara itu untuk analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% ditampilkan dalam

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi

Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi SNI 7533.1:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional SNI 7533.1:2010 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...i 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2009 sampai dengan bulan Juli 2009. Laboratorium Pengujian Hasil Hutan (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK VOLUME 5 NO. 2, OKTOBER 2009 STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS Fauzan 1, Ruddy Kurniawan 2, Siska Martha Sari 3 ABSTRAK Kayu kelapa sebagai alternatif bahan konstruksi

Lebih terperinci

Production. Factory I. Operator Proses. Operator Shovel. Truck Driver. Cleaner. Packer. Petugas Gudang

Production. Factory I. Operator Proses. Operator Shovel. Truck Driver. Cleaner. Packer. Petugas Gudang Lampiran 1. Struktur Perusahaan PT. Umas Jaya Agrotama Factory 1 Production QA & Mgt. Repr : For ISO 9001 Factory I QC Production QC In Plant QC Lab/Analist Kepala Raw Material Petugas Timbangan Raw Kepala

Lebih terperinci

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU BUNDAR JATI

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU BUNDAR JATI Page 1 of 15 SNI 015007.12003 KAYU BUNDAR JATI 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi menetapkan istilah dan definisi, lambang dan singkatan, klasifikasi, cara pembuatan, syarat mutu, cara uji, syarat lulus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL

PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL Yustinus Suranto Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium)

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium) KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium) Sonia Somadona, Evi Sribudiani dan Tuti Arlita Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau E-mail: sonia.somadona@lecturer.unri.ac.id

Lebih terperinci

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU KARYA TULIS PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Tempat dan Waktu Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Tempat dan Waktu Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan bahan penelitian ini terdiri atas pelepah salak, kawat, paku dan buah salak. Dalam penelitian tahap I digunakan 3 (tiga) varietas buah salak, yaitu manonjaya, pondoh,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan

Lebih terperinci

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM PENGUJIAN KAYU 6.1. Umum Kayu merupakan salah satu elemen konstruksi yang mudah di dapat dan tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Kekuatan kayu untuk menahan gaya tarik, desak maupun geser yang cukup

Lebih terperinci

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET 1. Uji Kultur Agar Uji daya racun bahan pengawet dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Uji kultur agar adalah uji bahan pengawet di laboratorium untuk serangan cendawan.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci

Produk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati

Produk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati SNI 015007.12003 Standar Nasional Indonesia Produk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional SNI 015007.12003 Daftar isi Daftar isi...i Daftar tabel...ii Prakata...iii

Lebih terperinci

Kayu bundar jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu bundar jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) HASIL PENELITIAN Oleh : TRISNAWATI 051203021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial Densifikasi parsial, baik kompresi maupun impregnasi, terbukti dapat meningkatkan sifat-sifat kayu Agatis maupun Mangium. Dari hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Dasar dan Keawetan Alami Kayu Sentang A.1. Anatomi kayu Struktur anatomi kayu mencirikan macam sel penyusun kayu berikut bentuk dan ukurannya. Sebagaimana jenis kayu daun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu dalam menerima dan menahan beban yang terjadi pada kayu itu sendiri. Pada umumnya kayu yang memiliki kadar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tampilan Kayu Pemadatan kayu menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya, dimana warnanya menjadi sedikit lebih gelap sebagai akibat dari pengaruh suhu pengeringan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai Juli 2008. Pembuatan OSB dilakukan di Laboratorium Biokomposit, pembuatan contoh uji di Laboratorium

Lebih terperinci

Kayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji

Kayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji SNI 7534.2:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Produk Majemuk Kelompok Peneliti Pemanfaatan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA Oleh: Iudhi Oki Prahesthi, Fitro Zamani Sub Bidang Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi SARI Penentuan proksimat merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH Oleh/By Muhammad Faisal Mahdie Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU

TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU TEKNOLOGI STABILISASI DIMENSI KAYU 1. Ir. Efrida Basri, M.Sc. 2. Ir. Jamal Balfas, M.Sc. 3. Listiya Mustika Dewi, S.Hut. 4. Dra. Jasni, M.Si. 5. Abdurahman, ST. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom lentur. Kolom merupakan elemen struktur yang menahan gaya aksial dan momen 2.1.1. Pengertian dan prinsip dasar kolom Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penelitian menggunakan Alat Uji Emisi Gas Buang Rancangan

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penelitian menggunakan Alat Uji Emisi Gas Buang Rancangan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penelitian menggunakan Alat Uji Emisi Gas Buang Rancangan a. Pengujian Sensor MQ-7 (CO) Sensor MQ-7 memiliki parameter sebagai acuan untuk memfungsikan sensor tersebut, dimana

Lebih terperinci

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu

Lebih terperinci

Studi Uji Kekerasan Rockwell Superficial VS Micro Vickers

Studi Uji Kekerasan Rockwell Superficial VS Micro Vickers JURNAL TEKNOLOGI PROSES DAN INOVASI INDUSTRI, VOL. 2, NO. 2, NOVEMBER 2017 85 Studi Uji Kekerasan Rockwell Superficial VS Micro Vickers Comparation Study Of Hardness Testing By Using Rockwell Superficial

Lebih terperinci

Jakob Kailola, S.Hut Staf Agroforestri Padamara Tobelo

Jakob Kailola, S.Hut Staf Agroforestri Padamara Tobelo SIFAT FISIK BEBERAPA JENIS KAYU UNGGULAN ASAL TOBELO MENURUT KETINGGIAN DAN KEDALAMAN BATANG Staf Agroforestri Padamara Tobelo PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penggunaan kayu untuk kebutuhan dari waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Sifat fisis dari panel CLT yang diuji yaitu, kerapatan (ρ), kadar air (KA), pengembangan volume (KV) dan penyusutan volume (SV). Hasil pengujian sifat fisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae

Lebih terperinci

Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji

Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. 9 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pra Perlakuan Pemadatan Terhadap Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan April 2017

Lebih terperinci

Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.))

Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.)) Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian Manglid (Manglieta glauca Bl.) (Sapwood and Heartwood Contents on the Logs and Sawn Boards of Manglid (Manglieta glauca Bl.)) Balai Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap

Lebih terperinci

PENGANTAR TENTANG KAYU

PENGANTAR TENTANG KAYU Kelompok 9 Anggota Kelompok : 1. Sugi Suryanto 20130110121 2. Badzli Zaki Tamami 20130110123 3. Ega Arief Anggriawan 20130110110 4. M Dede Dimas Wahyu 20130110125 5. Yusli Pandi 20130110112 6. Tanaka Dynasty

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT

Lebih terperinci

Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant

Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant Lampiran 1. Spesifikasi alat penggoreng vakum Spesifikasi Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant Vacuum fryer Laboratorium BBIA Kapasitas 10 kg/jam 5-5.5 kg/ jam Lama proses Disesuaikan 50-75 menit Tipe

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 2. Bahan campuran yang akan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010, bertempat di Laboratorium Pengeringan Kayu, Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan dan

Lebih terperinci

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini memuat ketentuan mengenai jenis, ukuran, persyaratan modulus elastisitas dan keteguhan lentur mutlak

Lebih terperinci

BAB VIII PENGENALAN CACAT KAYU

BAB VIII PENGENALAN CACAT KAYU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN BAB VIII PENGENALAN CACAT KAYU Dr. Wahyu Surakusuma, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di koridor samping Laboratorium Kekuatan Bahan dan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Penelitian. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan pasokan bahan baku, baik dari hutan alam maupun hutan tanaman. Namun, produksi kayu dari hutan alam menurun

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air (Ka) adalah banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu yang dinyatakan dengan persentase dari berat kayu kering tanur. Kadar air pohon Jati hasil penelitian

Lebih terperinci