TOP 99 Tahun 2016 NYAMAN STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DIBALIK KOCOKAN ARISAN IBU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TOP 99 Tahun 2016 NYAMAN STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DIBALIK KOCOKAN ARISAN IBU"

Transkripsi

1 TOP 99 Tahun 2016 NYAMAN STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DIBALIK KOCOKAN ARISAN IBU 22 Jun 2011 Kategori: Mendorong Responsif Gender dalam Pemberian Pelayanan kepada Masyarakat Kriteria: Memperkenalkan pendekatan baru Meningkatkan pelayanan yang responsif gender Dinas Kesehatan Kab. Bangka Ringkasan Desa Kapuk merupakan desa yang terletak diujung Kecamatan Bakam dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangka Barat. Berdasarkan laporan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka hingga Juni 2011,Desa Kapuk merupakan desa endemis diare dan malaria. Data menunjukkan pada bulan Maret terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Diare. KLB Diare ini erat hubungannya dengan kondisi cakupan jamban masyarakat di desa Kapuk, hanya 33,02%, dan desa kapuk merupakan desa dengan cakupan jamban terendah di Kabupaten Bangka. Cakupan ini masih jauh dibawah target nasional yaitu 80%. Untuk mengatasi permasalahan, pihak Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan menyusun strategi untuk mengatasi permasalahan jamban di desa Kapuk dengan menerapkan metodecommunity Lead Total Sanitations (CLTS). Dengan kepiawaian fasilitator saat pemicuan CLTS, dengan memancing sumber daya yang ada di masyarakat sehingga muncullah inovasi ARISAN JAMBAN SEDERHANA oleh masyarakat. Jamban sederhana dengan kebutuhan dana hanya Rp ,- dengan rincian Rp ,- untuk pembelian kloset dan Rp ,- untuk pembelian slab. Slab dilakukan pemesanan di Sentra Produksi Sanitasi yang telah dibentuk tahun sebelumnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka. Inisiatif pelaksanaan arisan jamban ini dimotori dan dilaksanakan oleh kaum perempuanyang mayoritas berstatus sebagai ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karenapara perempuanlah yang merasa dirugikan akibat perilaku BABS yakni selain beresiko tertular penyakit berbasis lingkungan juga sektorprivacy perempuan saat melakukan BABS Inisiatif ini secara perlahan tapi pasti telah memberi sumbangan peningkatan cakupan jamban di desa Kapuk dari 33,02% menjadi 100% di tahun yang sama (tahun 2011) sehingga desa Kapuk merupakan desa pertama yang mendeklarasikan diri sebagai desa Open Defecations Free (ODF) dengan slogan mereka dalam bahasa lokal yaitu KAMI LAH BEBAS DARI BIRAK SEKAPUT yang dalam Bahasa Indonesia berarti kami sudah bebas dari perilaku buang air besar sembarangan di bulan November 2011, tepatnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 47 Desa Kapuk telah mencapai ODF (desa Open Defacation Free).

2 Proposal Analisis Masalah Kembali ke atas Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inisiatif ini? Kecamatan Bakam merupakan satu dari delapan Kecamatan di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan luas wilayah 48,10 km 2, jumlah penduduk jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 34 Jiwa/km 2. Desa Kapuk merupakan desa yang terletak diujung Kecamatan Bakam dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangka Barat. Desa Kapuk memiliki luas wilayah 27,30 km 2 dengan jumlah penduduk 1209 jiwa pada tahun 2011 (307KK). Mayoritas masyarakat Desa Kapuk beragama Islam, dengan penghasilan utamanya bersumber tambang timah rakyat (Tambang Inkonvensional) dan sektor pertanian lada, karet dan sawit. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Kapuk masih rendah, dimana sebanyak 78,99% masyarakat berpendidikan < SLTP/Sederajat. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka hingga Juni 2011, Desa Kapuk merupakan desa endemis diare dan malaria. Data bulan Maret menunjukkan terjadinya kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Diare. KLB Diare ini erat hubungannya dengan kondisi cakupan jamban masyarakat di desa Kapuk hanya 33,02%, dan desa kapuk merupakan desa dengan cakupan jamban terendah di Kabupaten Bangka. Cakupan ini masih jauh dibawah target nasional yaitu 80%. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam indikator MDG s poin 7 C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar sampai dengan tahun Untuk mencapai target MDGs tahun 2015, bila membandingkan target dan cakupan jamban di desa Kapuk, maka cakupan jamban minimal yang harus ditingkatkan sebesar 33,49% untuk mencapai cakupan jamban di desa Kapuk minimal 66,51% pada tahun Untuk mencapai target minimal yang sudah ditetapkan dalam indikator MDG s maka dibutuhkan usaha yang cukup keras. Kondisi ini menggugah kaum perempuan di Desa Kapuk untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah ini, karena kelompok perempuan merupakan kelompokyang paling dirugikan dengan perilaku buang air besar disembarangan tempat. Kelompok lain yang juga akan dirugikan karena kondisi sanitasi ini adalah anak-anak. Kedua kelompok ini berisiko terhadap ancaman penyakit-penyakit yang bersumber dan atau ditularkan oleh tinja secara langsung seperti diare, disentri, typoid, bahkan polio, atau ancaman penyakit secara tidak langsung akibat dari BABS (saat BABS di hutan, sungai dan tempat-tempat tidak seharusnya besar risiko untuk digigit nyamuk vektor penyakit) seperti penyakit malaria, Filariasis (kaki gajah), Demam berdarah dan lain-lain. Ancaman berikutnya yaitu seperti digigit ular, kalajengking dan binatang lainnya.

3 Disamping itu privasi perempuan terlindungi dari nilai etika dan agama, serta berpotensi ancaman pencabulan dan pemerkosaan. Untuk mengatasi permasalah yang diuraikan diatas, maka pihak Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan menyusun strategi untuk mengatasi permasalahan jamban di desa Kapuk dengan menerapkan metode Community Lead Total Sanitations (CLTS) yaitu merupakan strategi pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan menyeluruh dengan memfasilitasi masyarakat dalam menganalisis kondisi sanitasi, perilaku buang air besar dan konsekuensi dari kondisi tersebut, dan tujan akhirnya untuk mencapai status ODF (Open Defecations Free) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan. Metode CLTS yang diterapkan adalah metode CLTS terintegrasi antara Dinas Kesehatan, Puskesmas Bakam, Kecamatan Bakam serta Forum Komunikasi Kecamatan Sehat dan Pokja Desa Sehat. Dengan kepiawaian fasilitator saat pemicuan CLTS, dengan memancing sumber daya yang ada di masyarakat sehingga muncullah inovasi ARISAN JAMBAN SEDERHANA oleh masyarakat yang dimotori oleh ibu-ibu rumah tangga. Pendekatan Strategis Kembali ke atas Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah tersebut? Pendekatan strategis diawali dengan kegiatan pemicuan CLTS di Desa Kapuk, karena keberhasilan program akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat untuk merubah perilaku BABS ke perilaku BAB ke jamban. Komitmen dan niat kuat masyarakat harus benar-benar telah terbentuk yang nantinya akan mendorong tindakan mereka untuk menyediakan sarana prasarana pendukung perubahan perilakunya. Untuk membentuk komitmen tersebut dapat dengan melakukan tahap-tahap pemicuan CLTS berikut: 1. Pembentukan tim terintegrasi Pembentukan tim terintegrasi sangat penting dilakukan. Salah satu tahap penentu keberhasilan program berada pada tahap ini. Tim terdiri dari seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan, Sanitarian dan Kepala Puskesmas Bakam, Camat Bakam, Kasie Kesra Kecamatan Bakam, Ketua Forum Komunikasi Kecamatan Bakam, Kepala Desa Kapuk dan Ketua Pokja Desa Sehat. 2. Identifikasi masalah dan pemetaan keadaan sanitasi Identifikasi masalah diawali dengan mengumpulkan masyarakat yang tidak memiliki jamban dan perwakilan masyarakat yang telah memiliki dan buang air besar di jamban. Kemudian fasilitator memfasilitasi masyarakat untuk memetakan kondisi sanitasi mereka. Fasilitasi pemetaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seperti ranting, daun, sagu dan lain-lain yang digunakan untuk simbol jamban dan lokasi buang air besar

4 sembarangan. Peta digambarkan di tanah kemudian disalin ke kertas flip cart untuk didokumentasikan sebagai kondisi awal pra pemicuan dan sebagai alat monitoring pasca triggering. (Dokumentasi terdapat dalam lampiran) Dari hasil pemetaan, selanjutnya masyarakat difasilitasi untuk menghitung jumlah tinja yang dihasilkan masyarakat per hari, per bulan dan per tahun. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran besarnya tingkat pencemaran lingkungan, besarnya risiko sakit masyarakat yang disebabkan oleh tinja setiap harinya. 3. Transeck Walk dan Focus group discussion (FGD) terutama kepada para perempuan Transeck Walk dilakukan bersama masyarakat untuk mengexplore pelaku open defecation. Transeck Walk bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya. Kegiatan pemicuan selanjutnya dengan memfasilitasi masyarakat untuk melihat bagaimana proses tinja mereka mencemari sumber air minum, dihinggapi lalat yang selanjutnya dapat menyebabkan manusia sakit. Ancaman penyakit-penyakit yang bersumber dan atau ditularkan oleh tinja secara langsung seperti diare, disentri, typoid, bahkan polio, atau ancaman penyakit secara tidak langsung akibat dari BABS (saat BABS di hutan, sungai dan tempat-tempat tidak seharusnya besar risiko untuk digigit nyamuk vektor penyakit) seperti penyakit malaria, Filariasis (kaki gajah), Demam berdarah dan lain-lain, ancaman berikutnya yaitu seperti digigit ular, kalajengking dan binatang lainnya. 4. Inovasi pemecahan masalah Kepiawaian seorang pemicu CLTS sangat diperlukan, karena harus mampu memancing kemampuan berpikir masyarakat bahwa untuk membangun satu unit jamban ternyata terdapat opsi-opsi biaya yang dapat dipilih. Mulai dari yang tanpa biaya yakni hanya dengan menggali lubang, menutup dengan bambu atau kayu. Selanjutnya fasilitator mengenalkan kepada masyarakat tentang keberadaan SENTRA PRODUKSI SANITASI yang telah dibentuk Dinas Kesehatan bertempat di desa Puding Besar. Lokasi sentra produksi tersebut dapat dijangkau dalam 15 menit dari desa Kapuk. Di sentra produksi ini menjual kloset dari semen dengan harga murah yaitu Rp ,- dan slab (tempat mendudukan closet) seharga Rp ,- semen ½ sak seharga Rp ; sehingga dengan dana Rp ,- masyarakat sudah dapat memiliki jamban. Kesepakatan dari masyarakat jika ada masyarakat yang tidak bersedia menggunakan slab dana Rp dibelikan semen dan kebutuhan lainnya untuk membuat dudukan kloset. Kloset ada yang dipesan ke sentra produksi sanitasi berupa closet semen atau dengan membeli kloset keramik sederhana seharga Rp ,- di toko bangunan yang telah menjadi mitra dalam kegiatan ini sehingga harga dapat ditekan seminimal mungkin untuk rumah jamban diserahkan kepada kemandirian penduduk masing-masing, yang mampu dapat dibuat secara permanen

5 sedang yang tidak mampu untuk sementara boleh menggunakan karung bekas, papan, bambu, plastik dan lain-lain. Sistem cubluk sederhana ini minimal telah memenuhi syarat MDGs yaitu tinja tidak mengkontaminasi badan air dan tidak dibuang sembarangan. Kocokan arisan mengeluarkan 2 orang/minggu/kelompok arisan. Jumlah kelompok arisan 3 kelompok sehingga penambahan cakupan jamban sederhana di desa Kapuk dari arisan sebanyak 6 buah jamban/minggu. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif Inisiatif pelaksanaan arisan jamban di desa Kapuk ini asli merupakan ide masyarakat secara mandiri dan diinisiasi oeh para ibu rumah tangga. Inisiatif ini secara perlahan tapi pasti telah memberi sumbangan cakupan jamban di desa Kapuk dari 33,02% menjadi 100% di tahun yang sama (tahun 2011). Pencapaian target MDGs tidak harus menunggu hingga 2015 dan target dalam RPJMN telah tercapai 3 tahun sebelum tahun Inisiatif ini dimotori oleh para ibu rumah tangga, dimana sumbangsih kaum perempuan dimulai dari perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan jamban. Hal ini sebagai wujud emansipasi wanita di Desa Kapuk dalam pembangunan kesehatan berbasis masyarakat dan membantu peran suami. Masyarakat telah mendeklarasikan ODF yang dalam bahasa lokal KAMI LAH BEBAS DARI BIRAK SEKAPUT yang berarti kami sudah bebas dari perilaku buang air besar sembarangan di bulan November 2011 tepatnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 47 Desa Kapuk telah mencapai ODF (desa Open Defacation Free) Keunikan inovasi ini karena muncul dari masyarakat terutama kaum ibu dengan proses pemberdayaan masyarakat, jamban yang dihasilkan adalah jamban keluarga bukan jamban umum sehingga masayarakat ada rasa memiliki. Pada tahap monitoringnya hingga saat ini, Desa Kapuk masih berstatus Desa ODF dan masayarakat mampu mempertahankan budaya perilaku buang air besar di jamban. Pelaksanaan dan Penerapan Kembali ke atas Bagaimana strategi ini dilaksanakan? Unsur-unsur rencana aksi yang telah dikembangkan untuk pelaksanaan strategi ini adalah: 1. Memperkuat tim koordinasi pemicuan CLTS dengan cara mensosialisasikan CLTS kepada Lintas sektor terkait selaku anggota pokja AMPL Kabupaten Bangka seperti Bappeda, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup dan Camat se-kabupaten Bangka. 2. Sehubungan pemicuan CLTS dalam rangka perubahan perilaku memerlukan waktu dan pelaksanaan yang berulang-ulang maka Kabupaten Bangka semakin memperbanyak tim pemicu dengan cara memberi pelatihan CLTS kepada Kepala Puskesmas dan sanitarian Sekabupaten Bangka, Ketua Forum Komunikasi Kecamatan Sekabupaten Bangka, Ketua Pokja Desa Sehat sekabupaten Bangka dan kepada kader posyandu.

6 3. Tahun 2012, 2013, 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka selalu menganggarkan dana untuk pemicuan CLTS baik di desa-desa maupun dusun-dusun lain di Kabupaten Bangka 4. Mereplikasikan metode arisan jamban sederhana di desa-desa/dusun sasaran pemicuan CLTS selanjutnya, dusun yang mereplikasi arisan jamban sederhana yaitu lingkungan Sinar Baru Kelurahan Sinar Baru, desa Air Duren, dusun Keceper dan desa Pemali. 5. Sampai tahun 2014 jumlah desa/dusun ODF yang mereflikasi arisan jamban sederhana dan telah mendeklarasi menjadi desa/dusun ODF adalah dusun Keceper, desa Air Duren Kecamatan Pemali dan desa Tiang Tarah Kecamatan Bakam. 6. Implementasi MOU Bupati Bangka dengan Dandim 0413/Bangka, yang telah dimulai sejak bulan September Untuk tahap awal berupa pengajuan proposal Bupati Bangka ke Pimpinan/Pengurus Perusahaan di Kabupaten Bangka prihal permohonan bantuan dana CSR untuk pembangunan jamban keluarga. Data jamban yang telah dibangun melalui dana CSR Perusahaan-perusahaan di Kabupaten Bangka dari September sampai dengan Desember 2015 telah dibangun 200 unit jamban keluarga 7. Monitoring dan evaluasi terus dilakukan di desa/dusun yang telah mendeklarasikan sebagai desa/dusun Open Defecation Free (ODF), dari hasil monitoring desa dan dusun ini masih dalam komitmen dengan deklarasi ODF mereka. 8. Pada tahun 2015 dilakukan pengembangan yaitu dengan membuat MOU antara Pemerintah Kabupaten Bangka dengan Dandim 0413 Pangkalpinang dalam rangka percepatan pencapaian target Target ini menetapkan rencana pencapaian 100% untuk akses jamban, 0% Permukiman Kumuh dan 100% akses air minum. MOU dengan Dandim 0413 ini diutamakan di sektor jamban keluarga, dengan kolaborasi antara Pemerintah Daerah, Dandim 0413 dan Masyarakat ini Kabupaten Bangka menargetkan Kabupaten Bangka akan bebas dari masyarakat yang melakukan BABS pada tahun 2017 (Kabupaten ODF Tahun 2017), 2 tahun lebih awal dari taget dalam Nawa Cita Presiden RI. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan? Ide dasar Arisan Jamban Sederhana ini berasal dari kaum perempuan di Masyarakat yang didukung oleh Pemerintah Daerah mulai dari level desa hingga Kabupaten Bangka, yaitu Kepala Desa, Ketua Pokja Desa Sehat, Camat, Kasie Kesra Kecamatan, Forum Komunikasi Kecamatan Sehat, Kepala Bappeda, BPMPemdes, Dinas Kesehatan dan lain-lain Pelaku utamanya adalah Masyarakat dan munculnya Natural Leader dari masyarakat. Natural Leader di desa Kapuk yaitu Ketua Forum Komunikasi Kecamatan Sehat yang terus memantau dan memotivasi kegiatan ariasan jamban sederhana dan gotong royong pembangunan jamban. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? SUMBER DAYA KEUANGAN. Biaya pelaksanaan pemicuan CLTS, monitoring dan verifikasi ODF murni dari APBD Kabupaten Bangka yang dianggarkan di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka di tiap tahunnya, kemudian anggaran pemicuan CLTS dari PAMSIMAS pada tahun 2014 dan Untuk biaya pemicuan, pemantauan dan monitoring tingkat Kecamatan berasal dari dana BOK Puskesmas.

7 Sumberdaya manusia. Tim Pemicu CLTS dikoordinir oleh Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka bersama dengan Kepala dan Sanitarian Puskesmas, didukung dan dibantu dari pihak kecamatan terutama Kasie Kesra serta Ketua Forum Komunikasi Kecamatan dan Kepala Desa Setempat. Pelaku arisan jamban sederhana adalah ibu-ibu yang telah terpicu sedangkan pelaksana pembangunan jamban adalah dilakukan secara bergotong royong. Sumberdaya Teknis. Sumber daya teknis yang terlibat dalam kegiatan ini adalah SENTRA PRODUKSI SANITASI di desa Puding Besar, desa Pemali dan desa Gunung Muda. Sentra Produksi berperan dalam pencetakan slab dan kloset semen. Sumber daya lainnya yaitu toko bangunan yang telah bekerja sama sehingga bisa memberikan closet dengan harga yang murah. Sumber daya alam pendukung kegiatan ini adalah pasir, bambu dan kayu yang sangat mudah didapat di desa-desa. Apa saja keluaran(output) yang paling berhasil? Beberapa keluaran kongkret ARISAN JAMBAN SEDERHANA dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Instruksi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka No /287/Kes.2011 tentang pembentukan Tim Pemicu CLTS di Kabupaten Bangka. 2. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka No /326/Kes tentang pembentukan Tim Pemicu CLTS di Kabupaten Bangka. 3. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Nomor: /1117/Kes/2015 tentang Susunan Tim Kerja STBM Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tahun Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka No /3132/Kes.2015 tentang penetapan desa ODF di Kabupaten Bangka hingga tahun MOU antara Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dengan Dandim 0413/Bangka Nomor: 600/879/DPUP/2015, Nomor: B/529/III/2015 tentang Program Kerjasama dalam mendukung peningkatan cakupan sanitasi lingkungan. 6. Sertifikat Deklarasi Desa ODF untuk desa Kapuk, desa Air Duren, Dusun Keceper. 7. Surat Edaran Bupati Bangka Nomor: 443.5/1290/SE/KES/2015 tentang Percepatan Pencapaian Desa/Kelurahan ODF (Open Defecations Free) 8. Raperda Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang pembahasan telah mencapai pihak legislatif. 9. Proposal Bupati Bangka kepada Pimpinan/Pengurus Perusahaan di Kabupaten Bangka Nomor: 500/1775/VI/2015 tentang permohonan dukungan dana CSR Perusahaan untuk kegiatan Pengembangan Lingkungan Sehat (Pembangunan jamban keluarga) Sistem apa saja yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan? Aspek Kegiatan. Monitoring dan Evaluasi kegiatan dilakukan secara terintegrasi. Monitoring secara terus menerus oleh sanitarian Puskesmas, Natural Leader dan Kepala Desa Setempat. Monitoring di Tingkat Kabupaten dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Tim Pokja AMPL (Air Minum Penyehatan Lingkungan) Kabupaten Bangka.

8 Aspek program. Monev program dilakukan oleh Seksie Penyehatan Lingkungan pada program penyehatan air dan sanitasi dasar kepada sanitarian Puskesmas. Hasil monev program dievaluasi kemudian diinformasikan kepada Tim Pokja AMPL sebagai acuan penyusunan perencanaaan untuk reflikasi dan penyempurnaan program ke depan, seperti memasukkan program lain di desa pelaksanaan program arisan jamban seperti PNPM untuk menyempurnakan jamban sederhana yang diinisiasi dengan arisan jamban oleh masyarakat ataupun berupa penyediaan sarana air minum. Untuk mendukung monitoring dan evaluasi program di back up dengan Sim-Data AMPL berupa Sistem informasi manajemen Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis Web dengan sistem intranet sehingga progres program dapat dipantau secara online baik di Puskesmas, Dinas Kesehatan maupun di Bappeda Kabupaten Bangka. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi? Kendala yang dihadapi dapat digolongkan menjadi: SATU, Kendala utama yang paling sulit adalah merubah perilaku masyarakat, merubah mind set masyarakat untuk merubah kebiasaan mereka dari BABS ke BAB ke jamban. Jika niat untuk berubah perilaku belum kuat maka masyarakat tidak akan mau melaksanakan arisan jamban. Upaya yang dilakukan adalah kembali memicu masyarakat menggunakan elemen-elemen pemicu terutama dari aspek keagamaan dan privacy masyarakat. DUA, Kebiasaan masyarakat terhadap subsidi, bersembunyi dibalik kemiskinan. Padahal jika ditinjau dari penghasilan masyarakat di Kabupaten Bangka sedikit cukup baik dibandingkan daerah lainnya. Pada tahun 2011 penghasilan masyarakat dari sektor pertambangan dalam hal ini tambang rakyat (Tambang Inkonvensional) cukup tinggi, per Kepala Keluarga dapat menghasilkan Rp ,- s/d Rp ,- per hari, sehingga jika masyarakat berkelit tidak memiliki biaya adalah hanya merupakan sebuah alasan belum mau berubah perilaku. Upaya yang dilakukan adalah dengan menampilkan keberhasilan program CLTS di negara-negara miskin seperti India dan Bangladesh kemudian membandingkan penghasilan daerah lain dengan penghasilan mereka per hari. KETIGA, Sebagian masyarakat punya niat membuat jamban tapi ingin mengumpulkan dana dulu, dikarenakan mereka menginginkan memiliki jamban yang bagus yang membutuhkan biaya > Rp ,- sehingga mereka terkesan menunda membuat jamban dan tetap melakukan BABS. Upaya yang dilakukan adalah menyampaikan opsi-opsi jamban beserta biayanya dan masyarakat dapat melakukan perbaikan agar jamban dapat semakin baik/permanen. Dampak Inovasi Kembali ke atas Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini?

9 Beberapa dampak positif: 1. Meningkatnya cakupan jamban di Kabupaten Bangka 2012: 79,84%, 2013: 83,75% 2014: 85,73% 2. Menurunnya angka kejadian Diare di Kabupaten Bangka yaitu pada tahun 2011: kasus menjadi kasus di tahun Menurunnya angka kejadian malaria di Kabupaten Bangka yaitu pada tahun 2011: kasus menurun menjadi 193 kasus dan pada tahun 2014 Kabupaten Bangka telah mencapai ELIMINASI MALARIA. 4. Meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dari 67,64 pada tahun 2010 menjadi 68,33 di tahun Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia(IPM) dari 72,50 pada tahun 2010 menjadi 74,54 pada tahun Meningkatnya kumulatif jumlah desa Open Defecation Free (ODF) di Kabupaten Bangka, yaitu: 2012: 2 desa, 2013: 5 Desa dan 2014: 10 Desa, yaitu desa Pagar Awan, Air Duren, Dwi Makmur, Karya Makmur, Kace Timur, Marasenang, Kelurahan Bukit Betung, Kelurahan Srimenanti, Air Ruai dan Kapuk. 7. Masyarakat merasakan nyaman dan sehat buang air besar di jamban. Contoh kongkrit, Nenek Nisa yang sebelum memiliki jamban jika ingin buang air besar maka beliau harus menyiapkan 1 ember air beserta gayung ke dalam semak-semak di belakang rumahnya, jarak semak-semak dari rumahnya sekitar 50 meter. Saat berjalan ke semak-semak ada risiko terjatuh atau digigit binatang seperti kalajengking dan lain-lain dikarenakan kondisi jalan dari rumah nenek Nisa ke semak-semak sangat kotor banyak sampah berserakan. Saat buang air besar di hutan tentunya nenek akan membuka auratnya sehingga beresiko untuk digigit nyamuk dan bisa saja nyamuk tersebut adalah nyamik infekted malaria sehingga bisa menularkan penyakit malaria kepada nenek Nisa. Semak-semak tempat nenek Nisa Buang air besar sangat bau dan menjijikkan, lalat bertebaran dimana-mana. Tinja nenek jika hari hujan maka akan menyebar kemana-kemana sehingga beresiko mencemari sumber air dan dibawa lalat ke makanan yang jika dimakan maka akan menimbulkan penyakit diare, typoid atau penyakit yang bersumber dari tinja lainnya. Saat dilaksanakan pemicuan CLTS nenek Nisa sangat terpicu dan mau mengikuti arisan jamban karena sebenarnya beliau sudah merasakan susahnya ke semak-semak untuk BABS apalagi dengan usianya yang telah renta, terlebih jika ingin BAB di malam hari nenek Nisa takut keluar rumah sehingga beliau menggunakan kantong kresek untuk menampung tinjanya kemudian dibuang pada keesokan harinya (dalam bahasa lokal dikenal dengan WC Helikopter). Setelah mengikuti arisan jamban dan jamban di rumah nenek Nisa dibangun secara bergotong royong dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah, jalan menuju jamban bersih, nenek Nisa sangat merasa nyaman dan merawat jambannya agar selalu bersih. Apa bedanya sebelum dan sesudah Inovasi? Sebelum Inovasi Arisan Jamban 1. Cakupan jamban di desa Kapuk pada tahun 2011 sebesar 33,02%

10 2. Cakupan jamban di Kabupaten Bangka Tahun 2011 baru mencapai 76,07% 3. Jumlah desa Open Defecation Free (ODF) Kabupaten Bangka hingga tahun 2011 masih 0 (Nol) 4. Angka kejadian diare Kabupaten Bangka Tahun 2011 sebanyak Kasus 5. Angka kejadian malaria di Kabupaten Bangka Tahun 2011 sebanyak kasus 6. Usia Harapan Hidup (UHH) tahun 2010 : 67,64 7. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bangka tahun 2010: 72,50 Setelah Inovasi Arisan Jamban 1. Cakupan jamban di desa Kapuk meningkat hingga 100% pada tahun yang sama (2011) 2. Cakupan jamban di Kabupaten Bangka Tahun 2014 meningkat cukup signifikan hingga mencapai 85,73% 3. Jumlah desa Open Defecation Free (ODF) Kabupaten Bangka Tahun 2014 meningkat cukup signifikan yaitu 2 Kelurahan ODF dan 8 Desa ODF. 4. Angka kejadian diare Kabupaten Bangka Tahun 2014 menurun cukup signifikan hingga mencapai angka Kasus, sebelumnya Kasus di tahun Angka kejadian malaria Kabupaten Bangka Tahun 2014 menurun cukup signifikan hingga mencapai angka 193 Kasus 6. Tahun 2014 Kabupaten Bangka mencapai ELIMINASI MALARIA 7. Usia Harapan Hidup (UHH) tahun 2014 meningkat hingga ke angka 68,33 8. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bangka Tahun 2014 meningkat menjadi 74,54 Keberlanjutan Kembali ke atas Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi? 1. Segi keuangan, disediakan sumber dana yang berkelanjutan. Jumlah anggaran pemicuan CLTS terus meningkat jumlahnya. Anggaran Pelatihan CLTS tahun 2012: Rp ,-, 2013: Rp ,-, 2014: ,- Anggaran pemicuan (RKA Intensifikasi STBM) tahun 2012: Rp ,- 2013: Rp ,-, 2014: ,- 2. Segi peraturan, menindaklanjuti terbentuknya Peraturan Daerah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Saat ini masih dalam bentuk raperda tinggal menunggu persetujuan legislatif. Perda STBS salah satu isinya adalah Kabupaten Bangka Stop BABS di tahun 2017 jika diatas tahun 2017 masih ada yang ditemukan BABS maka akan dikenakan sanksi.

11 3. Segi kelembagaan, Pemkab Bangka telah memiliki Pokja AMPL yang cukup solid sejak tahun 2008, kegiatan arisan jamban di desa Kapuk sederhana ini akan dijadikan model untuk direplikasikan di desa-desa lainnya di Kabupaten Bangka. Peluang replikasi: Inovasi ini sudah bisa direplikasi di 4 desa lainnya pada tahun 2012, 2013, 2014, 2015 sehingga hingga tahun 2015 kabupaten Bangka memiliki 10 desa ODF. Semua desa yang sudah ODF melakukan deklarasi secara terbuka pada saat peresmian RS. Pratama DR. Eko Maulana Ali Kabupaten Bangka. Beberapa replikasi tetap berbasis gender, tujuan desa ODF sudah bisa tercapai. Kabupaten Bangka juga telah menandatangani dan mulai melaksanakan MOU antara Dandim 0413/Bangka Nomor: 600/879/DPUP/2015 dan Nomor: B/529/III/2015 tentang Program Kerja Sama dalam mendukung peningkatan Cakupan Sanitasi Lingkungan. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? Syarat Mutlak: Pentingnya Pelaksanaan Program secara Terintegrasi dan berkoordinasi. Inisiatif tidak akan berhasil tanpa bekerjasama, bekerja secara terintegrasi sesuai perannya masing-masing. Pentingnya dukungan Legislatif. Untuk menyetujui Raperda STBM sehingga Kabupaten Bangka akan benar-benar steril dari Perilaku BABS dan target MDGs 2015 dan RPJMN dapat tercapai.

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan

Lebih terperinci

INTEGRASI 3 KOMPONEN STBM

INTEGRASI 3 KOMPONEN STBM BIMA MENUJU KABUPATEN BASNO (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN NOL) TH. 2015 DENGAN PENDEKATAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) INTEGRASI 3 KOMPONEN STBM PETA KAB.BIMA JUMLAH TINJA BERSERAKAN DI KAB.

Lebih terperinci

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 22010 TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa tantangan

Lebih terperinci

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

VERIFIKASI ODF Di Komunitas Monitoring & Evaluasi VERIFIKASI ODF Di Komunitas STBM/TSSM The World Bank Group Hubungi: Bagian yang menangani sanitasi perdesaan di setiap kantor Dinkes kabupaten setempat atau Kantor Dinkes Propinsi

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/498/KEP/429.011/2013 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN ( STOP BABS ) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2011-2012 1 / 24 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI Improved Latrine/Jamban Layak sesuai dengan MDG termasuk WC siram/leher angsa yang tersambung ke pipa pembuangan limbah (sewer), - septic tank, atau lubang, WC cubluk dengan

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa

Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Menurunkan Stanting Disusun oleh: Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Millenium Challenge

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2011-2012 P2PL DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

Gerakan STBM di Kabupaten Ende

Gerakan STBM di Kabupaten Ende Gerakan STBM di Kabupaten Ende (Pemicuan 5 Pilar STBM) By : Roni Permasalahan utama No Masalah Strategis STBM 1. 44,07 % penduduk belum memiliki akses terhadap sanitasi dasar (jamban) 2 97,16 % penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN 1 Target Pemerintah dalam bidang Sanitasi Akses Air Minum dan Sanitasi Layak Indikator

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN NOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MODUL: KEBIJAKAN DIKLAT KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT I. DESKRIPSI SINGKAT P ada saat ini sekitar 70 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses terhadap layanan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN DEKLARASI OPEN DEFICATION FREE (ODF) PILAR-1 : STOP BABS SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DESA SUNGAI MELAYU BARU KEC. SUNGAI MELAYU BARU A. LATAR BELAKANG A.1. Dasar Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia yang harus diwujudkan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN Cici Violita Dewi Cintya Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH)

DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH) DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH) PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT JAKARTA, 2009 INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Lampiran E. Deskripsi Program & Kegiatan Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Komponen Air Limbah Program Penyusunan Masterplan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN 3.1. Enabling And Sustainability Aspect 3.1.1 Aspek Non Teknis 1) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Isu strategis aspek Kebijakan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

Tugas Akhir- RE091324

Tugas Akhir- RE091324 Tugas Akhir- RE091324 Perencanaan Bebas Buang Air Besar Sembarangan Melalui Pilihan Teknologi Sanitasi Studi Kasus Wilayah Kerja Puskesmas Barengkrajan Kabupaten Sidoarjo Mahasiswa: (3310 100 066) Dosen

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN PETUNJUK e PRAKTIS PEMICUAN PENGANTAR PERTEMUAN Perkenalkan Tim Pemicu Sampaikan tujuan kedatangan Tim: Untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Tim akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM : RINGKASAN PENGARUH PENERAPAN METODE COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS) PASCA PEMICUAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) PRASTATI THALIB NIM : 811 409051 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud

Lebih terperinci

Peluncuran kompetisi ODF Kabupaten Nganjuk

Peluncuran kompetisi ODF Kabupaten Nganjuk Peluncuran kompetisi ODF Kabupaten Nganjuk 1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Dalam rangka memfasilitasi kegiatan penciptaan permintaan (Demand Creation), TERIMA BERSIH menggagas suatu kegiatan kompetisi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT I. PENDAHULUAN Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin.

Lebih terperinci

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat Menimbang Mengingat BI'PATI PA,IIPAI( BHARAT, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 1158 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (RAD AMPL)

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Pembahasan Strategi untuk keberlanjutan layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur tahun 2011-2015 menjadi penting karena akan menjadi acuan penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masih terdapat cukup banyak penduduk dunia yang belum memiliki fasilitas sanitasi. Dimana, menurut data MDGs tahun 2012, 15% penduduk dunia atau sekitar 1,1 milyar

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Proses pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat di Desa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Proses pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat di Desa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Proses pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat di Desa Bandingan dan Desa Masaran Kecamatan Bawang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia.Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pembangunan kesehatan pada dasarnya dilaksanakan oleh semua komponen bangsa indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, untuk itu setiap negara harus dapat mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

1. Sub Sektor Air Limbah

1. Sub Sektor Air Limbah 1. Sub Sektor Air Limbah Permasalahan mendesak Tujuan Sasaran Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan Praktek BABS saat ini 23% 1.Menyusun perda/perbup mengenai Penyusunan Perda/Perbup Konstruksi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh penyakit-penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), kecacingan, Demam

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Surat

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA OVERVIEW 1. WAHANA VISI INDONESIA 2. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) 3. CLEAN

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) POKJA SANITASI KABUPATEN BERAU Tahun 2011 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi didefinisikan

Lebih terperinci

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi 1. Gambaran Umum: Latar Belakang: AQUA berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dan Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PAMSIMAS II: Komponen Kesehatan Direktur Penyehatan Lingkungan Disampaikan Pada Rapat Koordinasi Regional 3 Denpasar, Bali 29 Sept

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN SERIBU SARANA SANITASI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2016-2019

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global Millennium Development Goals bidang sanitasi, saat ini dihadapkan pada kenyataan bahwa diperkirakan masih 2,6 miliar orang (40% dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan hal-hal yang merugikan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan Program gerakan seribu

BAB VII PENUTUP. analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan Program gerakan seribu 140 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan Program gerakan seribu jamban di Kabupaten Lima

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA NAWA CITA : INDONESIA SEHAT Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat dengan mencegah Masyarakat terkena

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN MODUL: ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN I. DESKRIPSI SINGKAT U ntuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan,

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM

KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM Made Yati Widhaswari 1)*, Nieke Karnaningroem 2) 1 Program Magister TPLP, Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban. 79 Lampiran 1 EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BUNGIN KECAMATAN TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Leni Setyawati

Lebih terperinci

Selayang Pandang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Selayang Pandang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Selayang Pandang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Sumberejo, Kec. Jatisrono, Kab. Wonogiri Oleh Kepala Puskesmas Jatisrono 1 dr. Hj. Suprihatin,MM. Kabupaten WONOGIRI Peta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi. Berbasis Masyarakat. Total. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROGRAM PAMSIMAS III I. LATAR BELAKANG

GAMBARAN UMUM PROGRAM PAMSIMAS III I. LATAR BELAKANG GAMBARAN UMUM PROGRAM PAMSIMAS III I. LATAR BELAKANG Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk melanjutkan keberhasilan capaian target Millennium Development Goals sektor Air Minum dan Sanitasi (WSS-MDG),

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Bab ini merupakan milistone keempat penyusunan Buku Putih Sanitasi yang sangat penting bagi Kabupaten karena akan menetapkan prioritas wilayah

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 1.1. LATAR BELAKANG BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013 CATATAN KEGIATAN PERTEMUAN POKJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PPSP TAHUN ANGGARAN 2013 Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan : Kick off Meeting PPSP : Aula Wiratanubaya, Bappeda Kab. Tasikmalaya Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Tanam Satu Tumbuh Seribu

Tanam Satu Tumbuh Seribu JURNAL AMPL KABUPATEN BARRU WASHNo. 01 Desember 2015 Tanam Satu Tumbuh Seribu Upaya Kepemimpinan Kreatif Menggerak Jajaran Pemerintah dan Elemen Masyarakat Daftar Isi 1 2 Akses Jamban yang Layak dan BABS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI BANGKA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI BANGKA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI BANGKA DISAMPAIKAN PADA SIDANG PARIPURNA DPRD KAB. BANGKA SUNGAILIAT, 26 MARET 2016 VISI : BANGKA BERMARTABAT

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: MENTERI KESEHATAN RI pada SEMINAR dan LAUNCHING INDONESIAN WOMEN for WATER, SANITATION and HYGIENE Jakarta, 18 Februari 2015

Disampaikan oleh: MENTERI KESEHATAN RI pada SEMINAR dan LAUNCHING INDONESIAN WOMEN for WATER, SANITATION and HYGIENE Jakarta, 18 Februari 2015 Disampaikan oleh: MENTERI KESEHATAN RI pada SEMINAR dan LAUNCHING INDONESIAN WOMEN for WATER, SANITATION and HYGIENE Jakarta, 18 Februari 2015 Mengapa peran wanita penting dalam pengelolaan air minum dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

Wonogiri, 11 Pebruari 2014

Wonogiri, 11 Pebruari 2014 Wonogiri, 11 Pebruari 2014 luas wilayah 182.236,02 Hektar atau 5.59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah, dan secara geogarafis terletak antara 7 0 32 dan 8 0 15 Lintang Selatan (LS) dan 110 0 41 dan

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci