BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini, berat badan setiap ekor mencit ditimbang dari mulai tahap persiapan sampai akhir perlakuan. Selama penggemukan mencit diberi pakan berlemak tinggi selama satu minggu. Data berat badan sebelum dan sesudah penggemukan dapat dilihat pada Tabel 4.1, berikut ini : Tabel 4.1 Data Berat Badan Mencit Kadar Pektin Sebelum Penggemukan (g) (A) Setelah Penggemukan (g) (B) B-A Setelah Pemberian Pektin (g) (C) C-B 0 % 5 % 10 % 15 % 20 % 29,49 ± 0,76 30,49 ± 1,27 29,32 ± 0,54 30,69 ± 0,81 30,39 ± 0,83 32,07 ± 1,31 32,85 ± 1,31 33,23 ± 1,09 33,21 ± 0,64 33,23 ± 0,81 2,58 2,36 3,91 2,52 2,84 34,48 ± 0,90 c 30,42 ± 2,05 b 27,29 ± 1,22 a 30,34 ± 3,43 b 33,35 ± 1,52 c 2,41-2,43-5,94-2,87 0,12 Berat badan mencit sesudah penggemukan (Tabel 4.1), menunjukkan peningkatan setelah pemberian pakan berlemak tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada kolom B-A yang menunjukkan selisih data rata-rata berat badan sebelum dan sesudah pemberian pakan berlemak. Selanjutnya mencit diberi perlakuan dengan larutan pektin selama satu minggu. Pada tahap perlakuan ini, berat badan mencit ditimbang dalam selang waktu dua hari sekali. Selama pemberian pektin, mencit tetap diberi pakan berlemak tinggi dan minum seperti pada tahap sebelumnya. Berat badan 25 ekor mencit pada hari

2 34 terakhir pemberian pektin kemudian dihitung rata-ratanya. Hasil rata-rata berat badan mencit setelah pemberian pektin selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 pada kolom C. Data rata-rata berat badan setelah pemberian pektin (C) pada Tabel 4.1 selanjutnya diolah dengan analisis statistik menggunakan SPSS 12. Tahap pengolahan data dimulai dengan uji homogenitas dengan menggunakan uji Leven s. Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Data Rata-Rata Berat Badan Akhir Mencit Kelompok Hipotesis Pengambilan Kontrol dan H 0 : data homogen Jika nilai signifikansi H 0 diterima, perlakuan hitung > 0.05, maka karena nilai sig. H 1 : data tidak homogen H 0 diterima hitung > sig. α 0.05 Jika nilai signifikansi hitung < 0.05, maka H 0 ditolak Hasil uji tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan variansi berat badan mencit pada masing-masing perlakuan atau dengan kata lain data rata-rata berat badan mencit homogen. Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3. Uji selanjutnya adalah uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.3, dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1. Uji normalitas data berat badan menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal, dikuatkan dengan nilai signifikansi hitung yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan signifikansi α, > 0.05, maka Ho diterima.

3 35 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Rata-Rata Berat Badan Akhir Mencit Kelompok Hipotesis Pengambilan Kontrol dan H 0 : data Jika nilai signifikansi perlakuan terdistribusi hitung > 0.05, maka normal H 0 diterima H 1 : data tidak terdistribusi normal Jika nilai signifikansi hitung < 0.05, maka H 0 ditolak H 0 diterima, karena nilai sig. hitung > sig. α 0.05 Uji yang digunakan selanjutnya adalah uji ANOVA. Tujuan dari uji tersebut adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata dari data berat badan mencit. Tabel 4.4 Hasil Uji one-way ANOVA Data Rata-Rata Berat Badan Akhir Mencit Kelompok Hipotesis Pengambilan Kontrol dan H 0 : data rata-rata Jika nilai signifikansi perlakuan berat badan mencit hitung > 0.05, maka antar kelompok uji H 0 diterima tidak berbeda secara signifikan H 1 : data rata-rata berat badan mencit antar kelompok uji berbeda secara signifikan Jika nilai signifikansi hitung < 0.05, maka H 0 ditolak H 0 ditolak, karena nilai sig. hitung < sig. α 0.05 Berdasarkan hasil uji tersebut dapat diketahui bahwa pada data pengaruh pektin kulit jeruk bali terhadap berat badan menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata berat badan mencit dengan didukung oleh nilai signifikansi hitung kurang dari signifikansi α pada taraf nyata 5%. Artinya terdapat pengaruh yang nyata dari

4 36 pemberian pektin kulit jeruk Bali terhadap berat badan mencit. Hasil uji ANOVA selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.5. Pengaruh pemberian konsentrasi pektin yang berbeda terhadap berat badan mencit dapat digambarkan pula dalam bentuk grafik (Gambar 4.1 ). Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan kontrol, rata-rata berat badan mencit setelah pemberian pektin mengalami penurunan. Penurunan yang paling signifikan ditunjukkan pada hasil pemberian pektin dengan kadar 10% Berat Badan Mencit (gram) % 5% 10% 15% 20% Kadar Pektin Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Pektin terhadap Berat Badan Mencit Setelah perlakuan pemberian pektin selama satu minggu, dilakukan pengambilan sampel darah mencit untuk diukur kadar kolesterol dalam darahnya. Data kadar kolesterol darah mencit dapat dilihat pada Tabel 4.5.

5 37 Tabel 4.5 Data Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah Mencit Kadar Pektin Jumlah Mencit Rata-rata Kadar Kolesterol (mg/dl) 0 % 5 151,000 ± 21,897 b 5 % 5 10 % 5 15 % 5 20 % 5 135,400 ± 17,038 b 109,000 ± 12,429 a 128,000 ± 14,612 ab 141,000 ± 15,821 b Data rata-rata kadar kolesterol darah kemudian diolah dengan analisis stastistik menggunakan SPSS 12. Data rata-rata kadar kolesterol darah mencit pada tabel di atas diuji terlebih dahulu homogenitasnya dengan menggunakan uji Leven s. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak terdapat perbedaan variansi kadar kolesterol darah mencit pada masing-masing perlakuan atau dengan kata lain data kadar kolesterol mencit homogen. Hal ini didukunng dengan nilai signifikansi hitung > signifikansi α (0.05), yaitu 0,514 > 0,05 maka Ho diterima. Hasil uji homogenitas kadar kolesterol darah mencit dapat dilihat pada tabel berikut ini dan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 4.4 : Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah Mencit Kelompok Hipotesis Pengambilan Kontrol dan H 0 : data homogen Jika nilai signifikansi perlakuan hitung > 0.05, maka H 1 : data tidak H 0 diterima homogen Jika nilai signifikansi hitung < 0.05, maka H 0 ditolak H 0 diterima, karena nilai sig. hitung > sig. α 0.05

6 38 Uji selanjutnya adalah uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Hasil uji normalitas kadar kolesterol darah mencit dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 4.2. Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah Mencit Kelompok Hipotesis Pengambilan Kontrol dan H 0 : data Jika nilai signifikansi perlakuan terdistribusi hitung > 0.05, maka normal H 0 diterima H 1 : data tidak terdistribusi normal Jika nilai signifikansi hitung < 0.05, maka H 0 ditolak H 0 diterima, karena nilai sig. hitung > sig. α 0.05 Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah mencit berdistribusi normal dan dikuatkan dengan nilai signifikansi hitung > signifikansi α yaitu > 0.05 maka Ho diterima. Uji yang digunakan selanjutnya adalah uji ANOVA. Berdasarkan hasil uji ANOVA dapat diketahui bahwa pada data pengaruh pektin kulit jeruk bali terhadap kadar kolesterol darah mencit menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata kadar kolesterol darah mencit berdasarkan variasi kadar pektin, dengan kata lain terdapat pengaruh yang nyata dari pemberian pektin kulit jeruk bali terhadap kadar kolesterol darah mencit. Hal tersebut dikuatkan dengan nilai signifikansi hitung < sig.α pada taraf nyata 5% yaitu (sig. hitung) < 0.05 (sig.α). Hasil uji ANOVA data rata-rata kadar kolesterol darah mencit dapat dilihat pada Tabel 4.8, dan selengkapnya ditunjukkan dalam Lampiran 4.6.

7 39 Tabel 4.8 Hasil Uji one-way ANOVA Data Rata-Rata Kadar Kolesterol darah Mencit Kelompok Hipotesis Pengambilan Kontrol dan H 0 : data rata-rata Jika nilai signifikansi perlakuan kadar kolesterol hitung > 0.05, maka darah mencit antar H 0 diterima kelompok uji tidak berbeda secara signifikan H 1 : data rata-rata kadar kolesterol darah mencit antar kelompok uji berbeda secara signifikan Jika nilai signifikansi hitung < 0.05, maka H 0 ditolak H 0 ditolak, karena nilai sig. hitung < sig. α 0.05 Pengaruh pemberian pektin dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kadar kolesterol darah mencit dapat digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar.4.2). 160 Kadar Kolesterol Darah Mencit (mg/dl) % 5% 10% 15% 20% Kadar Pektin Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Pektin Terhadap Kadar Kolesterol Darah Mencit

8 40 Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan kontrol, rata-rata kadar kolesterol darah mencit setelah pemberian pektin mengalami penurunan. Penurunan yang paling signifikan ditunjukkan pada hasil pemberian pektin dengan kadar 10%. Data rata-rata berat badan (Tabel 4.1 kolom C) dan kadar kolesterol darah mencit (Tabel 4.5) kemudian diuji dengan menggunakan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara berat badan dan kadar kolestrol tersebut setelah pemberian pektin kulit jeruk bali dengan konsentrasi yang berbeda. Sebelum menggunakan uji korelasi, terlebih dahulu data diuji dengan menggunakan uji regresi. Uji regresi tersebut bertujuan untuk mengetahui linieritas antara data berat badan dan kadar kolesterol darah mencit setelah pemberian pektin kulit jeruk. Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linier Data Rata-Rata Berat Badan dengan Kadar Kolesterol Darah Mencit Kelompok Hipotesis Pengambilan Kontrol dan H 0 :berat badan Jika t hitung < t tabel, perlakuan mencit tidak maka H 0 diterima berpengaruh terhadap kadar Jika t hitung > t tabel, kolesterol darah maka H 0 ditolak mencit H 1 : berat badan mencit berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah mencit H 0 ditolak, karena nilai t hitung > nilai t tabel. Hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa t hitung >1.893 nilai t tabel. Hasil uji regresi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.9.

9 41 Hasil uji korelasi antara berat badan dengan kadar kolesterol darah mencit ditunjukkan dalam Tabel 4.10 dan selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Data Rata-Rata Berat Badan dengan Kadar Kolesterol darah Mencit Kelompok Pengambilan Kontrol dan r xy 0.00 sampai 0,20 memiliki keeratan yang Korelasi berat perlakuan sangat lemah r xy 0.21 sampai 0.40 memiliki keeratan lemah r xy 0.41 sampai 0.70 memiliki keeratan kuat r xy 0.70 sampai 0.90 memiliki keeratan sangat kuat r xy 0.91 sampai 0.99 memiliki keeratan yang sangat kuat sekali r xy 1 berarti korelasi sempurna badan dengan kadar kolesterol darah mencit memiliki keeratan sangat kuat, karena nilai koefisien korelasi sebesar Nilai korelasi antara berat badan dengan kadar kolesterol darah mencit adalah 0,853. Berdasarkan koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi positif yang tinggi atau sangat kuat antara berat badan dan kadar kolesterol darah mencit. Namun korelasi yang ditunjukkan antara berat badan dengan konsentrasi pektin adalah korelasi negatif yang lemah dengan nilai r = -0,107, begitu juga antara kadar kolesterol darah mencit dengan konsentrasi pektin dengan nilai r = -0,180. Uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa pemberian kadar pektin yang tinggi, menyebabkan berat badan mencit semakin menurun demikian pula halnya dengan kadar kolesterol darah mencit.

10 42 B. Pembahasan Selama perlakuan pemberian pektin, mencit tetap diberi pakan berlemak tinggi. Pakan berlemak tinggi merupakan campuran dari pakan standar laboratorium dengan lemak daging sapi. Menurut USDA Nutrient Database lemak daging sapi memiliki kadar kolesterol 109 mg/100 g. Pemberian pakan tersebut dapat menaikkan berat badan mencit (Tabel 4.1 kolom B-A). Faktor periode penggemukan selama satu minggu menyebabkan peningkatan berat badan pada mencit, demikian pula pada saat pemberian pektin, mencit tetap diberi pakan berlemak. Hal tersebut dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme dalam mencit. Menurut Guyton & Hall (1997 : 1086), obesitas berarti penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh yang disimpan dalam jaringan adiposa untuk dipakai kemudian sebagai energi. Pada beberapa jenis tikus diketahui mengalami obesitas herediter yang disebabkan salah satunya oleh mobilisasi lemak yang tidak efektif dari jaringan adiposa oleh lipase jaringan, sementara pembentukan dan penyimpanan lemak berjalan normal. Proses satu arah semacam ini menyebabkan peningkatan penyimpanan lemak secara progresif, sehingga menimbulkan obesitas yang berat (Guyton & Hall, 1997 : 1086). Pemberian pakan berlemak tinggi dapat menaikkan berat badan mencit, dikarenakan meningkatkan jumlah kalori yang tersimpan dalam jaringan lemak dan otot. Lemak merupakan penghasil kalori tertinggi, dengan kata lain, asupan lemak tinggi maka kalori yang masuk juga tinggi. Jika tidak digunakan dengan optimal, kalori yang tersisa akan disimpan dalam jaringan lemak dan otot (Ma ruf

11 43 & Sarmanu, 2003 : 216). Senada dengan yang dikemukakan oleh Grande (1987 : 11), karena lemak adalah bentuk utama simpanan energi, suatu kesetimbangan energi yang positif diharapkan akan menyebabkan penambahan kadar lemak tubuh. Hal tersebut dapat dijadikan alasan terjadinya peningkatan berat badan mencit setelah pemberian pakan berlemak tinggi. Pemberian pektin kulit jeruk Bali dengan lima konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%, menunjukkan respon yang cukup berbeda terhadap berat badan maupun kadar kolesterol darah pada mencit. Pada konsentrasi 0%, yang digunakan sebagai kontrol negatif, menunjukkan rata-rata berat badan paling tinggi dengan angka 34,48 ± 0,90 gram. Angka rata-rata berat badan pada konsentrasi pektin 5%, 10%, 15% dan 20% lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol. Diantara semua konsentrasi yang digunakan, dosis pektin yang paling signifikan terhadap penurunan berat badan berdasarkan hasil uji Duncan adalah 10 % (Lampiran 4.7) dengan rata-rata penurunan berat badan sebesar 27,29 ± 1,22 gram. Berbeda dengan hasil penelitian dari Tiwary & Ward (1997 :423), menunjukkan dosis pektin yang efektif adalah 5%. Perbedaan dosis yang efisien untuk menurunkan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah metode yang digunakan. Salah satu metode yang sangat berbeda adalah dalam hal pemberian pektin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tiwary, pektin dicampur dengan jus jeruk. Di samping hal tersebut, perbedaan lain adalah objek penelitian. Tiwary langsung mengaplikasikan pada manusia, sedangkan penelitian yang dilakukan ini menggunakan hewan uji yaitu mencit.

12 44 Konsumsi serat dapat membantu menurunkan berat badan karena dua mekanisme yaitu menyumpal perut dan mengurangi nafsu makan serta memerangkap asam empedu sehingga mencegah penyerapan asam ini sampai batas tertentu dan juga lemak dalam makanan. Pektin merupakan serat alami yang terdapat pada tumbuhan, salah satunya adalah kulit jeruk bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian pektin dapat menurunkan berat badan mencit (Behall et al :6; Marounek et al.2005 : 6). Pektin sebagai salah satu jenis serat larut yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan sehingga pektin akan masuk kedalam kolon. Pektin dalam keadaan utuh membutuhkan tempat yang lebih luas, sehingga menimbulkan perasaan kenyang tanpa penambahan kalori. Selain itu, pektin sebagai serat dapat menjadi penghalang alami terhadap pemasukan energi yang berlebih (Eastwood, 1987 : 207). Pektin dalam bentuk cairan akan meningkatkan kecepatan proses pengangkutan bahan makanan sisa dalam lambung. Kerja fisiologis serat (pektin) dalam usus kecil disebabkan oleh adanya pembentukan gel, daya ikat air, pertukaran kation dan sifat-sifat penyerapan bahan empedu. Serat juga dapat mempengaruhi kecepatan difusi pada permukaan serap mukosa dan mengubah penyerapan glukosa dan kolesterol. Karena adanya sifat pertukaran kation serat yang disebabkan oleh gugus karboksil bebas, mineral esensial dan bahan logam toksik akan terikat secara reversibel pada serat sehingga tidak terserap pada usus halus. Penurunan berat badan pada kadar pektin 5% tidak signifikan, karena kandungan pektin rendah sehingga tidak dapat bekerja optimum. Demikian halnya

13 45 juga untuk kadar pektin 15% dan 20%. Dosis yang lebih tinggi belum tentu dapat memberikan efek yang lebih baik dalam penelitian ini, hal tersebut dapat terjadi karena beberapa kemungkinan. Dugaan pertama, pada dosis yang lebih tinggi konsentrasi pektin lebih pekat agar volume pemberian tetap sama, hal tersebut mengakibatkan terjadinya kejenuhan dalam saluran pencernaan sehingga mengganggu proses pengikatan asam empedu oleh pektin. Pada konsentrasi lebih tinggi dari 10%, tingginya kadar pektin, akan semakin tinggi pula pengikatakan asam empedu. Pengikatan asam empedu yang sangat tinggi, dapat menyebabkan kebutuhan kolesterol untuk disintesis menjadi asam empedu meningkat. Sehingga kemungkinan untuk terjadinya katabolisme kolesterol dari lemak meningkat. Metabolisme lemak yang tidak sempurna akan menghasilkan kalori, dan meningkatnya asetil Co-A. Kemudian asetil Co-A akan banyak dirubah menjadi glikogen hati dan otot, atau disimpan dalam jaringan adiposa. Hal tersebut juga dapat meningkatkan massa jaringan (Guyton & Hall, 1997 : 1088). Jaringan lemak dan urat daging yang memiliki massa tinggi, memiliki suatu mekanisme untuk mempertahankan diri yang disebut dengan homoiostasis. Dalam keadaan tertentu pada titik penurunan yang optimum, jaringan tersebut tidak akan menyusut lagi, dengan kata lain berat badan tidak akan berkurang lagi. Pada satu turunan tikus, lemak mudah disimpan dalam jaringan adiposa, tetapi jumlah lipase peka hormon dalam jaringan adiposa sangat berkurang, sehingga hanya sedikit lemak yang dapat dikeluarkan. Keadaan ini yang menjadi penyebab jalur satu arah dimana lemak secara terus menerus disimpan walaupun

14 46 tidak pernah dilepaskan. Pada satu turunan mencit yang gemuk, terdapat kelebihan asam lemak sintetase yang menyebabkan kelebihan sintesis lemak. Oleh sebab itu, mekanisme genetik yang serupa merupakan penyebab kelebihan berat badan yang mungkin pada manusia. Individu yang mengalami hyperplasia pada sel lemaknya akan menderita obesitas. Individu yang memiliki kelebihan sel lemak dianggap memiliki pengaturan penyimpanan lemak lebih tinggi oleh mekanisme autoregulasi umpan balik neurogenik untuk pengendalian jaringan adiposa (Guyton & Hall, 1997 : 1117). Hal tersebut berlaku pula pada mencit, sehingga respon yang ditunjukkan oleh masing-masing mencit dengan pemberian pektin tidaklah sama. Hal tersebut disebabkan jumlah sel lemak didalam tubuh setiap ekor mencit juga berbeda. Pengaruh pemberian pektin dapat pula menyebabkan penurunan kadar kolesterol dalam darah mencit. Jika dibandingkan dengan semua konsentrasi yang digunakan, dosis pektin yang paling signifikan terhadap penurunan kadar kolesterol darah mencit berdasarkan uji Duncan adalah 10 % (Lampiran 4.8). Pektin yang merupakan serat mampu menurunkan kadar kolesterol darah dan berat badan pada mencit. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa pektin dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah (Wells &Benjamin, 1960; Wolthuis et al. 1980; Fernandez et al. 1994; Terpstra et al. 1998; Marounek et al. 2005). Pada penelitian lain, dikemukakan bahwa pada tikus yang diberi pakan kolesterol tinggi yang mengakibatkan kolesterol total pada plasma dan livernya meningkat dapat dinetralkan oleh pektin jeruk dan apel (Wells, 1961). Hal ini juga sekaligus menunujukan bahwa sebenarnya tikus

15 47 memiliki kemampuan untuk mengubah kolesterol menjadi asam empedu karena kolesterol merupakan unsur penting dalam cairan empedu yang mampu mengemulsikan lemak semua membran, apabila berlebih kolesterol ini diubah menjadi asam empedu. Pemberian serat dengan viskositas yang tinggi lebih efektif menurunkan kolesterol daripada pemberian serat dengan viskositas yang rendah. Viskositas serat yang tinggi menyebabkan penurunan kadar kolesterol, disertai peningkatan ekskresi asam empedu dan sterol netral. Peningkatan viskositas pada lambung dan usus dapat menghindarkan lambung dari kekosongan, penurunan absorbsi nutrisi, dan bercampur dengan formasi misel. Serat dengan viskositas yang tinggi akan bercampur dengan misel-misel dan atau asam empedu. Laju difusi misel-misel yang mengandung kolesterol dalam bentuk bolus menurun, sehingga menyebabkan penyerapan kolesterol dan asam empedu turut menurun juga (Simatupang, 1997 :9). Mekanisme lain yang dimiliki serat adalah sifat amba (bulky). Ada kecenderungan serat dapat mengikat kolesterol dan langsung dibawa melewati sistem pencernaan yang selanjutnya dibuang bersama feses. Disamping itu keberadaan serat akan menghambat emulsifikasi lemak dan kolesterol oleh garam empedu, sehingga kolesterol akan terikat oleh serat yang kemudian akan dikeluarkan melalui ekskreta. Serat larut bermanfaat dalam menurunkan kadar kolesterol darah karena mempunyai kemampuan untuk mengikat asam empedu. Asam empedu merupakan hasil akhir dari metabolisme kolesterol. Semakin banyak serat yang berikatan dengan kolesterol, maka semakin banyak kolesterol

16 48 yang di metabolisme, sehingga pada akhirnya kadar kolesterol menurun (Simatupang, 1997 : 9-10). Upaya untuk memproduksi kembali asam empedu yang hilang, hati akan menarik kolesterol dari darah, sehingga kadar kolesterol darah akan menurun. Naiknya kolesterol darah lebih banyak disebabkan oleh peningkatan pembentukannya dalam hati yang dalam keadaan normal mencapai 500 mg/hari (Hartono, 1996 : 39). Penyebab lain adalah meningkatnya penyerapan kolesterol kembali lewat siklus enteroheaptik dari dalam usus halus. Apabila hati dapat mengurangi arus pembentukan kolesterol yang pada gilirannya diekskresikan lewat getah empedu ke dalam usus, sementara penyerapan kolesterol dalam usus dapat dihambat dengan pengikatan sebagain getah empedu, maka penyerapan kembali kolesterol di dalam usus akan berkurang sehingga kadarnya dalam darah dapat menurun (Budaarsa, 1997). Lemak merupakan penghasil kalori tertinggi diantara zat makanan lainnya. Konsumsi lemak berlebih sama halnya dengan konsumsi kalori yang tinggi. Asupan kalori yang tinggi tanpa diimbangi dengan penggunaan yang seimbang akan menyebabkan penumpukan jumlah kalori dalam tubuh. Kalori ini akan diubah menjadi asam lemak, monogliserida, kolin dan sebagainya (Linder, 1992 : 69). Pemecahan lemak ini terjadi hampir semuanya di dalam duodenum dan jejunum dengan bantuan garam empedu dan lipase pancreas dalam lingkungan ph yang optimum. Asam lemak, monogliserida, fosfat dan bahan lemak lain yang telah dicerna diserap dalam sel mukosa intestine secara difusi pasif. Garam empedu

17 49 yang disekresikan untuk membantu pencernaan dan penyerapan lemak akan diserap kembali pada bagian bawah saluran pencernaan. Trigliserida disekresikan kembali dalam bentuk kilomikron (Linder, 1992 : 69). Trigliserida ini yang oleh sebagian besar jaringan digunakan untuk sumber energi. Jika tidak digunakan maka trigliserida disimpan dalam jaringan lemak dan jaringan urat daging. Hubungkan antara kadar kolesterol darah dan berat badan mencit setelah pemberian pektin, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang sangat kuat yaitu 0,853 (Lampiran 4.10). Hubungan tersebut merupakan hubungan positif yang tinggi. Hasil korelasi pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miettinen (1971) yang mengemukakan adanya korelasi yang signifikan antara berat badan dan eksresi fekal dari steroid netral, asam, dan total yang mengindikasikan berat badan yang lebih besar akan lebih banyak mensintesis kolesterol. Lemak yang terdapat dalam makanan diabsorbsi dalam bentuk asam lemak, gliserol, atau gliserida. Proses lipolisis dalam jaringan adiposa menyebabkan dibebaskannya asam lemak ke dalam darah. Sebagian besar proses lipolisis ini terjadi dalam jaringan adiposa dengan disertai pelepasan asam lemak bebas ke dalam plasma, di mana asam lemak bebas tersebut ditemukan berikatan dengan albumin serum. Hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak di dalam darah dan akan menyebabkan proses lipogenesis terhambat. Proses metabolisme asam lemak, selain menghasilkan energi, juga menghasilkan zat antara yaitu asetil-co-a dalam jumlah yang cukup besar melalui beta oksidasi. Jika asam lemak banyak dimetabolisme untuk memenuhi

18 50 jumlah energi yang dibutuhkan tubuh maka kadar asetil-ko-a akan sangat meningkat di dalam tubuh. Keadaan ini memungkinkan terjadinya pembentukan zat-zat lain yang bahan bakunya adalah asetil-koa di antaranya adalah kolesterol serta hormon-hormon steroid, maka pada kelompok mencit dengan rata-rata-berat badan tinggi memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Jadi kelompok mencit yang diberi perlakuan pektin, disamping mengalami penurunan berat badan juga akan mengalami penurunan kadar kolesterol. Lemak bukanlah komponen tubuh satu-satunya yang hilang atau bertambah, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh perubahan kadar air dan protein tubuh (Guyton & Hall, 1997 : 1118). Perubahan berat badan dapat terjadi dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Menurut Grande (1987 : 15), perubahan bobot tubuh dalam jangka pendek dapat diterangkan oleh adanya perubahan kadar air tubuh. Suatu penyerapan air yang mencolok, yang sejalan dengan bertambahnya bobot tubuh, dapat disebabkan karena adanya penyimpanan glikogen dalam otot dan hati. Olsson dan Saltin (dalam Grande, 1987 : 15 ), menunjukkan bahwa suatu peningkatan kadar glikogen tubuh sebesar 500 g diikuti oleh peningkatan kadar air tubuh sebanyak 2,2 liter. Upaya penurunan berat badan dapat dilakukan dengan cara memilih makanan atau diet yang rendah kalori, meningkatkan aktivitas fisik, mengubah gaya hidup, terapi alternatif, dan sebagainya. Dalam Heinrich (2002), penurunan berat badan dengan menggunakan berbagai macam suplemen diet dapat menimbulkan efek samping tertentu bagi kesehatan individu tersebut. Di lain pihak pektin kulit jeruk bali merupakan bahan alami, dengan beberapa tahapan

19 51 ekstraksi, pektin tersebut dapat digunakan sebagai bahan alternatif penurun berat badan pada mencit. Akan tetapi untuk aplikasi pada manusia perlu dilakukan tinjauan lebih lanjut. Penelitian lain yang berhubungan dengan penurunan berat badan diantaranya dilakukan oleh Melin (2003) menggunakan metode very-lowcalorie diet (VLCD). Dalam metode ini 43 subjek penderita obesitas berusia tahun dengan Indeks Massa Tubuh 35 kg/m2. akan tetapi keberhasilan dari program ini menunjukkan hasil 26%. Berbagai obat untuk menurunkan tingkat rasa lapar telah digunakan pada pengobatan obesitas. Obat terpenting adalah amfetamin (atau derivat amfetamin), yang secara langsung menghambat pusat makan dalam otak. Akan tetapi penggunaan obat ini dapat menimbulkan bahaya karena secara bersamaan sangat merangsang sistem syaraf pusat, membuat pengkonsumsi menjadi cemas dan meningkatkan tekanan darah. Penderita akan segera beradaptasi dengan obat tersebut sehingga reduksi berat badan biasanya berlangsung tidak lebih besar dari 5 sampai 10 persen (Guyton & Hall, 1997 : ). Manfaat penurunan berat badan diantaranya adalah dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan kandungan gula dalam darah, menurunkan trigliserida dalam darah, dan meningkatkan HDL dalam darah. Manfaat lain yang jauh lebih besar adalah dapat menikmati kesehatan yang lebih baik, lebih percaya diri, lebih dinamis, dan mudah memilih jenis pakaian.

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008 PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN KULIT JERUK BALI (Citrus grandis) DAN KULIT PISANG AMBON (Musa spp.) TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL DARAH PADA MENCIT (Mus musculus) Oleh: Soesy Asiah Soesilawaty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit yang menjadi suatu permasalahan cukup besar saat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Lemak Daging Ayam Broiler yang Diberi Probiotik Berbasis Susu Sapi dan Susu Kedelai Fermentasi. Hasil pengamatan kadar lemak daging ayam broiler pada peneitian dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Soygurt Sari Tempe Medium susu tempe yang dipergunakan mempunyai ph awal 6, setelah diinokulasi dengan bakteri L. plantarum, 10 jam kemudian ph turun menjadi 4. Penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Berdasarkan hasil penimbangan BB monyet ekor panjang, penambahan nikotin cair pada kedua kelompok pakan terdapat kecenderungan penurunan BB dibandingkan sebelum diberi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH Oleh: Martina Hutahaean Ningrum Wahyuni Sukaisi Kamis, 15 Desember 2011 Dasar Teori TRIGLISERIDA Gliserida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi kelebihan bobot badan akibat penimbunan lemak yang melebihi 20% pada pria dan 25% pada wanita dari bobot badan normal. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir

PENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir 11 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir 59,52% populasi domba nasional berada di Jawa Barat (Departemen Pertanian, 2013), sementara konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler Berdasarkan hasil penelitian, kadar protein hati broiler yang diberi probiotik selama pemeliharaan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah yang sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara seperti di Negara-negara Afrika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelebihan kolesterol dalam darah merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal tersebut diakibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Laboratorium Lapang Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor merupakan laboratorium lapang yang terdiri dari empat buah bangunan

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar glukosa, kolesterol, dan trigliserida pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada setiap tahapan adaptasi, aklimasi, dan postaklimasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Sifat umum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Limbah Bandeng Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Limbah Bandeng Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Limbah Bandeng Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging Berdasarkan hasil analisis statistik dengan ANOVA tentang pengaruh pemberian limbah bandeng terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

50 Media Bina Ilmiah ISSN No

50 Media Bina Ilmiah ISSN No 50 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 EFEKTIVITAS PEMBERIAN FILTRAT LABU SIAM (Sechium Edule) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA DARAH HEWAN COBA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji Lampiran 1 Pembuatan Suspensi Zat Uji Bahan obat herbal X yang merupakan hasil fraksinasi dari daun sukun tidak dapat larut secara langsung dalam air maka dibuat dalam bentuk sediaan suspensi agar dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Data Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada sebelum dan sesudah perlakuan berupa hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap Kolesterol Daging Ayam Broiler. Hasil pengatamatan kadar kolesterol daging pada ayam broiler pada penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). Obesitas terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah penumpukan lemak secara abnormal yang berlebihan pada tubuh sehingga dapat mempengaruhi kesehatan. BMI (Body Mass Index) adalah standar ukuran internasional

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kopi yaitu kopi arabika dan kopi robusta (Bahara M, 2009). a. Kopi arabika, kopi arabika merupakan kopi yang terbaik mutu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kopi yaitu kopi arabika dan kopi robusta (Bahara M, 2009). a. Kopi arabika, kopi arabika merupakan kopi yang terbaik mutu dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi Kopi merupakan minumam stimulan yang berasal dari biji yang dipanggang. Kopi mempunyai 500 macam genus dan 6000 speies. Ada dua jenis kopi yaitu kopi arabika dan kopi robusta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Metabolisme Lipid Metabolisme LIPID Metabolisme LIPID Degradasi Lipid Oksidasi asam lemak Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Biosintesis Lipid Biosintesis asam lemak Biosintesis

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyimpan energi. Kemampuan ini sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang mendadak agar tetap dapat bertahan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN 3. PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa pakan merupakan sumber energi dan materi bagi ikan. Di dalam proses pemanfaatannya, pakan akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI Diproduksi Oleh: PJ. Sinar Sehat, Tasikmalaya Dibawah pengawasan Puslit Bioteknologi-LIPI Dipasarkan oleh: PT. Trubus Mitra Swadaya MONASTEROL Monascus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam pembentukan hormon-hormon anak ginjal, testis, dan ovarium. Kolesterol merupakan

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling penting sebagai sumber energi dan zat-zat gizi dalam jumlah tertentu sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

Nutrition in Elderly

Nutrition in Elderly Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, motilitas sperma, dan abnormalitas sperma) yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Serat 2.1.1 Definisi Serat Pangan Definisi fisiologis serat pangan adalah sisa sel tanaman setelah dihidrolisis enzim pencernaan manusia. Hal ini termasuk materi dinding sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan peternakan dimasa mendatang bertujuan untuk mewujudkan peternakan yang modern, efisien, mandiri mampu bersaing dan berkelanjutan sekaligus dapat memberdayakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. (2009) menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA Pada umumnya lipid merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Adonis Fitness pada tanggal 2-9 Agustus 2016 dan dilakukan di Sanggar Senam Adinda pada tanggal 16-30 Agustus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum dan Pertumbuhan Tikus Wistar selama Percobaan Konsumsi ransum merupakan banyaknya zat makanan atau pakan yang dimasukkan (food intake) dan kemudian terjadi proses metabolisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer yang digunakan berupa pengamatan histologis sediaan hati yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, dan nekrosis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci