HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Leony Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Berdasarkan hasil penimbangan BB monyet ekor panjang, penambahan nikotin cair pada kedua kelompok pakan terdapat kecenderungan penurunan BB dibandingkan sebelum diberi nikotin cair. Selanjutnya, data hasil penelitian terhadap rerata BB monyet ekor panjang sebelum dan selama intervensi nikotin disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Rerata bobot badan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sebelum dan selama intervensi nikotin Perlakuan Peubah Bulan Bobot Badan (kg) Kelompok I Kelompok II 0 4,53 ± 0,69 a 4,92 ± 0,19 a 1 4,39 ± 0,59 a 4,70 ± 0,24 a 2 4,42 ± 0,58 a 4,84 ± 0,31 a 3 4,44 ± 0,59 a 5,04 ± 0,45 a Keterangan : Huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata (P>0,05). Bulan 0 = data awal sebelum intervensi nikotin, Bulan 1 = satu bulan setelah intervensi nikotin, Bulan 2 = dua bulan setelah intervensi nikotin, Bulan 3 = tiga bulan setelah intervensi nikotin. Berdasarkan hasil analisis, penurunan rerata BB monyet ekor panjang untuk kelompok I (lemak sapi) dan kelompok II (monkey chow) tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan pakan ditambah nikotin cair (P>0,05), namun nyata dipengaruhi oleh waktu (bulan) intervensi nikotin cair (P<0,05). Semakin lama waktu penambahan nikotin cair dalam pakan perlakuan, maka semakin meningkat pula efek dari faktor-faktor yang menurunkan asupan energi, asupan makanan, dan pengeluaran energi yang diikuti dengan penurunan BB. Penurunan BB mulai terjadi pada bulan ke-1 setelah intervensi nikotin, namun terjadi peningkatan kembali pada bulan ke-2 dan ke-3 untuk masingmasing kelompok. Kelompok I mengalami penurunan sebesar 0,11 kg (2,43%) dari 4,53±0,69 kg menjadi 4,42±0,58 kg, sedangkan kelompok II mengalami penurunan sebesar 0,08 kg (1,62%) dari 4,92±0,19 kg menjadi 4,84±0,31 kg. Berdasarkan analisis statistik, rerata BB monyet ekor panjang selama intervensi nikotin mengalami kecenderungan penurunan yang tidak bermakna (P>0,05).
2 28 Peningkatan rerata BB monyet ekor panjang pada bulan ke-2 dan ke-3 untuk perlakuan kelompok I diakibatkan oleh konsumsi lemak yang tinggi (20,80%) melebihi batas normal kebutuhan jaringan tubuh (5-9%), sehingga terjadi penimbunan lemak di jaringan adiposa dan intramuskular yang memungkinkan terjadinya peningkatan BB. Kelompok II mengalami peningkatan BB lebih tinggi dibandingkan kelompok I pada bulan ke-2 dan ke-3, hal ini diakibatkan oleh konsumsi dan absorpsi protein yang lebih tinggi (26,82%) dari normal (8%) (Frandson 1993; NRC 2003; Almatsier 2003). Kelebihan protein dapat disimpan dalam bentuk lemak tubuh sebagai cadangan energi. Protein mengalami deaminase, kemudian nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon diubah menjadi lemak dan disimpan di tubuh, sehingga memicu terjadinya peningkatan BB bila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan waktu yang lama (Frandson 1993; Almatsier 2003; Grisham & Garret 2005). Peningkatan BB dapat pula disebabkan oleh kandungan serat kasar yang relatif rendah (2,12-2,25%), sehingga penyerapan pakan menjadi lebih tinggi dan memicu terjadinya peningkatan BB. Kandungan serat kasar yang ideal untuk monyet ekor panjang berkisar antara 2,50 sampai 8,00% (NRC 2003). Selanjutnya, profil penurunan rerata bobot badan monyet ekor panjang dari setiap kelompok perlakuan disajikan pada Gambar 4. Bobot badan (kg) 5,2 5 4,8 4,6 4,4 4, Waktu (bulan) Gambar 4 Rerata bobot badan dari kedua kelompok perlakuan sebelum dan selama intervensi nikotin cair 0,75 mg/kg bb selama tiga bulan pada kelompok I ( ) dan kelompok II ( ).
3 29 Berdasarkan hasil analisis, penurunan rerata BB monyet ekor panjang tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan ditambah nikoin cair (P<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian Chatkin dan Chatkin (2007), bahwa pemberian nikotin cair yang memiliki sistem penyampaian pada neurotransmiter di otak hanya menurunkan kebutuhan asupan energi, sehingga terjadi penurunan asupan makanan dan secara tidak langsung mempengaruhi penurunan BB. Selain itu, penurunan asupan makanan juga diakibatkan oleh meningkatnya efek dari faktorfaktor hormon seperti leptin dan neuropeptida Y yang berperan dalam asupan makanan dan pengeluaran energi. Pengaruh leptin pada penurunan asupan makanan terjadi melalui sinyal dari leptin ke pusat hipotalamus yang mengendalikan perilaku makan, rasa lapar, suhu tubuh, metabolisme glukosa, dan penggunaan energi (Mantzoros 1999; Sugiharto 2007). Selain itu, penurunan rasa lapar dan konsumsi makanan sebagian terjadi melalui inhibisi (penekanan) aktivitas neuropeptida Y sebagai stimulator yang sangat penting dari perilaku konsumsi makanan. Indeks Massa Tubuh Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) menunjukkan bahwa pemberian nikotin berpengaruh pada kedua perlakuan pakan. Data hasil penelitian terhadap rerata IMT monyet ekor panjang sebelum dan selama intervensi nikotin dapat disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Rerata indeks masa tubuh (IMT) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sebelum dan selama intervensi nikotin Perlakuan Peubah Bulan Kelompok I Kelompok II 0 23,41±2,23 ab 24,71±0,57 a IMT (kg/m ,72±1,91 ab 23,60±0,85 ab ) 2 22,87±1,62 ab 24,30±1,02 a 3 21,60±2,05 b 25,06±2,19 a Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05).Bulan 0 = data awal sebelum intervensi nikotin, Bulan 1 = satu bulan setelah intervensi nikotin, Bulan 2 = dua bulan setelah intervensi nikotin, Bulan 3 = tiga bulan setelah intervensi nikotin.
4 30 Berdasarkan hasil analisis ragam, penurunan IMT nyata dipengaruhi oleh perlakuan pemberian pakan (P<0,05). Nilai IMT pada kelompok I sebelum dilakukan intervensi nikotin adalah sebesar 23,41±2,23 kg/m 2 dan kelompok II sebesar 24,71±0,57 kg/m 2. Berdasarkan klasifikasi IMT untuk orang Asia menurut WHO, kelompok I dan kelompok II tergolong ke dalam kriteria pre obes (23,00-24,90 kg/m 2 ). Selama 3 bulan intervensi nikotin, IMT untuk masing-masing kelompok monyet mengalami penurunan, namun pada bulan ke-3 terjadi peningkatan IMT untuk kelompok II. Penurunan rerata IMT untuk kelompok I adalah sebesar 1,02 kg/m 2 (4,35%) dari 23,41±2,23 kg/m 2 menjadi 21,60±2,05 kg/m 2, sehingga terjadi penurunan kriteria dari pre obes menjadi normal (18,50-22,99 kg/m 2 ), sedangkan penurunan rerata IMT untuk kelompok II terjadi pada bulan ke-2 sebesar 0,41 kg/m 2 (1,70%) dari 24,71±0,57 kg/m 2 menjadi 24,30±1,02 kg/m 2, kelompok ini masih tetap dalam kriteria pre obes. Secara keseluruhan, nilai rerata IMT pada monyet ekor panjang mengalami penurunan selama pemberian nikotin cair untuk kedua kelompok perlakuan. Selanjutnya, profil penurunan rerata IMT monyet ekor panjang dari setiap kelompok perlakuan disajikan pada Gambar 5. Indeks massa tubuh (kg/m 2 ) Waktu (bulan) Gambar 5 Rerata indeks massa tubuh dari kedua kelompok perlakuan sebelum dan selama intervensi nikotin cair 0,75 mg/kg bb selama tiga bulan pada kelompok I ( ) dan kelompok II ( ).
5 31 Berdasarkan Gambar 5, penambahan nikotin cair pada kelompok I memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penurunan IMT dan terus menurun dari bulan ke-1, ke-2, dan ke-3. Sedangkan penambahan nikotin cair pada kelompok II hanya mampu menurunkan IMT pada bulan ke-1 dan meningkat kembali pada bulan ke-2 dan ke-3. Penurunan IMT monyet ekor panjang kemungkinan besar dipengaruhi oleh hormon leptin dan neuropeptida Y yang terlibat dalam konsumsi nikotin, karena efek dari pemberian nikotin cair adalah meningkatkan aktivitas leptin yang berperan dalam mengendalikan perilaku makan, rasa lapar, suhu tubuh dan penggunaan energi (Filozof et al. 2004; Sugiharto 2007). Selain itu, nikotin juga menghambat aktivitas neuropeptida Y yang merupakan stimulator penting dari perilaku konsumsi makanan sehingga terjadi penurunan rasa lapar dan konsumsi pakan. Peningkatan IMT pada bulan ke-2 dan ke-3 untuk kelompok II kemungkinan diakibatkan oleh konsumsi protein yang lebih tinggi dibandingkan kelompok I, yaitu sebesar 70,83% berdasarkan penelitian sebelumnya dengan hewan yang sama (Zakariah 2010), sehingga kelebihan protein tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak yang mengakibatkan terjadinya peningkatan IMT (Guyton 1996). Berdasarkan Almatsier (2003), konsumsi makanan yang mengandung tinggi protein dalam jangka waktu lama akan disimpan di jaringan adiposa. Peningkatan dan penurunan IMT untuk kedua kelompok perlakuan dapat pula disebabkan oleh respon yang berbeda-beda dari masing-masing individu terhadap masing-masing pakan yang diberikan. Faktor yang mengakibatkan terjadinya variasi respon ini adalah gen, seperti yang dikemukakan oleh Yang et al. (2007) bahwa genetik memberikan pengaruh yang besar terhadap IMT dan BB (6-80%).
6 32 Glukosa Darah Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah monyet ekor panjang sebelum dan selama intervensi nikotin, kedua kelompok perlakuan memberikan gambaran glukosa darah yang berbeda. Data hasil penelitian terhadap rerata kadar glukosa darah sebelum dan selama intervensi nikotin disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Rerata kadar glukosa darah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sebelum dan selama intervensi nikotin Perlakuan Peubah Bulan Kelompok I Kelompok II 0 57,20±20,49 ab 71,20±28,80 a 1 44,80±9,52 b 51,60±11,00 ab Glukosa Darah (mg/dl) 2 48,60±8,85 ab 51,60±11,81 ab 3 33,60±17,56 b 51,00±11,81 ab Keterangan : Hurup superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05). Bulan 0 = data awal sebelum intervensi nikotin, Bulan 1 = satu bulan setelah intervensi nikotin, Bulan 2 = dua bulan setelah intervensi nikotin, Bulan 3 = tiga bulan setelah intervensi nikotin. Berdasarkan hasil analisis ragam, bahwa kadar glukosa darah nyata dipengaruhi oleh waktu (bulan) intervensi nikotin (P<0,05). Rerata kadar glukosa darah monyet ekor panjang sebelum dan selama intervensi nikotin pada kelompok I mengalami penurunan sebesar 23,60 mg/dl (41,30%) dari 57,20±20,49 mg/dl menjadi 33,60±17,56 mg/dl. Glukosa darah pada kelompok II sebelum intervensi nikotin berada di atas normal, namun setelah intervensi nikotin mengalami penurunan sebesar 20,20 mg/dl (28,40%) dari 71,20±28,80 mg/dl menjadi 51,00±11,81 mg/dl. Glukosa darah normal monyet ekor panjang yaitu 48 mg/dl sampai 69 mg/dl (Fortman et al. 2002). Berdasarkan Tabel 9 di atas, penurunan glukosa darah pada bulan ke-3 terjadi karena adanya pengurangan aktivitas tubuh dan konsumsi pakan. Pengurangan jumlah konsumsi pakan diakibatkan oleh meningkatnya efek dari faktor-faktor hormon seperti leptin dan neuropeptida Y yang berperan dalam asupan makanan dan pengeluaran energi (Filozof et al. 2004). Penurunan kadar glukosa darah pada bulan ke-1, ke-2, dan ke-3 terjadi karena pemberian nikotin cair yang memiliki efek langsung pada stimulasi metabolisme jaringan adiposa untuk menghasilkan hormon seperti leptin. Leptin
7 33 adalah hormon protein yang diproduksi dari lemak di jaringan adiposa yang memiliki pengaruh penting dalam mengendalikan asupan makanan, metabolisme glukosa, metabolisme lemak, dan pengeluaran energi. Leptin mengaktifkan bagian spesifik pada sistem saraf pusat yang mengatur pengurangan asupan makanan, peningkatan pengeluran energi, metabolisme glukosa, dan lemak (Mantzoros 1999; Richards et al. 2000; Sugiharto 2007). Menurut Chen et al. (2002), leptin menyediakan informasi ke pusat saraf dalam mengatur tingkah laku makan, nafsu makan, dan pengeluaran energi. Selain itu, nikotin memiliki sistem penyampaian pada neurotransmitter di otak yang berfungsi menurunkan kebutuhan akan asupan energi sehingga terjadi penurunan asupan makanan dan menekan aktivitas neuropeptida Y yang berperan dalam perilaku konsumsi pakan (Chatkin & Chatkin 2007). Kelompok I pada bulan ke-2 menunjukkan adanya sedikit peningkatan kadar glukosa darah dibandingkan pada bulan ke-1. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan aktivitas tubuh, seperti merawat diri, menggaruk-garuk badan, tangan dan kaki pada penelitian sebelumnya dengan hewan coba yang sama (Zakariah et al. 2010) sehingga diperlukan energi yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas tersebut. Peningkatan aktivitas tubuh mengakibatkan terjadinya peningkatan konsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan glukosa dalam darah yang langsung dialirkan ke sel-sel tubuh yang memerlukan glukosa sebagai sumber energi. Selain dihasilkan dari pakan yang dikonsumsi, glukosa darah juga dihasilkan dari glikogen di dalam hati (Almatsier 2003). Peningkatan glukosa darah pada bulan ke-2 tidak berlangsung lama dan menurun kembali pada bulan berikutnya. Hal ini terjadi karena peningkatan glukosa darah setelah konsumsi pakan akan merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikkan kadar glukosa darah yang lebih lanjut (Hembing 2008). Selain itu, penurunan glukosa darah juga disebabkan oleh pemberian nikotin cair yang memiliki efek langsung pada stimulasi metabolisme jaringan adiposa untuk menghasilkan hormon leptin yang berfungsi menurunkan asupan makanan, meningkatkan metabolisme glukosa, lemak, dan pengeluaran energi.
8 34 Peningkatan pengeluaran energi mengakibatkan terjadinya peningkatan metabolisme glukosa yang berperan sebagai sumber energi. Glukosa yang telah diserap oleh usus halus akan terdistribusi ke dalam sel tubuh yang memerlukan glukosa sebagai energi melalui aliran darah sehingga terjadi peningkatan glukosa dalam darah dan menurun kembali secara cepat (Irawan 2007). Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui dua mekanisme utama, yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme secara anaerobik akan berlangsung di dalam sitoplasma, sedangkan proses metabolisme aerobik akan berjalan dengan menggunakan enzim sebagai katalisator di dalam mitokondria dengan kehadiran oksigen (Irawan 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas leptin akan meningkatkan penggunaan energi diikuti dengan peningkatan metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi kemudian dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh untuk menghasilkan energi. Selanjutnya, profil penurunan rerata kadar glukosa darah dari setiap kelompok perlakuan dapat disajikan pada Gambar 6. Glukosa darah (mg/dl) Gambar Waktu (bulan) Rerata glukosa darah dari kedua kelompok perlakuan sebelum dan selama intervensi nikotin cair 0,75 mg/kg bb selama tiga bulan pada kelompok I ( ) dan kelompok II ( ). Gambar 6 diatas memperlihatkan adanya penurunan dan peningkatan rerata glukosa darah, namun secara umum masih berada dalam kisaran normal (Fortman et al. 2002). Kelompok I yang mendapatkan pakan tinggi lemak memiliki rerata kadar glukosa darah lebih rendah dibandingkan dengan kelompok II yang mendapatkan pakan monkey chow. Hal ini disebabkan oleh jumlah protein pada kelompok II lebih banyak dibandingkan kelompok I, sehingga jumlah lemak
9 35 yang dikonsumsi juga lebih banyak yang mengakibatkan meningkatnya cadangan energi yang disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Makanan yang tinggi protein biasanya memiliki kadar lemak yang tinggi, seperti telur, susu, dan daging (Almatsier 2003). Menurut Almatsier (2003), ketika protein dalam keadaan berlebihan di dalam tubuh, protein akan diubah menjadi lemak dan disimpan di tubuh sebagai cadangan energi. Menurut Guyton (1996), seseorang akan langsung menggunakan protein sebagai energi dan disimpan dalam bentuk lemak apabila jumlah protein dalam makanannya lebih banyak daripada yang ada dalam jaringan. Perubahan protein menjadi lemak dibutuhkan hormon insulin yang akan mengambil glukosa dari protein dan mengubahnya menjadi glikogen dan lemak, kemudian disimpan di otot, hati dan jaringan adiposa untuk digunakan sebagai cadangan energi (Hembing 2008). Ketika pengeluaran energi meningkat, maka lemak yang tersimpan di dalam tubuh akan diubah menjadi glukosa untuk menghasilkan energi. Akibatnya, lemak yang tersimpan di dalam tubuh digunakan sebagai energi dan glukosa yang dihasilkan dari hati maupun lemak tidak mengalami penurunan karena terdapat cadangan lemak dalam jumlah besar yang digunakan sebagai energi. Secara keseluruhan, pemberian nikotin mampu menurunkan rerata kadar glukosa darah. Masing-masing kelompok perlakuan memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan nilai rerata (58,50 mg/dl), namun masih berada pada kisaran normal (Fortman et al. 2002).
(Body Weight, Body Mass Index and Blood Glucose of Cynomolgus Monkey (Macaca fascicularis) Fed with High Energy Diet and Liquid Nicotine)
ACTA VETERINARIA INDONESIANA ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373 Vol. 1, No. 1: 20-26, Januari 2013 Penelitian Bobot Badan, Indeks Massa Tubuh, dan Glukosa Darah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) (Sumber:
4 TINJAUAN PUSTAKA Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Deskripsi dan Klasifikasi Menurut Lang (2006), taksonomi monyet ekor panjang sebagai berikut : Kelas : Mamalia Ordo : Primata Sub Ordo : Anthropoidea
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar glukosa, kolesterol, dan trigliserida pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada setiap tahapan adaptasi, aklimasi, dan postaklimasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi kelebihan bobot badan akibat penimbunan lemak yang melebihi 20% pada pria dan 25% pada wanita dari bobot badan normal. Kondisi tersebut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini, berat badan setiap ekor mencit ditimbang dari mulai tahap persiapan sampai akhir perlakuan. Selama penggemukan mencit diberi pakan berlemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas dewasa (>18 tahun) di Indonesia mencapai 19,7% untuk laki-laki
Lebih terperinciGIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan
GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P
Lebih terperinciRangkuman P-I. dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009
Rangkuman P-I dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009 Untuk tumbuh dan berkembang perlu energi dan prekursor untuk proses biosintesis berubah-ubah pd berbagai keadaan Utk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Gizi lebih tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak
BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Adonis Fitness pada tanggal 2-9 Agustus 2016 dan dilakukan di Sanggar Senam Adinda pada tanggal 16-30 Agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, proses-proses tersebut diantaranya adalah premenopause, menopause dan pascamenopause. Masa premenopause
Lebih terperinciPengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2. Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 102CO2 + 92H2O
Metabolisme Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2 Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 Dasar teori Hewan dalam hidupnya selalu memerlukan energi untuk pertumbuhan, produksi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,
Lebih terperinciKehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern, ditemukan fakta bahwa banyak orang ditekan oleh kondisi kerja dan tuntutan hidup, memperlihatkan laju makan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi
Lebih terperinci4. HASIL. Universitas Indonesia
33 4. HASIL 4.1. Data Sebaran Subyek Dari 86 ibu yang menjadi sampel pada data umum akan ditampilkan data status gizi ibu menyusui berdasarkan indeks massa tubuh, data usia, penghasilan, pendidikan terakhir,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1. 1 Pertumbuhan, Konversi Pakan, dan Kelangsungan Hidup Pada pemeliharaan 4 minggu pertama, biomassa ikan yang diberi pakan mengandung rgh belum terlihat berbeda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir
11 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir 59,52% populasi domba nasional berada di Jawa Barat (Departemen Pertanian, 2013), sementara konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan. Endapan kristal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya
Lebih terperinciKOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN
1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otak dan sel darah merah yang bersirkulasi di seluruh tubuh sangat bergantung pada glukosa untuk mendapatkan energi dan menjalankan fungsinya dengan baik (Marks D.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh pada lansia maka akan membuat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Underweight dapat terjadi pada dewasa dan anak-anak. Menurut WHO
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Underweight 2.1.1. Definisi Underweight dapat terjadi pada dewasa dan anak-anak. Menurut WHO seorang dewasa disebut underweight saat IMT kurang dari 18,5 kg/m2. Pada anak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.
Lebih terperinciFaktor-faktor yang mengatur jumlah asupan makanan. Pengaturan jumlah asupan makanan dapat dibagi menjadi:
Adinda (15 th) tinggi badan 165 cm dan berat badan 70 kg, adalah seorang remaja yang suka sekali makan makanan cepat saji. Tiap pulang sekolah ia selalu mampir di McD, Pizza Hut, HHB atau di tempat lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa terbentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciGIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes
GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan metabolisme di dalam tubuh, protein menyumbang paling besar kalori di dalam tubuh dibandingkan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). Obesitas terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemi) dan ditemukannya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciGambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan
Lebih terperinci4. HASIL. Tabel 4.1 Sebaran Subjek berdasarkan Status Gizi, Usia, Tingkat Pendidikan, Penghasilan Ibu, Morbiditas ibu, dan Praktik ASI eksklusif
4. HASIL 4.1. Sebaran Subjek Dari 92 subjek didapatkan karakteristik subjek berdasarkan status gizi, usia, tingkat pendidikan terakhir, penghasilan ibu, morbiditas ibu dalam 2 minggu terakhir, dan praktik
Lebih terperinciMetabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol
Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Glukosa Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa terbentuk dari hasil hidrolisis karbohidrat. 1 Karbohidrat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani
Lebih terperincistatistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks
Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
32 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subyek penelitian ini yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, usia 90 hari dengan berat badan
Lebih terperinciPenyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..?
Penyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..? Penyakit Diabetes bisa disembuhkan setelah para ilmuwan menemukan bahwa gumpalan beracun dari sel berhenti memproduksi hormon insulin. Para ilmuwan di Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing
Lebih terperinciPROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN
3. PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa pakan merupakan sumber energi dan materi bagi ikan. Di dalam proses pemanfaatannya, pakan akan mengalami beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Data Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada sebelum dan sesudah perlakuan berupa hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh penggunaan restraining box terhadap ph daging Hasil pengujian nilai ph dari daging yang berasal dari sapi dengan perlakuan restraining box, nilai ph rata-rata pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal saat ini menjadi salah satu bahan pangan yang digemari masyarakat luas untuk dikonsumsi baik dalam bentuk telur maupun dagingnya. Tingkat keperluan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah
Lebih terperinciTingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik
Lebih terperinciBIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)
BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
Lebih terperinci