50 Media Bina Ilmiah ISSN No
|
|
- Susanto Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 50 Media Bina Ilmiah ISSN No EFEKTIVITAS PEMBERIAN FILTRAT LABU SIAM (Sechium Edule) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA DARAH HEWAN COBA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR Oleh: Ida Bagus Rai Wiadnya Siti Zaetun Wiwik Lina Sari Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram Abstrak : Perkembangan pola hidup masyarakat yang cenderung banyak mengkonsumsi makanan berlemak berakibat pada peningkatan kolesterol dalam darah. Penderita penyakit hiperkolesterolemia dapat diberikan obat kimia penurun kadar kolesterol darah yaitu golongan statin. Pemberian obat kimia dalam jangka panjang memiliki efek samping, oleh karena itu perlu pengobatan alternatif yaitu labu siam (Sechium edule). Labu siam mengandung pektin yang berfungsi mencegah penyerapan lemak dan kolesterol, karena serat merangsang sekresi (pengeluaran) getah empedu yang membuat lemak menjadi emulsi dan terbuang bersama feses (kotoran) sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar. Jenis penelitian ini adalah True experiment di laboratorium dengan rancangan The Pretest-Postest Control Group Design. Data yang dikumpulkan dianalisa statistik menggunakan Paired T-Test.Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) sebelum diberikan diet hiperkolesterolemia adalah 50,5 mg/dl. Rerata kadar kolesterol total sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 168 mg/dl dan rerata kadar kolesterol total setelah pemberian filtrat labu siam adalah 131,8 mg/dl Pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) efektif terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar dengan nilai p (0.000 < 0.05 ). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kadar kolesterol total darah sebelum dan setelah. Kata kunci : Kadar kolesterol total, tikus putih (Rattus norvegicus), labu siam (Sechium edule) PENDAHULUAN Kelebihan kolesterol dalam darah merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2004 di Indonesia menunjukkan peningkatan kadar kolesterol terbanyak antara mg/dl. Jumlah orang yang mempunyai kolesterol tinggi dengan usia antara mencapai 9,3% dan usia antara mencapai 15,5%. Dalam hal ini, wanita lebih banyak dibanding pria. Di perkotaan, kecenderungan ini lebih banyak dibanding masyarakat yang hidup dipedesaan. Hal tersebut diakibatkan oleh penyakit yang akan ditimbulkan dari kelebihan kolesterol tersebut. Volume 8, No. 1, Februari 2014 Kelebihan kolesterol dalam darah akan mengakibatkan penyakit jantung dan stroke (Mulyanto, 2012). Salah satu cara menurunkan kadar kolesterol adalah dengan mengkonsumsi obat kimia yaitu obat golongan statin. Efek samping dari statin diantaranya kerusakan otot, mulai myositis (radang otot), hingga rhabdomyolisis yaitu nyeri otot disertai pecahnya protein otot (Michele, 1992). Mengingat banyaknya efek samping yang dapat diakibatkan oleh pengobatan secara kimia, akhir-akhir ini upaya pencegahan dan pengobatan penyakit diarahkan pada potensi kekayaan alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati
2 ISSN No Media Bina Ilmiah51 terbesar di dunia untuk dimanfaatkan secara rasional yang berkhasiat dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan risiko efek samping lebih ringan salah satunya adalah labu siam (Shecium edule) (Priantono, 2005). Labu siam adalah tumbuhan suku labu-labuan yang dapat dimakan buah dan pucuk mudanya. Labu siam dikenal masyarakat sebagai sayuran yang mudah didapat dan mempunyai banyak kandungan gizi salah satunya serat nabati yang dapat mengurangi penyerapann kolesterol dalam usus. Serat nabati termasuk golongan pektin dapat menurunkan kolesterol darah. Labu siam juga mengandung sejenis alkaloid yang berkhasiat menormalkan tekanan darah (Agustini, 2006). Labu siam mengandung pektin yang berkadar metoksil rendah sehingga labu siam dapat dijadikan serat makanan (Agustini, 2006). Pektin merupakan serat makanan yang dapat larut (soluble dietary fibers) yang diketahui dapat mencegah hiperkolesterolemia, kanker usus dan diabetes. Mekanisme kerja pektin adalah pektin mampu mengikat kolesterol yang terdapat pada sistem pencernaan, sehingga mencegahnya untuk diserap menuju aliran darah (Sharma, 2006). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnia Agustini (2006), membuktikan bahwa mengkonsumsi labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, namun khasiat filtrat labu siam dalam menurunkan kadar kolesterol darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) masih kurang informasinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas terhadap penurunan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar. (Zainuddin, 2005; Notoatmojo, 2005). Jumlah unit percobaan dalam penelitian ini adalah 10 hewan coba tikus putih. Hewan coba tikus putih yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang berjenis kelamin jantan, sehat fisik, berumur 3 4 bulan dengan berat gram dan telah diaklimatisasi selama 7 hari terhadap air, makanan, hawa dan kondisi laboratorium. Aklimatisasi hewan coba selama 7 hari dengan tujuan untuk membiasakan pada kondisi laboratorium dan mengontrol kesehatan (Harmita dan Maksum, 2008). Adapun teknik sampling yang digunakan adalah non random purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri (Notoatmojo, 2005). Adapun kriteria hewan coba yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah : Sehat fisik, Berjenis kelamin jantan, berat badan tikus gram, umur 2-3 bulan dan telah diaklimatisasi selama 7 hari terhadap air, makanan, hawa, dan kondisi laboratorium. HASIL PENELITIAN Sebelum pemeriksaan kadar kolesterol total hewan coba dilakukan penimbangan berat badan terlebih dahulu. Hasil penimbangan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini : Tabel 1. Hasil Penimbangan Berat Badan Tikus Putih Sebelum dan Setelah Hiperkolesterolemia (gr) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experiment di laboratorium dengan rancangan The Pretest-Postest Control Group Design yaitu pengelompokan anggota kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan berdasarkan acak atau random. Kemudian dilakukan pretest pada kedua kelompok dan yang diikuti intervensi pada kelompok perlakuan. Setelah beberapa waktu dilakukan post test pada kedua kelompok tersebut 8, No. 1, Februari 2014
3 52 Media Bina Ilmiah ISSN No Dari data tabel 1 di atas menunjukkan bahwa rerata berat badan tikus putih sebelum hiperkolesterolemia adalah 174,6 gr dan rerata berat badan tikus putih setelah hiperkolesterolemia adalah 200,9 gr.hasil pemeriksaan kadar kolesterol total terhadap 10 hewan coba sebelum dan setelah hiperkolesterolemia dengan pemberian kuning telur puyuh dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Data Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Pada Darah Hewan Coba Tikus Putih Sebelum dan Setelah Hiperkolesterolemia (mg/dl) Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum hiperkolesterolemia adalah 50,5 mg/dl dan rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hiperkolesterolemia) adalah 179,5 mg/dl. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) sebesar 129 mg/dl. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total terhadap 10 hewan coba yang terdiri dari 5 ekor kontrol dan 5 ekor perlakuan sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam (Sechium edule), dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini Volume 8, No. 1, Februari 2014 Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Pada Darah Hewan Coba Tikus Putih Dari data tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa kadar kolesterol total terendah pada kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan adalah 145 mg/dl dan kadar kolesterol total tertinggi pada kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan adalah 230 mg/dl. Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah 191 mg/dl dan rerata kadar kolesterol total setelah perlakuan adalah 188,8 mg/dl. Sedangkan pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa kadar kolesterol total terendah sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 149 mg/dl dan kadar kolesterol total tertinggi sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 189 mg/dl. Sedangkan kadar kolesterol total terendah setelah pemberian filtrat labu siam adalah 115 mg/dl dan kadar kolesterol tertinggi setelah pemberian filtrat labu siam adalah 156 mg/dl. Rerata kadar kolesterol total sebelum perlakuan adalah 168 mg/dl dan rerata kadar kolesterol setelah perlakuan labu siam adalah 131,8 mg/dl. Hal tersebut menunjukkan bahwa filtrat labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah sebesar 36,2 mg/dl, dengan persentase 21,55%. Data hasil pemeriksaan perbedaan kadar kolesterol total pada darah tikus putih sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam dilakukan analisis data menggunakan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh hasil analisis sebagai berikut :
4 ISSN No Media Bina Ilmiah53 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Hasil uji Shapiro Wilk menunjukkan data kadar kolesterol total sebelum pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) dengan nilai probabilitasnya adalah > 0.05 yang menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Data kadar kolesterol total setelah dengan nilai probabilitasnya adalah > 0.05 yang menunjukkan bahwaa data tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis Paired T-Test menunjukkan kadar kolesterol total tikus putih sebelum dan setelah memiliki perbedaan yang bermakna karena nilai probabilitasnya adalah < 0.05, dengan demikian Ha yang menyatakan ada perbedaan kolesterol sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam diterima, yang artinya pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) efektif terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar dan Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan kadar kolesterol sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam ditolak. 8, No. 1, Februari 2014 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok kontrol dan perlakuan setelah diberikan pakan standar ditambah pemberian kuning telur puyuh selama 1 minggu sebanyak 3 kali/hari dan setiap kali pemberian masing masing tikus putih (Rattus norvegicus) mendapatkan 3 butir kuning telur puyuh mengalami peningkatan berat badan dan kolesterol total. Rerata kadar kolesterol total sebelum hiperkolesterolemia pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) adalah 50,5 mg/dl sedangkan kadar kolesterol total setelah hiperkolesterolemia pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) adalah 179,5 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar 129 mg/dl. Peningkatan kadar kolesterol total setelah pemberian pakan tinggi kolesterol ini dipengaruhi oleh makanan tinggi lemak yang berasal dari kuning telur puyuh. Padaa setiap 100 gram telur puyuh mengandung 844 mg/dl kolesterol dan 3,56 gram asam lemak jenuh. Asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol yang dikonsumsi akan mengakibatkan peningkatan asam lemak di dalam usus. Di dalam usus, lemak yang berasal dari makanan mengalami pemecahan menjadi asam lemak bebas, fosfolipid, trigliserida dan kolesterol. Kolesterol kemudian masuk ke dalam kilomikron untuk disalurkan ke hati. Sebagian besar kolesterol akan diekskresikan hati dalam bentuk VLDL. Di dalam darah, VLDL yang bermuatan triasilgliserol, kolesterol dan ester kolesterol akan dimetabolisme menjadi IDL. Kandungan triasilgliserol dalam IDL akan mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol, sehingga akan terbentuk LDL yang kaya akan kolesteroll dan esternya. Kolesterol yang terdapat dalam LDL mengandung ikatan tidak jenuh yang rentan terhadap reaksi peroksidasi oleh radikal bebas. Peningkatan kolesterol terjadi karena penyerapan LDL oleh reseptor LDL menuju membrane sel, sintesis kolesterol dan hidrolisis ester kolesterol oleh enzim ester kolesterol hidrolase (Mayes, 2006). Pemeriksaan kadar kolesterol total dilakukan sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) selama 9 hari, pada kelompok kontrol yang telah hiperkolesterolemia tanpa
5 54 Media Bina Ilmiah ISSN No pemberian perlakuan tidak terjadi penurunan secara signifikan Sedangkan kelompok perlakuan terjadi penurunan. Rerata kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 168 mg/dl sedangkan rerata kadar kolesterol setelah pemberian filtrat labu siam adalah 131,8 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa filtrat labu siam mampu menurunkan kadar kolesterol total daram darah sebesar 21,55%. Berdasarkan hasil uji statistik pemberian filtrat labu siam terhadap penurunan kadar kolesterol memiliki perbedaan yang bermakna karena nilai probabilitasnya adalah < sehingga dapat dijelaskan bahwa filtrat labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol total yang diberikan diet tinggi kolesterol. Labu siam memiliki beberapa kandungan zat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total dalam darah. Labu siam (Sechium edule) mengandung pektin. Pektin merupakan serat makanan yang dapat larut (soluble dietary fibers). Serat makanan didefinisikan sebagai karbohidrat yang resisten terhadap hidrolisa enzim pencernaan manusia (Srivastava dan Malviya, 2011). Pektin merupakan bagian diet dari manusia yaitu merupakan serat larut dalam air. Mekanisme kerja pektin adalah pektin mampu mengikat kolesterol yang terdapat pada sistem pencernaan, sehingga mencegahnya untuk diserap menuju aliran darah. Semakin tinggi viskositas pektin, maka akan semakin efektif didalam menyerap kolesterol. Pektin dengan viskositas yang tinggi akan menurunkan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan eksresi asam empedu feses dan sterol netral. Pektin yang memiliki viskositas tinggi tersebut akan berperan dalam membentuk misela dan asam empedu dengan laju difusi rendah melalui bolus untuk mengikat kolesterol pada saluran pencernaan (Sharma dkk, 2006). Labu siam (Sechium edule) mengandung banyak vitamin. Vitamin C yang terdapat di dalamnya mempunyai efek membantu reaksi hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu sehingga meningkatkan ekskresi kolesterol. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai anti oksidan. Kandungan vitamin B3 (niacin) dalam labu siam Volume 8, No. 1, Februari 2014 (Sechium edule) dapat menurunkan produksi VLDL, sehingga kadar IDL dan LDL menurun. Labu siam (Sechium edule) juga mempunyai kandungan vitamin A dan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Kurnia Agustin (2006) tentang pengaruh lama pemberian ekstrak labu siam (Sechium edule) terhadap penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida tikus putih jantan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol total pada darah tikus putih, hal ini disebabkan karena adanya senyawa pektin pada labu siam yang berfungsi mencegah penyerapan lemak dan kolesterol, karena serat merangsang sekresi (pengeluaran) getah empedu yang membuat lemak menjadi emulsi dan terbuang bersama feses (kotoran) (Kurnia, 2012). PENUTUP a. Simpulan 1. Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) sebelum diberikan diet hiperkolesterolemia adalah 50,5 mg/dl 2. Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) setelah diberikan diet hiperkolesterolemia adalah 179,5 mg/dl 3. Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) setelah pemberian filtrat labu siam adalah 131,8 mg/dl. 4. Pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) efektif terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar dengan nilai p (0.000 < 0.05 ). b. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan zat bioaktif murni dari labu siam dengan berbagai variasi konsentrasi atau dengan meneliti perbedaan hasil penurunan kolesterol total dengan menggunakan labu
6 ISSN No Media Bina Ilmiah55 siam yang dimasak atau dikukus terlebih dahulu. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang lebih bervariasi dan jangka waktu yang lebih lama agar pengaruh terhadap kadar kolesterol total dapat terlihat lebih jelas. DAFTAR PUSTAKA Agustini Kurnia Pengaruh lama pemberian formula ekstrak buah labu siam terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Tikus Putih Jantan, Departemen Farmasi Universitas Indonesia: Jakarta. Jurnal.pdf. Diakses Sabtu, 20 Maret 2013, pukul wita. Harmita & Maksum Radji, Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Kedokteran EGC Mayes A, Peter Biokimia Harper. Edisi 28. Jakarta: Kedokteran EGC Mulyanto, Devinda Panjang Umur dengan Kontrol Kolesterol dan Asam Urat. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka Notoatmojo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sharma dkk Time Food Processing Journal, June-July Issu. Sitepoe Mangku Kolesterol Fobia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Srivastava, Malviya Sources Of Pectin Extraction and Its application in pharmaceutical industri an overview. Journal of natural Products and Resources vol 2 Zainuddin, Muhammad Metodelogi Penelitian. Surabaya. PT Widyantara 8, No. 1, Februari 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh. terjadinya penyakit jantung dan stroke (Davey, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah kelebihan kolesterol di dalam darah. Kadar kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh darah atau aterosklerosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Banyak penduduk Indonesia memiliki pola makan yang salah, cenderung menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. Pada umumnya, makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah
Lebih terperinciTERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat
Lebih terperinciKolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada gaya hidup masyarakat terutama pada perubahan pola makan. Karena pengaruh budaya asing, kebiasaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental murni, dengan menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah pengukuran kadar LDL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit yang menjadi suatu permasalahan cukup besar saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi tidak saja membawa dampak positif di segala bidang seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup terutama pola aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperlipidemia merupakan penyakit yang banyak terjadi saat ini. Ada hubungan erat antara hiperlipidemia dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Makanan mengandung banyak lemak dan kolesterol tinggi yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan penumpukan zat-zat tersebut dalam tubuh. Hal ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini, berat badan setiap ekor mencit ditimbang dari mulai tahap persiapan sampai akhir perlakuan. Selama penggemukan mencit diberi pakan berlemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data epidemiologi, fenomena peningkatan kadar lipid terjadi di sebagian besar populasi masyarakat. Hal tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan prevalensi
Lebih terperinciSARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)
SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com
Lebih terperinciUPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009
BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit jantung koroner(pjk / ischemic heart disease) merupakan penyakit jantung yang disebabkan karena adanya obstruksi atau stenosis dari satu atau lebih arteri
Lebih terperincirepository.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke pembuluh darah otak umumnya disebabkan oleh terjadinya aterosklerosis atau penimbunan lemak pada pembuluh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen murni (True Experimental). Penelitian eksperimen murni bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan disertai dengan peningkatan perekonomian mengubah gaya hidup masyarakat (terutama diperkotaan) dari traditional lifestyle menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciMitos dan Fakta Kolesterol
Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelebihan kolesterol dalam darah merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal tersebut diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Serat dibutuhkan untuk mendukung tingkat kesehatan yang optimal. Serat merupakan komponen makanan yang penting terutama untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat dibutuhkan untuk mendukung tingkat kesehatan yang optimal. Serat merupakan komponen makanan yang penting terutama untuk mengatur kadar kolesterol darah tetap normal.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Biokimia. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. 1 Aktivitas fisik dapat memberi pengaruh positif pada
Lebih terperinciJurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008
PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN KULIT JERUK BALI (Citrus grandis) DAN KULIT PISANG AMBON (Musa spp.) TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL DARAH PADA MENCIT (Mus musculus) Oleh: Soesy Asiah Soesilawaty
Lebih terperinciKOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
A2 KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON Jl. Terusan Pemuda 1A Cirebon Kode Pos 45132 Telp. 0231-483928 FORMULIR PENGAJUAN ETIK PENELITIAN PEMANFAATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pretest dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang-orang bijaksana sering mengatakan bahwa kesehatan adalah harta yang paling berharga dalam hidup ini. Sehat dan bugar adalah dua kunci yang sebaiknya dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gliserol dengan tiga asam lemak. Orang dewasa mengonsumsi rata-rata sekitar 60
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trigliserida atau triasilgliserol (TG) merupakan senyawa berasal dari makanan ataupun biosintesis dalam tubuh. Trigliserida terbentuk dari suatu ester gliserol dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Soygurt Sari Tempe Medium susu tempe yang dipergunakan mempunyai ph awal 6, setelah diinokulasi dengan bakteri L. plantarum, 10 jam kemudian ph turun menjadi 4. Penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk
Lebih terperinciDewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina, Sikni Retno K. ABSTRACT
The Effectivity of Atorvastatin, Fenofibrate, and Gemfibrozil in Single and Combination Dose to Reduce Total Cholesterol Levels in White Male Rats of Wistar Strain Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap orang yang tinggal di negara maju maupun negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap orang yang tinggal di negara maju maupun negara berkembang mengalami aterosklerosis yang artinya pengerasan pembuluh darah arteri, contohnya di USA
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Jus Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap Kadar HDL dan LDL-Kolesterol pada Tikus Putih Hiperkolesterolemia
ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap Kadar HDL dan LDL-Kolesterol pada Tikus Putih Hiperkolesterolemia The Influence of Wuluh Star Fruit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAK CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUSTECENS L) TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT PADA TIKUS PUTIH JANTAN
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 9 Sepetember 2017 PENGARUH EKSTRAK CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUSTECENS L) TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT PADA TIKUS PUTIH
Lebih terperinciJurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.3 Hal , September-Desember 2014, ISSN
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.3 Hal. 234-238, September-Desember 2014, ISSN 1411-5549 EFEK PEMBERIAN BUAH PEPINO (Solanum maricatum) TERHADAP PERUBAHAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PEPAYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL, LDL DAN HDL DARAH TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PEPAYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL, LDL DAN HDL DARAH TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA Endrinaldi, Asterina ARTIKEL PENELITIAN Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pembuluh darah (Setiati S, 2014). kronik ataupun akut (Sudoyo, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein hewani adalah harga produk yang tinggi atau daya beli masyarakat yang rendah. Sampai saat ini produk-produk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh nomor satu di dunia (WHO, 2009). Hal tersebut tidak hanya semata-mata akibat usia lanjut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan dan kualitas hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh umur, konsumsi makanan berkalori tinggi dan lemak, serta pola hidup sedentary. Kemajuan teknologi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan spektrum luas dari abnormalitas lipid dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan spektrum luas dari abnormalitas lipid dalam serum, mencakup peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol low-density lipoprotein (LDL) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner termasuk ke dalam kelompok penyakit kardiovaskuler, dimana penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara dengan pendapatan
Lebih terperinciEFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL
EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL Edy Suwarso 1, dan Dewi Nur Anggraeni 2 1) Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 2) Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) yang ada didalam darah terlalu tinggi. Tingginya kadar gula dalam darah disebabkan
Lebih terperinci