LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI"

Transkripsi

1 LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling Center 25 November, 2013

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... III DAFTAR TABEL... V DAFTAR SINGKATAN... VII LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEI... 1 A. Latar belakang survei... 1 B. Tujuan survei... 2 METODOLOGI SURVEI... 3 A. Target responden... 3 B. Jumlah responden... 3 C. Target area dan distribusi sample... 3 D. Metode pemilihan daerah dan responden... 4 E. Waktu pengumpulan data... 4 BAB 1. PROFIL RESPONDEN... 6 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH JAWA TIMUR... 8 TERHADAP DEMOKRASI... 8 A. Pemahaman dan persepsi pemilih jawa timur terhadap demokrasi... 8 B. Pemahaman pemilih jawa timur terhadap hubungan demokrasi dan pemilu BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA A. Persepsi pemilih jawa timur terhadap pentingnya diadakan pemilu/pemilukada B. Persepsi pemilih terhadap keikutsertaannya pada pemilihan (sebagai hak atau kewajiban) C. Keinginan pemilih jawa timur untuk mengikuti pemilu BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU A. Pemahaman pemilih jawa timur terhadap aspek aspek pemilu B. Informasi tentang pemilu 2014 yang paling dibutuhkan C. Preferensi pemilih terhadap sumber informasi untuk pemilu D. Tingkat kepercayaan pemilih jawa timur terhadap beberapa lembaga/institusi sebagai sumber informasi pemilu BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA i

3 NON VOTING (TIDAK MEMILIH) BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN A. Kriteria pemilih terhadap pemimpin B. Preferensi pemilih jawa timur terhadap pemimpin perempuan C. Preferensi pemilih jawa timur terhadap pemimpin difabel BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH A. Kepedulian pemilih jawa timur terhadap keberadaan namanya pada daftar pemilih B. Partisipasi aktif pemilih jawatimur dalam memeriksa daftar pemilih C. Partisipasi aktif pemilih jawatimur dalam menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya di daftar pemilih D. Pemahaman pemilih jawatimur terhadap aspek aspek terkait daftar pemilih BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU.. 57 A. Persepsi pemilih terhadap kejujuran pemilu B. Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pemilu C. Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap pemantau independen D. Partisipasi pemilih dalam pemantauan pemilu BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG. 64 A. Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang B. Persepsi pemilih terhadap penerimaan praktik politik uang C. Pengalaman pemilih terkait politik uang D. Persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang E. Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemiliihan dan keputusan memilih F. Partisipasi pemilih untuk melaporkan praktik politik uang BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA A. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media (televisi, radio, surat kabar, majalah, internet) B. Pengalaman mendengarkan program radio pilar demokrasi C. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media sosial BAB 12. AKSES PEMILIH TERHADAP TELEPON GENGGAM A. Akses terhadap telepon genggam B. Ketertarikan pemilih terhadap penyampaian informasi pemilu melalui telepon genggam LAMPIRAN ii

4 DAFTAR GAMBAR Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden... 6 Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden... 6 Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden... 7 Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden... 7 Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden... 7 Grafik 2.1 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap demokrasi... 9 Grafik 2.2 Preferensi pemilih Jawa Timur terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Grafik 2.3 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Grafik 2.4 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 7) Grafik 3.1 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Grafik 3.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta Propinsi terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Grafik 3.3 Alasan untuk mengikuti/tidak mengikuti Pemilu Grafik 3.4 Keinginan mengikuti Pemilu Grafik 3.5 Persepsi Pemilih Jawa Timur terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Grafik 4.1 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan Grafik 4.2 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Grafik 4.3 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.4 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka pemilih DKI Jakarta untuk Pemilu 2014 (top 6) Grafik 4.7 Pengenalan pemilih Jawa Timur terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih Jawa Timur terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih Jawa Timur dalam memilih Presiden, DPR/DPRD, Gubernur dan Bupati/Walikota Grafik 6.2 Preferensi pemilih Jawa Timur terhadap pemimpin difabel Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih Jawa Timur terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih Grafik 7.2 Praktik pemilih Jawa Timur dalam memeriksa daftar pemilih Grafik 7.3 Tingkat keinginan pemilih Jawa Timur untuk menanyakan ketiadaan namanya di Daftar Pemilih Grafik 7.4 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap beberapa aspek terkait daftar pemilih Grafik 8.1 Persepsi pemilih terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu Grafik 8.2 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Grafik 8.3 Pemahaman dan persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pemantau independen Grafik 8.4 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan iii

5 Grafik 9.1 Persepsi pemilih Jawa timur terhadap ketentuan hukum dari praktik uang Grafik 9.2 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap penerimaan praktik politik uang Grafik 9.3 Pengalaman pemilih Jawa Timur terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.4 Pengalaman pemilih Jawa Timur terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.5 Respon pemilih Jawa Timur terhadap pemberian uang/barang dari calon/partai politik Grafik 9.6 Alasan yang mendorong pemilih Jawa Timur untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.7 Pengalaman dan respon pemilih Jawa Timur terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.9 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Grafik 9.11 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan Grafik 9.12 Partisipasi pemilih Jawa Timur untuk melaporkan praktik politik uang Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih terhadap materi komunikasi Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media Grafik 11.2 Spesifik media yang sering diakses oleh pemilih Jawa Timur Grafik 11.3 Jam menonton TV Grafik 11.4 Pengalaman pemilih Jawa Timur dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Grafik 11.5 Spesifik media sosial yang diakses Grafik 12.1 Akses pemilih Jawa Timur terhadap telepon genggam Grafik 12.2 Tingkat ketertarikan pemilih Jawa Timur terhadap penyampaian informasi Pemilu melalui Telepon Genggam iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap demokrasi Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 2.2 Sumber informasi tentang hubungan Demokrasi dan Pemilu (Top 7) Berdasarkan jender dan daerah Tabel 3.1 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.2 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.3 Keinginan mengikuti Pemilihan Presiden pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.4 Keinginan mengikuti Pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.5 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu Tabel 3.6 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada Pemilu Tabel 4.1 Pemahaman terhadap adanya Pemilu 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.2 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.3 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.4 Pengenalan pemilih Jawa Timur terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih Tabel 5.2 Faktor yang mendorong pemilih Jawa Timur tidak mengikuti pemilihan Tabel 6.1 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Tabel 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 6.3 Preferensi pemilih Jawa Timur terhadap pemimpin difabel Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 7.1 Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan Jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan v

7 Tabel 7.2 Pemahaman terhadap peran surat undangan terhadap hak mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 7.3 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih untuk berpartisipasi dalam pemantauan pemilu Tabel 9.1 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik Tabel 9.2 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 9.3 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih... Error! Bookmark not defined. Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 9.5 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap materi komunikasi politik uang dan kampanye Tabel 11.1 Frekuensi pemilih Jawa Timur dalam mengkonsumsi media internet, surat kabar dan radio Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 11.2 Akses pemilih terhadap media sosial Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 12.1 Akses pemilih Telepon Genggam Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan vi

8 DAFTAR SINGKATAN AIESP AUSAID DPS DPR DPRD DPD DPS Bawaslu Golput KPU KPUD KPUD KTP KPPS Komnas HAM LSM Ormas Pemilu Pemilukada Panwaslu Parpol RT RW SD TNI SMP SMA SES TPS Australia Indonesia Electoral Support Program Australian Agency for International Development Daftar Pemilih Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Pimpinan Daerah Daftar Pemilih Sementara Badan Pengawas Pemilu Golongan Putih Komisi pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum Daerah Komisi Pemilihan Umum Daerah Kartu Tanda Penduduk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Lembaga Swadaya Masyarakat Organisasi Masyarakat Pemilihan Umum Pemilihan Umum Kepala Daerah Panitia Pengawas pemilu Partai Politik Rukun Tetangga Rukun Warga Sekolah Dasar Tentara Nasional Indonesia Sekolah menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sosial Ekonomi Status Tempat Pemungutan Suara vii

9 LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEI A. LATAR BELAKANG SURVEI Sejak era reformasi, tren golput pada Pemilihan Umum Legislatif cenderung meningkat, hingga pada Pemilu 2009 mencapai 29.1%. Eep Saifullof Fatah mengklasifikasikan golput menjadi 4 kategori, yaitu : (1) Golput tekhnis; yaitu karena sebab-sebab tekhnis berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah; (2) Golput tekhnis-politis; yaitu mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena faktor dirinya sendiri atau kesalahan pihak pendaftaran pemilih ; (3) Golput politis; yaitu mereka yang merasa tidak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tidak percaya pada pemilihan akan membawa perubahan dan perbaikan, dan (4) Golput ideologis; yaitu mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi dan tidak mau terlibat di dalamnya. Laporan Tim Penyelidikan Pemenuhan Hak Sipil dan Politik dalam Pemilu Legislatif 2009 oleh Komnas HAM menunjukkan terdapat sekitar 25-40% pemilih kehilangan hak pilih karena tidak masuk daftar pemilih. Hasil penelitian Kemitraan di kota Jakarta, Aceh dan Surabaya mengindentifikasi bahwa penyebab kurang akuratnya daftar pemilih tersebut bervariasi, salah satu nya adalah pemilih yang bersikap pasif dalam menanggapi DPS karena merasa sudah tercatat sebagai pemilih dengan keikutsertaan mereka di Pemilu sebelumnya. Hal ini terjadi karena kurang tersedianya informasi yang memadai dan menarik mengenai pemutakhiran daftar pemilih, atau menganggap bahwa ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan daripada memeriksa daftar pemilih 1. Sehingga meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap proses electoral penting untuk meningkatkan hubungan antara perwakilan dengan konstituennya dan mempertahankan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Informasi dan Pendidikan Pemilih harus di targetkan untuk membangun pemahaman masyarakat secara efektif. AIESP sendiri merupakan program 5 tahun ( ) untuk meningkatkan kualitas pemilihan di Indonesia, di dukung oleh AusAID. Selain terhadap pemilih secara umum, Program AIESP memiliki fokus (namun tidak ekslusif) pada pemilih wanita, pemilih difabel dan pemilih pada kelompok marginal lainnya. Fokus area dari program AIESP adalah 6 target propinsi, yaitu NAD, Jawa Timur, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan NTT. The Asia Foundation mengatur komponen yang signifikan dari AIESP. The Asia Foundation berniat untuk mendukung AIESP untuk dilakukannya survei dasar kualitatif dan kuantitatif mengenai pemahaman, persepsi dan pratik pemilih, untuk memberikan informasi mengenai strategi (fokus kategori pemilih, pesan, media dan daerah) dilakukannya Informasi dan Pendidikan Pemilih yang inovatif, efektif biaya, demand-driven dengan materi komunikasi yang dibuat dengan mempertimbangkan budaya dan bisa sesuai untuk daerah dan kategori pemilih yang beragam dengan tetap mempertahankan penekanan pada pesan utama yang akan disampaikan. 1 Laporan Evaluasi Integritas Proses dan Hasil Pemilu 2009, Jakarta : Kemitraan 1

10 B. TUJUAN SURVEI Menyediakan informasi dasar untuk melakukan penilaian terhadap pemahaman, persepsi dan praktik pemilih saat ini, di 6 propinsi di Indonesia dan mengukur perubahan mengenai hal tersebut dari waktu ke waktu Menyediakan data yang mendukung penentuan fokus pemilih yang akan disasar, media yang akan digunakan (termasuk media sosial), pesan yang akan disampaikan, dan geografis yang akan disasar untuk kegiatan informasi pemilih, meliputi : - Data mengenai tingkat pemahaman terhadap pendaftaran pemilih, sistem pemilihan dan cara menandai kertas suara pada saat memilih secara benar; - Data untuk memahami faktor penentu dalam preferensi memilih (misal latar belakang kandidat, kinerja partai, etnis/suku, jender, agama, dan lainnya); - Data untuk memahami kompleksitas ketidakikutsertaan pemilih (pada Pemilu sebelumnya dan Pemilu yang akan datang); - Data mengenai pemahaman dan pengalaman pemilih terhadap jual beli suara dan politik uang, termasuk data untuk mendukung pemilihan media dan pesan yang akan digunakan untuk mengurangi keikutsertaan pemilih dalam jual beli suara dan politik uang; Menguji efektifitas dari materi informasi dan pendidikan pemilih yang sudah di produksi dan digunakan oleh mitra The Asia Foundation, KPU dan KPUD untuk Pemilihan Daerah (Pemilukada) dan Pemilihan Umum (Pemilu). 2

11 METODOLOGI SURVEI A. TARGET RESPONDEN Adalah mereka yang memiliki hak pilih pada Pemilu 2014 mendatang, yaitu : Warga negara Indonesia; Berusia 17 tahun pada April 2014 mendatang atau yang sudah menikah; Bukan Polisi atau TNI. B. JUMLAH RESPONDEN Total responden yang dilibatkan dalam survei adalah 460 responden, yang diambil dengan sistem random sampling, dengan Margin of Error sebesar 4.5% pada selang kepercayaan 95%. C. TARGET AREA DAN DISTRIBUSI SAMPLE Daerah Jawa Timur yang dilibatkan dalam survei ini meliputi 13 Kabupaten/Kotamadya. Pemilihan Kabupaten/Kotamadya dilakukan dengan mempertimbangkan adanya keterwakilan Kabupaten dan Kotamadya, adanya keterwakilan dari berbagai topografi, tingkat tidak memilih pada Pemilu 2009 dan ketersebaran daerah. Total sample 460 responden didistribusikan secara proporsional terhadap 13 Kabupaten/Kotamadya terpilih, dengan berdasarkan proporsi populasi pemilih. Jumlah Desa/Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sampel dalam setiap Desa/Kelurahannya adalah 10 responden. Secara khusus, cakupan area dan distribusi sampel pada setiap Kabupaten/Kotamadya adalah sebagai berikut : NO KABUPATEN/ KOTAMADYA STATUS TOPOGRAFI PERSENTASE TIDAK MEMILIH PADA PEMILU KECAMATAN SAMPLE DESA/ KELURAHAN RESPONDEN 1 Batu Kotamadya Lembah 20,1% - 30% Surabaya Kotamadya Dataran Above 50% Sampang Kabupaten Pesisir 20,1% - 30% Probolinggo Kabupaten Dataran 30,1% - 40% Pacitan Kabupaten Pegunungan 30,1% - 40% Trenggalek Kabupaten Pegunungan 30,1% - 40% Magetan Kabupaten Dataran 30,1% - 40% Jombang Kabupaten Dataran 30,1% - 40% Bojonegoro Kabupaten Dataran 30,1% - 40% Sumenep Kabupaten Pesisir 30,1% - 40% Jember Kabupaten Dataran 40,1% - 50% Malang Kabupaten Dataran 40,1% - 50% Situbondo Kabupaten Dataran TOTAL Penentuan kelompok persentase tidak memilih pada Pemilu 2014, pada setiap target Kabupaten/Kotamadya, ditentukan dengan berdasarkan data KPU untuk Pemilu

12 D. METODE PEMILIHAN DAERAH DAN RESPONDEN Pemilihan daerah dan responden dilakukan dengan Random Sampling. PEMILIHAN KABUPATEN/KOTAMADYA 13 target Kabupaten/kotamadya dipilih dengan mempertimbangkan adanya keterwakilan Kabupaten dan Kotamadya, adanya keterwakilan setiap kondisi topografi, tingkat tidak memilih pada Pemilu 2009 dan ketersebaran daerah PEMILIHAN DESA/KELURAHAN Pada setiap target Kabupaten/Kotamadya, sejumlah Kelurahan dipilih secara acak. Jumlah Desa/Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sample pada setiap Kelurahan adalah 10 responden PEMILIHAN RUMAH TANGGA Pada setiap Desa/Kelurahan terpilih, dipilih 10 rumah tangga secara acak, yaitu dengan sistem Interval/Systematic Sampling PEMILIHAN RESPONDEN Pada setiap Rumah tangga terpilih, dipilih 1 responden secara acak, yaitu dengan sistem Kish Grid E. WAKTU PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan pada tanggal September

13 ANALISA DATA Data yang digunakan untuk kebutuhan analisa adalah data tertimbang (weighted data), yang sudah disesuaikan dengan profil demografi dari populasi penduduk Jawa Timur. Digunakannya data tertimbang ini bertujuan untuk mendapatkan data/ouput yang semaksimal mungkin bisa mewakili data populasi. Analisa dilakukan secara total untuk propinsi Jawa Timur dan juga secara khusus dilihat berdasarkan jender, kelompok usia, tingkat pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin bulanan dan status daerah. Khusus untuk responden pemilih yang mengacu kepada kelompok marginal, akan dilakukan analisa terpisah yang dapat dilihat pada laporan khusus pada kelompok marginal. Kelompok marginal mengacu kepada : - Pemilih pemula (yaitu pemilih pada usia tahun), - Pemilih difabel (yaitu pemilih dengan keterbatasan, khususnya untuk tuna netra dan tuna daksa), - Pemilih marginal miskin (pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya adalah di bawah Rp ). 5

14 BAB 1. PROFIL RESPONDEN Total 460 responden yang didapatkan dengan metode random sampling menghasilkan responden pemilih yang beragam, dengan profil demografi yang berbeda beda. Grafik 1.1 Grafik 1.4 menunjukkan komposisi total 460 responden berdasarkan Jender, kelompok usia, pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan. Secara khusus, Grafik 1.1 menunjukkan bahwa total 460 responden terdiri dari 55.2% responden perempuan dan 44.8% responden laki-laki. Grafik 1.2 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dewasa (usia tahun) sebanyak 62.4%, dilanjutkan dengan pemilih muda (usia tahun) sebanyak 20.9%, pemilih lanjut usia (usia lebih dari 60 tahun) sebanyak 10.7% dan pemilih muda (usia 16 tahun 5 bulan 20 tahun) sebanyak 6.1%. Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden Base : Semua responden (n : 460) Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden Base : Semua responden (n : 460) JENDER KELOMPOK USIA Laki-laki, 44.8% Pemilih pemula, tahun Pemilih muda, tahun 6.1% 20.9% Perempuan, 55.2% Pemilih dewasa, tahun 62.4% Pemilih lanjut usia, lebih dari 60 tahun 10.7% 6

15 Grafik 1.3 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dengan pendidikan tertinggi adalah maksimal SD dan SMA, masing-masing sebanyak 37.0% dan 36.5%. Dilanjutkan dengan pemilih dengan pendidikan tertinggi SMP sebanyak 21.3%. Responden dengan tingkat pendidikan tertinggi Diploma atau Universitas adalah sebanyak 4.8%. Grafik 1.4 menunjukkan informasi mengenai komposisi responden berdasarkan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya. Untuk analisa selanjutnya, pendapatan rumah tangga rutin per bulan tersebut akan menjadi indikator status sosial ekonomi dari responden pemilih. Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden Base : Semua responden (n : 460) PENDIDIKAN TERTINGGI Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden Base : Semua responden (n : 460) PENDAPATAN RUMAH TANGGA RUTIN PER BULAN Tidak menjalani pendidikan formal/tidak lulus SD/lulus SD 37% Kurang dari Rp. 1,000, % SMP 21.3% Rp. 1,000,001 - Rp. 1,500,000 Rp. 1,500,001 - Rp. 2,000, % 20.9% SMA 36.5% Rp. 2,000,001 - Rp. 4,000, % Diploma atau Univeristas 4.8% > Rp. 4,000,000 Tidak tahu/menolak menjawab 3.9% 7.0% Dilihat dari sebaran daerahnya, total 460 responden terdiri dari 52.2% pemilih di daerah rural dan 47.8% pemilih di daerah urban. Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden Base : Semua responden (n : 460) STATUS DAERAH Rural; 52.2% Urban; 47.8% 7

16 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI A. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI Grafik 2.1 menunjukkan bahwa terdapat 68.0% pemilih Jawa Timur yang mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi. Artinya, masih terdapat cukup banyak pemilih yang mengklaim tidak pernah mendengar istilah demokrasi, yaitu 32.0%. Dengan melakukan analisa lebih jauh terhadap tingkat pemahaman 68.0% pemilih diatas terhadap konsep demokrasi, diketahui bahwa dengan mengklaim pernah mendengar istilah Demokrasi, tidak mengindikasikan bahwa semua pemilih tersebut memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep demokrasi itu sendiri. Dari 68.0% pemilih yang mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, sebagian besar pemilih memang sudah memahami demokrasi sebagai kebebasan dari rakyat (sebagian besar pemilih secara khusus mengkaitkan dengan kebebasan memilih dan kebebasan mengeluarkan pendapat) atau segala peraturan/kebijakan/program pemerintah harus berasaskan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Beberapa pemilih pemilih bahkan sudah menghubungkan demokrasi dengan Pemilu, yaitu 10.2%. Namun ada juga pemilih Jawa Timur yang hanya sebatas pernah mendengar istilah demokrasi tanpa mengetahui konsep demokrasi itu sendiri, yaitu sebesar 16.0%. Pengenalan pemilih Jawa Timur terhadap istilah demokrasi dipengaruhi oleh jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal dari pemilih. Tabel 2.1 menunjukkan bahwa: - Pemilih laki-laki lebih banyak yang pernah mendengar istilah demokrasi dibandingkan pemilih perempuan. - Istilah demokrasi justru paling banyak dikenali oleh pemilih muda dan semakin kurang populer pada kelompok usia yang semakin tinggi. - Pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin tinggi cenderung akan mengenal istilah demokrasi. - Dibandingkan dengan pemilih di daerah urban, masih banyak pemilih di daerah rural yang belum pernah mendengar istilah demokrasi. 8

17 Grafik 2.1 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap demokrasi Base : Semua responden (n : 460) Base : Responden yang pernah mendengar istilah Demokrasi (n : 313) Tidak pernah mendengar istilah Demokrasi, 32.0% Pernah mendengar istilah Demokrasi, 68.0% PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI 75.7% Bebas memilih (24.0%) Bebas mengeluarkan pendapat (15.0%) Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat (12.1%) Berhubungan dengan Pemilu, pemilihan pemimpin/wakil rakyat secara langsung (10.2%) Bebas melakukan apa saja (5.4%) Keadilan (4.2%) Salah satu perwujudan Pancasila (3.8%) Kejujuran (1.9%) Segala keputusan dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat dan suara terbanyak (0.6%) Melakukan demonstrasi (0.6%) Partai dari Presiden SBY (0.6%) ` Hanya pernah mendengar, tidak paham dengan definisinya (16.0%) Apakah B/I/S pernah mendengar istilah Demokrasi? Banyak orang Indonesia saat ini berbicara tentang DMOKRASI. Bila suatu negara disebut DEMOKRASI, menurut B/I/S, apakah artinya? 9

18 Tabel 2.1 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap demokrasi Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Pernah mendengar istilah Demokrasi Tidak pernah mendengar istilah Demokrasi Jender Laki - laki (n : 206) 74.8% 25.2% Perempuan (n : 254) 62.6% 37.4% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 79.2% 20.8% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 66.2% 33.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 49.0% 51.0% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 43.5% 56.5% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 69.4% 30.6% Tamat SMA (n : 168) 88.1% 11.9% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 47.1% 52.9% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 65.3% 34.7% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 86.5% 13.5% Rp Rp (SES B) (n : 73) 86.3% 13.7% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban / Kelurahan (n : 220) 78.6% 21.4% Apakah B/I/S pernah mendengar istilah Demokrasi? Rural / Desa (n :240) 58.3% 41.7% Setelah ditanyakan pengalamannya dalam mendengarkan istilah demokrasi dan menyebutkan definisinya, selanjutnya kepada responden ditanyakan preferensi mereka terhadap sistem pemerintahan demokrasi jika dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya. Dari pemilih Jawa Timur yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi dari demokrasi tersebut (seperti yang ditunjukkan pada Grafik 2.1), 94.3% dari mereka memiliki persepsi positif terhadap sistem demokrasi. Mereka setuju bahwa sistem demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang terbaik bagi negara Indonesia saat ini, dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya (Grafik 2.2). 3 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 4 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah Diploma atau Universitas 5 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya lebih dari Rp (SES A) 10

19 Grafik 2.2 Preferensi pemilih Jawa Timur terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi demokrasi (n : 263) 26.6% 67.7% 2.7% 3.0% Sangat setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Tidak setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Sangat tidak setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Tidak tahu Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan Dibandingkan dengan bentuk pemerintahan lainnya, DEMOKRASI adalah bentuk pemerintahan yang terbaik bagi sebuah negara seperti Indonesia, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. B/I/S juga bisa memilih skala 2 atau 3 B. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP HUBUNGAN DEMOKRASI DAN PEMILU Pada Grafik 2.1 yang menggambarkan pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap demokrasi, kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar pemilih Jawa Timur memahami sistem demokrasi sebagai kebebasan untuk memilih dan mengeluarkan pendapat (yaitu sebanyak 39.0% pemilih dari total 68.0% pemilih yang pernah mendengar istilah demokrasi). Beberapa pemilih bahkan sudah memahami demokrasi sebagai hal- hal yang terkait dengan pemiliihan Presiden dan wakil rakyat (10.2% pemilih dari total 68.0% pemilih yang pernah mendengar istilah demokrasi). Sehingga, pada saat diajukan pertanyaan lebih lanjut mengenai pemahaman responden terhadap hubungan demokrasi dan Pemilu, 72.6% pemilih Jawa timur menyatakan bahwa demokrasi terkait erat dengan Pemilu (Grafik 2.3). Sedangkan 23.2% pemilih tidak paham mengenai adanya hubungan demokrasi dan Pemilu dan 3.8% sisanya menganggap bahwa demokrasi tidak ada hubungannya dengan Pemilu. Umumnya, kelompok pemilih ini adalah mereka yang punya pemahaman bahwa demokrasi adalah keadilan, kejujuran, dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, atau salah satu perwujudan dari Pancasila. 11

20 Grafik 2.3 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Base : Responden yang bisa menyebutkan definisi dari istilah demokrasi (n : 263) Tidak tahu; 23.2% Pemilu dan Demokrasi tidak saling berkaitan; 3.8% Pemilu dan Demokrasi saling berkaitan; 72.6% Menurut B/I/S, apakah Pemilu ada hubungannya dengan Demokrasi atau tidak? Informasi mengenai adanya hubungan antara demokrasi dan Pemilu didapatkan oleh sebagian besar pemilih dari televisi (83.8%), khususnya pada masyarakat di daerah urban. Namun selain dari televisi, terdapat beberapa sumber informasi lainnya dimana minimal 10% pemilih mendapatkan informasi mengenai hubungan demokrasi dan Pemilu dari setiap sumber informasi tersebut, yaitu melalui surat kabar, pelajaran di sekolah, teman/tetangga, sosialisasi tatap muka dari pihak tertentu, poster/baliho/stiker/brosur dan aparat desa (Kepala Desa/Lurah/Ketua RW/ketua RT). Informasi lebih khusus mengenai sumber informasi pemilih Jawa Timur mengenai hubungan antara demokrasi dan Pemilu dapat dilihat pada Tabel 2.2, yang menunjukkan bahwa : - Pemilih laki-laki terpapar dari sumber informasi yang lebih beragam dibandingkan pemilih perempuan. Mereka tidak hanya mendapatkan informasi dari media elektronik dan cetak, namun juga dari media informal, seperti dari aparat desa, dari mengikuti sosialisasi tatap muka dan dari obrolan santai dengan teman/tetangga. - Pemilih urban umumnya mendapatkan informasi tersebut dari media massa (elektronik dan cetak), sedangkan pemilih rural umumnya mendapatkan informasi tersebut dari obrolan santai dengan teman/tetangga. 12

21 Grafik 2.4 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 7) Base : Responden yang mengetahui adanya hubungan Demokrasi dan Pemilu (n : 191) Televisi 83.8% Koran/surat kabar 38.7% Pelajaran di sekolah Kampanye, sosialisasi tatap muka Teman, tetangga Poster, baliho, brosur, stiker Ketua RT/ RW/ Kepala Desa/ Lurah 24.6% 20.4% 19.4% 13.1% 12.6% Darimanakah B/I/S mendapatkan informasi bahwa Pemilu ada hubungannya dengan sistem Demokrasi? Tabel 2.2 Sumber informasi tentang hubungan Demokrasi dan Pemilu (Top 7)6 Berdasarkan jender dan daerah Base : Responden yang mengetahui adanya hubungan Demokrasi dan Pemilu (n : 191) PROFIL DEMOGRAFI TELEVISI PELAJARAN DI SEKOLAH SURAT KABAR KETUARW/ KETUA RT/ KEPALA DESA TEMAN/ TETANGGA SOSIALISASI TATAP MUKA POSTER/ BALIHO/ BROSUR Jender Status daerah Pria (n : 104) 82.7% 20.2% 40.4% 16.3% 22.1% 24.0% 11.5% Wanita (n : 87) 85.1% 29.9% 36.8% 8.0% 16.1% 16.1% 14.9% Urban (n : 119) 89.9% 26.9% 43.7% 13.4% 15.1% 21.0% 17.6% Rural (n : 72) 73.6% 20.8% 30.6% 11.1% 26.4% 19.4% 5.6% Darimanakah B/I/S mendapatkan informasi bahwa Pemilu ada hubungannya dengan sistem Demokrasi? 6 Pada profil kelompok usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan, terdapat beberapa kelompok pemilih yang j umlah sampelnya kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 13

22 BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENTINGNYA DIADAKAN PEMILU/PEMILUKADA Secara umum, lebih dari 50% pemilih di Jawa Timur memiliki persepsi positif terhadap setiap jenis pemilihan yang dilakukan di Indonesia, baik pemilihan Presiden, pemilihan DPR/DPRD, pemilihan DPD, pemilihan Gubernur ataupun pemilihan Bupati/Walikota. Mereka menganggap bahwa pemilihan pemilihan diatas penting untuk diadakan. Hanya maksimal 2.2% pemilih yang menganggap bahwa setiap pemilihan diatas tidak penting untuk diadakan. Namun, jika kita lihat lebih spesifik pada setiap jenis pemilihan, terdapat perbedaan tingkat kepentingan pada setiap jenis pemilihan diatas, khususnya jika dilihat dari persentase pemilih yang memberikan skala tingkat kepentingan secara kuat (sangat penting). Grafik 3.1 menunjukkan bahwa : - Secara umum, 3 jenis pemilihan yang dianggap penting oleh sebagian besar pemilih adalah pemilihan Presiden (99.3%), Gubernur (96.7%) dan Bupati/Walikota (96.5%). Sedangkan terhadap pemilihan DPR/DPRD dan DPD, masing masing terdapat 83% pemilih dan 71.1% pemilih yang menganggap bahwa jenis pemilihan tersebut penting untuk diadakan. Jika persentase pemilih yang punya persepsi positif pada pemilihan DPR/DPRD dan DPD tidak setinggi pada 3 jenis pemilihan lainnya (pemilihan Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota), bukan berarti bahwa persentase pemilih yang punya persepsi negatif terhadap pemilihan DPR/DPRD dan DPD lebih tinggi dari 3 jenis pemilihan diatas. Namun hal ini disebabkan karena persentase pemilih yang tidak mengenal lembaga DPR/DPRD dan DPD cukup banyak. Diketahui bahwa masih terdapat 15.2% pemilih yang mengklaim tidak mengenal lembaga DPR/DPRD dan terdapat 26.3% pemilih mengklaim tidak mengenal lembaga DPD. - Namun, jika kita lihat lebih jauh terhadap tingkat skala kepentingan yang diberikan oleh pemilih, dapat diketahui bahwa pemilih memberikan tingkat kepentingan yang paling kuat terhadap pemilihan Presiden. Dari total 99.3% pemilih yang punya persepsi positif terhadap pentingnya diadakan pemilihan Presiden, 40.6% pemilih diantaranya menganggap bahwa pemilihan Presiden sangat penting untuk diadakan. Sedangkan terhadap jenis pemilihan yang lain, hanya terdapat maksimal 17.2% pemilih yang memberikan skala tingkat kepentingan yang kuat (dengan menganggap bahwa pemilihan tersebut sangat penting untuk diadakan). 14

23 Grafik 3.1 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Base : Semua responden (n : 460) 15.7% 12.0% 16.7% 17.2% 40.6% 58.7% 0.4% 0.2% 67.4% 1.5% % 59.1% 2.2% 0.2% 0.2% 26.3% 80.0% 79.3% 0.2% 0.4% 3.0% 3.1% PRESIDEN DPR/DPRD DPD GUBERNUR BUPATI/WALIKOTA Tidak mengenal lembaga Tidak tahu Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? - Tabel 3.1 dan tabel 3.2 secara khusus memperlihatkan pengenalan dan persepsi pemilih terhadap lembaga DPR/DPRD dan DPD. Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa pengenalan pemilih terhadap lembaga DPR/DPRD berbanding lurus dengan usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi (tingkat pendapatan rumah tangga bulanan) dari pemilih. Perbedaan pengenalan dan persepsi juga terlihat antara pemilih di daerah rural dengan daerah urban. Terlihat bahwa persepsi pemilih di daerah rural yang mengenal lembaga DPR/DPRD masih jauh dibandingkan dengan pemilih di daerah urban. Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa pengenalan pemilih terhadap lembaga DPD juga berbanding lurus dengan usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi (tingkat pendapatan rumah tangga bulanan) dari pemilih. Perbedaan pengenalan dan persepsi juga terlihat antara pemilih di daerah rural dengan daerah urban. Terlihat bahwa persepsi pemilih di daerah rural yang mengenal lembaga DPD masih jauh dibandingkan dengan pemilih di daerah urban. Selain terhadap faktor diatas, perbedaan juga terlihat antara pemilih laki laki dan perempuan. Diketahui bahwa pemahaman pemilih laki-laki terhadap DPD lebih baik dibandingkan pemilih perempuan. 15

24 Tabel 3.1 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPR/DPRD Tidak mengenal lembaga Tidak tahu (Tidak bisa memberikan opini) Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Jender Laki - laki (n : 206) 12.1% 0.0% 0.0% 0.5% 72.3% 15.0% Perempuan (n : 254) 17.7% 0.4% 0.0% 2.4% 63.4% 16.1% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 8.3% 0.0% 0.0% 1.0% 66.7% 24.0% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 13.9% 0.0% 0.0% 1.0% 70.7% 14.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 38.8% 2.0% 0.0% 2.0% 49.0% 8.2% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 32.4% 0.6% 0.0% 1.2% 58.2% 7.6% Tamat SMP (n : 98) 8.2% 0.0% 0.0% 2.0% 64.3% 25.5% Tamat SMA (n : 168) 4.2% 0.0% 0.0% 1.8% 76.8% 17.3% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 140) 30.7% 0.7% 0.0% 0.0% 57.1% 11.4% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 14.9% 0.0% 0.0% 3.0% 68.3% 13.9% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 3.1% 0.0% 0.0% 1.0% 78.1% 17.7% Rp Rp (SES B) (n : 73) 4.1% 0.0% 0.0% 0.0% 69.9% 26.0% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 220) 9.5% 0.5% 0.0% 1.8% 64.5% 23.6% Rural /Desa(n :240) 20.4% 0.0% 0.0% 1.3% 70.0% 8.3% Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? Pemilihan DPR/DPRD 7 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 8 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 9 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 16

25 Tabel 3.2 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPD Tidak mengenal lembaga Tidak tahu (Tidak bisa memberikan opini) Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Jender Laki-laki (n : 206) 21.4% 0.0% 0.5% 1.9% 65.5% 10.7% Perempuan (n : 254) 30.3% 0.4% 0.0% 2.4% 53.9% 13.0% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 20.8% 0.0% 1.0% 2.1% 57.3% 18.8% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 25.1% 0.0% 0.0% 1.4% 62.7% 10.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 44.9% 2.0% 0.0% 2.0% 40.8% 10.2% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 45.9% 0.6% 0.0% 1.2% 45.3% 7.1% Tamat SMP (n : 98) 23.5% 0.0% 0.0% 2.0% 56.1% 18.4% Tamat SMA (n : 168) 10.7% 0.0% 0.6% 3.0% 72.6% 13.1% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 140) 40.7% 0,7% 0.7% 0.7% 47.1% 10.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 29.7% 0.0% 0.0% 4.0% 54.5% 11.9% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 22.9% 0.0% 0.0% 2.1% 60.4% 14.6% Rp Rp (SES B) (n : 73) 5.5% 0.0% 0.0% 1.4% 80.8% 12.3% Lebih dari Rp (SES A) (n : ) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 220) 15.9% 0.0% 0.0% 2.7% 65.5% 15.9% Rural/Desa (n :240) 35.8% 0.4% 0.4% 1.7% 53.3% 8.3% Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? Pemilihan DPD 10 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 11 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 12 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 17

26 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEIKUTSERTAANNYA PADA PEMILIHAN (SEBAGAI HAK ATAU KEWAJIBAN) Pada beberapa pemilih, keikutsertaannya pada Pemilu/Pemilukada didorong oleh adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban dari warga negara. Pada sub bab berikutnya mengenai tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, kita akan melihat bahwa terdapat dua alasan terbesar yang mendorong pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, salah satunya adalah alasan yang terkait dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia (Grafik 3.3). Secara khusus kepada responden pemilih juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai keikutsertaannya pada pemilihan dikaitkan dengan hak dan kewajiban. Grafik 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak dan kewajiban (yaitu sebanyak (46.3%). Sedangkan pemilih yang lain berpendapat bahwa mengikuti pemilihan adalah hak, bukan kewajiban (28.5%) dan kewajiban, bukan hak (22.0%). Grafik 3.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta Propinsi terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Base : Semua responden (n : 460) Tidak tahu; 0,4% Hak; 28.5% Hak dan kewajiban,; 46.3% Kewajiban; 22.0% Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? C. KEINGINAN PEMILIH JAWA TIMUR UNTUK MENGIKUTI PEMILU 2014 Secara umum, sebagian besar pemilih memiliki keinginan untuk mengikuti Pemilu pada 2014 mendatang, baik Pemilihan Presiden maupun Pemilihan DPR/DPRD (yaitu lebih dari 50% pemilih). Selain karena faktor hak dan kewajiban sebagai warga negara, masih tingginya keinginan pemilih untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan, baik pemilihan Presiden ataupun pemilihan DPR/DPRD, didorong oleh masih adanya harapan bahwa Pemilu bisa menghasilkan pemimpin dan wakil rakyat yang baik dan mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi rakyat dan negara Indonesia (Grafik 3.3). 18

27 Grafik 3.3 Alasan untuk mengikuti/tidak mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang punya keinginan untuk mengikuti/tidak mengikuti Pemilu 2014 PEMILIHAN PRESIDEN PEMILIHAN DPR/DPRD Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan Presiden (n : 429) Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD (n : 308) Berpartisipasi untuk memilih Presiden yang baik dan menentukan nasib bangsa 36.1% Berpartisipasi untuk memilih anggota DPR/DPRDyang baik dan menentukan nasib bangsa 52.9% Memilih Presiden adalah hak dan kewajiban warga 39.7% Memilih anggota DPR/DPRD adalah hak dan kewajiban warga 25.1% Bersemangat dengan adanya sosok Presiden yang baru 3.4% Ikut - ikutan,karena masyarakat lain juga memilih 4.8% Merupakan kegiatan rutin 5 tahunan 1.1% Merupakan kegiatan rutin 5 tahunan 1.0% Mengapa B/I/S ingin mengikuti atau tidak ingin mengikuti Pemilu 2014? Namun, sejalan dengan persepsi pemilih terhadap pentingnya diadakan pemilihan Presiden dan DPR/DPRD, juga terdapat perbedaan tingkat keinginan antara kedua jenis pemilihan tersebut, dimana tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilihan Presiden terlihat lebih kuat dibandingkan terhadap pemilihan DPR/DPRD. Grafik 3.4, tabel 3.3 dan tabel 3.4 menunjukkan bahwa : - Terdapat 93,3% pemilih yang menyatakan keinginannya untuk mengikuti Pemilihan Presiden tanpa mempertimbangkan siapapun pihak yang akan mencalonkan diri. Dan 28.3% diantaranya menyatakan keinginannya secara kuat (sangat ingin mengikuti pemilihan Presiden). Hanya terdapat 5.2% pemilih yang keinginannya untuk mengikuti Pemilhan Presiden dipengaruhi oleh calon yang akan mengikuti pemilihan. Dan hanya 1.5% pemilih yang menyatakan ketidakinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 mendatang (Grafik 3.4). 19

28 Grafik 3.4 Keinginan mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga 28.3% 13.8% Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti 65.0% 67.9% Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti 1.5% 5.2% PEMILIHAN PRESIDEN (n : 460) 1.6% 0.3% 15.6% 0.8% PEMILIHAN DPR/DPRD DAN DPD (n : 390) Belum tahu, tergantung kepada calon/parpol pendukung Menolak menjawab Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden dan anggota DPR/DPRD. Seberapa besar tingkat keingianan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? Tabel 3.3 menunjukkan adanya perbedaan tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan Presiden antar kelompok pemilih pada Jender dan tingkat pendidikan yang berbeda. Pemilih laki-laki terlihat lebih antusias untuk mengikuti pemilihan Presiden dibandingkan pemilih perempuan. Antusiasme juga semakin meningkat pada kelompok pemilih dengan tingkat pendidikan yang juga semakin tinggi. 20

29 Tabel 3.3 Keinginan mengikuti Pemilihan Presiden pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN PRESIDEN Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon/parpol Jender Laki-laki (n : 206) 32.0% 61.7% 1.5% 0.0% 4.9% Perempuan (n : 254) 25.2% 67.7% 1.6% 0.0% 5.5% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 34.4% 60.4% 1.0% 0.0% 4.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 26.1% 66.9% 1.7% 0.0% 5.2% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 22.4% 65.3% 2.0% 0.0% 10.2% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 25.9% 65.3% 2.4% 0.0% 6.5% Tamat SMP (n : 98) 23.5% 70.4% 0.0% 0.0% 6.1% Tamat SMA (n : 168) 32.7% 61.9% 1.8% 0.0% 3.6% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 140) 25.7% 64.3% 1.4% 0.0% 8.6% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 27.7% 63.4% 3.0% 0.0% 5.9% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 38.5% 57.3% 2.1% 0.0% 2.1% Rp Rp (SES B) (n : 73) 28.8% 67.1% 0.0% 0.0% 4.1% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 220) 28.2% 65.0% 0.9% 0.0% 5.9% Rural/Desa (n :240) 28.3% 65.0% 2.1% 0.0% 4.6% Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? - Sedangkan pada Pemilihan DPR/DPRD dan DPD, terdapat 81.7% pemilih yang mengklaim ingin mengikuti Pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada Pemilu 2014, tanpa mempertimbangkan pasangan calon yang akan mengikuti pemilihan (namun hanya terdapat 13.8% pemilih yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti). Sedangkan 15.6% pemilih diantaranya belum bisa menentukan keikutsertaannya pada saat wawancara berlangsung, karena belum mengetahui calon yang akan maju. Dan terdapat 1.6% pemilih yang menyatakan ketidakinginannya untuk mengikuti pemilihan siapapun kandidatnya. 13 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 14 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 15 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 21

30 Sama seperti pada pemilihan Presiden, terdapat perbedaan - perbedaan tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD antar kelompok pemilih pada jender yang berbeda, dimana pemilih laki-laki terlihat lebih antusias untuk mengikuti pemilihan Presiden dibandingkan pemilih perempuan (tabel 3.4). Tabel 3.4 Keinginan mengikuti Pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRD dan DPD ( n : 390) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPR/DPRD DAN DPD Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon/parpol Jender Kelompok usia Tingkat pendidikan tertinggi Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Status daerah Laki - laki (n : 177) 15.3% 72.9% 1.1% 0.0% 10.7% Perempuan (n : 200) 12.5% 63.5% 2.0% 0.5% 20.0% Pemilih pemula, tahun (n : 25) Pemilih muda, tahun (n : 82) 17.1% 68.3% 2.4% 0.0% 12.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 241) 10.0% 70.5% 1.7% 0.4% 17.4% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 110) 9.1% 64.5% 1.8% 0.0% 24,5% Tamat SMP (n : 88) 9.1% 69.3% 1.1% 1.1% 17.0% Tamat SMA (n : 158) 17.7% 70.3% 1.9% 0.0% 9.5% Tamat Diploma atau Universitas (n : 19) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 94) 8.5% 66.0% 0.0% 0.0% 24.5% Rp Rp (SES C2) (n : 83) 9.6% 66.3% 3.6% 0.0% 20.5% Rp Rp (SES C1) (n: 91) 22.0% 68.1% 2.2% 0.0% 6.6% Rp Rp (SES B) (n : 66) 15.2% 72.7% 1.5% 1.5% 9.1% Lebih dari Rp (SES A) (n : 17) Urban /Kelurahan(n : 191) 17.3% 65.4% 0.5% 0.5% 14.7% Rural Desa(n :186) 10.2% 70.4% 2.7% 0.0% 16.7% Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan anggota DPR/DPRD dan DPD. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 16 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 17 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 18 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 19 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 22

31 Adanya persepsi positif terhadap pentingnya mengikuti Pemilu/Pemilukada (yang kemudian diikuti dengan keinginan untuk mengikuti Pemilu 2014), KHUSUSNYA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN, juga terlihat dari tingkat kesetujuan pemilih Jawa Timur terhadap beberapa pernyataan pada Grafik 3.5, dimana: % pemilih menyatakan bahwa mereka tetap akan mengikuti pemilihan walaupun tidak ada kandidat yang dirasa cocok bagi mereka (sejalan dengan temuan bahwa 93.1% pemilih mengklaim ingin mengikuti Pemilihan Presiden dan 70.5% pemilih mengklaim ingin mengikuti Pemilihan DPR/DPRD tahun 2014 mendatang, tanpa mempertimbangkan kandidat yang akan maju) % pemilih sadar bahwa keikutsertaan mereka dalam Pemilu/Pemilukada akan berpengaruh terhadap hasil dari Pemilu/Pemilukada tersebut (satu suara membawa perubahan). 88.9% pemilih merasa dirugikan jika mereka tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada. Grafik 3.5 Persepsi Pemilih Jawa Timur terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Base : Semua Responden (n : 460) Saya akan tetap mengikuti Pemilu/Pemilukada walaupun tidak ada calon/partai politik yang dirasa cocok buat saya 13.9% 71.7% 7.6% 6.3% Jika saya ikut dalam Pemilu/Pemilukada, maka akan mempengaruhi hasil dari Pemilu/Pemilukada itu 10.9% 76.1% 7.6% 5.4% Saya akan merasa dirugikan jika tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada 14.3% 61.5% 17.6% 6.1% Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju Tidak tahu 23

32 Sebelumnya digambarkan bahwa salah satu faktor yang mendorong keinginan dari beberapa pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu adalah hak dan/atau kewajiban dari warga negara Indonesia. Secara khusus, tabel 3.5 dan 3.6 di bawah mencoba untuk menggambarkan pengaruh adanya persepsi dalam mengikuti pemilihan (apakah hak dan/atau kewajiban) terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa adanya persepsi diatas tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan Presiden. Diantara pemilih yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah hak dari pemilih, 26.9% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden. Sedangkan diantara pemilih yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah kewajiban dari pemilih, 30.8% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden (persentasenya tidak berbeda secara nyata). Sama halnya terhadap tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD. Tabel 3.6 menunjukkan bahwa memiliki persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah kewajiban, tidak lantas mendorong sebagian besar pemilih di kelompok tersebut memiliki tingkat keinginan yang lebih kuat untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD, dibandingkan kelompok pemilih yang memiliki persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak. 24

33 Tabel 3.5 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 Base : Semua Responden (n : 460) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 130) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:315) 26.9% 67.7% 0.8% 4.6% 26.9% 67.7% 30.8% 63.5% 1.3% 4.4% 30.8% 63.5% Tidak tahu (n=15) Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? Tabel 3.6 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRD dan/atau DPD (n : 390) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 111) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:259) 14.4% 71.2% 1.8% 0.0% 11.7% 0.9% 14.7% 66.8% 1.5% 0.4% 15.4% 1.2% Tidak tahu (n=7) Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan DPR/DPRD dan DPD. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 20 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 21 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 25

34 BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU 2014 A. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK PEMILU 2014 Bab ini akan menyajikan temuan mengenai pemahaman pemilih terhadap beberapa aspek Pemilu, yaitu: - Pemahaman pemilih mengenai adanya Pemilu pada tahun 2014 mendatang dan jenis pemilihan yang akan dilakukan. - Pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara. - Pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang akan mengikuti Pemilu Pemahaman terhadap adanya Pemilu Grafik 4.1 menunjukkan bahwa masih banyak pemilih yang belum paham bahwa pada tahun 2014 akan diselenggarakan Pemilu, yaitu sebanyak 24.8%. Mereka yang belum paham mengenai adanya Pemilu 2014 ini umumnya adalah pemilih wanita, pemilih lanjut usia, pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin rendah (Tabel 4.1). - Pada Pemilu 2014 diatas, jenis pemilihan yang akan dilakukan adalah pemilihan Presiden, pemilihan DPR/DPRD dan pemilihan DPD. Mengenai beberapa jenis pemilihan yang akan dilakukan tersebut, sepertinya hanya pemilihan Presiden yang popular di kalangan pemilih (dari 75.2% pemilih yang paham mengenai adanya Pemilu 2014, 98.8% diantaranya paham bahwa yang jenis pemilihan yang akan diadakan adalah pemilihan Presiden). Sedangkan adanya Pemilihan DPR/DPRD dan DPD hanya dipahami oleh masing masing 35.8% pemilih dan 7.8% pemilih. Sangat rendahnya persentase pemilih yang paham dengan adanya jenis pemilihan tersebut pada Pemilu 2014, khususnya terhadap adanya pemilihan DPD, sangat masuk akal mengingat persentase pemilih yang mengenal lembaga DPD juga tidak banyak. Mengacu kepada Grafik 3.1, terdapat 26.3% pemilih yang belum paham mengenai adanya lembaga DPD. Tabel 4.1 menunjukkan pemahaman mengenai adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan pada Pemilu 2014 tersebut, secara khusus pada setiap kelompok pemilih yang berbeda. Adanya pemilihan Presiden dipahami oleh pemilih dari semua kelompok jender, usia, tingkat pendidikan dan daerah yang berbeda. Pada setiap kelompok pemilih yang berbeda, minimal 97.1% pemilih paham mengenai dilaksanakannya pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 mendatang. Pemahaman mengenai adanya pemilihan DPR/DPRD dan DPD berbeda pada kelompok jender, usia dan tingkat pendidikan yang berbeda. Pemilih perempuan yang paham adanya pemilihan DPR/DPRD dan DPD masih lebih sedikit dibandingkan pemilih laki-laki. Pemahaman terhadap adanya pemilihan DPR/DPRD dan DPD semakin berkurang pada kelompok usia pemilih yang semakin tua dan pada tingkat pendidikan pemilih yang semakin rendah. Khusus untuk pemilihan DPD, selain faktor jender, usia dan tingkat pendidikan diatas, faktor daerah juga berpengaruh. Diketahui bahwa persentase masyarakat rural yang paham mengenai adanya pemilihan DPD lebih sedikit dibandingkan masyarakat urban. 26

35 Grafik 4.1 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan Base : Semua responden (n : 460) PEMAHAMAN TERHADAP ADANYA PEMILU 2014 PEMAHAMAN TERHADAP JENIS PEMILIHAN Base : Semua responden (n : 460) Base : Responden yang paham akan diadakannya Pemilu 2014 (n : 346) Tidak paham adanya Pemilu 2014; 24.8% Paham adanya Pemilu 2014; 75.2% Pemilihan Presiden Pemilihan DPR/DPRD Pemilihan DPD 7.8% 35.8% 98.8% Apakah B/I/S tahu bahwa pada tahun 2014 akan diselenggarakan Pemilu, atau tidak? Menurut pemahaman B/I/S, jenis pemilihan apakah yang akan dilakukan pada tahun 2014 mendatang? Siapakah yang akan dipilih pada tahun 2014 mendatang? 27

36 Tabel 4.1 Pemahaman terhadap adanya Pemilu 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI TIDAK PAHAM PEMAHAMAN TERHADAP ADANYA PEMILU 2014 PAHAM ADANYA PEMILU 2014 PRESIDEN DPR/ DPRD DPD TIDAK TAHU Jender Laki-laki (n : 206) 19.4% 100.0% 43.4% 11.4% 0.0% Perempuan (n : 254) 29.1% 97.8% 28.9% 4.4% 0.0% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 24.0% 97.3% 32.9% 8.2% 0.0% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 22.6% 99.1% 36.5% 7.2% 0.0% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 36.7% 100.0% 29.0% 3.2% 0.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 41.2% 99.0% 27.0% 2.0% 0.0% Tamat SMP (n : 98) 18.4% 97.5% 35.0% 6.3% 0.0% Tamat SMA (n : 168) 14.9% 99.3% 41.3% 11.9% 0.0% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 140) 45.0% 98.7% 31.2% 7.8% 0.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 20.8% 97.5% 35.0% 10.0% 0.0% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 7.3% 98.9% 46.1% 11.2% 0.0% Rp Rp (SES B) (n : 73) 13.7% 100.0% 30.2% 3.2% 0.0% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 220) 20.9% 99.4% 36.2% 10.3% 0.0% Rural/Desa (n : 240) 28.3% 98.3% 35.5% 5.2% 0.0% Apakah B/I/S tahu bahwa pada tahun 2014 akan diadakan Pemilu 2014? Menurut B/I/S, jenis pemilihan apakah yang akan diadakan pada tahun 2014 mendatang? 22 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 23 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 24 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 28

37 Pemahaman terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Dari total 4 aspek yang dibahas pada bab ini, pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang berhak untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah yang paling rendah dibandingkan 3 aspek lainnya. Grafik 4.2 menunjukkan bahwa dari 390 responden pemilih mengklaim pernah mendengar lembaga DPR/DPRD hanya 8.2% pemilih yang paham mengenai jumlah partai politik yang berhak mengikuti Pemilu Jumlah partai politik yang dipahami oleh pemilih diatas adalah partai politik (68.8%) dan lebih dari 25 partai politik (15.6%). Grafik 4.2 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap jumlah partai politik pada Pemilu 2014 Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD (n : 390) PEMILIH YANG MENGKLAIM PAHAM DENGAN JUMLAH PARTAI POLITIK PEMAHAMAN TERHADAP JUMLAH PARTAI POLITIK partai politik 68.8% Tidak paham;,91.8% Paham; 8.2% partai politik partai politik 9.4% 6.3% Lebih dari 26 partai politik 15.6% Apakah B/I/S paham mengenai jumlah partai politik yang berhak mengikuti Pemilu 2014? 29

38 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai hanya dengan cara di coblos (78.5%). Beberapa pemilih lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika ditandai dengan cara di centang (4.1%) atau bisa memilih antara di coblos atau di centang (15.9%). - Lebih tingginya persentase pemilih yang memahami bahwa penandaan surat suara pada Pemilu 2014 akan dilakukan dengan sistem coblos, dimiliki oleh setiap kelompok Jender, usia, tingkat pendidikan, status social ekonomi dan daerah yang berbeda. Namun yang menarik adalah, persentase pemilih lanjut usia yang meyakini bahwa cara menandai surat suara pada Pemilu 2014 akan dilakukan dengan sistem coblos, lebih tinggi dibandingkan pemilih muda dan dewasa (yaitu masing masing 91.8% pada pemilih lanjut usia, 77% pada pemilih muda dan dewasa). Sebaliknya, persentase pemilih muda dan dewasa yang memahami bahwa cara menandai surat suara pada Pemilu 2014 bisa dilakukan dengan sistem coblos atau centrang, lebih tinggi dari pemilih lanjut usia. Adanya perbedaan ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti pemilu sebelumnya, dimana terdapat perbedaan peraturan mengenai penggunaan sistem menandai surat suara pada beberapa Pemilu sebelumnya. Sehingga bagi beberapa pemilih muda dan pemilih dewasa yang mengikuti perkembangan tersebut, untuk saat ini mereka belum bisa menentukan mengenai sistem menandai surat suara yang akan diberlakukan pada Pemilu Grafik 4.3 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu 2014 Base : Semua responden (n : 460) Hanya bisa dengan mencoblos 78.5% Bisa dengan mencentang atau mencoblos 15.9% Hanya bisa dengan mencentang 4.1% Tidak tahu 1.5% Menurut B/I/S, manakah cara yang akan digunakan dalam menandai surat suara pada Pemilu 2014 mendatang? (a) hanya bisa dengan cara mencentang, (b) hanya bisa dengan cara mencoblos, (c) bisa dengan cara mencentang atau mencoblos? 30

39 Tabel 4.2 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PEMAHAMAN TERHADAP CARA MENANDAI SURAT SUARA PROFIL DEMOGRAFI HANYA DENGAN CARA MENCOBLOS HANYA DENGAN CARA MENCENTANG BISA DENGAN MENCENTANG ATAU MENCOBLOS Jender Laki-laki (n : 206) 77.7% 3.4% 16.5% Perempuan (n : 254) 79.1% 4.7% 15.4% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 77.1% 7.3% 15.6% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 77.7% 4.2% 16.0% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 91.8% 0.0% 8.2% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 83.5% 2.9% 10.6% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 75.5% 5.1% 17.3% Tamat SMA (n : 168) 78.6% 4.2% 17.3% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 140) 82.1% 2.9% 13.6% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 84.2% 4.0% 11.9% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 80.2% 3.1% 15.6% Rp Rp (SES B) (n : 73) 71.2% 4.1% 24.7% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan(n : 220) 74.5% 3.6% 21.8% Rural /Desa(n : 240) 82.1% 4.6% 10.4% Menurut B/I/S, manakah cara yang akan digunakan dalam menandai surat suara pada Pemilu 2014 mendatang? 25 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 26 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 27 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 31

40 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada pemilihan DPR/DPRD di tahun Selain menanyakan pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara secara umum, kepada responden juga ditanyakan mengenai pemahaman mereka terhadap cara menandai surat suara secara khusus pada pemilihan DPR/DPRD. - Grafik 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai pada nama calonnya saja (54.9%). Beberapa pemilih lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika menandai partai politik dan calonnya (26.7%), partai politiknya saja (7.9%), atau bisa salah satu partai politik atau calon (7.9%). Pemahaman mengenai hal diatas secara khusus pada setiap kelompok pemilih bisa dilihat pada Tabel 4.3. Grafik 4.4 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Base : responden yang paham terhadap pemilihan DPR/DPRD (n : 390) Hanya memilih calon 54.9% Memilih partai politik dan calon 26.7% Memilih partai politik atau calon Hanya memilih partai politik Tidak tahu 7.9% 7.9% 2.6% Menurut pemahaman B/I/S, bagaimanakah cara menandai surat suara yang benar pada Pemilihan anggota DPR/DPRD di Pemilu 2014 mendatang? (a) hanya memilih partai politiknya saja, (b) hanya memilih calonnya saja, (c) memilih partai politik dan calon?, (d) memilih partai politik atau calon 32

41 Tabel 4.3 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : responden yang paham terhadap pemilihan DPR/DPRD (n : 390) PEMAHAMAN TERHADAP CARA MENANDAI SURAT SUARA PADA PEMILIHAN DPR/DPRD PROFIL DEMOGRAFI HANYA MEMILIH CALONNYA SAJA HANYA MEMILIH PARTAI POLITIKNYA SAJA MEMILIH PARTAI POLITIK DAN CALON MEMILIH PARTAI POLITIK ATAU CALON TIDAK TAHU Jender Laki-laki (n : 181) 55.8% 9.9% 25.4% 7.7% 1.1% Perempuan (n : 209) 54.1% 6.2% 27.8% 8.1% 2.4% Pemilih pemula, tahun (n : 25) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 88) 47.7% 9.1% 33.0% 8.0% 2.3% Pemilih dewasa, tahun (n : 247) 57.1% 6.9% 25.1% 8.1% 2.0% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 30) 56.7% 10.0% 23.3% 6.7% 0.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 115) 51.3% 8.7% 25.2% 11.3% 1.7% Tamat SMP (n : 90) 56.7% 10.0% 25.6% 4.4% 2.2% Tamat SMA (n : 161) 59.0% 6.2% 27.3% 6.2% 1.2% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 97) 50.5% 10.3% 23.7% 8.2% 4.1% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 86) 46.5% 12.8% 30.2% 9.3% 1.2% Rp Rp (SES C1) (n: 93) 66.7% 6.5% 19.4% 6.5% 1.1% Rp Rp (SES B) (n : 70) 52.9% 4.3% 32.9% 8.6% 1.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 17) Status daerah Urban/Kelurahan(n : 199) 56.3% 35.5% 26.1% 9.5% 1.0% Rural /Desa(n : 191) 53.4% 10.5% 27.2% 6.3% 2.6% Menurut pemahaman B/I/S, bagaimanakah cara menandai surat suara yang benar pada Pemilihan anggota DPR/DPRD di Pemilu 2014 mendatang? 28 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 29 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 30 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 33

42 B. INFORMASI TENTANG PEMILU 2014 YANG PALING DIBUTUHKAN Tiga jenis informasi utama tentang Pemilu 2014 yang paling banyak dibutuhkan oleh pemilih adalah informasi mengenai calon Presiden (sebagian besar pemilih hanya sekedar membutuhkan informasi mengenai namanya, hanya sebagian kecil yang ingin tahu mengenai visi misi dan program kerjanya), calon anggota DPR/DPRD dan tanggal pelaksanaan Pemilu. Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan Base : Semua responden (n : 460) 42.4% NAMA CALON PRESIDEN TIDAK ADA 3.7% 17.0% NAMA CALON ANGGOTA DPR/DPRD JADWAL KAMPANYE 0.7% 12.8% TANGGAL PEMILU CARA MENANDAI SURAT SUARA 1.1% 4.4% VISI MISI CALON PRESIDEN 2.2% JUMLAH DAN NAMA PARTAI POLITIK Informasi apakah yang PALING B/I/S butuhkan mengenai Pemilu 2014? 34

43 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP SUMBER INFORMASI UNTUK PEMILU 2014 Selain ditanyakan mengenai jenis informasi mengenai Pemilu 2014 yang dibutuhkan oleh pemilih, kepada responden juga ditanyakan mengenai sumber informasi yang lebih pemilih sukai untuk mendapatkan sumber informasi mengenai Pemilu Grafik 4.6 menunjukkan bahwa televisi masih menjadi sumber informasi paling disuka oleh pemilih. Sebagai alternatif televisi, terdapat beberapa sumber informasi lain yang disebutkan, seperti surat kabar, kampanye atau sosialisasi tatap muka, keluarga, poster/baliho/brosur/stiker dan teman/tetangga. Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka pemilih DKI Jakarta untuk Pemilu 2014 (top 6) Base : Semua responden (n : 460) Televisi 93.5% Koran/surat kabar 23.3% Kampanye, sosialisasi tatap muka 15.0% Poster, baliho, brosur, stiker 10.9% Teman, tetangga 8.7% Keluarga 7.4% Ketua RT/RW 2.8% Untuk mengetahui informasi mengenai Pemilu 2014 mendatang, darimanakah B/I/S paling suka untuk ingin mendapatkan informasi tersebut? Tolong sebutkan 2 sumber informasi 35

44 D. TINGKAT KEPERCAYAAN PEMILIH TERHADAP BEBERAPA LEMBAGA/INSTITUSI SEBAGAI SUMBER INFORMASI PEMILU Kepada responden pemilih diminta tingkat kepercayaan mereka kepada beberapa lembaga (KPU/KPUD, Bawaslu/Panwaslu, Kepala Desa/Lurah/Ketua RT, tokoh/lembaga agama, LSM/Ormas/Universitas, Media dan calon/partai politik) sebagai sumber untuk memberikan informasi mengenai Pemilu. Tingkat kepercayaan terhadap lembaga-lembaga diatas dapat mereka tunjukkan dengan skala 0 10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa mereka sangat tidak percaya, dan skala 10 menggambarkan bahwa mereka sangat percaya. Khusus untuk lembaga KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu, sebelum ditanyakan tingkat kepercayaan pemilih terhadap lembaga tersebut, kepada pemilih juga ditanyakan mengenai pengenalan mereka terhadap dua lembaga tersebut. Grafik 4.7 menunjukkan bahwa masih ada lebih dari 25% pemilih yang belum paham dengan adanya lembaga KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu. Secara khusus, terdapat 29.8% pemilih pemilih yang mengklaim tidak pernah mendengar adanya lembaga KPU/KPUD. Dan terdapat 51.1% pemilih yang tidak pernah mendengar adanya lembaga Bawaslu/Panwaslu. Grafik 4.7 Pengenalan pemilih Jawa Timur terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu Base : Semua responden (n : 460) 70.2% 51.1% 29.8% 48.9% Tidak pernah mendengar KPU/KPUD BAWASLU/PANWASLU Pernah mendengar Apakah B/I/S pernah mendengar lembaga KPU/KPUD (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu/Panwaslu? Mereka yang tidak mengenal lembaga tersebut umumnya adalah kelompok pemilih perempuan, marginal miskin (dengan tingkat pendidikan yang juga semakin rendah), kelompok pemilih lanjut usia dan pemilih di daerah rural (Tabel 4.4). 36

45 Tabel 4.4 Pengenalan pemilih Jawa Timur terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) KPU/KPUD BAWASLU/PANWASLU PROFIL DEMOGRAFI Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Jender Laki - laki (n : 206) 75.7% 24.3% 56.8% 43.2% Perempuan (n : 254) 65.7% 34.3% 42.5% 57.5% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 77.1% 22.9% 59.4% 40.6% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 72.1% 27.9% 47.7% 52.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 38.8% 61.2% 28.6% 71.4% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 42.9% 57.1% 24.1% 75.9% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 77.6% 22.4% 44.9% 55.1% Tamat SMA (n : 168) 90.5% 9.5% 69.6% 30.4% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 0.0% 100.0% 50.0% 50.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 50.7% 49.3% 33.6% 66.4% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 64.4% 35.6% 38.6% 61.4% Rp Rp (SES B) (n : 73) 90.6% 9.4% 65.6% 34.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 220) 85.5% 14.5% 65.9% 34.1% Rural/Desa (n :240) 56.3% 43.8% 33.3% 66.7% Apakah B/I/S pernah mendengar lembaga KPU/KPUD (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu/Panwaslu? 31 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 32 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah Diploma atau Universitas 33 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya lebih dari Rp (SES A) 37

46 Kembali kepada tingkat kepercayaan pemilih terhadap beberapa lembaga diatas sebagai sumber informasi pemilu, grafik 4.8 menunjukkan bahwa bahwa secara rata - rata, pemilih memberikan respon cukup positif kepada lembaga lembaga tersebut, yaitu dengan rata rata skala kepercayaan sebesar 6 7. Walaupun tidak berbeda secara signifikan, pemilih memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi kepada tokoh atau lembaga keagamaan. Sebaliknya, pemilih memberikan skala kepercayaan yang lebih rendah kepada calon atau partai politik atau tim suksesnya (dibandingkan lembaga lainnya). Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih Jawa Timur terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Base : Semua responden (n : 460 ) SANGAT PERCAYA SANGAT TIDAK PERCAYA KPU/KPUD/KIP BAWASLU/ PANWASLU 7,7 7,6 7.5 APARAT DESA/ KETUA RT TOKOH/ LEMBAGA AGAMA 7.8 LSM/ORMAS/ UNIVERSITAS 6.7 MEDIA 7.4 CALON/ PARTAI POLITIK 6.4 Untuk setiap lembaga yang akan saya bacakan di bawah ini, seberapa besar tingkat kepercayaan B/I/S terhadap setiap lembaga tersebut sebagai sumber yang bisa memberikan informasi mengenai Pemilu/Pemilukada. Tolong sampaikan pendapat B/I/S dengan menggunakan skala 0-10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak percaya dan skala 10 menggambarkan bahwa B/I/S sangat percaya. B/I/S juga bisa memilih skala lain diantara skala 0 dan skala 10 tersebut 38

47 BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON VOTING (TIDAK MEMILIH) Bab ini tidak akan menyajikan temuan mengenai persentase pemilih yang memutuskan untuk tidak memilih pada Pemilu/Pemilukada, namun lebih kepada faktor faktor yang mendorong kelompok pemilih tersebut untuk tidak mengikuti pemilihan. Dengan pertimbangan bahwa terdapat tingkat keinginan yang berbeda untuk mengikuti setiap jenis pemilihan, maka diasumsikan bahwa terdapat faktor/alasan yang berbeda pula yang mendasari tidak diikutinya jenis pemilihan tertentu oleh pemilih. Oleh karena itu, kepada responden pemilih juga ditanyakan pengalaman mengikuti pemilihan pada setiap jenis Pemilihan, yaitu Pemilihan Presiden, DPR/DPRD, Gubernur dan Bupati/Walikota (termasuk alasan yang mendasari tidak diikutinya pemilihan tersebut). Diketahui bahwa alasan ketidakikutsertaan pemilih pada jenis pemilihan tertentu sangat beragam, namun alasan yang beragam tersebut dapat dikelompokkan dalam tujuh kelompok besar, yaitu : Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih KELOMPOK ALASAN SPESIFIK ALASAN Tidak paham dengan adanya Pemilu 1 Kurang memiliki informasi terkait Pemilu Tidak paham dengan lokasi TPS Tidak paham tanggal pelaksanaan Pemilu 2 Alasan lupa atau berhalangan karena memiliki kegiatan/kepentingan pribadi Tidak memiliki cukup informasi tentang calon Sakit Harus bekerja/sekolah Sedang ada acara keluarga Sedang berada di luar kota/negeri Hambatan biaya untuk datang ke TPS Lupa Lokasi TPS yang jauh Malas antri dan berdesak-desakan 3 Apatis Menganggap bahwa mengikuti Pemilu tidak akan membuat perubahan Tidak percaya dengan calon 4 Tidak ada calon yang dirasa cocok Tidak ada calon yang dirasa cocok 5 Bertentangan dengan ideologi Bertentangan dengan ideologi Tidak mendapatkan surat undangan 6 Masalah terkait administratif Tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tidak memiliki KTP 39

48 KELOMPOK ALASAN SPESIFIK ALASAN 7 Kendala yang khusus dialami pemilih difabel Khawatir merepotkan orang lain Malu/minder untuk datang ke TPS 8 Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat 9 Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Khusus berdasarkan kepada Pemilihan DPR/DPRD dan Pemilihan Gubernur, tabel 5.2 menunjukkan bahwa alasan yang mendasari sebagian besar pemilih yang tidak mengikuti Pemilihan DPR/DPRD dan Gubernur adalah alasan-alasan yang berkaitan dengan adanya kegiatan/kepentingan pribadi dari pemilih itu sendiri, misalnya karena sakit, atau karena harus bekerja/sekolah, atau karena harus menghadiri acara keluarga. Khusus pada pemilihan DPR/DPRD, selain faktor diatas, adanya keterbatasan informasi pemilih terhadap aspek aspek Pemilu/Pemilukada justru menjadi faktor utama yang menyebabkan adanya pemilih yang tidak mengikuti pemilihan DPR/DPRD (42.9%) 40

49 Tabel 5.2 Faktor yang mendorong pemilih Jawa Timur tidak mengikuti pemilihan PEMILIHAN PRESIDEN PEMILIHAN DPR/DPRD PEMILIHAN GUBERNUR PEMILIHAN BUPATI/WALIKOTA ALASAN Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Presiden (n : 14 ) 34 Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan DPR/DPRD (n : 49) Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Gubernur (n : 33) Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Bupati/Walikota (n : 29 ) 35 Kurang memiliki informasi terkait Pemilu % 12.1% - Alasan lupa atau berhalangan karena memiliki kegiatan/kepentingan pribadi % 39.4% - Apatis % 15.2% - Tidak ada calon yang dirasa cocok - 0.0% 3.0% - Bertentangan dengan ideologi - 0.0% 0.0% - Masalah terkait administratif - 0.0% 6.0% - Kendala yang khusus dialami pemilih difabel - 0.0% 0.0% - Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat % - Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan - 4.1% 9.1% - Tolong sebutkan alasan UTAMA yang menyebabkan B/I/S tidak mengikuti setiap jenis pemilihan yang tidak B/I/S ikuti? 34 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilihan Presiden 35 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilihan Bupati/Walikota 41

50 BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN A. KRITERIA PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN Secara umum, pemilih memiliki kriteria yang cenderung sama dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat, baik untuk tingkat Presiden, DPRD, Gubernur ataupun Bupati/Walikota. Empat kriteria utama yang dianggap penting bagi pemilih dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat adalah Visi misi dan program kerja, Pengalaman kerja, Pendidikan dan Agama. Bagi beberapa pemilih, sepertinya faktor pendidikan dan agama menjadi salah satu faktor yang juga akan dipertimbangkan pada saat akan memilih calon Presiden dan Gubernur/Bupati/Walikota, namun tidak pada saat akan memilih anggota DPR/DPRD. Grafik 6.1 menunjukkan bahwa terdapat masing masing 57.4% pemilih dan 53.0% pemilih yang memilih faktor pendidikan sebagai salah satu faktor penting yang dipertimbangkan pada saat memilih calon Presiden dan Gubernur/Bupati/Walikota. Namun hanya terdapat 47% pemilih yang mempertimbangkan faktor pendidikan pada saat memilih anggota DPR/DPRD. Grafik 6.1 juga menunjukkan pola yang sama pada faktor agama, dimana terdapat masing masing 34.8% pemilih dan 27.8% pemilih yang memilih faktor pendidikan sebagai salah satu faktor penting yang dipertimbangkan pada saat memilih calon Presiden dan Gubernur/Bupati/Walikota. Namun hanya terdapat 20.7% pemilih yang mempertimbangkan faktor agama pada saat memilih anggota DPR/DPRD. Khusus untuk pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota, bagi 14.1% pemilih, faktor suku/daerah asal calon sepertinya juga menjadi kriteria yang dipertimbangkan, dibandingkan pada saat memilih anggota DPRD/DPRD dan Presiden. Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih Jawa Timur dalam memilih Presiden, DPR/DPRD, Gubernur dan Bupati/Walikota Base : Semua Responden (n : 460) PRESIDEN DPR/DPRD GUBERNUR & BUPATI/WALIKOTA Visi misi dan program kerja Pengalaman kerja Pendidikan Agama Parpol dimana calon bergabung Jenis kelamin 64.1% 57.6% 57.4% 34.8% 12.0% 8.4% Visi misi dan program kerja Pengalaman kerja Pendidikan Agama Partai politik dimana calon bergabung Kekayaan pribadi calon Jenis kelamin 57.6% 51.1% 47.0% 20.7% 9.6% 6.5% 6.1% Visi misi dan program kerja Pengalaman kerja Pendidikan Suku/asal daerah Partai politik dimana calon bergabung Jenis kelamin Kekayaan pribadi calon 64.4% 58.5% 27.8% 14.1% 10.2% 12.3% 7.8% Dari beberapa kriteria di bawah ini, manakah kriteria yang menjadi pertimbangkan B/I/S dalam memilih calon.. (masing masing untuk Presiden, DPR/DPRD dan Gubernur/Bupati/Walikota) 42

51 B. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN PEREMPUAN Tabel 6.1 menunjukkan bahwa secara umum, persentase pemilih yang punya preferensi kuat terhadap wakil perempuan di DPR/DPRD, masih sangat rendah (yaitu hanya 1.8%). Preferensi kuat disini mengacu kepada kondisi dimana seorang pemilih akan lebih cenderung untuk memilih pemimpin perempuan dibandingkan pemimpin laki-laki. Namun yang menarik adalah, preferensi kuat terhadap wakil laki-laki di DPR/DPRD, tidak lagi mendominasi pilihan dari pemilih. Persentase pemilih yang tidak mempermasalahkan jender dalam pemilihan anggota DPR/DPR (menganggap bahwa tidak ada bedanya untuk memilih perwakilan lakilaki atau perempuan) sama banyaknya dengan persentase pemilih yang punya preferensi kuat terhadap perwakilan laki-laki, yaitu terdapat 48.7% pemilih yang tidak punya preferensi kuat terhadap Jender tertentu dan terdapat 46.1% pemilih yang punya preferensi kuat terhadap perwakilan laki-laki. Masih tingginya persentase pemilih yang punya preferensi kuat terhadap perwakilan laki-laki didasari oleh beberapa pertimbangan bahwa laki laki lebih tegas dibandingkan perempuan (dan beberapa kelebihan lainnya, seperti lebih bertanggung jawab, berwawasan luas, bijaksana, kuat/tangguh, cepat bergerak dan bertindak) dan memang sudah takdirnya untuk menjadi seorang pemimpin. Tabel 6.2 menunjukkan preferensi pemilih terhadap Jender tertentu dalam memilih anggota DPR/DPRD pada setiap kelompok pemilih yang berbeda : - Pemilih perempuan memiliki prerefensi yang cenderung sama dengan pemilih laki-laki. Pemilih perempuan yang memiliki preferensi kuat terhadap wakil perempuan di DPR/DPRD juga masih rendah (2.4%). - Faktor tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal dari pemilih mempengaruhi preferensi mereka terhadap Jender dari wakil mereka di DPR/DPRD. Semakin tinggi tingkat pendidikan dari seorang pemilih, mereka semakin fleksibel dalam menentukan Jender wakilnya di DPR/DPRD. Pemilih di daerah rural belum se fleksibel dengan pemilih di daerah urban dalam kaitannya dengan menentukan Jender wakilnya di DPR/DPRD. 43

52 Tabel 6.1 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD (n : 390) ALASAN LEBIH MEMILIH WAKIL LAKI-LAKI : 46.1% Lebih tegas (45.5%) Lebih memiliki jiwa pemimpin dan memang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin (31.5%). 9% diantaranya mengkaitkannya dengan agama Lebih berwibawa (23.0%) Lebih bertanggung jawab (6.2%) Lebih berwawasan luas (6.1%) Lebih bijaksana (3.4%) Lebih kuat/tangguh (3.4%) Lebih bisa bergerak aktif dalam melaksanakan tugasnya (3.4%) Lebih cepat bertindak bila ada masalah (3.4%) (Kepada responden tidak ditanyakan alas an mengapa memiliki opini tersebut) TIDAK ADA BEDANYA : 48.7% Ada yang memperjuangkan hak hak perempuan Lebih lembut/telaten Lebih bijaksana LEBIH MEMILIH WAKIL PEREMPUAN : 1.8% Bila hal hal lainnya sama. apakah B/I/S lebih memilih punya wakil perempuan atau wakil laki laki di dalam DPR untuk mewakili B/I/S? 44

53 Tabel 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD (n : 390) PROFIL DEMOGRAFI PENGARUH JENDER DALAM PEMILIHAN ANGGOTA DPR/DPRD Lebih memilih wakil Laki-laki Lebih memilih wakil perempuan Tidak ada bedanya Tidak Tahu Jender Laki-laki (n : 178) 48,3% 1,1% 47,8% 1,7% Perempuan (n : 208) 44,2% 2,4% 49,5% 3,8% Pemilih pemula tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda tahun (n : 88) 46,6% 2,3% 45,5% 5,7% Pemilih dewasa tahun (n : 247) 47,4% 0,8% 49,0% 2,4% Pemilih lanjut usia. diatas 60 tahun (n : 28) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 110) 52,7% 0,9% 45,5% 0,9% Tamat SMP (n : 89) 49,4% 2,2% 44,9% 2,7% Tamat SMA (n : 163) 39,3% 1,8% 54,0% 3,7% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 93) 55,9% 1,1% 40,9% 2,2% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 86) 48,8% 1,2% 46,5% 3,5% Rp Rp (SES C1) (n : 92) 43,5% 1,1% 52,2% 1,1% Rp Rp (SES B) (n : 71) 42,3% 1,4% 50,7% 5,6% Lebih dari Rp (SES A) (n : 17) Status daerah Urban /Kelurahan(n : 196) 40,3% 2,6% 53,1% 4,1% Rural /Desa(n : 190) 52,1% 1,1% 44,2% 2,6% Bila hal hal lainnya sama. apakah B/I/S lebih memilih punya wakil perempuan atau wakil laki laki di dalam DPR untuk mewakili B/I/S? 36 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 37 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 38 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 39 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 45

54 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN DIFABEL Grafik 6.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih mengklaim bahwa mereka tidak akan memilih calon yang difabel (75.7%). Mereka punya persepsi bahwa pemimpin yang difabel akan memiliki keterbatasan dalam memimpin (cenderung akan bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menjalankan kepemimpinannya dan cenderung akan lebih mudah dibohongi). 3.4% pemilih bahkan menganggap bahwa memiliki pemimpin yang difabel adalah sesuatu yang akan memalukan (khususnya di hadapan negara lainnya) dan 0.6% pemilih lainnya menyatakan bahwa undang undang sudah menentukan bahwa pemimpin sebaiknya adalah seseorang yang tidak punya keterbatasan. Sedangkan 12.6% pemilih lainnya cenderung akan memberikan kesempatan kepada calon yang difabel untuk dipilih. Mereka punya pendapat bahwa seorang difabel juga punya hak untuk dipilih dan menjadi pemimpin (khususnya jika calon difabel tersebut memiliki kriteria untuk menjadi seorang pemimpin selain dari kondisi keterbatasan fisiknya seperti bijaksana jujur). Tidak selamanya seorang difabel punya keterbatasan intelegensi dan cenderung memiliki rasa empati yang lebih besar terhadap masyarakat marginal. Tidak terdapat adanya perbedaan yang nyata pada kelompok jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal pemilih yang berbeda, terkait dengan preferensi mereka terhadap pemimpin difabel. Grafik 6.2 Preferensi pemilih Jawa Timur terhadap pemimpin difabel Base : Semua responden (n : 460) Menolak menjawab; 11.7% Akan memilih; 12.6% Tidak akan memilih; 75.7% Apakah B/I/S bersedia untuk memilih calon yang difabel. yaitu calon yang tuna netra (memiliki keterbatasan penglihatan). calon yang tuna daksa (memiliki keterbatasan gerak). atau calon yang tuna rungu (memiliki keterbatasan pendengaran) atau calon yang tuna wicara (memiliki keterbatasan berbicara)? 46

55 Tabel 6.3 Preferensi pemilih Jawa Timur terhadap pemimpin difabel Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN DIFABEL Tidak akan memilih Akan memilih Menolak menjawab Jender Laki-laki (n : 206) 79.1% 11.7% 9.2% Perempuan (n : 254) 72.8% 13.4% 13.8% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 72.9% 14.6% 12.5% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 77.7% 12.5% 9.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 59.2% 12.2% 28.6% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 72.9% 11.8% 15.3% Tamat SMP (n : 98) 79.6% 7.1% 13.3% Tamat SMA (n : 168) 76.2% 15.5% 8.3% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 140) 74.3% 11.4% 14.3% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 77.2% 9.9% 12.9% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 78.1% 16.7% 5.2% Rp Rp (SES B) (n : 73) 68.5% 16.4% 15.1% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan(n : 220) 78.2% 11.8% 10.0% Rural /Desa(n : 240) 73.3% 13.3% 13.3% Apakah B/I/S bersedia untuk memilih calon yang difabel. yaitu calon yang tuna netra (memiliki keterbatasan penglihatan). calon yang tuna daksa (memiliki keterbatasan gerak). atau calon yang tuna rungu (memiliki keterbatasan pendengaran) atau calon yang tuna wicara (memiliki keterbatasan berbicara)? 40 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 41 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 42 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 47

56 BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH A. KEPEDULIAN PEMILIH TERHADAP KEBERADAAN NAMANYA PADA DAFTAR PEMILIH Mengetahui kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya nama mereka pada daftar emilih juga bisa menjadi indikator tingkat keinginan pemilih untuk bisa berpartisipasi dalam Pemilu. Untuk mengetahui tingkat kepedulian pemilih terhadap hal diatas, kepada responden di tanyakan mengenai perasaan mereka jika nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Berkaitan dengan hal diatas, Grafik 7.1 menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok besar pemilih, yaitu : - Kelompok 1, yaitu pemilih yang punya keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, sebanyak 50.0%, di indikasikan dengan : o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, karena hal ini berarti bahwa mereka akan kehilangan hak pilihnya. - Kelompok 2, yaitu pemilih yang tidak terlalu punya keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, sebanyak 48.7%, di indikasikan dengan : o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, namun lebih disebabkan karena adanya perasaan tidak diakuinya mereka sebagai warga negara Indonesia (17.2%); atau o Akan merasa biasa-biasa saja (31.5%). Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih Jawa Timur terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih Base : Semua responden (n : 460) Menolak menjawab, 1.3% KELOMPOK 1 Punya keinginan kuat mengikuti pemilihan KELOMPOK 2 Tidak punya keinginan kuat mengikuti pemilihan 17,2% Akan kecewa/marah jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih, karena alasan merasa tidak diakui sebagai warga negara 50,0% 48,7% 31.5% Akan merasa biasa saja jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih Bagaimana perasaan B/I/S jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu 2014? Mengapa B/I/S merasa heran atau marah atau kecewa jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu

57 B. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MEMERIKSA DAFTAR PEMILIH 88.3% pemilih merasa bahwa dirinya sudah terdaftar pada Pemilu 2014 (64.1% diantaranya memiliki keyakinan yang kuat mengenai hal tersebut). Hanya 0.7% pemilih yang merasa bahwa dirinya tidak/belum terdaftar pada Pemilu 2014 dan 11.1% pemilih lainnya tidak tahu mengenai status terdaftarnya nama mereka pada Pemilu Grafik 7.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih Jawa Timur, yaitu 88%, tidak datang untuk memeriksakan namanya pada daftar pemilih. Umumnya mereka mendapatkan informasi mengenai keberadaan/ketiadaan nama mereka di daftar pemilih dari pihak lain (35.4%) atau dari stiker daftar pemilih yang ditempel di rumah mereka (30.9%). Bahkan, cukup banyak pula yang keyakinannya di dasarkan hanya kepada perkiraan/asumsi bahwa nama mereka pasti terdaftar/tidak pada daftar pemilih (33.7%). Umumnya, keputusan untuk tidak memeriksakan keberadaan/ketiadaan nama mereka pada daftar pemilih didasari oleh alasan mengenai adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar di daftar pemilih tersebut (43.5%). Selain itu, adanya keterbatasan informasi juga menjadi penghambat bagi pemilih untuk memeriksakan daftar pemilih, yaitu tidak punya informasi mengenai adanya daftar pemilih yang bisa diperiksa (21.5%) atau tidak punya informasi mengenai dimana bisa dilakukan pemeriksaan daftar pemilih (22.6%). Selain beberapa faktor diatas, tidak adanya waktu untuk mengurus hal terkait daftar pemilih tersebut juga menjadi alasan bagi beberapa pemilih (10.9%). Grafik 7.2 Praktik pemilih Jawa Timur dalam memeriksa daftar pemilih Base : Responden yang merasa bahwa namanya terdaftar atau tidak pada Daftar Pemilih (n : 409) Base : Responden yang tidak memeriksa daftar pemilih (n : 359) Apakah nama B/I/S terdaftar untuk Pemilu 2014? Darimana B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S sudah terdaftar atau tidak untuk Pemilu 2014? (Bagi yang tidak memeriksa Daftar Pemilih) Mengapa B/I/S tidak datang memeriksa Daftar Pemilih? 49

58 C. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MENANYAKAN/MELAPORKAN KETIADAAN NAMANYA DI DAFTAR PEMILIH Pada sub bab B, kita mendiskusikan mengenai partisipasi aktif pemilih dalam memeriksakan keberadaan nama mereka di Daftar Pemilih. Grafik 7.2 menunjukkan bahwa partisipasi pemilih untuk memeriksa daftar pemilih masih rendah (baru 12% pemilih yang memeriksakan namanya pada daftar pemilih). Namun, hal ini lebih disebabkan karena adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar (selain faktor terbatasnya pemahaman mereka terhadap adanya daftar pemilih itu sendiri dan lokasi dimana daftar pemilih bisa diperiksa). Pada sub C ini, kita kembali mencoba untuk mengetahui partisipasi aktif pemilih terhadap hal yang terkait dengan daftar pemilih, yaitu partisipasi pemilih untuk bertanya/melaporkan jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Grafik 7.3 menunjukkan bahwa 73.3% pemilih mengklaim bahwa jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih, maka mereka akan menanyakan/melaporkan mengenai ketiadaan namanya tersebut (17.3% diantaranya menyatakan keinginan yang kuat mengenai hal ini). Hanya 16.6% pemilih yang akan belaku sebaliknya, yaitu tidak akan repot repot menanyakan/melaporkan jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dengan melihat lebih jauh terhadap alasan yang mendorong keengganan untuk menanyakan hal tersebut, kita dapat melihat adanya 2 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih yang memang tidak perduli dengan ada/tidak adanya nama mereka pada daftar pemilih (31.6% dari total 16.6% pemilih yang tidak akan menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya pada Daftar Pemilih). Kelompok pemilih ini akan merasa biasa saja (tidak ada perasaan marah atau kecewa) walaupun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Kalaupun ada sebagian kecil dari mereka yang merasa kecewa, hal ini bukan disebabkan karena mereka merasa kehilangan hak pilihnya, namun lebih karena merasa tidak diakui sebagai warga negara. Jika dikaitkan dengan keinginan mereka untuk mengikuti Pemilu, khususnya Pemilu pada tahun 2014 mendatang, kelompok pemilih ini memiliki tingkat keinginan yang rendah untuk mengikuti Pemilu 2014, khususnya pada pemilihan Legislatif (DPR/DPRD). - Kelompok pemilih yang sebenarnya merasa perduli mengenai keberadaan namanya pada daftar pemilih (baik untuk alasan yang berkaitan dengan haknya mengikuti pemilihan atau berkaitan dengan diakuinya pemilih sebagai warga negara Indonesia), namun lebih memilih untuk tidak menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya karena faktor faktor eksternal, misalnya beranggapan bahwa prosesnya akan rumit, tidak punya waktu, tidak memiliki cukup informasi mengenai pihak yang bisa ditanya atau sudah apatis akan ada pihak lain yang akan membantu masalahnya tersebut. 50

59 Grafik 7.3 Tingkat keinginan pemilih Jawa Timur untuk menanyakan ketiadaan namanya di Daftar Pemilih Base : Semua responden (n : 460) 56% 17.3% 10.1% 16.6% Tidak peduli (31.6%) Tidak punya waktu (19.7%) Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit (15.8%) Tidak tahu tempat bertanya/melaporkan (13.2%) Pernah ditanyakan, tapi tidak ada pengaruhnya (7.9%) Beranggapan bahwa pihak yang bertanggung jawa tidak bisa membantu (3,9%) Tidak akan menanyakan Akan menanyakan Akan sangat ingin menanyakan Tidak tahu Misalnya B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih untuk Pemilu 2014, seberapa besar keinginan B/I/S untuk menanyakan hal tersebut? (Jika tidak punya keinginan) mengapa B/I/S tidak punya keinginan untuk menanyakan hal tersebut D. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK TERKAIT DAFTAR PEMILIH Terdapat 4 aspek terkait Daftar Pemilih yang ingin diketahui tingkat pemahamannya di kalangan pemilih, yaitu mengenai : - Penggunaan kartu identitas, khususnya pada kondisi dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar Pemilih, - Peran surat undangan dibandingkan dengan daftar pemilih, - Pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar pada daftar pemilih, dan - Tempat pemeriksaan Daftar Pemilih 51

60 Grafik 7.4 menunjukkan bahwa : Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan - Idealnya, setiap warga yang berhak untuk mengikuti pemilih akan terdaftar pada daftar pemilih. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa kasus dimana nama pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dalam survei ini teridentifikasi bahwa terdapat 0.7% pemilih yang sudah yakin bahwa namanya tidak terdaftar pada Pemilu Jika mengacu kepada peraturan, pada kasus dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilihan, sangat memungkinkan bagi mereka untuk tetap bisa mengikuti pemilihan, yaitu dengan menggunakan kartu identitas. Survei ini mencoba untuk mengidentifikasi seberapa banyak pemilih yang sudah paham mengenai adanya ketentuan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, grafik 7.4 menunjukkan bahwa terdapat 41.3% pemilih yang sudah memahami bahwa mereka masih berhak mengikuti pemilihan walaupun tidak terdaftar pada daftar pemilihan, yaitu dengan membawa kartu identitas ke TPS. Sedangkan sisanya adalah : Pemilih yang punya pemahaman bahwa terdaftar pada daftar pemilih adalah syarat mutlak dari seorang warga untuk bisa mengikuti pemilihan (artinya, mereka menganggap bahwa kartu identitas tidak akan bisa membantu seorang pemilih untuk bisa mengikuti pemilihan, selama nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 23.9%. Pemilih yang sama sekali tidak paham apakah mereka masih memiliki hak pilih jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, yaitu 26.7%. Pemilih yang memahami bahwa seseorang tetap bisa mengikuti pemilihan walaupun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, selama orang tersebut adalah warga negara Indonesia dan mengikuti pemilihan adalah hak dari setiap warga negara Indonesia (namun kelompok ini tidak secara khusus mengaitkan kondisi tersebut dengan adanya peraturan yang memungkinkan seseorang bisa membawa kartu identitas ke TPS jika tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 3.4%. - Lebih jauh, Tabel 7.1 menunjukkan bahwa pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap hal diatas berbeda antara pemilih laki laki dan pemilih perempuan, dimana pemilih yang sudah paham bahwa kartu identitas bisa digunakan pada kondisi dimana namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, lebih banyak ditemukan pada pemilih laki laki dibandingkan pemilih perempuan. Tabel 7.1 juga menunjukkan adanya perbedaan pemahaman antara pemilih di daerah urban dengan daerah di daerah rural, dimana ditemukan bahwa persentase pemilih yang punya pemahaman benar justru banyak ditemukan pada daerah rural. Namun, jika kita melakukan analisa lebih jauh terhadap komposisi Jender dari responden di urban dan di daerah rural, diketahui bahwa responden di daerah urban lebih banyak terdiri dari responden perempuan. Sebaliknya, responden di daerah rural lebih banyak terdiri dari responden laki laki. Pemahaman terhadap peran surat undangan - Sebagian besar pemilih Jawa Timur, yaitu 67.2%, punya pemahaman bahwa selama nama mereka terdaftar pada daftar pemilih, mereka masih berhak mengikuti pemilihan meskipun mereka tidak mendapatkan surat undangan. Pemahaman mengenai hal tersebut berbeda antara pemilih laki - laki dan perempuan, dimana lebih banyak pemilih laki laki yang memahami bahwa tanpa surat undangan pun, mereka masih berhak untuk mengikuti pemilihan selama sudah terdaftar pada daftar pemilih. Perbedaan pemahaman juga terlihat pada kelompok usia yang berbeda, dimana pada kelompok usia yang semakin tinggi, pemahaman pemilih semakin rendah. 52

61 Pemahaman terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih - Sebagian besar pemilih Jawa Timur, yaitu 41.3%, punya pemahaman bahwa pihak yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa masyarakat harus terdaftar pada daftar pemilih adalah ketua RT. Pemahaman ini kemungkinan besar berasal dari pengalaman mereka sendiri terkait pendaftaran pemilih. Hanya 20.0% pemilih yang menyebutkan mengenai keberadaan panitia atau lembaga penyelenggara Pemilu yang seharusnya bertanggung jawab terhadap daftar pemilih. Beberapa dari mereka ada yang hanya menyebutkan panitia pemilu (tanpa mengetahui nama lembaga nya secara pasti). Beberapa ada yang secara khusus menyebutkan KPU, KPPS atau Panwaslu. Pemahaman terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih - Sejalan dengan pemahaman pemilih mengenai pihak yang bertanggungjawab terhadap terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih diatas, sebagian besar pemilih (71.5%) juga memahami bahwa tempat pemeriksaan daftar pemilih bisa dilakukan di kantor Kelurahan atau rumah ketua RT. Namun, cukup banyak pula pemilih yang tidak yakin dimana Daftar Pemilih tersebut dapat dilihat (18.3%). Grafik 7.4 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap beberapa aspek terkait daftar pemilih Base : Semua responden (n : 460) PENGGUNAAN KARTU IDENTITAS Base : Semua responden (460 responden) * 41.3% paham mengenai penggunaan kartu identitas untuk memilih, pada kondisi jika tidak terdaftar pada Daftar Pemilih * 50.6% tidak paham bahwa mereka tetap bisa ikut memilih walaupun tidak terdaftar pada Daftar Pemilih (23.9% beranggapan tidak bisa ikut memilih, 26.7% tidak paham sama sekali) Base : Semua responden (460 responden) PERAN SURAT UNDANGAN * 67.2% pemilih memahami bahwa mereka tetap bisa mengikuti pemilihan walaupun tidak mendapatkan surat undangangan Sisanya adalah 9.1% pemilih yang memahami bahwa mereka tidak bisa mengikuti pemilihan tanpa surat undangan dan 4.6% pemilih yang tidak paham Base : Semua responden (460 responden) * 71.5% pemilih memahami bahwa pemeriksaan Daftar Pemilih dapat dilakukan di rumah ketua RT atau kantor Desa/Kelurahan * Dan 18.3% pemilih tidak paham dimana pemeriksaan Daftar Pemilih bisa dilakukan Base : Semua responden (460 responden) * 41.3% pemilih memahami bahwa ketua RT adalah pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar pada Daftar Pemilih * Pemilih lainnya berpendapat bahwa pihak yang bertanggung jawab adalah Panitia Pemilihan (20.0%), Aparat desa/kelurahan (20.2%) TEMPAT PEMERIKSAAN DAFTAR PEMILIH PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TERDAFTAR MASYARAKAT PADA DAFTAR PEMILIH 53

62 Tabel 7.1 Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan Jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PEMAHAMAN BENAR PEMAHAMAN SALAH TIDAK PAHAM PROFIL DEMOGRAFI Bisa mengikuti pemilihan dengan kartu identitas, jika tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tidak bisa mengikuti pemilihan jika tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Bisa mengikuti pemilihan, namun bukan karena alasan bisa menggunakan kartu identitas Tidak paham mengenai masih adanya hak memilih jika nama tidak terdaftar Jender Laki-laki (n : 206) 48,1% 22.8% 4,4% 21.4% Perempuan (n : 254) 35.1% 24.8% 3.1% 31.1% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 43.8% 24.0% 2.1% 24.0% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 39.7% 26.5% 3.8% 26.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 42.9% 10.2% 8.2% 30.6% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 39.4% 21.4% 4.7% 32.9% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 40.8% 24.0% 2.0% 31.6% Tamat SMA (n : 168) 41.1% 26.5% 4.2% 18.5% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 49.3% 17.9% 3.6% 24.3% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 30.7% 19.8% 5.9% 36.6% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 41.7% 39.6% 2.1% 14.6% Rp Rp (SES B) (n : 73) 41.1% 31.5% 2.7% 20.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban /Kelurahan(n : 220) 35.9% 30.5% 3.2% 26.8% Rural /Desa (n :240) 46.3% 17.9% 4.2% 26.7% Misalnya B/I/S berada dalam kondisi dimana nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), menurut B/I/S, apakah B/I/S tetap berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? Menurut B/I/S, mengapa B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan walaupun nama B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap? Jika B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih, menurut B/I/S, apakah B/I/.S bisa menggunakan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan? 43 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 44 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 45 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 54

63 Tabel 7.2 Pemahaman terhadap peran surat undangan terhadap hak mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Tidak bisa mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Bisa mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Tidak paham Jender Laki-laki (n : 206) 73.8% 6.8% 19.4% Perempuan (n : 254) 61.8% 9.1% 29.1% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 68.8% 10.4% 20.8% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 67.9% 8.0% 24.0% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 59.2% 8.2% 32.7% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 59.4% 10.6% 30.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 60.2% 11.2% 28.6% Tamat SMA (n : 168) 78.0% 4.2% 17.9% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 69.3% 11.4% 19.3% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 50.5% 9.9% 39.6% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 81.3% 4.2% 14.6% Rp Rp (SES B) (n : 73) 76.7% 6.8% 16.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban /Kelurahan (n : 220) 69.1% 6.4% 24.5% Rural/Desa (n :240) 65.4% 9.6% 25.0% Misalnya B/I/S tidak mendapatkan surat undangan untuk ke TPS, namun nama B/I/S terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap, menurut B/I/S, apakah B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? 46 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 47 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 48 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 55

64 Tabel 7.3 Pemahaman pemilih Jawa Timur terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PAHAM PROFIL DEMOGRAFI TIDAK PAHAM KANTOR DESA/ KELURAHAN KETUA RT/RW PANITIA/ LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU Jender Laki-laki (n : 206) 15.5% 55.8% 20.9% 6.3% Perempuan (n : 254) 21.3% 46.1% 21.3% 5.5% Pemilih pemula, tahun (n : 28) % 39.3% 28.6% 7.1% Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 16.7% 52.1% 21.9% 4.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 19.5% 49.8% 20.2% 6.6% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 20.4% 57.1% 20.4% 4.1% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 27.1% 41.8% 20.0% 9.4% Tamat SMP (n : 98) 17.3% 54.1% 17.3% 5.1% Tamat SMA (n : 168) 11.3% 54.8% 25.0% 3.6% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) % 68.2% 18.2% 0.0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 20.7% 45.0% 25.7% 8.6% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 22.8% 54.5% 13.9% 7.9% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 9.4% 57.3% 17.7% 3.1% Rp Rp (SES B) (n : 73) 9.6% 58.9% 23.3% 4.1% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) % 38.9% 38.9% 5.6% Status daerah Urban /Kelurahan (n : 220) 15.0% 50.9% 25.0% 5.9% Rural/Desa (n :240) 22.1% 50.0% 17.5% 5.8% 49 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 50 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas 51 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulan diatas Rp (SES A) 56

65 BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU 2014 Kejujuran seharusnya menjadi aspek yang dijunjung tinggi dalam pelaksanaan Pemilu, dalam proses pelaksanaannya maupun hasilnya. Pada beberapa pemilih Jawa Timur, aspek kejujuran bahkan mempengaruhi keputusan mereka dalam mengikuti pemilihan. Pada bab 9 mengenai politik uang, terdapat 6% pemilih yang memutuskan untuk sama sekali tidak mengikuti pemilihan jika praktik politik uang sudah menjadi sangat marak dilakukan oleh calon/partai politik. Selanjutnya dalam bab ini, kita akan memberikan gambaran mengenai persepsi pemilih terhadap kejujuran pemilihan (baik terhadap proses pelaksanaannya maupun hasilnya), persepsi terhadap pihak pemantau independen dan persepsi terhadap partisipasi pemilih dalam mewujudkan kejujuran dalam pemilihan. Grafik 8.1 menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok pemilih berdasarkan persepsi mereka terhadap kemungkinan pelaksanaan Pemilu 2014, yaitu apakah Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak: - Kelompok pemilih yang memiliki persepsi positif bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung bebas, jujur dan adil, yaitu sebanyak 43.9%. Dari total 43.9% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung bebas, jujur dan adil tersebut, 35.2% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya tersebut terhadap alasan bahwa akan ada banyak pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu secara ketat. Pihak yang dimaksud tidak hanya KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu, namun juga pihak lainnya seperti Polisi, saksi di TPS, media dan Pengawas Independen. Selain adanya pengawasan dari beberapa pihak yang bertanggungjawab, adanya sistem bilik suara yang tertutup dan surat suara yang tersegel juga menjadi salah satu alasan yang menyebabkan pemilih yakin akan terciptanya Pemilu 2014 yang jujur. Selain alasan diatas, 47.0% pemilih lainnya mendasarkan keyakinannya terhadap alasan bahwa pemilihan calon masih dilakukan oleh pemilih secara bebas dan rahasia, sesuai hati nurani, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. - Kelompok pemilih yang belum dapat memastikan apakah Pemilu akan berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak 45.4%. Adanya kelompok pemilih diatas seharusnya menjadi indikasi bahwa ada beberapa pemilih yang sepenuhnya belum yakin bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur. Adanya pemahaman dan pengalaman berdasarkan Pemilu/Pemilukada sebelumnya yang kadangkala tidak berlangsung secara jujur, yang kemungkinan memberikan persepsi kepada mereka bahwa Pemilu 2014 berkemungkinan berlangsung secara jujur atau berkemungkinan berlangsung secara tidak jujur. - Kelompok pemilih yang memiliki keyakinan kuat bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung secara jujur, yaitu sebanyak 8.5%. Dari total 8.5% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung jujur dan adil tersebut, 84.6% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya bahwa masih banyak calon yang akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan jabatan, salah satunya dengan melakukan politik uang. Selain kecurangan yang dilakukan oleh calon dan partai politik diatas, beberapa pemilih juga mendasarkan keyakinannya berdasarkan alasan akan adanya kecurangan dalam penghitungan suara (5.1%). 57

66 Berbeda dengan persepsi terhadap kejujuran pelaksanaan Pemilu 2014 dimana masih cukup banyak pemilih yang tidak bisa memastikan apakah pelaksanaan Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak (yaitu sebanyak 45.4% pemilih), sebagian besar pemilih memiliki keyakinan bahwa hasil Pemilu yang dikeluarkan oleh KPU adalah benar-benar menggambarkan hasil pilihan rakyat di TPS, yaitu sebanyak 88.5% pemilih. Ini mengindikasikan bahwa mereka percaya tidak terjadi adanya kecurangan atau manipulasi pada hasil penghitungan suara (Grafik 8.1). Grafik 8.1 Persepsi pemilih terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu Base : Semua responden ( n : 460) KEJUJURAN PEMILU 2014? PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN PROSES PEMILU PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN HASIL PEMILU 11.5% 47.6% 43.9% 8.5% 88.5% Akan berlangsung bebas, jujur, adil Tidak akan berlangsung bebas, jujur, adil Tidak yakin Hasil perolehan suara menggambarkan pilihan masyarakat Hasil perolehan suara tidak menggambarkan pilihan masyarakat Ada orang yang merasa bahwa Pemilu tahun 2014 akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sementara itu, ada pula yang merasa bahwa Pemlu 2014 tidak akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sebagian lagi menyatakan tidak/tidak yakin. Bagaimana dengan B/I/S, pernyataan mana yang paling sesuai dengan pendapat B/I/S? Sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan di bawah ini dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dan skala 4 menggambarkan B/I/S tidak setuju? Pernyataan : Hasil perolehan suara pada Pemilu/Pemilukada yang dikeluarkan oleh lembaga KPU/KPUD benar benar menggambarkan hasil pilihan masyarakat di TPS 58

67 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KERAHASIAAN PEMILU % pemilih menganggap bahwa tidak mungkin jika pilihan mereka terhadap seorang calon tertentu akan diketahui oleh pihak lain. Keyakinan ini didasarkan kepada alasan bahwa baik pihak pemilih maupun penyelenggara Pemilu akan berperan untuk menjaga kerahasiaan pilihan tersebut. Dari pihak pemilih, kerahasiaan terjaga dengan cara dimana mereka tidak akan memberitahukan hasil pilihan mereka kepada pihak lain. Dari pihak penyelenggara Pemilu, bilik suara pada TPS yang dirancang serba tertutup dan banyaknya pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu, dianggap akan menjaga kerahasiaan hasil pilihan mereka (Grafik 8.2). Hanya 4.8% pemilih yang menganggap bahwa pilihan mereka terhadap calon berkemungkinan untuk diketahui oleh pihak lain. Sama seperti alasan diatas, sumber dari ketidakrahasiaan bisa berasal dari sistem penyelenggaraan pemilihan (kondisi bilik suara, surat suara) dan pemilih itu sendiri yang akan memberitahukan pilihannya kepada orang lain. Grafik 8.2 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Base : Semua responden ( n : 460) 52.0% 33.9%.7% 4.1% 8.9%.4% Pilihan seorang pemilih sangat mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih tidak mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih sangat tidak mungkin diketahui orang lain Tidak tahu Menolak menjawab Kondisi bilik suara yang terbuka atau sempit sehingga memungkinkan pihak lain untuk mengintip (22.7%) Adanya pihak yang membocorkan informasi (13.6%) Pemilih memberitahukan pilihannya kepada orang lain (13.6%) Adanya identifikasi nama atau nomor urut dalam surat suara (13.6%) Karena bilik suara sudah dirancang secara tertutup (71.8%) Karena pemilih tidak memberitahukan pilihan calonnya kepada orang lain (38.9%) Adanya pengawasan pelaksaaan pemilihan suara di TPS, dari perwakilan Panwaslu, saksi partai politik (12.9%) Karena surat suara sudah dirancang agar tidak terjadi kebocoran hasil pilihan suara dari pemilih, misalnya disegel, tidak adanya identitas pemilih pada surat suara (2.1%) Merupakan pendukung atau tim sukses dari calon/partai politik tertentu (9.0%) Adanya perjanjian atau kontrak politik dengan calon/partai politik tertentu (4.5%) Menurut B/I/S, seberapa mungkin pihak lain akan bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S, sedangkan suatu Pemilu/Pemilukada seharusnya berlangsung secara rahasia? Menurut B/I/S, bagaimana pihak lain tersebut mungkin/tidak mungkin bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S? 59

68 C. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMANTAU INDEPENDEN Untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil, terdapat suatu pihak yang bersifat independen (bukan perwakilan calon, partai politik atau Panwaslu), yang bertugas untuk memantau pelaksanaan Pemilu/Pemilukada. Terkait dengan pihak tersebut, survei ini mencoba untuk mengetahui pengetahuan pemilih mengenai keberadaan pemantau independen tersebut (dan lebih jauh mengetahui pemahaman pemilih terhadap peran pemantau independen) dan tingkat keyakinan pemilih terhadap terciptanya Pemilu/Pemilukada yang adil dan jujur dengan adanya pihak pemantau independen tersebut. Grafik 8.3 menunjukkan bahwa 19.6% pemilih merasa yakin bahwa mereka pernah melihat pemantau independen. Mereka memahami lembaga pemantau independen sebagai lembaga yang bertugas untuk memastikan supaya proses penghitungan suara berlangsung secara jujur (82.2%). Selain itu, beberapa pemilih memahami bahwa pemantau independen juga punya peran untuk memastikan tidak terjadinya kekerasan selama Pemilu (18.9%) dan membuat laporan pelanggaran selama Pemilu (16.7%). Sebaliknya, 48% pemilih lainnya merasa yakin bahwa mereka tidak pernah melihat pemantau independen. Sedangkan sisa 32.2% pemilih tidak yakin apakah mereka pernah melihat lembaga pemantau independen (kelompok ini tidak punya pemahaman yang cukup baik mengenai lembaga Pemantau Independen sehingga tidak yakin apakah saksi atau pemantau yang mereka lihat di TPS adalah lembaga pemantau independen atau bukan). Kemudian, kepada responden ditanyakan lebih lanjut mengenai tingkat keyakinan mereka terhadap pemantau independen dalam mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. Secara umum, pemilih memiliki persepsi positif terhadap pemantau independen, dimana 43.5% pemilih memiliki keyakinan yang tinggi bahwa bahwa lembaga tersebut bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (8.3% diantaranya bahwa memiliki keyakinan yang sangat kuat). Namun dengan mempertimbangkan bahwa sebagian besar pemilih tidak pernah bertemu atau melihat pemantau independen, maka cukup banyak pula pemilih yang memberikan persepsi negatif atau bahkan tidak bisa memberikan opininya mengenai keyakinan mereka bahwa pemantau independen akan mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (terdapat 20.4% pemilih yang keyakinannya sedikit lebih tinggi, 9.3% pemilih yang tidak yakin sama sekali dan 21.5% pemilih yang tidak bisa memberikan opininya karena tidak tidak adanya pemahaman mengenai pemantau independen). Lebih jauh lagi, Grafik 8.3 menunjukkan bahwa tingkat keyakinan pemilih terhadap pemantau independen sebagai lembaga yang bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu, sangat dipengaruhi oleh pengetahuan pemilih terhadap keberadaan pemantau independen. Dari 19.6% pemilih yang mengklaim pernah melihat keberadaan pemantau independen, total 67.8% dari mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (17.8% diantaranya memiliki keyakinan yang kuat). Sedangkan dari 48.0% pemilih yang mengklaim tidak pernah melihat keberadaan pemantau independen, hanya 49.3% dari mereka yang memiliki keyakinan tinggi bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. 60

69 Grafik 8.3 Pemahaman dan persepsi pemilih Jawa Timur terhadap pemantau independen Base : Semua responden (n : 460) PENGENALAN KEYAKINAN Ada kelompok Independen yang akan mengamati dan memantau setiap langkah pelaksanaan Pemilu/Pemilukada dan menginformasikan kepada masyarakat tentang segala bentuk kecurangan pada Pemilu/Pemilukada. Apakah keberadaan Pemantau Independen ini akan memberikan rasa yakin yang jauh lebih tinggi, lebih tinggi, sedikit lebih tinggi atau tidak merasa yakin sama sekali bahwa Pemilu akan berlangsung bebas, jujur dan adil Apakah B/I/S pernah melihat Pemantau Independen pada suatu Pemilu/Pemilukada, yaitu pihak yang tidak mewakili partai politik, calon atau Panwas yang bertugas untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil? D. PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMANTAUAN PEMILU Tabel 8.1 adalah matriks yang mencoba untuk menggambarkan ketertarikan pemilih Jawa Timur untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, pada kondisi dimana kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela dan pada kondisi mendapatkan pembayaran. Dari Tabel 8.1 diketahui bahwa terkait dengan ketertarikannya dalam memantau Pemilu/Pemilukada, terdapat empat kelompok pemilih, yaitu: - Kelompok pemilih yang tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 43.9%. Bahkan terdapat 3.7% pemilih yang memiliki tingkat ketertarikan secara kuat dalam dua kondisi tersebut Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight kuning 61

70 TANPA KOMPENSASI Propinsi Jawa Timur - Kelompok pemilih yang tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 20.2%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight hijau - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran akan mendorong atau meningkatkan ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 19.3% Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight merah muda - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran justru mengurangi ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 9.3% Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight biru Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih untuk berpartisipasi dalam pemantauan pemilu Base : Semua responden (n : 460 ) DENGAN KOMPENSASI SANGAT TERTARIK TERTARIK TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK SANGAT TERTARIK 3.7% 1.7% 0.2% 0.0% TERTARIK 11.3% 27.2% 9.1% 0.0% TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK 2.4% 13.9% 17.8% 0.2% 0.7% 2.4% 0.4% 1.7% Seberapa besar tingkat ketertarikan B/I/S untuk ikut memantau dalam Pemilu/Pemilukada jika. (a) dilakukan secara sukarela, tanpa mendapatkan kompensasi/pembayaran, (b) dengan mendapatkan kompensasi/pembayaran? 62

71 Tahap pelaksanaan Pemilu yang menurut sebagian besar pemilih penting bagi masyarakat untuk ikut di dalamnya adalah pemantauan terhadap tahap penghitungan suara (77.9%). Grafik 8.4 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan Base : Semua responden (n : 460) berperan untuk mengamati tahap - tahap penghitungan suara 77.9% berperan untuk mencegah pemberian uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses 60.2% berperan untuk memastikan keakuratan Daftar Pemilih 70.9% Seberapa besar tingkat ketertarikan B/I/S untuk ikut memantau dalam Pemilu/Pemilukada jika. (a) dilakukan secara sukarela, tanpa mendapatkan kompensasi/pembayaran, (b) dengan mendapatkan kompensasi/pembayaran? 63

72 BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KETENTUAN HUKUM DARI PRAKTIK POLITIK UANG Mengaitkan praktik politik uang dengan peraturan atau hukum yang berlaku, kepada responden Jawa Timur ditanyakan pemahaman mereka mengenai ketentuan hukumnya, baik bagi pihak calon/partai politik yang memberikan uang/barang/jasa maupun bagi masyarakat yang menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik tersebut. Terhadap hal diatas, setiap pemilih memiliki pemahaman yang berbeda beda. Jika kita kombinasikan pemahaman pemilih mengenai ketentuan hukum bagi pihak calon/partai politik yang memberikan dan ketentuan hukum bagi pihak masyarakat yang menerima pemberian tersebut, kita akan mendapatkan 4 kelompok pemilih, yaitu : 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum; 2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum; 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum; 4. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum. Dengan berdasarkan pada pengelompokan diatas, Grafik 9.1 menunjukkan persentase pemilih Jawa Timur untuk masing masing kelompok diatas adalah: 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum (sebanyak 36.9%); 2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum (sebanyak 29.5%); 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum (sebanyak 9.1%); 4. Tidak ada kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum (sebanyak 0.6%). Selain 4 kelompok pemilih diatas, juga terdapat 23.9% pemilih Jawa Timur yang tidak paham apakah praktik memberi dan menerima uang/barang tersebut adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak. 64

73 Grafik 9.1 Persepsi pemilih Jawa timur terhadap ketentuan hukum dari praktik uang Base : Semua responden (n : 460) PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI MELANGGAR HUKUM: 49.3% 9.1% 36.9% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA TIDAK MELANGGAR HUKUM: 40.9% MELANGGAR HUKUM: 37.6% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA 29.5% 0.6% TIDAK MELANGGAR HUKUM: 30.9% PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan dan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, aau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENERIMAAN PRAKTIK POLITIK UANG Selain menanyakan pemilih mengenai persepsi mereka terhadap praktik politik uang jika dikaitkan dengan peraturan atau ketentuan hukum, kepada responden juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai pantas atau tidak pantas nya bagi seorang pemilih untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik. Grafik 9.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih memiliki persepsi bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik adalah sesuatu yang pantas dilakukan (48.8%). Sebaliknya terdapat 27.6% pemilih yang menganggap bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik adalah sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Namun ada juga pemilih dimana opininya bergantung kepada kondisi mengenai ada atau tidak adanya intimidasi/paksaan dari calon untuk memilihnya. Kelompok pemilih ini memiliki opini bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon adalah sesuatu yang pantas jika tidak diikuti dengan intimidasi/paksaan memilih dari calon (19.3%). Sisa 9.3% nya adalah pemilih yang tidak bisa memberikan opininya mengenai hal tersebut. 65

74 Grafik 9.2 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap penerimaan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) 22.6% 19.3% 48.8% 9.3% Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas, jika tidak ada intimidasi untuk memilih calon Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang pantas Tidak tahu Saya akan membacakan beberapa pernyataan di bawah ini. Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan tersebut, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut Pernyataan 1 : Tidak apa-apa untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu selama tidak ada paksaan untuk memilih calon/partai politik Pernyataan 2 : Tidak pantas untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu C. PENGALAMAN PEMILIH TERKAIT POLITIK UANG Tanpa mempertimbangkan bentuk atau nilai pemberiannya, praktik politik uang oleh calon/partai politik sepertinya sudah meluas di masyarakat. Melalui Grafik 9.3, survei ini menunjukkan bahwa terdapat 24.7% pemilih Jawa Timur yang punya pengalaman ditawari uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu. Secara khusus, uang/barang disini mengacu kepada uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung atau voucher belanja. 66

75 Grafik 9.3 Pengalaman pemilih Jawa Timur terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) Tidak pernah ditawari uang/ barang, 72.1% Tidak tahu/ tidak menjawab ; 3,3% Pernah ditawari uang/ barang, 24.7% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung, voucher belanja Melakukan analisa lebih jauh terhadap jumlah dan bentuk penawaran yang diterima, Grafik 9.4 menunjukkan bahwa : - Tanpa mempertimbangkan bentuk penawarannya, terdapat pemilih yang punya pengalaman mendapatkan hanya 1 kali penawaran, yaitu sebanyak 13.2%. Dilihat lebih jauh bentuk barang yang ditawarkan, total 13.2% pemilih ini terdiri dari 11.3% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung, 1.5% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk uang atau kupon belanja dan 0.4% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk sembako/makanan/minuman. - Cukup banyak pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai 2 kali, yaitu sebanyak 5.3%. Bentuk barang yang ditawarkan secara spesifik dapat dilihat pada Grafik Bahkan, ada pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai dengan 3 kali, yaitu sebanyak 7.1%. - Bentuk penawaran yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung (total 23.5% pemilih pernah memiliki pengalaman ditawari kaos/baju/sarung/kerudung). Bentuk penawaran selanjutnya yang dilakukan adalah dalam bentuk uang (10.9%) dan sembako/makanan/minuman (10.7%). 67

76 Grafik 9.4 Pengalaman pemilih Jawa Timur terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) UANG 1.5% 0.2% 2.1% SEMBAKO/ MAKANAN/ MINUMAN 0.4% 7.1% 3.0% 11.3% KAOS/BAJU/ SARUNG/ KERUDUNG Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Selanjutnya, kepada responden ditanyakan lebih lanjut mengenai respon yang (akan) mereka berikan terhadap penawaran uang/barang tersebut, yaitu apakah mereka (akan) menerima atau menolak penawaran tersebut. Kepada responden yang memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui aktual respon yang mereka berikan. Sedangkan kepada responden yang belum pernah memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui respon yang sekiranya akan diberikan oleh kelompok pemilih tersebut jika berada dalam kondisi tersebut. Grafik 9.5 menunjukkan bahwa terkait dengan respon pemilih terhadap penawaran uang/barang tersebut, terdapat 3 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih yang (akan) menerima setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (45.3%). - Kelompok pemilih yang (akan) menolak setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (40.0%). - Kelompok pemilih yang keputusannya untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, sangat bergantung kepada bentuk pemberiannya (9.2%). 68

77 Grafik 9.5 Respon pemilih Jawa Timur terhadap pemberian uang/barang dari calon/partai politik Base : Semua responden (n : 460) Akan menerima atau menolak, tergantung pada bentuk pemberiannya; 9,2% (akan) menolak pemberian, apapun bentuknya; 40,0% Menolak menjawab, 5.5% (akan) menerima pemberian, apapun bentuknya; 45,3% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? Melihat respon pemilih terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik, dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa apapun bentuk pemberiannya, sebagian besar pemilih yang ditawari uang/barang oleh calon/partai politik akan menerima pemberian tersebut. Grafik 9.6 menunjukkan bahwa keputusan kelompok pemilih ini untuk menerima tawaran uang/barang tersebut didasarkan pada adanya persepsi bahwa pemberian tersebut adalah rejeki yang seharusnya tidak ditolak (69.7%). Selain itu, ada persepsi bahwa pemberian tersebut tidak akan memasung kebebasan memilih yang mereka miliki. Mereka tidak mendapatkan paksaan atau intimidasi dari pihan calon/partai politik pemberi supaya memlih calon tersebut. Mereka tetap bisa memilih calon sesuai dengan hati nurani mereka. Sebaliknya, ternyata tidak semua pemilih memutuskan untuk menerima pemberian tersebut. Ada cukup banyak pemilih yang memutuskan untuk menolaknya. Setiap pemilih memiliki alasan yang berbeda-beda, yang mendasari keputusan mereka untuk menolak pemberian tersebut. Namun dengan melihat lebih jauh terhadap alasan mereka pada Grafik 9.6, kita dapat mengelompokkan kembali pemilih yang menolak tersebut menjadi 2 kelompok, yaitu : - Kelompok pemilih yang menganggap bahwa praktik politik uang adalah kegiatan yang tidak positif (curang, tidak jujur) dan bisa menciptakan dampak yang juga tidak positif (yaitu korupsi). - Kelompok pemilih yang tidak mengkaitkan praktik politik uang dengan ketidak jujuran dan korupsi. Namun pengambilan keputusan untuk menolak pemberian lebih karena pemberian tersebut tidak 69

78 menguntungkan bagi mereka. Misalnya karena mereka tidak mau mencari masalah, tidak ingin berhutang budi terhadap calon, malas karena harus antri dan berdesak-desakan. Sebagian kecil pada kelompok ini juga mendasarkan pertimbangannya berdasarkan pihak yang memberikan (4.8% pemilih mengklaim menolak pemberian karena bukan berasal dari calon yang diunggulkannya) atau berdasarkan bentuk pemberiannya. Dengan melihat alasan yang mendasarinya, dapat kita asumsikan bahwa sebenarnya kelompok ini juga punya potensi untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik, jika kondisinya menguntungkan bagi mereka (misalnya tidak menimbulkan masalah buat mereka, atau mereka tidak harus berdesak-desakan atau diberikan oleh calon yang memang diunggulkan atau pemberiannya dalam bentuk uang). Grafik 9.6 Alasan yang mendorong pemilih Jawa Timur untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses ALASAN MENERIMA Base : Responden yang (akan) menerima penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : 251) Rejeki yang sebaiknya tidak ditolak (69.7%) Tidak masalah untuk menerima selama tidak ada paksaan/intimidasi untuk memilih calon/parpol yang memberikan (33.1%) Memang membutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga (22.7%) Mengenal pihak yang memberikan uang/barang/jasa (13.1%) ALASAN MENOLAK Base : Responden yang (akan) menolak penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : 251) Politik uang adalah sesuatu yang curang (47.8%) Politik uang adalah cikal bakal terjadinya korupsi (37.3%) Tidak ingin mencari masalah (29.3%) Tidak mau berhutang budi kepada calon (27.3%) Malas antri dan berdesak/desakan (12.9%) Tidak berasal dari calon yang diunggulkan (4.8%) Karena bentuknya dalam bentuk uang (3.6%) Karena bentuknya barang, bukan uang (2.8%) Mengapa B/I/S atau keluarga menerima/meolak.. (sebutkan jenis pemberian yang diterima/ditolak) tersebut? 70

79 Dari penjelasan sebelumnya, bahwa terdapat kelompok pemilih yang akan bereaksi secara berbeda terhadap penawaran uang/barang, tergantung kepada bentuk pemberiannya. Jika dilihat secara khusus berdasarkan bentuk pemberiannya pada Grafik 9.7, pada kenyataannya sebagian besar pemilih akan memutuskan untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik tertentu. Namun terdapat kecenderungan bahwa pemilih akan lebih enteng untuk menerima pemberian tersebut, jika pemberiannya berbentuk kaos atau sembako/makanan/minuman. Sebaliknya, beberapa pemilih akan lebih merasa enggan untuk menerima pemberian jika bentuknya adalah uang atau kupon belanja. Grafik 9.7 Pengalaman dan respon pemilih Jawa Timur terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (11.1%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (10.9%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (23.7%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (4.1%) Menerima (56.9%) Menolak (43.1%) Menerima (70.0%) Menolak (30.0%) Menerima (78.9%) Menolak (21.1%) Menerima (36.8%) Menolak (63.2%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (85.2%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (85.4%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (72.6%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (92.2%) Akan menerima (49.0%) Akan menolak (48.0%) Akan menerima (50.9%) Akan menolak (46.1%) Akan menerima (46.4%) Akan menolak (50.6%) Akan menerima (51.4%) Akan menolak (46.0%) Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? 71

80 Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap sesuatu tersebut. Sama halnya dengan keputusan pemilih untuk dalam menerima dan menolak pemberian uang/barang, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang. Tabel 9.1 menunjukkan bahwa pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah melanggar hukum, akan cenderung untuk menolak penawaran uangbarang tersebut, dibandingkan pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah sesuatu yang legal atau pemilih yang sama sekali tidak paham mengenai ketentuan hukum dari menerima uang/barang. Tabel 9.1 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik Akan menerima pemberian, apapun bentuknya Akan menolak pemberian, apapun bentuknya Akan menerima atau menolak, tergantung dari bentuk pemberiannnya Menolak menjawab Pemahaman terhadap ketentuan hukum menerima politik uang Menerima uang/barang melanggar hukum (n: 176) Menerima uang/barang TIDAK melanggar hukum (n:186) 26.7% 56.8% 10.2% 6.3% 58.6% 30.1% 8.1% 3.2% Tidak tahu (n=99) 52.5% 29.3% 10.1% 8.1% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? 72

81 Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses Base : Responden yang punya pengalaman ditawari uang/barang ( n : 119) Saat kampanye 47.1% Di rumah 43.7% Acara perkumpulan remaja/lingkungan 14.3% Balai/aula desa 11.8% Acara keagamaan 7.6% Saat akan berangkat ke TPS (serangan fajar) 5.0% Terlepas apakah B/I/S atau keluarga menerimanya atau tidak, dimanakah atau pada saat ada acara apakah B/I/S atau keluarga ditawari/diberi uang/barang/jasa oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu? CATATAN : dengan pertimbangan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pengalaman pemilih terhadap praktik politik uang ini tidak mencakup responden (secara pribadi) dan rumah tangganya, maka analisa pada sub bab ini tidak dilakukan lebih jauh berdasarkan Jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan kondisi fisik responden. 73

82 D. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP CALON ATAU PARTAI POLITIK YANG MELAKUKAN PRAKTIK POLITIK UANG Mengetahui persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang adalah hal yang penting, sebagai informasi awal mengenai pengaruh politik uang terhadap keputusan memilih dan menentukan calon pilihan dari pemilih. Grafik 9.9 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi negatif terhadap calon atau partai politik yang memberikan uang/barang, yaitu menganggap bahwa calon tersebut akan cenderung korupsi (57.4%). Pada sub bab selanjutnya, kita akan melihat pengaruh adanya persepsi tersebut terhadap keputusan pemilih dalam mengikuti pemilihan atau memilih calon. Grafik 9.9 Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) Calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi 7.6% 49.8% 21.5% 2.8% 18.3% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye, memberikannya secara ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu dari pemilih 7.8% 50.4% 33.5% 5.7% 2.6% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung adalah pemimpin yang berjiwa sosial dan memperhatikan/membantu masyarakatnya 6.1% 41.1% 40.0% 10.2% 2.6% Sangat setuju setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju Tidak tahu E. PENGARUH POLITIK UANG TERHADAP KEPUTUSAN MENGIKUTI PEMILIIHAN DAN KEPUTUSAN MEMILIH Pada dasarnya, pemberian uang/barang oleh calon/partai politik bertujuan untuk mempengaruhi pilihan dari pemilih. Salah satu hal yang coba ingin diketahui melalui survey ini adalah untuk mengetahui pengaruh praktik politik uang terhadap keputusan pemilih dalam mengikuti pemilihan atau memilih calon. Grafik 9.10 mencoba untuk menggambarkan hal diatas, dengan mengkombinasikan respon yang akan ditunjukkan oleh pemilih jika mereka mendapatkan penawaran uang/barang dari calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya dan dari calon yang sebelumnya bukan menjadi pilihannya. Respon yang dicatat disini adalah keputusan apakah pemilh akan memutuskan untuk memilih calon yang memberikan uang/barang tersebut atau sebaliknya. 74

83 Dari Grafik 9.10 tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ada empat kelompok pemilih : - Kelompok pemilih yang akan memilih calon sesuai hati nurani, bukan karena tawaran uang/barang (33.9%), adalah kelompok pemilih yang tidak bereaksi negatif terhadap praktik politik uang (tidak sampai membatalkan pilihannya terhadap calon pilihannya yang telah melakukan praktik politik uang) dan tidak juga mempengaruhi pilihannya terhadap calon (pemberian uang/barang oleh seorang calon tidak akan mempengaruhi pilihannya, khususnya jika calon tersebut memang pilihannya dari sejak awal). - Kelompok pemilih yang tidak akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (18.9%), adalah kelompok pemilih yang bereaksi negatif terhadap praktik politik uang, karena image nya terhadap calon pilihannya pun menjadi negatif pada saat calon pilihannya tersebut juga mencoba untuk melakukan praktik politik uang. Kelompok ini tetap akan mengikuti pemilihan, namun akan cenderung merubah pilihan calonnya. - Kelompok pemilih yang akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (21.1%), tidak perduli apakah calon yang menawari uang/barang adalah calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya atau bukan. Melakukan analisa lebih jauh mengenai bagaimana kelompok pemilih tersebut akan menentukan calon yang dipilihnya jika terdapat beberapa calon yang menawarinya uang/barang. - Kelompok pemilih yang akan bereaksi negatif terhadap politik uang (4.8%), adalah kelompok pemilih yang pada akhirnya lebih memilih untuk tidak mengikuti pemilihan sama sekali karena image nya terhadap calon pilihannya pun menjadi negatif pada saat calon pilihannya tersebut juga mencoba untuk melakukan praktik politik uang. Reaksi negatif dari kelompok ini dapat dikatakan ekstrim karena kelompok ini tidak hanya membatalkan pilihannya pada seorang calon pilihannya, bahkan juga sampai membatalkan keinginannya untuk mengikuti pemilihan. 75

84 Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden ( n : 460) Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan 4.8% Mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawari uang/barang 18.9% Mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani 33.9% Mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang 21.1% Menolak menjawab 21.3% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih Melihat lebih jauh mengenai pengaruh praktik politik uang terhadap kelompok pemilih yang berbeda, tabel 9.2 menunjukkan bahwa : - Pengaruh politik uang pada pilihan pemilih terhadap calon, cenderung semakin kuat pada kelompok pemilih marginal miskin (pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin rutin per bulan kurang dari Rp dan dengan tingkat pendidikan maksimal SD). - Pengaruh politik uang juga cenderung lebih kuat terhadap pemilih di daerah rural, di bandingkan daerah urban. Tabel 9.2 menunjukkan bahwa persentase pemilih di daerah rural yang akan memilih siapapun calon yang memberikannya uang/barang, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban. Sebaliknya pemilih di daerah urban akan cenderung memilih sesuai hati nurani (memilih calon yang memang menjadi pilihannya) atau sama sekali tidak memilih calon yang memberikan uang/barang/jasa atau bahkan tidak mengikuti pemilihan sama sekali. - Pengaruh politik uang terlihat juga lebih kuat pada pemilih laki-laki dibandingkan pemilih perempuan (bahkan jika dianalisa lebih jauh pada tingkat pendapatan rumah tangga bulanan dan tingkat pendidikan yang sama). Jika dilihat secara khusus pada kelompok pemilih yang akan memilih siapapun calon yang memberinya uang/barang, terdapat 26.2% pemilih laki laki dan hanya 16.9% pemilih perempuan yang berada dalam kelompok ini. Sebaliknya, jika dilihat secara khusus pada kelompok pemilih yang mengklaim akan memilih calon sesuai hati nurani (bukan karena pemberian uang/barang), terdapat 27.7% pemilih laki laki dan hanya 39.0% pemilih perempuan yang berada dalam kelompok ini. 76

85 Tabel 9.2 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Jender Laki - laki (n : 206) 4.4% 18.0% 27.7% 26.2% Perempuan (n : 254) 5.1% 19.7% 39.0% 16.9% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 7.3% 14.6% 39.6% 15.6% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 5.2% 18.1% 33.4% 20.9% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 0.0% 26.5% 32.7% 22.4% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 2.9% 16.5% 30.0% 31.2% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 3.1% 19.4% 32.7% 18.4% Tamat SMA (n : 168) 7.1% 19.0% 38.7% 13.1% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 5.0% 15.0% 27.1% 35.7% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 4.0% 19.8% 28.7% 22.8% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 4.2% 12.5% 51.0% 13.5% Rp Rp (SES B) (n : 73) 6.8% 15.1% 38.4% 5.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban (n: 220) 7.3% 21.8% 36.8% 16.8% Rural (n: 240) 2.5% 16.3% 31.3% 25.0% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 52 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 53 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah Diploma atau Universitas 54 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya lebih dari Rp (SES A) 77

86 Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap sesuatu tersebut. Namun, agak berbeda dengan keputusan pemilih dalam memutuskan untuk mengikuti pemilihan dan memilih calon, yang tidak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang dan calon yang melakukannya. Selain itu, tabel 9.3 menunjukkan bahwa pemilih yang punya persepsi bahwa calon yang memberikan uang/barang akan cenderung korupsi, tidak lantas mendorong pemilih tersebut untuk tidak memilih calon yang membagi-bagikan uang/barang. Tabel 9.3 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden (n : 460) Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Menolak menjawab Persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang Setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 264) Tidak setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 112) Tidak tahu apakah calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi atau tidak (n=84) 10.3% 19.4% 38.3% 20.8% 11.2% 4.5% 27.7% 36.6% 24.1% 7.1% 1.2% 28.6% 38.1% 19.0% 13.1% Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan : calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 78

87 Secara khusus, survei ini juga mencoba untuk mengetahui pengaruh BANYAKNYA calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Pada Grafik 9.10 kita sudah dapat melakukan identifikasi awal mengenai hal tersebut, dimana ada 4.8% kelompok pemilih yang akan bereaksi negatif terhadap politik uang, yaitu kelompok pemilih yang sama sekali akan meninggalkan pemilihan jika mereka mendapatkan tawaran uang/barang dari SEORANG calon atau SUATU partai politik tertentu (baik dari calon yang awalnya memang ingin dipilihnya, maupun dari calon yang sebelumnya memang bukan pilihannya). Untuk kemudian, kepada responden kita menanyakan tanggapan mereka jika pihak calon/partai politik yang menawarinya uang/barang terdapat BEBERAPA. Hasil survei menunjukkan adanya 88.1% pemilih yang mengklaim bahwa banyaknya calon/partai politik yang menawarinya uang/barang tidak akan sampai menyebabkan mereka menjadi antipati terhadap pemilihan. Hanya ada 8.9% pemilih yang memutuskan untuk sebaiknya tidak mengikuti pemilihan pada kondisi seperti tersebut. Selain terdiri dari pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tidak mengikuti pemilihan dengan adanya kondisi terdapat SEORANG calon/partai politik yang menawarinya uang/barang, kelompok ini juga terdiri dari beberapa pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tetap mengikuti pemilihan namun dengan tidak memilih calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang. Grafik 9.11 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan KONDISI JIKA TERDAPAT BEBERAPA CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Semua responden (n : 460) KONDISI JIKA TERDAPAT SATU CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Responden yang tidak akan mengikuti pemilihan jika terdapat beberapa calon/partai politik yang menawari uang/barang (n : 41) Akan tetap mengikuti pemilihan; 88.1% Tidak akan mengikuti pemilihan; 8.9% Tidak tahu, 3.0% Tetap akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon/partai politik yang TIDAK menawarkan uang/barang (26.8%) Tetap akan mengikuti pemilihan dengan memilih calon/partai politik yang memang menjadi pilihannya, walaupun calon/partai politik tersebut menawarkan uang/barang (26.8%) Tidak akan mengikuti pemilihan sama sekali jika ada SEORANG calon/partai politik yang menawarkan uang/barang (24.4%) Misalnya B/I/S berada dalam kondisi berikut : Pada awalnya B/I/S berkeinginan untuk mengikuti Pemilu/Pemilukada. Kemudian B/I/S atau keluarga ditawari uang/barang dari BEBERAPA calon/partai politik/tim sukses sekaligus. Apakah yang akan B/I./S lakukan? 79 Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih

88 F. PARTISIPASI PEMILIH UNTUK MELAPORKAN PRAKTIK POLITIK UANG Sebagian besar pemilih (64.1%) mengklaim bahwa mereka tidak akan berpartisipasi melaporkan, jika mengalami atau mengetahui adanya praktik politik uang di lingkungan mereka. Umumnya keengganan untuk melaporkan adanya politik uang tersebut disebabkan karena adanya kekhawatiran akan mendapatkan masalah (tidak sebanding dengan nilai uang/barang yang diterima). Ada juga beberapa pemilih yang secara tegas menyatakan bahwa pemberantasan politik uang tersebut adalah bukan tanggung jawab mereka (15.6%). Hanya ada total 6.3% pemilih yang mengklaim bahwa mereka akan melaporkan jika mengetahui adanya praktik politik uang. Selain alasan yang dikemukakan diatas, sepertinya tingkat pemahaman dan persepsi pemilih terhadap politik uang juga berpengaruh terhadap kepedulian pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uang. Tabel 9.4 menunjukkan bahwa pemilih yang punya pemahaman bahwa politik uang adalah sesuatu yang melanggar hukum cenderung punya kepedulian untuk melaporkan adanya praktik politik uang tersebut, dibandingkan dengan kelompok pemilih yang menganggap bahwa member uang/barang kepada pemilih adalah sesuatu yang legal. Grafik 9.12 Partisipasi pemilih Jawa Timur untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) Base : Responden yang tidak akan melaporkan adanya praktik politik uang (n : 328) Tidak tahu, 28.7% Akan melaporkan, jika nilainya besar, 0.9% Akan melaporkan, berapapun nilainya, 6.3% Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya, 64.1% Tidak mau mencari masalah (56.3%) Tidak paham tempat untuk melaporkan (23.1%) Bukan tanggung jawab pemilih (15.6%) Tidak ada waktu (9.8%) Tidak yakin akan ditanggapi oleh pihak lain (8.1%) Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit (7.5%) Kasihan/tidak enak hati terhadap calon yang memberikan, khususnya jika mengenal calon tersebut (4.4%) Tidak ada paksaan/intimidasi dari calon/partai politik (3.7%) Mengapa B/I/S tidak (akan) melaporkan penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tersebut? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 80

89 Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pemahaman terhadap ketentuan hukum politik uang Memberikan uang/barang melanggar hukum (n: 227) 65.6% 9.3% 0.4% 24.7% Memberikan uang/barang TIDAK melanggar hukum (n:142) 69.7% 3.5% 2.1% 24.6% Tidak tahu (n=91) 51.6% 3.3% 0.0% 45.1% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? Selain melihat pengaruh pemahaman pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang, terhadap keinginan untuk melaporkan adanya praktik politik uang, selanjutnya kita juga mencoba untuk mengetahui pengaruh pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap hal tersebut. Tabel 9.5 menunjukkan bahwa pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu sepertinya berpengaruh terhadap keinginan pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uang. Namun, tingginya persentase pemilih yang tidak bisa memberikan opininya mengenai keinginan untuk melaporkan praktik politik uang, perlu menjadi pertimbangan dalam melakukan analisa. Tabel 9.5 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu Pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 225) Tidak pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 234) 62.7% 12.0% 1.8% 23.6% 64.1% 2.1% 0.4% 33.3% Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 81

90 BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI Terdapat 4 bentuk materi komunikasi dengan ragam bentuk dan pesan yang berbeda, yang diujikan kepada responden untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi mereka terhadap beberapa materi komunikasi tersebut PESAN BENTUK TUJUAN DILAKUKAN TES Penyampaian informasi tentang calon Poster Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi calon dengan bentuk/cara tersebut Himbauan untuk mencegah politik uang Stiker Mengetahui tingkat kepercayaan pemilih terhadap materi komunikasi tersebut untuk bisa mengurangi praktik penerimaan politik uang oleh masyarakat. Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap bentuk dari materi komunikasi (stiker). Peraturan pelaksanaan kampanye Brosur/leaflet Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi kampanye dengan bentuk/cara tersebut (seberapa besar kemungkinan pemilih akan membaca materi komunikasi tersebut). Informasi tanggal pelaksanaan Pemilu tahun 2014 Poster Mengetahui pengetahuan pemilih terhadap materi komunikasi tersebut. Gambar 10.1 menunjukkan bahwa lebih dari 50% pemilih menunjukkan persepsi positif terhadap materi komunikasi, khususnya materi komunikasi tentang penyampaian informasi calon, politik uang dan kampanye. 82

91 Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih terhadap materi komunikasi Base : Semua Responden (n : 460) "PENYAMPAIAN INFORMASI CALON" Total 90.4% pemilihmenyatakan suka terhadap materi komunikasi tersebut (dengan 5.7% diantaranya menyatakan tingkat kesukaannya secara kuat) "POLITIK UANG" * 69.3% pemilih percaya bahwa materi komunikasi tersebut akan cukup efektif dalam rangka mencegah masyarakat untuk menerima politik uang dari calon/partai politik (dengan 7.4% diantaranya menyatakan tingkat kepercayaannya secara kuat) * 86.3% pemilih menyatakan suka terhadap penggunaan stiker sebagai media dari materi komunikasi tersebut (dengan 8.5% diantaranya menyatakan tingkat kesukaan yang kuat) "TANGGAL PELAKSANAAN PEMILU 2014" Total hanya terdapat 25% pemilih yang mengklaim pernah melihat poster tersebut "KAMPANYE" * Total 76.5% pemilih mengaku penting untuk mengetahui informasi mengenai kampanye (dengan hanya 7.8% diantaranya menyatakan tingkat kepentingan yang kuat) * Sebesar 72.7% pemilih menyatakan kemungkinan untuk membaca materi komunikasi tersebut jika mendapatkannya (dengan 8.9% diantaranya menyatakan keinginannya secara kuat) 83

92 Tabel 10.1 di bawah memberikan informasi lebih jauh mengenai persepsi pemilih Nusa Tenggara Timur terhadap materi komunikasi, khususnya mengenai isu politik uang dan kampanye : Tabel 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih Jawa Timur terhadap materi komunikasi politik uang dan kampanye Base : Semua responden (n : 460) PESAN BENTUK PERSEPSI PEMILIH Terdapat 69.3% pemilih Jawa Timur yang percaya bahwa materi komunikasi tersebut akan cukup efektif untuk mengurangi praktik penerimaan uang/barang dari calon/partai politik. Himbauan untuk mencegah politik uang Stiker Sebaliknya, sebesar 19.1% pemilih menganggap bahwa materi komunikasi tersebut tidak akan cukup efektif untuk mengurangi praktik penerimaan uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses oleh masyarakat. Tingkat kepercayaan pemilih terhadap efektifitas materi komunikasi politik uang ini cenderung berkurang pada tingkat pendidikan yang semakin tinggi. Peraturan pelaksanaan kampanye Brosur/leaflet Terdapat 72.7% pemilih Jawa Timur yang mengklaim bahwa mereka berkemungkinan untuk membaca materi komunikasi mengenai kampanye dengan bentuk leaflet tersebut. Sebaliknya, terdapat 21.3% pemilih yang mengaku tidak akan mungkin membaca materi komunikasi kampanye dengan bentuk leaflet tersebut. Keengganan untuk membaca materi komunikasi tidak selalu disebabkan oleh bentuk dari materi komunikasi tersebut. Namun, ada kalanya kelompok pemilih ini menganggap bahwa penyampaian informasi mengenai kampanye adalah sesuatu yang tidak penting (dalam bentuk/media apapun). Namun sebaliknya, terdapat beberapa responden yang pada dasarnya tidak menganggap penting informasi tentang kampanye, namun malah tertarik dengan materi komunikasi kampanye dengan bentuk seperti tersebut. Dari total 460 responden : 62.2% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting dan kemungkinan akan membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 12.0% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting, namun tidak punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 10.0% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, namun punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 84

93 PESAN BENTUK PERSEPSI PEMILIH 7.8% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, dan juga tidak punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 85

94 BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA A. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA (TELEVISI, RADIO, SURAT KABAR, MAJALAH, INTERNET) Televisi masih menjadi media utama bagi sebagian besar pemilih di Jawa Timur. Sebanyak 97.1% pemilih mengklaim bahwa mereka menonton TV secara rutin setiap minggunya, bahkan 92.8% diantaranya menonton secara rutin dalam setiap harinya. Rutinitas menonton TV dalam setiap harinya tersebut ditemui pada semua kelompok pemilih (tidak membedakan antara Jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi) (Grafik 11.1). Dua stasiun Televisi yang paling banyak ditonton adalah RCTI, Trans TV dan Indosiar (Grafik 11.2). Jam jam dimana paling banyak pemilih menghabiskan waktunya untuk menonton TV adalah jam (Grafik 11.3). Selain Televisi, radio dan surat kabar menjadi media selanjutnya yang rutin dikonsumsi oleh cukup banyak pemilih dalam setiap minggunya, yaitu 21.8% untuk radio dan 19.3% untuk surat kabar. Surat kabar yang paling banyak dibaca oleh pemilih di Jawa Timur adalah Jawa Pos. Pemilih yang secara rutin mengkonsumsi radio dapat ditemui pada setiap kelompok pemilih yang berbeda. Tidak ada perbedaan yang nyata pada konsumsi terhadap media radio, pada setiap kelompok Jender, usia, tingkat pedidikan ataupun daerah tempat tinggal yang berbeda (tabel 11.1). Pembaca surat kabar umumnya adalah pemilih laki laki, pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin meningkat, dan pemilih di daerah urban (tabel 11.2). Sedangkan khusus akses terhadap internet, persentase pemilih yang yang terakses terhadap internet secara rutin dalam setiap minggunya masih di bawah 10% (yaitu 8.9%). Sama halnya dengan profil pembaca surat kabar diatas, pemilih yang banyak terakses ke media internet umumnya adalah pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin meningkat, dan pemilih di daerah urban (tabel 11.2). 86

95 Televisi Radio Surat Kabar Majalah/Tabloid Internet Propinsi Jawa Timur Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media Base : Semua Responden (n : 460) 1.7% 4.3% 71.3% 69.8% 89.3% 89.1% 92.8% 4.1% 7.8% 2.8% 3.0% 12.2% 15.2% 9.6% 4.1% 4.8% 2.4%.0% 3.5% 1.3% 3.0%.7% 5.9% Setiap Hari 1-6 kali/minggu 1-3 kali/bulan Tidak tentu dalam setiap bulannya Tidak pernah Seberapa sering B/I/S (Menonton TV, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? 87

96 Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Propinsi Jawa Timur Tabel 11.1 Frekuensi pemilih Jawa Timur dalam mengkonsumsi media internet, surat kabar dan radio Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) RADIO SURAT KABAR INTERNET PROFIL DEMOGRAFI Jender Pria (n : 206) 10.2% 13.1% 76.7% 5.3% 19.9% 74.8% 4.4% 3.9% 91.7% Wanita (n : 254) 9.1% 11.4% 79.5% 3.1% 11.4% 85.4% 7.1% 2.4% 90.6% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 5.2% 14.6% 80.2% 4.2% 14.6% 81.3% 11.5% 8.3% 80.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 11.1% 11.1% 77.7% 4.5% 15.3% 80.1% 3.5% 1.4% 95.1% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 10.2% 8.2% 81.6% 2.0% 10.2% 87.8% 0.0% 0.0% 100.0% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 7.6% 10.6% 81.8% 0.6% 5.9% 5.9% 0.0% 0.0% 100.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 13.3% 14.3% 72.4% 1.0% 12.2% 12.2% 4.1% 0.0% 95.9% Tamat SMA (n : 168) 10.7% 11.3% 78.0% 8.3% 22.0% 22.0% 9.5% 5.4% 85.1% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 11.4% 6.4% 82.1% 0.7% 7.1% 92.1% 1.4% 1.4% 97.1% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 5.9% 16.8% 77.2% 5.0% 11.9% 83.2% 3.0% 1.0% 96.0% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 9.4% 18.8% 71.9% 4.2% 22.9% 72.9% 5.2% 7.3% 87.5% Rp Rp (SES B) (n : 73) 9.6% 8.2% 82.2% 4.1% 27.4% 68.5% 6.8% 5.5% 87.7% 55 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 56 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah Diploma atau Universitas 88

97 Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Propinsi Jawa Timur RADIO SURAT KABAR INTERNET PROFIL DEMOGRAFI Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 220) 8.6% 11.8% 79.5% 7.3% 19.5% 73.2% 11.4% 3.6% 85.0% Rural/Desa (n : 240) 10.4% 12.5% 77.1% 1.3% 11.3% 87.5% 0.8% 2.5% 96.7% Seberapa sering B/I/S (Menonton TV, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? 57 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya lebih dari Rp (SES A) 89

98 Propinsi Jawa Timur Grafik 11.2 Spesifik media yang sering diakses oleh pemilih Jawa Timur Base : Responden yang mengakses media setiap hari secara rutin RADIO SURAT KABAR MAJALAH/ TABLOID INTERNET 1. RCTI (34,9%) 2. TRANS TV (17,4%) 3. INDOSIAR (15,7%) 4. SCTV (11,0%) 5. TV ONE (8,9%) 6. MNC TV (4,9%) 1. RGS / RADIO GEMA SUARA (21,0%) 2. KAMAJAYA FM dan GITA NADA (5,0%) 3. RRI, BEST, ISTANA, GRAHA, SUGESTI, SUARA SURABAYA, TOP FM, SBI FM (4,0%) 1. JAWA POS (82,0%) 2. RADAR (7,9%) 3. MEMORANDUM (4,5%) 1. BOLA (25,0%) 2. NOVA (18,8%) 3. NYATA dan BURUNG (12,5%) 4. FEMINA, TEMPO, HAI (6,3%) 1. GOOGLE (43,9%) 2. FACEBOOK (36,6%) 3. YAHOO.COM (14,6%) 4. DETIK.COM, TWITTER, KOMPASONLINE.COM (4,9%) Stasiun TV/stasiun radio/koran atau situs internet apakah yang sering B/I/S kunjungi Grafik 11.3 Jam menonton TV Base : Responden yang menonton TV setiap harinya (n : 427) 100.0% 90.0% 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0%.0% Cobalah mengingat tentang kemaren dan kapan B/I/S menonton TV, dari pagi hari hingga malam. Mohon beritahu saya, setepat mungkin yang B/I/S bisa, kapan B/I/S mulai menonton dan berhenti menonton. Bila B/I/S menonton TV lebih dari satu kali dalam sehari, saya ingin tahu kapan saja B/I/S menonton TV 90

99 B. PENGALAMAN MENDENGARKAN PROGRAM RADIO PILAR DEMOKRASI Salah satu program radio yang secara khusus memberikan informasi mengenai Pemilu adalah Pilar Demokrasi yang disiarkan secara nasional pada setiap hari Senin jam Secara khusus, kita menanyakan kepada responden mengenai pengalaman mereka untuk mendengarkan program radio Pilar Demokrasi tersebut. Grafik 11.4 menunjukkan bahwa dari 132 responden yang mendengarkan radio (baik yang rutin atau tidak), hanya terdapat 1.5% pemilih yang mengklaim pernah mendengarkan program radio Pilar Demokrasi tersebut. Grafik 11.4 Pengalaman pemilih Jawa Timur dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Base : Responden yang mendengarkan radio (n : 132) Tidak Tahu; 2,3% Pernah mendengar; 1,5% Tidak pernah mendengar; 96,2% Apakah B/I/S pernah mendengarkan Program Radio bernama PILAR DEMOKRASI yang disiarkan setiap hari Senin jam 8 malam C. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA SOSIAL Persentase pemilih Jawa Timur yang terakses terhadap media social baru 9.3%. Penggunanya umumnya adalah pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin meningkat, dan pemilih di daerah urban adalah semua kalangan pemilih dengan persentase lebih banyak pada pemilih pria, pemilih usia muda, pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin tinggi (tabel 11.2). Facebook tentu masih menjadi primadona media sosial yang diakses oleh 84.4% pemilih (dari total 9.3% pemilih yang mengklaim bahwa mereka mengakses media sosial). 91

100 Tabel 11.2 Akses pemilih terhadap media sosial Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Menggunakan media sosial Tidak menggunakan media sosial Jender Pria (n : 206) 7.3% 91.7% Wanita (n : 254) 11.0% 87.8% Pemilih pemula, tahun (n : 28) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 96) 21.9% 78.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 287) 4.2% 95.1% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 49) 0.0% 93.9% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 170) 0.0% 97.6% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 2.0% 98.0% Tamat SMA (n : 168) 17.3% 82.1% Tamat Diploma atau Universitas (n : 22) Rp atau kurang (SES E&D) (n : 140) 2.1% 96.4% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 101) 3.0% 96.0% Rp Rp (SES C1) (n: 96) 10.4% 89.6% Rp Rp (SES B) (n : 73) 19.2% 78.1% Lebih dari Rp (SES A) (n : 18) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 220) 15.5% 84.1% Rural /Desa (n : 240) 3.8% 94.6% Kita beralih ke topik yang berbeda, beberapa orang menggunakan situs media social seperti Facebook, Friendster atau Twitter, di komputer atau Handphone untuk tetap berkomunikasi dengan orang lain. Apakah B/I/S menggunakan situs media social dalam 7 hari terakhir? 58 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 59 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah Diploma atau Universitas 60 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya lebih dari Rp (SES A) 92

101 Grafik 11.5 Spesifik media sosial yang diakses Base : Responden yang mengakses media sosial (n : 43) 88.4% 39.5% 9.3% 4.7% 2.3% Facebook Twitter Linked in Deviantart MySpace Dari situs berikut ini, manakah yang pernah B/I/S gunakan dalam 7 hari terakhir ini untuk media sosial? 93

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF DAERAH KHUSUS IBUKOTA (DKI) JAKARTA SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling Center

Lebih terperinci

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF Propinsi-propinsi Aceh, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv LATAR BELAKANG DAN TUJUAN RISET... 1 A. LATAR BELAKANG RISET... 1 B. TUJUAN RISET... 4 C. MANFAAT RISET... 4 METODOLOGI RISET... 5 A.

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014 LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL 24 29 MEI 2014 1 PENGANTAR Survei nasional ini ditujukan untuk menjawab sejumlah pertanyaan besar berikut: Apakah pemilih sudah memiliki pilihan untuk pilpres 2014? Pasangan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI DAN PENYAMPAIAN INFORMASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 SUMATERA Disampaikan pada: Rapat KALIMANTAN Koordinasi Nasional dalam rangka Pemantapan

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 LAMPIRAN I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 TANGGAL : 20 JULI 2012 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 1. Untuk mengakomodir asas kepentingan umum dan untuk menjamin kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I memuat latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan pada penelitian ini 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? Hak Pemilih T: Apa yang menjadi Hak Anda sebagai Pemilih? J: Hak untuk terdaftar sebagai pemilih bila telah memenuhi semua syarat sebagai pemilih. Hak untuk memberikan suara

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1296, 2017 KPU. Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik Peserta PEMILU Anggota DPR dan DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 KERJASAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS SILIWANGI

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 10/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembara n Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor

Lebih terperinci

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN. - 2 - Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4): 1693-1704 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (cetak) ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.376, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Pemilu. Presiden. WAPRES. Daftar Pemilih. Penyusunan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. No.845, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.698, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Penyelenggaraan. Pemilu. DPR. DPD. DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADUAL PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 SALINAN Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN BADAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL

Lebih terperinci

HASIL SURVEI ASPIRASI WARGA DEPOK MENGENAI PERMASALAHAN KOTA MENJELANG PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA DEPOK 2015

HASIL SURVEI ASPIRASI WARGA DEPOK MENGENAI PERMASALAHAN KOTA MENJELANG PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA DEPOK 2015 HASIL SURVEI ASPIRASI WARGA DEPOK MENGENAI PERMASALAHAN KOTA MENJELANG PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA DEPOK 2015 PUSAT KAJIAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 26 NOVEMBER

Lebih terperinci

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138);

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138); - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM.

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. - 2-2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) sebagaimana

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2012 POLITIK. PEMILU. DPR. DPD. DPRD. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG \ Page 1 of 16 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI 1 METODOLOGI RISET 2 Data survei dikumpulkan dari April Juni, 2017 Catatan : Tanggal mencakup Survei kuantitatif Nasional dan Provinsi Oversample, dan Survei kualiatif (FGD)

Lebih terperinci

Draft Ketiga, 11 Sep 2012

Draft Ketiga, 11 Sep 2012 PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR. TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Komisi

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MADIUN Alamat e-mail Website : Jl.Raya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara.

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. No.396, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 03/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG Draf Final Baleg RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016 1 1 29 JULI 2016 2 METODOLOGI Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia di Provinsi DKI Jakarta yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017 2 PENDAHULUAN 3 L A T A R B E L A K A N G Calon kepala daerah yang akan dipilih masyarakat menjadi sangat bergantung pada persepsi dan perilaku politik yang berkembang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang warga negaranya memiliki hak dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi hidup mereka untuk menuju kesejahteraan.

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN PEMBENTUKAN CALON ANGGOTA PANITIAPEMILIHAN KECAMATAN (PPK) DAN CALON ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Pengantar Ketua KPU Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena modul yang sudah lama digagas ini akhirnya selesai juga disusun dan diterbitkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam kesempatan ini sebelum melakukan perbandingan antara kedua sistem dalam Pemilu DPR, DPD dan DPRD di 2009 dan 2014, terlebih dahulu yang dibahas adalah apa dan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Pemilih Pemula PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15 GUNAKAN HAK PILIHMU 9 APRIL 2014 PEMILU DPR, DPD & DPRD Negara Demokratis Adanya Penyelenggaraan Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Maksud penyusunan laporan ini adalah : 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pohuwato selama Pelaksanaan Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH

BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH Bab ini menjelaskan tentang: A. Proses, Tahapan, Penyusunan Daftar Pemilih B. Bagaimana kalau nama kita tidak terdaftar? C. Persiapan ke TPS Waktu : 1 Jam Metode yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK TEMUAN SURVEI JULI 2007 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) www.lsi.or.id IHTISAR TEMUAN Pada umumnya publik menilai bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 RANCANGAN KONSULTASI DPR RI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Februari 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA Profile Singkat SPIN SPIN (Survey & Polling Indonesia) adalah lembaga riset independen yang tidak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAAN UMUM. Daftar Pemilih. Pemilih Umum Anggota DPR. DPD. DPRD. Penyusunan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUNAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA NOMOR : 12/Kpts/KPU.KAB-161/VII/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci