SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI"

Transkripsi

1 LAPORAN NARATIF DAERAH KHUSUS IBUKOTA (DKI) JAKARTA SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling Center 25 November, 2013

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR SINGKATAN... vii LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEI... 1 A. Latar belakang survei... 1 B. Tujuan survei... 2 METODOLOGI SURVEI... 3 A. Target responden... 3 B. Jumlah responden... 3 C. Target area dan distribusi sample... 3 D. Metode pemilihan daerah dan responden... 4 E. Waktu pengumpulan data... 4 ANALISA DATA... 5 BAB 1. PROFIL RESPONDEN... 6 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI... 8 A. Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap demokrasi... 8 B. Pemahaman pemilih terhadap hubungan demokrasi dan pemilu BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA A. Persepsi pemilih terhadap pentingnya diadakan pemilu/pemilukada B. Persepsi pemilih terhadap keikutsertaannya pada pemilihan (sebagai hak atau kewajiban) C. Keinginan pemilih untuk mengikuti pemilu BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU A. Pemahaman pemilih terhadap aspek aspek pemilu B. Informasi tentang pemilu 2014 yang paling dibutuhkan C. Preferensi pemilih terhadap sumber informasi untuk pemilu D. Tingkat kepercayaan pemilih terhadap beberapa lembaga/institusi sebagai sumber informasi pemilu BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON VOTING (TIDAK MEMILIH) BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN A. Kriteria pemilih terhadap pemimpin B. Prefensi pemilih terhadap pemimpin wanita C. Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH A. Kepedulian pemilih terhadap keberadaan namanya pada daftar pemilih B. Partisipasi aktif pemilih dalam memeriksa daftar pemilih i

3 C. Partisipasi aktif pemilih dalam menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya di daftar pemilih D. Pemahaman pemilih terhadap aspek aspek terkait daftar pemilih BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU A. Persepsi pemilih terhadap kejujuran pemilu B. Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pemilu C. Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap pemantau independen D. Partisipasi pemilih dalam pemantauan pemilu BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG A. Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang B. Persepsi pemilih terhadap penerimaan praktik politik uang C. Pengalaman pemilih terkait politik uang D. Persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang E. Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemiliihan dan keputusan memilih F. Partisipasi pemilih untuk melaporkan praktik politik uang BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA A. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media (televisi, radio, surat kabar, majalah, internet) B. Pengalaman mendengarkan program radio pilar demokrasi C. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media sosial BAB 12. AKSES PEMILIH TERHADAP TELEPON GENGGAM A. Akses terhadap telepon genggam B. Ketertarikan pemilih terhadap penyampaian informasi pemilu melalui telepon genggam LAMPIRAN ii

4 DAFTAR GAMBAR Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden... 6 Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden... 6 Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden... 7 Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden... 7 Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden... 7 Grafik 2.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap demokrasi... 8 Grafik 2.2 Preferensi pemilih DKI Jakarta terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Grafik 2.3 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Grafik 2.4 Sumber informasi pemilih DKI Jakarta tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 5) Grafik 3.1 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Grafik 3.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta Propinsi terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Grafik 3.3 Alasan pemilih DKI Jakarta untuk mengikuti/tidak mengikuti Pemilu Grafik 3.4 Keinginan pemilih DKI Jakarta mengikuti Pemilu Grafik 3.5 Persepsi Pemilih DKI Jakarta terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Grafik 4.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap adanya Pemilu 2014 dan Jenis pemilihan yang dilakukan Grafik 4.2 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Grafik 4.3 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.4 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka pemilih DKI Jakarta untuk Pemilu 2014 (top 6) Grafik 4.7 Pengenalan pemilih terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih dalam memilih Presiden, DPR/DPRD, Gubernur dan Bupati/Walikota Grafik 6.2 Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya namanya di Daftar Pemilih Grafik 7.2 Praktik pemilih dalam memeriksa Daftar Pemilih Grafik 7.3 Tingkat keinginan pemilih untuk menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih Grafik 7.4 Pemahaman pemilih terhadap beberapa aspek terkait daftar pemilih Grafik 8.1 Persepsi pemilih terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu iii

5 Grafik 8.2 Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Grafik 8.3 Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap pemantau independen Grafik 8.4 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan Grafik 9.1 Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik uang Grafik 9.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap penerimaan praktik politik uang Grafik 9.3 Pengalaman pemilih DKI Jakarta terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.4 Pengalaman pemilih DKI Jakarta terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.5. Respon pemilih terhadap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.6 Pengalaman dan respon pemilih DKI Jakarta terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.7 Alasan yang mendorong pemilih DKI Jakarta untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.9 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Grafik 9.11 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan Grafik 9.12 Partisipasi pemilih untuk melaporkan praktik politik uang Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap materi komunikasi Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media Grafik 11.2 Spesifik media yang sering di akses oleh pemilih Grafik 11.3 Jam menonton TELEVISI Grafik 11.4 Pengalaman pemilih dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Grafik 11.5 Spesifik media sosial yang diakses Grafik 12.1 Akses pemilih terhadap Telepon genggam Grafik 12.2 Tingkat ketertarikan pemilih terhadap penyampaian informasi Pemilu melalui Telepon genggam iv

6 DAFTAR TABEL Propinsi DKI Jakarta Tabel 2.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap demokrasi Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan... 9 Tabel 3.1 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.3 Keinginan mengikuti Pemilihan Presiden pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.4 Keinginan mengikuti Pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.5 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu Tabel 3.6 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada Pemilu Tabel 4.1 Pemahaman terhadap adanya Pemilu 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.2 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.3 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.4 Pengenalan pemilih Kalimantan Timur terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih Tabel 5.2 Faktor yang mendorong pemilih tidak mengikuti pemilihan Tabel 6.1 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Tabel 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 6.3 Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 7.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap penggunaan kartu identitas dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan v

7 Tabel 7.2 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap peran surat undangan dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 7.3 Pemahaman terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih DKI Jakarta untuk berpartisipasi dalam pemantauan pemilu Tabel 9.1 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik Tabel 9.2 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 9.3 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 9.5 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap materi komunikasi politik uang dan kampanye Tabel 11.1 Frekuensi pemilih dalam mengkonsumsi media internet, surat kabar dan radio Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 11.2 Akses pemilih terhadap media sosial Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 12.1 Akses pemilih terhadap telepon genggam Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan vi

8 DAFTAR SINGKATAN Propinsi DKI Jakarta AIESP AUSAID DPS DPR DPRD DPD DPS Bawaslu Golput KPU KPUD KPUD KTP KPPS Komnas HAM LSM Ormas Pemilu Pemilukada Panwaslu Parpol RT RW SD TNI SMP SMA SES TPS Australia Indonesia Electoral Support Program Australian Agency for International Development Daftar Pemilih Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Pimpinan Daerah Daftar Pemilih Sementara Badan Pengawas Pemilu Golongan Putih Komisi pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum Daerah Komisi Pemilihan Umum Daerah Kartu Tanda Penduduk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Lembaga Swadaya Masyarakat Organisasi Masyarakat Pemilihan Umum Pemilihan Umum Kepala Daerah Panitia Pengawas pemilu Partai Politik Rukun Tetangga Rukun Warga Sekolah Dasar Tentara Nasional Indonesia Sekolah menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sosial Ekonomi Status Tempat Pemungutan Suara vii

9 LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEI A. LATAR BELAKANG SURVEI Sejak era reformasi, tren tidak memilih pada Pemilihan Umum Legislatif cenderung meningkat, hingga pada Pemilu 2009 mencapai 29.1%. Eep Saifullof Fatah mengklasifikasikan tidak memilih menjadi 4 kategori, yaitu : (1) Golput tekhnis; yaitu karena sebab-sebab tekhnis berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah; (2) Golput tekhnispolitis; yaitu mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena factor dirinya sendiri atau kesalahan pihak pendaftaran pemilih ; (3) Golput politis; yaitu mereka yang merasa tidak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tidak percaya pada pemilihan akan membawa perubahan dan perbaikan, dan (4) Golput ideologis; yaitu mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi dan tidak mau terlibat di dalamnya. Laporan Tim Penyelidikan Pemenuhan Hak Sipil dan Politik dalam Pemilu Legislatif 2009 oleh Komnas HAM menunjukkan terdapat sekitar 25-40% pemilih kehilangan hak pilih karena tidak masuk daftar pemilih. Hasil penelitian Kemitraan di kota Jakarta, Aceh dan Surabaya mengidentifikasi bahwa penyebab kurang akuratnya daftar pemilih tersebut bervariasi, salah satu nya adalah pemilih yang bersikap pasif dalam menanggapi Daftar Pemilih Sementara (DPS) karena merasa sudah tercatat sebagai pemilih dengan keikutsertaan mereka di Pemilu sebelumnya. Hal ini terjadi karena kurang tersedianya informasi yang memadai dan menarik mengenai pemutakhiran daftar pemilih, atau menganggap bahwa ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan daripada memeriksa daftar pemilih 1 Sehingga meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap proses pemilihan penting untuk meningkatkan hubungan antara perwakilan dengan konstituennya dan mempertahankan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Informasi dan Pendidikan Pemilih harus di targetkan untuk membangun pemahaman masyarakat secara efektif. AIESP sendiri merupakan program 5 tahun ( ) untuk meningkatkan kualitas pemilihan di Indonesia, di dukung oleh AusAID. Selain terhadap pemilih secara umum, Program AIESP memiliki fokus (namun tidak ekslusif) pada pemilih wanita, pemilih difabel dan pemilih pada kelompok marginal lainnya. Fokus area dari program AIESP adalah 6 target propinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Timur, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. The Asia Foundation mengatur komponen yang signifikan dari AIESP. The Asia Foundation berniat untuk mendukung AIESP untuk dilakukannya survei dasar kualitatif dan kuantitatif mengenai pemahaman, persepsi dan praktik pemilih, untuk memberikan informasi mengenai strategi (fokus kategori pemilih, pesan, media dan daerah) dilakukannya Informasi dan Pendidikan Pemilih yang inovatif, efektif biaya, demand-driven dengan materi komunikasi yang dibuat dengan mempertimbangkan budaya dan bisa sesuai untuk daerah dan kategori pemilih yang beragam dengan tetap mempertahankan penekanan pada pesan utama yang akan disampaikan. 1 Laporan Evaluasi Integritas Proses dan Hasil Pemilu 2009, Jakarta : Kemitraan 1

10 B. TUJUAN SURVEI Menyediakan informasi dasar untuk melakukan penilaian terhadap pemahaman, persepsi dan praktik pemilih saat ini, di 6 propinsi di Indonesia dan mengukur perubahan mengenai hal tersebut dari waktu ke waktu. Menyediakan data yang mendukung penentuan fokus pemilih yang akan disasar, media yang akan digunakan (termasuk media sosial), pesan yang akan disampaikan, dan geografis yang akan disasar untuk kegiatan informasi pemilih, meliputi : - Data mengenai tingkat pemahaman terhadap pendaftaran pemilih, sistem pemilihan dan cara menandai kertas suara pada saat memilih secara benar; - Data untuk memahami faktor penentu dalam preferensi memilih (misal latar belakang kandidat, kinerja partai, etnis/suku, jender, agama, dan lainnya); - Data untuk memahami kompleksitas ketidakikutsertaan pemilih (pada Pemilu sebelumnya dan pemilu yang akan datang); - Data mengenai pemahaman dan pengalaman pemilih terhadap jual beli suara dan politik uang, termasuk data untuk mendukung pemilihan media dan pesan yang akan digunakan untuk mengurangi keikutsertaan pemilih dalam jual beli suara dan politik uang. Menguji efektifitas dari materi informasi dan pendidikan pemilih yang sudah di produksi dan digunakan oleh mitra The Asia Foundation, KPU dan KPUD untuk Pemilihan Daerah (Pemilukada) dan Pemilihan Umum (Pemilu). 2

11 METODOLOGI SURVEI Propinsi DKI Jakarta A. TARGET RESPONDEN Adalah mereka yang memiliki hak pilih pada Pemilu 2014 mendatang, yaitu : Warga negara Indonesia; Berusia 17 tahun pada April 2014 mendatang atau yang sudah menikah; Bukan Polisi atau TNI. B. JUMLAH RESPONDEN Total responden yang dilibatkan dalam survey adalah 460 responden, yang diambil dengan sistem random sampling, dengan Margin of Error sebesar 4.5% pada selang kepercayaan 95%. C. TARGET AREA DAN DISTRIBUSI SAMPLE Daerah yang dilibatkan dalam survei ini meliputi 5 kotamadya di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Total sample 460 responden didistribusikan secara proporsional terhadap 5 kotamadya, dengan berdasarkan proporsi populasi pemilih di 5 kotamadya tersebut. Jumlah Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sampel dalam setiap Kelurahannya adalah 10 responden. Secara khusus, cakupan daeah dan distribusi sampel pada setiap kotamadya adalah sebagai berikut : KOTAMADYA CAKUPAN DAERAH KECAMATAN KELURAHAN SAMPEL Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Timur TOTAL

12 D. METODE PEMILIHAN DAERAH DAN RESPONDEN Propinsi DKI Jakarta Pemilihan daerah dan responden dilakukan dengan Random Sampling PEMILIHAN KABUPATEN/KOTAMADYA Target kotamadya adalah semua Kotamadya di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Selaran, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur PEMILIHAN DESA/KELURAHAN Pada setiap target Kotamadya, sejumlah Kelurahan dipilih secara acak. Jumlah Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sample pada setiap Kelurahan adalah 10 responden PEMILIHAN RUMAH TANGGA Pada setiap Kelurahan terpilih, dipilih 10 rumah tangga secara acak, yaitu dengan sistem Interval/Systematic Sampling PEMILIHAN RESPONDEN Pada setiap Rumah tangga terpilih, dipilih 1 responden secara acak, yaitu dengan sistem Kish grid E. WAKTU PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan pada tanggal September

13 ANALISA DATA Propinsi DKI Jakarta Data yang digunakan untuk kebutuhan analisa adalah data tertimbang (weighted data), yang sudah disesuaikan dengan profil demografi dari populasi penduduk DKI Jakarta. Digunakannya data tertimbang ini bertujuan untuk mendapatkan data/ouput yang semaksimal mungkin bisa mewakili data populasi. Analisa dilakukan secara total untuk propinsi DKI Jakarta dan juga secara khusus dilihat berdasarkan jender, kelompok usia, tingkat pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin bulanan dan status daerah. Khusus untuk responden pemilih yang mengacu kepada kelompok marginal, akan dilakukan analisa terpisah yang dapat dilihat pada laporan khusus pada kelompok marginal. Kelompok marginal mengacu kepada : - Pemilih pemula (yaitu pemilih pada usia tahun), - Pemilih difabel (yaitu pemilih dengan keterbatasan, khususnya untuk tuna netra dan tuna daksa), - Pemilih marginal miskin (pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya adalah di bawah Rp ). 5

14 BAB 1. PROFIL RESPONDEN Propinsi DKI Jakarta Total 460 responden yang didapatkan dengan metode random sampling menghasilkan responden pemilih yang beragam, dengan profil demografi yang berbeda beda. Grafik 1.1 Grafik 1.5 menunjukkan komposisi total 460 responden berdasarkan jender, kelompok usia, pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan. Secara khusus, Grafik 1.1 menunjukkan bahwa total 460 responden terdiri dari 60% responden perempuan dan 40% responden pria. Grafik 1.2 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dewasa (usia tahun) sebanyak 65.7%, dilanjutkan dengan pemilih muda (usia tahun) sebanyak 21.5%, pemilih lanjut usia (usia lebih dari 60 tahun) sebanyak 7.8% dan pemilih muda (usia 16 tahun 5 bulan 20 tahun) sebanyak 5%. Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden Base : Semua responden (n : 460) Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden Base : Semua responden (n : 460) JENDER KELOMPOK USIA Perempuan; 60 % Laki-laki; 40 % Pemilih pemula, tahun Pemilih muda, tahun 5.0% 21.5% Pemilih dewasa, tahun 65.7% Pemilih lanjut usia, lebih dari 60 tahun 7.8% 6

15 Grafik 1.3 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dengan pendidikan tertinggi adalah SMA sebanyak 50.2%. Dilanjutkan dengan pemilih dengan pendidikan tertinggi SMP sebanyak 21.3%. Komposisi responden dengan tingkat pendidikan maksimal SD juga cukup besar, yaitu sebanyak 20.2%. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tertinggi Diploma atau Universitas adalah sebanyak 8.3%. Grafik 1.4 menunjukkan informasi mengenai komposisi responden berdasarkan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya. Untuk analisa selanjutnya, pendapatan rumah tangga rutin per bulan tersebut akan menjadi indikator status sosial ekonomi dari responden pemilih. Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden Base : Semua responden (n : 460) Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden Base : Semua responden (n : 460) PENDIDIKAN TERTINGGI PENDAPATAN RUMAH TANGGA RUTIN PER BULAN Tidak menjalani pendidikan formal/tidak lulus SD/lulus SD 20.2% Kurang dari Rp % SMP 21.3% Rp Rp Rp Rp % 21.3% SMA 50.2% Rp Rp % Diploma atau Univeristas 8.3% > Rp Tidak tahu/menolak menjawab 3.9% 10.9% Dilihat dari sebaran daerahnya, total 460 responden terdiri dari 100% pemilih di daerah urban. Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden Base : Semua responden (n : 460) STATUS DAERAH Urban/ Kelurahan 100.0% 7

16 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI Propinsi DKI Jakarta A. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI Sebanyak 90.4% pemilih DKI Jakarta mengklaim bahwa mereka pernah mendengar istilah Demokrasi (Grafik 2.1). Dengan melakukan analisa lebih jauh terhadap tingkat pemahaman 90.4% pemilih diatas terhadap konsep demokrasi, diketahui bahwa dengan mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, tidak mengindikasikan bahwa semua pemilih DKI Jakarta tersebut memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep demokrasi itu sendiri. Dari 90.4% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, sebagian besar pemilih DKI Jakarta memang sudah memahami demokrasi sebagai kebebasan dari rakyat (bebas memilih, bebas mengeluarkan pendapat) atau segala peraturan/kebijakan/program pemerintah harus berasaskan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sebagian kecil pemilih DKI Jakarta(3.1%) bahkan sudah menghubungkan demokrasi dengan Pemilu. Namun ada juga pemilih DKI Jakarta yang hanya sebatas pernah mendengar istilah demokrasi tanpa mengetahui konsep demokrasi itu sendiri, yaitu sebesar 20.9%. Kelompok pemilih DKI Jakarta ini umumnya berasal dari pemilih pemula atau pemilih yang lanjut usia, pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin rendah. Grafik 2.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap demokrasi Tidak pernah mendengar istilah Demokrasi; 9,6 % Base : Semua responden (n : 460) Pernah mendengar istilah Demokrasi; 90,4 % Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi (n : 416) PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI 75.7% Bebas memilih (30.0%) Bebas mengeluarkan pendapat (10.3%) Bebas melakukan apa yang diinginkan (10.1%) Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat (10.1%) Keadilan (5.3%) Kejujuran (3.4%) Berhubungan dengan Pemilu, pemilihan pemimpin/wakil rakyat secara langsung (3.1%) Segala keputusan dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat dan suara terbanyak (1.2%) Salah satu perwujudan Pancasila (2.2%) Melakukan demonstrasi (1.7%) Partai dari Presiden SBY (0.7%) Hanya pernah mendengar, tidak paham dengan definisinya (20.9%) Apakah B/I/S pernah mendengar istilah Demokrasi? Banyak orang Indonesia saat ini berbicara tentang DMOKRASI. Bila suatu negara disebut DEMOKRASI, menurut B/I/S, apakah artinya? 8

17 Tabel 2.1 menunjukkan bahwa pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap demokrasi dipengaruhi oleh kelompok usia dan tingkat pendidikan. Persentase pemilih DKI Jakarta yang paham mengenai demokrasi semakin rendah pada kelompok usia yang semakin tinggi. Persentase pemilih DKI Jakarta yang paham mengenai demokrasi juga semakin rendah pada pemilih dengan tingkat pendidikan yang semakin rendah. Tabel 2.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap demokrasi Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Pernah mendengar istilah Demokrasi Tidak pernah mendengar istilah Demokrasi Jender Laki - laki (n : 184) 91.8% 8.2% Perempuan (n : 276) 89.5% 10.5% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 92.9% 7.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 90.7% 9.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 80.6% 19.4% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 83.9% 16.1% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 85.7% 14.3% Tamat SMA (n : 231) 95.2% 4.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 89.5% 10.5% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 83.8% 16.2% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 90.7% 9.3% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 90.6% 9.4% Rp Rp (SES B) (n : 209) 92.4% 7.6% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 97.6% 2.4% Status daerah Urban/Kelurahan (n:460) 90.4% 9.6% Rural/Desa (n:0) Apakah B/I/S pernah mendengar istilah Demokrasi? 2 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 3 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 9

18 Setelah ditanyakan pengalamannya dalam mendengarkan istilah demokrasi dan menyebutkan definisinya, selanjutnya kepada responden ditanyakan preferensi mereka terhadap sistem pemerintahan demokrasi jika dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya. Dari pemilih DKI Jakarta yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi dari demokrasi tersebut (seperti yang ditunjukkan pada Grafik 2.1), 97.2% dari mereka memiliki persepsi positif terhadap sistem demokrasi. Mereka setuju bahwa sistem demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang terbaik bagi negara Indonesia saat ini, dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya (Grafik 2.2). Grafik 2.2 Preferensi pemilih DKI Jakarta terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi demokrasi (n : 329) 16.7% 80.5% 1.2% 1.5% Sangat setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Tidak setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Sangat tidak setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Tidak tahu Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan Dibandingkan dengan bentuk pemerintahan lainnya, DEMOKRASI adalah bentuk pemerintahan yang terbaik bagi sebuah negara seperti Indonesia, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. B/I/S juga bisa memilih skala 2 atau 3 B. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP HUBUNGAN DEMOKRASI DAN PEMILU Pada Grafik 2.1 (halaman sebelumnya) yang menggambarkan pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap demokrasi, kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar pemilih DKI Jakarta memahami sistem demokrasi sebagai kebebasan untuk memilih dan mengeluarkan pendapat (yaitu sebanyak 45.9% pemilih dari total 90.7% pemilih yang pernah mendengar istilah demokrasi). Sebagian kecil pemilih DKI Jakarta bahkan sudah memahami demokrasi sebagai hal-hal yang terkait dengan pemilihan Presiden dan wakil rakyat. Sehingga, pada saat diajukan pertanyaan lebih lanjut mengenai pemahaman responden terhadap hubungan demokrasi dan Pemilu, 82.5% pemilih DKI Jakarta menyatakan bahwa demokrasi terkait erat dengan Pemilu (Grafik 2.3). Sedangkan 11.7% pemilih DKI Jakarta tidak paham mengenai adanya hubungan demokrasi dan Pemilu dan 5.7% sisanya menganggap bahwa demokrasi tidak ada hubungannya dengan Pemilu. Umumnya, kelompok pemilih ini adalah mereka yang punya pemahaman bahwa demokrasi adalah keadilan, kejujuran, dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, atau salah satu perwujudan dari Pancasila. 10

19 Grafik 2.3 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Base : Responden yang bisa menyebutkan definisi dari istilah demokrasi (n : 329 responden) Pemilu dan demokrasi tidak saling berkaitan, 6.1 % Tidak tahu; 12,8 % Pemilu dan demokrasi saling berkaitan; 82,5 % Menurut B/I/S, apakah Pemilu ada hubungannya dengan Demokrasi atau tidak? Informasi mengenai adanya hubungan antara demokrasi dan Pemilu didapatkan oleh sebagian besar pemilih DKI Jakarta dari televisi (87.3%). Peran sekolah untuk memberikan informasi mengenai hal tersebut ternyata juga cukup besar. Hal ini dibuktikan adanya 19.9% pemilih DKI Jakarta (umumnya adalah Pemilih pemula dan Pemilih muda) yang mengklaim bahwa mereka mendapatkan informasi adanya hubungan antara demokrasi dan Pemilu dari pelajaran sekolah. 11

20 Grafik 2.4 Sumber informasi pemilih DKI Jakarta tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 5) Base : Responden yang bisa menyebutkan definisi dari istilah demokrasi (n : 267) Televisi 87.3% Pelajaran di sekolah 19.9% Surat kabar 19.5% Lurah/Ketua RW/Ketua RT 12.7% Teman/tetangga 10.1% Darimanakah B/I/S mendapatkan informasi bahwa Pemilu ada hubungannya dengan sistem Demokrasi? 12

21 BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA Propinsi DKI Jakarta A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENTINGNYA DIADAKAN PEMILU/PEMILUKADA Secara umum, lebih dari 50% pemilih DKI Jakarta memiliki persepsi positif terhadap setiap jenis pemilihan yang dilakukan di Indonesia, baik pemilihan Presiden, pemilihan Legislatif (DPR/DPRD), pemilihan DPD ataupun pemiihan Gubernur. Mereka menganggap bahwa pemilihan pemilihan diatas penting untuk diadakan. Namun, jika kita lihat lebih spesifik pada setiap jenis pemilihan, terdapat perbedaan tingkat kepentingan pada setiap jenis pemilihan diatas, khususnya jika dilihat dari persentase pemilih yang memberikan skala tingkat kepentingan secara kuat (sangat penting). Grafik 3.1 menunjukkan bahwa : - Pemilih DKI Jakarta memiliki persepsi positif yang paling kuat terhadap pemilihan Presiden dan pemilihan Gubernur, dibandingkan terhadap pemilihan legislatif dan pemilihan DPD. Terdapat total 99.5% pemilih DKI Jakarta yang menganggap bahwa pemilihan Presiden penting untuk diadakan (dimana di dalamnya terdapat 47.8% pemilih yang memiliki persepsi positif yang kuat terhadap pentingnya diadakan pemilihan Presiden). Sedangkan terhadap pemilihan Gubernur, terdapat 97.1% pemilih DKI Jakarta yang menganggap bahwa pemilihan Gubernur penting untuk diadakan (dimana di dalamnya terdapat 24.3% pemilih yang memiliki persepsi positif yang kuat terhadap pentingnya diadakan pemilihan Gubernur). - Setelah pemilihan Presiden dan Gubernur, jenis pemilihan yang dianggap penting selanjutnya adalah pemilihan Legislatif (DPR/DPRD). Terdapat total 81.7% pemilih DKI Jakarta yang menganggap bahwa pemilihan tersebut penting untuk diadakan (dimana di dalamnya hanya terdapat 14.3% pemilih yang memiliki persepsi positif yang kuat terhadap pentingnya diadakan pemilihan DPR/DPRD). Sisanya adalah 8% pemilih DKI Jakarta yang menganggap bahwa pemilihan DPR/DPRD tidak penting untuk diadakan. Adanya persepsi negatif terhadap pemilihan DPR/DPRD ini ditemukan pada setiap kelompok jender, kelompok usia, ataupun kelompok tingkat pendidikan. Tidak ada pola tertentu yang menunjukkan bahwa persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap pentingnya diadakan pemilihan Legislatif dipengaruhi oleh jender, usia ataupun tingkat pendidikan dari pemilih (tabel 3.1). - Jenis pemilihan yang paling sedikit mendapatkan persepsi positif dari pemilih DKI Jakarta adalah pemilihan DPD. Terdapat total 70.5% pemilih yang menganggap bahwa pemilihan tersebut penting untuk diadakan (dimana di dalamnya hanya terdapat 6.6% pemilih yang memiliki persepsi positif yang kuat terhadap pentingnya diadakan pemilihan DPD). Hal ini kemungkinan disebabkan karena lembaga DPD tidak terlalu popular dan tidak terlalu ditahui peran/fungsinya dalam masyarakat. Grafik 3.1 menunjukkan bahwa terdapat 18% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim tidak pernah mendengar nama lembaga DPD. Umumnya mereka adalah pemilih dengan tingkat pendidikan yang semakin rendah. 13

22 Grafik 3.1 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Base : Semua responden (n : 460) 14,3 % 6,6 % 24,3 % 47,8 % 67,4 % 63,9 % 51,7 % 10 % 8 % 0,9 % 0,2 % 0,9 % 1,3 % 18 % 0,4 % 8,7 % PRESIDEN DPR/DPRD DPD GUBERNUR 72,8 % 1,1% 1,1 % 0,7 % Tidak mengenal lembaga Tidak tahu Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? 14

23 Tabel 3.1 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPR/DPRD Tidak mengenal lembaga Tidak tahu (Tidak bisa memberikan opini) Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Jender Laki-laki (n : 184) 9.2% 0.5% 0.0% 6.0% 66.8% 17.4% Perempuan (n : 276) 8.3% 1.8% 0.4% 9.4% 67.8% 12.3% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 10.1% 0.0% 0.0% 9.1% 62.6% 18.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 7.9% 1.0% 0.3% 6.6% 70.5% 13.6% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 8.3% 8.3% 0.0% 11.1% 61.1% 11.1% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 16.1% 5.4% 1.1% 8.6% 62.4% 6.5% Tamat SMP (n : 98) 10.2% 1.0% 0.0% 4.1% 68.4% 16.3% Tamat SMA (n : 231) 5.6% 0.0% 0.0% 10.0% 68.8% 15.6% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 5.3% 0.0% 0.0% 5.3% 68.4% 21.1% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 16.2% 2.7% 0.0% 2.7% 67.6% 10.8% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 16.3% 4.7% 0.0% 2.3% 62.8% 14.0% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 4.7% 1.2% 1.2% 10.6% 68.2% 14.1% Rp Rp (SES B) (n : 209) 5.9% 0.4% 0.0% 8.1% 69.9% 15.7% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 12.2% 0.0% 0.0% 7.3% 68.3% 12.2% Status daerah Urban /Kelurahan (n:460) 8.7% 1.3% 0.2% 8% 67.4% 14.3% Rural/Desa (n :0) Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? Pemilihan DPR/DPRD 4 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 5 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 15

24 Tabel 3.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPD Tidak mengenal lembaga Tidak tahu (Tidak bisa memberikan opini) Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Jender Laki - laki (n : 184) 17.9% 0.5% 0.0% 8.7% 65.2% 7.6% Perempuan (n : 276) 18.1% 1.1% 1.4% 10.9% 63.0% 5.4% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 15.2% 0.0% 1.0% 11.1% 63.6% 9.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 16.6% 0.7% 1.0% 9.3% 65.9% 6.6% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 36.1% 2.8% 0.0% 8.3% 52.8% 0.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 33.3% 1.1% 1.1% 11.8% 51.6% 1.1% Tamat SMP (n : 98) 21.4% 2.0% 1.0% 8.2% 60.2% 7.1% Tamat SMA (n : 231) 10.8% 0.4% 0.9% 11.7% 68.4% 7.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 15.8% 0.0% 0.0% 0.0% 76.3% 7.9% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 37.8% 0.0% 0.0% 2.7% 54.1% 5.4% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 27.9% 2.3% 0.0% 4.7% 60.5% 4.7% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 12.9% 1.2% 2.4% 9.4% 63.5% 10.6% Rp Rp (SES B) (n : 209) 12.3% 0.8% 0.8% 12.3% 68.2% 5.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 22.0% 0.0% 0.0% 7.3% 63.4% 7.3% Status daerah Urban /Kelurahan (n:460) 18% 0.9% 0.9% 10.0% 63.9% 6.6% Rural/Desa (n:0) Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? Pemilihan DPD 6 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 7 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 16

25 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEIKUTSERTAANNYA PADA PEMILIHAN (SEBAGAI HAK ATAU KEWAJIBAN) Pada beberapa pemilih, keikutsertaannya pada Pemilu/Pemilukada didorong oleh adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban dari warga negara. Pada sub bab berikutnya mengenai tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, kita akan melihat bahwa terdapat dua alasan terbesar yang mendorong pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, salah satunya adalah alasan yang terkait dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia (Grafik 3.3). Secara khusus kepada responden pemilih juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai keikutsertaannya pada pemilihan dikaitkan dengan hak dan kewajiban. Grafik 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak dan kewajiban (yaitu sebanyak 45.0%). Sedangkan pemilih yang lain berpendapat bahwa mengikuti pemilihan adalah hak, bukan kewajiban (32.8%) dan kewajiban, bukan hak (21.7%). Grafik 3.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta Propinsi terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Base : Semua responden (n : 460) Tidak tahu, 0,4% Hak dan kewajiban, 45.0% Hak, 32.8% Kewajiban, 21.7% Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? C. KEINGINAN PEMILIH UNTUK MENGIKUTI PEMILU 2014 Secara umum, sebagian besar pemilih DKI Jakarta memiliki keinginan untuk mengikuti Pemilu pada 2014 mendatang, baik pemilihan Presiden maupun pemilihan DPR/DPRD (yaitu lebih dari 50% pemilih). Selain karena faktor hak dan kewajiban sebagai warga negara, masih tingginya keinginan pemilih DKI Jakarta untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan, baik pemilihan Presiden ataupun pemilihan DPR/DPRD, didorong oleh masih adanya harapan bahwa Pemilu bisa menghasilkan pemimpin dan wakil rakyat yang baik dan mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi rakyat dan negara Indonesia (Grafik 3.3) 17

26 Grafik 3.3 Alasan pemilih DKI Jakarta untuk mengikuti/tidak mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang punya keinginan untuk mengikuti/tidak mengikuti Pemilu 2014 PEMILIHAN PRESIDEN Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan Presiden (n : 429 ) PEMILIHAN DPR/DPRD/DPD Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD (n : 296 ) Memilih Presiden adalah hak dan kewajiban warga 47.3% Berpartisipasi untuk memilih wakil rakyat yang baik dan menentukan masa depan bangsa 62.9% Berpartisipasi untuk memilih Presiden yang baik dan menentukan nasib bangsa 46.2% Memilih DPR/DPRD adalah hak dan kewajiban warga negara 19.0% Bersemangat dengan adanya sosok Presiden yang baru Ingin merasakan pengalaman mengikuti pemilihan 4.9% 1.0% Ikut-ikutan, karena masyarakat lain juga memilih 5.4% Merupakan kegiatan rutin lima tahunan 0.8% Merupakan kegiatan rutin 5 tahunan 0.5% Mengapa B/I/S ingin mengikuti atau tidak ingin mengikuti Pemilu 2014? Namun, sejalan dengan persepsi pemilih DDKI Jakarta terhadap pentingnya diadakan pemilihan Presiden dan DPR/DPRD, juga terdapat perbedaan tingkat keinginan antara kedua jenis pemilihan tersebut, dimana tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan Presiden terlihat lebih kuat dibandingkan terhadap pemilihan DPR/DPRD. Grafik 3.4, tabel 3.3 dan tabel 3.4 menunjukkan bahwa : - Terdapat 93,1% pemilih DKI Jakarta yang menyatakan keinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden tanpa mempertimbangkan siapapun pihak yang akan mencalonkan diri. Dan 34.1% diantaranya menyatakan keinginannya secara kuat (sangat ingin mengikuti pemilihan Presiden). Hanya terdapat 6.6% pemilih DKI Jakarta yang keinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden dipengaruhi oleh kandidat yang akan mengikuti pemilihan. Dan hanya 0.9% pemilih DKI Jakarta yang menyatakan ketidakinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 mendatang (Grafik 3.4). 18

27 Grafik 3.4 Keinginan pemilih DKI Jakarta mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga Sangat ingin mengikuti 34,1 % 8,8 % Ingin mengikuti 61,7 % Tidak ingin mengikuti 59,1 % 5,7 % PEMILIHAN PRESIDEN (n : 460) 0,7 % 22,1 % 0,4 % 1,4 % PEMILIHAN DPR/DPRD DAN DPD (n : 420) 5,5 % 0,5 % Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung kepada calon/partai politik pendukung Menolak menjawab Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden dan anggota DPR/DPRD. Seberapa besar tingkat keingianan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? Tabel 3. 3 menunjukkan adanya perbedaan tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan Presiden antar kelompok pemilih pada jender dan tingkat pendidikan yang berbeda. Pemilih DKI Jakarta laki-laki terlihat lebih antusias untuk mengikuti pemilihan Presiden dibandingkan pemilih perempuan. Antusiasme juga semakin meningkat pada kelompok pemilih dengan tingkat pendidikan yang juga semakin tinggi. Sedangkan khusus pada pemilih difabel, walaupun secara total terdapat 83.3% pemilih DKI Jakarta yang menyatakan keinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden, namun hanya ada 3.3% pemilih yang menunjukkan keinginannya secara kuat. - Sedangkan pada pemilihan DPR/DPRD dan DPD, terdapat 70.5% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim ingin mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada Pemilu 2014, tanpa mempertimbangkan pasangan calon yang akan mengikuti pemilihan (namun hanya terdapat 8.7% pemilih yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti). Sedangkan 22.1% pemilih DKI Jakarta diantaranya belum bisa menentukan keikutsertaannya pada saat wawancara berlangsung, karena belum mengetahui calon yang akan maju. Dan terdapat 5.2% pemilih yang menyatakan ketidakinginannya untuk mengikuti pemilihan siapapun kandidatnya. Sama seperti pada pemilihan Presiden, terdapat perbedaan-perbedaan tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD antar kelompok pemilih pada jender yang berbeda, dimana pemilih laki-laki terlihat lebih antusias untuk mengikuti pemilihan Presiden dibandingkan pemilih perempuan (Tabel 3.4). 19

28 Tabel 3.3 Keinginan mengikuti Pemilihan Presiden pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN PRESIDEN Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon/ partai politik Jender Laki - laki (n : 184) 44.6% 51.1% 0.0% 0.5% 3.8% Perempuan (n : 276) 27.2% 64.5% 0.0% 0.7% 6.9% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 28.3% 63.6% 0.0% 0.0% 7.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 37.1% 56.3% 0.0% 1.0% 5.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 27.8% 69.4% 0.0% 0.0% 2.8% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 30.1% 62.4% 0.0% 2.2% 5.4% Tamat SMP (n : 98) 33.7% 61.2% 0.0% 0.0% 4.1% Tamat SMA (n : 231) 34.2% 58.4% 0.0% 0.0% 6.9% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 44.7% 50.0% 0.0% 2.6% 2.6% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 32.4% 62.2% 0.0% 0.0% 5.4% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Status daerah Rp Rp (SES C2) (n : 48) 34.9% 55.8% 0.0% 0.0% 9.3% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 28.2% 64.7% 0.0% 1.2% 5.9% Rp Rp (SES B) (n : 209) 40.3% 55.5% 0.0% 0.0% 3.8% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 17.1% 65.9% 0.0% 4.9% 12.2% Urban/Kelurahan (n: 460) 34.1% 59.1% 0.7% 0.0% 5.7% Rural/Desa (n:0) Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 8 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 9 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 20

29 Tabel 3.4 Keinginan mengikuti Pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRD dan/atau DPD (n : 420) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPR/DPRD DAN DPD Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon/ partai politik Jender Laki - laki (n : 173) 11.0% 64.7% 4.6% 0.6% 19.1% Perempuan (n : 247) 7.3% 59.5% 6.1% 0.4% 24.3% Pemilih pemula, tahun (n : 20) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 92) 10.9% 58.7% 7.6% 0.0% 20.7% Pemilih dewasa, tahun (n : 277) 8.3% 63.5% 4.3% 0.7% 21.7% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 31) 9.7% 51.6% 9.7% 0.0% 29.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 73) 4.1% 67.1% 6.8% 1.4% 17.8% Tamat SMP (n : 90) 12.2% 62.2% 1.1% 0.0% 21.1% Tamat SMA (n : 222) 7.7% 60.8% 5.9% 0.5% 24.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 35) 17.1% 54.3% 11.4% 0.0% 17.1% Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 30) 10.0% 76.7% 0.0% 3.3% 10.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 35) 5.7% 60.0% 5.7% 0.0% 25.7% Rp Rp (SES C1) (n: 80) 6.3% 60.0% 2.5% 0.0% 30.0% Rp Rp (SES B) (n : 224) 11.2% 60.7% 6.7% 0.4% 19.6% Lebih dari Rp (SES A) (n : 38) 2.6% 63.2% 10.5% 0.0% 21.1% Status daerah Urban/Kelurahan (n: 460) 34.1% 59.1% 0.7% 0 5.7% Rural/Desa (n:0) Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan anggota DPR/DPRD dan DPD. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 10 Jumlah sampel kurang dari 30 sehingga tidak memungkinkan dilakukan analisa untuk pemilih pemula (16 20 tahun) 11 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 21

30 Adanya persepsi positif terhadap pentingnya mengikuti Pemilu/Pemilukada (yang kemudian diikuti dengan keinginan untuk mengikuti Pemilu 2014), KHUSUSNYA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN, juga terlihat dari tingkat kesetujuan pemilih DKI Jakarta terhadap beberapa pernyataan pada Grafik 3.5, dimana: % pemilih DKI Jakarta menyatakan bahwa mereka tetap akan mengikuti pemilihan walaupun tidak ada kandidat yang dirasa cocok bagi mereka (sejalan dengan temuan bahwa 93.1% pemilih DKI Jakarta mengklaim ingin mengikuti pemilihan Presiden dan 70.5% pemilih mengklaim ingin mengikuti pemilihan DPR/DPRD tahun 2014 mendatang, tanpa mempertimbangkan kandidat yang akan maju) % pemilih DKI Jakarta sadar bahwa keikutsertaan mereka dalam Pemilu/Pemilukada akan berpengaruh terhadap hasil dari Pemilu/Pemilukada tersebut (satu suara membawa perubahan) % pemilih DKI Jakarta merasa dirugikan jika mereka tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada. Grafik 3.5 Persepsi Pemilih DKI Jakarta terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Base : Semua Responden (n : 460) Saya akan tetap mengikuti Pemilu/Pemilukada walaupun tidak ada calon/partai politik yang dirasa cocok buat saya 14.6% 73.7% 10.9%.7% Jika saya ikut dalam Pemilu/Pemilukada, maka akan mempengaruhi hasil dari Pemilu/Pemilukada itu 23.9% 68.7% 6.3%.9% Saya akan merasa dirugikan jika tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada 15.0% 73.9% 9.1% 1.3% Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju Tidak tahu 22

31 Sebelumnya digambarkan bahwa salah satu faktor yang mendorong keinginan dari beberapa pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu adalah hak dan/atau kewajiban dari warga negara Indonesia. Secara khusus, tabel 3.5 dan 3.6 di bawah mencoba untuk menggambarkan pengaruh adanya persepsi dalam mengikuti pemilihan (apakah hak dan/atau kewajiban) terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa adanya persepsi diatas berpengaruh terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan Presiden. Diantara pemilh yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah hak dari pemilih, 22.5% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden. Sedangkan diantara pemilih yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah kewajiban dari pemilih, 39.7% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden. Namun berbeda terhadap tingkat keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD, dimana adanya persepsi diatas tidak berpengaruh terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD. Tabel 3.6 menunjukkan bahwa kelompok pemilih yang memiliki persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak atau kewajiban, memiliki tingkat keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD yang sama. 23

32 Tabel 3.5 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 Base : Semua Responden (n : 460) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 151) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:307) 22.5% 70.9% 0.7% 5.3% 0.7% 22.5% 39.7% 53.7% 0.3% 5.9% 0.3% 39.7% Tidak tahu (n=2) Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? Tabel 3.6 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRD dan/atau DPD (n : 420) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 136) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:282) 5.9% 66.2% 4.4% 0.7% 22.1% 0.7% 10.3% 59.6% 5.7% 0.4% 22.3% 1.8 Tidak tahu (n=2) Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan DPR/DPRD dan DPD. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 12 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 13 Jumlah sample kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 24

33 BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU 2014 A. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK PEMILU 2014 Bab ini akan menyajikan temuan mengenai pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap beberapa aspek Pemilu, yaitu: - Pemahaman pemilih mengenai adanya Pemilu pada tahun 2014 mendatang dan jenis pemilihan yang akan dilakukan, - Pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara, - Pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang akan mengikuti Pemilu 2014 Pemahaman terhadap adanya Pemilu Grafik 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih DKI Jakarta sudah mengetahui adanya Pemilu pada tahun 2014 mendatang, yaitu 97% pemilih. Artinya, hanya ada 3% pemilih DKI Jakarta yang belum paham. Tidak ada perbedaan nyata yang ditunjukkan pada pemahaman mengenai akan diselenggarakannya Pemilu di tahun 2014 antar kelompok pemilih yang berbeda (Tabel 4.1). - Pada tahun 2014 akan diadakan 3 jenis pemilihan, yaitu pemilihan Presiden, pemilihan DPR/DPRD dan pemilihan DPD. Namun, dari 3 jenis pemilihan yang akan dilakukan diatas, sepertinya hanya pemilihan Presiden yang popular di kalangan pemilih DKI Jakarta (yaitu terdapat 99.1% pemilih yang paham dengan adanya pemilihan Presiden di tahun 2014). Sedangkan adanya pemilihan DPR/DPRD dan DPD hanya dipahami oleh masing masing 31% pemilih dan 6.3% pemilih DKI Jakarta. Sangat rendahnya persentase pemilih DKI Jakarta yang paham dengan adanya DPD sangat masuk akal mengingat persentase pemilih yang mengenal lembaga DPD juga tidak banyak (mengacu kepada Grafik 3.1, hanya 18% pemilih DKI Jakarta yang mengetahui adanya lembaga DPD). Mereka yang paham adanya pemilihan DPD umumnya adalah kelompok pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas (Tabel 4.1). 25

34 Grafik 4.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap adanya Pemilu 2014 dan Jenis pemilihan yang dilakukan PEMAHAMAN TERHADAP ADANYA PEMILU 2014 PEMAHAMAN TERHADAP JENIS PEMILIHAN Base : Semua responden (n : 460 ) Base : Responden yang paham akan diadakannya Pemilu 2014 (n : 446) Tidak paham adanya Pemilu 2014; 3.0% Paham adanya Pemilu 2014; 97.0% Pemilihan Presiden Pemilihan DPR/DPRD Pemilihan DPD 6.2% 31.2% 99.1% Tidak tahu 0.4% Apakah B/I/S tahu bahwa pada tahun 2014 akan diselenggarakan Pemilu, atau tidak? Menurut pemahaman B/I/S, jenis pemilihan apakah yang akan dilakukan pada tahun 2014 mendatang? Siapakah yang akan dipilih pada tahun 2014 mendatang? 26

35 Tabel 4.1 Pemahaman terhadap adanya Pemilu 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI TIDAK PAHAM PEMAHAMAN TERHADAP ADANYA PEMILU 2014 PAHAM ADANYA PEMILU 2014 PRESIDEN DPR/ DPRD DPD TIDAK TAHU Jender Laki-laki (n : 184) 3.3% 98.9% 35.4% 6.7% 0.6% Perempuan (n : 276) 2.9% 99.3% 28.4% 6.0% 0.4% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 6.1% 97.8% 26.9% 4.3% 1.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 2.0% 99.3% 33.8% 7.4% 0.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 2.8% 100.0% 22.9% 2.9% 0.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 3.2% 98.9% 13.3% 4.4% 1.1% Tamat SMP (n : 98) 5.1% 98.9% 26.9% 4.3% 0.0% Tamat SMA (n : 231) 2.6% 99.1% 38.7% 5.3% 0.4% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 0.0% 100.0% 39.5% 21.1% 0.0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 2.7% 100.0% 22.2% 0.0% 0.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 4.7% 100.0% 19.5% 12.2% 0.0% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 2.4% 97.6% 24.1% 4.8% 1.2% Rp Rp (SES B) (n : 209) 3.4% 99.1% 36.8% 5.7% 0.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 2.4% 100.0% 32.5% 10.0% 0.0% Status daerah Urban/Kelurahan (n: 460) 3.0% 99.1% 31.2% 6.3% 0.4% Rural/Desa (n:0) Apakah B/I/S tahu bahwa pada tahun 2014 akan diadakan Pemilu 2014? Menurut B/I/S, jenis pemilihan apakah yang akan diadakan pada tahun 2014 mendatang? 14 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 15 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 27

36 Pemahaman terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Dari total 4 aspek yang dibahas pada bab ini, pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang berhak untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah yang paling rendah dibandingkan 3 aspek lainnya. Grafik 4.2 menunjukkan bahwa dari 420 responden pemilih mengklaim pernah mendengar lembaga DPR/DPRD hanya 8.0% pemilih yang mengklaim paham mengenai jumlah partai politik yang berhak mengikuti Pemilu Jumlah partai politik yang dipahami oleh pemilih diatas adalah 6 10 partai politik (45.7%) dan lebih dari 15 partai politik (28.6%). Grafik 4.2 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap jumlah partai politik pada Pemilu 2014 Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD (n : 420) PEMILIH YANG MENGKLAIM PAHAM DENGAN JUMLAH PARTAI POLITIK PEMAHAMAN TERHADAP JUMLAH PARTAI POLITIK 1-5 partai politik 14.3% 6-10 partai politik 45.7% Tidak paham, 92.2% Paham, 8.0% partai politik Lebih dari 15 partai politik 11.4% 28.6% Apakah B/I/S paham mengenai jumlah partai politik yang berhak mengikuti Pemilu 2014? 28

37 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai hanya dengan cara di coblos (82.6%). Beberapa pemilih DKI Jakarta lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika ditandai dengan cara di centang (5.2%) atau bisa memilih antara di coblos atau di centang (12.2%). - Tidak ada perbedaan nyata yang ditunjukkan pada pemahaman mengenai cara menandai surat suara yang akan dilakukan pada Pemilu 2014 antar kelompok pemilih yang berbeda (Tabel 4.2). Grafik 4.3 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu 2014 Base : Semua responden (n : 460 responden) Hanya bisa dengan mencoblos 82.6% Bisa dengan mencentang atau mencoblos 12.2% Hanya bisa dengan mencentang 5.2% Menurut pemahaman B/I/S, manakah cara yang akan digunakan dalam menandai surat suara pada Pemilu 2014 mendatang? 29

38 Tabel 4.2 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PEMAHAMAN TERHADAP CARA MENANDAI SURAT SUARA PROFIL DEMOGRAFI HANYA DENGAN CARA MENCOBLOS HANYA DENGAN CARA MENCENTANG BISA DENGAN MENCENTANG ATAU MENCOBLOS Jender Laki-laki (n : 184) 83.7% 6.0% 10.3% Perempuan (n : 276) 81.9% 4.7% 13.4% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 80.8% 5.1% 14.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 83.8% 4.3% 11.9% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 86.1% 5.6% 8.3% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 86.0% 7.5% 6.5% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 82.7% 4.1% 13.3% Tamat SMA (n : 231) 81.4% 5.2% 13.4% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 81.6% 2.6% 15.8% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 83.8% 13.5% 2.7% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 76.7% 9.3% 14.0% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 89.4% 2.4% 8.2% Rp Rp (SES B) (n : 209) 81.8% 3.8% 14.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 73.2% 9.8% 17.1% Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 82.6% 5.2% 12.2% Rural / Desa (n : 0) Menurut B/I/S, manakah cara yang akan digunakan dalam menandai surat suara pada Pemilu 2014 mendatang 16 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 17 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 30

39 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada pemilihan DPR/DPRD di tahun Selain menanyakan pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap cara menandai surat suara secara umum, kepada responden juga ditanyakan mengenai pemahaman mereka terhadap cara menandai surat suara secara khusus pada pemilihan Legislatif (DPR/DPRD). - Grafik 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai pada nama partai politik dan nama calon (44.1%). Beberapa pemilih lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika menandai nama calonnya (32.3%), nama partai politik atau calon (11.7%), atau partai politiknya saja (11.3%). Pemahaman mengenai hal diatas secara khusus pada setiap kelompok pemilih bisa dilihat pada Tabel 4.3. Grafik 4.4 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Base : responden yang paham terhadap pemilihan DPR/DPRD (n : 420) Memilih partai politik dan calon 44.1% Hanya memilih calon 32.3% Memilih partai politik atau calon 11.7% Hanya memilih partai politik 11.3% Tidak tahu 0.3% Menurut pemahaman B/I/S, bagaimanakah cara menandai surat suara yang benar pada Pemilihan anggota DPR/DPRD di Pemilu 2014 mendatang? 31

40 Tabel 4.3 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : responden yang paham terhadap pemilihan DPR/DPRD (n : 420) PEMAHAMAN TERHADAP CARA MENANDAI SURAT SUARA PADA PEMILIHAN DPR/DPRD PROFIL DEMOGRAFI HANYA MEMILIH CALONNYA SAJA HANYA MEMILIH PARTAI POLITIKNYA SAJA MEMILIH PARTAI POLITIK DAN CALON MEMILIH PARTAI POLITIK ATAU CALON TIDAK TAHU Jender Laki-laki (n : 167) 32.3% 13.2% 43.1% 10.8% 0.0% Perempuan (n : 253) 32.4% 9.5% 45.1% 12.6% 0.6% Pemilih pemula, tahun (n : 10) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 89) 36.0% 9.0% 40.4% 14.6% 0.0% Pemilih dewasa, tahun (n : 278) 32.7% 10.4% 45.3% 11.2% 0.4% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 33) 21.2% 1.4% 42.4% 18.2% 0.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 78) 30.8% 14.1% 46.2% 9.0% 0.0% Tamat SMP (n : 88) 30.7% 9.1% 44.3% 14.8% 0.0% Tamat SMA (n : 218) 33.9% 11.0% 43.1% 11.9% 0.0% Tamat Diploma atau Universitas (n : 36) 30.6% 8.3% 47.2% 11.1% 2.8% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 9.7% 12.9% 71.0% 6.5% 0.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 25.0% 2.8% 58.3% 11.1% 0.0% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 35.8% 8.6% 38.3% 17.3% 0.0% Rp Rp (SES B) (n : 209) 34.7% 14.0% 41.9% 9.5% 0.0% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 38.9% 5.6% 38.9% 13.9% 2.8% Status daerah Urban (n : 420) 33.3% 11.3% 43.0% 12.0% 0.4% Rural (n :0) Menurut pemahaman B/I/S, bagaimanakah cara menandai surat suara yang benar pada Pemilihan anggota DPR/DPRD di Pemilu 2014 mendatang? 18 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 19 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 32

41 B. INFORMASI TENTANG PEMILU 2014 YANG PALING DIBUTUHKAN Tiga jenis informasi utama tentang Pemilu 2014 yang paling banyak dibutuhkan oleh pemilih DKI Jakarta adalah informasi mengenai calon Presiden (sebagian besar pemilih hanya sekedar membutuhkan informasi mengenai namanya, hanya sebagian kecil yang ingin tahu mengenai visi misi dan program kerjanya), calon anggota DPR/DPRD dan tanggal pelaksanaan Pemilu. Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan Base : Semua responden (n : 460) 20.4% NAMA CALON PRESIDEN TIDAK ADA 7.2% 17.2% NAMA CALON ANGGOTA DPR/DPRD JUMLAH & NAMA PARPOL 1.7% 13.5% TANGGAL PEMILU JADWAL KAMPANYE 4.8% 6.5% CARA MENANDAI SURAT SUARA 5.0% VISI MISI CALON PRESIDEN Informasi apakah yang PALING B/I/S butuhkan mengenai Pemilu 2014? 33

42 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP SUMBER INFORMASI UNTUK PEMILU 2014 Selain ditanyakan mengenai jenis informasi mengenai Pemilu 2014 yang dibutuhkan oleh pemilih, kepada responden juga ditanyakan mengenai sumber informasi yang lebih pemilih sukai untuk mendapatkan sumber informasi mengenai Pemilu Grafik 4.6 menunjukkan bahwa televisi masih menjadi sumber informasi paling disuka oleh pemilih. Sebagai alternatif televisi, terdapat beberapa sumber informasi lain yang disebutkan, seperti surat kabar, kampanye atau sosialisasi tatap muka, keluarga, poster/baliho/brosur/stiker dan teman/tetangga. Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka pemilih DKI Jakarta untuk Pemilu 2014 (top 6) Base : Semua responden (n : 460) Televisi 93.5% Koran/surat kabar 23.3% Kampanye, sosialisasi tatap muka 15.0% Poster, baliho, brosur, stiker 10.9% Teman, tetangga 8.7% Keluarga 7.4% Ketua RT/RW 2.8% Untuk mengetahui informasi mengenai Pemilu 2014 mendatang, darimanakah B/I/S paling suka untuk ingin mendapatkan informasi tersebut? Tolong sebutkan 2 sumber informasi 34

43 D. TINGKAT KEPERCAYAAN PEMILIH TERHADAP BEBERAPA LEMBAGA/INSTITUSI SEBAGAI SUMBER INFORMASI PEMILU Kepada responden pemilih DKI Jakarta diminta tingkat kepercayaan mereka kepada beberapa lembaga (KPU/KPUD, Bawaslu/Panwaslu, Kepala Desa/Lurah/Ketua RT, tokoh/lembaga agama, LSM/Ormas/Universitas, media dan calon/partai politik) sebagai sumber untuk memberikan informasi mengenai Pemilu. Tingkat kepercayaan terhadap lembaga-lembaga diatas dapat mereka tunjukkan dengan skala 0 10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa mereka sangat tidak percaya, dan skala 10 menggambarkan bahwa mereka sangat percaya. Khusus untuk lembaga KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu, sebelum ditanyakan tingkat kepercayaannya, kepada pemilih DKI Jakarta juga ditanyakan mengenai pengenalan mereka terhadap dua lembaga tersebut. Grafik 4.7 menunjukkan bahwa pengenalan pemilih DKI Jakarta terhadap KPU/KPUD sudah cukup tinggi. Hanya ada 6.1% pemilih yang mengklaim tidak pernah mendengar adanya lembaga KPU/KPUD. Sebaliknya, persentase pemilih DKI Jakarta yang tidak pernah mendengar adanya lembaga Bawaslu/Panwaslu lebih tinggi, yaitu 15.9%. Mereka yang tidak mengenal lembaga tersebut umumnya adalah kelompok marginal miskin dan kelompok pemilih lanjut usia dan pemlih pemula. Grafik 4.7 Pengenalan pemilih terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu Base : Semua responden (n : 460) 93,9 % 84,1 % 6,1 % 15,9 % Tidak pernah mendengar KPU/KPUD BAWASLU/PANWASLU Pernah mendengar Apakah B/I/S pernah mendengar lembaga KPU/KPUD (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu/Panwaslu? 35

44 Tabel 4.4 Pengenalan pemilih Kalimantan Timur terhadap KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) KPU/KPUD BAWASLU/PANWASLU PROFIL DEMOGRAFI Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Jender Laki-laki (n : 184) 97.8% 2.2% 88.6% 11.4% Perempuan (n : 276) 91.3% 8.7% 81.2% 18.8% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 98.0% 2.0% 84.8% 15.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 92.7% 7.3% 85.1% 14.9% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 91.7% 8.3% 77.8% 22.2% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 79.6% 20.4% 64.5% 35.5% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 95.9% 4.1% 81.6% 18.4% Tamat SMA (n : 231) 97.8% 2.2% 92.2% 7.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 100.0% 0.0% 89.5% 10.5% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 86.5% 13.5% 75.7% 24.3% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 90.7% 9.3% 67.4% 32.6% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 90.6% 9.4% 81.2% 18.8% Rp Rp (SES B) (n : 209) 97.0% 3.0% 91.5% 8.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 95.1% 4.9% 85.4% 14.6% Status daerah Urban (n : 460) 93.9% 6.1% 84.1% 15.9% Rural (n : 0) Kembali kepada tingkat kepercayaan pemilih DKI Jakarta terhadap beberapa lembaga diatas sebagai sumber informasi pemilu, Grafik 4.8 menunjukkan bahwa bahwa secara rata - rata, pemilih memberikan respon cukup positif kepada lembaga lembaga tersebut, yaitu dengan rata rata skala kepercayaan sebesar 6 7. Walaupun tidak berbeda secara signifikan, pemilih DKI Jakarta memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi kepada KPU/KPUD dan Bawaslu/Panwaslu sebagai lembaga penyelenggara pemilu (dibandingkan lembaga lainnya). Sebaliknya, pemilih memberikan skala kepercayaan yang lebih rendah kepada calon atau partai politik atau tim suksesnya (dibandingkan lembaga lainnya). 20 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 21 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 36

45 Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Base : Semua responden (n : 460) SANGAT PERCAYA SANGAT TIDAK PERCAYA KPU/KPUD 10 7, BAWASLU/ PANWASLU 7,6 APARAT DESA/ KETUA RT TOKOH/ LEMBAGA AGAMA LSM/ORMAS/ UNIVERSITAS 6.8 MEDIA 7.5 CALON/ PARTAI POLITIK 6.7 Untuk setiap lembaga yang akan saya bacakan di bawah ini, seberapa besar tingkat kepercayaan B/I/S terhadap setiap lembaga tersebut sebagai sumber yang bisa memberikan informasi mengenai Pemilu/Pemilukada. Tolong sampaikan pendapat B/I/S dengan menggunakan skala 0-10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak percaya dan skala 10 menggambarkan bahwa B/I/S sangat percaya. B/I/S juga bisa memilih skala lain diantara skala 0 dan skala 10 tersebut 37

46 BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON VOTING (TIDAK MEMILIH) Bab ini tidak akan menyajikan temuan mengenai persentase pemilih DKI Jakarta yang memutuskan untuk tidak memilih pada Pemilu/Pemilukada, namun lebih kepada faktor faktor yang mendorong kelompok pemilih tersebut untuk tidak mengikuti pemilihan. Dengan pertimbangan bahwa terdapat tingkat keinginan yang berbeda untuk mengikuti setiap jenis pemilihan, maka diasumsikan bahwa terdapat faktor/alasan yang berbeda pula yang mendasari tidak diikutinya jenis pemilihan tertentu oleh pemilih DKI Jakarta. Oleh karena itu, kepada responden pemilih juga ditanyakan pengalaman mengikuti pemilihan pada setiap jenis Pemilihan, yaitu Pemilihan Presiden, DPR/DPRD, Gubernur dan Bupati/Walikota (termasuk alasan yang mendasari tidak diikutinya pemilihan tersebut). Diketahui bahwa alasan ketidakikutsertaan pemilih DKI Jakarta pada jenis pemilihan tertentu sangat beragam, namun alasan yang beragam tersebut dapat dikelompokkan dalam tujuh kelompok besar, yaitu : Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih KELOMPOK ALASAN SPESIFIK ALASAN Tidak paham dengan adanya Pemilu 1 Kurang memiliki informasi terkait Pemilu 2 3 Apatis Alasan lupa atau berhalangan karena memiliki kegiatan/kepentingan pribadi Tidak paham dengan lokasi TPS Tidak paham tanggal pelaksanaan Pemilu Tidak memiliki cukup informasi tentang calon Sakit Harus bekerja/sekolah Sedang ada acara keluarga Sedang berada di luar kota/negeri Hambatan biaya untuk datang ke TPS Lupa Lokasi TPS yang jauh Malas antri dan berdesak-desakan Menganggap bahwa mengikuti Pemilu tidak akan membuat perubahan Tidak percaya dengan calon 4 Tidak ada calon yang dirasa cocok Tidak ada calon yang dirasa cocok 5 Bertentangan dengan ideologi Bertentangan dengan ideologi Tidak mendapatkan surat undangan 6 Masalah terkait administratif Tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tidak memiliki KTP 7 Kendala yang khusus dialami pemilih difabel Khawatir merepotkan orang lain Malu/minder untuk datang ke TPS 8 Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat 9 Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan 38

47 Dengan mengelompokkan berbagai macam ragam alasan dari pemilih DKI Jakarta, Tabel 5.2 menunjukkan bahwa terdapat 3 alasan utama yang umumnya menyebabkan pemilih tidak mengikuti pemilihan, yaitu karena faktor lupa atau alasan-alasan lain yang berhubungan dengan adanya halangan atau kegiatan pribadi dari pemilih, adanya masalah administratif (hal ini khususnya banyak ditemukan pada saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012) dan kurangnya informasi terkait pemilihan yang dimiliki oleh pemilih. Tabel 5.2 Faktor yang mendorong pemilih tidak mengikuti pemilihan PEMILIHAN PRESIDEN PEMILIHAN DPR/DPRD PEMILIHAN GUBERNUR ALASAN Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Presiden (n : 20 responden) 22 Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan DPR/DPRD (n : 85 responden) Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Gubernur (n : 27 responden) 23 Kurang memiliki informasi terkait Pemilu % - Alasan lupa atau berhalangan karena memiliki kegiatan/kepentingan pribadi % - Apatis - 5.9% - Tidak ada calon yang dirasa cocok - 1.2% - Bertentangan dengan ideologi - - Masalah terkait administratif % - Kendala yang khusus dialami pemilih difabel Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan - - Menolak menjawab % - Tolong sebutkan alasan UTAMA yang menyebabkan B/I/S tidak mengikuti setiap jenis pemilihan yang tidak B/I/S ikuti? 22 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilihan Presiden 23 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilihan Gubernur 39

48 BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN Propinsi DKI Jakarta A. KRITERIA PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN Secara umum, pemilih DKI Jakarta memiliki kriteria yang cenderung sama dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat, baik untuk tingkat Presiden, DPRD, Gubernur ataupun Bupati/Walikota. Empat kriteria utama yang dianggap penting bagi pemilih dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat adalah Pendidikan, Visi misi dan program kerja, Pengalaman kerja, dan Agama. Khusus untuk Presiden, bagi beberapa pemilih, sepertinya faktor agama dan jenis kelamin juga menjadi kriteria yang dipertimbangkan, dibandingkan pada saat memilih anggota DPRD/DPRD dan Gubernur/Bupati/Walikota. Grafik 6.1 menunjukkan bahwa terdapat 55.0% pemilih DKI Jakarta yang menjadikan faktor agama pada saat memilih Presiden. Namun masing-masing hanya ada 42.6% pemilih dan 46.1% pemilih yang menjadikan faktor agama pada saat memilih anggota DPR/DPRD dan Gubernur/Bupati/Walikota. Begitu juga dengan faktor jenis kelamin (jender), dimana terdapat 26.5% pemilih DKI Jakarta yang menjadikan faktor jender pada saat memilih Presiden. Namun masing masing hanya ada 19.1% dan 20.7% pemilih yang menjadikan faktor jender pada saat memilih anggota DPR/DPRD dan Gubernur/Bupati/Walikota. Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih dalam memilih Presiden, DPR/DPRD, Gubernur dan Bupati/Walikota Base : Semua Responden (n : 460) PRESIDEN DPR/DPRD GUBERNUR & BUPATI/WALIKOTA Visi misi dan program kerja Pendidikan 79.8% 78.0% Pendidikan Visi misi dan program kerja 70.9% 68.7% Pendidikan Visi misi dan program kerja 78.5% 75.2% Pengalaman kerja 66.1% Pengalaman kerja 57.2% Pengalaman kerja 64.8% Agama 55.0% Agama 42.6% Agama 46.1% Jender 26.5% Partai poltik di mana calon bergabung 27.4% Kekayaan pribadi calon 20.9% Partai politik dimana calon bergabung 22.4% Jender 19.1% Jender 20.7% Kekayaan pribadi calon 16.1% Kekayaan pribadi calon 15.0% Partai politik di mana calon bergabung 20.4% Dari beberapa kriteria di bawah ini, manakah kriteria yang menjadi pertimbangan B/I/S dalam memilih calon.. (masing masing untuk Presiden, DPR/DPRD dan Gubernur/Bupati/Walikota) 40

49 B. PREFENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN WANITA Propinsi DKI Jakarta Secara umum, persentase pemilih DKI Jakarta yang punya preferensi kuat terhadap wakil perempuan di DPR/DPRD, masih sangat rendah (yaitu hanya 2.4%). Preferensi kuat disini mengacu kepada kondisi dimana seorang pemilih akan lebih cenderung untuk memilih pemimpin perempuan dibandingkan pemimpin laki-laki. Sebagian besar pemilih DKI Jakarta cenderung masih akan lebih memilih calon anggota DPR/DPRD laki-laki sebagai perwakilan mereka (57.2%). Wakil laki-laki lebih menjadi preferensi dengan pertimbangan bahwa laki-laki lebih tegas dan memang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin serta dipersepsikan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan perempuan (Tabel 6.1). Namun yang menarik adalah, preferensi kuat terhadap wakil pria di DPR/DPRD, tidak lagi mendominasi pilihan dari pemilih DKI Jakarta. Sudah cukup banyak pemilih yang tidak lagi mempermasalahkan jender dari calon anggota DPR/DPRD yang akan mereka pilih dan mau memberikan kesempatan kepada wanita untuk mewakili mereka di DPR/DPRD. Tabel 6.1 menunjukkan bahwa terdapat 34.6% pemilih yang berada dalam kelompok ini. Tabel 6.1 menunjukkan bahwa dibandingkan pemilih laki laki, pemilih perempuan memang sudah lebih memiliki fleksibilitas terhadap jender dari perwakilannya di DPR/DPRD. Artinya, mereka sudah mau memberikan kesempatan kepada pewakilan perempuan (tidak harus selalu memiliki pemimpin laki-laki). Hanya saja, persentase pemilih perempuan yang benar benar memiliki preferensi kuat terhadap pemimpin perempuan masih sangat rendah, yaitu 3.7% (tabel 6.2). Tabel 6.1 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD (n : 420) ALASAN LEBIH MEMILIH WAKIL LAKI-LAKI : 57.2% Lebih tegas (31.9%) Karena pria ditakdirkan menjadi pemimpin (31.2%) Lebih berwibawa (18.3%) Lebih memiliki jiwa pemimpin (10.3%) Lebih bertanggung jawab (9.9%) Lebih bijaksana (5.7%) Lebih cepat bertindak bila ada masalah (5.7%) Lebih kuat/tanggung dibandingkan dengan dibandingkan dengan wanita (5.3%) Lebih bisa bergerak aktif dalam melaksanakan tugasnya (4.2%) TIDAK ADA BEDANYA : 34.6% (Kepada responden tidak ditanyakan alasan mengapa memiliki opini tersebut) LEBIH MEMILIH WAKIL PEREMPUAN : 2.4% Ada yang memperjuangkan hak hak perempuan Lebih lembut/telaten Jarang ada yang korupsi Lebih bijaksana Bila hal hal lainnya sama. apakah B/I/S lebih memilih punya wakil perempuan atau wakil laki laki di dalam DPR untuk mewakili B/I/S? 41

50 Tabel 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD (n : 420) PROFIL DEMOGRAFI PENGARUH JENDER DALAM PEMILIHAN ANGGOTA DPR/DPRD Lebih memilih wakil Laki-laki Lebih memilih wakil perempuan Tidak ada bedanya Tidak Tahu Jender Laki - laki (n : 173) 67.4% 0.6% 31% 1.1% Perempuan (n : 247) 53.4% 3.7% 39% 4.1% Pemilih pemula, tahun (n : 20) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 92) 62.9% 4.1% 30.9% 2.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 277) 59.8% 2.1% 35.1% 3.1% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 31) 41.7% 2.8% 50.0% 5.6% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 73) 47.6% 1.2% 46.3% 4.9% Tamat SMP (n : 90) 58.3% 2.1% 38.5% 1.0% Tamat SMA (n : 222) 64.9% 2.2% 30.3% 2.6% Tamat Diploma atau Universitas (n : 35) 48.6% 8.1% 37.8% 5.4% Kurang dari Rp (SES E&D) (n : 30) 41.2% 2.9% 50.0% 5.9% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 35) 44.2% 2.3% 41.9% 4.7% Rp Rp (SES C1) (n: 80) 71.1% 1.2% 26.5% 1.2% Rp Rp (SES B) (n : 224) 59.1% 2.6% 35.3% 3.0% Lebih dari Rp (SES A) (n : 38) 72.5% 5.0% 22.5% 0.0% Status daerah Urban/Kelurahan (n: 420) 57.2% 2.4% 34.6% 5.9% Rural/Desa (n:0) Bila hal hal lainnya sama. apakah B/I/S lebih memilih punya wakil perempuan atau wakil laki laki di dalam DPR untuk mewakili B/I/S? 24 Jumlah sampel kurang dari 30 sehingga tidak memungkinkan dilakukan analisa untuk pemilih pemula (16 20 tahun) 25 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 42

51 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN DIFABEL 82.6% pemilih DKI Jakarta mengklaim bahwa mereka tidak akan memilih calon yang difabel. Kelompok pemilih ini punya persepsi bahwa pemimpin yang difabel akan memiliki keterbatasan dalam memimpin (cenderung akan bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menjalankan kepemimpinannya dan cenderung akan lebih mudah dibohongi). 1.8% pemilih bahkan menganggap bahwa memiliki calon yang difabel adalah sesuatu yang akan memalukan (Pemilih Pemula menyebutnya tidak keren ) dan 1.6% pemilih lainnya menyatakan bahwa Undang Undang sudah menentukan bahwa pemimpin sebaiknya adalah seseorang yang tidak punya keterbatasan. Sedangkan 9.6% pemilih DKI Jakarta lainnya cenderung akan memberikan kesempatan kepada calon yang difabel untuk dipilih. Faktor tingkat pendidikan berpengaruh terhadap persepsi pemilih dalam memberikan kesempatan kepada calon yang difabel. Semakin tinggi tingkat pendidikan dari pemilih, mereka semakin terbuka dengan adanya pemberian kesempatan kepada calon yang difabel. Mereka punya pendapat bahwa seorang difabel juga punya hak untuk dipilih dan menjadi pemimpin (khususnya jika calon difabel tersebut memiliki kriteria untuk menjadi seorang pemimpin selain dari kondisi keterbatasan fisiknya seperti bijaksana, jujur). Tidak selamanya seorang difabel punya keterbatasan intelegensi dan cenderung memiliki rasa empati yang lebih besar terhadap masyarakat marginal. Grafik 6.2 Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel Base : Semua responden (n : 460) Menolak menjawab, 7.8% Akan memilih; 9,6% Tidak akan memilih; 82,6% Apakah B/I/S bersedia untuk memilih calon yang difabel. yaitu calon yang tuna netra (memiliki keterbatasan penglihatan). calon yang tuna daksa (memiliki keterbatasan gerak). atau calon yang tuna rungu (memiliki keterbatasan pendengaran) atau calon yang tuna wicara (memiliki keterbatasan berbicara)? 43

52 Tabel 6.3 Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN DIFABEL Tidak akan memilih Akan memilih Menolak menjawab Jender Laki-laki (n : 184) 83.7% 10.3% 6.0% Perempuan (n : 276) 81.9% 9.1% 9.1% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 81.8% 8.1% 10.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 82.8% 10.6% 6.6% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 88.9% 2.8% 8.3% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 89.2% 5.4% 5.4% Tamat SMP (n : 98) 81.6% 7.1% 11.2% Tamat SMA (n : 231) 82.3% 9.5% 8.2% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 71.1% 26.3% 2.6% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 86.5% 10.8% 2.7% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 83.7% 4.7% 11.6% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 92.9% 3.5% 3.5% Rp Rp (SES B) (n : 209) 78.8% 12.7% 8.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 85.4% 7.3% 7.3% Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 82.6% 9.6% 7.8% Rural / Desa (n : 0) Apakah B/I/S bersedia untuk memilih calon yang difabel. yaitu calon yang tuna netra (memiliki keterbatasan penglihatan). calon yang tuna daksa (memiliki keterbatasan gerak). atau calon yang tuna rungu (memiliki keterbatasan pendengaran) atau calon yang tuna wicara (memiliki keterbatasan berbicara)? 26 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 27 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 44

53 BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH A. KEPEDULIAN PEMILIH TERHADAP KEBERADAAN NAMANYA PADA DAFTAR PEMILIH Mengetahui kepedulian pemilih DKI Jakarta terhadap terdaftar/tidaknya nama mereka pada Daftar Pemilih juga bisa menjadi indikator tingkat keinginan pemilih untuk bisa berpartisipasi dalam Pemilu. Untuk mengetahui tingkat kepedulian pemilih terhadap hal diatas, kepada responden ditanyakan mengenai perasaan mereka jika nama mereka tidak terdaftar pada Daftar Pemilih. Berkaitan dengan hal diatas, Grafik 7.1 menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok besar pemilih, yaitu : - Kelompok 1, yaitu pemilih DKI Jakarta yang punya keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, sebanyak 50.7%, diindikasikan dengan : o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada Daftar Pemilih, karena hal ini berarti bahwa mereka akan kehilangan hak pilihnya. - Kelompok 2, yaitu pemilih DKI Jakarta yang tidak terlalu punya keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, sebanyak 48.5%, diindikasikan dengan : o o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada Daftar Pemilih, namun lebih disebabkan karena adanya perasaan tidak diakuinya mereka sebagai warga negara Indonesia; atau Akan merasa biasa-biasa saja. Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya namanya di Daftar Pemilih Base : Semua responden (n : 460) Menolak menjawab; 0,9 % KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 Punya keinginan Tidak punya kuat mengikuti keinginan kuat pemilihan mengikuti pemilihan 50,7 % 48.5 % 28, 3% 20.2 % Akan kecewa/marah jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih, karena alasan merasa tidak diakui sebagai warga negara Akan merasa biasa saja jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih Bagaimana perasaan B/I/S jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu 2014? Mengapa B/I/S merasa heran atau marah atau kecewa jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu

54 B. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MEMERIKSA DAFTAR PEMILIH 95.2% pemilih DKI Jakarta merasa bahwa dirinya sudah terdaftar pada Pemilu 2014 (84.5% diantaranya memiliki keyakinan yang kuat mengenai hal tersebut). Hanya 1.7% pemilih yang merasa bahwa dirinya tidak/belum terdaftar pada Pemilu 2014 dan 3.0% pemilih lainnya tidak tahu mengenai status terdaftarnya nama mereka pada Pemilu Grafik 7.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih DKI Jakarta, yaitu 87%, tidak datang untuk memeriksakan namanya pada Daftar Pemilih. Umumnya mereka mendapatkan informasi mengenai keberadaan/ketiadaan nama mereka di daftar pemilih dari pihak lain (54.4%) atau dari stiker daftar pemilih yang ditempel di rumah mereka (33.5%). Bahkan, cukup banyak pula yang keyakinannya didasarkan hanya kepada perkiraan/asumsi bahwa nama mereka pasti terdaftar/tidak pada daftar pemilih (12.1%). Umumnya, keputusan untuk tidak memeriksakan keberadaan/ketiadaan nama mereka pada daftar pemilih didasari oleh alasan mengenai adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar di daftar pemilih tersebut. Selain itu, adanya keterbatasan informasi juga menjadi penghambat bagi pemilih untuk memeriksakan daftar pemilih, yaitu tidak punya informasi mengenai adanya daftar pemilih yang bisa diperiksa atau tidak punya informasi mengenai dimana bisa dilakukan pemeriksaan daftar pemilih. Grafik 7.2 Praktik pemilih dalam memeriksa Daftar Pemilih Base : Responden yang merasa bahwa namanya terdaftar atau tidak pada Daftar Pemilih (n : 446 ) Base : Responden yang tidak memeriksa daftar pemilih (n : 388 ) Apakah nama B/I/S terdaftar untuk Pemilu 2014? Darimana B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S sudah terdaftar atau tidak untuk Pemilu 2014? (Bagi yang tidak memeriksa Daftar Pemilih) Mengapa B/I/S tidak datang memeriksa Daftar Pemilih? 46

55 C. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MENANYAKAN/MELAPORKAN KETIADAAN NAMANYA DI DAFTAR PEMILIH Pada sub bab sebelumnya, kita mendiskusikan mengenai partisipasi aktif pemilih DKI Jakarta dalam memeriksakan keberadaan nama mereka di Daftar Pemilih. Grafik 7.2 (halaman sebelumnya) menunjukkan bahwa partisipasi pemilih DKI Jakarta untuk memeriksa daftar pemilih masih rendah. Namun, hal ini lebih disebabkan karena adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar (selain faktor terbatasnya pemahaman mereka terhadap adanya daftar pemilih itu sendiri dan lokasi dimana daftar pemilih bisa diperiksa). Pada sub bab ini, kita kembali mencoba untuk mengetahui partisipasi aktif pemilih DKI Jakarta terhadap hal yang terkait dengan daftar pemilih, yaitu partisipasi pemilih untuk bertanya/melaporkan jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Grafik 7.3 menunjukkan bahwa 86.9% pemilih DKI Jakarta mengklaim bahwa jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih, maka mereka akan menanyakan/melaporkan mengenai ketiadaan namanya tersebut (33.6% diantaranya menyatakan keinginan yang kuat mengenai hal ini). Hanya 8.8% pemilih DKI Jakarta yang akan belaku sebaliknya, yaitu tidak akan menanyakan/melaporkan jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dengan melihat lebih jauh terhadap alasan yang mendorong keengganan untuk menanyakan hal tersebut, kita dapat melihat adanya 2 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih DKI Jakarta yang memang tidak perduli dengan ada/tidak adanya nama mereka pada daftar pemilih (42.5% dari total 8.8% pemilih yang tidak akan menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya pada daftar pemilih). Kelompok pemilih ini akan merasa biasa saja (tidak ada perasaan marah atau kecewa) walaupun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Kalaupun ada sebagian kecil dari mereka yang merasa kecewa, hal ini bukan disebabkan karena mereka merasa kehilangan hak pilihnya, namun lebih karena merasa tidak diakui sebagai warga negara. Jika dikaitkan dengan keinginan mereka untuk mengikuti Pemilu, khususnya Pemilu pada tahun 2014 mendatang, kelompok pemilih DKI Jakarta ini memiliki tingkat keinginan yang rendah untuk mengikuti Pemilu 2014, khususnya pada pemilihan DPR/DPRD. - Kelompok pemilih DKI Jakarta yang sebenarnya merasa perduli mengenai keberadaan namanya pada Daftar Pemilih (baik untuk alasan yang berkaitan dengan haknya mengikuti pemilihan atau berkaitan dengan diakuinya pemilih sebagai warga negara Indonesia), namun lebih memilih untuk tidak menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya karena faktor faktor eksternal, misalnya beranggapan bahwa prosesnya akan rumit, tidak punya waktu, tidak memiliki cukup informasi mengenai pihak yang bisa ditanya atau sudah apatis akan ada pihak lain yang akan membantu masalahnya tersebut. 47

56 Grafik 7.3 Tingkat keinginan pemilih untuk menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih Base : Semua responden (n : 460) 33,6 % 4,2 % 8,8 % Tidak peduli (42.5%) Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit (22.5%) Tidak punya waktu (17.5%) Tidak tahu tempat bertanya/melaporkan (7.5%) Pernah ditanyakan, tapi tidak ada pengaruhnya (2.5%) 53,3 % Tidak akan menanyakan Akan sangat ingin menanyakan Akan menanyakan Tidak tahu Misalnya B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih untuk Pemilu 2014, seberapa besar keinginan B/I/S untuk menanyakan hal tersebut? (Jika tidak punya keinginan) mengapa B/I/S tidak punya keinginan untuk menanyakan hal tersebut D. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK TERKAIT DAFTAR PEMILIH Terdapat 4 aspek terkait daftar pemilih yang ingin diketahui tingkat pemahamannya di kalangan pemilih DKI Jakarta, yaitu mengenai : - Penggunaan kartu identitas, khususnya pada kondisi dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilih, - Peran surat undangan dibandingkan dengan daftar pemilih, - Pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar pada daftar pemilih, dan - Tempat pemeriksaan daftar pemilih. Grafik 7.4 menunjukkan bahwa : Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan - Idealnya, setiap warga yang berhak untuk mengikuti pemilihan akan terdaftar pada daftar pemilih. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa kasus dimana nama pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dalam survei ini teridentifikasi bahwa terdapat 1.7% pemilih DKI Jakarta yang sudah yakin bahwa namanya tidak terdaftar pada Pemilu Namun jika mengacu kepada peraturan, pada kasus dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilihan, sangat memungkinkan bagi mereka untuk tetap bisa mengikuti pemilihan, yaitu dengan menggunakan kartu identitas. Survei ini mencoba untuk mengidentifikasi seberapa 48

57 banyak pemilih DKI Jakarta yang sudah paham mengenai adanya ketentuan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, Grafik 7.4 menunjukkan bahwa terdapat 66.9% pemilih DKI Jakarta yang sudah memahami bahwa mereka masih berhak mengikuti pemilihan walaupun tidak terdaftar pada daftar pemilihan, yaitu dengan membawa kartu identitas ke TPS. Sedangkan sisanya adalah : Pemilih yang punya pemahaman bahwa terdaftar pada daftar pemilih adalah syarat mutlak dari seorang warga untuk bisa mengikuti pemilihan (artinya, mereka menganggap bahwa kartu identitas tidak akan bisa membantu seorang pemilih untuk bisa mengikuti pemilihan, selama nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 18.9%. Pemilih yang sama sekali tidak paham apakah mereka masih memiliki hak pilih jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, yaitu 9.8%. Pemilih yang memahami bahwa seseorang tetap bisa mengikuti pemilihan walapun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, selama orang tersebut adalah warga negara Indonesia dan mengikuti pemilihan adalah hak dari setiap warga negara Indonesia (namun kelompok ini tidak secara khusus mengkaitkan kondisi tersebut dengan adanya peraturan yang memungkinkan seseorang bisa membawa kartu identitas ke TPS jika tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 4.4%. - Lebih jauh, Tabel 7.1 menunjukkan bahwa pemahaman pemilih terhadap hal diatas semakin baik pada tingkat pendidikan yang semakin tinggi. Pemahaman terhadap peran surat undangan - Sebagian besar pemilih DKI Jakarta, yaitu 86.3%, punya pemahaman bahwa selama nama mereka terdaftar pada daftar pemilih, mereka masih berhak mengikuti pemilihan meskipun mereka tidak mendapatkan surat undangan. Pemahaman ini dimiliki secara merata oleh semua kelompok pemilih yang berbeda. Tidak ditemukan perbedaan yang nyata antar pemilih pada jender, kelompok usia dan tingkat pendidikan yang berbeda. Pemahaman terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih - Sebagian besar pemilih DKI Jakarta, yaitu 75.1%, punya pemahaman bahwa pihak yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa masyarakat harus terdaftar pada daftar pemilih adalah ketua RT. Pemahaman ini kemungkinan besar berasal dari pengalaman mereka sendiri terkait pendaftaran pemilih. Hanya 13% pemilih yang menyebutkan mengenai keberadaan panitia atau lembaga penyelenggara Pemilu yang seharusnya bertanggung jawab terhadap daftar pemilih. Beberapa dari mereka ada yang hanya menyebutkan panitia pemilu (tanpa mengetahui nama lembaga nya secara pasti). Beberapa ada yang secara khusus menyebutkan KPU, KPPS atau Panwaslu. Pemahaman terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih - Sejalan dengan pemahaman pemilih mengenai pihak yang bertanggungjawab terhadap terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih diatas, sebagian besar pemilih (84.6%) juga memahami bahwa tempat pemeriksaan daftar pemilih bisa dilakukan di kantor Kelurahan atau rumah ketua RT. Namun, cukup banyak pula pemilih yang tidak yakin dimana daftar pemilih tersebut dapat dilihat (12.0%). 49

58 Grafik 7.4 Pemahaman pemilih terhadap beberapa aspek terkait daftar pemilih Base : Semua responden (n : 460) PENGGUNAAN KARTU IDENTITAS Base : Semua responden (460 responden) * 66.9% paham mengenai penggunaan kartu identitas untuk memilih, pada kondisi jika tidak terdaftar pada Daftar Pemilih * 28.7% tidak paham bahwa mereka tetap bisa ikut memilih walaupun tidak terdaftar pada Daftar Pemilih (18.9% beranggapan tidak bisa ikut memilih, 9.8% tidak paham sama sekali) Base : Semua responden (460 responden) PERAN SURAT UNDANGAN * 86.3% pemilih memahami bahwa mereka tetap bisa mengikuti pemilihan walaupun tidak mendapatkan surat undangan. Sisanya adalah 9.1% pemilih yang memahami bahwa mereka tidak bisa mengikuti pemilihan tanpa surat undangan dan 4.6% pemilih yang tidak paham Base : Semua responden (460 responden) * 84.6% pemilih memahami bahwa pemeriksaan Daftar Pemilih dapat dilakukan di rumah ketua RT atau kantor Desa/Kelurahan * Dan 12.0% pemilih tidak paham dimana pemeriksaan Daftar Pemilih bisa dilakukan Base : Semua responden (460 responden) * 75.1% pemilih memahami bahwa ketua RT adalah pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar pada Daftar Pemilih * Pemilih lainnya berpendapat bahwa pihak yang bertangung jawab adalah Panitia Pemilihan (13.0%), Aparat desa/kelurahan (5.0%) TEMPAT PEMERIKSAAN DAFTAR PEMILIH PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TERDAFTAR MASYARAKAT PADA DAFTAR PEMILIH 50

59 Tabel 7.1 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap penggunaan kartu identitas dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PEMAHAMAN BENAR PEMAHAMAN SALAH TIDAK PAHAM Jender PROFIL DEMOGRAFI Bisa mengikuti pemilihan dengan kartu identitas, jika tidak terdaftar pada daftar pemilih Tidak bisa mengikuti pemilihan jika tidak terdaftar pada daftar pemilih Bisa mengikuti pemilihan, namun bukan karena alasan bisa menggunakan kartu identitas Tidak paham mengenai masih adanya hak memilih jika nama tidak terdaftar pada daftar pemilih Laki - laki (n : 184) 67.4% 17.9% 2.7% 9.2% Perempuan (n : 276) 66.7% 19.6% 1.1% 10.1% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 61.6% 22.2% 2.0% 13.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 69.9% 18.2% 1.3% 7.9% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 58.3% 19.4% 2.8% 13.9% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 59.1% 22.6% 2.2% 9.7% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 68.4% 18.4% 1.0% 11.2% Tamat SMA (n : 231) 67.9% 19.5% 1.7% 8.7% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 76.3% 7.9% 2.6% 13.2% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 59.5% 24.3% 0.0% 13.5% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 58.1% 23.3% 0.0% 11.6% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 64.7% 20.0% 2.4% 9.4% Rp Rp (SES B) (n : 209) 72.0% 15.7% 2.5% 8.1% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 58.5% 29.3% 0.0% 9.8% Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 66.9% 18.9% 4.4% 9.8% Rural / Desa (n : 0) Misalnya B/I/S berada dalam kondisi dimana nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), menurut B/I/S, apakah B/I/S tetap berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? Menurut B/I/S, mengapa B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan walaupun nama B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap? Jika B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih, menurut B/I/S, apakah B/I/.S bisa menggunakan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan? 28 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 29 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 51

60 Tabel 7.2 Pemahaman pemilih DKI Jakarta terhadap peran surat undangan dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Tidak bisa mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Bisa mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Tidak paham Jender Laki - laki (n : 184) 87.0% 8.7% 4.3% Perempuan (n : 276) 85.9% 9.4% 4.7% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 82.8% 11.1% 6.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 87.4% 8.9% 3.6% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 86.1% 8.3% 5.6% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 81.7% 12.9% 5.4% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 84.7% 10.2% 5.1% Tamat SMA (n : 231) 88.3% 7.8% 3.9% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 89.5% 5.3% 5.3% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 89.2% 8.1% 2.7% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 81.4% 14.0% 4.7% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 82.4% 14.1% 3.5% Rp Rp (SES B) (n : 209) 88.1% 8.5% 3.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 87.8% 2.4% 9.8% Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 86.3% 9.1% 4.6% Rural / Desa (n : 0) Misalnya B/I/S tidak mendapatkan surat undangan untuk ke TPS, namun nama B/I/S terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap, menurut B/I/S, apakah B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? 30 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 31 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 52

61 Tabel 7.3 Pemahaman terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Kantor Kepala Desa/Lurah, Balai Desa Rumah Ketua RW/RT Tidak paham Jender Laki - laki (n : 184) 37.5% 47.8% 8.7% Perempuan (n : 276) 34.1% 50.0% 14.1% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 30.3% 49.5% 10.1% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 38.4% 49.0% 11.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 25.0% 50.0% 19.4% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 32.3% 48.4% 18.3% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 32.7% 56.1% 9.2% Tamat SMA (n : 231) 35.1% 48.1% 11.3% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 52.6% 39.5% 7.9% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 45.9% 35.1% 10.8% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 34.9% 44.2% 23.3% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 30.6% 52.9% 11.8% Rp Rp (SES B) (n : 209) 37.7% 50.8% 8.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 29.3% 48.8% 14.6% Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 35.4% 49.1% 12.0% Rural / Desa (n : 0) Menurut B/I/S, dimanakah B/I/S bisa memeriksa Daftar Pemilih? 32 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 33 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 53

62 BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU 2014 Kejujuran seharusnya menjadi aspek yang dijunjung tinggi dalam pelaksanaan Pemilu, dalam proses pelaksanaannya maupun hasilnya. Pada beberapa pemilih, aspek kejujuran bahkan mempengaruhi keputusan mereka dalam mengikuti pemilihan. Pada bab 9 mengenai politik uang, terdapat 6% pemilih DKI Jakarta yang memutuskan untuk sama sekali tidak mengikuti pemilihan jika praktik politik uang sudah menjadi sangat marak dilakukan oleh calon/partai politik. Selanjutnya dalam bab ini, kita akan memberikan gambaran mengenai persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap kejujuran pemilihan (baik terhadap proses pelaksanaannya maupun hasilnya), persepsi terhadap pihak pemantau independen dan persepsi terhadap partisipasi pemilih dalam mewujudkan kejujuran dalam pemilihan. Grafik 8.1 menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok pemilih berdasarkan persepsi mereka terhadap kemungkinan pelaksanaan Pemilu 2014, yaitu apakah Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak: - Kelompok pemilih yang memiliki persepsi positif bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak 47.2% Dari total 47.2% pemilih DKI Jakarta yang menganggap bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil tersebut diatas, 45.6% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya tersebut terhadap alasan bahwa akan ada banyak pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu secara ketat. Pihak yang dimaksud tidak hanya KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu, namun juga pihak lainnya seperti Polisi, saksi di TPS, media, KPK dan pemantau independen. Selain alasan diatas, 48.8% pemilih DKI Jakarta lainnya mendasarkan keyakinannya terhadap alasan bahwa pemilihan calon masih dilakukan oleh pemilih secara bebas dan rahasia, sesuai hati nurani, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. - Kelompok pemilih yang belum dapat memastikan apakah Pemilu akan berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak 44.6% Adanya kelompok pemilih diatas seharusnya menjadi indikasi bahwa ada beberapa pemilih DKI Jakarta yang sepenuhnya belum yakin bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur. Adanya pemahaman dan pengalaman berdasarkan Pemilu/Pemilukada sebelumnya yang kadangkala tidak berlangsung secara jujur, yang kemungkinan memberikan persepsi kepada mereka bahwa Pemilu 2014 berkemungkinan berlangsung secara jujur atau berkemungkinan berlangsung secara tidak jujur. - Kelompok pemilih yang memiliki keyakinan kuat bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung secara jujur, yaitu sebanyak 6.1% Dari total 6.1% pemilih DKI Jakarta yang menganggap bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung jujur dan adil tersebut, 81.6% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya bahwa masih banyak calon yang akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan jabatan, salah satunya dengan melakukan politik uang. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap persepi pemilih DKI Jakarta pada kejujuran Pemilu 2014, antar kelompok pemilih berdasarkan jender, kelompok usia, tingkat pendidikan, atau status sosial ekonomi. 54

63 Berbeda dengan persepsi terhadap kejujuran pelaksanaan Pemilu 2014 dimana masih cukup banyak pemilih DKI Jakarta yang tidak bisa memastikan apakah pelaksanaan Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak (yaitu sebanyak 44.6% pemilih), sebagian besar pemilih DKI Jakarta memiliki keyakinan bahwa hasil Pemilu yang dikeluarkan oleh KPU adalah benar-benar menggambarkan hasil pilihan rakyat di TPS, yaitu sebanyak 91.7% pemilih. Ini mengindikasikan bahwa mereka percaya tidak terjadi adanya kecurangan atau manipulasi pada hasil penghitungan suara (Grafik 8.1). Grafik 8.1 Persepsi pemilih terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu Base : Semua responden ( n : 460) KEJUJURAN PEMILU 2014? PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN PROSES PEMILU PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN HASIL PEMILU 5.9% 2.4% 44.6% 47.2% 6.1% Akan berlangsung bebas, jujur, adil Tidak akan berlangsung bebas, jujur, adil Tidak yakin Ada orang yang merasa bahwa Pemilu tahun 2014 akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sementara itu, ada pula yang merasa bahwa Pemlu 2014 tidak akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sebagian lagi menyatakan tidak/tidak yakin. Bagaimana dengan B/I/S, pernyataan mana yang paling sesuai dengan pendapat B/I/S? 91.7% Hasil perolehan suara menggambarkan pilihan masyarakat Hasil perolehan suara tidak menggambarkan pilihan masyarakat Tidak tahu Sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan di bawah ini dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dan skala 4 menggambarkan B/I/S tidak setuju? Pernyataan : Hasil perolehan suara pada Pemilu/Pemilukada yang dikeluarkan oleh lembaga KPU/KPUD benar benar menggambarkan hasil pilihan masyarakat di TPS 55

64 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KERAHASIAAN PEMILU 2014 Propinsi DKI Jakarta 73.9% pemilih DKI Jakarta menganggap bahwa tidak mungkin jika pilihan mereka terhadap seorang calon tertentu akan diketahui oleh pihak lain. Keyakinan ini didasarkan kepada alasan bahwa baik pihak pemilih maupun penyelenggara Pemilu akan berperan untuk menjaga kerahasiaan pilihan tersebut. Dari pihak pemilih, kerahasiaan terjaga dengan cara dimana mereka tidak akan memberitahukan hasil pilihan mereka kepada pihak lain. Dari pihak penyelenggara Pemilu, bilik suara pada TPS yang dirancang serba tertutup dan banyaknya pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu, dianggap akan menjaga kerahasiaan hasil pilihan mereka (Grafik 8.2). Hanya 7.4% pemilih DKI Jakarta yang menganggap bahwa pilihan mereka terhadap calon berkemungkinan untuk diketahui oleh pihak lain. Namun kondisi ini pun bisa terjadi hanya jika pemilih tersebut adalah pendukung atau tim sukses dari calon atau partai politik tertentu (Grafik 8.2). Grafik 8.2 Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Base : Semua responden ( n : 460) 53,7 % 20,2 % ,7 % 5,7 % 0,4 % Pilihan seorang pemilih sangat mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih tidak mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih sangat tidak mungkin diketahui orang lain Tidak tahu Menolak menjawab Jika pemilih adalah pendukung atau tim sukses dari partai tertentu (26.5%) Jika pemilih terlihat mengikuti kampanye atau kegiatan yang diadakan oleh calon atau partai politik tertentu (26.5%) Jika ada kontrak politik dengan calon/partai politik tertentu (5.9%) Jika ada pihak yang secara sengaja membocorkan hasil pilihan suara (11.8%) Karena pemilih tidak memberitahukan pilihan calonnya kepada orang lain (64.1%) Karena bilik suara sudah dirancang secara tertutup (32.4%) Adanya pengawasan pelaksaaan pemilihan suara di TPS, dari perwakilan Panwaslu, saksi partai politik (6.2%) Karena surat suara sudah dirancang agar tidak terjadi kebocoran hasil pilihan suara dari pemilih, misalnya disegel, tidak adanya identitas pemilih pada surat suara (0.6%) Menurut B/I/S, seberapa mungkin pihak lain akan bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S, sedangkan suatu Pemilu/Pemilukada seharusnya berlangsung secara rahasia? Menurut B/I/S, bagaimana pihak lain tersebut mungkin/tidak mungkin bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S? 56

65 C. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMANTAU INDEPENDEN Untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil, terdapat suatu pihak yang bersifat independen (bukan perwakilan calon, partai politik atau Panwaslu), yang bertugas untuk memantau pelaksanaan Pemilu/Pemilukada. Terkait dengan pihak tersebut, survei ini mencoba untuk mengetahui pengetahuan pemilih DKI Jakarta mengenai keberadaan pemantau independen tersebut (dan lebih jauh mengetahui pemahaman pemilih terhadap peran pemantau independen) dan tingkat keyakinan pemilih terhadap terciptanya Pemilu/Pemilukada yang adil dan jujur dengan adanya pihak pemantau independen tersebut. Grafik 8.3 menunjukkan bahwa 46.1% pemilih DKI Jakarta merasa yakin bahwa mereka pernah melihat pemantau independen. Mereka memahami lembaga pemantau independen sebagai lembaga yang bertugas untuk memastikan supaya proses penghitungan suara berlangsung secara jujur (84.4%). Selain itu, beberapa pemilih DKI Jakarta memahami bahwa pemantau independen juga punya peran untuk membuat laporan pelanggaran selama Pemilu (19.3%) dan memastikan tidak terjadinya kekerasan selama Pemilu (15.6%). Sebaliknya, 41.1% pemilih DKI Jakarta lainnya merasa yakin bahwa mereka tidak pernah melihat pemantau independen. Sedangkan sisa 12.4% pemilih tidak yakin apakah mereka pernah melihat lembaga pemantau independen (kelompok ini tidak punya pemahaman yang cukup baik mengenai lembaga Pemantau Independen sehingga tidak yakin apakah saksi atau pemantau yang mereka lihat di TPS adalah lembaga Pemantau Independen atau bukan). Kemudian, kepada responden ditanyakan lebih lanjut mengenai tingkat keyakinan mereka terhadap lembaga pemantau independen dalam mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. Grafik 8.3 menunjukkan bahwa tingkat keyakinan ini sangat dipengaruhi oleh pengenalan pemilih terhadap pemantau independen. Dari 46.1% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim pernah melihat keberadaan pemantau independen, total 72.6% dari mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. Sedangkan dari 41.1% pemilih yang mengklaim tidak pernah melihat keberadaan pemantau independen, hanya 29.1% dari mereka yang memiliki keyakinan tinggi bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. 57

66 Grafik 8.3 Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap pemantau independen PENGENALAN TINGKAT KEYAKINAN Base : Semua responden (n : 460) Ada kelompok Independen yang akan mengamati dan memantau setiap langkah pelaksanaan Pemilu/Pemilukada dan menginformasikan kepada masyarakat tentang segala bentuk kecurangan pada Pemilu/Pemilukada. Apakah keberadaan Pemantau Independen ini akan memberikan rasa yakin yang jauh lebih tinggi, lebih tinggi, sedikit lebih tinggi atau tidak merasa yakin sama sekali bahwa Pemilu akan berlangsung bebas, jujur dan adil Apakah B/I/S pernah melihat Pemantau Independen pada suatu Pemilu/Pemilukada, yaitu pihak yang tidak mewakili partai politik, calon atau Panwas yang bertugas untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil? 58

67 D. PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMANTAUAN PEMILU Tabel 8.1 adalah matriks yang mencoba untuk menggambarkan ketertarikan pemilih DKI Jakarta untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, pada kondisi dimana kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela dan pada kondisi mendapatkan pembayaran. Dari Tabel 8.1 diketahui bahwa terkait dengan ketertarikannya dalam memantau Pemilu/Pemilukada, terdapat empat kelompok pemilih, yaitu: - Kelompok pemilih yang tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 55.2%. Bahkan terdapat 5.2% pemilih yang memiliki tingkat ketertarikan secara kuat dalam dua kondisi tersebut Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight kuning - Kelompok pemilih yang tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 19.9%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight hijau - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran akan mendorong atau meningkatkan ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 14.3% Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight merah muda - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran justru mengurangi ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 4.3% Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight biru 59

68 TANPA KOMPENSASI Propinsi DKI Jakarta Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih DKI Jakarta untuk berpartisipasi dalam pemantauan pemilu Base : Semua responden (n : 460) DENGAN KOMPENSASI SANGAT TERTARIK TERTARIK TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK SANGAT TERTARIK 5.2% 1.3% 0.0% 0.2% TERTARIK 7.2% 41.5% 4.1% 0.0% TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK 0.4% 13.0% 19.0% 0.0% 0.7% 0.2% 0.2% 0.7% Seberapa besar tingkat ketertarikan B/I/S untuk ikut memantau dalam Pemilu/Pemilukada jika. (a) dilakukan secara sukarela, tanpa mendapatkan kompensasi/pembayaran, (b) dengan mendapatkan kompensasi/pembayaran? Tahap pelaksanaan Pemilu yang menurut sebagian besar pemilih penting bagi masyarakat untuk ikut di dalamnya adalah pemantauan terhadap tahap penghitungan suara (93.5%). Grafik 8.4 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan Base : Semua responden (n : 460) berperan untuk mengamati tahap - tahap penghitungan suara 93.5% berperan untuk mencegah pemberian uang/barang oleh calon/partai politik/tim 79.3% berperan untuk memastikan keakuratan Daftar Pemilih 90.0% Seberapa besar tingkat ketertarikan B/I/S untuk ikut memantau dalam Pemilu/Pemilukada jika. (a) dilakukan secara sukarela, tanpa mendapatkan kompensasi/pembayaran, (b) dengan mendapatkan kompensasi/pembayaran? 60

69 BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KETENTUAN HUKUM DARI PRAKTIK POLITIK UANG Mengaitkan praktik politik uang dengan peraturan atau hukum yang berlaku, kepada responden ditanyakan pemahaman mereka mengenai ketentuan hukumnya, baik bagi pihak calon/partai politik yang memberikan uang/barang/jasa maupun bagi masyarakat yang menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik tersebut. Terhadap hal diatas, setiap pemilih memiliki pemahaman yang berbeda beda. Jika kita kombinasikan pemahaman pemilih mengenai ketentuan hukum bagi pihak calon/partai politik yang memberikan dan ketentuan hukum bagi pihak masyarakat yang menerima pemberian tersebut, kita akan mendapatkan 4 kelompok pemilih, yaitu : 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum; 2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum; 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum; 4. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum. Dengan berdasarkan pada pengelompokan diatas, Grafik 9.1 menunjukkan persentase pemilih di 6 Propinsi untuk masing masing kelompok diatas adalah: 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum (sebanyak 48.7%); 2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum (sebanyak 19.8%); 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum (sebanyak 12.2%); 4. Tidak ada kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum (sebanyak 0.4%). Selain 4 kelompok pemilih diatas, juga terdapat 18.9% pemilih yang tidak paham apakah praktik memberi dan menerima uang/barang tersebut adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak. 61

70 Grafik 9.1 Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik uang Base : Semua responden (n : 460) PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI MELANGGAR HUKUM: 60.9% 12.2% 48.7% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA TIDAK MELANGGAR HUKUM: 32.0% MELANGGAR HUKUM: 49.1% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA 19.8% 0.4% TIDAK MELANGGAR HUKUM: 20.2% PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan dan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, aau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENERIMAAN PRAKTIK POLITIK UANG Selain menanyakan pemilih mengenai persepsi mereka terhadap praktik politik uang jika dikaitkan dengan peraturan atau ketentuan hukum, kepada responden juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai pantas atau tidak pantas nya bagi seorang pemilih untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik. Grafik 9.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih memiliki persepsi bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik adalah sesuatu yang pantas dilakukan (38.8%). Sebaliknya terdapat 19.8% pemilih yang menganggap bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik adalah sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Namun ada juga pemilih dimana opininya bergantung kepada kondisi mengenai ada atau tidak adanya intimidasi/paksaan dari calon untuk memilihnya. Kelompok pemilih ini memiliki opini bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon adalah sesuatu yang pantas jika tidak diikuti dengan intimidasi/paksaan memilih dari calon (19.8%). Sisa 21.6%nya adalah pemilih yang tidak bisa memberikan opininya mengenai hal tersebut. 62

71 Grafik 9.2 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap penerimaan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) 19.8% 19.8% 38.8% 21.6% Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas, jika tidak ada intimidasi untuk memilih calon Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang pantas Tidak tahu Saya akan membacakan beberapa pernyataan di bawah ini. Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan tersebut, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut Pernyataan 1 : Tidak apa-apa untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu selama tidak ada paksaan untuk memilih calon/partai politik Pernyataan 2 : Tidak pantas untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu C. PENGALAMAN PEMILIH TERKAIT POLITIK UANG Tanpa mempertimbangkan bentuk atau nilai pemberiannya, praktik politik uang oleh calon/partai politik sepertinya sudah meluas di masyarakat. Melalui Grafik 9.3, survei ini menunjukkan bahwa terdapat 43.5% pemilih di DKI Jakarta yang punya pengalaman ditawari uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu. Secara khusus, uang/barang disini mengacu kepada uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung atau kupon belanja. 63

72 Grafik 9.3 Pengalaman pemilih DKI Jakarta terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) Tidak tahu/ tidak menjawab; 1,7% Tidak pernah ditawari uang/barang, 54.8% Pernah ditawari uang/barang, 43.5% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung, kupon belanja Melakukan analisa lebih jauh terhadap jumlah dan bentuk penawaran yang diterima, Grafik 9.4 menunjukkan bahwa : - Tanpa mempertimbangkan bentuk penawarannya, terdapat pemilih yang punya pengalaman mendapatkan hanya 1 kali penawaran, yaitu sebanyak 14.4%. Dilihat lebih jauh bentuk barang yang ditawarkan, total 14.4% pemilih ini terdiri dari 12.2% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung, 1.1% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk uang atau kupon belanja dan 1.1% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk sembako/makanan/minuman. - Cukup banyak pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai 2 kali, yaitu sebanyak 11.7%. Bentuk barang yang ditawarkan secara spesifik dapat dilihat pada Grafik Bahkan, ada pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai dengan 3 kali, yaitu sebanyak 16.5%. - Bentuk penawaran yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung (total 39.8% pemilih pernah memiliki pengalaman ditawari kaos/baju/sarung/kerudung). Bentuk penawaran selanjutnya yang dilakukan adalah dalam bentuk sembako/makanan/minuman (total 25.4%) dan dalam bentuj uang (total 22.1%). 64

73 Grafik 9.4 Pengalaman pemilih DKI Jakarta terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) UANG 1.1% 0.65% 3.9% 1.1% 16.5% 7.2% 12.2% SEMBAKO/ MAKANAN/ MINUMAN KAOS/BAJU/ SARUNG/ KERUDUNG Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Selanjutnya, kepada responden DKI Jakarta ditanyakan lebih lanjut mengenai respon yang (akan) mereka berikan terhadap penawaran uang/barang tersebut, yaitu apakah mereka (akan) menerima atau menolak penawaran tersebut. Kepada responden yang memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui aktual respon yang mereka berikan. Sedangkan kepada responden yang belum pernah memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui respon yang sekiranya akan diberikan oleh kelompok pemilih tersebut jika berada dalam kondisi tersebut. Grafik 9.5 menunjukkan bahwa terkait dengan respon pemilih terhadap penawaran uang/barang tersebut, terdapat 3 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih yang (akan) menerima setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (38.5%). - Kelompok pemilih yang (akan) menolak setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (39.8%). - Kelompok pemilih yang keputusannya untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, sangat bergantung kepada bentuk pemberiannya (16.5%). Selain 3 kelompok pemilih diatas, terdapat 5.2% pemilih yang yang menolak untuk menginformasikan pengalamannya atau respon yang akan mereka tunjukkan jika mereka mendapatkan penawaran uang/barang dari calon/partai politik. 65

74 Grafik 9.5. Respon pemilih terhadap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) Akan menerima atau menolak, tergantung pada bentuk pemberiannya; 16,5 % Menolak menjawab; 5,2 % (Akan) menerima pemberian, apapun bentuknya; 38,5 % (Akan) menolak pemberian, apapun bentuknya; 39,8 % Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? Melihat respon pemilih terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik, dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa terdapat jumlah yang cenderung sama antara pemilih yang akan menerima apapun bentuk penawarannya dan pemilih yang akan menolak apapun bentuk penawarannya. Namun perlu hati hati melakukan analisa terhadap hal diatas. Grafik 9.6 lebih jauh memperlihatkan adanya perbedaan respon yang ditunjukkan oleh pemilih yang punya pengalaman ditawari, dengan pemilih yang belum punya pengalaman ditawari. Sebagian besar pemilih yang punya pengalaman ditawari mengklaim bahwa mereka menerima penawaran tersebut. Sebaliknya, sebagian besar pemilih yang belum punya pengalaman ditawari cenderung akan menolak pemberian uang/barang tersebut. Dengan pertimbangan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap profil demografi antara kelompok pemilih yang sudah berpengalaman ditawari uang/barang dengan pemilih yang belum pernah, kami berasumsi bahwa respon tersebut merupakan respon yang bersifat normatif. Artinya, ada kemungkinan bahwa mereka akan memberikan respon yang berbeda jika pada kenyataannya nanti mereka mengalami penawaran uang/barang dari calon/partai politik. Grafik 9.5 (di halaman sebelumnya) juga menunjukkan bahwa, bahwa ternyata terdapat 16.5% pemilih yang akan memberikan respon secara berbeda, bergantung kepada bentuk yang ditawarkan. 66

75 Grafik 9.6 (di halaman berikutnya) memberikan gambaran secara khusus mengenai bentuk uang atau barang yang cenderung akan diterima atau ditolak oleh pemilih. Pemberian dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung atau sembako cenderung akan mau diterima oleh pemilih dibandingkan dalam bentuk uang atau kupon belanja. Grafik 9.6 Pengalaman dan respon pemilih DKI Jakarta terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (22.2%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (25.4%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (40.2%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (5.7%) * Menerima (65.7%) Menolak (34.3%) Menerima (72.6%) Menolak (27.4%) Menerima (80.5%) Menolak (18.9%) Menerima (53.8%) Menolak (46.2%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (75.7%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (72.6%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (57.8%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (92.0%) Akan menerima (41.1%) Akan menolak (53.4%) Akan menerima (38.3%) Akan menolak (55.7%) Akan menerima (31.6%) Akan menolak (62.8%) Akan menerima (43.7%) Akan menolak (52.0%) Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? Melihat respon pemilih DKI Jakarta terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik, dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa apapun bentuk pemberiannya, sebagian besar pemilih yang ditawari uang/barang oleh calon/partai politik akan menerima pemberian tersebut. Grafik 9.7 menunjukkan bahwa keputusan kelompok pemilih ini untuk menerima tawaran uang/barang tersebut didasarkan pada adanya persepsi bahwa pemberian tersebut adalah rejeki yang seharusnya tidak 67

76 ditolak (74.3%). Selain itu, ada persepsi bahwa pemberian tersebut tidak akan memasung kebebasan memilih yang mereka miliki. Mereka tidak mendapatkan paksaan atau intimidasi dari pihan calon/partai politik pemberi supaya memlih calon tersebut. Mereka tetap bisa memilih calon sesuai dengan hati nurani mereka. Sebaliknya, ternyata tidak semua pemilih memutuskan untuk menerima pemberian tersebut. Ada cukup banyak pemilih yang memutuskan untuk menolaknya. Setiap pemilih memiliki alasan yang berbeda-beda, yang mendasari keputusan mereka untuk menolak pemberian tersebut. Namun dengan melihat lebih jauh terhadap alasan mereka pada Grafik 9.7, kita dapat mengelompokkan kembali pemilih yang menolak tersebut menjadi 2 kelompok, yaitu : - Kelompok pemilih yang menganggap bahwa praktik politik uang adalah kegiatan yang tidak positif (curang, tidak jujur) dan bisa menciptakan dampak yang juga tidak positif (yaitu korupsi). - Kelompok pemilih yang tidak mengkaitkan praktik politik uang dengan ketidak jujuran dan korupsi. Namun pengambilan keputusan untuk menolak pemberian lebih karena pemberian tersebut tidak menguntungkan bagi mereka. Misalnya karena mereka tidak mau mencari masalah, tidak ingin berhutang budi terhadap calon, malas karena harus antri dan berdesak-desakan. Sebagian kecil pada kelompok ini juga mendasarkan pertimbangannya berdasarkan pihak yang memberikan (2.8% pemilih mengklaim menolak pemberian karena bukan berasal dari calon yang diunggulkannya) atau berdasarkan bentuk pemberiannya. Dengan melihat alasan yang mendasarinya, dapat kita asumsikan bahwa sebenarnya kelompok ini juga punya potensi untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik, jika kondisinya menguntungkan bagi mereka (misalnya tidak menimbulkan masalah buat mereka, atau mereka tidak harus berdesak-desakan atau diberikan oleh calon yang memang diunggulkan atau pemberiannya dalam bentuk uang). 68

77 Grafik 9.7 Alasan yang mendorong pemilih DKI Jakarta untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses ALASAN MENERIMA Base : Responden yang (akan) menerima penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : 253) Rejeki yang sebaiknya tidak ditolak (74.3%) Tidak masalah untuk menerima selama tidak ada paksaan/intimidasi untuk memilih calon/parpol yang memberikan (27.7%) Memang membutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga (13.8%) Bentuk membalas kebaikan orang lain (5.5%) ALASAN MENOLAK Base : Responden yang (akan) menolak penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : 254) Politik uang adalah sesuatu yang curang (29.5%) Politik uang adalah cikal bakal terjadinya korupsi (25.6%) Tidak ingin mencari masalah (21.3%) Tidak mau berhutang budi kepada calon (13.4%) Malas antri dan berdesak/desakan (12.2%) Karena bentuknya barang, bukan uang (3.9%) Tidak berasal dari calon yang diunggulkan (2.8%) Mengapa B/I/S atau keluarga menerima/menolak.. (sebutkan jenis pemberian yang diterima/ditolak) tersebut? Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap sesuatu tersebut. Sama halnya dengan keputusan pemilih untuk dalam menerima dan menolak pemberian uang/barang, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang. Tabel 9.1 menunjukkan bahwa pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah melanggar hukum, akan cenderung untuk menolak penawaran uangbarang tersebut, dibandingkan pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah sesuatu yang legal atau pemilih yang sama sekali tidak paham mengenai ketentuan hukum dari menerima uang/barang. 69

78 Tabel 9.1 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik Akan menerima pemberian, apapun bentuknya Akan menolak pemberian, apapun bentuknya Akan menerima atau menolak, tergantung dari bentuk pemberiannnya Menolak menjawab Pemahaman terhadap ketentuan hukum menerima politik uang Menerima uang/barang melanggar hukum (n: 229) Menerima uang/barang TIDAK melanggar hukum (n:158) 34.5% 48.0% 14.4% 3.1% 50.6% 29.1% 20.3% 0.0% Tidak tahu (n=73) 26.0% 32.9% 19.2% 21.9% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? 70

79 Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses Base : Responden yang punya pengalaman ditawari uang/barang ( n : 198 responden) Saat kampanye 39,9 % Di rumah 39,9 % Acara perkumpulan remaja/lingkungan 18,7 % Acara keagamaan 18,2 % Balai/aula desa 8,1 % Saat akan berangkat ke TPS (serangan fajar) 7,6 % Terlepas apakah B/I/S atau keluarga menerimanya atau tidak, dimanakah atau pada saat ada acara apakah B/I/S atau keluarga ditawari/diberi uang/barang/jasa oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu? CATATAN : dengan pertimbangan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pengalaman pemilih terhadap praktik politik uang ini tidak mencakup responden (secara pribadi) dan rumah tangganya, maka analisa pada sub bab ini tidak dilakukan lebih jauh berdasarkan jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan kondisi fisik responden. D. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP CALON ATAU PARTAI POLITIK YANG MELAKUKAN PRAKTIK POLITIK UANG Mengetahui persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang adalah hal yang penting, sebagai informasi awal mengenai pengaruh politik uang terhadap keputusan memilih dan menentukan calon pilihan dari pemilih. Grafik 9.9 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi negatif terhadap calon atau partai politik yang memberikan uang/barang, yaitu menganggap bahwa calon tersebut akan cenderung korupsi (67.8%). Pada sub bab selanjutnya, kita akan melihat pengaruh adanya persepsi tersebut terhadap keputusan pemilih dalam mengikuti pemilihan atau memilih calon. 71

80 Grafik 9.9 Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) Calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi 9.8% 58.0% 24.8% 3.5% 3.9% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye, memberikannya secara ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu dari pemilih 8.3% 57.8% 30.4% 2.4% 1.1% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung adalah pemimpin yang berjiwa sosial dan memperhatikan/membantu masyarakatnya 4.8% 45.9% 44.6% 2.8% 2.0% Sangat setuju setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju Tidak tahu E. PENGARUH POLITIK UANG TERHADAP KEPUTUSAN MENGIKUTI PEMILIIHAN DAN KEPUTUSAN MEMILIH Pada dasarnya, pemberian uang/barang oleh calon/partai politik bertujuan untuk mempengaruhi pilihan dari pemilih. Salah satu hal yang coba ingin diketahui melalui survei ini adalah untuk mengetahui pengaruh praktik politik uang terhadap keputusan pemilih DKI Jakarta dalam mengikuti pemilihan atau memilih calon. Grafik 9.10 mencoba untuk menggambarkan hal diatas, dengan mengkombinasikan respon yang akan ditunjukkan oleh pemilih jika mereka mendapatkan penawaran uang/barang dari calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya dan dari calon yang sebelumnya bukan menjadi pilihannya. Respon yang dicatat disini adalah keputusan apakah pemilih akan memutuskan untuk memilih calon yang memberikan uang/barang tersebut atau sebaliknya. Dari Grafik 9.10 tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ada empat kelompok pemilih : - Kelompok pemilih yang akan memilih calon sesuai hati nurani, bukan karena tawaran uang/barang (46.9%), adalah kelompok pemilih yang tidak akan memilih calon yang memang bukan menjadi pilihannya, walaupun calon tersebut menawarinya uang/barang. Sebaliknya, calon yang akan dipilihnya adalah calon yang menjadi menjadi pilihannya sejak awal. Kalaupun calon pilihannya tersebut menawarinya uang/barang, hal tersebut tidak lantas akan menciptakan citra negatif terhadap calon pilihannya. - Kelompok pemilih yang tidak akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (25.6%), adalah kelompok pemilih yang bereaksi negatif terhadap praktik politik uang, yaitu dengan tidak memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang, termasuk jika 72

81 calon yang menawarinya uang/barang tersebut adalah calon pilihannya di awal. Kelompok ini tetap akan mengikuti pemilihan, namun akan cenderung merubah pilihan calonnya, jika calon yang menjadi pilihannya juga melakukan praktik politik uang. - Kelompok pemilih yang akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (14.5%), tidak perduli apakah calon yang menawari uang/barang adalah calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya atau bukan. - Kelompok pemilih yang akan bereaksi negatif terhadap politik uang (2.4%), adalah kelompok pemilih yang pada akhirnya lebih memilih untuk tidak mengikuti pemilihan sama sekali karena citra nya terhadap calon pilihannya pun menjadi negatif pada saat calon pilihannya tersebut juga mencoba untuk melakukan praktik politik uang. Reaksi negatif dari kelompok ini dapat dikatakan ekstrim karena kelompok ini tidak hanya membatalkan pilihannya pada seorang calon pilihannya, bahkan juga sampai membatalkan keinginannya untuk mengikuti pemilihan. Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden (n : 460) Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan 2.4% Mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawari uang/barang 25.6% Mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani 46.9% Mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang 14.5% Menolak menjawab 10.6% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 73

82 Tabel 9.2 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang jender Laki - laki (n : 184) 0.5% 26.6% 43.5% 11.4% Perempuan (n : 276) 1.1% 23.6% 43.8% 15.6% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 1.0% 27.3% 40.4% 16.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 0.9% 24.2% 44.0% 13.2% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 0.0% 19.4% 55.6% 11.1% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 1.1% 25.0% 51.0% 10.6% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 2.0% 21.4% 35.7% 17.3% Tamat SMA (n : 231) 0.4% 25.1% 44.6% 12.9% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 0.0% 29.7% 40.5% 18.9% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 0.0% 27.0% 43.2% 10.8% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 2.1% 22.9% 41.7% 14.6% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 0.0% 25.5% 51.0% 10.2% Rp Rp (SES B) (n : 209) 0.9% 23.9% 44.5% 15.3% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 74

83 PROFIL DEMOGRAFI Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 2.4% 25.6% 46.9% 14.5% Rural / Desa (n : 0) Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 35 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 75

84 Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap sesuatu tersebut. Sama halnya dengan keputusan pemilih dalam memutuskan untuk mengikuti pemilihan dan memilih calon, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang dan calon yang melakukannya. Selain itu, tabel 9.3 menunjukkan bahwa pemilih yang punya persepsi bahwa calon yang memberikan uang/barang akan cenderung korupsi, akan cenderung tidak memilih calon yang membagi-bagikan uang/barang, dibandingkan pemilih yang menganggap bahwa calon yang memberikan uang/barang tidak akan cenderung korupsi. Tabel 9.3 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden (n : 460) Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Menolak menjawab Persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang Setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 313) Tidak setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 131) 2.6% 28.8% 48.9% 9.9% 4.8% 1.5% 17.6% 44.3% 25.2% 6.1% Tidak tahu apakah calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi atau tidak (n=18) 36 Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan : calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 36 Jumlah sampel yang menjawab tidak tahu atau tidak bisa memberikan opininya terhadap calon yang melakukan praktik politik uang (dikaitkan dengan korupsi) kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinan dilakukan analisa terhadapnya 76

85 Secara khusus, survei ini juga mencoba untuk mengetahui pengaruh BANYAKNYA calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Pada Grafik 9.10 kita sudah dapat melakukan identifikasi awal mengenai hal tersebut, dimana ada 2.4% kelompok pemilih DKI Jakarta yang akan bereaksi negatif terhadap politik uang, yaitu kelompok pemilih yang sama sekali akan meninggalkan pemilihan jika mereka mendapatkan tawaran uang/barang dari SEORANG calon atau SUATU partai politik tertentu (baik dari calon yang awalnya memang ingin dipilihnya, maupun dari calon yang sebelumnya memang bukan pilihannya). Untuk kemudian, kepada responden kita menanyakan tanggapan mereka jika pihak calon/partai politik yang menawarinya uang/barang terdapat BEBERAPA.. Hasil survei pada Grafik 9.11 menunjukkan adanya 91.6% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim bahwa banyaknya calon/partai politik yang menawarinya uang/barang tidak akan sampai menyebabkan mereka menjadi antipati terhadap pemilihan. Hanya ada 6% pemilih yang memutuskan untuk sebaiknya tidak mengikuti pemilihan pada kondisi seperti tersebut. Selain terdiri dari pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tidak mengikuti pemilihan dengan adanya kondisi terdapat SEORANG calon/partai politik yang menawarinya uang/barang, kelompok ini juga terdiri dari beberapa pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tetap mengikuti pemilihan dengan tidak memilih calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang Dengan pertimbangan bahwa jumlah sampel pemilih yang menyatakan tidak akan mengikuti pemilih lebih sedikit dari 30 responden, maka analisa identifikasi dilakukan dengan mencantumkan angka absolut, bukan persentase 77

86 Grafik 9.11 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan KONDISI JIKA TERDAPAT BEBERAPA CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Semua responden (n : 460) KONDISI JIKA TERDAPAT SATU CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Responden yang tidak akan mengikuti pemilihan jika terdapat beberapa calon/partai politik yang menawari uang/barang (n : 29) Akan tetap mengikuti pemilihan; 92,4 % Tidak akan mengikuti pemilihan; 6,3 % Tidak tahu; 1,3 % Tetap akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon/partai politik yang TIDAK menawarkan uang/barang (16 orang) Tidak akan mengikuti pemilihan sama sekali jika ada SEORANG calon/partai politik yang menawarkan uang/barang (3 orang) Tetap akan mengikuti pemilihan dengan memilih calon/partai politik yang memang menjadi pilihannya, walaupun calon/partai politik tersebut menawarkan uang/barang (7 orang) Misalnya B/I/S berada dalam kondisi berikut : Pada awalnya B/I/S berkeinginan untuk mengikuti Pemilu/Pemilukada. Kemudian B/I/S atau keluarga ditawari uang/barang dari BEBERAPA calon/partai politik/tim sukses sekaligus. Apakah yang akan B/I./S lakukan? Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih F. PARTISIPASI PEMILIH UNTUK MELAPORKAN PRAKTIK POLITIK UANG Sebagian besar pemilih DKI Jakarta (58.7%) mengklaim bahwa mereka tidak akan berpartisipasi melaporkan, jika mengalami atau mengetahui adanya praktik politik uang di lingkungan mereka. Umumnya keengganan untuk melaporkan adanya politik uang tersebut disebabkan karena adanya kekhawatiran akan mendapatkan masalah (tidak sebanding dengan nilai uang/barang yang diterima). Ada juga beberapa pemilih DKI Jakarta yang secara tegas menyatakan bahwa pemberantasan politik uang tersebut adalah bukan tanggung jawab mereka (15.5%). Hanya ada total 7.0% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim bahwa mereka akan melaporkan jika mengetahui adanya praktik politik uang, itu pun 1.3% diantaranya baru akan melaporkan jika nilai pemberiannya dirasa besar. 78

87 Selain alasan yang dikemukakan diatas, sepertinya tingkat pemahaman dan persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap politik uang juga berpengaruh terhadap kepedulian pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uang. Tabel 9.4 menunjukkan bahwa pemilih DKI Jakarta yang punya pemahaman bahwa politik uang adalah sesuatu yang melanggar hukum cenderung punya kepedulian untuk melaporkan adanya praktik politik uang tersebut, dibandingkan dengan kelompok pemilih yang menganggap bahwa member uang/barang kepada pemilih adalah sesuatu yang legal. Grafik 9.12 Partisipasi pemilih untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) Base : Responden yang tidak akan melaporkan adanya praktik politik uang (n : 270) Tidak tahu; 33 % Akan melaporkan, jika nilainya besar; 1,3% Akan melaporkan, berapapun nilainya; 7% Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya; 58,7 % Bukan tanggung jawab pemilih (15.5%) Tidak mau mencari masalah (34.8%) Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit (20.0%) Tidak paham tempat untuk melaporkan (18.9%) Tidak ada waktu (12.2%) Tidak yakin akan ditanggapi oleh pihak lain (3.0%) Tidak ada paksaan/intimidasi dari calon/partai politik (3.3%) Kasihan/tidak enak hati terhadap calon yang memberikan, khususnya jika mengenal calon tersebut (1.9%) Mengapa B/I/S tidak (akan) melaporkan penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tersebut? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 79

88 Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460 responden) Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pemahaman terhadap ketentuan hukum politik uang Memberikan uang/barang melanggar hukum (n : 287) Memberikan uang/barang TIDAK melanggar hukum (n : 94) Tidak tahu ( n : 79) 55.4% 9.4% 1.7% 33.4% 80.9% 3.2% 0.0% 16.0% 45.6% 2.5% 1.3% 55.7% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? Selain melihat pengaruh pemahaman pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang, terhadap keinginan untuk melaporkan adanya praktik politik uang, selanjutnya kita juga mencoba untuk mengetahui pengaruh pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap hal tersebut. Tabel 9.5 menunjukkan bahwa pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu sepertinya tidak berpengaruh terhadap keinginan pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uan. Tabel 9.5 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu Pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 387) Tidak pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 73) 62.3% 7.0% 1.0% 29.7% 39.7% 6.8% 2.7% 50.7% Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 80

89 BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI Terdapat 4 bentuk materi komunikasi dengan ragam bentuk dan pesan yang berbeda, yang diujikan kepada responden DKI Jakarta untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi mereka terhadap beberapa materi komunikasi tersebut. PESAN BENTUK TUJUAN DILAKUKAN TES Penyampaian informasi tentang calon Poster Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi calon dengan bentuk/cara tersebut Himbauan untuk mencegah politik uang Stiker Mengetahui tingkat kepercayaan pemilih terhadap materi komunikasi tersebut untuk bisa mengurangi praktik penerimaan politik uang oleh masyarakat Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap bentuk dari materi komunikasi (stiker) Peraturan pelaksanaan kampanye Brosur/leaflet Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi kampanye dengan bentuk/cara tersebut (seberapa besar kemungkinan pemilih akan membaca materi komunikasi tersebut) Informasi tanggal pelaksanaan Pemilu tahun 2014 Poster Mengetahui awareness pemilih terhadap materi komunikasi tersebut Gambar 10.1 menunjukkan bahwa lebih dari 50% pemilih DKI Jakarta menunjukkan persepsi positif terhadap materi komunikasi, khususnya materi komunikasi tentang penyampaian informasi calon, politik uang dan kampanye. 81

90 Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap materi komunikasi Base : Semua Responden (n : 460) "PENYAMPAIAN INFORMASI CALON" Total terdapat 91.5% pemilih menyatakan suka terhadap materi komunikasi tersebut (6.7% diantaranya menyatakan tingkat kesukaannya secara kuat) "POLITIK UANG" * 61.7% pemilih percaya bahwa materi komunikasi tersebut akan cukup efektif dalam rangka mencegah masyarakat untuk menerima politik uang dari calon/partai politik (hanya 2.4% diantaranya menyatakan tingkat kepercayaannya secara kuat) * 85.9% pemilih menyatakan suka terhadap penggunaan stiker sebagai media dari materi komunikasi tersebut (5.0% diantaranya menyatakan tingkat kesukaan yang kuat) "TANGGAL PELAKSANAAN PEMILU 2014" Total hanya ada 24.1% pemilih yang mengklaim pernah melihat poster tersebut "KAMPANYE" * Secara total, terdapat 87.2% pemilih mengaku bahwa informasi mengenai kampanye adalah penting untuk diketahui (dengan 9.8% diantaranya menyatakan tingkat kepentingan yang kuat) * Total 85.9% pemilih menyatakan kemungkinan untuk membaca materi komunikasi tersebut jika mendapatkannya (dengan 8.7% diantaranya yang menyatakan keinginannya secara kuat). 82

91 Tabel 10.1 di bawah memberikan informasi lebih jauh mengenai persepsi pemilih Kalimantan Timur terhadap materi komunikasi, khususnya mengenai isu politik uang dan kampanye : Tabel 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih DKI Jakarta terhadap materi komunikasi politik uang dan kampanye Base : Semua responden (n : 460) PESAN BENTUK PERSEPSI PEMILIH Terdapat 65.9% pemilih DKI Jakarta yang percaya bahwa materi komunikasi tersebut akan cukup efektif untuk mengurangi praktik penerimaan uang/barang dari calon/partai politik Sebaliknya, sebesar 34.1% pemilih DKI Jakarta menganggap bahwa materi komunikasi tersebut tidak akan cukup efektif untuk mengurangi praktik penerimaan uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses oleh masyarakat: Himbauan untuk mencegah politik uang Stiker Pemilih laki-laki cenderung tidak percaya dengan efektifitas materi komunikasi akan mampu mengurangi penerimaan politik uang dari calon/parpol oleh masyarakat, dibandingkan dengan pemilih perempuan. Pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma/Universitas cenderung tidak percaya efektifitas materi komunikasi akan mampu mengurangi penerimaan politik uang dari calon/parpol oleh masyarakat, dibandingkan pemilih dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pemilih dengan tingkat penghasilan rendah juga cenderung tidak percaya dengan efektifitas materi komunikasi tersebut dibandingkan dengan pemilih dengan tingkat penghasilan yang lebih tinggi. Peraturan pelaksanaan kampanye Brosur/leaflet Terdapat 86.7% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim bahwa mereka berkemungkinan untuk membaca materi komunikasi mengenai kampanye dengan bentuk leaflet tersebut. Terdapat 13.3% pemilih DKI Jakarta yang mengklaim tidak akan mungkin untuk membaca materi komunikasi kampanye dengan bentuk leaflet seperti tersebut. Keengganan untuk membaca materi komunikasi tidak selalu disebabkan oleh bentuk dari materi komunikasi tersebut. Namun, ada kalanya kelompok pemilih ini memang menganggap bahwa penyampaian informasi mengenai kampanye adalah sesuatu yang tidak penting (dalam bentuk/media apapun). Namun sebaliknya, terdapat beberapa responden yang pada dasarnya tidak menganggap penting informasi tentang kampanye, namun malah tertarik dengan materi komunikasi kampanye dengan bentuk seperti tersebut. 83

92 PESAN BENTUK PERSEPSI PEMILIH Dari total 460 responden DKI Jakarta : 78.3% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting dan kemungkinan akan membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 8.5% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting, namun tidak punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 6.1% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, namun punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 3.9% pemilih menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, dan juga tidakpunya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 84

93 BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA A. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA (TELEVISI, RADIO, SURAT KABAR, MAJALAH, INTERNET) Televisi masih menjadi media utama bagi sebagian besar pemilih di DKI Jakarta. Sebanyak 98.7% pemilih mengklaim bahwa mereka menonton televisi secara rutin setiap minggunya, bahkan 89.8% diantaranya menonton secara rutin dalam setiap harinya. Rutinitas menonton televisi dalam setiap harinya tersebut ditemui pada semua kelompok pemilih (tidak membedakan antara jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi) (Grafik 11.1). Dua stasiun televisi yang paling banyak ditonton adalah RCTI dan SCTV (Grafik 11.2). Jam jam dimana paling banyak pemilih menghabiskan waktunya untuk menonton televisi adalah jam (Grafik 11.3). Selain televisi, surat kabar dan internet menjadi media selanjutnya yang rutin dikonsumsi oleh cukup banyak pemilih DKI Jakarta dalam setiap minggunya, yaitu 21.1% untuk internet dan 25.4% untuk surat kabar. Namun yang menarik adalah persentase pemilih yang mengakses internet secara rutin dalam setiap harinya lebih tinggi dibandingkan dengan surat kabar. Grafik 11.1 menunjukkan bahwa terdapat 13% pemilih DKI Jakarta yang mengakses internet dalam setiap harinya. Sedangkan hanya ada 9.1% pemilih yang membaca surat kabar secara rutin setiap harinya. Surat kabar yang paling banyak dibaca oleh pemilih di DKI Jakarta adalah Kompas. Sedangkan situs Internet yang di klaim paling banyak dikunjungi oleh pemilih di DKI Jakarta adalah Facebook yang notabene adalah media sosial (Grafik 11.2). Tabel 11.1 menunjukkan frekuensi pemilih DKI Jakarta dalam mengkonsumsi media surat kabar, internet dan radio, dari setiap kelompok pemilih yang berbeda-beda : - Pemilih pria terakses dengan lebih sering dan lebih beragam media, dibandingkan pemilih perempuan. Pada setiap jenis media (radio, surat kabar atau internet), persentase pemilih pria yang mengakses jenis media tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan pemilih perempuan. - Pada kelompok pemilih muda (21 30 tahun), selain dua media diatas, mereka juga menggunakan media surat kabar sebagai salah satu sumber informasi mereka. Sedangkan pada kelompok usia yang semakin tinggi, preferensi mereka terhadap media radio dan internet semakin berkurang dan lebih memilih media surat kabar. - Kelompok pemilih DKI Jakarta marginal miskin atau pemilih dengan tingkat pendidikan rendah merupakan kelompok yang memiliki akses paling rendah terhadap ketiga jenis media tersebut. Sebagian besar dari mereka hanya menggunakan media televisi sebagai sumber informasi. 85

94 Televisi Radio Surat Kabar Majalah/Tabloid Internet Propinsi DKI Jakarta Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media Base : Semua Responden (n : 460) 0.9% 8.9% 49.3% 64.8% 69.8% 71.3% 89.8% 15.2% 14.3% 8.3% 10.0% 16.3% 15.4% 4.1% 3.5% 8.0% 6.7% 5.9% 9.1% 9.8% 3.9% 1.1% 13.0% Setiap Hari 1-6 kali/minggu 1-3 kali/bulan Tidak tentu dalam setiap bulannya Tidak pernah Seberapa sering B/I/S (Menonton televisi, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? 86

95 Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Propinsi DKI Jakarta Tabel 11.1 Frekuensi pemilih dalam mengkonsumsi media internet, surat kabar dan radio Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) RADIO SURAT KABAR INTERNET PROFIL DEMOGRAFI Jender Pria (n : 184) 7.6% 9.2% 83.2% 13.6% 20.7% 65.8% 17.4% 9.2% 73.4% Wanita (n : 276) 4.7% 5.1% 90.2% 6.2% 13.4% 80.4% 10.1% 7.2% 82.6% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 7.1% 8.1% 84.8% 10.1% 21.2% 68.7% 29.3% 18.2% 52.5% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 4.6% 6.6% 88.7% 8.3% 16.9% 74.8% 7.9% 3.0% 89.1% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 11.1% 5.6% 83.3% 13.9% 2.8% 83.3% 0.0% 0.0% 100.0% Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 4.3% 3.2% 92.5% 4.3% 5.4% 90.3% 1.1% 0.0% 98.9% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 98) 1.0% 12.2% 86.7% 2.0% 16.3% 81.6% 3.1% 5.1% 91.8% Tamat SMA (n : 231) 7.8% 3.9% 88.3% 11.3% 19.9% 68.8% 19.9% 11.3% 68.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 10.5% 18.4% 71.1% 26.3% 21.1% 52.6% 26.3% 15.8% 57.9% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 5.4% 0.0% 94.6% 2.7% 0.0% 97.3% 0.0% 5.4% 94.6% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 4.7% 9.3% 86.0% 2.3% 16.3% 81.4% 2.3% 4.7% 93.0% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 3.5% 3.5% 92.9% 11.8% 11.8% 76.5% 9.4% 9.4% 81.2% Rp Rp (SES B) (n : 209) 8.1% 9.7% 82.2% 8.5% 22.9% 68.6% 16.1% 8.1% 75.8% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 2.4% 0.0% 97.6% 22.0% 4.9% 73.2% 29.3% 9.8% 61.0% 38 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 87

96 Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Propinsi DKI Jakarta RADIO SURAT KABAR INTERNET PROFIL DEMOGRAFI Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 5.9% 6.7% 87.4% 9.1% 21.3% 69.6% 13.0% 8.0% 78.9% Rural / Desa (n : 0) Seberapa sering B/I/S (Menonton televisi, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? 39 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 88

97 Grafik 11.2 Spesifik media yang sering di akses oleh pemilih Base : Responden yang mengakses media setiap hari secara rutin TELEVISI RADIO SURAT KABAR MAJALAH/ TABLOID INTERNET. RCTI (43,6%) 2. SCTV (35,5%) 3. TV ONE (20,5%) 4. TRANS 7 (19,4%) 5. TRANS TV (18,3%) 6. INDOSIAR (17,2%) 7. METRO TV (11,7%) 8. MNC TV (8,4%) 1. GEN FM (32,8%) 2. EL SHINTA (10,3%) 3. iradio, RRI, KAYU MANIS, PRAMBORS FM (6,9%) 4. THREE JAYA FM (5,2%) 1. KOMPAS (57,3%) 2. POS KOTA (29,1%) 3. WARTA KOTA (11,1%) 4. SEPUTAR INDONESIA (6,0%) 5. SUARA PEMBARUAN (1,7%) 1. BOLA dan FEMINA (17,4%) 2. TEMPO dan KARTINI (13,0%) 3. GAUL (8,7%) 1. FACEBOOK (69,1%) 2. GOOGLE (21,6%) 3. DETIK.COM (18,6%) 4. TWITTER (10,3%) 5. YAHOO.COM (9,3%) Stasiun televisi/stasiun radio/koran atau situs internet apakah yang sering B/I/S kunjungi Grafik 11.3 Jam menonton TELEVISI Base : Responden yang menonton TELEVISI setiap harinya (n : 413 responden) 100.0% 90.0% 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0%.0% Cobalah mengingat tentang kemaren dan kapan B/I/S menonton televisi, dari pagi hari hingga malam. Mohon beritahu saya, setepat mungkin yang B/I/S bisa, kapan B/I/S mulai menonton dan berhenti menonton. Bila B/I/S menonton televisi lebih dari satu kali dalam sehari, saya ingin tahu kapan saja B/I/S menonton televisi

98 B. PENGALAMAN MENDENGARKAN PROGRAM RADIO PILAR DEMOKRASI Salah satu program radio yang secara khusus memberikan informasi mengenai Pemilu adalah Pilar Demokrasi yang disiarkan secara nasional pada setiap hari Senin jam Secara khusus, kita menanyakan kepada responden DKI Jakarta mengenai pengalaman mereka untuk mendengarkan program radio Pilar Demokrasi tersebut. Grafik 11.4 menunjukkan bahwa dari 162 responden DKI Jakarta yang mendengarkan radio (baik yang rutin atau tidak) diketahui bahwa hanya terdapat 6.8% pemilih yang mengklaim bahwa mereka pernah mendengarkan program radio Pilar Demokrasi tersebut. Grafik 11.4 Pengalaman pemilih dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Base : Responden yang mendengarkan radio (n : 162) Tidak tahu; 2,5% Pernah mendengar, 6.8% Tidak pernah mendengar; 90,7% Apakah B/I/S pernah mendengarkan Program Radio bernama PILAR DEMOKRASI yang disiarkan setiap hari Senin jam 8 malam C. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA SOSIAL Media sosial diakses oleh 23.7% pemilih di DKI Jakarta. Penggunanya adalah semua kalangan pemilih dengan persentase lebih banyak pada pemilih pria, pemilih usia muda, pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin tinggi (tabel 11.2). Facebook tentu masih menjadi primadona media sosial yang diakses oleh 92.7% pemilih DKI Jakarta (dari total 23.7% pemilih yang mengklaim bahwa mereka mengakses media sosial). 90

99 Tabel 11.2 Akses pemilih terhadap media sosial Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Menggunakan media sosial Tidak menggunakan media sosial Jender Pria (n : 184) 29.3% 64.1% Wanita (n : 276) 19.9% 76.8% Pemilih pemula, tahun (n : 23) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 99) 46.5% 45.5% Pemilih dewasa, tahun (n : 302) 15.2% 80.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 36) 0.0% 97.2% Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 93) 2.2% 94.6% Tamat SMP (n : 98) 8.2% 80.6% Tamat SMA (n : 231) 34.2% 62.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 38) 52.6% 47.4% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 37) 5.4% 86.5% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 48) 11.6% 81.4% Rp Rp (SES C1) (n: 98) 20.0% 74.1% Rp Rp (SES B) (n : 209) 28.0% 68.6% Lebih dari Rp (SES A) (n : 50) 36.6% 61.0% Status daerah Urban / Kelurahan (n : 460) 23.7% 76.3% Rural / Desa (n : 0) Kita beralih ke topik yang berbeda, beberapa orang menggunakan situs media social seperti Facebook, Friendster atau Twitter, di komputer atau Telepon genggam untuk tetap berkomunikasi dengan orang lain. Apakah B/I/S menggunakan situs media social dalam 7 hari terakhir? 40 Jumlah sampel kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 41 Semua target daerah survei di DKI Jakarta ber status daerah urban/kelurahan (tidak ada daerah yang bertatus daerah rural/desa) 91

100 Grafik 11.5 Spesifik media sosial yang diakses Base : Responden yang mengakses media sosial ( n : 109) 92,7 % 38,5 % 5,5 % 1,8 % 0,9 % Facebook Twitter MySpace Deviantart, Multiply Linkedin Dari situs berikut ini, manakah yang pernah B/I/S gunakan dalam 7 hari terakhir ini untuk media sosial? 92

101 BAB 12. AKSES PEMILIH TERHADAP TELEPON GENGGAM A. AKSES TERHADAP TELEPON GENGGAM Sebagian besar pemilih di DKI Jakarta, yaitu 94.6% pemilih, memiliki akses terhadap penggunaan telepon genggam, baik dengan menggunakan telepon genggam miliknya sendiri maupun dengan menggunakan telepon genggam salah satu anggota rumah tangganya yang lain (khususnya bagi mereka yang tidak memiliki telepon genggam pribadi). Mereka yang umumnya secara pribadi tidak memiliki telepon genggam adalah pemilih yang sudah lanjut usia atau pemilih marginal miskin dengan tingkat pendidikan yang rendah. Bagi mereka yang secara pribadi memiliki telepon genggam, sebagian besar dari mereka umumnya menghabiskan pengeluaran untuk pulsa telepon genggam rata-rata per bulannya sebanyak Rp Rp Grafik 12.1 Akses pemilih terhadap Telepon genggam Base : Semua responden (n : 460 ) - Rp atau kurang (23.1%) - Rp Rp (48.9%) - Rp Rp (17.5%) - Lebih dari Rp (7.8%) Memiliki telepon genggam sendiri 78,3 % Tidak memiliki telepon genggam sendiri, namun terakses dengan Handphone anggota rumah tangga lainnya 16,3 % Tidak memiliki telepon genggam sendiri, dan tidak terakses dengan Handphone anggota rumah tangga lainnya 5,0 % Apakah B/I/S pribadi punya Telepon genggam (yang masih bisa terpakai)? Apakah rumah tangga B/I/S punya Telepon genggam yang masih bisa terpakai, dimana B/I/S bisa menggunakan atau mengaksesnya? Apakah B/I/S bisa memberikan informasi mengenai rata rata pengeluaran bulanan B/I/S untuk pembelian pulsa telepon genggam? 93

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling Center

Lebih terperinci

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF Propinsi-propinsi Aceh, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv LATAR BELAKANG DAN TUJUAN RISET... 1 A. LATAR BELAKANG RISET... 1 B. TUJUAN RISET... 4 C. MANFAAT RISET... 4 METODOLOGI RISET... 5 A.

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 LAMPIRAN I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 TANGGAL : 20 JULI 2012 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN,

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? Hak Pemilih T: Apa yang menjadi Hak Anda sebagai Pemilih? J: Hak untuk terdaftar sebagai pemilih bila telah memenuhi semua syarat sebagai pemilih. Hak untuk memberikan suara

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN. - 2 - Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 KERJASAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS SILIWANGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.376, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Pemilu. Presiden. WAPRES. Daftar Pemilih. Penyusunan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

Lebih terperinci

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 SUMATERA Disampaikan pada: Rapat KALIMANTAN Koordinasi Nasional dalam rangka Pemantapan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1296, 2017 KPU. Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik Peserta PEMILU Anggota DPR dan DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembara n Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor

Lebih terperinci

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA Profile Singkat SPIN SPIN (Survey & Polling Indonesia) adalah lembaga riset independen yang tidak

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 SALINAN Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN BADAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2012 POLITIK. PEMILU. DPR. DPD. DPRD. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 RANCANGAN KONSULTASI DPR RI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014 LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL 24 29 MEI 2014 1 PENGANTAR Survei nasional ini ditujukan untuk menjawab sejumlah pertanyaan besar berikut: Apakah pemilih sudah memiliki pilihan untuk pilpres 2014? Pasangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016 1 1 29 JULI 2016 2 METODOLOGI Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia di Provinsi DKI Jakarta yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang warga negaranya memiliki hak dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi hidup mereka untuk menuju kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I memuat latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan pada penelitian ini 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. No.845, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara.

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. No.396, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam kesempatan ini sebelum melakukan perbandingan antara kedua sistem dalam Pemilu DPR, DPD dan DPRD di 2009 dan 2014, terlebih dahulu yang dibahas adalah apa dan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 03/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG SURAT SUARA CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI, DAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN

Lebih terperinci

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM.

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. - 2-2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) sebagaimana

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 09/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN

Lebih terperinci

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138);

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138); - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM DAN PENGGANTIAN CALON TERPILIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 1. Untuk mengakomodir asas kepentingan umum dan untuk menjamin kemudahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan. Tahapan. Pencalonan. Pemilu, Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG Draf Final Baleg RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 LAMPIRAN Undang-undang Pemilihan Umum a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Didalam Bab I ketentuan umum Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Pengantar Ketua KPU Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena modul yang sudah lama digagas ini akhirnya selesai juga disusun dan diterbitkan oleh

Lebih terperinci

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MADIUN Alamat e-mail Website : Jl.Raya

Lebih terperinci

Draft Ketiga, 11 Sep 2012

Draft Ketiga, 11 Sep 2012 PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR. TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Komisi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG BARU DIBENTUK Menimbang

Lebih terperinci

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017 2 PENDAHULUAN 3 L A T A R B E L A K A N G Calon kepala daerah yang akan dipilih masyarakat menjadi sangat bergantung pada persepsi dan perilaku politik yang berkembang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA. No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN PEMBENTUKAN CALON ANGGOTA PANITIAPEMILIHAN KECAMATAN (PPK) DAN CALON ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH OMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KEPUTUSAN KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH NOMOR 16/Kpts/KIP Aceh/TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN, VERIFIKASI, DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4): 1693-1704 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (cetak) ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG \ Page 1 of 16 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI 1 METODOLOGI RISET 2 Data survei dikumpulkan dari April Juni, 2017 Catatan : Tanggal mencakup Survei kuantitatif Nasional dan Provinsi Oversample, dan Survei kualiatif (FGD)

Lebih terperinci

BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH

BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH Bab ini menjelaskan tentang: A. Proses, Tahapan, Penyusunan Daftar Pemilih B. Bagaimana kalau nama kita tidak terdaftar? C. Persiapan ke TPS Waktu : 1 Jam Metode yang

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2012

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 04/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI

Lebih terperinci

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 SUMATERA JAVA KALIMANTAN Disampaikan pada: IRIAN JAYA Rapat Koordinasi Nasional dalam

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG HUBUNGAN KERJA ANTARA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci