SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI"

Transkripsi

1 LAPORAN NARATIF Propinsi-propinsi Aceh, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling Center 25 November, 2013

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL...vi DAFTAR SINGKATAN... viii LATAR BELAKANG DAN TUJUA N SURVEI... 1 A. Latar belakang survei...1 B. Tujuan survei...2 METODOLOGI SURVEI... 3 A. Target responden...3 B. Jumlah responden...3 C. Target area dan distribusi sample...3 D. Metode pemilihan daerah dan responden...9 E. Waktu pengumpulan data...9 ANALISA DATA...10 BAB 1. PROFIL RESPONDEN...11 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI...13 A. Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap demokrasi B. Pemahaman pemilih terhadap hubungan demokrasi dan pemilu BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA...18 A. Persepsi pemilih terhadap pentingnya diadakan Pemilu/Pemilukada B. Persepsi pemilih terhadap keikutsertaannya pada pemilihan (sebagai hak atau kewajiban) C. Keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilu BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU A. Pemahaman pemilih terhadap aspek aspek pemilu B. Informasi tentang pemilu 2014 yang paling dibutuhkan C. Preferensi pemilih terhadap sumber informasi untuk pemilu D. Tingkat kepercayaan pemilih terhadap beberapa lembaga/institusi sebagai sumber informasi Pemilu BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON VOTING (TIDAK MEMILIH)...39 BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN...43 A. Kriteria pemilih terhadap pemimpin B. Preferensi pemilih terhadap pemimpin perempuan C. Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel i

3 BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH...48 A. Kepedulian pemilih terhadap keberadaan namanya pada daftar pemilih B. Partisipasi aktif pemilih dalam memeriksa daftar pemilih C. Partisipasi aktif pemilih dalam menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya di daftar pemilih D. Pemahaman pemilih terhadap aspek aspek terkait daftar pemilih BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU...60 A. Persepsi pemilih terhadap kejujuran pemilu B. Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pemilu C. Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap pemantau independen D. Partisipasi pemilih dalam pemantauan pemilu BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG...70 A. Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang B. Persepsi pemilih terhadap penerimaan praktik politik uang C. Pengalaman pemilih terkait politik uang D. Persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang E. Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan keputusan memilih F. Partisipasi pemilih untuk melaporkan praktik politik uang BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI...93 BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA...97 A. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media (televisi, radio, surat kabar, majalah, internet) B. Pengalaman mendengarkan program radio pilar demokrasi C. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media sosial BAB 12. AKSES PEMILIH TERHADAP TELEPON GENGGAM A. Akses terhadap telepon genggam B. Ketertarikan pemilih terhadap penyampaian informasi pemilu melalui telepon genggam ii

4 DAFTAR GAMBAR Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden Grafik 2.1 Pemahaman pemilih total 6 propinsi terhadap demokrasi Grafik 2.2 Pemahaman pemilih total 6 propinsi terhadap demokrasi Grafik 2.3 Preferensi pemilih total 6 Propinsi terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Grafik 2.4 Pemahaman pemilih total 6 propinsi terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Grafik 2.5 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 9) Grafik 3.1 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Grafik 3.2 Persepsi pemilih total 6 Propinsi terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Grafik 3.3 Keinginan mengikuti Pemilu Grafik 3.4 Alasan untuk mengikuti mengikuti Pemilu Grafik 3.5 Persepsi Pemilih terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Grafik 4.1 Pemahaman pemilih di total 6 propinsi terhadap adanya Pemilu Grafik 4.2 Pemahaman pemilih di total 6 propinsi terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Grafik 4.3 Pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.4 Pemahaman pemilih di total 6 propinsi terhadap cara menandai surat suara pada pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan pemilih di total 6 propinsi Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 6) Grafik 4.7 Pengenalan pemilih di total 6 propinsi terhadap KPU/KPUD/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih di total 6 propinsi terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Grafik 5.1 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK Grafik 5.2 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan Gubernur Grafik 5.3 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan Bupati/Walikota Grafik 5.4 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan Presiden iii

5 Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih total 6 propinsi dalam memilih Presiden, DPR/DPRD/DPRA/DPRK, Gubernur dan Bupati/Walikota Grafik 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD/DPRA/DPRK Grafik 6.3 Alasan lebih memilih wakil DPR/DPRD/DPRA/DPRK laki laki atau perempuan Grafik 6.4 Preferensi pemilih total 6 propinsi terhadap pemimpin difabel Grafik 6.5 Alasan tidak akan memilih pemimpin difabel Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih di total 6 propinsi Grafik 7.2 Praktik pemilih dalam memeriksa Daftar Pemilih di total 6 propinsi Grafik 7.3 Alasan pemilih tidak memeriksakan daftar di 6 total propinsi Grafik 7.4 Tingkat keinginan pemilih untuk menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih di 6 total propinsi Grafik 7.5 Alasan pemilih untuk tidak menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih di 6 total propinsi Grafik 7.6 Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan (pada kondisi tidak terdaftar pada daftar pemilih) Grafik 7.7 Pemahaman tentang peran surat undangan terkait dengan hak mengikuti pemilihan (pada kondisi sudah terdaftar pada daftar pemilih) Grafik 7.8 Pemahaman pemilih terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya pemilih pada daftar pemilih di total 6 propinsi Grafik 7.9 Pemahaman pemilih terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih di total 6 propinsi Grafik 8.1 Persepsi pemilih terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu Grafik 8.2 Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Grafik 8.3 Alasan pemilih mengenai kemungkinan pilihannya akan diketahui oleh pihak lain Grafik 8.4 Pengenalan pemilih di total 6 propinsi terhadap lembaga pemantau independen Grafik 8.5 Tingkat keyakinan pemilih di total 6 propinsi terhadap lembaga pemantau independen Grafik 8.6 Pengenalan dan persepsi pemilih di total 6 propinsi terhadap lembaga pemantau independen Grafik 8.7 Persepsi pemilih terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan.. 69 Grafik 9.1 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang Grafik 9.2 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap penerimaan praktik politik uang Grafik 9.3 Pengalaman pemilih total 6 propinsi terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.4 Bentuk penawaran uang/barang yang diterima oleh pemilih total 6 propinsi Grafik 9.5 Respon pemilih total 6 propinsi terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.6 Pengalaman dan respon pemilih total 6 propinsi terhadap pemberian calon/ partai politik/tim sukses Grafik 9.7 Alasan yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses iv

6 Grafik 9.9 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan memilih calon Grafik 9.11 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Grafik 9.12 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan Grafik 9.13 Partisipasi pemilih di total 6 propinsi untuk melaporkan praktik politik uang Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap materi komunikasi Grafik 10.2 Ketertarikan pemilih di total 6 propinsi terhadap materi komunikasi kampanye Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media dari total pemilih 6 propinsi Grafik 11.2 Jam menonton televisi Grafik 11.3 Pengalaman pemilih di total 6 propinsi dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Grafik 11.4 Pengalaman pemilih di total 6 propinsi dalam mengakses media sosial Grafik 11.5 Pengalaman pemilih di total 6 propinsi dalam mengakses media sosial Berdasarkan kelompok usia Grafik 11.6 Spesifik media sosial yang diakses oleh pemilih di total 6 propinsi Grafik 12.1 Akses pemilih total 6 propinsi terhadap telepon genggam Grafik 12.2 Pengeluaran pulsa per bulan Grafik 12.3 Tingkat ketertarikan pemilih total 6 propinsi terhadap penyampaian informasi Pemilu melalui telepon genggam v

7 DAFTAR TABEL Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Aceh...4 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Jawa Timur...5 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Kalimantan Timur...6 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Sulawesi Selatan...7 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Nusa Tenggara Timur...8 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 9) Berdasarkan jender, usia, level pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Persepsi pemilih di total 6 propinsi terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada berdasarkan propinsi Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD pada Pemilu Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan pemilih di total 6 propinsi Berdasarkan propinsi Tabel 4.2 Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 6) Berdasarkan propinsi Tabel 4.3 Tabel 4.4 Pengenalan pemilih di total 6 propinsi terhadap KPU/KPUD/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Berdasarkan propinsi Tingkat kepercayaan pemilih di total 6 propinsi terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Berdasarkan propinsi Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih Tabel 7.1 Tabel 7.2 Tabel 7.3 Tingkat kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih di total 6 propinsi Berdasarkan propinsi Pemahaman pemilih terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya pemilih pada daftar pemilih di total 6 propinsi berdasarkan propinsi Pemahaman pemilih terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih di total 6 propinsi Berdasarkan propinsi Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih di total 6 propinsi untuk berpartisipasi dalam pemantauan Pemilu Tabel 8.2 Ketertarikan pemilih di total 6 propinsi untuk berpartisipasi dalam pemantauan Pemilu Berdasarkan propinsi Tabel 9.1 Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang Berdasarkan propinsi Tabel 9.2 Tabel 9.3 Pengalaman pemilih total 6 propinsi terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Berdasarkan propinsi Respon pemilih total 6 propinsi terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Berdasarkan propinsi vi

8 Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik Tabel 9.5 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan propinsi Tabel 9.6 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Tabel 9.7 Partisipasi pemilih di total 6 propinsi untuk melaporkan praktik politik uang Berdasarkan propinsi Tabel 9.8 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 9.9 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 11.1 Konsumsi pemilih terhadap media yang dilakukan secara rutin setiap minggunya Berdasarkan propinsi Tabel 11.2 Komposisi responden berdasarkan kelompok usia pada setiap propinsi vii

9 DAFTAR SINGKATAN AIESP DPS DPR DPRD DPRA DPRK DPD DPS Bawaslu Golput KPU KPUD KTP KPPS Komnas HAM KIP LSM Ormas Pemilu Pemilukada Panwaslu Parpol RT RW SD TNI SMP SMA SES TPS Australia Indonesia Electoral Support Program Daftar Pemilih Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Dewan Perwakilan Rakyat Kota/Kabupaten Dewan Pimpinan Daerah Daftar Pemilih Sementara Badan Pengawas Pemilu Golongan Putih Komisi pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum Daerah Kartu Tanda Penduduk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komite Independen Pemilu Lembaga Swadaya Masyarakat Organisasi Masyarakat Pemilihan Umum Pemilihan Umum Kepala Daerah Panitia Pengawas pemilu Partai Politik Rukun Tetangga Rukun Warga Sekolah Dasar Tentara Nasional Indonesia Sekolah menengah Pertama Sekolah Menengah Umum Sosial Ekonomi Status Tempat Pemungutan Suara viii

10 LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEI A. LATAR BELAKANG SURVEI Sejak era reformasi, tren tidak memilih pada Pemilihan Umum Legislatif cenderung meningkat, hingga pada Pemilu 2009 mencapai 29.1%. Eep Saifullof Fatah mengklasifikasikan tidak memilih menjadi 4 kategori, yaitu : (1) Golput tekhnis; yaitu karena sebab-sebab tekhnis berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah;(2) Golput tekhnis-politis; yaitu mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena faktor dirinya sendiri atau kesalahan pihak pendaftaran pemilih; (3) Golput politis; yaitu mereka yang merasa tidak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tidak percaya pada pemilihan akan membawa perubahan dan perbaikan, dan (4) Golput ideologis; yaitu mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi dan tidak mau terlibat di dalamnya. Laporan Tim Penyelidikan Pemenuhan Hak Sipil dan Politik dalam Pemilu Legislatif 2009 oleh Komnas HAM menunjukkan terdapat sekitar 25-40% pemilih kehilangan hak pilih karena tidak masuk daftar pemilih. Hasil penelitian Kemitraan di kota Jakarta, Aceh dan Surabaya mengidentifikasi bahwa penyebab kurang akuratnya daftar pemilih tersebut bervariasi, salah satu nya adalah pemilih yang bersikap pasif dalam menanggapi Daftar Pemilih Sementara (DPS) karena merasa sudah tercatat sebagai pemilih dengan keikutsertaan mereka di Pemilu sebelumnya. Hal ini terjadi karena kurang tersedianya informasi yang memadai dan menarik mengenai pemutakhiran daftar pemilih, atau menganggap bahwa ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan daripada memeriksa daftar pemilih 1. Sehingga meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap proses pemilihan penting untuk meningkatkan hubungan antara perwakilan dengan konstituennya dan mempertahankan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Informasi dan Pendidikan Pemilih harus di targetkan untuk membangun pemahaman masyarakat secara efektif. AIESP sendiri merupakan program 5 tahun ( ) untuk meningkatkan kualitas pemilihan di Indonesia, di dukung oleh AusAID. Selain terhadap pemilih secara umum, Program AIESP memiliki fokus (namun tidak ekslusif) pada pemilih wanita, pemilih difabel dan pemilih pada kelompok marginal lainnya. Fokus area dari program AIESP adalah 6 target propinsi, yaitu Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan. The Asia Foundation mengatur komponen yang signifikan dari AIESP. The Asia Foundation berniat untuk mendukung AIESP untuk dilakukannya survei dasar kualitatif dan kuantitatif mengenai pemahaman, persepsi dan praktik pemilih, untuk memberikan informasi mengenai strategi (fokus kategori pemilih, pesan, media dan daerah) dilakukannya Informasi dan Pendidikan Pemilih yang inovatif, efektif biaya, demand-driven dengan materi komunikasi yang dibuat dengan mempertimbangkan budaya dan bisa sesuai untuk daerah dan kategori pemilih yang beragam dengan tetap mempertahankan penekanan pada pesan utama yang akan disampaikan. 1 Laporan Ev aluasi Integritas Proses dan Hasil Pemilu 2009, Jakarta : Kemitraan 1

11 B. TUJUA N SURVEI Menyediakan informasi dasar untuk melakukan penilaian terhadap pemahaman, persepsi dan praktik pemilih saat ini, di 6 propinsi di Indonesia dan mengukur perubahan mengenai hal tersebut dari waktu ke waktu. Menyediakan data yang mendukung penentuan fokus pemilih yang akan disasar, media yang akan digunakan (termasuk media sosial), pesan yang akan disampaikan, dan ge ografis yang akan disasar untuk kegiatan informasi pemilih, meliputi : - Data mengenai tingkat pemahaman terhadap pendaftaran pemilih, sistem pemilihan dan cara menandai kertas suara pada saat memilih secara benar; - Data untuk memahami faktor penentu dalam preferensi memilih (misal latar belakang kandidat, kinerja partai, etnis/suku, jender, agama, dan lainnya); - Data untuk memahami kompleksitas ketidakikutsertaan pemilih (pada Pemilu sebelumnya dan pemilu yang akan datang); - Data mengenai pemahaman dan pengalaman pemilih terhadap jual beli suara dan politik uang, termasuk data untuk mendukung pemilihan media dan pesan yang akan digunakan untuk mengurangi keikutsertaan pemilih dalam jual beli suara dan politik uang. Menguji efektifitas dari materi informasi dan pendidikan pemilih yang sudah di produksi dan digunakan oleh mitra The Asia Foundation, KPU dan KPUD untuk Pemilihan Daerah (Pemilukada) dan Pemilihan Umum (Pemilu). 2

12 METODOLOGI SURVEI A. TARGET RESPONDEN Adalah mereka yang memiliki hak pilih pada Pemilu 2014 mendatang, yaitu : Warga negara Indonesia; Berusia 17 tahun pada April 2014 mendatang atau yang sudah menikah; Bukan Polisi atau TNI. B. JUMLAH RESPONDEN Total responden yang dilibatkan dalam survei di enam propinsi adalah adalah responden, yang diambil dengan sistem random sampling, dengan Margin of Error sebesar 1.9% pada selang kepercayaan 95%. Pada setiap target propinsi, jumlah sampel yang diambil adalah 460 responden (besarnya Margin of Error pada setiap target propinsi adalah 4.5% pada selang kepercayaan 95%). C. TARGET AREA DAN DISTRIBUSI SAMPLE Terdapat total enam propinsi yang dilibatkan dalam survei, yaitu Aceh, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan. Untuk seterusnya di laporan akan disebut sebagai 6 propinsi. Pada setiap target propinsi, terdapat 5 Kotamadya (khusus DKI Jakarta) dan 13 Kabupaten/Kotamadya (untuk 5 propinsi lainnya) yang dilibatkan. Pemilihan Kabupaten/Kotamadya dilakukan dengan mempertimbangkan adanya keterwakilan Kabupaten dan Kotamadya, adanya keterwakilan dari berbagai topografi, tingkat tidak memilih pada Pemilu 2009 dan ketersebaran daerah. Pada setiap target propinsi, total sample 460 responden didistribusikan secara proporsional terhadap 5 Kotamadya (khusus DKI Jakarta) dan 13 Kabupaten/Kotamadya (untuk 5 propinsi lainnya) terpilih, dengan berdasarkan proporsi populasi pemilih. Jumlah Desa/Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sampel dalam setiap Desa/Kelurahannya adalah 10 responden. Secara khusus, cakupan dan distribusi sampel pada setiap Kabupaten/Kotamadya adalah sebagai berikut : 3

13 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Aceh NO KABUPATEN/ KOTAMADYA STATUS TOPOGRAFI PERSENTASE TIDAK MEMILIH PADA PEMILU KECAMATAN SAMPEL DESA/ KELURAHAN RESPONDEN 1 Banda Aceh Kotamadya Dataran 40.1% 50.0% Langsa Kotamadya Dataran 20.1% 30.0% Gayo Luwes Kabupaten Dataran 10.1% 20.0% Aceh Barat Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Barat Daya Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Singkil Kabupaten Pegunungan 20.1% 30.0% Simelue Kabupaten Pesisir 20.1% 30.0% Aceh Tenggara Kabupaten Pesisir 20.1% 30.0% Pidie Jaya Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Tamiang Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Tengah Kabupaten Pegunungan 20.1% 30.0% Aceh Utara Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Jaya Kabupaten Pesisir 30.1% 40.0% TOTAL Penentuan kelompok persentase tidak memilih pada Pemilu 2014, pada setiap target Kabupaten/Kotamady a, ditentukan dengan berda sarkan data KPU untuk Pemilu

14 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Jawa Timur NO KABUPATEN/ KOTAMADYA STATUS TOPOGRAFI PERSENTASE TIDAK MEMILIH PADA PEMILU KECAMATAN SAMPEL DESA/ KELURAHAN RESPONDEN 1 Batu Kotamadya Lembah 20.1% 30.0% Surabaya Kotamadya Dataran Lebih dari 50.0% Sampang Kabupaten Pesisir 20.1% 30.0% Probolinggo Kabupaten Dataran 30.1% 40.0% Pacitan Kabupaten Pegunungan 30.1% 40.0% Trenggalek Kabupaten Pegunungan 30.1% 40.0% Magetan Kabupaten Dataran 30.1% 40.0% Jombang Kabupaten Dataran 30.1% 40.0% Bojonegoro Kabupaten Dataran 30.1% 40.0% Sumenep Kabupaten Pesisir 30.1% 40.0% Jember Kabupaten Dataran 30.1% 40.0% Malang Kabupaten Dataran 40.1% 50.0% Situbondo Kabupaten Dataran 40.1% 50.0% TOTAL Penentuan kelompok persentase tidak memilih pada Pemilu 2014, pada setiap target Kabupaten/Kotamady a, ditentukan dengan berdasarkan data KPU untuk Pemilu

15 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Kalimantan Timur NO KABUPATEN STATUS TOPOGRAFI PERSENTASE TIDAK MEMILIH PADA PEMILU KECAMATAN SAMPEL DESA/ KELURAHAN RESPONDEN 1 Samarinda Kotamadya Dataran 30.1% % Tarakan Kotamadya Pesisir 30.1% % Bontang Kotamadya Pesisir 30.1% % Balikpapan Kotamadya Pesisir Lebih dari 50.0% Malinau Kabupaten Dataran 20.1% % Penajem Pasir Utara Kabupaten Dataran 20.1% % Tana Tidung Kabupaten Dataran 20.1% % Paser Kabupaten Dataran 30.1% % Kutai Barat Kabupaten Dataran 30.1% % Kutai Kertanegara Kabupaten Dataran 30.1% % Kutai Timur Kabupaten Dataran 30.1% % Berau Kabupaten Dataran 30.1% % Bulungan Kabupaten Dataran 30.1% % TOTAL Penentuan kelompok persentase tidak memilih pada Pemilu 2014, pada setiap target Kabupaten/Kotamady a, ditentukan dengan berda sarkan data KPU untuk Pemilu

16 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Sulawesi Selatan NO KABUPATEN/ KOTAMADYA STATUS TOPOGRAFI PERSENTASE TIDAK MEMILIH PADA PEMILU KECAMATAN SAMPEL DESA/ KELURAHAN RESPONDEN 1 Makasar Kotamadya Dataran % Pare-pare Kotamadya Pesisir % Palopo Kotamadya Dataran % Jeneponto Kabupaten Dataran % Gowa Kabupaten Dataran % Bone Kabupaten Dataran % Maros Kabupaten Dataran % Luwu Utara Kabupaten Dataran % Luwu Timur Kabupaten Dataran % Wajo Kabupaten Dataran % Enrekang Kabupaten Pegunungan % Tanah Toraja Kabupateb Pegunungan % Selayar Kabupaten Pesisir % TOTAL Penentuan kelompok persentase tidak memilih pada Pemilu 2014, pada setiap target Kabupaten/Kotamady a, ditentukan dengan berdasarkan data KPU untuk Pemilu

17 Tabel cakupan daerah dan distribusi sampel di propinsi Nusa Tenggara Timur NO KABUPATEN/ KOTAMADYA STATUS TOPOGRAFI PERSENTASE TIDAK MEMILIH PADA PEMILU KECAMATAN SAMPEL DESA/ KELURAHAN RESPONDEN 1 Kupang Kotamadya Dataran 20.1% - 30% Lembata Kabupaten Pesisir 10.1% - 20% Alor Kabupaten Pesisir 10.1% - 20% Manggarai Timur Kabupaten Pegunungan 10.1% - 20% Timor Tengah Selatan Kabupaten Pegunungan 10.1% - 20% Manggarai Kabupaten Pegunungan 20.1% - 30% Sikka Barat Kabupaten Pegunungan,pesisir 20.1% - 30% Flores Timur Kabupaten Pesisir 20.1% - 30% Sumba Barat Kabupaten Pegunungan 20.1% - 30% Rote Ndao Kabupaten Pesisir 20.1% - 30% Manggarai Kabupaten Pegunungan 30.1% - 40% Sumba Timur Kabupaten Pegunungan, pesisir 30.1% - 40% Belu Kabupaten Pegunungan, dataran 30.1% - 40% TOTAL Penentuan kelompok persentase tidak memilih pada Pemilu 2014, pada setiap target Kabupaten/Kotamady a, ditentuka n dengan berdasarkan data KPU untuk Pemilu

18 D. METODE PEMILIHA N DAERAH DAN RESPONDEN Pemilihan daerah dan responden dilakukan dengan Random Sampling. PEMILIHA N PROPINSI Enam target propinsi sudah ditentukan oleh The Asia Foundaton PEMILIHA N KA BUPATEN/KOTAMA DYA 5 Kotamadya (khusus DKI Jakarta) atau 13 Kabupaten/Kotamadya (untuk 5 propinsi lainnya) dipilih dengan mempertimbangkan adanya keterwakilan Kabupaten dan Kotamadya, adanya keterwakilan setiap kondisi topografi, tingkat tidak memilih pada Pemilu 2009 dan ketersebaran daerah PEMILIHA N DESA/KELURA HA N Pada setiap target Kabupaten/Kotamadya, sejumlah Kelurahan dipilih secara acak. Jumlah Desa/Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sample pada setiap Desa/Kelurahan adalah 10 responden PEMILIHA N RUMA H TA NGGA Pada setiap Desa/Kelurahan terpilih, dipilih 10 rumah tangga secara acak, yaitu dengan sistem Interval/Systematic Sampling PEMILIHA N RESPONDEN Pada setiap Rumah tangga terpilih, dipilih 1 responden secara acak, yaitu dengan sistem Kish grid E. WAKTU PENGUMPULA N DATA Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17 September 30 Oktober

19 ANALISA DATA Data yang digunakan untuk kebutuhan analisa adalah data tertimbang (weighted data), yang sudah disesuaikan dengan populasi pemilih pada setiap target propinsi. Digunakannya data tertimbang ini bertujuan untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi dimana sampel pada setiap propinsi berjumlah sama sedangkan populasi pada setiap propinsi berjumlah tidak sama. Sehingga penggunaan data tertimbang bertujuan untuk mendapatkan data/ouput yang semaksimal mungkin bisa mewakili data populasi. Analisa dilakukan secara total untuk 6 propinsi dan dilakukan untuk masing-masing propinsi. 10

20 BAB 1. PROFIL RESPONDEN Total responden yang didapatkan dengan metode random sampling menghasilkan responden pemilih yang beragam, dengan profil demografi yang berbeda beda. Grafik 1.1 Grafik 1.5 menunjukkan komposisi total responden berdasarkan jenis kelamin (jender), kelompok usia, pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin per bulan dan daerah dari responden. Secara khusus, Grafik 1.1 menunjukkan bahwa total responden terdiri dari 46.1% responden laki-laki dan 53.9% responden perempuan. Grafik 1.2 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dewasa (usia tahun) sebanyak 61.4%, dilanjutkan dengan pemilih muda (usia tahun) sebanyak 24.5%, pemilih lanjut usia (usia lebih dari 60 tahun) sebanyak 7.8% dan pemilih pemula (usia 16 tahun 5 bulan 20 tahun) sebanyak 6.3%. Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden Base : Semua responden (n : 2.760) Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden Base : Semua responden (n : 2.760) JENDER KELOMPOK USIA Laki-laki; 46.1% Pemilih pemula, tahun Pemilih muda, tahun 6.3% 24.5% Pemilih dewasa, tahun 61.4% Perempuan; 53.9% Pemilih lanjut usia, lebih dari 60 tahun 7.8% 11

21 Grafik 1.3 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA dan maksimal SD dengan komposisi masing-masing sebanyak 38.5% dan 31.4%. Kemudian diikuti oleh pemilih dengan pendidikan SMP sebanyak 21.2%. Responden dengan tingkat pendidikan tertinggi Diploma atau Universitas adalah sebanyak 8.8%. Grafik 1.4 menunjukkan informasi mengenai komposisi responden berdasarkan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya. Untuk analisa selanjutnya, pendapatan rumah tangga rutin per bulan tersebut akan menjadi indikator status sosial ekonomi dari responden pemilih. Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden Base : Semua responden (n : 2.760) PENDIDIKAN TERTINGGI Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden Base : Semua responden (n : 2.760) PENDAPATAN RUMAH TANGGA RUTIN PER BULAN Tidak menjalani pendidikan formal/tidak lulus SD/lulus SD 31.4% Kurang dari Rp. 1,000, % SMP 21.2% Rp. 1,000,001 - Rp. 1,500,000 Rp. 1,500,001 - Rp. 2,000, % 16.6% SMA 38.5% Rp. 2,000,001 - Rp. 4,000, % Diploma atau Univeristas 8.8% > Rp. 4,000,000 Tidak tahu/menolak menjawab 5.1% 6.9% Dilihat dari sebaran daerahnya, total responden terdiri dari 51.4% pemilih di daerah rural dan 48.6% pemilih di daerah urban. Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden Base : Semua responden (n : 2.760) STATUS DAERAH Rural/ Desa; 51.4% Urban/ Kelurahan; 48.6% 12

22 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI A. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI Grafik 2.1 menunjukkan bahwa secara total, terdapat 77.4% pemilih di total 6 propinsi yang mengklaim bahwa mereka pernah mendengar istilah demokrasi. Sebaliknya terdapat 22.5% pemilih yang mengklaim bahwa mereka tidak pernah mendengar istilah demokrasi. Namun, tidak semua dari mereka yang mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, yang paham dengan definisi dari demokrasi itu sendiri, terlepas apakah pemahaman mereka benar atau salah. Terdapat 57.3% pemilih yang paham atau bisa menyebutkan definisi dari demokrasi. Dan terdapat 20.1% pemilih yang tidak paham atau tidak bisa menyebutkan definisi dari demokrasi. Jika dilihat lebih jauh pada setiap propinsinya, propinsi DKI Jakarta, Aceh dan Kalimantan Timur merupakan propinsi dimana persentase pemilih yang pernah mendengar istilah demokrasi nya lebih tinggi dari 3 propinsi lainnya. Grafik 2.2 menunjukkan sejauh mana pemilih 6 propinsi memiliki pemahaman mengenai demokrasi, yaitu dengan berdasarkan pemahaman mereka terhadap definisi demokrasi itu sendiri. Sebagian besar pemilih memahami demokrasi sebagai kebebasan. Secara khusus, kebebasan disini mengacu kepada kebebasan memilih, kebebasan mengeluarkan pendapat atau kebebasan melakukan apa saja yang ingin dilakukan. Selain itu, cukup banyak pula pemilih 6 propinsi mengartikan demokrasi sebagai konsep dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Grafik 2.1 Pemahaman pemilih total 6 propinsi terhadap demokrasi Base : Semua responden (n : 2.760) DKI Jakarta (n : 460) 71.5% 18.9% 9.6% Aceh (n : 460) 65.7% 17.1% 17.2% Kalimantan Timur (n : 460) 56.7% 27.9% 15.4% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 57.3% 20.1% 22.5% Jawa Timur (n : 460) 57.2% 10.9% 32.0% Sulawesi Selatan (n : 460) 48.4% 25.0% 26.7% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 43.8% 22.3% 33.9% Pernah mendengar istilah demokrasi, bisa menyebutkan definisinya Pernah mendengar istilah demokrasi, TIDAK bisa menyebutkan definisinya Tidak pernah mendengar istilah demokrasi Apakah B/I/S pernah mendengar istilah Demokrasi? Banyak orang Indonesia saat ini berbicara tentang DEMOKRASI. Bila suatu negara disebut DEMOKRASI, menurut B/I/S, apakah artinya? 13

23 Grafik 2.2 Pemahaman pemilih total 6 propinsi terhadap demokrasi Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi demokrasi (n : 1.583) Bebas memilih Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat Bebas mengeluarkan pendapat Bebas melakukan apa saja yang diinginkan Salah satu perwujudan Pancasila Keadilan Berhubungan dengan Pemilu, pemilihan pemimpin/wakil rakyat secara langsung Kejujuran Segala keputusan dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat dan suara terbanyak Melakukan demontrasi dimana-mana Partai dari SBY Transparan 9.3% 8.6% 5.2% 4.6% 4.4% 2.9% 1.1% 0.7% 0.6% 0.2% 14.8% 46.6% Banyak orang Indonesia saat ini berbicara tentang DEMOKRASI. Bila suatu negara disebut DEMOKRASI, menurut B/I/S, apakah artinya? Setelah menanyakan mengenai pengenalan dan pemahamannya tentang demokrasi, kepada responden yang bisa menyebutkan definisi dari demokrasi, juga ditanyakan mengenai preferensi mereka terhadap sistem pemerintahan yang menganut paham demokrasi, dibandingkan sistem pemerintahan lainnya. Grafik 2.2 menunjukkan bahwa 95.8% pemilih memiliki persepsi positif terhadap demokrasi, yaitu dengan menyatakan tingkat kesetujuannya bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang terbaik bagi sebuah negara (khususnya Indonesia), dibandingkan sistem pemerintahan lainnya. 14

24 Grafik 2.3 Preferensi pemilih total 6 Propinsi terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi demokrasi (n : 1.583) Sulawesi Selatan (n : 223) 17.6% 80.6% 1.8% DKI Jakarta (n : 329) 16.7% 80.5% 1.2% 1.5% Aceh (n : 302) 26.6% 70.7% 1.5% 1.2% TOTAL 6 PROPINSI (n : 1.583) 23.7% 72.2% 2.1%.1% 2.0% Jawa Timur (n : 263) 26.6% 67.7% 2.7% 3.0% Kalimantan Timur (n : 261) 19.5% 73.8% 3.9% 2.9% Nusa Tenggara Timur (n : 202) 41.7% 51.5% 2.3%.8% 3.8% Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju Tidak tahu Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan Dibandingkan dengan bentuk pemerintahan lainnya, DEMOKRASI adalah bentuk pemerintahan yang terbaik bagi sebuah negara seperti Indonesia, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. B/I/S juga bisa memilih skala 2 atau 3 B. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP HUBUNGA N DEMOKRASI DAN PEMILU Pada Grafik 2.1 yang menggambarkan pemahaman pemilih di total 6 propinsi terhadap demokrasi, dapat diketahui bahwa sebagian besar pemilih memahami sistem demokrasi sebagai kebebasan untuk memilih (yaitu sebanyak 46.6% pemilih dari total 57.3% pemilih yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisinya). Sebagian kecil pemilih (4.4%) bahkan menjelaskan pemahamannya mengenai demokrasi sebagai hal-hal yang terkait dengan Pemilu (pemilihan Presiden dan wakil rakyat secara langsung). Terkait dengan pemahaman tersebut, pada saat diajukan pertanyaan lebih lanjut mengenai pemahaman responden terhadap hubungan demokrasi dan Pemilu, sebanyak 82.7% pemilih menyatakan bahwa demokrasi terkait erat dengan Pemilu (Grafik 2.4). Sedangkan 13.2% pemilih tidak paham mengenai hubungan demokrasi dan Pemilu dan 4.2% sisanya menganggap bahwa demokrasi tidak ada hubungannya dengan Pemilu. 15

25 Grafik 2.4 Pemahaman pemilih total 6 propinsi terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi demokrasi (n : 1.583) Sulawesi Selatan (n : 223) Kalimantan Timur ( n : 261) Aceh (n : 302) 83.9% 92.3% 90.2%.6% 7.1% 4.4% 5.3% 4.7% 11.5% TOTAL 6 PROPINSI (n : 1583) 82.7% 4.2% 13.2% DKI Jakarta (n : 332) Nusa Tenggara Timur (n : 202) Jawa Timur (n : 263) 74.7% 72.6% 81.2% 6.1% 12.8% 4.0% 21.3% 3.8% 23.6% Pemilu dan demokrasi saling berkaitan Pemilu dan demokrasi TIDAK salin berkaitan Tidak tahu Menurut B/I/S, apakah Pemilu ada hubungannya dengan demokrasi atau tidak? Informasi mengenai adanya hubungan antara demokrasi dan Pemilu didapatkan oleh sebagian besar pemilih di total 6 propinsi tersebut dari televisi (86.4%). Namun selain dari televisi, terdapat beberapa sumber informasi lainnya dimana pemilih mendapatkan informasi mengenai hubungan demokrasi dan Pemilu dari setiap sumber informasi tersebut. Grafik 2.5 dan Tabel 2.1 secara khusus menunjukkan sumber informasi pemilih 6 propinsi dalam mendapatkan informasi mengenai hal tersebut pada setiap target propinsi. 16

26 TELEVISI KORAN/ SURAT KABAR PELAJARAN DI SEKOLAH TEMAN/ TETANGGA KETUA RT/RW/ KEPALA DESA/ LURAH KAMPANYE SOSIALISASI RADIO KELUARGA POSTER/ BALIHO/ STIKER Propinsi-propinsi A ceh, DKI Jakarta, Jaw a Timur, Kalimantan Timur, Sulaw esi Selatan Grafik 2.5 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 9) Base : Responden yang mengetahui adanya hubungan demokrasi dan Pemilu (n : 1.308) TELEVISI 86.4% KORAN/ SURAT KABAR 32.8% PELAJARAN DI SEKOLAH TEMAN/ TETANGGA KETUA RT/ RW/ KEPALA DESA/ LURAH KAMPANYE, SOSIALISASI TATAP MUKA POSTER/BALIHO/STIKER KELUARGA RADIO 20.1% 14.3% 13.4% 11.7% 9.0% 8.8% 7.9% Darimanakah B/I/S mendapatkan informasi bahwa Pemilu ada hubungannya dengan sistem demokrasi? Tabel 2.1 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 9) Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang mengetahui adanya hubungan demokrasi dan Pemilu (n : 1308) PROPINSI Total 86.4% 32.8% 18.6% 14.3% 13.4% 11.7% 7.9% 8.8% 9.0% Aceh 87.0% 55.7% 14.5% 13.4% 5.3% 10.5% 7.8% 9.9% 7.5% DKI Jakarta 86.9% 19.1% 22.6% 9.6% 12.4% 4.1% 2.6% 4.5% 5.6% Jawa Timur 84.5% 38.1% 25.3% 17.8% 11.7% 19.8% 3.7% 13.1% 8.4% Nusa Tenggara Timur 73.5% 34.7% 27.4% 10.9% 16.3% 19.8% 28.4% 11.0% 9.2% Kalimantan Timur 88.4% 22.1% 15.7% 21.4% 11.6% 8.5% 6.2% 8.6% 8.9% Sulawesi Selatan 93.7% 28.5% 14.5% 14.5% 26.4% 13.4% 6.7% 10.5% 13.3% Darimanakah B/I/S mendapatkan informasi bahwa Pemilu ada hubungannya dengan sistem Demokrasi? 17

27 BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENTINGNYA DIADAKAN PEMILU/PEMILUKADA Grafik 3.1 menunjukkan bahw a secara umum, lebih dari 70% pemilih di 6 propinsi memiliki persepsi positif terhadap setiap jenis pemilihan yang dilakukan di Indonesia, baik pemilihan Presiden, pemilihan legislatif (DPR/DPRD/DPRA/DPRK), pemilihan DPD, pemilihan Gubernur ataupun pemilihan Bupati/Walikota. Mereka menganggap bahwa pemilihan pemilihan diatas penting untuk diadakan. Hanya maksimal 4.3% pemilih yang menganggap bahwa pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD tidak penting untuk diadakan. Selain pemilihan DPD, lebih dari 90% pemilih memiliki persepsi bahwa setiap jenis pemilihan penting untuk diadakan. Untuk setiap jenis pemilihan, persentase responden yang menganggap bahwa pemilihan Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota penting untuk diadakan adalah 98.7% pemilih, 96.5% pemilih dan 96.9% pemilih. Sedangkan pada pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD, hanya terdapat masing -masing 85.4% pemilih dan 74.6% yang menganggap bahwa pemilihan tersebut penting untuk diadakan. Namun jika analisa lebih jauh, lebih rendahnya persentase pemilih yang menganggap pemilihan DPR/PRD/DPRA/DPRK dan DPD penting disebabkan karena masih adanya pemilih yang tidak mengenal lembaga tersebut, yaitu sebanyak 10.7% untuk lembaga DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan 20.4% untuk lembaga DPD. Tabel 3.1 secara khusus memperlihatkan pengenalan dan persepsi pemilih terhadap pentingnya masing-masing jenis pemilihan pada setiap propinsi. Grafik 3.1 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Base : Semua responden (n : 2.760) 49.7% 23.9% 17.6% 35.5% 37.7% 61.5% 57.0% 49.0% 61.0% 59.2% 4.0% 3.2% 0,6% 0,7% 20.4% 0.7% 0.4% 10.7% 0.5% 0.7% 0.5% 0.3% 2.2% 2.3% PRESIDEN DPR/DPRD DPD GUBERNUR BUPATI/WALIKOTA Tidak mengenal lembaga Tidak tahu Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? 18

28 Tabel 3.1 Persepsi pemilih di total 6 propinsi terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROFIL DEMOGRAFI Tidak mengenal lembaga Tidak tahu (Tidak bisa memberikan opini) Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Aceh (n : 460) 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 38.0% 62.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 0.0% 1.1% 0.4% 2.4% 34.2% 61.8% PEMILIHAN PRESIDEN TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 0.0% 0.5% 0.1% 0.7% 49.0% 47.7% DKI Jakarta (n : 460) 0.0% 0.0% 0.0% 0.4% 51.7% 47.8% Sulawesi Selatan (n : 460) 0.0% 0.9% 0.0% 0.0% 57.0% 43.0% Kalimantan Timur (n : 460) 0.0% 0.7% 0.4% 0.3% 56.8% 41.8% Jawa Timur (n : 460) 0.0% 0.2% 0.0% 0.4% 58.7% 40.6% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 9.6% 0.2% 0.2% 4.1% 49.6% 36.3% Aceh (n : 460) 7.0% 1.0% 0.0% 2.0% 53.0% 37.0% PEMILIHAN DPR/DPRD/ DPRA/DPRK 7 TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 10.7% 0.7% 0.1% 3.2% 61.5% 23.9% Kalimantan Timur (n : 460) 6.4% 1.1% 0.4% 0.9% 73.7% 17.4% DKI Jakarta (n : 460) 8.7% 1.3% 0.2% 8.0% 67.4% 14.3% Jawa Timur (n : 460) 15.2% 0.2% 0.0% 1.5% 67.4% 15.7% Sulawesi Selatan (n : 460) 16.0% 0.0% 0.0% 1.0% 60.0% 23.0% Aceh (n : 460) 19.0% 0.0% 0.0% 2.0% 46.0% 33.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 20.2% 0.4% 0.2% 5.9% 51.3% 22.0% PEMILIHAN DPD 8 Kalimantan Timur (n : 460) 12.2% 1.0% 0.6% 0.9% 72.2% 13.1% DKI Jakarta (n : 460) 18.0% 0.9% 0.9% 10.0% 63.9% 6.6% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 20.4% 0.6% 0.3% 4.0% 57.0% 17.6% Jawa Timur (n : 460) 26.3% 0.2% 0.2% 2.2% 59.1% 12.0% Sulawesi Selatan (n : 460) 28.0% 0.0% 0.0% 1.8% 49.9% 19.8% Aceh (n : 460) 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 44.0% 55.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 7.0% 0.6% 0.2% 2.0% 37.8% 52.4% PEMILIHAN GUBERNUR TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 2.2% 0.4% 0.1% 0.7% 61.0% 35.5% Sulawesi Selatan (n : 460) 0.5% 0.9% 0.0% 0.5% 62.9% 35.2% Kalimantan Timur (n : 460) 0.8% 0.2% 0.4% 0.2% 70.3% 28.1% DKI Jakarta (n : 460) 0.7% 1.1% 0.0% 1.1% 72.8% 24.3% Jawa Timur (n : 460) 3.0% 0.0% 0.0% 0.2% 80.0% 16.7% 7 Urutan propinsi dilakukan dengan berdasarkan penge nalan pemilih te rhadap lembaga DPD dan persepsi pemilih terhadap pentingny a diadakan pemilihan DPD 8 Urutan propinsi dilakukan dengan berdasarkan penge nalan pemilih te rhadap lembaga DPD dan persepsi pemilih terhadap pentingny a diadakan pemilihan DPD 19

29 PROFIL DEMOGRAFI Tidak mengenal lembaga Tidak tahu (Tidak bisa memberikan opini) Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Nusa Tenggara Timur (n : 460) 5.9% 0.7% 0.0% 1.3% 37.6% 54.3% Aceh (n : 460) 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 46.0% 53.0% PEMILIHAN BUPATI/ WALIKOTA TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 2.3% 0.3% 0.1% 0.5% 59.2% 37.7% Sulawesi Selatan (n : 460) 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 64.0% 36.0% Kalimantan Timur (n : 460) 0.9% 0.5% 0.4% 0.2% 70.9% 28.0% Jawa Timur (n : 460) 3.1% 0.0% 0.0% 0.4% 79.3% 17.2% DKI Jakarta (n : 460) Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? 9 Dengan pertimbangan bahw a pemilihan Walikota tidak dilakukan di DKI Jakarta, maka pertany aan ini tidak berlaku untuk responde n DKI Jakarta 20

30 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEIKUTSERTAANNYA PADA PEMILIHA N (SEBA GAI HAK ATAU KEWAJIBA N) Pada beberapa pemilih, keikutsertaannya pada Pemilu/Pemilukada didorong oleh adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban dari warga negara. Pada sub bab berikutnya mengenai tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, kita akan melihat bahwa terdapat dua alasan terbesar yang mendorong pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, salah satunya adalah alasan yang terkait dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia (Grafik 3.3). Secara khusus kepada responden pemilih juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai keikutsertaannya pada pemilihan dikaitkan dengan hak dan kewajiban. Grafik 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak dan kewajiban (yaitu sebanyak 52.2%). Sedangkan pemilih yang lain berpendapat bahwa mengikuti pemilihan adalah hak, bukan kewajiban (25.8%) dan kewajiban, bukan hak (19.0%). Grafik 3.2 Persepsi pemilih total 6 Propinsi terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Base : Semua responden (n : 2.760) DKI Jakarta (n : 460) 32.8% 21.7% 45.0%.4% Jawa Timur (n : 460) 28.5% 22.0% 46.3% 3.2% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 25.8% 19.0% 52.2% 3.0% Kalimantan Timur (n : 460) 28.1% 21.7% 48.1% 2.2% Aceh (n : 460) 27.7% 14.3% 56.8% 1.2% Sulawesi Selatan (n : 460) 21.8% 24.0% 50.0% 4.2% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 14.9% 10.8% 67.9% 6.4% Hak Kewajiban Hak dan kewajiban Tidak tahu Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? 21

31 C. KEINGINAN PEMILIH UNTUK MENGIKUTI PEMILU 2014 Secara umum, sebagian besar pemilih 6 propinsi memiliki keinginan untuk mengikuti Pemilu pada 2014 mendatang, baik pemilihan Presiden maupun pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD (yaitu lebih dari 70% pemilih). Selain karena faktor hak dan kewajiban sebagai warga negara, masih tingginya keinginan pemilih untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan, baik pemilihan Presiden ataupun pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK didorong oleh masih adanya harapan bahwa Pemilu bisa menghasilkan pemimpin dan wakil rakyat yang baik dan mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi rakyat dan negara Indonesia (Grafik 3.3). Namun, sejalan dengan persepsi pemilih terhadap pentingnya diadakan pemilihan Presiden dan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD, juga terdapat perbedaan tingkat keinginan antara kedua jenis pemilihan tersebut, dimana tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan Presiden terlihat lebih kuat dibandingkan terhadap pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD. Grafik 3.3 menunjukkan bahwa : - Terdapat total 93.3% pemilih 6 propinsi yang menyatakan keinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden tanpa mempertimbangkan siapapun pihak yang akan mencalonkan diri. Dan 33.8% diantaranya menyatakan keinginannya secara kuat (sangat ingin mengikuti pemilihan Presiden). Hanya terdapat 5.0% pemilih yang keinginannya untuk mengikuti pemilhan Presiden dipengaruhi oleh calon yang akan mengikuti pemilihan. Dan hanya 1.0% pemilih yang menyatakan ketidakinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 mendatang (Grafik 3.2). Tingginya antusiasme untuk mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 tersebut dapat ditemukan pada setiap propinsi. Namun jika dilihat urutannya, Jawa Timur merupakan propinsi dimana tingkat antusiasme sedikit lebih rendah dibandingkan lima propinsi lainnya untuk mengikuti pemilihan Presiden. - Sedangkan pada pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD, dari pemilih yang mengklaim pernah mendengar lembaga dan pemilihan tersebut, terdapat total 82.4% pemilih yang mengklaim ingin mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD pada Pemilu 2014, tanpa mempertimbangkan pasangan calon yang akan mengikuti pemilihan (namun hanya terdapat 19.5% pemilih yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti). Sedangkan 10.7% pemilih diantaranya belum bisa menentukan keikutsertaannya pada saat wawancara berlangsung, karena belum mengetahui calon yang akan maju. Dan hanya 2.4% pemilih yang menyatakan ketidakinginannya untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD pada Pemilu 2014 mendatang, dengan alasan bahwa adanya ketidakjelasan peran DPR/DPRD dan DPD, banyaknya kasus korupsi yang dilakukan DPR/DPRD dan tidak adanya perubahan dengan mengikuti pemilihan tersebut. Sama seperti pada pemilihan Presiden, Jawa Timur merupakan propinsi dimana tingkat antusiasme sedikit lebih rendah dibandingkan lima propinsi lainnya untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD dan DPD pada Pemilu Hal yang menarik juga terlihat pada propinsi DKI Jakarta, dimana pada pemilihan Presiden, antusiasmenya untuk mengikuti pemilihan tersebut sama tingginya dengan propinsi yang lain. Namun pada pemilihan DPR/DPRD dan DPD, DKI Jakarta menjadi propinsi dengan tingkat antusiasme yang paling rendah dibandingkan propinsi lainnya. 22

32 Grafik 3.3 Keinginan mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga PEMILIHAN PRESIDEN Base : Responden yang mengenal lembaga Presiden PEMILIHAN DPR/DPRD/DPRA/DPRK DAN DPD Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRD/DPRA/DPRK Kalimantan Timur (n : 433) 25.2% 61.8% 2.1% 9.3% 1.2% Kalimantan Timur (n : 460) Nusa Tenggara Timur (n : 460) DKI Jakarta (n : 460) Sulawesi Selatan (n : 460) 39.2% 34.4% 34.1% 33.8% 53.5% 56.5% 59.1% 60.2%.4% 6.0%.7% 1.0% 6.3% 1.4% 0.7% 5.7% 0.4% 1.0% 3.5% 1.4% Nusa Tenggara Timur (n : 420) Sulawesi Selatan (n : 386) Aceh (n : 427) 23.8% 22.2% 23.0% 57.4% 63.3% 72.0% 1.2% 9.8% 6.7% 0.8% 7.8% 5.9%.0% 4.0% 0.4% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 33.8% 59.5% 0.9% 5.0% 0.7% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.466) 19.5% 62.9% 2.0% 10.7% 4.4% Aceh (n : 460) Jawa Timur (n : 460) 33.1% 28.3% 63.1% 65.0% 0.8% 2.5% 0.4% 1.5% 5.2%.0% Jawa Timur (n : 377) DKI Jakarta (n : 420) 13.8% 8.8% 61.7% 67.9% 5.5% 1.6% 15.6% 0.8% 22.1% 1.4% Sangat ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Menolak menjawab Sangat ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Menolak menjawab Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden dan anggota DPR/DPRD dan DPD. Seberapa besar tingkat keingianan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 23

33 Grafik 3.4 Alasan untuk mengikuti mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang punya keinginan untuk mengikuti Pemilu 2014 PEMILIHAN PRESIDEN PEMILIHAN DPR/DPRD/DPRA/DPRK DAN DPD Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan Presiden (n : 2.602) Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD (n : 2.051) Berpartisipasi untuk memilih Presiden yang baik dan menentukan nasib bangsa 46.3% Berpartisipasi untuk memilih DPR/DPRD/DPRA/DPRK/DPD yang baik dan menentukan nasib bangsa 44.5% Memilih Presiden adalah hak dan kewajiban warga Bersemangat dengan adanya sosok Presiden yang baru Sudah terdaftar pada daftar pemilih 3.0% 1.6% 42.6% Memilih DPR/DPRD adalah hak dan kewajiban warga Ingin mengetahui DPR/DPRD/DPRA/DPRK yang baru 18.2% 15.2% Merupakan kegiatan rutin 5 tahunan 1.2% Ikut-ikutan orang lain yang juga ikut memilih 1.9% Ingin merasakan pengalaman mengikuti pemilihan 0.4% Merupakan kegiatan rutin 5 tahunan 0.3% Mengapa B/I/S ingin mengikuti atau tidak ingin mengikuti Pemilu 2014? Relevansi atas persepsi positif terhadap pentingnya mengikuti Pemilu/Pemilukada, KHUSUSNYA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN, juga terlihat kepada tingkat kesetujuan pemilih terhadap beberapa pernyataan sehubungan dengan persepsi atas keikutsertaan para pemilih dan dampaknya pada hasil pemilihan yang diikutinya. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 3.5, dimana: % lebih pemilih di 6 propinsi menyatakan bahwa mereka tetap akan mengikuti pemilihan walaupun tidak ada calon ataupun partai politik yang dirasa cocok bagi mereka (sejalan dengan temuan bahwa 93.3% pemilih mengklaim ingin mengikuti pemilihan Presiden dan 82.4% pemilih mengklaim ingin mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK tahun 2014 mendatang, tanpa mempertimbangkan calon yang akan maju) % pemilih sadar bahwa keikutsertaan mereka dalam Pemilu/Pemilukada akan berpengaruh terhadap hasil dari Pemilu/Pemilukada tersebut (satu suara membawa perubahan) % pemilih merasa dirugikan jika mereka tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada. 24

34 Grafik 3.5 Persepsi Pemilih terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Base : Semua Responden (n : 2.760) Saya akan tetap mengikuti Pemilu/Pemilukada walaupun tidak ada calon/partai politik yang dirasa cocok buat saya 13.8% 69.6% 0.7% 11.7% 4.3% 0,2% Jika saya ikut dalam Pemilu/Pemilukada, maka akan mempengaruhi hasil dari Pemilu/Pemilukada itu 15.9% 70.8% 8.6% 4.5% 1.4% Saya akan merasa dirugikan jika tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada 15.6% 63.7% 14.2% 5.1% Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju Tidak tahu Sebelumnya digambarkan bahwa salah satu faktor yang mendorong keinginan dari beberapa pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu adalah hak dan/atau kewajiban dari warga negara Indonesia. Secara khusus, tabel 3.2 dan 3.3 di bawah mencoba untuk menggambarkan pengaruh adanya persepsi dalam mengikuti pemilihan (apakah hak dan/atau kewajiban) terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Tabel 3.2 menunjukkan bahwa adanya persepsi diatas sedikit banyak berpengaruh terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan Presiden, walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar. Diantara pemilh yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah hak dari pemilih, 29.4% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden. Sedangkan diantara pemilih yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah kewajiban dari pemilih, 36.3% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden. Namun berbeda terhadap tingkat keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD, dimana adanya persepsi diatas tidak berpengaruh terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa kelompok pemilih yang memiliki persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak atau kewajiban, memiliki tingkat keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD yang sama. 25

35 Tabel 3.2 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 Base : Semua Responden (n : 2.760) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 711) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:1.968) 29.4% 62.4% 1.1% 0.3% 6.2% 0.6% 36.3% 58.8% 0.6% 0.1% 4.0% 0.3% Tidak tahu (n=83) 10.8% 48.2% 6.0% 2.4% 19.3% 13.3% Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden. Seberapa besar tingkat keingianan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? Tabel 3.3 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD pada Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan/atau DPD (n : 2.760) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 647) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:1.818) 20.1% 62.0% 1.9% 0.6% 12.1% 2.5% 19.1% 63.5% 1.9% 0.4% 10.3% 3.9% Tidak tahu (n=46) 8.7% 30.4% 10.9% 4.3% 28.3% 13.0% Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD. Seberapa besar tingkat keingianan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 26

36 BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU 2014 A. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK PEMILU 2014 Bab ini akan menyajikan temuan mengenai pemahaman pemilih di 6 propinsi terhadap beberapa aspek Pemilu, yaitu: - Pemahaman pemilih mengenai adanya Pemilu pada tahun 2014 mendatang dan jenis pemilihan yang akan dilakukan, - Pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang akan mengikuti Pemilu 2014, - Pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara (baik secara umum, maupun surat suara pada pemilihan legislatif). Pemahaman terhadap adanya Pemilu Grafik 4.1 menunjukkan bahwa adanya Pemilu pada tahun 2014 sudah dipahami oleh sebagian besar pemilih di 6 Propinsi, yaitu 85.9% pemilih. Adanya Pemilu 2014 paling banyak diketahui di propinsi DKI Jakarta. Sebaliknya, propinsi yang pemilihnya paling banyak belum paham mengenai adanya Pemilu di 2014 adalah Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. - Pada Pemilu 2014 diatas, jenis pemilihan yang akan dilakukan adalah pemilihan Presiden, pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan pemilihan DPD. Mengenai beberapa jenis pemilihan yang akan dilakukan tersebut, sepertinya pemilihan Presiden lebih popular dibandingkan pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD. Grafik 4.1 menunjukkan bahwa dari 85.9% pemilih yang paham mengenai adanya Pemilu 2014, 96.7% diantaranya memahami bahwa jenis pemilihan yang akan dilakukan adalah pemilihan Presiden. Sedangkan untuk adanya pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD, dipahami oleh masing masing 57.1% pemilih untuk DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan 22.3% pemilih untuk DPD. 27

37 Grafik 4.1 Pemahaman pemilih di total 6 propinsi terhadap adanya Pemilu 2014 Base : Semua responden (n : 2.760) PEMAHAMAN TERHADAP ADANYA PEMIL U 2014 PEMAHAMAN TERHADAP JENIS PEMILIHAN Base : Semua responden (n : 2.760) Base : Responden yang paham akan diadakannya Pemilu 2014 (n : 2.370) DKI Jakarta (n : 460) 97.0% Aceh (n : 460) Sulawesi Selatan (n : 460) Kalimantan Timur (n : 460) 92.4% 89.5% 86.0% Pemilihan Presiden Pemilihan DPR/DPRD 57.1% 96.7% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 85.9% Pemilihan DPD 22.3% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 76.3% Tidak tahu 0.9% Jawa Timur (n : 460) 75.2% Apakah B/I/S tahu bahwa pada tahun 2014 akan diadakan Pemilu 2014? Menurut B/I/S, jenis pemilihan apakah yang akan diadakan pada tahun 2014 mendatang? 28

38 Pemahaman terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Dari total 4 aspek yang dibahas pada bab ini, pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang berhak untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah yang paling rendah dibandingkan 3 aspek lainnya. Grafik 4.2 menunjukkan bahwa dari responden pemilih mengklaim pernah mendengar lembaga DPR/DPRA/DPRK hanya 12.2% pemilih yang paham mengenai jumlah partai politik yang berhak mengikuti Pemilu Jumlah partai politik yang dipahami oleh pemilih diatas adalah 6 10 partai politik (39.7%) dan partai (38.9%). Grafik 4.2 Pemahaman pemilih di total 6 propinsi terhadap jumlah partai politik pada Pemilu 2014 Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD/DPRA/DPRK PEMILIH YANG MENGKLAIM PAHAM DENGAN JUMLAH PARTAI POLITIK PEMAHAMAN TERHADAP JUMLAH PARTAI POLITIK Aceh (n : 427) 23.0% Nusa Tenggara Timur (n : 420) 17.7% 1-5 partai politik 7.4% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.458) 12.2% 6-10 partai politik 39.7% Sulawesi Selatan (n : 386) 9.6% partai politik 38.9% Kalimantan Timur (n : 433) DKI Jakarta (n : 460) 8.2% 7.6% Lebih dari 15 partai politik 13.9% Jawa Timur (n : 390) 7.0% Apakah B/I/S tahu mengenai jumlah partai politik yang berhak mngikuti Pemilihan DPR pada tahun 2014 mendatang, atau tidak? Berdasarkan pemahaman B/I/S, berapakah jumlah partai politik yang berhak mengikuti pemilihan DPR pada tahun 2014 mendatang 29

39 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih 6 propinsi memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai hanya dengan cara di coblos (69.5%). Beberapa pemilih lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika ditandai dengan cara bisa memilih antara di coblos atau di centang (20.8%). Sedangkan 8.4% sisanya adalah pemilih memahami bahwa surat suara yang sah adalah jika ditandai dengan cara di centang. Grafik 4.3 Pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu 2014 Base : Semua responden DKI Jakarta (n :460) 5.2% 82.6% 12.2%.5% Aceh (n : 460) 20.9% 42.9% 35.1% 1.2% Kalimantan Timur (n : 460) 9.2% 78.5% 10.5% 1.8% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 8.4% 69.5% 20.8% 1.3% Jawa Timur (n : 460) 4.1% 78.5% 15.9% 1.5% Sulawesi Selatan (n : 460) 4.0% 76.8% 18.5% 0.6% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 6.2% 58.4% 32.6% 2.8% Hanya bisa dengan mencentang Bisa dengan mencoblos atau mencentang Hanya bisa dengan mencoblos Tidak tahu Menurut pemahaman B/I/S, manakah cara yang akan digunakan dalam menandai surat suara pada Pemilu 2014 mendatang? 30

40 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK di tahun Selain menanyakan pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara secara umum, kepada responden juga ditanyakan mengenai pemahaman mereka terhadap cara menandai surat suara secara khusus pada pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK. - Grafik 4.4 menunjukkan bahwa dari pemilih yang mengenal lembaga dan pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK, sebagian besar memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai pada nama calonnya saja (42%). Beberapa pemilih lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika menandai partai politik dan calonnya (35.7%), atau bisa salah satu partai politik atau calonnya (12.9%), atau partai politiknya saja (6.7%). Grafik 4.4 Pemahaman pemilih di total 6 propinsi terhadap cara menandai surat suara pada pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK Base : responden yang paham terhadap pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK DKI Jakarta (n : 420) 11.0% 32.4% 44.3% 11.9%.5% Aceh (n : 460) 4.2% 43.7% 23.7% 22.8% 4.8% Kalimantan Timur (n : 460) 9.1% 41.2% 42.7% 5.8% 1.3% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.466) 6.7% 42.0% 35.7% 12.9% 2.8% Jawa Timur (n : 460) 7.9% 54.9% 26.7% 7.9% 2.6% Sulawesi Selatan (n : 386) 4.2% 39.7% 44.6% 8.4% 1.9% Nusa Tenggara Timur (n : 420) 2.9% 40.9% 32.2% 18.8% 5.3% Hanya memilih partai politik nya saja Memilih partai politik dan calon Tidak tahu Hanya memilih calonnya saja Memilih partai politik atau calon Menurut pemahaman B/I/S, bagaimanakah cara menandai surat suara yang benar pada Pemilihan anggota DPR/DPRD di Pemilu 2014 mendatang? 31

41 B. INFORMASI TENTA NG PEMILU 2014 YANG PALING DIBUTUHKAN Tiga jenis informasi utama tentang Pemilu 2014 yang paling banyak dibutuhkan oleh pemilih di 6 propinsi adalah informasi mengenai (i) nama calon Presiden dan visi misinya, (ii) nama calon anggota DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan (iii) jadwal pelaksanaan Pemilu. Cukup banyak pula pemilih yang tidak yakin/tahu mengenai informasi apa yang ingin diketahuinya seputar Pemilu 2014 (12.2%) dan pemilih yang tidak membutuhkan informasi apapun tentang Pemilu 2014 (11.7%). Kelompok pemilih yang menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan informasi apapun tentang Pemilu bisa berkemungkinan dua hal, yaitu pemilih tersebut sudah cukup memiliki banyak informasi tentang Pemilu 2014 atau mereka memang tidak berkeinginan untuk mendapatkan informasi apapun mengenai Pemilu 2014 (walaupun pada kenyataannya mereka tidak memiliki cukup informasi). Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan pemilih di total 6 propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) 23.3% NAMA CALON PRESIDEN TIDAK ADA 11.7% 20.8% NAMA CALON ANGGOTA DPR/DPRD/DPRA/DPRK TIDAK TAHU 12.2% 10.0% JADWAL PEMILIHAN NAMA DAN JUMLAH PARTAI 4.0% 7.7% VISI MISI CALON PRESIDEN 4.6% CARA PENANDAAN SURAT SUARA Informasi apakah yang PALING B/I/S butuhkan mengenai Pemilu 2014? 32

42 Tabel 4.1 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan pemilih di total 6 propinsi Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROPINSI NAMA CALON PRESIDEN NAMA CALON ANGGOTA DPR/DPRD/ DPRA/DPRK JADWAL PEMILIHAN VISI MISI CALON PRESIDEN PENANDAAN SURAT SUARA JUMLAH DAN NAMA PARTAI POLITIK TIDAK ADA TIDAK TAHU Aceh (n : 460) 13.2% 21.1% 13.1% 10.6% 11.4% 1.8% 13.3% 5.8% DKI Jakarta (n : 460) 21.1% 25.% 13.5% 5.0% 4.6% 3.9% 7.2% 3.9% Jawa Timur (n : 460) 42.2% 17.0% 12.8% 3.5% 1.1% 2.2% 13.0% 3.7% Kalimantan Timur (n : 460) 20.0% 15.4% 6.8% 11.5% 3.1% 8.6% 13.2% 13.1% Sulawesi Selatan (n: 460) 17.5% 13.5% 12.0% 4.8% 5.0% 5.0% 18.2% 19.7% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 25.1% 27.7% 2.7% 10.9% 0.5% 2.9% 13.6% 8.2% Informasi apakah yang PALING B/I/S butuhkan mengenai Pemilu 2014? 33

43 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP SUMBER INFORMASI UNTUK PEMILU 2014 Selain ditanyakan mengenai jenis informasi mengenai Pemilu 2014 yang dibutuhkan oleh pemilih, kepada responden juga ditanyakan mengenai sumber informasi yang lebih pemilih sukai untuk mendapatkan sumber informasi mengenai Pemilu Grafik 4.6 menunjukkan bahwa televisi masih menjadi sumber informasi paling disuka oleh pemilih. Sebagai alternatif televisi, terdapat beberapa sumber informasi lain yang disebutkan, seperti surat kabar, kampanye atau sosialisasi tatap muka, keluarga, poster/baliho/brosur/stiker dan teman/tetangga. Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 6) Base : Semua responden (n : 2.760) Televisi 82.2% Surat kabar Kampanye, sosialisasi tatap muka Keluarga Poster, baliho, brosur, stiker Teman, tetangga 24.8% 18.2% 15.1% 14.1% 14.0% Radio 5.4% Untuk mengetahui informasi mengenai Pemilu 2014 mendatang, darimanakah B/I/S paling suka untuk ingin mendapatkan informasi tersebut? Tolong sebutkan 2 sumber informasi Tabel 4.2 Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 6) Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROPINSI TELEVISI SURAT KABAR SOSIALISASI TATAP MUKA KELUARGA POSTER, BALIHO, BROSUR, STIKER TEMAN, TETA NGGA RADIO Aceh (n : 460) 89.7% 47.7% 7.7% 3.9% 7.3% 8.1% 5.5% DKI Jakarta (n : 460) 93.5% 23.3% 15.0% 7.4% 10.9% 8.7% 1.5% Jawa Timur (n : 460) 82.8% 15.9% 27.0% 19.6% 22.6% 21.1% 5.2% Kalimantan Timur (n : 460) 88.0% 20.1% 15.8% 12.3% 15.4% 11.8% 2.0% Sulawesi Selatan (n: 460) 87.4% 21.8% 20.7% 17.9% 13.6% 13.6% 2.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 52.0% 20.8% 23.8% 29.0% 14.4% 22.3% 16.1% Untuk mengetahui informasi mengenai Pemilu 2014 mendatang, darimanakah B/I/S paling suka untuk ingin mendapatkan informasi tersebut? Tolong sebutkan 2 sumber informasi 34

44 D. TINGKAT KEPERCAYAAN PEMILIH TERHADAP BEBERAPA LEMBAGA/INSTITUSI SEBAGAI SUMBER INFORMASI PEMILU Kepada responden pemilih 6 propinsi diminta tingkat kepercayaan mereka kepada beberapa lembaga (KPU/KPUD/KIP, Bawaslu/Panwaslu, Kepala Desa/Lurah/Ketua RT, tokoh/lembaga agama, LSM/Ormas/Universitas, Media dan calon/partai politik) sebagai sumber untuk memberikan informasi mengenai Pemilu. Tingkat kepercayaan terhadap lembaga-lembaga diatas dapat mereka tunjukkan dengan skala 0 10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa mereka sangat tidak percaya, dan skala 10 menggambarkan bahwa mereka sangat percaya. Khusus untuk lembaga KPU/KPUD/KIP dan Bawaslu/Panwaslu, sebelum ditanyakan tingkat kepercayaan pemilih terhadap lembaga tersebut, kepada pemilih juga ditanyakan mengenai pengenalan mereka terhadap dua lembaga tersebut. Grafik 4.7 menunjukkan bahwa terdapat 15.7% pemilih di 6 propinsi yang mengklaim tidak pernah mendengar adanya lembaga KPU/KPUD/KIP. Sedangkan terhadap Bawaslu/Panwaslu, persentase pemilih 6 propinsi yang mengklaim tidak pernah mendengar adanya lembaga Bawaslu/Panwaslu hampir mendekati dua kali lipat dari KPU/KPUD/KIP, yaitu sebanyak 27.7%. DKI Jakarta merupakan propinsi yang pengenalannya terhadap lembaga KPU/KPUD/KIP dan Bawaslu/Panwaslu paling baik dibandingkan lima target propinsi lainnya. Sebaliknya, Jawa Timur merupakan propinsi yang pengenalannya terhadap lembaga KPU/KPUD/KIP paling rendah. Grafik 4.7 Pengenalan pemilih di total 6 propinsi terhadap KPU/KPUD/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Base : Semua responden (n : 2.760) 84.3% 72.3% 15.7% 27.7% Tidak pernah mendengar KPU/KPUD/KIP BAWASLU/PANWASLU Pernah mendengar Apakah B/I/S pernah mendengar lembaga KPU/KPUD/KIP (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu/Panwaslu? 35

45 Tabel 4.3 Pengenalan pemilih di total 6 propinsi terhadap KPU/KPUD/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROPINSI Pernah mendengar KPU/KPUD/KIP Tidak pernah mendengar BAWASLU/PANWASLU Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Aceh (n : 460) 84.9% 15.7% 84.3% 15.7% DKI Jakarta (n : 460) 93.9% 6.1% 84.1% 15.9% Jawa Timur (n : 460) 70.2% 29.8% 48.9% 51.1% Kalimantan Timur (n : 460) 88.5% 11.5% 75.6% 24.4% Sulawesi Selatan (n: 460) 79.5% 20.5% 70.8% 29.8% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 89.2% 10.8% 70.3% 29.7% Apakah B/I/S pernah mendengar lembaga KPU/KPUD/KIP (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu/Panwaslu? 36

46 Kembali kepada tingkat kepercayaan pemilih di 6 propinsi terhadap beberapa lembaga diatas sebagai sumber informasi pemilu, Grafik 4.8 menunjukkan bahwa bahwa secara rata - rata, pemilih memberikan respon cukup positif kepada lembaga lembaga tersebut, yaitu dengan rata rata skala kepercayaan sebesar 6 8. Walaupun tidak berbeda secara signifikan, pemilih memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi kepada KPU/KPUD/KIP dan tokoh atau lembaga keagamaan. Sebaliknya, pemilih memberikan skala kepercayaan yang lebih rendah kepada calon atau partai politik atau tim suksesnya (dibandingkan lembaga lainnya). Pola tingkat kepercayaan terhadap lembaga sebagai sumber informasi Pemilu seperti yang ditunjukkan pada Grafik 4.8 cenderung sama pada setiap propinsinya (Tabel 4.4). Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih di total 6 propinsi terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Base : Semua responden (n : 2760) SANGAT PERCAYA SANGAT TIDAK PERCAYA KPU/ KPUD/ KIP 7.7 BAWASLU/ PANWASLU APARAT DESA/ KETUA RT TOKOH/ LEMBAGA AGAMA LSM/ORMAS/ UNIVERSITAS MEDIA CALON/ PARTAI POLITIK 6.3 Untuk setiap lembaga yang akan saya bacakan di bawah ini, seberapa besar tingkat kepercayaan B/I/S terhadap setiap lembaga tersebut sebagai sumber yang bisa memberikan informasi mengenai Pemilu/Pemilukada. Tolong sampaikan pendapat B/I/S dengan menggunakan skala 0-10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak percaya dan skala 10 menggambarkan bahwa B/I/S sangat percaya. B/I/S juga bisa memilih skala lain diantara skala 0 dan skala 10 tersebut 37

47 Tabel 4.4 Tingkat kepercayaan pemilih di total 6 propinsi terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROPINSI KPU/ KPUD/ KIP BAWASLU/ PANWASLU APARAT DESA/ KETUA RT TOKOH/ LEMBAGA AGAMA LSM/ ORMAS/ UNIVERSITAS MEDIA CALON/ PARTAI POLITIK Aceh (n : 460) DKI Jakarta (n : 460) Jawa Timur (n : 460) Kalimantan Timur (n : 460) Sulawesi Selatan (n: 460) Nusa Tenggara Timur (n : 460) Untuk setiap lembaga yang akan saya bacakan di bawah ini, seberapa besar tingkat kepercayaan B/I/S terhadap setiap lembaga tersebut sebagai sumber yang bisa memberikan informasi mengenai Pemilu/Pemilukada. Tolong sampaikan pendapat B/I/S dengan menggunakan skala 0-10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak percaya dan skala 10 menggambarkan bahwa B/I/S sangat percaya. B/I/S juga bisa memilih skala lain diantara skala 0 dan skala 10 tersebut 38

48 BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON VOTING (TIDAK MEMILIH) Bab ini tidak akan menyajikan temuan mengenai persentase pemilih yang memutuskan untuk tidak memilih pada Pemilu/Pemilukada, namun lebih kepada faktor faktor yang mendorong kelompok pemilih tersebut untuk tidak mengikuti pemilihan. Dengan pertimbangan bahwa terdapat tingkat keinginan yang berbeda untuk mengikuti setiap jenis pemilihan, maka diasumsikan bahwa terdapat faktor/alasan yang berbeda pula yang mendasari tidak diikutinya jenis pemilihan tertentu oleh pemilih. Oleh karena itu, kepada responden pemilih juga ditanyakan pengalaman mengikuti pemilihan pada setiap jenis pemilihan, yaitu pemilihan Presiden, DPR/DPRD/DPRA/DPRK, Gubernur dan Bupati/Walikota (termasuk alasan yang mendasari tidak diikutinya pemilihan tersebut). Diketahui bahwa alasan ketidakikutsertaan pemilih pada jenis pemilihan tertentu sangat beragam, namun alasan yang beragam tersebut dapat dikelompokkan dalam tujuh kelompok besar, yaitu : Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih KELOMPOK ALASAN SPESIFIK ALASAN Tidak paham dengan adanya Pemilu 1 Kurang memiliki informasi terkait Pemilu 2 3 Apatis Alasan lupa atau berhalangan karena memiliki kegiatan/kepentingan pribadi Tidak paham dengan lokasi TPS Tidak paham tanggal pelaksanaan Pemilu Tidak memiliki cukup informasi tentang calon Sakit Harus bekerja/sekolah Sedang ada acara keluarga Sedang berada di luar kota/negeri Hambatan biaya untuk datang ke TPS Lupa Lokasi TPS yang jauh Malas antri dan berdesak-desakan Menganggap bahwa mengikuti Pemilu tidak akan membuat perubahan Tidak percaya dengan calon 4 Tidak ada calon yang dirasa cocok Tidak ada calon yang dirasa cocok 5 Bertentangan dengan ideologi Bertentangan dengan ideologi Tidak mendapatkan surat undangan 6 Masalah terkait administratif Tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tidak memiliki KTP 7 Kendala yang khusus dialami pemilih difabel Khawatir merepotkan orang lain Malu/minder untuk datang ke TPS 8 Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat 9 Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan 39

49 Grafik 5.1 menunjukkan alasan yang mendorong beberapa pemilih 6 propinsi untuk tidak mengikuti masing masing pemilihan Presiden pada tahun 2009, pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD pada tahun 2009, pemilihan Gubernur yang terakhir (dengan periode yang disesuaikan pada setiap propinsi yang berbeda) dan pemilihan Bupati/Walikota yang terakhir (dengan periode yang disesuaikan pada setiap Kabupaten/Kotamadya yang berbeda). Sebagian besar responden bisa menyebutkan alasannya tidak mengikuti pemilihan, namun ada beberapa responden yang merasa keberatan untuk membagikan informasi mengenai ketidakterlibatannya pada satu atau beberapa jenis pemilihan tertentu. Secara umum, terdapat 3 kelompok besar kondisi yang menjadi alasan bagi sebagian besar pemilih yang tidak mengikuti pemilihan, yaitu alasan lupa atau memiliki kegiatan/kepentingan pribadi (dengan alasan khusus yang bisa dilihat pada tabel 5.1), kurang memiliki informasi terkait pemilihan dan masalah yang terkait dengan administratif (tidak terdaftar pada daftar pemilih, tidak menerima undangan atau belum memilki kartu identitas). 40

50 Grafik 5.1 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK 2009 Pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK tahun 2009 Base : Semua responden (n : 153) Lupa atau memiliki kegiatan pribadi 39.5% Kurang memiliki informasi terkait Pemilu 25.4% Masalah terkait administrasi 12.9% Apatis 6.1% Bingung dengan banyaknya pilihan partai Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Tidak ada calon yang dirasa cocok 1.7% 1.0% 0.3% Menolak menjawab 9.1% Grafik 5.2 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan Gubernur 2009 Pemilihan Gubernur Base : Semua responden (n : 263) Lupa atau memiliki kegiatan pribadi 45.3% Masalah terkait administrasi Kurang memiliki informasi terkait Pemilukada Apatis 6.1% 9.6% 18.4% Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Tidak ada calon yang dirasa cocok Menolak menjawab 0,9% 0,3% 9.6% 41

51 Grafik 5.3 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan Bupati/Walikota 2009 Pemilihan Bupati/Walikota Base : Semua responden (n : 117) Lupa atau memiliki kegiatan pribadi 53.1% Masalah terkait administrasi Kurang memiliki informasi terkait Pemilukada Apatis Tidak ada calon yang dirasa cocok Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Menolak menjawab 12.3% 11.7% 5.3% 0,9% 0,3% 9.9% Grafik 5.4 Faktor yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk tidak mengikuti pemilihan Presiden 2009 Pemilihan Presiden tahun 2009 Base : Semua responden (n : 107) Lupa atau memiliki kegiatan pribadi 53.4% Kurang memiliki informasi terkait Pemilu Masalah terkait administrasi Apatis Bingung dengan banyaknya pilihan calon Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Tidak ada calon yang dirasa cocok Menolak menjawab 16.0% 9.8% 6.8% 1.7% 0,9% 0,3% 4.4% Tolong sebutkan alasan UTAMA yang menyebabkan B/I/S tidak mengikuti setiap jenis pemilihan yang tidak B/I/S ikuti? 42

52 BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN A. KRITERIA PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN Secara umum, pemilih 6 propinsi memiliki kriteria yang cenderung sama dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat, baik untuk tingkat Presiden, DPR/DPRD/DPRA/DPRK, Gubernur ataupun Bupati/Walikota. Empat kriteria utama yang dianggap penting bagi pemilih 6 propinsi dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat adalah Visi misi dan program kerja, Pendidikan, Pengalaman kerja, dan agama. - Pada beberapa pemilih, faktor agama dan jender khususnya menjadi pertimbangan pada saat memilih pemimpin, khususnya pada tingkat negara (pada saat memilih Presiden), dibandingkan pada saat memilih DPR/DPRD/DPRA/DPRK. - Sebaliknya, suku/asal daerah dari calon menjadi faktor yang tidak terlalu menjadi pertimbangan pada saat memilih pemimpin negara, dibandingkan pada saat memilih pemimpin atau wakil daerah. Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih total 6 propinsi dalam memilih Presiden, DPR/DPRD/DPRA/DPRK, Gubernur dan Bupati/Walikota Base : Semua responden (n : 2.760) PRESIDEN DPR/DPRD/DPRA/DPRK GUBERNUR & BUPATI/WALIKOTA Visi misi dan program kerja Pendidikan Visi misi dan program kerja 72.5% Pendidikan 67.4% 63.3% 58.5% Visi misi dan program kerja Pendidikan 71.1% 64.5% Pengalaman kerja 57.2% Pengalaman kerja 50.3% Agama 38.6% Agama 41.2% Agama 32.1% Pengalaman kerja 57.8% Partai politik dimana calon bergabung 11.6% Suku/asal daerah 13.4% Suku/asal daerah 16.8% Jender 11.3% Partai politik dimana calon bergabung 11.4% Partai Politik dimana calon bergabung 11.0% Suku/asal daerah 8.5% Jender 7.8% Jender 9.6% Dari beberapa kriteria di bawah ini, manakah kriteria yang menjadi pertimbangkan B/I/S dalam memilih calon.. (masing masing untuk Presiden, DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan Gubernur/Bupati/Walikota) 43

53 B. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN PEREMPUA N Grafik 6.2 menunjukkan bahwa secara umum, persentase pemilih di 6 propinsi yang punya preferensi kuat terhadap wakil perempuan di DPR/DPRD/DPRA/DPRK, masih sangat rendah (yaitu hanya 3.0%). Preferensi kuat disini mengacu kepada kondisi dimana seorang pemilih akan lebih cenderung untuk memilih pemimpin perempuan dibandingkan pemimpin laki-laki. Namun yang menarik adalah, preferensi kuat terhadap wakil laki-laki di DPR/DPRD/DPRA/DPRK, tidak lagi mendominasi pilihan dari pemilih. Persentase kelompok pemilih 6 propinsi yang tidak mempermasalahkan jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD/DPRA/DPRK (menganggap bahwa tidak ada bedanya untuk memilih perwakilan laki-laki atau perempuan) sama besarnya dengan kelompok pemilih yang masih preferensi kuat untuk memiliki perwakilan laki-laki dalam DPR/DPRD/DPRA/DPRK, yaitu masing masing 47.6% dan 44.4% pemilih. Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi yang pemilihnya paling tidak mempermasalahkan jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD/DPRA/DPRK. Sebaliknya, propinsi Aceh merupakan propinsi yang pemilihnya masih paling memiliki preferensi kuat terhadap jender laki laki dalam pemilihan anggota DPR/DPRD/DPRA/DPRK. Grafik 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR/DPRD/DPRA/DPRK Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRD/DPRA/DPRK Nusa Tenggara Timur (n : 420) 5.6% 71.0% 20.8% 2.6% Kalimantan Timur (n : 433) 2.5% 54.0% 40.4% 3.1% Sulawesi Selatan (n : 386) 1.6% 50.4% 38.0% 10.0% Jawa Timur (n : 386) 1.8% 48.7% 46.1% 3.4% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2427) 3.0% 47.6% 44.4% 5.0% DKI Jakarta (n : 375) 2.4% 34.6% 57.2% 5.8% Aceh (n : 427) 3.5% 32.2% 62.5% 1.8% Lebih memilih wakil perempuan Tidak ada bedanya Lebih memilih wakil laki-laki Tidak tahu Bila hal hal lainnya sama. apakah B/I/S lebih memilih punya wakil perempuan atau wakil laki laki di dalam DPR untuk mewakili B/I/S? 44

54 Mempelajari alasan yang mendasari pemilih untuk memiliki preferensi kuat terhadap jender tertentu, grafik 6.3 memperlihatkan alasan pemilih untuk masing-masing memiliki preferensi kuat terhadap wakil laki laki atau perempuan. Masih tingginya persentase pemilih 6 propinsi yang punya preferensi kuat terhadap perwakilan laki-laki didasari oleh beberapa pertimbangan bahwa laki laki lebih memiliki jiwa pemimpin dan memang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin (bahkan ada yang mengaitkannya dengan agama). Selain itu, laki laki dianggap lebih tegas dibandingkan perempuan (dan beberapa kelebihan lainnya, seperti lebih kuat dan tangguh, berwibaw a, lebih cepat bergerak dan bertindak, bijaksana dan berwawasan luas). Sebaliknya, adanya pemilih yang punya preferensi untuk lebih memilih wakil perempuan, umumnya didorong adanya harapan untuk memiliki perwakilan yang bisa memperjuangkan hak hak perempuan. Grafik 6.3 Alasan lebih memilih wakil DPR/DPRD/DPRA/DPRK laki laki atau perempuan Lebih memilih wakil laki - laki Base : Responden yang lebih memilih wakil DPR/DPRD laki-laki (n : 1.112) Lebih memilih wakil perempuan Base : Responden yang lebih memilih wakil DPR/DPRPD perempuan (n : 74) Laki-laki memang ditakdirkan menjadi pemimpin Agama mewajibkan untuk memilih laki-laki sebagai pemimpin 18.0% 33.5% Ada perwakilan dalam memperjuangkan hak perempuan 63.5% Lebih tegas 29.9% Lebih telaten 8.1% Lebih berwibawa 9.9% Lebih bertanggungjawab 6.1% Lebih lembut/perasa 6.8% Lebih kuat/tangguh Lebih bijaksana 5.7% 3.3% Jarang korupsi 4.1% Lebih bisa bergerak aktif Lebih responsif jika ada masalah 3.2% 2.1% Lebih bijaksana 4.1% Mengapa B/I/S lebih memilih wakil laki-laki dibandingkan wakil perempuan? Mengapa B/I/S lebih memilih wakil perempuan dibandingkan wakil laki-laki? 45

55 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN DIFABEL Grafik 6.4 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih di 6 propinsi mengklaim bahwa mereka tidak akan memilih calon yang difabel (76.9%). Bagi sebagian besar pemilih, selama masih ada pemimpin yang tidak difabel, mereka akan cenderung untuk memberikan prioritas pertama terhadap pemimpin yang tidak difabel. Jika dilihat pada setiap propinsinya, pemilih pada setiap propinsi cenderung memiliki preferensi yang sama, dimana sebagian besar dari mereka lebih memilih untuk mendapatkan pemimpin yang tidak difabel. Masih rendahnya preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel didasari oleh adanya persepsi bahwa pemimpin yang difabel akan memiliki keterbatasan dalam memimpin, yaitu tidak memiliki kualifikasi sebagai seorang pemimpin dan tidak akan mampu membawa kesejahteraan bagi negara dan rakyatnya (tidak sehat secara jasmani, akan selalu bergantung kepada bantuan pihak lainnya, cenderung akan mudah dibohongi oleh pihak lain, kurang tegas, kurang berwibawa, akan sulit bersosialisasi dengan pihak lain dan kurang berwawasan luas) (80.8%). Beberapa pemilih bahkan menganggap bahwa memiliki pemimpin yang difabel adalah sesuatu yang akan memalukan khususnya di hadapan negara lainnya (1.8%) dan 0.9% pemilih lainnya menyatakan bahwa Undang Undang sudah menentukan bahwa pemimpin sebaiknya adalah seseorang yang tidak punya keterbatasan. Sedangkan 12.0% pemilih lainnya cenderung akan memberikan kesempatan kepada calon yang difabel untuk dipilih. Mereka menganggap bahwa pada dasarnya calon yang difabel adalah manusia juga yang berhak untuk diberikan kesempatan dan kemungkinan akan mampu memimpin dengan baik, apalagi bila mereka memiliki wawasan, sifat dan kepribadian yang baik. Selain itu pemilih juga mengatakan bahwa calon yang difabel akan bisa lebih merasakan dan berempati terhadap penderitaan rakyatnya. Grafik 6.4 Preferensi pemilih total 6 propinsi terhadap pemimpin difabel Base : Semua responden Aceh (n : 460) 19.3% 73.8% 6.9% Jawa Timur (n : 460) 12.6% 75.7% 11.7% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 12.0% 76.9% 11.2% Kalimantan Timur (n : 460) 11.7% 74.7% 13.5% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 10.3% 79.0% 10.7% DKI Jakarta (n : 460) 9.6% 82.6% 7.8% Sulawesi Selatan (n : 460) 8.4% 76.2% 15.4% Akan memilih Tidak akan memilih Menolak menjawab Apakah B/I/S bersedia untuk memilih calon yang difabel. yaitu calon yang tuna netra (memiliki keterbatasan penglihatan). calon yang tuna daksa (memiliki keterbatasan gerak). atau calon yang tuna rungu (memiliki keterbatasan pendengaran) atau calon yang tuna wicara (memiliki keterbatasan berbicara)? 46

56 Grafik 6.5 Alasan tidak akan memilih pemimpin difabel Base : Responden yang tidak akan memilih pemimpin difabel (n : 2.148) Tidak memiliki kualifikasi sebagai pemimpin 80.8% Masih ada calon pemimpin yang tidak difabel 16.8% Tidak membanggakan, khususnya di hadapan negara lain 1.8% Undang-Undang tidak memperbolehkan dipilihnya pemimpin difabel 0.9% Mengapa B/I/S tidak bersedia untuk memilih calon yang difabel? 47

57 BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH A. KEPEDULIAN PEMILIH TERHADAP KEBERADAAN NAMANYA PADA DAFTAR PEMILIH Mengetahui kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya nama mereka pada daftar pemilih juga bisa menjadi indikator tingkat keinginan pemilih untuk bisa berpartisipasi dalam Pemilu. Untuk mengetahui tingkat kepedulian pemilih di 6 propinsi terhadap hal diatas, kepada responden ditanyakan mengenai perasaan mereka jika nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Berkaitan dengan hal diatas, Grafik 7.1 menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok besar pemilih, yaitu : - Kelompok 1, yaitu pemilih yang punya keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, sebanyak 58.5%, diindikasikan dengan : o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, karena hal ini berarti bahwa mereka akan kehilangan hak pilihnya. - Kelompok 2, yaitu pemilih yang tidak terlalu punya keinginan kuat untuk berpart isipasi dalam Pemilu, sebanyak 39.7%, diindikasikan dengan : o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, namun lebih disebabkan karena adanya perasaan tidak diakuinya mereka sebagai warga negara Indonesia (17.1%), atau o Akan merasa biasa-biasa saja (22.6%). Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih di total 6 propinsi Base : Semua responden (n : 2760) Menolak menjawab, 1.8% KELOMPOK 1 Punya keinginan kuat mengikuti pemilihan 58.5% KELOMPOK 2 Tidak punya keinginan kuat mengikuti pemilihan 39.7% 17,1% 22.6% Akan kecewa/marah jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih, karena alasan merasa tidak diakui sebagai warga negara Akan merasa biasa saja jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih Bagaimana perasaan B/I/S jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu 2014? Mengapa B/I/S merasa heran atau marah atau kecewa jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu

58 Tabel 7.1 Tingkat kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih di total 6 propinsi Berdasarkan propinsi Base : Semua responden PROPINSI Akan kecewa/marah jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih, karena alasan tidak bisa mengikuti pemilihan Akan kecewa/marah jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih, karena alasan tidak diakui sebagai warga negara Akan merasa biasa saja jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih Aceh (n : 460) 68.3% 11.3% 18.3% DKI Jakarta (n : 460) 50.7% 28.3% 20.2% Jawa Timur (n : 460) 50.0% 17.2% 31.5% Kalimantan Timur (n : 460) 56.8% 13.9% 26.4% Sulawesi Selatan (n: 460) 60.4% 12.4% 24.8% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 61.3% 15.2% 21.3% Bagaimana perasaan B/I/S jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu 2014? Mengapa B/I/S merasa heran atau marah atau kecewa jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu 2014 B. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MEMERIKSA DAFTAR PEMILIH Diketahui bahwa 90.1% pemilih di 6 propinsi merasa bahwa dirinya sudah terdaftar pada Pemilu 2014 (74.8% diantaranya bahkan memiliki keyakinan yang kuat mengenai hal tersebut). Hanya 1.4% pemilih yang merasa bahwa dirinya tidak atau belum terdaftar pada Pemilu 2014 dan 8.5% pemilih lainnya tidak tahu mengenai status terdaftarnya nama mereka pada Pemilu Grafik 7.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih yang merasa bahwa namanya terdaftar atau tidak pada daftar pemilih diatas, tidak datang untuk memeriksakan namanya pada daftar pemilih (85.3%). Tingginya persentase pemilih yang tidak memeriksakan namanya pada daftar pemilih ditemukan pada semua enam target propinsi. Sebagian besar dari pemilih tersebut mengetahui informasi mengenai terdaftarnya nama mereka dari stiker daftar pemilih yang sudah tertempel di rumah mereka (48.5% dari total 85.3% pemilih yang tidak memeriksa daftar pemilih). Beberapa pemilih lainnya mengetahui status terdaftarnya nama mereka berdasarkan informasi orang lain (29.5% dari total 85.3% pemilih yang tidak memeriksa daftar pemilih). Bahkan, cukup banyak pula yang keyakinannya didasarkan hanya kepada perkiraan/asumsi bahwa nama mereka pasti terdaftar atau tidak pada daftar pemilih ( 21.9% dari total 85.3% pemilih yang tidak memeriksa daftar pemilih). 49

59 Grafik 7.2 Praktik pemilih dalam memeriksa Daftar Pemilih di total 6 propinsi Base : Responden yang merasa bahwa namanya terdaftar atau tidak pada Daftar Pemilih (n : 2525) Base : Responden yang tidak memeriksa daftar pemilih (n : 2154) Memeriksa Daftar Pemilih Tidak Memeriksa Daftar Pemilih Diberitahu oleh orang lain Hanya mengira-ngira bahwa nama saya pasti terdaftar/tidak teterdaftar Dari stiker Daftar Pemilih yang ditempel di rumah saya Aceh (n= 446) 16.7% 82.9% Aceh (n= 370) 40.7% 22.3% 37.0% Kalimantan Timur (n= 418) 14.2% 82.8% Kalimantan Timur (n= 346) 20.6% 11.6% 67.7% Sulawesi Selatan (n= 402) 13.7% 83.4% Sulawesi Selatan (n= 335) 14.3% 28.3% 57.4% TOTAL 6 PROPINSI (n= 2525) 13.5% 85.3% TOTAL (n: 2154) 29.5% 21.9% 48.5% DKI Jakarta (n= 446) 13.0% 87.0% DKI Jakarta (n= 388) 54.4% 12.1% 33.5% Nusa Tenggara Timur (n= 406) 12.1% 87.4% Nusa Tenggara Timur (n= 355) 12.0% 22.4% 65.7% Jawa Timur (n= 409) 12.0% 87.8% Jawa Timur (n= 359) 35.4% 33.7% 30.9% Apakah nama B/I/S terdaftar untuk Pemilu 2014? Darimana B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S sudah terdaftar atau tidak untuk Pemilu 2014? 50

60 Grafik 7.3 menunjukkan bahwa umumnya keputusan untuk tidak memeriksakan keberadaan atau ketiadaan nama mereka pada daftar pemilih didasari oleh alasan karena adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar di daftar pemilih tersebut (58.0%). Selain itu, faktor keterbatasan informasi (mengenai adanya daftar pemilih yang bisa diperiksa dan tempat untuk memeriksa daftar pemilih) juga menjadi alasan bagi beberapa pemilih untuk tidak memeriksakan namanya pada daftar pemilih. Beberapa alasan tidak memeriksakan daftar pemilih yang tercantum pada Grafik 7.3 ditemui pada setiap target enam propinsi dengan pola yang cenderung sama pada setiap propinsinya. Grafik 7.3 Alasan pemilih tidak memeriksakan daftar di 6 total propinsi Base : Responden yang tidak memeriksakan nama pada daftar pemilih (n : 2154) Yakin namanya terdaftar 58.0% Tidak tahu ada daftar pemilih yang bisa diperiksa Tidak tahu tempat untuk memeriksa Daftar Pemilih Tidak punya waktu 9.9% 13.1% 10.9% Tidak peduli Berasumsi bahwa prosesnya akan sulit/rumit Punya keterbatasan (tidak bisa datang sendiri) Kebiasaan mendapatkan informasi dari Ketua RT 2.9% 2.2%.7%.4% (Bagi yang tidak memeriksa Daftar Pemilih) Mengapa B/I/S tidak datang memeriksa Daftar Pemilih? C. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MENANYAKA N/MELAPORKAN KETIADAAN NAMANYA DI DAFTAR PEMILIH Pada sub bab sebelumnya, kita mendiskusikan mengenai partisipasi aktif pemilih dalam memeriksakan keberadaan nama mereka di daftar pemilih. Grafik 7.2 (di halaman sebelumnya) menunjukkan bahwa partisipasi pemilih di 6 propinsi untuk memeriksa daftar pemilih masih rendah (baru 13.5% pemilih yang memeriksakan namanya pada daftar pemilih). Namun, hal ini lebih disebabkan karena adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar (selain faktor keterbatasan waktu dan faktor terbatasnya pemahaman mereka terhadap adanya daftar pemilih yang bisa diperiksa dan tempat untuk memeriksa daftar pemilih). Pada sub bab ini, kita kembali mencoba untuk mengetahui partisipasi aktif pemilih terhadap hal yang terkait dengan daftar pemilih, yaitu partisipasi pemilih untuk bertanya/melaporkan jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Grafik 7.4 menunjukkan bahwa 87.4% pemilih 6 propinsi mengklaim bahwa jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih, maka mereka akan menanyakan/melaporkan mengenai ketiadaan namanya tersebut (27.9% diantaranya menyatakan keinginan yang kuat mengenai hal ini). 51

61 Hanya 9.5% pemilih yang mengklaim bahwa mereka tidak akan menanyakan atau melaporkan jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dengan melihat lebih jauh terhadap alasan yang mendorong keengganan untuk menanyakan hal tersebut, kita dapat melihat adanya 2 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih yang memang tidak perduli dengan ada atau tidak adanya nama mereka pada daftar pemilih (29.8% dari total 9.5% pemilih yang tidak akan menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya pada daftar pemilih). Kelompok pemilih ini akan merasa biasa saja (tidak ada perasaan marah atau kecewa) walaupun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Kalaupun ada sebagian kecil dari mereka yang merasa kecewa, hal ini bukan disebabkan karena mereka merasa kehilangan hak pilihnya, namun lebih karena merasa tidak diakui sebagai warga negara. - Kelompok pemilih yang sebenarnya merasa peduli mengenai keberadaan namanya pada daftar pemilih (baik untuk alasan yang berkaitan dengan haknya mengikuti pemilihan atau berkaitan dengan diakuinya pemilih sebagai warga negara Indonesia), namun lebih memilih untuk tidak menanyakan atau melaporkan ketiadaan namanya karena faktor faktor eksternal, misalnya beranggapan bahwa prosesnya akan rumit, tidak punya waktu, tidak memiliki cukup informasi mengenai pihak yang bisa ditanya atau sudah apatis akan ada pihak lain yang akan membantu masalahnya tersebut. Grafik 7.4 Tingkat keinginan pemilih untuk menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih di 6 total propinsi Base : Semua responden (n : 2760) DKI Jakarta (n : 460) 33.6% 53.3% 8.8% 4.2% Aceh (n : 460) 27.9% 59.5% 7.4% 5.2% Sulawesi Selatan (n : 460) 27.1% 53.5% 9.2% 10.2% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 26.3% 56.8% 9.5% 7.4% Kalimantan Timur (n : 460) 25.3% 58.1% 8.9% 6.1% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 23.9% 64.3% 8.9% 3.0% Jawa Timur (n : 460) 17.3% 56.0% 16.6% 10.1% Sangat ingin menanyakan Sama sekali tidak punya keinginan untuk menanyakan Ingin menanyakan Tidak tahu/menolak menjawab Misalnya B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih untuk Pemilu 2014, seberapa besar keinginan B/I/S untuk menanyakan hal tersebut? 52

62 Grafik 7.5Alasan pemilih untuk tidak menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih di 6 total propinsi Base : Responden yang tidak punya keinginan untuk menanyakan ketiadaan namanya pada daftar pemilih (n : 262) Tidak peduli 31.3% Tidak punya waktu 23.7% Tidak tahu tempat bertanya/melaporkan Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit 11.3% 13.9% Pernah ditanyakan, tapi tidak ada pengaruhnya Yakin namanya sudah terdaftar Punya keterbatasan (tidak bisa datang sendiri) 4.3% 3.0% 4.7% 2.1% (Jika tidak punya keinginan) mengapa B/I/S tidak punya keinginan untuk menanyakan hal tersebut 53

63 D. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK TERKAIT DAFTAR PEMILIH Terdapat 4 aspek terkait daftar pemilih yang ingin diketahui tingkat pemahamannya di kalangan pemilih, yaitu mengenai : - Penggunaan kartu identitas, khususnya pada kondisi dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilih, - Peran surat undangan dibandingkan dengan daftar pemilih, - Pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar pada daftar pemilih, dan - Tempat pemeriksaan daftar pemilih. Berikut adalah temuan survei untuk masing-masing aspek diatas : Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan - Idealnya, setiap warga yang berhak untuk mengikuti pemilih akan terdaftar pada daftar pemilih. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa kasus dimana nama pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dalam survei ini teridentifikasi bahwa terdapat 1.4% pemilih di 6 propinsi yang sudah yakin bahwa namanya tidak terdaftar pada Pemilu Jika mengacu kepada peraturan, pada kasus dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilihan, sangat memungkinkan bagi mereka untuk tetap bisa mengikuti pemilihan, yaitu dengan menggunakan kartu identitas. Survei ini mencoba untuk mengidentifikasi seberapa banyak pemilih yang sudah paham mengenai adanya ketentuan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, Grafik 7.6 menunjukkan bahwa terdapat 52.7% pemilih di 6 propinsi yang sudah memahami bahwa mereka masih berhak mengikuti pemilihan walaupun tidak terdaftar pada daftar pemilihan, yaitu dengan membawa kartu identitas ke TPS. Sedangkan sisanya adalah : Pemilih yang punya pemahaman bahwa terdaftar pada daftar pemilih adalah syarat mutlak dari seorang warga untuk bisa mengikuti pemilihan (artinya, mereka menganggap bahwa kartu identitas tidak akan bisa membantu seorang pemilih untuk bisa mengikuti pemilihan, selama nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 21.3%. Pemilih yang sama sekali tidak paham apakah mereka masih memiliki hak pilih jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, yaitu 21.2%. Pemilih yang memahami bahwa seseorang tetap bisa mengikuti pemilihan walapun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, selama orang tersebut adalah warga negara Indonesia dan mengikuti pemilihan adalah hak dari setiap warga negara Indonesia (namun kelompok ini tidak secara khusus mengkaitkan kondisi tersebut dengan adanya peraturan yang memungkinkan seseorang bisa membawa kartu identitas ke TPS jika tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 4.7%. 54

64 Grafik 7.6 Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan (pada kondisi tidak terdaftar pada daftar pemilih) Base : Semua responden (n : 2.760) DKI Jakarta (n : 460) Nusa Tenggara Timur (n : 460) 67.2% 65.1% 18.9% 4.1% 9.8% Bisa mengikuti pemilihan dengan kartu identitas 12.9% 2.0% 20.0% Kalimantan Timur (n : 460) 55.9% 17.5% 6.5% 20.1% Tidak bisa mengikuti pemilihan TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 52.7% 21.3% 4.7% 21.2% Bisa mengikuti pemilihan, karena warga negara Indonesia Sulawesi Selatan (n : 460) Jawa Timur (n : 460) 52.3% 41.3% 22.3% 3.3% 22.2% 23.9% 8.0% 26.7% Tidak paham Aceh (n : 460) 34.8% 33.2% 4.1% 28.0% Misalnya B/I/S berada dalam kondisi dimana nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), menurut B/I/S, apakah B/I/S tetap berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? Menurut B/I/S, mengapa B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan walaupun nama B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap? Jika B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih, menurut B/I/S, apakah B/I/S bisa menggunakan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan? Pemahaman terhadap peran surat undangan - Sebagian besar pemilih di 6 propinsi yaitu 72.8%, punya pemahaman bahwa selama nama mereka terdaftar pada daftar pemilih, mereka masih berhak mengikuti pemilihan meskipun mereka tidak mendapatkan surat undangan. Sisanya adalah pemilih yang tidak paham apakah mereka masih berhak mengikuti pemilihan atau tidak, pada kondisi dimana mereka tidak mendapatkan surat undangan meskipun namanya terdapat pada daftar pemilih (18.0%) dan pemilih yang memahami bahwa mereka tidak berhak mengikuti pemilihan kalau tidak mendapatkan surat undangan meskipun namanya terdaftar pada daftar pemilih (9.2%). DKI Jakarta merupakan propinsi yang pemilihnya paling banyak memiliki pemahaman benar mengenai surat undangan tersebut, yaitu masih berhak mengikuti pemilihan walaupun tidak mendapatkan surat undangan asalkan terdaftar pada daftar pemilih (dibandingkan lima propinsi lainnya). Sebaliknya, Aceh merupakan propinsi yang pemilihnya paling sedikit memiliki pemahaman benar mengenai peran surat undangan tersebut (dibandingkan lima propinsi lainnya). 55

65 Grafik 7.7 Pemahaman tentang peran surat undangan terkait dengan hak mengikuti pemilihan (pada kondisi sudah terdaftar pada daftar pemilih) Base : Semua responden (n : 2.760) DKI Jakarta (n : 460) 86.3% 9.1% 4.6% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 75.2% 6.2% 18.6% Kalimantan Timur (n : 460) 75.0% 9.2% 15.8% Sulawesi Selatan (n : 460) 74.3% 8.3% 17.4% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 72.8% 9.2% 18.0% Jawa Timur (n : 460) 67.2% 8.0% 24.8% Aceh (n : 460) 58.8% 14.7% 26.5% Berhak mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Tidak berhak mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Tidak tahu Misalnya B/I/S tidak mendapatkan surat undangan untuk ke TPS, namun nama B/I/S tedaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), menurut B/I/S, apakah B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? Pemahaman terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih - Grafik 7.8 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih di 6 propinsi mengklaim bahwa mereka paham mengenai pihak yang seharusnya bertanggungjawab untuk memastikan agar masyarakat terdaftar pada daftar pemilih, yaitu sebanyak 85.4%. Ketua RT/RW merupakan pihak yang dipahami oleh sebagian besar pemilih tersebut sebagai pihak yang seharusnya bertanggungjawab atas terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih. Selain ketua RT/RW, cukup banyak pula yang menyebutkan panitia pemilihan dan Kepala Desa/Lurah (atau aparat Desa/Kelurahan). - Sebaliknya, masih terdapat 14.6% pemilih yang mengklaim tidak paham mengenai pihak yang seharusnya bertanggungjawab terhadap daftar pemilih. Kalimantan Timur merupakan propinsi dengan persentase pemilih yang tidak paham untuk memeriksakan daftar pemilih nya paling tinggi (dibandingkan lima target propinsi lainnya). 56

66 Grafik 7.8 Pemahaman pemilih terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya pemilih pada daftar pemilih di total 6 propinsi Base : Semua responden (n : 2760) Ketua RT/RW 36.6% Panitia pemilihan (KPPS, KPU, Panwaslu) 23.5% Kepala Desa/Lurah, aparat Desa/kelurahan 23.0% Tidak tahu 14.6% Menurut B/I/S, siapakah pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar dalam pendaftaran pemilih? Tabel 7.2 Pemahaman pemilih terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya pemilih pada daftar pemilih di total 6 propinsi berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2760) Paham PROPINSI Tidak paham Ketua RW/RT Panitia pemilihan Kepala Desa/Lurah, aparat desa/kelurahan Aceh (n : 460) 13.0% 1.6% 34.8% 44.6% DKI Jakarta (n : 460) 4.6% 76.1% 13.0% 5.0% Jawa Timur (n : 460) 16.7% 41.3% 20.0% 20.2% Kalimantan Timur (n : 460) 21.8% 39.6% 26.3% 11.2% Sulawesi Selatan (n: 460) 19.6% 14.4% 25.5% 38.9% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 12.5% 46.1% 21.7% 18.3% Menurut B/I/S, siapakah pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar dalam pendaftaran pemilih? 57

67 Pemahaman terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih - Grafik 7.9 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih 6 propinsi mengklaim bahwa mereka paham dimana mereka bisa memeriksa daftar pemilih, yaitu sebanyak 82.3%. Kantor Kepala Desa/Lurah atau balai desa merupakan tempat yang dipahami oleh sebagian besar pemilih tersebut sebagai tempat bagi mereka untuk bisa memeriksakan daftar pemilih. Selain kantor Kepala Desa/Lurah atau balai desa, cukup banyak pula yang menyebutkan ketua RT/RW. - Sebaliknya, masih terdapat 17.7% pemilih yang mengklaim tidak paham mengenai dimana mereka bisa memeriksakan nama mereka di daftar pemilih. Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan merupakan propinsi dengan persentase pemilih yang tidak paham untuk memeriksakan daftar pemilih nya paling tinggi (dibandingkan lima target propinsi lainnya). Temuan ini sejalan dengan pemahaman pemilih terhadap pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan terdaftarnya pemilih pada daftar pemilih dimana propinsi Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan juga merupakan propinsi dengan persentase pemilih yang paham terhadap aspek tersebut paling rendah dibandingkan empat propinsi lainnya. Grafik 7.9 Pemahaman pemilih terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih di total 6 propinsi Base : Semua responden (n : 2760) Kantor Kepala Desa/ Lurah/Balai Desa 47.5% Ketua RT/RW 23.8% Panitia pemilihan (KPPS, KPU, Panwaslu) 6.4% TPS Tempat atau fasilitas umum (pos kamling, mesjid, kedai kopi) Kantor Kecamatan 3.0% 2.6% 2.4% Stiker yang ditempel di rumah 1.0% Tidak tahu 17.7% Menurut B/I/S, dimanakah B/I/S bisa memeriksa Daftar Pemilih? 58

68 Tabel 7.3 Pemahaman pemilih terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih di total 6 propinsi Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2760 responden) Paham PROPINSI Tidak paham Kantor Kepala Desa/Lurah, balai desa Ketua RT/RW Panitia pemilihan TPS Tempat/ fasilitas umum atau berkumpul Aceh (n : 460) 14.6% 60.7% 2.6% 7.1% 0.2% 11.7% DKI Jakarta (n : 460) 12.0% 35.4% 49.1% 2.8% 4.1% 0.0% Jawa Timur (n : 460) 18.7% 50.4% 21.1% 3.3% 2.6% 1.1% Kalimantan Timur (n : 460) 25.6% 33.9% 31.9% 8.9% 2.1% 1.1% Sulawesi Selatan (n: 460) 20.4% 61.9% 12.6% 4.1% 0.3% 1.7% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 14.5% 43.1% 25.2% 12.0% 8.9% 0.0% Menurut B/I/S, dimanakah B/I/S bisa memeriksa Daftar Pemilih? 59

69 dan Nusa Tenggara Timu BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU 2014 Kejujuran seharusnya menjadi aspek yang dijunjung tinggi dalam pelaksanaan Pemilu, dalam proses pelaksanaannya maupun hasilnya. Pada beberapa pemilih di total 6 propinsi, aspek kejujuran bahkan mempengaruhi keputusan mereka dalam mengikuti pemilihan. Pada bab 9 mengenai politik uang, terdapat 5.4% pemilih yang memutuskan untuk sama sekali tidak mengikuti pemilihan jika praktik politik uang sudah menjadi sangat marak dilakukan oleh calon/partai politik. Selanjutnya dalam bab ini, kita akan memberikan gambaran mengenai persepsi pemilih 6 propinsi terhadap kejujuran pemilihan (baik terhadap proses pelaksanaannya maupun hasilnya), persepsi terhadap pihak pemantau independen dan persepsi terhadap partisipasi pemilih dalam mewujudkan kejujuran dalam pemilihan. Grafik 8.1 mencoba untuk menunjukkan persepsi pemilih terhadap kejujuran pemilihan (khususnya Pemilu 2014), baik dari proses maupun hasilnya ( yaitu apakah hasil Pemilu/Pemilukada yang dikeluarkan oleh KPU benar benar menggambarkan pilihan pemilih di TPS). Jika dilihat dari prosesnya, Grafik 8.1 menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok pemilih berdasarkan persepsi mereka terhadap kemungkinan proses pelaksanaan Pemilu 2014, yaitu apakah Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak : - Kelompok pemilih yang memiliki persepsi positif bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak 38.3%. Dari total 38.3% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil tersebut, 41.2% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya tersebut terhadap alasan bahwa akan ada banyak pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu secara ketat. Pihak yang dimaksud tidak hanya KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu, namun juga pihak lainnya seperti Polisi, saksi di TPS, media, KPK dan pemantau independen. Selain adanya pengawasan dari beberapa pihak yang bertanggungjawab tersebut, adanya sistem bilik suara yang tertutup dan surat suara yang tersegel juga menjadi salah satu alasan yang menyebabkan pemilih yakin akan terciptanya Pemilu 2014 yang jujur (3.9%). Selain alasan diatas, 34.8% pemilih lainnya (dari total 38.3% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil) mendasarkan keyakinannya terhadap alasan bahwa pemilihan calon masih dilakukan oleh pemilih secara bebas dan rahasia, sesuai hati nurani, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. - Kelompok pemilih yang belum dapat memastikan apakah Pemilu akan berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak 47.7%. Adanya kelompok pemilih diatas seharusnya menjadi indikasi bahwa ada beberapa pemilih yang sepenuhnya belum yakin bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur. Adanya pemahaman dan pengalaman berdasarkan Pemilu/Pemilukada sebelumnya yang kadangkala tidak berlangsung secara jujur, yang kemungkinan memberikan persepsi kepada mereka bahwa Pemilu 2014 berkemungkinan berlangsung secara jujur atau berkemungkinan berlangsung secara tidak jujur. 60

70 dan Nusa Tenggara Timu - Kelompok pemilih yang memiliki keyakinan kuat bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung secara jujur, yaitu sebanyak 8.9%. Dari total 8.9% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung jujur dan adil tersebut, 85.5% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya bahwa masih banyak calon yang akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan jabatan, salah satunya dengan melakukan politik uang. Selain kecurangan yang dilakukan oleh calon dan partai politik diatas, beberapa pemilih lainnya juga mendasarkan keyakinannya berdasarkan alasan akan adanya kecurangan dalam penghitungan suara (5.2%). Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan hasil Pemilu/Pemilukada yang dihasilkan oleh KPU/KPUD, Grafik 8.1 menunjukkan bahwa terdapat persepsi pemilih terhadap kejujuran proses pelaksanaan Pemilu dan terhadap hasil perolehan suara yang dikeluarkan oleh KPU. Berbeda dengan terhadap proses pelaksanaannya, masih cukup banyak pemilih yang tidak bisa memastikan apakah pelaksanaan Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak (yaitu sebanyak 47.1% pemilih). Sedangkan terhadap hasilnya, sebagian besar pemilih memiliki keyakinan bahwa hasil Pemilu yang dikeluarkan oleh KPU adalah benar-benar menggambarkan hasil pilihan rakyat di TPS, yaitu sebanyak 87.5% pemilih. Ini mengindikasikan bahwa mereka percaya tidak terjadi adanya kecurangan at au manipulasi pada hasil penghitungan suara. 61

71 dan Nusa Tenggara Timu Grafik 8.1 Persepsi pemilih terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN PROSES PEMILU DKI Jakarta (n : 460) 47.2% 6.1% 44.6% 2.2% Sulawesi Selatan (n : 460) 45.0% 4.7% 36.8% 13.4% Jawa Timur (n : 460) 43.9% 8.5% 44.5% 2.2% Aceh (n : 460) 40.0% 12.9% 45.5% 1.6% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2760) 38.3% 8.9% 47.7% 5.8% Kalimantan Timur (n : 460) 32.6% 8.6% 48.4% 10.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 21.1% 12.0% 61.4% 5.6% KEJUJURAN PEMILU 2014? Akan berlangsung jujur Tidak yakin Tidak akan berlangsung jujur Menolak menjawab Ada orang yang merasa bahwa Pemilu tahun 2014 akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sementara itu, ada pula yang merasa bahwa Pemlu 2014 tidak akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sebagian lagi menyatakan tidak/tidak yakin. Bagaimana dengan B/I/S, pernyataan mana yang paling sesuai dengan pendapat B/I/S? PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN HASIL PEMILU DKI Jakarta (n : 460) Kalimantan Timur (n Jawa Timur (n : 460) Aceh (n : 460) 91.7% 89.0% 88.5% 87.6% 5.9% 2.4% 2.0% 9.0% 4.1% 7.4% 6.3% 6.2% TOTAL 6 PROPINSI Sulawesi Selatan (n : Nusa Tenggara Timur 87.5% 87.3% 80.9% 4.8% 7.7% 1.9% 10.5% 8.0% 11.1% Hasil perolehan suara menggambarkan pilihan masyarakat Hasil perolehan suara tidak menggambarkan pilihan masyarakat Tidak tahu Sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan di bawah ini dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dan skala 4 menggambarkan B/I/S tidak setuju? Pernyataan : Hasil perolehan suara pada Pemilu/Pemilukada yang dikeluarkan oleh lembaga KPU/KPUD benar benar menggambarkan hasil pilihan masyarakat di TPS 62

72 dan Nusa Tenggara Timu B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KERAHASIAAN PEMILU 2014 Grafik 8.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih 6 propinsi menganggap bahwa tidak mungkin jika pilihan mereka terhadap seorang calon tertentu akan diketahui oleh pihak lain (59.8%). Keyakinan ini didasarkan kepada alasan bahwa baik pihak pemilih maupun penyelenggara Pemilu akan berperan untuk menjaga kerahasiaan pilihan tersebut. Dari pihak pemilih, kerahasiaan terjaga dengan cara dimana mereka tidak akan memberitahukan hasil pilihan mereka kepada pihak lain. Dari pihak penyelenggara Pemilu, bilik suara pada TPS yang dirancang serba tertutup dan banyaknya pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu, dianggap akan menjaga kerahasiaan hasil pilihan mereka (Grafik 8.3). Hanya 11.1% pemilih yang menganggap bahwa pilihan mereka terhadap calon berkemungkinan untuk diketahui oleh pihak lain. Sebagian besar dari pemilih yang memiliki keyakinan tersebut pu nya alasan bahwa kemungkinan ada pemilih yang akan memberitahukan pilihannya kepada orang lain. Atau pada kondisi dimana seorang pemilih tersebut adalah pendukung atau tim sukses dari calon atau partai politik tertentu (Grafik 8.3). Grafik 8.2 Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Base : Semua responden (n : responden) Nusa Tenggara Timur (n : 460) 3.7% 21.1% 31.5% 8.6% 35.0% Kalimantan Timur (n : 460) 3.5% 13.0% 42.2% 8.5% 32.8% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 2.0% 9.1% 47.0% 12.8% 29.1% DKI Jakarta (n : 460) 1.7% 5.7% 53.7% 20.2% 18.7% Aceh (n : 460) 1.2% 5.5% 57.9% 16.0% 19.5% Sulawesi Selatan (n : 460) 0.9% 5.2% 44.2% 15.1% 34.5% Jawa Timur (n : 460) 0.7% 4.1% 52.0% 8.9% 34.3% Sangat mungkin untuk bisa mengetahui Tidak mungkin untuk bisa mengetahui Tidak tahu Mungkin untuk bisa mengetahui Sangat tidak mungkin untuk bisa mengetahui Menurut B/I/S, seberapa mungkin pihak lain akan bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S, sedangkan suatu Pemilu/Pemilukada seharusnya berlangsung secara rahasia? 63

73 dan Nusa Tenggara Timu Grafik 8.3 Alasan pemilih mengenai kemungkinan pilihannya akan diketahui oleh pihak lain Punya persepsi bahwa pilihan terhadap calon kemungkinan akan diketahui pihak lain Punya persepsi bahwa pilihan terhadap calon kemungkinan tidak akan diketahui pihak lain Base : Responden yang menyatakan mungkin atau sangat mungkin (n : 306) Base : Responden yang menyatakan tidak mungkin atau sangat tidak mungkin (n : 1.651) Jika pemilih memberitahukan pilihannya kepada orang lain Jika pemilih adalah pendukung atau tim sukses suatu partai tertentu Adanya identifikasi nama atau nomor urut pada surat suara 5.2% 14.4% 38.9% Karena pilihan adalah rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang lain Karena bilik suara sudah dirancang secara tertutup 53.7% 44.6% Adanya pihak lain yang membocorkan informasi Kekikutsertaan pada kampanye calon atau partai politik tertentu Kondisi bilik suara yang terbuka atau sempit sehingga memungkinkan pihak lain untuk mengintip Adanya perjanjian atau kontrak politik dengan calon atau partai politik tertentu Menolak menjawab 3.8% 3.4% 3.2% 2.7% 19.1% Adanya pengawasan pelaksaaan pemilihan suara di TPS, dari perwakilan Panwaslu, saksi partai politik Karena surat suara sudah dirancang agar tidak terjadi kebocoran hasil pilihan suara dari pemilih, misalnya disegel, tidak adanya identitas pemilih pada surat suara Menolak menjawab 0.8% 2.7% 6.7% Menurut B/I/S, bagaimana pihak lain tersebut mungkin/tidak mungkin bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S? 64

74 dan Nusa Tenggara Timu C. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMANTAU INDEPENDEN Untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil, terdapat suatu pihak yang bersifat independen (bukan perwakilan calon, partai politik atau Panwaslu), yang bertugas untuk memantau pelaksanaan Pemilu/Pemilukada. Terkait dengan pihak tersebut, survei ini mencoba untuk mengetahui pengetahuan pemilih di 6 propinsi mengenai keberadaan pemantau independen tersebut (dan lebih jauh mengetahui pemahaman pemilih terhadap peran pemantau independen) dan tingkat keyakinan pemilih terhadap terciptanya Pemilu/Pemilukada yang adil dan jujur dengan adanya pihak pemantau independen tersebut. Grafik 8.4 menunjukkan bahwa (42.1%) pemilih di 6 propinsi merasa yakin bahwa mereka pernah melihat pemantau independen. Mereka memahami lembaga pemantau independen sebagai lembaga yang bertugas untuk memastikan supaya proses penghitungan suara berlangsung secara jujur (73.9%). Selain itu, beberapa pemilih di 6 propinsi memahami bahwa pemantau independen juga punya peran untuk membuat laporan pelanggaran selama Pemilu (27.5%) dan memastikan tidak terjadinya kekerasan selama Pemilu (22.2%). Jika dilihat tingkat pengenalan lembaga independen pada setiap propinsinya, Grafik 8.4 dapat memberikan gambaran bahwa lembaga tersebut paling banyak dikenal oleh pemilih di propinsi Aceh. Sebaliknya, lembaga pemantau independen paling jarang dikenal di propinsi Jawa Timur. Grafik 8.4 Pengenalan pemilih di total 6 propinsi terhadap lembaga pemantau independen Base : Semua responden (n : 2.760) Aceh (n : 460) 59.0% 30.5% 10.6% Sulawesi Selatan (n : 460) 49.7% 35.0% 15.4% DKI Jakarta (n : 460) 46.1% 41.1% 12.8% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 42.8% 35.3% 21.8% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 42.1% 39.5% 18.4% Kalimantan Timur (n : 460) 37.3% 46.0% 16.8% Jawa Timur (n : 460) 19.6% 48.0% 32.4% Pernah melihat/mendengar adanya pemantau independen Tidak pernah melihat/mendengar adanya pemantau independen Tidak tahu/tidak yakin Apakah B/I/S pernah melihat Pemantau Independen pada suatu Pemilu/Pemilukada, yaitu pihak yang tidak mewakili partai politik, calon atau Panwas yang bertugas untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil? 65

75 dan Nusa Tenggara Timu Grafik 8.5 menunjukkan bahwa secara umum, pemilih di 6 Propinsi memiliki persepsi positif terhadap pemantau independen, dimana total (65.6%) pemilih memiliki keyakinan bahwa bahwa lembaga tersebut bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. Namun di dalamnya, terdiri dari beberapa tingkat keyakinan yang berbeda-beda, yaitu tingkat keyakinan yang jauh lebih tinggi (11.9%), tingkat keyakinan yang lebih tinggi (31.5%), dan tingkat keyakinan yang sedikit lebih tinggi (22.1%). Sebaliknya, terdapat (14.7%) pemilih yang memiliki persepsi negatif terhadap pemantau independen, yang merasa tidak yakin bahwa lembaga tersebut bisa meningkatkan kebebasan, kejujuran dan keadilan dalam Pemilu. Dan (19.8%) pemilih lainnya adalah mereka yang tidak bisa memberikan opininya mengenai lembaga pemantau independen tersebut. Cukup tingginya persentase pemilih yang tidak bisa memberikan opininya tersebut cukup masuk akal mengingat pengenalan pemilih terhadap lembaga independen juga masih rendah. Grafik 8.5 Tingkat keyakinan pemilih di total 6 propinsi terhadap lembaga pemantau independen Base : Semua responden (n : 2.760) Aceh (n : 460) 19.2% 28.0% 29.7% 10.3% 3.9% 8.9% Sulawesi Selatan (n : 460) 14.6% 35.6% 12.1% 6.6% 1.1% 30.0% Kalimantan Timur (n : 460) 12.0% 28.8% 21.3% 8.2% 5.0% 24.7% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 11.9% 31.5% 22.1% 11.6% 3.1% 19.8% DKI Jakarta (n : 460) 9.6% 37.6% 30.7% 12.6%.9% 8.7% Jawa Timur (n : 460) 8.3% 35.2% 20.4% 9.3% 5.2% 21.5% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 8.2% 22.8% 19.5% 21.8% 2.3% 25.4% Keyakinan yang jauh lebih tinggi Keyakinan yang lebih tinggi Keyakinan yang sedikit lebih tinggi Tidak merasa yakin sama sekali Tidak menyebabkan perbedaan Tidak tahu Ada kelompok Independen yang akan mengamati dan memantau setiap langkah pelaksanaan Pemilu/Pemilukada dan menginformasikan kepada masyarakat tentang segala bentuk kecurangan pada Pemilu/Pemilukada. Apakah keberadaan Pemantau Independen ini akan memberikan rasa yakin yang jauh lebih tinggi, lebih tinggi, sedikit lebih tinggi atau tidak merasa yakin sama sekali bahwa Pemilu akan berlangsung bebas, jujur dan adil Jika kita membandingkan urutan propinsi berdasarkan tingkat pengenalan pemilihnya terhadap lembaga pemantau independen dan urutan propinsi berdasarkan tingkat keyakinan pemilihnya terhadap lembaga independen, maka dapat dilihat adanya kecenderungan bahwa tingkat keyakinan akan berbanding lurus dengan tingkat pengenalan. Misalnya propinsi Aceh merupakan propinsi dengan persentase pemilih yang mengklaim mengenal lembaga independen paling tinggi dan memiliki persentase pemilih yang memiliki persepsi positif yang juga paling tinggi terhadap lembaga independen. 66

76 dan Nusa Tenggara Timu Lebih jauh lagi, Grafik 8.6 menunjukkan bahwa tingkat keyakinan pemilih terhadap pemantau independen sebagai lembaga yang bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu, sangat dipengaruhi oleh pengenalan pemilih terhadap keberadaan pemantau independen tersebut. Dari (42.1%) pemilih yang mengklaim pernah melihat keberadaan pemantau independen, total (65.4%) dari mereka memiliki keyakinan yang tinggi (meliputi jauh lebih tinggi dan lebih tinggi) bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (19.4% diantaranya memiliki keyakinan yang kuat). Sedangkan dari (39.5%) pemilih yang mengklaim tidak pernah melihat keberadaan pemantau independen, hanya (32.3%. dari mereka yang memiliki keyakinan tinggi bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (hanya 7.7% diantaranya memiliki keyakinan yang kuat). Grafik 8.6 Pengenalan dan persepsi pemilih di total 6 propinsi terhadap lembaga pemantau independen Base : Semua responden (n : 2.760) PEMAHAMAN AWARENESS KEYAKINA N Ada kelompok Independen yang akan mengamati dan memantau setiap langkah pelaksanaan Pemilu/Pemilukada dan menginformasikan kepada masyarakat tentang segala bentuk kecurangan pada Pemilu/Pemilukada. Apakah keberadaan Pemantau Independen ini akan memberikan rasa yakin yang jauh lebih tinggi, lebih tinggi, sedikit lebih tinggi atau tidak merasa yakin sama sekali bahwa Pemilu akan berlangsung bebas, jujur dan adil Apakah B/I/S pernah melihat Pemantau Independen pada suatu Pemilu/Pemilukada, yaitu pihak yang tidak mewakili partai politik, calon atau Panwas yang bertugas untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil? 67

77 TANPA KOMPENSASI Propinsi-propinsi A ceh, DKI Jakarta, Jaw a Timur, Kalimantan Timur, Sulaw esi Selatan dan Nusa Tenggara Timu D. PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMANTAUA N PEMILU Tabel 8.1 adalah matriks yang mencoba untuk menggambarkan ketertarikan pemilih di 6 propinsi untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, pada kondisi dimana kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela dan pada kondisi mereka akan mendapatkan pembayaran. Dari Tabel 8.1 diketahui bahwa terkait dengan ketertarikannya dalam memantau Pemilu/Pemilukada, terdapat empat kelompok pemilih, yaitu: - Kelompok pemilih yang tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 48.6%. Bahkan terdapat 3.8% pemilih yang memiliki tingkat ketertarikan secara kuat dalam dua kondisi tersebut. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight kuning. - Kelompok pemilih yang tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 17.2%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight hijau. - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran akan mendorong atau meningkatkan ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 19.1%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight merah muda. - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran justru mengurangi ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 7.8%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight biru. Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih di total 6 propinsi untuk berpartisipasi dalam pemantauan Pemilu Base : Semua responden (n : 2.760) DENGAN KOMPENSASI SANGAT TERTARIK SANGAT TERTARIK TERTARIK TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK 3.8% 1.2% 0.9% 0.1% TERTARIK 14.4% 29.3% 6.5% 0.3% TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK 2.8% 14.6% 15.8% 0.0% 0.6% 1.2% 0.1% 0.1% Seberapa besar tingkat ketertarikan B/I/S untuk ikut memantau dalam Pemilu/Pemilukada jika. (a) dilakukan secara sukarela, tanpa mendapatkan kompensasi/pembayaran, (b) dengan mendapatkan kompensasi/pembayaran? 68

78 dan Nusa Tenggara Timu Tahap pelaksanaan Pemilu yang menurut sebagian besar pemilih penting bagi masyarakat untuk ikut di dalamnya adalah pemantauan terhadap tahap penghitungan suara (75.9%). Grafik 8.7 Persepsi pemilih terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan Base : Semua responden (n : 2.760) berperan untuk mengamati tahap - tahap penghitungan suara 75.9% berperan untuk mencegah pemberian uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses 58.7% berperan untuk memastikan keakuratan Daftar Pemilih 70.8% Melihat lebih jauh tingkat ketertarikan pemilih untuk berpartisipasi dalam pemantauan Pemilu pada setiap propinsinya, Tabel 8.2 menunjukkan bahwa adanya pola ketertarikan pemilih yang cenderung sama dimana sebagian besar pemilih mengklaim bahwa mereka tertarik untuk berpartisipasi, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran. Tabel 8.2 Ketertarikan pemilih di total 6 propinsi untuk berpartisipasi dalam pemantauan Pemilu Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROPINSI Tertarik berpartisipasi, dengan atau tanpa kompensasi Tidak tertarik berpartisipasi, dengan atau tanpa kompensasi Tertarik berpartisipasi, hanya jika dengan kompensasi Tidak tertarik berpartisipasi, jika dengan kompensasi Aceh (n : 460) 46.0% 18.5% 25.6% 7.0% DKI Jakarta (n : 460) 55.2% 19.9% 14.3% 4.3% Jawa Timur (n : 460) 43.9% 20.1% 19.4% 9.3% Kalimantan Timur (n : 460) 48.8% 13.7% 16.0% 10.1% Sulawesi Selatan (n: 460) 48.1% 17.3% 22.5% 1.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 50.9% 12.8% 16.9% 15.2% Seberapa besar tingkat ketertarikan B/I/S untuk ikut memantau dalam Pemilu/Pemilukada jika. (a) dilakukan secara sukarela, tanpa mendapatkan kompensasi/pembayaran, (b) dengan mendapatkan kompensasi/pembayaran? 69

79 BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KETENTUA N HUKUM DARI PRAKTIK POLITIK UA NG Mengaitkan praktik politik uang dengan peraturan atau hukum yang berlaku, kepada responden ditanyakan pemahaman mereka mengenai ketentuan hukumnya, baik bagi pihak calon/partai politik yang memberikan uang/barang/jasa maupun bagi masyarakat yang menerima p emberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik tersebut. Terhadap hal diatas, setiap pemilih memiliki pemahaman yang berbeda beda. Jika kita kombinasikan pemahaman pemilih mengenai ketentuan hukum bagi pihak calon/partai politik yang memberikan dan ketentuan hukum bagi pihak masyarakat yang menerima pemberian tersebut, kita akan mendapatkan 4 kelompok pemilih, yaitu : 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum; 2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum; 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum; 4. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum. Dengan berdasarkan pada pengelompokan diatas, Grafik 9.1 menunjukkan persentase pemilih di 6 Propinsi untuk masing masing kelompok diatas adalah: 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum (sebanyak 53.3%); 2. Kelompok pemilih yang memahami bahw a baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum (sebanyak 17.0%); 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum (sebanyak 9.3%); 4. Tidak ada kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum (sebanyak 0.4%). Selain 4 kelompok pemilih diatas, juga terdapat 20.1% pemilih yang tidak paham apakah praktik memberi dan menerima uang/barang tersebut adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak. 70

80 Grafik 9.1 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang Base : Semua responden (n : 2.760) PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI MELANGGAR HUKUM: 65.1% 9.3% 53.3% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA TIDAK MELANGGAR HUKUM : 27.7% MELANGGAR HUKUM : 54.1% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA 17.0% 0.4% TIDAK MELANGGAR HUKUM : 17.6% PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan dan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? 71

81 Tabel 9.1 secara khusus menunjukkan pemahaman pemilih mengenai ketentuan hukum dalam memberi dan menerima uang/barang dalam rangka mempengaruhi pilihan pada pemilih, pada setiap target propinsi. Tabel 9.1 Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang Berdasarkan propinsi Base : Semua responden PROPINSI Pihak pemberi dan penerima sama-sama melanggar hukum Pihak pemberi dan penerima sama-sama tidak melanggar hukum Hanya pihak pemberi yang melanggar hukum Hanya pihak penerima yang melanggar hukum Tidak tahu Aceh (n : 460) 56.8% 17.8% 6.5% 0.4% 15.2% DKI Jakarta (n : 460) 48.7% 19.8% 12.2% 0.2% 13.9% Jawa Timur (n : 460) 36.9% 29.5% 9.1% 0.6% 17.6% Kalimantan Timur (n : 460) 57.0% 12.8% 7.8% 0.0% 16.3% Sulawesi Selatan (n: 460) 65.7% 11.5% 2.4% 0.4% 20.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 53.6% 9.8% 18.7% 0.9% 11.5% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan dan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? 72

82 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENERIMAAN PRAKTIK POLITIK UANG Selain menanyakan pemilih mengenai persepsi mereka terhadap praktik politik uang jika dikaitkan dengan peraturan atau ketentuan hukum, kepada responden juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai pantas atau tidak pantas nya bagi seorang pemilih untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik. Grafik 9.2 menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok pemilih berdasarkan persepsinya mereka terkait dengan pantas/tidaknya untuk menerima politik uang, yaitu - Kelompok pemilih yang menganggap bahwa menerima uang adalah sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan (26%); - Kelompok pemilih yang menganggap bahwa menerima uang adalah sesuatu yang pantas dilakukan, terutama jika ada intimidasi/paksaan dari calon untuk memilih calon tersebut (31%); - Kelompok pemilih yang menganggap bahwa menerima uang adalah sesuatu yang pantas untuk dilakukan (25%). Namun cukup banyak pula pemilih yang tidak bisa memberikan opinya mengenai hal tersebut (17.9%). Grafik 9.2 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap penerimaan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 2.760) 26.0% 31.0% 25.0% 17.9% Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas, jika tidak ada intimidasi untuk memilih calon Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang pantas Tidak tahu Saya akan membacakan beberapa pernyataan di bawah ini. Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pertanyaan tersebut, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut Pernyataan 1 : Tidak pantas untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu Pernyataan 2 : Tidak apa-apa untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tetentu selama tidak ada paksaan untuk memilih calon/partai politik tersebut 73

83 C. PENGALAMAN PEMILIH TERKAIT POLITIK UA NG Tanpa mempertimbangkan bentuk atau nilai pemberiannya, praktik politik uang oleh calon/partai politik sepertinya sudah meluas di masyarakat. Melalui Grafik 9.3, survei ini menunjukkan bahwa terdapat 33.9% pemilih di 6 Propinsi yang punya pengalaman ditawari uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu. Secara khusus, uang/barang disini mengacu kepada uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung atau kupon belanja. Grafik 9.3 Pengalaman pemilih total 6 propinsi terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 2.760) Tidak tahu/ tidak menjawab; 2.8% Tidak pernah ditawari uang/barang; 63.3% Pernah ditawari uang/barang; 33.9% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung, kupon belanja 74

84 Tabel 9.2 Pengalaman pemilih total 6 propinsi terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Berdasarkan propinsi Base : Semua responden PROPINSI Pernah ditawari uang/barang Tidak pernah ditawari uang/barang Tidak tahu/ tidak menjawab Aceh (n : 460) 42.4% 57.4% 0.2% DKI Jakarta (n : 460) 43.3% 54.8% 2.0% Jawa Timur (n : 460) 25.9% 70.0% 3.4% Kalimantan Timur (n : 460) 37.8% 58.0% 4.1% Sulawesi Selatan (n: 460) 37.2% 61.3% 1.5% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 21.2% 75.3% 3.5% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung, kupon belanja Melakukan analisa lebih jauh terhadap jumlah dan bentuk penawaran yang diterima, Grafik 9. 4 menunjukkan bahwa : - Tanpa mempertimbangkan bentuk penawarannya, terdapat pemilih yang punya pengalaman mendapatkan hanya 1 kali penawaran, yaitu sebanyak 15.5%. Dilihat lebih jauh bentuk barang yang ditawarkan, total 15.5% pemilih ini terdiri dari 11.9% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung, 2.7% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk uang atau voucher belanja dan 0.9% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk sembako/makanan/minuman. - Cukup banyak pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai 2 kali, yaitu sebanyak 8.7%. Bentuk barang yang ditawarkan secara spesifik dapat dilihat pada Grafik Bahkan, ada pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai dengan 3 kali, yaitu sebanyak 9.4%. - Bentuk penawaran yang paling sering dilakukan adalah dalam be ntuk kaos/baju/sarung/kerudung (total 28.3% pemilih pernah memiliki pengalaman ditawari kaos/baju/sarung/kerudung). Bentuk penawaran selanjutnya yang dilakukan adalah dalam bentuk uang (total 16.9%) dan dalam bentuk sembako/makanan/minuman (total 15.9%). 75

85 Grafik 9.4 Bentuk penawaran uang/barang yang diterima oleh pemilih total 6 propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) UA NG 2.7% 1.7% 3.1% 0.9% 9.4% 3.9% 11.9% SEMBAKO/ MAKANAN/ MINUMAN KAOS/BAJU/ SARUNG/ KERUDUNG Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Selanjutnya, kepada responden ditanyakan lebih lanjut mengenai respon yang (akan) mereka berikan terhadap penawaran uang/barang tersebut, yaitu apakah mereka (akan) menerima atau menolak penawaran tersebut. Kepada responden yang memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui aktual respon yang mereka berikan. Sedangkan kepada responden yang belum pernah memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui respon yang sekiranya akan diberikan oleh kelompok pemilih tersebut jika berada dalam kondisi tersebut. Grafik 9.5 menunjukkan bahwa terkait dengan respon pemilih terhadap penawaran uang/barang tersebut, terdapat 3 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih yang (akan) menerima setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (38.3%). - Kelompok pemilih yang (akan) menolak setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (40.8%). - Kelompok pemilih yang keputusannya untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, sangat bergantung kepada bentuk pemberiannya (13.8%). Selain 3 kelompok pemilih diatas, terdapat 7.1% pemilih yang yang menolak untuk menginformasikan pengalamannya atau respon yang akan mereka tunjukkan jika mereka mendapatkan penawaran uang/barang dari calon/partai politik. 76

86 Grafik 9.5 Respon pemilih total 6 propinsi terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 2.760) Akan menerima atau menolak, tergantung pada bentuk pemberiannya; 13,8% Menolak menjawab; 7,1% (Akan) menolak pemberian, apapun bentuknya; 40,8% (Akan) menerima pemberian, apapun bentuknya; 38,3% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? Tabel 9.3 Respon pemilih total 6 propinsi terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Berdasarkan propinsi Base : Semua responden PROPINSI Akan menerima pemberian, apapun bentuknya Akan menolak pemberian, apapun bentuknya Akan menerima atau menolak, tergantung kepada bentuk pemberiannya Tidak tahu/ tidak menjawab Aceh (n : 460) 52.6% 32.3% 8.7% 6.4% DKI Jakarta (n : 460) 38.5% 39.8% 16.5% 5.2% Jawa Timur (n : 460) 45.0% 39.6% 9.6% 5.8% Kalimantan Timur (n : 460) 36.9% 32.1% 18.9% 12.2% Sulawesi Selatan (n: 460) 21.4% 56.0% 17.7% 4.9% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 33.7% 45.6% 12.1% 8.6% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung, kupon belanja 77

87 Melihat respon pemilih terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik, dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa terdapat jumlah yang cenderung sama antara pemilih yang akan menerima apapun bentuk penawarannya dan pemilih yang akan menolak apapun bentuk penawarannya. Namun perlu hati hati melakukan analisa terhadap hal diatas. Grafik 9.6 lebih jauh memperlihatkan adanya perbedaan respon yang ditunjukkan oleh pemilih yang punya pengalaman ditawari, dengan pemilih yang belum punya pengalaman ditawari. Sebagian besar pemilih yang punya pengalaman ditawari mengklaim bahwa mereka menerima penawaran tersebut. Sebaliknya, sebagian besar pemilih yang belum punya pengalaman ditawari cenderung akan menolak pemberian uang/barang tersebut. Dengan pertimbangan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap profil demografi antara kelompok pemilih yang sudah berpengalaman ditawari uang/barang de ngan pemilih yang belum pernah, kami berasumsi bahwa respon tersebut merupakan respon yang bersifat normatif. Artinya, ada kemungkinan bahwa mereka akan memberikan respon yang berbeda jika pada kenyataannya nanti mereka mengalami penawaran uang/barang dari calon/partai politik. Grafik 9.5 (di halaman sebelumnya) juga menunjukkan bahwa, bahwa ternyata terdapat 13.8% pemilih yang akan memberikan respon secara berbeda, bergantung kepada bentuk yang ditawarkan. Grafik 9.6 (di halaman berikutnya) memberikan gambaran secara khusus mengenai bentuk uang atau barang yang cenderung akan diterima atau ditolak oleh pemilih. Pemberian dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung atau sembako cenderung akan mau diterima oleh pemilih dibandingkan dalam bentuk uang atau kupon belanja. 78

88 Grafik 9.6 Pengalaman dan respon pemilih total 6 propinsi terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 2.760) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (17.0%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (16.0%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (28.5%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (3.2%) Menerima (64.6%) Menolak (33.9%) Menerima (73.0%) Menolak (26.1%) Menerima (79.5%) Menolak (19.7%) Menerima (62.6%) Menolak (37.4%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (80.0%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (80.9%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (68.2%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (92.7%) Akan menerima (40.7 %) Akan menolak (52.7 %) Akan menerima (41.1 %) Akan menolak (52.4 %) Akan menerima (36.9%) Akan menolak (56.7%) Akan menerima (41.9%) Akan menolak (51.3%) Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? 79

89 Grafik 9.7 menunjukkan bahwa keputusan kelompok pemilih ini untuk menerima tawaran uang/barang tersebut didasarkan pada adanya persepsi bahwa pemberian tersebut adalah rejeki yang sebaiknya tidak ditolak (59.0%). Selain hal diatas, mereka juga punya persepsi bahwa pemberian tersebut tidak akan memasung kebebasan memilih yang mereka miliki. Mereka tidak mendapatkan paksaan atau intimidasi dari pihak calon/partai politik pemberi supaya mem ilih calon tersebut. Mereka tetap bisa memilih calon sesuai dengan hati nurani mereka (40.4%). Sebaliknya, ternyata tidak semua pemilih memutuskan untuk menerima pemberian tersebut. Ada cukup banyak pemilih yang memutuskan untuk menolaknya. Setiap pemilih memiliki alasan yang berbeda-beda, yang mendasari keputusan mereka untuk menolak pemberian tersebut. Namun dengan melihat lebih jauh terhadap alasan mereka pada Grafik 9.7, kita dapat mengelompokkan kembali pemilih yang menolak tersebut menjadi 2 kelompok, yaitu : - Kelompok pemilih yang menganggap bahwa praktik politik uang adalah kegiatan yang tidak positif (curang, tidak jujur, membeli suara, mendorong pemilih untuk tidak memilih calon sesuai hati nurani) dan bisa menciptakan dampak yang juga tidak positif (yaitu korupsi). Bahkan terdapat 0.9% pemilih yang mengkaitkan praktik politik uang tersebut dengan konteks agama, yaitu dengan menganggap bahwa menerima politik uang adalah sesuatu yang diharamkan atau berdosa. - Kelompok pemilih yang tidak mengkaitkan praktik politik uang dengan ketidak jujuran dan korupsi. Namun pengambilan keputusan untuk menolak pemberian lebih karena pemberian tersebut tidak menguntungkan bagi mereka. Misalnya karena mereka tidak mau mencari masalah, tidak ingin berhutang budi terhadap calon, malas karena harus antri dan berdesak-desakan. Sebagian kecil pada kelompok ini juga mendasarkan pertimbangannya berdasarkan pihak yang memberikan atau berdasarkan bentuk pemberiannya, dimana 3.0% pemilih mengklaim menolak pemberian karena bukan berasal dari calon yang diunggulkannya. Dengan melihat alasan yang mendasarinya, dapat kita asumsikan bahwa sebenarnya kelompok ini juga punya potensi untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik, jika kondisinya menguntungkan bagi mereka (misalnya tidak menimbulkan masalah buat mereka, atau mereka tidak harus berdesak-desakan atau diberikan oleh calon yang memang diunggulkan atau pemberiannya dalam bentuk uang). 80

90 Grafik 9.7 Alasan yang mendorong pemilih di total 6 propinsi untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses ALASAN MENERIMA Base : Responden yang (akan) menerima penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : responden) Rejeki yang sebaiknya tidak ditolak (59.0%) Tidak masalah untuk menerima selama tidak ada paksaan/intimidasi untuk memilih calon/partai politik yang memberikan (40.4%) Memang membutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga (24.3%) Mengenal pihak yang memberikan uang/barang/jasa (5.2%) Merupakan bentuk untuk membalas kebaikan orang lain (3.5%) Pemberiannya hanya dalam bentuk barang, bukan uang (0.8%) ALASAN MENOLAK Base : Responden yang (akan) menolak penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : responden) Politik uang adalah sesuatu yang curang (37.9%) Politik uang adalah cikal bakal terjadinya korupsi (29.7%) Tidak ingin mencari masalah (27.7%) Tidak mau berhutang budi kepada calon (20.3%) Malas antri dan berdesak/desakan (9.7%) Tidak berasal dari calon yang diunggulkan (3.0%) Karena melanggar hukum (0.9%) Karena bentuknya dalam bentuk uang (2.7%) Karena bentuknya barang, bukan uang (3.1%) Haram/Dosa (1.4%) Mengapa B/I/S atau keluarga menerima/menolak.. (sebutkan jenis pemberian yang diterima/ditolak) tersebut? 81

91 Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap sesuatu tersebut. Sama halnya dengan keputusan pemilih untuk dalam menerima dan menolak pemberian uang/barang, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang. Tabel 9.4 menunjukkan bahwa pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah melanggar hukum, akan cenderung untuk menolak penawaran uangbarang tersebut, dibandingkan pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah sesuatu yang legal atau pemilih yang sama sekali tidak paham mengenai ketentuan hukum dari menerima uang/barang. Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik Akan menerima pemberian, apapun bentuknya Akan menolak pemberian, apapun bentuknya Akan menerima atau menolak, tergantung dari bentuk pemberiannnya Menolak menjawab Pemahaman terhadap ketentuan hukum menerima politik uang Menerima uang/barang melanggar hukum (n: 1.495) Menerima uang/barang TIDAK melanggar hukum (n:764) 24.9% 55.1% 14.5% 5.5% 59.7% 22.8% 13.9% 3.7% Tidak tahu (n=501) 45.5% 25.7% 11.6% 17.2% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? 82

92 Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses Base : Responden yang punya pengalaman ditawari uang/barang (n : 921) Di rumah 52.1% Saat kampanye 32.4% Acara perkumpulan remaja/lingkungan 15.6% Acara keagamaan 10.6% Saat akan berangkat ke TPS (serangan fajar) 5.6% Balai/aula desa 4.9% Terlepas apakah B/I/S atau keluarga menerimanya atau tidak, dimanakah atau pada saat ada acara apakah B/I/S atau keluarga ditawari/diberi uang/barang/jasa oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu? D. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP CALON ATAU PARTAI POLITIK YANG MELAKUKAN PRAKTIK POLITIK UANG Mengetahui persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang adalah hal yang penting, sebagai informasi awal mengenai pengaruh politik uang terhadap keputusan memilih dan menentukan calon pilihan dari pemilih. Grafik 9.9 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi negatif terhadap calon atau partai politik yang memberikan uang/barang, yaitu menganggap bahwa calon tersebut akan cenderung korupsi (64.2%). Pada sub bab selanjutnya, kita akan melihat pengaruh adanya persepsi tersebut terhadap keputusan pemilih dalam mengikuti pemilihan atau memililih calon. 83

93 Grafik 9.9 Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 2.760) Calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi 15.2% 49.0% 18.1% 3.2% 14.5% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye, memberikannya secara ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu dari pemilih 8.5% 47.5% 33.3% 4.4% 6.3% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung adalah pemimpin yang berjiwa sosial dan memperhatikan/membantu masyarakatnya 5.2% 39.1% 42.1% 8.4% 5.3% Sangat setuju setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju Tidak tahu E. PENGARUH POLITIK UA NG TERHADAP KEPUTUSAN MENGIKUTI PEMILIHA N DAN KEPUTUSAN MEMILIH Pada dasarnya, pemberian uang/barang oleh calon/partai politik bertujuan untuk mempengaruhi pilihan dari pemilih. Salah satu hal yang coba ingin diketahui melalui survei ini adalah untuk mengetahui pengaruh praktik politik uang terhadap keputusan pemilih 6 propinsi dalam mengikuti pemilihan atau memilih calon. Grafik 9.11 mencoba untuk menggambarkan hal diatas, dengan mengkombinasikan respon yang akan ditunjukkan oleh pemilih jika mereka mendapatkan penawaran uang/barang dari calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya dan dari calon yang sebelumnya bukan menjadi pilih annya. Respon yang dicatat disini adalah keputusan apakah pemilih akan memutuskan untuk memilih calon yang memberikan uang/barang tersebut atau sebaliknya. 84

94 Dari Grafik 9.11 tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ada empat kelompok pemilih : - Kelompok pemilih yang akan memilih calon sesuai hati nurani, bukan karena tawaran uang/barang (42.8%), adalah kelompok pemilih yang tidak akan memilih calon yang memang bukan menjadi pilihannya, walaupun calon tersebut menawarinya uang/barang. Sebaliknya, calon yang akan dipilihnya adalah calon yang menjadi menjadi pilihannya sejak awal. Kalaupun calon pilihannya tersebut menawarinya uang/barang, hal tersebut tidak lantas akan menciptakan citra negatif terhadap calon pilihannya. - Kelompok pemilih yang tidak akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (21.1%), adalah kelompok pemilih yang bereaksi negatif terhadap praktik politik uang, yaitu dengan tidak memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang, termasuk jika calon yang menawarinya uang/barang tersebut adalah calon pilihannya di awal. Kelompok ini t etap akan mengikuti pemilihan, namun akan cenderung merubah pilihan calonnya, jika calon yang menjadi pilihannya juga melakukan praktik politik uang. - Kelompok pemilih yang akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (18.1%), tidak perduli apakah calon yang menawari uang/barang adalah calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya atau bukan. Melakukan analisa lebih jauh mengenai bagaimana kelompok pemilih tersebut akan menentukan calon yang dipilihnya jika terdapat beberapa calon yang menawarinya uang/barang, Grafik 9.10 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih memilih calon yang memberikannya uang/barang pertama kali (49.6%). Selain itu, cukup banyak pula pemilih yang menentukan calon pilihannya dengan berdasarkan calon yang nilai pemberiannya paling besar. Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan memilih calon Base : Responden yang diberi uang/barang oleh beberapa calon/partai politik dan memilih calon yang memberinya uang/barang ( n : 88) Memilih calon yang memberikan uang/barang pertama kali 49.6% Memilih calon yang memberikan uang/barang dengan nilai lebih besar 26.2% Memilih calon yang memberikan uang/barang terakhir kali 9.6% Memilih calon yang memang pilihannya 7.1% Menolak menjawab 4.2% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 85

95 - Kelompok pemilih yang akan bereaksi negatif terhadap politik uang (3.8%), adalah kelompok pemilih yang pada akhirnya lebih memilih untuk tidak mengikuti pemilihan sama sekali karena citra nya terhadap calon pilihannya pun menjadi negatif pada saat calon pilihannya tersebut juga mencoba untuk melakukan praktik politik uang. Reaksi negatif dari kelompok ini dapat dikatakan ekstrim karena kelompok ini tidak hanya membatalkan pilihannya pada seorang calon pilihannya, bahkan juga sampai membatalkan keinginannya untuk mengikuti pemilihan. Grafik 9.11 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden (n : 2.760) Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan 3.8% Mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawari uang/barang 21.1% Mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani 42.8% Mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang 18.1% Menolak menjawab 10.4% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 86

96 Tabel 9.5 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROPINSI Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Menolak menjawab Aceh (n : 460) 1.5% 25.2% 23.6% 26.0% 6.3% DKI Jakarta (n : 460) 0.9% 24.8% 43.7% 13.9% 5.9% Jawa Timur (n : 460) 4.8% 18.9% 33.9% 21.1% 11.9% Kalimantan Timur (n : 460) 3.0% 17.7% 45.9% 14.5% 15.4% Sulawesi Selatan (n: 460) 3.2% 17.2% 43.2% 17.9% 17.9% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 3.2% 20.6% 50.2% 14.1% 8.0% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap sesuatu tersebut. Sama halnya dengan keputusan pemilih dalam memutuskan untuk mengikuti pemilihan dan memilih calon, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang dan calon yang melakukannya. Selain itu, tabel 9.6 menunjukkan bahwa pemilih yang punya persepsi bahwa calon yang memberikan uang/barang akan cenderung korupsi, akan cenderung tidak memilih calon yang membagi-bagikan uang/barang, dibandingkan pemilih yang menganggap bahwa calon yang memberikan uang/barang tidak akan cenderung korupsi. 87

97 Tabel 9.6 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden (n : 2.760) Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Menolak menjawab Setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 1.773) 4.9% 25.2% 43.4% 15.7% 10.8% Persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang Tidak setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 589) 2.6% 18.5% 46.9% 23.3% 8.7% Tidak tahu apakah calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi atau tidak (n=503) 0.4% 4.9% 27.6% 16.5% 50.6% Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan : calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 88

98 Secara khusus, survei ini juga mencoba untuk mengetahui pengaruh BANYAKNYA calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Pada Grafik 9.11 (di beberapa halaman sebelumnya) kita sudah dapat melakukan identifikasi awal mengenai hal tersebut, dimana ada 3.8% sama sekali akan meninggalkan pemilihan jika mereka mendapatkan tawaran uang/barang dari SEORANG calon atau SUATU partai politik tertentu (baik dari calon yang awalnya memang ingin dipilihnya, maupun dari calon yang sebelumnya memang bukan pilihannya). Untuk kemudian, kepada responden kita menanyakan tanggapan mereka jika terdapat BEBERAPA pihak calon/partai politik yang menawarinya uang/barang. Hasil survei menunjukkan adanya 90.4% pemilih yang mengklaim bahwa banyaknya calon/partai politik yang menawarinya uang/barang tidak akan sampai menyebabkan mereka menjadi antipati terhadap pemilihan. Hanya ada 5.4% pemilih yang memutuskan untuk sebaiknya tidak mengikuti pemilihan pada kondisi seperti tersebut. Selain terdiri dari pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tidak mengikuti pemilihan dengan adanya kondisi terdapat SEORANG calon/partai politik yang menawarinya uang/barang, kelompok ini juga terdiri dari beberapa pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tetap mengikuti pemilihan dengan tidak memilih calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang atau memilih calon yang memang menjadi pilihannya (Grafik 9.12). Grafik 9.12 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan KONDISI JIKA TERDAPAT BEBERAPA CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Semua responden (n : 2.760) KONDISI JIKA TERDAPAT SATU CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Responden yang tidak akan mengikuti pemilihan jika terdapat beberapa calon/partai politik yang menawari uang/barang (n : 151) Akan tetap mengikuti pemilihan; 90.4% Tidak akan mengikuti pemilihan; 5.4% Misalnya B/I/S berada dalam kondisi berikut : Pada awalnya B/I/S berkeinginan untuk mengikuti Pemilu/Pemilukada. Kemudian B/I/S atau keluarga ditawari uang/barang dari BEBERAPA calon/partai politik/tim sukses sekaligus. Apakah yang akan B/I./S lakukan? Tidak tahu; 4.1% Tidak akan mengikuti pemilihan sama sekali jika ada SEORANG calon/partai politik yang menawarkan uang/barang (13.2 %) Tetap akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon/partai politik yang TIDAK menawarkan uang/barang (33.1%) Tetap akan mengikuti pemilihan dengan memilih calon/partai politik yang memang menjadi pilihannya, walaupun calon/partai politik tersebut menawarkan uang/barang (27.8%) Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh 89 calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih

99 F. PARTISIPASI PEMILIH UNTUK MELAPORKAN PRAKTIK POLITIK UA NG Grafik 9.13 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih 6 propinsi (59.2%) mengklaim bahwa mereka tidak akan berpartisipasi melaporkan, jika mengalami atau mengetahui adanya praktik politik uang di lingkungan mereka. Umumnya keengganan untuk melaporkan adanya politik uang tersebut disebabkan karena adanya kekhawatiran akan mendapatkan masalah (tidak sebanding dengan nilai uang/barang yang diterima). Ada juga beberapa pemilih yang secara tegas menyatakan bahwa pemberantasan politik uang tersebut adalah bukan tanggung jawab mereka (18.0%). Hanya ada total 12.0% pemilih yang mengklaim bahwa mereka akan melaporkan jika mengetahui adanya praktik politik uang, dan 1.8% diantaranya baru akan melaporkan jika nilai pemberiannya dirasa besar. Grafik 9.13 Partisipasi pemilih di total 6 propinsi untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden (n :2.760) Base : Responden yang tidak akan melaporkan adanya praktik politik uang (n : 1.631) Tidak tahu; 28,9% Akan melaporkan, jika nilainya besar; 1,8% Akan melaporkan, berapapun nilainya; 10,2% Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya; 59,2% Bukan tanggung jawab pemilih (18.0 %) Tidak mau mencari masalah (53.4 %) Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit (11.2 %) Tidak paham tempat untuk melaporkan (13.3 %) Tidak ada waktu (9.2 %) Tidak yakin akan ditanggapi oleh pihak lain (5.1 %) Tidak ada paksaan/intimidasi dari calon/partai politik (3.8 %) Kasihan/tidak enak hati terhadap calon yang memberikan, khususnya jika mengenal calon tersebut (1.6 %) Mengapa B/I/S tidak (akan) melaporkan penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tersebut? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 90

100 Tabel 9.7 Partisipasi pemilih di total 6 propinsi untuk melaporkan praktik politik uang Berdasarkan propinsi Base : Semua responden (n : 2.760) PROPINSI Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Aceh (n : 460) 59.9% 7.6% 1.7% 30.8% DKI Jakarta (n : 460) 58.7% 7.0% 1.3% 33.3% Jawa Timur (n : 460) 64.1% 6.3% 0.9% 28.7% Kalimantan Timur (n : 460) 59.7% 8.2% 0.8% 31.3% Sulawesi Selatan (n: 460) 67.3% 6.1% 2.1% 24.5% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 45.5% 26.0% 3.9% 24.6% Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? Selain alasan yang dikemukakan diatas, sepertinya tingkat pemahaman dan persepsi pemilih terhadap politik uang juga berpengaruh terhadap kepedulian pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uang. Tabel 9.8 menunjukkan bahwa pemilih yang punya pemahaman bahwa politik uang adalah sesuatu yang melanggar hukum cenderung punya kepedulian untuk melaporkan adanya praktik politik uang tersebut, dibandingkan dengan kelompok pemilih yang menganggap bahwa memberi uang/barang kepada pemilih adalah sesuatu yang legal. Tabel 9.8 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden ( n : 2.760) PROFIL DEMOGRAFI Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pemahaman terhadap ketentuan hukum politik uang Memberikan uang/barang melanggar hukum (n: 1.798) 58.5% 14.0% 2.2% 25.4% Memberikan uang/barang TIDAK melanggar hukum (n: 487) 3.9% 1.8% 75.6% 18.7% Tidak tahu (n: 475) 45.3% 2.3% 0.4% 52.4% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 91

101 Selain melihat pengaruh pemahaman pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang, terhadap keinginan untuk melaporkan adanya praktik politik uang, selanjutnya kita juga mencoba untuk mengetahui pengaruh pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap hal tersebut. Tabel 9.9 menunjukkan bahwa pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu sepertinya tidak berpengaruh terhadap keinginan pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uan. Tabel 9.9 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden ( n : 2.760) PROFIL DEMOGRAFI Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu Pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 1.994) Tidak pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 766) 61.5% 10.9% 1.9% 25.7% 53.0% 8.1% 1.6% 37.3% Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 92

102 BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI Terdapat 4 bentuk materi komunikasi dengan ragam bentuk dan pesan yang berbeda, yang diu jikan kepada responden untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi mereka terhadap beberapa materi komunikasi tersebut. PESAN BENTUK TUJUAN DILAKUKAN TES Penyampaian informasi tentang calon Poster Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi calon dengan bentuk/cara tersebut. Himbauan untuk mencegah politik uang Stiker Mengetahui tingkat kepercayaan pemilih terhadap materi komunikasi tersebut untuk bisa mengurangi praktik penerimaan politik uang oleh masyarakat. Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap bentuk dari materi komunikasi (stiker). Peraturan pelaksanaan kampanye Brosur/leaflet Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi kampanye dengan bentuk/cara tersebut (seberapa besar kemungkinan pemilih akan membaca materi komunikasi tersebut). Informasi tanggal pelaksanaan Pemilu tahun 2014 Poster Mengetahui awareness pemilih terhadap materi komunikasi tersebut. 93

103 Gambar 10.1 di bawah ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% pemilih 6 propinsi menunjukkan persepsi positif terhadap materi komunikasi, khususnya materi komunikasi tentang penyampaian informasi calon, politik uang dan kampanye. Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih total 6 propinsi terhadap materi komunikasi Base : Semua Responden (n : 2.760) "PENYAMPAIAN INFORMASI CALON" Total 90.5% pemilih menyatakan suka terhadap materi komunikasi tersebut (12.5% diantaranya menyatakan tingkat kesukaannya secara kuat) "POLITIK UANG" * 62.9% pemilih percaya bahwa materi komunikasi akan cukup efektif dalam rangka mencegah masyarakat untuk menerima politik uang dari calon/partai politik (dengan 6.7% diantaranya menyatakan tingkat kepercayaannya secara kuat) * 86.3% pemilih menyatakan suka terhadap penggunaan stiker sebagai media dari materi komunikasi tersebut (9.0% diantaranya menyatakan tingkat kesukaan yang kuat) "TANGGAL PELAKSANAAN PEMILU 2014" Total 39.5% pemilih yang mengklaim pernah melihat poster tersebut "KAMPANYE" * Total 81.1% pemilih mengaku penting untuk mengetahui informasi mengenai kampanye (dengan 15.2% diantaranya menyatakan tingkat kepentingan yang kuat) * Sebesar 75.6% pemilih menyatakan kemungkinan untuk membaca materi komunikasi tersebut jika mendapatkannya (dengan 14.6% diantaranya menyatakan keinginannya secara kuat) 94

104 Khusus untuk materi komunikasi mengenai kampanye, Grafik 10.1 menunjukkan bahwa terdapat 75.6% pemilih yang berkemungkinan untuk membacanya. Artinya, terdapat 19.0% pemilih yang berkemungkinan untuk tidak membacanya. Survei menunjukkan bahwa keengganan untuk membaca materi komunikasi tersebut tidak selalu disebabkan oleh bentuk dari materi komunikasi tersebut. Namun, ada kalanya kelompok pemilih ini menganggap bahwa penyampaian informasi mengenai kampanye adalah sesuatu yang tidak penting (dalam bentuk/media apapun). Namun sebaliknya, terdapat beberapa responden yang pada dasarnya tidak menganggap penting informasi tentang kampanye, namun malah tertarik dengan materi komunikasi kampanye dengan bentuk seperti tersebut. Jika kita kombinasikan persepsi pemilih terhadap tingkat kepentingan mendapatkan informasi mengenai kampanye (secara umum) dan praktik yang akan dilakukan oleh pemilih terhadap materi komunikasi mengenai kampanye tersebut, kita akan mendapatkan 4 kelompok pemilih, yaitu : Kelompok pemilih yang menganggap bahwa mengetahui informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting dan kemungkinan akan membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk brosur/leaflet tersebut, sebanyak total 66.5%; Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight kuning. Kelompok pemilih yang menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting (dan sangat penting), namun tidak punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut, sebanyak 11.9%; Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight biru. Kelompok pemilih yang menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, namun punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut, sebanyak 7.7%; Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight merah muda. Kelompok pemilih yang menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, dan juga tidak punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut, sebanyak 5.7%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight hijau. 95

105 PENTINGNYA MENDAPATKAN INFORMASI TENTANG KAMPANYE Propinsi-propinsi A ceh, DKI Jakarta, Jaw a Timur, Kalimantan Timur, Sulaw esi Selatan Grafik 10.2 Ketertarikan pemilih di total 6 propinsi terhadap materi komunikasi kampanye Base : Semua responden (n : 2.760) KEMUNGKINA N AKAN MEMBACA MATERI KOMUNIKASI SANGAT MUNGKIN MEMBACANYA MUNGKIN MEMBACANYA TIDAK MUNGKIN MEMBACANYA SANGAT TIDAK MUNGKIN MEMBACANYA SANGAT PENTING 6.2% 7.3% 1.4% 0.3% PENTING 7.7% 45.4% 8.4% 1.8% TIDAK PENTING SANGAT TIDAK PENTING 0.5% 6.7% 3.9% 1.0% 0.1% 0.3% 0.2% 0.5% Seberapa penting bagi B/I/S untuk mengetahui informasi mengenai kampanye? Jika B/I/S mendapatkan informasi mengenai kampanye dalam bentuk/cara seperti pada materi diatas, seberapa besar kemungkinan B/I/S akan membacanya? 96

106 BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA A. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA (TELEVISI, RADIO, SURAT KABAR, MAJALAH, INTERNET) Grafik 11.2 menunjukkan bahwa televisi masih menjadi media utama bagi sebagian besar pemilih di 6 Propinsi. Sebanyak 88,1% pemilih mengklaim bahwa mereka menonton televisi secara rutin setiap minggunya, bahkan 77,7% diantaranya menonton secara rutin setiap harinya. Namun, jika kita lihat lebih jauh pada setiap propinsi nya, tidak semua pemilih dari setiap propinsi tersebut memiliki kebiasaan menonton televisi yang sama, khususnya di propinsi Nusa Tenggara Timur. Hanya terdapat 52.6% pemilih di Nusa Tenggara Timur yang menonton televisi secara rutin dalam setiap minggunya. Bahkan, cukup banyak pula pemilih yang me ngklaim tidak pernah menonton televisi (hal ini khususnya banyak ditemukan di daerah rural) 10. Setelah televisi, media surat kabar menjadi media selanjutnya yang rutin dikonsumsi oleh 21.8% pemilih di total 6 propinsi tersebut. Konsumsi surat kabar yang tertinggi khususnya ditemukan di propinsi Aceh. Penggunaan internet sudah menyamai penggunaan radio di kalangan pemilih. Grafik 11.1 menunjukkan bahwa persentase pemilih yang menggunakan internet sama dengan persentase pengguna radio (15%). Selain di DKI Jakarta, penggunaan internet secara rutin dalam setiap minggunya juga banyak ditemukan di propinsi Aceh. 10 Lapora n secara lengkap mengenai propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Lapo ran Surv ei dasar terhadap pemahaman, persepsi da n praktik pemilih terkait dengan aspek Pemilu di enam target propinsi Propinsi Nusa Tenggara Timur 97

107 Televisi Radio Surat Kabar Majalah/Tabloid Internet Propinsi-propinsi A ceh, DKI Jakarta, Jaw a Timur, Kalimantan Timur, Sulaw esi Selatan Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media dari total pemilih 6 propinsi Base : Semua Responden (n : 2.760) 6.7% 3.9% 10.5% 68.8% 59.1% 80.3% 77.8% 77.7% 14.3% 12.4% 4.7% 3.6% 14.5% 9.1% 6.0% 7.3% 11.9% 4.5% 2.8% 0,5% 4.7% 1.7% 7.9% 7.8% Setiap Hari 1-6 kali/minggu 1-3 kali/bulan Tidak tentu dalam setiap bulannya Tidak pernah Seberapa sering B/I/S (Menonton TV, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? Tabel 11.1 Konsumsi pemilih terhadap media yang dilakukan secara rutin setiap minggunya Berdasarkan propinsi Base : Semua responden PROPINSI Televisi Radio Surat kabar Majalah/ tabloid Internet Aceh (n : 460) 93.4% 17.0% 49.8% 6.5% 21.1% DKI Jakarta (n : 460) 97.6% 12.6% 25.4% 5.0% 21.1% Jawa Timur (n : 460) 97.0% 21.7% 19.3% 3.5% 8.9% Kalimantan Timur (n : 460) 92.5% 3.0% 14.4% 2.3% 12.3% Sulawesi Selatan (n: 460) 94.9% 6.4% 11.8% 0.3% 9.0% Nusa Tenggara Timur (n : 460) 52.6% 30.4% 9.9% 1.2% 14.0% Seberapa sering B/I/S (Menonton TV, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? Setiap hari, 2 6 kali seminggu 98

108 Propinsi-propinsi A ceh, DKI Jakarta, Jaw a Timur, Kalimantan Timur, Sulaw esi Selatan Grafik 11.2 Jam menonton televisi Base : Responden yang menonton televisi setiap harinya (n : 2760) 100.0% 90.0% 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0%.0% Cobalah mengingat tentang kemaren dan kapan B/I/S menonton TV, dari pagi hari hingga malam. Mohon beritahu saya, setepat mungkin yang B/I/S bisa, kapan B/I/S mulai menonton dan berhenti menonton. Bila B/I/S menonton TV lebih dari satu kali dalam sehari, saya ingin tahu kapan saja B/I/S menonton TV B. PENGALAMAN MENDENGARKAN PROGRAM RADIO PILAR DEMOKRASI Salah satu program radio yang secara khusus memberikan informasi mengenai Pemilu adalah Pilar Demokrasi yang disiarkan secara nasional pada setiap hari Senin jam Secara khusus, kita menanyakan kepada responden di 6 propinsi mengenai pengalaman mereka untuk mendengarkan program radio Pilar Demokrasi tersebut. Grafik 11.3 menunjukkan bahwa dari 860 responden yang mendengarkan radio (baik yang rutin atau tidak) diketahui bahwa hanya terdapat 7.5% pemilih di total 6 propinsi yang mengklaim bahwa mereka pernah mendengarkan program radio Pilar Demokrasi tersebut. Dibandingkan lima propinsi lainnya, program acara radio Pilar Demokrasi ini paling banyak dikenal di propinsi Nusa Tenggara Timur. 99

109 Grafik 11.3 Pengalaman pemilih di total 6 propinsi dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Base : Responden yang mendengarkan radio (n : 860) Nusa Tenggara Timur (n : 225) 16.2% 83.4% 0.4% Sulawesi Selatan (n : 88) 8.5% 88.7% 2.8% DKI Jakarta (n : 162) 6.8% 90.7% 2.5% TOTAL 6 PROPINSI (n : 860) 7.5% 89.4% 3.1% Aceh (n : 160) 3.4% 94.3% 2.3% Jawa Timur (n : 132) 1.5% 96.2% 2.3% Kalimantan Timur (n : 93) 1.0% 87.8% 11.2% Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Tidak tahu Apakah B/I/S pernah mendengarkan Program Radio bernama PILAR DEMOKRASI yang disiarkan setiap hari Senin jam 8 malam C. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA SOSIAL Persentase pemilih 6 propinsi yang terakses dengan media sosial adalah sekitar 17.5% (Grafik 11.4). Jika kita lihat pada setiap propinsinya, propinsi DKI Jakarta dan Aceh adalah propinsi dengan pengguna media sosial yang terbesar dibandingkan empat target propinsi lainnya. Sebaliknya, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan adalah propinsi dengan pengguna media sosial paling sedikit dibandingkan empat target propinsi lainnya. Grafik 11.5 menunjukkan bahwa tingkat penggunaan media sosial ditemukan paling banyak di kalangan pemilih pemula (usia tahun) dan pemilih muda (usia tahun). Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka analisa persentase pemilih yang mengakses media sosial pada setiap propinsinya sebaiknya juga mempertimbangkan hal tersebut. Lebih rendahnya persentase pemilih yang mengakses media sosial di propinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dibandingkan empat target propinsi lainnya, diketahui disebabkan karena lebih rendahnya komposisi pemilih pemula dan muda di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dibandingkan empat target propinsi lainnya (Tabel 11.1). 100

110 Grafik 11.4 Pengalaman pemilih di total 6 propinsi dalam mengakses media sosial Base : Semua responden (n : 2.760) DKI Jakarta (n : 460) Aceh (n : 460) 23.7% 22.8% 76.3% 77.2% TOTAL 6 PROPINSI (n : 2.760) 17.5% 82.5% Kalimantan Timur (n : 460) Nusa Tenggara Timur (n : 460) Sulawesi Selatan (n : 460) Jawa Timur (n : 460) 15.7% 15.6% 10.7% 9.3% 84.3% 84.4% 89.3% 90.7% Mengakses media sosial Tidak mengakses media sosial Kita beralih ke topik yang berbeda, beberapa orang menggunakan situs media social seperti Facebook, Friendster atau Twitter, di komputer atau Handphone untuk tetap berkomunikasi dengan orang lain. Apakah B/I/S menggunakan situs media social dalam 7 hari terakhir? Grafik 11.5 Pengalaman pemilih di total 6 propinsi dalam mengakses media sosial Berdasarkan kelompok usia Base : Semua responden (n : 2.760) Pemilih pemula, tahun (n : 301) 44.5% 55.5% Pemilih muda, tahun (n : 759) 27.1% 72.9% Pemilih dewasa, tahun (n : 1444) 9.7% 90.3% Pemilih lanjut usia, Lebih dari 60 tahun (n : 257) 1.9% 98.1% Mengakses media sosial Tidak mengakses media sosial Kita beralih ke topik yang berbeda, beberapa orang menggunakan situs media social seperti Facebook, Friendster atau Twitter\, di komputer atau Handphone untuk tetap berkomunikasi dengan orang lain. Apakah B/I/S menggunakan situs media social dalam 7 hari terakhir? 101

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF DAERAH KHUSUS IBUKOTA (DKI) JAKARTA SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling Center

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv LATAR BELAKANG DAN TUJUAN RISET... 1 A. LATAR BELAKANG RISET... 1 B. TUJUAN RISET... 4 C. MANFAAT RISET... 4 METODOLOGI RISET... 5 A.

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 LAMPIRAN I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 TANGGAL : 20 JULI 2012 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN,

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1296, 2017 KPU. Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik Peserta PEMILU Anggota DPR dan DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 SALINAN Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN BADAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembara n Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAAN UMUM. Daftar Pemilih. Pemilih Umum Anggota DPR. DPD. DPRD. Penyusunan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUNAN

Lebih terperinci

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH OMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KEPUTUSAN KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH NOMOR 16/Kpts/KIP Aceh/TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN, VERIFIKASI, DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 03/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 SUMATERA Disampaikan pada: Rapat KALIMANTAN Koordinasi Nasional dalam rangka Pemantapan

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH No Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum 1 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2012. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap (DPT)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138);

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138); - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014 LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL 24 29 MEI 2014 1 PENGANTAR Survei nasional ini ditujukan untuk menjawab sejumlah pertanyaan besar berikut: Apakah pemilih sudah memiliki pilihan untuk pilpres 2014? Pasangan

Lebih terperinci

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? Hak Pemilih T: Apa yang menjadi Hak Anda sebagai Pemilih? J: Hak untuk terdaftar sebagai pemilih bila telah memenuhi semua syarat sebagai pemilih. Hak untuk memberikan suara

Lebih terperinci

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat;

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; - 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Lebih terperinci

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN. - 2 - Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN PEMBENTUKAN CALON ANGGOTA PANITIAPEMILIHAN KECAMATAN (PPK) DAN CALON ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.376, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Pemilu. Presiden. WAPRES. Daftar Pemilih. Penyusunan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM.

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. - 2-2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) sebagaimana

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017 2 PENDAHULUAN 3 L A T A R B E L A K A N G Calon kepala daerah yang akan dipilih masyarakat menjadi sangat bergantung pada persepsi dan perilaku politik yang berkembang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP 1 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2011 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JUMLAH

ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2011 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JUMLAH LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 33/PMK.07/2011 TENTANG : ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2011 ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN

Lebih terperinci

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Pengantar Ketua KPU Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena modul yang sudah lama digagas ini akhirnya selesai juga disusun dan diterbitkan oleh

Lebih terperinci

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2012 POLITIK. PEMILU. DPR. DPD. DPRD. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG Draf Final Baleg RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemilihan umum merupakan bagian pada suatu proses demokrasi. Indonesia adalah salah satu negara demokrasi yang melaksanakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

Draft Ketiga, 11 Sep 2012

Draft Ketiga, 11 Sep 2012 PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR. TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Komisi

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 02/Kpts/KPU-Wng-012329512/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kabupaten Luwu Utara Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan wilayah penelitian dimana wilayah penelitian ini berada di Kabupaten Luwu Utara Provinsi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. No.845, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI DAN PENYAMPAIAN INFORMASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; MEMUTUSKAN :

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; MEMUTUSKAN : 2 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Ketentuan Khusus dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, Bupati

Lebih terperinci

Metodologi Quick Count

Metodologi Quick Count PRESS RELEASE: QUICK COUNT dan EXIT POLL PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN 22 JANUARI 213 Jl. Lembang Terusan D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (21) 3919582, Fax (21) 3919528 Website: www.lsi.or.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I memuat latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan pada penelitian ini 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013;

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; 2 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Lebih terperinci

BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH

BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH BAB II BAGAIMANA BISA MENJADI PEMILIH Bab ini menjelaskan tentang: A. Proses, Tahapan, Penyusunan Daftar Pemilih B. Bagaimana kalau nama kita tidak terdaftar? C. Persiapan ke TPS Waktu : 1 Jam Metode yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. No.299, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 110/2000, PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK SETELAH PEMILIHAN UMUM 1999 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR: 20/Kpts/KPU-Kab/005.435316/Pilbup/Tahun 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA KERJA PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 KERJASAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS SILIWANGI

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI. LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI. 1. 2. *) 3. : 4. : 5. Agama : 6. : 7. Status Perkawinan : a. Belum /sudah/pernah kawin *) 8. : b. istri/suami *)......

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang

Lebih terperinci

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Pemilih Pemula PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15 GUNAKAN HAK PILIHMU 9 APRIL 2014 PEMILU DPR, DPD & DPRD Negara Demokratis Adanya Penyelenggaraan Pemilu

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4): 1693-1704 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (cetak) ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA NOMOR : 12/Kpts/KPU.KAB-161/VII/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci