LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI"

Transkripsi

1 LAPORAN NARATIF ACEH SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling Center 25 November, 2013

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... II DAFTAR GAMBAR... IV DAFTAR TABEL... VI DAFTAR SINGKATAN... VIII LATAR BELAKANG DAN TUJUA N SURVEI... 1 A. Latar belakang survei...1 B. Tujuan survei...2 METODOLOGI SURVEI... 3 A. Target responden...3 B. Jumlah responden...3 C. Target area dan distribusi sample...3 D. Metode pemilihan daerah dan responden...5 E. Waktu pengumpulan data...5 ANALISA DATA... 6 BAB 1. PROFIL RESPONDEN... 7 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI... 9 A. Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap demokrasi...9 B. Pemahaman pemilih Aceh terhadap hubungan demokrasi dan pemilu BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA...16 A. Persepsi pemilih terhadap pentingnya diadakan Pemilu/Pemilukada B. Persepsi pemilih terhadap keikutsertaannya pada pemilihan (sebagai hak atau kewajiban) C. Keinginan pemilih untuk mengikuti pemilu BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU A. Pemahaman pemilih terhadap aspek aspek pemilu B. Informasi tentang pemilu 2014 yang paling dibutuhkan C. Preferensi pemilih terhadap sumber informasi untuk pemilu D. Tingkat kepercayaan pemilih terhadap beberapa lembaga/institusi sebagai sumber informasi pemilu BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON VOTING (TIDAK MEMILIH)...40 ii

3 BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN...43 A. Kriteria pemilih terhadap pemimpin B. Preferensi pemilih terhadap pemimpin perempuan C. Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH...49 A. Kepedulian pemilih terhadap keberadaan namanya pada daftar pemilih B. Partisipasi aktif pemilih dalam memeriksa daftar pemilih C. Partisipasi aktif pemilih dalam menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya di daftar pemilih D. Pemahaman pemilih terhadap aspek aspek terkait daftar pemilih BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU..58 A. Persepsi pemilih terhadap kejujuran pemilu B. Persepsi pemilih terhadap kerahasiaan pemilu C. Pemahaman dan persepsi pemilih terhadap pemantau independen D. Partisipasi pemilih dalam pemantauan pemilu BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG...65 A. Persepsi pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang B. Persepsi pemilih terhadap penerimaan praktik politik uang C. Pengalaman pemilih terkait politik uang D. Persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang E. Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemiliihan dan keputusan memilih F. Partisipasi pemilih untuk melaporkan praktik politik uang BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI...85 BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA...89 A. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media (televisi, radio, surat kabar, majalah, internet) B. Pengalaman mendengarkan program radio pilar demokrasi C. Kebiasaan dalam mengkonsumsi media sosial BAB 12. AKSES PEMILIH TERHADAP TELEPON GENGGAM...97 A. Akses terhadap telepon genggam B. Ketertarikan pemilih terhadap penyampaian informasi pemilu melalui telepon genggam LAMPIRAN iii

4 DAFTAR GAMBAR Propinsi Aceh Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden...7 Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden...7 Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden...8 Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden...8 Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden...8 Grafik 2.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap demokrasi Grafik 2.2 Preferensi pemilih Aceh terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Grafik 2.3 Pemahaman pemilih Aceh terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Grafik 2.4 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 5) Grafik 3.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Grafik 3.2 Persepsi pemilih Nangroe Aceh Darussalam terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Grafik 3.3 Alasan untuk mengikuti Pemilu Grafik 3.4 Keinginan mengikuti Pemilu Grafik 3.5 Persepsi Pemilih terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Grafik 4.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan Grafik 4.2 Pemahaman pemilih Aceh terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Grafik 4.3 Pemahaman pemilih Aceh terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.4 Pemahaman pemilih Aceh terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRA/DPRK Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 6) Grafik 4.7 Pengenalan pemilih Aceh terhadap KPU/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih Aceh terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih Aceh dalam memilih Presiden, DPR/DPRA/DPRK, Gubernur dan Bupati/Walikota Grafik 6.2 Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih Aceh terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih Grafik 7.2 Praktik pemilih Aceh dalam memeriksa Daftar Pemilih Grafik 7.3 Tingkat keinginan pemilih Aceh untuk menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih Grafik 7.4 Pemahaman pemilih Aceh terhadap beberapa aspek terkait daftar pemilih Grafik 8.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu Grafik 8.2 Persepsi pemilih Aceh terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Grafik 8.3 Pemahaman dan persepsi pemilih Aceh terhadap lembaga pemantau independen Grafik 8.4 Persepsi Pemilih terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan Grafik 9.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang Grafik 9.2 Persepsi pemilih Aceh terhadap penerimaan praktik politik uang iv

5 Grafik 9.3 Pengalaman pemilih Aceh terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.4 Bentuk penawaran uang/barang yang diterima oleh pemilih Aceh Grafik 9.5 Respon pemilih Aceh terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.6 Alasan yang mendorong pemilih Aceh untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.7 Pengalaman dan respon pemilih Aceh terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses Grafik 9.9 Persepsi pemilih Aceh terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Grafik 9.11 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan Grafik 9.12 Partisipasi pemilih Aceh untuk melaporkan praktik politik uang Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih Aceh terhadap materi komunikasi Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media dari pemilih Aceh Grafik 11.2 Media spesifik yang sering diakses oleh pemilih Aceh Grafik 11.3 Jam menonton TV Grafik 11.4 Pengalaman pemilih Aceh dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Grafik 11.5 Media sosial yang diakses oleh pemilih Aceh Grafik 12.1 Akses pemilih Aceh terhadap telepon genggam Grafik 12.2 Tingkat ketertarikan pemilih Aceh terhadap penyampaian informasi Pemilu melalui telepon genggam.. 99 v

6 DAFTAR TABEL Propinsi Aceh Tabel 2.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap demokrasi Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutinper bulan Tabel 2.2 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 5) Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.2 Keinginan mengikuti Pemilihan Presiden pada tahun 2014Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pengeluaran rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.3 Keinginan mengikuti Pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 3.4 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu Tabel 3.5 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD pada Pemilu Tabel 4.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.2 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 4.3 Pemahaman pemilih Aceh terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRA/DPRK Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan.. 34 Tabel 4.4 Pengenalan pemilih Aceh terhadap KPU/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih Tabel 5.2 Faktor yang mendorong pemilih tidak mengikuti pemilihan Tabel 6.1 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR Tabel 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 6.3 Preferensi pemilih Aceh terhadap pemimpin difabel Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 7.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap penggunaan kartu identitas dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 7.2 Pemahaman pemilih Aceh terhadap peran surat undangan dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih untuk berpartisipasi dalam pemantauan pemilu Tabel 9.1 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik vi

7 Tabel 9.2 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 9.3 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 9.5 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Tabel 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih Aceh terhadap materi komunikasi politik uang dan kampanye Tabel 11.1 Frekuensi pemilih Aceh dalam mengkonsumsi media radio, surat kabar dan radio Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 11.2 Akses pemilih Aceh terhadap media sosial Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Tabel 12.1 Akses pemilih Aceh terhadap telepon genggam Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan vii

8 DAFTAR SINGKATAN Propinsi Aceh AIESP DPS DPR DPRD DPRA DPRK DPD DPS Bawaslu Golput KPU KPUD KPUD KTP KPPS Komnas HAM KIP LSM Ormas Pemilu Pemilukada Panwaslu RT RW SD TNI SMP SMA SES TPS Australia Indonesia Electoral Support Program Daftar Pemilih Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Dewan Perwakilan Rakyat Kota/Kabupaten Dewan Pimpinan Daerah Daftar Pemilih Sementara Badan Pengawas Pemilu Golongan Putih Komisi pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum Daerah Komisi Pemilihan Umum Daerah Kartu Tanda Penduduk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komite Independen Pemilu Lembaga Swadaya Masyarakat Organisasi Masyarakat Pemilihan Umum Pemilihan Umum Kepala Daerah Panitia Pengawas pemilu Rukun Tetangga Rukun Warga Sekolah Dasar Tentara Nasional Indonesia Sekolah menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sosial Ekonomi Status Tempat Pemungutan Suara viii

9 LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEI Propinsi Aceh A. LATAR BELAKANG SURVEI Sejak era reformasi, tren tidak memilih pada Pemilihan Umum Legislatif cenderung meningkat, hingga pada Pemilu 2009 mencapai 29.1%. Eep Saifullof Fatah mengklasifikasikan tidak memilih menjadi 4 kategori, yaitu : (1) Golput tekhnis; yaitu karena sebab-sebab tekhnis berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah; (2) Golput tekhnispolitis; yaitu mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena factor dirinya sendiri atau kesalahan pihak pendaftaran pemilih ; (3) Golput politis; yaitu mereka yang merasa tidak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tidak percaya pada pemilihan akan membawa perubahan dan perbaikan, dan (4) Golput ideologis; yaitu mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi dan tidak mau terlibat di dalamnya. Laporan Tim Penyelidikan Pemenuhan Hak Sipil dan Politik dalam Pemilu Legislatif 2009 oleh Komnas HAM menunjukkan terdapat sekitar 25-40% pemilih kehilangan hak pilih karena tidak masuk daftar pemilih. Hasil penelitian Kemitraan di kota Jakarta, Aceh dan Surabaya mengidentifikasi bahwa penyebab kurang akuratnya daftar pemilih tersebut bervariasi, salah satu nya adalah pemilih yang bersikap pasif dalam menanggapi Daftar Pemilih Sementara (DPS) karena merasa sudah tercatat sebagai pemilih dengan keikutsertaan mereka di Pemilu sebelumnya. Hal ini terjadi karena kurang tersedianya informasi yang memadai dan menarik mengenai pemutakhiran daftar pemilih, atau menganggap bahwa ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan daripada memeriksa daftar pemilih 1. Sehingga meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap proses pemilihan penting untuk meningkatkan hubungan antara perwakilan dengan konstituennya dan mempertahankan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Informasi dan Pendidikan Pemilih harus di targetkan untuk membangun pemahaman masyarakat secara efektif. AIESP sendiri merupakan program 5 tahun ( ) untuk meningkatkan kualitas pemilihan di Indonesia, di dukung oleh AusAID. Selain terhadap pemilih secara umum, Program AIESP memiliki fokus (namun tidak ekslusif) pada pemilih wanita, pemilih difabel dan pemilih pada kelompok marginal lainnya. Fokus area dari program AIESP adalah 6 target propinsi, yaitu Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. The Asia Foundation mengatur komponen yang signifikan dari AIESP. Asia Foundation berniat untuk mendukung AIESP untuk dilakukannya survei dasar kualitatif dan kuantitatif mengenai pemahaman, persepsi dan praktik pemilih, untuk memberikan informasi mengenai strategi (fokus kategori pemilih, pesan, media dan daerah) dilakukannya Informasi dan Pendidikan Pemilih yang inovatif, efektif biaya, demand-driven dengan materi komunikasi yang dibuat dengan mempertimbangkan budaya dan bisa sesuai untuk daerah dan kategori pemilih yang beragam dengan tetap mempertahankan penekanan pada pesan utama yang akan disampaikan. 1 Laporan Ev aluasi Integritas Proses dan Hasil Pemilu 2009, Jakarta : Kemitraan 1

10 B. TUJUA N SURVEI Propinsi Aceh Menyediakan informasi dasar untuk melakukan penilaian terhadap pemahaman, persepsi dan praktik pemilih saat ini, di 6 propinsi di Indonesia dan mengukur perubahan mengenai hal tersebut dari waktu ke waktu. Menyediakan data yang mendukung penentuan fokus pemilih yang akan disasar, media yang akan digunakan (termasuk media sosial), pesan yang akan disampaikan, dan geografis yang akan disasar untuk kegiatan informasi pemilih, meliputi : - Data mengenai tingkat pemahaman terhadap pendaftaran pemilih, sistem pemilihan dan cara menandai kertas suara pada saat memilih secara benar; - Data untuk memahami faktor penentu dalam preferensi memilih (misal latar belakang kandidat, kinerja partai, etnis/suku, jender, agama, dan lainnya); - Data untuk memahami kompleksitas ketidakikutsertaan pemilih (pada Pemilu sebelumnya dan pemilu yang akan datang); - Data mengenai pemahaman dan pengalaman pemilih terhadap jual beli suara dan politik uang, termasuk data untuk mendukung pemilihan media dan pesan yang akan digunakan untuk mengurangi keikutsertaan pemilih dalam jual beli suara dan politik uang. Menguji efektifitas dari materi informasi dan pendidikan pemilih yang sudah di produksi dan digunakan oleh mitra The Asia Foundation, KPU dan KPUD untuk Pemilihan Daerah (Pemilukada) dan Pemilihan Umum (Pemilu). 2

11 METODOLOGI SURVEI A. TARGET RESPONDEN Adalah mereka yang memiliki hak pilih pada Pemilu 2014 mendatang, yaitu : Warga negara Indonesia; Berusia 17 tahun pada April 2014 mendatang atau yang sudah menikah; Bukan Polisi atau TNI. B. JUMLAH RESPONDEN Total responden yang dilibatkan dalam survei di propinsi Aceh adalah 460 responden, yang diambil dengan sistem random sampling, dengan Margin of Error sebesar 4.5% pada selang kepercayaan 95%. C. TARGET AREA DAN DISTRIBUSI SAMPLE Daerah Aceh yang dilibatkan dalam survei ini meliputi 13 Kabupaten/Kotamadya. Pemilihan Kabupaten/Kotamadya dilakukan dengan mempertimbangkan adanya keterwakilan Kabupaten dan Kotamadya, adanya keterwakilan dari berbagai topografi, tingkat tidak memilih pada Pemilu 2009 dan ketersebaran daerah. Total sampel 460 responden didistribusikan secara proporsional terhadap 13 Kabupaten/Kotamadya terpilih, dengan berdasarkan proporsi populasi pemilih. Jumlah Desa/Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sampel dalam setiap Desa/Kelurahannya adalah 10 responden. 3

12 Secara khusus, cakupan area dan distribusi sample pada setiap Kabupaten/Kotamadya adalah sebagai berikut : NO KABUPATEN/ KOTAMADYA STATUS TOPOGRAFI PERSENTASE TIDAK MEMILIH PADA PEMILU KECAMATAN SAMPLE DESA/ KELURAHAN RESPONDEN 1 Banda Aceh Kotamadya Dataran 40.1% 50.0% Langsa Kotamadya Dataran 20.1% 30.0% Gayo Luwes Kabupaten Dataran 10.1% 20.0% Aceh Barat Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Barat Daya Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Singkil Kabupaten Pegunungan 20.1% 30.0% Simelue Kabupaten Pesisir 20.1% 30.0% Aceh Tenggara Kabupaten Pesisir 20.1% 30.0% Pidie Jaya Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Tamiang Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Tengah Kabupaten Pegunungan 20.1% 30.0% Aceh Utara Kabupaten Dataran 20.1% 30.0% Aceh Jaya Kabupaten Pesisir 30.1% 40.0% TOTAL Penentuan kelompok persentase tidak memilih pada Pemilu 2014, pada setiap target Kabupaten/Kotamady a, ditentukan dengan berdasarkan data KPU untuk Pemilu

13 D. METODE PEMILIHA N DAERAH DAN RESPONDEN Propinsi Aceh Pemilihan daerah dan responden dilakukan dengan Random Sampling. PEMILIHA N KA BUPATEN/KOTAMA DYA 13 target Kabupaten/kotamadya dipilih dengan mempertimbangkan adanya keterwakilan Kabupaten dan Kotamadya, adanya keterwakilan setiap kondisi topografi, tingkat tidak memilih pada Pemilu 2009 dan ketersebaran daerah PEMILIHA N DESA/KELURA HA N Pada setiap target Kabupaten/Kotamadya, sejumlah Kelurahan dipilih secara acak. Jumlah Desa/Kelurahan ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah sample pada setiap Desa/Kelurahan adalah 10 responden PEMILIHA N RUMA H TA NGGA Pada setiap Desa/Kelurahan terpilih, dipilih 10 rumah tangga secara acak, yaitu dengan sistem Interval/Systematic Sampling PEMILIHA N RESPONDEN Pada setiap Rumah tangga terpilih, dipilih 1 responden secara acak, yaitu dengan sistem Kish grid E. WAKTU PENGUMPULA N DATA Pengumpulan data dilakukan pada tanggal September

14 ANALISA DATA Data yang digunakan untuk kebutuhan analisa adalah data tertimbang (weighted data), yang sudah disesuaikan dengan profil demografi dari populasi penduduk Aceh. Analisa dilakukan secara total untuk propinsi Aceh dan juga secara khusus dilihat berdasarkan jender, kelompok usia, tingkat pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin bulanan dan status daerah. Khusus untuk responden pemilih yang mengacu kepada kelompok marginal, akan dilakukan analisa terpisah yang dapat dilihat pada laporan khusus pada kelompok marginal. Kelompok marginal mengacu kepada : - Pemilih pemula (yaitu pemilih pada usia tahun), - Pemilih difabel (yaitu pemilih dengan keterbatasan, khususnya untuk tuna netra dan tuna daksa), - Pemilih marginal miskin (pemilih dengan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya adalah di bawah Rp ). 6

15 BAB 1. PROFIL RESPONDEN Propinsi Aceh Total 460 responden yang didapatkan dengan metode random sampling menghasilkan responden pemilih yang beragam, dengan profil demografi yang berbeda beda. Grafik 1.1 Grafik 1.5 menunjukkan komposisi total 460 responden berdasarkan jenis kelamin (jender), kelompok usia, pendidikan tertinggi, pendapatan rumah tangga rutin per bulan, daerah dan kondisi fisik responden. Secara khusus, Grafik 1.1 menunjukkan bahwa total 460 responden terdiri dari 52.8% responden laki-laki dan 47.2% responden perempuan. Grafik 1.2 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dewasa (usia tahun) sebanyak 56.1%, dilanjutkan dengan pemilih muda (usia tahun) sebanyak 32.8%, pemilih lanjut usia (usia lebih dari 60 tahun) sebanyak 6.3% dan pemilih muda (usia 16 tahun 5 bulan 20 tahun) sebanyak 4.8%. Grafik 1.1 Komposisi jender dari responden Base : Semua responden (n : 460) Grafik 1.2 Komposisi kelompok usia dari responden Base : Semua responden (n : 460) JENDER KELOMPOK USIA Perempuan; 47,2% Laki - laki; 52.8% Pemilih pemula, tahun Pemilih muda, tahun 4.8% 32.8% Pemilih dewasa, tahun 56.1% Pemilih lanjut usia, lebih dari 60 tahun 6.3% 7

16 Grafik 1.3 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih dengan pendidikan tertinggi adalah SMA sebanyak 43.9%. Kemudian diikuti oleh pemilih dengan pendidikan maksimal SD dan SMP, masing-masing sebanyak 23.0% dan 20.4%. Responden dengan tingkat pendidikan tertinggi Diploma atau Universitas adalah sebanyak 12.6%. Grafik 1.4 menunjukkan informasi mengenai komposisi responden berdasarkan pendapatan rumah tangga rutin per bulannya. Untuk analisa selanjutnya, pendapatan rumah tangga rutin per bulan tersebut akan menjadi indikator status sosial ekonomi dari responden pemilih. Grafik 1.3 Komposisi pendidikan tertinggi dari responden Base : Semua responden (n : 460) PENDIDIKAN TERTINGGI Grafik 1.4 Komposisi pendapatan rumah tangga rutin per bulan dari responden Base : Semua responden (n : 460) PENDAPATAN RUMAH TANGGA RUTIN PER BULAN Tidak menjalani pendidikan formal/tidak lulus SD/lulus SD 23.0% Kurang dari Rp. 1,000, % SMP 20.4% Rp. 1,000,001 - Rp. 1,500,000 Rp. 1,500,001 - Rp. 2,000, % 11.1% SMA 43.9% Rp. 2,000,001 - Rp. 4,000, % Diploma atau Univeristas 12.6% > Rp. 4,000,000 Tidak tahu/menolak menjawab 1.5% 8.4% Dilihat dari sebaran daerahnya, total 460 responden terdiri dari 67.4% pemilih di daerah rural dan 32.6% pemilih di daerah urban (Grafik 1.5). Grafik 1.5 Komposisi daerah dari responden Base : Semua responden (n : 460) STATUS DAERAH Urban/ Kelurahan; 32,6% Rural/ Desa; 67,4% 8

17 BAB 2. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI Propinsi Aceh A. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI Sebanyak 82.8% pemilih Aceh mengklaim bahwa mereka pernah mendengar istilah demokrasi (Grafik 2.1). Dengan melakukan analisa lebih jauh terhadap tingkat pemahaman pemilih Aceh terhadap konsep demokrasi, diketahui bahwa dengan mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, tidak mengindikasikan bahwa semua pemilih Aceh tersebut memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep demokrasi itu sendiri. Dari 82.8% pemilih Aceh yang mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, sebagian besar pemilih Aceh (hampir 80%) dapat menjelaskan konsep demokrasi (dengan berbagai opini menurut cara pandang masing-masing terhadap demokrasi itu sendiri) seperti misalnya: demokrasi sebagai kebebasan dari rakyat (bebas memilih, bebas mengeluarkan pendapat), segala peraturan/kebijakan/program pemerintah harus berasaskan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun ada juga pemilih Aceh yang hanya sebatas pernah mendengar istilah demokrasi tanpa dapat menjelaskan kembali apa konsep demokrasi itu sendiri, yaitu sebesar 20.6%. Pengenalan pemilih Aceh terhadap istilah demokrasi sangat dipengaruhi oleh jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal dari pemilih. Tabel 2.1 menunjukkan bahwa : - Pemilih laki-laki lebih banyak yang pernah mendengar istilah demokrasi dibandingkan pemilih perempuan. - Terdapat kecenderungan adanya peningkatan persentase pemilih yang pernah mendengar istilah demokrasi pada kelompok usia yang semakin muda. - Demikian juga diantara dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, cenderung lebih banyak yang pernah mendengar istilah demokrasi. - Sebagaimana usia dan tingkat pendidikan, pemilih dari skala ekonomi rumah tangga yang lebih baik, juga menunjukkan kecenderungan memiliki pengalaman mendengar istilah demokrasi. - Dibandingkan dengan pemilih di daerah urban, masih banyak pemilih di daerah rural yang belum pernah mendengar istilah demokrasi. 9

18 Grafik 2.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap demokrasi Propinsi Aceh Base : Semua responden (n : 460) Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi (n : 381) PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP DEMOKRASI Tidak pernah mendengar, 17.2% Pernah mendengar, 82.8% Bebas memilih (36.1%) Bebas mengeluarkan pendapat (7.6%) Bebas melakukan apa saja yang diinginkan (15.6%) Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat (12.1%) Keadilan (2.8%) Kejujuran (1.2%) Berhubungan dengan Pemilu, pemilihan pemimpin/wakil rakyat secara langsung (1.8%) Segala keputusan dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat dan suara terbanyak (0.5%) Salah satu perwujudan Pancasila (0.5%) Hanya pernah mendengar, tidak paham dengan definisinya (20.6%) Apakah B/I/S pernah mendengar istilah Demokrasi? Banyak orang Indonesia saat ini berbicara tentang DEMOKRASI. Bila suatu negara disebut DEMOKRASI, menurut B/I/S, apakah artinya? 10

19 Tabel 2.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap demokrasi Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutinper bulan Base : Semua responden (n : 460) Propinsi Aceh PROFIL DEMOGRAFI Pernah mendengar istilah demokrasi Tidak pernah mendengar istilah demokrasi Jender Laki-laki (n : 243) 85.7% 14.3% Perempuan (n : 217) 79.4% 18.0% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 88.6% 10.7% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 79.2% 19.7% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 63.4% 33.7% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 78.4% 20.6% Tamat SMA (n : 202) 91.3% 7.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 94.7% 5.3% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 77.7% 20.6% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 79.7% 18.0% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 89.8% 10.2% Rp Rp (SES B) (n : 68) 95.7% 4.3% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 89.1% 8.8% Rural/Desa (n :310) 79.9% 19.3% Apakah B/I/S pernah mendengar istilah demokrasi? Setelah ditanyakan pengalamannya dalam mendengarkan istilah demokrasi dan menyebutkan definisinya, selanjutnya kepada responden ditanyakan preferensi mereka terhadap sistem pemerintahan demokrasi jika dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya. Dari pemilih Aceh yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi dari demokrasi tersebut (seperti yang ditunjukkan pada Grafik 2.1), 97.3% dari mereka memiliki persepsi positif terhadap sistem demokrasi. Mereka setuju bahwa sistem demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang terbaik bagi negara Indonesia saat ini, dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya (Grafik 2.2). 3 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 4 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 5 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 11

20 Grafik 2.2 Preferensi pemilih Aceh terhadap sistem pemerintahan demokrasi (dibandingkan sistem pemerintahan lainnya) Base : Responden yang pernah mendengar istilah demokrasi dan bisa menyebutkan definisi demokrasi (n : 302) 26.6% 70.7% 1.5% 1.2% Sangat setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Tidak setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Sangat tidak setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi lebih baik Tidak tahu Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan Dibandingkan dengan bentuk pemerintahan lainnya, DEMOKRASI adalah bentuk pemerintahan yang terbaik bagi sebuah negara seperti Indonesia, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. B/I/S juga bisa memilih skala 2 atau 3 B. PEMAHAMAN PEMILIH ACEH TERHADAP HUBUNGAN DEMOKRASI DAN PEMILU Pada Grafik 2.1 yang menggambarkan pemahaman pemilih Aceh terhadap demokrasi, dapat diketahui bahwa sebagian besar pemilih memahami sistem demokrasi sebagai kebebasan untuk memilih dan mengeluarkan pendapat (yaitu sebanyak 43.7% pemilih dari total 82.8% pemilih yang pernah mendengar istilah demokrasi). Sebagian kecil pemilih (1.8%) bahkan menjelaskan pemahamannya mengenai demokrasi sebagai hal-hal yang terkait dengan pemilihan Presiden dan wakil rakyat. Terkait dengan pemahaman tersebut, pada saat diajukan pertanyaan lebih lanjut mengenai pemahaman responden terhadap hubungan demokrasi dan Pemilu, sebanyak 83.9% pemilih Aceh menyatakan bahwa demokrasi terkait erat dengan Pemilu (Grafik 2.3). Sedangkan 11.5% pemilih Aceh tidak paham mengenai hubungan demokrasi dan Pemilu dan 4.7% sisanya menganggap bahwa demokrasi tidak ada hubungannya dengan Pemilu. Pemahaman ini juga menunjukkan adanya relevansi yang terkait dengan tingkat pendidikan pemilih serta skala ekonomi sosialnya. Ketika pemilih memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, atau ketika skala ekonomi sosial pemilih lebih baik, menunjukkan adanya tendensi terhadap meningkatnya pengetahuan akan adanya hubungan antara Pemilu dan pelaksanaan demokrasi. 12

21 Grafik 2.3 Pemahaman pemilih Aceh terhadap hubungan Pemilu dan demokrasi Base : Responden yang bisa menyebutkan definisi dari istilah demokrasi (n : 302) Pemilu dan demokrasi tidak saling berkaitan; 4.7% Tidak tahu; 11.5% Pemilu dan demokrasi saling berkaitan; 83.9% Menurut B/I/S, apakah Pemilu ada hubungannya dengan demokrasi atau tidak? Informasi mengenai adanya hubungan antara demokrasi dan Pemilu didapatkan oleh sebagian besar pemilih Aceh dari televisi (83.8%). Namun selain dari TV, terdapat beberapa sumber informasi lainnya dimana minimal 10% pemilih Aceh mendapatkan informasi mengenai hubungan demokrasi dan Pemilu dari setiap sumber informasi tersebut, yaitu melalui surat kabar, pelajaran di sekolah, teman/tetangga dan sosialisasi tatap muka dari pihak tertentu. Secara khusus, persentase pemilih Aceh yang mendapatkan informasi mengenai hubungan antara demokrasi dan Pemilu dapat dilihat pada Grafik

22 Grafik 2.4 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 5) Base : Responden yang mengetahui adanya hubungan demokrasi dan Pemilu (n : 256) Top 5 TELEVISI 86.3% SURAT KABAR 53.9% PELAJARAN DISEKOLAH TEMAN/ TETANGGA KAMPANYE/SOSIALISASI 10.2% 16.8% 14.8% Darimanakah B/I/S mendapatkan informasi bahwa Pemilu ada hubungannya dengan sistem demokrasi? Informasi lebih khusus mengenai sumber informasi pemilih mengenai hubungan antara demokrasi dan Pemilu dapat dilihat pada Tabel 2.2, yang menunjukkan bahwa : - Informasi pemilih melalui Televisi diperoleh oleh semua kelompok pemilih yang berbeda berdasarkan jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi, dan daerah dimana pemilih berada. - Informasi melalui surat kabar umumnya diperoleh oleh pemilih laki laki, pemilih dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi rumah tangga yang semakin tinggi, atau pemilih di daerah urban. 14

23 Tabel 2.2 Sumber informasi tentang hubungan demokrasi dan Pemilu (Top 5) 6 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang mengetahui adanya hubungan demokrasi dan Pemilu (n : 256) PROFIL DEMOGRAFI TELEVISI SURAT KABAR PELAJARAN DI SEKOLAH TEMAN/ TETA NGGA KAMPANYE SOSIALISASI Jender Laki-laki (n : 151) 88.5% 61.2% 13.3% 11.5% 10.9% Perempuan (n : 102) 84.9% 47.5% 24.3% 16.2% 10.0% Pemilih pemula, tahun (n : 13) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 90) 86.6% 41.3% 16.5% 16.7% 8.9% Pemilih dewasa, tahun (n : 141) 84.4% 61.2% 14.7% 15.5% 10.0% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 12) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 35) 94.7% 37.8% 10.2% 18.0% 10.4% Tamat SMP (n : 42) 88.0% 59.8% 0.0% 16.5% 16.8% Tamat SMA (n : 129) 86.5% 55.6% 19.9% 12.5% 10.4% Tamat Diploma atau Universitas (n : 50) 81.8% 66.0% 31.7% 10.1% 5.9% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 89) 87.8% 43.1% 14.3% 16.5% 12.6% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 53) 87.4% 55.5% 23.7% 9.5% 10.6% Rp Rp (SES C1) (n: 36) 85.7% 61.9% 14.3% 11.8% 9.7% Rp Rp (SES B) (n : 53) 84.9% 69.9% 16.6% 3.9% 5.7% Lebih dari Rp (SES A) (n : 6) Status daerah Urban (n : 99) 90.0% 62.4% 25.7% 10.9% 6.9% Rural (n :157) 85.3% 51.9% 13.3% 14.8% 12.6% Darimanakah B/I/S mendapatkan informasi bahwa Pemilu ada hubungannya dengan sistem Demokrasi? 6 Pada profil kelompok usia, tingkat pendidikan tertinggi da n pendapatan rumah tangga rutin per bulan, terdapat bebe rapa kelomp ok pemilih y ang jumlah sampelny a kurang dari 30 responden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 7 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 8 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 9 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 15

24 BAB 3. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/PEMILUKADA A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENTINGNYA DIADAKAN PEMILU/PEMILUKADA Grafik 3.1 menunjukkan bahwa secara umum, lebih dari 50% pemilih Aceh memiliki persepsi positif terhadap setiap jenis pemilihan yang dilakukan di Indonesia, baik pemilihan Presiden, pemilihan (DPR/DPRA/DPRK), pemilihan DPD, pemiihan Gubernur ataupun pemilihan Bupati/Walikota. Mereka menganggap bahwa pemilihan pemilihan diatas penting untuk diadakan. Hanya maksimal 2.0% pemilih yang menganggap bahwa pemilihan DPRA/DPRK dan DPD tidak penting untuk diadakan. Secara khusus, empat jenis pemilihan yang dianggap penting oleh minimal 90% pemilih adalah pemilihan Presiden (100.0%), Gubernur (99.0%), Bupati/Walikota (98.0%) dan DPRA/DPRK (90.0%). Sedangkan pada pemilihan DPD, hanya terdapat 79% pemilih yang menganggap bahwa pemilihan tersebut penting untuk diadakan. Namun jika analisa lebih jauh, lebih rendahnya persentase pemilih yang menganggap pemilihan DPD penting disebabkan karena masih adanya pemilih yang tidak mengenal lembaga DPD, yaitu sebanyak 19.0%. Tabel 3.1 secara khusus memperlihatkan pengenalan dan persepsi pemilih terhadap lembaga DPD. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pengenalan pemilih terhadap lembaga DPD dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal pemilih. Pemilih di daerah rural lebih banyak yang belum mengenal lembaga DPD dibandingkan pemilih di daerah urban. Pemilih dengan tingkat pendidikan maksimal SMA lebih banyak yang belum mengenal lembaga DPD dibandingkan pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas. Namun, jika kita lihat lebih jauh terhadap tingkat skala kepentingan yang diberikan oleh pemilih, dapat diketahui bahwa pemilih memberikan tingkat kepentingan yang paling kuat terhadap pemilihan Presiden. Dari total 100% pemilih yang punya persepsi positif terhadap pentingnya diadakan pemilihan Presiden, 62.0% pemilih diantaranya menganggap bahwa pemilihan Presiden sangat penting untuk diadakan. Selanjutnya, pemilih memberikan tingkat skala kepentingan yang juga kuat terhadap pemilihan Gubernur dan Bupati/Walikota. Grafik 3.1 menunjukkan bahwa dari total 99% pemilih yang punya persepsi positif terhadap pentingnya diadakan pemilihan Gubernur, 54.0% pemilih diantaranya menganggap bahwa pemilihan Gubernur sangat penting untuk diadakan. Begitu juga terhadap pemilihan Bupati/Walikota dimana terdapat 33% pemilih yang menganggap bahwa pemilihan Bupati/Walikota sangat penting untuk diadakan. 16

25 Grafik 3.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada Base : Semua responden (n : 460) 62% 37% 33% 54% 53% 53% 46% 38% 2% 1% 7% 2% 19% 44% 46% 1% 1% PRESIDEN DPR/DPRA/DPRK DPD GUBERNUR BUPATI/WALIKOTA Tidak mengenal lembaga Tidak tahu Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? 17

26 Tabel 3.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap pentingnya DIADAKAN Pemilihan DPD Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPD Tidak mengenal lembaga Tidak tahu (Tidak bisa memberikan opini) Sangat tidak penting Tidak penting Penting Sangat penting Jender Laki-laki (n : 243) 8% 0.0% 0.0% 2% 25% 17% Perempuan (n : 217) 10% 0.0% 0.0% 0% 20% 16% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 7% 0.0% 0.0% 1% 16% 9.% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 10% 0.0% 0.0% 1% 24% 21% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 7% 0.0% 0.0% 1% 10% 5% Tamat SMP (n : 94) 5% 0.0% 0.0% 0.0% 10% 5% Tamat SMA (n : 202) 6% 0.0% 0.0% 1% 21% 15% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 0.4% 0.0% 0.0% 0.0% 5% 7% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 12% 0.0% 0.0% 1% 21% 13% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 2% 0.0% 0.0% 0.0% 8% 8% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 1% 0.0% 0.0% 0.0% 7% 3% Rp Rp (SES B) (n : 68) 0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.6% 7% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 3% 0.0% 0.0% 1% 16% 12% Rural/Desa (n :310) 15% 0.0% 0.0% 1% 30% 30% Terlepas apakah B/I/S pernah mengikuti Pemilu/Pemilukada atau tidak, menurut B/I/S, seberapa penting masing masing pemilihan di bawah ini untuk DIADAKAN? Pemilihan DPD 10 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 11 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 12 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa u ntuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 18

27 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEIKUTSERTAANNYA PADA PEMILIHAN (SEBA GAI HAK ATAU KEWAJIBA N) Pada beberapa pemilih, keikutsertaannya pada Pemilu/Pemilukada didorong oleh adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban dari warga negara. Pada sub bab berikutnya mengenai tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, kita akan melihat bahwa terdapat dua alasan terbesar yang mendorong pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014, salah satunya adalah alasan yang terkait dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia (Grafik 3.3). Secara khusus kepada responden pemilih juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai keikutsertaannya pada pemilihan dikaitkan dengan hak dan kewajiban. Grafik 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak dan kewajiban (yaitu sebanyak 56.8%). Sedangkan pemilih yang lain berpendapat bahwa mengikuti pemilihan adalah hak, bukan kewajiban (27.7%) dan kewajiban, bukan hak (14.3%). Grafik 3.2 Persepsi pemilih Nangroe Aceh Darussalam terhadap keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Base : Semua responden (n : 460) Tidak tahu, 1.2% Hak; 27,7% Hak dan Kewajiban, 56.8% Kewajiban, 14.3% Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? C. KEINGINAN PEMILIH UNTUK MENGIKUTI PEMILU 2014 Secara umum, sebagian besar pemilih memiliki keinginan untuk mengikuti Pemilu pada 2014 mendatang, baik Pemilihan Presiden maupun Pemilihan DPRA/DPRK (yaitu lebih dari 50% pemilih). Selain karena faktor hak dan kewajiban sebagai warga negara, masih tingginya keinginan pemilih untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan, baik pemilihan Presiden ataupun pemilihan DPRA/DPRK, didorong oleh masih adanya harapan bahwa Pemilu bisa menghasilkan pemimpin dan wakil rakyat yang baik dan mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi rakyat dan negara Indonesia (Grafik 3.3). 19

28 Grafik 3.3 Alasan untuk mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang punya keinginan untuk mengikuti Pemilu 2014 Propinsi Aceh PEMILIHAN PRESIDEN PEMILIHAN DPR/DPRA/DPRK Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan Presiden (n : 447) Base : Responden yang punya keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD (n : 410) Berpartisipasi untuk memilih Presiden yang baik dan menentukan nasib bangsa Memilih Presiden adalah hak dan kewajiban warga 41.8% 53.0% Berpartisipasi untuk memilih anggota DPR/DPRA/DPRK yang baik dan menentukan nasib bangsa 65.0% Bersemangat dengan adanya sosok Presiden yang baru 3.1% Merupakan kegiatan rutin 5 tahunan 1.3% Memilih anggota DPR/DPRA/DPRK adalah hak dan kewajiban warga 23.3% Ingin merasakan pengalaman mengikuti pemilihan 0.2% Mengapa B/I/S ingin mengikuti atau tidak ingin mengikuti Pemilu 2014? Namun, sejalan dengan persepsi pemilih terhadap pentingnya diadakan pemilihan Presiden dan DPR/DPRA/DPRK, juga terdapat perbedaan tingkat keinginan antara kedua jenis pemilihan tersebut, dimana tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilihan Presiden terlihat lebih kuat dibandingkan terhadap pemilihan DPRA/DPRK. Grafik 3.4, tabel 3.2 dan tabel 3.3 menunjukkan bahwa : - Terdapat total 96.0% pemilih yang menyatakan keinginannya untuk mengikuti Pemilihan Presiden tanpa mempertimbangkan siapapun pihak yang akan mencalonkan diri. Dan 34.3% diantaranya menyatakan keinginannya secara kuat (sangat ingin mengikuti pemilihan Presiden). Hanya terdapat 2.4% pemilih yang keinginannya untuk mengikuti Pemilhan Presiden dipengaruhi oleh calon yang akan mengikuti pemilihan. Dan hanya 0.9% pemilih yang menyatakan ketidakinginannya untuk mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 mendatang (Grafik 3.4). Tabel 3.2 menunjukkan adanya perbedaan tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan Presiden antar tingkat pendidikan yang berbeda, dimana persentase pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma dan Universitas lebih banyak yang menyatakan keinginannya yang sangat kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden, dibandingkan dengan pemilih dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. 20

29 - Sedangkan pada Pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD, terdapat total 95% pemilih yang mengklaim ingin mengikuti Pemilihan DPRA/DPRK dan DPD pada Pemilu 2014, tanpa mempertimbangkan pasangan calon yang akan mengikuti pemilihan (namun hanya terdapat 23.0% pemilih yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti). Sedangkan 4.0% pemilih diantaranya belum bisa menentukan keikutsertaannya pada saat wawancara berlangsung, karena belum mengetahui calon yang akan maju. Sama seperti pada pemilihan Presiden, terdapat perbedaan perbedaan tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan DPRA/DPRK dan DPD antar kelompok pemilih pada tingkat pendidikan yang berbeda, dimana persentase pemilih yang memiliki tingkat keinginan kuat untuk mengikuti pemilihan tersebut semakin tinggi pada tingkat pendidikan yang semakin tinggi (tabel 3.3). Grafik 3.4 Keinginan mengikuti Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga Sangat ingin mengikuti 34.3% 23% Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti 61.7% 72% Sangat tidak ingin mengikuti PEMILIHAN PRESIDEN (n : 460) 0.9% 0.2% 0% 2.4% 4% 0.4% 0% PEMILIHAN DPR/DPRA/DPRK DAN DPD (n : 427) Belum tahu, tergantung kepada calon/partai politik pendukung Menolak menjawab Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden dan anggota DPR/DPRA/DPRK dan DPD. Seberapa besar tingkat keingianan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 21

30 Tabel 3.2 Keinginan mengikuti Pemilihan Presiden pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pengeluaran rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN PRESIDEN Jender Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon/partai politik Laki-laki (n : 243) 32.1% 63.0% 0.8% 0.4% 2.9% Perempuan (n : 217) 36.9% 60.4% 0.9% 0.0% 1.8% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 35.8% 60.3% 2.0% 0.0% 2.0% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 36.4% 60.1%.4%.4% 2.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 26.0% 69.2% 1.9% 0.0% 1.0% Tamat SMP (n : 94) 25.3% 69.5% 1.1% 1.1% 3.2% Tamat SMA (n : 202) 36.3% 59.7% 0.5% 0.0% 3.5% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 56.7% 4.3% 0.0% 0.0% 0.0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 30.8% 63.6% 0.9% 0.0% 4.2% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 30.1% 69.9% 0.0% 0.0% 0.0% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 40.0% 60.0% 0.0% 0.0% 0.0% Rp Rp (SES B) (n : 68) 40.3% 59.7% 0.0% 0.0% 0.0% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 35.3% 63.3% 0.0% 0.0% 0.7% Rural/Desa (n :310) 33.9% 61.0% 1.3% 0.3% 3.2% Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 13 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 14 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 15 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 22

31 Tabel 3.3 Keinginan mengikuti Pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD pada tahun 2014 Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRA/DPRK ( n : 427) PROFIL DEMOGRAFI PEMILIHAN DPR/DPRA/DPRK Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon/partai Politik Jender Laki-laki (n : 225) 23.6% 70.7% 1.7% 0.4% 2.2% Perempuan (n : 202) 21.2% 71.4% 0.0% 0.5% 5.4% Pemilih pemula, tahun (n : 21) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 136) 20.2% 75.8% 0.8% 0.0% 3.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 242) 26.3% 65.9% 0.0% 0.9% 4.6% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 28) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 96) 14.6% 76.0% 0.0% 1.0% 4.2% Tamat SMP (n : 79) 18.2% 74.0% 3.9% 1.3% 2.6% Tamat SMA (n : 194) 23.7% 70.0% 0.5% 0.0% 4.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 38.5% 61.5% 0.0% 0.0% 0.0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 186) 36.5% 61.9% 0.0% 0.0% 0.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 85) 25.0% 75.0% 0.0% 0.0% 0.0% Rp Rp (SES C1) (n: 49) 11.8% 70.6% 0.0% 11.8% 5.9% Rp Rp (SES B) (n : 66) 29.4% 64.7% 0.0% 0.0% 0.0% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 147) Rural/Desa (n :280) Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden dan anggota DPR/DPRA/DPRK dan DPD. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 16 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 17 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 18 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 23

32 Relevansi atas persepsi positif terhadap pentingnya mengikuti Pemilu/Pemilukada, KHUSUSNYA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN, juga terlihat kepada tingkat kesetujuan pemilih terhadap beberapa pernyataan sehubungan dengan persepsi atas keikutsertaan para pemilih dan dampaknya pada hasil Pemilihan yang diikutinya. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 3.5, dimana: % lebih pemilih menyatakan bahwa mereka tetap akan mengikuti pemilihan walaupun tidak ada calon ataupun partai politik yang dirasa cocok bagi mereka (sejalan dengan temuan bahwa 96% pemilih mengklaim ingin mengikuti Pemilihan Presiden dan 95% pemilih mengklaim ingin mengikuti Pemilihan DPR/DPRA/DPRK tahun 2014 mendatang, tanpa mempertimbangkan kandidat yang akan maju). Pemilih perempuan sedikit lebih banyak (76.5%) yang memiliki semangat ini (dibandingkan pemilih laki-laki, 74.5%). Meningkatnya usia pemilih juga menunjukkan adanya relevansi terhadap meningkatnya tingkat kesetujuan akan pernyataan ini % pemilih sadar bahwa keikutsertaan mereka dalam Pemilu/Pemilukada akan berpengaruh terhadap hasil dari Pemilu/Pemilukada tersebut (satu suara membawa perubahan), pemilih perempuan, juga kembali sedikit lebih tinggi (92.6%) menyadari akan hal ini jika dibandingkan pemilih laki-laki (91.8%) % pemilih merasa dirugikan jika mereka tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada. Perasaan merugi ini lebih dominan dirasakan oleh pemilih laki-laki (78.2%) jika dibandingkan dengan pemilih perempuan (74.7%). Grafik 3.5 Persepsi Pemilih terhadap KEIKUTSERTAAN dalam Pemilu/Pemilukada Base : Semua Responden (n : 460) Saya akan tetap mengikuti Pemilu/Pemilukada walaupun tidak ada calon/partai politik yang dirasa cocok buat saya 14.8% 60.7% 22.4% 1.1% 1.1% Jika saya ikut dalam Pemilu/Pemilukada, maka akan mempengaruhi hasil dari Pemilu/Pemilukada itu 16.3% 75.9% 7.0% 0.9% Saya akan merasa dirugikan jika tidak mengikuti Pemilu/Pemilukada 24.3% 52.2% 18.3% 2.8% 2.2% Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju Tidak tahu 24

33 Sebelumnya digambarkan bahwa salah satu faktor yang mendorong keinginan dari beberapa pemilih untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu adalah hak dan/atau kewajiban dari warga negara Indonesia. Secara khusus, tabel 3.4 dan 3.5 di bawah mencoba untuk menggambarkan pengaruh adanya persepsi dalam mengikuti pemilihan (apakah hak dan/atau kewajiban) terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Tabel 3.4 menunjukkan bahwa adanya persepsi diatas tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti pemilihan Presiden. Diantara pemilih yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah hak dari pemilih, 30.5% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden. Sedangkan diantara pemilih yang menganggap bahwa mengikuti pemilihan Presiden adalah kewajiban dari pemilih, 34.3% diantaranya punya tingkat keinginan yang kuat untuk mengikuti pemilihan Presiden (persentasenya tidak berbeda secara nyata). Sama halnya terhadap tingkat keinginan untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa memiliki persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah kewajiban, tidak lantas mendorong sebagian besar pemilih di kelompok tersebut memiliki tingkat keinginan yang lebih kuat untuk mengikuti pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD, dibandingkan kelompok pemilih yang memiliki persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak. 25

34 Tabel 3.4 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 Base : Semua Responden (n : 460) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 128) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:329) 30.5% 60.2% 2.3% 0.8% 5.5% 0.8% 34.3% 63.8% 0.3% 0.0% 1.2% 0.3% Tidak tahu (n=5) Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan Presiden. Seberapa besar tingkat keinginan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? Tabel 3.5 Pengaruh persepsi Pemilu sebagai hak dan kewajiban, terhadap keinginan mengikuti pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD pada Pemilu 2014 Base : Responden yang mengenal lembaga DPR/DPRA/DPRK dan/atau DPD (n : 427) Sangat ingin mengikuti Ingin mengikuti Tidak ingin mengikuti Sangat tidak ingin mengikuti Belum tahu, tergantung calon Menolak menjawab Persepsi terhadap mengikuti Pemilu sebagai hak dan kewajiban Mengikuti Pemilu adalah hak (n: 114) Mengikuti Pemilu adalah kewajiban atau hak dan kewajiban (n:309) 25.4% 69.3% 0.0% 1.8% 3.5% 0.0% 21.4% 73.1% 1.3% 0.0% 3.6% 0.6% Tidak tahu (n=4) Menurut B/I/S, apakah mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban atau keduanya (hak dan kewajiban) dari warga? Pada tahun 2014 akan diadakan Pemilihan DPR/DPRD/DPRA/DPRK dan DPD. Seberapa besar tingkat keingianan B/I/S untuk mengikuti pemilihan tersebut? 19 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 20 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa 26

35 BAB 4. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK PEMILU 2014 Propinsi Aceh A. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK PEMILU 2014 Bab ini akan menyajikan temuan mengenai pemahaman pemilih Aceh terhadap beberapa aspek Pemilu, yaitu: - Pemahaman pemilih mengenai adanya Pemilu pada tahun 2014 mendatang dan jenis pemilihan yang akan dilakukan, - Pemahaman pemilih terhadap cara menandai surat suara (baik secara umum, maupun surat suara pada pemilihan legislatif), - Pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang akan mengikuti Pemilu Pemahaman terhadap adanya Pemilu Grafik 4.1 menunjukkan bahwa adanya Pemilu pada tahun 2014 sudah dipahami oleh sebagian besar pemilih Aceh, yaitu 92.4% pemilih. Jika masih ada 7.6% pemilih Aceh yang belum paham mengenai akan diselenggarakannya Pemilu 2014 tersebut, umumnya adalah pemilih dengan tingkat pendidikan yang semakin rendah (Tabel 4.1). Tampak pula perbedaan jumlah pemilih yang paham adanya Pemilu 2014 antara daerah rural dan daerah urban. - Pada Pemilu 2014 diatas, jenis pemilihan yang akan dilakukan adalah pemilihan Presiden, pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan pemilihan DPD. Mengenai beberapa jenis pemilihan yang akan dilakukan tersebut, sepertinya pemilihan Presiden lebih popular dibandingkan pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD. Grafik 4.1 menunjukkan bahwa dari 92.4% pemilih Aceh yang paham mengenai adanya Pemilu 2014, 95.8% diantaranya memahami bahwa jenis pemilihan yang akan dilakukan adalah pemilihan Presiden. Pemahaman mengenai adanya pemilihan Presiden ini terdapat pada semua kalangan pemilih, yaitu pada pemilih perempuan ataupun laki-laki, pemilih pada semua kelompok usia, pemilih pada semua tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi, dan pemilih pada semua daerah (di daerah urban ataupun rural). Sedangkan untuk adanya pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD, dipahami oleh masing masing 68.7% pemilih untuk DPR/DPRA/DPRK dan 31.4% pemilih untuk DPD. Tabel 4.1 menunjukkan pemahaman pemilih Aceh mengenai adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan pada Pemilu 2014 tersebut, secara khusus pada setiap kelompok pemilih yang berbeda. Adanya pemilihan Presiden dipahami oleh pemilih Aceh dari semua kelompok jender, usia, tingkat pendidikan dan daerah yang berbeda. Pada setiap kelompok pemilih yang berbeda, minimal 91.9% pemilih Aceh paham mengenai dilaksanakannya pemilihan Presiden pada Pemilu 2014 mendatang. Pemahaman mengenai adanya pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD berbeda pada kelompok jender, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang berbeda. Pemilih perempuan yang paham adanya pemilihan DPR/ DPRA/DPRK dan DPD masih lebih sedikit dibandingkan pemilih laki-laki. Pemahaman terhadap adanya pemilihan DPR/DPRA/DPRK dan DPD juga semakin berkurang pada tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi pemilih yang semakin rendah. 27

36 Khusus untuk pemilihan DPD, selain faktor jender, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi diatas, faktor daerah juga berpengaruh. Diketahui bahwa persentase masyarakat rural yang paham mengenai adanya pemilihan DPD lebih sedikit dibandingkan masyarakat urban. Grafik 4.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan PEMAHAMAN TERHADAP ADANYA PEMIL U 2014 PEMAHAMAN TERHADAP JENIS PEMILIHAN Base : Semua responden (n : 460 ) Base : Responden yang paham akan diadakannya Pemilu 2014 (n : 425) Pemilihan Presiden 95.8% Tidak paham adanya Pemilu 2014; 7,6% Paham adanya Pemilu 2014; 92,6% Pemilihan DPR/DPRA/DPRK Pemilihan DPD 31.4% 68.7% Apakah B/I/S tahu bahwa pada tahun 2014 akan diselenggarakan Pemilu, atau tidak? Tidak tahu 0.2% Menurut pemahaman B/I/S, jenis pemilihan apakah yang akan dilakukan pada tahun 2014 mendatang? Siapakah yang akan dipilih pada tahun 2014 mendatang? 28

37 Tabel 4.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap adanya Pemilu 2014 dan jenis pemilihan yang akan dilakukan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI TIDAK PAHAM PEMAHAMAN TERHADAP ADANYA PEMILU 2014 PAHAM ADANYA PEMILU 2014 PRESIDEN DPR/ DPRA/ DPRK DPD TIDAK TAHU Jender Laki-laki (n : 243) 7.1% 96.0% 73.5% 38.5% 1.3% Perempuan (n : 217) 8.1% 96.5% 64.0% 29.0% 2.5% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 5.3% 96.5% 69.9% 40.6% 0.7% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 7.3% 97.1% 68.2% 33.1% 2.5% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 16.4% 91.9% 66.3% 25.6% 4.7% Tamat SMP (n : 94) 6.9% 93.2% 60.2% 30.7% 3.4% Tamat SMA (n : 202) 5.4% 98.4% 69.8% 34.9%.5% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 0,0% 100.0% 83.3% 48.3% 0,0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 7.7% 94.9% 62.4% 29.9% 2.0% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 14.1% 97.3% 74.0% 31.5% 2.7% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 8.4% 100.0% 82.0% 38.0% 0,0% Rp Rp (SES B) (n : 68) 0,0% 98.4% 82.3% 50.0% 1.6% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban (n : 150) 3.0% 97.9% 70.3% 41.4% 1.4% Rural (n :310) 9.7% 95.4% 68.3% 30.2% 2.1% Apakah B/I/S tahu bahwa pada tahun 2014 akan diadakan Pemilu 2014? Menurut B/I/S, jenis pemilihan apakah yang akan diadakan pada tahun 2014 mendatang? 21 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 22 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 23 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (S ES A ) 29

38 Pemahaman terhadap jumlah partai politik pada Pemilu Dari total 4 aspek yang dibahas pada bab ini, pemahaman pemilih terhadap jumlah partai politik yang berhak untuk mengikuti Pemilu 2014 adalah yang paling rendah dibandingkan 3 aspek lainnya. Grafik 4.2 menunjukkan bahwa dari 427 responden pemilih mengklaim pernah mendengar lembaga DPR/DPRA/DPRK terdapat 25.1% pemilih yang mengklaim paham mengenai jumlah partai politik yang berhak mengikuti Pemilu Jumlah partai politik yang dipahami oleh pemilih diatas adalah partai politik (51.8%) dan lebih dari 6-10 partai politik (28.7%). Grafik 4.2 Pemahaman pemilih Aceh terhadap jumlah partai politik pada Pemilu 2014 Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRA/DPRK (n : 427) PEMILIH YANG MENGKLAIM PAHAM DENGAN JUMLAH PARTAI POLITIK PEMAHAMAN TERHADAP JUMLAH PARTAI POLITIK 1-5 partai politik 5.8% 6-10 partai politik 28.7% Tidak paham, 74.9% Paham, 25.1% partai politik 51.8% Lebih dari 15 partai politik 13.7% Apakah B/I/S paham mengenai jumlah partai politik yang berhak mengikuti Pemilu 2014? 30

39 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu Grafik 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih Aceh memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai hanya dengan cara di coblos (42.9%). Beberapa pemilih Aceh lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika ditandai dengan cara di centang (20.9%) atau bisa memilih antara di coblos atau di centang (35.1%). Sedangkan 1.2% sisanya adalah pemilih yang sama sekali tidak memiliki pemahaman mengenai cara menandai surat suara yang akan digunakan pada Pemilu Lebih tingginya persentase pemilih yang memahami bahwa penandaan surat suara pada Pemilu 2014 akan dilakukan dengan sistem coblos, dimiliki oleh setiap kelompok jender, usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan daerah yang berbeda (Tabel 4.2). Grafik 4.3 Pemahaman pemilih Aceh terhadap cara menandai surat suara pada Pemilu 2014 Base : Semua responden (n : 460) Hanya bisa dengan mencoblos 42.9% Bisa dengan mencentang atau mencoblos 35.1% Hanya bisa dengan mencentang 20.9% Tidak tahu 1.2% Menurut pemahaman B/I/S, manakah cara yang akan digunakan dalam menandai surat suara pada Pemilu 2014 mendatang? 31

40 Tabel 4.2 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PEMAHAMAN TERHADAP CARA MENANDAI SURAT SUARA PROFIL DEMOGRAFI HANYA DENGAN CARA MENCOBLOS HANYA DENGA N CARA MENCENTANG BISA DENGAN MENCENTANG ATAU MENCOBLOS Jender Laki-laki (n : 243) 43.2% 19.3% 35.4% Perempuan (n : 217) 45.2% 21.2% 33.2% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 42.4% 19.2% 36.4% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 46.9% 20.5% 32.2% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 39.4% 18.3% 39.4% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 54.7% 14.7% 30.5% Tamat SMA (n : 202) 40.8% 24.4% 33.3% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 46.7% 18.3% 35.0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 39.3% 21.5% 37.9% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 65.1% 10.8% 22.9% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 47.3% 16.4% 36.4% Rp Rp (SES B) (n : 68) 32.3% 22.6% 43.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 48.7% 20.0% 30.0% Rural/Desa (n :310) 41.9% 20.3% 36.5% Menurut B/I/S, manakah cara yang akan digunakan dalam menandai surat suara pada Pemilu 2014 mendatang? 24 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 25 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 26 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 32

41 Pemahaman terhadap cara menandai surat suara pada pemilihan DPR/DPRA/DPRK di tahun Selain menanyakan pemahaman pemilih Aceh terhadap cara menandai surat suara secara umum, kepada responden juga ditanyakan mengenai pemahaman mereka terhadap cara menandai surat suara secara khusus pada pemilihan (DPRA/DPRK). - Grafik 4.4 menunjukkan bahwa dari pemilih yang mengenal lembaga dan pemilihan DPRA/DPRK, sebagian besar memahami bahwa surat suara akan sah jika ditandai pada nama calonnya saja (43.7%). Beberapa pemilih lainnya punya pemahaman bahwa surat suara akan sah jika menandai partai politik dan calonnya (23.7%), atau bisa salah satu partai politik atau calonnya (22.8%), atau partai politiknya saja (4.2%). - Pemahaman mengenai hal diatas secara khusus pada setiap kelompok pemilih bisa dilihat pada Tabel 4.3. Grafik 4.4 Pemahaman pemilih Aceh terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRA/DPRK Base : responden yang paham terhadap pemilihan DPR/DPRA/DPRK (n : 427) Hanya memilih calon 43.7% Memilih partai politik dan calon Memilih partai politik atau calon 23.7% 22.8% Hanya memilih partai politik Tidak tahu 4.2% 4.8% Menurut pemahaman B/I/S, bagaimanakah cara menandai surat suara yang benar pada Pemilihan anggota DPR/DPRD di Pemilu 2014 mendatang? 33

42 Tabel 4.3 Pemahaman pemilih Aceh terhadap cara menandai surat suara pada Pemilihan DPR/DPRA/DPRK Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi, dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : responden yang paham terhadap pemilihan DPR/DPRA/DPRK (n : 427) PEMAHAMAN TERHADAP CARA MENANDAI SURAT SUARA PADA PEMILIHAN DPR/DPRA/DPRK PROFIL DEMOGRAFI HANYA MEMILIH CALONNYA SAJA HANYA MEMILIH PARTAI POLITIKNYA SAJA MEMILIH PARTAI POLITIK DAN CALON MEMILIH PARTAI POLITIK ATAU CALON TIDAK TAHU Jender Laki-laki (n : 225) 52,0% 2,7% 23,6% 25,8% 2,7% Perempuan (n : 202) 46,5% 5,4% 22,8% 19,3% 5,9% Pemilih pemula, tahun (n : 21) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 136) 44,9% 4,4% 28,7% 19,1% 2,9% Pemilih dewasa, tahun (n : 242) 48,3% 3,7% 19,4% 25,2% 3,3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 28) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 96) 47,9% 5,3% 21,3% 19,1% 6,4% Tamat SMP (n : 79) 51,9% 5,1% 19,0% 16,5% 7,6% Tamat SMA (n : 194) 43,8% 2,6% 24,2% 26,3% 3,1% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 41,7% 5,0% 28,3% 25,0% 0,0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 186) 43,2% 5,3% 25,3% 19,5% 6,8% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 85) 53,7% 1,2% 20,7% 24,4% 0,0% Rp Rp (SES C1) (n: 49) 64,2% 0,0% 15,1% 18,9% 1,9% Rp Rp (SES B) (n : 66) 34,4% 6,6% 18,0% 37,7% 3,3% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 147) 43,5% 4,8% 19,7% 29,3% 2,7% Rural/Desa (n :280) 47,1% 3,6% 25,0% 19,3% 5,0% Menurut pemahaman B/I/S, bagaimanakah cara menandai surat suara yang benar pada Pemilihan anggota DPR/DPRA/DPRK di Pemilu 2014 mendatang? 27 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 28 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 29 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 34

43 B. INFORMASI TENTA NG PEMILU 2014 YANG PALING DIBUTUHKAN Tiga jenis informasi utama tentang Pemilu 2014 yang paling banyak dibutuhkan oleh pemilih Aceh adalah informasi mengenai (i) nama calon anggota DPR/DPRA/DPRK, (ii) nama calon Presiden dan visi misinya, dan (iii) jadwal pelaksanaan Pemilu. Cukup banyak pula pemilih yang tidak membutuhkan informasi apapun tentang Pemilu 2014 (1 3.3%). Kelompok pemilih yang menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan informasi apapun tentang Pemilu bisa berkemungkinan dua hal, yaitu pemilih tersebut sudah cukup memiliki banyak informasi tentang Pemilu 2014 atau mereka memang tidak berkeinginan untuk mendapatkan informasi apapun mengenai Pemilu 2014 (walaupun pada kenyataannya mereka tidak memiliki cukup informasi). Grafik 4.5 Informasi tentang Pemilu 2014 yang paling dibutuhkan Base : Semua responden (n : 460) 21.1% NAMA CALON ANGGOTA DPR/DPRA/DPRK TIDAK ADA 13.3% 13.2% NAMA CALON PRESIDEN TEMPAT PELAKSANAAN PEMILU 1.4% 13.1% JADWAL PEMILU JUMLAH DAN NAMA PARTAI POLITIK 1.8% 11.4% CARA MENANDAI SURAT SUARA 10.6% VISI MISI CALON PRESIDEN Informasi apakah yang PALING B/I/S butuhkan mengenai Pemilu 2014? 35

44 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP SUMBER INFORMASI UNTUK PEMILU 2014 Selain ditanyakan mengenai jenis informasi mengenai Pemilu 2014 yang dibutuhkan oleh pemilih, kepada responden juga ditanyakan mengenai sumber informasi yang lebih pemilih sukai untuk mendapatkan sumber informasi mengenai Pemilu Grafik 4.6 menunjukkan bahwa televisi masih menjadi sumber informasi paling disuka oleh pemilih. Sebagai alternatif televisi, terdapat beberapa sumber informasi lain yang disebutkan, seperti surat kabar, kampanye atau sosialisasi tatap muka, keluarga, poster/baliho/brosur/stiker dan teman/tetangga. Grafik 4.6 Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 6) Base : Semua responden (n : 460) Televisi 93.5% Koran/surat kabar 23.3% Kampanye, sosialisasi tatap muka 15.0% Poster, baliho, brosur, stiker 10.9% Teman, tetangga 8.7% Keluarga 7.4% Ketua RT/RW 2.8% Untuk mengetahui informasi mengenai Pemilu 2014 mendatang, darimanakah B/I/S paling suka untuk ingin mendapatkan informasi tersebut? Tolong sebutkan 2 sumber informasi 36

45 D. TINGKAT KEPERCAYAAN PEMILIH TERHADAP BEBERAPA LEMBAGA/INSTITUSI SEBA GAI SUMBER INFORMASI PEMILU Kepada responden pemilih diminta tingkat kepercayaan mereka kepada beberapa lembaga (KPU/ KIP, Bawaslu/Panwaslu, Kepala Desa/Lurah/Ketua RT, tokoh/lembaga agama, LSM/Ormas/Universitas, Media dan calon/partai politik) sebagai sumber untuk memberikan informasi mengenai Pemilu. Tingkat kepercayaan terhadap lembaga-lembaga diatas dapat mereka tunjukkan dengan skala 0 10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa mereka sangat tidak percaya, dan skala 10 menggambarkan bahwa mereka sangat percaya. Khusus untuk lembaga KPU/ KIP dan Bawaslu/Panwaslu, sebelum ditanyakan tingkat kepercayaan pemilih terhadap lembaga tersebut, kepada pemilih juga ditanyakan mengenai pengenalan mereka terhadap dua lembaga tersebut. Grafik 4.7 menunjukkan bahwa terdapat 15.1% pemilih Aceh yang mengklaim tidak pernah mendengar adanya lembaga KPU/KIP. Sedangkan terhadap Bawaslu/Panwaslu, persentase pemilih Aceh yang mengklaim tidak pernah mendengar adanya lembaga Bawaslu/Panwaslu tidak berbeda nyata terhadap KPU/KIP, yaitu 15.7%. Mereka yang tidak mengenal lembaga KPU/KIP dan Bawaslu/Panwaslu umumnya adalah kelompok pemilih perempuan, kelompok pemilih dengan tingkat pendidikan yang semakin rendah, dan pemilih di daerah rural (Tabel 4.4). Grafik 4.7 Pengenalan pemilih Aceh terhadap KPU/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Base : Semua responden (n : 460) 84.9% 84.3% 15.1% 15.7% Tidak pernah mendengar KPU/KIP BAWASLU/PANWASLU Pernah mendengar Apakah B/I/S pernah mendengar lembaga KPU/KIP (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu/Panwaslu? 37

46 Tabel 4.4 Pengenalan pemilih Aceh terhadap KPU/KIP dan Bawaslu/Panwaslu Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) KPU/KIP BAWASLU/PANWASLU PROFIL DEMOGRAFI Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Pernah mendengar Tidak pernah mendengar Jender Laki-laki (n : 243) 87.5% 12.5% 88.3% 11.7% Perempuan (n : 217) 82.0% 18.0% 80.0% 20.0% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 80.7% 19.3% 82.7% 17.3% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 88.4% 11.6% 86.5% 13.5% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 79.2% 20.8% 76.8% 23.2% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 72.8% 27.2% 74.9% 25.1% Tamat SMA (n : 202) 90.1% 9.9% 89.2% 10.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 96.5% 3.5% 96.4% 3.6% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 78.6% 21.4% 76.5% 23.5% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 96.0% 4.0% 96.0% 4.0% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 90.8% 9.2% 87.4% 12.6% Rp Rp (SES B) (n : 68) 93.3% 6.7% 95.6% 4.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 92.5% 7.5% 89.3% 10.7% Rural/Desa (n :310) 81.4% 18.6% 82.1% 17.9% Apakah B/I/S pernah mendengar lembaga KPU/KIP (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu/Panwaslu? Kembali kepada tingkat kepercayaan pemilih Aceh terhadap beberapa lembaga diatas sebagai sumber informasi Pemilu, Grafik 4.8 menunjukkan bahwa bahwa secara rata - rata, pemilih Aceh memberikan respon cukup positif kepada lembaga lembaga tersebut, yaitu dengan rata rata skala kepercayaan sebesar 5 7. Walaupun tidak berbeda secara signifikan, pemilih Aceh memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi kepada tokoh atau lembaga keagamaan. Sebaliknya, pemilih Aceh memberikan skala kepercayaan yang lebih rendah kepada calon atau partai politik atau tim suksesnya (dibandingkan lembaga lainnya). 30 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 31 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 32 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 38

47 Grafik 4.8 Tingkat kepercayaan pemilih Aceh terhadap beberapa lembaga sebagai sumber informasi Pemilu Base : Semua responden (n : 460) SANGAT PERCAYA SANGAT TIDAK PERCAYA KPU/ KIP 7,7 BAWASLU/ PANWASLU 7,6 APARAT DESA/ KETUA RT 7.5 TOKOH/ LEMBAGA AGAMA 7.8 LSM/ORMAS/ UNIVERSITAS MEDIA CALON/ PARTAI POLITIK 5.2 Untuk setiap lembaga yang akan saya bacakan di bawah ini, seberapa besar tingkat kepercayaan B/I/S terhadap setiap lembaga tersebut sebagai sumber yang bisa memberikan informasi mengenai Pemilu/Pemilukada. Tolong sampaikan pendapat B/I/S dengan menggunakan skala 0-10, dimana skala 0 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak percaya dan skala 10 menggambarkan bahwa B/I/S sangat percaya. B/I/S juga bisa memilih skala lain diantara skala 0 dan skala 10 tersebut 39

48 BAB 5. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON VOTING (TIDAK MEMILIH) Bab ini tidak akan melakukan analisa lebih jauh terhadap persentase pemilih yang memutuskan untuk tidak memilih pada Pemilu/Pemilukada, namun lebih kepada faktor faktor yang mendorong kelompok pemilih tersebut untuk tidak mengikuti pemilihan. Dengan pertimbangan bahwa terdapat tingkat keinginan yang berbeda untuk mengikuti setiap jenis pemilihan, maka diasumsikan bahw a terdapat faktor/alasan yang berbeda pula yang mendasari tidak diikutinya jenis pemilihan tertentu oleh pemilih. Oleh karena itu, kepada responden pemilih juga ditanyakan pengalaman mengikuti pemilihan pada setiap jenis Pemilihan, yaitu Pemilihan Presiden, DPRA/DPRK, Gubernur dan Bupati/Walikota (termasuk alasan yang mendasari tidak diikutinya pemilihan tersebut). Diketahui bahwa alasan ketidakikutsertaan pemilih pada jenis pemilihan tertentu sangat beragam, namun alasan yang beragam tersebut dapat dikelompokkan dalam tujuh kelompok besar, yaitu : Tabel 5.1 Pengelompokan alasan tidak ikut memilih KELOMPOK ALASAN SPESIFIK ALASAN Tidak paham dengan adanya Pemilu 1 Kurang memiliki informasi terkait Pemilu Tidak paham dengan lokasi TPS Tidak paham tanggal pelaksanaan Pemilu 2 Alasan lupa atau berhalangan karena memiliki kegiatan/kepentingan pribadi Tidak memiliki cukup informasi tentang calon Sakit Harus bekerja/sekolah Sedang ada acara keluarga Sedang berada di luar kota/negeri Hambatan biaya untuk datang ke TPS Lupa Lokasi TPS yang jauh Malas antri dan berdesak-desakan 3 Apatis Menganggap bahwa mengikuti Pemilu tidak akan membuat perubahan Tidak percaya dengan calon 4 Tidak ada calon yang dirasa cocok Tidak ada calon yang dirasa cocok 5 Bertentangan dengan ideologi Bertentangan dengan ideologi Tidak mendapatkan surat undangan 6 Masalah terkait administratif Tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tidak memiliki KTP 7 Kendala yang khusus dialami pemilih difabel Khawatir merepotkan orang lain 40

49 KELOMPOK ALASAN SPESIFIK ALASAN 8 Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat Malu/minder untuk datang ke TPS Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat 9 Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Dengan pertimbangan bahwa jumlah responden yang mengklaim bahwa mereka tidak mengikuti masing - masing pemilihan Presiden, DPR/DPRA/DPRK, Gubernur dan Bupati/Walikota, kurang dari minimum jumlah sampel untuk bisa dianalisa (yaitu minimal 30 responden), maka analisa terhadap faktor faktor yang mendorong mereka untuk tidak mengikuti pemilihan akan dilakukan dengan menggunakan angka absolut (tabel 5.2). Perlu untuk menjadi catatan bahwa angka pada tabel 5.2 tidak bisa digunakan untuk mewakili populasi pemilih yang tidak memilih untuk propinsi Aceh. 41

50 Tabel 5.2 Faktor yang mendorong pemilih tidak mengikuti pemilihan PEMILIHAN PRESIDEN PEMILIHAN DPR/DPRA/DPRK PEMILIHAN GUBERNUR PEMILIHAN BUPATI/WALIKOTA ALASAN Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Presiden (n : 24 responden) Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan DPRA/DPRK (n : 16 responden) Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Gubernur (n : 13 responden) Base : Responden yang tidak mengikuti pemilihan Bupati/Walikota (n : 16 ) Kurang memiliki informasi terkait Pemilu 2 responden 3 responden - - Alasan lupa atau berhalangan karena memiliki kegiatan/kepentingan pribadi 13 responden 11 responden 10 responden 12 responden Apatis - 2 responden - 1 responden Tidak ada calon yang dirasa cocok 1 responden responden Bertentangan dengan ideologi Masalah terkait administratif 7 responden - 2 responden 1 responden Kendala yang khusus dialami pemilih difabel Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan kandidat Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan Menolak menjawab 1 responden - 1 responden 1 responden Tolong sebutkan alasan UTAMA yang menyebabkan B/I/S tidak mengikuti setiap jenis pemilihan yang tidak B/I/S ikuti? 42

51 BAB 6. PREFERENSI TERHADAP PEMIMPIN A. KRITERIA PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN Secara umum, pemilih Aceh memiliki kriteria yang cenderung sama dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat, baik untuk tingkat Presiden, DPR/DPRA/DPRK, Gubernur ataupun Bupati/Walikota. Empat kriteria utama yang dianggap penting bagi pemilih Aceh dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat adalah Pendidikan, Agama, Visi misi dan program kerja, dan Pengalaman kerja. Hal menarik yang bisa dilihat pada Grafik 6.1 adalah bahwa agama menjadi kriteria yang dianggap penting oleh pemilih Aceh, setara dengan faktor visi misi dan program kerja dari calon. Bahkan, faktor agama mengalahkan faktor pengalaman kerja dari calon. Grafik 6.1 Kriteria yang menjadi pertimbangan pemilih Aceh dalam memilih Presiden, DPR/DPRA/DPRK, Gubernur dan Bupati/Walikota Base : Semua responden (n : 460) PRESIDEN DPR/DPRA/DPRK GUBERNUR & BUPATI/WALIKOTA Pendidikan 79.2% Pendidikan 74.6% Pendidikan 78.8% Agama 65.2% Agama 59.2% Agama 67.0% Visi misi dan program kerja 65.0% Visi misi dan program kerja 58.8% Visi misi dan program kerja 65.1% Pengalaman kerja 48.1% Pengalaman kerja 47.0% Pengalaman kerja 47.8% Suku/asal daerah 11.4% Suku/asal daerah 15.6% Suku/asal daerah 17.6% Jenis kelamin Partai politik dimana calon bergabung 8.4% 8.0% Partai politik dimana calon bergabung Jenis kelamin 9.5% 8.9% Jenis kelamin Partai politik dimana calon bergabung 12.3% 9.9% Dari beberapa kriteria di bawah ini, manakah kriteria yang menjadi pertimbangkan B/I/S dalam memilih calon.. (masing masing untuk Presiden, DPR/DPRA/DPRK dan Gubernur/Bupati/Walikota) 43

52 B. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN PEREMPUA N Tabel 6.1 menunjukkan bahwa secara umum, persentase pemilih Aceh yang punya preferensi kuat terhadap wakil perempuan di DPR, masih sangat rendah (yaitu hanya 3.5%). Preferensi kuat disini mengacu kepada kondisi dimana seorang pemilih akan lebih cenderung untuk memilih pemimpin perempuan dibandingkan pemimpin laki-laki. Sebagian besar pemilih Aceh masih memiliki preferensi kuat untuk memiliki wakil laki laki di DPR (62.5%). Masih tingginya persentase pemilih Aceh yang punya preferensi kuat terhadap perwakilan laki-laki didasari oleh pertimbangan utama bahwa laki laki memang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin seperti yang sudah ditentukan dalam agama. Tingginya persentase pemilih Aceh yang mendasarkan pertimbangannya untuk lebih memilih perwakilan laki laki di DPR karena alasan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan 5 target propinsi lainnya, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan NTT. Selain karena faktor tersebut, beberapa pertimbangan lainnya adalah adanya anggapan bahwa laki laki lebih tegas dan memiliki beberapa kelebihan lainnya dibandingkan pemilih perempuan, seperti lebih kuat/tangguh, bijaksana, cepat bergerak dan bertindak, berwibawa. Selain adanya preferensi kuat pada satu jender tertentu, khususnya terhadap laki laki, terdapat beberapa pemilih yang punya persepsi bahwa tidak ada bedanya untuk memilih wakil laki laki atau wakil perempuan di DPR (32.2%). Tabel 6.2 menunjukkan preferensi pemilih Aceh terhadap jender tertentu dalam memilih anggota DPR pada setiap kelompok pemilih yang berbeda : - Baik pemilih perempuan ataupun pemilih laki-laki, sebagian besar dari mereka masih memiliki preferensi untuk memiliki perwakilan laki laki dalam DPR. Namun, jika dilihat pada persentase pemilih yang menganggap bahwa memiliki perwakilan laki-laki ataupun perempuan di DPR adalah tidak ada bedanya, terlihat bahwa persentase pemilih perempuan yang memiliki persepsi tersebut lebih tinggi dibandingkan pemilih laki-laki. - Pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas lebih bisa terbuka untuk memiliki wakil di DPR dari kalangan jender apapun (tidak ada bedanya antara perwakilan perempuan dan laki-laki), dibandingkan pemilih dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa persentase pemilih dengan tingkat pendidikan Diploma atau Universitas yang punya preferensi kuat untuk memiliki wakil perempuan di DPR juga lebih tinggi dibandingkan dengan pemilih pada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Perlu hati hati untuk melakukan analisa pada data tersebut dengan melihat lebih jauh komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikannya dan jendernya. Pada survei ini diketahui bahwa pada tingkat pendidikan Diploma atau Universitas, sebagian besar memang lebih banyak terdiri dari pemilih perempuan dibandingkan pemilih laki laki. 44

53 Tabel 6.1 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRA/DPRK (n : 427) ALASAN LEBIH MEMILIH WAKIL LAKI-LAKI : 62.5% Lebih memiliki jiwa pemimpin dan memang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin (67.7%). Bahkan, 43% diantaranya mengkaitkan alasan takdir ini dengan agama Lebih tegas (18.8%) Lebih kuat/tangguh (4.0%) Lebih bijaksana (3.6%) Lebih cepat bertindak bila ada masalah (3.4%) Lebih bertanggung jawab (2.8%) Lebih bisa bergerak aktif dalam melaksanakan tugasnya (1.7%) Lebih berwibawa (1.3%) Lebih jelas dalam menentukan visi dan misi (1.3%) Lebih berwawasan luas (0.6%) (kepada responden tidak ditanyakan alasan mereka memiliki opini tersebut) TIDAK ADA BEDANYA : 32.2% Ada yang memperjuangkan hak hak perempuan Lebih lembut/telaten Lebih bijaksana Jarang yang melakukan korupsi LEBIH MEMILIH WAKIL PEREMPUAN : 3.5% Bila hal hal lainnya sama. apakah B/I/S lebih memilih punya wakil perempuan atau wakil laki laki di dalam DPR untuk mewakili B/I/S? 45

54 Tabel 6.2 Pengaruh jender dalam pemilihan anggota DPR Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Responden yang pernah mendengar lembaga DPR/DPRA/DPRK (n : 427) PROFIL DEMOGRAFI PENGARUH JENDER DALAM PEMILIHAN ANGGOTA DPR/DPRA/DPRK Lebih memilih wakil Laki-laki Lebih memilih wakil perempuan Tidak ada bedanya Tidak Tahu Jender Laki-laki (n : 225) 68.7% 2.0% 28.2% 1.2% Perempuan (n : 202) 55.4% 5.2% 36.8% 2.3% Pemilih pemula, tahun (n : 21) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 136) 60.4% 3.6% 34.2% 2.2% Pemilih dewasa, tahun (n : 242) 63.0% 3.6% 32.5% 0.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 28) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 96) 64.1% 0.0% 30.6% 5.6% Tamat SMP (n : 79) 62.0% 1.2% 36.4% 0.0% Tamat SMA (n : 194) 65.9% 3.5% 29.7% 1.0% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 47.1% 13.6% 39.4% 0.0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 186) 56.8% 4.3% 36.5% 2.4% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 85) 69.5% 1.0% 30.0% 0.0% Rp Rp (SES C1) (n: 49) 76.8% 5.3% 18.3% 0.0% Rp Rp (SES B) (n : 66) 66.1% 5.5% 28.2% 0.0% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 147) 62.7% 4.9% 31.1% 1.5% Rural/Desa (n :280) 62.4% 2.8% 32.8% 1.9% Bila hal hal lainnya sama. apakah B/I/S lebih memilih punya wakil perempuan atau wakil laki laki di dalam DPR untuk mewakili B/I/S? 33 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 34 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 35 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 46

55 C. PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN DIFABEL Grafik 6.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih Aceh mengklaim bahwa mereka tidak akan memilih calon yang difabel (73.8%). Mereka punya persepsi bahwa pemimpin yang difabel akan memiliki keterbatasan dalam memimpin (kurang tegas, kurang berwibawa, kurang bewawasan luas, akan kurang cekatan dalam menyelesaikan permasalahan negara dan rakyat, cenderung akan bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menjalankan kepemimpinannya dan cenderung akan lebih mudah dibohongi). 1.3% pemilih bahkan menganggap bahwa memiliki pemimpin yang difabel adalah sesuatu yang akan memalukan (khususnya di hadapan negara lainnya) dan 2.4% pemilih lainnya menyatakan bahwa Undang Undang sudah menentukan bahwa pemimpin sebaiknya adalah seseorang yang tidak punya keterbatasan. Sedangkan 19.3% pemilih Aceh lainnya cenderung akan memberikan kesempatan kepada calon yang difabel untuk dipilih. Mereka menganggap bahwa pada dasarnya calon yang difabel adalah manusia juga yang berhak untuk diberikan kesempatan dan pasti akan mampu memimpin dengan baik, apalagi bila mereka memiliki sifat dan kepribadian yang baik. Selain itu pemilih juga mengatakan bahwa c alon yang difabel akan bisa lebih merasakan dan berempati terhadap penderitaan rakyatnya. Persepsi dan preferensi pemilih Aceh terhadap calon pemimpin yang difabel cenderung sama pada setiap kelompok pemilih yang berbeda berdasarkan jender, kelompok usia, tingkat pendidikan, social ekonomi (tingkat pendapatan rumah tangga rutin per bulan) dan daerah pemilh bertempat tinggal. Grafik 6.2 Preferensi pemilih terhadap pemimpin difabel Base : Semua responden (n : 460) Menolak menjawab, 6.9% akan memilih, 19.3% Tidak akan memilih; 73,8% Apakah B/I/S bersedia untuk memilih calon yang difabel. yaitu calon yang tuna netra (memiliki keterbatasan penglihatan). calon yang tuna daksa (memiliki keterbatasan gerak). atau calon yang tuna rungu (memiliki keterbatasan pendengaran) atau calon yang tuna wicara (memiliki keterbatasan berbicara)? 47

56 Tabel 6.3 Preferensi pemilih Aceh terhadap pemimpin difabel Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI PREFERENSI PEMILIH TERHADAP PEMIMPIN DIFABEL Tidak akan memilih Akan memilih Menolak menjawab Jender Laki-laki (n : 243) 77,4% 17,3% 5,3% Perempuan (n : 217) 69,7% 21,5% 8,8% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 77,5% 17,3% 5,3% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 76,4% 19,7% 3,9% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tingkat pendidikan tertinggi Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 68,0% 21,5% 10,4% Tamat SMP (n : 94) 70,2% 20,1% 9,6% Tamat SMA (n : 202) 78,0% 17,1% 4,9% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 74,2% 22,3% 3,4% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 74,0% 16,4% 9,6% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 72,0% 22,1% 6,0% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 75,3% 21,2% 3,5% Rp Rp (SES B) (n : 68) 72,8% 25,8% 1,4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 72,0% 20,9% 7,0% Rural/Desa (n :310) 74,6% 18,6% 6,9% Apakah B/I/S bersedia untuk memilih calon yang difabel. yaitu calon yang tuna netra (memiliki keterbatasan penglihatan). calon yang tuna daksa (memiliki keterbatasan gerak). atau calon yang tuna rungu (memiliki keterbatasan pendengaran) atau calon yang tuna wicara (memiliki keterbatasan berbicara)? 36 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 37 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 38 Jumlah sample kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 48

57 BAB 7. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERHADAP DAFTAR PEMILIH A. KEPEDULIAN PEMILIH TERHADAP KEBERADAAN NAMANYA PADA DAFTAR PEMILIH Mengetahui kepedulian pemilih terhadap terdaftar/tidaknya nama mereka pada daftar pemilih juga bisa menjadi indikator tingkat keinginan pemilih untuk bisa berpartisipasi dalam Pemilu. Untuk mengetahui tingkat kepedulian pemilih terhadap hal diatas, kepada responden ditanyakan mengenai perasaan mereka jika nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Berkaitan dengan hal diatas, Grafik 7.1 menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok besar pemilih, yaitu : - Kelompok 1, yaitu pemilih yang punya keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, sebanyak 68.3%, diindikasikan dengan : o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, karena hal ini berarti bahwa mereka akan kehilangan hak pilihnya. - Kelompok 2, yaitu pemilih yang tidak terlalu punya keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam Pemilu, sebanyak 30.2%, diindikasikan dengan : o Akan merasa kecewa atau marah jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, namun lebih disebabkan karena adanya perasaan tidak diakuinya mereka sebagai warga negara Indonesia (11.3%), atau o Akan merasa biasa-biasa saja (18.9%). Grafik 7.1 Tingkat kepedulian pemilih Aceh terhadap terdaftar/tidaknya namanya di daftar pemilih Base : Semua responden (n : 460) Menolak menjawab, 1.5% KELOMPOK 1 Punya keinginan kuat mengikuti pemilihan 68,3% KELOMPOK 2 Tidak punya keinginan kuat mengikuti pemilihan 30,2% 11,3% 18.9% Akan kecewa/marah jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih, karena alasan merasa tidak diakui sebagai warga negara Akan merasa biasa saja jika namanya tidak tercantum pada Daftar Pemilih Bagaimana perasaan B/I/S jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu 2014? Mengapa B/I/S merasa heran atau marah atau kecewa jika nama B/I/S tidak terdaftar pada Pemilu

58 B. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MEMERIKSA DAFTAR PEMILIH 95.6% pemilih Aceh merasa bahwa dirinya sudah terdaftar pada Pemilu 2014 (83.4% diantaranya memiliki keyakinan yang kuat mengenai hal tersebut). Hanya 1.4% pemilih yang merasa bahwa dirinya tidak atau belum terdaftar pada Pemilu 2014 dan 3.1% pemilih lainnya tidak tahu meng enai status terdaftarnya nama mereka pada Pemilu Grafik 7.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih Aceh yaitu 82.9%, tidak datang untuk memeriksakan namanya pada daftar pemilih. Sebagian besar dari mereka mengetahui informasi mengenai terdaftarnya nama mereka dari stiker daftar pemilih yang sudah tertempel di rumah mereka (68.8% dari total 82.9% pemilih yang tidak memeriksa daftar pemilih). Beberapa pemilih lainnya mengetahui status terdaftarnya nama mereka berdasarkan informasi orang lain (19.8% dari total 82.9% pemilih yang tidak memeriksa daftar pemilih). Bahkan, cukup banyak pula yang keyakinannya didasarkan hanya kepada perkiraan/asumsi bahwa nama mereka pasti terdaftar atau tidak pada daftar pemilih (11.4% dari total 82.9% pemilih yang tidak memeriksa daftar pemilih). Umumnya keputusan untuk tidak memeriksakan keberadaan atau ketiadaan nama mereka pada daftar pemilih didasari oleh alasan karena adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar di daftar pemilih tersebut (55.4%). Selain itu, faktor keterbatasan waktu juga menjadi alasan bagi beberapa pemilih untuk tidak memeriksakan namanya pada daftar pemilih (14.4%). Grafik 7.2 Praktik pemilih Aceh dalam memeriksa Daftar Pemilih Base : Responden yang merasa bahwa namanya terdaftar atau tidak pada Daftar Pemilih (n : 446) Base : Responden yang tidak memeriksa daftar pemilih (n : 370) Apakah nama B/I/S terdaftar untuk Pemilu 2014? Darimana B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S sudah terdaftar atau tidak untuk Pemilu 2014? (Bagi yang tidak memeriksa Daftar Pemilih) Mengapa B/I/S tidak datang memeriksa Daftar Pemilih? 50

59 C. PARTISIPASI AKTIF PEMILIH DALAM MENANYAKAN/MELAPORKAN KETIADAAN NAMANYA DI DAFTAR PEMILIH Pada sub bab sebelumnya, kita mendiskusikan mengenai partisipasi aktif pemilih dalam memeriksakan keberadaan nama mereka di daftar pemilih. Grafik 7.2 menunjukkan bahwa partisipasi pemilih Aceh untuk memeriksa daftar pemilih masih rendah (baru 17.4% pemilih yang memeriksakan namanya pada daftar pemilih). Namun, hal ini lebih disebabkan karena adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar (selain faktor keterbatasan waktu dan terbatasnya pemahaman mereka terhadap adanya daftar pemilih itu sendiri). Pada sub bab ini, kita kembali mencoba untuk mengetahui partisipasi aktif pemilih terhadap hal yang terkait dengan daftar pemilih, yaitu partisipasi pemilih untuk bertanya/melaporkan jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Grafik 7.3 menunjukkan bahwa 87.4% pemilih Aceh mengklaim bahwa jika mereka berada dalam kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih, maka mereka akan menanyakan/melaporkan mengenai ketiadaan namanya tersebut (27.9% diantaranya menyatakan keinginan yang kuat mengenai hal ini). Hanya 7.4% pemilih Aceh yang akan belaku sebaliknya, yaitu tidak akan repot repot menanyakan atau melaporkan jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dengan melihat lebih jauh terhadap alasan yang mendorong keengganan untuk menanyakan hal tersebut, kita dapat melihat adanya 2 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih yang memang tidak perduli dengan ada atau tidak adanya nama mereka pada daftar pemilih (33.8% dari total 7.4% pemilih yang tidak akan menanyakan/melaporkan ketiadaan namanya pada daftar pemilih). Kelompok pemilih ini akan merasa biasa saja (tidak ada perasaan marah atau kecewa) walaupun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih. Kalaupun ada sebagian kecil dari mereka yang merasa kecewa, hal ini bukan disebabkan karena mereka merasa kehilangan hak pilihnya, namun lebih karena merasa tidak diakui sebagai warga negara. - Kelompok pemilih yang sebenarnya merasa perduli mengenai keberadaan namanya pada daftar pemilih (baik untuk alasan yang berkaitan dengan haknya mengikuti pemilihan atau berkaitan dengan diakuinya pemilih sebagai warga negara Indonesia), namun lebih memilih untuk t idak menanyakan atau melaporkan ketiadaan namanya karena faktor faktor eksternal, misalnya beranggapan bahwa prosesnya akan rumit, tidak punya waktu, tidak memiliki cukup informasi mengenai pihak yang bisa ditanya atau sudah apatis akan ada pihak lain yang akan membantu masalahnya tersebut. 51

60 Grafik 7.3 Tingkat keinginan pemilih Aceh untuk menanyakan ketiadaan namanya di daftar pemilih Base : Semua responden (n : 460) 27.9% 59.5% 5.2% 7.4% Tidak peduli (33.8%) Tidak punya waktu (36.8%) Tidak tahu tempat bertanya/melaporkan (13.4%) Pernah ditanyakan, tapi tidak ada pengaruhnya (7.9%) Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit (5.4%) Beranggapan bahwa pihak yang bertanggung jawa tidak bisa membantu (2,7%) Tidak akan menanyakan Akan sangat ingin menanyakan Akan menanyakan Tidak tahu Misalnya B/I/S mengetahui bahwa nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih untuk Pemilu 2014, seberapa besar keinginan B/I/S untuk menanyakan hal tersebut? (Jika tidak punya keinginan) mengapa B/I/S tidak punya keinginan untuk menanyakan hal tersebut D. PEMAHAMAN PEMILIH TERHADAP ASPEK ASPEK TERKAIT DAFTAR PEMILIH Terdapat 4 aspek terkait daftar pemilih yang ingin diketahui tingkat pemahamannya di kalangan pemilih, yaitu mengenai : - Penggunaan kartu identitas, khususnya pada kondisi dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilih, - Peran surat undangan dibandingkan dengan daftar pemilih, - Pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar pada daftar pemilih, dan - Tempat pemeriksaan daftar pemilih. Grafik 7.4 menunjukkan bahwa : Pemahaman terhadap penggunaan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan - Idealnya, setiap warga yang berhak untuk mengikuti pemilih akan terdaftar pada daftar pemilih. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa kasus dimana nama pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilih. Dalam survei ini teridentifikasi bahwa terdapat 1.4% pemilih yang sudah yakin bahwa namanya tidak terdaftar pada Pemilu

61 Jika mengacu kepada peraturan, pada kasus dimana pemilih tidak terdaftar pada daftar pemilihan, sangat memungkinkan bagi mereka untuk tetap bisa mengikuti pemilihan, yaitu dengan menggunakan kartu identitas. Survei ini mencoba untuk mengidentifikasi seberapa banyak pemilih yang sudah paham mengenai adanya ketentuan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, grafik 7.4 menunjukkan bahwa baru terdapat 34.8% pemilih Aceh yang sudah memahami bahwa mereka masih berhak mengikuti pemilihan walaupun tidak terdaftar pada daftar pemilihan, yaitu dengan membawa kartu identitas ke TPS. Sedangkan sisanya adalah : Pemilih yang punya pemahaman bahwa terdaftar pada daftar pemilih adalah syarat mutlak dari seorang warga untuk bisa mengikuti pemilihan (artinya, mereka menganggap bahwa kartu identitas tidak akan bisa membantu seorang pemilih untuk bisa mengikuti pemilihan, selama nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 33.2%. Pemilih yang sama sekali tidak paham apakah mereka masih memiliki hak pilih jika namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, yaitu 28.0%. Pemilih yang memahami bahwa seseorang tetap bisa mengikuti pemilihan walapun namanya tidak terdaftar pada daftar pemilih, selama orang tersebut adalah warga negara Indonesia dan mengikuti pemilihan adalah hak dari setiap warga negara Indonesia (namun kelompok ini tidak secara khusus mengkaitkan kondisi tersebut dengan adanya peraturan yang memungkinkan seseorang bisa membawa kartu identitas ke TPS jika tidak terdaftar pada daftar pemilih), yaitu 4.1%. - Lebih jauh, Tabel 7.1 menunjukkan bahwa pemahaman pemilih terhadap hal diatas berbeda pada kelompok pemilih antar jender, daerah dan tingkat pendidikan: Persentase pemilih laki laki yang memiliki pemahaman benar bahwa pemilih yang terdaftar pada daftar pemilih masih berhak mengikuti pemilihan dengan cara menunjukkan kartu identitas di TPS, lebih banyak dibandingkan pemilih perempuan. Sedangkan pemilih perempuan lebih banyak yang memahami bahwa pada kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar, maka mereka tidak akan berhak mengikuti pemilihan. Persentase pemilih di daerah urban yang memiliki pemahaman benar bahwa pemilih yang terdaftar pada daftar pemilih masih berhak mengikuti pemilihan dengan cara menunjukkan kartu identitas di TPS, lebih banyak dibandingkan pemilih di daerah rural. Sedangkan pemilih di daerah rural lebih banyak yang memahami bahwa pada kondisi dimana nama mereka tidak terdaftar, maka mereka tidak akan berhak mengikuti pemilihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan sosial ekonomi dari pemilih, maka semakin tinggi pula persentase pemilih yang punya pemahaman benar mengenai bisa digunakannya kartu identitas pada saat pemilihan jika nama mereka tidak terdaftar pada daftar pemilih. Pemahaman terhadap peran surat undangan - Sebagian besar pemilih Aceh yaitu 58.8%, punya pemahaman bahwa selama nama mereka terdaftar pada daftar pemilih, mereka masih berhak mengikuti pemilihan meskipun mereka tidak mendapatkan surat undangan. Sisanya adalah pemilih yang tidak paham apakah mereka masih berhak mengikuti pemilihan atau tidak, pada kondisi dimana mereka tidak mendapatkan surat undangan meskipun namanya terdapat pada daftar pemilih (26.5%) dan pemilih yang memahami bahwa mereka tidak berhak mengikuti pemilihan kalau tidak mendapatkan surat undangan meskipun namanya terdaftar pada daftar pemilih (14.7%). Pemahaman pemilih mengenai peran surat undangan diatas berbanding lurus terhadap tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi dari pemilih. Tabel 7.2 menunjukkan bahwa pada pemilih dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, mereka punya pemahaman benar bahwa hak pilih mereka tetap berlaku walaupun tidak mendapatkan surat undangan, selama mereka terdaftar pada daftar pemilih. 53

62 Tidak ada perbedaan yang nyata pada pemahaman mengenai hal diatas, pada kelompok pemilih dengan jender, kelompok usia dan daerah yang berbeda. Pemahaman terhadap pihak yang bertanggungjawab atas terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih - Agak berbeda dengan daerah lain dimana sebagian besar memahami bahwa pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat harus terdaftar pada daftar pemilih adalah ketua RT, maka sebagian pemilih Aceh memahami bahwa peran tersebut adalah tanggung jawab dari Kepala Desa atau Lurah atau petugas Kelurahan (44.6%). Hanya 1.6% pemilih yang menyebutkan ketua RT % pemilih menyebutkan mengenai keberadaan panitia atau lembaga penyelenggara Pemilu yang seharusnya bertanggung jawab terhadap daftar pemilih. Beberapa dari mereka ada yang hanya menyebutkan panitia pemilu (tanpa mengetahui nama lembaga nya secara pa sti). Beberapa ada yang secara khusus menyebutkan KPU, KIP, KPPS atau Panwaslu. - Selain beberapa pemilih yang punya pemahaman berbeda-beda mengenai pihak yang bertanggungjawab terhadap daftar pemilih diatas, ternyata cukup banyak pula pemilih yang tidak punya pemahaman sama sekali mengenai hal tersebut (13.0%). Pemahaman terhadap tempat pemeriksaan daftar pemilih - Sejalan dengan pemahaman pemilih mengenai pihak yang bertanggungjawab terhadap terdaftarnya masyarakat pada daftar pemilih diatas, sebagian besar pemilih (60.7%) juga memahami bahwa tempat pemeriksaan daftar pemilih bisa dilakukan di kantor Desa/Kelurahan. Selain di kantor Desa/Kelurahan, ada beberapa pemilih lainnya yang memahami bahwa daftar pemilih dapat diperiksa di papan pengumuman di pos kamling atau masjid (11.5%), kantor Kecamatan (8.6%), atau rumah ketua RT (2.6%) Namun, cukup banyak pula pemilih yang tidak yakin dimana daftar pemilih tersebut dapat dilihat (14.3%). 54

63 Grafik 7.4 Pemahaman pemilih Aceh terhadap beberapa aspek terkait daftar pemilih Base : Semua responden (n : 460) PENGGUNAAN KARTU IDENTITAS Base : Semua responden (460 responden) * 34.8% paham mengenai penggunaan kartu identitas untuk memilih, pada kondisi jika tidak terdaftar pada daftar pemilih. * 51.2% tidak paham bahwa mereka tetap bisa ikut memilih walaupun tidak terdaftar pada daftar pemilih (33.2% beranggapan tidak bisa ikut memilih, 28.0% tidak paham sama sekali). Base : Semua responden (460 responden) PERAN SURAT UNDANGAN * 58.8% pemilih memahami bahwa mereka tetap bisa mengikuti pemilihan walaupun tidak mendapatkan surat undangan. Sisanya adalah 14.7% pemilih yang memahami bahwa mereka tidak bisa mengikuti pemilihan tanpa surat undangan dan 26.5% pemilih yang tidak paham Base : Semua responden (460 responden) * 61.3% pemilih memahami bahwa pemeriksaan daftar pemilih dapat dilakukan di kantor Desa/Kelurahan. * Dan 14.6% pemilih tidak paham dimana pemeriksaan daftar pemilih bisa dilakukan. TEMPAT PEMERIKSAAN DAFTAR PEMILIH Base : Semua responden (460 responden) * 44.6% pemilih memahami bahwa Kepala Desa/Lurah atau petugas Desa/Kelurahan adalah pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan bahwa masyarakat terdaftar pada Daftar Pemilih * Cukup banyak pula yang berpendapat bahwa pihak yang bertanggung jawab adalah lembaga terkait Pemilu, yaitu Panitia Pemilihan (17.1%), KPU/KIP (6.4%). PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TERDAFTAR MASYARAKAT PADA DAFTAR PEMILIH 55

64 Tabel 7.1 Pemahaman pemilih Aceh terhadap penggunaan kartu identitas dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PEMAHAMAN BENAR PEMAHAMAN SALAH TIDAK PAHAM Jender PROFIL DEMOGRAFI Bisa mengikuti pemilihan dengan kartu identitas, jika tidak terdaftar pada daftar pemilih Tidak bisa mengikuti pemilihan jika tidak terdaftar pada daftar pemilih Bisa mengikuti pemilihan, namun bukan karena alasan bisa menggunakan kartu identitas Tidak paham mengenai masih adanya hak memilih jika nama tidak terdaftar pada daftar pemilih Laki-laki (n : 243) 38.3% 31.7% 0.8% 31.2% Perempuan (n : 217) 31.0% 34.8% 2.3% 31.7% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 36.8% 36.3% 2.2% 24.8% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 37.7% 32.1% 1.7% 28.2% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 26.4% 31.9% 0.9% 41.5% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 33.3% 36.8% 2.2% 28.1% Tamat SMA (n : 202) 37.6% 31.5% 1.4% 28.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 42.3% 36.2% 3.8% 17.4% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 33.8% 31.7% 0.9% 33.4% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 27.2% 41.1% 0.0% 31.6% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 40.7% 29.4% 5.6% 24.5% Rp Rp (SES B) (n : 68) 52.3% 19.6% 1.5% 26.4% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 43.2% 23.9% 0.0% 32.8% Rural/Desa (n :310) 30.9% 37.4% 2.2% 29.6% Misalnya B/I/S berada dalam kondisi dimana nama B/I/S tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), menurut B/I/S, apakah B/I/S tetap berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? Menurut B/I/S, mengapa B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan walaupun nama B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap? Jika B/I/S tidak terdaftar pada Daftar Pemilih, menurut B/I/S, apakah B/I/.S bisa menggunakan kartu identitas untuk mengikuti pemilihan? 39 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 40 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 41 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 56

65 Tabel 7.2 Pemahaman pemilih Aceh terhadap peran surat undangan dalam mengikuti pemilihan Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden (n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Bisa mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Tidak bisa mengikuti pemilihan (tanpa surat undangan) Tidak paham Jender Laki-laki (n : 243) 59.6% 14.4% 26.0% Perempuan (n : 217) 57.8% 15.0% 27.1% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 68.7% 13.4% 17.9% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 59.8% 15.4% 24.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 45.7% 13.4% 40.8% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 57.6% 15.7% 26.6% Tamat SMA (n : 202) 62.4% 15.1% 22.5% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 72.3% 14.0% 13.8% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 57.5% 14.3% 28.2% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 51.9% 19.7% 28.4% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 66.3% 14.8% 18.9% Rp Rp (SES B) (n : 68) 67.9% 8.4% 23.7% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 62.0% 14.2% 23.9% Rural/Desa (n :310) 57.3% 15.0% 27.7% Misalnya B/I/S tidak mendapatkan surat undangan untuk ke TPS, namun nama B/I/S terdaftar dalam D aftar Pemilih Tetap, menurut B/I/S, apakah B/I/S masih berhak untuk mengikuti pemilihan atau tidak? 42 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 43 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 44 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 57

66 BAB 8. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU DAN PEMANTAUAN PEMILU A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KEJUJURAN PEMILU 2014 Kejujuran seharusnya menjadi aspek yang dijunjung tinggi dalam pelaksanaan Pemilu, dalam proses pelaksanaannya maupun hasilnya. Pada beberapa pemilih Aceh, aspek kejujuran bahkan mempengaruhi keputusan mereka dalam mengikuti pemilihan. Pada bab 9 mengenai politik uang, terdapat 3.3% pemilih yang memutuskan untuk sama sekali tidak mengikuti pemilihan jika praktik politik uang sudah menjadi sangat marak dilakukan oleh calon/partai politik. Selanjutnya dalam bab ini, kita akan memberikan gambaran mengenai persepsi pemilih Aceh terhadap kejujuran pemilihan (baik terhadap proses pelaksanaannya maupun hasilnya), persepsi terhadap pihak pemantau independen dan persepsi terhadap partisipasi pemilih dalam mewujudkan kejujuran dalam pemilihan. Grafik 8.1 menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok pemilih berdasarkan persepsi mereka terhadap kemungkinan proses pelaksanaan Pemilu 2014, yaitu apakah Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak: - Kelompok pemilih yang memiliki persepsi positif bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak 40.0%. Dari total 40.0% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil tersebut, 40.7% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya tersebut terhadap alasan bahwa akan ada banyak pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu secara ketat. Pihak yang dimaksud tidak hanya KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu, namun juga pihak lainnya sepe rti Polisi, saksi di TPS, media dan pemantau independen. Selain adanya pengawasan dari beberapa pihak yang bertanggungjawab tersebut, adanya sistem bilik suara yang tertutup dan surat suara yang tersegel juga menjadi salah satu alasan yang menyebabkan pemilih yakin akan terciptanya Pemilu 2014 yang jujur (2.0%). Selain alasan diatas, 34.8% pemilih lainnya (dari total 40.0% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur dan adil) mendasarkan keyakinannya terhadap alasan bahwa pemilihan calon masih dilakukan oleh pemilih secara bebas dan rahasia, sesuai hati nurani, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. - Kelompok pemilih yang belum dapat memastikan apakah Pemilu akan berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak 47.1%. Adanya kelompok pemilih diatas seharusnya menjadi indikasi bahwa ada beberapa pemilih yang sepenuhnya belum yakin bahwa Pemilu 2014 akan berlangsung jujur. Adanya pemahaman dan pengalaman berdasarkan Pemilu/Pemilukada sebelumnya yang kadangkala tidak berlangsung secara jujur, yang kemungkinan memberikan persepsi kepada mereka bahwa Pemilu 2014 berkemungkinan berlangsung secara jujur atau berkemungkinan berlangsung secara tidak jujur. - Kelompok pemilih yang memiliki keyakinan kuat bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung secara jujur, yaitu sebanyak 9.0%. Dari total 9.0% pemilih yang menganggap bahwa Pemilu 2014 tidak akan berlangsung jujur dan adil tersebut, 78.6% pemilih di dalamnya mendasarkan keyakinannya bahwa masih banyak calon yang akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan jabatan, salah satunya dengan melakukan politik uang. 58

67 Selain kecurangan yang dilakukan oleh calon dan partai politik diatas, beberapa pemilih lainnya juga mendasarkan keyakinannya berdasarkan alasan akan adanya kecurangan dalam penghitungan suara (3.0%). Selain persepsi pemilih terhadap kejujuran proses pelaksanaa Pemilu, kepada pemilih Aceh juga ditanyakan persepsinya terhada kejujuran hasil Pemilu yang dikeluarkan oleh KPU (apakah hasil yang dikeluarkan benar benar menggambarkan pilihan pemilih di TPS). Grafik 8.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi pemilih terhadap kejujuran proses pelaksanaan Pemilu dan terhadap hasil perolehan suara yang dikeluarkan oleh KPU. Terhadap proses pelaksanaannya, masih cukup banyak pemilih yang tidak bisa memastikan apakah pelaksanaan Pemilu 2014 akan berlangsung jujur atau tidak (yaitu sebanyak 47.1% pemilih). Sedangkan terhadap hasilnya, sebagian besar pemilih memiliki keyakinan bahwa hasil Pemilu yang dikeluarkan oleh KPU adalah benar-benar menggambarkan hasil pilihan rakyat di TPS, yaitu sebanyak 87.5% pemilih. Ini mengindikasikan bahwa mereka percaya tidak terjadi adanya kecurangan at au manipulasi pada hasil penghitungan suara. Grafik 8.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap kejujuran proses dan hasil Pemilu Base : Semua responden ( n : 460) KEJUJURAN PEMILU 2014? PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN PROSES PEMILU PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN HASIL PEMILU 6.3% 6.2% 47.1% 40.0% 9.0% Akan berlangsung bebas, jujur, adil Tidak akan berlangsung bebas, jujur, adil Tidak yakin Ada orang yang merasa bahwa Pemilu tahun 2014 akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sementara itu, ada pula yang merasa bahwa Pemlu 2014 tidak akan berlangsung bebas, jujur dan adil. Sebagian lagi menyatakan tidak/tidak yakin. Bagaimana dengan B/I/S, pernyataan mana yang paling sesuai dengan pendapat B/I/S? Sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan di bawah ini dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dan skala 4 menggambarkan B/I/S tidak setuju? Pernyataan : Hasil perolehan suara pada Pemilu/Pemilukada yang dikeluarkan oleh lembaga KPU/KPUD benar benar menggambarkan hasil pilihan masyarakat di TPS % Hasil perolehan suara menggambarkan pilihan masyarakat Hasil perolehan suara tidak menggambarkan pilihan masyarakat Tidak tahu

68 B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KERAHASIAAN PEMILU % pemilih Aceh menganggap bahwa tidak mungkin jika pilihan mereka terhadap seorang calon tertentu akan diketahui oleh pihak lain. Keyakinan ini didasarkan kepada alasan bahwa baik pihak pemilih maupun penyelenggara Pemilu akan berperan untuk menjaga kerahasiaan pilihan tersebut. Dari pihak pemilih, kerahasiaan terjaga dengan cara dimana mereka tidak akan memberitahukan hasil pilihan mereka kepada pihak lain. Dari pihak penyelenggara Pemilu, bilik suara pada TPS yang dirancang serba tertutup dan banyaknya pihak yang mengawasi pelaksanaan Pemilu, dianggap akan menjaga kerahasiaan hasil pilihan mereka (Grafik 8.2). Hanya 6.7% pemilih Aceh yang menganggap bahwa pilihan mereka terhadap calon berkemungkinan untuk diketahui oleh pihak lain. Sebagian besar dari pemilih yang me miliki keyakinan tersebut punya alasan bahwa kemungkinan ada pemilih yang akan memberitahukan pilihannya kepada orang lain. Atau pada kondisi dimana seorang pemilih tersebut adalah pendukung atau tim sukses dari calon atau partai politik tertentu (Grafik 8.2). Grafik 8.2 Persepsi pemilih Aceh terhadap kerahasiaan pilihan terhadap calon Base : Semua responden ( n : 460) 57.9% 16.0% 18.5% 1.2% 5.5% 1.0% Pilihan seorang pemilih sangat mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih tidak mungkin diketahui orang lain Pilihan seorang pemilih sangat tidak mungkin diketahui orang lain Tidak tahu Menolak menjawab Pemilih memberitahukan pilihannya kepada orang lain (57.4%) Merupakan pendukung atau tim sukses dari calon/partai politik tertentu (15.0%) Kondisi bilik suara yang terbuka atau sempit sehingga memungkinkan pihak lain untuk mengintip (8.7%) Adanya pihak yang membocorkan informasi (3.1%) Adanya identifikasi nama atau nomor urut dalam surat suara (2.9%) Adanya pihak yang mendampingi di dalam bilik suara (kondisi ini khusus dialami pemilih difabel) (7.0%) Karena bilik suara sudah dirancang secara tertutup (62,3%) Karena pemilih tidak memberitahukan pilihan calonnya kepada orang lain (35.1%) Adanya pengawasan pelaksaaan pemilihan suara di TPS, dari perwakilan Panwaslu, saksi partai politik (8.2%) Karena surat suara sudah dirancang agar tidak terjadi kebocoran hasil pilihan suara dari pemilih, misalnya disegel, tidak adanya identitas pemilih pada surat suara (0.5%) Menurut B/I/S, seberapa mungkin pihak lain akan bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S, sedangkan suatu Pemilu/Pemilukada seharusnya berlangsung secara rahasia? Menurut B/I/S, bagaimana pihak lain tersebut mungkin/tidak mungkin bisa mengetahui pilihan calon/partai politik dari B/I/S? 60

69 C. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMANTAU INDEPENDEN Untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil, terdapat suatu pihak yang bersifat independen (bukan perwakilan calon, partai politik atau Panwaslu), yang bertugas untuk memantau pelaksanaan Pemilu/Pemilukada. Terkait dengan pihak tersebut, survei ini mencoba untuk mengetahui pengetahuan pemilih Aceh mengenai keberadaan pemantau independen tersebut (dan lebih jauh mengetahui pemahaman pemilih terhadap peran pemantau independen) dan tingkat keyakinan pemilih terhadap terciptanya Pemilu/Pemilukada yang adil dan jujur dengan adanya pihak pemantau independen tersebut. Grafik 8.3 menunjukkan bahwa 59.0% pemilih Aceh merasa yakin bahwa mereka pernah melihat pemantau independen. Mereka memahami lembaga pemantau independen sebagai lembaga yang bertugas untuk memastikan supaya proses penghitungan suara berlangsung secara jujur (64.7%). Selain itu, beberapa pemilih Aceh memahami bahwa pemantau independen juga punya peran untuk memastikan tidak terjadinya kekerasan selama Pemilu (37.5%) dan membuat laporan pelanggaran selama Pemilu (28.3%). Sebaliknya, 30.5% pemilih Aceh lainnya merasa yakin bahwa mereka tidak pernah melihat pemantau independen. Sedangkan sisa 10.6% pemilih tidak yakin apakah mereka pernah melihat lembaga pemantau independen atau tidak (kelompok ini kemungkinan tidak punya pemahaman yang cukup baik mengenai lembaga pemantau independen sehingga tidak yakin apakah saksi atau pemantau yang mereka lihat di TPS adalah lembaga pemantau independen atau bukan). Kemudian, kepada responden ditanyakan lebih lanjut mengenai tingkat keyakinan mereka terhadap lembaga pemantau independen dalam mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. Secara umum, pemilih Aceh memiliki persepsi positif terhadap pemantau independen, dimana 47.2% pemilih memiliki keyakinan yang tinggi bahwa bahwa lembaga tersebut bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (19.2% diantaranya bahwa memiliki keyakinan yang sangat kuat). Namun dengan mempertimbangkan bahwa cukup banyak pemilih yang juga tidak pernah bertemu atau melihat pemantau independen, maka cukup banyak pula pemilih yang memberikan persepsi negatif atau bahkan tidak bisa memberikan opininya mengenai keyakinan mereka bahwa pemantau independen akan mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (terdapat 29.7% pemilih yang keyakinannya sedikit lebih tinggi, 10.3% pemilih yang tidak yakin sama sekali dan 8.9% pemilih yang tidak bisa memberikan opininya mengenai tingkat kepercayaan mereka terhadap pemantau independen). Lebih jauh lagi, Grafik 8.3 menunjukkan bahwa tingkat keyakinan pemilih Aceh terhadap pemantau independen sebagai lembaga yang bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu, sangat dipengaruhi oleh pengetahuan pemilih terhadap keberadaan pemantau independen tersebut. Dari 59.0% pemilih Aceh yang mengklaim pernah melihat keberadaan pemantau independen, total 60.4% dari mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu (23.7% diantaranya memiliki keyakinan yang kuat). Sedangkan dari 48.0% pemilih Aceh yang mengklaim tidak pernah melihat keberadaan pemantau independen, hanya 23.6% dari mereka yang memiliki keyakinan tinggi bahwa pemantau independen bisa mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keadilan Pemilu. 61

70 Grafik 8.3 Pemahaman dan persepsi pemilih Aceh terhadap lembaga pemantau independen Base : Semua responden (n : 460) PENGENALAN KEYAKINA N Ada kelompok Independen yang akan mengamati dan memantau setiap langkah pelaksanaan Pemilu/Pemilukada dan menginformasikan kepada masyarakat tentang segala bentuk kecurangan pada Pemilu/Pemilukada. Apakah keberadaan Pemantau Independen ini akan memberikan rasa yakin yang jauh lebih tinggi, lebih tinggi, sedikit lebih tinggi atau tidak merasa yakin sama sekali bahwa Pemilu akan berlangsung bebas, jujur dan adil Apakah B/I/S pernah melihat Pemantau Independen pada suatu Pemilu/Pemilukada, yaitu pihak yang tidak mewakili partai politik, calon atau Panwas yang bertugas untuk memastikan bahwa Pemilu/Pemilukada berjalan secara jujur dan adil? 62

71 TANPA KOMPENSASI Propinsi Aceh D. PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMANTAUA N PEMILU Tabel 8.1 adalah matriks yang mencoba untuk menggambarkan ketertarikan pemilih Aceh untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, pada kondisi dimana kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela dan pada kondisi mereka akan mendapatkan pembayaran. Dari Tabel 8.1 diketahui bahwa terkait dengan ketertarikannya dalam memantau Pemilu/Pemilukada, terdapat empat kelompok pemilih, yaitu: - Kelompok pemilih yang tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 46.0%. Bahkan terdapat 5.4% pemilih yang memiliki tingkat ketertarikan secara kuat dalam dua kondisi tersebut. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight kuning. - Kelompok pemilih yang tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, dengan atau tanpa kompensasi/pembayaran, yaitu sebanyak 18.4%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight hijau. - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran akan mendorong atau meningkatkan ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 25.6%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight merah muda. - Kelompok pemilih dimana kompensasi/pembayaran justru mengurangi ketertarikan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memantau Pemilu/Pemilukada, yaitu sebanyak 6.9%. Catatan : kelompok yang mendapatkan highlight biru. Tabel 8.1 Ketertarikan pemilih untuk berpartisipasi dalam pemantauan pemilu Base : Semua responden (n : 460) DENGAN KOMPENSASI SANGAT TERTARIK TERTARIK TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK SANGAT TERTARIK 5.4% 1.1% 0.9% 0.0% TERTARIK 16.1% 23.4% 5.9% 0.2% TIDAK TERTARIK SANGAT TIDAK TERTARIK 6.3% 16.3% 17.6% 0.0% 1.5% 1.5% 0.2% 0.7% Seberapa besar tingkat ketertarikan B/I/S untuk ikut memantau dalam Pemilu/Pemilukada jika. (a) dilakukan secara sukarela, tanpa mendapatkan kompensasi/pembayaran, (b) dengan mendapatkan kompensasi/pembayaran? 63

72 Tahap pelaksanaan Pemilu yang menurut sebagian besar pemilih penting bagi masyarakat untuk ikut di dalamnya adalah pemantauan terhadap tahap penghitungan suara (72.7%). Grafik 8.4 Persepsi Pemilih terhadap tahap dimana pemilih sebaiknya berperan serta dalam pemantauan Base : Semua responden (n : 460) Mengamati tahap-tahap penghitungan suara 72.7% Mencegah pemberian uang/barang oleh calon/partai politik/ Tim sukses 46.4% Memastikan keakuratan daftar pemilih 61.4% Menurut B/I/S, apakah masyarakat sebaiknya perlu ikut serta berperan? 64

73 BAB 9. PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PENGALAMAN PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG A. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP KETENTUA N HUKUM DARI PRAKTIK POLITIK UA NG Mengaitkan praktik politik uang dengan peraturan atau hukum yang berlaku, kepada responden ditanyakan pemahaman mereka mengenai ketentuan hukumnya, baik bagi pihak calon/partai politik yang memberikan uang/barang/jasa maupun bagi masyarakat yang menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik tersebut. Terhadap hal diatas, setiap pemilih memiliki pemahaman yang berbeda beda. Jika kita kombinasikan pemahaman pemilih mengenai ketentuan hukum bagi pihak calon/partai po litik yang memberikan dan ketentuan hukum bagi pihak masyarakat yang menerima pemberian tersebut, kita akan mendapatkan 4 kelompok pemilih, yaitu : 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum; 2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum; 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum; 4. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum. Dengan berdasarkan pada pengelompokan diatas, Grafik 9.1 menunjukkan persentase pemilih Aceh untuk masing masing kelompok diatas adalah: 1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama sama melanggar hukum (sebanyak 56.8%); 2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama sama tidak melanggar hukum (sebanyak 17.8%) ; 3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik pemberi, yang melanggar hukum (sebanyak 6.5%); 4. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima, yang melanggar hukum (sebanyak 0.4%). Selain 4 kelompok pemilih diatas, juga terdapat 15.2% pemilih yang tidak paham apakah praktik memberi dan menerima uang/barang tersebut adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak. 65

74 Grafik 9.1 Persepsi pemilih Aceh terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI MELANGGAR HUKUM : 65.7% 6.5% 56.8% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA TIDAK MELANGGAR HUKUM : 25.1% MELANGGAR HUKUM : 57.4% PIHAK PEMILIH YANG MENERIMA 17.8% 0.4% TIDAK MELANGGAR HUKUM : 18.4% PIHAK CALON/PARTAI POLITIK YANG MEMBERI Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan dan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, aau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? B. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PENERIMAAN PRAKTIK POLITIK UANG Selain menanyakan pemilih mengenai persepsi mereka terhadap praktik politik uang jika dikaitkan dengan peraturan atau ketentuan hukum, kepada responden juga ditanyakan mengenai persepsi mereka mengenai pantas atau tidak pantas nya bagi seorang pemilih untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik. Grafik 9.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih memiliki persepsi bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik adalah sesuatu yang pantas dilakukan (30.8%). Sebaliknya terdapat 24.9% pemilih yang menganggap bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik adalah sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Namun ada juga pemilih dimana opininya bergantung kepada kondisi mengenai ada atau tidak adanya intimidasi/paksaan dari calon untuk memilihnya. Kelompok pemilih ini memiliki opini bahwa menerima pemberian uang/barang dari calon adalah sesuatu yang pantas jika tidak diikuti dengan intimidasi/paksaan memilih dari calon (32.0%). Sisa 12.3%nya adalah pemilih yang tidak bisa memberikan opininya mengenai hal tersebut. 66

75 Grafik 9.2 Persepsi pemilih Aceh terhadap penerimaan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) 24.9% 32.0% 30.8% 12.3% Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang tidak pantas, jika tidak ada intimidasi untuk memilih calon Menerima uang/barang dari calon adalah sesuatu yang pantas Tidak tahu Saya akan membacakan beberapa pernyataan di bawah ini. Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan tersebut, dengan menggunakan skala 1-4, dimana skala 1 menggambarkan bahwa B/I/S sangat setuju dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menggambarkan bahwa B/I/S sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut Pernyataan 1 : Tidak apa-apa untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu selama tidak ada paksaan untuk memilih calon/partai politik Pernyataan 2 : Tidak pantas untuk menerima pemberian uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu C. PENGALAMAN PEMILIH TERKAIT POLITIK UA NG Tanpa mempertimbangkan bentuk atau nilai pemberiannya, praktik politik uang oleh calon/partai politik sepertinya sudah meluas di masyarakat. Melalui Grafik 9.3, survei ini menunjukkan bahwa terdapat 42.4% pemilih Aceh yang punya pengalaman ditawari uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu. Secara khusus, uang/barang disini mengacu kepada uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung atau kupon belanja. 67

76 Grafik 9.3 Pengalaman pemilih Aceh terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) Tidak tahu/ tidak menjawab; 0,2% Tidak pernah ditawari uang/barang, 57.4% Pernah ditawari uang/barang, 42.4% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? uang, sembako/makanan/minuman, kaos/baju/sarung/kerudung, voucher belanja Melakukan analisa lebih jauh terhadap jumlah dan bentuk penawaran yang diterima, Grafik 9. 4 menunjukkan bahwa : - Tanpa mempertimbangkan bentuk penawarannya, terdapat pemilih yang punya pengalaman mendapatkan hanya 1 kali penawaran, yaitu sebanyak 15.2%. Dilihat lebih jauh bentuk barang yang ditawarkan, total 15.2% pemilih ini terdiri dari 11.3% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung, 3% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk uang atau voucher belanja dan 0.9% pemilih yang menerima tawaran dalam bentuk sembako/makanan/minuman. - Cukup banyak pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai 2 kali, yaitu sebanyak 15%. Bentuk barang yang ditawarkan secara spesifik dapat dilihat pada Grafik Bahkan, ada pula pemilih yang punya pengalaman ditawari uang/barang sampai deng an 3 kali, yaitu sebanyak 9.5%. - Bentuk penawaran yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung (total 30.5% pemilih pernah memiliki pengalaman ditawari kaos/baju/sarung/kerudung). Bentuk penawaran selanjutnya yang dilakukan adalah dalam bentuk uang (total 22.3%) dan dalam bentuk sembako/makanan/minuman (total 20.6%). 68

77 Grafik 9.4 Bentuk penawaran uang/barang yang diterima oleh pemilih Aceh Base : Semua responden (n : 460) UA NG 3.0% 5.2% 4.8% 0.9% 9.5% 5.0% 11.3% SEMBAKO/ MAKANAN/ MINUMAN KAOS/BAJU/ SARUNG/ KERUDUNG Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Selanjutnya, kepada responden ditanyakan lebih lanjut mengenai respon yang (akan) mereka berikan terhadap penawaran uang/barang tersebut, yaitu apakah mereka (akan) menerima atau menolak penawaran tersebut. Kepada responden yang memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui aktual respon yang mereka berikan. Sedangkan kepada responden yang belum pernah memiliki pengalaman ditawari uang/barang, kita akan mengetahui respon yang sekiranya akan diberikan oleh kelompok pemilih tersebut jika berada dalam kondisi tersebut. Grafik 9.5 menunjukkan bahwa terkait dengan respon pemilih terhadap penawaran uang/barang tersebut, terdapat 3 kelompok pemilih, yaitu : - Kelompok pemilih yang (akan) menerima setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (52.6%). - Kelompok pemilih yang (akan) menolak setiap pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, apapun bentuknya (32.3%). - Kelompok pemilih yang keputusannya untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tertentu, sangat bergantung kepada bentuk pemberiannya (8.7%). 69

78 Grafik 9.5 Respon pemilih Aceh terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) Akan menerima atau menolak, tergantung pada bentuk pemberiannya; 8.7% Menolak menjawab; 6,4% (akan) menerima pemberian, apapun bentuknya; 52,6% (akan) menolak pemberian, apapun bentuknya; 32,3% Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? Melihat respon pemilih terhadap penawaran uang/barang dari calon/partai politik, dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa apapun bentuk penawarannya, sebagian besar pemilih yang ditawari uang/barang oleh calon/partai politik akan menerima pemberian tersebut. Grafik 9.6 menunjukkan bahwa keputusan kelompok pemilih ini untuk menerima tawaran uang/barang tersebut didasarkan pada adanya persepsi bahwa pemberian tersebut adalah rejeki yang seharusnya tidak ditolak (65.2%). Selain itu, ada persepsi bahwa pemberian tersebut tidak akan memasung kebebasan memilih yang mereka miliki. Mereka tidak mendapatkan paksaan atau intimidasi dari pihan calon/partai politik pemberi supaya memlih calon tersebut. Mereka tetap bisa memilih calon sesuai dengan hati nurani mereka. 70

79 Sebaliknya, ternyata tidak semua pemilih memutuskan untuk menerima pemberian tersebut. Ada cukup banyak pemilih yang memutuskan untuk menolaknya. Setiap pemilih memiliki alasan yang berbeda-beda, yang mendasari keputusan mereka untuk menolak pemberian tersebut. Namun dengan melihat lebih jauh terhadap alasan mereka pada Grafik 9.6, kita dapat mengelompokkan kembali pemilih yang menolak tersebut menjadi 2 kelompok, yaitu : - Kelompok pemilih yang menganggap bahwa praktik politik uang adalah kegiatan yang tidak positif (curang, tidak jujur) dan bisa menciptakan dampak yang juga tidak positif (yaitu korupsi). Bahkan terdapat 6% pemilih yang mengkaitkan praktik politik uang tersebut dengan konteks agama, yaitu dengan menganggap bahwa menerima politik uang adalah sesuatu yang diharamkan atau berdosa. - Kelompok pemilih yang tidak mengkaitkan praktik politik uang dengan ketidak jujuran dan korupsi. Namun pengambilan keputusan untuk menolak pemberian lebih karena pemberian tersebut tidak menguntungkan bagi mereka. Misalnya karena mereka tidak mau mencari masalah, tidak ingin berhutang budi terhadap calon, malas karena harus antri dan berdesak-desakan. Sebagian kecil pada kelompok ini juga mendasarkan pertimbangannya berdasarkan pihak yang memberikan atau berdasarkan bentuk pemberiannya, dimana 3.3% pemilih mengklaim menolak pemberian karena bukan berasal dari calon yang diunggulkannya. Dengan melihat alasan yang mendasarinya, dapat kita asumsikan bahwa sebenarnya kelompok ini juga punya potensi untuk menerima pemberian uang/barang dari calon/partai politik, jika kondisinya menguntungkan bagi mereka (misalnya tidak menimbulkan masalah buat mereka, atau mereka tidak harus berdesak-desakan atau diberikan oleh calon yang memang diunggulkan atau pemberiannya dalam bentuk uang). 71

80 Grafik 9.6 Alasan yang mendorong pemilih Aceh untuk menerima atau menolak pemberian uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses ALASAN MENERIMA Base : Responden yang (akan) menerima penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : 282 responden) Rejeki yang sebaiknya tidak ditolak (65.2%) Memang membutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga (41.3%) Tidak masalah untuk menerima selama tidak ada paksaan/intimidasi untuk memilih calon/partai politik yang memberikan (24.8%) Mengenal pihak yang memberikan uang/barang/jasa (5.2%) Bentuk untuk membalas kebaikan orang lain (4.4%) ALASAN MENOLAK Base : Responden yang (akan) menolak penawaran minimal satu jenis uang/barang tertentu (n : 186 responden) Politik uang adalah cikal bakal terjadinya korupsi (34.9%) Politik uang adalah sesuatu yang curang (31.2%) Haram/Dosa (6.0%) Tidak mau berhutang budi kepada calon (18.1%) Tidak ingin mencari masalah (15.4%) Malas antri dan berdesak/desakan (11.6%) Tidak berasal dari calon yang diunggulkan (3.3%) Karena bentuknya barang, bukan uang (2.4%) Karena bentuknya dalam bentuk uang (1.4%) Mengapa B/I/S atau keluarga menerima/menolak.. (sebutkan jenis pemberian yang diterima/ditolak) tersebut? Dengan kembali mengacu kepada Grafik 9.5, bahwa ternyata terdapat 8.7% pemilih Aceh yang akan memberikan respon secara berbeda, bergantung kepada bentuk yang ditawarkan. Grafik 9.7 memberikan gambaran secara khusus mengenai bentuk uang atau barang yang cenderung akan diterima atau ditolak oleh pemilih Aceh. Misalnya dengan membandingkan persentase pemilih yang memutuskan untuk menerima atau menolak penawaran dalam bentuk kaos/baju/sarung/kerudung dan dalam bentuk uang. Ditunjukkan bahwa dari total 30.3% pemilih yang pernah ditawari kaos/baju/sarung/kerudung, terdapat 81.9% pemilih yang memutuskan untuk menerima. Sedangkan dalam bentuk uang, persentase pemilih yang memutuskan untuk menerima tawaran uang tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dalam bentuk kaos, yaitu dari total 22.2% pemilih yang pernah ditawari uang, terdapat 72.6% pemilih yang memutuskan untuk menerima. 72

81 Grafik 9.7 Pengalaman dan respon pemilih Aceh terhadap pemberian calon/partai politik/tim sukses Base : Semua responden (n : 460) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (22.2%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (20.6%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (30.3%) PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (3.6%) * Menerima (72.6%) Menolak (25.6%) Menerima (81.8%) Menolak (17.3%) Menerima (81.9%) Menolak (17.4%) Menerima (66.8%) Menolak (33.2%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (74.6%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (76.4%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (66.7%) TIDAK PUNYA PENGALAMAN DITAWARI (90.5%) Akan menerima (55.4%) Akan menolak (38.8%) Akan menerima (53.1%) Akan menolak (41.4%) Akan menerima (49.5%) Akan menolak (44.8%) Akan menerima (57.4%) Akan menolak (38.0%) Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? 73

82 Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap sesuatu tersebut. Sama halnya dengan keputusan pemilih untuk dalam menerima dan menolak pemberian uang/barang, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang. Tabel 9.1 menunjukkan bahwa pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah melanggar hukum, akan cenderung untuk menolak penawaran uangbarang tersebut, dibandingkan pemilih yang memahami bahwa menerima uang/barang adalah sesuatu yang legal atau pemilih yang sama sekali tidak paham mengenai ketentuan hukum dari menerima uang/barang. Tabel 9.1 Pengaruh pemahaman terhadap ketentuan hukum dari menerima politik uang terhadap keputusan untuk menerima penawaran uang/barang dari calon/partai politik Akan menerima pemberian, apapun bentuknya Akan menolak pemberian, apapun bentuknya Akan menerima atau menolak, tergantung dari bentuk pemberiannnya Menolak menjawab Pemahaman terhadap ketentuan hukum menerima politik uang Menerima uang/barang melanggar hukum (n: 264) Menerima uang/barang TIDAK melanggar hukum (n:116) 36.4% 49.6% 5.7% 8.3% 79.3% 8.6% 10.3% 1.7% Tidak tahu (n=81) 72.8% 8.6% 11.1% 7.4% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menerima uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Tanpa mempertimbangkan nilainya, apakah B/I/S atau keluarga juga pernah ditawari /diberi masing-masing hal di bawah ini dari calonnya/partai politik/tim sukses tertentu, atau tidak? Untuk setiap uang/barang/jasa yang diberikan, apakah B/I/S atau keluarga menerima tawaran tersebut? Misalnya B/I/S ditawari hal hal di bawah ini, dan pihak calon/partai politik/tim sukses tertentu dan mereka tidak melakukan pemaksaan/intimidasi kepada B/I/S supaya memilih calon tersebut, apakah B/I/S akan menerimanya atau tidak? 74

83 Grafik 9.8 Tempat dan waktu diberikannya uang/barang oleh calon/partai politik/tim sukses Base : Responden yang punya pengalaman ditawari uang/barang ( n : 182) Di rumah 62.0% Saat kampanye 29.6% Acara perkumpulan remaja/lingkungan 11.9% Saat akan berangkat ke TPS (serangan fajar) 9.5% Acara keagamaan 7.9% Balai/aula desa 5.5% Terlepas apakah B/I/S atau keluarga menerimanya atau tidak, dimanakah atau pada saat ada acara apakah B/I/S atau keluarga ditawari/diberi uang/barang/jasa oleh calon/partai politik/tim sukses tertentu? CATATAN : dengan pertimbangan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pengalaman pemilih terhadap praktik politik uang ini tidak mencakup responden (secara pribadi) dan rumah tangganya, maka analisa pada sub bab ini tidak dilakukan lebih jauh berdasarkan jender, kelompok usia dan tingkat pendidikan. D. PERSEPSI PEMILIH TERHADAP CALON ATAU PARTAI POLITIK YA NG MELAKUKAN PRAKTIK POLITIK UANG Mengetahui persepsi pemilih terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang adalah hal yang penting, sebagai informasi awal mengenai pengaruh politik uang terhadap keputusan memilih dan menentukan calon pilihan dari pemilih. Grafik 9.9 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya persepsi negatif terhadap calon atau partai politik yang memberikan uang/barang, yaitu menganggap bahwa calon tersebut akan cenderung korupsi (66.9%). Pada sub bab selanjutnya, kita akan melihat pengaruh adanya persepsi tersebut terhadap keputusan pemilih dalam mengikuti pemilihan atau memilih calon. 75

84 Grafik 9.9 Persepsi pemilih Aceh terhadap calon atau partai politik yang melakukan praktik politik uang Base : Semua responden (n : 460) Calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi 17.8% 49.1% 17.1% 5.5% 10.5% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye, memberikannya secara ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu dari pemilih 9.4% 50.8% 30.6% 4.9% 4.3% Calon yang membagi - bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung adalah pemimpin yang berjiwa sosial dan memperhatikan/membantu masyarakatnya 6.5% 40.3% 43.6% 5.8% 3.9% Sangat setuju setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju Tidak tahu E. PENGARUH POLITIK UANG TERHADAP KEPUTUSAN MENGIKUTI PEMILIIHAN DA N KEPUTUSAN MEMILIH Pada dasarnya, pemberian uang/barang oleh calon/partai politik bertujuan untuk mempengaruhi pilihan dari pemilih. Salah satu hal yang dicoba diketahui melalui survei in i adalah untuk mengetahui pengaruh praktik politik uang terhadap keputusan pemilih dalam mengikuti pemilihan atau memilih calon. Grafik 9.10 mencoba untuk menggambarkan hal di atas, dengan mengkombinasikan respon yang akan ditunjukkan oleh pemilih jika mereka mendapatkan penawaran uang/barang dari calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya dan dari calon yang sebelumnya bukan menjadi pilihannya. Respon yang dicatat disini adalah keputusan apakah pemilih akan memutuskan untuk memilih calon yang memberikan uang/barang tersebut atau sebaliknya. Dari Grafik 9.10 tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ada empat kelompok pemilih : - Kelompok pemilih yang akan memilih calon sesuai hati nurani, bukan karena tawaran uang/barang (32.9%), adalah kelompok pemilih yang tidak akan memilih calon yang memang bukan menjadi pilihannya, walaupun calon tersebut menawarinya uang/barang. Sebaliknya, calon yang akan dipilihnya adalah calon yang menjadi menjadi pilihannya sejak awal. Kalaupun calon pilihannya tersebut menawarinya uang/barang, hal tersebut tidak lantas akan menciptakan citra negatif terhadap calon pilihannya. 76

85 - Kelompok pemilih yang tidak akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (25.2%), adalah kelompok pemilih yang bereaksi negatif terhadap praktik politik uang, yaitu dengan tidak memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang, termasuk jika calon yang menawarinya uang/barang tersebut adalah calon pilihannya di awal. Kelompok ini tetap akan mengikuti pemilihan, namun akan cenderung merubah pilihan calonnya, jika calon yang menjadi pilihannya juga melakukan praktik politik uang. - Kelompok pemilih yang akan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang (26.0%), tidak perduli apakah calon yang menawari uang/barang adalah calon yang sebelumnya memang menjadi pilihannya atau bukan. - Kelompok pemilih yang akan bereaksi negatif terhadap politik uang (3.3%), adalah kelompok pemilih yang pada akhirnya lebih memilih untuk tidak mengikuti pemilihan sama sekali karena citra nya terhadap calon pilihannya pun menjadi negatif pada saat calon pilihannya tersebut juga mencoba untuk melakukan praktik politik uang. Reaksi negatif dari kelompok ini dapat dikatakan ekstrim karena kelompok ini tidak hanya membatalkan pilihannya pada seorang calon pilihannya, bahkan juga sampai membatalkan keinginannya untuk mengikuti pemilihan. Grafik 9.10 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden ( n : 460) Mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani 32.9% Mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawari uang/barang 25.2% Mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang 26.0% Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan 3.3% Menolak menjawab 12.6% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 77

86 Melihat lebih jauh mengenai pengaruh praktik politik uang terhadap kelompok pemilih yang berbeda, tabel 9.2 menunjukkan bahwa : - Pengaruh politik uang cenderung lebih kuat terhadap pemilih di daerah rural, di bandingkan daerah urban. Tabel 9.2 menunjukkan bahwa persentase pemilih di daerah rural yang akan memilih siapapun calon yang memberikannya uang/barang, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban. Sebaliknya pemilih di daerah urban akan cenderung merespon pemberian uang/barang tersebut secara ekstrim, yaitu dengan sama sekali tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang, meskipun calon tersebut pada awalnya adalah pilihan mereka. - Pengaruh politik uang juga cenderung lebih kuat pada pemilih dengan tingkat pendidikan yang semakin rendah. Persentase pemilih dengan tingkat pendidikan maksimal SD, lebih banyak yang memutuskan untuk memilih siapapun calon yang memberikannya uang/barang, dibandingkan dengan pemilih pada tingkat pendidikan Diploma atau Universitas. - Tidak terlihat adanya perbedaan pola pengaruh politik uang terhadap pemilih laki-laki dan perempuan. 78

87 Tabel 9.2 Pengaruh politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Jender Laki-laki (n : 243) 2.1% 25.6% 23.6% 24.8% Perempuan (n : 217) 1.4% 24.7% 23.7% 27.4% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 2.2% 21.9% 30.7% 19.0% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 0.9% 25.4% 23.3% 26.3% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 3.7% 23.1% 18.5% 33.3% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 1.1% 23.1% 23.1% 22.0% Tamat SMA (n : 202) 0.5% 24.9% 23.9% 26.8% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 3.8% 34.0% 32.1% 13.2% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 0.5% 22.8% 22.8% 25.2% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 1.1% 30.1% 15.1% 31.2% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 5.7% 28.3% 24.5% 30.2% Rp Rp (SES B) (n : 68) 0.0% 28.1% 31.3% 37.5% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 1.4% 34.2% 21.9% 17.1% Rural/Desa (n :310) 1.6% 20.9% 24.4% 30.1% Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 45 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 46 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 47 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 79

88 Setiap praktik dan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap sesuatu umumnya dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya te rhadap sesuatu tersebut. Sama halnya dengan keputusan pemilih dalam memutuskan untuk mengikuti pemilihan dan memilih calon, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsinya terhadap politik uang dan calon yang melakukannya. Selain itu, tabel 9.3 menunjukkan bahwa pemilih yang punya persepsi bahwa calon yang memberikan uang/barang akan cenderung korupsi, akan cenderung tidak memilih calon yang membagi-bagikan uang/barang, dibandingkan pemilih yang menganggap bahwa calon yang memberikan uang/barang tidak akan cenderung korupsi. Tabel 9.3 Pengaruh persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan mengikuti pemilihan dan memilih Base : Semua responden (n : 460) Akan sama sekali tidak mengikuti pemilihan Akan mengikuti pemilihan, namun tidak memilih calon yang menawarinya uang/barang Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon sesuai hati nurani Akan mengikuti pemilihan, dengan memilih siapapun calon yang menawarinya uang/barang Menolak menjawab Persepsi terhadap calon yang melakukan praktik politik uang Setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 309) Tidak setuju bahwa calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi (n: 105) Tidak tahu apakah calon yang membagi-bagikan uang selama masa kampanye akan cenderung korupsi atau tidak (n=98) 3.9% 30.4% 34.6% 18.4% 12.7% 2.9% 20.0% 30.5% 31.4% 15.2% 0.0% 1.0% 58.2% 29.6% 11.2% Tolong sebutkan tingkat kesetujuan B/I/S terhadap pernyataan : calon yang membagi-bagikan uang/barang/jasa selama masa kampanye cenderung akan korupsi Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 80

89 Secara khusus, survei ini juga mencoba untuk mengetahui pengaruh BANYAKNYA calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang terhadap keputusan pemilih untuk mengikuti pemilihan. Pada Grafik 9.10 kita sudah dapat melakukan identifikasi awal mengenai hal tersebut, dimana ada 3.3% kelompok pemilih yang akan bereaksi negatif terhadap politik uang, yaitu kelompok pemilih yang sama sekali akan meninggalkan pemilihan jika mereka mendapatkan tawaran uang/barang dari SEORANG calon atau SUATU partai politik tertentu (baik dari calon yang awalnya memang ingin dipilihnya, maupun dari calon yang sebelumnya memang bukan pilihannya). Untuk kemudian, kepada responden kita menanyakan tanggapan mereka jika pihak calon/p artai politik yang menawarinya uang/barang terdapat BEBERAPA. Hasil survei pada Grafik 9.11 menunjukkan adanya 96.1% pemilih yang mengklaim bahwa banyaknya calon/partai politik yang menawarinya uang/barang tidak akan sampai menyebabkan mereka menjadi antipati terhadap pemilihan. Hanya ada 2.1% pemilih yang memutuskan untuk sebaiknya tidak mengikuti pemilihan pada kondisi seperti tersebut. Selain terdiri dari pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tidak mengikuti pemilihan dengan adanya kondisi terdapat SEORANG calon/partai politik yang menawarinya uang/barang, kelompok ini juga terdiri dari beberapa pemilih yang sebelumnya memutuskan untuk tetap mengikuti pemilihan dengan tidak memilih calon/partai politik yang melakukan praktik politik uang Dengan pertimbangan bahw a jumlah sampel pemilih y ang meny atakan tidak akan mengikuti pemilih lebih sedikit dari 30 re sponden, maka analisa identifikasi dilakukan dengan mencantumkan angka absolut, bukan persenta se 81

90 Grafik 9.11 Pengaruh adanya politik uang dari BEBERAPA calon/partai politik terhadap keputusan mengikuti pemilihan KONDISI JIKA TERDAPAT BEBERAPA CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Semua responden (n : 460) KONDISI JIKA TERDAPAT SATU CALON/PARTAI POLITIK YANG MENAWARI UANG/BARANG Base : Responden yang tidak akan mengikuti pemilihan jika terdapat beberapa calon/partai politik yang menawari uang/barang (n : 11 responden) Akan tetap mengikuti pemilihan; 96,1% Misalnya B/I/S berada dalam kondisi berikut : Pada awalnya B/I/S berkeinginan untuk mengikuti Pemilu/Pemilukada. Kemudian B/I/S atau keluarga ditawari uang/barang dari BEBERAPA calon/partai politik/tim sukses sekaligus. Apakah yang akan B/I./S lakukan? Tidak akan mengikuti pemilihan; 2,1% Tidak tahu; 1,8% Tidak akan mengikuti pemilihan sama sekali jika ada SEORANG calon/partai politik yang menawarkan uang/barang (7 responden) Tetap akan mengikuti pemilihan, dengan memilih calon/partai politik yang TIDAK menawarkan uang/barang (3 responden) Tetap akan mengikuti pemilihan dengan memilih calon/partai politik yang memang menjadi pilihannya, walaupun calon/partai politik tersebut menawarkan uang/barang (1 responden) Saya memiliki beberapa pernyataan untuk menggambarkan pengaruh pemberian uang/barang terhadap keputusan memilih dari pemilih. Apakah yang akan B/I/S lakukan jika berada dalam beberapa kondisi di bawah ini? (a) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang ingin B/I/S pilih, (b) Jika ditawari uang/barang oleh calon yang sebelumnya memang tidak ingin B/I/S pilih 82

91 F. PARTISIPASI PEMILIH UNTUK MELAPORKAN PRAKTIK POLITIK UA NG Grafik 9.12 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih Aceh (59.9%) mengklaim bahwa mereka tidak akan berpartisipasi melaporkan, jika mengalami atau mengetahui adanya praktik politik uang di lingkungan mereka. Umumnya keengganan untuk melaporkan adanya politik uang tersebut disebabkan karena adanya kekhawatiran akan mendapatkan masalah (tidak sebanding dengan nilai uang/barang yang diterima). Ada juga beberapa pemilih yang secara tegas menyatakan bahwa pemberantasan politik uang tersebut adalah bukan tanggung jawab mereka (6.4%). Hanya ada total 9.3% pemilih yang mengklaim bahwa mereka akan melaporkan jika mengetahui adanya praktik politik uang, itu pun 1.7% diantaranya baru akan melaporkan jika nilai pemberiannya dirasa besar. Grafik 9.12 Partisipasi pemilih Aceh untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden (n :460) Base : Responden yang tidak akan melaporkan adanya praktik politik uang (n : 276) Tidak tahu; 30,8% Akan melaporkan, jika nilainya besar, 1.7% Akan melaporkan, berapapun nilainya; 7,6% Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya, 59.9% Bukan tanggung jawab pemilih (6.4%) Tidak mau mencari masalah (57.4%) Beranggapan bahwa prosesnya akan rumit (14.3%) Tidak paham tempat untuk melaporkan (10.4%) Tidak ada waktu (11.8%) Tidak yakin akan ditanggapi oleh pihak lain (6.5%) Tidak ada paksaan/intimidasi dari calon/partai politik (5.0%) Kasihan/tidak enak hati terhadap calon yang memberikan, khususnya jika mengenal calon tersebut (1.6%) Mengapa B/I/S tidak (akan) melaporkan penawaran uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses tersebut? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 83

92 Selain alasan yang dikemukakan diatas, sepertinya tingkat pemahaman dan persepsi pemilih terhadap politik uang juga berpengaruh terhadap kepedulian pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uang. Tabel 9.4 menunjukkan bahwa pemilih yang punya pemahaman bahwa politik uang adalah sesuatu yang melanggar hukum cenderung punya kepedulian untuk melaporkan adanya praktik politik uang tersebut, dibandingkan dengan kelompok pemilih yang menganggap bahwa memberi uang/barang kepada pemilih adalah sesuatu yang legal. Tabel 9.4 Pengaruh pemahaman tentang ketentuan hukum praktik politik uang terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pemahaman terhadap ketentuan hukum politik uang Memberikan uang/barang melanggar hukum (n: 302) 60.3% 11.6% 2.3% 25.8% Memberikan uang/barang TIDAK melanggar hukum (n: 85) 77.6% 0.0% 1.2% 21.2% Tidak tahu (n:73) 0.0% 37.0% 0.0% 63.0% Menurut pemahaman B/I/S, jika mengacu kepada peraturan yang berlaku, apakah kegiatan menawarkan uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses tertentu yang dilakukan pada masa pemilihan (masa kampanye, masa tenang, atau hari H pemilihan), adalah sesuatu yang melanggar hukum atau tidak? Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? Selain melihat pengaruh pemahaman pemilih terhadap ketentuan hukum dari praktik politik uang, terhadap keinginan untuk melaporkan adanya praktik politik uang, selanjutnya kita juga mencoba untuk mengetahui pengaruh pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap hal tersebut. Tabel 9.5 menunjukkan bahwa pengenalan pemilih terhadap Bawaslu/Panwaslu sepertinya tidak berpengaruh terhadap keinginan pemilih untuk melaporkan adanya praktik politik uang. Tabel 9.5 Pengaruh pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu terhadap keinginan untuk melaporkan praktik politik uang Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Tidak akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, berapapun nilainya Akan melaporkan, jika nilainya besar Tidak tahu Pengenalan terhadap Bawaslu/Panwaslu Pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 387) Tidak pernah mendengar lembaga Bawaslu/Panwaslu (n: 73) 65.1% 7.5% 1.6% 25.8% 31.9% 8.3% 2.8% 56.9% Apakah B/I/S pernah mendengar nama lembaga Bawaslu/Panwaslu Dalam kenyataannya, pada saat B/I/S mendapatkan penawaran uang/barang/jasa dari calon/partai politik/tim sukses, apakah B/I/S (akan) melaporkan hal tersebut, atau tidak? 84

93 BAB 10. TES MATERI KOMUNIKASI Propinsi Aceh Terdapat 4 bentuk materi komunikasi dengan ragam bentuk dan pesan yang berbeda, yang diujikan kepada responden untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi mereka terhadap beberapa materi komunikasi tersebut. PESAN BENTUK TUJUAN DILAKUKAN TES Penyampaian informasi tentang calon Poster Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi calon dengan bentuk/cara tersebut. Himbauan untuk mencegah politik uang Stiker Mengetahui tingkat kepercayaan pemilih terhadap materi komunikasi tersebut untuk bisa mengurangi praktik penerimaan politik uang oleh masyarakat. Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap bentuk dari materi komunikasi (stiker). Peraturan pelaksanaan kampanye Brosur/leaflet Mengetahui tingkat kesukaan pemilih terhadap penyampaian informasi kampanye dengan bentuk/cara tersebut (seberapa besar kemungkinan pemilih akan membaca materi komunikasi tersebut). Informasi tanggal pelaksanaan Pemilu tahun 2014 Poster Mengetahui awareness pemilih terhadap materi komunikasi tersebut. Gambar 10.1 di bawah ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% pemilih Aceh menunjukkan persepsi positif terhadap materi komunikasi, khususnya materi komunikasi tentang penyampaian informasi calon, politik uang dan kampanye. 85

94 Grafik 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih Aceh terhadap materi komunikasi Base : Semua Responden (n : 460) "PENYAMPAIAN INFORMASI CALON" Total 93.8% pemilih menyatakan suka terhadap materi komunikasi tersebut (17.3% diantaranya menyatakan tingkat kesukaannya secara kuat) "POLITIK UANG" * 68.5% pemilih percaya bahwa materi komunikasi akan cukup efektif dalam rangka mencegah masyarakat untuk menerima politik uang dari calon/partai politik (dengan 5.3% diantaranya menyatakan tingkat kepercayaannya secara kuat) * 92.2% pemilih menyatakan suka terhadap penggunaan stiker sebagai media dari materi komunikasi tersebut (8.9% diantaranya menyatakan tingkat kesukaan yang kuat) "TANGGAL PELAKSANAAN PEMILU 2014" Total 58.5% pemilih yang mengklaim pernah melihat poster tersebut "KAMPANYE" * Total 84.2% pemilih mengaku penting untuk mengetahui informasi mengenai kampanye (dengan 20.3% diantaranya menyatakan tingkat kepentingan yang kuat) * Sebesar 76.4% pemilih menyatakan kemungkinan untuk membaca materi komunikasi tersebut jika mendapatkannya (dengan 11.1% diantaranya menyatakan keinginannya secara kuat) 86

95 Tabel 10.1 di bawah memberikan informasi lebih jauh mengenai persepsi pemilih Aceh terhadap materi komunikasi, khususnya mengenai isu politik uang dan kampanye : Tabel 10.1 Pemahaman dan Persepsi pemilih Aceh terhadap materi komunikasi politik uang dan kampanye Base : Semua Responden (n : 460) PESAN BENTUK PERSEPSI PEMILIH Berdasarkan Grafik 10.1 menunjukan 68.5% pemilih menganggap bahwa materi komunikasi tersebut cukup efektif. Artinya ada sebesar 27.1% pemilih Aceh menganggap bahwa materi komunikasi tersebut tidak akan cukup efektif untuk mengurangi praktik penerimaan uang/barang dari calon/partai politik/tim sukses oleh masyarakat: Himbauan untuk mencegah politik uang Stiker Pemilih laki - laki cenderung lebih tidak percaya bahwa penggunaan materi komunikasi dalam bentuk stiker mampu mengurangi praktik politik uang dibandingkan pemilih perempuan. Pemilih yang berusia lebih senior cenderung lebih tidak percaya akan keefektifan materi komunikasi dalam mencegah/mengurangi praktik politik uang. Ada tendensi bahwa pemilih yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik, semakin menganggap bahwa materi iklan lebih efektif dalam mengurangi praktik politik uang. Pemilih yang berdomisili di daerah pedesaan (rural) juga cenderung tidak percaya dengan efektifitas materi tersebut, dibandingkan pemilih di daerah perkotaan (urban). Peraturan pelaksanaan kampanye Brosur/leaflet Berdasarkan Grafik 10.1 ada sebesar 76.4% pemilih yang menyatakan kemungkinan untuk membaca materi komunikasi brosur/leaflet jika mendapatkanya. Sedangkan terdapat 20.7% pemilih Aceh yang mengaku tidak akan mungkin membaca materi komunikasi kampanye dengan bentuk leaflet tersebut. Keengganan untuk membaca materi komunikasi tidak selalu disebabkan oleh bentuk dari materi komunikasi tersebut. Namun, ada kalanya kelompok pemilih ini menganggap bahwa penyampaian informasi mengenai kampanye adalah sesuatu yang tidak penting (dalam bentuk/media apapun). Namun sebaliknya, terdapat beberapa responden yang pada dasarnya tidak menganggap penting informasi tentang kampanye, namun malah tertarik dengan materi komunikasi kampanye dengan bentuk seperti tersebut. 87

96 PESAN BENTUK PERSEPSI PEMILIH Propinsi Aceh Dari total 460 responden : Grafik 10.1 menunjukan total 84.2% pemilih mengaku PENTING untuk mengetahui informasi mengenai kampanye. 64.3% pemilih Aceh menganggap bahwa mengetahui informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting dan kemungkinan akan membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk brosur/leaflet tersebut. 18.0% pemilih Aceh menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah penting (dan sangat penting), namun tidak punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 10.2% pemilih Aceh menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, namun punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. Sedikit (3.0% pemilih) yang menganggap bahwa informasi mengenai kampanye (secara umum) adalah TIDAK penting, dan juga tidak punya ketertarikan untuk membaca materi komunikasi tentang kampanye dalam bentuk tersebut. 88

97 BAB 11. KEBIASAAN MENGKONSUMSI MEDIA Propinsi Aceh A. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA (TELEVISI, RADIO, SURAT KABAR, MAJALAH, INTERNET) Televisi masih menjadi media utama bagi sebagian besar pemilih Aceh. Sebanyak 93.5% pemilih mengklaim bahwa mereka menonton TV secara rutin setiap minggunya, bahkan 76.1% diantaranya menonton secara rutin dalam setiap harinya (Grafik 11.1). Rutinitas menonton televisi dalam setiap harinya tersebut ditemui pada semua kelompok pemilih (tidak membedakan antara jender, kelompok usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi). Stasiun televisi yang paling banyak ditonton adalah TV ONE, Metro TV, RCTI dan Trans TV (Grafik 11.2). Jam jam dimana paling banyak pemilih menghabiskan waktunya untuk menonton televisi adalah jam (Grafik 11.3). Selain televisi, surat kabar dan internet menjadi media selanjutnya yang rutin dikonsumsi oleh cukup banyak pemilih dalam setiap minggunya, yaitu 49.8% untuk surat kabar dan 21.1% untuk internet. Surat kabar yang paling banyak dibaca oleh pemilih Aceh adalah Serambi Aceh. Pembaca surat kabar dan internet umumnya adalah pemilih lak i laki, pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin meningkat, dan pemilih di daerah urban (tabel 11.2). Sedangkan untuk media radio, terdapat 15.9% pemilih Aceh yang juga menjadikannya sumber informasi secara rutin setiap minggunya. Namun hanya terdapat 2.6% pemilih yang mengkonsumsinya secara rutin (Grafik 11.1). Secara khusus, kelompok pemilih yang mengkonsumsi radio secara rutin setiap minggunya diatas tidak jauh berbeda dari pemilih yang rutin mengkonsumsi surat kabar dan internet diatas, yaitu umumnya adalah pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin meningkat, dan pemilih di daerah urban (tabel 11.2). 89

98 Televisi Radio Surat Kabar Majalah/Tabloid Internet Propinsi Aceh Grafik 11.1 Frekuensi mengkonsumsi media dari pemilih Aceh Base : Semua Responden (n : 460) 2.0% 17.4% 36.3% 66.5% 10.7% 5.0% 75.2% 73.0% 76.1% 26.1% 13.7% 3.9% 13.3% 2.6% 22.0% 10.9% 8.3% 4.6% 1.1% 6.1% 2.6% 10.4% 7.8% Setiap Hari 1-6 kali/minggu 1-3 kali/bulan Tidak tentu dalam setiap bulannya Tidak pernah Seberapa sering B/I/S (Menonton TV, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? 90

99 Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Propinsi Aceh Tabel 11.1 Frekuensi pemilih Aceh dalam mengkonsumsi media radio, surat kabar dan radio Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) RADIO SURAT KABAR INTERNET PROFIL DEMOGRAFI Jender Laki-laki (n : 243) 2.9% 11.1% 86.0% 30.5% 25.5% 44.0% 9.9% 10.7% 79.4% Perempuan (n : 217) 2.3% 15.7% 82.0% 12.4% 26.7% 60.8% 5.5% 10.1% 84.3% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 1.3% 17.9% 80.8% 14.6% 26.5% 58.9% 9.3% 13.2% 77.5% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 3.5% 10.1% 86.4% 26.4% 24.8% 48.8% 5.4% 7.8% 86.8% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 1.0% 1.9% 97.1% 10.6% 10.6% 78.8% 0.0% 1.0% 99.0% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 4.2% 14.7% 81.1% 15.8% 29.5% 54.7% 4.2% 6.3% 89.5% Tamat SMA (n : 202) 1.5% 15.9% 82.6% 24.4% 31.3% 44.3% 8.5% 13.4% 78.1% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 6.7% 21.7% 71.7% 43.3% 30.0% 26.7% 25.0% 23.3% 51.7% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 0.5% 12.6% 86.9% 8.9% 24.3% 66.8% 4.2% 9.3% 86.4% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 1.2% 12.0% 86.7% 26.5% 38.6% 34.9% 8.4% 12.0% 79.5% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 7.3% 16.4% 76.4% 36.4% 23.6% 40.0% 7.3% 10.9% 81.8% Rp Rp (SES B) (n : 68) 6.5% 17.7% 75.8% 54.8% 25.8% 19.4% 16.1% 16.1% 67.7% 49 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 50 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 91

100 Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Setiap hari 1 6 kali/minggu Lebih jarang Propinsi Aceh RADIO SURAT KABAR INTERNET PROFIL DEMOGRAFI Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 1.3% 22.0% 76.7% 32.7% 32.0% 35.3% 12.7% 14.7% 72.7% Rural/Desa (n :310) 3.2% 9.0% 87.7% 16.8% 23.2% 60.0% 5.5% 8.4% 86.1% Seberapa sering B/I/S (Menonton TV, Mendengarkan radio, Membaca surat kabar/koran, Mengakses Internet)? 51 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 92

101 Grafik 11.2 Media spesifik yang sering diakses oleh pemilih Aceh Base : Responden yang mengakses media setiap hari secara rutin Propinsi Aceh TELEVISI RADIO SURAT KABAR MAJALAH/ TABLOID INTERNET 1. TV ONE (41,2%) 2. METRO TV (40,2%) 3. RCTI (38,8%) 4. TRANS TV (23,5%) 5. SCTV (19,5%) 6. INDOSIAR (11,6%) 7. MNC TV (10,5%) 8. TVRI (7,7%) 9. TRANS 7 (5,1%) 10. GLOBAL TV (4,7%) 1. RRI (39,7%) 2. CBS (11,0%) 3. SERAMBI FM dan KHAIRUNISA (11,0%) 4. AMANDA (8,2%) 5. BAITURAHMAN (6,8%) 6. FLAMBOYAN dan TOP FM (5,5%) 1. SERAMBI ACEH (75,6%) 2. WASPADA (18,6%) 3 METRO ACEH (11,3%) 4. ACEH POS (9,5%) 5. PROHABA (6,8%) 1. BOLA (15,4%) 2. GENIE dan NOVA (11,5%) 3. TEMPO, KARTINI, KULINER (7,7%) 1. FACEBOOK (56,0%) 2. GOOGLE (35,7%) 3. YAHOO.COM (13,1%) 4. DETIK.COM (11,9%) 5. TWITTER (6,0%) Stasiun TV/stasiun radio/koran atau situs internet apakah yang sering B/I/S kunjungi Grafik 11.3 Jam menonton TV Base : Responden yang menonton TV setiap harinya (n : 347) 100.0% 90.0% 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0%.0% Cobalah mengingat tentang kemaren dan kapan B/I/S menonton TV, dari pagi hari hingga malam. Mohon beritahu saya, setepat mungkin yang B/I/S bisa, kapan B/I/S mulai menonton dan berhenti menonton. Bila B/I/S menonton TV lebih dari satu kali dalam sehari, saya ingin tahu kapan saja B/I/S menonton TV 93

102 B. PENGALAMAN MENDENGARKAN PROGRAM RADIO PILAR DEMOKRASI Salah satu program radio yang secara khusus memberikan informasi mengenai Pemilu adalah Pilar Demokrasi yang disiarkan secara nasional pada setiap hari Senin jam Secara khusus, pada survei ini ditanyakan kepada responden mengenai pengalaman mereka dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi tersebut. Grafik 11.4 menunjukkan bahwa dari 160 responden yang mendengarkan radio (baik yang rutin atau tidak) dapat diketahui bahwa terdapat 3.4% pemilih yang mengklaim bahwa mereka pernah mendengarkan program radio Pilar Demokrasi. Sebagian besar mengklaim bahwa mereka tidak pernah mendengar program radio Pilar Demokrasi (94.3%). Sedangkan sisa 2.6% pemilih lainnya adalah mereka yang mengklaim tidak yakin, apakah mereka pernah mendengarkan program tersebut atau tidak. Grafik 11.4 Pengalaman pemilih Aceh dalam mendengarkan program radio Pilar Demokrasi Base : Responden yang mendengarkan radio (n : 154) Tidak tahu, 2.3% Pernah mendengar, 3.4% Tidak pernah mendengar, 94.3% Apakah B/I/S pernah mendengarkan Program Radio bernama PILAR DEMOKRASI yang disiarkan setiap hari Senin jam 8 malam C. KEBIASAAN DALAM MENGKONSUMSI MEDIA SOSIAL Persentase pemilih Aceh yang terakses terhadap media sosial adalah 22.8%. Penggunanya umumnya adalah pemilih dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang semakin meningkat, dan pemilih di daerah urban (Tabel 11.2). Facebook masih menjadi primadona media sosial yang diakses oleh 90.9% pemilih (dari total 22.8% pemilih yang mengklaim bahwa mereka mengakses media sosial). 94

103 Tabel 11.2 Akses pemilih Aceh terhadap media sosial Berdasarkan jender, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan pendapatan rumah tangga rutin per bulan Base : Semua responden ( n : 460) PROFIL DEMOGRAFI Menggunakan media sosial Tidak menggunakan media sosial Jender Laki-laki (n : 243) 21.8% 74.5% Perempuan (n : 217) 19.4% 78.3% Pemilih pemula, tahun (n : 22) Kelompok usia Pemilih muda, tahun (n : 151) 28.5% 67.5% Pemilih dewasa, tahun (n : 258) 14.7% 82.6% Pemilih lanjut usia, diatas 60 tahun (n : 29) Tidak menjalani pendidikan formal atau tidak menyelesaikan SD atau lulus SD (n : 106) 1.9% 91.3% Tingkat pendidikan tertinggi Tamat SMP (n : 94) 10.5% 86.3% Tamat SMA (n : 202) 24.9% 73.1% Tamat Diploma atau Universitas (n : 58) 55.0% 45.0% Rp atau kurang (SES E&D) (n : 208) 15.9% 81.3% Pendapatan rumah tangga rutin per bulan Rp Rp (SES C2) (n : 87) 22.9% 71.1% Rp Rp (SES C1) (n: 51) 21.8% 74.5% Rp Rp (SES B) (n : 68) 37.1% 62.9% Lebih dari Rp (SES A) (n : 7) Status daerah Urban/Kelurahan (n : 150) 32.0% 67.3% Rural/Desa (n :310) 15.2% 80.6% Kita beralih ke topik yang berbeda, beberapa orang menggunakan situs media social seperti Facebook, Friendster atau Twitter, di komputer atau Handphone untuk tetap berkomunikasi dengan orang lain. Apakah B/I/S menggunakan situs media social dalam 7 hari terakhir? 52 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih pemula 53 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih lanjut usia 54 Jumlah sampel kurang dari 30 re sponden sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa untuk pemilih dengan pe ndapatan rumah ta ngga rutin per bulan diatas Rp (SES A ) 95

104 Grafik 11.5 Media sosial yang diakses oleh pemilih Aceh Base : Responden yang mengakses media sosial ( n : 105) 90.9% 26.4% 3.2% 1.7% 0.8% Facebook Twitter MySpace Deviantart Multiply Dari situs berikut ini, manakah yang pernah B/I/S gunakan dalam 7 hari terakhir ini untuk media sosial? 96

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF DAERAH KHUSUS IBUKOTA (DKI) JAKARTA SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling

Lebih terperinci

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI LAPORAN NARATIF Propinsi-propinsi Aceh, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv LATAR BELAKANG DAN TUJUAN RISET... 1 A. LATAR BELAKANG RISET... 1 B. TUJUAN RISET... 4 C. MANFAAT RISET... 4 METODOLOGI RISET... 5 A.

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1296, 2017 KPU. Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik Peserta PEMILU Anggota DPR dan DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembara n Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN. - 2 - Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH OMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KEPUTUSAN KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH NOMOR 16/Kpts/KIP Aceh/TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN, VERIFIKASI, DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.376, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Pemilu. Presiden. WAPRES. Daftar Pemilih. Penyusunan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138);

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138); - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 SUMATERA Disampaikan pada: Rapat KALIMANTAN Koordinasi Nasional dalam rangka Pemantapan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014 LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL 24 29 MEI 2014 1 PENGANTAR Survei nasional ini ditujukan untuk menjawab sejumlah pertanyaan besar berikut: Apakah pemilih sudah memiliki pilihan untuk pilpres 2014? Pasangan

Lebih terperinci

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012

02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 LAMPIRAN I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 TANGGAL : 20 JULI 2012 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 1. Untuk mengakomodir asas kepentingan umum dan untuk menjamin kemudahan

Lebih terperinci

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM.

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. - 2-2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) sebagaimana

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH No Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum 1 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2012. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap (DPT)

Lebih terperinci

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat;

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; - 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? Hak Pemilih T: Apa yang menjadi Hak Anda sebagai Pemilih? J: Hak untuk terdaftar sebagai pemilih bila telah memenuhi semua syarat sebagai pemilih. Hak untuk memberikan suara

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015

LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 KERJASAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS SILIWANGI

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 RANCANGAN KONSULTASI DPR RI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. No.845, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAAN UMUM. Daftar Pemilih. Pemilih Umum Anggota DPR. DPD. DPRD. Penyusunan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUNAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MADIUN Alamat e-mail Website : Jl.Raya

Lebih terperinci

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 SALINAN Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010 PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN BADAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN

Lebih terperinci

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2012 POLITIK. PEMILU. DPR. DPD. DPRD. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I memuat latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan pada penelitian ini 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PACITAN PENGUMUMAN PEMBENTUKAN CALON ANGGOTA PANITIAPEMILIHAN KECAMATAN (PPK) DAN CALON ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017 2 PENDAHULUAN 3 L A T A R B E L A K A N G Calon kepala daerah yang akan dipilih masyarakat menjadi sangat bergantung pada persepsi dan perilaku politik yang berkembang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Ketentuan Khusus dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, Bupati

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG Draf Final Baleg RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA Profile Singkat SPIN SPIN (Survey & Polling Indonesia) adalah lembaga riset independen yang tidak

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintaha

2016, No Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.567, 2016 KPU. Pemilihan. Tahapan. Program. Jadwal. Tahun 2017 PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL

Lebih terperinci

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 SUMATERA JAVA KALIMANTAN Disampaikan pada: IRIAN JAYA Rapat Koordinasi Nasional dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UJI PUBLIK 14 MARET 2016 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 03/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara.

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. No.396, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016 1 1 29 JULI 2016 2 METODOLOGI Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia di Provinsi DKI Jakarta yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR: 20/Kpts/KPU-Kab/005.435316/Pilbup/Tahun 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA KERJA PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI DAN PENYAMPAIAN INFORMASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG \ Page 1 of 16 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam kesempatan ini sebelum melakukan perbandingan antara kedua sistem dalam Pemilu DPR, DPD dan DPRD di 2009 dan 2014, terlebih dahulu yang dibahas adalah apa dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.698, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Penyelenggaraan. Pemilu. DPR. DPD. DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADUAL PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI 1 METODOLOGI RISET 2 Data survei dikumpulkan dari April Juni, 2017 Catatan : Tanggal mencakup Survei kuantitatif Nasional dan Provinsi Oversample, dan Survei kualiatif (FGD)

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

Draft Ketiga, 11 Sep 2012

Draft Ketiga, 11 Sep 2012 PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR. TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Komisi

Lebih terperinci

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; MEMUTUSKAN :

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; MEMUTUSKAN : 2 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR ACEH, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA DI WILAYAH

Lebih terperinci

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Pemilih Pemula PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15 GUNAKAN HAK PILIHMU 9 APRIL 2014 PEMILU DPR, DPD & DPRD Negara Demokratis Adanya Penyelenggaraan Pemilu

Lebih terperinci

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Februari 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Pengantar Ketua KPU Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena modul yang sudah lama digagas ini akhirnya selesai juga disusun dan diterbitkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4): 1693-1704 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (cetak) ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.299, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Panitia Pemilihan. Pemungutan Suara. Pemilu 2014. Pembentukan. Tata Kerja. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 408, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Daftar Pemilih. Luar Negeri. Penyusunan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI LUAR

Lebih terperinci