PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII-A MTS NEGERI MODEL PALOPO
|
|
- Susanto Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII-A MTS NEGERI MODEL PALOPO 58 Jumiatih MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Penelitian ini bertujuan bertujuan mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah tindakan kelas (classroom action research). Data penelitian, yaitu hasil pengamatan di lapangan, dokumentasi, dan pencatatan terhadap tindakan pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas. Sumber data penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas sebanyak 20 orang. Teknik yang digunakan mengumpulkan data, yaitu observasi dan tes. Teknik analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo dapat ditingkatkan melalui metode pemberian tugas. Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas tampak pada perolehan nilai siswa siklus I berada pada kategori tidak tuntas meningkat pada siklus II menjadi kategori tuntas. Demikian halnya dengan proses belajar dan kekatifan siswa pada siklus I rata-rata kurang meningkat pada siklus II menjadi kategori sangat tinggi. Kata Kunci: Karangan narasi, pemberian tugas Kemampuan menulis sebagai salah satu aspek keterampilan merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai oleh sebagian besar siswa. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila siswa yang berkemampuan menulis dengan baik jumlahnya tidak begitu banyak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya inspirasi, ide, dan gagasannya siswa yang lahir dalam dirinya. Dengan demikian, dalam kegiatan menulis terdapat aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu kemampuan memilih atau menentukan ide atau topik tulisan, mencari fakta, mengorganisasi tulisan, menyatukan sehingga menjadi suatu tulisan, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang pengarang (penulis) yang ingin belajar mengarang pun harus tahu bahwa untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis yang sederhana pun tetap diperlukan sejumlah kompetensi. Salah satu kompetensi menulis yang diharapkan dikuasai oleh siswa, yaitu menulis karangan. Karangan merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Karangan ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana, 2001: 231). Alwi (2001: 419) menyatakan karangan merupakan rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan
2 Jurnal Pendidikan IQRA proposisi yang lain membentuk kesatuan. Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Alwi dkk. (2002: 506) menyatakan bahwa karangan adalah hasil mengarang, cerita, buah pena, ciptaan, gubahan, cerita mengada-ada, dan hasil rangkaian. Dalam proses belajar menulis (mengarang), berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai seseorang secara serentak. Semua kemampuan itu dapat dikuasai oleh para penulis yang sudah profesional mulai satu proses, setahap demi setahap. Proses penguasaan berbagai kemampuan berjalan cepat atau lambat bergantung pada besarnya potensi yang dimiliki dan ketekunannya dalam menulis. Menulis atau mengarang merupakan suatu proses yang menggunakan lambang-lambang atau sejumlah huruf untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan, serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang lain (Darmadi, 1996: 21). Selanjutnya, pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan (Darmadi, 1996: 21). Penyusunan sebuah tulisan memerlukan teknik tersendiri sehingga tulisan yang dibuat merupakan hasil buah pikiran seseorang yang bagus dibaca. Salah satu teknik yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis adalah menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi tulisan yang utuh. Bahkan yang telah tersedia yang diketahui atau dikuasai siswa sebagai sebuah pengalaman yang telah dimilikinya. Sebuah karangan dapat tersusun dengan berbagai komponen sebagai syarat terbentuknya suatu karangan deskripsi yang lengkap. Komponen yang dimaksud seperti isi, paragraf, penggunaan bahasa, keteraturan susunan dan urutan, pilihan kata, dan penggunaan ejaan dan tanda baca. Oleh karena, itu seseorang yang mampu menyusun karangan, maka mampu pula berbahasa Indonesua yang baik dan benar. Hal inilah yang harus ditanamkan pada anak didik (siswa). Siswa diharapkan mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai ragam tulisan, termasuk menulis karangan. Fenomena menunjukkan bahwa keterampilan menulis siswa masih sangat minim atau masih jauh dari tujuan yang diharapkan. Kenyataan ini sangat dipengaruhi oleh faktor, antara lain: 1) minimnya pengetahuan tentang strategi pengajaran menulis, 2) kurang kreatifnya guru menggunakan media pembelajaran, 3) kurangnya motivasi bagi siswa untuk menulis, 4) minimnya minat siswa dalam membaca, 5) tidak tersedianya waktu yang banyak melatih siswa dalam menulis, 6) pokok bahasan menulis tidak mendapat perhatian serius oleh guru, 7) motivasi siswa dalam menulis sangat minim, 8) sarana dan metode/strategi pembelajaran menulis belum efektif, hal tersebut mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pengajaran menulis. Kenyataan lain di lapangan juga menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan selalu diawali oleh guru dengan memberikan ceramah dan siswa mendengarkannya tanpa menuntut siswa menulis karangan sebagai kegiatan proses yang menghasilkan produk (bersifat teoretis). Sementara, penilaian hanya berfokus pada penilaian kognitif tahap pengetahuan (C1). Padahal, selain pengetahuan, siswa juga diharapkan mampu melakukan kegiatan kognitif tahap 59
3 penerapan (C4) sehingga pemahaman siswa dapat diaplikasikan dan ada hasil/produk (praktik menulis). KARANGAN NARASI Karangan merupakan rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan (Alwi, dkk., 2005: 419). Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karangan adalah hasil mengarang, cerita, buah pena, ciptaan, gubahan, cerita mengada-ada, dan hasil rangkaian (Alwi dkk., 2005: 506). Suatu tulisan (paragraf atau karangan) akan menjadi ideal dan efektif apabila dibentuk berdasarkan tiga syarat pembentukannya. Ketiga syarat tersebut yakni adanya unsur kesatuan, unsur koherensi, dan unsur pengembangan. Sejalan dengan uraian tersebut, Ruwin dan Sutjarso (1997: 117) mengemukakan bahwa paragraf yang baik harus bercirikan kepaduan. Kepaduan itu terbentuk oleh adanya (1) kesatuan dan (2) pertautan. Sejalan dengan pendapat di atas, paragraf yang baik harus melakukan tugasnya dengan sempurna. Karena fungsinya untuk mengembangkan suatu unit ke dalam suatu kerangka tiap kalimat pada paragraf itu, harus dengan jelas berhubungan dengan unit itu dan semua kalimat harus dirasakan oleh pembaca bahwa unit tersebut benar-benar telah dikembangkan secara efisien. Untuk menciptakan kesan itu, paragraf harus memenuhi empat syarat, yakni kelengkapan, kesatuan, keteraturan, dan koherensi (Enre dkk., 1985: 163). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa narasi adalah wacana yang menceritakan serangkaian peristiwa yang berusaha menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya sesuatu peristiwa atau perbuatan yang diungkapkan dalam narasi ada yang benar benar dan ada pula yang hanya berdasarkan imajinasi penulis. Narasi adalah suatu peristiwa atau kejadian. Narasi diartikan sama dengan cerita. Karangan narasi adalah wacana yang berkisah dengan menjalin beberapa rangkaian peristiwa (Keraf, 2005: 140). Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmahnya dari cerita itu. Dengan kata lain, wacana semacam ini hendak memenuhi keinginan pembaca yang selalu bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Penataan peristiwa didasarkan alas urutan waktu ( kronologis). Ambo Enre dkk., (1994: 90) mengatakan bahwa narasi adalah karangan yang bersifat subjektif. Isinya bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun karangan itu bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi, namun materi cerita dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang. Wacana narasi dapat berisi fakta yang benar-benar terjadi, dapat pula berisi sesuatu yang khayali. Wacana narasi yang berupa fakta misalnya otobiografi atau biografi seseorang tokoh terkenal. Isi wacana itu benar-benar nyata atau berdasarkan fakta sejarah yang tidak dibuat-buat. Namun, cerpen, novel, roman, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain digolongkan wacana narasi 60
4 Jurnal Pendidikan IQRA yang khayali karena disusun atas dasar imajinasi seseorang pengarang yang tidak pernah terjadi. METODE PEMBERIAN TUGAS Perkataan pemberian tugas tak asing lagi bagi kita, arti minimal dari pemberian tugas itu ialah menyuruh menyelesaikan tugas-tugas. Apakah sebenarnya pemberian tugas itu? Bukankah menyuruh belajar kemudian ditanya, menyuruh diskusi dan melaporkan hasilnya, menyuruh membaca di dalam hati lalu ditanya, mengintisarikan suatu pembicaraan dan menyuruh menceritakannya, dan semacam itu juga pemberian tugas? Pemberian tugas luas sekali artinya. Mulai dari yang paling sederhana, misalnya menyuruh berpikir di kelas sampai kepada yang paling kompleks, misalnya mengerjakan tugas dengan metode proyek. Apakah metode tugas itu resitasi/tugas menghafal, menyimak sesuatu yang akan ditanya kemudian apakah metode tugas itu membuat makalah (tugas tulisan), apakah metode tugas itu diskusi yang hasilnya akan ditanyakan, itu semuanya sama yaitu suatu cara yang menggunakan metode tugas. Khasnya metode tugas ialah adanya tugas dan adanya pertanggung jawaban dari yang diberi tugas. Apakah tugas itu berupa perintah (guru otoriter), hasil kompromi atau keinginan siswa dan apakah hasil kerjanya lisan atau tulisan sama saja namanya adalah metode pemberian tugas. Penerapan metode penugasan dilakukan dengan menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan perangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari serta untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Metode pemberian tugas individu dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok (Sagala, 2005: 219). Roestiyah (1998: 132) mengemukakan bahwa pemberian tugas adalah suatu tugas yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pendapat ini mengisyaratkan pemberian tugas yang diberikan guru kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran sebagai suatu bentuk latihan, baik dikerjakan secara sendiri-sendiri maupun dikerjakan secara kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa. Sukardi (1987: 56) mengemukakan pemberian tugas merupakan bentuk latihan kemampuan dasar supaya anak lebih cakap dalam pelajaran dan berbagai bahan pelajaran yang ada hubungannya dengan tugas yang diberikan. Hal senada dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2002: 96) bahwa metode penugasan adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di 61
5 perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan penelitian tindakan kelas (Class room action research) yang bertujuan meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo yang berjumlah 20 orang, terdiri atas 5 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil 2014/2015. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitaf dan kualitatif. Untuk analisis kuantatif diguanakan statistik deskriptif, yaitu rata-rata dan persentase, standar deviasi, tabel frekuensi, persentase nilai terendah dan tertinggi, sedangkan analisis kualitatif yang digunakan adalah kategorisasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Perencanaan pembelajaran ini mengambil pokok bahasan menulis karangan narasi. Pokok bahasan tersebut diambil dari KTSP 2006 kelas VII dengan alokasi waktu tiga kali pertemuan. Perencanaan disusun dan dikembangkan peneliti bersama guru, yaitu berupa: (1) menghubungi kepala sekolah dan guru kelas, (2) menelaah kurikulum, (3) membaut Program Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (4) memilih dan membuat media/alat peraga pembelajaran, (5) menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), dan (5) menyusun soal tes akhir siklus. Adapun tujuan yang akan dicapai pada tindakan pembelajaran ini adalah setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menulis karangan narasi. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, perencanaan pembelajaran dibagi tiga tahap kegiatan, yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Meskipun perencanaan ini dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, namun setiap kegiatan tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya. b. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan materi menulis karangan narasi. Berdasarkan pada rencana pembelajaran yang telah disusun, maka pembelajaran dalam penelitian ini melalui tiga tahap kegiatan yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti dan (3) tahap akhir. Adapun kegiatan awal guru, yaitu: pertama-tama guru mengucapkan salam dan membuka membuka pelajaran. Setelah itu, guru melakukan apersepsi 62
6 Jurnal Pendidikan IQRA untuk menggali kembali pengetahuan siswa tentang materi yang telah dipelajari. Kegiatan ini berlangsung selama 5 menit. Pada kegiatan inti dilaksanakan selama 55 menit. Kegiatan guru diawali dengan menampilkan media pembelajaran. Untuk membangkitkan keaktifan siswa, guru mengajukan pertanyaan tentang media yang ditampilkan dan semua siswa diharapkan menyiapkan jawaban. Dalam keadaan seperti ini, semua siswa tampak aktif mengamati media yang ditampilkan. Kegiatan selanjutnya adalah guru menciptakan kondisi yang kreatif dengan mengatur kelas dan memajang gambar gambar yang disertai dengan tulisan narasi. Selanjutnya, guru membentuk kelompok kooperatif sebagai sarana interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Tampak latar suasana kelas yang penuh dengan gambar-gambar sebagai wujud kreativitas guru. Berdasarkan gambar tersebut, guru kembali menumbuhkan semangat keaktifan belajar siswa secara berkelompok. Guru menugasi setiap kelompok untuk menjelaskan kembali gambar yang terpajang. Setelah itu, guru membagikan kertas kepada siswa dan menugasi agar menulis apa yang telah diamati dan disaksikan melalui suatu objek. Agar hasil belajar siswa tercapai dengan efektif, guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Dalam hal ini, suasana pembelajaran yang penuh dengan keleluasaan berpikir kritis dan santai, yaitu menugasi siswa memilih suatu objek sesuai dengan keinginannya. Misalnya, saat berlibur dan berkunjung ke rumah nenek. Selanjutnya, guru menugasi siswa mengumpulkan data dan merangkai kata-kata yang telah ditulis menjadi karangan narasi. Pembelajaran semakin menyenangkan ketika siswa diberikan kebebasan dan mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya. Terakhir, setiap kelompok ditugasi membacakan hasilnya. Guru memberikan pujian/hadiah bagi setiap kelompok dengan kategori kelompok hebat dan pujian lain yang berwujud motivasi. Kegiatan ini berlangsung selama 55 menit. Pada kegiatan akhir selama 5 menit, yaitu menugasi siswa untuk mengumpulkan hasil karangannya dan menutup pelajaran. Hasil Observasi Pengamatan aktivitas siswa digunakan pada lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar. Hasil observasi aktivitas belajar pada siklus I ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 4.1 Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I No Aktivitas siswa Sangat Tinggi (85-100%) Tinggi (65-84%) Kategori Sedang (55-64%) Rendah (35-54%) Sangat Rendah (0-34%) 1. Siswa yang hadir 97% 2. Siswa yang memperhatikan materi 87% 3. Siswa yang mengajukan 15% 63
7 pertanyaan tentang materi pelajaran yang belum dipahami pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 4. Siswa yang aktif mengerjakan soal-soal latihan yang di berikan 75% 5. Siswa yang masih membutuhkan 30% bimbingan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. 6. Siswa yang aktif mengerjakan 22% soal latihan di papan tulis. 7. Siswa yang mengerjakan 25% aktivitas lain di kelas, selama proses belajar mengajar berlangsung. 8 Siswa yang keluar masuk kelas 27% Berdasarkan tabel hasil observasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada siklus I belum tampak adanya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat pada indikator perilaku yang relevan dengan pembelajaran yang masih kurang, sedangkan kegiatan yang dilakukan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar masih dilakukan oleh banyak siswa. Aktivitas siswa yang dikategorikan sangat tinggi siwa yang hadir dan siswa yang memperhatikan materi. Selanjutnya, siswa yang mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran yang belum dipahami pada saat proses belajar mengajar berlangsung dikategorikan rendah. Siswa yang aktif mengerjakan soal-soal latihan yang di berikan dikategorikan tinggi. Selanjutnya, berada pada kategori rendah, khususnya siswa yang membutuhkan bimbingan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, siswa yang aktif mengerjakan soal latihan di papan tulis, siswa yang mengerjakan aktivitas lain di kelas, selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang keluar masuk kelas. Jadi, aktivitas siswa siklus I masih berada pada kategori sangat rendah sampai dengan tinggi. Hal inilah yang menjadi bahan refleksi untuk pelaksanaan Siklus II. Hasil Belajar Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas diukur berdasarkan hasil tes dan proses. Hasil tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus I. Pada akhir siklus I dilaksanakan tes keterampilan menulis karangan narasi melalui metode pemberian tugas. Dari 20 jumlah siswa diperoleh nilai rata-rata hasil tes pada siklus I adalah 74,25. Nilai yang dicapai siswa tersebar dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60 dari nilai maksimal yang mungkin dicapai, yaitu 100 dengan rentang nilai
8 Jurnal Pendidikan IQRA Apabila nilai hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam kategori kemampuan, maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo Melalui Metode Pemberian Tugas No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase (%) Siklus I Siklus I Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 4 20 J u m l a h Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dinyatakan bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas pada siklus I dikategorikan tinggi. Namun, masih ada siswa yang memperoleh nilai pada kategori sedang. Hal inilah yang harus diperbaiki pada siklus II. Selanjutnya, persentase ketuntasan nilai kemampuan siswa pada siklus I tampak pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi, Persentase, serta Kategori Ketercapaian Ketuntasan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII- A MTs Negeri Model Palopo Melalui Metode Pemberian Tugas pada Siklus I Persentase Tes Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi (%) Siklus Nilai 70 ke atas Tuntas I Nilai di bawah 70 Tidak tuntas 4 4 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa persentase keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas pada siklus I sebesar 80% atau 16 orang dari 20 siswa berada dalam kategori tuntas dan 20% atau 4 orang dari 20 siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 4 orang dari 20 siswa yang perlu perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual. Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu 85%, data hasil penelitian pada siklus satu di atas dianggap belum tuntas karena yang tuntas hanya mencapai 80% dari 20 orang siswa. Penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan hasil belajar belum terlihat, maka peneliti menganggap penelitian ini belum cukup dengan menyimpulkan bahwa keterampilan menulis 65
9 karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas belum maksimal. Refleksi Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas, guru/peneliti tidak terlepas pada perhatian perubahan sikap siswa, keaktifan siswa, dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan. Kegiatan siswa pada siklus satu ini, semangat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini tampak dari kurangnya perhatian serius dari siswa sehingga dalam menanggapi materi. Sikap siswa pada umumnya masih kurang memberikan tanggapan atau respons positif terhadap metode yang disajikan. Pada saat guru memantau siswa dalam mempelajari materi pada umumnya hanya sebagian kecil siswa yang benar-benar aktif. Selain itu, ditemukan adanya siswa yang bermain-main dan keluar masuk. Berdasarkan hasil observasi perlu diperhatikan agar perhatian dan semangat belajar siswa meningkat, yaitu: 1) Penguatan dan motivasi yang diberikan kepada siswa perlu ditingkatkan. 2) Struktur dan variasi kelompok perlu diubah yaitu dengan memasukkan satu atau lebih tutor yang bisa membimbing teman kelompoknya agar setiap siswa (individu) dapat berprestasi. 3) Gambar dan objek yang digarasikan harus lebih menarik sesuai dengan konteks dan kebiasaan anak. 4) Mengubah setting tempat duduk dan jarak bangku antartiap kelompok agar kejadian-kejadian yang kurang positif dapat diminimalisir. 5) Guru harus merencanakan tugas secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. 6) Guru harus menginformasikan tugas yang diberikan tentang waktu pelaksanaannya 7) Guru harus menginformasikan tugas yang diberikan tentang cara mengerjakannya 8) Guru harus menginformasikan tugas yang diberikan tentang lama tugas harus dikerjakan 9) Guru harus menginformasikan tugas yang diberikan tentang jenis tugas (individu atau kelompok). 10) Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh siswa. 11) Guru harus memberikan penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa. 12) Pemberian penguatan perlu ditingkatkan Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Perencanaan pembelajaran siklus II hampir sama dengan siklus I dengan mengambil pokok bahasan menulis karangan narasi. Pokok bahasan tersebut diambil dari KTSP 2006 kelas VII dengan alokasi waktu tiga kali pertemuan. 66
10 Jurnal Pendidikan IQRA Perencanaan disusun dan dikembangkan peneliti bersama guru, yaitu berupa: (1) menghubungi kepala sekolah dan guru kelas, (2) menelaah kurikulum, (3) membaut Program Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (4) memilih dan membuat media/alat peraga pembelajaran, (5) menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), dan (5) menyusun soal tes akhir siklus. Adapun tujuan yang akan dicapai pada tindakan pembelajaran ini adalah setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menulis karangan narasi. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, perencanaan pembelajaran dibagi tiga tahap kegiatan, yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Meskipun perencanaan ini dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, namun setiap kegiatan tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya. b. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan materi menulis karangan narasi. Berdasarkan pada rencana pembelajaran yang telah disusun, maka pembelajaran dalam penelitian ini melalui tiga tahap kegiatan yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti dan (3) tahap akhir. Adapun kegiatan awal guru, yaitu: pertama-tama guru mengucapkan salam dan membuka membuka pelajaran. Setelah itu, guru melakukan apersepsi untuk menggali kembali pengetahuan siswa tentang materi yang telah dipelajari. Kegiatan ini berlangsung selama 5 menit. Pada kegiatan inti dilaksanakan selama 55 menit. Kegiatan guru diawali dengan menampilkan media pembelajaran. Untuk membangkitkan keaktifan siswa, guru mengajukan pertanyaan tentang media yang ditampilkan dan semua siswa diharapkan menyiapkan jawaban. Dalam keadaan seperti ini, semua siswa tampak aktif mengamati media yang ditampilkan. Kegiatan selanjutnya adalah guru menciptakan kondisi yang kreatif dengan mengatur kelas dan memajang gambar gambar yang disertai dengan tulisan narasi. Selanjutnya, guru membentuk kelompok kooperatif sebagai sarana interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Tampak latar suasana kelas yang penuh dengan gambar-gambar sebagai wujud kreativitas guru. Berdasarkan gambar tersebut, guru kembali menumbuhkan semangat keaktifan belajar siswa secara berkelompok. Guru menugasi setiap kelompok untuk menjelaskan kembali gambar yang terpajang. Setelah itu, guru membagikan kertas kepada siswa dan menugasi agar menulis apa yang telah diamati dan disaksikan melalui suatu objek. Agar hasil belajar siswa tercapai dengan efektif, guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Dalam hal ini, suasana pembelajaran yang penuh dengan keleluasaan berpikir kritis dan santai, yaitu menugasi siswa memilih suatu objek sesuai dengan keinginannya. Misalnya, saat berlibur dan berkunjung ke rumah nenek. Selanjutnya, guru menugasi siswa mengumpulkan data dan merangkai kata-kata yang telah ditulis menjadi karangan narasi. Pembelajaran semakin menyenangkan ketika siswa diberikan kebebasan dan mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya. Terakhir, setiap kelompok ditugasi membacakan hasilnya. Guru memberikan pujian/hadiah bagi setiap kelompok dengan kategori 67
11 kelompok hebat dan pujian lain yang berwujud motivasi. Kegiatan ini berlangsung selama 55 menit. Pada kegiatan akhir selama 5 menit, yaitu menugasi siswa untuk mengumpulkan hasil karangannya dan menutup pelajaran. Hasil Observasi Pengamatan aktivitas siswa digunakan pada lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar. Hasil observasi aktivitas belajar pada siklus II ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 4.4 Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II Sangat No Aktivitas siswa Tinggi (85-100%) 1. Siwa yang hadir 98% 2. Siswa yang memperhatikan materi 93% 3. Siswa yang mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran yang belum dipahami pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 4. Siswa yang aktif mengerjakan soal-soal latihan yang di berikan 5. Siswa yang masih membutuhkan bimbingan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Tinggi (65-84%) 83% Kategori Sedang (55-64%) Rendah (35-54%) Sangat Rendah (0-34%) 12% 22% 6. Siswa yang aktif mengerjakan soal latihan di papan tulis. 17% 7. Siswa yang mengerjakan aktivitas lain di kelas, selama proses belajar mengajar berlangsung. 13% 8 Siswa yang keluar masuk kelas 18% Berdasarkan tabel hasil observasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada siklus II sudah tampak keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat pada indikator perilaku yang relevan dengan pembelajaran yang sudah meningkat tingkat persentasenya, misalnya siwa yang hadir dan siswa yang memperhatikan materi. Selanjutnya, siswa yang aktif mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan dikategorikan tinggi. 68
12 Jurnal Pendidikan IQRA Selanjutnya, aktivitas siswa yang tidak ada relevansinya dengan pembelajaran berkurang, seperti siswa yang membutuhkan bimbingan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, siswa yang mengerjakan aktivitas lain di kelas selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang keluar masuk kelas. Hasil Belajar Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas diukur berdasarkan hasil tes dan proses. Hasil tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus II. Pada akhir siklus II dilaksanakan tes keterampilan menulis karangan narasi melalui metode pemberian tugas. Dari 20 jumlah siswa diperoleh nilai rata-rata hasil tes pada siklus I adalah 78,95. Nilai yang dicapai siswa tersebar dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 65 dari nilai maksimal yang mungkin dicapai, yaitu 100 dengan rentang nilai 28. Apabila nilai hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam kategori kemampuan, maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo Melalui Metode Pemberian Tugas No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase (%) Siklus II Siklus II Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 6 30 J u m l a h Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dinyatakan bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas pada siklus II dikategorikan tinggi. Selanjutnya, tidak ada siswa yang memperoleh nilai pada kategori sedang. Selanjutnya, persentase ketuntasan nilai kemampuan siswa pada siklus II tampak pada tabel 4.7 beirkut ini. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi, Persentase, serta Kategori Ketercapaian Ketuntasan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII- A MTs Negeri Model Palopo Melalui Metode Pemberian Tugas pada Siklus II Tes Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase (%) Siklus Nilai 70 ke atas Tuntas
13 I Nilai di bawah 70 Tidak tuntas 1 5 Berdasarkan tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa persentase keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas pada siklus II sebesar 95% atau 19 orang dari 20 siswa berada dalam kategori tuntas dan 5% atau 1 orang dari 20 siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 1 orang dari 20 siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu 85%, data hasil penelitian pada siklus II di atas dianggap tuntas karena yang tuntas mencapai 95% dari 20 orang siswa. Penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan hasil belajar terlihat, maka peneliti menganggap penelitian ini cukup dengan menyimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas maksimal atau meningkat. d. Refleksi Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas, guru/peneliti tidak terlepas pada perhatian perubahan sikap siswa, keaktifan siswa, dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan. Kegiatan siswa pada siklus II ini, semangat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran meningkat. Hal ini tampak dari perhatian serius dari siswa dalam menanggapi materi. Sikap siswa pada umumnya tinggi dalam memberikan tanggapan atau respons positif terhadap metode yang disajikan. Pada saat guru memantau siswa dalam mempelajari materi pada umumnya aktif. Selain itu, siswa yang bermain-main dan keluar masuk kelas berkurang drastis. Berdasarkan hasil observasi yang mempengaruhi semangat belajar siswa sehingga meningkat, yaitu: 1) Guru menerapkan penguatan dan memotivasi siswa. 2) Guru mengubah struktur dan variasi kelompok yaitu dengan memasukkan satu atau lebih tutor yang bisa membimbing teman kelompoknya agar setiap siswa (individu) dapat berprestasi. 3) Guru menampilkan media yang menarik sesuai dengan konteks dan kebiasaan anak. 4) Guru mengubah setting tempat duduk dan jarak bangku antartiap kelompok agar kejadian-kejadian yang kurang positif dapat diminimalisir. 5) Guru merencanakan tugas secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. 6) Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang waktu pelaksanaannya 7) Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang cara mengerjakannya 8) Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang lama tugas harus dikerjakan 9) Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang jenis tugas (individu atau kelompok). 10) Guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh siswa. 70
14 Jurnal Pendidikan IQRA 11) Guru memberikan penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa. 12) Guru memberikan penguatan PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif, terlihat bahwa pada dasarnya terjadi peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas. Berdasarkan uraian terdahulu, dinyatakan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Dengan kata lain, jika guru menerapkan metode pemberian tugas, dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo. Untuk menumbuhkan dan menigkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas, maka guru harus menerapkan langkah berikut ini. 1. Apersepsi dan pemberian motivasi belajar. 2. Guru harus mengidentifikasi masalah siswa secara menyeluruh dan membantu menyelesaikannya. 3. Guru harus membantu dan mengarahkan siswa dalam mengidentifikasi objek yang akan dinarasikan dalam pembelajaran untuk memudahkan memahami materi. 4. Guru harus memberikan gambaran bahwa siswa yang aktif dalam belajar bahasa Indonesia akan menjadi cerdas. 5. Guru menerapkan penguatan dan memotivasi siswa. 6. Guru mengubah struktur dan variasi kelompok yaitu dengan memasukkan satu atau lebih tutor yang bisa membimbing teman kelompoknya agar setiap siswa (individu) dapat berprestasi. 7. Guru menampilkan media yang menarik sesuai dengan konteks dan kebiasaan anak. 8. Guru mengubah setting tempat duduk dan jarak bangku antartiap kelompok agar kejadian-kejadian yang kurang positif dapat diminimalisir. 9. Guru merencanakan tugas secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. 10. Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang waktu pelaksanaannya. 11. Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang cara mengerjakannya. 12. Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang lama tugas harus dikerjakan. 13. Guru menginformasikan tugas yang diberikan tentang jenis tugas (individu atau kelompok). 14. Guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh siswa. 15. Guru memberikan penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa. 71
15 16. Guru memberikan penguatan Melalui penerapan hal tersebut, dapat meningkatkan motivasi siswa. Halhal yang tampak mengalami peningkatan pada diri siswa jika guru model metode penugasan, yaitu: 1. Rata-rata siswa menyimak dan memperhatikan pengarahan guru. 2. Siswa memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan atas masalah yang diajukan oleh guru. 3. Siswa menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat. 4. Siswa aktif mencari pemecahan masalah. 5. Kerajinan siswa membaca dan mengerjakan tugas. 6. Respons positif siswa yang tinggi terhadap materi. 7. Kurangnya kegiatan yang dilakukan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti ribut, mengganggu teman lain, dan keluar masuk kelas. Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas diperkuat berdasarkan nilai siswa. Dari 20 jumlah siswa yang diteliti pada siklus I diperoleh nilai rata-rata, yaitu 74,25. Nilai yang dicapai siswa tersebar dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60 dari nilai maksimal yang mungkin dicapai, yaitu 100 dengan rentang nilai 25. Selanjutnya, nilai kemampuan siswa pada siklus II menunjukkan bahwa dari 20 jumlah siswa diperoleh nilai rata-rata, yaitu 78,95. Nilai yang dicapai siswa tersebar dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 65 dari nilai maksimal yang mungkin dicapai, yaitu 100 dengan rentang 28. Dapat dinyatakan bahwa terdapat perubahan nilai keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas dari siklus I ke siklus II. Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas tersebut merupakan hal mutlak. Hal ini dinyatakan sebab metode pemberian tugas dinilai oleh siswa sangat menarik. Model ini juga dianggap sebagai model belajar yang berpusat pada siswa sehingga siswa lebih aktif. Menurut peneliti bahwa melalui penerapan metode pemberian tugas sangat sesuai dengan minat dan karakter belajar siswa kelas IV. Siswa kelas IV pada dasarnya memiliki kesenangan belajar yang berpusat pada siswa karena pembelajaran memberikan kebebasan siswa berpikir bebas. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo dapat dilakukan melalui metode pemberian tugas. Selanjutnya, penerapan metode penugasan dilakukan dengan menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan perangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari serta untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Sagala (2005: 219) bahwa metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian 72
16 Jurnal Pendidikan IQRA harus dipertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo dapat ditingkatkan melalui metode pemberian tugas. Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII-A MTs Negeri Model Palopo melalui metode pemberian tugas tampak pada perolehan nilai siswa siklus I berada pada kategori tidak tuntas meningkat pada siklus II menjadi kategori tuntas. Demikian halnya dengan proses belajar dan kekatifan siswa pada siklus I rata-rata kurang meningkat pada siklus II menjadi kategori sangat tinggi. Saran Sesuai dengan hasil penelitian ini diajukan saran sebagai berikut: 1. Para pengajar khususnya guru bahasa Indonesia hendaknya menerapkan model pembelajaran inovatif, seperti pemberian tugas karena dapat meningkatkan keaktifan siswa, menciptakan siswa yang kraetif, menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, dan menyenangkan sehingga minat belajar siswa meningkat. 2. Guru hendaknya mengadakan variasi mengajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena variasi tersebut juga dapat menumbuhkan semangat dan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan siswa. 3. Bagi siswa, hendaknya lebih meningkatkan cara belajarnya khususnya pada menulis melalui kegiatan menyusun kalimat berdasarkan objek yang dinarasikan sehingga kemampuan dapat lebih meningkat. DAFTAR PUSTAKA Ackhadiat, Sabarti Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alwi, Hasan dkk Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan,dkk Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan Paragraf. Jakarta: Pusat Bahasa. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Darmadi, Kaswan Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Evaluasi dan Penilaian. Proyek Peningkatan Mutu Guru Dirjen DIKNASMEN. Jakarta. Depdiknas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 73
17 Djamarah, S. B. dan Zain, A Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Enre, Fachruddin Ambo Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang. Enre, Fachruddin Ambo Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang: Badan Penerbit IKIP Ujung Pandang. Halim, Amran Teknik Pengajaran Menulis. Jakarta: Djambatan. Keraf, Gorys Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Edisi ketiga. Jakarta: Grammedia Pustaka Utama. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPEE. Sagala, Syaiful Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Soerapto, dkk Media Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukardi, D. K Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tarigan, Henry Guntur Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 74
BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran mulai
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI
PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI Yayan Yayan 56@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JETIS 4 NUSAWUNGU CILACAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Indiarti Purnamasari Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses yang cukup panjang. Menulis memerlukan adanya pengetahuan, waktu dan pengalaman. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN GAMBAR KARTUN PADA SISWA KELAS VII MTS MAARIF REMBANG KABUPATEN PASURUAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN GAMBAR KARTUN PADA SISWA KELAS VII MTS MAARIF REMBANG KABUPATEN PASURUAN Nur Kholiq Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah
Lebih terperinciPEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI
PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciPeningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization
Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2
Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO RUSMIN HUSAIN Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015
HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana
Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana Jumiyanti, Saharudin Barasandji dan Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBadarudin Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh Po. Box. 202 Purwokerto ABSTRAK
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV MI MA ARIF NU LAMUK PURBALINGGA Badarudin Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Lebih terperinciPENINGKATAN MENULIS PARAGRAF MELALUI PENERAPAN LESSON STUDY MAHASISWA SEMESTER 1B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN MENULIS PARAGRAF MELALUI PENERAPAN LESSON STUDY MAHASISWA SEMESTER 1B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA M. Nur
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau dikenal juga dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO Oleh: Eni Kustanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK
0 KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF BERBAGAI JENIS WACANA DALAM NASKAH SOAL UJIAN NASIONAL OLEH SISWA KELAS IX SMP SWASTA BANDUNG SUMATERA UTARA TAHUN PEMBELAJARAN2017/2018 Bunga Lestari (bungalestariyy@gmail.com)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE DAN PERMAINAN JELAJAH EYD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE DAN PERMAINAN JELAJAH EYD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN Nur Fitriana Rahmawati 1, Julia 2, Prana Dwija Iswara
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:
Lebih terperinciOleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eny Mutiarawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciPROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF Aknes Triani, 2 Nur Hafsah Yunus MS, 3 Muhammad Syaeba Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Al Asyariah Mandar Aknes.Triani@gmail.com
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FILM SISWA KELAS III SD N PENCAR 2, SLEMAN ARTIKEL JURNAL
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FILM SISWA KELAS III SD N PENCAR 2, SLEMAN ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA Agustian SDN 02 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam
Lebih terperinci2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH
1 2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH Hasnia Lundeto Fatma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW
inamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR ERITA PENEK MELALUI METOE JIGSAW S Negeri Kasimpar Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan
Lebih terperinciWahyu Budi Setyorini A54E13043
PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MENULIS NARASI SEDERHANA MELALUI METODE CL-CIRC PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA
PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA Dra. Isnaeni Praptanti, M.Pd., dan Drs. Karma Iswasta
Lebih terperinciIstarani (2012 : 87), memaparkan pendapatnya mengenai keunggulan model pembelajaran Group Investigation, yaitu:
- 1 2 Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, diharapkan siswa dapat menerapkannya secara tepat dalam berkomunikasi. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu keterampilan berbicara,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Ekspositoris Siswa Kelas XI SMK Yapek Gombong dengan Metode Example Non-Example
Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Ekspositoris Siswa Kelas XI SMK Yapek Gombong dengan Metode Example Non-Example Oleh : Dina Wardiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Lebih terperinciKata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share
Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 2, no 1 April 2015 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGGUNAAN HURUFMELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS III SDN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini
Lebih terperinciOleh Rezki Agus Pandai Yani Tanjung
HUBUNGAN PENGUASAAN KOHESI DAN KOHERENSI DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA OLEH SISWA KELAS XI SMA ISLAM TERPADU AL-ULUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 Oleh Rezki Agus Pandai Yani Tanjung ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinci2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat
Lebih terperinciKata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.
ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI DENGAN MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK TAMTAMA PREMBUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI DENGAN MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK TAMTAMA PREMBUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Sri Astuti Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014
ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014 Oleh: Febriyeni A1B110019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk berkomunikasi dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat
Lebih terperinciJEMBER TAHUN PELAJARAN
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MATERI MENGIDENTIFIKASIKAN CIRI- CIRI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU BAGI
Lebih terperinciOleh: Teguh Priyambodo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadaiyah Purworejo
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE KUANTUM MELALUI MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Teguh Priyambodo
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO Basori Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:
Lebih terperinciKEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME
KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME Agung Gede Suputra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah kebutuhan setiap manusia untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dalam kegiatan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY
Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Perkembangan kemampuan siswa dalam menulis teks negosiasi sudah semakin meningkat, meskipun belum signifikan sesuai dengan Kompetensi
Lebih terperinciUniversitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH-TOKOH PERGERAKAN NASIONAL KELAS V SDN 70 BANDA ACEH Syarifah Habibah (Dosen Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs DDI BASSEANG SUHAEBAH NUR* ABSTRAK
Jurnal Pepatuzdu, Vol. 7, No. 1 Mei 2014 27 KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs DDI BASSEANG SUHAEBAH NUR* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN Oleh: Arif Pratomo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciTIKA LESTARI SIMANJUNTAK ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RANTAU SELATAN TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 TIKA LESTARI SIMANJUNTAK
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 1 Nomor 1 Maret Page p-issn: e-issn: X
Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Singkawang Mardian 1), Suyatno 2) 1) STKIP Singkawang,
Lebih terperinciMAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH KADUNGORA KABUPATEN GARUT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN BERDASARKAN KTSP TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu 1021.0447
Lebih terperinciPeningatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi Menggunakan Model Cooperative Think Pair Share Pada Siswa Kelas X C SMA Negeri 5 Singkawang
Peningatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi Menggunakan Model Cooperative Think Pair Share Pada Siswa Kelas X C SMA Negeri 5 Singkawang Elsa Lestari 1), Wahyuni Oktavia 2) 1) STKIP Singkawang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian Tindakan (PTK) ini berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT (Penelitian
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK ERIKA NADAPDAP Guru SMP Negeri 1 Patumbak Email : seriussembiring@gmail.com
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan
ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh: Pebrina Pakpahan A1B110064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan
35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh: Rizky Adhya Herfianto Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa dan mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Keterampilan
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO MELALUI TEKNIK STAD
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO MELALUI TEKNIK STAD Andriyanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
Lebih terperinciBAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN
BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7
Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Kenyataannya di SMK Farmasi Bakti Kencana Banjar beberapa siswa diantaranya kurang mampu menggunakan imajinasi atau
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA
PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:
Lebih terperinciJ-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X Oleh Linda Permasih Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. email: linda.permasih99@gmail.com Abstrac
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah
KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Herman dan Nur Indah FKIP Universitas Jambi ABSTRACK Artikel ini memberikan hasil penelitian
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 27 KOTA BENGKULU
Resnani Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016. Hal.248-254 PGSD FKIP Universitas Bengkulu PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA
Lebih terperinci2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa
Lebih terperinciMAKALAH. Oleh NURDIANTI
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI (DISCUSSION STARTER STORY) DI KELAS VII SMPN 1 SUKAWENING TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH Oleh NURDIANTI 10.21.0892
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ESCO (ESTAFET WRITING AND COLLABORATIVE WRITING) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELENGKAPI CERITA RUMPANG
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016) PENERAPAN METODE ESCO (ESTAFET WRITING AND COLLABORATIVE WRITING) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELENGKAPI CERITA RUMPANG Widia Nurul Hulpa 1,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013-2014 Helmi Susanti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:Prestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini
Lebih terperinciOleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciMeningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire Melalui Penggunaan Media Gambar Seri
Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire Melalui Penggunaan Media Gambar Seri Hasni Karawasa, Sahrudin Barasandji dan Budi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Vebriana, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena manusia melakukan kegiatan berbahasa dalam kehidupannya melalui
Lebih terperinciPENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Etyn Nurkhayati SD YPKP I Sentani Jayapura Papua Abstrak:Kesulitan siswa dalam menulis
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SUGESTIF MELALUI MEDIA FILM KARTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SUGESTIF MELALUI MEDIA FILM KARTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Risma Setyarini Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Lebih terperinci