BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Secara Umum Definisi sampah Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume serta jenis sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari. "Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis." (Istilah Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996) Jenis dan pengelompokan sampah Berdasarkan asalnya, sampah menurut Prihanto (1996) dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Sampah- Anorganik Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. 7

2 2. Sampah Organik Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun Definisi plastik Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. (Sumber: Pengelompokan plastik Berdasarkan sifat fisiknya, plastik dapat digolongkan menjadi 2 macam: a. Termoplastik. Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi dengan proses pemanasan ulang. Contoh: polietilen (PE), polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC) b. Termoset. Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida. 8

3 2.1.5 Tujuan pengelolaan sampah Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. (Sumber: Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan: 1. mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis; 2. mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup Metode daur ulang Berdasarkan Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah, yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). 9

4 Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. ` Gambar 2.1 Simbol Internasional untuk Daur Ulang (Sumber: Ada banyak material-material yang dapat didaur ulang, salah satu diantaranya adalah plastik. Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. 2.2 Quality Function Deployment Quality Function Deployment (QFD) didefinisikan sebagai suatu metode, tool yang terstruktur di dalam pengembangan produk yang memungkinkan tim pengembangan produk untuk menetapkan dengan jelas semua keinginan dan kebutuhan konsumen dan kemudian mengevaluasi masing-masing kemampuan produk atau servis yang ditawarkan secara sistematis untuk memenuhi kebutuhan konsumen [Cohen95]. 10

5 Quality Function Deployment adalah seperangkat alat pengembangan produk yang dikembangkan di Jepang untuk mentransfer konsep control kualitas dari proses manufaktur ke dalam proses pengembangan produk baru. Fitur Utama dari QFD adalah focus pada pemenuhan kebutuhan pasar dengan menggunakan pernyataan yang sebenarnya dari pelanggan (disebut sebagai Suara Pelanggan ) dengan menggunakan matrik yang komprehensif (yang disebut House of Quality ) untuk mendokumentasikan informasi, persepsi dan keputusan. Beberapa manfaat dari mengadopsi QFD sebagai berikut : 1. Menurunkan waktu peluncuran produk ke pasar 2. Menurunkan biaya desain dan manufaktur 3. Meningkatkan kualitas 4. Meningkatkan kepuasan pelanggan Yoji Akao yang dianggap sebagai orangtua QFD karena karyanya mengarah pada pelaksanaan QFD pertama kali di perusahaan pelayaran Mitsubishi Heavy Industries Kobe pada tahun Sementara itu minat tentang QFD di barat dipicu oleh laporan dari prestasi yang dibuat oleh Toyota antara tahun 1977 dan 1984 tentang pengurangan biaya pengembangan produk hingga 61 % ( Sullivan ; 1986 ) Menurut Yoji Akao, QFD adalah sebuah metode untuk mengembangkan desain yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dengan menerjemahkan kebutuhan konsumen ke dalam rancangan target dan jaminan kualitas yang digunakan di seluruh tahap produksi. Metode QFD ini digunakan pada awal tahap perancangan dan pengembangan suatu produk seperti yang dijelaskan oleh Ulrich [1995] bahwa 11

6 tahapan pengembangan produk dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang dilanjutkan pada penentuan target spesifikasi termasuk melakukan substitusi terhadap karakteristik kualitas. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa input utama metode QFD adalah permintaan konsumen sehingga akan menentukan langkah-langkah pengembangan produk yang akan dilakukan. QFD merupakan suatu metode yang dipakai dalam tahap awal perancangan dan pengembangan produk. QFD adalah suatu metode untuk membuat rancangan kualitas dari suatu produk berdasarkan atas permintaan kualitas dari pemesan (customer) atau pasar (market). Substitude Customer Customer Customer Customer Needs Next quality characteristic Next Gambar 2.2 Customer Needs desain produk (Ulrich, 1995) Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan QFD dalam proses perancangan produk adalah (Dale, 1994) : 1. Meningkatkan keandalan produk 2. Meningkatkan kualitas produk 3. Meningkatkan kepuasan konsumen 4. Memperpendek time to market 12

7 5. Mereduksi biaya perancangan 6. Meningkatkan komunikasi 7. Meningkatkan produktivitas 8. Meningkatkan keuntungan perusahaan Tahapan Implementasi QFD Tahap-tahap dalam melaksanakan pengembangan produk menggunakan metode QFD menurut Liu, Klewer, Stephen dan Weening adalah melalui beberapa phase sebagai berikut : 1. Phase I/ Product Planning (Penyusunan House of Quality) Tujuan tahapan ini adalah untuk mendapatkan nilai prioritas masing-masing substitute Quality Characteristic (SQC) yang nantinya pada matriks Design Deployment akan menjadi whats. SQC merupakan spesifikasi teknis secara umum pada suatu produk yang diterjemahkan langsung dari Costumer needs dan dilakukan oleh disainer produk. Langkah ini meliputi pengumpulan informasi tentang permintaan kaulitas dari konsumen tentang keseluruhan performance dan feature produk yang diinginkan konsumen, penterjemahan kualitas secara kualitatif ke kuantitatif (penentuan technical response/sqc) dan penentuan prioritas masing-masing costumer needs dan tehnical response. 13

8 Gambar 2.3 Rumah Mutu (House of Quality) House Of Quality adalah susunan beberapa matriks yang komplek. Tetapi jika kita mengikuti aturan pembentukan atau pengisian dari tabel matrik tersebut dengan benar, maka HoQ tersebut menjadi alat bantu yang sederhana, terutama untuk menentukan urutan prioritas, target kontruksi serta pemenuhan permintaan kualitas. Gambar 5 menunjukan suatu HoQ lengkap dengan bagian-bagiannya. Bagian pertama (kolom A) menunjukan bagian analisa kebutuhan atau kepentingan costumer. Untuk mengisi kolom-kolom pada bagian ini dapat dilakukan wawancara terhadap costumer. Matriks rancangan (planning matrix) atau sering disebut dengan preplanning matrix akan ditampilkan pada bidang kedua (kolom B). Matrix ini dipakai untuk menganalisa prioritas permintaan kualitas costumer. Untuk itu dibuat rangking kebutuhan costomer. 14

9 Bagian ketiga dari HoQ adalah technical respon (kolom C). Pada bagian ini akan dianalisa hubungan antara kebutuhan-kebutuhan customer dengan sifat teknik dari sifat produk yang akan dirancang atau diproduksi. Dalam terjadi, bahwa customer lebih dari satu, maka penetapan customer kunci sangat diperlukan. Untuk menunjang QFD, maka distributor sangat diperlukan. Disini akan dilakukan perbandingan antara customer satu dengan customer yang lainnya. Untuk itu, maka karakteristik sampingan/ pengganti kualitas (substitute Quality characteristic) akan ditetapkan. Hal ini akan ditangani distributor. Pada bagian ini akan ditetapkan hubungan antara SQC dengan kebutuhan atau kepentingan customer secara sistematis. Bagian tengah dari HoQ (kolom D) adalah bagian matrik hubungan antara permintaan customer itu sendiri. Bagian ini adalah bagian matrix terbesar dari HoQ. oleh karena itu pengisian kolom itu membutuhkan waktu yang paling lama menjalankan QFD. Hanya saja pengisian ini sangat rumit, sehingga analisa yang cermat sangat diperlukan. Bagian ke 5 (kolom E) dan ke 6 (kolom F) dari HoQ adalah bagian untuk menampilkan tanda kompetisi dari beberapa customer target yang dicapai. Sedangkan bagian pengisian untuk prioritas respon secara teknik dipakai untuk langkah pengembangan proyek selanjutnya. 2. Phase II/ Design Deployment / Parts Deployment Pada tahap ini akan ditetapkan nilai prioritas masing-masing karakteristik komponen dasar penyusun suatu produk dan nantinya akan menjadi whats pada matriks manufacturing planning. Pada langkah ini dijabarkan karakteristik 15

10 masing-masing komponen yang membentuk suatu produk. Dengan Tree Diagram suatu produk dapat dibagi menjadi sunsistem-subsistem dan masing-masing subsistem terbagi lagi menjadi komponen-komponen dasar. Selanjutnya dari masing-masing komponen dasar ditentukan karakteristiknya masing-masing sesuai dengan spesifikasi umum total produk. Karakteristik tersebut sebaiknya dapat diukur. Karaktristik komponen diletakkan dibagian atas Design Deployment Matrik, kemudian tim pengembang menentukan masing-masing hubungan antara karakteristik komponendan basis SQC-nya. Nilai prioritas masing-masing SQC (dari kolom House of Quality) dikalikan dengan nilai hubungan karakteristik komponen dan SQC akan menghasilkan nilai prioritas karakteristik komponen (Batan07). Gambar 2.4 Diagram Part Characteristic Deployment (Cohen95) 3. Phase III/ Process Planning / Manufacturing Planning Tujuan pashe ini adalah untuk mendapatkan nilai prioritas masing-masing parameter proses yang diperlukan untuk membuat komponen dasar dengan 16

11 karakteristik tertentu. Pada langkah ini tim perancang dan pengembangan produk menjabarkan aliran proses utama atau system assembly process utama, selanjutnya ditentukan pula subassembly process-nya. Operasi yang diperlukan untuk menghasilkan setiap sub-assembly process ditambahkan pada setiap diagram. Pendekatan ini merupakan top-down approach seperti halnya Tree Diagram. Pendelkatan lainya dengan menggunakan layout proses yang telah ada juga bisa diterapkan (bottom-up approach) dari operasi sampai ke system assembly process (Batan07) Gambar 2.5 Diagram Process Parameter Deployment (Cohen) 4. Phase IV/ (Production Process) Pada tahap ke empat ini akan ditentukan langkah-langkah pengendalian kualitas yang diperlukan berdasarkan besarnya prioritas pada masing-masing proses produksi yang telah disusun pada matrik Manufacturing Planning. Merupakan checklist yang akan menjadi pertimbangan dalam merencanakan langkah-langkah produksi. Langkah-langkah tersebut a.l (Cohen95) : Setting alat ukur Metode control 17

12 Ukuran sampel Dokumen control Langkah-langkah di atas disusun pada bagian atas table dan proses parameter yang didapat pada matrik sebelumnya yang disusun disisinya. Perencanaan proses produksi mengisi table dengan komentar dan target value. Tahap ini merupakan perencanaan kualitas akhir produk. Setiap komponen yang dibuat direncanakan dahulu kualitasnya sekaligus macam alat ukur yang akan digunakan. 2.3 RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Definisi Rula Rula dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari universitas di Nottingham (University s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 1993 (Lueder, 1996). Rapid Upper Limb Assesment adalah suatu metode penilaian terhadap sistem kerangka dan otot individu seorang pekerja, yang diukur dengan suatu tingkat resiko cedera (degree of injury risk). Resiko yang dimaksud adalah resiko kecelakaan atau cedera tubuh atau otot akibat dari bagian tubuh bergerak tidak sesuai dengan pola gerak yang benar (ergonomi). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. 18

13 Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996) Aplikasi Rula Gambar 2.6 Rula Employee Assessment worksheet Penilaian menggunakan RULA merupakan metode yang telah dilakukan oleh Mcatamney dan Corlett (1993)..Dalam aplikasinya, metode Rula dilengkapi dengan diagram sikap tubuh. Sedangkan outputnya adalah sebuah nilai (value), yang menunjukkan tingkat resiko cidera dari sikap tubuh manusia pada saat beraktifitas. Untuk mendapatkan tingkat nilai resiko cidera pada sistem otot dan kerangka tubuh, maka dilakukan penilaian terhadap bagian tubuh (lihat gambar 8). Gerakan bagian tubuh dibagi menjadi 2 grup, yaitu grup A (lengan atas dan bawah 19

14 serta pergelangan tangan) dan grup B (leher, punggung dan kaki). Rentang nilai resiko cidera yang mungkin diberikan kepada bagian tubuh untuk kedua grup adalah antara 1 s/d 4. Nilai 1 menunjukkan resiko cidera minimal sedangkan 4 adalah resiko cidera tertinggi. Semakin tinggi nilai resiko, semakin besar kemungkinan timbul cidera pada sistem otot dan kerangka tubuh. A Upper Arm Lower Arm Use Tabel A Muscle Force Wrist + + Score C Wrist Twist B Grand Score Neck Use Tabel B Muscle Force Trunk + + Score D Leg Gambar 2.7 Skema penilaian resiko dengan RULA Nilai akhir menunjukkan resiko cedera tubuh yang disebabkan karena beban pada sistem otot dan rangka tubuh. Nilai akhir ini mulai dari angka 1 sampai 7. 20

15 Nilai tersebut didapat dari penjumlahan antara score C dan D yang dimatrixkan seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 2.8 Nilai total (grand score) resiko cedera pada tubuh Sikap tubuh yang mempunyai rentang nilai 1 dan 2 menunjukkan bahwa sikap tubuh tersebut diterima (risiko cedera tidak ada) oleh karena itu posisi tubuh tersebut tidak perlu dirubah untuk jangka panjang, artinya rancangan dengan nilai total ini dapat memberikan keamanan yang cukup tinggi. Nilai 3 dan 4 menandakan, bahwa sikap kerja berada diantara range gerakan yang ditentukan akan tetapi untuk kerja berulang-ulang investigasi lebih lanjut diperlukan. Nilai 5 dan 6 menunjukkan bahwa sikap kerja berada diluar range gerakan yang ditentukan. Oleh karena itu diperlukan suatu pengecekan/ investigasi dan adanya perubahan terhadap sikap tubuh untuk jangka pendek dan panjang. Nilai 7 menunjukkan bahwa terjadinya kelebihan beban, agar tidak timbul cedera tubuh harus dilaksanakan baik untuk jangka pendek maupun panjang. 21

16 2.4 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang penulis gunakan untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan makalah ini, yaitu dengan menggunakan alur flow chart kegiatan yang akan penulis jadikan sebagai pedoman dalam menentukan tindakan agar lebih terarah dan tidak terjadi penyimpangan dari target yang diharapkan. ` Mulai Identifikasi Permasalahan Pengumpulan Data Perancangan QFD Sesuai dengan kebutuhan Tidak Ya Analisa Kesimpulan Selesai Gambar 2.9 Flow Chart Metodologi Penelitian 22

17 2.4.1 Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalah menjelaskan permasalahan apa yang sedang terjadi saat ini dan mengapa mesin pencacah sampah plastik ini dirancang Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yang bertujuan untuk mendapatkan data-data yang mendukung untuk pembuatan mesin pencacah sampah plastik, yaitu: 1. Kepustakaan Telah dikumpulkan data-data dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas melalui buku-buku panduan yang dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perancangan. 2. Observasi Telah dilakukan observasi (pengamatan langsung) ke lapangan, sehingga lebih mengetahui secara jelas dan detail permasalah-permasalahan yang sering timbul di home industry saat proses pengiriman sampah plastik. 3. Wawancara Telah dilakukan wawancara pada pengepul mengenai permasalahan yang terjadi dan yang diharapkan pada mesin pencacah sampah plastik yang akan dirancang. Untuk memperjelas informasi, penulis telah memberikan kuisioner kepada pengepul sampah plastik di seputaran kota Sungailiat. 23

18 4. Internet Untuk menambah dan melengkapi lebih mendalam mengenai permasalahan yang dihadapi dalam menyelesaikan karya tulis, maka dilakukan pencarian data melalui internet Perancangan QFD Mulai Inventaris Permintaan Kualitas Customer ( PKC ) Pengelompokan Permintaan Kualitas Customer Pengelompokan Umum Permintaan Kualitas Customer (PKC) Prioritas Permintaan Kualitas Customer Penilaian Permintaan Kualitas Customer (PKC) Penyusunan Performance Kualitas Konstruksi (PKK) Strukturisasi Performance Kualitas Konstruksi Optimasi dan Matrik Atap Matrik Hubungan antara PKC dan PKK A 24

19 A Penentuan Rangking PKK Penyusunan Rumah Kualitas Pengembangan Konsep Pemilihan Konsep Penilaian Konsep Selesai Gambar 2.10 Flow Chart Prosedure Perancangan QFD 1. Inventaris Permintaan Kualitas Customer Permintaan ini berdasarkan pada daftar yang ada didalam kuisioner yang dibuat. Setelah memberikan kuisioner kepada pengepul, tahap selanjutnya adalah merekapitulasi hasil kuisioner. Kuisioner yang kurang lengkap tidak dapat diikutsertakan dalam rekapitulasi sehingga hasil kuisioner dapat menggambarkan kebutuhan konsumen yang sesungguhnya. 2. Pengelompokan Permintaan Kualitas Customer Selanjutnya dibuat pengelompokan atas permintaan kualitas konsumen. Pengelompokan ini bertujuan untuk menyederhanakan berbagai keinginan kualitas konsumen sehingga akan lebih mudah menganalisa kualitas konstruksinya. 25

20 3. Pengelompokan Umum Permintaan Kualitas Customer Dalam rekapitulasi ini, permintaan kualitas konsumen dikelompokkan pada jenis yang telah ditetapkan. 4. Prioritas Permintaan Kualitas Customer Pada tahap ini adalah menentukan prioritas permintaan kualitas customer dengan cara melihat hasil kuisioner yang paling banyak dipilih oleh pelanggan untuk menentukan prioritas primer, sedang untuk menentukan skunder dan yang paling sedikit untuk menentukan tersier. 5. Penilaian Permintaan Kualitas Customer (PKC) Permintaan kualitas konsumen pada tahap ini akan dibandingkan dengan masing-masing unsur yang ada. 6. Penyusunan Performance Kualitas Konstruksi (PKK) Selanjutnya masing-masing permintaan kualitas konsumen dibuat performansi kualitas konstruksi. Performansi dari tiap permintaan kualitas konsumen harus terukur atau bersifat kuantitatif. 7. Strukturisasi Performance Kualitas Konstruksi Berikutnya dibuat strukturisasi performansi kualitas konstruksi berdasarkan data sebelumnya. Strukturisasi ini mengacu pada level yang telah dibuat pada saat melakukan prioritas permintaan kualitas konsumen. 26

21 8. Optimasi dan Matrik Atap Pada langkah optimasi dibuat arah optimasi desain yang dilakukan. Setiap performansi kualitas konstruksi dibuat arah optimasinya dan bagaimana hubungan antara performace kualitas konstruksi. Arah maksimalisasi ditandai dengan tanda panah ke kanan dan arah minimalisasi dengan tanda panah ke kiri. Sedangkan hubungan antara PKK diberi tanda ++ untuk hubungan yang positif sekali, tanda + untuk hubungan yang positif, tanda - untuk hubungan yang negative, tanda - - untuk hubungan yang negative sekali. 9. Matrik Hubungan anatara PKC dan PKK Pada tahap ini akan diberikan nilai hubungan permintaan kualitas konsumen terhadap performansi kualitas konstruksi yang telah dibuat. 10. Penentuan Rangking PKK Langkah selanjutnya adalah menentukan urutan performansi kualitas konstruksi berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada matrik sebelumnya. Bobot PKC diambil dari jumlah nilai kolom (bobot) pada matrik penilaian permintaan konsumen. Nilai tersebut dikalikan dengan nilai kolom yang sejenis pada matrik hubungan permintaan kualitas konsumen dengan performansi kualitas konstruksi. Berikutnya setiap kolom dijumlahkan untuk mendapatkan rangking setiap komponen performansi kualitas konstruksi. 27

22 11. Penyusunan Rumah Kualitas (HoQ) Pada dasarnya House of Quality ( HoQ ) dibangun berdasarkan matrikmatrik optimasi dan lain-lain yang telah dibuat sebelumnya. 12. Pengembangan Konsep Setelah tahap pembuatan rumah kualitas, berikutnya dilakukan pengembangan konsep untuk menerjemahkan keinginan konsumen sehingga produk yang dibuat dapat memenuhi kebutuhan. 13. Pemilihan Konsep Dalam melakukan pemilihan konsep, dibutuhkan beberapa kriteria yang diperlukan untuk memudahkan proses pemilihan konsep. Kriteria-kriteria tersebut kemudian dilakukan penilaian dengan membandingkan data-data tersebut kedalam suatu tabel matrik yang didalamnya membandingkan antara pengembangan konsep pertama, pengembangan konsep kedua, serta pengembangan konsep ketiga serta konsep referensi. 14. Penilaian Konsep Pada tahap ini, penulis akan menentukan bobot relative dari masing-masing kriteria dan memberikan penjelasan lebih rinci pada perbandingan konsep. Pemberian bobot diutamakan pada prioritas kebutuhan yang telah ditetapkan. 28

23 2.4.4 Analisa Perhitungan Dari perancangan QFD tersebut, konsep mesin yang terpilih dilakukan analisa perhitungan yang menyangkut dengan sistem perancangan. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas komponen sistem pencacahnya saja. Beberapa part dari sistem pencacah harus dilakukan analisa mengenai kekuatannya, material, dan faktor keamanannya serta harus memiliki nilai ekonomis yang baik agar dapat menurunkan harga jual. 1. Gaya pemotongan Gaya yang diperlukan untuk memotong sampah plastik diperoleh dari hasil uji coba pemotongan pada bahan baku sampah plastik dengan ketebalan ± 2mm menggunakan gunting yang tajam, dimana proses pemotongan dilakukan diatas timbangan untuk mengetahui besar gaya potong. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum, proses uji coba dilakukan sebanyak 10 kali. Dari percobaan yang dilakukan gaya potong yang diambil adalah gaya yang paling besar. 2. Penentuan jumlah putaran pada poros pencacah Berdasarkan data survei yang penulis dapatkan melalui pengisian kuisioner dari beberapa pengepul sampah plastik di Sungailiat, kapasitas mesin yang diinginkan ±25-30 kg/jam dengan ukuran hasil cacahan 10-15mm. Dari data tersebut, dilakukan uji coba pemotongan untuk mendapatkan jumlah potongan. Jadi jumlah putaran yang diinginkan jika proses pemotongan tersebut di inginkan selama satu menit adalah: 29

24 3. Penentuan momen puntir yang dibutuhkan Momen puntir yang dibutuhkan pada poros pencacah adalah besarnya gaya gunting yang dibutuhkan dikali besar jari-jari (r). Gambar 2.11 Gaya Gunting pada Sistem Pemotong Besarnya r adalah angka pendekatan space/area yang dibutuhkan untuk pemasangan elemen dengan asumsi diameter area pisau pencacah 2r, maka jarak yang diambil adalah harga r dari titik pusat lingkaran hingga ujung mata potong. 4. Penentuan daya motor yang dibutuhkan Untuk mengetahui daya motor yang dibutuhkan digunakan rumus sebagai berikut: dalam watt. 5. Penentuan motor yang akan digunakan Dalam menentukan daya motor, ada beberapa tahap yang sebelumnya harus dilakukan yaitu: a) Mencari perbandingan putaran dari asumsi putaran yang ada di pasaran (n 1 ) dengan putaran yang dibutuhkan (n 2 ). 30

25 b) Mencari momen puntir yang akan digunakan (Mp 1 ) berdasarkan ratio dari asumsi. Mp 1 = Mp 2 Ratio dalam (Nmm) c) Mendapat daya motor yang dipakai berdasarkan daya yang diketahui. P = Mp 1.n dalam (watt) Konversi 1 pk = 746 watt 6. Perhitungan Kekuatan Bahan Kekuatan bahan (strength of material) berkaitan dengan hubungan antara gaya luar yang bekerja dan pengaruhnya terhadap gaya dalam benda. Dalam menganalisis kekuatan bahan, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: a) Kasus pembebanan Kasus pembebanan pada suatu sistem dapat dibagi menjadi beberapa kasus, yaitu: a. Kasus pembebanan statis (kasus I) b. Kasus pembebanan dinamis berulang (kasus II) c. Kasus pembebanan dinamis berganti (kasus III) Kasus pembebanan yang terjadi pada poros pencacah dari mesin tugas akhri ini adalah kasus pembebanan dinamis berulang (kasus II) b) Diagram benda bebas (DBB) Untuk mengetahui secara pasti semua gaya-gaya dan momen pada suatu sistem, perlu digambar diagram benda bebas secara akurat pada masing- 31

26 masing bagian dari sistem dan menampilkan semua gaya-gaya dan momen yang terjadi. c) Analisis beban/gaya Dalam menganalisis beban, semua gaya-gaya dan momen yang tidak diketahui pada sistem diasumsikan menjadi positif, yang mengacu pada diagram benda bebas yang menunjukkan kemungkinan arah-arah gaya dan momen. Sebaliknya, semua komponen gaya-gaya yang telah diketahui disesuaikan dengan tanda dan arahnya. Analisis gaya dan momen dapat dilakukan dengan analisis dua dimensi dan analisis tiga dimensi. Pada tugas akhir ini, penulis melakukan analisis dengan menggunakan analisis tiga dimensi. d) Pemecahan masalah Untuk menganalisis gaya-gaya dan momen yang terjadi digunakan beberapa pendekatan, yaitu: a. Secara statis Analisis dengan asumsi pendekatan semua komponen berada dalam ruang dan gaya ditunjukkan pada suatu basis tertentu. Fx = 0, Fy = 0, M = 0 b. Secara kinematika Mekanisme yang berpindah tanpa adanya perubahan percepatan yang berarti atau variasi yang sederhana. c. Secara dinamika Pada kasus ini yang pertama dilakukan adalah menunjukkan arah dengan memecahkan perhitungan gerakan dan kemudian dengan solusi tersebut digunakan untuk menunjukkan gaya-gaya yang terjadi. 32

27 2.4.5 Analisa Software Setelah analisa perhitungan dilakukan, langkah selanjutnya dilakukan analisa pada sistem pencacahnya dengan menggunakan bantuan Simulation Express pada software Solidwork. Proses analisa dilakukan dengan memberikan beban (tegangan) pada poros dan pisau pencacah. Hasil dari analisa ini dapat dilihat dari warna merah menunjukkan bagian/titik kritis Analisa RULA Sebagai tambahan, hasil rancangan dianalisa dengan menggunakan RULA, untuk melihat apakah mesin pencacah sampah plastik hasil rancangan sesuai dengan pola gerak yang benar (ergonomi) dengan mengukur tingkat resiko cedera. 33

PERENCANAAN DAN ANALISA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK KAPASITAS

PERENCANAAN DAN ANALISA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK KAPASITAS TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN ANALISA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK KAPASITAS 25 kg/h MENGGUNAKAN METODE QFD HALAMAN JUDUL Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, ada beberapa masalah yang ditemukan, yaitu proses pengiriman sampah plastik keluar masih dirasakan

Lebih terperinci

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus Winda Halim, ST., MT IE-402 Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi 2 Jurusan Teknik Industri Fakutas Teknik Universitas Kristen Maranatha Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet Klasifikasi Skor RULA Penghitungan

Lebih terperinci

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu merancang metode kerja berdasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip-prinsip RULA. 3.

Lebih terperinci

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Definisi QFD QFD adalah suatu metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menentapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... Error! Bookmark not defined. Halaman Persembahan... iii Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501)

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) TOPIK 4: QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD Perancangan Alat Perajang Umbi-umbian dengan Metode Quality (Nuning Artati dkk.) PERANCANGAN ALAT PERAJANG UMBI-UMBIAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT (QFD) Nuning Artati*, Sutarno, Nugrah Rekto

Lebih terperinci

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pemberian zat aditif mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan industri pertanian sekarang ini. Zat aditif yang dimaksud adalah berbagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang baik memerlukan metodologi yang baik pula. Hal tersebut dikarenakan penelitian itu sendiri merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Erni Suparti 1), Rosleini Ria PZ 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL Saufik Luthfianto, Siswiyanti Teknik Industri Universitas Pancasakti Tegal Email : saufik34@yahoo.com

Lebih terperinci

Sejarah Quality Function Deployment

Sejarah Quality Function Deployment Rahmi Yuniarti Sejarah Quality Function Deployment Diperkenalkan Yoji Akao, profesor Manajement Engineering dari Tamagawa University Dikembangkan 1972 oleh Mitsubishi 1978 diadopsi oleh Toyota WHAT IS

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh   Abstrak ANALISA POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA PEKERJA BAGIAN MOTHER PLANT DEPARTEMEN NURSERY PT. TOBA PULP LESTARI, TBK PORSEA Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Informasi Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2016. Penelitian

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Tahu Cibuntu merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan di Bandung yang memproduksi tahu. Berlokasi di daerah jalan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, pabrik ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan karena suatu perusahaan sebelumnya pasti membutuhkan suatu sistem proses produksi yang perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan salah satu penemuan manusia yang telah mempermudah kegiatan sehari-hari. Hampir setiap produk yang beredar di masyarakat saat ini memakai plastik

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33 ISSN 30 934X Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT Disusun Oleh : Sanusi Akbar NPM. 201310217011 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4. RULA Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. APLIKASI

BAB 4. RULA Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. APLIKASI BAB 4. RULA RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan suatu tool yang berbentuk survei untuk mengidentifikasikan pekerjaan yang menyebabkan resiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Penulisan tugas akhir ini melalui beberapa tahapan yang dilakukan. Tahapantahapan tersebut, antara lain: a. Menentukan Tempat Penelitian Tahap awal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 70 Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (lanjutan) 71 2 Penentuan spesifikasi target Penyusunan dan Seleksi Konsep Pembuatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai perancangan lemari ini untuk digunakan oleh peserta didik di TK Kanisius Pingitan. Berikut ini adalah tahapan penelitian yang dilakukan. 3.1. Tahapan Penelitian

Lebih terperinci

*Bagaimana menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang subyektif menjadi target yang tepat untuk langkah pengembangan selanjutnya?

*Bagaimana menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang subyektif menjadi target yang tepat untuk langkah pengembangan selanjutnya? Amalia, S.T., M.T. *Bagaimana menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang subyektif menjadi target yang tepat untuk langkah pengembangan selanjutnya? *Bagaimana tim dan manajemen memahami apa yang menentukan

Lebih terperinci

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS) PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS) Rizki Wahyuniardi *), Dhia Malika Reyhanandar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan di Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK MAHASISWA DAN PELAJAR DENGAN METODA QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK MAHASISWA DAN PELAJAR DENGAN METODA QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) 75 Ahmad Zubair Sultan, Pengembangan Desain Sepeda Untuk Mahasiswa Dan Pelajar Dengan Metoda Quality Function Deployment (QFD) PENGEMBANGAN DESAIN SEPEDA UNTUK MAHASISWA DAN PELAJAR DENGAN METODA QUALITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang baik memerlukan metodologi yang baik pula. Hal tersebut dikarenakan penelitian itu sendiri merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja A. Deskripsi POSTUR KERJA Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Rapid

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian berkaitan dengan prosedur, alat, metode serta desain penelitian yang dipergunakan di dalam melaksanakan penelitian. Tahapan proses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANGAN ALAT PENCACAH PELEPAH SAWIT DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI (STUDI KASUS DI UKM TANI SIDORUKUN) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Kegiatan merancang dan mengembangkan produk, baik yang berupa jasa maupun barang, tidak terlepas dari konsep pemasaran yang bertujuan memenuhi kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan, praktis, ekonomis dan dapat menggantikan fungsi dari barang-barang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ringan, praktis, ekonomis dan dapat menggantikan fungsi dari barang-barang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan plastik dalam kehidupan manusia semakin lama semakin meningkat. Peningkatan pemanfaatan plastik ini terjadi karena plastik bersifat ringan, praktis,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN MOTIF KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN MOTIF KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN MOTIF KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri FRENGKI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perancangan dan Penerapan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perancangan adalah proses, perbuatan merancang. (Pusat Bahasa, 2008). Jika dikaitkan dengan produk maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 119-130 Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Maria Puspita Sari, Rahmaniyah Dwi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu di buat alur penelitian adapun alur penelitian dapat dilihat dari flow chart berikut

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA PADA PEWARNAAN BATIK TULIS (CELUP TRADISIONAL) DAN (CELUP MESIN) MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

ANALISA POSTUR KERJA PADA PEWARNAAN BATIK TULIS (CELUP TRADISIONAL) DAN (CELUP MESIN) MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) ANALISA POSTUR KERJA PADA PEWARNAAN BATIK TULIS (CELUP TRADISIONAL) DAN (CELUP MESIN) MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) ABSTRAK Siswiyanti 1, Rusnoto 2 Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun membuat perusahaan harus terus berinovasi terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan keinginan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core.

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core. BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek penelitian Obyek penelitian yang diamati adalah sasaran yang menjadi sumber informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Alternatif yang dipilih untuk perancangan alat pilin tampar pandan menggunakan alternatif 3 dengan biaya pembuatan alat Rp 911.000,00 2. Setelah dianalisis

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER 3.1 Diagram Alir Dalam proses perancangan tribometer, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Diagram alir (flow chart diagram) perancangan ditunjukkan seperti

Lebih terperinci

PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA

PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA Tugas Akhir TM 091486 PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA Oleh: Fininawati Dwi Wahyudi 2108.100.043 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen B, M.Eng

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI Rosleini Ria PZ 1), Erni Suparti 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia 69 3. METODE PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan, maka perlu disusun langkah-langkah penyelesaian masalah sebagai berikut : Keterangan flowchart : 1. Survey Pendahuluan Studi litaratur dilakukan

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK PISPOT DUA BAGIAN DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SWOT

PERANCANGAN PRODUK PISPOT DUA BAGIAN DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SWOT PERANCANGAN PRODUK PISPOT DUA BAGIAN DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SWOT Hery Murnawan 1 *, Wiwin Widiasih 2, Sherly Tandriana 3 1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : Erick Rinaldi ( ) : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng

TUGAS AKHIR. Oleh : Erick Rinaldi ( ) : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng TUGAS AKHIR Oleh : Erick Rinaldi (2105 100 069) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng Pada tahun 2004 telah dibuat sepeda santai yang ringan dan kuat yang sudah dievaluasi uji tarik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Semakin ketatnya persaingan akan produk pangan agroindustri merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen. Oleh karena itu, setiap perusahaan melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Operasi merupakan salah satu fungsi dari bisnis disamping financial, marketing,maupun personalia. Operation tidak dapat berdiri sendiri, melaikan harus selalu

Lebih terperinci

PENENTUAN ATRIBUT PERSYARATAN TEKNIS ALAT PEMERAS SANTAN DI UMKM XYZ KOTA BATU

PENENTUAN ATRIBUT PERSYARATAN TEKNIS ALAT PEMERAS SANTAN DI UMKM XYZ KOTA BATU PENENTUAN ATRIBUT PERSYARATAN TEKNIS ALAT PEMERAS SANTAN DI UMKM XYZ KOTA BATU Program Studi Teknik Industri, Universitas Ma Chung Malang e-mail: afaisald@yahoo.com/yuswono.hadi@machung.ac.id ABSTRAK Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi kualitas. Kualitas merupakan kondisi dinamis yang memiliki hubungan dengan produk dan jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA Henny *, Iyan Andriana dan Jazim Alkhamidi 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pesatnya perkembangan dunia informatika yang ditandai dengan adanya internet saat ini telah membuat banyak orang membuka usaha warnet. Untuk mendapatkan rancangan suatu warnet yang ideal, maka

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KIPAS ANGIN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KIPAS ANGIN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KIPAS ANGIN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Yuni Hermawan Jurusan Teknik Mesin -Fakultas Teknik - Universitas Jember Email: yunikaka@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

Jurnal Dinamis Vol. II, No. 6, Januari 2010 ISSN

Jurnal Dinamis Vol. II, No. 6, Januari 2010 ISSN ANALISIS POSTUR KERJA DALAM SISTEM MANUSIA MESIN UNTUK MENGURANGI FATIGUE AKIBAT KERJA PADA BAGIAN AIR TRAFFIC CONTROL (ATC) DI PT. ANGKASA PURA II POLONIA MEDAN Farida Ariani Staff Pengajar Departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Home industry, home yang memiliki arti rumah atau tempat tinggal, sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang ataupun perusahaan.

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan produk dewasa ini mencerminkan bahwa kepuasan konsumen terhadap suatu produk atau jasa merupakan salah satu faktor yang sangat penting pada suatu

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi dan Bambang (2015) ini mengangkat judul Perancangan Alat Bantu Penyayatan untuk Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh persaingan,. Inovasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan. agar merancang produk dengan fungsi yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh persaingan,. Inovasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan. agar merancang produk dengan fungsi yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan cepatnya perubahan yang terjadi di dunia usaha. Perusahaan dituntut untuk terus melakukan inovasi terhadap produk yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: : Tri Hastomo Nim : D

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: : Tri Hastomo Nim : D TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMOTONG KRUPUK RAMBAK DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) ( Studi Kasus : Sentra Industri Krupuk Rambak, Desa Doplang, Teras, Boyolali ) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya

Lebih terperinci

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PERTEMUAN #3 EBM503 MANAJEMEN KUALITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu menentukan

Lebih terperinci