BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi) (Sagala, 2013:11), sedangkan menurut Aunurrahman (2009:48) belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Syah (2003:66), mengemukakan dua defenisi belajar. Pertama, yaitu proses memperoleh pengetahuan, dalam hal ini lebih menekankan pada perolehan kognitif tanpa memperhatikan keterampilan non kognitif. Kedua, belajar adalah belajar perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Menurut Shaffat (2009:5), bahwa proses belajar merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman. Perubahan tingkah laku itu kearah yang lebih positif dan melalui suatu proses pengalaman belajar. Suatu aktivitas dapat dikatakan belajar apabila memenuhi tiga unsur, yaitu adanya proses, adanya perubahan yang tetap dan bahwa perubahan itu dikarenakan pengalaman, dilatih, dan disengaja. 7

2 Tujuan Belajar Tujuan pembelajaran menurut Hidayat (2013:54), dibedakan atas lima kategori yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, strategi afektif, keterampilan gerak. Sedangkan menurut Nasution (2013:3), tujuan belajar yang utama adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Menurut Shaffat (2009:6), tujuan belajar sangat terkait dengan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Uno (2011:35), ada tiga tujuan pembelajaran, yaitu: 1. Tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. 2. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. 3. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Shaffat (2009:5-6), terdapat beberapa prinsip belajar, diantaranya: 1. Belajar adalah peristiwa pengalaman berbuat dan bertingkah laku. 2. Belajar yang dilakukan tanpa tujuan tidak akan membawa hasil. 3. Tidak ada sesuatu yang dipelajari tanpa rintangan. 4. Tidak dapat dituntut adanya keseragaman metode belajar dari setiap orang.

3 9 5. Cara belajar yang baik adalah senantiasa menilai, mengukur dan menetapkan taraf pencapaian tujuan atau maksud seseorang untuk belajar. 6. Proses belajar akan berlangsung secara efisien jika peserta didik berada dalam situasi yang merangsang perkembangan, tanpa kekuasaan atau paksaan Penggolongan Atau Tingkat Jenis Perilaku Belajar Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan meliputi: 1. Menurut Anderson (2001:31), revisi dari taksonomi bloom tujuan pendidikan terdapat enam kategori dari proses kognitif, yaitu: a. Mengingat, prosesnya yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang, dengan kategorinya berupa mengenali dan mengingat. b. Mengerti, prosesnya membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis dan komunikasi grafis, dengan kategorinya menafsirkan, mencontohkan, pengklasifikasian, meringkas, menyimpulkan, perbandingan, menjelaskan. c. Menggunakan atau memakai, prosesnya melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu, kategorinya yaitu melaksanakan dan menerapkan. d. Menganalisis, prosesnya memecahkan materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian yang berhubungan satu sama lain dari struktur keseluruhan atau tujuan, kategorinya meliputi membedakan, pengorganisasian dan menghubungkan. e. Mengevaluasi, prosesnya membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar, kategorinya memeriksa dan mengkritis.

4 10 f. Menulis, prosesnya menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional, mengatur elemen kedalam peta baru atau struktur, kategorinya membangkitkan, perencanaan dan memproduksi atau menghasilkan. 2. Menurut Uno dan Koni (2013:63-64), mengembangkan kawasan Afektif (Sikap dan perilaku) menjadi lima, diantaranya: a. Kemauan menerima, merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. b. Kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu. c. Berkeyakinan, dalam hal ini berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghaargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial. d. Mengorganisasi, pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan kepada suatu sistem nilai yang lebih tinggi. e. Tingkat karakteristik / pembentukkan pola, adalah tingkatan afeksi yang tertinggi. Pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

5 11 3. Menurut Uno (2013:65-67), kawasan psikomotor terbagi menjadi enam, yaitu: a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah (mendeskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. b. Kesiapan, merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan atau pengalaman tertentu. Termasuk didalamnya adalah kesiapan mental, kesiapan fisik atau kesiapan emosi perasaan untuk melakukan suatu tindakan. c. Gerakkan terbimbing adalah gerakkan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai dapat menguasai dengan benar suatu gerakkan. d. Gerakkan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakkan ditampilkan menunjukkan suatu kemahiran. e. Gerakkan yang kompleks adalah suatu gerakkan yang berada pada tingkat keterampilan yang tinggi. f. Penyesuaian dan keaslian, pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasisituasi yang menuntut persyaratan tertentu. 2.2 Model Pembelajaran Pengertian Model Pembelajaran Menurut Trianto (2009:22), bahwa model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungannya dan sistem pengelolahannya, pernyataan tersebut didukung oleh Shoimin (2014:23-24), sedangkan menurut Prostowo (2013:68), berpendapat bahwa model pembelajaran

6 12 acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu. Menurut Prastowo (2013:68), bahwa ciri-ciri model pembelajaran pada umumnya yaitu: memiliki prosedur yang sistematis, hasil belajar diterapkan secara khusus, penetapan lingkungan secara khusus, memiliki ukuran keberhasilan tertentu, dan suatu model mengajar menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan Pembelajaran Kooperatif Prastowo (2013:78), berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif didalam kelompok. Artinya, siswa boleh bertukar ide dan memeriksa ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme, dengan demikian pembelajaran hendaknya mampu mengondisikan dan memberikan dorongan (motivasi) untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika dalam proses pembelajaran. Menurut Taniredja dkk (2014:59), bahwa ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah: belajar bersama dengan teman, selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok, belajar dari teman sendiri dalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, keputusan tergantung pada siswa sendiri dan siswa aktif.

7 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Taniredja dkk (2014:60) ada tiga, meliputi: a. Meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademiknya. b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. c. Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Konvensional Trianto (2009:58-59), mengemukakan perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif,saling Guru sering membiarkan adanya siswa yang membantu dan saling memberikan motivasi mendominasi kelompok atau menggantungkan sehingga ada interaksi promotif. diri pada kelompok Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya mendompleng keberhasilan pemborong. Kelompok belajar biasanya homogenya

8 14 Menurut Trianto (2009:66-67),terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Tabel 2.2 Enam Langkah Utama Tahapan Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan Menyajikan informasi Fase-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase-5 Evaluasi Fase-6 Memberikan penghargaan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Talking Chips Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Talking Chips Menurut Lie (2008:63), model Pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun Istilah pembelajaran ini yaitu pembelajaran gotong royong, yang mana sistem pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang berstruktur. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain (Isjoni, 2007:79).

9 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Talking Chips Keunggulan teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam diskusi kelompok sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya ada juga anggota kelompok yang pasif. Dalam situasi seperti ini, pemeratan tanggung jawab dalam kelompok tidak bisa tercapai karena anggota kelompok yang pasif terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Dengan menggunakan tipe Talking Chips memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam diskusi ( Lie, 2009:63-64). Utami (2008:8), berpendapat bahwa model Talking Chips bertujuan tidak hanya sekedar penguasaan bahan pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Ciri khas lainnya adalah Talking Chips merupakan pembelajaran secara tim, maka tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan sehingga tim harus mampu membuat setiap mahasiswa belajar, dengan demikian semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan berpartisipasi aktif memanfaatkan kartunya untuk berpendapat dan berkomunikasi menjawab soal Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Talking Chips Menurut Warsono dan Hariyanto (2013:236), langkah-langkah pelaksanaan / penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kartu-kartu atau kancing 2. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda (heterogen).

10 16 3. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk di diskusikan bersama kelompoknya. 4. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu / chips (biasanya dua sampai tiga kartu). 5. Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakkan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota kelompok diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis. 6. Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa berlomba-lomba untuk berkontribusi dalam diskusi tersebut seperti mengekspresikan keraguan, menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, memberikan gagasan, bertanya untuk klarifikasi/penjelasan, klarifikasi suatu gagasan, tanggapan terhadap gagasan, membuat ringkasan, mendorong partisipasi, mengatakan sesuatu yang positif terhadap gagasan seseorang dengan memegang kartu berbicara. 7. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelompoknya juga menghabiskan semua kartu mereka. 8. Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali. 9. Dengan demikian, semua siswa mendapat kesempatan yang sama dalam mengungkapkan pendapatnya.

11 17 Tabel 2.3 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Talking Chips menurut Warsono dan Hariyanto (2013:235) No Fase-fase Perilaku guru 1 Fase-1 Guru melakukan presentasi singkat Menyajikan informasi 2 Fase-2 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok 3 Fase-3 Membimbing siswa 4 Fase-4 Siswa berdiskusi 5 Fase-5 Melakukan evaluasi Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan menyuruh siswa memilih keping bicara dan menempatkan keping berbicara tersebut di meja kelompoknya Guru meminta salah satu siswa berbicara terkait tugas yang diminta dalam keping bicara Setelah selesai berbicara, siswa lain memikirkan cara lain untuk melanjutkan diskusi dan angkat bicara terkait tugas yang diarahkan keping bicarasampai semua siswa elah menggunakan keping bicara Guru melakukan refleksi kelas 2.4 Hasil Belajar Menurut Sagala (2013:55), bahwa hasil belajar yang memberikan kepuasan dalam proses belajar dan latihan yang diterima erat kaitanya dengan kehidupan belajar, proses belajar yang demikian akan meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik. Sedangkan menurut Dahar (2011:118), ada lima macam hasil belajar, diantaranya yaitu (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) sikap, (4) informasi verbal, (5) keterampilan motorik. Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiawaan itu dibagi dalam tiga dominan : kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif terbagi menjadi enam tingkatan yaitu hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan hasil belajar psikomotorik terdiri atas enam tingkatan yaitu: gerakkan reflek, gerakkan fundamental, kemampuan konseptual,

12 18 kemampuan fisis, gerakkan keterampilan dan komunikasi tanpa kata (Purwanto, 2014:48-52). 2.5 Penelitian Yang Relevan Dalam penulisan proposal ini peneliti akan menyampaikan beberapa kajian yang berkaitan dengan judul proposal ini : 1. Wahab (2013) melakukan penelitian berjudul penggunaan model pembelajaran Talking Chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran Talking Chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya pada mata pelajaran IPA. 2. Utami, Sri (2008) melakukan penelitian berjudul penerapan metode Talking Chips dalam pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar profesi kependidikan II pada mahasiswa prodi pendidikan biologi semester VIB IKIP-PGRI madiun.kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode Talking Chips dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar profesi kependidikan mahasiswa semester VIB prodi pendidikan biologi FPMIPA IKIP- PGRI Madiun. 3. Sudhita, Romi (2013) melakukan penelitian berjudul pengaruh penerapan model pembelajaran teknik Talking Chips terhadap hasil belajar IPS Siswa kelas V SD di gugus 1 pupuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara siswa.

13 Tinjauan Materi KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP A. Variasi Pada Makhluk Hidup Didunia ini tidak ada organisme yang benar-benar sama, meskipun mereka termasuk dalam satu jenis. Setiap organisme memiliki ciri-ciri khas yang tidak dimiliki oleh organisme lain. Contohnya keanekaragaman yang terdapat pada jenis manusia. Apakah semua manusia memiliki persamaan bentuk tubuh, bentuk rambut, tinggi badan, warna kulit, dan lain-lain? Tentu tidak. Mungkin ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang berambut lurus, ada yang kriting, ada yang pendek, ada yang jangkung, ada yang warna kulitnya sawo matang, ada pula yang berkulit kuning. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada satu jenis akhluk hidup seperti itu disebut variasi (Muid, 2007:52). B. Klasifikasi Makhluk Hidup Klasifikasi adalah memisahkan atau mengelompokkan benda-benda menjadi bagian-bagian yang berbeda berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Dalam sistem klasifikasi, organisme terbagi dalam beberapa tingkatan atau takson. Pada takson tersebut organisme dikelompokkan berdasarkan ciri-cirinya dari yang mempunyai persamaan ciri-ciri yang paling umum sampai yang paling khusus. Susunan tingkatan yang umum digunakan terdiri atas tujuh tingkatan yaitu sebagai berikut : Kingdom Divisio/Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies Kelompok yang paling umum disebut kingdom (kerajaan) atau dunia. Kingdom dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk tumbuhan disebut divisio

14 20 dan untuk hewan disebut phylum. Tiap divisio atau phylum dibagi lagi menjadi classis. Classis dibagi lagi menjadi ordo (bangsa), yang dibagi lagi menjadi familia (suku). Tiap suku dibagi lagi menjadi genus (marga) yang selanjutnya dibagi menjadi spesies (jenis). Kadang-kadang diantara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya terdapat anak kelompok atau sub kelompok,misalnya ada subdivisi, subfilum, subkelas, subordo dan subfamily.pada urutan kelompok dari kingdom sampai spesies, makin kebawah makin sedikit jumlah anggota organisme yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi makin banyak persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makin banyak persamaan ciri-ciri, menunjukkan makin dekat kekerabatannya. Organisme yang termasuk dalam satu spesies dapat mengadakan perkawinan dan menghasilkan keturunan, yang selanjutnya akan dapat manghasilkan keturunan berikutnya (Muid, 2007:54) Muid (2007:55-58), berpendapat ada perkembangan klasifikasi yang lebih maju, seorang ilmuwan bernama Whittaker mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi lima kingdom yaitu monera (Prokariota), protista, jamur (Fungi), tumbuhan (Plantae) dan hewan (Animalia). Klasifikasi makhluk hidup kedalam lima kingdom ini didasarkan atas empat karakteristik, yaitu : Ada atau tidak adanya selaput inti, tubuh tersusun atas satu sel atau beberapa sel, cara memperoleh makanan, cara bergerak. Kelima kingdom tersebut masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. 1. Kingdom Monera (Prokariota) Secara umum organisme yang termasuk kedalam kingdom monera mempunyai ciri-ciri yaitu bersel satu dan inti sel tidak memiliki selaput (Prokarion). Ada yang

15 21 dapat membuat makanan sendiri (Autotrof). Beberapa diantaranya ada yang dapat bergerak berpindah tempat. Organisme yang termasuk kelompok ini misalnya bakteri dan alga hijau biru (Spirogyra dan Chlorella). 2. Kingdom Protista Kelompok ini merupakan makhluk hidup sederhana dengan inti sel yang dilindungi selaput. Inti sel yang demikian disebut Eukarion. Sebagian protista bersel tunggal, sebagian bersel banyak dan hidup di air. Ada yang autotrof, ada pula yang heterotrof. Ada yang dapat bergerak untuk berpindah tempat. Contohnya Amoeba, Euglena, Paramecium, alga merah, dan alga hijau. 3. Kingdom Jamur (Fungi) Ragi tempe merupakan contoh organisme yang tergolong dalam kingdom fungi (jamur). Fungi adalah konsumen dan sekaligus bertindak sebagai pengurai (Dekomposer). Kelompok fungi meliputi organisme bersel satu maupun bersel banyak. Fungi temasuk organisme eukariot, mempunyai dinding sel, tidak berklorofil dan bersifat heterotrof. Anggota fungi pada umumnya bersifat Saprofit, artinya memperoleh makanan dengan cara mengabsorpsi (menyerap) sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati. Ada beberapa fungi yang parasut dan patogen, yaitu merugikan dan menimbulkan penyakit pada makhluk hidup. Organisme yang termasuk kedalam kingdom fungi biasanya tidak mempunyai kemampuan untuk berpindah tempat. 4. Kingdom Tumbuhan (Plantae) Kingdom Plantae (tumbuhan) tersusun atas banyak sel, eukariot, memiliki klorofil, dan dapat melakukan fotosintesis. Sel-sel tumbuhan mempunyai dindng sel yang kaku. Sebagian besar tumbuhan memiliki jaringan yang sudah terorganisasi

16 22 kedalam organ berupa akar, batang dan daun. Karena akar tertancap pada tempat tumbuhnya, tumbuhan tidak dapat berpindah tempat. 5. Kingdom Hewan (Animalia) Anggota kingdom Animalia bersel banyak, eukariot, tidak berklorofil dan heterotrof. Berbeda dengan sel tumbuhan, sel-sel hewan hanya mempunyai selaput sel, tidak dilindungi oleh dinding sel yang kaku. Pada umumnya hewan mempunyai kemampuan berpindah dari satu tempat ketempat yang lain. Sebagian besar hewan juga mampunyai jaringan yang terorganisasi dengan baik kedalam organ dan sistem organ. C. Klasifikasi Hewan Menurut Muid (2007:59-63), dalam salah satu sistem klasifikasi, kingdom animalia dibagi menjadi 9 filum, yaitu sebagai berikut : 1. Hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata) a. Hewan berpori (Porifera), ciri-cirinya tubuh hewan ini tersusun atas banyak sel, sebagian besar hidup dilaut, biasanya hidup berkelompok membentuk koloni, tubuhnya melekat pada suatu dasar sehingga tidak dapat bergerak bebas, pada seluruh permukaan tubuhnya terdapat pori-pori. b. Hewan berongga (Coelenterata), ciri-cirinya hewan ini tersusun atas banyak sel, tubuhnya berongga, ada yang hidup diair tawar dan sebagian besar hidup dilaut, hidup menetap atau melayang-layang di air. c. Cacing pipih (Platyhelminthes), ciri-cirinya tubuhnya pipih, kebanyakkan hidup sebagai parasit didalam tubuh hewan lain dan manusia.

17 23 d. Cacing gilig (Nemathelminthes), ciri-cirinya tubuhnya berbentuk gilig (bulat panjang), tidak beruas-ruas, kulitnya licin dan tidak berwarna, umumnya hidup parasit didalam tubuh manusia. e. Cacing gelang/cacing beruas (Annelida), ciri-cirinya tubuhnya berbentuk bulat panjang dan beruas-ruas, ruas tubuhnya berbentuk seperti gelang-gelang yang saling berhubungan. f. Hewan lunak (Mollusca), ciri-cirinya tubuhnya lunak, tidak beruas-ruas, umumnya dilindungi cangkang, mempunyai kelenjer lender sehingga banyak mengeluarkan lendir. g. Hewan berkaki beruas-ruas (Arthropoda), ciri-cirinya tubuhnya terbagi menjadi bagian kepala, dada dan perut, memiliki kaki yang beruas-ruas, merupakan hewan yang paling banyak jenisnya dibumi, ada yang hidup diair, didarat dan berterbangan diudara. h. Hewan berkulit duri (Echinodermata), ciri-cirinya tubuh dilindungi duri-duri pada permukaannya, hidup dilaut Gerakkannya lamban. 2. Hewan bertulang belakang (Vertebrata) Vertebrata memiliki sumbu tubuh berupa ruas-ruas tulang belakang yang terentang mulai dari ruas tulang leher sampai tulang ekor, dan memiliki rangka didalam tubuhnya. Hewan-hewan ini memiliki ukuran tubuh yang besar sehingga mudah untuk mengamatinya. Para saintis mengelompokkan vertebrata menjadi lima kelas, yaitu:

18 24 a. Ikan (Pisces) Ikan merupakan anggota vertebrata yang hidup di air. Tubuhnya dilindungi oleh sisik, dilengkapi alat gerak berupa sirip dan ekor. Untuk mendapatkan oksigen sari lingkungannya, ikan memiliki alat pernapasan berupa insang. Ikan memiliki indra penerima rangsang tekanan air yang dinamakan gurat sisi. Ikan digolongkan hewan berdarah dingin (Poikilotermik), artinya suhu tubuh ikan berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya. Ikan berkembang biak dengan bertelur. Contohnya ikan pari, ikan hiu, ikan lele dan ikan mas. b. Amfibi (Amphibia) Amfibi merupakan vertebrata yang dapat hidup di dua tempat, yaitu di air dan di darat. Sama seperti ikan, amfibi termasuk hewan poikilotermik. Salah satu contoh amfibi yang telah dikenal yaitu katak. Dalam pertumbuhannya, katak mengalami metamorphosis (perubahan bentuk). Katak pada masa embrio sampai berudu hidup di air. Setelah dewasa waktunya dihabiskan di darat untuk mencari makan. Pada waktu bertelur, amfibi kembali ke air. Kulit tubuh amfibi selalu lembab. Hal tersebut merupakan adaptasi amfibi dari lingkungan air ke lingkungan darat. Contoh amfibi yaitu katak, kodok. c. Reptil (Reptilia) Reptil merupakan kelompok vertebrata yang melata, tubuh reptil dilindungi sisiksisik yang tebal tersusun dari zat tanduk. Dilihat dari penutup tubuhnya, reptil sangat cocok hidup didaerah kering. Sisik yang tebal menjaga agar cairan tubuh tidak menguap secara berlebihan. Reptil termasuk hewan poikilotermik seperti halnya ikan dan katak. Beberapa reptil digolongkan sebagai hewan buas walaupun ada yang jinak

19 25 seperti cicak dan iguana. Reptil berkembang biak dengan cara bertelur, ada juga yang bertelur dan beranak. Contohnya cicak, kadal, ular, buaya dan penyu. d. Burung (Aves) Burung merupakan satu-satunya vertebrata yang memiliki sayap, meskipun ada pula yang tidak dapat terbang. Burung merupakan hewan berdarah panas (Homoiotermik), artinya suhu tubuhnya relatif tetap tidak terpengaruh oleh perubahan suhu lingkungan. Burung bernapas dengan menggunakan paru-paru, paru-paru burung diperluas dengan pundi-pundi hawa untuk menyimpan udara. Tubuh burung dilindungi oleh bulu. Burung berkembang biak dengan cara bertelur. Contohnya ayam, itik, burung beo dan perkutut. e. Mamalia (Mammalia) Nama mamalia diambil dari istilah mammae yang berarti kelenjer susu. Kelas mamalia adalah kelompok vertebrata yang memiliki kelenjer susu dan menyusui anak-anaknya. Semua mamalia bernapas menggunakan paru-paru, tubuhnya ditutupi rambut dan seperti burung, mamalia termasuk hewan homoitermik. Hampir semua mamalia hidup didarat, tetapi ada juga yang hidup diair, misalnya paus, lumba-lumba dan duyung. Ada juga mamalia yang dapat terbang, misalnya kalelawar. Contoh mamalia misalnya kucing, kelinci, kuda, sapi. Pada umumnya mamalia berkembang biak dengan melahirkan anak. D. Klasifikasi Tumbuhan 1. Tumbuhan tidak berpembuluh Tumbuhan tidak berpembuluh tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Contohnya tumbuhan lumut (Bryophyta). Lumut merupakan kelompok tumbuhan

20 26 pertama yang menyesuaikan diri terhadap kehidupan dilingkungan darat. Lumut termasuk tumbuhan yang sangat kecil dan menyukai tempat-tempat yang lembab. Lumut tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Lumut juga tidak memiliki jaringan berpembuluh. Oleh karena itu sistem pengangkutan berlangsung dari sel ke sel dan pengangkutan zat makanan berjalan lambat sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan tumbuhan yang kecil. Lumut memiliki struktur seperti akar sederhana yang disebut rizoid. Struktur serupa batang terlihat seperti tangkai, sedangkan struktur seperti daun tampak seperti lembaran berwarna hijau. Contohnya lumut daun dan lumut hati. Tumbuhan lumut disebut sebagai tumbuhan perintis, karena merupakan tumbuhan pertama yang dapat tumbuh dilingkungan yang sulit ditumbuhi tumbuhan lain, misalnya pada hamparan bekas tumpahan larva atau bekas kebakaran hutan. Lumut daun hidup berkelompok sangat berdekatan satu sama yang lain, dengan cara ini mereka saling menunjang pada tempat tumbuhnya dan menahan air didalam kelompoknya. Tanah yang ditutupi lumut daun menyerupai hamparan permadani hijau yang lembut. Lumut hati berbentuk lembaran hijau seperti daun dan memiliki rizoid dibagian bawah tubuhnya. 2. Tumbuhan berpembuluh Tumbuhan berpembuluh memiliki akar, batang dan daun sejati. Sesuai dengan namanya, kelompok tumbuhan ini memiliki pembuluh. Ada dua macam pembuluh, yaitu pembuluh kayu (Xylem) dan pembuluh tapis (Floem). Xylem berfungsi mengangkut air dan mineral dari akar ke daun, dan floem berfungsi mengangkut zat makanan dari daun keseluruh bagian tumbuhan.

21 27 a. Tumbuhan paku (Pterydophyta) Tumbuhan ini tidak berbiji, berkembang biak dengan spora. Ada berbagai jenis tumbuhan paku, misalnya suplir, paku kawat, paku ekor kuda dan paku air. Tumbuhan paku sering ditanam sebagai tumbuhan hias. Pada bagian bawah daunnya ditemukan kumpulan kotak spora yang berwarna kecoklatan, bagian ini disebut sorus dan daun tumbuhan paku yang memiliki sorus disebut daun subur (daun fertil) karena mengandung alat perkembangbiakkan. b. Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) Tumbuhan berbiji terbuka tidak berbunga. Tumbuhan ini menghasilkan biji yang merupakan alat perkembangbiakkan. Bakal bijinya tidak dilindungi oleh daun buah. Contohnya tumbuhan melinjo, pakis haji, pinus. c. Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berbunga, memiliki bakal biji yang terbungkus oleh daun buah. Tumbuhan berbiji tertutup dapat ditemukan dikebun, taman, halaman rumah, bahkan didalam pot. Contohnya pohon mangga, pohon jambu, pohon rambutan, tanaman padi, jagung, kacang tanah, tumbuhan bunga mawar dan melati. Berdasarkan keping bijinya, tumbuhan berbiji tertutup dikelompokkan menjadi tumbuhan berkeping satu (Monokotil) dan tumbuhan berkeping dua (Dikotil). Kedua kelompok ini memiliki ciri-ciri yang berbeda tidak hanya pada jumlah keping bijinya, tetapi juga pada perakaran, susunan berkas pembuluh, pertulangan daun, dan jumlah bagian-bagian bunganya (Muid, 2007:63-66).

22 28 E. Kegunaan Klasifikasi Menurut Muid (2007:67-68), klasifikasi organisme didasarkan pada adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri. Beberapa alasan lain untuk mengadakan klasifikasi organisme ialah para saintis perlu membandingkan bentuk kehidupan yang sangat beraneka ragam, mempelajari bentuk-bentuk kehidupan tersebut dan memahami hubungan kekerabatan antara berbagai organisme. a. Nama ilmiah Cabang biologi yang mempelajari klasifikasi dan pemberian nama organisme disebut Taksonomi. Tujuan pemberian nama ilmiah adalah untuk mempermudah pengenalan terhadap organisme tertentu. Ilmuwan yang berjasa dalam pemberian nama ilmiah ialah Carolus Linnaeus. Ia mengenalkan susunan tata nama dengan dua kata yang dikenal sebagai sistem Binomial Nomenclature artinya tata nama ganda. Setiap jenis organisme diberi nama ilmiah dengan dua kata. Kata pertama menunjukkan genus (marga) dan kata kedua yang menerangkan kata pertama, menunjukkan spesies (jenis). Contohnya tumbuhan kentang termasuk genus Solanum. Contoh lain manusia diberi nama ilmiah Homo sapiens. Sapiens berarti bijaksana, jadi manusia adalah genus Homo yang bijaksana. Dalam penulisan nama ilmiah perlu diikuti aturan-aturan tertentu, yaitu sebagai berikut: a. Kata pertama yang menunjukkan genus, huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar. b. Kata kedua yang menunjukkan spesies, semuanya ditulis dengan huruf kecil. c. Kedua kata harus digaris bawahi atau dicetak miring.

23 Kerangka Berpikir Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Menerapkan model pembelajaran Kooperatif Talking Chips Menerapkan metode pembelajaran Ceramah Evaluasi Tes Tes Evaluasi Ranah Kognitif Ranah kognitif Ranah Afektif Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Ranah Psikomotor Ranah Psikomotor Analisis Data Dibandingkan Kesimpulan Keterangan : Peningkatan Hasil Belajar Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi Analisis Materi Pembelajaran (AMP). RPP MATERI INDIKATOR Untuk mempermudah dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, manusia melakukan pengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan makhluk hidup itu

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 7 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN BAB II

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN BAB II PPL 206 SMP NEGERI MUNGKID Jl.Raya labak - Magelang Telp. (0293) 78239 Kode Pos. 5655 KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN A II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas / Semester : VII / Gasal Materi : Klasifikasi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 1. Urutan takson yang paling tepat untuk hewan adalah... Divisi-kelas-ordo-famili-genus-spesies Divisi-famili-kelas-genus-spesies

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP Standar Kompetensi : Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan prinsip dasar klasifikasi makhluk hidup Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Sub Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : VII/I : Klasifikasi Makhluk Hidup : Klasifikasi

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 12.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 12.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 12.1 1. Tingkat takson yang menempatkan padi dan jagung dalam kedudukann yang sama adalah.... Genus Familia Ordo Klas Padi dan jagung

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SMP : SMP Negeri 1 Berbah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Kelas/Semester : VII/1 Materi Pokok : Makhluk Hidup Submateri : 5 Kingdom Makhluk Hidup

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A LEMBAR KERJA SISWA TIPE A A. DASAR TEORI Klasifikasi Makhluk Hidup adalah Klasifikasi makhluk hidup adalah mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan atau unit-unit tertentu berdasarkan persamaan

Lebih terperinci

SOAL ULANGAN HARIAN IPA BAB 1, 2 dan 3

SOAL ULANGAN HARIAN IPA BAB 1, 2 dan 3 SOAL ULANGAN HARIAN IPA BAB 1, 2 dan 3 Nama:. No. abs:.. Kelas: Jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan! Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar, dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b,

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN Jawaban: C Jawaban: A Jawaban: E

SOAL DAN PEMBAHASAN Jawaban: C Jawaban: A Jawaban: E SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Protozoa dikelompokkan ke dalam empat filum, yaitu Rhizopoda, Flagellata, Ciliata, dan Spororzoa berdasarkan A. Jenis pigmennya B. Jenis makanannya C. Alat geraknya D. Habitatnya

Lebih terperinci

TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KONSEP Pengertian keanekaragaman hayati Tujuan klasifikasi Dasar klasifikasi Beberapa model klasifikasi Klasifikasi Menurut Carolus Linnaeus Binomial Nomenclatur Sistem

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PILIHAN GANDA MATERI IPA BAB 1, 2, DAN 3. Materi Indicator soal Nomor Kelas/ ci smt 1. Menghargai dan. B menghayati.

KISI-KISI SOAL PILIHAN GANDA MATERI IPA BAB 1, 2, DAN 3. Materi Indicator soal Nomor Kelas/ ci smt 1. Menghargai dan. B menghayati. KISI-KISI SOAL PILIHAN GANA MATERI IPA A 1, 2, AN 3 KI K ahan Materi Indicator soal Nomor Soal Kun Kelas/ soal ci smt 1. Menghargai 3.1 Memahami VII esaran 1 ibawah ini termasuk besaran pokok menghayati

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu : Menjelaskan ciri khas tumbuhan lumut, paku dan tumbuhan

Lebih terperinci

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan. Penggolongan Hewan Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang biak Cara bergerak Penutup tubuh Tumbuhan Darat Beranak Berjalan Rambut Daging Air Bertelur Terbang Bulu Segala Amfibi Melompat Sisik Berenang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. B. Kompetensi Dasar KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. B. Kompetensi Dasar KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Topik Subtopik Alokasi waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : VII/1 : Klasifikasi makhluk hidup : Klasifikasi tumbuhan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Bagian-bagian Tumbuhan SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Mars Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Bagian-bagian Tumbuhan Tumbuh-tumbuhan banyak ditemui di lingkungan sekitar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik Sub Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : Kelas VII / Semester I : Klasifikasi Makhluk Hidup : Tumbuhan

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2 Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak SMK Hang Tuah 2 1. Perbedaan yang ditemukan antar kambing dalam satu kandang disebut... A. Evolusi B. Adaptasi C. Variasi D. Klasifikasi 2. Diantara individu

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

HAND OUT Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup Penyusun: Topik Hidayat dkk.

HAND OUT Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup Penyusun: Topik Hidayat dkk. HAND OUT Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup Penyusun: Topik Hidayat dkk. 1. Tujuan Umum Peserta dapat memahami keanekaraman dan klasifikasi makhluk hidup 2. Tujuan Khusus Peserta dapat memahami

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum

Lebih terperinci

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut : Amfibi merupakan kelompok hewan dengan fase hidup berlangsung di air dan di darat.,yang merupakan kelompok vertebrata yang pertama keluar dari kehidupan alam air. Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut

Lebih terperinci

Penggolongan Makhluk Hidup secara Sederhana

Penggolongan Makhluk Hidup secara Sederhana Bab 2 Penggolongan Makhluk Hidup secara Sederhana Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. menggolongkan hewan berdasarkan persamaan ciri-cirinya, misalnya berdasarkan jumlah kaki, cara bergerak, jenis makanan,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SMP : SMP Negeri 1 Berbah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Kelas/Semester : VII/1 Materi Pokok : Makhluk Hidup Submateri : Klasifiasi Makhluk Hidup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.3.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.3. SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.3 1. Jenis organisme dan cara reproduksi yang tepat adalah... Jahe -Stolon

Lebih terperinci

45 LAMPIRAN-LAMPIRAN

45 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN 45 46 46 LAMPIRAN I RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Sekolah : SD Negeri 2 Jatipohon. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam. Kelas / Semester : IV / 1 Waktu : 6 x 35 menit ( 3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tidaknya proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan

BAB II KAJIAN TEORI. tidaknya proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Siswa SD Siswa merupakan komponen penting dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidaknya proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan

Lebih terperinci

SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi

SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi Berkelas BAB 7 KINGDOM PLANTAE SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi CIRI-CIRI Multiseluler,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Kuda dengan anak-anaknya

Gambar 1.1 Kuda dengan anak-anaknya Bab I Makhluk Hidup Di dunia ini, banyak sekali makhluk hidup. Coba kalian sebutkan! Ya, betul. Makhluk hidup meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia. Apakah kalian bernapas, makan, dan selalu bergerak?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013 KINDOM ANIMALIA Drs. Refli., MSc Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua 16-25 Juli 2013 Pengelompokkan Animalia?? (10 mnt) Kingdom Animalia Invertebrata/ Avertebrata (tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I 61 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Nama Sekolah : SD Negeri Bandung 02 Kelas / Semester : III / I Mata Pelajaran : IPA Materi : Ciri-ciri Makhluk Hidup Waktu : 3 x pertemuan Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan diera

Lebih terperinci

Biologi PENGELOMPOKAN MAKHLUK HIDUP. Persiapan UN SMP A. Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tujuan Pembelajaran

Biologi PENGELOMPOKAN MAKHLUK HIDUP. Persiapan UN SMP A. Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tujuan Pembelajaran Persiapan UN SMP 2017 Biologi PENGELOMPOKAN MAKHLUK HIDUP Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengelompokan makhluk hidup. A. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Ciri-ciri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : X (Sepuluh)/ 2 Materi Pokok : Keanekaragaman Hayati Pertemuan : Alokasi Waktu : x 5 menit A. Standar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah bentuk-bentuk perbuatan, nilai-nilai, pemahaman, sikap, penghargaan dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Klasifikasi Makhluk Hidup

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Klasifikasi Makhluk Hidup RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Sub materi Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : Ilmu Pengetahuan Alam : VII/satu : Klasifikasi Makhluk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

Ditulis pada Jumat, 20 November :15 WIB oleh fatima dalam katergori Biology tag

Ditulis pada Jumat, 20 November :15 WIB oleh fatima dalam katergori Biology tag Pembagian Sistem Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Kingdom Ditulis pada Jumat, 20 November 2009 04:15 WIB oleh fatima dalam katergori Biology tag http://fales.co/blog/pembagiansistemklasifikasiberdasarkanjumlahkingdom.html

Lebih terperinci

2. Perbedaan hewan dan tumbuhan dalam memperoleh makan yang tepat adalah...

2. Perbedaan hewan dan tumbuhan dalam memperoleh makan yang tepat adalah... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 9. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Latihan Soal 9.2 1. Perhatikan gambar berikut! Gambar tersebut menunjukkan bahwa hewan... Beradaptasi Bergerak aktif Bergerak pasif Bereproduksi Gambar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 5. Memahami gejala-gejala alam melalui

Lebih terperinci

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Ima Yudha Perwira, SPi, MP, MSc (Aquatic) Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama, yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB 2 KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP. Dr. RAMLAWATI, M. Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB 2 KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP. Dr. RAMLAWATI, M. Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB 2 KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP Dr. RAMLAWATI, M. Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP KATOLIK SANTO STANISLAUS Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester I Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Alokasi waktu : 4 X 40 (Pertemuan ke-1)

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : XI / Semester 2 Sub Materi Pokok : Sistem Pernapasan Alokasi Waktu : 2 x 10

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

Contoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com

Contoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com Hindayani.com Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Wahyu naik mobil yang sedang bergerak lurus. Pernyataan yang benar a. Wahyu bergerak terhadap mobil b. Wahyu tidak bergerak terhadap rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tahap menggunakan aplikasi : 1. Untuk menjalankan program, klik run kemudian akan muncul tampilan awal program sebagai tampilan pembuka. 2. Kemudian klik

Lebih terperinci

Materi. Memahami keanekaragaman makhluk hidup

Materi. Memahami keanekaragaman makhluk hidup Materi Memahami keanekaragaman makhluk hidup Perbedaan Makhluk Hidup dan Benda Mati a. Bentuk dan ukuran. Makhluk hidup mempunyai bentuk dan ukuran tertentu, sedangkan benda mati tidak. b. Komposisi Kimia.

Lebih terperinci

SILABUS. Indikator Teknis

SILABUS. Indikator Teknis 50 SILABUS Kompetensi Dasar Standar Kompetensi : Memahami Keanekaragaman Makhluk Hidup Materi Pokok/ Pembelajara n Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknis Penilaian Bentuk Instrume n Contoh instrumen Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan berlangsung dalam suatu proses yang disebut dengan belajar. Menurut Syah (2010), belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Arthur T. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah modification of behavior through experience

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Arthur T. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah modification of behavior through experience BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LAMPIRAN 6 RPP IPA KELAS VII RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Pertama : VII/1 : Ilmu Pengetahuan Alam :Klafisikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Lampiran (RPP 1) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Pertama : VII/1 : Ilmu Pengetahuan Alam :Klafisikasi : 3 x 40

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

UKBM BIO

UKBM BIO UKBM BIO-3.3-4.3-1-3.3 BIOLOGI PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIOLOGI UKB BIO-3.3/4.3/1/3-3 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Jenjang Sekolah : S M P/MTs... Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

biologi SET 24 ANIMALIA 4 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM VERTEBRATA a. Kelas Cyclostomata (Agnatha) b.

biologi SET 24 ANIMALIA 4 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM VERTEBRATA a. Kelas Cyclostomata (Agnatha) b. 24 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 24 ANIMALIA 4 A. FILUM VERTEBRATA Semua hewan yang tergolong vertebrata memiliki tulang belakang (vertebra) yang memanjang pada bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 19. PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWANLATIHAN SOAL BAB 19. Cangkok. Stek. Okulasi. Mengenten

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 19. PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWANLATIHAN SOAL BAB 19. Cangkok. Stek. Okulasi. Mengenten SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 19. PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWANLATIHAN SOAL BAB 19 1. Perkembangbiakan tanaman dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman ke batang tanaman lainnya yang sejenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan 8 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam

Lebih terperinci

DESY SAGITA ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS 3 SEMESTER 1. Makhluk Hidup NAMA :

DESY SAGITA ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS 3 SEMESTER 1. Makhluk Hidup NAMA : DESY SAGITA ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS 3 SEMESTER 1 Makhluk Hidup NAMA : 1 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pencipta sehingga buku ilmu pengetahuan alam kelas 3 semester

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP STANDAR KOMPETENSI : - Memahami keanekaragaman makhluk hidup KOMPETENSI DASAR - Mengidentifikasi cirri-ciri makhluk hidup INDIKATOR - Menyebutkan cirri-ciri makhluk hidup Tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci