BAB III GAMBARAN UMUM SDLB NEGERI BATANG METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III GAMBARAN UMUM SDLB NEGERI BATANG METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA"

Transkripsi

1 BAB III GAMBARAN UMUM SDLB NEGERI BATANG METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA A. Profil Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Batang SLB Negeri Batang adalah sekolah yang memiliki empat jenjang pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Karena SMPLB Negeri Batang adalah jenjang pendidikan yang bangunannya tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari SLB Negeri Batang, maka akan disajikan data secara umum SLB Negeri Batang, kecuali untuk data murid akan disajikan khusus hanya pada SDLB Negeri Batang. 1. Letak Sekolah. SLB Negeri Batang menempati areal tanah seluas 4460 m 2. Sebidang tanah ini diatasnya berdiri bangunan permanen untuk sekolah TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Adapun batas-batasnya, yaitu : a. Sebelah utara berbatasan dengan Gedung LBK. b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk. c. Sebelah timur berbatasan dengan Tanah kas desa. d. Sebelah barat berbatasan dengan jalan utama (Jl.Pemuda) 67

2 68 Lokasi SLB Negeri Batang terletak di Jl. Pemuda No.10 Dusun Kadilangu, Desa Kauman, kecamatan Batang, Kabupaten Batang Sejarah Berdirinya. SLB Negeri Batang adalah sekolah yang melayani pendidikan bagi sekolah berkebutuhan khusus/luar biasa/cacat jenis : Tunanetra (A), Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E), Tunaganda (G) Sekolah ini berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Batang adalah SDLB Negeri Batang (jenjang sekolah dasar) yang berdiri tahun 1985 berdasar Inpres Nomor 4/1983, dengan jumlah siswa awal 11 anak jenis ketunaan tunagrahita (C) yang diasuh oleh 3 orang guru. Awal Pendirian SLB Negeri Batang bertempat di JL. Mangon Satoro No.01 Batang yang sekarang menjadi SD Kauman 01 Batang, Kemudian di pindah ke Jl. Pemuda No. 10 pada tahun Perkembangan selanjutnya SLB Negeri Batang menyesuaikan situasi dan kondisi utamanya difokuskan untuk memberikan pelayanan pada anak yang berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan tersebut kemudian diberi SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 421.8/24686 tanggal 25 Juni 2005 beralih status menjadi SLB Negeri Batang yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan jenjang TKLB, SDLB, SMPLB. Kemudian pada tahun 2013 SLB Negeri Batang berkembang lagi dengan adanya jenjang SMALB Dokumentasi dan Observasi Sekolah Luar Biasa Negeri Batang pada tanggal 2 Februari

3 69 SLB Negeri Batang mengawali pembelajaran pada tahun ajaran 2014/2015 dengan melayani pendidikan untuk jenjang : SDLB, jumlah siswa 114 dalam 6 kelas/rombongan belajar, SMPLB dengan jumlah siswa 25 dalam 4 kelas/rombongan belajar, dan SMALB jumlah siswanya 25 dalam 3 kelas/rombongan belajar. Yang dilayani oleh 24 tenaga guru Visi, Misi, dan Tujuan. a. Visi SLB Negeri Batang memiliki Visi yaitu Menuju peserta didik yang berprestasi, terampil, berbudi luhur,mendiri dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. b. Misi 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, efisien dan berkesinambungan. 2) Menjembatani anak berkebutuhan khusus agar memperoleh kesamaan dan kesetaraa. 3) Melatih ketrampilan peserta didik untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.nambah kegiatan ketrampilan 4) Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi luhur. 5) Membudayakan kegiatan 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun kepada seluruh warga sekolah. 2 Dokumentasi Sekolah Luar Biasa Negeri Batang pada tanggal 2 Februari 2015.

4 70 c. Tujuan 1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa/ Penyandang Ketunaan) di daerah Batang dan sekitarnya dalam lembaga pendidikan formal 2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa depan mereka yang kompetitif 3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan berkesinambungan Struktur Organisasi. Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui adanya struktur organisasi. Adapun struktur organisasi SLB Negeri Batang sebagai berikut: (terlampir bagan I dan Bagan II) 5. Keadaan Siswa. Dalam perspektif pembelajaran agama Islam, anak didik merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Aktivitas pendidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh karena itu, guru dan anak didik sebagai dwi tunggal, artinya keduanya tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kependidikan. Ketiadaan salah satunya menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan. 4 3 Dokumentasi Sekolah Luar Biasa Negeri Batang pada tanggal 2 Februari Ibid.hlm: 92.

5 71 Siswa yang ada di SLB Negeri Batang ini ada yang berasal dari pindahan sekolah umum ke sekolah khusus atau inklusif, karena ada beberapa faktor penyebab diantaranya mereka mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam memahami pelajaran di sekolah umum sehingga peserta didik ini dipindahkan dan dimasukkan ke SLB Negeri Batang ke dalam kelas Bagian C sesuai dengan tingkat anak ketunaan yang disandang. Setiap tahunnya SLB Negeri Batang selalu menerima dan meluluskan siswa. Penerimaan siswa baru setiap tahunnya mengalami kenaikan. Dan SLB Negeri Batang juga meluluskan siswanya dan diharapkan setelah lulus siswa itu dapat mandiri dan menghidupi dirinya tanpa bantuan orang lain dengan bekal ketrampilan yang dimilikinya baik di lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat tanpa merasa minder dengan anak normal. 5 Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa SDLB di SLB Negeri Batang tahun 2014/2015 khususnya kelas bagian C pada anak tunagrahita, dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDLB kelas Jenis kelainan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Jumlah D B C Sujarwo,SP.d, Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri Batang pada tanggal Dokumentasi Sekolah Luar Biasa Negeri Batang pada tanggal 2 Februari 2015.

6 72 Q Total Keadaan Guru. Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dipundaknya terletak tugas dan tanggung jawab yang berat dalam upaya mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik. 7 Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Batang pada tahun 2014/2015 seluruhnya ada 24 orang yang terdiri dari 9 PNS, 15 Guru Wiyata Bakti dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar di SLB Negeri Batang tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan berpendidikan S1, D2, D3, dan SGPLB, 2 Lulusan SMA, Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di SDLB C berjumlah 17 orang. Guru-guru di SLB Negeri Batang mendapatkan tugas dan tanggung jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru-guru yang ada di SLB Negeri Batang tidak pernah merasa mengeluh, menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam membimbing anak yang berkebutuhan khusus mulai dari anak tunarungu sampai dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental, dan anak autis. 7,Syaiful Bahri Djamarah Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.2004.hlm: 87.

7 73 Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SLB Negeri Batang sebagai berikut : Tabel 3.2 Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Batang. 8 No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas 1 Sujarwo,SP.d S.1 Sejarah Kep.Sek Guru Kelas 2 Nur Wisnu kuncahyo SGPLB C Guru Guru kelas 3 Sugiyanto SGPLB C Guru Guru Kelas 4 Sumanto SGPLB C Guru Guru Kelas 5 Aminah, SGPLB D Guru Guru Kelas 6 Jariyah,SP.d PLB Guru Guru Kelas 7 Sentot Sudibyo,SP.d PLB Guru Guru Kelas 8 Isnaniati,SP.d PLB Guru Guru Kelas 9 Ismuningsih,SP.d PLB Guru Guru Kelas 10 Irina Murdawani SGPLB C Guru Guru Kelas 11 Slamet Makmur, SPd.I S1.PAI Guru Guru PAI 12 Ety Marisa,SP.d SGPLB C Guru D6C1 13 Rastini SGPLB C Guru D3C 14 Wawan P. SGPLB A Guru VIIB 15 Indyatno, BA SmPLB Guru KTK Kayu 16 Muh Ihromi D2 PAI Guru PAI SDLB 17 Juzan SGPLB C Guru D5C 18 Tin Kartini SGPLB B Guru D5B 19 Sri Lestari Wahyu H, S1 PPKn Guru XIC, PKn S.Pd 21 Indah Widyahety, S.Pd S1 Seni Guru SBK 22 Khoirul Hidayati, S.Pd S1 PLB Guru D1D1 23 Ninda Solikhah, S.Pd S1 PLB Guru D1B 24 Hastien Candra Ningrum, S.Pd S1 PLB Guru D1C1 8 Dokumentasi Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Batang tanggal 2 Februari 2015

8 74 25 Lusi Wulandari SMA Guru PAK SDLB 27 Baniyah, S.PdI S1 Tad Bhs Guru D3 Autis Inggris 28 Reni Indriyani Agustine, D3 Tata PSTKW - A.Md Boga 29 Khairul Sholeh SMP PSD - Tabel 3.3 Keadaan Tenaga Pengajar di SDLB Negeri Batang. 9 No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas 1 Drs. Sarjiya S1 Guru I C1 2 Sularno S1 Guru II C 3 Slamet Makmur,SPdI S1 PAI Guru PAI 4 Reni Setiawati, S.Pd S1 Guru III C 5 Yustina Emma Hartati, S1 Guru IV C S.Pd 6 Heriani Thamrin, S.Pd S1 Guru V C 7 Fitri Indriyani, S.Si S1 Guru IV C 8 Wisnu Laksono Jati, S.Si S1 Guru OR Berdasarkan wawancara (tanggal 2 Februari 2015) dengan kepala sekolah dan beberapa guru yang ada di SLB Negeri Batang, bahwa mengajar di SLB Negeri Batang ini merupakan sebuah perjuangan, karena guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Batang berusaha menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah serta kesadaran dan ketaatan mereka akan tugas sebagai guru yaitu dengan cara mengembangkan dan memajukan SLB Negeri Batang ini. 9 Dokumentasi Sekolah Luar Biasa Negeri Batang pada tanggal 2 Februari 2015

9 75 7. Sarana prasarana. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah, diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat - alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Walaupun masih ada sarana dan prasarana yang kurang, diantaranya media pembelajaran berupa gambar orang shalat, dan gambar orang wudhu,serta alat audiometer (alat untuk mengukur tingkat pendengaran anak). Selain itu, disekolah tersebut juga membutuhkan ruang terapi (ruang psikoterapi, fisioterapi, hydroterapi, dan ruang terapi musik), ruang lab/bengkel, ruang BK, serta ruang aula. Kurangnya sarana prasarana tidak menjadikan guru di SLB Negeri Batang malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik sebagaimana mestinya. Sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Batang, dalam tabel sebagai berikut :

10 76 Tabel 3.4 Sarana Prasarana SLB Negeri Batang. 10 No Nama Barang Keterangan Ada Tidak Jumlah 1 Ruang Kepala Sekolah 1lokal 2 Ruang Guru 1lokal 3 Ruang TU 1 4 Ruang Tamu 1 5 Ruang Ibadah 1 6 Ruang Kelas 28 kelas 7 Ruang Aula 8 Ruang Konsultasi 9 Ruang Observasi 10 Ruang Perpustakaan 1 11 Ruang Lab/ bengkel 12 Ruang Ketrampilan 1 13 Ruang BK 14 Ruang Koperasi 15 Ruang Gudang 1 16 Ruang UKS 1 17 Kamar Mandi/WC 18 Ruang BPBI/ Bina Wicara 1 19 Ruang Psikoterapi 20 Ruang Fisioterapi 21 Ruang Hydroterapi 22 Meja Siswa 134 buah 23 Kursi Siswa 268 buah 24 Meja Guru 21 buah 25 Kursi Guru 27 buah 10 Dokumentasi Sekolah Luar Biasa Negeri Batang pada tanggal tanggal 2 Februari 2015

11 77 26 Almari 24 buah 27 Rak buku 6 buah 28 Papan tulis 26 buah 29 Papan statistik 8 buah 30 Meja kursi tamu 1 set 31 Alat Peraga 10 set 32 Unit Alat Pertanian 1 set 33 Unit Alat Kesenian 4 set 34 Unit Alat Olahraga 3 set 35 Almari Perpustakaan 1 buah B. Karakteristik Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Karakteristik Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang tidak sama dengan kondisi anak anak pada sekolah umum, karena pada dasarnya Anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. 1. Anak Tunagrahita SDLB Negeri Batang di lihat dari tingkat kecerdasannya atau keterbatasan Intelegensi yaitu : Menurut Sujarwo.SP.d (Kepala Sekolah) di SDLB Negeri Batang mengatakan bahwa : Menurut pengamatan yang saya lakukan Untuk karakteristik anak Tunagrahita sendiri di sini yaitu perhatiannya mudah terpecah, kalau belajar misalnya 1 jam pelajaran mungkin kan dia tidak bisa, baru berapa menit nanti kembali lagi harus kayak gitu. Jadi anak tunagrahita itu kan mentalnya kurang, misalnya anak kelas 4 SD itu sama dengan anak TK. IQ nya dibawah 100, antara 80 ke

12 78 bawah. Ada 3, ada yang debil yang 80an, yang imbesil 60 kebawah, yang dibawah sekali sampai Dilihat dari kemampuannya dalam mengurus dirinya sendiri dalam masyarakat atau memiliki keterbatasan Sosial anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang memiliki karakteristik sebagai berikut: Yang kedua, Anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri, bergaul di dalam masyarakat, Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua juga sangat besar, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya Di lihat dari keterbatasan fungsi fungsi Mental anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang adalah : Ketiga yaitu Anak tunagrahita juga memerlukan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi pada situasi, kondisi dan kosentrasi dalam menerima pelajaran dan tugas, perlu pelatihan yang rutin dan berulang ulang dari hari ke hari. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan kata - kata konkret yang sering didengarnya Sedangkan untuk ciri ciri dari anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang yaitu : Ciri ciri dari Anak tunagrahita sendiri yaitu wajah khas mongol, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik, ukuran kepala tidak proposional terlalu besar juga kadang terlalu kecil Wawancara dengan Sujarwo, Kepala sekolah SLB Negeri Batang,Wawancara pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Wawancara dengan Sujarwo, Kepala sekolah SLB Negeri Batang,Wawancara pribadi, Batang,2 Februari 2015,baris Wawancara dengan Sujarwo, Kepala sekolah SLB Negeri Batang,Wawancara pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Wawancara dengan Sujarwo, Kepala sekolah SLB Negeri Batang,Wawancara pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris

13 79 C. Metode Pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang Metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang di berikan di SDLB Negeri Batang adalah sebagai berikut : 1. latar belakang dari metode pembelajaran individual di SDLB Negeri batang sendiri adalah : menurut hasi wawan cara yang di lakukan dengan Bapak Slamet Makmur.SPdI (Guru Agama Islam) adalah. Yang melatar belakanginya adalah bahwasannya di SLB Negeri Batang khususnya di SDLB nya, itu karena anak memiliki jenis ketunaan yang berbeda beda, jadi penanganannya juga berbeda antara anak yang satu dengan yang lain sesuai dengan ketunaan yang di miliki tiap anak, contohnya untuk anak Tunagrahita sendiri dalam satu kelas anak memiliki tingkat IQ atau kecerdasan yang berbeda dan perlu penanganan dan pemahaman materi yang berbeda pula sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri Tujuan dari penggunaan metode pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang adalah : Tujuannya yaitu untuk memberikan pembelajaran pada anak dengan melihat ketunaan, tingkat kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing masing anak, agar anak mudah dalam menyesuaikan materi pelajaran yang di berikan oleh guru Karakteristik dari Metode pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang adalah : Untuk karakteristik metode pembelajaran individual yang ada di SDLB Negeri Batang yaitu guru lebih mengutamakan pembelajaran dengan melihat kemampuan dan kebutuhan dari masing masing anak di bandingkan mengejar materi, semua materi pelajaran di fokuskan sesuai 15 Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015,baris

14 80 dengan jenis ketunaan, IQ dan kemampuan yang di miliki oleh siswa jadi siswa tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang di berikan oleh guru Sedangkan untuk prinsip - prinsip dari Metode pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang adalah : prinsip prinsip yang di gunakan dalam metode pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang guru lebih memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan jenis ketunaan, IQ dan kemampuan masing masing siswa, mengembangkan bakat bakat yang ada pada masing masing siswa, dan guru juga bisa memberikan bimbingan dan petunjuk pembelajaran kepada masing masing anak dengan kebutuhannya masing masing Peranan Anak Tunagrahita pada Metode pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang sendiri adalah : Peran anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang sendiri adalah mereka memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan kecerdasan IQ masing masing anak, waktu belajar dan kecepatan belajar juga di sesuaikan pada masing masing anak Peranan guru pada Metode pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang sendiri adalah : Peran guru dalam pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang itu sendiri yaitu merencanakan, mengorganisasi, memfasilitasi kegiatan belajar anak dan harus mengetahui dan memahami jenis ketunaan dan kemampuan dari masing masing anak Sedangkan untuk keunggulan dan keterbatasan dalam penggunaan metode pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang sendiri adalah : Keunggulan menggunakan metode pembelajaran individual di SDLB Negeri Batang bagi anak yaitu mampu memberikan kesempatan kepada 17 Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015,baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris

15 81 anak dengan ketunaan, masing masing untuk menyelesaikan pelajaran dengan tingkat kemampuan masing masing, anak bisa lebih banyak mendapat perhatian dan berinteraksi dengan baik, anak bisa menyesuaikan materi yang akan di pelajarinya. Sedangkan bagi guru yaitu guru lebih tepat dalam hal memahami kebutuhan pengajaran bagi anak sesuai dengan jenis ketunaan yang di alami anak, guru mampu memberikan kesempatan pada anak untuk menentukan materi yang akan di pelajari sesuai dengan keinginan, waktu, dan kemampuan yang di miliki masing masing anak. Sedangkan untuk keterbatasannya yaitu anak kurang disiplin dan malas dalam belajar, kurangnya kerjasama antara guru dengan anak untuk mewujudkan pembelajaran yang kondusif Dan untuk pembelajaran pendidikan Agama islam dengan menggunakan metode Pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang yaitu : pembelajaran pendidikan Agama islam dengan menggunakan metode Pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang sendiri yaitu Anak Belajar menurut kecepatan sendiri, mempelajari materi pelajaran yang telah di tentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Semua anak harus mencapai tujuan pembelajaran yang asama namun guru menyesuaikan dengan ketunaan dan kemampuan mereka, Pembelajarannya lebih di pusatkan pada anak.dalam keadaan tertentu guru diperbolehkan menentukan sendiri materi yang akan dipelajari oleh anak dan dalam urutan yang di sesuaikan. Sedangkan Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Muatan materinya meliputi alqur an, aqidah, akhlak, dan fiqih. Cara penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyah, pengenalan rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik. Setelah asiswa menguasai kemampuan-kemampuan pokok, mereka diberi kesempatan untuk belajar program pengayaan atau tes respon anak ketika menggunakan metode Pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang yaitu : respon dari Anak sendiri yaitu mereka lebih senang ketika menggunakan pembelajaran Individual karena materi yang diberikan 21 Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris

16 82 guru sesuai dengan kemampuan yang di miliki oleh anak, sehingga anak tidak merasa terbebani dengan beban materiapelajaran Untuk hasil belajar anak setelah menggunakan metode Pembelajaran Individual di SDLB Negeri Batang yaitu : Hasilnya anak lebih dapat memahami materi karena materi yang di pelajarinya di sesuaikan dengan kemampuan anak sehingga mereka merasa tidak terbebani dengan beban amateri yang ada, dan anak Berkebutuhan khusus ini bisa lebih mandiri Cara guru mengetahui keberhasilan anak setelah menggunakan metode Pembelajaran Individual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu : Dari pengulangan yang saya lakuka di setiap pertemuan setelahapembelajaran yang telah dilakukan. setelah pembelajaran yang telah dilakukan jika siswa ditanya dan masih menguasai apa yang telah di pelajari kemarin, ini berarti pembelajaran dengan metode Pembelajaran Individual telah berhasil. Keberhasilan ini juga dapat dilihat dari nilai raport anak. 25 D. Faktor pendukung dan penghambat Metode Pembelajaran Individual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang yaitu menurut Slamet Makmur, SPd.I yaitu : 23 Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris

17 83 1. Faktor yang mendukung perkembangan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang yaitu : Keberhasilan penerapan Metode Pembelajaran Individual bisa terlihat dengan terciptanya suasana yang kondusif dan Interaksi yang baik antara guru dan murid di dalam kelas. yang pertama faktor situasi, situasi yang mendukung bisa dilihat dari keadaan guru dan siswanya. Dan yang kedua faktor dukungan dan kerjasama dari kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua siswa Faktor penghambat keberhasilan dalam penerapan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang yaitu : Kemudian untuk faktor penghambatnya adalah yang pertama, faktor waktu dalamamenyampaikan materi, metode Individual membutuhkan persiapan danapelaksanaannya memakan waktu yang lama, kedua, kurangnya tenaga pengajar dalam pembelajaran bagi anak anak berkebutuhan khusus sebaiknya menggunakan system satu guru untuk satu murid, tapi di sini masih menggunakan system satu guru untuk enam murid bahkan lebih tergantung jumlah murid yang ada dalam kelas, sehingga membuat pembelajaran menjadi tidak efisien dan yang ketiga, faktor media, media yang tidak memadai menjadi tidak efisien bila tidak di tunjang dengan perakitan yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan pada pembelajaran menggunakan metode Individual. 27 Itulah beberapa faktor yang mendukung serta menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Kemudian akan peneliti analisis pada bab selanjutnya. 26 Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris Slamet Makmur,Guru Agama Islam di SDLB Negeri Batang,wawancara Pribadi, Batang,2 Februari 2015, baris

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA 84 BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat 42 BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat SLB Negeri Ungaran (sebagai pengembangan dari SDLB Ungaran Tahun 2007), merupakan SLB yang pertama kali berdiri di Ungaran,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut : 104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarka penelitian Metode Pembelajaran Individual Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang maka dapat di simpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan Sekolah Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Sebagai dampak berkembangnya suatu organisasi dan teknologi, menyebabkan pekerjaan manajemen pendidikan semakin kompleks.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada BAB V PEMBAHASAN A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Sebagaimana data yang telah peneliti temukan dan kemukakan di atas, selanjutnya peneliti akan menganalisa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian yang penulis ajukan dalam bab I dan hasil penelitian lapangan yang penulis uraikan dalam bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan seperti di bawah

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA DISUSUN OLEH : Chrisbi Adi Ibnu Gurinda Didik Eko Saputro Suci Novira Aditiani (K2311013) (K2311018) (K2311074) PENDIDIKAN FISIKA A 2011 FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi. 1. Deskripsi Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi. 1. Deskripsi Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Melalui kegiatan observasi saat PPL 1 di SLB Yapenas yang dilaksanakan pada bulan Juni 2014, dapat diperoleh gambaran mengenai sarana dan prasarana penunjang kegiatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara di Indonesia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia bermacam-macam,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah yang lebih maju ditentukan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan masa yang akan datang, tantangan seperti bagaimana mempersiapkan sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR SARANA DAN PRASARANA UNTUK SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB), SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : 21 SLB Widya Bhakti Semarang didirikan sejak tahun 1981 di atas lahan seluas 1548 meter persegi dengan luas bangunan 546 meter persegi

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap potensi

Lebih terperinci

B. Dilematisme Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB D YPAC Semarang

B. Dilematisme Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB D YPAC Semarang BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN PAI BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH LUAR BIASA GOLONGAN TUNADASKA (SLB D) TINGKAT SMPLB DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG A. Orientasi Tujuan Pembelajaran Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan manusia dan menjadi kebutuhan bagi semua manusia. Pemerintah juga memberikan kewajiban setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN 2012 2 T 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KHUSUS, PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS, PENDIDIKAN INKLUSIF, PENDIDIKAN ANAK CERDAS ISTIMEWA DAN/ATAU

Lebih terperinci

Implementasi Pendidikan Segregasi

Implementasi Pendidikan Segregasi Implementasi Pendidikan Segregasi Pelaksanaan layanan pendidikan segregasi atau sekolah luar biasa, pada dasarnya dikembangkan berlandaskan UUSPN no. 2/1989. Bentuk pelaksanaannya diatur melalui pasal-pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat ini, termasuk dinegara kita Indonesia. Pendidikan di Indonesia disebutkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam hal perkembangan potensinya dalam semua aspek. Sejalan dengan perkataan A.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat SLB B dan C Dharma Bhakti Dharma Pertiwi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat SLB B dan C Dharma Bhakti Dharma Pertiwi 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat SLB B dan C Dharma Bhakti Dharma Pertiwi SLB B dan C Dharma Bhakti Dharma Pertiwi didirikan atas prakarsa Yayasan Dharma Bhakti Dharma Pertiwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d.

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d. BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada pra-ppl tanggal 2 Februari 2014 sampai tanggal 16 Februari 2014, SMP Negeri 2 Srandakan yang berlokasi di Godegan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d. Ruang Tata Usaha (TU)

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d. Ruang Tata Usaha (TU) BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada pra-ppl tanggal 22 Februari 2014 di SMP Negeri 1 Ngemplak yang berlokasi di Jl. Kemasan, Jangkang, Widodomartani,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek budaya, aspek kebijakan, dan aspek praktik yang digunakan sebagai tolak ukur keterlaksanannya

Lebih terperinci

BLANGKO IJAZAH. 1. Blangko Ijazah SD

BLANGKO IJAZAH. 1. Blangko Ijazah SD SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 028/H/EP/2015 TENTANG BENTUK, SPESIFIKASI, DAN PENCETAKAN BLANGKO IJAZAH PADA SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan logis.pendidikan diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang siap menghadapi kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah anugrah dan titipan dari tuhan yang harus di jaga dan di pelihara dengan baik. Seseorang yang masih dikategorikan sebagai seorang anak adalah sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Perkembangan SMP 28 Semarang SMP 28 Semarang berdiri tahun 1985 dengan lokasi sekolah berada di ujung barat wilayah Kota Semarang, tepatnya di kelurahan Mangkangkulon

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM MIN KEDUNGWUNI

BAB III GAMBARAN UMUM MIN KEDUNGWUNI BAB III GAMBARAN UMUM MIN KEDUNGWUNI A. Profil MIN Kedungwuni 1. Sejarah Berdiri Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kedungwuni salah satu komponen penyelenggaraan sebagian tugas kenegaraan dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu modal seseorang untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pada dasarnya setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan.

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. Sebelum dikemukakan sejarah berdirinya SMP N 1 Tragah Bangkalan, terlebih dahulu penulis kemukakan

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil SD Negeri 2 Waringinsari Timur 4.1.1 Sejarah SD Negeri 2 Waringinsari Timur Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang berada dipekon Waringinsari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Secara umum pendidikan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penting dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Pengertian pendidikan sendiri ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Keadaan Umum Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah 01 Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak adalah masa yang terindah dalam hidup dimana semua terasa menyenangkan serta tiada beban. Namun tidak semua anak dapat memiliki kesempatan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2010

BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2010 BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2 A. Deskripsi Kondisi Awal Kedisiplinan Siswa di MI Muhammadiyah Karangasem Utara Batang.

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA TASIKMALAYA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan UndangUndang

Lebih terperinci

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi BAB I PENDAHULUAN Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa direncanakan sebaik

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG PROSEDUR PENDIRIAN, PENGGABUNGAN, PERUBAHAN, DAN PENUTUPAN SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia sama-sama memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan serta potensi untuk mewujudkanya.

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa pendidikan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Pendidikan diberikan kepada seorang anak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh informasi tentang situasi di SMP Negeri 2 Wates. Hal ini penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai acuan untuk

Lebih terperinci

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar PENDEKATAN PEMBELAJARAN KLASIKAL YANG DITERAPKAN DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB NEGERI 1 TABANAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN Oleh Wayan Suprapta

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 516 dan SMP Kartika IV-10, sebelah barat adalah Makodam V Brawijaya, tepatnya di

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 516 dan SMP Kartika IV-10, sebelah barat adalah Makodam V Brawijaya, tepatnya di BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1. Profil SMA Kartika IV-3 Surabaya 1. Lokasi SMA Kartika IV-3 Surabaya SMA Kartika IV-3 Surabaya berada di sebelah timur terminal angkutan umum Bratang. Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Yang dimaksud dengan gambaran umum obyek penelitian adalah gambaran yang menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari obyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN Proses pembelajaran merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi.

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDLBN Marabahan Kabupaten Barito Kuala Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri ( SDLBN ) didirikan dengan luas tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan tergolong sebagai penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden. 1 Oleh karena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BATANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah singkat Perjalanan SLB PKK Provinsi Lampung : gubernur KDH Tk 1 Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah singkat Perjalanan SLB PKK Provinsi Lampung : gubernur KDH Tk 1 Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah singkat Perjalanan SLB PKK Provinsi Lampung : 1. Tanggal 10 Oktober 1987 SLB PKK Provinsi Lampung Diresmikan oleh gubernur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

4. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Pro-

4. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Pro- 3. Struktur Kurikulum SMA/MA Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SEKOLAH LUAR BIASA AUTIS DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak Geografis Sekolah SLB Negeri Gedangan terletak di Kecamatan Gedangan tepatnya di jalan Sedati Km. 2 Gedangan Nomor 282000 Sidoarjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDLB Negeri Selat Kuala Kapuas 1. Tinjauan Historis Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Selat Kuala Kapuas merupakan satu-satunya sekolah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia karena dibekali memiliki akal budi, kepribadian serta kecerdasan yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik memerlukan proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB III SETTING WILAYAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Latar Belakang Berdirinya SD Negeri 12 Suak

BAB III SETTING WILAYAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Latar Belakang Berdirinya SD Negeri 12 Suak 32 BAB III SETTING WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Latar Belakang Berdirinya SD Negeri 12 Suak Tapeh Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin. SD Negeri 12 Suak Tapeh Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci