BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lari Cepat 100 meter a. Lari Cepat 100 meter Lari 100 meter merupakan bagian dari cabang olahraga atletik. Atletik terdiri dari nomer jalan, lari, lempar dan lompat. Syarifuddin (1992:2) membagi nomer atletik berdasarkan tempat pelaksanaannya, yaitu nomer track dan nomer field. Track artinya lintasan, sedangkan field berarti lapangan. Oleh karena itu atletik disebut juga Track and field.nomer yang termasuk dalam nomer track adalah nomer jalan dan nomer lari, sedangkan yang termasuk nomer field adalah nomer lempar dan lompat. Ketiga nomer tersebut masih memiliki bagian-bagian, yaitu untuk nomer jalan adalah jalan cepat, yaitu 5 km dan 10 km untuk putri dan 10 km dan 20 km untuk putra. Nomer lari terdiri dari (1) Nomer lari jarak pendek (sprint), yaitu lari 100 meter, 200 meter, 400 meter, 100 meter gawang putri, 110 meter gawang putra, 200 meter gawang, 400 meter gawang, 4 x 100 meter estafet dan 4 x 400 meter estafet.(2) Nomer lari jarak menengah (middle distance running), yaitu 800 meter, 1500 meter, 3000 meter dan 300 meter lari halang rintang steeple chase). (3) Nomer lari jarak jauh (long distance running) terdiri dari lari 5000 meter, meterdan lari marathon km. Nomer lempar terdiri dari (1) lempar lembing, (2) lontar martil, (3) lempar cakram, dan (4) tolah peluru. Sedangkan untuk nomer lompat terdiri dari (1) nomer lompat jauh, (2) lompat jangkit, (3) lompat tinggi, dan (4) lompat tinggi galah.dalam ( lari didefinisikan dalam olahraga sebagai gerakan tubuh dimana pada suatu saat semua kaki tidak mengunjak tanah.lari cepat (sprint) adalah gerakan maju yang dilakukan untuk mencapai tujuan (finish) secepat mungkin. Bagian dari nomer lari yang akan kita bahas adalah lari 100 meter. Lari 100 meter termasuk dalam nomer lari jarak pendek (sprint). Hamid S. N..(2000:49) mengemukakan pengertian lari cepat (sprint) adalah Semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang ditempuh.kemudian Syarifuddin (1992:41) menjelaskan bahwa lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana atlet harus menempuh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya 6

2 7 harus melakukan lari secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai dengan melewati garis akhir (finish/finis).diantara ketiga bagian dari lari jarak pendek yang paling bergensi adalah lari 100 meter. Walaupun demikian dalam pelaksanaan ketiganya memiliki inti dominan yang sama, yaitu kecepatan. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka kecepatan itu akan dipadukan dengan daya tahan. Lari 100 meter pada dasarnya adalah gerak seluruh tubuh kedepan secepat mungkin yang dihasilkan oleh gerakan dari langkah-langkah kaki dalam menempuh jarak 100 meter yang unsur pokoknya adalah panjang langkah dan kecepatan frekuensi langkah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hay (1993: 396) Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, lari 100 meter adalah salah satu nomer lari jarak pendek dalam cabang olahraga atletik yang dilakukan dengan menempuh jarak 100 meter dan dilakukan dengan kecepatan maksimal atau secepat-cepatnya. Pelaksanaan lari 100 meter membutuhkan semua unsur kesegaran jasmani yang ada dalam tubuh, yaitu kecepatan, kekuatan, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, koordinasi, ketahanan kardiovasculer, dll. Pengetahuan tentang unsur-unsur kesegaran jasmani dalam lari 100 meter akan membantu mengetahui hal-hal penting yang harus diperhatikan sehingga perencanaan program latihan akan sesuai dengan tujuan serta berlangsung secara efektif dan efisien. b. Teknik lari 100 meter Suatu penampilan dikatakan baik jika atlet menguasai dan melaksanakan teknik lari 100 m dengan baik. Unsur-unsur teknik yang harus dikuasai, menurut Carr (1997:13) adalah (1)Start yang baik, (2) Reaksi yang cepat, (3) Akselerasi yang baik, (4) Mempertahankan kecepatan selama mungkin, dan (5) Teknik lari yang efisien. Penguasaan teknik dasar lari merupakan unsur yang fundamental yang harus dimiliki oleh atlet lari 100 m. Jadi dapat dikatakan bahwa seorang pelari harus dapat melakukan empat tahapan diatas secara efektif dan efisien. Pelaksanaan lari 100 meter dinilai dalam satuan waktu (detik).semakin berlari dengan cepat maka waktu yang diperoleh semakin sedikit, itu menunjukkan bahwa prestasi yang diperoleh semakin baik.waktu menjadi tolak ukur kecepatan berlari.saat berlari tubuh membutuhkan semua unsur yang terdapat dalam tubuh, seperti yang telah diungkapkan di atas antara lain kecepatan, kekuatan, koordinasi,

3 8 dan daya tahan kardiovaskuler.guna memperoleh semua unsur tersebut, maka tubuh harus dilatih secara teratur dan berkelanjutan.karena waktu menjadi tolak ukur, maka lari harus dilakukan sesingkat-singkatnya.oleh karena itu setiap atlet lari harus didukung oleh teknik berlari yang baik. Setiap atlet yang memiliki teknik berlari yang baik akan dapat melakukan gerakan secara efektif dan efisien sehingga waktu yang diperoleh akan semakin baik. Dalam pelaksanaan lari 100 meter, terdapat 3 (tiga) teknik penting, yaitu : 1) Teknik start 2) Teknik lari 3) Teknik melewati finis Ketiga unsur di atas menjadi satu bagian yang saling berkaitan untuk dapat memperoleh catatan waktu yang baik. 1) Teknik start Dalam perlombaan lari jarak pendek (sprint), teknik start yang digunakan adalah: Start Jongkok (Crouching Start). Di dalam pelaksanaannya, teknik start jongkok dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu: a) Start Pendek (bunch start/short start) Pelaksanaan: (1) Jarak antara ujung kaki dengan garis start ± 45 cm. (2) Telapak kaki kiri di depan, ujung kaki kanan sejajar dengan tumit kaki kiri atau sebaliknya. (3) Lutut diletakkan tanpa mengubah posisi kedua telapak kaki. (4) Kedua telapak tangan di belakang garis start tanpa menyentuh garis. (5) Badan ke depan sampai kedua lengan tegak lurus dengan garis start. b) Start Sedang (medium start) (1) Jarak antara ujung kaki dengan garis start ± 37 cm (2) Telapak kaki kiri di depan, lutut kaki kanan sejajar dengan ujung kaki kiri atau sebaliknya. (3) Lutut diletakkan tanpa mengubah posisi kedua telapak kaki. (4) Kedua telapak tangan di belakang garis start tanpa menyentuh garis. (5) Badan ke depan sampai kedua lengan tegak lurus dengan garis start. c) Start Sedang-panjang (medium elongatet start)

4 9 (1) Jarak antara ujung kaki dengan garis start ± 35 cm. (2) Telapak kaki kiri didepan, lutut kaki kanan berada sejajar dengan tengah telapak kaki kiri atau sebaliknya. (3) Lutut diletakkan tanpa mengubah posisi kedua telapak kaki. (4) Kedua telapak tangan di belakang garis start tanpa menyentuh garis. (5) Badan ke depan sampai kedua lengan tegak lurus dengan garis start. d) Start Panjang (longated start) (1) Jarak antara ujung kaki dengan garis start ± 32 cm. (2) Telapak kaki kiri didepan, lutut kaki kanan berada sejajar dengan tumit kaki kiri atau sebaliknya. (3) Lutut diletakkan tanpa mengubah posisi kedua telapak kaki. (4) Kedua telapak tangan di belakang garis start tanpa menyentuh garis. (5) Badan ke depan sampai kedua lengan tegak lurus dengan garis start Dari keempat macam start jongkok di atas, perbedaan yang utama terletak pada penempatan kaki bagian depan dengan lutut. Pemilihan start tergantung pada atlet itu sendiri. Pada umumnya disesuaikan dengan panjang tungkai dan kebiasaan dari atlet tersebut.aba-aba yang digunakan adalah Bersedia, Siap, Yak. Gambar 2.1 Posisi start jongkok (IAAF, 2000:23)

5 10 Gambar 2.2Posisi siap (IAAF, 2000:23) Analisis gerak pada keempat start jongkok di atas menggambarkan gerakan yang efisien untuk digunakan sebelum berlari. Saat melakukan start, terjadi perpindahan titik berat badan dari tengah ke depan. Ini bertujuan untuk menempatkan tubuh dalam posisi yang labil. Benda yang berada dalam kondisi labil akan lebih mudah bergerak. Sebaliknya benda yang berada posisi stabil tidak akan mudah bergerak. Gerakan lari membutuhkan kecepatan reaksi, oleh karena itu tubuh harus berada dalam kondisi labil untuk mempermudah melakukan gerakan.begitupun saat start. Titik berat tubuh dipindahkan ke depan, sehingga menjadi labil dan mudah bergerak. Gambar 2.3Gambar gerak keseluruhan (IAAF, 2000:23) 2) Teknik lari Faktor utama dari lari 100 meter adalah kecepatan.untuk dapat berlari dengan cepat, maka harus menguasai teknik lari yang benar, yaitu gerakan yang efektif dan efisien. Teknik lari yang harus diperhatikan adalah: Syarifuddin, (1992:45)

6 11 Gambar 2.4Gerakan berlari yang benar (IAAF, 2000:10) a) Lari dengan menggunakan ujung kaki. Tujuannya adalah untuk membuat tubuh berada dalam kondisi tidak stabil, yaitu dengan memindahkan titik berat badan ke depan sehingga mudah untuk melakukan gerakan lari. Selain itu juga akan membuat gerakan jauh lebih efektif dan efisien. b) Lutut atau paha diangkat setinggi panggul c) Ayunan lengan dari belakang ke depan rilek, siku ditekuk 90 d) Badan condong ke depan dengan sudut e) Pandangan lurus ke depan, posisi kepala netral (rilek) Gambar 2.5Fase melayang saat berlari (IAAF, 2000:11) Frekuensi gerakan tungkai dalam lari jarak pendek sangat memegang peranan penting.sedangkan ayunan lengan dan posisi tubuh (condong) untuk mendukung laju lari sekaligus untuk menjaga keseimbangan.frekuensi gerakan juga didukung oleh kekuatan otot tungkai. 3) Teknik melewati finis Batas akhir dari lari adalah finis.begitupun dengan lari 100 meter.

7 12 Untuk dapat mencapai garis finis tercepat ada beberapa teknik memasuki garis finis, yaitu: a) Masuk finis dengan berlari biasa, artinya tanpa mengubah kecepatan, atau mengubah gerakan tubuh. b) Condong badan, yaitu membawa titik berat badan ke depan sehingga bagian tubuh akan masuk terlebih dahulu melewati garis finis. c) Menyamping, artinya memutar bahu ke arah depan sehingga yang masuk terlebih dahulu adalah bahu. Berdasarkan uraian di atas, hal yang perlu diperhatikan adalah batas pengambilan finis terletak pada togok pelari.jadi pengambilan waktu dilakukan saat togok melewati garis finis.batasan togok adalah bagian kepala sampai dada dan perut.teknik-teknik lari di atas harus bisa dikuasai untuk bisa menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai garis finis menjadi semakin singkat. c. Unsur fisik lari 100 meter Kemampuan fisik merupakan unsur penting untuk menunjang penampilan pelari dalam suatu perlombaan.penampilan pelari saat perlombaan sangat bergantung pada kesegaran jasmani atau kondisi fisik yang dimiliki oleh pelari. Kesegaran jasmani menunjukkan kapasitas fungsional seseorang saat melakukan aktifitas.ahli faal mengungkapkan definisi kesegaran jasmani sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas yang memerlukan kerja muscular dimana kecepatan dan ketahanan menjadi kriteria utama.dalam bidang olahraga yang disesuaikan dengan ilmu faal, kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi 2, yaitu komponen yang berhubungan dengan kesehatan dan komponen yang berhubungan dengan keterampilan. Sedangkan Nossek (1982:19) membagi kondisi fisik menjadi tiga kualifikasi yang bersifat dasar, yaitu : (1) Kecepatan (speed) (2) Kekuatan (strength) (3) Ketahanan (endurance) Dalam pelaksanaan lari 100 meter dibutuhkan kerja semua anggota tubuh

8 13 dengan menguasai teknik-teknik yang benar akan diperoleh waktu yang baik. Oleh karena itu setiap pelari harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam komponen kesegaran jasmani. Komponen-komponen tersebut adalah: (Depdiknas, 2000:53-58) 1) Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan a) Daya tahan jantung-paru Adalah kemampuan untuk terus menerus dengan tetap menjalani kerja fisik yang mencakup sejumlah besar otot dalam waktu tertentu, hal ini merupakan kemampuan sistem peredaran darah dan sistem pernafasan untuk menyesuaikan diri terhadap efek seluruh beban kerja fisik.pengukuran daya tahan jantung paru dilakukan dengan mengkonsumsi oksigen maksimal (VO2max).VO2max dapat diartikan juga sebagai kemampuan tubuh untuk mengambil oksigen, kemudian mengedarkan sekaligus memanfaatkan oksigen secara maksimal. Semakin bagus VO2max seseorang maka oksigen yang digunakan pun akan semakin efektif sehingga energi yang digunakan akan tetap terjaga, selain itu itu tubuh akan semakin cepat dalam pemulihan energi yang telah dikeluarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan jantung-paru, adalah: (1) Keturunan (genetic), (2) Umur, (3) Jenis Kelamin, dan (4) Aktifitas Fisik. b) Daya tahan otot Kemampuan otot untuk menjalani kontraksi dengan beban submaksimal secara berulang atau mempertahankan kontraksi otot dalam periode waktu tertentu. c) Kekuatan otot Adalah kekuatan kontraksi maksimal otot atau sekelompok otot yang dapat dikeluarkan terhadap tahanan tertentu. Pada saat kontraksi otot akan memendek atau besar pemendekan akan tergantung beban yang harus di tahan. d) Tenaga ledak otot Adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif. Ini dipengaruhi oleh kekuatan otot dan kecepatan kontraksi

9 14 otot, memindahkan sebagian atau seluruh tubuh yang akan dilakukan satu saat dan secara tiba-tiba. e) Kelentukan Kelentukan adalah kemampuan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian, meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang membentuk sendi), otot, tendo, ligament sekitar sendi. 2) Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan a) Kecepatan Kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari satu titik ke titik yang lain atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang-ulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Faktor yang mempengaruhi kecepatan, adalah kelentukan, tipe tubuh, umur, dan jenis kelamin. b) Keseimbangan Adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. c) Kecepatan reaksi Adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan setelah mendapat rangsangan.kecepatan reaksi berhubungan dengan waktu reflek, waktu gerakan dan waktu respon. d) Koordinasi Adalah hubungan yang terjadi dari beberapa faktor saat melakukan satu gerakan. e) Komposisi tubuh Jumlah relatif lemak dan jaringan tubuh atau masa lemak bebas.komposisi tubuh seorang pelari juga dapat dilihat dari susunan otot rangkanya. Otot terdiri dari 4 (empat) komponen: sel otot, jaringan otot, saraf dan pembuluh darah. Seberkas otot terdiri dari fasikulus.fasikulus merupakan kumpulan dari sel otot atau yang disebut juga myofibril.di dalam myofibril terdapat protein-protein kontraktil (berfungsi untuk kontraksi otot), yaitu atin dan myosin.

10 15 Otot dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu : (1) Serabut lambat atau otot merah (slow twitch fibers), yaitu otot yang berisi banyak mioglobin (5 kali lebih banyak), bentuk fisiknya merah, gelap sehingga dinamakan otot merah yang menyebabkan kapasitas aerobic tinggi. Otot merah atau serabut lambat ini memiliki enzim yang menghasilkan cukup energi untuk waktu yang lama/panjang. (2) Serabut cepat atau otot putih (fast twitch fibers), yaitu serabut yang rendah mioglobin, bentuk fisiknya lebih terang mendekati putih (disebut otot putih). Mempunyai kapasitas anaerobic tinggi dan enzim yang menghasilkan sejumlah besar energi untuk waktu yang pendek/singkat.masing-masing tipe otot mempunyai respon yang berbedabeda terhadap latihan. Dari kedua macam otot tersebut di atas, seorang pelari 100 meter cenderung memiliki otot putih yang lebih dominan. Pemeriksaan otot ini dapat membantu saat pemanduan bakat anak-anak usia dini dengan tujuan untuk mengarahkan bakat apa yang bisa dikembangkan kelak. d. Sistem Energi Utama Lari 100 Meter Setiap melakukan aktifitas tubuh membutuhkan energi. Semakin berat aktifitas yang dilakukan, akan semakin besar pula energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana energi diproduksi, seberapa besar energi yang dihasilkan dan berapa lama energi tersebut dapat untuk menunjang kelangsungan aktifitas.terutama bagi pelatih, pengetahuan ini dapat untuk membantu dalam penyusunan program latihan. Sebelum lebih lanjut membahas tentang energi, terlebih dahulu membahas tentang energi itu sendiri.menurut Foss & Keteyian (1998:18) mendefinisikan, Energi adalah kapasitas atau kemampuan untuk melakukan pekerjaan.energi memberi seorang atlet kapasitas untuk melakukan usaha.energi adalah persyaratan untuk melakukan usaha fisik selama pelatihan dan perlombaan. Merle L. Foss &Steven J. Keteyian (1998 : 18) membagi energi menjadi enam bentuk, yaitu : (1) kimia, (2) mekanik, (3) panas (kalor), (4) cahaya, (5) listrik, dan (6) nuklir. Energi dapat berubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Perubahan tersebut dinamakan Transformasi energi. Energi yang digunakan tubuh untuk melakukan kerja dipasok dari makanan yang kita makan, akan tetapi energi tersebut tidak dapat

11 16 langsung diserap dari makanan, melainkan harus melalui proses-proses mekanik sehingga dihasilkan senyawa-senyawa energi yang tinggi yang dikenal sebagai adenosine trifosfat (ATP). ATP ini akan disimpan dalam sel otot. ATP terdiri dari satu molekul adenosine dan tiga molekul fosfat. Energi yang dibutuhkan untuk kontraksi otot dilepaskan dengan mengubah ATP energi tinggi menjadi ADP + Pi (adenosine difosfat + fosfat anorganik).ketika satu ikatan fosfat pecah yang menyebabkan ADP dan Pi terpecah pula, maka energi dilepaskan.jumlah ATP yang tersimpan di dalam otot dibatasi, sehingga tubuh terus menerus mengisi kembali cadangan ATP untuk melakukan aktifitas selanjutnya. Foss & Keteyian (1998:18) mengungkapkan bahwa, Hanya dari energi yang dilepaskan oleh pemecahan ATP, sel dapat melakukan usaha khususnya, kemudian Foss & Keteyian (1998:19) menambahkan bahwa, Energi yang dilepaskan pada saat pemecahan ATP ini menyatakan sumber energi yang segera dapat digunakan oleh sel otot untuk melakukan usaha. Tubuh dapat mengisi kembali cadangan ATP dengan salah satu dari tiga sistem energi yang tergantung dari jenis kegiatan fisik.dua diantaranya secara anaerob yang berarti oksigen tidak mutlak diperlukan dalam proses menghasilkan ATP, yaitu sistem ATP-PC dan sistem LA. Sedangkan cara yang ketiga adalah sistem aerobik, yaitu sistem yang membutuhkan oksigen untuk dapat menghasilkan ATP. Jenis energi yang digunakan tergantung dari intensitas dan waktu yang diperlukan untuk melakukan aktifitas tersebut. Estimasi waktu akan menentukan kebutuhan energi saat melakukan aktifitas. Ketika melakukan aktifitas, otot membutuhkan pasokan energi (ATP) secara terus menerus, sedangkan persediaan ATP dalam otot terbatas. Untuk dapat tetap melakukan aktiftas ATP harus selalu dihasilkan kembali. Proses-proses pembetukan ATP menurut Soekarman (1991:9), melalui : (1) Sistem ATP-PC (Fosfagen), (2) Sistem asam laktat dan (3) Sistem aerobik. Estimasi waktu dan energi yang digunakan untuk melakukan aktiftas adalah sebagai berikut :

12 17 ATP 1 detik ATP PC Aktifitas antara detik ATP PC LA Aktifitas antara 20 detik 2 menit Aerob (Oksigen) Lebih dari 2 menit Berdasarkan gambaran estimasi waktu dan energi yang digunakan untuk melakukan aktifitas di atas, intensitas latihan menjadi hal yang penting untuk dapat membantu dalam menyusun program latihan. Perencanaan program latihan akan lebih efektif dan efisien. Sedangkan proses pemecahan ATP sebagai berikut : ATP ADP + Pi + Energi 55 % menjadi panas dibackup ATP PC 45% digunakan untuk action P + C + Energi (digunakan untuk resistensis ADP+P) Lari 100 meter dilakukan dengan intensitas yang maksimal, dengan waktu kurang dari 15 detik. Aktivitas yang dilakukan dengan intensitas tinggi dalam waktu kurang dari 15 detik menggunakan sistem energi ATP-PC. Menurut Fox & Mathews (1981:242), aktifitas lari 100 meter diperkirakan menggunakan ATP-PC dan LA sebesar 98% dan LA-O2 sebesar 2 %. Menurut Fox, Richard & Foss (1993:289) bahwa atlet lari cepat 100 meter umumnya menggunakan waktu kerja (time performance) detik, energi yang digunakan adalah ATP-PC (anaerobic capacity).hal ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.1Presentase waktu kerja dan sistem energi dalam nomor-nomor lari(edward L. Fox, Richard W. Bower & Merle L. Foss, 1993:289) Event Marathon 6 mile (10k) 3 mile (5 k) 2 mile 1 mile 800 meter 400 meter 200 meter 100 meter Time of performance (min:sec) 135:00 to :00 to 50:00 14:00 to 25:00 8:00 to 15:00 3:50 to 6:00 1:50 to 3:00 0:45 to 1:30 0:21 to 0:35 0:09.8 to 0:15 Speed (ATP- PC Strength) Negligible 5% Aerbic capacity (oxygen sistem) 95% negligible negligible Anaerobic capacity (speed&lactid acid sistem) 5% <10 <5

13 18 Perbandingan kapasitas dan tenaga dari ketiga sistem energi tersebut didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 2.2 Kapasitas dan energi dari sistem energi(soekarman, 1991:14) Sistem Energi Timbunan phosphagen(atp-pc) Glikolisis anaerob Aerob (oxidatif) a) Sistem ATP PC (Fosfagen) Kapasitas (jml mol) Tenaga (mol/menit) Semua energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas barasal dari ATP.ATP dalam otot tersedia dalam jumlah yang terbatas. Namun apabila otot terlatih untuk melakukan aktifitas maka jumlah ATP yang tersedia akan semakin meningkat. Saat kontraksi, ATP akan pecah menjadi ADP dan Pi yang menghasilkan pelepasan energi. Energi yang dihasilkan 55% berupa panas sedangkan sisanya 45% untuk melakukan kontraksi tersebut. Apabila aktifitas/kontraksi yang dilakukan masih berlanjut maka ATP akan habis sehingga harus dibentuk kembali. Guna memenuhi kembali jumlah ATP perlu adanya posokan dari cadangan energi.merle L. Foss & Steven J. Keteyian (1998:20) menyatakan bahwa ketika cadangan habis dalam aktivitas yang berintensitas sangat (ultra) tinggi, misalnya sprinting, mereka tidak dapat diisi kembali secara efektif hingga pemulihan dimulai. Oleh karena itu harus ada senyawa lain yang membatu menyediakan energi secepat mungkin. Proses pembentukan kembali ATP ini membutuhkan peran senyawa sederhana, yaitu PC (phosphocreatine).pc ini merupakan senyawa sederhana sumber energitercepat untuk menghasilkan ATP.Soekarman (1991:12) menyatakan, bahwa PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Proses pembentukan ATP ini dilakukan dengan memecah PC menjadi Pi dan C (creatine) yang menghasilkan energi. Energi ini yang digunakan untuk meresintesis ADP dan Pi untuk menjadi ATP kembali. Proses pemecahan ini tidak memerlukan oksigen. Di dalam otot PC tersedia dalam jumlah sangat sedikit.akan tetapi jumlahnya dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan secara teratur.hal ini berlangsung pada masa pemulihan (recovery) dari suatu latihan/kerja, dimana energi yang digunakan bagi resintesis ATP berasal dari pemecahan bahan-bahan makanan.atp dan PC disebut sistem fosfagen (phosphagensistem) karena

14 19 mengandung senyawa fosfat. Reaksi kimia dari sistem fosfagen adalah sebagi berikut : PC Pi + C + Energi (Merle L. Foss & Energi Steven + ADP J. Keteyian, + Pi 1998:20) ATP Pentingnya sistem fosfagen bagi performa fisik menjadi semakin dominan.tanpa sistem ini, gerakan yang cepat dan kuat tidak dapat dilakukan, karena kegiatan-kegiatan ini memerlukan pasokan yang dapat disediakan dengan cepat.soekarman (1991:13) menyatakan bahwa olahraga yang dilakukan dengan intensitas yang sangat tinggi seperti lari 100 meter, dibutuhkan persediaan energi yang sangat cepat.hal ini hanya dapat dipenuhi oleh cadangan fosfat yang tersedia. Soekarman (1991:13) mengemukakan juga bahwa sistem fosfagen ini merupakan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat yang diperlukan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan. Seorang pelari 100 meter hanya dapat mempertahankan kecepatan maksimum selama 6 detik, selanjutnya kecepatan akan menurun. Bompa, Tudor O.& G. Gregory Haff (2009:21) berpendapat bahwa otot rangka hanya dapat menyimpan sejumlah ATP, kehabisan energi dalam usaha berintensitas tinggi selama 10 detik, sedangkan PCr dapat berkurang sebesar 50% sampai 70% dari nilai awal dalam latihan berintensitas tinggi selama 5 detik dan dapat benar-benar habis dalam merespon latihan yang kuat dan melelahkan. Sumbangan tertinggi terhadap produksi ATP oleh PCr terjadi dalam 2 detik pertama latihan inisiasi; sebesar 10 detik latihan, kemampuan PCr untuk memasok ATP berkurang sebesar 50% dan dengan 30 detik latihan PCr menyumbang sangat sedikit terhadap persediaan ATP. Pada waktu 10 detik, sumbangan sistem glikolisis terhadap pasokan ATP mulai meningkat. Di dalam otot tubuh simpanan PC yang jumlahnya kira-kira lima kali lipat simpanan ATP dalam tubuh. Akan tetapi jumlah ATP tidak hanya bergantung pada berat badan dan massa otot. Latihan yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan jumlah ATP dalam otot. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan prestasi terutama dalam pembahasan ini adalah lari 100 meter, diperlukan suatu rancangan program latihan yang cermat sehingga diperoleh latihan yang efektif dan

15 20 efisien.pengetahuan tentang sistem energi terutama sistem energi dominan yang dibutuhkan dalam lari 100 meter membantu dalam penyediaan konsumsi makanan bagi para atlet. Besarnya energi ATP yang tersedia dari sistem fosfagen dalam Merle L. Foss & Steven J. Keteyian (1998:21) adalah: Tabel 2.3Jumlah energi ATP-PC(Merle L. Foss & Steven J. Keteyian, 1998:21) 1. Konsentrasi Otot a. mm/kg otot b. mm keseluruhan otot 2. Energi yang digunakan Kcal/Kg otot Kcal keseluruhan otot OTOT ATP PC TOTAL ATP- PC (phosphagen) Tabel di atas mengandaikan berat seseorang 70 Kg dengan berat otot seluruhnya 30 kg, dan setiap molekul ATP dapat menghasilkan 10 Kcal energi. Dari tabel di atas dinyatakan bahwa simpanan PC dalam otot lebih banyak dari simpanan ATP-nya.Hal ini sesuai dengan fungsi PC, yaitu untuk menyajikan energi bagi resintesis ATP. Simpanan fosfagen seluruhnya (ATP + PC) dalam tubuh hanya antara 570 sampai 690 milimol saja, yang seharga dengan 5.7 sampai 6.9 Kcal energi yang berasal dari ATP, dan yang hanya dapat digunakan untuk kegiatan dalam waktu yang terbatas sekali sekitar 10 detik, misal untuk sprint 100 meter (Merle L. Foss & Steven J. Keteyian, 1998:22). Kemudian Foss & Keteyian (1998: 22) menyatakan, bahwa sistem fosfagen merupakan sumber ATP yang tersedia dengan cepat untuk digunakan oleh otot. Alasan yang menunjang pernyataan tersebut ialah: (1) ATP-PC disimpan secara langsung di dalam mekanisme kontraktil otot, (2) Tidak tergantung pada reaksi kimia yang panjang, dan (3) Tidak tergantung pada pengangkutan oksigen saat bernafas untuk kerja otot. Sistem fosfagen merupakan sumber energi utama untuk aktifitas yang berintensitas sangat tinggi, seperti lari 100 meter. Bompa & Haff (2009:22) mengemukakan bahwa: Pengisian kembali cadangan fosfagen biasanya merupakan sebuah proses yang sangat cepat, dengan 70 % pemulihan ATP yang terjadi dalam waktu

16 21 sekitar 30 detik dan pemulihan sempurna dalam latihan terjadi selama 3 sampai 5 menit. Pemulihan PC memakan waktu lebih lama dengan 2 menit untuk pemulihan 84%, 4 menit untuk pemulihan 89 % dan 8 menit untuk yang sempurna. Pemulihan fosfagen terjadi sebagian besar melalui metabolisme aerobik.akan tetapi, sistem glikolisis mungkin juga menyumbang pada pemulihan kumpulan fosfagen setelah latihan yang berintensitas tinggi. b) Sistem Glikolisis Anaerobik atau Sistem Asam Laktat Ketika suatu aktifitas dilakukan terus menerus melebihi sistem energi fosfagen, yaitu aktifitas yang berlangsung selama 20 detik 2 menit. Maka aktifitas tersebut membutuhkan cadangan energi yang akan dipenuhi melalui persediaan glikogen yang ada dalam otot-otot yang aktif melakukan kontraksi. Proses anaerob yang berlangsung dalam otot dimana terjadi resintesis ATP dengan glikogen sebagai sumber energinya disebut dengan proses glikolisis. Proses glikolisis merupakan proses pemecahan karbohidrat secara tak sempurna, karena belum menggunakan oksigen dan menghasilkan asam laktat sebagai hasil sampingan. Oleh karena berlangsungnya proses tanpa melibatkan oksigen maka proses ini disebut proses glikolisis anaerobik. Di dalam tubuh, semua jenis karbohidrat diubah menjadi jenis gua sederhana, yaitu glukosa, yang dapat digunakan. Bila berlebihan akan disimpan di dalam hati atau dalam otot sebagai glikogen, yang dapat segera digunakan kemudian pada saat diperlukan. Sebagai hasil sampingan, asam laktat bila menumpuk dankadarnya meninggi dapat merugikan tubuh karena akan menimbulkan kelelahan. Dibandingkan dengan sistem fosfagen, sistem glikolisis anaerob jauh lebih rumit. Pada awalnya sebagian besar ATP dipasok dari glikolisis cepat.ketika aktifitas berlangsung hampir 2 menit maka pasokan ATP berasal dari glikolisis lambat. Proses pembentukan energi glikolisis anaerobik memerlukan proses yang lebih panjang dibandingkan dengan proses pembentukan energi ATP-PC. Hal ini dikarenakan proses glikolisis anaerobik harus melalui 12 macam reaksi. Soekarman (1991 : 15) menyebutkan bahwa proses tersebut (glikolisis anaerobik) diperlukan 12 macam reaksi berurutan, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lambat jika dibandingkan dengan ATP-PC. Kemudian Soekarman menambahkan ciri-ciri glikolisis anaerobik dapat disimpulkan sebagai berikut:

17 22 (1) Menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan. (2) Tidak membutuhkan oksigen. (3) Hanya menggunakan karbohidrat. (4) Memberikan energi untuk resintesis beberapa molekul ATP saja. Proses glikolisis anaerobik ini menghasilkan asam laktat (LA). Jika asam laktat yang dihasilkan melebihi kemampuan tubuh untuk mentoleransi maka asam laktat itu akan menumpuk. Penumpukan asam laktat ini akan mengakibatkan otot mengalami kelelahan sehingga aktifitas akan terhenti. Glikogen diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat. Makanan rendah karbohidrat akan berakibat pada berkurangnya cadangan glikogen dalam otot sehingga berdampak pada aktifitas yang dilakukan, terutama latihan yang memerlukan intensitas tinggi dan durasi yang panjang. Bompa & Haff (2009 : 23-24) mengemukakan bahwa Latihan aerobik dan latihan anaerobik seperti interval sprint yang berulang-ulang dan pelatihan ketahanan dapat secara signifikan mempengaruhi otot dan cadangan glikogen liver. Aktifitas dengan intensitas dan durasi yang tinggi akan menguras cadangan glikogen yang ada dalam otot. Pengisian kembali atau pemulihan glikogen otot ini memerlukan waktu yang panjang. Bompa & Haff (2009:24) menjelaskan bahwa Setelah menyelesaikan latihan, secara umum memerlukan waktu antara jam bagi glikogen otot agar pulih secara sempurna. Kemudian ketika terjadi kerusakan otot atau persediaan karbohidrat yang tidak memenuhi, maka pemulihan kembali glikogen otot memerlukan waktu yang lebih panjang. Ini diperjelas oleh pendapat Ivy dan rekanrekan dalam Bompa & Haff (2009:24) bahwa Jika karbohidrat dikonsumsi dalam 2 hari setelah menyelesaikan latihan, penyimpanan glikogen otot dapat meningkat 45%. Pemahaman ini sangat penting disaat mengikuti perlombaan, dimana waktu yang digunakan untuk lomba sangat pendek. Sehingga dapat diambil kesimpulan, bahwa konsumsi karbohidrat yang cukup akan membantu menjaga performa atlet. e. Kecepatan Lari 100 Meter Kecepatan merupakan unsur utama dalam lari 100 meter.bompa (1990) mengemukakan bahwa salah satu kemampuan biomotorik yang sangat penting dilakukan dalam olahraga adalah kecepatan, atau kapasitas untuk berpindah, bergerak secepat mungkin.pernyataan tersebut mendukung bahwa kecepatan

18 23 merupakan unsur yang sangat penting dalam melakukan gerak motorik.lari cepat atau sprint merupakan gerak motorik yang komplek, yaitu koordinasi antar bagianbagian tubuh sehingga dapat melakukan gerakan dengan cepat.oleh karena itu kecepatan menjadi unsur utama yang sangat penting dalam lari 100 meter. Menurut Ismaryati (2008:57) kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat. Ditinjau dari sistem gerak kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Kecepatan adalah salah satu kemampuan biomekanika yang penting untuk melakukan aktifitas olahraga (Bompa, 1990). Menurut Harsono (1988:314) kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.syaifullah (2006:17) mendifinisikan kecepatan sebagai kemampuan untuk bergerak dengan kecepatan yang paling cepat. Kecepatan ini secara meyakinkan menyumbang dalam prestasi lari cepat (sprint) dan loncat horisontal (horizontal jamp). Sedangkan Nossek (1982 :82) mengemukakan kecepatan merupakan kualitan kondisional yang memungkinkan seseorang olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk menampilkan/melakukan gerakan secepat mungkin. Rushall, & Pyke (1992: 252) menyatakan bahwa, pada saat sebuah tindakan sangat cepat dan tampaknya memerlukan usaha yang relatif kecil hal ini biasanya diklasifikasikan sebagai gerakan kecepatan. Kemudian Sugiyanto, dkk (2007:62) juga mengemukakan kecepatan sebagai kemampuan untuk berpindah tempat/bergerak pada seluruh tubuh atau bagian dari tubuh dalam waktu yang singkat. Secara fisika, kecepatan diartikan sebagai perbandingan antara jarak (panjangnya lintasan ) dan waktu (lamanya gerak). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut kecepatan dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk berpindah tempat/bergerak pada seluruh bagian tubuh atau sebagian dari tubuh dalam waktu yang singkat dengan usaha yang relatif kecil Lari 100 meter adalah berlari dengan menempuh jarak 100 meter. Jadi kecepatan lari 100 meter adalah kemampuan tubuh untuk berlari secepat mungkin (waktu

19 24 yang sesingkat-singkatnya) dengan menempuh jarak 100 meter.mengacu pada pendapat-pendapat di atas, kecepatan memiliki peran terpenting dalam pencapaian lari 100 meter.pencapain kecepatan tidak dapat langsung secara maksimal, melainkan melalui tahapan yang disebut percepatan (accelerasion). Jadi pencapaian kecepatan lari 100 meter dapat digambarkan sebagai berikut: Percepatan Penurunan Kecepatan awal Kecepatan maksimal Perlambatan Gambar 2.6Kecepatan dan percepatan dalam lari sprint Percepatan ialah perubahan dari kecepatan dalam satuan waktu tertentuimam Hidayat,(1997:106). Nossek (1982:90) menyebutkan empat fase analisis kecepatan, yaitu : (1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi (2) Akselerasi (3) Dasar kecepatan lari (4) Ketahanan kecepatan Kecepatan dibedakan menjadi dua macam, yakni kecepatan umum dan kecepatan khusus. (1) Kecepatan umum Adalah kapasitas untuk melakukan berbagai macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang cepat. (2) Kecepatan khusus Adalah kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau keterampilan pada kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi.kecepatan khusus adalah khusus untuk tiap cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat ditransferkan, dan hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus. (Ismaryati, 2008:57) Kecepatan menurut Haag & Kremple (1987:20) kecepatan dibedakan menjadi kecepatan asiklis, siklis dan kecepatan dasar.

20 25 (1) Kecepatan asiklis Adalah kecepatan gerak yang dibatasi oleh faktor-faktor yang terletak pada otot, yakni kekuatan statis, kecepatan kontraksi otot, gerak otot-otot antagonis, panjang pengungkit dan massa yang digerakkan. (2) Kecepatan siklis Adalah produk yang dihitung dari frekuensi dan amplitudo gerak (3) Kecepatan dasar Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal yang dapat dicapai dalam gerak siklis adalah produk maksimal yang dapat dicapai dari frekuensi dan amplitude gerak. Sedangkan kecepatan menurut Sugiyanto, (2007: 62-64) dibagi menjadi 6 (enam ) jenis, yaitu : 1) Kecepatan maksimal Adalah fase dimana gerak mencapai pada titik kecepatan penuh setelah didahului dengan percepatan. 2) Kecepatan optimal Adalah kemampuan mengembangkan kecepatan maksimal tapi terkontrol. 3) Dayatahan kecepatan Adalah kemampuan untuk bergerak cepat dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan. 4) Kecepatan reaksi Adalah waktu antara datangnya stimulus dengan gerakan awal. 5) Quickness Adalah waktu yang menghubungkan antara reaksi dengan dimulainya gerakan menuju pada kecepatan. 6) Kelincahan Merupakan kemampuan untuk bergerak, berhenti dan mengubah kecepatan serta mengubah arah dengan cepat dan tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan (Depdiknas, 2000:56) adalah : 1) Kelentukan. Kurangnya kelentukan daerah pinggul dan tungkai atas akan mengurangi kecepatan lari, karena tahanan yang dibuat oleh otot yang berlawanan.

21 26 2) Tipe tubuh Orang yang obesitas cenderung mempunyai gerak yang lamban, hal ini karena friksi dari sel-sel lemak dalam sel otot serta beban ekstra dari berat badan yang harus diatasi pada saat melakukan gerak. 3) Umur Peningkatan kecepatan sesuai dengan penambahan umur.akan tetapi penurunan ini dapat ditunda apabila terus dilatih secara teratur. 4) Jenis kelamin. Terlihat perbedaan kecepatan antara laki-laki dan perempuan.perempuan hanya memiliki 85% dari laki-laki.perbedaan ini dipengaruhi oleh kekuatan otot. Gandelsman dan Smirnov (1970) dalam Bompa (1990) memasukkan lari dalam kelompok pencapaian kecepatan yang tinggi pada keterampilan siklik, artinya bahwa kelompok ini memiliki inti utama, yaitu kecepatan. Program latihan yang dilakukan adalah untuk dapat menyesuaikan kecepatan dengan berbagai lari 100 meter.keberhasilan lari 100 meter dilihat dari catatan waktu yang ditempuh.semakin cepat berlari maka waktu yang diperoleh semakin singkat.pencapaian kecepatan biasa dijadikan tolak ukur bagi keberhasilan program latihan yang menyangkut sistem syaraf pusat, neuromuskuler dan kardiovaskuler. 2. Latihan untuk Meningkatkan Kecepatan Lari 100 Meter a. Pengertian dan Tujuan Latihan Latihan adalah suatu proses penyesuaian tubuh yang dilakukan dengan berulang-ulang secara sistematis dengan menambah beban secara bertahap untuk mencapai prestasi maksimal Hamid, A, (2000:7). Kemudian Harsono (1992:2) dalam Hadisasmita & Syarifuddin (1996:126) menyatakan bahwa latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan berulang-ulang, demikian menambah jumlah beban ketihan serta intensitas latihan. Sistematis berarti berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah ke yang lebih sukar, latihan teratur, dari yang sederhana ke yang lebih rumit. Sedangkan menurut Harre (1971) dalam Nossek (1982:12) mendefiniskan latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip paedagogis. Proses ini dirancang dan

22 27 sistematis, meningkatkan kesiapan untuk tampil. Bompa & Haff (2009:6) mengemukakan bahwa pelatihan merupakan sebuah proses yang terorganisasi dimana tubuh dan pikiran terpapar secara terus menerus dengan stressor (penyebab stress) dengan volume (kantitas) dan intensitas yang bervariasi. Kemampuan seorang atlet untuk menyesuaikan diri terhadap beban latihan merupakan langkah awal untuk bisa menaikkan kemampuan tubuhnya. Program latihan yang terencana dengan baik, metodis dan menantang akan membantu meningkatkan performa atlet. Bompa & Haff (2009:9) mengambarkan skema program latihan dan pencapaian performa: Peningkatan Rangsangan (beban) ADAPTASi Peningkatan Performa Berdasarkan pendapat-pendapat di atas definisi latihan adalah suatu proses yang sistematis yang dilakukan berulang-ulang untuk proses penyesuaian tubuh terhadap beban latihan yang terus meningkat dengan berpendoman pada prinsip-prinsip ilmiah dan prinsip-prinsip paedagogis. Tujuan dari latihan adalah untuk menjadikan tubuh mampu melakukan aktifitas secara maksimal. Latihan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus akan membantu pencapaian prestasi secara maksimal. Harsono (1992:5) dalam Hadisasmita & Syarifuddin (1996:126) menyatakan bahwa tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan oleh pelatih, yaitu : a) Latihan fisik b) Latihan teknik c) Latihan taktik d) Latihan mental Keempat aspek harus dilakukan secara serempak dan tidak satu pun boleh terabaikan. Untuk dapat mencapai tujuan utama dari latihan, yaitu taraf keterampilan dan prestasi dari para atlet, maka tujuan umum dari latihan harus dicapai. Maksud dari tujuan umum latihan Bompa & Haff (2009: 4) adalah :

23 28 a) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multilateral b) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni. c) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya. d) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan. e) Untuk mengelola kualitas kemauan. f) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal. g) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet. h) Untuk mencegah cidera. i) Untuk meningkatkan pengetahuan teori. b. Prinsip-prinsip Latihan Pengetahuan tentang latihan harus diimbangi dengan pengetahuan tentang hal yang lain yang tidak kalah penting, yaitu prinsip-prinsip latihan. Prinsip-prinsip latihan adalah suatu dasar bagi atlet dan pelatih tentang hal-hal yang harus dilakukan atau dijadikan sebagai pedoman.tanpa mengetahui prinsip-prinsip latihan seorang pelatih atau atlet tidak dapat berhasil dalam latihan. Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa (1990)adalah sebagai berikut: a) Prinsip Beban Lebih (Overload) Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet, artinya berlatih dengan beban yang berada di atas ambang rangsang.prinsip beban lebih disebut juga dengan prinsip stress (overload). Latihan ditingkatkan secara bertahap, dan disesuaikan denagn kemampuan fisiologis dan psikologis setiap individu atlet.dasar fisiologis ini berpedoman kepada suatu bukti bahwa hasil dari latihan adalah efisiensi fungsional organ dan sekaligus kapasitas kerja secara bertahap meningkat dalam waktu yang cukup lama (Bompa, 1990).Jika tubuh telah mampu beradaptasi terhadap beban latihan yang diberikan maka latihan berikutnya harus ditekankan dengan cara mengubah faktor-faktor yang mempengaruhi latihan tersebut yang mencakup: (a) frekuensi, (b) volume, (c) intensitas, (d) density, (e) durasi,

24 29 overload dicapai dengan memanipulasi kombinasi dari frekuensi latihan, intensitas latihan, dan durasi latihan. Sistem faal tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan rangsang-rangsang latihan (adaptasi).adaptasi adalah penyesuaian fungsi dan struktur organ atlet akibat beban latihan yang diberikan oleh pelatih. Hadisasmita & Syarifuddin (1996: ) menyebutkan 3 tingkat adaptasi diwujudkan oleh penampilan kerja atlet sebagai berikut: (1) Superkompensasi (prestasi naik), karena : (a) Beban di atas ambang / teratur. (b) Istirahat cukup. (c) Metode dan bahan tepat. (d) Gizi makanan baik. (2) Plateau (prestasi tetap), karena : (a) Beban tepat ambang rangsang. (b) Pelatih tak mampu. (c) Metode tidak sesuai. (d) Pembinaan fisik salah. (e) Atlet motovasi lemah. (f) Umur prestasi habis. (3) Prestasi turun (involusi), karena : (a) Umur prestasi sudah lewat. (b) Latihan tidak teratur / ringan. (c) Kemampuan pelatih terbatas. (d) Overtraining. (e) Sakit dan motivasi rendah. (f) Kurang gizi makanan. (g) Istirahat kurang. (h) Metode dan beban latihan tidak tepat. (4) Prestasi naik-turun (fluktuasi) Agar adaptasi terhadap latihan dapat dicapai dengan baik, maka penerapannya harus diselingi dengan masa-masa pemulihan atau penurunan intensitas dan volume latihan. Oleh karena itu:

25 30 (a) Istirahat yang cukup tiap hari sangat penting. (b) Hari-hari latihan berat harus diselingi dengan hari-hari latihan ringan. (c) Rencana latihan harus disusun dalam siklus-siklus, yaitu misalnya setelah latihan puncak, latihan kemudian diturunkan intensitas dan volumenya. Prinsip peningkatan bertahap beban latihan, merupakan dasar untuk semua perencanaan latihan olahraga (Bompa, 1990). Peningkatan latihan beban akan mengakibatkan keadaan sedikit kurang stabil terhadap fungsi organ serta psikologis atlet. Ketika keadaan itu telah tercapai maka akan ada fase penyesuaian hingga mencapai puncak dengan peningkatan tingkat latihan serta prestasi. Berikut ilustrasi prinsip beban beban berlebih dengan sistem tangga: Gambar 2.7Prinsip beban berlebih (the overload principle) TIHAN%20Oleh%20Dikdik%20Zafar%20Sidik.pdf Prinsip beban berlebih sebaiknya menganut sistem tangga (step-type approach).efek latihan pada tubuh adalah semua yang terjadi dalam latihan. Bila pembebanan latihan terlalu ringan, efek latihan setelah pemulihan akan menjadi kurang dari yang diharapkan. Jika pembebanan latihan terlalu besar/berat maka akan terjadi overtraining.

26 31 Gambar 2.8Efek latihan (overcompensation) Keterangan: : latihan terlalu berat. : latihan terlalu kuat : latihan terlalu ringan. ( ATIHAN%20Oleh%20Dikdik%20Zafar%20Sidik.pdf) b) Prinsip Perkembangan Multilateral Prinsip perkembangan menyeluruh (multirateral) menekankan pada keterlibatan semua komponen dalam pelatihan, dimana segala hal dapat dijadikan pengetahuan untuk menambah komponen diri.prinsip perkembangan menyeluruh membantu pelatih dalam mengembangkan dasar-dasar yang menunjang keterampilan. Oleh karena itu disarankan kepada para pelatih untuk tidak membatasi atletnya dengan memberikan spesialisasi pada usia dini. Prinsip perkembangan multirateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada interdependensi (saling ketergantungan) antara semua organ dan sistem tubuh manusia, antara komponen-komponen biomotorik dan antara prosesproses faal dengan psikologis Hadisasmita & Syarifuddin (1996:134). Perubahan yang terjadi ketika suatu program latihan dilakukan merupakan hubungan keterkaitan antara faktor fisiologis, psikologis dan faktor eksternal berupa program latihan yang menyatukan faktor-faktor tersebut. Berikut fase pokok dalam latihan olahraga : prestasi tinggi latihan yang khusus pengembangan menyeluruh Gambar 2.9 Fase pokok dalam latihan olahraga (Bompa & Haff (2009:32)

27 32 c) Prinsip Intensitas Latihan Hasil dari suatu program latihan akan tampak apabila latihan dilakukan secara intensif, dimana pelatih secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan (repetisi) serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. d) Prinsip Kualitas Latihan Keberhasilan suatu program latihan juga bergantung pada kualitas dari latihan itu sendiri.program latihan harus berbobot, bermutu serta sesuai dengan sasaran. Program latihan yang berkualitas adalah: (a) Latihan yang diberikan bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan atlet. (b) Apabila koreksi-koreksi yang tepat dan konstruktif sering diberikan. (c) Apabila pengawasan dilakukan oleh pelatih sampai ke detail setiap gerakan dan setiap kesalahan segera diperbaiki. (d) Apabila prinsip-prinsip overload diterapkan, e) Prinsip Keterlibatan Aktif Keaktifan semua personal daam latihan akan menjadikan tujuan latihan tercapai secara maksimal. Keaktifan ini berarti keikutsertaan pelatih dan atlet dalam setiap latihan.pelatih perlu menjalin hubungan yang harmonis dengan atlet agar timbul keinginan dari atlet untuk mengikuti program latihan dengan kesadaran sendiri. Apabila semua personal (pelatih dan atlet) sudah memiliki kesadaran untuk mengikuti latihan, maka akan mudah untuk bersamasama mencapai tujuan latihan, yaitu prestasi yang maksimal. f) Variasi Dalam Latihan Variasi latihan merupakan cara untuk menghindarkan atlet dari kejenuhan terhadap rutinitas latihan. Apabila kejenuhan sudah dirasakan, maka akan mempengaruhi motivasi untuk berlatih. Oleh karena itu perlu adanya variasi latihan dengan tetap berprinsip pada prinsip-prinsip latihan. Peran dari pelatih sangat penting dalam merancang kreatifitas program latihan. Selain untuk meningkatkan unsur-unsur fisik program latihan juga harus memberikan rasa senang sehingga menimbulkan motovasi untuk menyelesaikan latihan dan mencapai tujuan dari latihan

28 33 g) Prinsip Individualisasi Bompa & Haff (2009:38) berpendapat bahwa individualisasi dalam latihan adalah suatu kebutuhan yang utama dari suatu bentuk usaha latihan, dan ini berbeda untuk setiap atlet.keunikan masing-masing atltet harus menjadi perhatian bagi pelatih.tujuan dari prinsip individualisasi adalah mengetahui kekurangan dan kelebihan dari masing-masing atlet sehingga program latihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tiap atlet.perencanaan individualisasi mengarah pada kekhususan program untuk tiap atlet. Ritter s (1981) dalam Bompa (1990) menyebutkan bahwa pelatihpelatih yang efektif dalam latihan akan mengembangkan pengetahuan tentang aturan seperti di bawah ini : (a) Analisis yang luas dari kemampuan-kemampuan usaha setiap atlet dan pengembangan personal, menyangkut didalamnya umur, pengalaman, kapasitas individu, status kesehatan dalam latihan. Beban latihan dan kecepatan-kecepatan atlet dalam penulihan, bentuk tubuh dan tipe syaraf, jenis kelamin. (b) Penyesuaian kerja. (c) Organ seorang wanita terutama perbedaan struktur secara anatomi dan biologi harus menjadi perhatian. h) Penetapan Sasaran (Goal Setting) Penetapan sasaran berarti penetapan tujuan dan sasaran latihan.penentapan sasaran ini berhubungan dengan periode latihan, yaitu jangka panjang, menengah dan jangka pendek. i) Prinsip Perbaikan Kesalahan Apabila pada saat latihan, atlet melakukan kesalahan, maka pelatih harus melakukan perbaikan dengan menyertakan penyebab kesalahan. c. Variabel-variabel Latihan Program latihan yang efisien disesuaikan dengan kebutuhan fungsional, fisiologis dan psikologis.artinya suatu program latihan dirancang untuk memenuhi tujuan dari performa.oleh karena itu, seorang pelatih harus terlebih dahulu menentukan variable mana yang harus didahulukan untuk menunjang performa atlet. Bompa & Haff (2009:78) menyatakan bahwa program pelatihan fisik

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA

PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA (Studi Eksperimen Rasio Kerja Istirahat 1: 10, 1:15 dan 1: 20 pada Atlet Putra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Lari Cepat 100 Meter Lari 100 meter sebagai nomor lari jarak pendek merupakan salah satu nomor lari cepat (sprint). Lari cepat (sprint) adalah gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masase berfungsi untuk melancarkan peredaran darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu dengan tangan tangan atau alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima dan dapat digemari masyarakat, gejala ini terjadi karena atletik merupakan olahraga yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Renang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Renang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Renang a. Hakikat Renang Renang merupakan salah satu cabang olahraga aquatik. Renang adalah upaya untuk menggerakkan (mengapungkan

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi yang tinggi dalam suatu cabang olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai melalui usaha dan kerja keras

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia Perbedaan pengaruh metode latihan dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (Studi eksperimen metode latihan lari cepat Akselerasi dan Repetisi pada siswa putra kelas 2 SMP Negeri 4 Pringsewu

Lebih terperinci

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pedidikan Jasmani, dan Kesehatan Disusun oleh Nitya Nurul Fadilah Kelas 12.IPA 4 SMA NEGERI 1 TASIKMALAYA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga. Karena sebagian gerakannya dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lainnya. Cabang atletik memiliki empat macam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya peningkatan kesehatan jasmani seluruh masyarakat, pemupukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya peningkatan kesehatan jasmani seluruh masyarakat, pemupukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak zaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistika yang dilakukan pada tes

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakangerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan lempar (Eddy Purnomo, 2007:1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga terus meningkat dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia yang semakin maju. Dengan keadaan itu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan

Lebih terperinci

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah merupakan suatu usaha untuk menambah atau mengumpulkan berbagai

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga pada masa sekarang merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam olahraga maupun berolahraga terdapat berbagai tujuan

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA Oleh: Sb Pranatahadi JARUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN: Anatomi Fisiologi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA 73 EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA Deni Afrizal 1, Bambang Kridasuwarso 2, Ika Novitaria Marani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

Yan Indra Siregar. Abstrak

Yan Indra Siregar. Abstrak 120 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SLIDE JUMP SPRINT DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP WITH LATERAL MOVEMENT TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN HASIL LARI 100 METER PADA MAHASISWA PKO STAMBUK 2014 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p ROWING PHYSIOLOGY PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika pertandingan. Pada saat latihan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU)

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) ahmadnarulloh@yahoo.co.id DIPENGARUHI OLEH FAKTOR (Bompa, 2000): 1. Kondisi Fisik 2. Kemampuan Teknik 3.

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan olahraga prestasi yang baik tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.faktor tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : PEDUT HANANTA PUTRA NIM. K

SKRIPSI. Oleh : PEDUT HANANTA PUTRA NIM. K PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN REPETITION SPRINT TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 25 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : PEDUT HANANTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kecepatan Lari a. Pengertian Kecepatan Lari Lari merupakan salah satu nomor dalam atletik, yang terdiri dari empat tahap yaitu menumpu ke depan, mendorong, pemulihan,

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani dan rohani. Untuk mencapai hasil pembangunan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sepakbola merupakan olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Fakta membuktikan bahwa saat ini sepakbola menduduki peringkat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3

MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3 Jurnal Pedagogik Keolahragaan Volume 1, Nomor 2, Juli - Desember 2015, 69-78 MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3 Muhammad Arfa *, Hotma Doli Parlindungan

Lebih terperinci

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku Sistem Energi Dalam Olahraga Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar mengukur seberapa besar energi

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN. Hedi Ardiyanto Hermawan

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN. Hedi Ardiyanto Hermawan PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Hedi Ardiyanto Hermawan Latihan? Latihan merupakan proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulangulang, dengan kian hari kian menambah junlah beban latihannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AISYAH LIFSANTIN NA IMA J 120 110 007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah di berbagai bidang, termasuk bidang olahraga. Untuk meningkatkan olahraga diperlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Lampiran 4. TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap atlet pastilah memiliki tujuan untuk mencapai performa maksimal dalam setiap pertandingan yang diikutinya, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS Oleh : RIA LUMINTUARSO NIP. 19621026 198812 1 001 DISPORA KABUPATEN PURWOREJO 11-13 PEBRUARI 2008 1 A. LANDASAN KEGIATAN

Lebih terperinci

RUNNING SKILLS. Skill highlights

RUNNING SKILLS. Skill highlights RUNNING SKILLS Skill highlights 1. Waktu yg ditempuh atlet pada jarak tertentu ditentukan oleh panjang langkah (stride length) dan frekuensi langkah (stride frequency) Panjang tungkai atlet dan dorongan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Hakikat lari sprint 100 meter dalam olahraga atletik

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Hakikat lari sprint 100 meter dalam olahraga atletik BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat lari sprint 100 meter dalam olahraga atletik Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN LATIHAN LARI UPHILL D AN LARI D OWNHILL TERHAD AP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PAD A ATLET FUTSAL

2016 PERBAND INGAN LATIHAN LARI UPHILL D AN LARI D OWNHILL TERHAD AP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PAD A ATLET FUTSAL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masingmasing beranggotakan lima orang di dalam lapangan.menurut Murhananto (2008;7) Futsal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Kebugaran Jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan LAMPIRAN 7 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Tes Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016 ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 016 Osa Maliki 1), Husnul Hadi ), Ibnu Fatkhu Royana 3) Universitas PGRI Semarang osamaliki04@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan melayang diudara (Syarifudin, 1985) menjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya (Benidektus, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan melayang diudara (Syarifudin, 1985) menjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya (Benidektus, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lari Cepat 100 Meter Lari merupakan gerakan berpindah dengan tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Gerakan lari dan gerakan berjalan hampir sama,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apabila seorang atlet ingin mendapatkan prestasi yang maksimal tentu saja kemampuan yang dimiliki atlet harus ditingkatkan semaksimal mungkin. Dalam upaya

Lebih terperinci