PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA"

Transkripsi

1 PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA (Studi Eksperimen Rasio Kerja Istirahat 1: 10, 1:15 dan 1: 20 pada Atlet Putra SMP Kabupaten Temanggung) Oleh : Ratna Kumala Setyaningrum ABSTRACT The study is aimed at find out: (1) The difference of effect on anaerobic interval practice with break rasio of 1:10, 1:15 and 1:20 to the speed of 100 meter sprint, (2) The difference of effect on the amount of aerobic capacity during practice to the speed of 100 meter sprint, (3) The interaction between the rasio difference of practice-break in anaerobic interval practice and aerobic capacity to the speed of 100 meter sprint. The study uses an experimental method which contains three variabels, i.e. manipulative free variabel (practice method), attributive variabel (aerobic capacity), and bound variabel (the speed of 100 meter sprint). The design of the study is the factorial 3x3. The sample used in this study is all 100 meter sprint male athletes in SMP Kabupaten Temanggung year 2011, as many as 40. The sample collection was conducted by purposive random sampling. The data of aerobic capacity was obtained by a Multistage Fitness Test, while the 100 meter sprint speed was measured by a 100 meter sprint test. The data was analyzed using ANAVA technique. Prior to using ANAVA test, a sample normality test (Lilliefors test with α = 0.05) and a variance homogeneity test (Bartlet test with α = 0.05) was conducted. The results of the study show that: (1) There are many differences about anaerob interval exercise by rasio 1:10, 1:15 and 1:20 to increase the result the fast running 100 m. F (count) = 7.88 > F (table) = The effect of anaerob interval exercise 1:15 more better than 1:20 and 1:10, the value is 1.20, for low aerobic capacity more better use rasio 1:20. (2) There are many differences effect between the higher aerob capacity, medium aerobic capacity for the result the fast running 100 m. F (count) = 6.56 > F (table) = The increasing product the fast running 100 m, the higher aerob capcity are more better than the sample who have medium or lower aerob capacity. (3) There are many interaction between rasio difference of practice- Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

2 break in anaerobic interval practice and aerobic capacity to the speed of 100 meter sprint. F (count) = 3.30 > F (table) = Keyword :Work and Rest Ratio, Anaerobic Interval Exercise, and Aerobic Capacity, Speed of 100 Meter. A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup berkembang di Indonesia. Pengertian atletik sendiri adalah aktifitas jasmani yang kompetitif dapat diadu, meliputi beberapa nomor lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar. Gerakan-gerakan dalam atletik merupakan dasar bagi cabang olahraga lain, karena hampir semua cabang olahraga membutuhkan adanya kekuatan, kecepatan, kelentukan dan daya tahan, yang semuanya terdapat dalam atletik. Oleh karena itu tidak berlebihan jika atletik disebut ibu dari semua cabang olahraga (mother of sport). Keberhasilan pencapaian prestasi tidak lepas dari program latihan yang diberikan. Perencanaan program latihan yang cermat dan efisien menjadi faktor pendukung selain teknik yang benar. Diantaranya adalah menentukan intensitas latihan, penyelarasan waktu kerja dan istirahat serta penyusunan program latihan yang efektif dan efisien yang mengarah pada tercapainya tujuan latihan. Usaha untuk mencapai prestasi atletik, khususnya lari 100 meter diperlukan berbagai pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat tentang faktor-faktor yang menentukan dan menunjang prestasi lari 100 meter. Lari 100 meter termasuk dalam nomer lari jarak pendek. Edward L. Fox, Richard W. Bower and Merle L. Foss (1988 : 207) mengemukakan bahwa aktifitas fisik dalam olahraga adalah intermitten, artinya suatu aktifitas yang terdiri dari interval kerja (work interval) dan interval istirahat (rest interval). Seperti yang telah dikemukakan di atas, program latihan yang tepat untuk Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

3 meningkatkan kecepatan lari 100 meter adalah latihan interval. Metode latihan interval adalah metode latihan dimana atlet secara bergantian melakukan aktifitas antara aktifitas kerja atau interval kerja (work interval) dan interval istirahat (rest interval). Sistem energi utama yang digunakan pada saat lari 100 meter adalah sistem energi anaerob, sedangkan pada saat istirahat adalah sistem energi aerob. (Merle L. Foss & Steven J. Keteyian, 1998:44) Berdasarkan sistem energi utama, waktu pelaksanaan kerja merupakan dasar untuk penyusunan interval kerja dan interval istirahat. Beberapa unsur atau elemen penentu dalam latihan interval perlu dipertimbangkan. Brent Russhal & Frank S. Pyke (1992:215) mengemukakan bahwa pemulihan sama pentingnya dengan kerja. Latihan untuk meningkatkan kecepatan lebih banyak membutuhkan waktu istirahat. Tujuannya adalah untuk mencapai pemulihan energi yang maksimal (recovery maksimal) sedangkan untuk melatih ketahanan, perbandingan antara aktifitas kerja dan istirahatnya dapat lebih sedikit atau singkat. Oleh karena itu, jika perbandingan waktu kerja dan istirahat tidak sesuai, akan mengubah latihan kecepatan menjadi latihan ketahanan atau sebaliknya. Brent S. Rushall & Frank S. Pyke (1992:210) mengemukakan bahwa lari interval jarak pendek dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 hingga 1 : 5 adalah untuk meningkatkan daya tahan anaerob. Brent S. Rushall & Frank S. Pyke (1992:270) juga mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kecepatan adalah dengan berlari 6 15 detik, dengan intensitas 100% dan lama istirahat 1-2 menit. Akan tetapi bila kita melihat siapa dan program latihan apa yang diberikan, tentu perbandingan rasio kerja-istirahat bisa berlainan. Pada penelitian ini, sampel merupakan pelari jarak pendek pemula, sehingga bila menggunakan perbandingan rasio kerja-istirahat 1:3 dan 1:5, pemulihan energi berlangsung terlalu cepat. Kemampuan atlet untuk menyelesaikan program latihan dipengaruhi oleh kapasitas aerob yang dimiliki. Penentukan perbandingan rasio kerja-istirahat Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

4 dilihat dari tingkat kapasitas aerobnya. Semakin baik kapasitas aerob maka akan semakin cepat peoses pemulihannya. Demikian pula sebaliknya jika kapasitas aerobnya rendah, maka akan membutuhkan proses yang lebih lambat. Oleh karena itu pemberian latihan pada tiap atlet perlu mempertimbangkan kondisi fisik, terutama kapasitas aerob. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa perbandingan latihan interval anerob dengan rasio kerja-istirahat 1:10 lebih baik dibandingkan rasio kerja 1:5 dalam pencapaian kecepatan lari 100 meter. Akan tetapi dengan rasio 1:10 ternyata masih menimbulkan terbentuknya asam laktat. Apabila aktifitas (latihan interval) dilakukan terus menerus maka akan terjadi penimbunan asam laktat yang mengakibatkan kelelahan. Berdasarkan analisis penelitian tersebut, peneliti mencoba mengkaji kembali pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio istirahat lebih banyak, yaitu 1:10, 1:15 dan 1:20 terhadap kecepatan lari 100 meter. Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji mengenai perbedaan pengaruh rasio kerja-istirahat dalam latihan interval anaerob dan kapasitas aerob terhadap kecepatan lari 100 meter. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh latihan interval anerob dengan rasio kerjaistirahat 1:10, 1:15 dan 1:20 terhadap kecepatan lari 100 meter? 2. Adakah perbedaan pengaruh kapasitas aerob tinggi, sedang dan rendah dalam latihan interval anaerob terhadap kecepatan lari 100 meter? 3. Adakah interaksi antara perbedaan rasio kerja-istirahat dalam latihan interval anaerob dengan kapasitas aerob terhadap kecepatan lari 100 meter? C. Pembahasan Masalah 1. Lari Cepat 100 Meter a. Pengertian Lari Cepat 100 Meter Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

5 Lari 100 meter merupakan salah satu nomor lari cepat dalam cabang olahraga atletik. A. Hamid S. N.. (2000:49) mengemukakan pengertian lari cepat (sprint) adalah Semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang ditempuh. Pelaksanaan lari 100 meter membutuhkan semua unsur kesegaran jasmani yang ada dalam tubuh, yaitu kecepatan, kekuatan, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, koordinasi, ketahanan kardiovasculer dll. b. Teknik Lari 100 Meter Ada 3 (tiga) unsur-unsur teknik penting dalam lari 100 meter, yaitu (1) Teknik start, (2) Teknik lari, dan (3) Teknik melewati garis finish. Sedangkan menurut Gerry A. Carr (1997:13) adalah (1) Start yang baik, (2) Reaksi yang cepat, (3) Akselerasi yang baik, (4) Mempertahankan kecepatan selama mungkin, dan (5) Teknik lari yang efisien. Unsur-unsur di atas menjadi satu bagian yang saling berkaitan untuk dapat memperoleh catatan waktu yang baik. c. Unsur Fisik Lari 100 Meter Kemampuan fisik merupakan unsur penting untuk menunjang penampilan pelari dalam suatu perlombaan. Penampilan pelari saat perlombaan sangat bergantung pada kesegaran jasmani atau kondisi fisik yang dimiliki oleh pelari. Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Nossek (1982:19) membagi kondisi fisik menjadi tiga kualifikasi yang bersifat dasar, yaitu : (1) Kecepatan (speed), (2) Kekuatan (strength) dan (3) Ketahanan (endurance). Sedangkan Depdiknas (2000:53-58) membagi kesegaran jasmani menjadi 2 (dua), yaitu komponen yang berhubungan dengan kesehatan (daya tahan jantung-paru, daya tahan otot, kekuatan otot, tenaga ledak otot, dan kelentukan) dan komponen yang Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

6 berhubungan dengan keterampilan (kecepatan, keseimbangan, kecepatan reaksi, koordinasi, dan komposisi tubuh). d. Sistem Energi Utama Lari 100 Meter Setiap melakukan aktifitas tubuh membutuhkan energi. Semakin berat aktifitas yang dilakukan, akan semakin besar pula energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Merle L. Foss & Steven J. Keteyian (1998:18) mendefinisikan bahwa energi adalah kapasitas atau kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Energi ini berupa senyawa energi yang dikenal dengan adenosine trifosfat (ATP). Proses-proses pembetukan ATP menurut Soekarman (1991:9), melalui (1) Sistem ATP-PC (fosfagen), (2) Sistem asam laktat dan (3) Sistem aerobic. Estimasi waktu dan energi yang digunakan untuk melakukan aktiftas adalah (1) ATP : 1 detik, (2) ATP-PC : aktifitas antara detik, (3) ATP-PC-LA : aktifitas antara 20 detik 2 menit dan (4) Sistem aerob (oksigen): aktifitas lebih dari 2 menit. Lari 100 meter dilakukan dengan intensitas yang maksimal, dengan waktu kurang dari 15 detik. Oleh karena itu sistem energi yang digunakan adalah ATP-PC. Sistem ATP-PC atau sistem fosfagen merupakan sumber energi utama untuk aktifitas yang berintensitas sangat tinggi, seperti lari 100 meter. Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff (2009:22) mengemukakan bahwa : Pengisian kembali cadangan fosfagen biasanya merupakan sebuah proses yang sangat cepat, dengan 70 % pemulihan ATP yang terjadi dalam waktu sekitar 30 detik dan pemulihan sempurna dalam latihan terjadi selama 3 sampai 5 menit. Pemulihan PC memakan waktu lebih lama dengan 2 menit untuk pemulihan 84%, 4 menit untuk pemulihan 89 % dan 8 menit untuk yang sempurna. Pemulihan fosfagen terjadi sebagian besar melalui metabolisme aerobik. Akan tetapi, sistem Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

7 glikolisis mungkin juga menyumbang pada pemulihan kumpulan fosfagen setelah latihan yang berintensitas tinggi. 2. Latihan Interval Anaerob Latihan kecepatan lari 100 meter perlu memperhatikan rasio antara kerja-istirahat dengan tujuan memberikan waktu untuk tubuh kembali pada kondisi yang prima. Jenis latihan yang efektif untuk meningkatkan kecepatan adalah latihan interval anaerob. Latihan interval (interval training) merupakan serangkaian kerja ( latihan ) yang diulang-ulang yang diselingi dengan periode istirahat. Edward L. Fox & D. Mathew (1981:247) menyatakan latihan interval merupakan latihan yang diantara sesi pengulangannya diselingi dengan periode istirahat. Sedangkan anaerob adalah jenis aktifitas pada lari 100 meter. Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff (2009:21) mengemukakan bahwa kecepatan dapat ditingkatkan dengan latihan sprint jarak pendek (20-80 m) dengan intensitas tinggi (90%-100%) dengan diselingi waktu istirahat yang panjang disetiap pengulangan (3-5 menit) dan disetiap set (6-8 menit). a. Rasio Waktu Kerja dan Waktu Istirahat pada Latihan Interval Perbandingan (rasio) antara periode kerja dan istirahat dalam latihan interval ikut menentukan hasil latihan. Penentuan rasio kerja dan rasio istirahat yang salah dapat mengubah latihan kecepatan menjadi latihan daya tahan. Prinsip dapam latihan kecepatan adalah kerja/latihan (lari) dilakukan dengan kecepatan maksimal. Untuk memulihkan kembali ATP dan PC yang telah habis, maka perlu istirahat yang cukup untuk dapat mencapai pemulihan sempurna (recovery maksimal). Pengisisn kembali cadangan fosfagen biasanya merupakan sebuah proses cepat, dengan 70% pemulihan ATP yang terjadi dalam waktu sekitar 30 detik dan pemulihan yang sempurna yang terjadi dalam latihan selama 3 sampai 5 menit (Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff, 2009:22). Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

8 Sedangkan untuk PC memakan waktu lebih lama, yaitu 2menit untuk pemulihan 84%, 4 menit untuk pemulihan 89% dan 8 menit untuk pemulihan sempurna. Tabel 1. Rasio kerja dan istirahat (Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff, 2009:93) Sistem Energi Waktu Kerja Rata-rata (s) Rasio Kerja-Istirahat ATP-PC Glikolisis Cepat Glikolisis cepat dan lambat Metabolisme Oksidatif :12-1:20 1:3 1:5 1:3 1:4 2:1 1:3 Pengacu pada pendapat di atas bahwa latihan untuk meningkatkan kecepatan termasuk dalam latihan berintenstas tinggi. Sehingga proses pemulihan energi harus dilakukan secara sempurna untuk menghindari timbulnya asam laktat. b. Pemulihan (recovery) Recovery (pemulihan) atau regenerasi merupakan sebuah proses multifaktor yang menuntut pelatih dan atlet memahami susunan fisiologis atlet, pengaruh fisiologis dari pelatihan dan intervensi rekoveri dang pengaruh dari memadukan strategi pelatihan dengan konsep pemulihan. Selama aktivitas (latihan) berlangsung, terjadi konsep hutang oksigen (oxygen debt), artinya tingginya konsumsi oksigen selama pemulihan mencerminkan penggantian oksigen yang dipinjam pada saat beraktivitas atau mengisi kembali cadangan glikogen segera setelah beraktivitas. Latihan interval anaerob pada latihan kecepatan 100 meter termasuk dalam kategori aktivitas dengan intensitas yang tinggi. Oleh karena itu, pemulihannya pun membutuhkan oksigen yang besar pula. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

9 c. Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1:10 Latihan interval dengan rasio kerja-istirahat 1:10, artinya adalah perbandingan 1 untuk waktu kerja dan 10 untuk waktu istirahat. Program latihan yang digunakan untuk melatih kecepatan lari 100 meter adalah latihan lari interval dengan menempuh jarak 20 sampai 80 meter. Waktu yang dicapai untuk menempuh jarak 80 meter adalah detik, maka waktu istirahatnya adalah 123 detik. Dengan periode istirahat 123 detik, energi ATP-PC pelari baru pulih sebesar 68.3 % dari recovery maksimal, yaitu 3 menit sampai 5 menit. Karena ATP-PC belum pulih 100%, sedangkan aktifitas berlangsung terus menerus, maka energi tidak dapat untuk mensuplai ke dalam otot secara maksimal. Hal ini memungkinkan terjadinya akumulasi LA. d. Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1:15 Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-isirahat 1:15, yaitu perbandingan 1 waktu kerja dan 15 untuk waktu istirahat. Pada saat pelaksanaan program latihan lari interval dengan jarak 80 meter, waktu yang dicapai adalah detik, maka waktu istirahat yang tersedia adalah 185 detik. Waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali energi ATP-PC. Periode istirahat pada latihan interval anaerob dengan rasio 1:15 dalam rancangan penelitian ini cukup panjang, yaitu 185 detik. Ini berarti pemulihan ATP-PC sedah mencapai 100%. Dengan pemulihan ATP-PC yang maksimal akan atlet dapat melakukan latihan interval dengan kecepatan maksimal. e. Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1:20 Latihan interval anaerob dengan rasio kerja 1:20, artinya adalah 1 untuk kerja dan 20 untuk istirahat. Bila waktu yang diperlukan untuk latihan lari interval 80 meter adalah detik, maka waktu istirahat yang diperoleh adalah 246 detik. Walaupun masih masuk dalam batas Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

10 recovery maksimal, rasio ini dinilai terlalu lama pada periode istirahat. Ini memungkinkan kembalinya otot pada kondisi awal, sehingga harus melakukan perenggangan lagi sebelum memulai latihan. 3. Kapasitas Aerob Kapasitas aerob dapat diartikan sebagai kapasitas aerobik maksimal, power aerobic, fitness aerobic, VO 2 maks, daya tahan kardiorespirasi (jantungparu) atau daya tahan umum. Kapasitas aerob merupakan kemampuan tubuh untuk mengambil O 2 (paru-paru), mengedarkan (jantung dan pembuluh darah) dan memanfaatkan (otot) O 2. Keterkaitan kapasitas aerob dalam program latihan adalah menetukan berapa kemampuan atlet untuk menerima beban latihan. Semakin tinggi kapasitas aerob atlet, maka akan dapat melewati latihan dengan baik, karena ia dapat melakukan latihan sekaligus pemulihan dengan waktu yang lebih cepat. D. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Tes Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode dan Tingkat Kapasitas Aerob Perlakuan Latihan interval anaerob Dengan rasio 1 : 20 Latihan interval anaerob Tingkat Kapasitas Aerob Tinggi Sedang Rendah Tinggi Statistik Hasil Tes Awal Hasil Tes Akhir Peningkatan Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

11 Dengan rasio 1 : 15 Latihan interval anaerob dengan rasio 1 : 10 Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Pengujian Hipotesis Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi Rata-rata perlakuan A B Ab Kekeliruan Total Keterangan: JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RK : Rata-rata jumlah kuadrat F o : Harga F observasi F t : Harga F tabel pada α = 0.05 A B dk JK RJK F 0 F t * 6.56* 4.30* : Kelompok latihan senam aerobik : Kelompok anggota sanggar senam berdasarkan klasifikasi Body Mass Index 4.15 AB : Interaksi antara kelompok latihan senam aerobik dengan Body Mass Index * : Tanda signifikan pada α = Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

12 E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan interval anaerob dengan rasio kerja istirahat 1 : 20, 1 : 15 dan 1 : 10 dalam peningkatan kecepatan lari 100 meter. Pengaruh latihan interval dengan rasio kerja istirahat 1 : 15 merupakan rasio kerja istirahat yang paling baik di antara ketiga rasio di atas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rasio kerja istirahat 1:20 lebih baik dibandingakan rasio rasio kerja istirahat 1: Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kapasitas aerob tinggi, sedang dan rendah terhadap kecepatan lari 100 meter. Peningkatan kecepatan lari 100 meter atlet yang memiliki kapasitas aerob tinggi lebih baik dibandingkan atlet yang memiliki kapasitas aerob sedang dan rendah. 3. Terdapat interaksi yang signifikan antara perbedaan rasio kerja istirahat pada latihan interval anaerob dan kapasitas aerob terhadap hasil kecepatan lari 100 meter. DAFTAR PUSTAKA Bompa Theory dan Methodology of Training. Kendall/Hant: IOWA of University. Bompa, Tudor O. & G. Gregory Haff Periodizaion Theory and Methodology of Training. Australia: Human Kinetis. Carr, Gerry A Atletik untuk Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Foss, Merle L. & Steven J. Keteyian Fox s Physiological Basic for Exercise and Sport. IOWA: Dubuque Illionis Beston, Massachusets Bur Ridge. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

13 Fox, Edward L. & Mathew, D The Physiological Basic of Physical Education and Athletis. Philadelpia: Saunders Colege Publishing. Fox, Edward L Sport Physiology, 2 nd Publishing. edition. Tokyo: Saunders Colege Fox, Edward L., Bower, R. W. & Foss, M. L The Physiological Basic of Physical Education and Atletics. Philadelphia: Saunders Colege Publishing. Fox, Edward L., Bower, R. W. & Foss, M. L The Physiological Basic for Exercise and Sport. Dubuque: WCD Brown Benchmark Publisher. Hadisasmita, Yusuf dan Aip Syarifuddin Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Dirjendikti Jakarta. Hamid, A Teori dan Praktek Atletik. Surakarta: Depdikbud UNS. Harsono Choaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Choaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti. Hidayat, Imam Biomekanika Bandung. FPOK Bandung IHAN%20Oleh%20Dikdik%20Zafar%20Sidik.pdf diakses tanggal 2 Oktober 2011 BIODATA PENULIS Nama Pendidikan : Ratna Kumala Setyaningrum, S. Pd,. M.Or. : S1 Program Studi Penjaskesrek (JPOK UNS) S2 Program Studi Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana (UNS) Menjadi dosen pada jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan, FKIP UTP Alamat Kantor : FKIP UTP Surakarta. Jln, Walanda Meramis no. 34 Cengklik Surakarta. Telp. (0271) Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 12 No. 2 Tahun

Key word : Sprint, interval anaerob training, work interval, rest interval.

Key word : Sprint, interval anaerob training, work interval, rest interval. PENGARUH PERBEDAAN RASIO WORK INTERVAL DAN REST INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI (Eksperimen Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat 1:5 Dan 1:10) Oleh : Slamet Widodo 1 ABSTRACT

Lebih terperinci

Gede Eka Budi Darmawan 1

Gede Eka Budi Darmawan 1 PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN WAKTU REAKSI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100 METER MAHASISWA SEMESTER II JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FOK UNDIKSHA Gede Eka Budi Darmawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak zaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA Jurnal Oleh Arif Cahyanto PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER OTOTTUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA FRONT CRAWL 50 METER

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER OTOTTUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA FRONT CRAWL 50 METER PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER OTOTTUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA FRONT CRAWL 50 METER I Wayan Muliarta 1, Made Kurnia Widiastuti Giri 2 1 Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga,

Lebih terperinci

ABSTRAK Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Acceleration Sprint dan Sprint Training Terhadap Prestasi Lompat Jauh Ditinjau dari Power Otot Tungkai

ABSTRAK Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Acceleration Sprint dan Sprint Training Terhadap Prestasi Lompat Jauh Ditinjau dari Power Otot Tungkai ABSTRAK Djoko Priyanto. 2016. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Acceleration Sprint dan Sprint Training Terhadap Prestasi Lompat Jauh Ditinjau dari Power Otot Tungkai (Studi Eksperimen Metode Latihan Pada

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN I Ketut Sutisna Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER LENGAN TERHADAP KECEPATAN RENANG 100 METER GAYA FRONT CRAWL

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER LENGAN TERHADAP KECEPATAN RENANG 100 METER GAYA FRONT CRAWL PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER LENGAN TERHADAP KECEPATAN RENANG 100 METER GAYA FRONT CRAWL (Studi Eksperimen Latihan Interval Anaerob Jarak Tempuh Renang 25 Meter, 50 Meter dan Kombinasi Jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masase berfungsi untuk melancarkan peredaran darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu dengan tangan tangan atau alat-alat

Lebih terperinci

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness JSSF 4 (1) (2015) Journal of Sport Sciences and Fitness http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3 Abdul Rahman

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3

MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3 Jurnal Pedagogik Keolahragaan Volume 1, Nomor 2, Juli - Desember 2015, 69-78 MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3 Muhammad Arfa *, Hotma Doli Parlindungan

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN FISIK ANAEROB TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PEMAIN SEPAKBOLA. Suratmin

PENGARUH PELATIHAN FISIK ANAEROB TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PEMAIN SEPAKBOLA. Suratmin PENGARUH PELATIHAN FISIK ANAEROB TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PEMAIN SEPAKBOLA Suratmin Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha e-mail:ratmin_sgrbali@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga. Karena sebagian gerakannya dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lainnya. Cabang atletik memiliki empat macam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI Deddy Setyawan Priambodo Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta E-mail: Abstrak

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

Riono Agung Wibowo 1 *, Agustiyanto 2,

Riono Agung Wibowo 1 *, Agustiyanto 2, PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SMASH BULUTANGKIS PADA PEMAIN PUTRA UMUR 10-13 TAHUN KLUB BULUTANGKIS PURNAMA KADIPIRO SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putera Penjaskesrek JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ) TESIS

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putera Penjaskesrek JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ) TESIS PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG TUNGKAI : TINGGI BADAN (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putera Penjaskesrek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi yang tinggi dalam suatu cabang olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai melalui usaha dan kerja keras

Lebih terperinci

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA Oleh: Sb Pranatahadi JARUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN: Anatomi Fisiologi

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AISYAH LIFSANTIN NA IMA J 120 110 007

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL INTENSIF TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100 METER SISWA SMP NEGERI 1 PARIAMAN

PENGARUH METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL INTENSIF TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100 METER SISWA SMP NEGERI 1 PARIAMAN PENGARUH METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL INTENSIF TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100 METER SISWA SMP NEGERI 1 PARIAMAN 1) Arisman 1) Universitas PGRI Palembang Jl. Ahmad Yani, Plaju, Palembang Email : arismhand@gmail.com

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh: Agus Widayat A

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh: Agus Widayat A PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLAIOMETRIK DAN LATIHAN BERBEBAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA LANGKAH SILANG DITINJAU DARI RASIO PANJANG LENGAN BAWAH DAN ATAS (Studi Eksperimen pada

Lebih terperinci

Dr. Achmad Widodo, M. Kes. DOSEN S-1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya

Dr. Achmad Widodo, M. Kes. DOSEN S-1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya PENGARUH LATIHAN ROPE JUMP SELAMA 20 DETIK DENGAN METODE INTERVAL TRAINING 1:5 TERHADAP DAYA TAHAN AEROBIK Fransiswanto Fajar Akbar Fachmi MAHASISWA S-1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima dan dapat digemari masyarakat, gejala ini terjadi karena atletik merupakan olahraga yang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK Stephani Yaneˡ, Zainal Arifin², Mira Fuzita³ 1,2,3 Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistika yang dilakukan pada tes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Veteran 1 Sukoharjo, yang beralamat di Jl.Dr. Muwardi No. 84 Gayam Sukoharjo dan Stadion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017 THE RELATIONSHIP BETWEEN LOWER LIMB EXPLOSIVE POWER

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS LATIHAN SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

PENGARUH INTENSITAS LATIHAN SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PENGARUH INTENSITAS LATIHAN SENAM AEROBIK HIGH IMPACT, LOW IMPACT, DAN MIX IMPACT TERHADAP PHYSICAL EFFECIENCY INDEX DITINJAU DARI DENYUT NADI ISTIRAHAT ABSTRAK Karlina Dwi Jayanti.2013.Tujuan utama penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya olahraga membutuhkan kondisi fisik yang baik agar seseorang dapat melakukan aktivitas dan mencapai prestasi dalam setiap cabang olahraganya masing-masing.

Lebih terperinci

Journal of Physical Education and Sports

Journal of Physical Education and Sports JPES 6 (2) (2017) Journal of Physical Education and Sports http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes Pengaruh Metode Latihan Keseimbangan dan Daya Tahan Otot Lengan terhadap Kecepatan Mendayung Kayak

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 GROGOL KEDIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometrics dan Berat Badan Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Oleh : Arif Nur Setyawan.

Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometrics dan Berat Badan Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Oleh : Arif Nur Setyawan. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN BERAT BADAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LOMPAT JAUH OLEH : ARIF NUR SETYAWAN. ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan Pengaruh

Lebih terperinci

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness Journal of Sport Sciences and Fitness () () Journal of Sport Sciences and Fitness http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf PENGARUH LATIHAN SENAM AEROBIK LOW IMPACT DAN HIGH IMPACT TERHADAP KESEGARAN

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI 50 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG TUNGKAI DENGAN TINGGI BADAN SISWA EKSTRAKURIKULER ATLETIK SD NEGERI SURODADI 1 MAGELANG TESIS Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lari Cepat 100 meter a. Lari Cepat 100 meter Lari 100 meter merupakan bagian dari cabang olahraga atletik. Atletik terdiri dari nomer jalan, lari, lempar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER LENGAN TERHADAP KECEPATAN RENANG 100 METER GAYA BEBAS PADA USIA 8-12 TAHUN PERENANG PUTERA AMFIBI SWIMMING CLUB Oleh NURKADRI, M.Pd Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Profil Kondisi Fisik (Billy Damara) 3 PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA THE PHYSICAL CONDITION PROFILE OF SPORT SCIENCE PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA Dwi Hartanto 1, Ramdani Amrullah 2, Abdillah 3, Putra Sastaman 4,

Lebih terperinci

PERAN INTERVAL SPRINT, AKSELERASI SPRINT, HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA GORONTALO

PERAN INTERVAL SPRINT, AKSELERASI SPRINT, HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA GORONTALO PERAN INTERVAL SPRINT, AKSELERASI SPRINT, HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA GORONTALO Hariadi Said Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU)

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) ahmadnarulloh@yahoo.co.id DIPENGARUHI OLEH FAKTOR (Bompa, 2000): 1. Kondisi Fisik 2. Kemampuan Teknik 3.

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 16 (2), Juli Desember 2017: 27-36

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 16 (2), Juli Desember 2017: 27-36 Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 16 (2), Juli Desember 2017: 27-36 STUDI TENTANG KEMAMPUAN AEROBIK DAN ANAEROBIK SISWA SMP YANG BERDOMISILI DI KOTA, PEDESAAN DAN PEGUNUNGAN DI SULAWESI TENGGARA H. Saifu 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS)

PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS) PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS) I Putu Astrawan, I Gusti Lanang Agung Parwata, Made Budiawan Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Dosen FPOK IKIP Mataram Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Cara Mengembangkan Kecepatan Lari. Oleh : Slamet Widodo 1

Cara Mengembangkan Kecepatan Lari. Oleh : Slamet Widodo 1 Cara Mengembangkan Kecepatan Lari Oleh : Slamet Widodo 1 ABSTRACT This writing aims to give the understanding training method to increase speed. Sprinting speed can be improved although improvement of

Lebih terperinci

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) 1 METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) A. Pengertian fitnes Physical Fitness disebut juga kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAEGERI CUDAN

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAEGERI CUDAN PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAEGERI CUDAN (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Step-up Jump dan Box To Box pada Karateka Putra UKM INKAI UNS Surakarta)

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI JURNAL. Oleh RULIYADI S

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI JURNAL. Oleh RULIYADI S PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI JURNAL Oleh RULIYADI S. 1113051071 PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015 2 PENGARUH

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam olahraga prestasi karena hal tesebut sangat menentukan kualitas teknik dan kemampuan atlet

Lebih terperinci

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN WORKSHOP PELATIH PELATNAS ASIAN GAMES XIV-2002 Periodisasi adalah proses pembagian rencana tahunan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA 73 EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA Deni Afrizal 1, Bambang Kridasuwarso 2, Ika Novitaria Marani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Pada dasarnya belajar mengandung arti luas. Namun, secara prinsip belajar itu adalah perubahan dalam diri seseorang. Artinya, bahwa perbuatan belajar mengandung semacam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan gerak tubuh yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992). Olahraga terdiri atas rangkaian

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL (POMNAS) XI PALEMBANG, Oktober 2009

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL (POMNAS) XI PALEMBANG, Oktober 2009 PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL (POMNAS) XI PALEMBANG, 10-16 Oktober 2009 Oleh: Yudik Prasetyo, M.Kes. Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY PENDAHULUAN Olahraga

Lebih terperinci

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness Journal of Sport Sciences and Fitness 1 (1) (2012) Journal of Sport Sciences and Fitness http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf PENGARUH LATIHAN LOMPAT KIJANG TERHADAP KECEPATAN LARI Johan Cahyo

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA PUTRI. Jurnal. Oleh. Ramandhani Ardi Pratiwi

PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA PUTRI. Jurnal. Oleh. Ramandhani Ardi Pratiwi PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA PUTRI Jurnal Oleh Ramandhani Ardi Pratiwi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRACT EFFECT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, yang dilakukan oleh manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Lari Cepat 100 Meter Lari 100 meter sebagai nomor lari jarak pendek merupakan salah satu nomor lari cepat (sprint). Lari cepat (sprint) adalah gerakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH METODE PENGAJARAN DIRECT DAN INDIRECT TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DITINJAU DARI BODY MASS INDEX

PERBEDAAN PENGARUH METODE PENGAJARAN DIRECT DAN INDIRECT TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DITINJAU DARI BODY MASS INDEX PERBEDAAN PENGARUH METODE PENGAJARAN DIRECT DAN INDIRECT TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DITINJAU DARI BODY MASS INDEX (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putra Program Studi Pendidikan Jasmani,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 14 No. 3 Tahun

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 14 No. 3 Tahun PERBANDINGAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS DOUBLE LEG BOUND, ALTERNATE LEG BOUND DAN INCRIMENTAL VERTICAL HOP TERHADAP PRESTASI LOMPAT JANGKIT DITINJAU DARI RATIO TINGGI BADAN, PANJANG TUNGKAI Program

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PELATIHAN ANAEROBIK DALAM UPAYA MENURUNKAN KELEBIHAN BERAT BADAN DAN MENINGKATKAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA ATLET JUDO BULELENG

PENERAPAN MODEL PELATIHAN ANAEROBIK DALAM UPAYA MENURUNKAN KELEBIHAN BERAT BADAN DAN MENINGKATKAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA ATLET JUDO BULELENG PENERAPAN MODEL PELATIHAN ANAEROBIK DALAM UPAYA MENURUNKAN KELEBIHAN BERAT BADAN DAN MENINGKATKAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA ATLET JUDO BULELENG I Putu Panca Adi Suratmin Fakultas Olahraga dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas fisik yang berfungsi untuk menjaga kekuatan fisik dan kesehatan tubuh, serta penting untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Minat masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang atlet badminton harus selalu tampil prima dalam setiap pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang

Lebih terperinci

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan Disarikan dari berbagai sumber Oleh : Definisi: Harre; Bauersfeld dan Schrouter Yansen serta Zimmermann Letzelter : Dayatahan (Endurance) adalah Kemampuan melawan kelelahan, yang terlihat dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p ROWING PHYSIOLOGY PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika pertandingan. Pada saat latihan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 ) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 digilib.uns.ac.id PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA - ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL DAN VO 2 MAX TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 400 METER (Studi Eksperimen Latihan Interval Rasio Kerja - Istirahat 1: 2 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga terus meningkat dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia yang semakin maju. Dengan keadaan itu manusia

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW Ahmad Syauqy 1, Cicip Rozana Rianti 1, Siti Kumairoh 1 1) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Seluruh rangkaian penelitian ini akan dilaksanakan di Stadion Wilis Kota Madiun mulai dari pengelompokan, pengambilan sampel darah pretest,

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) OLEH SUHARJANA FIK UNY PENGERTIAN LATIHAN Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan

Lebih terperinci

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan PENGARUH PELATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO 2 MAX DALAM CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT PADA MAHASISWA SEMESTER VI B JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA (Idris Mohamad, Ahmad Lamusu, Edy

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : PENGARUH PELATIHAN PLYOMETRIC LATERAL CONE HOPS DAN RIM JUMPS DENGAN METODE INTERVAL TRAINING 1:5 DAN 1:7 TERHADAP POWER DAN KECEPATAN (STUDI PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMAN I KEDUNGWARU TULUNGAGUNG)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lapangan Hoki FIK UNY yang beralamatkan di Jalan.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN HAND SPRING

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN HAND SPRING PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN HAND SPRING DENGAN MENGGUNAKAN MATRAS GULUNG DAN MATRAS LEBIH TINGGI TERHADAP KEMAMPUAN HAND SPRING PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER II PROGRAM STUDI PENJASKESREK JPOK FKIP UNS

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS METODE MELATIH FISIK PENCAKSILAT. No. Revisi : 00 Tgl. Mar 10 Hal 1 dari 3

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS METODE MELATIH FISIK PENCAKSILAT. No. Revisi : 00 Tgl. Mar 10 Hal 1 dari 3 SILABUS MATA KULIAH Fakultas : Ilmu Keolahragaan Program Studi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Nama Mata Kuliah : Metode Melatih Fisik Pencak Silat Kode Mata Kuliah : PPS 0 Jumlah SKS : SKS (Teori SKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRI KELAS VIII SMP

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRI KELAS VIII SMP HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRI KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGADILUWIH TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci