BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Tanpa pangan manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya. Pangan menjadi salah satu hal yang harus dicukupi ketersediaannya demi kesejahteraan suatu bangsa. Berbagai upaya dilakukan guna meningkatan ketersediaan pangan di suatu daerah, termasuk bagi pemerintah desa. Perbaikan dan pemantapan ketahanan pangan hakikatnya adalah untuk memperbaiki konsumsi pangan dan status gizi masyarakat. Tanpa landasan ketahanan pangan yang kuat, pembangunan sumberdaya manusia dan ekonomi akan sangat rapuh. Sejak tahun 2006, Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kedua strategi tersebut melalui Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya lokal, peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan daya beli dan akses pangan rumah tangga, sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi rumah tangga, yang akhirnya bedampak terhadap penurunan kerawanan pangan dan gizi masyarakat miskin di perdesaan (Pedum Demapan, 2012). Sebagai negara agraris, Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di pedesaan. Dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya program desa mandiri pangan yang telah diselenggarakan oleh pemerintah. Program ini ditujukan kepada desa yang presentase pendapatan penduduknya dibawah 30% dari rata-rata pendapatan masyarakat desa tersebut atau dapat dikatakan miskin. Penyelenggaraan program desa mandiri pangan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara adil, merata dan tidak bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat, berdasarkan kedaulatan dan kemandirian pangan. Kemandirian Pangan pada intinya adalah pemenuhan pangan dengan memanfaatkan sumberdaya yang 1

2 dimilikinya secara efisien dan kearifan lokal. Upaya perwujudan kemandirian dilakukan secara bertahap melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Pemberdayaan dilakukan terhadap masyarakat miskin dan rawan pangan di pedesaan. Pelaksanaan program desa mandiri pangan, tak luput dari kerjasama oleh banyak pihak. Di antaranya dari pemerintah yakni petugas dari Badan Ketahanan Pangan Propinsi sebagai pengawas, petugas penyuluh pertanian sebagai pendamping, Tim Pangan Desa (TPD) yang bertugas secara langsung untuk mengamati jalannya program pelaksanaan desa mandiri pangan di desanya, dan petugas Lembaga Keuangan Desa (LKD) yang bertugas mengelola keuangan desa mandiri pangan, serta kelompok afinitas yang ada di desa tersebut sebagai penggerak utama jalannya desa mandiri pangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), program Pemerintah telah mampu menurunkan jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011 menjadi sekitar 30 juta jiwa, lebih rendah daripada jumlah penduduk miskin tahun 2010 sekitar 31,02 juta jiwa. Sebagian besar penduduk miskin tersebut tinggal di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian dari usaha di sektor pertanian, yang memiliki skala usaha kurang dari 0,5 hektar, dan bahkan banyak yang bekerja sebagai buruh tani. Angka penduduk miskin wilayah perkotaan sebesar 8,78 % (persen) jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat perdesaan. Desa Sendangagung dan Desa Margo Mulyo merupakan dua sasaran wilayah Program Desa Mandiri Pangan yang berada di Kecamatan Minggir dan Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman. Pada tahun 2011, Program Desa Mandiri Pangan telah mulai dirintis di Desa Sendangagung, Kecamatan Mingir dan Desa Margomulyo, Kecamatan Seyegan keberlanjutan program tersebut masih berjalan hingga tahun Akan tetapi, kemajuan program tersebut dinilai belum optimal dengan dukungan fasilitas yang memadai. Sebuah program pemerintah dapat berkembang dengan baik karena adanya kerjasama dari berbagai pihak di antaranya diri pihak pemerintah pusat, 2

3 pemerintah daerah, pemerintah tingkat desa, hingga masyarakat yang ada di lokasi tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah disusun, rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat peran Tim Pangan Desa dalam pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan di wilayah Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana pengaruh peran tim pangan desa dan faktor-faktor lainnya terhadap pelaksanaan program desa mandiri pangan yang dilakukan di wilayah Kabupaten Sleman? 3. Bagaimana pengaruh pelaksanaan program desa mandiri pangan terhadap tingkat keberhasilan kegiatan program desa mandiri Pangan di wilayah Kabupaten Sleman? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat peran tim pangan desa dalam pelaksanaan program desa mandiri pangan di wilayah Kabupaten Sleman. 2. Mengetahui pengaruh tingkat peran Tim Pangan Desa dan faktor-faktor lainnya terhadap pelaksanaan program desa mandiri pangan di wilayah Kabupaten Sleman. 3. Mengetahui pengaruh pelaksanaan program desa mandiri pangan terhadap tingkat keberhasilan kegiatan program desa mandiri pangan di wilayah Kabupaten Sleman. 3

4 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan baru dalam pelaksanaan program desa mandiri pangan pada tahun berikutnya. 2. Selain itu penelitian ini juga sebagai syarat utama untuk menyelesaikan program strata 1 (S1) di Fakultas Pertanian UGM. 4

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Kemiskinan dan Petani Miskin Pengertian tentang kemiskinan ada dua, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif dinyatakan dengan berapa persen pendapatan yang diterima oleh seseorang lebih rendah dari pendapatan penduduk di daerah yang ditempatinya (Widodo, 2012). Sedangkan kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan di mana tingkat pendapatan absolut dari satu orang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Konsumsi nyata tersebut dinyatakan secara kuantitatif dan atau dalam uang berdasarkan harga pada tahun tertentu (Prayitno dan Arsyad, 1986). Sementara itu pengertian petani miskin jika ditinjau dari aspek ekonomi dicirikan sebagai berikut (Penny D.H, dalam Prayitno 1986): a. Pendapatan rumah tangga petani rendah. Petani tersebut dikatakan miskin bila tingkat pendapatan per kapita per tahun kurang dari 320 kilogram setara beras untuk daerah pedesaan (menurut klasifikasi sayogyo) b. Luas tanah garapan sempit. c. Produktivitas tenaga kerja rendah d. Modal relatif kecil/tidak ada, karena pendapatan yang rendah, simpanan/tabungan yang dimiliki kecil atau bahkan tidak ada. e. Tingkat keterampilan rendah. Secara umum, keterampilan petani miskin rendah. Ciri-ciri petani miskin di atas tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Serta saling mempengaruhi penilaian terhadap seorang petani apakah dia termasuk petani miskin atau tidak. Selain itu, keadaan petani miskin ini juga disebabkan oleh faktor produktivitas tenaga kerja yang rendah, yang disebabkan oleh sifat musiman dari 5

6 usaha tani yang menimbulkan pengangguran musiman. Kecilnya usaha tani tidak sebanding dengan persediaan tenaga kerja keluarga, hal ini menimbulkan adanya pengangguran yang tidak kentara serta terbatasnya keterampilan khusus dan peralatan yang diperlukan untuk memanfaatkan tenaga kerja di waktu yang senggang. Akibatnya pendapatan rumah tangga tani tetap rendah. 2.1,2 Ketahanan Pangan Ketahanan pangan, secara luas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kecukupan pangan masyarakat dari waktu ke waktu. Kecukupan pangan dalam hal ini mencakup segi kuantitas dan kulitas, baik dari produksi sendiri maupun membeli di pasar. Oleh karena itu, ketahanan pangan harus menjaga mutu dan gizi yang baik untuk dikonsumsi masyarakat (Suyastiri, 2008). Definisi ketahanan pangan menurut UU No.7/1996 adalah kondisi di mana terjadinya kecukupan penyediaan pangan bagi rumah tangga yang diukur dari ketercukupan pangan dalam hal jumlah dan kualitas dan juga adanya jaminan atas keamanan (safety), distribusi yang merata dan kemampuan membeli. Menurut FAO, 1996 Ketahanan Pangan merupakan situasi di mana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman (safe) dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif. Sedikitnya ada empat elemen ketahanan pangan berkelanjutan (sustainable food security) di level keluarga yang diusulkan oleh Maxwell (1996), yakni: pertama; kecukupan pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat. Kedua; akses atas pangan, yang didefinisikan sebagai hak (entitlements) untuk berproduksi, membeli atau menukarkan (exchange) pangan ataupun menerima sebagai pemberian (transfer). Ketiga; ketahanan yang didefinisikan sebagai keseimbangan antara kerentanan, resiko dan jaminan pengaman sosial. Keempat; fungsi waktu manakala ketahanan pangan dapat bersifat kronis, transisi dan/atau siklus. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari ketahanan pangan itu sendiri adalah meningkatnya kesejahteraan hidup manusia yang dapat diketahui 6

7 dari hak seseorang atas pangan. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi, sehat dan halal, merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi di setiap rumah tangga tani dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat, bermartabat serta bersumber daya manusia yang berkualitas Program Desa Mandiri Pangan Kegiatan program desa mandiri pangan merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa rawan pangan, dengan karakteristik jumlah KK miskin di atas 30% di dalam suatu wilayah. Komponen kegiatan desa mandiri pangan meliputi; pemberdayaan masyarakat, penguatan kelembagaan, pengembangan sistem ketahanan pangan, dan integrasi program lintas sektor dalam menjalin dukungan pengembangan sarana dan prasarana pedesaan. Program desa mandiri pangan ini dirancang dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemandirian dan kapasitasnya untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan dari waktu ke waktu dengan memanfaatkan kelembagaan sosial ekonomi yang telah ada dan dapat dikembangkan di tingkat pedesaan dengan fokus utama adalah rumah tangga pedesaan. Pengembangan desa mandiri pangan sebagai upaya mengintegrasikan dan mengimplementasikan berbagai model pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat dalam suatu desa dengan melibatkan seluruh partisipasi masyarakat. Program desa mandiri pangan dirancang melalui empat tahapan yaitu persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian (Badan Ketahanan Pangan, 2012). Di dalam program desa mandiri pangan, pendampingan masyarakat merupakan salah satu cara dalam pemberdayaan masyarakat. Di mana kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada akhirnya bertujuan untuk: a. Mengembangkan keterampilan teknis budidaya dan pengelolaan usaha b. Mengembangkan keterampilan administrasi c. Mengembangkan akses kelompok dan permodalan d. Mengembangkan akses kelompok terhadap sasaran kesehatan, perbaikan lingkungan hidup dan pengembangan jaringan pemasaran 7

8 e. Mengembangkan usaha-usaha kelompok Proses pelaksanaan desa mandiri pangan melibatkan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Pihak tersebut di antaranya ada peran dari pemerintah, peran dari pengawas, peran dari tim pangan desa yang dibentuk untuk mengawasi secara langsung jalannya kegiatan desa mandiri pangan, serta kelompok afinitas sebagai pelaku utama yang beranggotakan masyarakat yang ada di desa tersebut Tujuan Program Program desa mandiri pangan dirancang dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemandirian dan kapasitasnya untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan dari waktu ke waktu dengan memanfaatkan kelembagaan sosial ekonomi yang telah ada dan dapat dikembangkan di tingkat pedesaan dengan fokus utama adalah rumah tangga pedesaan. Pengembangan desa mandiri pangan sebagai upaya mengintegrasikan dan mengimplementasikan berbagai model pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat dalam suatu desa dengan melibatkan seluruh partisipasi masyarakat (Badan Ketahanan Pangan, 2012) Sasaran Program Program Desa Mandiri Pangan dilaksanakan di desa-desa yang mempunyai rumah tangga miskin sehingga risiko rawan pangan dan gizi buruk yang tersebar di seluruh propinsi dapat teridentifikasi. Melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan, diharapkan masyarakat desa mampu memproduksi dan memenuhi produk-produk pangan yang dibutuhkan dengan didukung unsur-unsur sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, permodalan, sarana dan prasarana, sehingga dapat mengurangi risiko kerawanan pangan dan dapat menciptakan ketahanan pangan di dalam lingkup desa (Pedum Mapan, 2012). 8

9 Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilannya dalam program kegiatan Desa Mandiri Pangan berada pada perwujudan kemandirian pangan tingkat desa dan masyarakat sebagai berikut (Pedum Mapan, 2012): (1) Output a. Terbentuknya kelompok-kelompok afinitas. b. Terbentuknya Lembaga Keuangan Desa (LKD). c. Tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif. (2) Outcome a. Terbentuknya kelompok usaha produktif. b. Berperannya lembaga permodalan. c. Meningkatnya usaha produktif. (3) Benefit Meningkatnya pendapatan, daya beli, dan akses pangan masyarakat. (4) Impact Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat Pelaksanaan Program Program Desa Mandiri Pangan dilaksanakan melalui empat tahapan pelaksanaan yaitu: tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian serta dilaksanakan selama empat tahun. Di mana setiap tahapan memiliki alokasi waktu selama satu tahun dengan kegiatan yang berbedabeda di setiap tahapannya. Kegiatan difokuskan di daerah rawan pangan dengan mengimplementasikan berbagai model pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan yang telah ada di tingkat desa dengan melibatkan seluruh partisipasi masyarakat (Pedum Mapan, 2012). Tahapan pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan) sebagai berikut (Pedum Mapan,2012) : 9

10 (1) Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan pertama dalam kegiatan Demapan, dengan kegiatan yang dilakukan berupa mempersiapkan aparat pelaksana dan masyarakat melalui: seleksi lokasi sasaran, pendampingan, pembentukan TPD, penumbuhan LKD, sosialisasi kegiatan, penyusunan data dasar desa, penetapan kelompok, pelatihan-pelatihan, pemberdayaan kelompok afinitas, penyusunan rencana pembangunan wilayah desa (RPWD), dan penyaluran Bansos. Jadi, di dalam tahap persiapan kegiatan yang pertama dilakukan adalah penetapan lokasi pelaksanaan program. (2) Tahap Penumbuhan Tahap penumbuhan merupakan tahap kedua dalam kegiatan Demapan. Kegiatan ini dilakukan pada tahun kedua pelaksanaan kegiatan Demapan. Kegiatan yang dilakukan pada Tahap penumbuhan diantaranya: pemberdayaan masyarakat, pengembangan Sistem Ketahanan Pangan, dan dukungan pengembangan sarana dan prasarana. (3) Tahap Pengembangan Tahap pengembangan merupakan tahapan ketiga pelaksanaan Demapan. Pada tahap pengembangan dilakukan penguatan dan pengembangan dinamika dan usaha produktif kelompok, serta pengembangan fungsi kelembagaan layanan modal, kesehatan, pendidikan, sarana usaha tani, dan lainnya. Selain itu juga sudah terdapat kemajuan sumber pendapatan, peningkatan daya beli, gerakan tabungan masyarakat, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, peningaktan pola pikir masyarakat, peningkatan keterampilan, dan pengetahuan masyarakat. (4) Tahap Kemandirian Tahap Kemandirian ditandai dengan adanya perubahan pola pikir, aktivitas, dan perbaikan usaha kelompok afinitas. Terdapat perubahan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Selain itu, berfungsinya cadangan pangan masyarakat, berfungsinya lembaga-lembaga layanan kesehatan, permodalan, akses produksi, dan pemasaran pertanian 10

11 serta bekerjanya sistem ketahanan pangan yang ditandai ketersediaan dan kecukupan pangan, kemudahan akses distribusi pangan wilayah, kestabilan harga pangan, serta konsumsi pangan yang cukup, beragam, bergizi, berimbang, dan aman sampai tingkat rumah tangga juga merupakan indikator dalam tahap kemandirian. Kemandirian pangan tingkat desa memerlukan dukungan program lintas sektor untuk pembangunan wilayah perdesaan dan pembangunan sarana prasarana perdesaan. Tingkat kemandirian dicapai dengan berfungsinya sarana fisik yang dibangun secara partisipatif oleh masyarakat dan fasilitasi pemerintah dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan desa sekitarnya. Sedangkan kemandirian kelompok terjadi baik secara fisik maupun non fisik. Di mana kemandirian secara fisik diartikan sebagai kelangsungan usaha anggota kelompok dapat berkembang lebih maju dan sudah mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap tenaga pendamping. Permodalan usaha tidak hanya tergantung dari dana bantuan sosial saja namun sudah memiliki akses permodalan lainnya. Sedangkan secara non fisik dapat dilihat dari perubahan pola pikir masyarakat Komponen dalam Pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan a. Tim Pendamping Tim pendamping merupakan tim yang dibentuk oleh Badan Ketahanan Pangan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertugas untuk memandu pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan dari tahap awal hingga tahap akhir. Selain itu tim pendamping yang dibantu oleh penyuluh setempat juga bertugas untuk membentuk Tim Pangan Desa (TPD) dan Lembaga Keuangan Desa (LKD). 11

12 b. Tim Pangan Desa Tim Pangan Desa merupakan tim yang dibentuk oleh tim pendamping untuk mengawasi secara langsung jalannya program Desa Mandiri Pangan. Tim Pangan Desa biasanya beranggotakan sebanyak tujuh hingga sepuluh orang yang terdiri dari pamong desa dan tokoh masyarkat. Selain itu keberadaan tim pangan desa biasanya diketuai oleh kepala desa setempat. Tugas dari Tim Pangan Desa sendiri yaitu membantu menyampaikan penyuluhan dan informasi mengenai teknologi baru yang bersumber dari tim pendamping. c. Lembaga Keuangan Desa Lembaga Keuangan Desa merupakan lembaga yang dibentuk oleh tim pendamping pada tahap awal untuk mengurus keuangan desa selama program Desa Mandiri Pangan berlangsung. Keberadaan LKD ini juga bertugas untuk mengelola dana bantuan PUAP yang akan disalurkan oleh anggota kelompok afinitas guna memperlancar jalannya program Desa Mandiri Pangan. d. Kelompok Afinitas Kelompok afinitas merupakan anggota masyarakat yang berada dalam Desa Mandiri Pangan dan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan Peran Tim Pangan Desa dalam Keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan dan Faktor Faktor yang Berpengaruh Peran Tim Pangan Desa Tim Pangan Desa (TPD) memiliki peran penting dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan. Adanya peran TPD dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan langsung selama proses pendampingan kegiatan tersebut. Peran seorang anggota TPD diantaranya sebagai fasilitator, komunikator, motivator, dan inovator. 12

13 1) Fasilitator Sebagai fasilitator anggota TPD harus mampu menyediakan apa saja yang dibutuhkan masyarkat selama proses pendampingan dan pengawasan untuk memenuhi kebutuhannya dalam kegiatan Demapan. 2) Komunikator Sebagai motivator, anggota TPD harus mampu memberikan motivasi dan semangat masyarakat dalam keikutsertaannya dalam program Demapan. Mendorong masyarakat untuk mampu mengembangkan usahanya agar dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarganya, sehingga tercipta kemandirian pangan di desa sasaran. 3) Motivator Keberhasilan kegiatan Demapan juga tak lepas dari proses komunikasi yang baik di antara masyarakat dan pemerintah. Anggota TPD berfungsi sebagai komunikator, di mana anggota TPD tersebut merupakan pendamping dan pengawas secara langsung yang mengawal jalannya program Demapan. Anggota TPD juga berfungsi sebagai sumber informasi masyarakat, di mana seorang anggota TPD tersebut menyampaikan informasi yang didapat dari tim pendamping kepada anggota masyarakat. Tim pendamping itu sendiri yaitu petugas penyuluh lapangan tingkat kecamatan dan petugas penyuluh lapangan dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi. 4) Inovator Anggota TPD memiliki peran penting dalam menyebarluaskan usaha baru, menciptakan inovasi, dan ide-ide baru untuk masyarakat desa yang didampinginya. Menyampaikan berbagai macam teknologi baru yang dapat meningkatkan usaha yang dijalani oleh masyarakat dan mampu memperluas jaringan usaha masyarakat. 13

14 Faktor Faktor yang Berpengaruh Selain faktor peran dari Tim Pangan Desa sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan innovator, terdapat juga faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan program kegiatan Desa Mandiri Pangan. Faktor internal tersebut meliputi persepsi masyarakat dan motivasi. 1) Persepsi Masyarakat Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya kedalam situasi psikologi (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Persepsi setiap orang dapat berbeda dengan orang lain dalam situasi yang sama karena terdapat perbedaan kognitif. Persepsi masyarakat terhadap program Demapan dapat mempengaruhi masyarakat dalam proses penerimaan informasi pada saat pendampingan. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan dari program Desa Mandiri Pangan itu sendiri. Apabila persepsi masyarakat baik terhadap program maka masyarakat akan lebih mudah menerima informasi sehingga keberhasilan program Desa Mandiri Pangan dapat tercapai lebih mudah. Object Person Situation Attitudes ---- Environmental Information Reception and Filtering Interpretation and Organization Perseption Behaviors Feelings Some Information missed or rejected Gambar 2.1 Skema Proses Persepsi 14

15 2) Motivasi Masyarakat Menurut Winardi (2004), istilah motivasi (motivation) berasal dari Bahasa Latin, yakni movere,yang berarti menggerakkan (to move). Menurut Nawawi (1997), motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, yang berlangsung secara sadar (Qanita, 2012). Ada beberapa teori motivasi yang dikemukakan, diantaranya yaitu; a. Teori Maslow Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai hirarki kebutuhan. Menurut Maslow (1994) motivasi meliputi beberapa tingkatan yaitu; (1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (faali), kebutuhan yang dasariah. Misalnya rasa lapar, haus, tidur, sex, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya. (2) Kebutuhan akan keselamatan, mencakup keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. (3) Kebutuhan akan harga diri, mencakup faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. (4) Kebutuhan akan perwujudan diri, mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. b. Teori Alderfer (ERG) Teori Alderfer (ERG) merupakan penyempurnaan dari teori Maslow. Tetapi hirarki kebutuhannya diusulkan hanya mencakup tiga kategori kebutuhan. Teori Alderfer dikenal dengan akronim 15

16 ERG. Akronim ERG dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah, yaitu: (1) E = Existence (Kebutuhan akan ekstensi, dipengaruhi oleh faktor makanan, air, upah, dan kondisi kerja) (2) R = Relatedness (Kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, seperti hubungan antar perorangan) (3) G = Growth (Kebutuhan akan pertumbuhan, seperti tingkat kreativitas individu) c. Teori Mc. Clelland Mc Clelland (1997) mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik dan sikap motivasi prestasi menurut Mc Clelland: (1) Pencapaian adalah lebih penting daripada materi. (2) Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan. (3) Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif, dan faktual). Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan program Desa Mandiri Pangan meliputi; Penyuluh Pertanian dan Jaringan Pemasaran. a. Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan program Demapan. Keberadaan penyuluh pertanian sedikit banyak dapat membantu kelancaran pelaksanaan program Demapan. Penyuluh pertanian beserta tim pendamping dari Badan Ketahanan Pangan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pelatihan terhadap anggota Tim Pangan Desa agar mereka mampu secara mandiri melaksanakan tugasnya sebagai pengawas 16

17 program Demapan, yang di antaranya melakukan penyuluhan, menyampaikan inovasi dan teknologi baru pada masyarakat b. Jaringan Pemasaran Faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan program Demapan yaitu adanya jaringan pemasaran. Keberadaan jaringan pemasaran ini dapat membantu masyarakat desa tersebut untuk mempermudah akses pemasaran produk hasil usaha milik masyarakat yang berupa kerajinan tangan seperti anyaman bambu, industri rumah tangga seperti pengrajin tahu, tempe, serta hingga. yang dihasilkan dalam kegiatan Demapan, sehingga dengan demikian, produk tersebut dapat dipasarkan secara luas dan pendapatan masyarakat mengalami peningkatan. 2.2 Kerangka Pemikiran Keberhasilan dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan tidak lepas dari peran serta Tim Pangan Desa. Dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan, Tim Pangan Desa berperan dalam memajukan sumberdaya manusia melalui program pendampingan bagi rumah tangga miskin sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan. Pendampingan yang dilakukan untuk merubah perilaku, sikap, dan pengetahuan. Dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peran Tim Pangan Desa dalam melakukan pendampingan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Tim Pangan Desa yakni sebagai fasilitator, komunikator, motivator, dan innovator. Selain itu juga terdapat faktor internal yang berupa karakteristik yang ada di dalam individu masyarakat yang tergabung dalam program Desa Mandiri Pangan yaitu: persepsi masyarakat, dan motivasi masyarakat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain yaitu: penyuluh pertanian, dan jaringan pemasaran. Indikator keberhasilan yang digunakan sebagai alat ukur pada penelitian ini mencakup peningkatan kualitas produk, peningkatan jumlah produk, peningkatan pendapatan, serta peningkatan kesejahteraan. Dimana pengukuran indikator tersebut 17

18 ditetapkan berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh BKPP, yaitu indikator keberhasilan jika dilihat dari segi benefitnya. Menurut Pedum Mapan 2012, inikator keberhasilan program desa mandiri pangan yang dilihat dari aspek benefit, meliputi; peningkatan pendapatan, peningkatan daya beli, serta peningkatan kesejahteraan, sehingga indikator keberhasilan pada penelitian ini, ditetapkan untuk melihat benefit dari adanya program desa mandiri pangan. Berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran Tim Pangan Desa dalam melaksanakan tugasnya, maka secara sistematis dapat disajikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut; 18

19 Faktor Internal : 1. Persepsi masyarakat 2. Motivasi masyarakat Peran Tim Pangan Desa : - Fasilitator - Komunikator - Motivator - Innovator Pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman Faktor Eksternal : 1. Peran penyuluh Pertanian 2. Jaringan Pemasaran KEBERHASILAN MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN Peningkatan Pendapatan Peningkatan Produk Peningkatan Kualitas Produk Kemudahan Akses Pangan Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran 19

20 2.3 Hipotesis 1. Diduga tingkat peran Tim Pangan Desa dalam pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan termasuk dalam kategori tinggi. 2. Diduga tingkat peran tim pangan desa, faktor internal, dan faktor eksternal mempengaruhi pelaksanaan program dalam program Desa Mandiri Pangan a. Semakin tinggi tingkat peran tim pangan desa maka pelaksanaan program desa mandiri pangan semakin tinggi. b. Semakin tinggi peran penyuluh pertanian maka akan semakin tinggi pelaksanaan program desa mandiri pangan c. Semakin tinggi motivasi masyarakat maka akan semakin tinggi pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan. d. Semakin baik persepsi masyarakat maka akan semakin tinggi pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan. e. Semakin tinggi peran jaringan pemasaran maka pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan akan semakin tinggi. 3. Diduga semakin tinggi pelaksanaan program desa mandiri pangan maka tingkat keberhasilan desa mandiri pangan akan semakin tinggi. 20

21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar Penelitian ini diawali dengan melakukan prasurvey terhadap desa mandiri pangan yang akan dijadikan tempat penelitian. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap beberapa informan. Pada penelitian ini, penulis telah melakukan wawancara terhadap pejabat dinas, pamong desa, anggota tim pangan desa, dan beberapa anggota kelompok afinitas yang berada di Desa Sendangagung dan Desa Margo Mulyo guna memperoleh informasi awal untuk menyempurnakan variable-variabel penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian survei, yang mana penelitian tersebut dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atau populasi untuk mewakili seluruh populasi. Populasi atau universe merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisis yang cirri-cirinya akan diduga. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai representasi atau wakil dari populasi (Singarimbun, dan Effendi 1987). 3.2 Rancangan Sampling Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah kelompok afinitas yang berada di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir dan Desa Margo Mulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman. Pengambilan sampel kelompok afinitas ini dilakukan secara random sampling, sebab di antara teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah random sampling (Suryabrata dalam Hariadi, 2011). Pemilihan sampel di desa Margo Mulyo, Kecamatan Seyegan dan desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman diambil secara purposive. Penentuan secara purposive ini diambil berdasarkan desa yang sudah menjalankan program Desa Mandiri Pangan yang sesuai dengan tingkat keberhasilan yang telah ditentukan oleh pihak Badan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari desa Sendangagung Kecamatan Minggir yang telah dinilai berhasil dalam menjalankan program desa mandiri pangan dan desa Margo Mulyo, Kecamatan Seyegan 21

22 yang dinilai belum berhasil dalam menjalankan program desa mandiri pangan, meskipun mereka mulai menjalankan kegiatan desa mandiri pangan di tahun yang sama yaitu pada tahun 2011, sehingga pemilihan kedua desa tersebut sebagai sampel diambil secara purposive. Responden diambil dari anggota kelompok afinitas yang tak lain merupakan masyarakat dari dua desa tersebut. Responden diambil sebanyak 30 anggota kelompok afinitas pada masing-masing desa. Pengambilan responden tersebut menggunakan metode simple random sampling. Anggota kelompok afinitas itu sendiri merupakan KK miskin hasil survey DDRT (Data Dasar Rumah Tangga), yang dibina melalui program desa mandiri pangan. Untuk lebih jelasnya mengenai prosedur pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 3.1. Kabupaten Sleman Purposive Kecamatan Minggir Kecamatan Seyegan Purposive Desa Sendangagung Desa Margo Mulyo Purposive 30 Responden 30 Responden Simple Random Sampling Gambar 3.1 Skema Pengambilan Sampel 22

23 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Teknik Observasi Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan terhadap keadaan objek penelitian secara langsung. (2) Teknik Wawancara Teknik wawancara yaitu cara pengumpulan data pada objek penelitian dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuisioner yang telah dipersiapkan. Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer. (3) Teknik Pencatatan Teknik pencatatan yaitu teknik pengumpulan data dengan data-data atau informasi-informasi yang berhubungan dengan penelitian pada instansi terkait, internet, buku, dan karya ilmiah (hasil penelitian) untuk mendukung analisis dalam penelitian ini. Teknik pencatatan ini digunakan untuk memperoleh data sekunder. 3.4 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari sampel melalui wawancara dengan menggunakan daftar-daftar pertanyaan terstruktur (tertutup dan terbuka) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data primer meliputi umur, tingkat pendidikan, tanggapan anggota terhadap pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan, sarana pelatihan, aktivitas pelatihan, peran tim pangan desa dan narasumber, serta keterangan lain yang berhubungan dengan penelitian. (2) Data Sekunder Data yang diperoleh dari instansi terkait, internet, buku, dan karya ilmiah (hasil penelitian) yang berhubungan dengan penelitian. Misalnya karakteristik responden, keadaan penduduk, keadaan sosial ekonomi, keadaan pertanian dan sebagainya. 23

24 3.5 Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal: Penelitian ini dilaksanakan pada tahun Penelitian ini dilakukan pada anggota kelompok afinitas yang mengikuti kegiatan Program Desa Mandiri Pangan di desa yang telah memasuki tahap mandiri yaitu Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir dan desa yang memasuki tahap pngembangan yaitu Desa Margo Mulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman. Pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan yang menjadi ruang lingkup penelitian meliputi empat tahapan yang dilakukan selama empat tahun, yaitu tahap persiapan, tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap kemandirian. 3.6 Konseptualisasi Variabel Agar mempermudah pengukuran variabel penilitian maka disusun konseptualisasi dari masing-masing variabel sebagai berikut; (1) Peran Tim Pangan Desa adalah nilai kerja dari Tim Pangan Desa dalam menjalankan tugasnya. Penentuan tingkat peran seorang pendamping mengacu pada pelaksanaan peran yang dimilikinya, yaitu sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan innovator. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skoring dengan skala likert. a. Fasilitator Sebagai fasilitator tim pangan desa berperan dalam menyediakan apa saja yang dibutuhkan masyarakat selama proses kegiatan desa mandiri pangan. b. Komunikator Sebagai komunikator tim pangan desa berfungi untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat sebagai sumber informasi agar lebih mudah dalam penyampaian informasi. 24

25 c. Motivator Sebagai motivator, tim pangan desa bertugas untuk memberikan motivasi dan menjaga semangat masyarakat dalam keikutsertaannya pada kegiatan desa mandiri pangan. d. Inovator Sebagai inovator, tim pangan dapat memberikan gagasan baru dan menciptakan inovasi baru untuk masyarakat. (2) Persepsi masyarakat merupakan proses psikologis yang memungkinkan individu untuk membentuk suatu tanggapan terhadap objek atau stimulus yang ada, persepsi muncul dari penilaian masyarakat mengenai keselarasan konsep program kegiatan desa mandiri pangan. Dalam penilelitian ini akan dilihat persepsi masyarakat yang muncul terhadap manfaat, kemudahan, program desa mandiri pangan. Variabel diukur dengan menggunakan skoring dengan skala likert. (3) Motivasi masyarakat merupakan dorongan yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan segala keahlian, keterampilan, tenaga dan waktunya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Motivasi masyarakat dikategorikan menurut tingkat motivasi yang rendah, cukup, dan tinggi. Dalam penelitian ini akan dilihat tingginya motivasi kerja masyarakat untuk mengikuti program desa mandiri pangan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skoring dengan skala likert. (4) Peran penyuluh pertanian merupakan peran dari seorang tenaga penyuluh lapangan di wilayah setempat yang bertugas untuk mengawasi jalannya program kegiatan desa mandiri pangan. Dalam penelitian ini, penyuluh pertanian berperan sebagai pengawas dan bertugas untuk memberikan penyuluhan dan menyampaikan informasi mengenai innovasi dan teknologi baru kepada masyarakat. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert. (5) Jaringan pemasaran merupakan hubungan antara produsen dan konsumen dalam memasarkan hasil produksi usaha milik masyarakat yang dihasilkan dalam kegiatan desa mandiri pangan. Hal ini dapat dilihat dari berperannya pasar tradisional dan modern, serta adanya pedagang perantara yang mendistribusikan 25

26 hasil produk masyarakat kepada konsumen. Variabel ini merupakan dummy variabel yang digunakan ketika variabel independent berukuran kategori atau dikotomi (Ghozali, 2006), yaitu 0 menunjukkan anggota kelompok afinitas melakukan penjualan bukan ke pedagang perantara, sedangkan 1 menunjukkan anggota kelompok afinitas yang melakukan penjualan produk ke pedagang perantara. (6) Keberhasilan desa mandiri pangan dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat yang dihitung dari selisih pendapatan masyarakat sebelum mengikuti program yang (2010) dan sesudah mengikuti program (2014) yang dinyatakan dengan rupiah, meningkatnya produktivitas hasil usaha, dan meningkatnya kualitas produktivitas usaha masayarakat. Indikator tersebut akan diukur dengan menggunakan skala likert. 3.7 Model dan Cara Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitaif dan kualitatif. Analisis kunatitatif dilakukan dengan menggunakan data yang didapat dari responden dan diolah menggunakan software SPSS 16.0, sedangkan analisis kualitatif menggunakan data yang diperoleh dari informan yang telah diwawancara sebelumnya. Data tersebut yang dinamakan data sekunder. 3.8 Pengujian Hipotesis (1) Pengujian Hipotresis Pertama Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama yaitu mengetahui tingkat peran tim pangan desa dalam pelaksanaan desa mandiri pangan, dengan menggunakan uji proporsi sebagai berikut: a. Pengujian hipotesis: H0 : P 50% Ha H0 : P>50% : Diduga tingkat peran Tim Pangan < 50 % dalam pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman. 26

27 Ha : Diduga tingkat peran Tim Pangan Desa dalam pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman termasuk dalam kategori tinggi (> 50%). b. Tingkat signifikansi pada α= 0,05 (5%), n=60 c. Statistik pengujian Statistik pengujian menggunakan Uji Parameter Proporsi Z hit= x / n Po Po(1 Po) n Keterangan : x = jumlah anggota kelompok afinitas yang menilai peran Tim Pangan Desa tinggi. Po = presentase parameter hasil pengamatan yang ditetapkan ( 50%) n = jumlah sampel d. Kriteria pengujian - Z hit lebih besar dari Z Tabel, Ho ditolak, Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan diterima. - Z hit lebih kecil sama dengan Z Tabel maka Ho diterima, Ha ditolak sehingga hipotesis yang diajukan ditolak. (2) Pengujian Hipotesis Kedua Analisis data yang digunakan untuk menganalisis hipotesis kedua mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman menggunakan analisis regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut: Y = A + b 1 X 1 + b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 Keterangan : Y A = tingkat keberhasilan program desa mandiri pangan = nilai konstanta 27

28 B 1 -b 6 = koefisien regresi X1 = peran tim pangan desa X2 = persepsi masyarakat X3 = motivasi kerja X4 = peran penyuluh pertanian X5 = jaringan pemasaran a. Pengujian Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh antara indikator persepsi, motivasi, peran Tim Pangan Desa, peran penyuluh dan jaringan pemasaran dengan pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman. Ha : Ada pengaruh antara indikator indikator persepsi, motivasi, peran Tim Pangan Desa, peran penyuluh dan jaringan pemasaran dengan pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman. b. Kriteria Pengujian Dengan Menggunakan software SPSS maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut: 1) R square atau koefisien determinasi menunjukkan persen variabel dependent yang dapat diterangkan oleh variabel independent. Untuk jumlah variabel independent yang lebih dari dua maka digunakan adjusted R square. 2) Uji ANOVA F test untuk mengetahui apakah variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap veriabel dependent, sehingga dapat diambil kesimpulan jika sig < 0,05 maka variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependent. 3) Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent, maka pengambilan keputusannya adalah (taraf signifikan = 0,05): - Jika nilai sig > α ; H0 ditolak - Jika nilai sig α ; Ha diterima 28

29 (3) Pengujian Hipotesis Ketiga Analisis data untuk menguji hipotesis ketiga yaitu mengetahui pengaruh pelaskanaan program Desa Mandiri Pangan terhadap keberhasilan program Desa Mandiri Pangan di Kabupate Sleman menggunakan analisis regresi sederhana, dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y = A + b 1 X 1 Keterangan : Y = tingkat keberhasilan program desa mandiri pangan A = nilai konstanta B 1 X1 = koefisien regresi = pelaksanaan program desa mandiri pangan partisipasi e. Pengujian Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh antara indikator pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan di dengan keberhasilan program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman. Ha : Ada pengaruh antara indikator pelaksanaan program Desa Mandiri Pangan dengan keberhasilan program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Sleman. f. Kriteria Pengujian Dengan Menggunakan software SPSS maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut: 1) R square atau koefisien determinasi menunjukkan persen variabel dependent yang dapat diterangkan oleh variabel independent. Untuk jumlah variabel independent yang lebih dari dua maka digunakan adjusted R square. 2) Uji ANOVA F test untuk mengetahui apakah variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap veriabel dependent, sehingga dapat diambil kesimpulan jika sig < 0,05 maka variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependent. 29

30 3) Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent, maka pengambilan keputusannya adalah (taraf signifikan = 0,05): - Jika nilai sig > α ; H0 ditolak - Jika nilai sig α ; Ha diterima 30

31 31

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Harapannya, pengembangan wilayah dilakukan agar dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Harapannya, pengembangan wilayah dilakukan agar dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan wilayah memerlukan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Ketiganya merupakan satu kesatuan ruang yang apabila satu di antara ketiga hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN Welli Yuliatmoko 1 Universitas Terbuka Email korespondensi : welli@ut.ac.id Abstrak Abstrak. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan ketahanan pangan, merupakan dua hal yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan ketahanan pangan, merupakan dua hal yang saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan ketahanan pangan, merupakan dua hal yang saling berkaitan. Secara umum, pengertian kemiskinan yaitu ketidakmampuan untuk mengakses kebutuhan dasar dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah lima Kecamatan di Kabupaten Pati Bagian Selatan. Adapun kelima Kecamatan tersebut adalah Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN BUBUR AYAM CIKINI

PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN BUBUR AYAM CIKINI PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN BUBUR AYAM CIKINI Nama : FITRI WULANDHARI NPM : 13212013 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Sulastri, SE.MM Latar Belakang Perkembangan dunia

Lebih terperinci

TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian

TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian TERM of REFERENCE JUMLAH DESA MANDIRI PANGAN YANG DIBERDAYAKAN TAHUN 2013 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon I : Badan Ketahanan Pangan Program : Peningkatan Diversifikasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN LINGKUP BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana menggabungkan antara dua metode, yaitu metode deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH Pada uraian sebelumnya telah dibahas tentang hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Dalam kenyataannya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) 1 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) Hepi Hapsari 1, Endah Djuwendah 1, Eliana Wulandari 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) Alfarez Fajar Sandhria Kusdi Rahardjo Hamidah Nayati Utami Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah ada sejak dahulu, namun jenis dan karakternya selalu berubah.

BAB I PENDAHULUAN. sudah ada sejak dahulu, namun jenis dan karakternya selalu berubah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai masalah ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia sudah ada sejak dahulu, namun jenis dan karakternya selalu berubah. Permasalahan tersebut mencapai

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 KETAHANAN PANGAN: SUATU ANALISIS KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP KEBUTUHAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN GAYO LUES Siti Wahyuni 1)

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2001). Dengan metode penelitian ini dibuktikan dan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar semua orang untuk dapat bertahan hidup. Ketersediaan pangan dalam jumlah yang yang cukup, baik jumlah maupun mutunya menjadi isu yang paling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pedum Desa Mapan Menuju Gerakan Kemandirian Pangan TA

BAB I PENDAHULUAN. Pedum Desa Mapan Menuju Gerakan Kemandirian Pangan TA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mencapai tujuan pertama Millenium Development Goals (MDGs), yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4K2P) Kabupaten Jayawijaya merupakan Organsasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis deskriptif ini menyatakan variabel penyebab dan varibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM DESA MANDIRI PANGAN I. PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM DESA MANDIRI PANGAN I. PENDAHULUAN 2012, No.274 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/3/2012 TENTANG PROGRAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT BADAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, III. METODE PENELITIAN Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Penelitian ini berlangsung pada bulan April sampai dengan Mei 2017. Kecamatan Sayegan berada pada

Lebih terperinci

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5.1 Determinan Ketahanan Pangan Regional Analisis data panel dilakukan untuk mengetahui determinan ketahanan pangan regional di 38 kabupaten/kota

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Perekonomian di Indonesia 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI PRODUK BERAS ARUK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI PRODUK BERAS ARUK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI PRODUK BERAS ARUK (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Tempilang Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) Oleh:

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan Masyarakat

Ketahanan Pangan Masyarakat Ketahanan Pangan Masyarakat TIK : MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN KONSEP UMUM, ARAH DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Pendahuluan Pada akhir abad ini penduduk dunia sudah 6 miliar Thomas Malthus (1798):

Lebih terperinci

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN Faharuddin, M.Si. (Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sumatera Selatan) 8.1. Konsep Dasar Ketahanan Pangan Ketahanan pangan dikonseptualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan dalam mendapatkan data untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan dalam mendapatkan data untuk III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan dalam mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2013:24) metode penelitian

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI Syaifuddin, Adi Bhakti, Rahma Nurjanah Dosen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan obyek

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah para Peternak Sapi Perah di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang yang menerima Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 2,76% per tahun terutama didukung oleh pertumbuhan produksi yang cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 2,76% per tahun terutama didukung oleh pertumbuhan produksi yang cepat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi beras sebagai bahan makanan pokok menyebabkan komoditas ini menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi maupun tingkat kemakmuran masyarakat. Naik turunnya

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 22 3. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penghargaan masyarakat terhadap PDPT. 4. Terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa perusahaan dagang dan jasa di Jakarta yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil sampel

Lebih terperinci

Hari Pangan Sedunia 2015 Perlindungan Sosial dan Pertanian: Memutus Siklus Kemiskinan di Pedesaan

Hari Pangan Sedunia 2015 Perlindungan Sosial dan Pertanian: Memutus Siklus Kemiskinan di Pedesaan Hari Pangan Sedunia 2015 Perlindungan Sosial dan Pertanian: Memutus Siklus Kemiskinan di Pedesaan Catatan ini bertujuan untuk mengenalkan konsep perlindungan sosial kepada guru dan siswa. Catatan ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Sujarweni

BAB. III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Sujarweni BAB. III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Sujarweni (014) analisis deskriptif berusaha mengambarkan berbagai karakteristik data yang berasal dari suatu sampel.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 35 III. METODE PENELITIAN A. Metode dasar penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang tertuju pada pemecahan masalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh media komunikasi pemasaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh media komunikasi pemasaran 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh media komunikasi pemasaran langsung multi tingkat terhadap pengambilan keputusan pembelian produk herbal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Akhmad Ansyor, Zikril Hidayat dan Nia Kaniasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

ABSTRAK PENDAHULUAN. Akhmad Ansyor, Zikril Hidayat dan Nia Kaniasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP ANGGOTA KELOMPOK AFINITAS TERHADAP PROGRAM AKSI DESA MANDIRI PANGAN DI PEKON RANTAU TIJANG KECAMATAN PARDASUKA KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG Akhmad Ansyor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang wajib terpenuhi, pemenuhan pangan begitu penting mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Semakin bertambahnya tingkat pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya kesadaran untuk merubah pola pemeliharaan secara tradisional (digembalakan)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sincere Music Yamaha yang berlokasi di Jalan Bungur No 63, Jakarta Pusat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sincere Music Yamaha yang berlokasi di Jalan Bungur No 63, Jakarta Pusat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 GambaranUmum Perusahaan Objek penelitian ini adalah para karyawan yang bekerja pada PT Sincere Music Yamaha yang berlokasi di Jalan Bungur No 63,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun,

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah salah satu jenis penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Desa Bugel Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Husni Khamdan Fariz 1, Dedi Herdiansah S

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PETANI TERHADAP PENYEDIAAN BENIH UPBS BPTP GORONTALO

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PETANI TERHADAP PENYEDIAAN BENIH UPBS BPTP GORONTALO 1 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PETANI TERHADAP PENYEDIAAN BENIH UPBS BPTP GORONTALO Ari Widya Handayana, Andi Yulyani Fadwiwati, Hatta Muhammad JL. VAN GOBEL NO. 270. KECAMATAN TILONG KABILA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani padi di Kabupaten Sragen menggunakan metode

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALISTAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Assosiatif kausal, penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Assosiatif kausal, penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Assosiatif kausal, penelitian Asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan

Lebih terperinci

Petunjuk Penyelenggaraan Kemandirian Pangan Daerah KATA PENGANTAR

Petunjuk Penyelenggaraan Kemandirian Pangan Daerah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Ketahanan Pangan seperti diamanatkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, yaitu kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

Lebih terperinci

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI Indikator yang relevan untuk melihat hubungan antara luas lahan dengan pendapatan adalah indikator luas pengusahaan lahan. Hal

Lebih terperinci

Kata Kunci: Gaya Kepemimpin Transformasional, Motivasi, Kinerja.

Kata Kunci: Gaya Kepemimpin Transformasional, Motivasi, Kinerja. PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT.AXIS TELEKOM INDONESIA CABANG MEGA KUNINGAN, JAKARTA) Almer Rasyid, Hamidah Nayati Utami,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Harga, Kualitas dan IklanTerhadap Keputusan Pembelian Shampo Pantene Pada Mahasiswi Gunadarma

Analisis Pengaruh Harga, Kualitas dan IklanTerhadap Keputusan Pembelian Shampo Pantene Pada Mahasiswi Gunadarma Analisis Pengaruh Harga, Kualitas dan IklanTerhadap Keputusan Pembelian Shampo Pantene Pada Mahasiswi Gunadarma LYDIA TAMARA 14211185 HANDAYANI, SE.,MM Latar Belakang PENDAHULUAN Permintaan Persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini mencakup Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang ada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, khususnya pada UMKM pakaian jadi. Sedangkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan kajian pustaka berbagai sumber yang berkaitan dengan manajemen konstruksi, khususnya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci