Teori Interaksi Simbolik dalam Kajian Komunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teori Interaksi Simbolik dalam Kajian Komunikasi"

Transkripsi

1 Teori Interaksi Simbolik dalam Kajian Komunikasi Nuryani Tri Rahayu Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Univet Bantara Sukoharjo, Jl. Letjen S. Humardani No.1 Sukoharjo 57521, Telp. (0271) , Fax. (0271) nuryaniskh@yahoo.com Abstrak Komunikasi adalah pendukung utama eksistensi sistem sosial karena tanpa terjadinya komunikasi maka sekelompok orang yang berada dalam suatu wilayah tertentu tidak dapat disebut sebagai masyarakat. komunikasi juga menjadi sarana bagi manusia untuk memahami dan menginterpretasikan situasi sekelilingnya. Bagi para pakar dari tradisi interaksional, komunikasi dan makna adalah reralitas sosial yang nyata, dan penjelasanpenjelasan kognitif dipandang sebagai kurang penting. Makna diciptakan dan ditopang oleh interaksi dalam kelompok-kelompok sosial. Interaksi, mengukuhkan, memelihara, dan mengubah beberapa konvensi peran, norma, aturan-aturan, dan makna didalam suatu kelompok sosial atau budaya dan konvensi ini pada gilirannya mendefinisikan realitas atau budaya itu sendiri. Menurut teori interaksionisme simbolik, interaksi sosial penting sebagai sebuah sarana ataupun sebagai sebuah penyebab tingkah laku manusia. Dalam interaksi simbolik terjadi penyajian gerak isyarat dan respon terhadap arti dari gerak isyarat tersebut. Pihak-pihak yang berinteraksi mengambil peran secara seimbang sehingga komunikasi dalam interaksi tersebut dapat berjalan efektif. Dalam interaksi simbolik orang menginterpretasikan masing-masing tindakan dan isyarat orang lain berdasarkan arti yang dihasilkan dari interpretasi tersebut. Pandangan ini kemudian diyakini oleh banyak teoretisi komunikasi sebagai pendekatan yang lebih tepat untuk mengkaji fenomena dan realitas komunikasi atau interaksi sosial dalam masyarakat. Kata-kata kunci : Interaksi simbolik, Komunikasi, Studi kualitatif Pendahuluan Pokok Pikiran Teori Interaksionisme Simbolik Interaksi simbolik sebagai salah satu pendekatan dalam sosiologi diperkenalkan pertama kali oleh Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika Serikat (Suprapto, 2002:127). Menurut Mead, interaksi sosial dalam masyarakat terjadi dalam bentuk utama yaitu : (1) percakapan isyarat (interaksi nonsimbolik) dan (2) penggunaan simbol-simbol penting (interaksi simbolik). Pernyataan tersebut menegaskan bahwa penekanan interaksi simbolik adalah pada konteks simbol, sebab di sini orang mencoba memahami makna atau maksud dari suatu aksi yang dilakukan satu dengan yang lain. Asumsi dasar teori interaksionisme simbolik menurut Herbert Mead dalam Suprapto (2002:140) adalah ; (1) Manusia bertindak terhadap benda berdasarkan arti yang dimilikinya, (2) Asal muasal arti atas benda-benda tersebut muncul dari interaksi sosial yang dimiliki seseorang, (3) Makna yang demikian ini diperlakukan dan dimodifikasikan melalui proses interprestasi yang digunakan oleh manusia dalam berurusan dengan benda-benda lain yang diterimanya. Ketiga asumsi tersebut kemudian melahirkan pokok-pokok pemikiran interaksi simbolik yang menjadi ciri-ciri utamanya 99

2 No.1 / Volume 19 / 2010 yaitu ; (1) Interaksi simbolik adalah proses-proses formatif dalam haknya sendiri, (2) Karena hal tersebut, maka ia (interaksi simbolik) membentuk proses terus menerus yaitu proses pengembangan atau penyesuaian tingkah laku, dimana hal ini dilakukan melalui proses dualisme definisi dan interpretasi, (3) Proses pembuatan interpretasi dan definisi dari tindakan satu orang ke orang lain berpusat dalam diri manusia melalui interaksi simbolik yang menjangkau bentuk-bentuk umum hubungan manusia secara luas (Mead dalam Suprapto (2002:163) Sementara itu, Ritzer (1992:209) menyatakan bahwa teori interaksionisme simbolik mengandung beberapa prinsip dasar sebagai berikut ; (1) Manusia tidak seperti binatang yang lebih rendah, karena manusia dikaruniai kapasitas berpikir, (2) Kapasitas berpikir tersebut terbentuk oleh adanya interaksi sosial, (3) Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari arti simbol-simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan khusus untuk berpikir (4) Makna-makna dan simbol-simbol memungkinkan manusia secara khusus membedakan aksi dan interaksi, (5) Manusia dapat mengubah makna-makna dan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam aksi dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka terhadap situasi tertentu, (6) Manusia dapat membuat modifikasi dan perubahan-perubahan karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji aksi yang mana yang mungkin dapat dijalankan, menilai kerugian dan keuntungan, serta memilih salah satunya, (7) Pola-pola aksi dan interaksi yang telah jalin menjalin membentuk kelompok-kelompok dan masyarakat. Interaksionisme simbolik pada awalnya terbagi dalam dua tradisi yaitu Chicago school dan Iowa school dengan beberapa pokok pikiran masing-masing sebagaimana dijelaskan Littlejohn (1999: ) yang dapat dirangkum sebagai berikut. Chicago School Tradisi Chicago terutama dipelopori oleh Herbert Blumer yang melanjutkan karya Herbert Mead. Blumer percaya bahwa diatas seluruh studi mengenai manusia tidak dapat dikendalikan dengan cara-cara yang sama sebagaimana studi tentang bendabenda. Para peneliti mencoba menekankan pada subjek (persoalan), memasuki pengalamannya, dan berusaha memahami nilai masing-masing person. Blumer dan para pengikutnya menghindari pendekatan kuantitatif dan ilmiah serta menekankan sejarah kehidupan, autobiography, studi kasus, catatan harian, surat-surat, dan interview tak terbimbing. Selain itu Blumer juga menegaskan pentingnya observasi partisipatif dalam studi komunikasi. Lebih jauh, tradisi Chicago menunjukkan bahwa orang bersifat kreatif, inovatif, dan bebas untuk mendefinisikan setiap situasi dalam cara-cara yang tak terduga. Diri dan masyarakat dipandang sebagai proses dan bukan struktur, dan oleh karenanya, menafikan proses akan menjadikan esensi hubungan sosial tersebut hilang. George herbert Mead pada umumnya dipandang sebagai penggagas utama gerakan, dan karyanya secara nyata membentuk core (inti) tradisi chicago. Herbert Blumer, murid utama Mead, menemukan terminologi interaksionisme simbolik ungkapan yang Mead sendiri tak pernah gunakan dan mensarikan tiga konsep utama dalam teori Mead yang terkenal yaitu masyarakat, diri, dan pemikiran. Kategorikategori ini merupakan aspek yang berbeda dari proses umum yang sama, yaitu aksi (tindakan) sosial. Tindakan sosial adalah suatu konsep payung dimana dibawahnya ada proses-proses sosial dan psikologis. Tindakan adalah unit yang lengkap dari aturan yang tidak dapat dianalisis dalam bagian-bagian spesifik. Suatu tindakan mungkin singkat 100

3 dan simpel seperti menalikan sepatu misalnya, tapi tindakan dapat juga panjang dan kompleks seperti memenuhi rencana dalam hidup.tindakan-tindakan berhubungan dengan sesuatu yang lain dan dibangun seumur hidup. Tindakan dimulai dari adanya impuls, melibatkan persepsi dan persetujuan mengenai makna, latihan mental, pertimbangan alternatif-alternatif, dan konsumasi (perwujudan/ penyempurnaan). Pada sebagian besar bentuk dasarnya, tindakan sosial melibatkan hubungan 3 bagian yaitu ; initial gesture (gerakan penujuk) dari seorang individu, respon terhadap gerakan tersebut oleh individu lain, dan hasil. Hasil adalah makna komunikator bagi tindakan tersebut. Makna tidak semata-mata berada pada sesuatu hal tetapi berada dalam hubungan triadik dari ketiganya. Dengan ide mengenai tindakan sosial dalam pemikiran ini, kemudian dijelaskan lebih detail tentang fase pertama analisis mead masyarakat. Masyarakat atau kehidupan kelompok terdiri dari perilaku kerjasama anggota kelompok. Kerjasama manusia memerlukan kesadaran bahwa kita memahami maksud orang lain yang juga menggabarkan apa yang anda dan orang lain akan lakukan kemudian. Jadi, kerjasama terdiri dari membaca tindakan dan maksud orang lain serta respon dalam cara yang tepat. Saling peran (interplay) di antara merespon orang lain dan merespon diri sendiri merupakan konsep penting dalam teori Mead, dan hal tersebut mengarah pada transisi yang tepat menuju konsep keduanya diri. Seseorang memiliki diri sebab ia dapat merespon dirinya sendiri sebagai objek. Suatu ketika orang dapat bereaksi secara positif (favorabel) pada dirinya sendiri dan merasa bangga, bahagia, serta bersemangat. Suatu ketika menjadi marah atau muak dengan diri sendiri. Cara utama seseorang dapat melihat dirinya sendiri adalah melalui pengambilan peran atau mengasumsikan perspektif orang lain, dan hal ini mengarahkannya untuk memiliki konsep diri. Istilah lain untuk konsep diri adalah Generalized other yaitu suatu bentuk komposisi/gabungan perspektif dari mana seseorang melihat dirinya sendiri. Generalized other adalah seluruh persepsi seseorang tentang cara orang lain melihatnya. Orang telah mempelajari gambaran diri ini sejak beberapa tahun dari interaksi simbolik dengan orang lain dalam kehidupannya. Significant others, orang terdekat adalah sangat penting sebab reaksi mereka sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Diri memiliki dua sisi, masing-masing menyediakan fungsi esensial. The I adalah bagian yang bersifat impulsif, tak terorganisir, tak terarah, dan tak tak terduga dari seseorang. The me, adalah generalized other, terbentuk dari pola-pola berbagi dengan orang lain yang terorganisir dan konsisten. Setiap tindakan dimulai dari impuls dari I dan dengan cepat menjadi tak terkendali oleh me. I merupakan penguat tindakan sedangkan me menyediakan arahan dan bimbingan. Mead menggunakan konsep me untuk menjelaskan penerimaan sosial dan perilaku adaptif dan I untuk menjelaskan impuls kreatif dan tak terduga. Kemampuan orang menggunakan simbol-simbol signifikan untuk merespon dirinya sendiri membuat pemikiran menjadi mungkin. Pikiran (akal) adalah konsep Mead yang ketiga yang disebut mind. Pikiran bukanlah suatu benda tetapi proses. Ini tak lebih dari interaksi dengan diri sendiri. Kemampuan, yang berkembang sepanjang diri merupakan hal krusial dalam hidup manusia, bagi bagian-bagiannya dari tiap tindakan. Pemikiran melibatkan keragu-raguan, sementara orang menginterpretasikan situasi. Di sini orang berpikir melalui situasi dan merencanakan tindakan ke depan, membayangkan berbagai hasil dan memilih serta mengetes berbagai alternatif yang 101

4 No.1 / Volume 19 / 2010 mungkin. Orang menempatkan simbol signifikan yang mengijinkannya menamai objek. dan selalu mendefinisikan objek dalam istilah dari bagaimana ia bertindak terhadap objek tersebut. Segelas air lemon adalah minuman ketika seseorang membayangkannya sebagai minuman. Objek menjadi objek mereka melalui proses pemikiran simbolik individu-individu; ketika individu mengelilingi tindakan baru atau yang berbeda terhadap objek, objek tersebut diubah. Bagi Blumer, objek memiliki tiga type ; Fisik (benda), sosial (orang), dan abstrak (ide-ide). Orang mendefinisikan objek secara berbeda tergantung pada bagaimana mereka bertindak terhadap objek tersebut. Iowa School Tradisi Iowa memilih pendekatan yang lebih ilmiah. Manford Kuhn dan Carl Couch adalah para pelopornya yang percaya bahwa konsep-konsep interaksionist dapat dioperasionalisasikan. Meskipun Kuhn menerima prinsip-prinsip dasar interaksionisme simbolik, ia berargumen bahwa metode objektif lebih berguna daripada metode-metode lunak yang dikembangkan oleh Blumer. Dan memang akhirnya Kuhn populer dengan gagasannya mengenai teknik pengukuran yang disebut sebagai Twenty Statements test. Gagasan mendasar dari tradisi awal (Chicago) mengenai interaksi simbolik hidup hingga sekarang dan telah diterima oleh banyak ilmuwan sosial. Sekalipun begitu, interaksionisme simbolik telah berubah secara signifikan sejak awal-awal tahun sebagaimana disarankan oleh Garry Fine. Interaksionisme simbolik telah diperluas melalui pengadopsian pandangan dari teori bidang lain dan telah semakin mendukung perkembangan karya pada bidang-bidang lain dalam ilmu sosial. Manford Kuhn dan para muridnya menambahkan dua tahap baru yang tidak tampak pada teori interaksi simbolik tradisi Cichago. Pertama, membuat konsep diri menjadi lebih konkrit, dan kedua, menggunakan penelitian kuantitatif. Pada bidang yang terkhir ini, tradisi Iowa dan Chicago bergabung. Blumer secara tegas mengkritik kecenderungan dalam ilmu pengetahuan behavioral untuk beroperasi. Kuhn membuat titik hanya untuk melakukan itu. Sebagai hasilnya, Karya Kuhn menggerakkan analisis microskopik lebih maju dari apa yang dilakukan oleh pendekatan tradisional Chicago. Premis-premis teoritikal Kuhn konsisten dengan pemikiran Mead. Kuhn memahami seluruh tindakan sebagai interaksi simbolik. Anak-anak disosialisasikan melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dimana mereka dilahirkan. Orang memiliki makna untuk dan karenanya sepakat dengan objek di sekitarnya melalui interaksi sosial. Bagi Kuhn, penamaan suatu objek adalah penting, penamaan adalah suatu cara penyampaian makna objek. Kuhn setuju dengan kolega Chicagonya bahwa individu bukan aktor pasif tapi seorang perencana aktif. Ia memperkuat pandangan bahwa individu melakukan percakapan diri sebagai bagian dari proses tindakan. Kuhn juga menekankan arti penting bahasa dalam pemikiran dan komunikasi. Empat konsep pentinmg Kuhn adalah objek, rencana aksi, orientational other, dan konsep diri (1) Seperti Mead dan Blumer, Kuhn membahas arti penting objek dalam dunia aktor (pelaku). Objek dapat berupa suatu aspek dari realitas seseorang; suatu benda, kualitas, kejadian, atau seperangkat masalah. Yang dibutuhkan sesuatu hal untuk menjadi suatu objek hanyalah bahwa seseorang menamainya atau menampilkannya secara simbolik. Realitas bagi seseorang adalah keseluruhan objek sosial mereka yang selalu didefinisikan secara sosial, (2) Konsep penting kedua bagi Kuhn adalah rencana aksi, yaitu keseluruhan pola perilaku seseorang terhadap objek yang diberikan. Sikap, atau 102

5 pernyataan verbal yang menunjukkan nilai terhadap tindakan yang akan membimbing rencana. Karena sikap adalah pernyataan verbal maka dapat diamati dan diukur. Sebagai contoh, perguruan tinggi dapat melibatkan suatu rencana aksi dimana secara nyata sekelompok rencana diarahkan oleh serangkaian sikap mengenai apa yang ingin didapat dari perguruan tinggi tersebut. orang mungkin dibimbing oleh sikap positif mengenai uang, karier, dan kesuksesan personal, (3) Konsep penting ketiga bagi Kuhn adalah orientational other, yaitu seseorang yang secara khusus berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Istilah ini sinonim dengan significant other yang digunakan oleh Mead. Individu ini (orientational others) memiliki empat ciri : (a) Mereka adalah orang pada siapa seseorang secara emosional dan psikhis committed (berafiliasi), (b) Mereka adalah orang yang memberi orang lain perbendaharaan kata secara umum, konsep sentral, dan kategori-kategori, (c) Mereka memberi orang lain perbedaan mendasar antara diri dan orang lain, termasuk perbedaan penerimaan peran seseorang, (d). Komunikasi orientational other secara terus menerus didukung oleh konsep diri individu. Orientational others boleh jadi ada sekarang atau masa lalu, mereka mungkin hadir mungkin tidak. Gagasan penting di balik konsep tersebut adalah bahwa seseorang hadir untuk melihat dunia melalui interaksi dengan orang lain tertentu yang telah mengajarkan cara-cara penting dalam kehidupannya. (4) Akhirnya kita sampai pada konsep terpenting dari Kuhn yaitu self diri. Konsep tentang diri yaitu rencana tindakan seseorang terhadap diri, terdiri dari identitas seseorang, kepentingan dan keengganan, tujuan, ideologi, dan penilaian diri. Sebagaimana konsepsi diri bersandar pada sikap, maka keseluruhan rencana aksi berikutnya terutama berasal dari konsep diri. Kuhn kemudian populer sebagai penggagas metode yang disebut Twenty Statement Self Attitude Test (TST) untuk mengukur berbagai aspek tentang diri dengan 20 ruang kosong yang didahului instruksi sederhana berikut ini : Terdapat 20 nomor kosong pada lembar berikut. Silahkan tulis 20 jawaban terhadap pertanyaan sederhana Siapa Saya? pada lembar kosong. Hanya beri 20 jawaban berbeda pada pertanyaan ini. Jawab seperti jika Anda memberi jawaban pada diri anda sendiri, dan tidak kepada orang lain. Tulis jawaban dalam urutan seperti jawaban-jawaban tersebut terjadi pada Anda. Jangan khawatir tentang logika atau arti penting. Ada sejumlah cara untuk menganalisis respon dari test tersebut, masing-masing merekam aspek yang berbeda mengenai diri. Dua diantaranya adalah variabel berurutan (ordering) dan variabel tempat (locus). variabel berurutan (ordering) adalah indentifikasi posisi individu yang relatif tersembunyi. Ini dapat diamati dalam urutan pernyataan pada formulir. Sebagai contoh, jika seseorang mendaftar; Babptist sebagai suatu deal yang lebih besar dari father, peneliti boleh jadi menyimpulkan bahwa orang tersebut menunjukkan lebih dengan mudah berafiliasi religius ketimbang afiliasi keluarga.locus variable adalah perluasan dimana subjek dalam suatu cara umum cenderung mengidentifikasi diri dengan kelompok konsensual seperti American ketimbang ideosentris atau sifat subjektif seperti kuat. Aplikasi Teori Interaksionisme Simbolik dalam Kajian Komunikasi Metode atau pendekatan penelitian adalah suatu cara kerja yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan aturan-aturan baku (sistem dan metode) dari masingmasing disiplin ilmu yang digunakan. Secara umum dikenal dua pendekatan yang dapat dalam kajian atau penelitian komunikasi yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan 103

6 No.1 / Volume 19 / 2010 kualitatif. Pendekatan kualitatif dilandasi oleh filsafat fenomenologi dan kemudian melahirkan beberapa istilah seperti naturalistik (Guba), Fenomenologi (Bogdan), atau interaksi simbolik (Blumer) dan lain sebagainya (Handayani dan Sugiyarti, 2006:47). Paradigma kualitatif menekankan pada pendekatan humanistik untuk memahami realitas sosial, memberikan tekanan pada pandangan terbuka terhadap kehidupan. Kehidupan sosial dipandang sebagai suatu kreatifitas bersama individu-individu dan dunia sosial dianggap tidaklah tetap (statis) akan tetapi bersifat dinamis (selalu berubah). Paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa realitas bersifat ganda atau kompleks, antara satu dengan lainnya saling terkait sehingga merupakan kesatuan yang bulat dan bersifat holistik (Patton, 1980). Paradigma kualitatif melihat dunia sebagai kebulatan (holistik) dengan asumsi bahwa pemahaman tingkah laku manusia tidak hanya cukup dengan surface behavior melainkan juga perspektif dalam diri pelaku manusia untuk memperoleh gambaran yang utuh tetang manusia dan dunianya (Handayani dan Sugiyarti, 48). Interaksi simbolik merupakan aliran dalam sosiologi yang menunjang dan mewarnai kegiatan penelitian kualitatif. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa menurut pendekatan ini pengalaman manusia diperoleh melalui interpretasi. Objek, situasi, orang, dan peristiwa tidak memiliki maknanya sendiri. Adanya dan terjadinya makna dari berbagai hal tersebut karena diberi berdasarkan interpretasi dari orang yang terlibat. Dalam melakukan interpretasi seseorang menggunakan bantuan orang lain dalam aktivitas dan pergaulan hidupnya sehari-hari dengan orang-orang, masa lampau, dan sebagainya. Orang secara konstan berada dalam suatu proses interpretasi dan definisi selama mereka bergerak dari suatu situasi ke situasi yang lain (Sutopo, 2002 :28). Sementara itu komunikasi mendukung eksistensi sistem sosial karena tanpa terjadinya komunikasi maka sekelompok orang yang berada dalam suatu wilayah tertentu tidak dapat disebut sebagai masyarakat. Mengenai hal ini Blumer dalam Pruss (1996:70) mengatakan bahwa ; Esensi masyarakat berada dalam suatu proses tindakan berkelanjutan, bukan pada posisi struktur hubungan. Tanpa tindakan, berbagai struktur hubungan antar orang-orang tidak berarti. Suatu masyarakat harus dilihat dan dipahami dalam kaitan dengan tindakan itu. Selain itu komunikasi juga menjadi sarana bagi manusia untuk memahami dan menginterpretasikan situasi sekelilingnya seperti dikemukakan Shibutani dalam Mulyana (2001:12) bahwa ; Keberadaan manusia dalam kehidupan sosialnya diidentifikasikan sebagai individu-individu yang belajar memahami perspektif melalui komunikasi (kerangka-kerangka konseptual/simbolik dan kebudayaan) dari dunia sosial, dan individu menggunakan perspektif ini untuk mendefinisikan atau menginterpretasikan situasi yang dihadapinya. Dalam perspektif interaksionisme simbolik komunikasi dan masyarakat dijelaskan sebagai berikut : (1) Orang-orang mengambil keputusan dan berperilaku sesuai dengan pemahaman subjektifnya mengenai situasi dimana mereka berada (menemukan dirinya sendiri), (2) Kehidupan sosial lebih terdiri dari proses-proses interaksi dari pada struktur-struktur dan karenanya berubah secara constant, (3) Orangorang memahami pengalamannya melalui makna yang ditemukan di dalam simbolsimbol yang ada pada kelompok primernya, dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat, (4) Dunia dibentuk dari objek-objek sosial yang dinamai dan secara sosial telah mengukuhkan makna-makna, (5) Perilaku orang didasarkan pada interpretasi mereka dimana objek-objek relefan dan perilaku pada situasi itu didefinisikan, (6) Diri seseorang itu sendiri adalah objek signifikan dan seperti semua 104

7 objek sosial didefinisikan melalui interaksi sosial dengan yang lainnya (Barbara Ballis Bal dalam Littlejohn (1999:155). Interaksionisme simbolik juga memandang bahwa orang selalu berusaha mencapai tujuan melalui interaksi dengan orang lain. Pengalaman seseorang dibentuk oleh makna yang diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol ketika berkomunikasi dalam suatu kelompok. Sedang mengenai makna, Littlejohn (1999:155) mengutip pendapat teoretisi Interaksi Simbolik, George Herbert Mead bahwa, makna diciptakan dan didukung oleh interaksi dalam kelompok sosial. Sedangkan interaksi mengukuhkan, menjaga, dan mengubah konvensi-konvensi tertentu peran, norma-norma, peraturan, dan makna dalam suatu kelompok sosial atau kebudayaan. Sebaliknya, konvensikonvensi tersebut mendefinisikan realitas budaya itu sendiri). Komunikasi adalah suatu konsep yang memiliki pengertian yang sangat terbuka. Dalam kaitannya dengan interaksi simbolik, Mead dalam Pruss (1996:55) mengatakan bahwa, Hal penting dari apa yang kita sebut sebagai komunikasi, terletak dalam pembagian bentuk-bentuk perilaku di mana organisme atau individu-individu mungkin menjadi objeknya. Untuk memahami pengertian komunikasi berikut ini dikemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli dengan mengutip definisi komunikasi dari beberapa ahli, antara lain ; (1) Menurut Sandra Hygels dan Richard L. Weafer II, komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses tersebut meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri atau menggunakan alat bantu untuk memperbanyak pesan. (2) Menurut Karlfried Knapp, Komunikasi harus dipahami sebagai interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik misalnya meliputi verbal (kata-kata), para verbal dan nonverbal. (3) Mernurut Carrey, komunikasi adalah informasi yang dialihkan di antara para pengguna atau proses untuk menyatakan persetujuan atas perjanjian. Komunikasi juga diartikan sebagai bagian dari teknologi yang berkaitan dengan representasi, peralihan, interpretasi dan pemrosesan informasi di antara manusia di berbagai tempat. Komunikasi merupakan suatu proses ritual yang mengemukakan informasi melalui dua model yaitu ; (a) Model transmisi yang tidak secara langsung mengutamakan perluasan pesan dalam masyarakat tetapi lebih diarahkan untuk mengelola masyarakat dalam suatu waktu. Model ini tidak mengutamakan tindakan untuk mengambil bagian dalam informasi, tetapi representasi dari pertukaran keyakinan, (b) Model ritual yang mengutamakan upaya untuk meraih orang lain agar turut serta dalam kebersamaan (Liliweri, 2002: 3 5). Dari definisi-definisi tersebut diketahui bahwa sekurang-kurangnya ada tiga pandangan tentang komunikasi yaitu sebagai aktivitas simbolik, sebagai proses, dan sebagai pertukaran makna. Komunikasi merupakan aktivitas simbolik karena dalam aktivitas tersebut menggunakan simbol-simbol bermakna yang diubah ke dalam katakata (verbal) untuk ditulis atau diucapkan, atau simbol bukan kata-kata (nonverbal) untuk diperagakan. Di samping itu, komunikasi merupakan proses karena komunikasi adalah aktivitas yang dinamis, terus menerus berlangsung dan mengalami perubahan. Komunikasi sebagai proses sering dijelaskan melalui formula Laswell S M C R E (source message channel receiver effect), yaitu proses yang terdiri dari sumber pesan, pesan, saluran, penerima dan konsekuensi. Pandangan bahwa komunikasi adalah suatu proses berimplikasi pada bagaimana fenomena komunikasi harus diteliti. Proses komunikasi jelas bukan fenomena yang ditandai oleh kausalitas sehingga perlu dikembangkan teori ilmu sosial dan metode penelitian yang berlandaskan pandangan 105

8 No.1 / Volume 19 / 2010 lain atas perilaku manusia, termasuk komunikasi mereka (Mulyana, 2001 :51). Sedang sebagai pertukaran makna, komunikasi mengandung pengertian adanya pemindahan makna yang terkandung dalam pesan yang dimaksudkan oleh pengirim dan diharapkan akan dimengerti oleh penerima. Dalam kajian komunikasi, teori interaksi simbolik merupakan salah satu perspektif, atau cara untuk melihat realitas sosial karena perspektif ini berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek dimana perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka (Mulyana, 2001:70). Proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Dalam konteks ini, makna diciptakan melalui poses interaksi dan proses ini bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial (Mulyana, 2001:70). Sebagaimana perspektif manapun, teori interaksi simbolik bukan parspektif yang paling sempurna dalam kajian komunikasi. Karena teori ini lebih tepat digunakan bersama dengan pendekatan kualitatif maka kelemahan metode kualitatif seperti (1) Perlunya metode atau teknik-teknik yang agak rumit dan intervensi peneliti akan berpengaruh terhadap diri responden, (2) Peneliti dapat memberikan prestruktur arah penyelidikan dengan kerangka pikirnya sendiri, sehingga kesempatan responden untuk menyampaikan pendapat sangat terbatas, (3) Realiability dan validity kurang dapat ditentukan secara objektif sangat mungkin dihadapi oleh peneliti. Namun demikian gagasan interaksionisme simbolik diakui telah membawa perubahan dan kemajuan besar dalam kajian tentang masyarakat dan komunikasi karena dalam perkembangannya lebih lanjut, teori interaksionisme simbolik mencakup studi-studi yang sangat luas seperti studi tentang bagaimana kelompok-kelompok mengkoordinasikan tindakantindakannya, bagaimana emosi dipahami dan dikontrol, bagaimana realitas dibangun, bagaimana diri diciptakan, seberapa besar struktur sosial dapat dibentuk dan bagaimana kebijakan publik dapat dipengaruhi. Dari sini dapat dikatakan bahwa studi mengenai interaksi simbolik tidak lain adalah studi tentang bagaimana para anggota sistem sosial saling berkomunikasi untuk mencapai berbagai tujuan dan kepentingan masing-masing maupun kelompok. Teori ini juga menggeser dominasi pengaruh pendekatan positivistik terhadap pola pemikiran para ilmuwan sosial dalam memandang masyarakat dan selama beberapa dekade sebelumnya. Penutup Perspektif interaksional berupaya melepaskan diri dari tradisi ilmu sosial yang telah ada sebelumnya dan memandang manusia sebagai individu-individu pencipta, berbuat, aktor, dan sebagai diri. Perspektif ini terkesan mengabaikan adanya batasan bagi kebebasan yang dimiliki oleh manusia dalam berkreasi, berbuat dan bertindak sebagai aktor. Teori interaksionisme simbolik pada dasarnya disediakan sebagai salah satu perspektif ilmu pengetahuan untuk memahami sebab-sebab dari tindakan manusia. Inti dari setiap proses interaksi simbolik adalah kegiatan komunikasi di mana orang menggunakan simbol-simbol untuk mendefinisikan dan menginterpretasikan tindakannya sendiri dan tindakan orang lain. 106

9 Interaksi simbolik hanyalah suatu perspektif, atau cara untuk melihat realitas sosial manusia dan sebagaimana perspektif manapun, interaksi simbolik tidaklah sempurna karena berbagai kelemahan pendekatan yang menyertainya dapat saja dihadapi oleh peneliti. Perspektif interaksi simbolik menempatkan komunikasi antar manusia pada posisi sentral dan berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek dimana perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Dalam konteks ini, makna diciptakan melalui poses interaksi dan proses ini bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi yang secara terus menerus menjaga keberlangsungan eksistensi sistem sosial dengan berbagai struktur dan peran masingmasing. Teori interaksionisme simbolik terus berkembang dan mencakup studi-studi yang sangat luas seperti studi tentang bagaimana kelompok-kelompok mengkoordinasikan tindakan-tindakannya, bagaimana emosi dipahami dan dikontrol, bagaimana realitas dibangun, bagaimana diri diciptakan, seberapa besar struktur sosial dapat dibentuk dan bagaimana kebijakan publik dapat dipengaruhi. Dari sini dapat dikatakan bahwa studi mengenai interaksi simbolik tidak lain adalah studi tentang bagaimana para anggota sistem sosial saling berkomunikasi untuk mencapai berbagai tujuan dan kepentingan masing-masing maupun kelompok. Daftar Rujukan Handayani, Trisakti. dan Sugiyarti : Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Edisi Revisi. Editor ; Surya Dharma. Malang : UMM Press. Liliweri, Alo : Makna Budaya alam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : LKIS Mulyana, Deddy : Metode Penelitian Kualitatif ; Paradigma Barui Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya. Patton, Michael Quinn : Qualitative Rvaluation Methods. Beverly Hills : Sage Publications. Pruss, Robert : Symbolik Interaction and Ethnography Research. New York : State University of New York. Ritzer, George : Contemporary Sociologival Theory. New York : McGraw Hill Inc. Suprapto, Riyadi : Interaksi Simbolik ; Perspektif Sosiologi Modern. Malang : Averrous Press Bekerjasama dengan Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sutopo H.B : Metode Penelitian Kualitatif ; Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press. 107

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Modul ke: TEORI INTERPRETIF INTERAKSIONAL SIMBOLIK Fakultas 15FIKOM Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Interaksionisme Simbolik Teori interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh 50 BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD A. Interaksionisme Simbolik Teori yang relevan untuk menjelaskan judul ini adalah interaksionisme simbolik. Istilah interaksionisme simbolik pertama kali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif Salah satu jenis pendekatan utama dalam sosiologi ialah interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik memiliki perspektif dan orientasi metodologi tertentu. Seperti halnya pendekatan-pendekatan lain

Lebih terperinci

Selayang Pandang Penelitian Kualitatif

Selayang Pandang Penelitian Kualitatif Selayang Pandang Penelitian Kualitatif Mudjia Rahardjo repository.uin-malang.ac.id/2412 Selayang Pandang Penelitian Kualitatif Mudjia Rahardjo Setelah sebelumnya dipaparkan sejarah ringkas penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK A. Pikiran, Diri, dan Masyarakat Dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan 33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Asumsi Dasar Interaksionisme-Simbolik Akar kesejarahan Interaksionisme-Simbolik Max Weber: Verstehen (Pemahaman Subyektif)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi

Lebih terperinci

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER A. Teori Interaksionisme Simbolik Yang menjadi objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang

Lebih terperinci

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi TEORI KOMUNIKASI MODUL 4 Perspektif dalam Ilmu Komunikasi Membicarakan teori pada dasarnya membicarakan perspektif yang melatarbelakanginya. Dalam materi ini, kita menggunakan perspektif dan paradigma

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara BAB IV ANALISIS DATA a. Temuan Penelitian 1. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan

Lebih terperinci

BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD. Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori

BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD. Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori 38 BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD A. Teori Interaksionisme Simbolik Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin,

Lebih terperinci

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN Modul ke: 14Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Menurut Banister, dkk (1994) penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi dunia seperti ini dimana banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat membuat masyarakat semakin semangat di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya 35 BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik Diperkenalkan oleh G. Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika. Menurut Mead, terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas BAB IV ANALISIS DATA Salah satu proses analisis data ini telah dikembangkan lebih lanjut yang materinya diambil dari hasil deskripsi data penelitian untuk nantinya dijadikan sebagai suatu temuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Kualitatif Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

Teori-teori Umum (LittleJohn) Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Teori-teori Umum (LittleJohn) Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Teori-teori Umum (LittleJohn) Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. JENIS TEORI KOMUNIKASI (Stephen W. Littlejohn) Teori-teori Umum: Teori-teori fungsional dan struktural Teori-teori behavioral

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan yaitu dimana

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

Lingkup Teori Komunikasi

Lingkup Teori Komunikasi TEORI KOMUNIKASI MODUL 3 Lingkup Teori Komunikasi Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, definisi mengenai komunikasi yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Manusia bukan suatu proses dimana adanya stimulus secara otomotis dan langsung menimbulkan tanggapan atau respon, tetapi antara stimulus yang diterima dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka. BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko Blater yang ada di desa Tambuko ini memiliki dua kategori. pertama, blater yang cendrung melakukan tindakan

Lebih terperinci

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI MENURUT SEILER (dalam Arni Muhammad, 2000;19-20) 20) 1. Komunikasi adalah suatu proses, yang dimaksud proses disini adalah

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI

Pertemuan ke-3 TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI Pertemuan ke-3 TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI TRADISI dalam tataran kajian teori komunikasi adalah sudut pandang ilmuwan komunikasi dalam memandang suatu teori komunikasi. Tradisi ini ada juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian mengenai kebahagiaan pada orang dengan epilepsi (ODE) ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang cenderung mengarah kepada metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Jika berbicara tentang brand, pastilah selalu dihubungkan dengan corporate

BAB 4 KONSEP DESAIN. Jika berbicara tentang brand, pastilah selalu dihubungkan dengan corporate BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori TEORI BRAND Jika berbicara tentang brand, pastilah selalu dihubungkan dengan corporate identity dan corporate image. Brand adalah suatu janji, ide besar dan ekspetasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan paradigma interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma interpretif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Secara harfiah, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian

Lebih terperinci

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba 58 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian naturalistik kualitatif. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan narapidana umum lainnya, yang menajdi pembeda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peristiwa aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

BAB III METODE PENELITIAN. peristiwa aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perspektif Pendekatan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepada orang lain; berhubungan dengan orang lain. Dari kata kerja itu. pemberitahuan, dan perhubungan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepada orang lain; berhubungan dengan orang lain. Dari kata kerja itu. pemberitahuan, dan perhubungan. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Sosial Kata komunikasi berasal dari kata latin commnicare yang mempunyai tiga arti: bergaul dengan seseorang; memberitahukan sesuatu kepada orang

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. BAB V PENUTUP A. Simpulan Sifat konsumtif merupakan suatu yang wajar dan pasti dimiliki oleh setiap manusia. Wedangan modern telah membuat pergeseran fungsi makan dari awalnya yang sebagai pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi persoalan metode apakah yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-6. TEORI KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

Pertemuan ke-6. TEORI KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si Pertemuan ke-6 TEORI KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si Symbolic Interactionism Blumer menggunakan istilah Symbolic Interacsionism atau interaksi simbolik yang menunjukkan hubungan ketiga hal

Lebih terperinci

Konsep Diri serta Faktor-Faktor Pembentuk Konsep Diri Berdasarkan Teori Interaksionisme Simbolik

Konsep Diri serta Faktor-Faktor Pembentuk Konsep Diri Berdasarkan Teori Interaksionisme Simbolik Konsep Diri serta Faktor-Faktor Pembentuk Konsep Diri Berdasarkan Teori Interaksionisme Simbolik (Studi Kasus pada Karyawan Kantor Kemahasiswaan, Alumni dan Campus Ministry, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk mengkaji secara holistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu. Metodologi riset merupakan suatu pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU

IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Kasus Peran Identitas Etnis dalam Komunikasi Antarbudaya pada Warga Negara Amerika di Kota Medan) SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU 100904039 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling bertukar informasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, interaksi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. saling bertukar informasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, interaksi yang paling BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki interaksi yang kuat antar sesama, interaksi yang dilakukan bisa berupa komunikasi, tindakan dan perbuatan yang bertujuan

Lebih terperinci

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Seseorang yang menggeluti komunikasi politik, akan berhadapan dengan masalah yang rumit, karena komunikasi dan politik merupakan dua paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Sifat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif- Kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, penyataanpernyataan apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. oleh : Drs. Riswandi, M.Si. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. oleh : Drs. Riswandi, M.Si. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 PSIKOLOGI KOMUNIKASI oleh : Drs. Riswandi, M.Si. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap

Lebih terperinci

BAB III Metodologi Penelitian. waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan

BAB III Metodologi Penelitian. waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma Penelitian pada hakikatnya ada konteks khusus atau dimensi waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk membenarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi matematis 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dan hubungan manusiawi guru dengan siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Soetandyo Wignjosoebroto membedakan lima tipe kajian hukum berdasarkan perbedaan konsep hukum. Perbedaan tipe kajian ini akan menyebabkan juga perbedaan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai Makhluk Sosial persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator (receiver) dan penerima informasi (audience) menjadi sangat

Lebih terperinci

REALITAS SOSIAL TINGKAT MIKRO

REALITAS SOSIAL TINGKAT MIKRO REALITAS SOSIAL TINGKAT MIKRO Pertemuan adalah episode interaksi tatap muka. Hampir semua pertemuan dibatasi oleh struktur tingkat meso dan budaya terkait dari unit gabungan dan kategorik dan, dengan perluasan,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

Perspektif / Paradigma Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Perspektif / Paradigma Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Perspektif / Paradigma Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. PARADIGMA Sebagai suatu konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana suatu struktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelarangan penggunaan jilbab sebagai atribut Islam sangat ketat di beberapa negara. Setelah umat Islam mendapat kemerdekaan menggunakan segala bentuk atribut Islam,

Lebih terperinci

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS Disarikan dari buku Griffin (2006) dan Littlejohn & Foss (2008) Oleh : Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-UI

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu cita-cita besar dari kebijakan sistem pendidikan nasional saat ini adalah dapat terjadinya revolusi mental terhadap bangsa ini. Mengingat kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan implikasi logis dari nilai-nilai, asumsi-asumsi, aturan-aturan, dan kriteria yang menjadi bagian tak terpisahkan dari paradigma. Oleh karena

Lebih terperinci