Scientific Conference IX Environmental Technology
|
|
- Ratna Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA 2012 HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT FOR CAR WORKSHOP IN TEGALSARI DISTRICT SURABAYA Dian Ayuningtyas*, Susi Agustina Wilujeng** *Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS, **Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS, Abstrak Setiap mobil memerlukan perawatan dan perbaikan di bengkel. Pertambahan jumlah mobil sebanding dengan pertambahan jumlah bengkel. Aktifitas bengkel menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti oli bekas, sisa onderdil, sisa kemasan, kaleng bekas dan majun. Limbah tersebut memiliki karakteristik limbah beracun. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi jumlah, karakteristik, pengelolaan (reduksi, pengumpulan, penyimpanan dan transportasi) dan pola pengumpulan limbah B3 bengkel kendaraan bermotor roda empat. Bengkel di Kecamatan Tegalsari berjumlah 20 buah. Jumlah bengkel yang disampling dihitung dengan metode statistika yaitu stratified random sampling. Penelitian dilakukan di bengkel tipe A, B, dan C. Bengkel tipe A melayani pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, perbaikan besar, perbaikan chassis dan body. Bengkel tipe B melayani pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil dan besar, atau jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chassis dan body. Bengkel tipe C melayani perawatan berkala dan perbaikan kecil. Data didapatkan dari hasil sampling dan kuisioner pada pihak bengkel dan pihak pengolah limbah B3 bengkel. Sampling timbulan bengkel dilakukan selama delapan hari. Bengkel dengan jumlah timbulan tertinggi dari ketiga bengkel berturut-turut adalah bengkel tipe B (2.87 kg/mobil), bengkel tipe A (2,07 kg/mobil) dan bengkel tipe C (1,67 kg//mobil). Komposisi limbah B3 bengkel adalah 83,03% oli bekas, 6,50%, sisa kemasan, 5,72% sisa onderdil, 3,73% majun dan 1% kaleng bekas. Pengelolaan limbah B3 bengkel kendaraan bermotor roda empat di Kecamatan Tegalsarimasih belum sesuai dengan peraturan. Kata kunci: bengkel, limbah B3, Surabaya, Tegalsari Abstract Every car needs maintenance and repair in workshop. The activity of car s workshop deliver a hazardous waste, like used oil, used auto parts, used packaging, and cotton waste. Those waste is categorized as hazard characteristic. The purpose of this experiment used to identification the amount, characteristic, management (reduction, collection, packaging, storage and transportation) and the distribution of workshop s hazardous waste. The amount of workshop in Tegalsari District is twenty. The number of sampling is calculated by stratified random sampling formula. This experiment was done in workshops A, B, and C type. Workshop A type is for service routine, small reparation, big reparation, and body reparation. B type is for service routine, small and big reparation or for service routine, small reparation and service routine. C type is for service routine and small reparation. The data was collected through sampling and questionnaires. Sampling is held in workshop for eight days for measuring the amount of the hazardous waste each day. The highest amount of hazardous waste among the three types of workshop are from Type B workshop (2.87 kilos/car), Type A workshop (2.07 kilos/car), and Type C workshop (1.67 kilos/car). 1
2 Composition of workshop s hazardous waste contain of 83,03% used oil, 6,50% used oil s bottle, 5,72% used auto part, 3,73% cotton waste and 1% used tin. Workshop s hazardous waste management was not appropriate with the regulation. Recommendations are made based on to the applicable regulations. Keyword: hazardous waste, Surabaya, Tegalsari, workshop 1. Pendahuluan Sebagai kota metropolitan, kota Surabaya mengalami perkembangan infrastruktur yang menunjang kegiatan masyarakat. Adanya fasilitas dan infrastruktur yang baik mengundang masyarakat diluar Surabaya untuk mencari nafkah di kota ini. Urbanisasi yang berlangsung menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di Surabaya. Pertambahan penduduk berbanding lurus dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor. Setiap kendaraan bermotor memerlukan perawatan dan perbaikan untuk menjaga kestabilan performa dari kendaraan tersebut. Untuk itulah peranan bengkel kendaraan bermotor dibutuhkan. Kegiatan perbengkelan mempunyai hasil sampingan berupa limbah bahan beracun dan berbahaya. Peraturan mengenai limbah B3 di Indonesia tergolong masih sangat meluas dan kurang spesifik. Belum adanya peraturan yang detail mengenai pengelolaan limbah B3 dari hasil kegiatan perbengkelan khususnya bengkel kendaraan bermotor roda empat menyebabkan belum terkelolanya limbah B3 bengkel kendaraan bermotor roda empat dengan baik. Oleh karena itu, maka dikeluarkan surat BLH No /PPL-B3/2009 tentang himbauan agar semua pemilik atau pengusaha bengkel kendaraan bermotor bisa mengelola limbah dengan baik. Fakta bahwa masih terbatasnya sumber daya manusia yang mampu menangani proses pengelolaan limbah B3 (Setiyono,2002) menyebabkan perlunya dilakukan evaluasi tentang pengelolaan limbah B3 bengkel di kendaraan bermotor roda empat di Surabaya. Limbah B3 memiliki potensi untuk menbahayakan kesehatan manusia dan lingkungan (tanah, udara dan air) ketika tidak dikelola dengan baik (Misra dan Pandey, 2004). Setiap limbah yang dihasilkan idealnya dilakukan pengelolaan agar tidak mencemari lingkungan. Limbah B3 bengkel harus diketahui jumlah timbulan, karakteristik, komposisi dan pemetaannya terlebih dahulu untuk melakukan pengelolaan yang baik (Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999).. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap limbah B3 bengkel. Pengelolaan limbah B3 merupakan serangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. 2. Metodologi Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi / survey lapangan. Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer didapat dari survey pengelolaan yakni penyebaran kuisioner ke bengkel yang disampling serta melakukan sampling timbulan. Sampling timbulan dilakukan selama delapan hari. Data timbulan memberikan informasi mengenai desain pewadahan. Pengukuran timbulan menggunakan alat ukur berupa timbangan dan Alat Pelindung diri berupa sarung tangan. masker dan sepatu, Kuisioner memberi informasi mengenai timbulan secara umum, pengelolaan (reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara, pengangkutan, dan pengolahan di sumber) serta tujuan pengangkutan limbah B3 bengkel. Data tujuan pengangkutan memberikan informasi mengenai tempat pengolahan mana saja yang akan disurvey pengolahan. Survey 2
3 pengolahan dilakukan dengan penyebaran kuisioner ke pihak pemanfaat / pengolah limbah B3. Data sekunder adalah data yang dimiliki oleh pihak bengkel yang berhubungan dengan limbah B3 yang dihasilkan oleh bengkel. Data sekunder yang diperlukan adalah data jumlah pengunjung bengkel dan dokumen manifest. Analisa data dilakukan dengan mengevaluasi pengelolaan limbah B3 bengkel dengan peraturan yang berlaku. Hasil evaluasi menghasilkan kesimpulan. 3. Hasil dan Pembahasan Kecamatan Tegalsari memiliki dua puluh dua buah bengkel kendaraan bermotor roda empat yang tersebar di empat kelurahan. Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 551/MPP/Kep/10/1999, bengkel terdiri atas bengkel tipe A, tipe B dan tipe C. Bengkel tipe A merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, perbaikan besar, perbaikan chassis dan body. Bengkel tipe B merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil dan besar, atau jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chassis dan body. Bengkel tipe C merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis perawatan berkala dan perbaikan kecil. Jumlah bengkel yang disampling dihitung menggunakan metose statistika yakni rumus stratified random sampling. Jumlah bengkel yang disampling sebanyak sembilan buah yang terdiri dari empat buah tipe A, dua buah tipe B dan tiga buah tipe C. 3.1 Pengelolaan Limbah B3 Bengkel Kendaraan Bermotor Roda Empat di Kecamatan Tegalsari Surabaya Pewadahan Pewadahan limbah B3 belum sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No.1 tahun 1995 yaitu harus kuat, tahan lama, tidak bocor, dan tidak mudah berkarat. Pewadahan oli bekas, sisa kemasan dan sisa onderdil dipisah berdasarkan jenis sedangkan limbah majun masih dicampur dengan limbah non B3. Pewadahan di bengkel tidak satupun yang menggunakan label dan simbol sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05 Tahun Penyimpanan Penyimpanan dilakukan apabila limbah tidak dapat diolah langsung. Limbah tersebut disimpan sebelum akhirnya diangkut ke tempat pengolahan dan pembuangan limbah. Jenis limbah B3 yang dilakukan penyimpanan adalah limbah yang memiliki nilai ekonomis seperti oli bekas, sisa kemasan, sisa onderdil. Untuk limbah majun, limbah ini biasanya disimpan untuk dipakai, dan apabila sudah habis masa pakai maka limbah tersebut dibuang ditempat sampah bersama dengan sampah domestik lainnya.penyimpanan belum sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal no. 1 tahun Penyimpanan masih dilakukan di luar ruangan tanpa atap dan tidak terlindung dari air hujan Pengangkutan Fungsi pengangkutan adalah mengirim limbah B3 dari bengkel menuju pihak pengelola atau pemanfaat. Pengangkutan limbah B3 bengkel dilakukan oleh pihak pengumpuln yang datang ke tiap tiap bengkel. Kendaraan pengangkut oli bekas berupa pick up terbuka dan truk tangki tanpa ada simbol yang menandakan bahwa kendaraan tersebut mengangkut limbah B3. Mobil pick up juga tidak ada pengaman untuk menghindari goncangan pada drum 3
4 yang diangkut. Pengangkutan belum sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal no. sk/725/aj.302/drj/2004 mengenai penyelenggaraan pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) yakni kendaraan belum dilengkapi plakat yang menjelaskan karakteristik limbah yang diangkut dan tidak dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran. Kendaraan pengangkut pada sebagian besar bengkel belum dilengkapi dengan dokumen manifest. 3.2 Timbulan dan Komposisi Limbah B3 Bengkel Bengkel dikategorikan menjadi bengkel tipe A, B dan C sesuai dengan pelayanan yang ditawarkan. Perhitungan timbulan dilakukan delapan hari berturut turut selama hari operasional Timbulan dan Komposisi Limbah B3 Bengkel Tipe A Bengkel Tipe A yang disampling adalag bengkel Daihatsu Palma, Toyota Auto 2000, Nissan dan Isuzu. Rata rata timbulan limbah B3 bengkel berdasarkan komposisi pada bengkel tipe A adalah limbah oli bekas 57,12 kg/hari, sisa kemasan 4,31 kg/hari, sisa onderdil 1,40 kg/hari dan limbah kaleng 0,83 kg/hari. Komposisi limbah terbesar adalah limbah oli bekas. Timbulan rata rata limbah B3 bengkel tipe A dipresentasikan pada Gambar 2. Timbulan (kg/hari) Oli bekas Sisa kemasan Sisa onderdil Majun Kaleng bekas SeninSelasaRabu KamisJumat SabtuMinggu Hari Gambar 2. Timbulan Rata Rata Limbah Bengkel Tipe A Rata rata timbulan di bengkel A adalah 2,07 kg/mobil. Hari dengan timbulan tertinggi adalah kamis Timbulan dan Komposisi Limbah B3 Bengkel Tipe B Bengkel Tipe B yang disampling adalah bengkel Bintang Motor dan Bangkit Jaya. Rata rata timbulan limbah B3 bengkel berdasarkan komposisi pada bengkel tipe B adalah limbah oli bekas 3,38 kg/hari, sisa kemasan 0,29 kg/hari dan sisa onderdil 2,70 kg/hari. Komposisi limbah terbesar adalah limbah oli bekas. Timbulan rata rata limbah B3 bengkel tipe B dipresentasikan pada Gambar 3. 4
5 Jumlah timbulan (kg/hari) SeninSelasaRabu KamisJumat SabtuMinggu Hari Oli bekas Sisa kemasan Sisa onderdil Majun Gambar 3. Timbulan Rata Rata Limbah Bengkel Tipe B Rata rata timbulan di bengkel A adalah 2,87 kg/mobil. Hari dengan timbulan tertinggi adalah selasa Timbulan dan Komposisi Limbah B3 Bengkel Tipe C Bengkel Tipe C yang disampling adalah bengkel Surya AC, UD Maju dan SIna. Rata rata timbulan limbah B3 bengkel berdasarkan komposisi pada bengkel tipe C adalah limbah oli bekas 3,38 kg/hari, sisa kemasan 0,29 kg/hari dan sisa onderdil 2,70 kg/hari. Komposisi limbah terbesar adalah limbah oli bekas. Timbulan rata rata limbah B3 bengkel tipe B dipresentasikan pada Gambar 3. Rata rata timbulan di bengkel C adalah 1.67 kg/mobil. Hari dengan timbulan tertinggi adalah senin. Jumlah Timbulan (kg/hari) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Hari Oli bekas Sisa kemasan Sisa onderdil 5
6 Gambar 4. Timbulan Rata Rata Limbah Bengkel Tipe C 4. Kesimpulan Rata rata timbulan limbah B3 bengkel yang dihasilkan oleh bengkel Tipe A adalah 2,07 kg/mobil, bengkel Tipe B 2,87 kg/mobil dan bengkel tipe C 1,67 kg/mobil. Komposisi limbah B3 bengkel berdasarkan pengukuran timbulan adalah oli bekas sebesar 83,03%, sisa kemasan 6,50%, sisa onderdil 5,72%, majun 3,73%, dan kaleng bekas 1%. Pengelolaan limbah B3 kendaraan bermotor roda empat timbulan di Kecamatan Tegalsari belum sesuai dengan peraturan yaitu pewadahan belum dilengkapi simbol dan label, penyimpanan di beberapa bengkel belum terlindung dari air hujan, kendaraan pengangkut belum sesuai dan tidak dilengkapi dengan dokumen manifes. Daftar Pustaka Aminah, S Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Volume 20, Nomor 1: Departemen Ilmu Politik, FISIP Universitas Airlangga. Surabaya. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK.725/AJ.302/DRJD/2004. Jakarta Kementrian Lingkungan Hidup Surat BLH No /PPL-B3/2009 Tentang Himbauan Mengelola Limbah Bengkel. Jakarta. Kepala Bapedal Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta. Kepala Bapedal Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta. Kepala Bapedal Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05 Tahun 1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Jakarta. Kepala Bapedal Keputusan Kepala Bapedal Nomor 25 Tahun 1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Jakarta. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 551/MPP/Kep/10/1999 Tentang Klasifikasi Bengkel. Jakarta, Indonesia. Misra, Virendra dan Pandey, S.D Hazardous waste, impact on health and environment for development of better waste management strategies in future in India. Environment International 31 (2005) Pemerintah Indonesia. 1999b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun Jakarta. Setiyono Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia. BPPT. Jakarta. 6
PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA
PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA DIAN AYUNINGTYAS 3308100013 DOSEN PEMBIMBING SUSI AGUSTINA WILUJENG, ST., MT. PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH
TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH 3308100043 LATAR BELAKANG Meningkatnya jumlah limbah B3 bengkel Belum ada peraturan yang
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT AT WONOKROMO DISTRICT SURABAYA
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT AT WONOKROMO DISTRICT SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ dan YULINAH TRIHADININGRUM Jurusan
Lebih terperinciPERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)
PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA) Rizky Widya Pratiwi 1*, Adhi Setiawan 2, Ahmad Erlan Afiuddin 3 Program Studi Teknik Keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari Korlantas Polri tahun 2012 (Tabel 1.1), diketahui bahwa jumlah kendaraan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia transportasi di tanah air berkembang dengan sangat pesat. Jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalan raya kian hari kian meningkat. Menurut data dari Korlantas
Lebih terperinciDisampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016
PENYAMPAIAN RANCANGAN PERATURAN MENLHK TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH B3; DAN PENGEMASAN LIMBAH B3 DALAM RANGKA REVISI KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NOMOR 01/BAPEDAL/09/1995 DAN PERATURAN
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU
TUGAS AKHIR EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Fitri Apriliyanti R0010042 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT
PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH 3308100043 TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PENDAHULUAN Jumlah populasi masyarakat
Lebih terperinciB P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN
B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN DAFTAR ISI 1. Apakah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun itu? 2. Bahaya Limbah Bahan Berbahaya dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat
Lebih terperinci2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ 3306 100 086 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-255/BAPEDAL/08/1996 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK PELUMAS BEKAS KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM REWULU Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) PROVINSI BALI Jl. D.I. Panjaitan No. 1 Telp , Fax Denpasar 80233
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BIDANG BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) PROVINSI BALI Jl. D.I. Panjaitan No. 1 Telp. 225663, Fax. 245444 Denpasar 80233 REKOMENDASI IZIN PENGUMPULAN OLI BEKAS PENGAWASAN
Lebih terperinciTIMBULAN SAMPAH KAWASAN KANTOR BPPT
JRL Vol.6 No.3 Hal. 311-317 Jakarta, November 2010 ISSN : 2085-3866 TIMBULAN KAWASAN KANTOR BPPT Rosita Shochib Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Jl MH Thamrin no 8 Jakarta 10340; rosita@webmail.bppt.go.id
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT AMEYA LIVINGSTYLE INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. BUSANAREMAJA AGRACIPTA BUPATI BANTUL, Menimbang
Lebih terperinciKajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung
Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung BUNGA DWIHAPSARI, SITI AINUN, KANCITRA PHARMAWATI Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pengukuran Emisi Pencemaran Udara PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan pengukuran sesuai perintah PT. Adimitra Baratama Nusantara untuk mendukung pelaksanaan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) KLINIK UTAMA AN-NUR Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya
Lebih terperinciPEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA
MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. KOMITRANDO EMPORIO Menimbang : a. bahwa Bahan
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAYUNGAN SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN GAYUNGAN DISTRICT, SURABAYA
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAYUNGAN SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN GAYUNGAN DISTRICT, SURABAYA Yulinah Trihadiningrum*, Bagoes Ario Sukanto Jurusan Teknik
Lebih terperinciPEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN
PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan hidup dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
Lebih terperinciIDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3
IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3 Disampaikan oleh: EUIS EKAWATI Kasubdit Prasarana dan Jasa Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Direktorat Jenderal Pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012, untuk lalu lintas dan angkutan jalan ratarata
BAB l PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Pertumbuhan potensi dan produksi di sub sektor perhubungan darat dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012, untuk lalu lintas dan angkutan jalan ratarata
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk
60 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung, yang terdiri
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi kebutuhan yang sangat tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Seluruh masyarakat seiring dengan berkembangnya jaman dituntut untuk menggunakan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. KOOC KREASI Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Volume Timbulan Sampah Rumah Makan Fast Food di Yogyakarta Karakteristik timbulan yang dihasilkan dari kegiatan rumah makan cepat saji tidak terlalu berbeda
Lebih terperinciBUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. P E R T A M I N A ( PERSERO ) UNIT PENGOLAH IV TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan
Lebih terperinciPEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA
MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 Email blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya
Lebih terperinciPerancangan Proses Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT. E-T-A Indoneisa
Perancangan Proses Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT. E-T-A Indoneisa Megawati 1, Togar W S Panjaitan 1 Abstract: PT. E-T-A Indonesia is a company which involves in circuit breaker industry.
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. SKF INDONESIA, CAKUNG JAKARTA TIMUR
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. SKF INDONESIA, CAKUNG JAKARTA TIMUR LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Diah Ayu Kusuma R0013038 PROGRAM
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) BERDASARKAN PERINGKAT PROPER DI RSUD UNGARAN
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) BERDASARKAN PERINGKAT PROPER DI RSUD UNGARAN Bella Arieza Andriyana Putri*, Tri Joko**, Hanan Lanang Dangiran** *) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan
Lebih terperinciBERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK
BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
Lebih terperinciBAB 6 Kesimpulan dan Saran
207 BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Timbulan dan komposisi limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan adalah
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK
EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LB3) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN
Lebih terperinciTeknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:
Analisis Dampak Kegiatan Retribusi Angkutan Di Depan Terminal Tipe B Kota Martapura OKU Timur Terhadap Karakteristik Lalau Lintas Jalan Lintas Tengah Sumatera Oleh: Ferry Desromi Abstract Traffic impact
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 06 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Study Pustaka Sampling
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Berikut ini adalah diagram alir penelitian. Study Pustaka Sampling Data Primer : -Wawancara dan kusioner -Pengambilan sampel mengacu pada SNI 19-3964-1994
Lebih terperinciPEMANTAUAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN SOP PENANGANAN LIMBAH BERBAHAYA, BUKTI PEMANTAUAN,
UPTD Puskesmas II Baturraden PEMANTAUAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN SOP PENANGANAN LIMBAH BERBAHAYA, BUKTI PEMANTAUAN, SPO DAN TINDAK LANJUT No. Dokumen :SPO/VIII/UKP/65/2016 No. Revisi : 0 Tanggal Terbit
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.39, 2014 KEMEN LH. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Simbol. Label PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH
Lebih terperinciKAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TANDES KOTA SURABAYA
Program Studi MMT-ITS, Surabaya Pebruari 0 KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH B RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TANDES KOTA SURABAYA Hasrizal.HB dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Teknik Lingkungan Jurusan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KAHYANGAN Menimbang
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala
Lebih terperinciSISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3 TERHADAP INDEKS PROPER DI RSPI PROF. DR. SULIANTI SAROSO
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3 TERHADAP INDEKS PROPER DI RSPI PROF. DR. SULIANTI SAROSO Fauziah Anggraini, Mursid Rahardjo,Onny Setiani Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciSKRIPSI. EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PADA PELAYANAN KESEHATAN MANDIRI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya)
SKRIPSI EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PADA PELAYANAN KESEHATAN MANDIRI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya) Oleh: ANIS BONI SAFITRI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN
Lebih terperinciRegulasi PCB di Indonesia
Regulasi PCB di Indonesia Dan Perbandingan di Beberapa Negara Mohamad Mova Al Afghani Dyah Paramita Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. R.E. Martadinata No. 2, Bogor 16162 +62 251 8328 203 www.crpg.info
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identifikasi Limbah B3 PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan perusahaan di Indonesia yang mengeksplorasi minyak bumi yang terletak di Cepu, Jawa Tengah,
Lebih terperinciSUMMARY. PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya)
SUMMARY PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya) Sri Wedari Rusmin Djuma, 811409010. 2013. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 : Penjualan Kendaraan Domestik Kuartal I 2011
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki tahun 2011 ini, perkembangan perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan. Hal ini ditandai dengan semakin kompetitifnya dunia bisnis di Indonesia.
Lebih terperinciGAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA
GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA Riana Bintang Rozaaqi Universitas Airlangga: Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat, Surabaya
Lebih terperinci1:.Y::::;jMSj STUDI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DIKOTABANDARLAMPUNG. Nama Mahasiswa HAPPY SURYATI H NIM. Program Studi
Judul Nama Mahasiswa NIM Program Studi STUDI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DIKOTABANDARLAMPUNG HAPPY SURYATI H 017004007 PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (PSL) Menyetujui ( Ketua 1:.Y::::;jMSj Anggota
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. besar dalam pencapaian keselamatan, kesehatan kerja dan pemeliharaan
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Limbah B3 PT Saptaindra Sejati ialah salah satu kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan mineral khususnya batubara mempunyai peranan yang besar dalam pencapaian
Lebih terperinciPrediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)
Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3) Dosen Teknik Lingkungan
Lebih terperinciPotensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya
Laporan Tugas Akhir RE 091324 Diajukan oleh : Rizqiniyah Isnaini 3309100057 Dosen Pembimbing : Susi Agustina Wilujeng, ST., MT Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN KECAMATAN SUKOLILO, SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN SUKOLILO DISTRICT, SURABAYA
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN KECAMATAN SUKOLILO, SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN SUKOLILO DISTRICT, SURABAYA ALIA RIANDANI dan Prof.DR. YULINAH TRIHADININGRUM, MAppSc
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di lingkungan. Masyarakat awam biasanya hanya menyebutnya sampah saja. Bentuk, jenis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, dan Indonesia masih tetap menduduki urutan ke empat terbanyak di dunia setelah Cina,
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Otomotif, sarana bidang transportasi yang berfungsi dalam upaya memenuhi tuntutan ekonomi di jaman teknologi sekarang ini yang mana tingkat dari kebutuhan dan waktu
Lebih terperinciKLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah
KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA PARKIR DI GRAHA AMERTA RSUD DR.SOETOMO SURABAYA : Muhammad Usman NIM : Dosen Pembimbing : Dr. H. Sri Wiwoho M., ST., MT.
EVALUASI KINERJA PARKIR DI GRAHA AMERTA RSUD DR.SOETOMO SURABAYA Nama : Muhammad Usman NIM : 03111094 Fakultas : Teknik Sipil Dosen Pembimbing : Dr. H. Sri Wiwoho M., ST., MT. ABSTRAK Seiring dengan peningkatan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3
IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 Bidakara, 20 November 2014 Penyimpanan & Pengumpulan LB3 Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
Lebih terperinciISBN : Oleh: Ir. Setiyono, MSi
ISBN : 979-8465-25-3 Oleh: Ir. Setiyono, MSi Email : setiyonoi@hotmail.com Diterbitkan Oleh : Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Perkembangan bisnis menyebabkan cara pandang setiap individu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia bisnis berkembang dengan pesat tidak hanya terbatas pada sektor-sektor tertentu, melainkan merata pada seluruh sektor bisnis seperti sektor industri
Lebih terperinciKata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro
ANALISIS POTENSI REDUKSI SAMPAH DI KAWASAN KOMERSIAL MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA Cesaria Eka Yulianti Sri Hastuti dan Susi Agustina Wilujeng Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciMATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)
MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB) Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri Perindustrian No 87/M-IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan
Lebih terperinciBUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Menimbang Mengingat BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciABSTRAKSI PROSPEK USAHA JASA BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU
ABSTRAKSI PROSPEK USAHA JASA BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU Oleh : Richy Tojo S Di bawah Bimbingan : Drs. Raja Putra Samad, MPM dan Darmayuda,SE, M.Si Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciTANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017 1 Lepasnya 40 metrik ton methyl isocyanate ke udara dari pabrik Union Carbide
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.
Lebih terperinciFasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang Dosen Pembimbing
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi
Lebih terperinciPENGANGKUTAN LIMBAH B3 MEDIS
PENGANGKUTAN LIMBAH B3 MEDIS Pengangkutan yang tepat merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan limbah dari kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaannya dan untuk mengurangi risiko
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI INDUSTRI ATAU USAHA SUATU KEGIATAN
Lebih terperinciPEMETAAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT MEDIS B3 DI UPT PUSKESMAS KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)
PEMETAAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT MEDIS B3 DI UPT PUSKESMAS KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciVII. TATA LETAK PABRIK
VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan
Lebih terperinciTABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI
BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Global Carbon Dioxide Emissions from Fossil-Fuels (EPA, 2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Emisi karbon dioksida global dari bahan bakar fosil meningkat secara signifikan dari tahun 1990 hingga tahun 2008. Fakta ini dirujuk dari data tingkat emisi karbon
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciPRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN
PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bisa membeli tidak bisa merawat itulah gambaran umum para individu pemilik sepeda motor pada masyarakat luas di Indonesia, mereka karena sesuatu dan lain hal menjadi
Lebih terperinciPRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN
PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin
Lebih terperinci