BAB IV HASIL PENELITIAN. besar dalam pencapaian keselamatan, kesehatan kerja dan pemeliharaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. besar dalam pencapaian keselamatan, kesehatan kerja dan pemeliharaan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Limbah B3 PT Saptaindra Sejati ialah salah satu kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan mineral khususnya batubara mempunyai peranan yang besar dalam pencapaian keselamatan, kesehatan kerja dan pemeliharaan lingkungan hidup di perusahaanya. Hal ini dikarenakan untuk mewujudkan komitmen sesuai dengan kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lingkungan dan Mutu (K3LM) yaitu menciptakan kepeduliaan lingkungan dengan mengelolaanya untuk aspek dan dampak lingkungan semua karyawan bertanggungjawab untuk : 1. Mengerti, mengetahui, serta menjalankan standar, prosedur dan persyaratan pengelolaan dan pengendaliaan limbah pada setiap aktivitas pekerjaannya 2. Melakukan tindakan perbaikan ketika melihat adanya ketidaksesuaian dalam aspek lingkungan. Berdasarkan komitmen diatas bahwa dalam menjalankan produksinya di PT Saptaindra Sejati site ADMO selain menghasilkan produk batubara, juga menghasilkan limbah. Yang dimaksud Limbah ini adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/ atau proses kegiatan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Termasuk dalam limbah ini adalah hidrokarbon kadaluwarsa. 40

2 41 Apabila limbah tersebut tidak dilakukan pengelolaan dan pengendalian akan berdampak pada pencemaran yang dapat merusak lingkungan. Berdasarkan menurut limbah pembagiannya, limbah di PT Saptaindra Sejati dibagi menjadi berikut : 1. Limbah Organik Limbah organik yang berada di perusahaan berupa limbah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam. Limbah ini sangat mudah diuraikan dengan proses alami. Contohnya yaitu sampah dari dapur, sisa makanan, sayuran, kulit buah, daun, dan lain- lain. 2. Limbah Anorganik Limbah anorganik yang berada diperusahaan berupa limbah sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Contohnya yaitu botol sisa minuman, botol plastik, tas plastik, kaleng, dan lain- lain. 3. Limbah B3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang harus mendapatkan penanganan dan pengelolaan yang khusus, yang merupakan limbah hasil dari produksi laboratorium (bahan kimia) maupun hasil produksi dari perbengkelan di perusahaan. Contohnya; Oli bekas, filter oli bekas, selang bekas, majun terkontaminasi hidrokarbon, aki bekas, bahan kimia, sampah medis, dan lain- lain.

3 42 Limbah B3 yang dihasilkan akibat kegiatan produksi di PT Saptaindra Sejati site ADMO antara lain adalah jenis limbah B3 padat dan limbah B3 cair. Untuk jenis limbah B3 apa saja yang dihasilkan oleh perusahaan, dapat dilihat pada tabel 4.1. dan tabel 4.2. Tabel Jenis Limbah B3 yang dihasilkan No. Jenis Limbah Bentuk Fisik Karakteristik 1. Tanah terkontaminasi Padat Beracun 2. Majun bekas Padat Beracun 3. Hose bekas Padat Beracun 4. Filter oli dan fuel bekas Padat Beracun 5. Accu Bekas Padat Korosif 6. Baterai bekas Padat Korosif 7. Limbah Elektronik Padat Beracun 8. Oli bekas Cair Mudah terbakar 9. Solar bekas Cair Mudah terbakar 10. Sampah terkontaminasi B3 Padat Beracun Sumber : PT Saptaindra Sejati site ADMO, 2014 Tabel Daftar Limbah B3 dari sumber spesifik dan sumber tidak spesifik No Kode Limbah Jenis Limbah 1. D212 Limbah Tinta Cartridge 2. D217 Batere Sel Kering 3. D218 Batere Sel Basah 4. D219 Komponen Elektronik/ Peralatan Elektronik 5. D222 Sludge 6. D1005d Pelumas bekas 7. D251 Bengkel pemeliharaan kendaraan Sumber : PT Saptaindra Sejati site ADMO, 2014 Sumber Limbah B3 yang dihasilkan dari PT Saptaindra Sejati site ADMO adalah sebagai berikut : a. Tanah Terkontaminasi Limbah ini berasal dari tanah yang ada diarea perusahaan atau diluar gedung atau daerah penampungan, yang mana tanah tersebut sudah terkontaminasi dari bahan hidrokarbon seperti oli, solar, dan grease

4 43 biasanya berasal dari insiden lingkungan maupun sisa kurasan dari oil trap. Terkontaminasi ini disebabkan oleh tumpahan yang langsung mengenai tanah. Tumpahan di PT Saptaindra Sejati site ADMO - Adaro Indonesia dikatagorikan menjadi 3 yaitu : 1) Tumpahan Besar/ Signifikan : a) Apabila di dalam suatu gedung atau penampungan, besaran tumpahan melebihi 1000 liter bahan minyak bumi/ hidrokarbon b) Apabila di luar daerah penampungan atau di media tanah dan/ atau air, besaran tumpahan melebihi 50 liter bahan minyak bumi/ hidrokarbon 2) Tumpahan Sedang : a) Apabila di dalam suatu gedung atau penampungan, besaran tumpahan melebihi 25 liter dan kurang dari 1000 liter bahan minyak bumi/ hidrokarbon b) Apabila di luar gedung atau daerah penampungan, besaran tumpahan melebihi 5 liter dan kurang dari 50 liter bahan minyak bumi/ hidrokarbon 3) Tumpahan kecil/ non signifikan : a) Apabila di dalam suatu gedung atau penampungan, besaran tumpahan kurang dari 25 liter bahan minyak bumi/ hidrokarbon.

5 44 b) Apabila di luar gedung atau daerah penampungan, besaran tumpahan kurang dari 5 liter bahan minyak bumi/ hidrokarbon. b. Majun Bekas Limbah majun bekas yang terkontaminasi oleh hidrokarbon. Majun ini adalah kain atau lap yang biasanya digunakan oleh mechanic saat melakukan perawatan atau perbaikan pada mesin- mesin, peralatanperalatan dan perlengkapan lainnya yang ada diarea workshop. Contoh Penggunaannya seperti pembersihan oli, grease pada mesin Alat- Alat Berat (A2B) yang sedang di service. Majun ini setelah digunakan mechanic biasanya terkontaminasi dengan bahan- bahan ang mengandung hidrokarbon yang ada di mesin atau pun peralatan pada unit- unit Alat- Alat Berat (A2B). Sehingga majun ini setelah penggunaan harus dilakukan pisahkan dengan majun yang belum terpakai atau dalam kondisi bagus. Majun yang sudah bekas ini disimpan pada tempat tersendiri guna untuk mempermudah pengemasan. c. Hose bekas Limbah hose yang terkontaminasi oleh hidrokarbon yang bersifat beracun sehingga dikatagorikan sebagai limbah B3. Hose atau yang biasa mudah dikenal dengan pipa selang yang berasal dari bekas hasil perawatan atau perbaikan mesin- mesin semua unit yang dilakukan oleh mechanic di workshop. Pipa selang ini berasal dari saluran oli ke mesin yang sudah tidak layak lagi digunakan, sehingga dilakukan penggantin

6 45 dengan hose yang baru. Hose yang bekas ini akan ditampung pada tempat tersendiri khusus untuk limbah B3 padat agar mempermudah untuk house keeping dan proses pengemasan selanjutnya. d. Filter Oli Bekas Filter ini adalah penyaring oli yang terdapat pada mesin- mesin semua unit yang tidak terpakai lagi. Filter Oli bekas berasal dari unit-unit yang dilakukan perbaikan atau penggantian filter karena sudah waktunya diganti. Filter Oli bekas dikatakan sebagai limbah B3 karena memiliki karekteristik beracun yang sudah terkontaminasi oleh Oli. e. Accu Bekas dan baterai bekas Accu bekas dan baterai bekas beasal dari unit- unit yang sumber listriknya suda low power sehingga harus dilakukan penggantian. Accu bekas ini kemudian harus dikeola sebagai limbah B3 karena memilki karakteristik beracun atau dapat mengakibatkan karat atau korosi pada besi dan luka bakar/ gatal apabila kontak langsung dengan kulit manusia. f. Limbah Elektronik Perangkat elektonik atau bagian perangkat elektronik yang sudah rusak atau tidak dapat diperbaiki kembali, yang karena kandungan logam berat dan atau gas pencemar udara dapat mencemari/ merusak/ membahayakan lingkungan. Limbah elektronik ini dikategorikan sebagai limbah B3 yang harus dikelola karena memilki karakteristik beracun atau dapat mengakibatkan karat atau korosi pada besi dan luka bakar/ gatal

7 46 apabila kontak langsung dengan kulit manusia. Jenis- jenis limbah B3 eletronik ini adalah sebagai berikut : 1) Personal computer termasuk CPU, mouse, screen, dan keyboard 2) Laptop 3) Printer 4) Mesin foto copy 5) Kalkulator, remote control 6) Telephon 7) LCD monitor, projector 8) Perlengkapan lampu penerangan 9) Air conditioner (AC) 10) Kabel, box panel, 11) Produk dan perlengkapan lainnya yang menggunakan elektrik dan elektronik. g. Oli Bekas Oli bekas ini dihasilkan dari service rutin unit alat- alat berat maupun unit produksi lainnya. Oli bekas ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena memiliki karakteristik beracun, dan mudah terbakar. Oli bekas dapat mencemari tanah maupun air apabila terbuang ke lingkungan. Sehingga oli bekas harus dikelola sebagai limbah B3. h. Fuel bekas/ Solar bekas Fuel bekas ini adalah bahan bakar solar yang sudah terkontaminasi oleh bahan hidrokarbon lainnya atau bercampur dengan air. Solar bekas

8 47 ini dikategorikan sebagai limbah B3 yang harus dikelola dan dikendalikan karena solar bekas ini memiliki karateristik mudah terbakar. B. Perijinan Pengelolaan Limbah B3 PT Saptaindra Sejati site ADMO pada proses pengelolaan B3 dan limbah B3 dilakukan oleh Departemen SHE dan pihak eksternal, untuk setiap pengelola limbah yang bertugas menangani limbah di perusahaan telah dibekali training mengenai pengelolaan B3 dan limbah B3 yang dilakukan secara bertahap dari pihak management. Training yang sudah dijalankan oleh Departemen SHE yaitu waste Manajemen. Sistem pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai penghasil dan penyimpan limbah di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) saja. Dalam proses pengelolaan limbah B3, PT Saptaindra Sejati telah memilki standar prosedur tentang pengemasan, penyimpanan dan pembuangan limbah serta prosedur mengenai penanganan limbah, pengelolaan dan pengendalian B3 yang sudah dianalisa berdasarkan peraturan yang berlaku, didokumentasikan dan diterapkan pada seluruh site. Kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan meliputi kegiatan reduksi, pengemasan dan pengumpulan, pelabelan dan pemberian simbol, penyimpanan sementara yang berasal dari departemen internal perusahaan ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS). Penyimpanan sementara limbah B3 perusahaan ditempatkan di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) KM 84 yang sudah terdaftar dan mempunyai

9 48 izin resmi dari Bupati Tabalong berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Tabalong No / 458 /2013, tentang Pemberian Izin Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT Adaro Indonesia. Izin penyimpanan sementara limbah B3 berdasarkan Keputusan Bupati Tabalong terdapat pada lampiran 1. C. Pengelolaan Limbah B3 1. Reduksi PT Saptaindra Sejati dalam upaya mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan beracun limbah B3 yang dihasilkan yaitu Penerapan alat autoflushing pada unit A2B yang berfungsi untuk membantu dan memaksimalkan penyaringan oil hydraulic yang didalam tangki unit, agar oil hydraulic lebih bersih sesuai dengan standar kebersihan yang diinginkan. Sehingga dengan penerapan alat tersebut, masa atau waktu pemakaian oli bisa menjadi lebih lama dari dari pada sebelum pemakaian alat dan jumlah limbah oli bekas yang dihasilkan menjadi tidak terlalu banyak. Untuk mengurangi limbah B3 solar bekas dilakukan dengan cara menggunakan tool fuel saver yaitu alat yang digunakan untuk menyaring solar bekas yang ada pada filter yang masih layak pakai pada saat periode service pada unit A2B, agar dapat digunakan lagi untuk pengisian filter baru pada unit A2B. Sehingga dapat mengurangi jumlah limbah solar bekas di perusahaan (terdapat pada lampiran 2).

10 49 Penggunaan wippol pada saat membersihkan mesin, peralatan dan perlengkapan pada unit pada saat perawatan dan perbaikan di workshop sebagai pengganti majun, agar bisa mengurangi jumlah limbah B3 padat berupa majun bekas diperusahaan. Untuk limbah B3 padat yang berupa filter oli bekas dikurangi volumenya, dengan cara filter oli bekas yang sudah terkontaminasi tersebut dikumpulkan terlebih dahulu, setelah itu filter oli bekas ditiriskan, lalu dilakukan pengepresan pada filter oli bekas tersebut dengan menggunakan mesin press agar ukuran filter menjadi lebih kecil sehingga tidak terlalu memakan tempat pada waktu pengemasan didalam drum. Pemilahan limbah B3 dilakukan di tempat terbuka atau berventilasi baik atau diruang yang terlindungi dari udara panas yang disediakan oleh perusahaan (gudang penyimpanan sementara limbah B3) tiap area workshop (workshop MIA 1, workshop MIA 2, dan workshop MIA 3). Proses pemisahan limbah juga meliputi kegiatan memisahkan limbah berdasarkan sifat dan karakteristik limbah, hal ini dimaksudkan agar masing-masing limbah yang berbeda menurut sifat dan karakteristiknya tidak saling mengkontaminasi satu sama lain. Pemilahan sedekat mungkin dengan area penyimpanan, semua bahan yang akan dipilah yang jelas dan dipisahkan sesuai dengan katagorinya. Petugas menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, safety shoes, pakaian kerja, masker, kacamata safety). Setelah dipilah

11 50 limbah B3, kemudian dimasukan kedalam wadah drum kapastias 200 liter untuk limbah B3 padat sedangkan limbah B3 cair dimasukkan ke dalam weste tanky dan pada bagian luar wadah ditulis secara jelas mengenai isinya dan jumlahnya. Bahan- bahan tersebut kemudian disimpan ditempat kering dan aman, yaitu gudang terpisah antara sampah kontaminan dengan non kontaminan. 2. Pengemasan dan pengumpulan Pengemasan di PT Saptaindra Sejati site ADMO disesuaikan dengan limbah yang ada. Untuk pengemasan Limbah B3 yang dihasilkan harus dipisahkan jenis limbah B3 yang terdapat di area kerja agar mempermudah pada saat proses pengemasan. Jenis limbah B3 yang ada diarea kerja sebagai berikut : a. Limbah B3 padat yaitu : 1) Sampah terkontaminasi : majun bekas oli, sarung tangan bekas oli, dan semua bahan terkena dengan bahan B3 atau hidrokarbon 2) Filter Oli 3) Selang/ hose bekas yang mengandung hidrokarbon atau oli 4) Grease/ gemuk 5) Tanah terkontaminasi 6) Battery/ Accu

12 51 b. Limbah B3 cair : Oli bekas/ Solar bekas. c. Kemasan / wadah limbah B3 adalah tempat yang digunakan untuk mengemas atau mewadahi limbah B3 sebelum dikirim ke TPS Limbah B3 yang mempunyai izin. Kemasan untuk limbah B3 padat dapat berupa drum kaleng 200 liter atau drum plastik yang telah diberi simbol dan label sesuai dengan karakteristiknya. d. Prosedur Pengemasan Limbah B3 yaitu sebagai berikut : 1) Semua Limbah B3 yang dihasilkan di area kerja wajib dikemas terlebih dahulu di area kerjanya berdasarkan Standar ini sebelum dikirim ke TPS Limbah B3 2) Semua area yang menghasilkan Limbah B3 wajib menyediakan kemasan/ wadah limbah B3 di area kerjanya (hubungi Bagian Logistic untuk penyediaan drum bekas atau koordinasi dengan bagian lingkungan) 3) Limbah B3 Padat (kecuali battery/ accu) wajib dikemas ke dalam drum dan dipisahkan antara : (Sampah terkontaminasi, filter bekas, Selang/ Hose bekas, Grease/ gemuk bekas) (a) Dilarang mencampur 4 jenis limbah B3 tersebut ke dalam satu wadah (b) Hose bekas harus dipotong-potong terlebih dahulu (minimal 20 cm) (c) Filter bekas wajib ditiriskan terlebih dahulu di tempat penirisan

13 52 4) Wadah limbah B3 wajib ditempatkan di area yang dapat mencegah terjadinya tumpahan ke lingkungan. Akses pemindahan wadah juga harus memperhatikan keselamatan dan terjangkau oleh alat bantu pengangkat. 5) Setiap wadah yang disediakan di area kerja harus diberikan simbol, label, dan penamaan sesuai dengan gambar dibawah ini: Gambar Kemasan limbah B3 padat Sumber : PT Saptaindra Sejati site ADMO, ) Pengiriman limbah B3 ke TPS dilarang menggunakan drum potongan yang tidak tertutup karena berpotensi mencemari lingkungan. 7) Dilarang memasukkan sampah domestik/ non B3 (botol air mineral, sampah plastik, dan kardus) ke dalam wadah Limbah B3 8) Dilarang mencampur limbah B3 yang telah dipisahkan berdasarkan wadahnya dalam klasifikasi di atas 9) Wadah limbah B3 yang sudah terisi penuh secepatnya dikirim ke TPS limbah B3 dalam keadaan tertutup rapat (menggunakan

14 53 klem) dan kemasan yang digunakan sebelumnya harus dalam keadaan bersih 10) Semua limbah B3 cair harus masuk ke dalam tangki B3 cair, dan limbah B3 cair tidak diizinkan dalam kemasan drum kemasan 200 liter. 11) Hubungi Lube truck jika ada kendala transfer tangki B3 cair 12) Semua limbah B3 yang dikirim ke TPS limbah B3 wajib atas sepengetahuan SHE/ petugas TPS limbah B3 dengan mengisi logbook yang telah disediakan oleh petugas TPS limbah B3 (tidak diperkenankan pengiriman pada malam hari) 13) Petugas limbah B3 berhak menolak Limbah B3 yang dikirim jika tidak sesuai dengan standar parameter ini. 3. Penyimpanan Sementara a. Tata cara penyimpanan sementara di PT Saptaindra Sejati site ADMO adalah sebagai berikut : 1) Semua limbah B3 padat non baterry harus masuk ke drum bekas oli/ grease kapasitas 200 liter dengan diberi tutup (diberi las atau menggunakan klem) 2) Untuk isi limbah padat harus dikelompokan seperti : tanah terkontaminasi, filter bekas, grease, sampah terkontminasi, dan hose bekas.

15 54 3) Drum yang berisi limbah B3 padat harus diberi label dan simbol yang sesuai dengan karakteristik dari limbah B3 tersebut. 4) Drum harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan untuk penyimpanan sementara limbah B3 yang dihasilkan. 5) Kemudian semua limbah B3 tersebut diangkut ke tempat penyimpanan sementara (TPS) yang dimiliki perusahaan dengan alat bantu yaitu menggunakan forklift dan truck dan menunggu pengangkutan dari PT Maju Asri Jaya Utama sebagai pihak ke kedua. b. Penataan dan penyimpanan PT Saptaindra Sejati telah melakukan proses pemisahan limbah sejak dari asalnya, yaitu dengan cara membuat standar kode warna tempat sampah untuk membedakan jenis sampah organik, anorganik dan sampah B3 sehingga mempermudah dalam proses pengumpulan limbah sebelum diangkut dan disimpan di TPS limbah B3. Untuk penjelasan kode warna tempat sampah terlampir pada lampiran 3. Proses pemisahan limbah juga meliputi kegiatan memisahkan limbah berdasarkan sifat dan karakteristik limbah, hal ini dimaksudkan agar masing-masing limbah yang berbeda menurut sifat dan karakateristiknya tidak saling mengkontaminasi satu sama lain. Untuk area TPS perusahaan, kegiatan pemisahan limbah

16 55 diperlukan untuk limbah B3 sifat padat dan cair yang disimpan di area TPS, penempatan limbah yang berbeda sifat tersebut dipisahkan dengan tembok pembatas dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi apabila terjadi tumpahan. Pengemasan limbah B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan menyegelnya. Bentuk, ukuran, bahan dan simbol, serta label kemasan limbah yang ada sudah disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang disimpan. Kemasan-kemasan limbah yang ada di TPS dijaga dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas karat, tidak bocor dan diperiksa secara rutin untuk memastikan kondisi kemasan. Limbah B3 yang karakteristiknya berbeda tidak disimpan dalam satu kemasan, jumlah pengisian limbah dalam kemasan sengaja tidak diisi penuh karena mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan. Penempatan kemasan drum limbah di TPS diletakkan di atas palet, dimana setiap palet digunakan untuk menampung 2-3 drum. Kemasan limbah di TPS ditempatkan dengan baik dan benar sehingga menghindarkan dari kemungkinan terguling atau tumpah, jika ada ceceran/ tumpahan limbah di area TPS, maka limbah tersebut akan mengalir dan masuk ke dalam bak penampungan dalam area TPS.

17 56 c. House keeping PT Saptaindra Sejati site ADMO telah menerapkan prinsip Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin (5R) dalam pelaksanaan housekeeping di setiap area kerjanya, hanya saja untuk penilaian housekeeping untuk area TPS belum ada. Kemudian untuk housekeeping area TPS limbah B3 terkadang kurang terawat, hal ini disebabkan keterbatasan man power, kurangnya kesadaran pekerja akan kebersihan dan tidak adanya jadwal rutin pembersihan area TPS limbah B3. d. Bangunan Penyimpanan Limbah Bangunan penyimpanan limbah sementara (TPS) PT Saptaindra Sejati site ADMO terdapat di lokasi TPS KM 84 yaitu dideket office dan dibelakang workshop Mining Integreted Area 2 (MIA) di KM 84 kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Bangunan penyimpanan limbah B3 ini dengan luas 347 m 2 dan memiliki ventilasi yang cukup dan menggunakan penerangan alami buatan (terdapat pada lampiran 4). Penempatan limbah disesuaikan dengan jenis masing- masing limbah yaitu limbah B3 berbentuk padat ditempatkan pada drum bekas oli yang ditata secara rapi, sedangkan untuk limbah cair disimpan pada tangki B3 cair, dan tidak diperijinkan didalam kemasan drum.

18 57 Penyimpanan limbah B3 hanya sekitar 1-2 bulan saja kemudian dilakukan pengangkutan ke provider atau pihak ke tiga. Namun pengangkutan limbah ini hampir setiap hari dilakukan pengangkutan oleh PT Maju Asri Jaya Utama sebagai pihak kedua yang telah memiliki izin jasa pengangkutan limbah B3 (terdapat pada lampiran 5). Tempat limbah B3 di PT Saptaindra Sejati site ADMO sudah diberi tanda/ papan nama yang manandakan bahwa tempat ini merupakan tempat penyimpanan limbah B3 sementara. Tempat penyimpanan sementara limbah B3 di PT Saptaindra Sejati site ADMO ini dilengkapi sarana pendukung antara lain alat pemadam kebakaran (APAR dari jenis dry powder), eye wash, spill kit dan fasilitas bongkar muat yang digunakan seperti forklift yang dirancang untuk mempermudahkan pemindahan limbah B3, lantai untuk kegiatan bongkar muat kuat dan kedap air serta dilengkapi dengan saluran pembuangan. 4. Pelabelan dan Simbol Sebelum disimpan diarea limbah B3, limbah terlebih dahulu dikemas dengan kemasan yang sesuai dengan jenis limbah. Pelabelan limbah B3 yang dilakukan PT Saptaindra Sejati site ADMO adalah sebagai berikut: a. Limbah B3 padat yang sudah dimasukan kedalam drum, harus dilakukan proses pemasangan simbol dan label limbah. Simbol

19 58 yang digunakan antara lain adalah simbol untuk limbah korosif, beracun dan cairan mudah terbakar. Pemasangan simbol dan label limbah dilakukan oleh pihak pengelola limbah atau dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan limbah B3 yang dibantu Departemen SHE sebelum Limbah B3 di TPS dilakukan pengangkutan oleh PT Maju Asri Jaya Utama sebagai pihak kedua. b. Limbah B3 yang berbentuk cair diangkut kedalam tanky limbah B3 cair, menggunakan Lube Truck yang mana pada tanky tersebut harus dilakukan pemasangan simbol dan label yang menujukan bahwa limbah tersebut beracun dan mudah terbakar. 5. Pengangkutan Limbah B3 oleh pihak ke dua Proses pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3 ke pihak pengumpul atau penyimpan atau pemanfaat limbah B3 yaitu yang sudah memiliki izin resmi yang masih berlaku dari pemerintah. Untuk proses pengangkutan dan pengolahan limbah B3 yang berasal dari PT Saptaindra Sejati site ADMO diserahkan kepada perusahaan yang telah memperoleh izin dari Menteri Lingkungan Hidup yaitu PT Maju Asri Jaya Utama. Untuk mengetahui dan mengawasi siklus perjalanan limbah B3 yang diangkut oleh pengangkut limbah B3 sampai ke pengolah dan atau ke penimbun akhir limbah B3, perusahaan menggunakan manifest

20 59 limbah lembar ketiga dan ketujuh yang diberikan oleh pengangkut limbah setiap melakukan pengangkutan (terdapat pada lampiran 6). 6. Pengolahan limbah B3 pihak ketiga Proses pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3 ke pihak pengumpul atau penyimpan atau pemanfaat atau pemusnah limbah B3 yaitu yang sudah memiliki izin resmi yang masih berlaku dari pemerintah. Untuk proses pengangkutan dan pengolahan limbah B3 yang berasal dari PT Saptaindra Sejati site ADMO diserahkan kepadaa perusahaan yang telah memperoleh izin dari Menteri Lingkungan Hidup yaitu PT ALP Petro Industri untuk limbah oli bekas dan PT Wastec International untuk limbah B3 padat kecuali accu atau baterai bekas sebagai pihak ketiga. Pengelolaan limbah Elektrik perusahaan sudah memenuhi kriteria pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga karena menggunakan jasa PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) yang berpusat di kota Bogor sebagai pengolah dan atau pemusnah limbah elektrik. Sedangkan untuk limbah Accu dan Baterai bekas menggunakan jasa PT Non Ferindo Utama. Untuk mengetahui dan mengawasi siklus perjalanan limbah B3 yang diangkut oleh pengangkut limbah B3 sampai ke pengolah dan atau ke penimbun akhir limbah B3, perusahaan menggunakan manifest limbah lembar ketiga dan ketujuh yang diberikan oleh pengangkut limbah setiap melakukan pengangkutan.

21 60 7. Rekapilutasi data pencatatan jenis dan volume limbah B3 Sebelum limbah B3 dimasukkan kedalam area TPS PT Saptaindra Sejati site ADMO, penanggung jawab limbah terlebih dahulu harus menghubungi penanggung jawab TPS untuk proses serah terima limbah. Setelah itu penanggung jawab limbah akan mengisi logbook atau papan statistik limbah yang ada di TPS. Tujuan dari persyaratan administratif limbah yang dilakukan oleh PT Saptaindra Sejati adalah untuk mempermudah saat dilakukannya proses reporting atau pelaporan limbah B3. 8. Reporting/ pelaporan limbah B3 Reporting/ pelaporan data ini dilakukan oleh Departemen SHE yang berwenang dalam kegiatan pengelolaan limbah B3. Pelaporan yang dilakukan ke pihak internal perusahaan, pihak owner PT Adaro Indonesia, perusahaan pusat dan pihak eksternal. Alur proses pelaporan data limbah yang dilakukan meliputi pelaporan ke pihak internal perusahaan dan juga kepada pihak eksternal perusahaan. Pelaporan ke pihak internal perusahaan disini adalah pelaporan ke departemen SHE yang kemudian oleh departemen SHE data reporting limbah B3 akan ditinjau kembali dan dikirim ke pihak eksternal perusahaan/pihak owner, yang untuk selanjutnya oleh owner data tersebut akan direkapitulasi tiap bulannya dan dikirimkan kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini rekapitulasi limbah dilaporkan kepada Bupati Tanjung Tabalong setiap 3 bulan sekali.

22 61 Dan kepada pihak eksternal, PT Saptaindra Sejati melalui pihak owner PT Adaro Indonesia telah mewajibkan perusahaan pengumpul atau pemanfaat limbah B3 dalam hal ini PT ALP Petro Industri, PT Wastec International, PT PPLI dan PT Non Ferindo Utama untuk melaporkan hasil kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup setempat.

23 BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat di perusahaan telah dilakukan identifikasi menurut jenis, bentuk, dan karakteristik serta berdasarkan sumbernya. Hal ini secara umum di PT Saptaindra Sejati site ADMO telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pasal 6 yang berbunyi bahwa, Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan uji karakteristik dan atau uji toksikologi. B. Perijinan Pengelolaan Limbah B3 Pengelolaan atau penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di perusahaan meliputi penyimpanan sementara limbah B3 padat serta limbah B3 cair. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 belum dapat diolah dengan segera, kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindari. Perusahaan memiliki wewenang untuk mengelola limbah B3 dengan melakukan kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 di Tempat 62

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pengukuran Emisi Pencemaran Udara PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan pengukuran sesuai perintah PT. Adimitra Baratama Nusantara untuk mendukung pelaksanaan

Lebih terperinci

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan ASISTEN DEPUTI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PEMULIHAN KONTAMINASI LIMBAH B3 DEPUTI IV MENLH Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA) PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA) Rizky Widya Pratiwi 1*, Adhi Setiawan 2, Ahmad Erlan Afiuddin 3 Program Studi Teknik Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identifikasi Limbah B3 PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan perusahaan di Indonesia yang mengeksplorasi minyak bumi yang terletak di Cepu, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM ISSN 1979-2409 Penanganan Llmbah Radioaktif Padat Aktivitas Rendah Pasca Penggantian Hepa Filter Di IRM (Susanto, Sunardi, Bening Farawan) PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

KOP SURAT PERUSAHAAN

KOP SURAT PERUSAHAAN KOP SURAT PERUSAHAAN Jakarta, Nomor : Sifat : Lampiran : Hal : Laporan pengelolaan limbah B3 Kepada, periode Januari-Maret 2015 Yth. Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta Jl. Casablanca Kav. 1 Kuningan di

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN DAFTAR ISI 1. Apakah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun itu? 2. Bahaya Limbah Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM REWULU Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995 Salinan BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN ( BAPEDAL ) KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. KOOC KREASI Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal : 5 September 1995 TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-255/BAPEDAL/08/1996 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK PELUMAS BEKAS KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Oleh : KEPALA BAPEDAL Nomor : 1 TAHUN 1995 Tanggal :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3

IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3 IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3 Disampaikan oleh: EUIS EKAWATI Kasubdit Prasarana dan Jasa Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Direktorat Jenderal Pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 06 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT SAPTAINDRAA SEJATI SITE ADMO TANJUNG TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT SAPTAINDRAA SEJATI SITE ADMO TANJUNG TABALONG, KALIMANTAN SELATAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT SAPTAINDRAA SEJATI SITE ADMO TANJUNG TABALONG, KALIMANTAN SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Cahyo

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH 3308100043 LATAR BELAKANG Meningkatnya jumlah limbah B3 bengkel Belum ada peraturan yang

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #3 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 IDENTITAS PERUSAHAAN No. Induk Nama perusahaan Nama

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 Email blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. KOMITRANDO EMPORIO Menimbang : a. bahwa Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 1) Pemeriksaan kualitas udara ambien/udara luar. 2) Pemeriksaan air limbah (efluen).

BAB IV HASIL. dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 1) Pemeriksaan kualitas udara ambien/udara luar. 2) Pemeriksaan air limbah (efluen). BAB IV HASIL A. Sistem Manajemen Lingkungan 1. Kebijakan Kebijakan lingkungan PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta masih menjadi satu kesatuan dengan kebijakan K3L perusahaan, yaitu pada poin 5 Manajemen

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 Oleh: Aep Purnama Kabid Prasarana Jasa dan Non Institusi Asdep Pengelolaan LB3 dan Kontaminasi LB3 DEFINISI UU No. 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

Penyimpanan dan. Transportasi Pestisida,

Penyimpanan dan. Transportasi Pestisida, Peranan CropLife Indonesia Penyimpanan dan Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Transportasi Pestisida, CROPLIFE INDONESIA Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012 Peranan CropLife

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

PAPARAN LAHAN TERKONTAMINASI LB3 DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA

PAPARAN LAHAN TERKONTAMINASI LB3 DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA PAPARAN LAHAN TERKONTAMINASI LB3 DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA OLEH : Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan Kab. Tana Tidung GAMBARAN UMUM KAB.TANA TIDUNG Pembentukan Kabupaten Tana Tidung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. BUSANAREMAJA AGRACIPTA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Laboratorium Terpadu. Pedoman ini juga disediakan untuk menjaga

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. P E R T A M I N A ( PERSERO ) UNIT PENGOLAH IV TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KAHYANGAN Menimbang

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun 2011. TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 Oleh : Iyan Suwargana Mekanisme Pengelolaan Limbah B3 CRADLE TO GRAVE PENGHASIL LIMBAH B3 (Generator) Identifikasi LB3 yg dihasilkan PENGELOLAAN LANJUTAN DIMANFAATKAN/DIOLAH/

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Halaman : 2 dari 6 1. TUJUAN 1.1 Memberikan panduan dalam hal penanganan Limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta Kridatama. 1.2 Memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI Halaman : 1 dari 7 INCINERATOR Pasokan sampah organik dari kampus UGM ke PIAT UGM masih terdapat sampah anorganik sekitar 20%. Dari sisa sampah anorganik yang tidak bisa diolah menggunakan pirilosis, dibakar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 Bidakara, 20 November 2014 Penyimpanan & Pengumpulan LB3 Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Pengetahuan Selama Bekerja Pengetahuan selama bekerja 1. Selalu bekerja dengan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL) SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL) Kami yang bertanda tangan di bawah ini: (diisi sesuai KTP) Nama :... Jabatan :... Alamat :... Nomor Telp. :... Selaku penanggung

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan ELPIJI beresiko

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya baik secara langsung maupun

Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya baik secara langsung maupun Pengelolaan Bahan Kimia Dan Limbah B3 Limbah B3?? Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016 PENYAMPAIAN RANCANGAN PERATURAN MENLHK TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH B3; DAN PENGEMASAN LIMBAH B3 DALAM RANGKA REVISI KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NOMOR 01/BAPEDAL/09/1995 DAN PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI INDUSTRI ATAU USAHA SUATU KEGIATAN

Lebih terperinci

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun Limbah Sisa suatu usaha dan atau kegiatan Limbah B3 Sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun Sifat, konsentrasi, dan

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) KLINIK UTAMA AN-NUR Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Dalam bab ini akan di jelaskan bagaimana metodologi dalam pembuatan layout, standar operasional prosedur, workshop equipment sehingga layout, Formulir, tagging, dan Solvent Stand ini

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 758 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL) SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL) Kami yang bertanda tangan di bawah ini: (diisi sesuai KTP) Nama :... Jabatan :... Alamat :... Nomor Telp. :... Selaku penanggung

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/103/KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN RUMAH MAKAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/103/KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN RUMAH MAKAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE. Sampah Padat Perumahan

STANDARD OPERATING PROCEDURE. Sampah Padat Perumahan Halaman : 1 dari 6 Dibuat Oleh : Disetujui Oleh Hidayat Aprilianto (Environmental Officer) Sii Ai Kiong (Group Manager) A. Tujuan Meminimalisasikan dampak negatif dari sampah perumahan terhadap kesehatan,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci