Analisa Perupaan Anting Perak Desak Nyoman Suarti Periode 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Perupaan Anting Perak Desak Nyoman Suarti Periode 2007"

Transkripsi

1 Analisa Perupaan Anting Perak Desak Nyoman Suarti Periode 2007 Tabel IV.11. Sampel anting perak Desak Nyoman Suarti periode 2007 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Teardrops Lingkaran tabular dan triangular Geometris Pola Geometris Geometris Geometris Ragam hias Jawan Bun, Jawan Jawan Komposisi Simetris Simetris Simetris Tekstur Putih polos dan berkilau pada Elaborasi antara polos berkilau Jawan dan oksidasi bagian tengah (cangkang dengan garis-garis kurvilinear kerang) dan bulir-bulir perak dan lingkaran membingkai cangkang Garis Kurvilinear Kurvilinear dinamis Kurvilinear Material lain Cangkang kerang berwarna - kuarsa biru muda(atas) putih keperakan dan lapis lazuli(bawah) Sistem kuncian Kait Tusuk Tusuk Tabel di atas menjelaskan bahwa sampel anting pada periode pembahasan terakhir ini secara umum menonjolkan sifat dinamis. Sifat dinamis pada anting yang umumnya dihasilkan dari sistem kuncian kait kini juga hadir dalam sistem kuncian tusuk seperti pada sampel kedua dan ketiga. Jika pada sampel pertama dan kedua sistem sambungan antara dua unit ornamen pada anting menggunakan lingkaran sebagai penghubung, pada sampel ketiga sistem yang digunakan dikembangkan menjadi sistem engsel. Penerapan sistem engsel antara dua unit ornamen tersebut mengakibatkan ruang gerak pendant anting hanya sebatas ke bagian depan dan belakang anting. Jika dibandingkan dengan sistem sambungan konvensional, sistem sambungan ini menghadirkan kesan yang lebih kaku dan kurang dinamis. Kesan tersebut agaknya yang diperlukan oleh sampel anting ketiga ini. Perupaan anting yang masif, penuh ornamen dan klasik ini selaras dengan kesan yang dibangun dari sistem engsel tersebut. 195

2 Gambar IV.30. Detail perupaan anting perak Suarti periode 2007 sampel I Sumber: Penulis Sampel anting pertama seperti yang telah dideskripsikan dalam gambar IV.30. di atas menggunakan bentuk dasar teardrops dengan material tambahan berupa cangkang kerang berwarna putih dengan kilau keemasan. Anting yang dibingkai dengan bulir perak granulasi ini cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan sampel anting karya Suarti pada periode sebelumnya. Warna putih dari cangkang kerang yang menjadi fokus utama ini menghadirkan pencitraan yang sederhana, ringan dan dinamis meskipun menggunakan bentuk geometris dan masif. Aplikasi granulasi masih hadir pada seluruh perupaan anting perak Desak Nyoman Suarti tahun Hal yang menarik untuk dicermati adalah semakin berkurangnya pengaplikasian garis kurvilinear dari pengaplikasian filigree yang dalam perhiasan tradisional Jawa dan Bali kedua teknik tersebut kerap digayakan bersamaan. Pada sampel kedua meskipun masih menggunakan motif bun dan jawan, namun menggunakan 196

3 komposisi isi (bun, jawan dan oksidasi) serta kosong (sebagian dibiarkan polos dan berkilau) sehingga menghadirkan kesan yang tidak penuh. Gambar IV.31. Detail perupaan anting perak Suarti periode 2007 sampel II Sumber: Penulis Seperti pada sampel pertama, sampel anting kedua ini menggunakan bentuk dasar geometris yang masif namun mampu menghadirkan kesan dinamis dan feminin. Penggabungan beberapa bentuk geometris sebagai bentuk dasar berupa setengah lingkaran yang dipadankan dengan bentuk kerucut dan lingkaran pada bagian atasnya ini sekali lagi menunjukkan kecenderungan bentuk dasar simetris pada penggayaan perhiasan Suarti, meskipun kali ini aplikasi ragam hias digayakan lebih dinamis. Sampel ketiga dari periode 2007 ini merupakan pengembangan dari suweng Jawa dan Bali. Jika anting suweng umumnya berbentuk lingkaran tunggal, dalam sampel anting ketiga ini lingkaran tersebut mengalami repetisi dua kali dengan ukuran yang berbeda. Kedua lingkaran tersebut dikomposisikan sejajar vertikal. Bentuk lingkaran di bawahnya selain lebih besar juga cenderung ke arah oval. 197

4 Sampel anting ketiga menggunakan dua buah ukuran jawan (bulir perak) yang dikomposisikan bertingkat. Ukuran bulir perak yang lebih kecil dikomposisikan berada pada lapisan dalam sedangkan ukuran yang lebih besar berada setelahnya sehingga menghadirkan kesan ruang pada anting. Selanjutnya pada permukaan latar anting diaplikasikan pewarnaan oksidasi dan dibingkai dengan rantai tali air sehingga anting tersebut lebih tegas. Gambar IV.32. Detail perupaan anting perak Suarti periode 2007 sampel III Sumber: Penulis Karakteristik Perupaan Anting Perak Desak Nyoman Suarti Periode 2007 Anting perak Desak Nyoman suarti pada periode ini secara umum menggunakan sistem dangel earring sehingga dapat bergerak dinamis. Untuk memaksimalkan perupaan dinamis tersebut, anting sengaja didesain memanjang, ramping dan ringan dari segi material. Ringannya bobot dangle earring secara keseluruhan juga bertujuan untuk mencegah membesar atau bahkan robeknya cuping kuping. Secara umum anting perak Desak Nyoman Suarti pada periode ini lebih menekankan pada harmoni baik dari segi komposisi bentuk maupun permainan gelap terang. 198

5 Keselarasan harmoni warna tampak pada sampel anting kedua. Jika pada anting-anting sebelumnya aplikasi pewarnaan oksidasi lebih cenderung menghadirkan kontras antara bagian latar dengan motif di atasnya, pada sampel kedua ini aplikasi oksidasi juga menghadirkan komposisi gradasi warna sehingga lebih lanjut menampilkan gelap terang pada anting. Hal tersebut juga didukung dengan komposisi bentuk ornamen yang tidak lagi memenuhi seluruh bidang kosong namun juga adanya keselarasan asimetris antara bidang polos berkilau dengan bidang yang diaplikasikan ornamen. Harmonisasi warna juga hadir pada sampel anting ketiga dimana batu yang digunakan merupakan gradasi warna biru. Bagian atas anting diaplikasikan batu berukuran lebih kecil berwarna biru muda yang tembus cahaya kemudian batu pada bagian bawahnya berwarna biru tua sehingga menghadirkan kesan klasik dan tegas. Secara keseluruhan anting perak pada periode ini merupakan pengembangan dari penggayaan anting tradisional Jawa dan Bali baik dari segi teknis pembuatan, harmonisasi bentuk dan warna pada anting Karakteristik anting perak Desak Nyoman Suarti periode Berdasarkan paparan perupaan anting dalam kurun waktu tiga tahun terakhr di atas, tampak beberapa karakteristik yang selalu hadir dalam penggayaan antingnya. Karakteristik pertama adalah pengulangan penggayaan rupa yang sama, baik dalam menghadirkan kesan klasik, modern, dinamis, tegas dan mewah sepetti pada sampel perupaan kalung yang telah di bahas pada sub bab sebelumnya. Pemaparan karakteristik perupaan beserta penggayaannya dipaparkan dengan lebih mendetail pada tabel IV.12. di bawah sebagai berikut: 199

6 Tabel IV.12. Karakteristik dan penggayaan rupa pada anting Suarti periode Fungsi / Karakteristik dan penggayaan perupaan thn Sampel I Sampel II Sampel III 1. Klasik a. Komposisi kosentris b. Bentuk dasar masif dan penuh ornamen 1. Klasik a. posisi simetris kosentris b. Aplikasi jawan dan oksidasi c. Stilasi motif tumpal dari batik 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris b. Aplikasi pola tiga c. Aplikasi pewarnaan oksidasi c. Stilasi motif batik dan d. Aplikasi rantai tali air d. Bentuk dasar yang masif dan penggayaan pilin berganda membingkai bentuk setengah penuh lingkaran e. Penggayaan huruf W, e. Teknik cabochon pada batu lingkaran dan bentuk onyx geometris lainnya yang f. Bentuk dasar berbentuk bergerak ke arah atas setengah lingkaran cenderung (transenden) masif dan penuh ornamen Anting Moderen a.teknik pembuatan casting b.aplikasi facet pada pemotongan batu i. Tegas a. Bentuk dasar yang masif dan penuh ornamen b. Kontras antara warna batu dan warna perak yang berkilau c. Sistem tusuk sehingga anting lebih stabil ketika dikenakan 3. Dinamis a.penggayaan ragam hias yang organis 1. Klasik a. Komposisi simetris dengan bentuk dasar oval yang cenderung masif b. Stilasi sulur-suluran 2. Moderen a. Teknik pembuatan casting b.teknik pemasangan batu dengan ditanam (cut down setting) 3. Tegas a. Bentuk dasar yang masif dan penuh ornamen b. Kontras antara warna perak yang berkilau dengan permukaan yang tidak berkilau (matte) dan warna ungu dari batu kecubung 2. Moderen a. Teknik pembuatan casting 3. Tegas a.bentuk dasar yang masif dan penuh ornamen b. Kontras antara warna batu, warna perak yang berkilau dan pewarnaan oksidasi c. Sistem tusuk sehingga anting lebih stabil ketika dikenakan 1. Klasik a. Komposisi simetris dengan bentuk dasar yang cenderung masif b. Aplikasi bulir perak (jawan) c. Repetisi bangun imajiner segitiga dari komposisi bulir perak berentuk setengah lingkaran dibawah aksen emas 2. Moderen a.teknik pembuatan casting b.teknik pemotongan facet pada batu topas c.pengembangan granulasi sebagai pembentuk bangun imajiner 3. Tegas a. Bentuk dasar yang masif dan penuh ornamen b. Kontras dibangun melalui aplikasi aksen emas yang dikomposisikan berdekatan dengan warna biru dari topas 4.Dinamis a. Sistem kait pada dangle earring sehingga dapat bergerak dinamis b. Dominasi permukaan yang polos berkilau menonjolkan kesan ringan 2. Moderen a. Teknik pembuatan casting 3. Tegas a. Bentuk dasar yang masif dan penuh ornamen b. Kontras antara warna perak yang berkilau dengan pewarnaan oksidasi c. Sistem tusuk sehingga anting lebih stabil ketika dikenakan 1. Klasik a. Komposisi simetris dengan bentuk dasar yang cenderung masif dan penuh b. Pengembangan anyaman pada material perak 2. Moderen a. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b. Sistem jepit pada anting 3. Tegas a. Bentuk dasar yang masif dan penuh ornamen b. Repetisi anyaman yang memenuhi seluruh bidang 1. Dinamis Sistem kait pada dangle earring sehingga dapat bergerak dinamis 200

7 Tabel IV.12. Karakteristik dan penggayaan rupa pada anting Suarti periode (lanjutan) Fungsi Karakteristik dan penggayaan perupaan / thn Sampel I Sampel II Sampel III 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris b. Bentuk dasar teardrops yang masif c. Bingkai dari granulasi Anting Moderen a. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b. Kesan ringan dari aplikasi cangkang kerang menggantikan batu mulia pada bagian tengah anting c. Secara keseluruhan anting menampilkan kesan ringan dan sederhana 3. Tegas a. Bentuk dasar yang masif b. Anting dibingkai penuh dengan granulasi (jawan) 4. Dinamis a. Sistem kait pada dangle earring b. Ragam hias jawan pada anting 1. Klasik a. Komposisi bentuk dasar simetris kosentris b. Aplikasi bun, jawan dan oksidasi dan rantai tali air c. Penggayaan pilin berganda secara diagonal 2. Moderen a. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangk b. Komposisi isi dan kosong antara permukaan yang polos berkilau dengan komposisi ragam hias yang asimetris 3. Tegas a. Bentuk dasar yang masif 4. Dinamis Sistem kait pada dangle earring 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris yang masif dan penuh ornamen b. Pengembangan anting suweng c. Teknik pemotongan cabochon pada batu d. Warna batu opaque e. Aplikasi oksidasi dan granulasi yang membingkai suweng 2.Moderen a.teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b.sistem engsel antara sambungan unit suweng 3. Tegas a.bentuk dasar masif dan penuh ornamen b.aplikasi pewarnaan oksidasi c.sistem engsel pada anting 4. Dinamis a. Ragam hias jawan pada anting b. Sistem engsel Salah satu yang ditunjukkan melalui tabel IV.12. di atas adalah upaya Suarti dalam melestarikan serta mengembangkan perhiasan Nusantara. Salah satu contoh yang menonjol adalah pengembangan anting suweng pada sampel ketiga tahun Ditangannya, suweng yang umumnya hadir berbentuk lingkaran dengan kesan masif ini menjadi memiliki daya gerak dari sistem engsel pada bagian sambungannya. Meskipun begitu kesan klasik masih dipertahankan Suarti melalui penggayaan ragam hias, pemilihan warna batu yang klasik dan pengaplikasian oksidasi pada bagian latar. Kesan mewah dan tegas pada anting suweng juga tetap dipertahankan Suarti melalui aplikasi sistem engsel sehingga meskipun terdapat gerak yang dinamis, namun kesan tegas masih dapat dipertahankan. Secara keseluruhan, analisa perupaan anting perak di atas menunjukan konsistensi upaya Suarti dalam mengembangan perhiasan tradisional Bali dan mengelaborasikannya dengan kemungkinan-kemungkinan perupaan lain. 201

8 Kesan dinamis pada perupaan anting kerap dihadirkan melalui anting berjenis dangle earring yang menjuntai dan hanya beberapa yang memanfaatkan material tambahan seperti cangkang kerang yang berwarna putih keemasan atau penonjolan kontras antara bidang perak yang polos berkilau dengan ragam hias dan bun dan jawan yang digayakan asimetris. 4.2 Analisa Perupaan Perhiasan Perak Karya Runi Palar Setalah pada sub bab sebelumnya dibahas perihal perupaan perhiasan perak Desak Nyoman Suarti, pada sub bab ini akan dianalisa perupaan perhiasan perak Runi Palar dengan fungsi kalung, bros dan anting pada periode 2005 hingga Analisa Perupaan Perhiasan Perak Runi Palar dengan Fungsi Kalung Periode Dalam mendesain perhiasan peraknya Runi Palar cenderung mengutamakan fungsionalitas. Keputusan tersebut dilatarbelakangi mengingat sasaran konsumen terbesarnya adalah perempuan usia produktif yang kerap menggunakan koleksi perhiasan Runi Palar dalam pelbagai kesempatan, bukan hanya untuk acara-acara formal. Berbekal kesadaran itu, sejak pertengahan periode 1990-an berdasarkan penuturan Xenia Tadjiati Palar, Runi Palar mulai menghadirkan desain pendant kalung yang juga dapat dialihfungsikan menjadi bros. Terdapat beberapa desain pendant kalung Runi Palar yang dapat pula berfungsi sebagai bros dengan cara menambahkan sistem kuncian bros di bagian belakang pendant. Meskipun terdapat garis tipis di bagian belakang pendant kalung namun hal tersebut tidak mengganggu tampilan pendant kalung dan kalung secara keseluruhan. Di bawah ini akan dibahas kalung perak Runi Palar dalam tiga tahun terakhir. Beberapa sampel kalung ada yang juga mengikutsertakan rantai kalung sebagai satu kesatuan perupaan, namun adapula yang lebih menekankan pada pendant kalung yang sebagian besar dapat digunakan pula sebagai bros. 202

9 Analisa Perupaan Kalung Perak Runi Palar Periode 2005 Berdasarkan penuturan Xenia Tadjiati Palar, dalam kurun waktu beberapa tahun ini Runi Palar sedang memiliki ketertarikan besar dalam mengeksplorasi mutiara untuk dikomposisikan bersama perhiasan peraknya. Penuturan tersebut termanifestasi dalam sampel-sampel kalung periode 2005 ini. Ketiga sampel kalung tersebut secara secara keseluruhan menggunakan mutiara budidaya. Di bawah ini ketiga sampel tersebut akan dipaparkan sekilas dalam bentuk tabel. Tabel IV.13. Sampel kalung perak Runi Palar periode 2005 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Organis dinamis Floral Tulang rusuk Pola Triangular Organis dinamis Triangular Ragam hias Komposisi simetris kosentris simetris dinamis asimetris dinamis Tekstur Guratan-guratan garis Komposisi bulir perak Polos berkilau Garis Kurvilinear dinamis Organis dinamis Kurvilinear dinamis Rantai kalung Omega dengan kuncian Omega, terpisah dengan Omega menyatu dengan kait (hook lock) pendant kalung mata kalung Material lain Mutiara blister dan Mutiara air tawar Mutiara air tawar mutiara air tawar Tabel ketiga sampel kalung di atas menunjukkan beberapa kesamaan yang muncul pada periode Persamaan tersebut tampak pada pemilihan material non logam yang diaplikasikan pada perhiasan yaitu mutiara. Kesamaan lainnya tampak pada pemilihan jenis rantai kalung Omega dengan pelbagai variasi desain sesuai dengan bentuk perupaan kalung secara keseluruhan. Variasi desain rantai kalung Omega ini tampak pada sistem antara pendant kalung dengan rantai. Pada sampel pertama rantai kalung didesain menyatu dengan mata kalung dengan loop system. Sampel selanjutnya menampilkan penggayaan desain kalung yang terpisah antara pendant dengan rantai, sedangkan sampel terakhir menghadirkan kesatuan antara rantai Omega dengan mata kalung. Eksekusi penggayaan rantai Omega disesuaikan dengan kebutuhan desain kalung secara keseluruhan. 203

10 Sampel pertama menampilkan perupaan mata kalung yang besar, menonjolkan komposisi ruang dan garis-garis organis yang dipertegas dengan guratan-guratan linear sebagai tekstur serta komposisi yang simetris dinamis. Dari segi ergonomi, mata kalung yang masif dan besar ini akan nyaman digunakan bila jatuh pada bagian dada atas perempuan sehingga mata kalung ini akan cenderung stabil. Sampel kalung pertama ini menggunakan dua jenis mutiara budidaya. Jenis yang pertama adalah mutiara setengah atau umum dengan istilah mutiara blister. Mutiara blister ini adalah jenis mutiara budidaya berbentuk setengah lingkaran yang menyatu dengan cangkang kerang. Jenis kedua adalah mutiara berbentuk oval dengan ukuran yang relatif besar dibandingkan ukuran rata-rata mutiara. Gambar IV.33. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2005 sampel I Sumber: Penulis Pada sampel yang kedua juga menggunakan kalung choker berbentuk Omega. Kalung yang jatuh pada tulang belikat ini cenderung lebih stabil dibandingkan sampel kalung sebelumnya. Karakteristik kalung choker Omega yang ramping, polos berkilau dan masif ini menyebabkan lahirnya keputusan desain agar pendant kalung terpisah dari rantai kalung choker sehingga pendant dapat bergerak dinamis. 204

11 Desain pendant kalung pada sampel kedua ini menggunakan bentuk dasar organis dari stilasi flora. Pada bagian tengah kalung terdapat kawat perak dengan tiga cabang dimana setiap cabangnya terdapat sebuah mutiara budidaya air tawar berwarna putih keemasan. Volmue pendant kalung yang mengingatkan pada bentuk dedaunan ini dipertegas dengan aplikasi dekorasi bulir perak di atasnya. Bulir perak yang dikomposisikan membentuk urat daun imajiner ini digayakan mengikuti bentuk dasar pendant sehingga meskipun pendant ini berbentuk masif namun mampu menghadirkan kesan lembut dan feminin. Gambar IV.34. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2005 sampel II Sumber: Penulis Sampel kalung terakhir menghadirkan desain kalung Omega yang menyatu dengan mata kalung. Kesatuan antara mata dengan rantai kalung ini diperlukan karena komposisi kalung yang digunakan adalah asimetris. Rantai kalung Omega yang masif dan menyatu dengan kalung memungkinkan bentuk asimetris tersebut akan stabil ketika dikenakan. Letak mata kalung yang jatuh pada bagian dada atas perempuan juga menambah stabilitas posisi kalung tersebut. 205

12 Gambar IV.35. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2005 sampel III Sumber: Penulis Detail perupaan kalung perak sampel III karya Runi Palar di atas sebenarnya merupakan modifikasi dari kalung perak Runi Palar sebelumnya yang kini diabadikan di museum RUNA House of Design, Ubud, Bali. Kedua kalung ini menggunakan pola desain yang sama yaitu asimetris dinamis, dimana abstraksi struktur tulang rusuk manusia dikomposisikan di bagian kanan kalung, sedangkan bagian kiri kalung merupakan abstraksi rongga kiri tempat melekatnya jantung. Jantung tersebut disimbolisasikan dengan mutiara air tawar yang dikomposisikan diagonal. Gambar IV.36. Salah satu karya Perhiasan perak Runi Palar yang terinspirasi dari bentuk Tulang Rusuk Sumber: Katalog RUNA House of Design 206

13 Berdasarkan penuturan Xenia Tadjiati Palar pada tanggal 1 November 2007, sampel kalung perak ketiga ini merupakan modifikasi dari karya masterpiece Runi Palar sebelumnya. Pertimbangan tersebut dilatarbelakangi dari kematangan konsep yang melatarbelakangi karya, kerumitan teknis pembuatan serta penggayaan kalung yang lebih personal. Jika pada karya masterpiece yang diproduksi awal tahun 2000-an ini permukaan tekstur dibangun dari bulir-bulir perak yang jika dilihat secara keseluruhan akan menampilkan efek perupaan retak, kalung sampel III ini menggunakan tekstur permukaan yang polos dan berkilau secara keseluruhan Dunia bisnis perhiasan yang menuntut perputaran produk yang cepat menyebabkan sulitnya untuk selalu menghadirkan konsep yang matang dalam sebuah karya. Terlebih lagi, sebuah karya masterpiece biasanya selain dimaksimalkan dengan kematangan konsep juga didukung penggunaan material dan teknik pembuatan yang berbiaya produksi lebih besar sehingga harganyapun lebih tinggi. Berpijak dari kenyataan tersebut, terdapat beberapa karya masterpiece yang didesain ulang dengan penggayaan yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan dalam pelbagai kesempatan dengan cakupan sasaran konsumen yang lebih luas. Modifikasi desain ini selin bertujuan agar perputaran modal lebih cepat, juga menunjukkan kecintaan Runi Palar pada desain kalung ini Karakteristik Perupaan Kalung Perak Runi Palar Periode 2005 Deskripsi perupaan ketiga sampel di atas menunjukkan beberapa karakteristik umum yang hadir pada kalung perak Runi Palar periode Karakteristik umum tersebut tampak dari pemilihan mutiara yang hadir pada ketiga sampel kalung perak di atas. Kecenderungan pada material ini agaknya dilatarbelakangi oleh penemuan Cina dalam memproduksi mutiara budidaya dalam jumlah besar serta dengan harga ekonomis sehingga tidak hanya Runi Palar, namun para desainer perhiasan berbasis kontemporer dunia banyak bereksperimen dengan material ini. Fasilitas kemudahan-kemudahan dalam mengeksplorasi mutiara budidaya baik dari segi bentuk maupun pewarnaan memacu Runi Palar untuk menghasilkan perhiasan perak yang dielaborasikan dengan material ini. Selain itu kilau cahaya yang lebih lembut dibandingkan batu lainnya menghadirkan kesan sederhana, elegan dan lembut yang sesuai dengan karakteristik perhiasan RUNA Jewelry. 207

14 Selain kesamaan akan penggunaan mutiara, sampel kalung perak ini menunjukkan persamaan pemilihan jenis rantai, yaitu Omega dengan variasi penggayaan desain yang disesuaikan dengan kebutuhan desain kalung secara keseluruhan. Kecenderungan dalam pemilihan rantai kalung Omega ini dilatarbelakangi kecenderungan estetis Runi Palar yang lebih mengarah ke desain yang sederhana, feminin namun tetap memiliki fokus utama yang mendetail dan kompleks. Pada sampel pertama dan ketiga, Runi menghadirkan garis-garis organis yang dikomposisikan kontras dengan rongga-rongga kosong disekelilingnya. Jika pada sampel pertama garis tersebut dipertegas dengan tekstur guratan guratan linear pada permukaan mata kalung, pada sampel terakhir garis organis tersebut didesain masif, polos dan berkilau. Permukaan polos berkilau pada sampel terakhir ini merupakan harmoni yang diciptakan Runi mengingat bentuk dasar kalung ini cenderung stabil dan kaku. Sedangkan pada sampel kedua, pendant kalung berbentuk masif ini didesain bervolume seperti gerak organis daun sehingga menghadirkan pencitraan pendant yang feminin, organis, ringan dan detail. Ketiga sampel kalung ini secara umum menghadirkan kesan elegan, detail namun ringan, organis, feminin dan mengalir Analisa Perupaan Kalung Perak Runi Palar Periode 2006 Tabel IV.14. Sampel kalung perak Runi Palar periode 2006 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Geometris Floral Geometris kurvilinear Pola Geometris lingkaran Triangular Pola tiga Ragam hias Geometris Abstraksi bulu angsa Garis-garis kurvulinear Komposisi Simetris repetitif Asimetris dinamis Simetris dinamis Tekstur Polos berkilau Garis-garis diagonal dari Guratan-guratan linear teknik repoussé and chasing Garis Geometris Organis dinamis Kurvilinear dinamis Rantai kalung Rangkaian unit yang dikomposisikan repetitif Omega, menyatu pendant kalung dengan Omega terpisah dengan mata kalung Material lain - Topas biru Peridot, spinel dan kecubung Sampel kalung pertama pada tabel IV.14. di atas merupakan salah satu karya Runi Palar yang didesain untuk sasaran konsumen Jepang. Kalung yang dipamerkan di ISETAN, 208

15 sebuah toko serba ada terkemuka Tachikawa, Jepang ini merupakan rangkaian dari sebuah unit ornamen berbentuk geometris. Unit geometris dikomposisikan secara repetitif saling berkebalikan seperti yang tampak dalam detail perupaan di bawah ini: Paparan perupaan sampel pertama di atas menunjukkan bahwa unit ornamen kalung choker perak menggunakan bentuk dasar oval yang mengerucut pada bagian kiri dan kanannya. Unit ornamen ini terbangun dari tiga buah garis setengah lingkaran yang disusun bertingkat, delapan buah bentuk oval yang disusun horisontal dengan gradasi ukuran berkomposisi kosentris. Antara satu unit ornamen dengan unit ornamen lainnya yang disusun berkebalikan ini terdapat sebuah bulir perak yang berfungsi sebagai aksen tambahan. Gambar IV.37. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2006 sampel I Sumber: Penulis Kalung yang terdiri dari unit ornamen yang masif geometris tersebut didesain dengan ukuran yang kecil sehingga ketika dikenakan kalung ini menghadirkan kesan sederhana 209

16 dan dapat digunakan dalam pelbagai kesempatan. Meskipun berupaya menghadirkan kesan sederhana dan ringan, kalung ini seperti karya kalung perak Runi Palar periode sebelumnya tetap menghadirkan kompleksitas perupaan dari segi komposisi bentuk dan garis. Sampel kalung perak kedua menggunakan bentuk yang terinsprasi dari sehelai bulu unggas. Abstraksi bulu unggas ini dikomposisikan secara diagonal asimetris dengan variasi ukuran dimana abstraksi bulu yang berada di bagian kanan kalung berukuran lebih besar dibandingkan dengan ukuran abstraksi bulu di bagian kanan kalung. Permukaan perak pada bagian abstraksi bulu unggas diaplikasikan tekstur garis-garis organis dengan komposisi diagonal yang jika dilihat secara keseluruhan akan menghasilkan efek perupaan helaian-helaian rambut pada bulu. Gambar IV.38. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2006 sampel II Sumber: Penulis 210

17 Pada bagian tengah abstraksi bentuk bulu terdapat sebuah batu topas dengan teknik potongan marquise cut yang dikomposisikan horisontal. Batu topas biru tersebut diikat dengan teknik pemasangan claw setting sehingga ¾ bagian batu berada diluar kerah logam pengikat. Keputusan desain tersebut didasari alasan untuk memperbesar efek kilau cahaya yang dihasilkan oleh batu topas biru. Sampel kalung kedua ini menghadirkan beberapa ciri yang dominan pada perhiasan kontemporer, yaitu abstraksi, komposisi yang asimetris, sederhana, streamline dan permainan cahaya yang kuat. 5 Penggayaan kalung seperti ini juga hadir pada karya Runi Palar di tahun 2005 sampel ketiga. Sampel kalung perak selanjutnya terdiri dari dua bagian yang terpisah, yaitu rantai kalung dan pendant kalung. Seperti kalung Runi Palar lainnya, Runi menggunakan rantai Omega dengan permukaan yang polos berkilau, sedangkan pendant kalung secara bentuk dasar menggunakan bangun persegi panjang. Bentuk persegi panjang yang umumnya memiliki kesan kaku dan tegas digayakan dengan garis-garis lembut dan organis. Bagian sudut yang tajam pada persegi empat dihilangkan pada eksekusi desain pendant sehingga semakin memudarkan kesan kaku pada bentuk geometris persegi panjang. Bagian tengah pendant dihiasi dengan garis-garis organis yang meliuk ke tiga arah secara garis besar, yaitu ke arah atas pada bagian atas pendant, ke arah cenderung mendatar pada bagian tengah dan menurun kebawah pada bagian bawah pendant. Pendant ini dihiasi oleh tiga buah batu yang kesemuanya dipotong dengan teknik brillian cut, yaitu peridot, topas dan kecubung. Warna hijau, kuning dan ungu dari aplikasi batu ini menghadirkan warna yang kontras dengan warna dasar perak. Dari segi makna, pembagian arah gerak garis menjadi tiga bagian, yaitu keatas, mendatar dan menurun merupakan representasi dari pola tiga kehidupan masyarakat sawah yang menganut konsep memelihara dan harmoni, bukannya peperangan dualistik antagonis seperti yang dipercaya masyarakat penganut pola dua. Pola tiga ini merupakan pola dasar dari konsep pemeliharaan dan harmoni, dimana pola ini dalam perjalanan peradaban masyarakat pramoderen Indonesia berkembang menjadi pola empat, pola lima hingga pola sembilan. Hal menarik dari sampel ketiga ini bahwa pola tiga yang merupakan pola 5 Lihat pernyataan Margaret de Patta pada bab II halaman 54 yang dikutip dari buku Greenbaum, Toni. Messengers of Modernism: American Studio Jewelry The Lake St. Louis Historical Society, Montreal page 36. Pernyataan ini yang merupakan kutipan dari katalog pameran retrospektifnya pada tahun

18 dari beberapa masyarakat pramoderen Indonesia ini digayakan dengan penggayaan desain kontemporer. Gambar IV.39. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2005 sampel III Sumber: Penulis Karakteristik Perupaan Kalung Perak Runi Palar Periode 2006 Berdasarkan paparan di atas, kalung perak karya Runi Palar periode 2006 ini memiliki beberapa karakteristik umum yaitu sederhana, elegan, detail dan ringan. Pencitraan tersebut dihadirkan melalui abstraksi, repetisi, komposisi dan permukaan kalung yang cenderung polos berkilau sehingga semakin menonjolkan garis-garis kurvilinear dan material perak. Abstraksi dari bulu unggas tampak pada sampel kedua, sedangkan repetisi hadir dalam ketiga sampel kalung. Repetisi pada sampel kedua tampak pada tekstur mata kalung yang dibangun dari guratan-guratan garis yang membentuk efek bulu, sedangkan pada sampel 212

19 terakhir repetisi hadir dari garis-organis dengan arah yang berbeda. Dua dari tiga sampel kalung di atas menggunakan rantai Omega sedangkan sampel pertama mengandalkan repetisi unit ornamen. Penggayaan perhiasan kontemporer tampak pada kalung Runi Palar periode ini terutama pada sampel kedua dan ketiga seperti yang telah dipaparkan di atas. Pada sampel kalung pertama penggayaan desain kontemporer tampak pada permainan cahaya yang kuat, penonjolan pada struktur dan bentuk serta bentuk unit ornamen yang non objektif. Unsur Indonesia tampak sampel pertama dan kedua. Pada sampel pertama Runi mengaplikasikan karakteristik perhiasan pramoderen Indonesia yang cenderung penuh, repetitif dan simetris, sedangkan pada sampel ketiga unsur Indonesia tampak pada aplikasi pola tiga. Unsur Indonesia pada kedua sampel tersebut oleh Runi digayakan kontemporer sehingga dapat digunakan dalam kesempatan yang lebih luas Analisa Perupaan Kalung Perak Runi Palar Periode 2007 Tabel IV.15. Sampel kalung perak Runi Palar periode 2007 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk Dinamis Dinamis Geometris dasar Pola Triangular Dinamis Memusat Ragam hias Stilasi bunga berkelopak lima dan sulur-suluran Oval organis Granulasi Komposisi Simetris repetitif Asimetris dinamis Simetris dinamis Tekstur Granulasi dan polos dan polos berkilau Polos berkilau Granulasi dan polos berkilau Garis Organis Organis Linear Rantai Omega menyatu dengan mata - Omega terpisah kalung kalung dengan sistem sambungan dengan pendant kalung Material lain Mutiara air tawar berwarna putih keemasan Mutiara air tawar berwarna ungu kehitaman Koral merah dengan urat hitam Berdasarkan tabel IV.15. di atas, tampak bahwa pada tahun 2007 ini desain kalung perak Runi Palar masih didominasi dengan penggunaan mutiara air tawar, meskipun pada sampel ketiga material tambahan yang digunakan adalah batu koral merah. Sampel 213

20 pertama kalung perak ini didominasi dengan tiga buah stilasi bunga berkelopak lima. Ukuran bunga yang berada di bagian tengah didesain lebih besar dibandingkan dengan ukuran dua stilasi bunga di kanan kirinya. Motif sulur-suluran juga tampak menghiasi bagian tengah kalung pada sampel pertama. Pada kedua ujung sambungan antara bagian tengah kalung dengan rantai Omega juga diaplikasikan motif sulur-suluran yang mengarah ke tengah kalung. Pada bagian tengah kalung dihiasi batu mutiara putih keemasan berbentuk teardrops yang menjuntai sehingga memberikan kesan dinamis yang semakin menonjolkan kesan lembut pada pencitraan sampel pertama ini. Seperti halnya sebagian besar perhiasan perak Runi Palar, sampel kalung pertama ini juga menghadirkan komposisi ruang dari rongga-rongga yang cukup dominan diantara bidang isi sehingga menciptakan kesan lembut, sederhana, detail dan elegan. Gambar IV.40. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2007 sampel I Sumber: Penulis Selain sampel kalung di atas, pada tahun yang sama Runi mengeluarkan pula koleksi desain kalung dengan penggayaan yang senada. Dua kalung di bawah ini juga 214

21 menggunakan stilasi bunga berkelopak lima dengan tekstur dari komposisi bulir perak, permainan komposisi garis kurvilinear serta pemilihan mutiara sebagai material tambahan. Pada gambar IV.41.1 stilasi bunga didesain berukuran lebih kecil dengan giok berwarna hijau pada bagian bawah pendant kalung, sedangkan pada gambar IV.41.2 terdapat dua buah stilasi bunga kelopak lima dipadankan dengan mutiara blister setengah lingkaran dan batu garnet. Gambar IV. 41. Alternatif desain stilasi bunga pada kalung (1 dan 2) dan cincin (3) Sumber: Manajemen RUNA Jewelry Selain dalam bentuk kalung, penggayaan stilasi bunga dalam desain perhiasan perak Runi Palar juga dapat dijumpai pada cincin perak yang diproduksi tahun 2005 seperti pada gambar IV di atas. Cincin dengan material batu topas biru yang digayakan cabochon ini menampilkan empat buah stilasi bunga berkelopak lima dengan pelbagai komposisi ukuran. Pada cincin dengan komposisi asimetris ini, stilasi bunga disusun secara vertikal dengan ukuran paling besar berada di tengah. Seperti karya perhiasan perak Runi Palar yang telah dipaparkan sebelumnya, cincin perak inipun menghadirkan komposisi asimetris serta ruang kosong sehingga mempertegas kesan lembut, feminin dan organis meskipun stilasi bunga yang digunakan bersifat masif. Pengulangan aplikasi stilasi bunga dengan komposisi bulir perak pada permukaan yang berkilau baik dalam bentuk kalung maupun cincin seperti yang telah dipaparkan di atas menunjukkan besarnya minat konsumen terutama masyarakat Jepang terhadap penggayaan desain seperti ini. Sampel kalung kedua yang dideskripsikan melalui gambar IV.42. di bawah menampilkan komposisi asimetris yang dinamis dari penggunaan unit ornamen berbentuk oval dengan pelbagai variasi ukuran. Pada setiap unit ornamen hadir rongga pada bagian tengah yang 215

22 secara keseluruhan menciptakan komposisi antara bagian isi dan kosong pendant. Unit oval yang berjumlah sembilan buah tersebut dikomposisikan diagonal. Secara keseluruhan komposisi unit ornamen berbentuk oval ini menghadirkan komposisi irama mengecil dan membesar secara repetitif. Tampak di sini bahwa repetisi yang kerap hadir dalam penggayaan perhiasan pramoderen Indonesia dikembangkan sehingga memiliki irama rupa sehingga lebih dinamis serta menawarkan garis perupaan baru. Pendant kalung bernuansa surealis ini menggunakan lima buah mutiara air tawar berbentuk oval dengan warna ungu kehitaman. Mutiara diikat dengan kawat perak yang terkumpul dalam sebuah lingkaran perak sehingga mutiara tersebut dapat bergerak dinamis dan lentur. Pemilihan warna ungu kehitaman untuk mutiara bertujuan untuk memperkuat kesan surealis dan misterius pada pendant ini. Gambar IV.42. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2007 sampel II Sumber: Penulis 216

23 Sampel kalung perak ketiga yang didesain pada tahun 2007 selanjutnya ini merupakan salah satu karya terbaru Runi Palar. Kalung yang rencananya akan dipasarkan pertama kali dalam pameran perhiasan di Jepang tahun 2008 ini menggunakan material perak dengan pendant berupa batu koral berwarna merah. Batu koral merah tersebut pada bagian pinggirnya dibingkai dengan komposisi granulasi yang membentuk garis imajiner berupa segitiga yang saling berkebalikan. Komposisi segitiga yang saling berkebalikan ini mengingatkan pada motif tumpal yang umum diaplikasikan pada batik sebagai motif pinggiran. Dari segi pemilihan batu, seperti halnya Vivianna Torun, seorang desainer kelahiran Swedia yang memiliki peran penting dalam perkembangan perhiasan perak moderen di Barat, Runi Palar tidak hanya terpaku menggunakan batuan mulia, semi mulia dan mutiara, tetapi juga menggunakan batuan yang umum ditemukan di alam. Gambar IV.43. Detail perupaan kalung perak Runi Palar periode 2007 sampel III Sumber: Penulis Kalung ini menggunakan rantai kalung yang tipis melingkar dengan tekstur permukaan yang licin, polos dan berkilau. Rantai kalung yang masif dan stabil meskipun tipis ini dibentuk organis mengikuti kontur leher, pundak dan dada perempuan. Rantai kalung ini didesain sederhana dengan tekstur yang licin, polos dan berkilau dengan tujuan agar perupaan kalung secara keseluruhan menampilkan kesan yang sederhana dan elegan 217

24 namun tetap memiliki aksen tegas dan berkarakter yang dihadirkan melalui pengaplikasian batu koral berwarna merah marun dengan urat kehitaman serta hiasan bulir perak di pinggirannya. Secara komposisi, kalung ini memiliki intensitas memusat yang perlahan-lahan melembut. Intensitas tertinggi tampil pada batu koral berwarna merah marun dengan urat kehitaman. Merah marun yang merupakan warna berintensitas tinggi dipertegas dengan urat kehitaman di tengahnya. bingkai pada kalung ini dihiasi dengan komposisi bulir perak dengan jumlah 4, 3, 2 dan 1 pada setiap sisinya sehingga membetuk bagun segitiga yang saling berkebalikan. Bentuk segitiga yang bersudut ini selaras dengan kesan tegas yang hadir pada keseluruhan kalung Karakteristik Perupaan Kalung Perak Runi Palar Periode 2007 Meskipun pada tahun 2007 ini pemakaian mutiara masih mendominasi desain kalung perak Runi Palar, penggunaaan batu semi mulia lainnya seperti koral dan giok juga hadir dalam kalungnya. Warna mutiara yang digunakan kali ini tidak hanya mutiara berwarna pastel seperti putih atau merah muda dengan pelbagai jenis kilauan dari lapisan terluar mutiara, tetapi pada tahun ini Runi juga menggunakan mutiara berwarna gelap, yaitu ungu kehitaman atau umum dikenal dengan istilah mutiara tahiti seperti pada sampel kedua. Dari segi pemilihan desain kalung, dua dari tiga sampel yang telah dipaparkan di atas masih menggunakan rantai kalung berbentuk Omega, sedangkan pada sampel kedua, rantai kalung sengaja tidak diikutsertakan karena sampel tersebut memiliki dua buah fungsi. Fungsi pertama sebagai pendant kalung, dan fungsi selanjutnya dapat diaplikasikan sebagai bros. Sampel pertama dan kedua menghadirkan desain dengan komposisi ruang sehingga memberikan kesan ringan dan lembut, sedangkan pada sampel ketiga karena mengangkat tema tegas maka tidak menghadirkan komposisi ruang. Kebutuhan mata kalung pada sampel pertama akan gerak yang lebih stabil mengingat besarnya ukuran dan kompleksitas desain mata kalung mengantarkan pada eksekusi desain rantai kalung Omega yang menyatu melalui sambungan loop system. Bentuk stabil dari kalung tersebut juga didukung oleh penggunaan rantai kalung jenis ini. Selain itu 218

25 tekstur permukaan yang polos berkilau serta bentuk yang ramping, masif dan melingkar menghadirkan kesan sederhana namun tetap memiliki detail yang rumit dan kompleks pada kalung-kalung Runi Palar pada tahun ini. Unsur-unsur Indonesia dengan penggayaan kontemporer juga hadir pada periode Unsur tersebut tampak pada bulir-bulir perak yang menghiasi stilasi bunga dan hiasan pinggir sampel ketiga. Bulir perak ini menghadirkan tekstur dan efek perupaan kelopak bunga pada kalung perak Karakteristik Perupaan Kalung Perak Runi Palar Periode Paparan sampel kalung rancangan Runi Palar dari tiga tahun terakhir ini dari segi material memiliki beberapa kesamaan, yaitu dominasi material mutiara sebagai material tambahan pada kalung, penggunaan rantai Omega dan aplikasi komposisi bulir perak sebagai pembentuk tekstur sekaligus menambah bobot perupaan. Komposisi asimetris yang merupakan salah satu karakteristik dari kalung Runi Palar dapat dijumpai pada sampel kedua dan ketiga tahun 2005 serta sampel kedua pada tahun Secara keseluruhan, seluruh kalung perak rancangan Runi palar pada tiga tahun terakhir ini menghadirkan kesan organis, lembut, mengalir, sederhana, elegan, ringan, detail dan kontemporer. Kesan tersebut dihasilkan melalui aplikasi rongga pada bentuk dasar kalung, penggunaan rantai Omega yang ramping, masif dan berkilau, bulir-bulir perak sebagai tekstur sekaligus membentuk bangun imajiner yang dipadupadankan sesuai dengan kebutuhan desain sehingga pada sebuah kalung hadir kesatuan tema. Pemaparan perihal karakteristik perupaan beserta penggayaannya akan dibahas lebih mendetail dalam tabel IV.16. berikut: 219

26 Tabel IV.16. Karakteristik dan penggayaan rupa pada kalung Runi Palar periode Fungsi / Karakteristik dan penggayaan rupa thn Sampel I Sampel II Sampel III 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris b. Repetisi garis organis Kalung Moderen a. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b. Penonjolan komposisi ruang, pencahayaan material perak dan mutiara serta penonjolan struktur kalung c. Rantai kalung omega d. Aksen pada repetisi garis e. Aksen pada komposisi simetris kosentris f. Penggunaan mutiara budidaya 1. Klasik a. Aplikasi granulasi b. Bentuk yang masif dan cenderung penuh 2. Moderen c. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangka d. Abstraksi flora e. Rantai kalung omega f. Aksen pada volume melalui aplikasi repoussé g. Aplikasi mutiara budidaya h. Komposisi granulasi sebagai pembangun efek struktur flora 5. Moderen a. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b. Abstraksi tulang rusuk manusia c. Komposisi asimetris d. Penonjolan sifat material, struktur kalung dan komposisi ruang e. Penggunaan rantai omega yang menyatu dengan bagian tengah kalung f. Aplikasi dua buah mutiara budidaya 2. Tegas a. Bentuk dasar kalung cenderung stabil 3. Lembut a. Garis organis dengan tekstur permukaan berupa guratanguratan linear b. Warna putih keemasan dari mutiara 4. Dinamis Pendant kalung yang menjuntai di bagian tengah kalung 4. Lembut a. Garis pinggir yang lentur dan organis b. Abstraksi flora menghadirkan kesan feminin dan lembut c. Warna putih keemasan dari mutiara menghadirkan kesan ringan, lembut dan sederhana 5. Dinamis a.pendant kalung yang menjuntai di bagian tengah kalung b. Ragam hias lingkaran kecil dari aplikasi granulasi Bentuk dasar yang organis 3. Lembut a. Garis organis yang merepresentasikan tulang rusuk b. Warna putih keemasan dari mutiara budidaya yang menampilkan kesan ringan, lembut, sederhana dan elegan 220

27 Tabel IV.16. Karakteristik dan penggayaan rupa pada kalung Runi Palar periode (lanjutan) Fung si / thn Kalung Karakteristik dan penggayaan visual Sampel I Sampel II Sampel III 1. Klasik a. Komposisi simetris b.repetisi unit ornamen dari awal hingga akhir c.komposisi saling berkebalikan antara unit ornamen satu dengan yang lain mengingatkan pada penggayaan pilin berganda (pola tiga) d. Aksen bulir perak di kanan dan kiri ujung unit ornamen 2. Moderen a.teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b. Penonjolan struktur, garis dan tekstur permukaan kalung a. komposisi perupaan yang bergelombang dan mengalir 3. Feminin a. Ukuran kalung cenderung kecil (jatuh di tulang belikat perempuan) b. Bentuk dasar oval yang mengerucut dikedua ujungnya 4. Tegas a. Setiap unit ornamen berbentuk masif dan dihiasi motif dari gabungan-gabungan bentuk geometris 5. Dinamis a. Pendant kalung yang menjuntai di bagian tengah kalung b. Ragam hias lingkaran kecil dari aplikasi granulasi c. Bentuk dasar yang organis d. Jika dilihat secara keseluruhan, unit-unit ornamen menampilkan komposisi perupaan yang bergelombang dan mengalir 1. Klasik a. Komposisi simetris b.repetisi unit ornamen dari awal hingga akhir c.komposisi saling berkebalikan antara unit ornamen satu dengan yang lain mengingatkan pada penggayaan pilin berganda (pola tiga) d. Aksen bulir perak di kanan dan kiri ujung unit ornamen 1. Moderen a. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b. Penonjolan struktur, garis dan tekstur permukaan kalung c. Komposisi asimetris d. Abstraksi dari bentuk bulu unggas e. Tekstur garis pada permukaan untuk menghadirkan kesan bulu f. Pemotongan facet pada batu g. Rantai kalung omega yang menyatu pada mata kalung h. Kesan ringan dan sederhana 2. Feminin a. Abstraksi dari bentuk yang organis b. Garis-garis sebagai tekstur menambah kesan lembut c. Batu cenderung berukuran kecil dan berwarna gelap 3. Tegas a. Bentuk yang masif dan stabil b. Rantai kalung omega yang stabil, ramping dan berkilau 1. Klasik a. Repetisi unit ornamen 1. Klasik a. Pola tiga vertikal pada kalung b. Stilasi penggayaan sulursuluran 2. Moderen a. Teknik casting untuk rangka b. Penyederhanaan sulursuluran c. Rantai omega Penonjolan struktur dan komposisi ruang d. Pencahayaan yang kuat, baik dari perak maupun dari aplikasi bebatuan 3. Feminin a. Bentuk persegi yang diperlembut dengan meniadakan sudut pada keempat sisinya b. Garis-garis organis pada pendant kalung c. Komposisi ruang d. Aplikasi bebatuan yang berwarna-warni 4. Tegas a. Bentuk yang masif dan stabil b. Rantai kalung omega yang stabil, ramping dan berkilau 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris yang masif dan penuh b. Aplikasi granulasi membentuk segitiga terbalik imajiner c. Repetisi segitiga terbalik merupakan penggayaan pilin berganda 221

28 Tabel IV.16. Karakteristik dan penggayaan rupa pada kalung Runi Palar periode (lanjutan) Fungsi / Karakteristik dan penggayaan rupa thn Sampel I Sampel II Sampel III 2. Moderen a. Teknik pembuatan casting untuk bagian rangka b. Aksen pada repetisi stilasi bunga berupa ukuran yang berbeda-beda d. Aksen simetris pada komposisi sehingga tidak monoton e. Penggabungan filigree dengan wire jewelry pada Kalung 2007 garis-garis kurvilinear sebagai pengisi latar f. Komposisi ruang kosong dengan isi g. Rantai kalung omega yang menyatu dengan bagian tengah kalung h. Aplikasi mutiara budidaya i. Pengembangan granulasi sebagai efek rupa kelopak bunga 3. Feminin a. Stilasi bunga b. Mutiara sebagai pendant yang bergerak dinamis c. Stilasi sulur-suluran sebagai latar 4. Tegas a. Bentuk yang masif dan stabil b. Rantai kalung omega yang stabil, ramping dan berkilau 2. Moderen a. Kesan surealis pada pendant kalung b. Aksen pada repetisi unit ornamen yang dikomposisikan diagonal melalui variasi ukuran c. Aplikasi mutiara tahiti d. Bentuk dasar pendant kalung yang non-representasional e. Pengutamaan fungsi (broochpendant) f. Penonjolan pencahayaan material perak melalui tekstur yang berkilau g. Penonjolan struktur dan komposisi ruang melalui aplikasi rongga dan struktur dasar pendant h. Rantai omega 3. Feminin a. Bentuk dasar pendant yang ritmis bergelombang b. Warna ungu kehitaman dari mutiara 4. Tegas e. Bentuk kalung yang masif, berkilau dan stabil f. Rantai omega yang polos, ramping, berkilau dan stabil g. Warna ungu kehitaman dari mutiara h. Permukaan yang polos berkilau i. Kontras antara kosong dan isi j. Kontras antara warna perak dan warna mutiara 1.Moderen a. Pengembangan bulir perak yang membangun repetisi segitiga imajiner b. Rantai omega c. Kesan yang sederhana, elegan dan tegas d. Penonjolan struktur dan sifat perak melalui tekstur berkilau 3. Tegas a. Bentuk kalung yang masif, berkilau dan stabil b. Rantai omega yang stabil, ramping berkilau dan c. Intenstitas warna yang tinggi pada batu koral d. Ukuran batu koral cenderung besar e. Bentuk persegi dasar pendant f. Batu koral dibingkai penuh oleh bentuk segitiga berkebalikan Tabel IV.16. di atas menunjukkan penggayaan rupa perhiasan ke arah kontemporer secara berkelanjutan pada perupaan sampel kalung Runi Palar. Seperti yang telah dipaparkan pada bab II perihal pernyataan Margareth de Patta tentang definisi perhiasan kontemporer beserta beberapa acuan perupaannya, Runi juga menghadirkan penekanannya akan ruang dan struktur, pencahayaan yang kuat, bentuk-bentuk terbuka, menopang, serta dengan gerak dan struktur yang mengalir. Lebih lanjut Runi juga menampilkan penggyaan seni moderen pada perhiasannya melalui perhiasan bernuansa surealis (sampel II tahun 2007) serta kecenderungan fungsionalisme yang hadir melalui inovasi bros-pendantnya. 222

29 Selain menampilkan kecenderungan akan perhiasan kontemporer yang kuat, di sisi lain Runi juga kerap mengembangkan perhiasan pramoderen Indonesia, baik dari pengembangan granulasi sebagai penghasil efek perupaan tertentu, pengembangan filigree yang dielaborasikan dengan perupaan wire jewelry serta repetisi garis dan ragam hias dengan aksen sehingga tidak monoton namun tetap mempertahankan perwujudan pola pada masyarakat pramoderen Indonesia pada perhiasannya. Penggayaan desainnya yang mengutamakan fungsi dan kesederhanaan namun di sisi lain tetap memiki detail lebih lanjut mengantarkan perupaan kalung Runi pada kesan yang elegan, bukannya mewah seperti yang menafasi perupaan perhiasan Suarti Analisa Perupaan Perhiasan Perak Runi Palar dengan Fungsi Bros Periode Runi Palar banyak menghasilkan perhiasan dalam bentuk bros. Kecenderungan ini dikarenakan karena beberapa keunggulan bros dibandingkan jenis perhiasan lainnya. Bros yang biasanya diletakkan di bagian dada atas perempuan ini cenderung lebih stabil karena minimnya gerak yang dilakukan bagian tubuh tersebut, lain halnya dengan penggunaan gelang tangan yang jika terlalu besar dan berat akan menghambat gerak tangan yang cenderung lebih aktif dibandingkan bagian tubuh yang lain. Kestabilan yang dimiliki bros ini melahirkan desain-desain yang tidak mungkin dirancang pada perhiasan dengan fungsi seperti anting, kalung dan gelang. Selain itu bobot bros juga lebih fleksibel dibandingkan pertimbangan bobot pada anting mengingat struktur kulit pada cuping kuping lebih lunak dibandingkan kulit pada bagian tubuh yang lain. Posisi bros yang kurang lebih sejajar dengan kalung juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan penggunaan kalung, karena ada beberapa orang yang memiliki kulit alergi ketika bersentuhan dengan material logam, meskipun logam mulia. Kalung yang didesain panjang menjuntai juga membatasi ruang gerak perempuan aktif, sebuah kendala yang tidak ditemukan pada bros. Sejak awal tahun 1990-an, Runi mengeluarkan perhiasan yang olehnya diberikan istilah brooche-pendant. Brooche-pendant ini adalah bros yang dapat pula digunakan sebagai pendant kalung sehingga dapat digunakan dalam kesempatan-kesempatan yang lebih luas. 223

30 Di bawah ini akan dipaparkan analisa perupaan bros perak rancangan runi Palar dalam tiga tahun terakhir Analisa Perupaan Bros Perak Runi Palar Periode 2005 Tabel IV.17. Sampel bros perak Runi Palar periode 2005 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Lingkaran Organis Oval dinamis Pola Memusat dinamis Memusat dinamis Memusat dinamis Ragam hias Garis-garis organis Abstraksi gelombang air laut Abstraksi gelombang air laut Komposisi Simetris kosentris Asimetris kosentris Sirkular kosentris Tekstur Guratan-guratan linear Aplikasi ketok pada permukaan perak Garis Organis organis Organis Material lain Mutiara blister Mutiara Garnet Permukaan bergelombang dengan permukaan yang polos dan berkilau Bros pertama pada tabel sampel di atas menggunakan bentuk dasar lingkaran dengan komposisi simetris kosentris. Bros perak yang menggunakan mutiara blister dan mutiara hitam ini menggunakan bagian cangkang kerang yang menyatu dengan mutiara di tengahnya sebagai bagian latar bros sehingga bros ini didominasi warna putih keperakan. Mutiara hitam berbentuk lingkaran ini berukuran lebih kecil dibanding mutiara pada mutiara blister dengan jumlah lima buah yang dikomposisikan arbiter mengelilingi bros perak. Garis-garis organis bergerak dari tengah bros kemudian membingkai bros ini dengan jumlah delapan buah. Pada bagian kiri bros ini terdapat dua buah garis organis yang menyatu sehingga tampil sebagai aksen diantara garis organis lainnya yang cenderung repetitif. Garis-garis organis tersebut memiliki tekstur guratan-guratan linear sehingga mengingatkan pada tekstur akar pohon. 224

31 Gambar IV.44. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2005 sampel I Sumber: Penulis Pola yang hadir pada bros sampel pertama ini mengingatkan pada pola sembilan atau dikenal dengan istilah Nawasanga pada masyarakat Bali. Pola sembilan ini merupakan pengembangan dari pola lima. Keunggulan pusat direpresentasikan melalui ukuran mutiara mutiara blister yang lebih besar dibandingkan ukuran mutiara-mutiara hitam. Meskipun begitu, mutiara hitam tersebut tampil kontras dengan dominasi warna perak dan putih disekelilingnya. Komposisi yang harmoni tersebut merepresentasikan keselarasan yang selalu hadir dalam produk budaya masyarakat Indonesia berpola sembilan. Seperti sampel kalung ketiga tahun 2005, bros ini menampilkan pola masyarakat pramoderen Indonesia yang dielaborasikan dengan penggayaan desain kontemporer. Sampel bros perak rancangan Runi Palar selanjutnya masih menggunakan mutiara sebagai material tambahan. Mutiara budidaya di tengah brooche-pendant ini menghadirkan warna yang kontras antara warna perak dan biru tua. Dengan bentuk oval dan ukuran yang besar, mutiara ini tampil sebagai fokus utama pada bros sampel kedua. Bentuk dasar bros terinspirasi dari gelombang air yang dihasilkan dari setetes air yang memecah genangan air yang tenang. Gelombang air berbentuk lingkaran tersebut digayakan lebih dinamis pada bros ini sehingga repetisi yang tercipta tidak menghadirkan kesan kaku. 225

32 Bros berkomposisi asimetris kosentris ini menghadirkan banyak rongga-rongga kosong dengan pelbagai ukuran yang didesain kontras dengan garis-garis organis dari abstraksi gelombang air, sehingga jika ditinjau dari segi komposisi ruang, pertemuan antara isi dan kosong pada bros menghasilkan harmoni perupaan secara keseluruhan. Garis-garis organis yang tipis ini dipertegas dengan aplikasi ketokan palu (hammering teksture) pada seluruh permukaannya sehingga menambah bobot perupaan garis organis yang tipis dan ramping. Gambar IV.45. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2005 sampel II Sumber: Penulis Berdasarkan penuturan Xenia Palar, bros dengan desain seperti pada sampel kedua ini sangat diminati oleh konsumen Runi Palar di Jepang sehingga kerap dimodifikasi kembali dari waktu ke waktu. Kecenderungan konsumen Runi di Jepang pada penggayaan desain ini karena bentuknya yang unik, organis, sederhana namun detail, elegan dan dinamis sehingga dapat dikenakan dalam pelbagai kesempatan. Terlebih lagi bros ini juga dapat digunakan sebagai pendant kalung. 226

33 Gambar IV.46. Alternatif desain bros (2000) dengan tema yang sama dengan sampel kedua dan ketiga tahun Sumber: Manajemen RUNA Jewelry Pernyataan Xenia tersebut dibuktikan pada sampel bros ketiga ini. Pada tahun yang sama, Runi menghadirkan kembali penggayaan desain yang serupa dengan beberapa modifikasi. Pada sampel ketiga tahun 2005 ini komposisi yang digunakan adalah simetris sirkular, sedangkan pada sampel kedau komposisi yang digunakan adalah simetris kosentris. Perlakuan permukaan perak pada bros ini juga dibiarkan polos berkilau tanpa elemen dekorasi apapun. Meskipun begitu, bobot perupaan dibangun melalui komposisi volume garis yang bergelombang sehingga menghadirkan permainan gelap terang pada bros. Permukaan bros perak juga dibiarkan polos berkilau karena bros ini mengandalkan permainan cahaya. Gambar IV.47. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2005 sampel III Sumber: Penulis Karakteristik perupaan bros perak Runi Palar periode 2005 Karakteristik bros perak rancangan Runi Palar pada tahun 2005 ini memiliki beberapa kesamaan dengan kalungnya pada tahun yang sama. Dari segi material tambahan yang 227

34 digunakan, bros peraknya juga didominasi aplikasi mutiara. Komposisi cangkang mutiara blister yang hadir sebagai bagian latar bros perak juga sama dengan aplikasi mutiara blister pada sampel kalung pertama (2005). Garis tipis dan organis pada mata kalung dan rantai Omega juga hadir dalam bros perak. Seperti halnya pada sampel kalung pertama tahun 2005, pada sampel pertama dan kedua bros perak Runi menggunakan aplikasi guratan linear dan hammering untuk menambah bobot perupaan. Di sisi lain, unsur Indonesia tampak pada aplikasi pola sembilan di sampel pertama dan abstraksi gelombang air laut pada kedua sampel yang lain. Runi Palar yang sejak awal tahun 2000-an memilih untuk menetap di Bali dalam kesehariannya dekat dengan pantai dan lautan. Keindahan tersebut memberikan Runi inspirasi untuk menghasilkan bros perak dengan tema senada. Kecenderungan mengambil tema maritim juga hadir pada karya kalung Desak Nyoman Suarti dengan judul Secrets of the Sea. Pada tahun 2005 ini bros rancangan Runi Palar secara garis besar menghadirkan pencitraan yang sederhana, detail, ringan dan elegan melalui pencahayaan yang kuat pada tekstur permukaan, open form, abstraksi dan komposisi simetris yang dinamis. Karakteristik pada bros ini menunjukkan beberapa kecenderungan Runi pada penggayaan kontemporer yang juga ditemukan pada sebagian besar sampel kalungnya Analisa perupaan bros perak Runi Palar periode 2006 Tabel IV.18. Sampel bros perak Runi Palar periode 2006 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Organis Non representasional Abstraksi bunga Pola Simetris dinamis Asimetris Swastika dinamis Ragam hias stilasi sulur-suluran - - Komposisi Simetris Asimetris Asimetris Tekstur Guratan-guratan linear Polos berkilau Hammering dengan permukaan yang cenderung pucat (pale) Garis Organis Tegas Organis Material lain Kecubung Mutiara Mutiara 228

35 Tabel di atas menunjukkan pada tahun 2006 ini Runi Palar masih tertarik mengekplorasi mutiara seperti pada tahun sebelumnya, meskipun pada sampel pertama Runi memilih untuk menggunakan batu kecubung yang kontras dengan warna perak yang berkilau. Pada sampel bros Runi ini tampak penggayaan desain wire jewelry yang dipopulerkan oleh Alexander Calder. Kendati demikian, bros yang didominasi kawat perak dan komposisi ruang ini masih menggunakan sistem pematrian antara kawat perak, tidak seperti Calder yang menolak penggunaan pematrian serta teknik panas lain dalam perhiasannya. Bagian atas bros yang berbentuk hati yang simetris ini dikomposisikan dengan batu kecubung dengan potongan pear cut yang dapat bergerak dinamis. Jika Calder menghasilkan kesan sculptural dalam karya perhiasannya, Runi menghadirkan kesan lembut, organis, feminin dan elegan dari keseluruhan unsur yang bertemu dalam bros perak ini. Gambar IV.48. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2006 sampel I Sumber: Penulis Jika dianalisa lebih lanjut, jalinan kawat yang tumpang tindih berbentuk hati ini mengingatkan pada struktur sel-sel pada otak. Di sisi lain, pemilihan bentuk teardrops pada batu ini mengingatkan pada setetes ekstraksi sari pati. Selanjutnya warna ungu yang merupakan warna berspektrum tertinggi ini kerap diasosiasikan dengan sesuatu yang 229

36 agung, elegan, misterius dan feminin. Secara keseluruhan bros perak ini merepresentasikan harmoni antara hati dan pikiran sehingga dapat mencapai hasil terbaik. Pengaruh penggayaan perhiasan moderen juga tampak pada sampel kedua. Bros yang cenderung formalis ini menggunakan bentuk non representasional dengan perlakuan polos berkilau pada tekstur sehingga menonjolkan pencahayaan yang kuat. Kesan clean cut, streamline dan ringan pada bros ini diperkuat dengan hadirnya mutiara putih keemasan berbentuk bulat pada bagian kiri bros. Bros dengan penggayaan formalis pada detail gambar di bawah mengingatkan pada karya Runi Palar yang lain pada periode awal tahun 1990-an. Bros yang juga menghadirkan bentuk non representasional memiliki beberapa kesamaan perupaan dengan sampel kedua ini. Kesamaan pertama tampak dari bentuk non representasionalnya yang merupakan pengembangan dari bentuk geometris lingkaran. Kesamaan juga hadir pada komposisi material tambahan yang diletakkan pada bagian kiri atas bros sehingga menghadirkan komposisi asimetris. Dominasi rongga diantara bentuk dasar yang masif dengan permukaan yang polos dan berkilau juga merupakan kesamaan perupaan diantara keduanya. Gambar IV.49. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2006 sampel II Sumber: Penulis 230

37 Gambar IV.50. Bros Perak Runi Palar yang didesain pada awal tahun 1990-an. Sumber: Katalog RUNA House and Design Pada sampel terakhir tahun ini Runi menggunakan bentuk oval yang dinamis. Bros perak yang didominasi rongga kosong diantara garis organis yang tipis dan ramping searah jarum jam ini menggunakan teknik hammering pada tekstur permukaan logam. Tiga buah mutiara berbentuk teardrops berwarna putih keemasan dikomposisikan pada bagian tengah bros sehingga semakin menghadirkan kesan ringan, sederhana dan lembut namun detail pada bros ini. Detail bros sampel ketiga ini dideskripsikan dalam bentuk gambar IV.51. di bawah. Gambar IV.51. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2006 sampel III Sumber: Penulis Gambar IV.51. di atas menunjukkan abstraksi bunga dengan pola swastika. Kesan mekar tampak selain tampak pada abstraksi kelopak bunga yang cenderung melebar, juga dihadirkan melalui aplikasi tiga mutiara budidaya sebagai putik bunga. Di sisi lain, pola swastika dalam masyarakat pramoderen Indonesia merupakan pola yang merepresentasikan perputaran kehidupan dan energi. Abstraksi bunga yang sedang mekar dan penerapan pola swastika merupakan kesatuan tema yang merepresentasikan semangat tumbuh berkembang serta perputaran kehidupan yang berkelanjutan. 231

38 Karakteristik perupaan bros perak Runi Palar periode 2006 Ketertarikan Runi Palar pada mutiara masih termanifestasi dalam beberapa bros peraknya tahun ini, meskipun pada sampel kepertama Runi memilih menggunakan batu kecubung berbentuk pear cut dengan ukuran yang besar. Pada sampel pertama ini, Runi memanfaatkan perupaan wire jewelry pada brosnya namun masih tetap menggunakan teknik pematrian dalam proses pengerjaan. Bros berbentuk simetris dengan batu kecubung yang bergerak dinamis di bawahnya ini menonjolkan banyak rongga kosong diantara aplikasi jalinan kawat perak sehingga menghadirkan komposisi antara ruang dan isi yang kompleks dan harmonis. Pada sampel kedua bros ini, Runi memiliki banyak kesamaan dengan bros rancangan Runi pada awal tahun 1990-an. Agaknya sampel kedua ini memang merupakan modifikasi dari desain tersebut. Bentuk non-representasional yang mononjolkan struktur dan ruang, pencahayaan kuat yang menonjolkan sifat material, kesan bersih (clean cut), tanpa aplikasi ragam hias dan sederhana pada bros ini menunjukkan ciri-ciri ke arah penggayaan moderen. Bros Runi Palar selanjutnya memiliki beberapa ciri perupaan yang seperti pada sampel kedua tahun kesamaan terletak pada penonjolan garis organis yang dipertegas dengan tekstur ketukan palu pada permukaan, menonjolkan penggunaan ruang serta komposisinya yang simetris. Pengulangan ini menunjukkan bahwa perupaan tersebut merupakan salah satu bahasa yang kerap digunakan Runi dalam merepresentasikan penggayaan desainnya. Pada tahun 2006 jejak-jejak ke-indonesia-an pada penggayaan desain bros perak Runi Palar dihadirkan melalui pemilihan pengembangan filigree yang dielaborasikan dengan perupaan wire jewelry, pola swastika dan komposisi simetris yang dikembangkan dengan perupaan yang dinamis serta prinsip-prinsip perhiasan kontemporer yang menonjol. Tampak disini bahwa uni menerjemahkan seni budaya masyarakat pramoderen Indonesia dengan garis-garis yang baru sehingga selain lahirnya pengembangan disana juga menawarkan penggunaan brosnya dalam sasaran yang lebih luas. 232

39 Perupaan sampel periode 2006 ini juga menampilkan pengaruh seni moderen yaitu formalisme seperti yang tampak pada sampel kedua. Secara keseluruhan perupaan bros periode 2006 ini menampilkan perupaan bros kontemporer yang elegan, sederhana, feminin dan dinamis Analisa Perupaan Bros Perak Runi Palar Periode 2007 Tabel IV.19. Sampel bros perak Runi Palar periode 2007 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Geometris Organis Geometris Pola Geometris Triangular Sirkular Ragam hias Bun dan stilasi sulur-suluran Stilasi bunga dan sulur-suluran - Komposisi Kosentris Kosentris dinamis Vertikal Tekstur Granulasi dan polos berkilau Granulasi dan polos berkilau hammering Garis Kurvilinear Organis Organis Material lain Mutiara blister dan mutiara Mutiara Kecubung Seperti dua tahun sebelumnya, bros rancangan Runi Palar masih didominasi oleh penggunaan batu mutiara. Hal yang perlu dicatat adalah, selain menggunakan mutiara, seperti pada tahun sebelumnya Runi juga kembali menggunakan batu kecubung pada tahun ini yang ditunjukkan pada sampel ketiga 2007 dan sampel pertama tahun sebelumnya. Pada sampel pertama, Runi kembali memadankan mutiara blister dan mutiara dua buah mutiara oval. Kedua jenis mutiara budidaya tersebut berada di tengah dengan mutiara oval disusun membelakangi mutiara blister yang berada di kiri bawah bros. Bros ini memiliki beberapa kesamaan dengan sampel pertama tahun Kesamaan terletak pada perpaduan mutiara blister dan mutiara berbentuk oval dimana bagian cangkang mutiara blister juga berfungsi latar bros. Kesamaan lain tampak pada ragam hias stilasi flora yang didekorasi dengan bulir-bulir perak. Bros yang menghadirkan bulir perak sebagai tekstur bersamaan dengan permukaan yang polos berkilau ini juga sama-sama diikat dengan kerah logam pada bagian pinggirnya untuk menahan hiasan penggir dari material perak. 233

40 Gambar IV.52. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2007 sampel I Sumber: Penulis Sampel selanjutnya menggunakan tiga buah mutiara budidaya yang dikomposisikan triangular diantara tiga buah stilasi bunga berkelopak lima dengan komposisi yang sama. Stilasi bunga yang terdiri dari tiga ukuran berbeda ini dihiasi bulir perak pada bagian permukaannya sehingga membangun tekstur kelopak bunga. Terakhir pada bagian latar bros Runi mengaplikasikan kawat-kawat perak yang dilitnya secara arbiter. Kawat perak dengan tekstur guratan-guratan linear ini menghadirkan komposisi ruang pada bros. Gambar IV.53. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2007 sampel II Sumber: Penulis Komposisi bros sampel II secara keseluruhan mengingatkan pada buket bunga pernikahan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari atribut pengantin moderen Barat. Repetisi jumlah tiga melalui stilasi bunga dan aplikasi mutiara budidaya menyampaikan penekanan makna pada angka tersebut. Dalam budaya Barat, angka tiga yang hadir dalam 234

41 konteks pernikahan merupakan representasi dari penggabungan masa lalu, masa kini dan masa depan yang seyogyanya terjadi penerimaan akan masa lalu kedua mempelai serta komitmen untuk menjalani masa kini dan masa depan bersama-sama. Di sisi lain, warna putih dari mutiara dan perak selain melambangkan kesucian, juga menyampaikan harapan akan kelanggengan dalam hidup berumah tangga. Pada sampel bros selanjutnya Runi menggunakan tiga buah batu kecubung yang dipotong dengan teknik round brillian cut dan pemasangan claw setting. Bros yang dikomposisikan vertikal ini terdiri dari tiga buah unit yang digabungkan dengan lingkaran perak sehingga bros dapat bergerak dinamis. Unit pertama dan kedua dari atas memiliki ukuran yang hampir sama sedangkan unit paling bawah didesain berukuran lebih kecil. Perencanaan komposisi seperti ini ditujukan untuk memaksimalkan gerak dinamis dan memastikan agar kait yang diaplikasikan pada bagian belakang unit teratas tetap mampu menopang bobot bros. Gambar IV.54. Detail perupaan bros perak Runi Palar periode 2006 sampel III Sumber: Penulis Ketika unit ornamen ini menggunakan bentuk dasar huruf C yang organis. Selanjutnya kedua ujung pada bentuk huruf C tersebut bertemu sehingga menghadirkan bentuk lingkaran yang tertutup. Pada bagian tengah bentuk dasar diaplikasikan sebuah batu kecubung dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan ukuran ruang kosong sehingga 235

42 bros memudarkan kesan masif pada bros ini. Untuk aplikasi permukaan, bros ini dipenuhi dengan tekstur hammering. Tampak disini Runi juga memainkan volume bros sehingga tidak datar dan menonjolkan bentuk dasar yang organis. Secara keseluruhan sampel bros terakhir ini menghadirkan kesan organis, lembut, dinamis, sederhana, elegan dan feminin Karakteristik perupaan bros perak Runi Palar periode 2007 Dari segi pemilihan material, bros pada tahun 2007 ini masih didominasi oleh penggunaan mutiara dan kecubung seperti pada tahun sebelumnya. Dua sampel pertama pada bros ini menggunakan komposisi simetris kosentris, sedangkan pada sampel terakhir komposisi simetris kosentris tersebut digunakan pada tiga buah unit ornamen yang disusun vertikal. Komposisi ruang kosong hadir pada sampel kedua dan ketiga, sedangkan bentuk masif pada bros pertama diperhalus dengan kilauan putih keemasan dari cangkang kerang mutiara blister sehingga pada ketiga bros tersebut hadir kesan ringan, sederhana, lembut, feminin, elegan dan organis. Pada sampel pertama meskipun Runi memilih bentuk lingkaran yang digayakan masif, namun kesan lembut dan ringan tetap hadir dalam rancangannya melalui pemilihan mutiara blister yang mendominasi bros. Warna putih dengan kilauan yang lembut dari mutiara blister dan garis-garis organis yang tipis mempertahankan kesan sederhana, lembut dan ringan pada sampel pertama ini meskipun tanpa hadirnya rongga. Pada sampel kedua, komposisi ruang kembali menjadi eksekusi desainnya dalam menghadirkan kesan lembut, organis, feminin dan elegan, sedangkan pada sampel ketiga permukaan bros diaplikasikan teknik hammering dengan tiga buah unit ornamen yang dikomposisikan vertikal. Selain menggunakan teknik hammering dan gerak dinamis melalui komposisi vertikal, Runi juga membangun volume pada setiap unit ornamen dengan teknik repoussé sehingga semakin menambah bobot perupaan bros. Dalam ketiga desain bros di atas, Runi menggunakan beberapa perlakuan tekstur yang disesuaikan dengan tema setiap bros. Bros pertama dan kedua menggunakan stilasi bunga dan sulur-suluran sehingga permukaan yang dipilihnya adalah elaborasi antara permukaan yang polos berkilau dengan komposisi bulir perak sehingga melahirkan efek perupaan flora yang memiliki kontur. Selain aplikasi bulir perak, Runi juga menambahkan jalinan 236

43 kawat perak sebagai latar belakang dengan aplikasi guratan-guratan linear pada permukaannya. Aplikasi tersebut selain menambah bobot perupaan bros juga mempertegas komposisi ruang yang terbangun pada latar belakang sehingga menciptakan harmoni secara keseluruhan. Kecenderungan pada perupaan perhiasan kontemporer kembali hadir pada periode ini, baik melalui penonjolan struktur dan komposisi ruang, bentuk-bentuk yang terbuka, pengembangan seni budaya Indonesia beserta teknik pembuatan perhiasan konvensionalnya, pencahayaan material yang kuat, baik melalui permukaan yang polos berkilau maupun dengan aplikasi ketukan palu serta kesan perupaan yang sederhana, detail, ringan, lembut, feminin, dinamis dan elegan Karakteristik Perupaan Bros Perak Runi Palar Periode Penggunaan mutiara tampil mendominasi bros perak Runi palar pada ketiga tahun terakhir ini, baik yang berjenis blister maupun akoya. Selain mutiara, Runi juga sering menggunakan batu kecubung pada perhiasan peraknya. Warna lembut dari mutiara yang dipadankan dengan kilauan perak semakin menonjolkan kesan elegan dan feminin pada perhiasan Runi, sedangkan warna kontras antara ungu tua dan perak menghadirkan kesan yang romantis, tegas, elegan dan feminin pada bros karya-karyanya. Komposisi desain bros Runi Palar pada tiga tahun terakhir ini banyak menggunakan komposisi yang simetris kosentris, sedangkan terdapat beberapa karya yang berkomposisi simetris vertikal (sampel I tahun 2006 dan III tahun 2007) dan asimetris (sampel II tahun 2006). Runi juga kerap menghadirkan garis-garis organis yang berpadu selaras dengan komposisi ruang kosong disekitarnya. Garis-garis organis tersebut umumnya dipertegas dengan tekstur permukaannya melalui aplikasi aplikasi ketukan palu, guratan-guratan garis linear atau kurvilinear yang disesuaikan dengan kebutuhan tema desain. Kesan clean cut biasanya dihadirkan Runi melalui penggunaan tekstur permukaan yang polos berkilau pada bros yang umumnya memiliki lebar permukaan yang lebih besar dibandingkan bros yang menggunakan penekanan pada guratan tekstur. Runi jarang menggunakan ragam hias dan penggayaan stilasi sebagai elemen dekoratif pada karya-karyanya. Runi lebih sering menggunakan bentuk non-representasional dari 237

44 jalinan kawat perak serta abstraksi dari alam seperti bebungaan dan tetumbuhan yang menonjolkan kesan feminin, lembut, ringan dan moderen. Secara umum karakteristik bros perak rancangan Runi Palar pada tiga tahun ini menunjukkan komposisi simetris kosentris, menonjolkan komposisi ruang, penggunaan garis-garis organis serta penekanan pada tekstur permukaan sehingga menghadirkan kesan lembut, feminin, lentur, dinamis, sederhana dan elegan. Tabel IV.20. Karakteristik dan penggayaan rupa pada bros Runi Palar periode Fung si / thn Bros Karakteristik dan penggayaan rupa Sampel I Sampel II Sampel III 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris b. Pola sembilan pada bros melalui repetisi delapan garis organis dan mutiara blister di tengah c. Pola lima hadir melalui aplikasi lima buah mutiara hitam mengelilingi bros d. Bentuk masif dan lebih penuh dibandingkan perupaan kalung Runi yang lain 2. Moderen a. Aksen pada delapan repetisi garis organis b. Kesan ringan dari warna putih keemasan mutiara blister 3. Feminin a. Garis organis dengan aksen sehingga tidak monoton b. Bentuk lingkaran dengan dominasi warna putih yang ringan 4. Tegas a. Bentuk geometris (lingkaran) yang masif b. Aplikasi lima buah mutiara hitam 1. Klasik a. Komposisi simetris b.aplikasi filigree yang dikembangkan 1. Klasik a. Komposisi kosentris b. Repetisi garis organis 2. Moderen a. Aksen pada repetisi garis organis b. Bentuk dasar yang tidak beraturan c. Penonjolan struktur dan komposisi ruang isi-kosong pada bros d. Pencahayaan yang diperkuat dengan aplikasi ketok pada permukaan garis yang ramping dan organis e. Aplikasi mutiara dengan warna yang lembut 3. Feminin a. Garis organis dengan aksen sehingga tidak monoton b. Warna mutiara yang lembut serta menghadirkan kesan sederhana, detail dan elegan 1. Tegas a. Permukaan cenderung lebih luas dibanding perupaan perhiasan Runi yang lain dengan tekstur permukaan polos berkilau 1. Klasik a. Komposisi kosentris b. Repetisi garis organis 2. Moderen a. Aksen pada repetisi garis organis b.bentuk dasar yang tidak beraturan c. Penonjolan struktur dan komposisi ruang isikosong pada bros d. Pencahayaan yang diperkuat dengan aplikasi ketok pada permukaan garis yang ramping dan organis e. Aplikasi mutiara dengan warna yang lembut 3. Feminin a. Garis organis dengan aksen sehingga tidak monoton b. Warna mutiara yang lembut serta menghadirkan kesan sederhana, detail dan elegan 1. Klasik a. Pola swastika kosentris pada bros 238

45 Tabel IV.20. Karakteristik dan penggayaan rupa pada bros Runi Palar periode (lanjutan) Fung si / thn Bros Karakteristik dan penggayaan visual Sampel I Sampel II Sampel III 2. Moderen a. Penggabungan filigree dengan wire jewelry pada unit ornamen bros bagian atas b. Aksen pada komposisi simetris c. Penonjolan komposisi ruang melalui komposisi isi-kosong d. Penonjolan struktur bros melalui jalinan kawat perak yang tumpang tindih e. Pencahayaan perak yang dipertegas dengan tekstur guratan linear pada permukaan perak dan warna batu kecubung f. Pemaksimalan fungsi perhiasan (brooche-pendant) g. Teknik facet pada batu 3. Tegas a. Kontras antara warna perak dengan warna untuk dari batu kecubung 4. Feminin a. Jalinan garis organis yang saling tumpang tindih b. Warna ungu yang dominan dari aplikasi kecubung 5. Dinamis a. Bagian bawah bros yang dapat bergerak dinamis 1. Klasik a. Komposisi kosentris b. Aplikasi granulasi c. Bentuk lingkaran yang masif 2.Moderen a. Abstraksi flora yang membingkai bros b. Pengembangan granulasi sebagai efek rupaan flora c. Warna putih keemasan yang ringan dari mutiara budidaya a. Bros dibingkai dengan stilasi flora, namun tidak penuh 3. Feminin a. Kesan lembut, ringan dan elegan secara keseluruhan b. Bentuk dasar lingkaran c. Abstraksi flora yang organis dengan komposisi lingkaran kecil pada permukaan melalui aplikasi granulasi 2. Moderen a. Komposisi asimetris b. Bentuk dasar yang nonrepresentasional c. Penonjolan unsur-unsur formalisme d. Penonjolan komposisi ruang (isikosong) e. Pencahayaan material yang kuat, baik perak dengan tekstur polos berkilau maupun kilauan putih keemasan mutiara f. Menghadirkan kesan sederhana, ringan dan elegan 1. Klasik a. Komposisi kosentris b. c. Aplikasi granulasi Pengembangan filigree 2. Moderen a. Abstraksi flora b. Pengembangan granulasi c. Pengembangan filigree dan wire jewelry d. Penonjolan struktur melalui komposisi ruang (isi-kosong) e. Pencahayaan material yang kuat pada tekstur logam dan mutiara 3. Feminin a. Abstraksi flora b. Garis-garis organis pada bagian latar yang merepresentasikan batang flora 2. Moderen a. Abstraksi dari bentuk bunga yang mekar b. Penonjolan struktur melalui penonjolan garis organis c. Penonjolan ruang melalui komposisi isi-kosong d. Pencahayaan material yang kuat melalui tektus ketik pada perak dan warna putih keemasan dari mutiara e. Kesan sederhana dan ringan pada bros 3. Tegas a. Pencahayaan kuat melalui tekstur permukaan yang polos berkilau 4. Feminin a. Rapetisi garis organis searah jarum jam b. Bentuk dasar yang oval dinamis c. Warna mutiara yang lembut dan ringan 1. Klasik a. Komposisi kosentris pada unit ornamen b. Pola tiga vertikal 2. Moderen a. Abstraksi flora b. Aplikasi ketok pada permukaan perak c. Pemotongan facet pada batu d. Penonjolan struktur melalui komposisi isi-kosong dan komposisi unit ornamen yang dinamis 3. Feminin a. Abstraksi flora b. Warna ungu dari batu kecubung c. Bentuk dasar yang organis dengan volume melalui aplikasi repoussé 4. Dinamis a. Gerak dinamis yang ringan dari sistem sambungan 239

46 4.2.3 Analisa Perupaan Perhiasan Perak Runi Palar dengan Fungsi Anting Periode Anting adalah salah satu bentuk perhiasan yang sering dikenakan oleh perempuan selain kalung dan bros karena berada di tempat strategis dimana penggunaannya memungkinkan untuk menarik perhatian kepada si pemakai tanpa membatasi aktifitas si pemakai. Di bawah ini akan dipaparkan analisa perupaan anting perak rancangan Runi Palar pada tiga tahun terakhir terhitung sejak tahun Analisa Perupaan Anting Perak Runi Palar Periode 2005 Tabel IV.21. Sampel anting perak Runi Palar periode 2005 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Setengah lingkaran Organis Lingkaran Pola Swastika Dinamis Sirkular Ragam hias Abstraksi cangkang kerang Garis berbentuk huruf S dan W Abstraksi air gelombang Komposisi Simetris Dinamis Kosentris Tekstur Permukaan polos berkilau dengan garis-garis kurvilinear Elaborasi antara tekstur permukaan yang polos berkilau dengan komposisi bulir perak Garis Organis Organis Organis Material lain Pirus - - Sistem Tusuk Jepit Jepit kuncian Polos berkilau dengan permainan volume Tabel IV.21. di atas menunjukkan bahwa sampel anting perak tahun 2005 ini cenderung berukuran kecil dengan penggayaan desain yang sederhana. Pada sampel pertama Runi menggunakan abstraksi cangkang tiram berbentuk seperti kipas. Pada bagian ujung abstraksi cangkang diaplikasikan batu pirus berwarna biru muda opaque yang dipotong dengan teknik cabochon. Pemilihan bentuk dasar pada sampel pertama ini sekali lagi menunjukkan kecenderungan Runi akan dua hal, yaitu penggayaan abstraksi serta ketertarikannya dalam mengembangan bentuk-bentuk dari alam. 240

47 Gambar IV.55. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2005 sampel I Sumber: Penulis Permukaan sampel anting yang masif ini dibangun dari garis-garis kurvilinear yang direpetisi searah jarum jam sehingga jika dilihat secara keseluruhan tampak seperti tekstur pada cangkang tiram. Permukaan sengaja didesain polos dan berkilau untuk menonjolkan keindahan warna batu pirus. Bentuk anting yang masif serta perpaduan warna perak dan hijau dari pirus menghadirkan perpaduan kesan klasik dan modern, sederhana dan elegan pada anting ini. Gambar IV.56. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2005 sampel II Sumber: Penulis Sampel kedua tahun 2005 seperti yang dideskripsikan pada gambar IV.56. di atas menggunakan bentuk dasar organis non representasional yang masif. Anting dengan sistem jepit ini dihiasi bulir-bulir perak pada sebagian besar permukaannya. Bulir-bulir ini 241

48 dikomposisikan sedemikian rupa sehingga menghadirkan ragam hias penggayaan huruf W dan S pada bidang yang tidak dihiasi bulir perak. Penggayaan huruf W dan S yang dikerjakan dengan teknik repoussé ini menghadirkan kesan yang lentur dan organis serta selaras dengan bentuk dasar anting. Bagian pinggir anting didesain sejajar dengan bulir perak dengan tekstur permukaan yang polos berkilau sehingga tampil membingkai anting. Sampel ketiga anting perak tahun 2005 ini merupakan salah satu penggayaan desain yang berulang kali kerap dimodifikasi, baik dalam bentuk anting maupun dalam bentuk bros seperti pada sampel kedua dan ketiga tahun 2005 di sub bab sebelumnya. Pada tahun 2007 Runi juga kembali mengeluarkan desain ini dengan pelbagai modifikasi seperti yang tampak pada gambar IV.57. di bawah. Kenyataan ini selain kembali menegaskan ketertarikan Runi pada bentuk pusaran air yang sirkular juga menunujukkan besarnya minat sasaran konsumen Runi pada penggayaan desain ini. Gambar IV.57. Dua buah modifikasi desain anting periode 2005 sampel III (2007) Sumber: (11 Juli 2007) Anting dengan sistem jepit ini juga kembali menghadirkan komposisi ruang dengan tekstur permukaan yang polos berkilau. Volume anting yang didesain bergelombang melahirkan permainan cahaya gelap terang sehingga meskipun anting cenderung berukuran kecil dan sederhana namun memiliki keunikan tersendiri. Gambar IV.58. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2005 sampel III Sumber: Penulis 242

49 Karakteristik perupaan anting perak Runi Palar periode 2005 Sampel-sampel anting ini jika dibandingkan dengan kalung dan bros rancangan Runi yang telah dipaparkan pada sub bab selanjutnya cenderung lebih sederhana. Dari ketiga sampel, hanya sampel pertama yang diaplikasikan batu semi mulia, sedangkan pada sampel kedua Runi merasa cukup dengan menambahkan bulir-bulir perak yang dikomposisikan dengan penggayaan huruf S dan W dengan teknik repoussé. Jika pada kedua sampel pertama Runi menggunakan bentuk yang masif, sampel ketiga ini Runi kembali menghadirkan karakteristiknya melalui kehadiran komposisi ruang yang digaykan sirkular. Anting yang terinspirasi dari pusaran air laut ini menonjolkan kekuatan garis organis melalui permainan volume yang menampilkan komposisi gelap terang. Ketiga sampel anting diatas menghadirkan kesan klasik moderen, ringan, sederhana, elegan dan dinamis. Kesan klasik pada sampel pertama hadir melalui perpaduan warna perak dan batu pirus serta bentuk dasarnya yang geometris dan masif, sedangkan pada sampel kedua kesan klasik dihadirkan melalui komposisi bulir perak pada bentuk dasar non representasional yang moderen. Selanjutnya tekstur permukaan anting sampel pertama dan kedua yang polos berkilau serta menonjolkan struktur garis merupakan manifestasi dari penggayaan moderen Analisa perupaan anting perak Runi Palar periode 2006 Tabel IV.22. Sampel anting perak Runi Palar periode 2006 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Triangular Oval Lingkaran Pola Geometris Kosentris dinamis Kosentris Ragam hias Triangular Abstraksi gelombang Abstraksi flora Komposisi Piramida Asimetris Ragam hias asimetris Tekstur Aplikasi ketukan Guratan-guratan dinamis palu Garis Linear Organis Organis dan geometris Material lain - Mutiara - Sistem kuncian Jepit Jepit Tusuk Elaborasi antara polos berkilau dengan permainan bulir perak 243

50 Sampel anting perak pertama pada tahun 2006 ini menggunakan bentuk dasar segitiga yang dikomposisikan seperti piramida terbalik. Pada permukaan tekstur anting jepit ini diaplikasikan ketukan palu secara penuh dan repetitif sehingga menambah bobot perupaan pada anting. Seperti halnya sebagian besar karya perhiasan perak Runi Palar, anting jepit ini menghadirkan komposisi ruang dengan bentuk segitiga. Repetisi bentuk segitiga ini berhasil menambah bobot perupaan bersamaan dengan aplikasi hammering pada desain anting yang sederhana. Gambar IV.59. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2006 sampel I Sumber: Penulis Penggayaan anting jepit berbentuk geometris yang sederhana dan berukuran kecil seperti ini mengalami modifiksi desain seperti pada gambar IV.60. di bawah. Anting ini juga menggunakan bentuk dasar geometris persegi yang direpetisi sebanyak empat kali. Unit ornamen berbentuk persegi tersebut dikomposisikan menjadi sebuah bentuk persegi yang lebih besar dengan menghadirkan komposisi ruang pada bagian tengah anting jepit. Pada permukaan unit ornamen yang cenderung lebih luas dibandingkan penggayaan perupaan anting Runi Palar yang lain ini diaplikasikan tekstur ketok (hammering) sehingga menambah bobot perupaan anting. 244

51 Gambar IV.60. Alternatif desain dari sampel I tahun 2006 Sumber: Manajemen RUNA Jewelry Sampel kedua tahun ini seperti yang dideskripsikan melalui gambar IV.61. di bawah menggunakan bentuk organis yang disusun bertingkat empat. Pada bagian atas anting ini terdapat penggayaan huruf W yang kurvilinear dengan kedua ujung mengarah pada bagian tengah dimana terdapat mutiara Akoya berbentuk lingkaran. Ketiga bentuk organis lain yang disusun bertingkat di kanan kirinya juga bergerak ke tengah anting. Jika dilihat secara keseluruhan, komposisi bentuk-bentuk organis ini mengingatkan pada ombak air laut ketika pasang. Bentuk organis yang disusun bertingkat ini selain merupakan upaya merepresentasikan ombak laut yang datang berulang, juga menggambarkan besarnya daya dan energi yang dimiliki oleh ombak tersebut. Gambar IV.61. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2006 sampel II Sumber: Penulis Sampel selanjutnya adalah anting tusuk dengan bentuk dasar geometris lingkaran yang masif. Anting ini dihiasi dengan komposisi bulir perak yang membentuk stilasi dedaunan berjumlah tujuh buah dengan sebuah pucuk di bagian tengah. Permukaan anting yang polos berkilau selain memperlembut kesan padat pada anting juga berfungsi untuk menonjolkan alpikasi bulir perak diatasnya. Anting ini juga menggunakan teknik dekorasi 245

52 filigree yang diaplikasikan pada bagian tengah stilasi dedaunan sebagai batang serta hadir membingkai penuh bentuk dasar anting. Gambar IV.62. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2006 sampel III Sumber: Penulis Karakteristik Perupaan Anting Perak Runi Palar Periode 2006 Seperti anting Runi pada periode sebelumnya, desainnya kali ini menghadirkan kesan klasik moderen yang sederhana, kendati pada sampel kedua menggunakan desain yang lebih kompleks dengan guratan garis organis, komposisi ruang dan mutiara Akoya di tengahnya. Meskipun begitu aplikasi mutiara tersebut berhasil menghadirkan kesan lembut melalui aplikasi batu mutiara berwarna pastel. Kompleksitas tersebut menghadirkan perupaan anting kontemporer yang detail, memiliki komposisi ruang beserta penekanan pada struktur anting serta kesan yang elegan, feminin dan dinamis. Jika pada desain kalung dan bros Runi Palar salah satu upaya menonjolkan fokus utama dengan pengaplikasian material tambahan seperti mutiara atau batu mulia, pada desain anting fokus utama lebih banyak disuarakan melalui perlakuan tekstur permukaan seperti komposisi bulir perak atau tekstur guratan dan aplikasi ketukan palu (hammering texture).keputusan menggunakan aplikasi ketukan palu atau guratan-guratan linear pada permukaan disesuaikan dengan tema yang menafasi sebuah bros secara keseluruhan. 246

53 Bentuk dasar pada anting tahun 2006 ini cenderung menggunakan bentuk-bentuk geometris seperti segitiga, oval dan lingkaran. Kesan ringan pada sampel pertama dan kedua dihasilkan pada penggunaan komposisi ruang, sedangkan pada sampel terakhir kesan ringan dihasilkan dari bentuk dan desainnya yang sederhana. Secara keseluruhan sampel perupaan anting tahun 2006 ini kembali menghadirkan penggayaan yang kontemporer beserta kesan elegan, sederhana, detail, lembut, feminin dan dinamis seperti pada sampel-sampel anting tahun sebelumnya Analisa Perupaan Anting Perak Runi Palar Periode 2007 Tabel IV.23. Sampel anting perak Runi Palar periode 2007 Keterangan Sampel I Sampel II Sampel III Perupaan Bentuk dasar Geometris Teardrops Hati Pola Geometris Sirkular Kosentris Ragam hias - Ukir-ukiran Jawa Ukel Komposisi Simetris dinamis Sirkular Simetris Tekstur Hammering Guratan-guratan dinamis Ukel dan oksidasi Garis Linear Organis Organis Material lain - Mutiara Mutiara budidaya Sistem kuncian Jepit Jepit Tusuk Tabel di atas menunjukkan pemilihan bentuk masif geometris yang sama pada ketiga sampel. Anting pada sampel pertama menggunakan bentuk dasar persegi yang digayakan masif. Kendati menggunakan bentuk dasar yang cenderung kaku dan masif, anting perak pada sampel pertama ini berhasil menghadirkan pencitraan lembut, feminin, sederhana dan elegan melalui eksekusi desain kontur anting melalui aplikasi teknik repoussé sehingga melahirkan kesan kain yang lembut menjuntai. Kesan pada anting jepit tersebut diperkuat dengan permukaan anting yang polos berkilau sehingga semakin mempertegas volume anting secara keseluruhan. 247

54 Gambar IV.63. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2007 sampel I Sumber: Penulis Sampel kedua tahun 2007 ini berbentuk dasar teardrops. Anting yang dibuat dengan teknik repoussé ini menggunakan ragam hias yang kerap dijumpai pada ukir-ukiran Jawa. Pada desain ini, Runi menghadirkan ukiran Jawa gaya Pajajaran mengingat hanya gaya tradisional inilah yang mengaplikasikan cula pada bagian depan daun pokok. 6 Abstraksi yang menunjukkan struktur tunas, endong dan cula pada sampel kedua ini dideskripsikan melalui gambar IV.64. di bawah. Gambar IV.64. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2007 sampel II Sumber: Penulis 6 Lihat Soepratno, B.A. Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Pt. Effhar, Semarang halaman

55 Gambar.65 Detail Ukiran gaya Pajajaran Sumber: Soepratno, B.A. Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. P.T. Effhar, Semarang halaman 26 Sampel anting kedua tahun 2007 ini juga mengalami modifikasi desain seperti dua contoh anting pada gambar IV.65. di bawah. Anting pada gambar IV ini menggunakan komposisi bulir perak yang menghadirkan tekstur retak pada anting. Bulir-bulir perak pada gambar IV menghadirkan ragam hias berbentuk huruf S yang dokimposisikan secara vertikal. Pada bagian kanan dan kiri ragam hias berbentuk huruf s tersebut terdapat komposisi segitiga saling berkebalikan di kedua sisinya. Gambar IV.66. Alternatif desain dengan bentuk dasar yang sama (2007) Sumber: (10 Juli 2007) Anting sampel terakhir pada tahun 2007 menggunakan bentuk dasar hati. Anting yang didesain masif ini menggunakan mutiara budidaya berwarna biru keunguan. Keunggulan mutiara budidaya terletak pada pelbagai bentuk yang dapat dihasilkan serta peluang untuk mengeksplorasi warna melalu teknik pewarnaan sintetis dimanfaatkan oleh Runi pada 249

56 sampel anting terakhir ini. Selanjutnya, mutiara pada anting tusuk berukuran kecil dibingkai dengan garis-garis kurvilinear yang dipertegas dengan pewarnaan oksidasi. Gambar IV.67. Detail perupaan anting perak Runi Palar periode 2007 sampel III Sumber: Penulis Bentuk ukel-ukelan pada bagian bawah anting berbentuk huruf W yang organis, sedangkan bentuk ukel di atasnya merupaan perpaduan antara ukel yang mengarah ke dalam serta yang mengarah ke luar. Komposisi tersebut menghadirkan repetisi yang dinamis dan tidak monoton. Jika ditinjau secara keseluruhan, kilauan mutiara yang lembut dan warnanya yang cenderung gelap menghadirkan kesan elegan dan manis. Di sisi lain, bingkai perak dengan ragam hias dipinggirannya menambah bobot perupaan anting secara keseluruhan. Anting tusuk ini menghadirkan kesan klasik moderen, feminin, sederhana dan elegan. Gambar IV.68. Anting perak (2007) desain dengan penggayaan yang sama dengan sampel III tahun 2007 Sumber: ( 10 Juli 2007) 250

57 Karakteristik Perupaan Anting Perak Runi Palar Periode 2007 Pada periode 2007, desain anting perak Runi Palar didominasi dengan penggayaan bentuk dasar geometris yang masif. Meskipun begitu kesan lembut, organis, sederhana dan elegan tetap hadir dalam anting-anting pada sampel di atas. Bentuk geometris dan masif tanpa ada rongga di bagian dalam anting diperlembut dengan aplikasi ornamen yang organis. Volume pada sampel anting pertama yang menghadirkan kesan kain pada anting tersebut. Kesan menjuntai pada kain praktis memudarkan kesan kaku yang hadir melalui penggunaan bentuk dasar persegi. Selain itu permukaan anting yang dibiarkan polos dan berkilau selain bertujuan untuk menonjolkan volume anting juga berfungsi untuk menciptakan kesan sederhana sehingga dapat digunakan dalam pelbagai kesempatan. Pada anting sampel II tahun 2007 menggunakan komposisi ragam hias yang asimetris sehingga melahirkan kontras antara permukaan anting yang polos berkilau dengan aplikasi ragam hias ukir-ukiran, sedangkan desain sampel anting ketiga yang juga berbentuk masif ini diperlembut dengan warna mutiara yang cenderung gelap pada bagian tengah. Ukuran anting yang cenderung kecil pada ketiga sampel diatas selain agar bobot anting tidak terlalu berat sehingga nyaman dikenakan, juga berfungsi estetis dalam menghadirkan kesan feminin dan sederhana. Pada tahun 2007 ini sampel anting perak secara umum menghadirkan bentuk-bentuk geometris yang masif dengan volume, ragam hias dan aplikasi batu dengan warna yang memperlembut bentuk dasar anting Karakteristik Perupaan Anting Perak Runi Palar Periode Desain anting Runi Palar pada tiga tahun terakhir ini digayakan lebih sederhana dibandingkan kalung dan bros yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Antinganting yang sebagian besar menggunakan bentuk geometris seperti lingkaran, setengah lingkaran, oval, persegi dan teardrops dan segitiga ini cenderung digayakan masif dengan ornamentasi yang sederhana. Kendati demikian, karakteristik perhiasan Runi yang kerap memanfaatkan komposisi ruang serta penggunaan garis-garis organis yang non- 251

58 representasional masih dapat ditemui pada sampel kedua dan ketiga tahun 2005 serta sampel pertama dan kedua tahun Lain halnya dengan desain kalung dan bros sebelumnya, dalam monambah bobot perupaan pada antingnya Runi cenderung mengurangi penggunaan bebatuan mulia dan mutiara. Meskipun pada sampel pertama (2005), kedua (2006) dan ketiga (2007) Runi mengaplikasikan batu pirus dan mutiara, warna yang dipilihnya cenderung lembut. Di sisi lain, pada sebagian besar anting-anting lainnya Runi banyak mengunakan komposisi bulir-bulir perak, tekstur hammering serta guratan-guratan linear. Hal menarik yang tidak ditemui pada sampel kalung dan bros rancangannya, pada desain anting sampel kedua tahun 2007 Runi menggunakan ragam hias ukir-ukiran pada bentuk teardrops yang masif. Selain penngunaan elemen dekoratif pada permukaan perhiasan, terdapat pula beberapa desain yang dirancang polos berkilau, baik untuk menonjolkan material perak maupun untuk mempertegas kontur melalui permainan gelap terang. Anting-anting rancangannya pada sampel di atas tidak ditemukan adanya penggunaan dangle earring yang ringan dan bergerak dinamis seperti yang banyak ditemui pada desain anting Suarti. Runi lebih banyak menggunakan anting tusuk dan anting jepit karena lebih sederhana dan elegan. Jika dilihat secara keseluruhan, anting perak karya Runi palar pada tiga tahun terakhir ini menghadirkan kesan yang sederhana, elegan, klasik modern dan feminin sehingga dapat digunakan dalam cakupan acara yang lebih luas. 252

59 Tabel IV.24. Karakteristik dan penggayaan rupa pada anting Runi Palar periode Fungsi / Karakteristik dan penggayaan visual thn Sampel I Sampel II Sampel III 1. Klasik a. Komposisi kosentris b. Bentuk dasar masif c. Repetisi garis searah jarum jam d. Pemotongan cabochon pada batu 1. Klasik a. Aplikasi granulasi b. Aplikasi repoussé c. Bentuk dasar cenderung masif dan penuh d. Penggayaan huruf W, U dan S Anting Moderen a. Teknik casting untuk rangka dasar b. Abstraksi cangkang kerang c. Pencahayaan material yang mulai memalui permukaan yang polos berkilau dan batu pirus d. Penggayaan desain yang cenderung sederhana, ringan namun tegas dan elegan 3. Feminin a. Abstraksi cangkang kerang b. Ukuran cenderung kecil 4. Dinamis a. Gerak dinamis yang ringan dari sistem sambungan 1. Klasik a. Aplikasi pola tiga k. Repetisi segitiga yang membentuk piramida l. Komposisi isi-kosong yang saling bergantian (keselarasan dan harmoni) 2. Moderen a. Penonjolan struktur melalui komposisi kosong-isi b. Pencahayaan kuat material perak dengan aplikasi ketok pada permukaan c. Penggayaan rupa anting yang sdeerhana, ringan, detail namun ringan, elegan d. Sistem jepit pada anting 5. Tegas a. Bentuk dasar yang bersudut b. Penambahan bobot perupaan anting melalui aplikasi ketok 2. Moderen a. Bentuk dasar yang nonrepresentasional b. Pengembangan bulir perak 3. Feminin a. Bentuk dasar yang organis b. Aplikasi komposisi granulasi c. Volume dari aplikasi repoussé 4. Tegas a. Bentuk dasar yang masif dan cenderung penuh 1. Klasik a. Komposisi simetris 3. Moderen a. Aksen pada komposisi simetris b. Abstraksi ombak laut yang pasang c. Penonjolan komposisi struktur melalui komposisi ruang kosongisi dan tekstur organis pada permukaan perak d. Aplikasi mutiara budidaya yang berkesan ringan e. Sistem jepit pada anting 4. Feminin d. Garis organis yang mendominasi anting e. Warna yang lembut, ringan, sederhana dan elegan dari mutiara f. Komposisi ruang yang memudarkan kesan masif g. Bentuk dasar oval h. Aplikasi tekstur garis organis sebagai detail pada permukaan perak 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris b. Repetisi garis yang sirkular 2. Moderen a. Abstraksi pusaran gelombang laut b. Penonjolan struktur dan komposisi ruang isi-kosong pada bros c. Pencahayaan kuat dari tekstur polos berkilau perak yang dipertegas dengan warna merah dari batu garnet d. Aplikasi batu berpotongan facet 3. Feminin a. Bentuk dasar yang oval organis b.penonjolan garis-garis yang organis 4. Tegas j. Warna batu berintensitas tinggi (merah kehitaman) 2. Klasik a. Bentuk dasar masif b. Struktur anting mengingatkan pada suweng c. Aplikasi bulir perak 4. Moderen a. Pengembangan granulasi b. Komposisi ragam hias yang asimetris c. Pencahayaan perak yang kuat melalui kontras antara permukaan polos berkilau dengan komposisi bulir perak d. Kesan ringan dan sederhana namun tetap memiliki detail 4. Feminin b. Garis organis yang mendominasi anting c. Warna yang lembut, ringan, sederhana dan elegan dari mutiara d. Komposisi ruang yang memudarkan kesan masif e. Bentuk dasar oval f. Aplikasi tekstur garis organis sebagai detail pada permukaan perak 253

60 Tabel IV.24. Karakteristik dan penggayaan rupa pada anting Runi Palar periode (lanjutan) Fungsi Karakteristik dan penggayaan visual / thn Sampel I Sampel II Sampel III - 5. Tegas a. Bagian isi lebih dominan dibanding bagian kosong b. Bobot perupaan anting dipertegas dengan aplikasi garis organis pada tekstur organis pada tekstur Anting Klasik a. Bentuk dasar masif b. Struktur anting mengingatkan pada suweng c. Aplikasi bulir perak 2. Moderen a. Pencahayaan material yang kuat melalui tekstur polos berkilau pada permukaan b. Representasi kesan menjuntai dari kain melalui aplikasi repoussé c. Teknik casting untuk rangka dasar d. Sistem jepit 3 Feminin a. Kesan menjuntai dari kain 4. Tegas a. Bentuk dasar yang persegi b. Bentuk yang masif c. Penonjolan sifat material dengan tekstur polos berkilau 1. Klasik a. Bentuk dasar masif b. Stilasi ukiran Pajajaran c. Bentuk dasar mengingatkan pada gunungan 2. Moderen a. Pencahayaan material yang kuat melalui tekstur polos berkilau pada permukaan yang kontras dengan aplikasi stilasi ukiran yang dipertegas dengan oksidasi b. Komposisi ragam hias yang asimetris c. Sistem jepit 3. Feminin a. Garis organis dari stilasi ukiran Pajajaran b. Bentuk dasar teardrops 4. Tegas a. Bentuk dasar yang masif 5. Tegas a. Bagian isi lebih dominan dibanding bagian kosong b. Bobot perupaan anting dipertegas dengan aplikasi garis 1. Klasik a. Komposisi simetris kosentris b. Bentuk dasar yang masif dan penuh c. Aplikasi ukel pada bingkai anting d. Aplikasi oksidasi 2. Moderen a. Aplikasi mutiara budidaya berbentuk hati b. Pencahayaan yang kuat melalui kontras antara aplikasi oksidasi dengan warna mutiara 3. Feminin a. Bentuk dasar hati b. Bingkai berbentuk ukel yang organis 4. Tegas a. Bentuk dasar yang masif dan penuh b. Aplikasi pewarnaan oksidasi pada perak 4.3 Karakteristik Perhiasan Perak Desak Nyoman Suarti dan Runi Palar beserta Kaitannya dengan Sasaran Konsumen dan Strategi Manajemen Perusahaan Pengkajian rupaan perhiasan perak yang dihasilkan oleh seorang desainer dalam bentuk perusahaan bisnis lebih lanjut menciptakan sebuah hubungan yang saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen yang lain. Desainer dalam hal ini tampil sebagai filter dengan pengambilan keputusan yang salah satunya didasari berdasarkan pengalaman personalnya, baik sebagai desainer maupun sebagai pebisnis dalam menggulirkan laju roda perusahaannya. Beripjak dari kenyataan itulah dalam sub-bab ini yang pertama akan dibahas adalah latar belakang Suarti dan Runi beserta perusahaannya dalam bentuk tabel di bawah ini. 254

61 Tabel IV.25. Latar belakang desainer beserta keterangan perihal perusahaan perhiasannya Keterangan Desak Nyoman Suarti Runi Palar Tempat tanggal lahir Bali, 27 Mei 1958 Yogyakarta, 26 Mei 1946 Awal bersentuhan Tarian tradisional Bali Tarian tradisional Jawa dengan kesenian Pendidikan formal terakhir New York University, Jewelry design ITT, Bandung, program studi tekstil Pendidikan - Delapan kali studi banding informal Dua kali praktek kerja Nama perusahaan Suarti Collection di bawah C.V. Suarti RUNA Jewelry dibawah CV RUNA Logo perusahaan Tahun berdiri Kantor pusat Bali Bandung Bali Sistem perusahaan Keluarga Keluarga Sistem produksi Elaborasi teknik konvensional dengan manual dengan sistem roda berjalan Elaborasi teknik konvensional dengan manual dengan sistem roda berjalan Teknik pembuatan Filigree Filigree Granulasi Granulasi Oksidasi Oksidasi Cetakan masinal (casting) Cetakan masinal (casting) Anyaman Repoussé dan chasing aplikasi ketukan palu (aplikasi ketukan palu teksture) Produk Perhiasan Perhiasan Peralatan rumah tangga Peralatan rumah tangga Hadiah Hadiah Fokus pasar Amerika dan Inggris Jepang Sasaran konsumen Menengah ke atas Menengah ke atas Turis lokal dan internasional Turis lokal dan internasional Perempuan karir Sistem pemasaran Membangun kerjasama dengan TV media Pameran perhiasan produk Gerai perhiasan Gerai perhiasan Museum RUNA House of Design Sistem penjualan Partai besar (whole sale) Partai besar (whole sale) Satuan (retail) Satuan (retail) Tabel di atas menunjukkan beberapa kesamaan dan perbedaan antara Suarti dan Runi Palar. Kesamaan pertama tampak bahwa keduanya berasal dari dua kota yang hingga kini masih kental dengan seni budaya masyarakat pramoderen setempat. Kesamaan selanjutnya tampak dari pemilihan tari tradisional setempat sebagai langkah awal dalam bersentuhan dengan dunia seni. Kendati sama-sama berangkat dari tarian tradisional, namun perbedaan karakteristik yang menafasi kedua tarian tradisional tersebut lebih lanjut mempengaruhi penggayaan rupa desain perhiasannya di kemudian hari. 255

62 Kekentalan budaya lokal setempat diimbangi keduanya dengan pemahaman perkembangan dunia dewasa ini, baik melalui pendidikan formal maupun perpindahan domisili. Jika Suarti mengenyam pendidikan di New York University dengan kuliah mayor desain perhiasan, Runi sempat duduk di ITT, Bandung pada awal tahun 1970-an dimana pada periode tersebut atmosfer kesenian Bandung sedang menunjukkan kecenderungan ke arah seni moderen di Barat. Pengaruh perkembangan seni moderen Barat juga banyak diterima Runi melalui suaminya, Adriaan Palar yang merupakan lulusan desainer interior FSRD ITB, Bandung. Kedua desainer tersebut memperoleh referensi baru selain kebudayaan lokal yang telah mendarah daging semenjak kecil berupa perkembangan moderen, baik dari segi perupaan, teknis pembuatan hingga strategi pemasaran. Kendati Suarti sempat menetap di New York dan Singapura bersama suaminya Peter Luce, sebagian besar hidupnya lebih banyak dilalui di Bali hingga kini, sedangkan Runi Palar sejak duduk di perguruan tinggi lebih banyak menetap di Bandung dan Bali. Jika Runi banyak mendapatkan referensi seni moderen yang dielaborasikan dengan seni pramoderen Indonesia melalui Adriaan Palar, Peter Luce banyak membantu Suarti dari segi manajemen perusahaan. Peter Luce melihat bahwa penggayaan rupa desain Suarti banyak diminati oleh masyarakat Amerika dan Inggris sehingga mereka memfokuskan pasarnya di kedua daerah tersebut. Luasnya benua Amerika dan Inggris beserta jarak antara keduanya dengan Bali sebagai kantor pusat mengantarkan C.V. Suarti pada strategi pemasaran yang memfokuskan kerjasama dengan tivi media belanja setempat. Di sisi lain, Runi dan Adriaan melihat potensi Jepang sebagai sasaran konsumen yang sesuai dengan penggayaan rupa perhiasan mereka. Penghargaan Jepang yang tinggi terhadap segala produk yang dihasilkan manual, apresiasi yang besar terhadap kualitas material dan teknis, kecintaan mereka pada detail dan kesederhaan dianggap Runi dan Adriaan sejalan dengan penggayaan rupa perhiasan mereka. Jika Suarti lebih mengutamakan pada kerjasama dengan tivi media belanja setempat, Runi lebih menekankan pada pameran perhiasan di Jepang. Keputusan ini dilakukan mengingat mahalnya modal yang harus disediakan bila menyewa gerai khusus di Jepang. Keuntungan lain dari mengikuti pelbagai pameran perhiasan ini juga memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pertama adalah konsep pameran yang 256

63 merupakan perkumpulan sesuatu yang sejenis mempermudah Runi membaca perkembangan desain dunia yang lebih lanjut menjadi referensi sekaligus pemacu untuk melahirkan desain yang berbeda. Keuntungan lainnya adalah konsumen yang datang adalah mereka yang benar-benar menyukai perhiasan sehingga selain konsumen tersebut dapat lanjut melihat perbedaan desain Runi dengan desain perhiasan lainnya, kondisi psikologis konsumen ketika datang ke sebuah pameran yang sesekali menyebabkan keinginan yang lebih besar untuk membeli daripada datang ke sebuah gerai tetap. Konsekuensi melakukan strategi pemasaran dengan fokus pada pameran adalah keharusan adanya pameran untuk menunjukkan konsistensi dan kontinuitas. Menyikapi hal tersebut, Runi secara berkelanjutan berpameran di Jepang secara khusus dan negara lain secara umum. Sekarang ini sedikitnya sekali dalam sebulan Runi berpameran di Jepang. 7 Perbedaan pengalaman personal, fokus negara pemasaran, karakteristik sasaran konsumen serta penekanan pada strategi pemasaran mengantarkan karakteristik dan penggayaan rupa yang berbeda pula pada perhiasan perak mereka. Karakteristik perhiasan perak Suarti lebih cenderung klasik dengan sentuhan moderen, mewah, tegas, dinamis dan ekspresif, sedangkan Runi palar lebih cenderung pada karakteristik perupaan yang kontemporer dengan seni budaya klasik Indonesia yang dikembangkan, elegan, sederhana, detail, ringan, lembut, feminin dan dinamis. Di bawah ini karakteristik perupaan beserta penggayaan rupa perhiasan mereka akan dipaparakan dalam bentuk tabel IV.26. berikut. 7 Lihat bab III halaman

64 Tabel IV.26. Persamaan dan perbedaan karakter perupaan perhiasan Desak Nyoman Suarti dan Runi Palar beserta penggayaan rupanya Karakter Penggayaan rupa perupaan Desak Nyoman Suarti Runi Palar Klasik Komposisi simetris Komposisi simetris Indonesia Komposisi kosentris (keunggulan pusat) Komposisi kosentris (keunggulan pusat) Bentuk dasar yang masif dan penuh ragam hias Bentuk dasar yang masif Kecenderungan menstilasi ragam hias Melakukan stilasi ragam hias masyarakat masyarakat pramoderen Indonesia pramoderen Indoensia dnegan frekuensi lebih sedikit dibanding Suarti Repetisi Repetisi Moderen Aplikasi pola dua, tiga, lima dan sembilan Penggunaan teknik jawan (granulasi), filigree (bun), oksidas dan pemotongan cabochon untuk batu Aplikasi pola dua, tiga, lima dan sembilan Penggunaan teknik granulasi, filigree, oksidasi, dan pemotongan cabochon untuk batu Aplikasi anyaman, rantai tulang naga, rantai tali air - Kesan mewah, penuh dan agung - Melakukan komposisi simetris dengan aksen, namun lebih jarang dibanding Runi Komposisi simetris dengan aksen Memberi aksen pada komposisi kosentris, Komposisi kosentris dengan aksen, terkadang namun lebih jarang dibanding Runi sirkular Pengembangan granulasi sebagai bangun Pengembangan granulasi sebagai bangun imajiner dan efek rupa tertentu, namun lebih imajiner dan efek rupa tertentu jarang dibanding Runi Pemotongan facet untuk batu Pemotongan facet untuk batu Elaborasi penggayaan pramoderen di Barat (art Elaborasi penggayaan klasik Indonesia nouveau) dengan perupaan klasik Indonesia dengan prinsip perhiasan kontemporer Penggunaan enamel - Penggunaan material ekonomis sebagai Penggunaan material ekonomis sebagai material tambahan pada perak material tambahan pada perak Aplikasi teknik pembuatan cetak masinal untuk rangka Aplikasi teknik pembuatan cetak masinal untuk rangka Penonjolan struktur perhiasan, namun lebih Penonjolan struktur perhiasan jarang dibanding Runi Bentuk cenderung masif tanpa rongga, hanya Komposisi ruang dengan menghadirkan beberapa yang menghadirkan komposisi ruang dengan menghadirkan rongga kosong rongga kosong dan isi Pencahayaan yang kuat, baik perak maupun tekstur pada material tambahan, namun lebih jarang dibanding Runi Repetisi dengan aksen, namun jauh lebih jarang dibanding Runi Abstraksi dari benda alam, namun lebih jarang dibanding Runi Sistem menjuntai (dangle earring), engsel dan jepit pada anting Pencahayaan yang kuat, baik perak maupun tekstur pada material tambahan Repetisi dengan aksen Abstraksi dari benda alam, seperti bunga, sulur-suluran, fauna Sistem jepit pada anting - Penggunaan rantai Omega - Elaborasi filigree dan perupaan wire jewelry - Repetisi dengan aksen - Pengutamaan fungsi melalui inovasi broochependant - Pengaruh seni moderen seperti formalisme, surealisme dan fungsionalisme - Penggayaan desain yang sederhana, ringan dan detail 258

65 Tabel IV.26. Persamaan dan perbedaan karakter perupaan perhiasan Desak Nyoman Suarti dan Runi Palar beserta penggayaan rupanya (lanjutan) Karakter Penggayaan rupa perupaan Desak Nyoman Suarti Runi Palar Feminin Garis-garis organis dari stilasi ragam hias Garis-garis organis dari stilasi ragam hias, namun lebih jarang dibanding Suarti Aplikasi filigree dan granulasi Aplikasi filigree dan granulasi Kontras antara warna lembut mutiara dengan batu berpotongan facet yang memiliki Warna mutiara yang lembut intensitas warna yang tinggi Pemilihan satu jenis batu yang memiliki intensitas warna yang tinggi Pemilihan satu jenis batu yang memiliki intensitas warna yang tinggi Bentuk dasar yang organis Bentuk dasar yang organis Pemilihan batu berwarna ungu tua dari kecubung Pemilihan batu berwarna ungu tua dari kecubung - Ukuran perhiasan cenderung kecil Lebih jarang menghadirkan komposisi ruang dibanding Runi Komposisi ruang yang menghadirkan kesan ringan, lembut dan feminin - Bentuk bervolume yang menonjolkan kesan feminin dari aplikasi repoussé dan chasing Tegas Bentuk dasar yang masif Bentuk dasar yang masif, namun diperlembut dengan gaya desain yang sederhana Aplikasi elemen dekoratif yang cenderung penuh - Penggunaan batuan mulia, semi mulia dan Penggabungan lebih dari satu jenis batu, mutiara dalam jumlah yang cukup besar, serta namun biasanya berukuran kecil dan tampil penggabungan lebih dari satu jenis batu sebagai aksen Kontras melalui aplikasi oksidasi Kontras melalui aplikasi oksidasi, namun lebih jarang dibanding Runi Bentuk dasar yang bersudut Bentuk dasar yang bersudut, namun lebih jarang dibanding Suarti Aplikasi rantai kalung tulang naga, tali air dan borobudur Aplikasi rantai Omega yang ramping, stabil, masif dan polos berkilau Aksen lapis emas - Aplikasi anyaman perak - Ukuran perhiasan yang cenderung besar - Dinamis Aplikasi filigree dan granulasi Aplikasi filigree dan granulasi Penggunaan bentuk dasar dan garis yang organis Penggunaan bentuk dasar dan garis yang organis Aplikasi sesuatu yang menjuntai dan bergerak dinamis pada kalung, bros dan anting Aplikasi sesuatu yang menjuntai dan bergerak dinamis pada kalung dan bros Sistem gandeng pada kalung Sistem gandeng pada kalung Sistem gandeng (dangle earring dan engsel) pada anting Sistem gandeng pada bros - Repetisi dengan aksen yang berirama Tabel di atas menunjukkan bahwa meskipun keduanya sama-sama menunjukkan karakteristik yang sedikit banyak sama, namun perbedaan intensitas dan kadar karakteristik diantaranya mengantarkan pada pencitraan yang berbeda. Suarti yang lebih menonjolkan unsur klasik secara eksplisit dengan lebih sedikit unsur moderen mengantarkannya pada pencitraan yang klasik dengan sentuhan moderen. Selain itu, besarnya karakteristik perupaan klasik pada perhiasan Suarti mengantarkannya pada pencitran perhiasan yang mewah, dinamis, tegas dan ekspresif. Pencitraan tegas, dinamis 259

66 dan ekspresif ini baik langsung maupun tidak langsung merupakan pengaruh dari karakter tari tradisional Bali pada perupaan perhiasannya. Gambar IV.69. Desain perhiasan Suarti yang representatif. Desain bros ini kerap tampil merepresentasikan logo C.V. Suarti. Bros ini merupakan stilasi dari padma (teratai) dengan 16 kelopak dengan dua variasi ukuran. Kelopak bunga pada bros dengan komposisi simetris kosentris ini mengarah ke seluruh penjuru mata angin. Berdasarkan penuturan pak Made, bros yang masih dalam tahap pengerjaan ini nantinya akan dihiasi dengan bebatuan mulia yang warnanya disesuaikan dengan pola Nawasanga. Sumber: Dokumentasi Penulis Di sisi lain, Runi Palar lebih cenderung yang mengelaborasikan prinsip seni budaya pramoderen Indonesia dengan prinsip seni moderen dan kontemporer mengantarkan pada pencitraan perhiasan yang kontemporer. Lebih lanjut, penekanannya pada fungsionalime yang mengutamakan kenyamanan ketika dikenakan (ergonomi) dan pemaksimalan fungsi (brooche-pendant) juga mengantarkannya pada pencitraan yang sederhana, detail, lembut, feminin dan elegan. Pencitraan ini merupakan refleksi dari elaborasi pelbagai pengalaman Runi Palar, mulai dari tarian tradisional Bali serta pengaruh seni moderen dan kontemporer baik dari lingkungan pendidikan formal-informal maupun dari Adriaan Palar sebagai seseorang yang paling dekat dengannya. 260

67 Gambar IV.70. Kalung perak yang merupakan abstraksi dari tulang rusuk manusia merupakan salah satu karya yang representatif. Kalung dengan penonjolan struktur dan komposisi ruang ini menggunakan bentuk asimetris dengan aplikasi komposisi bulir perak yang menghadirkan efek perupaan retak. Sumber: Katalaog RUNA House of Design 261

BAB IV ANALISA PERUPAAN PERHIASAN PERAK RANCANGAN DESAK NYOMAN SUARTI DAN RUNI PALAR

BAB IV ANALISA PERUPAAN PERHIASAN PERAK RANCANGAN DESAK NYOMAN SUARTI DAN RUNI PALAR BAB IV ANALISA PERUPAAN PERHIASAN PERAK RANCANGAN DESAK NYOMAN SUARTI DAN RUNI PALAR Desain perhiasan merupakan aplikasi khusus dari prinsip desain secara umum. Desain pelbagai macam produk, terlepas apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL 4.1 Tema Karya Tema dari karya tugas akhir ini adalah Geometrical Forest, sesuai dengan image board yang digunakan sebagai sumber inspirasi selain ragam

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP

LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP MEMBENTUK ALIS MATA Alis adalah bagian penting dari tata rias wajah. Bentuk alis yang tepat akan membuat mata lebih indah dan segar. Fungsi Eyebrow Liner : 1.Mempertegas alis dan

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

KAJIAN RUPA PERHIASAN PERAK KARYA DESAK NYOMAN SUARTI DAN RUNI PALAR SKRIPSI NUR AINI NIM :

KAJIAN RUPA PERHIASAN PERAK KARYA DESAK NYOMAN SUARTI DAN RUNI PALAR SKRIPSI NUR AINI NIM : KAJIAN RUPA PERHIASAN PERAK KARYA DESAK NYOMAN SUARTI DAN RUNI PALAR SKRIPSI Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung Oleh NUR AINI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar desain kemasan toko cemilan Abang None adalah dengan membuat packaging untuk produk makanan khas betawi cemilan Abang None yang terlanjur

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANG DALAM

PERANCANGAN RUANG DALAM UNIVERSITAS UDAYANA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN RUANG DALAM Ulasan Teori dan Konsep Perancangan Ruang Dalam Metode Studi Literatur Mahasiswa; ARFIEL ZAQTA SURYA 131925105 Teori dan konsep

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan Penelitian viii. Asti Kamala Ayu, 2012

DAFTAR ISI. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan Penelitian viii. Asti Kamala Ayu, 2012 DAFTAR ISI COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA MUTIARA... iii PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tren fashion yang berkembang tidak selalu baru dalam semua unsurnya, karena tren fashion dapat menggunakan atau menggabungkan dari unsur tren fashion sebelumnya. Sebab

Lebih terperinci

Architecture. Home Diary #007 / 2014

Architecture. Home Diary #007 / 2014 Architecture 58 The Art of Tropical Living Teks : Wdya Prawira Foto : Bambang Purwanto Desain rumah tropis yang menampilkan keindahan detil pada setiap sudutnya ini mampu menghadirkan sebuah rasa romantis

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan Perancangan desain produk furnitur rak buku dengan gaya pop art, furnitur yang dibuat ialah furnitur rak buku dengan menampilkan berbagai macam

Lebih terperinci

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap era dalam perkembangan mode, ada tren dan tema yang mendasari perubahannya, mulai dari warna hingga siluet dan potongan busana. Tren untuk tahun 2015 berdasarkan

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAGIAN V POLA HIASAN A. Pola serak atau pola tabur Gambar 5.1 Pola Serak B. Pola berangkai

BAGIAN V POLA HIASAN A. Pola serak atau pola tabur Gambar 5.1 Pola Serak B. Pola berangkai BAGIAN V POLA HIASAN Dari berbagai pola hias yang dapat kita jumpai dalam desain hiasan baik untuk busana maupun untuk lenan rumah tangga, terdapat beberapa di antaranya sudah merupakan bentuk bentuk baku.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penciptaan 1. Pengertian Seni Pengertian mengenai seni, salah satunya adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin itu disajikan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam keunikan dan ciri khas pada setiap daerahnya yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Keunikan tersebut tertuang dalam berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental. MERAH - Menebarkan keberanian dan energy. - Membuat suasana menjadi cerah, meriah dan penuh pesona. - Secara psikologis warna merah mempercepat aliran darah karena memicu detak jantung. - Menjadi daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenagwenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA A. Tahap Produksi Media Pada tahap produksi media promosi ini penulis melakukan beberapa tahapan mulai dari sebelum produksi hingga proses produksi media. Adapun ltahapan

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015 Architecture Modern Aesthetic in Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto 86 Kolaborasi gaya neoklasik dengan elemen yang mengusung aspek kekinian, menjadi kekuatan desain rumah ini.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA REFERENSI KARYA Gambar 4.1 Referensi website Analisa mengenai website Cheese Cake Factory, website dengan bentuk Potrait memanjang kebawah sehingga semua icon/ produk bisa terlihat semua

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia, salah satunya yaitu seni dekoratif

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1.1 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Proyek perencanaan dan perancangan untuk interior SCOOTER OWNERS GROUP INDONESIA Club di Bandung ini mengangkat tema umum

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Periklanan Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga, dan distribusinya tercermin dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. yang eksklusif, dan dapat menjadi alternatif baru bagi desain pakaian remaja.

BAB IV VISUALISASI. yang eksklusif, dan dapat menjadi alternatif baru bagi desain pakaian remaja. BAB IV VISUALISASI A. Uraian Deskriptif Visualisasi perancangan ini adalah terciptanya desain permukaan denim yang eksklusif, dan dapat menjadi alternatif baru bagi desain pakaian remaja. Desain permukaan

Lebih terperinci

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Saya rasa bentuk kerajinan tangan anak (prakarya) dari daun kelapa muda (janur) ini merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis meluncurkan desain yang mengangkat tema dari Virtualuxe 2013 dengan tema Astrochemistry dan sub tema Frozen Fluid dan Carbon Compound. Tema futuristic yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan pemenuh kebutuhan primer manusia akan sandang, terkhusus untuk tujuan utama busana sebagai pelindung tubuh terhadap cuaca. Selain kebutuhan untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK Karakteristik busana etnik setiap daerah berbeda-beda. Karakterstik tersebut ditinjau dari model busananya, jenis dan corak kain yang dipergunakan, warna busana dan perlengkapan

Lebih terperinci

Oyster Perpetual DATEJUST 31

Oyster Perpetual DATEJUST 31 Oyster Perpetual DATEJUST 31 Oyster, 31 mm, baja dan emas Everose DATEJUST 31 Oyster Perpetual Lady-Datejust berkonsentrasi pada seluruh sifat ikonis Rolex Datejust dalam cangkang 28 mm yang lebih kecil.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengutamakan keterampilan tangan. Seni kriya termasuk ke dalam seni rupa terapan,

BAB V KESIMPULAN. mengutamakan keterampilan tangan. Seni kriya termasuk ke dalam seni rupa terapan, BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Seni kriya merupakan seni kerajinan yang berwujud tiga dimensi dan sering disebut dengan kerajinan tangan, karena memang dalam proses pembuatannya lebih mengutamakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES BERKARYA

BAB IV PROSES BERKARYA BAB IV PROSES BERKARYA 4.1 Proses Berkarya Menurut Periode Perjalanan visual yang sekarang ditampilkan tidak serta merta hadir begitu saja. Proses berkarya dengan mengkhususkan menggarap benda langit perkotaan,

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etika Profesi 2.1.1 Definisi Etika Etika menurut Rini dan Intan (2015:3), berasal dari kata Yunani Ethos (Ta Etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang (http://niappa.wordpress.com). Namun menurut Suyatno, desain grafis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang (http://niappa.wordpress.com). Namun menurut Suyatno, desain grafis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Desain Grafis Pengertian desain adalah sebuah hasil akhir dari rangkaian proses kreatif seseorang (http://niappa.wordpress.com). Namun menurut Suyatno, desain grafis didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini.

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini. 82 B A B 5 H A S I L D A N P E M B A H A S A N D E S A I N 5.1 Desain Title Untuk desain Title, penulis menggunakan font Castellar yang dianggap mencerminkan keanggunan sang Dewi Bulan. Warna yang dipakai

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

Architecture. Home Diary #008 / 2015

Architecture. Home Diary #008 / 2015 Architecture 82 A View of White Teks : Widya Prawira Foto : Bambang Purwanto Sejurus mata memandang, palette putih mendominasi dalam kesederhanaan desain yang elegan, warm dan mewah. K lasik adalah abadi.

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Limbah spanduk MMT (Metromedia Technologi\ Riset kebutuhan dan peluang pemanfaatan limbah spanduk MMT Gagasan pemanfaatan limbah spanduk MMT untuk

Lebih terperinci

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS KOMBINASI UNSUR-UNSUR DESAIN 1.Jenis Kombinasi Unsur Desain Dalam memilih dan memadukan sejumlah unsur desain, seorang desainer hanya memiliki 4 (empat) kemungkinan atau paduan yang dapat dilakukannya.

Lebih terperinci

Oyster Perpetual DAY-DATE 40

Oyster Perpetual DAY-DATE 40 Oyster Perpetual DAY-DATE 40 Oyster, 40 mm, emas kuning dan berlian DAY-DATE 40 Sejak peluncurannya tahun 1956, Day-Date langsung dikenal sebagai jam tangan yang dipakai oleh orang-orang berpengaruh. Day-Date

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Konsep Dasar Penataan Display Penataan berasal dari kata bahasa Inggris display yang artinya mempertunjukkan, memamerkan, atau memperagakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Ide/Gagasan Perancangan 1. Ide/Gagasan Benyamin s Days merupakan acara sederhana yang didedikasikan untuk Alm. Benyamin Sueb sebagai wujud penghargaan kami terhadap Alm. Benyamin

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya, nusantara terdiri dari kerajaan-kerajaan besar yang jaya pada masanya. Kerajaan yang terdiri dari kerajaan Hindu, Buddha dan Islam dikenal dunia sebagai

Lebih terperinci

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu Netty Juliana Abstrak Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan kreasi baru ragam hias Gorga Desa Naualau namun tidak menghilangkan bentuk aslinya. Ornamen

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain title, penulis menggunakan dua jenis font. Font Simply Glamorous untuk kata Layangan dan font Casual untuk kata Pusaka. Font Simply Glamorous

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I. PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Ide Karya Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadi serba praktis dan semakin individual, yang membuat teko menjadi sangat jarang digunakan.

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN KERJA. (halaman belakang dan cover brosur)

BAB IV LAPORAN KERJA. (halaman belakang dan cover brosur) BAB IV LAPORAN KERJA 4.1 Brosur untuk PT. Bawen Mediatama Tugas saya yang pertama disini yaitu mendesain brosur untuk salah satu cabang PT. Kompas Gramedia Printing yang ada di Semarang yaitu PT. Bawen

Lebih terperinci

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana (2013-2014) Abstrak Kriya tekstil Indonesia sangat beranekaragam bentuknya seperti batik, bordir, jumputan, tritik, pelangi, pacth work, anyaman, tenun dan lain

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan

Lebih terperinci

Oyster Perpetual DATEJUST 31

Oyster Perpetual DATEJUST 31 Oyster Perpetual DATEJUST 31 Oyster, 31 mm, Oystersteel dan emas kuning DATEJUST 31 Rancangan elegan dan lensa Cyclops yang memperbesar tanggal telah membuat Oyster Perpetual Datejust, yang semula diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN Keragaman seni budaya bangsa Indonesia, diantaranya terlihat melalui produk kriya tradisional tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan karakter dan gaya seni masing-masing. Kehadiran

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan BAB IV TINJAUAN KARYA 4.1. Pembahasan Karya Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan pendekatan analisis. Pengkajian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.3 Desain Grafis Menurut Blanchard (1986) mendefinisikan desain grafis sebagai suatu seni komunikasi yang berhubungan dengan industri, seni dan proses dalam menghasilkan gambaran

Lebih terperinci

JAM TANGAN KLASIK OLEH ROLEX

JAM TANGAN KLASIK OLEH ROLEX JAM TANGAN KLASIK OLEH ROLEX Koleksi Cellini merayakan keanggunan abadi jam tangan tradisional dengan pilinan kontemporer. Koleksi ini menggabungkan keahlian terbaik Rolex dan standar tinggi kesempurnaannya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA. Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk. Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer.

BAB IV TINJAUAN KARYA. Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk. Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer. BAB IV TINJAUAN KARYA A. Tinjauan Umum Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer. Pada pengerjaan karya Tugas Akhir ini penulis mengalami beberapa

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang ingin dicapai Menyebutkan macam-macam

Lebih terperinci