Hubungan antara Penerimaan Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan antara Penerimaan Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia"

Transkripsi

1 Hubungan antara Penerimaan Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Arifa Nadira dan Miranda Diponegoro Zarfiel Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk mengukur penerimaan diri digunakan Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) yang dikembangkan oleh Chamberlain dan Haaga (2001), sementara itu untuk kecemasan menghadapi masa depan digunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Zalenksi (1996) yaitu Future Attitude Scale (FAS). Partisipan dalam penelitian ini adalah 101 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Teknik analisis data menggunakan pearson correlation untuk menjawab masalah penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan (r = -0,419). Kata kunci : penerimaan diri; kecemasan menghadapi masa depan ABSTRACT This research aim to find correlation between future anxiety and self-acceptance among Faculty of Psychology of Universitas Indonesia student. Unconditional Self-Acceptance Questionnaire developed by Chamberlain and Haaga (2001) was used to measure selfacceptance, while Future Attitude Scale developed by Zaleksi (1996) was used to measure future anxiety. Participants in this research were 101 students of Faculty of Psychology of Universitas Indonesia. Pearson correlation analysis technique was used to answer the research problem. The result showed that there was a negative significant correlation between selfacceptance and future anxiety (r = -0,419). Keyword : self-acceptance, future anxiety PENDAHULUAN Individu yang melanjutkan studi di pendidikan tinggi lebih dikenal dengan sebutan mahasiswa. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Bab I pasal 1 ayat 15 bahwasanya mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi individu yang memiliki kualitas lebih sebagai sumber daya manusia di masa depannya. Ketika menjalani masa pembelajaran di tingkat pendidikan tinggi, mahasiswa seharusnya mempelajari bagaimana

2 mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya agar menjadi bekal untuk terjun ke dunia masyarakat kelak ketika sudah lulus dari pendidikan tinggi. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Bab I pasal 5 bahwa pendidikan tinggi bertujuan sebagai berikut: berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa; dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa. Ceyhan dan Ceyhan (2010) mengatakan tingkat pendidikan tinggi tidak hanya mengarah pada pencapaian dalam perkembangan akademis mahasiswa tetapi juga perkembangan mahasiswa dalam segala aspek dalam jalannya menuju kedewasaan. Pada saat menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, individu menghadapi tugas perkembangan yang spesifik sebagai bentuk tanggung jawab atas dirinya sendiri, seperti membuat keputusan, memiliki sebuah pekerjaan, kesiapan untuk membangun keluarga, menetapkan dan mempertahankan hubungan yang dekat dengan orang lain, pertemanan dan sebagainya (Ceyhan, 2006). Berdasarkan pada beberapa penelitian terkait kehidupan mahasiswa, para peneliti mengungkapkan bahwa mahasiswa menghadapi berbagai macam situasi yang menyebabkan mereka mengalami stres (Ceyhan & Ceyhan, 2010). Karasar et al (dalam Ceyhan & Ceyhan, 2010) mengatakan bahwa alasan mengapa mahasiswa dapat mengalami situasi yang stressful dapat berhubungan dengan akomodasi, nutrisi, masalah keuangan, distres yang berhubungan dengan hubungan interpersonal dan kecemasan akan masa depan mereka. Dari beberapa alasan yang dapat menyebabkan mahasiswa berada dalam situasi stressful tersebut, ada alasan terkait kecemasan mereka terhadap masa depan yang akan mereka jalani kelak. Setiap individu memiliki rencana akan masa depannya kelak, termasuk dengan melanjutkan studi hingga ke pendidikan tinggi dengan harapan menjadi sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang dapat membantu memenuhi kebutuhannya di masa yang akan datang. Namun, melihat bahwa ketika lulus dari pendidikan tinggi tidak serta merta dapat langsung mendapatkan pekerjaan atau bekerja ditempat yang diinginkan dikarenakan beberapa hambatan yang sudah disebutkan sebelumnya, menimbulkan ketidakpastian tentang bagaimana kelak mereka setelah lulus menjadi sarjana. Ketidakpastian tersebut akan memicu timbulnya rasa cemas pada mahasiswa terhadap bagaimana masa depan yang akan dia jalani kelak.

3 Baumgartner, Pieters & Bagozzi (2008) mengatakan bahwa terkadang kebanyakan orang takut bahwa sebuah peristiwa yang tidak diinginkan terjadi di masa depan, atau berharap bahwa hal itu tidak terjadi dan mereka membayangkan perilaku yang dapat mereka tampilkan untuk menghindari bahaya yang akan datang dan memvisualisasikan kelegaan atau rasa senang ketika hasil buruk tidak terwujud. Rasa takut mengindikasikan ketidaksenangan tentang prospek dari sebuah peristiwa yang tidak diinginkan terjadi di masa depan (Lazarus, dalam Baumgartner et al, 2008). Selain itu, Zaleski (1996) mengungkapkan bahwa masa depan adalah sebuah tempat perencanaan, menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan merealisasikannya, namun seorang individu dapat tidak meyakini apakah tujuannya akan tercapai atau tidak sehingga menimbulkan kecemasan. Hurlock (1974) mengemukakan bahwa kecemasan dapat dipengaruhi oleh penerimaan diri. Kilici (1985, dalam Ceyhan & Ceyhan, 2010) mengatakan dengan mengenal dan menerima diri sendiri, baik kelebihan maupun kekurangan yang ada di dalam dirinya, seorang individu dapat mengembangkan dirinya. Mengenal diri merupakan salah cara membantu individu memperoleh self knowledge dan self insight yang sangat berguna bagi proses penyesuaian diri yang baik dan merupakan salah satu kriteria mental yang sehat (Handayani, Ratnawati & Helmi, 1998). Pengetahuan tentang diri ini akan mengarah pada self objectivity dan penerimaan diri. Penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya, yang ditunjukkan dengan mengakui kelebihan-kelebihan dan menerima kekurangan-kekurangan yang dimilikinya tanpa menyalahkan orang lain dan memiliki keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri (Handayani, Ratnawati dan Helmi, 1998). Menerima diri berarti telah menyadari dan menerima apa adanya dengan disertai keinginan dan kemampuan untuk selalu mengembangkan diri, sehingga dapat menjalani hidup dengan baik dan penuh tanggung jawab (Sheerer, 1949 dalam Machdan & Hartini, 2012). Kilicci (1985, dalam Ceyhan & Ceyhan, 2010) mengungkapkan bahwa penerimaan diri adalah sebuah self attitude sehat yang membantu individu mengevaluasi semua sisi efisien dan tidak efisien mereka dalam cara yang sesuai dengan kenyataan dan menerima ketidakmampuan dan keterbatasan mereka sebagai sebuah bagian dari kepribadian mereka. Para peneliti mengemukakan bahwa penerimaan diri memberikan kontribusi pada kepuasan hidup baik secara langsung maupun tidak langsung (Coy & Moneta, dalam Ceyhan & Ceyhan, 2010) dan merupakan sebuah komponen dalam kepribadian yang sehat (Pirot, dalam Ceyhan & Ceyhan, 2010). Hurlock (1992) menyatakan bahwa individu yang mampu

4 menerima diri sendiri berarti mampu menerima seperti apa adanya (real self), bukan seperti apa yang diinginkan (ideal self), serta memiliki harapan yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam penelitian tentang efek dari unconditional self-acceptance pada tingkat kesehatan psikologis, Flett et al (dalam Macinnes, 2006) menemukan bahwa tingkat unconditional selfacceptance yang rendah memiliki asosiasi dengan tingkat depresi yang tinggi, sementara Chamberlain dan Haaga (2001) menyimpulkan bahwa tingkat unconditional self-acceptance yang rendah memiliki asosiasi dengan depresi dan kecemasan. Dari beberapa penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara penerimaan diri dan kecemasan, sehingga dapat diasumsikan bahwa individu yang lebih menerima dirinya akan lebih memiliki harapan yang sesuai dengan kemampuannya, termasuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga tidak cemas dengan masa depan yang akan ia jalani kelak. Namun, pada penelitian yang sudah dilakukan Wahyudi & Uyun (2007) pada remaja panti asuhan diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dan kecemasan terhadap masa depan pada remaja panti asuhan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melihat hubungan penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan pada karakteristik partisipan penelitian yang berbeda, yaitu pada mahasiswa. Partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. American Psychological Association mendefinisikan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pikiran dan perilaku. Psikologi merupakan disiplin ilmu yang mencangkup semua aspek tentang pengalaman manusia, dari fungsi otak hingga tindakan perilaku, dari perkembangan anak hingga lanjut usia ( Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran penerimaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang mempelajari tentang perilaku manusia dan hubungannya dengan kecemasan menghadapi masa depan yang mereka alami. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TINJAUAN TEORITIS Penerimaan diri Ellis dan Abrams (dalam Godin, 2010) mendefinisikan penerimaan diri sebagai atribut dari individu yang menerima kelebihan dan aspek-aspek yang tidak diinginkan dari individu

5 tanpa rating diri. Ellis (dalam Chamberlain & Haaga, 2001) juga menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah individu yang secara penuh dan unconditionally menerima dirinya sendiri meskipun ia berperilaku secara cerdas, benar dan kompeten atau tidak dan apakan orang lain menerima, menghormati dan mencintai dirinya atau tidak. Aspek-aspek Penerimaan Diri Berdasarkan penelitian Ellis dan para Teoritikus Rational-Emotive Behavior Therapy lain pada masalah penerimaan diri, Chamberlain (1999) mengumpulkan sepuluh karakteristik utama dari penerimaan diri, yaitu: 1. Percaya bahwa dirinya berharga sebagai seorang manusia. 2. Percaya bahwa tidak ada individu yang lebih berharga daripada yang lain. 3. Cenderung untuk menetapkan tujuan berdasarkan sebuah pencarian kepuasan intrinsik. 4. Menghindari kecenderungan untuk menilai diri sendiri. 5. Secara obyektif sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, tetapi tanpa penilaian keseluruhan pada dasar kekuatan dan kelemahan tersebut. 6. Kecenderung untuk menanggapi kegagalan dan umpan balik negatif dengan beberapa ketidakpuasan pada penghalang tujuan, tetapi tidak diindikasikan sebagai rendahnya nilai diri. 7. Kecenderung untuk menanggapi kegagalan dan umpan balik negatif sebagai informasi untuk memperbaiki perilaku. 8. Kecenderung menanggapi kesuksesan dan umpan balik positif sebagai informasi untuk meningkatkan kekuatan yang sudah dimiliki, namun tanpa merasa menjadi individu yang lebih baik karena keberhasilan tersebut. 9. Rasa nilai diri bebas dari penerimaan orang lain. 10. Menghindari kecenderungan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Faktor-faktor yang berperan dalam Penerimaan Diri Hurlock (1992) mengemukakan bahwa ada faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri pada seorang individu, yaitu sebagai berikut: a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri Seorang individu yang dapat mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan yang ia miliki akan lebih memahami dirinya sendiri baik kelebihan maupun kekurang yang ia miliki. Pemahaman diri pada seorang individu sejalan dengan penerimaan diri individu tersebut, artinya semakin seorang individu memahami dirinya, maka semakin dapat ia meneriman dirinya. b. Adanya harapan yang realistik

6 Seorang individu akan menentukan sendiri harapan yang ia miliki yang disesuaikan dengan pemahamannya akan kemampuan yang ia miliki dan tidak diarahkan oleh orang lain. c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan Meskipun seorang individu sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi bila lingkungan disekitarnya menghalangi maka individu akan sulit mencapai harapannya tersebut. d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan Sikap-sikap orang lain yang menyenang dengan tidak adanya prasangka dan adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain serta kesediaan individu mengikuti kebiasaan lingkungan. e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat. Gangguan emosional yang berat dapat membuat individu tidak mampu berfungsi dengan baik dan akan selalu merasa tidak bahagia serta tidak puas terhadap dirinya. f. Pengaruh keberhasilan yang dialami Keberhasilan yang dicapai oleh seorang individu dapat menimbulkan penerimaan diri pada individu karena dapat dilihat sebagai umpan balik untuk meningkatkan kemampuan yang sudah dimiliki g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik. Individu yang mengidentifikasikan dirinya dengan individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik dapat membangun sikap-sikap positif terhadap diri sendiri. h. Adanya perspektif diri yang luas Seorang individu yang melihat dirinya secara keseluruhan, bukan melihat pada satu sisi yang ia miliki, sisi kelebihan atau sisi kekurangan yang ada pada dirinya. i. Pola asuh di masa kecil yang baik Anak yang diasuh secara demokrati akan cenderung berkembang sebagai orang yang dapat menghargai dirinya sendiri. j. Konsep diri yang stabil Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil akan sulit menunjukkan pada orang lain siapa dia sebenarnya, sebab ia sendiri bingung terhadap dirinya. Kecemasan Menurut Lazarus (1976) kecemasan memiliki dua pengertian, yaitu: 1. Merupakan suatu bentuk respon unpleasant affective state atau suatu keadaan perasaan yang tidak menyenangkan. Hal tersebut ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah,

7 bingung dan tertekan sehingga sulit dimengerti dengan jelas. Bentuk kecemasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: a. State Anxiety yang merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap pada diri individu yang dihadapkan pada situasi tertentu, gejala ini hanya ada selama individu berada disituasi tersebut. b. Trait Anxiety yang merupakan kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku, tetapi dapat dilihat dalam frekuensi dan intensitas keadaan kecemasan individu sepanjang waktu yang sifatnya menetap dan merupakan bawaan 2. Kecemasan sebagai situasi yang dapat mendorong individu agar dapat mengatasi masalah. Nevid, Rathus & Greene (2006) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri seperti muncul secara fisiologis, ada perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Nevid, Rathus & Greene (2006) menjelaskan bahwa kecemasan dapat ditandai oleh ciri-ciri di tiga kategori, yaitu: a. Ciri-ciri fisik, meliputi berkeringat, panas dingin dan lemas atau mati rasa, sakit kepala atau pusing, kesulitan bernapas, jantung berdebar-debar, mual, dare dan sering buang air kecil, merasa sensitif, mudah marah serta gelisah dan gugup b. Ciri-ciri tingkah laku, meliputi perilaku menghindar dan perilaku tergantung. c. Ciri-ciri kognitif, meliputi kekhawatiran akan sesuatu, sulit berkonsentrasi dan adanya pikiran yang mengganggu. Menurut Haber dan Runyon (1984) jika seorang individu mengalami perasaan gelisah, gugup atau tegang ketika menghadapi situasi yang tidak pasti, berarti individu tersebut mengalami kecemasan, yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan atau suatu pertanda hal buruk akan terjadi. Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya kecemasan Wolman dan Stricker (1994) mengemukakan ada beberapa faktor pencetus timbulnya kecemasan, antara lain: 1. Masalah fisik dan zat-zat beracun Masalah fisik dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan atau depresi yang dapat mempengaruhi ambang toleransi individu dalam menangani penyebab stres sehari-hari. 2. Stressor eksternal yang berat Kemunculan stressor yang berat seperti kepergian orang-orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan dapat memunculkan reaksi kecemasan 3. Stressor eksternal yang berkepanjangan dan kronis

8 Stressor dapat saja berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama sehingga melemahkan usaha coping seseorang 4. Kepekaan Emosi Stressor dapat menyerang individu pada tingkat kepekaan emosi tertentu. Hal ini salah satu hal yang menimbulkan kecemasan pada seseorang namun belum tentu terjadi pada orang lain Kecemasan menghadapi Masa Depan Nevid, Rathus & Greene (2006) mengatakan bahwa kecemasan berhubungan dengan masa depan, karena kecemasan merupakan kondisi emosi kekhawatiran dan ketakutan individu terhadapi situasi yang akan datang. Menurut Darajat (1976) hal yang ditakutkan atau dikhawatirkan bagi remaja untuk menghadapi masa depan adalah sempitnya lapangan pekerjaan dan persaingan yang ketat dalam bidang pekerjaan serta mengenai pembentukan rumah tangga di masa depan. Kecemasan masa depan mengandung sebuah keadaan ketakutan, ketidakpastian, kekhawatiran dan kegeliasahan akan perubahan yang tidak diinginkan di masa depan pada diri seseorang (Zaleski, 1996). Zaleski (1996) mengasumsikan apabila kecemasan menghadapi masa depan sudah ditimbul pada diri individu yang dapat memengaruhi kognisi, sikap dan perilakunya, hal tersebut mengarah pada dua tindakan, yaitu (1) secara langsung mengurangi kecemasan tersebut karena merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dan (2) mengintervensi kondisi lingkungan dan mengubahnya untuk sesuai dengan masa depan yang diinginkan daripada mengantisipasinya. Zaleski (1996) mengemukakan pada tingkat kognitif, kecemasan menghadapi masa depan dapat mengarah pada (1) penurunan harapan individu terhadap hasil positif dari tindakannya, sehingga mengurangi kemungkinan keberhasilan (2) perhatian penuh pada kondisi dan situasi saat ini, sehingga membatasi hal-hal yang bersifat sementara. Pada tingkat perilaku, kecemasan menghadapi masa depan dapat mengarah pada (1) penantian pasif terhadap apa yang dapat terjadi, (2) menarik diri dari kegiatan yang beresiko, terbuka dan konstruktif, (3) selalu melakukan hal-hal secara rutin dan menggunakan metode yang sama dalam menghadapi situasi yang terjadi di dalam kehidupan, (4) melakukan aktivitas pencegahan untuk menjaga status quo daripada mengambil resiko untuk meningkatkan kesempatan yang ada, (5) menggunakan regressive-type defense mechanisms yang berbeda, seperti accusation, rationalization, atau repression agar dapat mengurangi perasaan negatif dan (6) menggunakan hubungan sosial untuk membantu menjamin masa depannya.

9 METODE PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini adalah penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan. Berdasarkan tipe informasi yang diperoleh, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena informasi dikumpulkan melalui variabel-variabel yang kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan instrumen penelitian yang berupa kuesioner. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk menemukan adanya hubungan/asosiasi/interdependensi antara dua atau lebih aspek dari situasi (Kumar, 2005). Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indoensia. Jumlah partisipan adalah 101 orang, dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang berstatus sebagai mahasiswa aktif. 2. Mahasiswa yang memiliki status kewarganegaraan sebagai Warga Negara Indonesia dan mampu berbahasa Indonesia. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang terdiri dari Unconditional Self-Acceptance Questionnaire dan Future Attitude Scale. Alat ukur Unconditional Self-Acceptance Quetionnaire dikembangkan oleh Chamberlain dan Haaga (2001) yang terdiri dari 20 item dengan tujuh kemungkinan jawaban dari skala (1) sangat tidak sesuai hingga skala (7) sangat sesuai. Alat ukur ini terdiri dari item favorable dan unfavorable. Skor yang akan diberikan pada item-item favorable sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh partisipan, sedangkan untuk item-item unfavorable skor yang diberikan dilakukan secara terbalik (reverse). Sementara alat ukur Future Attitude Scale yang dikembangkan oleh Zaleski (1996), sebelum diadaptasi alat ukur ini terdiri dari 29 item dengan tujuh kemungkinan jawaban dari skala (0) sangat tidak sesuai hingga skala (6) sangat sesuai. Peneliti mengadaptasi alat ukur ini dengan memilih 19 item yang ingin digunakan untuk mengukur variabel kecemasan menghadapi masa depan yang sesuai dengan latar belakang penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti membuat norma untuk kategorisasi hasil skor penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan berdasarkan standar deviasi dari populasi. Kategori dikelompokkan sebagai berikut: Kategori Dibawah rata-rata = 1 standar deviasi dibawah mean Kategori Rata-rata = 1 standar deviasi dibawah mean hingga 1 standar deviasi diatas mean Kategori Diatas Rata-rata = 1 standar deviasi diatas mean

10 Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik uji korelasi Pearson untuk melihat adanya hubungan diantara kedua variabel, dengan alat bantu yang digunakan untuk analisis adalah program komputer SPSS versi 18. HASIL PENELITIAN Perhitungan korelasi antara variabel penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan dihitung dengan metode korelasi statistik, yaitu Pearson Correlation. Berikut ini adalah hasil perhitungan korelasi antar dua variabel tersebut. Tabel total skor Penerimaan Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan Skor Pearson Correlation -,419** Sig. (2-tailed),000 N 101 **Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui setelah perhitungan dilakukan didapatkan nilai p < 0,01. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan sebesar Nilai minus menunjukkan bahwa arah hubungan tersebut negatif, yang artinya semakin tinggi penerimaan diri seseorang, maka akan semakin rendah kecemasan menghadapi masa depan yang dialaminya, begitu pula sebaliknya. Tabel Distribusi Skor Penerimaan Diri Kelompok Skor Rentang Skor Jumlah Partisipan Persentase Di bawah rata-rata < 36, ,8% Rata-rata 36,515 53, ,3% Di atas rata-rata > 53, ,8% Total % Berdasarkan norma yang sudah dibuat oleh peneliti untuk kategori kelompok skor, jumlah partisipan yang berada di rentang skor < 36,515 dikategorikan sebagai individu yang memiliki skor penerimaan diri di bawah rata-rata dan jumlah partisipan yang berada di

11 rentang skor > 53,145 dikategorikan sebagai individu yang memiliki skor penerimaan diri di atas rata-rata. Sebesar 67,3% partisipan dikategorikan memiliki skor penerimaan diri rata, sedangkan partisipan yang dikategorikan individu dengan skor penerimaan diri di bawah ratarata sebesar 16,8% dan yang dikategorikan memiliki skor penerimaan diri di atas rata-rata sebesar 15,8%. Tabel Distribusi Skor Kecemasan Menghadapi Masa Depan Kelompok Skor Rentang Skor Jumlah Partisipan Persentase Dibawah rata-rata < 30, ,8% Rata-rata 30,935 63, ,3% Diatas rata-rata > 63, ,8% Total % Berdasarkan norma yang telah dibuat peneliti untuk kategori kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut: jumlah partisipan yang berada pada rentang skor < 30,935 dikategorikan sebagai individu yang memiliki skor kecemasan menghadapi masa depan yang rendah dari rata-rata partisipan dan jumlah partisipan yang berada di rentang skor > 63,085 dikategorikan sebagai individu yang memiliki skor kecemasan menghadapi masa depan yang tinggi dari rata-rata partisipan. Partisipan yang memiliki skor kecemasan menghadapi masa depan yang tinggi dan rendah dari rata-rata partisipan masing-masing sebesar 16,8%, sedangkan partisipan dengan kategori skor rata-rata sebesar 66,3%. PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan menghadapi masa depan dan penerimaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi penerimaan diri seseorang diikuti dengan semakin rendahnya kecemasan yang ia miliki, sebaliknya semakin rendah penerimaan diri seseorang tersebut diikuti dengan semakin tinggi kecemasan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chamberlain dan Haaga (2001) diketahui bahwa penerimaan diri yang rendah memiliki asosiasi dengan depresi dan kecemasan. Ceyhan dan Ceyhan (2010) mengemukakan beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa mahasiswa menghadapi berbagai situasi yang menyebabkan mereka mengalami stres. Alasan mengapa mahasiswa dapat mengalami situasi yang stressful dapat

12 berhubungan dengan akomodasi, nutrisi, masalah keuangan, distres yang berhubungan dengan hubungan interpersonal dan kecemasan akan masa depan mereka (Karasar et al, dalam Ceyhan & Ceyhan, 2010). Berdasarkan beberapa alasan tersebut, terdapat alasan yang terkait dengan kecemasan menghadapi masa depan yang akan mereka jalani kelak. Zaleski (1996) mengungkapkan bahwa masa depan adalah sebuah tempat perencanaan, menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan merealisasikannya, namun seorang individu tidak dapat meyakini apakah tujuannya akan tercapai atau tidak sehingga menimbulkan kecemasan. Wolman dan Stricker (1994) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan, sebagian faktor-faktor tersebut merupakan stressor eksternal. Salah satu stressor eksternal yang berat seperti kehilangan orang-orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan yang dapat memunculkan reaksi cemas. Hurlock (1974) mengemukakan bahwa kecemasan dapat dipengaruhi oleh penerimaan diri. Kilici (dalam Ceyhan & Ceyhan, 2010) mengungkapkan bahwa penerimaan diri adalah sebuah self attitude sehat yang membantu individu mengevaluasi semua sisi efisien dan tidak efisien mereka dalam cara yang tepat sesuai dengan kenyataan dan menerima ketidakmampuan mereka dan keterbatasan mereka sebagai sebuah bagian dari kepribadian mereka. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa penerimaan diri merupakan variabel penengah antara kecemasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan tersebut. Peneliti berasumsi jika seorang individu mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ia miliki di dalam dirinya, individu tersebut lebih tahu tindakan apa yang akan ia lakukan pada situasi-situasi tertentu, seperti situasi yang menimbulkan kecemasan. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ia miliki dapat membuatnya lebih menerima keadaan atau situasi yang ia alami, sehingga individu tersebut tidak merasakan kecemasan karena ia tahu apa yang harus ia lakukan dalam menghadapi situasi yang menimbulkan kecemasan. Hurlock (1992) mengatakan bahwa individu yang mampu menerima diri sendiri berarti mampu menerima seperti apa adanya dirinya, bukan seperti apa yang diinginkan, serta memiliki harapan yang sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa individu yang lebih menerima dirinya akan lebih memiliki harapan yang sesuai dengan kemampuannya termasuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga tidak cemas dengan masa depan yang akan ia jalani kelak. Selain itu hasil dari penelitian ini adalah skor penerimaan diri partisipan berada pada kategori rata-rata, hal ini mengindikasikan bahwa penerimaan diri mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia berada dalam kategori rata-rata, tidak terlalu rendah dan tidak

13 terlalu tinggi. Peneliti mengasumsikan bahwa penerimaan diri partisipan cukup baik. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang berperan pada penerimaan diri individu yang dikemukakan oleh Hurlock (1992). Salah satu faktornya adalah adanya pemahaman tentang diri sendiri, mengacu pada faktor ini peneliti berasumsi bahwa ada kemungkinan karena partisipan adalah mahasiswa Fakultas Psikologi yang mempelajari tentang perilaku manusia. Hal ini berarti mereka mempelajari diri mereka sendiri dan orang lain, termasuk dalam belajar mengenal dirinya sendiri, sehingga mereka dapat merefleksikan diri mereka sendiri. Sementara hasil dari penelitian mengenai gambaran umum skor total kecemasan menghadapi masa depan pada partisipan, sebesar 66,3% partisipan memiliki skor kecemasan menghadapi masa depan dalam kelompok rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan memiliki kecemasan menghadapi masa depan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Artinya, mahasiswa fakultas Psikologi UI yang menjadi partisipan memiliki tingkat kecemasan menghadapi masa depan yang sedang. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Uyun (2007) pada remaja panti asuhan, dengan hasil penelitian tidak ada hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi masa depan. Peneliti mengasumsikan bahwa perbedaan konteks seperti sampel dan karakteristik partisipan yang menyebabkan adanya perbedaan pada hasil penelitian tersebut dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Ada kemungkinan perbedaan masa perkembangan pada partisipan penelitian, dimana pemikiran akan masa depan masih jauh dari pemahaman partisipan remaja daripada pemikiran akan masa depan pada remaja akhir atau dewasa muda yang berada pada tingkat pendidikan tinggi. Kemungkinan lain adalah perbedaan konteks lingkungan hidup partisipan penelitian tersebut, dimana partisipan lingkungan panti asuhan mungkin memiliki perasaan senasib dengan teman-teman di lingkungan tersebut sehingga merasa nyaman dan juga karena ada dukungan dari yayasan dilingkungan panti asuhan. Sehingga partisipan lebih menerima keadaannya. Berbeda dengan partisipan penelitian ini yang merupakan mahasiswa di lingkungan yang perasaan senasib dan dukungan yang tidak sekuat di panti asuhan, sehingga lebih dapat dipahami bahwa penerimaan diri pada partisipan penelitian ini dalam kategori rata-rata atau sedang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan menghadapi

14 masa depan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Univeristas Indonesia. Hal ini berarti, semakin tinggi penerimaan diri seseorang, maka semakin rendah kecemasan menghadapi masa depan yang dialaminya. SARAN Terkait dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti memberikan beberapa saran atas kekurangan-kekurangan peneliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Item-item pada alat ukur Unconditional Self-Acceptance Questionnaire yang digunakan memiliki 10 facet yang masing-masingnya berisi 2 item. Namun melalui hasil uji reabilitas dan validitas pada penelitian ini, peneliti mengeliminasi item-item yang memilik nilai r < 0,2. Dari item-item yang dieliminasi terdapat dua item yang mengukur facet pertama, sehingga peneliti berasumsi bahwa pengukuran setiap facet menjadi kurang merata dalam alat ukur ini. Saran peneliti adalah sebaiknya pada penelitian selanjutnya digunakan juga alat ukur penerimaan diri yang lain untuk populasi yang sama dalam penelitian ini. 2. Populasi yang digunakan pada penelitian ini kurang luas yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi UI, sehingga untuk penelitian selanjutnya sebaiknya populasi diperluas, misalnya mahasiswa Universitas Indonesia dengan sampel dari berbagai fakultas agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.

15 DAFTAR PUSTAKA American Psychological Association (APA). Baumgartner, H., Pieters, R., & Bagozzi, R. P. (2008). Future-oriented emotions: conseptualization and behavioral effects. European Journal of Social Psychology 38, Ceyhan, A. A. (2006). An investigation of adjustment levels of Turkish university students with respect to perceived communication skill levels. Social Behavior and Personality, 34(4), Ceyhan, A. A & Ceyhan, E. (2010). Investigation of university students self-acceptance and learned resourcefulness: a longitudinal study. Springer Science Bussiness Media B.V, 22 Juli. Chamberlain, J. M. (1999). An empirical test of rational-emotive behavior therapy s unconditional self-acceptance theory. Washington, D. C: Faculty of the College of Arts and Sciences of America University. Chamberlain, J. M. & Haaga, D. A. F. (2001). Unconditional self-acceptance and psychological health. Journal of Rational-emotive & Cognitive-Behavior Therapy, Vol 19, No. 3 Darajat, Z. (1976). Perawatan jiwa untuk anak-anak. Jakarta : Penerbit Bulan Bintang. Godin, J. (2010). The effect of the enneagram on psychological well-being and unconditional self-acceptance of young adults. Iowa State University. Haber, A. & Runyon, R. P. (1984). Pscychology of adjustment. Homewood, Illinois: The Dorsey Press. Handayani, M. M., Ratnawati, S., & Helmi, A. F. (1998). Efektifitas pelatihan pengenalan diri terhadap peningkatan penerimaan dan harga diri. Jurnal Psikologi, No. 2, Hurlock, E. B. (1974). Child development. USA: McGraw-Hill Inc. Hurlock, E. B. (1992). Personality development (5th Ed). New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd. Kumar, R. (2005). Research methodology: a step-by-step guide for beginners. London: Sage Lazarus, R. (1976). Pattern of adjustment and human effectiveness. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha

16 Machdan, D, M. & Hartini, N. (2012). Hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan menghadapi dunia kerja pada Tunadaksa di UPT rehabilitas sosial cacat tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1, No. 2, Juni. Macinnes, D. L. (2006). Self-esteem and self-acceptance: an examination into their relationship and their effect on psychological health. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 13, Nevid, J. S., Rathus, S. A. & Greene, B. (2006). Abnormal psychology in a changing world. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Wahyudi, A. & Uyun, Q. (2007). Penerimaan diri dengan kecemasan terhadap masa depan pada remaja panti asuhan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Univeristas Islam Indonesia. Wolman, B. B. & Stricker, G. (1994). Anxiety and related disorders. New York : John Wiley & Sons, Inc. Zaleski, Z. (1996). Future anxiety: concept, measurement adn preliminary research. Person. Individu. Different Vol. 21, No.2,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting oleh setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu akan memperoleh ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru, memiliki harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik serta dapat mengatasi hambatan yang ada. Kemampuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Hantoro Adhi Mulya, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tim yang berkembang dalam masyarakat saat ini salah satunya adalah bolabasket. Olahraga bolabasket sudah mengalami banyak perubahan dari pertama lahirnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan bagian metode penelitian yang terdiri atas desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Alkitab, 2007). Setiap manusia memiliki keunikannya

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek

Lebih terperinci

Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction. May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841)

Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction. May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841) Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841) Tujuan mini riset online ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dan self-control

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan pada

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan pada 18 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIKAP MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DALAM BIDANG OTOMOTIF

KARAKTERISTIK SIKAP MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DALAM BIDANG OTOMOTIF 9 KARAKTERISTIK SIKAP MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DALAM BIDANG OTOMOTIF Agil N. Maulida 1, Inu H. Kusumah 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN Munfi atur Rofi ah (09410176) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh : NOVI ARIYANI MUH. BACHTIAR PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi 1. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan penjabaran dari data yang diteliti dan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan program SPSS 16, didapatkan hasil bahwa data neuroticism memiliki nilai z = 0,605 dengan signifikansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor keberhasilan suatu bangsa adalah pendidikan karena pendidikan dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia yang ada. Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptive dengan pendekatan kuantitatif karena dari beberapa metode penelitian yang ada, peneliti merasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari pernah mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan hal yang alamiah yang pernah dialami oleh setiap manusia dan sudah dianggap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

KECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR

KECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR KECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR Dewi Yunita Sari, Tri Puji Astuti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro deyusa@ymail.com; pujiasjur@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Efi Oktawidiyanti Santosa, Imam Setyawan*

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NU TUBAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NU TUBAN HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NU TUBAN Fa izatul Maziyah 11410016 Abstrak Dukungan sosial adalah informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika 76 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian JAFEB-UB merupakan salah satu jurusan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).

Lebih terperinci

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala 1,

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala 1, ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 221 Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala

Lebih terperinci

PERAN MINAT DALAM BIDANG KERJA SOCIAL SERVICE

PERAN MINAT DALAM BIDANG KERJA SOCIAL SERVICE PERAN MINAT DALAM BIDANG KERJA SOCIAL SERVICE Sulis Mariyanti Dosen Fakultas Psikologi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta sulismaryanti@yahoo.com ABSTRAK Seorang pekerja seperti guru/dosen yang dapat

Lebih terperinci

RISET TAHUN Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia.

RISET TAHUN Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia. RISET TAHUN 2010 Judul Penelitian Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia Topik Penelitian Perilaku Ekonomi Hubungan antara kebutuhan menurut

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Yogyakarta, 11 Februari 2017 Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Diskusi Jika kita mengalami situasi sulit

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasakan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI ABSTRAK Pengerjaan skripsi adalah hal yang harus dilalui mahasiswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern saat ini semua individu pasti mengalami fase mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia dan hal itu sudah sewajarnya terjadi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). Seseorang mengalami kecemasan ketika mereka menjadi waspada terhadap keberadaan atau adanya

Lebih terperinci

Pengantar Psikologi Abnormal

Pengantar Psikologi Abnormal Pengantar Psikologi Abnormal NORMAL (SEHAT) sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum ABNORMAL (TIDAK SEHAT) tidak sesuai dengan kategori umum. PATOLOGIS (SAKIT) sudut pandang medis; melihat keadaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan yang dimilikinya melalui Perguruan Tinggi. Perguruan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA Prety Lestarianita 1 M. Fakhrurrozi 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII... Jakarta Barat HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. ABSTRAK

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.  ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PELATIH DAN ATLET DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA SEMARANG Okta Setiani, Hastaning Sakti Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN Alvindi Ayu Agasni 1, Endang Sri Indrawati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN Oleh : Yulianita Andromeda Hj. Ratna Syifa a Rachmahana FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang analisisnya dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENERIMAAN DIRI DAN MANFAAT PENDIDIKAN PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI JENJANG SARJANA

GAMBARAN PENERIMAAN DIRI DAN MANFAAT PENDIDIKAN PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI JENJANG SARJANA GAMBARAN PENERIMAAN DIRI DAN MANFAAT PENDIDIKAN PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI JENJANG SARJANA Dewi Fransiska Simanjuntak, Julia Suleeman Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, 16424, Depok, Indonesia

Lebih terperinci