POTENSI KERJA EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI KERJA EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH"

Transkripsi

1 POTENSI KERJA EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa belimbi) SEBAGAI DIURETIK ALAMI MELALUI PENDEKATAN AKTIVITAS DIURETIK, ph, KADAR NATRIUM, DAN KALIUM PONIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTUTUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ABSTRAK PONIMAN Potensi Kerja Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Diuretik Alami Melalui Pendekatan Aktivitas Diuretik, ph, Kadar Natrium, dan Kalium. Dibimbing oleh ABADI SUTISNA dan ANDRIYANTO. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat obat. Salah satu khasiat buah belimbing wuluh adalah diuretik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak etanol buah belimbing wuluh pada tikus putih jantan galur Sprarague-Dawley. Sebanyak 15 ekor tikus dengan bobot badan antara g dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok berjumlah 3 ekor. Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok akuades, kelompok ekstrak etanol belimbing wuluh dengan dosis 0,44; 0,88; dan 1,75 g/kg bb, dan kelompok furosemid dengan dosis 21 mg/kg bb. Seluruh perlakuan diberikan secara peroral. Parameter yang diamati ialah volume urin, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol buah belimbing wuluh pada dosis 0,44 dan 0,88 g/kg bb berpotensi sebagai diuretik alami dengan meningkatkan aktivitas diuretik dan kadar natrium-kalium di dalam urin serta menurunkan nilai ph urin. Kata kunci : Ekstrak etanol buah belimbing wuluh, aktivitas diuretik, ph, natrium, kalium.

3 ABSTRACT PONIMAN. Potential of Averrhoa bilimbi fruits ethanolic extract as natural diuretic by diuretic activity, ph, content sodium, and potassium study. Under direction of ABADI SUTISNA and ANDRIYANTO. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) is one of medicinal herbs, which is often be used as diuretic. This research was conducted to examine the diuretic effect, ph, sodium, and potassium dynamics of belimbing wuluh fruits ethanolic extract in male Sparague-Dawley rat. Fifteen rats were divided into five groups e.i. aquadest (control negative), ethanolic extract belimbing wuluh at dose as 0.44 g/kg bw (treatment I), ethanolic extract belimbing wuluh at dose as 0.88 g/kg bw (treatment II), ethanolic extract belimbing wuluh at dose as 1.75 g/kg bw (treatment III), and furosemide at dose as 21 mg/kg bw (control positif). The treatments were administrated by orally. Volume of urine excretion, diuretic activity, ph, and content of sodium and potassium were measured in each groups. The result show that ethanolic extract of belimbing wuluh at dose as 0.44 and 0,88 g/kg bw has the potential of natural diuretics. All treatments, sodium and potassium excretion was increased and on the other hand, the urine in all treatments were decresed ph. The research concluded that the ethanolic extract of belimbing wuluh at dose as 0.44 and 0.88 g/kg bw was increased diuretic activity with enhanced of sodium and potassium concentrate on urine. Keywords : Ethanolic extract of belimbing wuluh, diuretic activity, ph, sodium, potassium.

4 POTENSI KERJA EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa belimbi) SEBAGAI DIURETIK ALAMI MELALUI PENDEKATAN AKTIVITAS DIURETIK, ph, KADAR NATRIUM, DAN KALIUM PONIMAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Potensi Kerja Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Diuretik Alami Melalui Pendekatan Aktivitas Diuretik, ph, Kadar Natrium, dan Kalium adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Poniman NRP. B

6 Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang - Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Nama Mahasiswa NRP Program Studi : Potensi Kerja Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Diuretik Alami Melalui Pendekatan Aktivitas Diuretik, ph, Kadar Natrium, dan Kalium. : Poniman : B : Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Disetujui, Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 Drh. Abadi Sutisna, M.Si NIP Drh. Andriyanto, M.Si NIP Diketahui, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Dr. Nastiti Kusumorini NIP Tanggal Pengesahan :

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan selama satu bulan mulai pada bulan April sampai dengan Juni 2011 di Bagian Farmakologi dan Toksikologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Potensi Kerja Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Diuretik Alami Melalui Pendekatan Aktivitas Diuretik, ph, Kadar Natrium, dan Kalium. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas petunjuk, saran, dan arahan yang telah diberikan oleh semua pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada drh. Abadi Sutisna, M. Si selaku dosen pembimbing pertama dan drh. Andriyanto, M. Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda dan ibunda yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis. Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada temanteman GIANUZZI 44 yang telah memberikan dukungan dan semangatnya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan. Akhirnya, semoga skripsi ini memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Bogor, Oktober 2011 Poniman

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN Latar Belakang... Tujuan... Manfaat Penelitian... TINJAUAN PUSTAKA Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin... Diuretik... Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)... Hewan Coba... METODOLOGI Waktu dan Tempat... Alat dan Bahan... Tahap Persiapan... Tahap Perlakuan... Parameter yang Diamati.. Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Urin... Persentase Ekskresi Urin... Kerja Diuretik... Aktivitas Diuretik... Dinamika ph, Kadar Natrium, dan Kalium Urin.... Analisis Fitokimia KESIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... x xi xii

10 DAFTAR TABEL 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam perlakuan 2 Hasil perhitungan ekskresi urin (%) pada tiap jam perlakuan 3 Hasil perhitungan kerja diuretik. 4 Hasil perhitungan aktivitas diuretik.. 5 Dinamika ph, kadar natrium, dan kalium urin (meq/ml) 6 Hasil analisis fitokimia ekstrak etanol buah belimbing wuluh

11 DAFTAR GAMBAR 1 Struktur nefron 2 Buah belimbing wuluh... 3 Tikus putih galur Sprague-Dawley

12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data percobaan pada kelompok NaCl fisiologis dan urea Hasil analisis fitokimia ekstrak etanol buah belimbing wuluh Uji statistik One Way ANOVA terhadap rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam perlakuan 27 4 Uji statistik Duncan (P<0.05) terhadap rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam perlakuan 28 5 Uji statistik One Way ANOVA terhadap ekskresi urin (%) pada tiap jam perlakuan Uji statistik Duncan (P<0.05) terhadap ekskresi urin (%) pada tiap jam perlakuan Uji statistik One Way ANOVA terhadap kerja diuretik pada tiap jam perlakuan Uji statistik Duncan (P<0.05) terhadap kerja diuretik pada tiap jam perlakuan Uji statistik One Way ANOVA terhadap aktivitas diuretik pada tiap jam perlakuan Uji statistik Duncan (P<0.05) terhadap aktivitas diuretik pada tiap jam perlakuan Uji statistik One Way ANOVA terhadap dinamika ph, kadar natrium, dan kalium (meq/ml) pada tiap jam perlakuan Uji statistik Duncan (P<0.05) terhadap dinamika ph, kadar natrium, dan kalium (meq/ml)pada tiap jam perlakuan. 41

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit gagal jantung merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di negara-negara berkembang. Pada tahun 1999, penyakit gagal jantung di Indonesia menempati urutan ketiga sebagai penyakit penyebab kematian. Pada tahun tersebut, tercatat pasien yang mengalami rawat inap dan pasien di antaranya tidak dapat tertolong (Johari 2003). Penyakit gagal jantung memiliki morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi serta membutuhkan biaya pengobatan yang mahal. Penyakit gagal jantung ialah penyakit dengan kondisi jantung yang gagal memompakan darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Gejala utama gagal jantung biasanya ditandai dengan penurunan curah jantung dan pembendungan darah di vena. Pada kondisi kronis, gagal jantung dapat menyebabkan kongesti, hipertensi, dan edema paru-paru (Guyton 2006). Diuretik merupakan salah satu terapi awal yang dapat digunakan pada kejadian gagal jantung (Felker 2010). Diuretik adalah suatu sediaan yang dapat meningkatkan laju urinasi dan volume air seni (Guyton 2006). Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis dilakukan untuk menurunkan volume cairan ekstraseluler, khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan edema dan hipertensi. Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites (Angeli 2009), sindrom nefritis, dan toksemia gagal ginjal (Agunu 2005). Sediaan diuretik dapat berasal dari senyawa kimia sintetik (buatan) dan alami (sumber hayati). Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman hayati yang berlimpah, yaitu memiliki sekitar jenis tanaman dan sekitar di antaranya berkhasiat obat. Sampai saat ini, jumlah tanaman yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat baru mencapai 300 jenis (Depkes 2007). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Depkes

14 2 2010). Apabila digunakan secara tepat, penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman dibandingkan obat sintetik (Sari 2006). Salah satu tanaman yang berkhasiat diuretik ialah belimbing wuluh. Bagian tanaman belimbing wuluh yang berkhasiat ialah daun, bunga, dan buah. Buah belimbing wuluh dipercaya berkhasiat mengobati batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi, jerawat, dan panu (Anonim 2005). Selain itu, menurut Duryatmo (2003), masyarakat Jawa dan Sumatera menggunakan buah belimbing wuluh sebagai pereda rasa sakit (analgesik) dan pelancar air seni (diuretik). Ekstrak etanol buah belimbing wuluh telah terbukti memiliki potensi sebagai sediaan diuretik (Andriyanto et al. 2011). Namun, penelitian tersebut baru mempelajari potensi awal ekstrak etanol buah belimbing wuluh sebagai diuretik alami dengan menggunakan hewan percobaan mencit secara berkelompok. Penelitian ini dirancang untuk melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai potensi ekstrak etanol belimbing wuluh sebagai diuretik alami melalui pendekatan kerja diuretik, aktivitas diuretik, dinamika ph, kadar natrium, dan kalium urin. Tujuan Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui potensi kerja ekstrak etanol buah belimbing wuluh melalui pendekatan aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium dengan menggunakan tikus galur Sprague-Dawley dan mendapatkan dosis ekstrak etanol buah belimbing wuluh yang tepat sebagai diuretik pada hewan coba tikus. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengobatan alternatif sebagai diuretikum di bidang kedokteran hewan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan obat diuretik alami sehingga dapat mengurangi ketergantungan obat diuretik sintesis.

15 3 TINJAUAN PUSTAKA Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi makhluk hidup. Ginjal memiliki berbagai fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan konsentrasi osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan keseimbangan asam-basa, ekskresi sisa metabolisme dan bahan kimia asing; pengatur tekanan arteri, sekresi hormon, dan glukoneogenesis. Jika ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, akan terlihat dua bagian utama yaitu korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam. Unit terkecil dari ginjal adalah nefron (Gambar 1). Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru sehingga apabila terjadi trauma pada ginjal, penyakit ginjal, atau terjadi penuaan normal, akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Selanjutnya, struktur nefron disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Struktur nefron (Guyton 2006) Setiap nefron mempunyai dua komponen utama yaitu bagian glomerulus yang dilalui sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah dan bagian tubulus yang panjang di mana cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus yang bercabang dan beranastomosa yang memiliki tekanan hidrostatik

16 4 lebih tinggi dibandingkan jaringan kapiler lainnya. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel dan dibungkus dalam kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus mengalir ke dalam kapsula Bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal, yang terletak pada korteks ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan mengalir ke ansa Henle yang masuk ke dalam medulla renalis. Setiap lengkung terdiri atas cabang desenden dan asenden. Dinding cabang desenden sampai ujung cabang asenden merupakan bagian ansa Henle yang paling tipis. Pada perjalanan kembali ke cabang asenden, dinding akan kembali menebal seperti bagian lain dari sistem tubular sehingga bagian cabang asenden merupakan bagian yang paling tebal dari ansa Henle. Dari ansa helen, cairan akan menuju ke makula densa dan kemudian ke tubulus distal. Selanjutnya cairan akan menuju ke tubulus rektus, tubulus kolingentes, dan berakhir di papilla renal. Setiap ginjal mempunyai sekitar 250 duktus kolingentes yang sangat besar dan masing-masingnya mengumpulkan urin dari kira-kira nefron (Guyton 2006). Diuretik Diuretik adalah suatu zat yang dapat meningkatkan laju pengeluaran volume urin. Selain itu diuretik juga dapat meningkatkan ekskresi bahan terlarut dalam urin seperti natrium dan klorida. Secara klinis, diuretik bekerja dengan menurunkan laju reabsorbsi natrium dari tubulus sehingga menyebabkan natriuresis dan kemudian menimbulkan efek dieresis (Guyton 2006). Menurut Mary (1995), sejumlah besar diuretik terbagi atas lima kelompok berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu: a) Diuretik penghambat karbonik anhidrase Diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah senyawa yang dapat menghambat enzim karbonik anhidrase pada sel epitel tubulus proksimal dan dapat menghambat penyerapan kembali ion-ion Na +, Cl -, dan air. Enzim karbonik anhidrase berfungsi mengkatalis pembentukan H + dan HCO -. Dengan berkurangnya ion H +, pertukaran ion Na + dengan H + akan terhambat sehingga terjadi penumpukan Na + di tubulus dan

17 5 menyebabkan perbedaan tekanan osmosis. Efek samping diuretik ini berupa gangguan saluran pencernaan, menurunan nafsu makan, asidosis, dan hipokalemia. Contoh diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah asetazolamid, metazolamid, dan etokzolamid (Siswandono 1995). b) Diuretik loop Diuretik loop merupakan diuretik yang kuat, bekerja dengan cepat, dan memiliki aktivitas diuretik yang lebih besar dibandingkan dengan golongan diuretik lainnya. Mekanisme kerja diuretik loop bekerja pada ansa Henle segmen asenden dengan menghambat kerja ko-transpor natrium, kalium, dan klorida. Penghambatan kerja ko-transpor akan menurunkan reabsorpsi ion-ion natrium, kalium, dan klorida (Mary 1995). Efek samping yang ditimbulkan berupa hiperurisemia, hiperglikemia, hipotensi, hipokalemia, hipokloremik, kelainan hematologis, dan dehidrasi. Contoh diuretik loop adalah asam etakrinat, furosemid, xipamid, dan klopamid (Siswandono 1995). c) Diuretik turunan tiazid Diuretik turunan tiazid merupakan diuretik yang dapat menekan reabsorpsi ion-ion K +, Mg +, dan HCO - serta menurunkan ekskresi asam urat. Diuretik turunan tiazid mengandung gugus sulfamil sehingga dapat menghambat enzim karbonik anhidrase dan bekerja pada tubulus distal. Efek samping yang ditimbulkan berupa hipokalemia dan gangguan keseimbangan elektrolit. Contoh diuretik tiazid adalah klorotiazid, flumetiazid, politiazid, dan klortalidon (Siswandono 1995). d) Diuretik hemat kalium Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, menghambat reabsorpsi ion Na +, dan sekresi ion K + sehingga meningkatkan ekskresi ion Na dan Cl di dalam urin. Efek samping yang ditimbulkan berupa hiperkalemia dan gangguan saluran pencernaan. Contoh diuretik hemat kalium adalah amilorid, triamteren, dan spironolakton (Siswandono 1995).

18 6 e) Diuretik osmotik Diuretik osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosis. Senyawa ini memiliki berat molekul yang rendah, difiltrasi secara pasif pada kapsula Bowman, dan tidak direabsorbsi oleh tubulus renalis. Apabila diberikan dalam dosis besar, akan menyebabkan air dan elektrolit tertarik ke tubulus renalis akibat perbedaan tekanan osmosis sehingga terjadi diuresis. Efek samping yang ditimbulkan oleh diuretik osmotik berupa gangguan keseimbangan elektrolit, dehidrasi, sakit kepala, dan takikardi. Contoh diuretik osmotik adalah manitol, glukosa, sukrosa, dan urea (Siswandono 1995). Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Belimbing wuluh di Indonesia di kenal sebagai pohon buah yang tumbuh liar pada tempat yang tidak dinaungi dan cukup lembab. Tumbuhan ini tumbuh di daerah dengan ketinggian hingga 500 meter di atas permukaan laut. Menurut Inyu (2006), tanaman belimbing wuluh memiliki diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, kelas Magnoliopsida, ordo Oxalidales, familia Oxalidaceae, genus Averrhoa, dan Spesies Avarrhoea bilimbi. Selanjutnya, gambar buah belimbing wuluh disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Buah belimbing wuluh

19 7 Sifat kimia dan efek farmakologis tumbuhan belimbing wuluh adalah buahnya berasa asam, menghilangkan rasa sakit, memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang, peluruh kencing, dan sebagai astringen (Wijayakusuma 2005). Kandungan zat aktif yang terkandung pada buah belimbing wuluh adalah flavonoid, saponin, tannin, glukosida, asam formiat, asam sitrat, dan beberapa mineral seperti kalsium dan kalium (Mursito 2005). Flavonoid adalah zat golongan fenol alam terbesar yang diketahui mempunyai berbagai khasiat seperti antiradang, memperlancar pengeluaran air seni, antivirus, antijamur, antibakteri, antihipertensi, mampu menjaga dan meningkatkan kerja pembuluh darah kapiler (Anonim 2005). Menurut Sirait tahun 2007, flavonoid diklasifikasikan menjadi 12 jenis yaitu flavon, flavonol, flavanon, flavanonol, isoflavon, kalkon, dihidrokalkon, auron, antosianidin, katekin, dan flavan. Saponin merupakan glikosida yang memiliki sifat khas pembentuk busa. Saponin terdiri atas aglikogen polisiklik yang disebut sapogenin dan gula sebagai glikon. Sapogenin hadir dalam dua bentuk yaitu steroid dan triterpenoid. Adanya saponin dalam tanaman diindikasikan dangan adanya rasa pahit dan apabila di campur dengan air akan membentuk busa stabil serta membentuk molekul dengan kolesterol (Cheek 2005). Pada penggunaan medis, saponin memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan, meningkatkan absorpsi diuretik (terutama yang berbentuk garam), dan merangsang ginjal untuk bekerja lebih aktif (Gunawan 2004). Hewan Coba Menurut Malole dan Pramono (1989), hewan coba adalah hewan yang di pelihara atau sengaja diternakan sebagai hewan model untuk mempelajari dan mengambangkan berbagai bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Beberapa hewan coba yang digunakan untuk penelitian adalah mencit, tikus putih, marmot, kelinci, dan primata. Selanjutnya, gambar tikus percobaan disajikan pada gambar 3.

20 8 Gambar 3 Tikus putih galur Sprague-Dawley Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur tikus yang umum digunakan yaitu galur Sprague-Dawley, Wistar, dan Long-evans. Ciri-ciri tikus galur Sprague- Dawley adalah berambut putih, bermata merah, kepala kecil, dan memiliki ekor yang lebih panjang dari badannya. Ciri-ciri tikus Wistar adalah memiliki kepala yang lebih besar dan ekor lebih pendek dibandingkan dengan tikus galur Sprague- Dawley. Ciri-ciri tikus Long-evans adalah memiliki ukuran badan yang lebih kecil dibandingkan dengan tikus galur Sprague-Dawley dan memiliki rambut berwarna hitam pada bagian kepala, dada, dan punggung (Malole dan Pramono 1989).

21 9 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan April sampai dengan Juni 2011 di Bagian Farmakologi dan Toksikologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang metabolis untuk rodensia, gelas ukur, erlenmeyer, syringe, sonde lambung, pot plastik, timbangan, ph meter, blender, rotary evaporator, freeze dryer, dan spektrofotometer. Sementara itu, bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tikus putih jantan galur Sprague-Dawley, ekstrak etanol buah belimbing wuluh, furosemid, urea, NaCl fisiologis, dan aquades. Tahap Persiapan Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ialah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang telah dewasa kelamin. Tikus-tikus tersebut memiliki kisaran bobot badan antara g. Sebelum perlakuan, tikus dipelihara selama 2 minggu untuk diaklimatisasikan. Tikus tersebut di tempatkan di dalam kandang yang terbuat dari plastik dan diberi alas sekam padi. Setiap 3 hari sekali, alas sekam padi diganti untuk menjaga kebersihan kandang. Selain itu, bagian atas kandang ditutup dengan menggunakan anyaman kawat. Setiap kandang berisi antara 3-4 ekor tikus. Pakan yang diberikan berupa pelet standar khusus tikus dan pakan tersebut diberikan pada pagi dan sore hari. Sementara itu, air minum untuk tikus percobaan diberikan ad libitum. Pembuatan ekstrak diawali dengan pembuatan simplisia. Simplisia dibuat dengan cara mengeringkan 10 kg irisan buah belimbing wuluh dengan memasukan irisan tersebut ke dalam oven yang bersuhu 50 C selama 24 jam sehingga di dapat 300 g simplisia buah belimbing wuluh. Setelah itu, simplisia

22 10 buah belimbing wuluh yang telah kering digiling dengan menggunakan blender sampai berbentuk serbuk halus. Pembuatan ekstrak etanol buah belimbing wuluh dilakukan dengan cara maserasi, yaitu merendam simplisia buah belimbing wuluh ke dalam etanol 70% dengan perbandingan 1 kg simplisia dibanding 10 L etanol sehingga 300 g simplisia tersebut di rendam dengan 3 L etanol 70 %. Selama perendaman, 3 hari, campuran tersebut diaduk secara berkelanjutan setiap jam sekali. Hasil perendaman ini disaring dengan menggunakan kain kasa untuk memperoleh filtrat hasil perendaman. Selanjutnya, filtrat dimasukan ke dalam rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak etanol buah belimbing wuluh dalam bentuk pasta. Kemudian, pasta ekstrak etanol buah belimbing wuluh dimasukan ke dalam freeze dryer untuk mendapatkan serbuk kering beku ekstrak buah belimbing wuluh. Setelah itu, 10 g serbuk kering beku ekstrak etanol belimbing wuluh diencerkan dengan aquades ber-ph 7 dan diukur nilai ph dengan menggunakan ph meter serta dianalisis fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia ekstrak tersebut. Analisis fitokimia dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB, Bogor. Tahap Perlakuan Sebelum perlakuan, tikus percobaan terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam. Pemberian ekstrak dilakukan secara peroral dengan mencekok tikus percobaan yang telah dipuasakan tersebut dengan menggunakan sonde lambung. Setelah pemberian ekstrak, setiap tikus dimasukan ke dalam kandang metabolis secara individu. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 15 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan dan 3 ulangan. Selanjutnya, perlakuan tersebut disajikan sebagai berikut. Kelompok I : Tikus yang dicekok aquades sebagai kontrol negatif. Kelompok II : Tikus yang dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 0,44 g/kg bb.

23 11 Kelompok III : Tikus yang dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 0,88 g/kg bb. Kelompok IV : Tikus yang dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 1,75 g/kg bb. Kelompok V : Tikus yang dicekok furosemid dengan dosis 21 mg/kg bb sebagai kontrol positif. Dosis pada kelompok perlakuan ekstrak merupakan dosis bertingkat yang diperoleh dari konversi dosis efektif ekstrak etanol belimbing wuluh dari hewan coba mencit ke hewan coba tikus dengan menggunakan metode Laurence dan Bacharach (1964). Dosis efektif tersebut berasal dari penelitian Andriyanto et al. tahun Selain perlakuan tersebut, dilakukan juga pengukuran volume urin kelompok tikus yang dicekok NaCl fisiologis dan urea. Perlakuan NaCl fisiologis dan urea ini dilakukan untuk menghitung kerja dan aktivitas diuretik (Mamun et al. 2003). Pencekokan NaCl fisiologis dilakukan dengan memberikan 5 ml NaCl fisiologis. Sementara itu, pencekokan urea dilakukan dengan memberikan larutan urea dengan dosis 350 mg/kg bb. Pengambilan sampel dilakukan dengan menampung dan mengukur volume urin setiap jam selama 5 jam paska perlakuan. Pengukuran volume urin dilakukan dengan menggunakan gelas ukur 1 ml. Setelah diukur, volume urin diakumulasikan ke dalam wadah yang terbuat dari plastik. Selanjutnya, volume urin ini digunakan untuk menghitung persentase ekskresi urin, kerja diuretik, dan aktivitas diuretik. Kemudian, volume urin kumulatif digunakan untuk mengukur ph, serta analisis kadar natrium (Na), dan kalium (K). Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph meter sedangkan analisis kadar natrium dan kalium dilakukan dengan spektrofotometer di Departemen Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parameter yang Diamati Parameter yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, serta dinamika ph, kadar natrium, dan kalium urin.

24 12 Analisis Data Volume urin yang diperoleh digunakan untuk menghitung persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik berdasarkan persamaan Mamun et al. (2003). Persamaan tersebut diuraikan sebagai berikut. Persentase Eksresi Urin = Total volume urin (ml) Total cairan yang masuk (ml) x 100% Kerja Diuretik = Aktivitas Diuretik = Ekskresi urin (%) kelompok bahan uji Ekskresi urin (%) kelompok NaCl fisiologis Kerja diuretik kelompok bahan uji Kerja diuretik urea Selanjutnya, data persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium dianalisis menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis ini digunakan untuk melihat adanya perbedaan antarperlakuan. Setelah nilai aktivitas diuretik setiap kelompok percobaan didapat, nilai tersebut dibandingkan dengan skala diuretik Gujral et al. (1955). Skala Gujral menyatakan bahwa aktivitas diuretik dengan nilai kurang dari 0,72 dinyatakan tidak memiliki aktivitas diuretik, nilai 0,73 sampai dengan 1,0 adalah diuretik dengan aktivitas diuretik lemah, nilai 1,1 sampai dengan 1,5 adalah diuretik dengan aktivitas diuretik sedang, dan jika lebih dari nilai 1,5 adalah diuretik dengan aktivitaas diuretik kuat.

25 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan sebagai berikut. Volume Urin Rataan volume urin kumulatif setiap jam selama 5 jam pada setiap kelompok perlakuan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam Jam ke- perlakuan Volume urin (ml) kumulatif pada kelompok Aquades EEBW 0,44 EEBW 0,88 EEBW 1,75 Furosemid 1 1,33±0,23 c 0,03±0,06 ab 0,37±0,38 ab 0,03±0,06 ab 0,10±0,10 ab 2 2,37±0,32 a 3,13±0,51 a 3,70±0,61 a 2,67±0,38 a 3,10±1,15 a 3 0,43±0,32 ab 1,07±0,65 ab 0,23±0,06 a 0,13±0,06 a 1,80±0,98 b 4 0,37±0,32 a 0,57±0,25 a 0,17±0,12 a 0,03±0,06 a 0,40±0,69 a 5 0,03±0,06 a 0,03±0,06 a 0,03±0,06 a 0,00±0,00 a 0,00±0,00 a Total 4,53±0,55 bc 4,83±0,15 bc 4,50±0,26 bc 2,87±0,29 ab 5,40±1,91 c Keterangan: EEBW ialah ekstrak etanol belimbing wuluh dengan satuan g/kg bb; huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Tabel 1 menunjukan bahwa setiap perlakuan mengalami peningkatan volume urin mulai dari jam ke-1 sampai dengan jam ke-2 dan mulai menurun pada jam ke-3. Total volume urin kelompok aquades, ekstrak 0,44 g/kg bb, dan ekstrak 0,88 g/kg bb memiliki nilai yang mendekati nilai volume urin kelompok furosemid. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak etanol buah belimbing wuluh pada dosis 0,44 dan ekstrak 0,88 g/kg bb berpotensi sebagai diuretik. Furosemid merupakan obat diuretik yang sering digunakan sebagai standar pembanding dalam pengujian diuretik (Mamun et al. 2003). Obat ini dapat meningkatkan produksi urin dengan cara menghambat absorbsi ion natrium, kalium, dan klorida pada daerah ansa Henle segmen asenden (Nalwaya et al. 2009). Pada kelompok tikus yang diberikan ekstrak etanol belimbing wuluh dengan dosis 1,75 g/kg bb, didapat hasil volume total yang rendah bila

26 14 dibandingkan dengan kelompok ekstrak etanol belimbing wuluh dengan dosis 0,44 dan 0,88 g/kg bb. Hal ini sejalan dengan pernyataan Duryatmo 2003, bahwa mengonsumi tanaman obat dengan dosis yang tidak tepat maka khasiat yang diharapkan tidak optimal. Pada kelompok aquades, tikus percobaan mengekskresikan urin dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini disebabkan adanya fungsi homeostasis tubuh. Fungsi ini menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh dengan cara menurunkan sekresi hormon antidiuretik, mengurangi permeabilitas tubulus distal, dan duktus kolingentes terhadap air sehingga menurunkan reabsorpsi air yang pada akhirnya akan meningkatkan ekskresi urin (Guyton 2006). Persentase Ekskresi Urin Persentase ekskresi urin diperoleh sesuai dengan metode Mamun et al. (2003). Persentase ekskresi urin diperoleh dengan membagi volume urin yang didapat dengan total cairan yang dicekokan pada kelompok NaCl fisiologis dan kemudian dikali dengan 100%. Hasil persentase ekskresi urin disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil perhitungan ekskresi urin (%) pada tiap jam perlakuan Jam ke- Ekskresi urin (%) kumulatif pada kelompok Aquades EEBW 0,44 EEBW 0,88 EEBW 1,75 Furosemid 1 26,67±4,62 c 0,67±1,15 ab 7,33±7,57 b 0,67±1,15 ab 2,00±2,00 ab 2 47,33±6,43 a 62,67±10,26 a 74,00±12,17 a 53,33±7,57 a 62,00±23,07 a 3 8,67±6,43 ab 21,33±13,01 ab 4,67±1,15 a 2,67±1,15 a 36,00±19,70 b 4 7,33±6,43 a 11,33±5,03 a 3,33±2,31 a 0,67±1,15 a 8,00±13,86 a 5 0,67±1,15 a 0,67±1,15 a 0,67±1,15 a 0,00±0,00 a 0,00±0,00 a Keterangan: EEBW ialah ekstrak etanol belimbing wuluh dengan satuan g/kg bb; huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Pada jam ke-1, persentase ekskresi urin yang diperoleh pada kelompok aquades meningkat lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Pada jam ke-2, persentase ekskresi urin kelompok aquades, ekstrak 0,44 g/kg bb, ekstrak 0,88 g/kg bb, dan ekstrak 1,75 g/kg bb cenderung sama dengan persentase ekskresi urin kelompok furosemid. Pada jam ke-3 hingga jam ke-5, seluruh perlakuan mengalami penurunan persentase ekskresi urin. Di antara ke tiga dosis perlakuan

27 15 ekstrak etanol buah belimbing wuluh, kelompok ekstrak 0,44 g/kg bb memiliki persentase ekskresi urin yang paling mendekati persentase ekskresi kontrol furosemid. Kerja Diuretik Kerja diuretik diperoleh sesuai dengan metode Mamun et al. (2003). Kerja diuretik diperoleh dengan cara membagi persentase ekskresi urin kelompok perlakuan dengan persentase ekskresi urin pada kelompok NaCl fisiologis. Hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil perhitungan kerja diuretik Jam ke- Kerja diuretik pada kelompok Aquades EEBW 0,44 EEBW 0,88 EEBW 1,75 Furosemid 1 40,00±6,9 a 1,00±1,73 b 11,00±11,36 b 1,00±1,73 b 3,00±3,00 b 2 71,00±9,64 a 94,00±15,39 a 111,00±18,25 a 80,00±11,36 a 93,00±34,60 a 3 0,12±0,09 ab 0,30±0,18 abc 0,07±0,02 a 0,04±0,02 a 0,50±0,28 c 4 5 Keterangan: EEBW ialah ekstrak etanol belimbing wuluh dengan satuan g/kg bb; huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05); tanda ( ) menunjukan bahwa kerja diuretik pada kelompok tersebut tidak terhingga. Pada jam ke-4 dan ke-5, kerja diuretik semua perlakuan memiliki nilai tidak terhingga. Hal tersebut disebabkan faktor pembagi kerja diuretik kelompok NaCl fisiologis memiliki nilai persentase ekskresi urin nol atau sudah tidak menghasilkan urin. Pada semua kelompok ekstrak etanol belimbing wuluh memiliki kerja diuretik hampir sama dengan kelompok furosemid dan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok aquades. Aktivitas Diuretik Aktivitas diuretik diperoleh dengan cara membagi kerja diuretik kelompok perlakuan dengan kerja diuretik kelompok urea. Kerja diuretik kelompok urea digunakan sebagai pembanding dalam penentuan aktivitas diuretik dikarenakan kerja diuretik kelompok urea memiliki nilai aktivitas diuretik sebesar 1 (Lipschitz 1943). Hal ini dikarenakan urea merupakan zat yang mudah larut dalam air dan

28 16 dapat meningkatkan tekanan osmotik, sehingga jumlah air dan elektrolit yang diekskresikan akan bertambah besar (Ganiswarna et al. 1995). Selanjutnya, hasil perhitungan aktivitas diuretik disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil perhitungan aktivitas diuretik Jam ke- Aktivitas diuretik pada kelompok Aquades EEBW 0,44 EEBW 0,88 EEBW 1,75 Furosemid 1 2 3,23±0,44 a 4,27±0,70 ab 5,05±0,83 b 3,64±0,52 ab 4,23±1,57 ab 3 0,33±0,25 a 0,82±0,50 ab 0,18±0,04 a 0,10±0,04 a 1,38±0,76 b 4 5 Keterangan: EEBW ialah ekstrak etanol belimbing wuluh dengan satuan g/kg bb; huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05); tanda ( ) menunjukan bahwa aktivitas diuretik pada kelompok tersebut tidak terhingga. Hasil aktivitas diuretik hanya didapat pada jam ke-2 dan ke-3 saja. Hal ini dikarenakan nilai kerja diuretik kelompok urea pada jam ke-1, ke-4, dan ke-5 bernilai nol atau tidak menghasilkan urin (nilai aktivitas diuretik tidak terhingga). Pada skala Gujral et al. (1955), aktivitas diuretik dengan nilai kurang dari 0,72 dinyatakan tidak memiliki aktivitas diuretik, nilai 0,73 sampai dengan 1,0 adalah diuretik dengan aktivitas lemah, nilai 1,1 sampai dengan 1,5 merupakan diuretik dengan aktivitas sedang, dan jika lebih dari nilai 1,5 adalah diuretik dengan aktivitas kuat. Pada jam ke-2, semua perlakuan menunjukkan diuretik kuat dan tidak memiliki aktivitas diuretik pada jam ke-3 kecuali pada perlakuan ekstrak buah belimbing wuluh 0,44 g/kg bobot badan (aktivitas diuretik lemah) dan perlakuan furosemid (aktivitas diuretik sedang) (Tabel 5). Menurut Gudjral et al. (1955), furosemid memiliki aktivitas diuretik kuat yang hanya berlangsung tiga jam pertama. Aktivitas diuretik maksimum dicapai pada jam ke-2 dan akan menurun pada jam berikutnya.

29 17 Dinamika ph, Kadar Natrium, dan Kalium Nilai rataan ph urin kumulatif setiap jam selama 5 jam, kadar natrium dan kalium pada setiap kelompok perlakuan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Dinamika ph, kadar natrium, dan kalium (meq/ml) Nilai Kelompok Aquades EEBW 0,44 EEBW 0,88 EEBW 1,75 Furosemid ph 6,77±0,25 bc 5,90±0,17 a 6,10±0,10 a 6,13±0,06 a 6,43±0,15 ab Na 0,06±0,01 a 0,10±0,03 a 0,13±0,0 ab 0,15±0,06 ab 0,11±0,06 a K 0,07±0,03 a 0,14±0,07 abc 0,23±0,01 d 0,22±0,05 d 0,18±0,01 bcd Keterangan: EEBW ialah ekstrak etanol belimbing wuluh dengan satuan g/kg bb; huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Nilai ph urin ditentukan oleh pengaturan asam basa di ginjal. Apabila sejumlah ion HCO - 3 difiltrasi secara terus-menerus ke dalam tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin, maka akan menyebabkan urin bersifat basa. Sebaliknya apabila sejumlah ion H + difiltrasi secara terus-menerus ke dalam tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin, maka akan menyebabkan urin bersifat asam. Dalam pengaturan konsentrasi ion H +, ginjal memiliki beberapa mekanisme yaitu mensekresikan ion H + ke tubulus, melakukan reabsorpsi ion HCO - - 3, dan memproduksi ion HCO 3 yang baru. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dan menetralisir kelebihan ion H + di dalam tubuh. Sekresi ion H + dilakukan oleh transpor aktif sekunder dan transpor aktif primer. Transport aktif sekunder bekerja melalui ko-transpor Na + -H + yang berfungsi mensekresikan ion H + dengan mengabsorsi ion Na + dan sebaliknya. Transport aktif sekunder terjadi di tubulus proksimal, ansa Henle segmen asenden, dan tubulus distal. Kemudian, transpor aktif primer bekerja melalui protein pentranspor-hidrogen ATPase yang dapat mentranspor ion H + secara langsung ke tubulus. Transpor aktif primer terjadi di tubulus distal dan duktus kolingentes (Guyton 2006). Berdasarkan Tabel 5, kelompok yang memiliki aktivitas diuretik yang kuat memiliki nilai ph yang cenderung bersifat asam. Nilai ph urin tikus normal berkisar antara 7,3 sampai 8 (Nor et al. 2009). Keadaan ini dimungkinkan ekstrak etanol buah belimbing wuluh yang dicekok bersifat asam. Ekstrak tersebut

30 18 memiliki nilai ph sebesar 4,7. Akibat dari pencekokan ekstrak etanol buah belimbing wuluh yang bersifat asam, tubuh memiliki kelebihan ion H +. Untuk menetralisir kelebihan ion H +, salah satu mekanisme kerja ginjal yang diperkirakan terjadi adalah ginjal mensekresikan ion H + melalui transport aktif primer. Hal ini dibuktikan terjadinya penurunan nilai ph tanpa disertai dengan penurunan kadar natrium di dalam urin (dibanding dengan kadar natrium kelompok aquades). Tabel 5 juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar natrium dan kalium urin dibandingkan kelompok aquades. Hal ini dimungkinkan karena terjadi penghambatan kerja ko-transpor natrium dan kalium sehingga menurunkan reabsorpsi ion natrium dan kalium di tubulus. Selain itu, pada semua perlakuan ekstrak etanol buah belimbing wuluh terjadi peningkatan kadar kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kadar natrium di dalam urin. Keadaan ini mirip dengan efek mekanisme diuretik golongan penghambat karbonik anhidrase yang dipaparkan oleh Mary (1995). Diuretik golongan penghambat karbonik anhidrase bekerja dengan menghambat enzim karbonik anhidrase sehingga kadar ion H + - dan HCO 3 menjadi sedikit. Berkurangnya ion H + menyebabkan pertukaran ion H + dengan ion natrium terhambat sehingga reabsorpsi ion natrium menurun. Untuk menutupi kekurangan ion natrium di dalam tubuh, ginjal memaksimalkan kerja ko-transpor Na-K di tubulus proksimal. Hasil kompensasi yang dilakukan oleh ginjal menyebabkan peningkatan kadar kalium di dalam urin (Hitner 1999). Berdasarkan kesamaan kadar natrium dan kalium, ekstrak etanol buah belimbing wuluh dimungkinkan termasuk ke dalam diuretik golongan penghambat karbonik anhidrase. Furosemid merupakan diuretik kuat yang bekerja pada ansa Henle segmen asenden dengan menghambat kerja ko-transpor natrium, kalium, dan klorida. Penghambatan kerja ko-transpor akan menurunkan reabsorpsi ion-ion natrium, kalium, dan klorida sehingga kadar ion-ion ini meningkat di dalam urin. Peningkatan ion-ion hasil mekanisme furosemid menunjukkan peningkatan ion natrium lebih tinggi dibandingkan dengan ion kalium (Mary 1995). Hasil kelompok furosemid menunjukkan peningkatan kadar natrium yang lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat dimungkinkan

31 19 kualitas furosemid yang digunakan pada percobaan kurang baik, sensitifitas hewan coba yang rendah terhadap furosemid atau adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi mekanisme furosemid. Analisis fitokimia Hasil analisis fitokimia menunjukan bahwa ekstrak etanol belimbing wuluh mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin. Selanjutnya, hasil analisis fitokimia ekstrak etanol buah belimbing wuluh disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil analisis fitokimia ekstrak etanol buah belimbing wuluh Parameter Uji Hasil Teknik Analisis Alkaloid Positif Kualitatif Hidroquinolon Negatif Kualitatif Tanin Negatif Kualitatif Flavonoid Positif Kualitatif Saponin Positif Kualitatif Steroid Negatif Kualitatif Triterpenoid Negatif Kualitatif Senyawa alkaloid adalah senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Alkaloid diketahui berfungsi sebagai analgesik (morfin), penenang (reserpin), antimalaria (kuinina), obat parasimpatolitik (atropin), dan diuretik (kafein, teobromin, dan teofilin) (Sumardjo 2006). Flavonoid adalah zat golongan fenol alam terbesar yang diketahui mempunyai berbagai khasiat seperti antiradang, diuretik, antivirus, antijamur, antibakteri, antihipertensi, dan meningkatkan kerja pembuluh darah kapiler (Anonim 2005). Saponin merupakan salah satu hasil metabolisme sekunder pada beberapa tanaman. Saponin berfungsi sebagai memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan, meningkatkan absorpsi diuretik (terutama yang berbentuk garam), dan merangsang ginjal untuk bekerja lebih aktif (Gunawan 2004). Berdasarkan paparan di atas, ekstrak buah belimbing wuluh berkhasiat sebagai diuretik dikarenakan mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin.

32 20 Ekstrak buah belimbing wuluh memiliki efek diuretik yang efektif pada 2 jam pertama setelah perlakuan. Hal ini ditandai dengan peningkatan persentase ekskresi urin pada 2 jam pertama dan mulai menurun pada jam berikutnya. Pada jam ke-2, semua perlakuan ekstrak memiliki kerja diuretik yang maksimum dan bersifat diuretik dengan aktivitas kuat. Pada jam ke-3, semua perlakuan ekstrak tidak memiliki aktivitas diuretik kecuali perlakuan ekstrak buah belimbing wuluh dengan dosis 0,44 g/kg bobot badan yang bersifat diuretik dengan aktivitas lemah. Khasiat diuretik yang dimiliki ekstrak buah belimbing wuluh dengan dosis 0,44 dan 0,88 g/kg bb merupakan dosis yang berpotensi sebagai diuretik pada hewan coba tikus galur Sprague-Dawley. Ekstrak buah belimbing wuluh berkhasiat sebagai diuretik dikarenakan mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin. Senyawa-senyawa ini dapat menghambat ko-transpor dan menurunkan reabsorpsi ion natrium dan kalium, sehingga meningkatkan kadar natrium dan kalium di dalam urin. Selain itu, senyawa saponin dapat merangsang ginjal melakukan transport aktif primer sehingga mengakibatkan penurunan nilai ph urin menjadi sedikit asam.

33 21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ekstrak etanol buah belimbing wuluh mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin. Ekstrak etanol buah belimbing wuluh pada dosis 0,44 dan 0,88 g/kg bb berkhasiat sebagai diuretik pada hewan coba tikus galur Sprague- Dawley dengan cara meningkatan ekskresi kadar natrium dan kalium serta menurunan nilai ph urin. Saran Perlu dilakukan penelitian uji identifikasi untuk mengetahui jenis alkaloid, flavonoid dan saponin yang terkandung di dalam ekstrak etanol buah belimbing wuluh dan penelitian lanjutan yang menggunakan berbagai jenis fraksi ekstrak buah belimbing wuluh.

34 22 DAFTAR PUSTAKA Agunu A, Abdurahman EM, Andrew GO, Muhhammed Z Diuretic activity of the stem-bark extracts of Steganotaenia araliaceahoehst. J of ethnopharmacol 96: Andriyanto, Kusumorini N, Yuskha F Potensi ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) sebagai alternatif sediaan diuretik alami. Jurnal Kefarmasian Indonesia 9:2 Inpress. Angeli P et al Combined versus sequential diuretic treatment of ascites in non-azotaemic patients with cirrhosis: results of an open randomised clinical trial. Int J Gastroenterol and Hepatol [terhubung berkala]. [18 juni 2011]. Anonim Tanaman Obat. [terhubung berkala]. [23 Mei 2011]. Cheek P R Applied Animal Nutrition: Feeds and Feeding. Ed ke-3. USA: Upper Sadle River. [Depkes] Departemen Kesehatan Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. [Depkes] Departemen Kesehatan Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. [terhubung berkala]. [18 juni 2011]. Duryatmo S Aneka Ramuan Berkhasiat dari Temu-Temuan. Jakarta: Puspa Swara. Felker GM How to use diuretics in heart failure. Current Treatment Options in Cardiovascular Medicine 11: [terhubung berkala]. [18 juni 2011]. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nefrialdi Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gudjral ML, Saxena PN, Mishra SS An experimental study of the comparative activity of indigenous diuretics. J of Indian Med Assoc 25: Gunawan D, Mulyani Ilmu Obat Alam Farmakonosi. Depok: Penebar Swadaya. Guyton AC, Hall JE Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11. Philadelphia: Elvesier inc. Hitner H Basic Pharmacology. New York: Mc Graw Hill. Inyu Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi). [terhubung berkala]. [24 Juni 2011]. Johari M Rumah Sakit Jantung di Semarang. [terhubung berkala]. [24 Juni 2011].

35 23 Laurence DR, Bacharach AL Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics. New York: Academic Press. Lipschitz WL, Zareh H, Andrew K Bioassay of diuretics. J of Pharmacol and Exp Ther 2(97): Malole MBM, Pramono CSU Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Mamun MM et al Evaluation of diuretic activity of Ipomoea aquatic (kalmisak) in mice model study. J Med Sci 3: Mary JM, Richard AH, Pamela CC Farmakologi: Ulasan Bergambar. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Mursito B Ramuan Tradisional untuk Gangguan Ginjal. Jakarta: Penebar Swadaya. Nalwaya N, Jarald EE, Asghar S, Ahmad S Diuretic activity of a herbal product UNEX. Int J of Green Pharm: Nor NM, Yatim AM, Said M Blood and urine profiles of spontaneous hypertensive rats supplemented with pink guava (Psidium guajava). Puree Sains Malaysiana 38(6): Sari LO Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(1):1-7. Sirait, Midian Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Siswandono, Soekarjdo B Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press. Sumardjo D Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Wijayakusuma H Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.

36 LAMPIRAN 24

37 25 Lampiran 1 Data percobaan pada kelompok NaCl fisiologis dan urea Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus yang dicekok NaCl fisiologis dan urea pada setiap jam perlakuan Jam ke- Volume urin (ml) kumulatif pada kelompok NaCl fisiologis Urea ±0.06 ab 0.00±0.00 a ±0.06 a 0.73±1.27 a ±1.45 c 1.30±0.36 ab ±0.00 a 0.00±0.00 a ±0.00 a 0.00±0.00 a Total 3.63±1.46 abc 2.03±1.23 a Keterangan: Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil perhitungan ekskresi urin (%) pada tikus yang dicekok NaCl fisiologis dan urea tiap jam perlakuan Jam ke- Ekskresi urin (%) kumulatif pada kelompok NaCl fisiologis Urea ±0.06 ab 0.00±0.00 a ±0.06 a 0.73±1.27 a ±1.45 c 1.30±0.36 ab ±0.00 a 0.00±0.00 a ±0.00 a 0.00±0.00 a Keterangan: Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil perhitungan kerja diuretik pada tikus yang dicekok urea Ekskresi urin (%) kumulatif pada kelompok Jam ke- Urea ± ± ±

38 26 Lampiran 2 Hasil analisis fitokimia ekstrak etanol buah belimbing wuluh

39 27 Lampiran 3 Uji statistik One Way ANOVA terhadap rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam perlakuan Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Between Groups ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total

40 28 Lampiran 4 Uji statistik Duncan (P<0.05) terhadap rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam perlakuan Duncan Perlakuan N Jam ke Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Duncan Perlakuan N Jam ke Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin 3 TINJAUAN PUSTAKA Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi makhluk hidup. Ginjal memiliki berbagai fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat. Fraksinasi dilakukan

Lebih terperinci

DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR

DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR 30 DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR Jatmiko Susilo, Sikni Retno K, Ni Wayan Rusmiati retnoyas@yahoo.co.id

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS INFUSA AKAR SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus).

UJI EFEKTIVITAS INFUSA AKAR SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus). UJI EFEKTIVITAS INFUSA AKAR SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus). Aprillia Carolina Jayadi 1), Widdhi Bodhi 1), Nancy Pelealu 1) Prodi

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

PENGUJIAN EFEK DIURETIK SARI WORTEL (Daucus carota L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

PENGUJIAN EFEK DIURETIK SARI WORTEL (Daucus carota L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) PENGUJIAN EFEK DIURETIK SARI WORTEL (Daucus carota L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) Mery A. R. Sinaga, Widdhi Bodhi, Paulina V. Y. Yamlean Program studi Farmasi FMIPA UNSRAT

Lebih terperinci

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja FARMAKOLOGI Pengertian Diuretik Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja langsung terhadap ginjal.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat experimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group, karena pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SUCI TRIWIJAYANTI 2443005086 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK UJI EFEK

Lebih terperinci

Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Shoncus Arvensis L.) dan Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada Mencit (Mus Musculus)

Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Shoncus Arvensis L.) dan Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada Mencit (Mus Musculus) Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Shoncus Arvensis L.) dan Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada Mencit (Mus Musculus) 1) Aryo Hadi Yuda 2) Dra.Moerfiah,M.Si dan 1) Dra.Ike Yulia Wiendarlina,M.Farm.,Apt.

Lebih terperinci

EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Nothopanax scutellarium. Merr)

EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Nothopanax scutellarium. Merr) EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Nothopanax scutellarium. Merr) Elisma 1, Fitri Maya Sari 1, dan Helmi Arifin 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi STIFARM, Padang 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi BAB V PEMBAHASAN A. Uji Tekanan Darah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi larutan NaCl 8%, didapatkan hasil berupa penurunan rerata tekanan darah sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta Linn.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus sp.

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta Linn.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus sp. UJI EFEK EKSTRAK ETANOL PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta Linn.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus sp.) Irene Sondang Lingga 1), Gayatri Citraningtyas 1), dan Widya Astuti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diuretik merupakan zat yang dapat meningkatkan pengeluaran urin. Mekanisme kerja diuretik dengan meningkatkan laju ekskresi urin dan laju ekskresi Na + yang

Lebih terperinci

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIT (Beta vulgaris L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIT (Beta vulgaris L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIT (Beta vulgaris L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN DIURETICS EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT OF BIT LEAVES (Beta vulgaris L.) IN MALE WHITE RAT Rahayu 1), Wiwin Herdwiani

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA. Oleh : MARIANNE

FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA. Oleh : MARIANNE FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA Oleh : MARIANNE DEFINISI Senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urine yang lebih banyak. Senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urine dan garam-garam Indikasi:

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan masalah dunia dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 lebih dari 600 juta penduduk dunia mengalami obesitas dan 13% remaja berusia 18

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI ALTERNATIF SEDIAAN DIURETIKA ALAMI FITRIYAH YUSKHA

POTENSI EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI ALTERNATIF SEDIAAN DIURETIKA ALAMI FITRIYAH YUSKHA POTENSI EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI ALTERNATIF SEDIAAN DIURETIKA ALAMI FITRIYAH YUSKHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK FITRIYAH YUSKHA.

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA SELASIH (Ocimum basilicum L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN BERDASARKAN VOLUME URIN DAN JUMLAH NATRIUM DALAM URIN

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA SELASIH (Ocimum basilicum L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN BERDASARKAN VOLUME URIN DAN JUMLAH NATRIUM DALAM URIN UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA SELASIH (Ocimum basilicum L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN BERDASARKAN VOLUME URIN DAN JUMLAH NATRIUM DALAM URIN TEST DIURETIC EFFECT 70% ETHANOL EXTRACT BASIL HERB

Lebih terperinci

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Swartz ) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus) Riris Iriany Lumban Gaol 1), Widdhi Bodhi 1) dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Gambar Talus Rumput Laut Sargassum ilicifolim (Turner) C. Agardh 1 2 3 Makroskopik Tumbuhan Segar Rumput Laut Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh Keterangan:

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuhan pecut kuda (Stachytharpheta jamaicensis L.Vahl)

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuhan pecut kuda (Stachytharpheta jamaicensis L.Vahl) Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuhan pecut kuda (Stachytharpheta jamaicensis L.Vahl) 63 Lampiran 2. Komite Etik Penelitian Hewan 64 Lampiran 3. Karakteristik Tumbuhan Pecut Kuda Pengukuran Simplisia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada makhluk hidup multiseluler. Zatzat yang tidak digunakan oleh tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin oleh ginjal. Pada seorang

Lebih terperinci

PROFIL AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) VARIETAS GENJAH SALAK SEBAGAI PENGGANTI MINUMAN ISOTONIK

PROFIL AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) VARIETAS GENJAH SALAK SEBAGAI PENGGANTI MINUMAN ISOTONIK PROFIL AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) VARIETAS GENJAH SALAK SEBAGAI PENGGANTI MINUMAN ISOTONIK Rini Syafriani 1, Elin Yulinah Sukandar 2, TommyApriantono 1, Joseph IskendiarsoSigit 2 Keilmuan Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 51 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tanaman 52 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Alpukat ( Persea americana Mill. ) Tanaman Alpukat Buah alpukat 53 Lampiran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 49 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan 50 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam. ) Tanaman kelor Daun kelor 51 Lampiran 3. (Lanjutan)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume

Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume 51 Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik Kulit Kayu Manis Madu Hutan 52 Lampiran 2. (lanjutan) Simplisia kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang benar dan dianjurkan dalam dunia kesehatan. Sebagian besar air seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang benar dan dianjurkan dalam dunia kesehatan. Sebagian besar air seni 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjaga kelancaran pengeluaran air seni atau air kencing adalah tindakan yang benar dan dianjurkan dalam dunia kesehatan. Sebagian besar air seni merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

Uji Aktivitas Diuretik Ekstrak Etanol Pecut Kuda (Stachytharpheta Jamaicensis L. Vahl) Pada Tikus SKRIPSI

Uji Aktivitas Diuretik Ekstrak Etanol Pecut Kuda (Stachytharpheta Jamaicensis L. Vahl) Pada Tikus SKRIPSI Uji Aktivitas Diuretik Ekstrak Etanol Pecut Kuda (Stachytharpheta Jamaicensis L. Vahl) Pada Tikus SKRIPSI OLEH: Melida Kristina Baringbing NIM 121524194 PROGRAM STUDI EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance Lampiran 1. Surat Ethical Clearance 117 Lampiran 2. Surat Identifikasi Tumbuhan 118 Lampiran 3. Karakteristik Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Rimpang Temu Mangga 119 Lampiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada tempat-tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi natrium

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

AKTIVITAS DIURETIK KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA

AKTIVITAS DIURETIK KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA GALENIKA Journal of Pharmacy GALENIKA Vol. JOURNAL 2 (1) : 40-48 OF PHARMACY ISSN : 2442-8744 October 2015 AKTIVITAS DIURETIK KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L) DAN BIJI SALAK (Salacca zalacca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diuretik didefinisikan sebagai obat yang dapat meningkatkan jumlah ekskresi urin oleh ginjal. Diuretik juga meningkatkan ekskresi Na + dan beberapa kation lain

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP AKTIVITAS DIURETIK TIKUS PUTIH JANTAN SPRAGUE-DAWLEY ANDI CITRA ADHA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP AKTIVITAS DIURETIK TIKUS PUTIH JANTAN SPRAGUE-DAWLEY ANDI CITRA ADHA i PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP AKTIVITAS DIURETIK TIKUS PUTIH JANTAN SPRAGUE-DAWLEY ANDI CITRA ADHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Tanaman Kentang 1. Kandungan Kimia Kandungan kimia pada satu buah kentang mentah termasuk kulitnya dengan berat 213 gram mengandung kalium 897 mg, fosfor 121 mg,

Lebih terperinci

EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI

EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI ABSTRAK EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI (Glycine max L.merr) DETAM-1 DAN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia) TERHADAP UREUM DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2015, hal Vol. 12 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2015, hal Vol. 12 No. 1 ISSN: EISSN : Online : Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2015, hal 79-84 Vol. 12 No. 1 ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291 Online : http://farmasiindonesia.setiabudi.ac.id/ Uji Aktivitas Diuretik Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

Lampiran 1. Surat Ethical clearance Lampiran 1. Surat Ethical clearance 41 Lampiran 2. Surat identifikasi tumbuhan 42 Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan mahkota dewa Gambar : Tumbuhan mahkota dewa Gambar : Daun mahkota dewa 43 Lampiran 3

Lebih terperinci

Nurihardiyanti et al./galenika Journal of Pharmacy

Nurihardiyanti et al./galenika Journal of Pharmacy GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 1 (2) : 105-112 ISSN : 2442-8744 Nurihardiyanti et al./galenika Journal of Pharmacy October 2015 AKTIVITAS DIURETIK KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L) DAN

Lebih terperinci

EKSTRAK SECANG SEBAGAI BAHAN DIURETIKUM (PERCOBAAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAQUE DAWLEY)

EKSTRAK SECANG SEBAGAI BAHAN DIURETIKUM (PERCOBAAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAQUE DAWLEY) EKSTRAK SECANG SEBAGAI BAHAN DIURETIKUM (PERCOBAAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAQUE DAWLEY) Pertamawati*, Nuralih dan Fahri Fahrudin Pusat Teknologi Farmasi dan Medika LAPTIAB BPPT Serpong *Corresponding

Lebih terperinci

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib) PADA TIKUS PUTIH JANTAN SKRIPSI

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib) PADA TIKUS PUTIH JANTAN SKRIPSI UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib) PADA TIKUS PUTIH JANTAN SKRIPSI OLEH: TRI IKA FLORIDA SINAGA NIM 111524106 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN PUTRI MALU

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN PUTRI MALU LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN PUTRI MALU 69 LAMPIRAN B SERTIFIKAT HEWAN COBA 70 LAMPIRAN C SERTIFIKAT KODE ETIK 71 LAMPIRAN D DASAR PENGGUNAAN DOSIS Dalam penelitian ini penggunaan dosis ditingkatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010).

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Lampiran 1 Perhitungan Dosis Perhitungan Dosis Kunyit Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Berat serbuk rimpang kunyit

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley Yesi Restina 1, E. Mulyati Effendi 2 dan Ike Yulia W. 3 1,2&3 Program

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : ethanol extract of salak seeds, diuretic effect, Wistar white male mice (Rattus novergicus) ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : ethanol extract of salak seeds, diuretic effect, Wistar white male mice (Rattus novergicus) ABSTRAK UJI EFEKTIVITAS DIURETIK EKSTRAK ETANOL BIJI SALAK (Salacca zalacca varietas zalacca (gaert.) Voss) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) Novita Handayani Latuconsina 1), Fatimawali

Lebih terperinci

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK & ANTI DIURETIK Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK VOLUME URINE ANTI DIURETIK DIURETIK OSMOTIK PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE DIURETIK DIURETIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) 114 Lampiran 2 Simplisia daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) A a b Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala diperoleh dari Bogor karena dari penelitian yang dilakukan oleh jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan menggunakan destilasi uap diketahui bahwa biji pala

Lebih terperinci

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan proses pembentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) 1. Kandungan kimia kacang panjang (Vigna sinensis L.) Kacang panjang (Vigna sinensis L.) mengandung flavonol, glikosida flavonol, dan antosianidin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik Gambar tumbuhan jengkol Gambar buah jengkol Keterangan : A = kulit jengkol B = biji jengkol Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar biji jengkol tua Gambar simplisia biji jengkol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN EFEK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN FUROSEMID TERHADAP DIURESIS PADA LAKI-LAKI DEWASA

ABSTRAK. PERBANDINGAN EFEK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN FUROSEMID TERHADAP DIURESIS PADA LAKI-LAKI DEWASA ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN FUROSEMID TERHADAP DIURESIS PADA LAKI-LAKI DEWASA Johannes Dimas Aditya, 2013, Pembimbing I: Sijani Prahastuti, dr, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA ABSTRAK PENGARUH BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA Andrew Manggala, 2011, Pembimbing I Pembimbing II : Lisawati Sadeli, dr, M.kes : Johan Lucianus, dr, M.Si Pada jaman ini,

Lebih terperinci

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun. Hal tersebut didukung dengan kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperurisemia merupakan keadaan meningkatnya kadar asam urat dalam darah di atas normal ( 7,0 mg/dl) (Hidayat 2009). Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer) yang dikenal sebagai penyakit kardiovaskular. Meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH STROBERI (FRAGRARIA FRUCTUS) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA NORMAL

ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH STROBERI (FRAGRARIA FRUCTUS) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA NORMAL ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH STROBERI (FRAGRARIA FRUCTUS) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA NORMAL Asina Christine, 2007. Pembimbing I : Pinandjojo Djojosoewarno, Drs., dr., AIF Pembimbing II : Rosnaeni,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ethical Clearanc

Lampiran 1. Ethical Clearanc Lampiran 1. Ethical Clearanc 4 Lampiran. Hasil Identifikasi Tumbuhan 4 Lampiran. Tanaman anting-anting Lampiran 4. Bagian tanaman anting-anting yang digunakan 44 Lampiran. Simplisia tanaman anting-anting

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Alur prosedur kerja Hewan coba yang digunakan adalah mencit putih jantan berumur 8-10 minggu galur Swiss Webster sebanyak 25 ekor dengan berat badan 20-25 mg. Hewan coba diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT LETHAL DOSE 50 (LD50) EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH ( Averrhoa bilimbi L.) PADA MENCIT (Mus musculus albinus)

PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT LETHAL DOSE 50 (LD50) EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH ( Averrhoa bilimbi L.) PADA MENCIT (Mus musculus albinus) PENGUJIAN TOKSISITAS AKUT LETHAL DOSE 50 (LD50) EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH ( Averrhoa bilimbi L.) PADA MENCIT (Mus musculus albinus) Raden Enen Rosi Manggung FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

Potensi Diuretik Rambut Jagung (Zea mays L.) Diuretic Potency of Corn Silk (Zea mays L.)

Potensi Diuretik Rambut Jagung (Zea mays L.) Diuretic Potency of Corn Silk (Zea mays L.) Potensi Diuretik Rambut Jagung (Zea mays L.) Diuretic Potency of Corn Silk (Zea mays L.) Ruqiah Ganda Putri Panjaitan 1, Rahmat Saputra 2, Ekowati Handharyani 3 1 Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP-Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Tabel Persen Degranulasi Mastosit Mencit Jantan

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Tabel Persen Degranulasi Mastosit Mencit Jantan Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Tabel Persen Degranulasi Mastosit Mencit Jantan Perlakuan Rata-rata jumlah sel Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 % Deg Rata-rata jumlah sel % Deg Rata-rata jumlah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan 44 Lampiran 2. Bunga, simplisia bunga pepaya jantan dan Serbuk simplisia bunga pepaya jantan a. Bunga Pepaya Jantan b. Simplisia bunga pepaya jantan

Lebih terperinci

UJI EFEK DIURETIK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Blume) Miq.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) ABSTRACT

UJI EFEK DIURETIK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Blume) Miq.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) ABSTRACT UJI EFEK DIURETIK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Blume) Miq.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) Lilie Ritzki Arliani 1), Widdhi Bodhi 1), A.C. Wullur 1) 1) Program

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

Lampiran Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni 1. Biji mahoni yang sudah dikupas kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. 2. Serbuk simplisia tersebut di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster berumur delapan minggu dengan berat badan 20 25 g, diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penyiapan Bahan Daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang digunakan sudah berwarna hijau tua dengan ukuran yang sama. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan pre test-post test control group design (Pocock,2008). P0 O1 O5 P1 O2 O6 P S R

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SEBAGAI ANTIGLAUKOMA

PEMANFAATAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SEBAGAI ANTIGLAUKOMA Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman 16-20 ISSN : 1410-0177 PEMANFAATAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon spicatus B.B.S.) SEBAGAI ANTIGLAUKOMA Siska 1, Hadi Sunaryo 1, Jamaliah

Lebih terperinci