PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS KONVERTER DAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS KONVERTER DAYA"

Transkripsi

1 5 PENDEKATAN BARU UNTUK 2 SINTESIS KONVERTER DAYA 2.1 Pendahuluan Beberapa teknik sintesis konverter sudah dipakai untuk mendapatkan suatu konverter baru yang memenuhi kriteria yang diinginkan [1]-[10]. Pada [4] telah ditunjukkan bahwa topologi dasar konverter bisa diturunkan dari sebuah sel saklar kanonik. Beberapa peneliti telah membangun suatu teknik membangun konverter daya secara analitik [2]- [3]. Sifat dual dari suatu rangkaian elektrik juga telah terbukti merupakan salah satu alat untuk menghasilkan suatu topologi konverter daya yang baru yang merupakan pasangan dual dari konverter daya tertentu [10]. Konverter daya dengan konfigurasi bertingkat telah diajukan pada [9] untuk menghasilkan suatu konverter daya yang memiliki rasio tegangan tinggi antara masukan dengan keluarannya. Salah satu teknik sintesis konverter adalah dengan mengkombinasikan lebih dari satu konverter daya, baik secara kaskade [6], paralel [2],

2 6 maupun kombinasi konverter. Teknik yang disebutkan belakangan belum terlalu dimanfaatkan dengan baik untuk mensintesis suatu konverter daya. Pendekatan yang dilakukan berdasarkan kombinasi hubungan dari suatu two-port networks tanpa mengabaikan kaidah topologi dasar dari suatu konverter daya. Pendekatan ini dapat diaplikasikan untuk berbagai macam konverter daya tergantung dari keperluan yang kita butuhkan serta dari ketersediaan sumber yang ada. Dengan menggunakan teknik sintesis yang diusulkan, kita dapat mengekstrak keuntungan-keuntungan khusus dari masing-masing konverter untuk menghasilkan suatu konverter yang sesuai dengan kebutuhan tertentu. Sebagai contoh, konverter boost diinginkan untuk beberapa aplikasi karena sifat arus masukannya yang kontinyu. Namun sayangnya konverter boost hanya bisa mengubah tegangan masukan dc menjadi tegangan keluaran dc yang lebih tinggi. Dapatkah kita menghasilkan tegangan dc keluaran yang lebih kecil namun tetap memiliki sifat arus masukan yang kontinyu seperti halnya pada konverter boost? Sama juga pada konverter buck diinginkan pada aplikasi tertentu karena arus keluaran yang kontinyu, namun konverter buck hanya mampu mengubah tegangan dc masukan menjadi tegangan keluaran yang lebih rendah. Dapatkah kita menghasilkan tegangan keluaran yang lebih tinggi namun arus keluaran bersifat kontinyu? Permasalahan lain menggunakan konverter boost atau buck adalah ketika kita menginginkan untuk mengghasilkan tegangan keluaran yang memiliki rasio tinggi apabila dibandingkan dengan tegangan masukannya. Rasio tegangan maksimum yang bisa dihasilkan dibatasi oleh waktu ON dan OFF dari divais pensaklaran yang digunakan. Pada bab ini suatu pendekatan baru untuk sintesis konverter daya diusulkan. Dengan menggunakan teknik sintesis yang diusulkan dapat dihasilkan suatu konverter daya yang mampu menghasilkan tegangan keluaran yang memiliki rasio tinggi dibandingkan dengan tegangan

3 7 masukannya. Beberapa hasil percobaan ditampilkan untuk menunjukkan konverter dc-dc rasio tinggi yang diperoleh. 2.2 Batasan-Batasan Dasar Suatu Topologi Pada proses mensintesis suatu konverter daya batasan-batasan dasar suatu topologi konverter harus tetap dipatuhi. Pada [1] seluruh batasan yang ada telah dijelaskan dengan baik. Beberapa batasan yang dirasa paling utama ditunjukkan pada Gambar 2.1. Ditunjukkan pada Gambar 2.1(a), hanya ada dua konfigurasi yang valid untuk menghubungkan sumber masukan dengan suatu divais saklar. Sumber tegangan hanya boleh dihubungkan seri dengan suatu saklar, sementara hubungan paralel antara sumber tegangan dengan saklar tidak diperbolehkan karena mengakibatkan sumber tegangan terhubung singkat apabila saklar dinyalakan. Sebaliknya, sumber arus tidak boleh dihubungkan seri dengan saklar karena sumber arus tidak boleh terhubung terbuka. Pada kasus menghubungkan dua buah sumber melalui sebuah saklar, hanya terdapat dua buah konfigurasi yang valid, yaitu sumber arus terhubung dengan sumber tegangan melalui saklar secara seri dan sumber tegangan terhubung seri dengan sumber arus melalui saklar yang diletakkan paralel dengan sumber arus. Selain kedua konfigurasi tersebut, maka dapat mengakibatkan hubung singkat apabila saklar dinyalakan, atau mengakibatkan arus tidak dapat mengalir karena potensial yang sama. Batasan-batasan lain yang harus diperhatikan adalah apabila kita memiliki lebih dari satu sumber di sisi masukan konverter, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1(b). Sumber tegangan hanya boleh dihubungkan secara paralel apabila tegangan pada masing-masing sumber tegangan dijamin sama, sebaliknya sumber arus hanya boleh dihubungkan seri apabila dijamin besarnya arus pada masing-masing sumber arus

4 8 sama. Selain kedua hubungan yang disebutkan sebelumnya merupakan hubungan yang akan berubah menjadi satu sumber saja. Dalam melakukan sintesis konverter dengan pendekatan yang diusulkan, batasan-batasan yang dikemukakan diatas akan tetap dipatuhi, baik untuk hubungan suatu sumber dengan saklar maupun hubungan sumber dengan sumber lainnya. V 1 I 1 V 1 V 1 I 1 I 1 ( a) I 2 V 1 V 2 I 1 V = V 1 2 I = I 1 2 V 1 V 2 I1 I2 ( b) Gambar 2.1. Batasan topologi yang valid. (a) Konfigurasi untuk hubungan sumber dengan saklar. (b) Konfigurasi untuk hubungan sumber dengan sumber. 2.3 Sintesa Konverter Daya Konverter daya satu fasa, baik yang terisolasi maupun tidak, dapat direpresentasikan sebagai two-port networks karena memiliki dua pasang terminal masing-masing di sisi masukan dan sisi keluaran. Sehingga kita memiliki dua buah tegangan dan dua buah arus sebagai variabel rangkaian. Dengan menggunakan representasi two-port networks dari suatu konverter daya ini, kita dapat mengkombinasikan dua buah two-port

5 9 networks tersebut menjadi berbagai kemungkinan kombinasi hubungan. Terdapat empat kemungkinan bentuk hubungan kombinasi dari two-port networks, yaitu 1. Masukan-paralel, keluaran-paralel 2. Masukan-paralel, keluaran-seri 3. Masukan-seri, keluaran-paralel 4. Masukan-seri, keluaran-seri Sehingga dengan memilih konverter daya yang sesuai untuk dihubungkan dengan konverter daya yang lain menggunakan hubungan yang sesuai diantara empat kemungkinan hubungan yang ada, kita akan mendapatkan konverter daya yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginan kita. Karakteristik untuk setiap hubungan dijelaskan pada bagian berikutnya Masukan-paralel, keluaran-paralel Hubungan masukan-paralel, keluaran paralel dari dua buah konverter ditunjukkan pada Gambar 2.2. Pada hubungan ini berlaku v = v = v (2.1) i i1 i2 v = v = v (2.2) o o1 o2 i = i i (2.3) i i1 i2 i = i i (2.4) o o1 o2 Berdasarkan pers.(2.1)-(2.4) kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan masukan-paralel, keluaran-paralel sesuai untuk keperluan apabila kita menginginkan arus keluaran yang lebih besar sementara kita hanya memiliki satu buah sumber di sisi masukan.

6 10 ii i i 1 i o1 i o v i v i1 Converter 1 v o1 v o i i2 i o2 v i2 Converter 2 v o2 Gambar 2.2. Hubungan masukan-paralel, keluaran-paralel. Kita ambil suatu contoh mensintesis konverter daya dengan menggunakan konfigurasi ini. Misalkan dua buah konverter yang ingin kita hubungkan adalah konverter dc-dc buck seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3(a). Gambar 2.3(b) merupakan Gambar 2.3(a) yang disusun ulang untuk alasan kesederhanaan saja untuk mempermudah memparalel dua konverter tersebut. Dengan konfigurasi paralel baik sisi masukan maupun sisi keluaran, maka kedua buah konverter dc-dc buck menjadi konverter yang ditunjukkan pada Gambar 2.3(c). Sesuai dengan batasan topologi konverter yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kita boleh memparalel dua sumber tegangan jika kita menjamin tegangannya sama. Untuk menjamin sama maka sumber tegangan di sisi masukan bisa dijadikan satu saja seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3(d). Di sisi keluaran, sumber arus yang ditunjukkan pada Gambar 2.3(d) merupakan penjumlahan dari dua sumber arus yang terhubung paralel pada Gambar 2.3(c). Sehingga kita memperoleh suatu konverter yang sesuai untuk arus yang tinggi di sisi keluaran.

7 11 E d1 2 o 1 E d 2 4 o 2 ( a) E d1 2 o 1 E d 2 4 o 2 ( b) E d1 2 o 1 E d 2 4 o 2 () c E d S2 Io ( d) L I o E d L Load () e Gambar 2.3. Detil penurunan konverter dari konfigurasi masukan-paralel, keluaran paralel.

8 12 Konverter yang dihasilkan pada Gambar 2.3(d) sering disebut dengan konverter dc-dc dua fasa. Apabila divais saklar yang dipilih adalah transistor dan dioda maka konverter dc-dc dua fasa menjadi yang ditunjukkan pada Gambar 2.3(e). Kendali yang diberikan untuk saklarsaklar konverter dc-dc dua fasa berbeda fasa, artinya sinyal untuk merupakan sinyal yang diberikan untuk namun bergeser sudut Dengan kendali seperti ini konverter dc-dc dua fasa ini memiliki keunggulan pada duty cycle 0.5 riak arus keluarannya bernilai nol. Hal ini dikarenakan adanya efek saling menghilangkan dari riak arus pada masing-masing induktor ketika duty cycle 0.5. Selain itu frekuensi riak keluaran juga lebih tinggi. Apabila jumlah konverter dc-dc buck yang disusun dengan konfigurasi masukan-paralel, keluaran-paralel lebih dari dua buah maka akan dihasilkan konverter dc-dc multifasa. Tidak ada permasalahan dalam menghubungkan secara paralel untuk jenis konverter apa saja Masukan-paralel, keluaran-seri Hubungan masukan-paralel, keluaran-seri ditunjukkan pada Gambar 2.3. Karakteristik keluaran dari hubungan ini ditunjukkan oleh v = v v (2.5) o o1 o2 i = i = i (2.6) o o1 o2 Sementara karakteristik bagian masukan dari hubungan ini sama dengan yang ditunjukkan pada pers.(2.1) dan (2.3). Konverter yang dihasilkan dari hubungan ini sesuai untuk keperluan tegangan keluaran yang lebih tinggi atau rendah, tergantung dari polaritas tegangan keluaran dari masing-masing konverter. Sehingga kita dapat mengatur besar dan polaritas dari tegangan keluaran masing-masing

9 13 konverter untuk mendapatkan tegangan keluaran yang sesuai dengan kebutuhan beban. ii i i 1 i o1 i o v i v i1 Converter 1 v o1 v o i i2 v i2 Converter 2 i o2 v o2 Gambar 2.4. Hubungan masukan-paralel, keluaran-seri. Pada aplikasi seperti untuk panel surya, penggunaan konverter dc-dc boost sangat diminati karena memiliki keunggulan arus di sisi masukan bersifat kontinyu, namun sifat boost yang hanya bisa menaikkan bisa menjadi kendala apabila ternyata diinginkan tegangan yang lebih kecil. Bagaimana kita bisa memperoleh suatu konverter yang memiliki sifat arus kontinyu seperti pada konverter boost, namun konverter tersebut bersifat menurunkan tegangan? Dengan menggunakan pendekatan sintesis yang diusulkan, kita ambil satu konfigurasi masukan-paralel, keluaran-seri (Gambar 2.4) dari dua buah konverter dc-dc menggunakan dua buah konverter dc-dc tipe boost. Gambar 2.5(a) menunjukkan dua buah konverter dc-dc yang akan dihubungkan sesuai dengan hubungan pada Gambar 2.4. Dengan menghubungkan sisi masukan dari dua buah konverter dc-dc secara paralel akan menghasilkan rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 2.5(b). Disini kita memiliki suatu konverter dengan sebuah sumber masukan dengan dua buah keluaran. Untuk mendapatkan tegangan beban, kita bisa memperolehnya dari perbedaan potensial dua titik. Sehingga apabila beban kita hubungkan seri melalui dua konverter, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5(c). Sehingga dengan mengatur besar tegangan di masing-masing boost konverter maka tegangan beban

10 14 dapat kita tentukan besarnya dari selisih kedua tegangan tersebut. Hal inilah yang menjadi keunggulan dari konverter yang diturunkan dari pendekatan yang diusulkan. Arus di sisi masukan tetap kontinyu sedangkan tegangan keluaran lebih rendah daripada tegangan masukan. Apabila implementasi saklar pada Gambar 2.5(c) menggunakan transistor, maka rangkaian konverter yang kita maksudkan dapat dinyatakan pada Gambar 2.5(d). Rangkaian yang telah diperoleh ini tidak hanya bisa menjadi konverter penurun tegangan saja, apabila masing-masing boost konverter dikendalikan dengan modulasi sinusoidal yang bergeser maka tegangan pada beban menjadi tegangan bolak-balik. Dengan kata lain konverter ini juga bisa bekerja sebagai inverter. Inverter ini pernah ditunjukkan oleh [9] dari pendekatan yang lain Masukan-seri, keluaran-paralel Hubungan masukan-seri, keluaran-paralel ditunjukkan pada Gambar 2.4. Pada konfigurasi ini diinginkan arus keluaran yang lebih besar dari arus keluaran masing-masing konverter sesuai dengan karakteristik hubungan jenis ini v = v v (2.7) i i1 i2 v = v = v (2.8) o o1 o2 i = i = i (2.9) i i1 i2 i = i i (2.10) o o1 o2 Apabila konverter yang dihasilkan didesain untuk dapat mengalirkan daya dalam dua arah, maka konverter jenis ini merupakan kebalikan dari konverter hubungan masukan-paralel, keluaran-seri.

11 15 a E S o1 1 L1 L2 E E S E d1 d 2 3 o 2 b a E S o1 1 ( a) L1 L2 b E o2 E d ( b) Load a L1 L2 b E S o1 1 E o2 E d () c Load a v o L1 L2 C v 1 S s C2 1 b ( d) Gambar 2.5. Detil penurunan konverter menggunakan konfigurasi masukan-paralel, keluaran seri. i i i i i i1 o1 o v i1 Converter 1 v o1 v o v i i i2 v i2 Converter 2 i o2 v o2 Gambar 2.6. Hubungan masukan-seri, keluaran-paralel

12 16 Dengan menggunakan konfigurasi ini, kita dapat mensintesis suatu konverter dc-dc rasio tinggi. Misalkan kita pilih konverter dc-dc boost sebagai penyusun dengan konfigurasi masukan-seri, keluaran-paralel seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7(a). Pada Gambar 2.7(b) saklar pada konverter boost yang kedua ditukar letaknya tanpa mengurangi fungsi dari konverter boost untuk mempermudah dalam menghubungkan kedua konverter. Dengan menghubungkan sisi masukan secara seri dan sisi keluaran secara paralel maka kita peroleh topologi yang ditunjukkan pada Gambar 2.7(c). Gambar 2.7(c) diatur ulang susunannya menjadi Gambar 2.7(d). Konverter yang ditunjukkan pada Gambar 2.7(d) bisa bekerja dalam dua arah aliran daya, tergantung dari implementasi divais saklar yang dipilih. Apabila dikehendaki hanya mengalirkan satu arah daya saja, maka apabila sumber arus berperan menjadi sisi sumber maka konverter bekerja sebagai penaik tegangan. Sebaliknya apabila sumber tegangan berperan sebagai sisi sumber, maka konverter bekerja sebagai penurun tegangan. Gambar 2.8 menunjukkan implementasi saklar apabila diinginkan hanya mengalirkan daya dalam satu arah saja. Topologi konverter dc-dc rasio tinggi yang akan diusulkan pada bagian selanjutnya menggunakan konverter ini sebagai dasar pembentukannya Masukan-seri, keluaran-seri Konfigurasi masukan-seri, keluaran-seri ditunjukkan pada Gambar 2.5. Karakteristik sisi masukan dan keluaran untuk konverter jenis ini ditunjukkan sebagai v = v v (2.11) i i1 i2 v = v v (2.12) o o1 o2 i = i = i (2.13) o o1 o2 i = i = i (2.14) i i1 i2

13 Bab 2 Pendekatan Baru Untuk Sintesis Konverter Daya 17 Hubungan konverter jenis ini sesuai apabila kita menginginkan tegangan keluaran yang lebih tinggi atau rendah sementara sumber masukan memiliki rating tegangan yang lebih tinggi daripada rating masing-masing konverter. I S d1 1 E o1 I d 2 E o 2 ( a) I d1 E o1 I d 2 E o2 ( b) I d1 E o I d 2 () c c I d a b E o d ( d) Gambar 2.7. Detil penurunan konverter dari konfigurasi masukan-seri, keluaran-paralel.

14 18 a L L S3 S4 a E d b C Load E d b C Load n ( a) ( b) n Gambar 2.8. Implementasi saklar pada konverter yang diturunkan di Gambar 2.7. ii i i1 i o1 i o v i1 Converter 1 v o1 v i i i2 i o2 v o v i2 Converter 2 v o2 Gambar 2.9. Hubungan masukan-seri, keluaran-seri Konfigurasi masukan-seri, keluaran-seri, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9, dapat dijadikan contoh apabila konverter yang akan disusun masing-masing merupakan konverter dc-dc dasar tipe buck, ditunjukkan pada Gambar 2.10(a). Supaya dapat disusun dalam hubungan seri, maka konverter dc-dc yang kedua susunan saklarnya ditukar tanpa mempengaruhi kerja dari konverter tersebut, ditunjukkan pada Gambar 2.10(b). Karena konfigurasi dasar yang dipilih adalah seri baik di sisi masukan maupun di sisi keluaran maka dua buah konverter pada Gambar 2.10(b) dapat disusun seri menjadi konverter yang ditunjukkan pada Gambar 2.10(c). Pada awal bab telah disinggung tentang batasan-batasan sumber arus yang terhubung seri, karena arus yang mengalir pada hubungan seri sumber arus maka tidak akan pernah ada arus yang mengalir ke cabang diantara dua sumber arus tersebut sehingga topologi pada Gambar 2.10(c) dapat disederhanakan menjadi topologi yang

15 19 E d1 2 o 1 E d 2 4 o 2 ( a) E d1 2 o 1 E d 2 S4 I o 2 ( b) E d1 2 o 1 E d 2 S4 I o 2 () c E d1 2 o 1 E d 2 S4 I o 2 ( d) L E d E d1 E o E d 2 () e Gambar Detil penurunan konverter dari konfigurasi masukan-seri, keluaran-seri.

16 20 ditunjukkan pada Gambar 2.10(d). Topologi yang diperoleh pada Gambar 2.10(d) ini merupakan topologi yang sama dengan topologi yang diperoleh pada [12] dengan menggunakan konsep dual rangkaian. Implementasi saklar untuk topologi pada Gambar 2.10(d) sangat tergantung dengan kebutuhan. Sebagai contoh apabila diinginkan konverter ditunjukkan pada Gambar 2.10(d) bisa bekerja pada dua arah daya yang berkebalikan maka implementasi rangkaiannya menjadi konverter yang ditunjukkan pada Gambar 2.10(e). Konverter dc-dc multilevel yang diperoleh pada Gambar 2.10(d) merupakan salah satu topologi konverter dc-dc multilevel dengan jumlah level yang paling sedikit, yaitu tiga level yang terbentuk dari dua buah konverter dc-dc. Sekarang bagaimana apabila diinginkan konverter dc-dc dengan jumlah level yang lebih banyak? Dengan menghubungkan lebih banyak konverter dc-dc secara seri maka kita akan memperoleh konverter dc-dc multilevel dengan jumlah level yang lebih banyak. Akan dibahas pembentukan konverter dengan lebih dari dua konverter pada bagian selanjutnya mengenai batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam menghubungkan lebih dari dua konverter. Secara ringkas, dengan menggunakan dua buah konverter dc-dc tipe buck menggunakan konfigurasi-konfigurasi yang disebutkan diatas dihasilkan topologi-topologi konverter yang ditunjukkan pada Gambar 2.11.

17 21 Converter 1 Converter 1 Converter 1 Converter 1 Converter 2 Converter 2 Converter 2 Converter 2 Gambar Beberapa topologi konverter yang bisa diturunkan dari berbagai hubungan masukan keluaran menggunakan sintesis konverter yang diusulkan. 2.4 Sintesis Konverter Untuk Lebih dari Dua Konverter Konverter yang dapat dikombinasikan bisa jenis konverter apa saja, seperti penyearah, inverter, konverter dc-dc, dsb. Jumlah konverter yang bisa dikombinasikan juga tidak terbatas hanya dua konverter saja, melainkan dapat dikembangkan untuk jumlah konverter yang lebih dari dua. Namun untuk menghubungkan konverter yang tidak terisolasi lebih dari dua diperlukan trik khusus untuk melakukannya karena kita tidak bisa melakukannya dengan mudah seperti halnya pada kasus untuk menghubungkan lebih dari dua konverter yang terisolasi. Untuk kasus konfigurasi masukan-paralel, keluaran-paralel, tidak menjadi masalah untuk menghubungkan lebih dari dua konverter yang tidak terisolasi. Namun untuk hubungan seri lebih dari dua konverter tidak terisolasi tidak semudah menghubungkannya secara paralel, diperlukan trik tertentu untuk dapat melakukannya. Kita tidak bisa menghubungkan secara langsung lebih dari dua konverter secara seri, supaya kita tetap bisa menghubungkan secara seri maka yang harus kita lakukan adalah menghubungkan dahulu dua buah konverter menjadi satu buah konverter baru. Kemudian konverter ketiga dihubungkan ke konverter baru yang

18 22 berasal dari hubungan dua buah konverter tersebut. Apabila kita ingin menghubungkan empat konverter maka yang bisa kita lakukan adalah menghubungkan masing-masing dua buah konverter kemudian menghubungkan secara dua buah hubungan dua konverter yang telah kita peroleh menjadi hubungan empat konverter. Dengan kata lain kita bisa menghubungkan lebih dari dua konverter dalam bentuk hubungan masing-masing dua buah konverter. Bagaimana batasan tadi terlihat dalam mensintesis konverter, kita ambil contoh konverter yang kita peroleh dari konfigurasi masukan-seri, keluaran-seri sebelumnya yang ditunjukkan pada Gambar 2.10(d). Seperti terlihat pada Gambar 2.10(d) sebelumnya, terdapat saklar pada setiap terminal sumber tegangan artinya kita tidak akan pernah bisa langsung menempelkan konverter dc-dc ketiga seperti halnya ketika membentuk dari dua konverter saja (Gambar 2.10(b)-(c)). Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan trik khusus supaya hubungan seri masih bisa terbentuk. Yang harus kita lakukan adalah menghubungkan konverter ketiga ke hubungan dua konverter yang telah berhasil diperoleh sebelumnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10(b), dengan hubungan ini maka secara rangkaian ketiga konverter tetap terhubung seri. Gambar 2.12(c) menunjukkan konverter dc-dc multilevel yang terbentuk dari hubungan tiga buah konverter. Untuk kasus konverter dc-dc multilevel ini maka apabila kita ingin mendapatkan dari, misalnya, empat buah konverter maka topologi konverter yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar Terlihat bahwa konverter yang dihasilkan merupakan hubungan seri dari dua buah konverter yang dihasilkan pada Gambar 2.10(d).

19 23 E d 3 S 5 6 o 3 E d1 2 o 1 E d 2 S4 I o 2 ( a) E d 3 S 5 6 o 3 E d1 2 o 1 E d 2 S4 I o 2 ( b) E d 3 S 5 S 6 E d1 S2 Io E d 2 () c Gambar Trik menghubungkan lebih dari dua konverter untuk hubungan seri.

20 24 E d1 E d 2 I o E d 3 S 5 S 6 E d 4 S 7 S 8 Gambar Konverter dc-dc multilevel disusun dari empat buah konverter dc-dc dasar. Selain batasan yang telah disebutkan tadi, dalam mensintesis konverter dengan menggunakan pendekatan yang diusulkan maka batasan-batasan topologi dasar yang telah dipaparkan di bagian awal bab ini harus selalu dipatuhi. Karakteristik dari konverter yang akan kita hubungkan harus diketahui dengan pasti, apakah konverter tersebut merupakan sumber arus atau sumber tegangan. sebelum menghubungkan dengan konfigurasi yang sesuai. 2.5 Konverter dc-dc Rasio Tinggi Pada konverter dc-dc konvensional yang tidak terisolasi, rasio yang tinggi antara tegangan masukan terhadap tegangan keluaran dapat menimbulkan masalah karena keterbatasan dari divais pensaklaran yang digunakan. Rasio tinggi antara masukan dengan keluaran akan membuat saklar beroperasi pada duty cycle yang sangat kecil atau sangat besar sedangkan pada saklar yang tidak ideal diperlukan waktu untuk menyalakan atau mematikan saklar. Untuk mengatasi permasalahan ini

21 25 suatu topologi baru konverter dc-dc rasio tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan sintesis konverter yang telah diusulkan pada bagian sebelumnya. Menggunakan pendekatan sintesis ini membuat kita bisa memperoleh rasio tinggi antara masukan terhadap keluaran dari perbedaan potensial diantara masing-masing konverter. Sehingga kita tidak lagi menghadapi permasalahan duty cycle yang ekstrim karena kita tetap bisa mengoperasikan saklar pada duty cycle yang menengah. Apabila kita ingin memperoleh konverter dc-dc rasio tinggi seperti yang telah disebutkan sebelumnya maka konfigurasi yang dipilih adalah hubungan masukan-paralel, keluaran-seri (Gambar 2.4), atau hubungan masukan-seri, keluaran-paralel (Gambar 2.6) dari dua buah konverter dcdc. Dengan menghubungkan sisi masukan dari dua buah konverter dc-dc secara paralel akan menghasilkan rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 2.14(b). Disini kita memiliki suatu konverter dengan sebuah sumber masukan dengan dua buah keluaran. Kemudian kita harus menghubungkan dua buah keluaran dc-dc konverter secara seri, Gambar 2.14(c) menunjukkan hasil rangkaian konverter yang sisi keluaran telah terbubung secara seri. Sesuai dengan batasan topologi dasar, dua sumber arus yang terhubung seri akan menjadi satu buah sumber arus saja, ditunjukkan pada Gambar 2.14(d). Rangkaian konverter dc-dc rasio tinggi yang dihasilkan pada Gambar 2.14(d) bisa beroperasi pada dua arah aliran daya, apabila sumber tegangan merepresentasikan masukan dan sumber arus merepresentasikan beban maka rangkaian konverter dc-dc rasio tinggi beroperasi sebagai penurun tegangan. Sebaliknya jika sumber arus merepresentasikan masukan maka rangkaian ini bekerja sebagai penaik tegangan. Implementasi divais saklar yang akan digunakan pada rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 2.14(d) tergantung keperluan

22 26 dan arah daya konverter dc-dc rasio tinggi yang diinginkan. Apabila kita menginginkan satu arah daya saja dan divais saklar yang dipilih adalah transistor dan dioda maka diperoleh rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 2.11(e)-(f) E d1 2 o1 E d 2 4 o 2 ( a) I o1 E d 4 o 2 ( b) I o1 E d 4 o 2 () c I o E d ( d) a L L S3 S4 a E d b C Load E d b C Load n () e ( f ) n Gambar Detil penurunan konverter dc-dc rasio tinggi.

23 27 Seperti telah disebutkan sebelumnya, rasio tinggi antara tegangan sisi masukan terhadap tegangan keluaran dari konverter dc-dc rasio tinggi yang diusulkan didapatkan tanpa harus mengoperasikan saklar pada duty cycle yang ekstrim. Hal ini dapat diperoleh karena pada konverter dc-dc rasio tinggi yang diusulkan kita dapat mengendalikan masing-masing konverter secara independen. Untuk menunjukkan bahwa kendali dilakukan secara terpisah untuk masing-masing konverter, tinjau kembali Gambar 2.14(e) sekali lagi. Tegangan diantara titik a dan n adalah tegangan keluaran dari konverter dc-dc yang pertama, dapat dinyatakan dengan v an 0 apabila S mati 1 = (2.15) E d apabila S 1 nyala Jika durasi waktu mati disebut dengan T off1, durasi nyala disebut dengan T on1, serta waktu satu T off1 dan T on1 berurutan disebut dengan T s, maka nilai rata-rata dari v an pada satu periode penyaklaran dapat dinyatakan dengan v T = 0. T E T (2.16) AN s off 1 d on1 Sehingga T v = E = E D (2.17) on1 AN d d Ts 1 Dimana v AN adalah nilai rata-rata dari v an, dan D 1 = T on1 /T off1 = v AN /E d adalah duty cycle dari saklar pada konverter dc-dc yang pertama. Dengan menggunakan cara yang sama, tegangan rata-rata untuk v bn adalah T v = E = E D (2.18) on2 BN d d Ts 2 Dimana v BN adalah nilai rata-rata dari v bn, dan D 2 = T on2 /T off2 = v BN /E d adalah duty cycle dari saklar pada konverter dc-dc yang kedua. Karena

24 28 beban terhubung diantara titik a dan b, maka tegangan beban dapat dinyatakan sebagai vload = van vbn (2.19) v = E D E D (2.20) load d 1 d 2 load d ( ) v = E D D (2.21) 1 2 Dari pers.(2.21) jelas terlihat bahwa kita dapat memperoleh nilai tegangan beban yang kecil jika bagian (D 1 -D 2 ) dibuat kecil. Untuk mendapatkan (D 1 -D 2 ) yang kecil kita tidak perlu membuat D 1 dan D 2 masing-masing juga bernilai kecil, tetapi kita dapat memilih nilai-nilai yang besarnya menengah sepanjang hasil pengurangannya bernilai kecil. Sehingga kita akan memperoleh rasio yang tinggi antara sisi masukan terhadap sisi keluaran konverter dc-dc rasio tinggi sementara divais saklarnya tetap beroperasi pada duty cycle yang moderat. Pada operasi sebagai konverter dc-dc rasio tinggi tipe boost, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14(f), tegangan pada beban disebut dengan v c sehingga dipenuhi kondisi sebagai berikut: v = E v v v (2.22) C d L S3 S2 Dimana v L, v S3, v S2 adalah tegangan induktor, tegangan pada, dan tegangan pada secara berurutan. v S2 sendiri dapat dinyatakan sebagai: v S2 0 apabila S mati 1 = (2.23) v C apabila S 1 nyala Nilai rata-rata v S2 selama satu periode penyaklaran adalah v = kv (2.24), av 1 c

25 29 Dimana v S2,av adalah nilai rata-rata dari v S2 dan k 1 adalah duty cycle dari saklar. Dengan menggunakan cara yang sama, nilai rata-rata tegangan pada dapat dinyatakan dengan: v = k v (2.25), av 2 c v S3,av adalah nilai rata-rata dari v S3 dan k 2 merupakan duty cycle dari saklar. Karena tegangan rata-rata pada induktor adalah nol, maka pers.(2.22) dapat dinyatakan kembali sebagai: v = E kv k v (2.26) C d 1 C 2 C v c = 1 Ed 1 ( k k ) (2.27) 1 2 Jelas terlihat dari pers.(2.27), apabila kita menginginkan tegangan keluaran yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan tegangan masukannya maka kita harus membuat bagian (k 1 k 2 ) bernilai mendekati satu. Kita tidak perlu membuat masing-masing k 1 dan k 2 untuk bernilai mendekati satu selama penjumlahannya bernilai mendekati satu. Hal ini merupakan salah satu hal yang menarik lainnya dari konverter dc-dc rasio tinggi yang diusulkan, yaitu kita dapat memperoleh tegangan keluaran yang tinggi tanpa mengoperasikan saklar pada duty cycle yang ekstrim. 2.6 Hasil Eksperimen Untuk memverifikasi topologi yang diusulkan, suatu rangkaian konverter dc-dc rasio tinggi yang diusulkan dibangun di laboratorium sesuai dengan Gambar 2.14(e). Pada eksperimen ini tegangan masukan dc dibuat sebesar 50V. Tapis LC sebesar 4.3 mh dan 3300 μf diletakkan diantara konverter dengan beban resistif sebesar 5Ω. Sebagai divais pensaklaran dipilih transistor dan dioperasikan pada frekuensi penyaklaran 5 khz. Gambar 2.15 menunjukkan gelombang hasil eksperimen, Gambar 2.15 (atas) dan (tengah) menunjukkan tegangan keluaran masing-masing

26 30 konverter dc-dc, sedangkan Gambar 2.15(bawah) menunjukkan tegangan keluaran dari konverter dc-dc rasio tinggi yang diusulkan. Dapat terlihat bahwa tegangan keluaran merupakan selisih antara tegangan keluaran masing-masing konverter. Sehingga kita bisa memperoleh tegangan keluaran yang kecil tanpa harus mengoperasikan masing-masing saklar pada duty cycle yang sangat kecil. Gambar Bentuk gelombang yang diperoleh (50V/div, 50μs) (atas) tegangan pada konverter dc-dc yang pertama (tengah) tegangan pada konverter dc-dc yang kedua (bawah) tegangan keluaran dari konverter dc-dc rasio tinggi yang diusulkan. 2.7 Penutup Suatu pendekatan baru untuk mensintesis konverter daya telah diusulkan. Pendekatan untuk mensintesis konverter daya ini berdasarkan hubungan kombinasi dari dua buah two-ports networks. Dengan menggunakan teknik ini, suatu topologi baru konverter dc-dc rasio tinggi dapat diturunkan[16]. Konverter dc-dc rasio tinggi yang diusulkan dapat mengkonversi tegangan masukan menjadi tegangan keluaran dengan rasio yang tinggi tanpa harus mengoperasikan saklar-saklar pada duty cycle yang ekstrim. Hasil eksperimen telah ditunjukkan untuk memverifikasi topologi yang diusulkan.

SUATU PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS TOPOLOGI KONVERTER DAYA TESIS MAGISTER ARWINDRA RIZQIAWAN SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

SUATU PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS TOPOLOGI KONVERTER DAYA TESIS MAGISTER ARWINDRA RIZQIAWAN SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA HALAMAN JUDUL SUATU PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS TOPOLOGI KONVERTER DAYA TESIS MAGISTER ARWINDRA RIZQIAWAN 23206305 SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008 ii MAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI TOPOLOGI BARU KONVERTER DC-DC RASIO TINGGI 4

ANALISIS RUGI-RUGI TOPOLOGI BARU KONVERTER DC-DC RASIO TINGGI 4 50 ANALISIS RUGI-RUGI TOPOLOGI BARU KONVERTER DC-DC RASIO TINGGI 4 4. Pendahuluan Pada aplikasi sebenarnya saklar yang digunakan pada konverter dc-dc rasio tinggi bukanlah saklar ideal, melainkan saklar

Lebih terperinci

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KONVERTER DC KE DC CHOPPER PENGERTIAN DC to DC converter itu merupakan suatu device

Lebih terperinci

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik Agus Miftahul Husni 2209100132 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Mochamad Ashari,

Lebih terperinci

Analisis Rugi-Rugi Daya Konverter DC-DC

Analisis Rugi-Rugi Daya Konverter DC-DC Analisis Rugi-Rugi Daya Konverter DC-DC Kus Adi Nugroho 13196 / Teknik Tenaga Elektrik (A) / Program Studi Teknik Elektro Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik Sekolah Teknik Elektro dan nformatika

Lebih terperinci

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM :2201141004 TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER Rangkaian ini merupakan salah satu konverter DC-DC pada Elektronika Daya (ELDA). Dengan rangkaian Buck-Converter ini, kita

Lebih terperinci

TEKNIK KENDALI KONVERTER DC-DC

TEKNIK KENDALI KONVERTER DC-DC 60 TEKNIK KENDAI 5 KONVERTER DC-DC 5. Pendahuluan Pada aplikasi knverter dc-dc sebagai catu daya mde penyaklaran tentunya diinginkan dapat memberikan tegangan keluaran yang tetap pada keadaan mantap ataupun

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu kelistrikan yang menggabungkan ilmu elektronika dengan ilmu ketenaga-listrikan.

1 BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu kelistrikan yang menggabungkan ilmu elektronika dengan ilmu ketenaga-listrikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang ilmu kelistrikan yang sedang berkembang pesat dan berpengaruh dalam perkembangan teknologi masa kini adalah bidang elektronika daya. Elektronika

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Skema Buck Converter [5]... 7 Gambar 2. 2. Buck Converter: Saklar Tertutup [5]... 7 Gambar 2. 3. Buck Converter: Saklar Terbuka [5]... 8 Gambar 2. 4. Rangkaian Boost Converter

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil Respati Noor 1) Leonardus Heru P 2) 1) Jurusan Teknik Elektro UNIKA Soegijapranata, Semarang 50234, email : reswi_83@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Disain Konverter Charge Pump Rasio Tinggi Untuk Aplikasi Mobil Listrik

Disain Konverter Charge Pump Rasio Tinggi Untuk Aplikasi Mobil Listrik Disain Konverter Charge Pump Rasio Tinggi Untuk Aplikasi Mobil Listrik Heri Suryoatmojo E-mail: suryomgt@gmail.com Priyo Edy Wibowo E-mail: priyo10@mhs.ee.its.ac.id Mochamad Ashari E-mail: ashari@ee.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil Respati Noor 1) Leonardus Heru P 2) 1) Jurusan Teknik Elektro UNIKA Soegijapranata, Semarang 50234, email : reswi_83@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Teknik Kendali Konverter DC-DC Topologi Baru Mode Boost

Teknik Kendali Konverter DC-DC Topologi Baru Mode Boost Teknik Kendali Konverter DC-DC Topologi Baru Mode Boost Firman Sasongko, Pekik Argo Dahono, dan Arwindra Rizqiawan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. 0, Bandung

Lebih terperinci

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan konverter daya yang efisien dan berukuran kecil terus berkembang di berbagai bidang. Mulai dari charger baterai, catu daya komputer, hingga

Lebih terperinci

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan.

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan. Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Definisi : Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan. Diagram blok yang umum : Aplikasi : - Mode saklar penyuplai daya,

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya 1 Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya Dimas Setiyo Wibowo, Mochamad Ashari dan Heri Suryoatmojo Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER B176 DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER Bustanul Arifin, Heri Suryoatmojo, Soedibjo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penelitian mengenai sumber energi terbarukan sangat gencar dilakukan. Sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dikembangkan antara lain sumber energi tenaga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter. DC-DC konverter merupakan komponen penting

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Single Stage Boost-Inverter Terhubung Jaringan Satu Fasa Menggunakan Sel Bahan Bakar

Desain dan Simulasi Single Stage Boost-Inverter Terhubung Jaringan Satu Fasa Menggunakan Sel Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Desain dan Simulasi Single Stage Boost-Inverter Terhubung Jaringan Satu Fasa Menggunakan Sel Bahan Bakar Mochammad Reza Zakaria, Dedet Candra Riawan, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan tentang simulasi dan hasil penelitian serta analisa Motor Switched Reluctance. Pengujian alat ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Elektronika Daya ALMTDRS 2014 12 13 Gambar 1.1 Diode: (a) simbol diode, (b) karakteristik diode, (c) karakteristik ideal diode sebagai sakaler 14 2. Thyristor Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor ini, antara lain:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai pensakelaran, pengubah,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

PENGATURAN DAYA AKTIF PADA UNIFIED POWER FLOW CONTROLLER (UPFC) BERBASIS DUA KONVERTER SHUNT DAN SEBUAH KAPASITOR SERI

PENGATURAN DAYA AKTIF PADA UNIFIED POWER FLOW CONTROLLER (UPFC) BERBASIS DUA KONVERTER SHUNT DAN SEBUAH KAPASITOR SERI PENGATURAN DAYA AKTIF PADA UNIFIED POWER FLOW CONTROLLER (UPFC) BERBASIS DUA KONVERTER SHUNT DAN SEBUAH KAPASITOR SERI Mochamad Ashari 1) Heri Suryoatmojo 2) Adi Kurniawan 3) 1) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck PEROBAAN 5 REGUATOR TEGANGAN MODE SWITHING 1. Tujuan a. Mengamati dan mengenali prinsip regulasi tegangan mode switching b. Mengindetifikasi pengaruh komponen pada regulator tegangan mode switching c.

Lebih terperinci

Kendali Pensaklaran Freewheel untuk Pensaklaran Konverter PCCM

Kendali Pensaklaran Freewheel untuk Pensaklaran Konverter PCCM 1 Kendali Pensaklaran Freewheel untuk Pensaklaran Konverter PCCM Maickel Tuegeh,ST,. MT. * *Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Indonesia,

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic

Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Juni 2014 1 Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic Edi Wibowo, Heri Suryoatmojo

Lebih terperinci

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino Melzi Ambar Mazta 1, Ahmad Saudi Samosir 2, Abdul Haris 3 Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL FAKULTAS TEKNIK UNP JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : I PROGRAM STUDI : DIV WAKTU : 2 x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI051

Lebih terperinci

LAMPIRAN A RANGKAIAN CATU DAYA BEBAN TAK LINIER. Berikut adalah gambar rangkaian catu daya pada lampu hemat energi :

LAMPIRAN A RANGKAIAN CATU DAYA BEBAN TAK LINIER. Berikut adalah gambar rangkaian catu daya pada lampu hemat energi : LAMPIRAN A RANGKAIAN CATU DAYA BEBAN TAK LINIER Berikut adalah gambar rangkaian catu daya pada lampu hemat energi : Gb-A.1. Rangkaian Catu Daya pada Lampu Hemat Energi Gb-A.2. Rangkaian Catu Daya pada

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 6 Penyearah Gelombang menggunakan SCR

Mekatronika Modul 6 Penyearah Gelombang menggunakan SCR Mekatronika Modul 6 Penyearah Gelombang menggunakan SCR Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan mengidentifikasi penyearah gelombang menggunakan Silicon Controlled Rectifier (SCR) Tujuan Bagian

Lebih terperinci

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil istrik A. M. Husni, M. Ashari Prof,

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO APLIKASI KARAKTERISTIK PENYEARAH SATU FASE TERKENDALI PULSE WIDTH MODULATION (PWM) PADA BEBAN RESISTIF Yuli Asmi Rahman * Abstract Rectifier is device to convert alternating

Lebih terperinci

ANALISIS INVERTER SATU FASA PADA KONFIGURASI MASTER-SLAVE

ANALISIS INVERTER SATU FASA PADA KONFIGURASI MASTER-SLAVE Analisis Inverter Satu Fasa (Noviarianto, dkk.) ANALISIS INVERTER SATU FASA PADA KONFIGURASI MASTER-SLAVE Noviarianto *, F. Danang Wijaya, Eka Firmansyah Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Perhitungan Impedansi dan Kapasitas Hubung Singkat. Berdasarkan data Tabel 4.1 dan dengan menentukan dasar daya 20MVA, dasar

LAMPIRAN A. Perhitungan Impedansi dan Kapasitas Hubung Singkat. Berdasarkan data Tabel 4.1 dan dengan menentukan dasar daya 20MVA, dasar LAMPIRAN A Perhitungan Impedansi dan Kapasitas Hubung Singkat Berdasarkan data Tabel 4.1 dan dengan menentukan dasar daya 0MVA, dasar tegangan 150kV, 0kV dan 384V menurut rasio transformator masing-masing,

Lebih terperinci

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM 79 Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM Lalu Riza Aliyan, Rini Nur Hasanah, M. Aziz Muslim Abstrak- Salah satu elemen penting dalam proses konversi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA BAB III METODE PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Salah satu kegiatan studi kelayakan penggunaan dan penghematan energi listrik yang paling besar dan paling penting adalah pengumpulan data dan data yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH Zya Jamaluddin Al-Rasyid Arief Rahman *), Jaka Windarta, dan Hermawan Departemen

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan mulai dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Sutedjo ¹, Zaenal Efendi ², Dina Mursyida 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa D4 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Pada bab IV ini akan diuraikan hasil simulasi dan implementasi dari tugas akhir ini tentang pompa air BLDC tenaga surya dengan satu kendali antara driver

Lebih terperinci

Desain Boosting MPPT Tiga Level untuk Distributed Generation Tiga Fasa Presented by: Hafizh Hardika Kurniawan

Desain Boosting MPPT Tiga Level untuk Distributed Generation Tiga Fasa Presented by: Hafizh Hardika Kurniawan Desain Boosting MPPT Tiga Level untuk Distributed Generation Tiga Fasa Presented by: Hafizh Hardika Kurniawan Pembimbing I Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng Pembimbing II Heri Suryoatmojo, ST, MT, Ph.D

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012 SISTEM KONVERTER DC Desain Rangkaian Elektronika Daya Oleh : Mochamad Ashari Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012 Diterbitkan oleh: ITS Press. Hak Cipta dilindungi Undang undang Dilarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan elektronika daya telah membuat inverter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mesin-mesin listrik AC. Penggunaan inverter sebagai sumber untuk mesin-mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dari konverter dc-dc adalah untuk sistem battery charger. Pada aplikasi

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dari konverter dc-dc adalah untuk sistem battery charger. Pada aplikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang ilmu kelistrikan yang sedang berkembang pesat dan berpengaruh dalam perkembangan teknologi masa kini adalah bidang elektronika daya. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ G.17 DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAICBATERAI MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ Soedibyo 1*, Dwiana Hendrawati 2 1 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Konverter DC/AC (Inverter) Multilevel

Konverter DC/AC (Inverter) Multilevel Konverter DC/AC (Inverter) Multilevel I Made Wiwit Kastawan Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung wiwit.kastawan@gmail.com Abstraksi Tulisan ini menampilkan bahasan tentang perkembangan

Lebih terperinci

Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri

Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri 1 Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri Rizki Aulia Ratnani, Mochamad Ashari, Heri Suryoatmojo. Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB IV PENYEARAH TERKENDALI (KONVERTER)

BAB IV PENYEARAH TERKENDALI (KONVERTER) KOMPETENSI DASAR BAB IV PENYEARAH TERKENDALI (KONVERTER) Elektronika Daya ALMTDRS 2014 Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik konverter setengah-gelombang,

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

PENYEDIA DAYA DC BERBASIS MIKROKONTROLER MC68HC908QT2

PENYEDIA DAYA DC BERBASIS MIKROKONTROLER MC68HC908QT2 PENYEDIA DAYA DC BERBASIS MIKROKONTROLER MC68HC908QT2 MAKALAH SKRIPSI Disusun oleh Joko Mulyadi 98/120813/TK/22633 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006 HALAMAN

Lebih terperinci

REALISASI KONVERTER DC-DC TIPE PUSH-PULL BERBASIS IC TL494 DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN

REALISASI KONVERTER DC-DC TIPE PUSH-PULL BERBASIS IC TL494 DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN REALISASI KONVERTER DC-DC TIPE PUSH-PULL BERBASIS IC TL9 DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN Argianka Satrio Putra *), Trias Andromeda, and Agung Warsito Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) Elektronika Daya ALMTDRS 2014 KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai dasar prinsip kerja chopper penaik tegangan (step-up),

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA Semikonduktor Daya 2010 BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai

Lebih terperinci

Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia.

Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia. PERANCANGAN KONVERTER ARUS SEARAH TIPE SEPIC YANG DIOPERASIKAN UNTUK PENCARIAN TITIK DAYA MAKSIMUM PANEL SURYA BERBASIS METODE PERTURBATION AND OBSERVATION (P&O) Ahmad Rizky Zainal *), Trias Andromeda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidang Teknik Elektro merupakan bidang yang sangat luas dan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Bidang Teknik Elektro merupakan bidang yang sangat luas dan saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang Teknik Elektro merupakan bidang yang sangat luas dan saat ini sangat dirasakan pesat perkembangannya. Dari penyediaan sumber energi listrik, kontrol industri,

Lebih terperinci

Suplai Dc Terpisah Untuk Multilevel Inverter Satu Fase Tiga Tingkat Menggunakan Buck Converter

Suplai Dc Terpisah Untuk Multilevel Inverter Satu Fase Tiga Tingkat Menggunakan Buck Converter Suplai Dc Terpisah Untuk Multilevel Inverter Satu Fase Tiga Tingkat Menggunakan Buck Converter Agung arsito Mochammad Facta Donny. A.. Abstract: DC chopper or DC to DC converter is a power electronics

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik)

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik) Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari transistor sebagai saklar. Tujuan Bagian ini memberikan

Lebih terperinci

Perbaikan Performa DC-Link Inverter Satu Fasa Menggunakan Interleaved DC-DC Boost Konverter pada Aplikasi Photovoltaics

Perbaikan Performa DC-Link Inverter Satu Fasa Menggunakan Interleaved DC-DC Boost Konverter pada Aplikasi Photovoltaics 74 JURNA TEKNIK EEKTRO ITP, Vol. 7, No. 1, JANUARI 018 Perbaikan Performa DC-ink Inverter Satu Fasa Menggunakan Interleaved DC-DC Boost Konverter pada Aplikasi Photovoltaics Fauzan Ismail*, Yusreni Warmi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peralatan elektronika daya cukup berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada rumah tangga,

Lebih terperinci

PV-Grid Connected System Dengan Inverter Sebagai Sumber Arus. Pada Beban Resistif

PV-Grid Connected System Dengan Inverter Sebagai Sumber Arus. Pada Beban Resistif PV-Grid Connected System Dengan Inverter Sebagai Sumber Arus Pada Beban Resistif LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : Andreas 07.50.0015 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelombang dan gelombang-penuh satu fasa dan tiga

Lebih terperinci

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Mochammad Abdillah, Endro Wahyono,SST, MT ¹, Ir.Hendik Eko H.S., MT ² 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Dosen

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO 2010 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini sangat berguna untuk mengoperasikan alat elektronis AC ketika tidak ada sumber listrik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PERCOBAAN 1... 2 1.Squirrel Cage Induction Motor (Motor Induksi dengan rotor sangkar)... 2 2.Double Fed Induction Generator (DFIG)... 6 PROSEDUR PERCOBAAN... 10 PERCOBAAN 2...

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Juni 214 1 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR Sugma Wily Supala, Dedet Candra Riawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai pengubah tegangan arus searah menjadi tegangan arus bolak-balik dengan frekuensi tertentu. Tegangan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI MPPT ANTARA SOLAR CONTROLLER MPPT M10-20A DENGAN MPPT TIPE INCREMENTAL CONDUCTANCE SEBAGAI CHARGER CONTROLLER LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARASI MPPT ANTARA SOLAR CONTROLLER MPPT M10-20A DENGAN MPPT TIPE INCREMENTAL CONDUCTANCE SEBAGAI CHARGER CONTROLLER LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KOMPARASI MPPT ANTARA SOLAR CONTROLLER MPPT M10-20A DENGAN MPPT TIPE INCREMENTAL CONDUCTANCE SEBAGAI CHARGER CONTROLLER LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : JUSAK SETIADI PURWANTO 09.50.0029 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : VIII PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 5 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI51 TOPIK : PENYEARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik memegang peranan yang penting dalam industri. Pada aplikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik memegang peranan yang penting dalam industri. Pada aplikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik memegang peranan yang penting dalam industri. Pada aplikasi industri bahwa tenaga listrik ini harus dikontrol terlebih dahulu sebelum diberikan ke beban.

Lebih terperinci

Dwi Agustina Hery Indrawati

Dwi Agustina Hery Indrawati 1 OPTIMALISASI DAYA PADA INTERKONEKSI PHOTOVOLTAI (PV) DAN JARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN MAXIMUM POWER POINT TRAKER (MPPT) METODE PENGUKURAN ARUS HUBUNG SINGKAT Dwi Agustina Hery Indrawati 2206100028

Lebih terperinci

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol Eric Eko Nurcahyo dan Leonardus. H. Pratomo Prog.Di Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MULTI-INPUT KONVERTER DC-DC PADA SISTEM TENAGA LISTRIK HIBRIDA PV/WIND

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MULTI-INPUT KONVERTER DC-DC PADA SISTEM TENAGA LISTRIK HIBRIDA PV/WIND DESAIN DAN IMPLEMENTASI MULTI-INPUT KONVERTER DC-DC PADA SISTEM TENAGA LISTRIK HIBRIDA PV/WIND Yahya Dzulqarnain, Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng., Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng., Ph.D. Jurusan

Lebih terperinci

KENDALI VARIABEL VOLTAGE VARIABEL FREKUENSI PADA MOTOR INDUKSI SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROL ATMEGA8535 LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : MATHIAS WINDY

KENDALI VARIABEL VOLTAGE VARIABEL FREKUENSI PADA MOTOR INDUKSI SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROL ATMEGA8535 LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : MATHIAS WINDY KENDALI VARIABEL VOLTAGE VARIABEL FREKUENSI PADA MOTOR INDUKSI SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROL ATMEGA8535 LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : MATHIAS WINDY 04.50.0002 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Multi-Input Konverter Buck Untuk Pengisian Baterai Menggunakan Panel Surya dan Turbin Angin

Perancangan dan Implementasi Multi-Input Konverter Buck Untuk Pengisian Baterai Menggunakan Panel Surya dan Turbin Angin Perancangan dan Implementasi Multi-Input Konverter Buck Untuk Pengisian Baterai Menggunakan Panel Surya dan Turbin Angin Zainul Arifin, Dedet Candra Riawan, ST., M.Eng., Ph.D dan Heri Suryoatmojo, ST.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sel Surya Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh komponen yang disebut sel photovoltaic (sel PV). Sel PV pada dasarnya semikonduktor dioda

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KONVERTER DC-DC CHOPPER

PRAKTIKUM KONVERTER DC-DC CHOPPER PANDUAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM KONVERTER DC-DC CHOPPER LABORATORIUM TEKNIK TENAGA LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA TATA TERTIB/KETENTUAN P R A K T

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu energi primer yang tidak dapat dilepaskan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Konverter Kaskade Buck- Boost Dua Arah sebagai Pencatu Tegangan Inverter Motor Induksi pada Mobil Listrik

Simulasi dan Analisis Konverter Kaskade Buck- Boost Dua Arah sebagai Pencatu Tegangan Inverter Motor Induksi pada Mobil Listrik Simulasi dan Analisis Konverter Kaskade Buck- Boost Dua Arah sebagai Pencatu Tegangan Inverter Motor Induksi pada Mobil Listrik Ahsin Hariri, Mochamad Ashari, Sjamsjul Anam Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Andriani Parastiwi. Kata-kata kunci : Buck converter, Boost converter, Photovoltaic, Fuzzy Logic

Andriani Parastiwi. Kata-kata kunci : Buck converter, Boost converter, Photovoltaic, Fuzzy Logic Prosiding Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan 2017 Vol.01 No.01, ISSN: 2581-0049 Andriani Parastiwi a), Ayu Maulidiyah a), Denda Dewatama a) Abstrak:-Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL Sutedjo ¹, Rusiana², Zuan Mariana Wulan Sari 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi Siti Aisyah 2209100179 Dosen Pembimbing Dedet Candra Riawan ST,M.Eng, PhD Ir. Arif Musthofa MT. Latar Belakang Proses ON/OF

Lebih terperinci

PENGESAHAN. Laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Kontrol PI dengan Pendekatan Orde Satu Untuk

PENGESAHAN. Laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Kontrol PI dengan Pendekatan Orde Satu Untuk PENGESAHAN Laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Kontrol PI dengan Pendekatan Orde Satu Untuk Multilevel DC-DC Converter Tipe Baru Sebagai Catu Daya Televisi diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 9.1 Pendahuluan Jembatan arus bolak balik bentuk dasarnya terdiri dari : - empat lengan jembatan - sumber eksitasi dan - sebuah detektor nol Pada

Lebih terperinci