BAB III METODE PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. dapat dijelaskan melalui blok diagram pada Gambar 3.1.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. dapat dijelaskan melalui blok diagram pada Gambar 3.1."

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Model penelitian yang akan dilakukan adalah model penelitian pengembangan. Untuk mempermudah dalam memahami sistem yang akan dibuat dapat dijelaskan melalui blok diagram pada Gambar 3.1. Citra Sinar X Tulang Belakang Pre-processing Segmentasi menggunakan CPM Citra hasil Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian yang dilakukan memiliki 2 tahap utama, yaitu bagian preprocessing dan segmentasi menggunakan CPM. 1. Pre-processing Pre-processing yaitu proses untuk filtering citra. filtering digunakan untuk memperjelas bagian gambar tulang punggung yang biasanya kurang terlihat jelas, dikarenakan tertutup tulang dada dan organ-organ tubuh yang 22

2 23 berada di sekitar daerah dada. Pre-processing yang digunakan yaitu Modified Tophat filter dan Gaussian cropping. Modified Tophat filter digunakan untuk mengurangi noise pada daerah tulang belakang. Gaussian cropping digunakan untuk menghilangkan dan mengurangi noise dari bagian-bagian citra sinar x yang tidak diperlukan. 2. Segmentasi menggunakan charged particle model (CPM) Segmentasi dilakukan untuk memperoleh segmentasi kelengkungan tulang belakang pada citra tulang belakang yang sudah selesai difilter. Setelah didapatkan citra hasil filtering, maka selanjutnya inisialisasi partikel-partikel di sekitar tulang belakang. Partikel-partikel ini yang nantinya akan bergerak berdasarkan gaya total yang diperoleh dari gaya Lorentz dan Coulomb dari citra Perancangan Perangkat Lunak Pada perancangan CPM ini, penulis menggunakan compiler Microsoft Visual C dan library yang digunakan adalah OpenCV v1.1, library ini menyediakan fungsi-fungsi yang akan digunakan untuk pengolahan citra. Dalam penulisan dan pembuatan program, akan meliputi bagian-bagian penting dalam setiap langkah-langkah per bagian sesuai dengan algoritma atau logika sekuensial dari awal sampai output. Flowchart program secara global dijelaskan pada gambar 3.2.

3 24 Start Input Citra Sinar X Tulang Belakang Modified Tophat filter Gaussian Cropping Hitung gaya Lorentz Inisialisasi partikel Iterasi dimulai dari 0 Iterasi <1000 T Y Hitung gaya Coulomb Hitung gaya total Update posisi partikel Iterasi bertambah 1 Citra hasil segmentasi menggunakan CPM End Gambar 3.2. Flowchart program Penjelasan flowchart: 1. Inputkan citra sinar x tulang belakang yang akan diproses. 2. Citra yang telah diinputkan selanjutnya diproses menggunakan Modified Tophat filter 3. Citra hasil Modified Tophat filter selanjutnya diproses menggunakan Gaussian cropping.

4 25 4. Hitung gaya Lorentz dari citra hasil Gaussian cropping, digunakan sebagai medan gaya negatif. 5. Selanjutnya proses inisialisasi partikel-partikel yang nantinya akan bergerak menuju tepi dari tulang belakang yang berada di citra. 6. Proses iterasi dimulai dari 0 dan akan berulang sebanyak 1000 iterasi. 7. Hitung gaya Coulomb dari partikel-partikel, kemudian kalkulasikan dengan gaya Lorentz untuk mendapatkan gaya total, dari gaya total akan didapatkan posisi baru dari tiap partikel. 8. Citra hasil segmentasi akan didapatkan setelah langkah ke-7 berulang sebanyak iterasi yang ditentukan Perancangan Modified Tophat Filter Tahap awal dari proses pre-processing adalah proses filtering untuk memperjelas citra tulang belakang dan mengurangi noise di sekitar tulang belakang menggunakan Modified Tophat filter. Rumus Modified Tophat filter adalah : modth= f b f f b Dimana : f = citra gambar Ɣ...(3.1) b = struktur elemen = operator morfologi closing = operator morfologi opening Ɣ = attenuation factor Alur proses Modified Tophat filter bisa dilihat pada flowchart dibawah ini :

5 26 Start Input Citra Sinar X (f) Inisialisasi struktur elemen (B) = disk(5) dan Attenuation Factor (Ɣ) = 11 TH = f B (opening) CL = f B (closing) TH = TH f ModTH = x Ɣ Citra hasil modified tophat filter End Gambar 3.3. Flowchart Modified Tophat filter Jika diprogram menggunakan rumus Modified Tophat filter, maka dapat ditulis code program sebagai berikut : int disk = 5, factor = 11; normat(f, f32image, 1); IplConvKernel *B =cvcreatestructuringelementex(2*disk+1, 2*disk+1, disk, disk, CV_SHAPE_ELLIPSE, 0); //B = disk(5) cvmorphologyex(f32image,th,tempmat,b,cv_mop_open,1);//opening cvmorphologyex(f32image,cl,tempmat,b,cv_mop_close,1);//closing cvsub(th,f32image,th); //TH=TH-f cvdiv(th, CL, modth, factor); //ModTH=(TH/CL)*atten_factor normat(modth,modth); cvcopyimage(modth,result); Hasil yang diperoleh ditunjukan pada gambar 3.4 :

6 27 Gambar 3.4. Hasil Modified Tophat filter Perancangan Modified Tophat filter dimulai dengan melakukan operasi opening, yaitu proses erosi dilanjutkan dengan dilasi pada citra gambar dengan struktur elemen bertipe disk dengan ukuran 5. Hasil dari proses opening kemudian dikurangkan dengan citra awal dari citra gambar sehingga menyisakan tepi dari objek saja. Selanjutnya dilakukan proses closing menggunakan citra awal, yaitu proses dilasi yang dilanjutkan dengan erosi dengan menggunakan struktur elemen berukuran sama. Proses opening menyebabkan citra menjadi lebih mengembang, sebaliknya proses closing menyebabkan citra menyusut. Kemudian hasil dari opening dikurangi citra awal dibagi dengan hasil closing untuk menghilangkan sisa noise selanjutnya dikalikan dengan attenuation factor untuk memperjelas bentuk tepi.

7 Perancangan Gaussian Cropping Tahap kedua dari proses pre-processing adalah dengan menghilangkan dan mereduksi noise pada bagian-bagian dari citra sinar x yang tidak diperlukan khususnya bagian kanan dan kiri dari citra tulang belakang menggunakan Gaussian cropping. Rumus Gaussian cropping adalah : Gaussian = exp (b a)2 (2c) 2...(3.2) Keterangan : a = koordinat piksel pada citra b = koordinat center of peak dari fungsi Gaussian c = standar deviasi Gambar 3.5. Kurva fungsi Gaussian (Sugianto, 2013) Alur dari penggunaan Gaussian cropping bisa dilihat pada gambar 3.6 :

8 29 Start Input Citra hasil ModTH Inisialisasi garis Simpan koordinat dari setiap garis (x, y ) Y=0 Y<height citra T Y Y == y Y T Nilai piksel = 0 Gaussian = exp (b a)2 ( )2 Nilai piksel = nilai piksel * gaussian Citra hasil segmentasi menggunakan CPM End Gambar 3.6 Flowchart Gaussian cropping Jika diprogram menggunakan rumus Gaussian cropping, maka dapat ditulis kode program sebagai berikut :

9 30 int counter=0; int jmlh_baru=jmlh; //baris atas for (int i=1;i<=koordinat[1][2];i++) for (int j=0;j<=edge->width;j++) edge->imagedata[edge->widthstep*i + j*edge->nchannels]=0; //baris tengah int index=1; for (int y=koordinat[1][2];y<=koordinat[jmlh_baru][2];y++){ if (y==koordinat[index][2]){ y=koordinat[index][2]; float nilai=0; for (int x=0;x<=edge->width;x++){ double gaussian=0; gaussian=((koordinat[index][1]-x) *(koordinat[index][1]-x)) / ((2*10)*(2*10)); gaussian=exp(-(gaussian)); nilai=(uchar)edge -> imagedata[edge->widthstep*y + x*edge->nchannels]; edge->imagedata[edge->widthstep * y + x* edge->nchannels]=nilai* gaussian; index=index+1; else{ for (int x=0;x<edge->width;x++){ edge->imagedata[edge->widthstep * y + x*edge->nchannels] =(uchar)edge ->imagedata [edge->widthstep*(y-1) + x*edge->nchannels]; //baris bawah for (int y=koordinat[jmlh_baru][2];y<=edge->height-1;y++) for (int x=0;x<=edge->width;x++) edge->imagedata[edge->widthstep*y + x*edge->nchannels]=0; cvdestroywindow("gaussian Filter"); cvnamedwindow("gaussian Filter",1); cvshowimage("gaussian Filter",edge); //kosongkan SLL while (!InitContour.empty()){ InitContour.pop_back(); std::cout<<"kosong"<<std::endl; Kode program untuk proses inisialisasi diletakkan pada function terpisah, ditulis sebagai berikut: void gausian(iplimage * img) { cvcopyimage(img,temp); int k=0; int l=0; for (int x=0;x<initcontour.size();x++) { cvline(temp, InitContour[k], InitContour[l], cvscalarall(100), 1);

10 31 cvshowimage( "srcimage", temp ); k=l; l=l+1; void filter( int event, int x, int y, int flags, void* ptr) { if(event == CV_EVENT_LBUTTONDOWN) { gausian((iplimage *)ptr); jmlh=jmlh+1; InitContour.push_back(cvPoint(x,y)); koordinat[jmlh][1]=x; koordinat[jmlh][2]=y; q=1; if (q==1) { if (event==cv_event_mousemove) { gausian((iplimage *)ptr); jmlh=jmlh+1; InitContour.push_back(cvPoint(x,y)); koordinat[jmlh][1]=x; koordinat[jmlh][2]=y; Diawali dengan membuat inisialisasi pada citra tulang belakang menggunakan gerakan mouse dan menyimpan setiap titik yang dilewati oleh mouse. Untuk setiap titik tersebut akan menjadi titik puncak dari fungsi Gaussian sehingga semakin ke kanan dan ke kiri dari koordinat x dari titik puncak akan menghasilkan nilai Gaussian yang mendekati nilai 0, nilai Gaussian tersebut kemudian dikalikan dengan nilai piksel awal untuk menghasilkan nilai piksel yang baru. Penentuan nilai variabel c disesuaikan dengan lebar dari tulang belakang. Hasil yang diperoleh ditunjukan oleh Gambar 3.7.

11 32 Gambar 3.7 Hasil Gaussian cropping dengan nilai c= Perancangan Charged Particle Model (CPM) Perancangan CPM meliputi perancangan negative field yang diaplikasikan sebagai gaya Lorentz citra sinar x dan partikel positif yang diaplikasikan sebagai gaya Coulomb. Setelah gaya Lorentz dan Coulomb didapat maka diteruskan dengan perhitungan pergerakan partikel. Partikel bergerak sebanyak 1000 iterasi, dimana tiap iterasinya dihitung nilai Coulomb, gaya total, kecepatan partikel, percepatan partikel, dan posisi partikel yang baru. A. Perancangan Negatif Field Gaya Lorentz pada citra berfungsi sebagai medan gaya negatif. Hasil perhitungan dari medan gaya negatif dan partikel positif ini yang menunjukkan arah partikel positif untuk bergerak. Perhitungan gaya Lorentz menggunakan

12 33 rumus yang ada pada persamaan (2.7). Alur dari perancangan gaya Lorentz sesuai dengan flowchart pada gambar 3.8. Gambar 3.8. Flowchart menghitung gaya Lorentz Penjelasan flowchart: 1. Citra input didefinisikan sebagai variabel f. 2. Hitung Gradient Map dari f dan simpan dengan variabel (g x,g y ). 3. Setelah mendapat (g x,g y ), langkah selanjutnya adalah mencari nilai magnitude didefinisikan sebagai variabel e. 4. Dari variabel e langkah selanjutnya adalah menghitung energi potensial. 5. Hitung Gradient Map dari energi potensial hasil dari langkah sebelumnya, simpan ke variabel (E x,e y ).

13 34 6. Langkah terakhir adalah menghitung gaya Lorentz (F Lx,F Ly ). Yang jika diimplementasikan dalam bentuk program ditulis seperti di bawah ini : IplImage *src; CvMat *CH, *fx, *fy, *X, *Y, *x, *y; char gam[100], lok[100]; double ip,is,in,itot; //load image grayscale --> src strcpy(lok, "C:/2/fr10"); strcpy(gam, lok); strcat(gam, ".jpg"); src = cvloadimage(gam, CV_LOAD_IMAGE_GRAYSCALE); CH = cvcreatemat(m, n, CV_32FC1); fx = cvcreatemat(m, n, CV_32FC1); fy = cvcreatemat(m, n, CV_32FC1); X = cvcreatemat(m, n, CV_32FC1); Y = cvcreatemat(m, n, CV_32FC1); x = cvcreatemat(1, n, CV_32FC1); y = cvcreatemat(1, m, CV_32FC1); //menghitung gradient map terhadap sumbu x citra input --> fx for(int j=0; j<m; j++){ for(int i=0; i<n; i++){ ip = ((double)src -> imagedata [src->widthstep*j + (i+1)*src->nchannels]); is = ((double)src -> imagedata [src->widthstep*j + i*src->nchannels]); in = ((double)src -> imagedata [src->widthstep*j + (i-1)*src->nchannels]); if(i==0){ itot = ip-is; else if(i==n-1){ itot = is-in; else{ itot = ((ip - is) + (is - in)) / 2; cvmset(fx, j, i, itot); //menghitung gradient map terhadap sumbu y citra input --> fy for(int j=0; j<m; j++){ for(int i=0; i<n; i++){ ip = ((double)src -> imagedata [src->widthstep*(j+1) + i*src->nchannels]); is = ((double)src -> imagedata [src->widthstep*j + i*src->nchannels]); in = ((double)src -> imagedata [src->widthstep*(j-1) + i*src->nchannels]); if(j==0){ itot = ip-is; else if(j==m-1){ itot = is-in; else{ itot = ((ip - is) + (is - in)) / 2; cvmset(fy, j, i, itot);

14 35 //menghitung magnitude --> CH for (int j=0; j<m; j++){ for (int i=0; i<n; i++){ double aa = cvmget(fx, j, i); double bb = cvmget(fy, j, i); double cc = sqrt((aa * aa) + (bb * bb)); cvmset(ch, j, i, cc); for (float i=0; i<n; i++){ cvmset(x, 0, i, i+1); for (float i=0; i<m; i++){ cvmset(y, 0, i, i+1); for (float j=0; j<m; j++){ for (float i=0; i<n; i++){ cvmset(x, j, i, i+1); cvmset(y, j, i, j+1); for (int j=0; j<m; j++){ for (int i=0; i<n; i++){ LorentzForceX(X,Y,CH,cvmGet(x,0,i),cvmGet(y,0,j),i,j); LorentzForceY(X,Y,CH,cvmGet(x,0,i),cvmGet(y,0,j),i,j); Program diatas diletakkan pada void main(). Pada penjelasan flowchart nomor 4 dan 5 diatas dijadikan satu menjadi persamaan (2.6). Kemudian persamaan (2.6) disubstitusikan dengan persamaan (2.5) didapatkan persamaan (2.7) yang sudah mencakup langkah 4 sampai 6 pada penjelasan flowchart diatas, kode program tersebut diletakkan pada dua function berikut: double LorentzForceX (CvMat* X, CvMat* Y, CvMat* CH, double x, double y, int I, int J) double LorentzForceY (CvMat* X, CvMat* Y, CvMat* CH, double x, double y, int I, int J) Kode program dari function diatas adalah sebagai berikut: for (int s=0; s<m; s++){ for (int t=0; t<n; t++){ double a,b;

15 36 a = cvmget(x, s, t); b = cvmget(y, s, t); cvmset(rx, s, t, a-x); cvmset(ry, s, t, b-y); //ri-rk...(1) for (int s=0; s<m; s++){ for (int t=0; t<n; t++){ double a = cvmget(rx, s, t); double b = cvmget(ry, s, t); double c = (a*a)+(b*b); double d = sqrt(c*c*c); cvmset(r, s, t, d); // (ri-rk)^3...(2) for (int s=0; s<m; s++){ for (int t=0; t<n; t++){ double a = cvmget(rx, s, t); double c = cvmget(ch, s, t); double d = a*c; if (d==(-0)) d=0; cvmset(rx, s, t, d); //ek * (ri-rk)...(3) double ac=0; for (int s=0; s<m; s++){ for (int t=0; t<i; t++){ double a = cvmget(rx, s, t); //Ry untuk LorentzY double c = cvmget(r, s, t); double d = a/c; ac=ac+d; //jumlahkan semua nilai tiap piksel pada kolom ke-0 sampai (I-1) double fh=0; for (int s=0; s<m; s++){ for (int t=i+1; t<n; t++){ double f = cvmget(rx, s, t); //Ry untuk LorentzY double h = cvmget(r, s, t); double i = f/h; fh=fh+i; //jumlahkan semua nilai tiap piksel pada kolom ke-(i+1) sampai n Ex=ac+fh; //jumlahkan kedua nilai di atas double ac=0; for (int s=0; s<j; s++){ double a = cvmget(rx, s, I); //Ry untuk LorentzY double c = cvmget(r, s, I); double d = a/c; ac=ac+d; //jumlahkan semua nilai tiap piksel pada kolom ke=i //baris ke-0 sampai (J-1) double fh=0; for (int s=(j+1); s<m; s++){ double f = cvmget(rx, s, I); //Ry untuk LorentzY

16 37 double h = cvmget(r, s, I); double i = f/h; fh=fh+i; //jumlahkan semua nilai tiap piksel pada kolom ke=i //baris ke-(j+1) sampai m Ex=Ex+ac+fh; //jumlahkan kedua nilai di atas ditambah dengan nilai //Ex sebelumnya return(ex); //nilai Ex sebagai nilai akhir dari gaya LorentzX //Ey untuk LorentzY Perhitungan nilai gaya Lorentz diatas diujicobakan pada citra berukuran 10x20 piksel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9. Gambar 3.9. Citra berukuran 10x20 piksel Nilai tiap-tiap piksel yang didapat dari hasil perhitungan gaya Lorentz dari gambar 3.9 terhadap sumbu x adalah sebagai berikut :

17 38 Nilai tiap-tiap piksel yang didapat dari hasil perhitungan gaya Lorentz dari gambar 3.9 terhadap sumbu y adalah sebagai berikut : B. Perancangan Partikel Positif Partikel positif yang digunakan merupakan partikel yang diberi gaya Coulomb sehingga partikel bermuatan positif. Partikel positif akan saling tolak menolak dengan partikel positif lainnya, dan tarik menarik dengan medan negatif citra. Alur dari perancangan gaya Coulomb sesuai dengan flowchart pada gambar 3.10.

18 39 Start Baca citra input f [s x, s y ] = inisialisasi partikel (f) F = s s s s F = s s s s CoulombForce = (F cx, F cy ) End Gambar Flowchart Menghitung Gaya Coulomb Flowchart pada Gambar 3.10 jika diimplementasikan dalam bentuk program ditulis seperti berikut : int s=0, sx[100], sy[100]; double CoulombX[100], CoulombY[100]; for (int i=0;i<s;i++){ CoulombX[i]=0; CoulombY[i]=0; for (int j=0;j<s;j++){ if (j!= i){ if ((sx[i]-sx[j]!= 0) && (sy[i]-sy[j]!= 0)){ CoulombX[i] = CoulombX[i] + ((sx[i]-sx[j]) / pow(absolut(sx[i] - sx[j]), 3)); CoulombY[i] = CoulombY[i] + ((sy[i]-sy[j]) / pow(absolut(party[i] - party[j]), 3)); else if (partx[i] - partx[j] == 0){ CoulombY[i] = CoulombY[i] + ((sy[i]-sy[j]) / pow(absolut(party[i] - party[j]), 3)); else if (party[i] - party[j] == 0){ CoulombX[i] = CoulombX[i] + ((sx[i]-sx[j]) / pow(absolut(sx[i] - sx[j]), 3));

19 40 Kode program untuk proses inisialisasi diletakkan pada function terpisah, ditulis sebagai berikut: void showcontent(iplimage * img){ cvcopyimage(img,temp); for (int i=0;i<=part;i++){ cvcircle(temp, cvpoint(sx[i],sy[i]), 2, CV_RGB(255,0,0)); cvshowimage("cpm", temp); void on_mouse( int event, int x, int y, int flags, void* ptr){ if (event == CV_EVENT_LBUTTONDOWN){ sx[part] = x; sy[part] = y; printf("%i %i %i\n",part,sx[part],sy[part]); part++; showcontent((iplimage *)ptr); Untuk mendapatkan nilai gaya Coulomb dimulai dengan input partikel yang dilakukan dengan cara klik pada citra lokasi piksel yang diinginkan. Koordinat piksel partikel disimpan pada variabel sx[s] untuk koordinat sumbu x dan sy[s] untuk koordinat sumbu y, dengan s adalah indeks partikel. Setelah proses inisialisasi, perhitungan dilakukan berdasarkan sumbu x dan y. Hasil dari perhitungan sumbu x disimpan dalam variabel CoulombX, dan CoulombY untuk menyimpan hasil dari perhitungan sumbu y. C. Perancangan Perhitungan Pergerakan Partikel Gaya total didapatkan dengan menjumlahkan gaya Lorentz dan gaya Coulomb. Sesuai dengan rumus yang ada pada persamaan (2.10). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jalba dkk, partikel yang bergerak memiliki energi potensial sehingga disebut partikel dinamis, maka rumus untuk menghitung gaya total menjadi Persamaan (3.3). F(r ) = w F (r ) + w F (r ) βυ...(3.3)

20 41 ( ) ( ) = v...(3.4) = (r) = F(r (t)) Dimana adalah energi potensial partikel, r adalah posisi, v adalah kecepatan, dan a adalah percepatan. Bila dibandingkan dengan Persamaan (2.3), Persamaan (3.3) memiliki tambahan, F (r ) = βv, yaitu pengurangan energi yang diperlukan partikel agar mencapai keadaan setimbang, digunakan untuk mengurangi energi potensial (Jalba dkk, 2004). Persamaan (3.3) dan (3.4) di atas belum bisa untuk disubstitusi dikarenakan F(r (t)) belum diketahui, namun masih bisa untuk mencari turunan pertamanya, yang artinya bisa menggunakan deret Taylor agar persamaan tersebut bisa digunakan. Untuk memudahkan, tiap partikel menggunakan interval waktu yang sama yaitu t. Oleh karena itu, pada setiap interval waktu t = t + t gaya yang bekerja pada tiap partikel p dihitung sesuai dengan persamaan (3.3) untuk mendapatkan percepatan partikel p. Kemudian untuk mendapatkan kecepatan, percepatan, dan posisi dalam tiap interval waktu bisa menggunakan metode Euler. Metode ini dapat mengakibatkan error yang terakumulasi tiap interval waktu. Oleh karena itu, dikembangkan metode alternatif yang efisien yang didasarkan pada deret Taylor yang memanfaatkan nilai-nilai yang dihitung sebelumnya untuk mendapatkan percepatan dan kecepatan (yaitu metode bertingkat). Untuk mencari kecepatan, percepatan, dan posisi dalam satu interval waktu menggunakan persamaan seperti berikut: r(t + t) = r(t) + t v(t) + t a(t) + v(t + t) = v(t) + t a(t) + ( ) t...(3.5) ( ) t...(3.6)

21 42 Karena implementasi persamaan da(t)/dt pada komputasi susah dilakukan, dapat digunakan (kuadrat) Lagrange polynomial L(t), dalam satuan waktu {t, t t, t 2 t (Jalba dkk, 2004). Mengambil turunan dari polynomial, dan mensubstitusi t = t, maka didapat persamaan sebagai berikut. ( ) = ( ) = (3a(t ) 4a(t t) + a(t 2 t))...(3.7) Berdasarkan Persamaan (3.3) sampai (3.7) diatas maka bila diasumsikan massa dari partikel positif adalah 1 maka implementasi dalam program adalah sebagai berikut : percx[i][ite] = (w1 * CoulombX[i]) + (w2 * lorentx) - (beta * kecx[i][ite-1]); percy[i][ite] = (w1 * CoulombY[i]) + (w2 * lorenty) - (beta * kecy[i][ite-1]); kecx[i][ite] = kecx[i][ite-1] + (deltat * percx[i][ite-1]) + (0.5 * deltat * deltat * (((3 * percx[i][ite-1]) - (4 * percx[i][ite-2]) + percx[i][ite-3]) / (2 * deltat))); kecy[i][ite] = kecy[i][ite-1] + (deltat * percy[i][ite-1]) + (0.5 * deltat * deltat * (((3 * percy[i][ite-1]) - (4 * percy[i][ite-2]) + percy[i][ite-3]) / (2 * deltat))); posx[i][ite] = posx[i][ite-1] + (deltat * kecx[i][ite-1]) + (0.5 * deltat * deltat * percx[i][ite-1]) + (0.167 * deltat * deltat * deltat * (((3 * percx[i][ite-1]) - (4 * percx[i][ite-2]) + percx[i][ite-3]))); posy[i][ite] = posy[i][ite-1] + (deltat * kecy[i][ite-1]) + (0.5 * deltat * deltat * percy[i][ite-1]) + (0.167 * deltat * deltat * deltat * (((3 * percy[i][ite-1]) - (4 * percy[i][ite-2]) + percy[i][ite-3])));

BAB III METODE PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. Model penelitian yang akan dilakukan adalah model penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. Model penelitian yang akan dilakukan adalah model penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Model penelitian yang akan dilakukan adalah model penelitian pengembangan. Untuk mempermudah dalam memahami sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap preprocessing

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap preprocessing BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap preprocessing dan CPM yang telah selesai dibuat. Dimulai dari modified tophat filter, Gaussian cropping, dan CPM. 4.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang belakang terjepit atau organ-organ dalam terganggu. Tingkat presisi dalam

BAB I PENDAHULUAN. tulang belakang terjepit atau organ-organ dalam terganggu. Tingkat presisi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skoliosis adalah fenomena kelainan tulang belakang yang akan membengkok membentuk huruf C atau S. Hal ini dapat mengakibatkan saraf tulang belakang terjepit

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. dan GVF Snake yang telah selesai dibuat. Dimulai dari modified

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. dan GVF Snake yang telah selesai dibuat. Dimulai dari modified BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap preprocessing dan GVF Snake yang telah selesai dibuat. Dimulai dari modified tophat filter, Gaussian cropping, dan GVF

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) 9-15 Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone PERBAIKAN KUALITAS CITRA SINAR X TULANG BELAKANG PENDERITA SKOLIOSIS DENGAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skoliosis adalah fenomena kelainan tulang belakang yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Skoliosis adalah fenomena kelainan tulang belakang yang akan BAB I PENDAHULUAN 1. asd 1.1. Latar Belakang Masalah Skoliosis adalah fenomena kelainan tulang belakang yang akan membengkok membentuk huruf C atau S. Bila dibiarkan, sudut kemiringan tulang belakang (cobb

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCOES Vol. 3, o. 1 (2014) 54-60 Journal of Control and etwork Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone SEGMETASI CITRA TULAG BELAKAG MEGGUAKA CHARGED PARTICLE MODEL Alif Aziz Mujahidin

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui tahapan awal didalam sebuah sistem pendeteksian filter sobel. Didalam aplikasi filter sobel ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain: BAB III METODE PEELITIA Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain: 1. Studi kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. analisa citra bioinformatika ini dalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. analisa citra bioinformatika ini dalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Spesifikasi Sistem Perangkat analisis citra bioinformatika ini menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi untuk mengatur kontras pada gambar secara otomatis. Dan dapat meningkatkan kualitas citra

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM Pada bab ini akan dipaparkan perencanaan dan pembuatan perangkat lunak secara keseluruhan, dimana dalam proyek akhir ini, terdiri dari dua sub besar perangkat lunak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah studi literatur, pembuatan program serta melakukan deteksi dan tracking obyek. Pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisa dan perancangan ini akan mengulas tentang tahap yang digunakan dalam penelitian pembuatan aplikasi implementasi kompresi gambar menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

Fitur bentuk merupakan fitur dasar dalam visual content

Fitur bentuk merupakan fitur dasar dalam visual content 7407030059 1 KLASIFIKASI CIRI BENTUK MENGGUNAKAN METODE FUZZY INFERENCE SYSTEM Mala Alfiyah Ningsih; Setiawardhana, S.T; Nana Ramadijanti, S.Kom,M.Kom Abstract Fitur bentuk merupakan fitur dasar dimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Tahap analisis merupakan tahapan yang paling awal dalam sistem sebuah pendeteksian tepi pada citra digital. Analisis sistem dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA Hal : -29 IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA Asmardi Zalukhu Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan ABSTRAK Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL Andri STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 122, 124, 140 Medan 20212 andri@mikroskil.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

PAINTING AIRBRUSH DESIGNED USING CANNY ADGE DETECTION METHOD

PAINTING AIRBRUSH DESIGNED USING CANNY ADGE DETECTION METHOD Muhammad, Perancangan Painting Air Brush 21 PERANCANGAN PAINTING AIR BRUSH MENGGUNAKAN METODE CANNY ADGE DETECTION Mar i Muhammad (1), Harianto (2), (1), (2) Program Studi S1 Sistem Komputer, Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Bab 3. Perancangan Sistem

Bab 3. Perancangan Sistem Bab 3 Perancangan Sistem 3.1 Aplikasi Serupa 3.1.1 SODIC (Sound and Digital Classroom) SODIC adalah sebuah software tool yang membantu dosen/guru dalam proses mengajar di laboratorium bahasa dan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan hasil representasi atau duplikasi dari sebuah objek ataupun merupakan imitasi dari sebuah objek atau benda. Citra memiliki beberapa karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini penggunaan citra digital semakin meningkat karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh citra digital tersebut, di antaranya adalah kemudahan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan hasil representasi atau duplikasi dari sebuah objek ataupun imitasi dari sebuah objek atau benda. Citra memiliki beberapa karateristik yang menjadikan

Lebih terperinci

Mengapa Belajar Pemrograman Komputer?

Mengapa Belajar Pemrograman Komputer? PENDAHULUAN Pemrograman Komputer Saifoe El Unas Mengapa Belajar Pemrograman Komputer? Semakin maju peradaban : Semakin kompleks masalah yang dihadapi Ilmu pengetahuan & IT terus berkembang Tuntutan kompetensi/keahlian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

3.2.1 Flowchart Secara Umum

3.2.1 Flowchart Secara Umum BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam aplikasi menghilangkan derau

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Permasalahan Secara Umum Poligon bukanlah suatu bentuk yang spesifik seperti segitiga sama kaki, persegi, belah ketupat, ataupun jajargenjang, melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian implementasi pemrograman paralel dalam deteksi tepi menggunakan metode operator Sobel dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman C++. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN PENELITIAN. Signal. Sparse Coding. Reconstruction. Reconstructed. Assessment

BAB 3 PERUMUSAN PENELITIAN. Signal. Sparse Coding. Reconstruction. Reconstructed. Assessment BAB PERUMUSAN PENELITIAN.1 Blok Diagram Signal Sparse Coding Dictionary Reconstruction Reconstructed Signal Assessment Gambar.1 Blok Diagram secara Umum Secara umum tujuan penelitian ini akan mencari dictionary

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY DAN TEKNIK CONNECTED COMPONENT LABELING Oleh I Komang Deny Supanji, NIM 0815051052 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Pada penelitian ini dilakukan kombinasi edges detectionpada citra manuscripts kuno dengan mengimplementasikan metode gradientedges detection operator Sobel dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Kondisi pengolahan data yang telah dijabarkan sebelumnya pada bab 1 (satu) memiliki keterkaitan terhadap permasalahan yang teridentifikasi. Yaitu permasalahan terkait desain

Lebih terperinci

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL Rudy Adipranata Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya. Telp. (031) 8439040

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Jobsheet II. OpenCV untuk Processing Filter

Jobsheet II. OpenCV untuk Processing Filter Jobsheet II OpenCV untuk Processing Filter A. Tujuan Mahasiswa mampu menjelaskan fitur filter gambar pada OpenCV untuk Processing Mahasiswa mampu mengoperasikan fitur filter gambar pada OpenCV untuk Processing.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Pengerjaan Tugas Akhir ini dapat terlihat jelas dari blok diagram yang tampak pada gambar 3.1. Blok diagram tersebut menggambarkan proses dari capture gambar

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... 7 KATA PENGANTAR... 8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... 7 KATA PENGANTAR... 8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Penulis Halaman ABSTRAK..... 7 KATA PENGANTAR... 8 DAFTAR ISI.... 10 DAFTAR TABEL... 15 DAFTAR GAMBAR... 16 DAFTAR LAMPIRAN... 18 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang Masalah... 2 1.2 Perumusan

Lebih terperinci

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap 2016/2017 Definisi Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek adalah proses untuk

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek adalah proses untuk BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Spesifikasi rancangan program Secara garis besar program dapat dibagi menjadi 4 bagian besar, yaitu deteksi objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

Sequential Search (Linear Search)

Sequential Search (Linear Search) 1. Tujuan Instruksional Umum BAB 3 Searching (Pencarian) a. Mahasiswa mampu melakukan perancangan aplikasi menggunakan Struktur Searching (Pencarian). b. Mahasiswa mampu melakukan analisis pada algoritma

Lebih terperinci

Algoritma dan Pemrograman

Algoritma dan Pemrograman Algoritma dan Pemrograman bagian 2 2009 Modul ini menjelaskan tentang bahasa C dan apa saja yang dibutuhkan bila kita akan menulis suatu program dengan bahasa C. Editor yang dipakai adalah Turbo C++ 4.5.

Lebih terperinci

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR Pengolahan citra digital by Jans Hry / S2 TE UGM 09 ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR Edge atau tepi merupakan representasi dari batas objek dalam citra. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala 52 BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 ANALISA MASALAH Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala melakukan proses retrival citra dan bagaimana solusi untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem ini terdiri dari 2 blok utama yaitu blok proses pelatihan dan proses pengenalan. Blok proses pelatihan terdiri dari webcam dan perangkat lunak yang memproses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Sistem alih aksara pada skripsi ini bertujuan untuk mengalih aksarakan aksara jawa menjadi aksara latin ng telah dikenal saat ini. Sistem alih aksara menerapkan metode

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis Masalah 3.1.1. Deskripsi Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka makin meningkat pula kebutuhan seseorang akan informasi. Penerapan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Batasan Masalah... 2 1.4 Tujuan... 3 1.5 Manfaat...

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membentuk punggung yang mudah digerakkan. Seperti yang ditunjukkan pada

BAB II LANDASAN TEORI. membentuk punggung yang mudah digerakkan. Seperti yang ditunjukkan pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Struktur Tulang Belakang Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. manusia

Lebih terperinci

Bab 2 Relasi 9 BAB II RELASI TUJUAN PRAKTIKUM TEORI PENUNJANG

Bab 2 Relasi 9 BAB II RELASI TUJUAN PRAKTIKUM TEORI PENUNJANG Bab 2 Relasi 9 BAB II RELASI TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memahami tentang Relasi dan pengertiannya 2. Memahami tentang produk kartesius 3. Memahami sifat sifat relasi TEORI PENUNJANG Relasi Relasi dari himpunan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL Nur hajizah (13111171) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl.

Lebih terperinci

Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus

Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus Perulangan dan percabangan merupakan hal yang sangat penting dalam menyusun suatu program Pada pertemuan kali ini akan dibahas secara detail tentang perulangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam implementasi persamaan Pulse

Lebih terperinci

DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA

DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA Triyanto Adi Saputro., Elha Dhanny H, Andriansyah Ramadhan, Afi Muftihul Situmorang, M Fajar Lazuardi. Teknik Informatika, Fakultas Program

Lebih terperinci

PENYAJIAN ALGORITMA. a. Stuctured English b. Psedoucode

PENYAJIAN ALGORITMA. a. Stuctured English b. Psedoucode LOGIKA PROPORSIONAL ALGORITMA Pola pikir yang terstruktur yang berisi tahap-tahap atau langkah-langkah penyelesaian suatu masalah; Merupakan satu set proses yang diaktifkan menurut langkah demi langkah

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

Oleh Yuli Wijayanti. Dosen Pembimbing : 1. Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom 2. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Com.Sc

Oleh Yuli Wijayanti. Dosen Pembimbing : 1. Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom 2. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Com.Sc Oleh Yuli Wijayanti Dosen Pembimbing : 1. Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom 2. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Com.Sc TEKNIK INFORMATIKA-ITS 26 JULI 2010 Latar Belakang Segmentasi gambar merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

APLIKASI TEBAK GAMBAR MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID

APLIKASI TEBAK GAMBAR MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID APLIKASI TEBAK GAMBAR MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID Anita Ria Manula NPM : 10.01.2558 4.1 Analisis Analisis merupakan tahapan akhir sebelum penarikan kesimpulan terhadap data yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian dibuat, rumusan masalah, batasan masalah yang akan dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

DASAR PEMROGRAMAN. Institut Teknologi Sumatera

DASAR PEMROGRAMAN. Institut Teknologi Sumatera DASAR PEMROGRAMAN REVIEW STRUKTUR DASAR, PERCABANGAN, DAN PERULANGAN Institut Teknologi Sumatera TUJUAN KULIAH Mengenalkan konsep dasar pemrograman: dekomposisi problem, modularisasi, rekurens; skill/praktek

Lebih terperinci

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Abstrak Segmentasi citra merupakan salah satu tahapan dalam pengolahan citra yang penting, terutama dalam dunia medis. Apabila seorang dokter

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI SISTEM. yang dibutuhkan oleh sistem dari media penyimpan program ke dalam media

V. IMPLEMENTASI SISTEM. yang dibutuhkan oleh sistem dari media penyimpan program ke dalam media V. IMPLEMENTASI SISTEM A. Instalasi Sistem Instalasi sistem temukembali citra adalah proses menggandakan seluruh file yang dibutuhkan oleh sistem dari media penyimpan program ke dalam media penyimpan komputer.

Lebih terperinci

BAB VI BAHASA C Pendahuluan

BAB VI BAHASA C Pendahuluan BAB VI BAHASA C2 6.1 Pendahuluan Bahasa C merupakan evolusi dari bahasa BCPL yang dibuat oleh Martin Richards pada tahun 1967. Bahasa ini memberikan ide kepada Ken Thompson yang kemudian mengembangkan

Lebih terperinci

SISTEM VISI KOMPUTER UNTUK ESTIMASI BOBOT FISIK TERNAK SAPI

SISTEM VISI KOMPUTER UNTUK ESTIMASI BOBOT FISIK TERNAK SAPI SISTEM VISI KOMPUTER UNTUK ESTIMASI BOBOT FISIK TERNAK SAPI Deddy Barnabas Lasfeto Politeknik Negeri Kupang e-mail : dlasfeto@yahoo.com.sg ABSTRACT Weight physical of beef cattle obtainable by measuring

Lebih terperinci

Tabel Informasi. Hal di atas dapat dilakukan dengan menambah dan mengambil atribut identifier yang digunakan pada program, melalui tabel informasi.

Tabel Informasi. Hal di atas dapat dilakukan dengan menambah dan mengambil atribut identifier yang digunakan pada program, melalui tabel informasi. Tabel Informasi Tabel informasi atau tabel simbol berguna untuk mempermudah pada saat pembuatan dan implementasi dari analisa semantik (semantic analyzer). Pada proses translasi, tabel informasi dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Penelitian bertujuan untuk merancang sebuah sistem yang dapat melakukan penyisipan sebuah pesan rahasia kedalam media citra digital dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR Gibtha Fitri Laxmi 1, Puspa Eosina 2, Fety Fatimah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

OPERASI PERNYATAAN KONDISI

OPERASI PERNYATAAN KONDISI OPERASI PERNYATAAN KONDISI A. Pernyataan IF pernyataan if mempunyai pengertian, jika kondisi bernilai benar, maka perintah dikerjakan dan jiak tidak memenuhi syarat maka diabaikan. Dapat dilihat dari diagram

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Perkembangan teknologi komputer saat ini sangatlah cepat sehingga komputer banyak digunakan di berbagai bidang. Dalam pemrograman, penggunaan komputer dapat mempermudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Tulisan Tangan angka Jawa Digitalisasi Pre-Processing ROI Scalling / Resize Shadow Feature Extraction Output Multi Layer Perceptron (MLP) Normalisasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 ANALISIS

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 ANALISIS 29 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 ANALISIS Dengan menggunakan Visual Basic 6.0 aplikasi perangkat ajar pengelolaan dan perhitungan ekspresi matematika yang akan dibangun dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan-kebutuhan yang digunakan dalam membuat program ini. Setelah semua kebutuhan selesai di analisa, maka penulis akan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pembahasan yang akan diuraikan dalam sub bab ini meliputi gambaran hasil rancangan yang menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan mempelajari

Lebih terperinci

REVIEW PROPERTI OPERATOR MATEMATIKA MORPHOLOGI DALAM PEMROSESAN CITRA

REVIEW PROPERTI OPERATOR MATEMATIKA MORPHOLOGI DALAM PEMROSESAN CITRA Prosiding Semirata 2015 bidang Teknologi Informasi dan Multi Disiplin Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 134-141 REVIEW PROPERTI OPERATOR MATEMATIKA MORPHOLOGI DALAM PEMROSESAN CITRA Zaiful Bahri Jurusan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran yang diperoleh dari sekolah adalah pengenalan dan pemahaman akan

1 BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran yang diperoleh dari sekolah adalah pengenalan dan pemahaman akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lahir, balita masih belum mengenal apapun yang dilihatnya. Dalam pertumbuhannya, balita mulai dapat mengenali sesuatu. Proses pengenalan pada balita dengan

Lebih terperinci

Percabangan & Perulangan

Percabangan & Perulangan Struktur Dasar Java Percabangan & Perulangan Object-oriented Programming (OOP) with JAVA 2011/2012 Macam-macam Percabangan if (...) if ( ) else ( ) if ( ) else if ( ) else ( ) switch ( ) Percabangan :

Lebih terperinci

TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016. Pendahuluan. Identitas Tugas. Disusun oleh : Latar Belakang. Tujuan

TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016. Pendahuluan. Identitas Tugas. Disusun oleh : Latar Belakang. Tujuan TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016 Identitas Tugas Program Mencari Titik Nol/Titik Potong Dari Suatu Sistem 27 Oktober 2015 Disusun oleh : Zulfikar Lazuardi Maulana (10212034) Ridho Muhammad Akbar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci