PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN BEBERAPA PRIORITAS PENGELOLAAN TAMBAK DI KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN BEBERAPA PRIORITAS PENGELOLAAN TAMBAK DI KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 249 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN BEBERAPA PRIORITAS PENGELOLAAN TAMBAK DI KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR ABSTRAK Erna Ratnawati, Ruzkiah Asaf, dan Admi Athirah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan Tinggi dan rendahnya hasil produksi ditentukan oleh faktor pengelolaan yang dilakukan oleh pembudidaya tambak. Secara teknis budidaya ikan bandeng di Kabupaten Sidoarjo sangat mendukung karena letaknya yang strategis dan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan perikanan budidaya khususnya di kawasan tambak atau budidaya air payau. Dari hal tersebut maka beberapa prioritas pengelolaan perlu diketahui untuk meningkatkan produktivitas.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan terhadap produktivitas tambak. Penelitian dilakukan dengan metode survei melalui wawancara dengan responden menggunakan kuisioner terstruktur. Sebagai peubah tidak bebas adalah produksi total tambak dan peubah bebas adalah faktor pengelolaan tambak yang terdiri dari 24 peubah. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan menggunakan SPSS versi Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi ikan bandeng adalah sebesar 781,25 kg/ha/panen. Ada 10 peubah pengaruh faktor pengelolaan terhadap produktivitas tambak yaitu luas, pemberian akodan, pemberian saponin awal, pemberian kapur tembok, pemberian rempah, tinggi air, pemberian urea susulan, pemberian SP36 susulan, pemberian dolomit susulan dan lama pemeliharaan ikan bandeng. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan pengelolaan tambak dengan pemanfaatan luas tambak yang sesuai dengan kriteria tambak pemeliharaan bandeng dan pemberian akodan, pemberian saponin, kapur tembok, rempah, pemberian pupuk urea, SP36 dan dolomit susulan yang sesuai dengan dosis dan dikondisikan dengan tinggi air dan padat tebar, selain itu juga lama pemeliharaan harus diperhatikan agar sesuai dengan ukuran bandeng yang diinginkan. KATA KUNCI: pengelolaan; produktivitas; tambak; Kabupaten Sidoarjo PENDAHULUAN Potensi untuk pengembangan tambak di tanah air cukup besar, hampir semua pantai di Indonesia potensial untuk pengembangan budidaya ikan bandeng /udang windu. Sampai kini ikan bandeng dan udang windu masih menjadi komoditas utama dari hasil budidaya di tambak ikan bandeng dan udang windu banyak digemari orang untuk dimakan oleh karena rasanya yang lezat dan kandungan proteinnya tinggi. daerah pantai timur Sidoarjo merupakan daerah pertambakan yang hingga saat ini pengelolaannya masih banyak dijalankan secara tradisional. Pengelolaan tambak secara tradisional dilakukan dengan cara menebarkan benih ke dalam tambak yang telah dipersiapkan, begitu saja, dan selanjutnya petani menunggu hingga masa panen. Kegiatan rutin selama masa menunggu hanyalah memelihara dan membersihkan tambak dari ikan-ikan predator dan hewan-hewan sejenis ketam yang dapat merusak pematang tambak. Pemanenan dilakukan setelah ikan berumur empat hingga enam bulan (Antoni & Wibowo, 1996). Pengelolaan usahatani tambak demikian telah berjalan turun-temurun di kebanyakan daerah di Jawa Timur (Taufik, dkk., 2002) Budidaya ikan bandeng pada saat ini sangat berpeluang dijadikan usaha yang menghasilkan keuntungan yang besar, mengingat produktivitas dari hasil membudidayakan udang windu yang setiap tahunnya terus menurun. Membudidayakan ikan bandeng relatif lebih mudah dilakukan karena tidak butuh perawatan yang terlalu susah untuk tetap menjaga kesehatannya, serta dapat hidup di berbagai macam jenis air seperti air air tawar, air payau dan air asin. Karena ikan bandeng sendiri dikenal sebagai ikan yang bandel terhadap berbagai macam penyakit yang menyerang hewan air, seperti penyakit bercak putih yang sering menyerang udang windu yang menyebabkan petani tambak terus merugi (Ikanmania, 2008).

2 Peningkatan produktivitas dengan beberapa prioritas... (Erna Ratnawati) 250 Secara teknis budidaya ikan bandeng di Kabupaten Sidoadrjo sangat mendukung. Letaknya yang strategis antara jarak lokasi tambak dan kota yang relatif dekat turut membantu proses pemasaran ikan bandeng produksi para petani Kabupaten Sidoarjo (Hamdani, 2007). Kabupaten Sidoarjo yang terletak berbatasan langsung dengan laut jawa mempunyai potensi air asin yang dapat digunakan untuk mendukung aktivitas budidaya ikan bandeng, selain itu daerah Kabupaten Sidoarjo yang dialiri oleh beberapa sungai besar seperti Sungai Porong berpotensi menyediakan air tawar yang juga dapat digunakan untuk mendukung aktivitas budidaya ikan bandeng. Untuk persediaan air payau sendiri juga banyak terutama di daerah pesisir yang banyak dijadikan kawasan pertambakan Faktor keamanan dari budidaya bandeng juga turut mendukung semakin banyaknya masyarakat yang memilih budidaya ikan bandeng daripada udang windu, harga bandeng yang relatif tidak terlalu mahal membuat usaha budidaya bandeng relatif aman dari pencurian terutama ketika mendekati musim panen, namun juga harga bandeng juga tidak pernah turun, sehingga dapat dikatakan bahwa harga ikan bandeng relatif stabil. Kesetabilan harga jual dari ikan bandeng sedikit memberi kenyamanan petani tambak dari ancaman kerugian. Ikan bandeng merupakan salah satu ikan yang banyak digemari oleh masyarakat. Selama sepuluh tahun terakhir permintaan bandeng meningkat dengan 6,33% rata-rata per tahun, tetapi produksi hanya meningkat dengan 3,82% rata-rata per tahun (Hamdani, 2007) Faktor budidaya tambak di Kabupaten Sidoarjo yang dikeluhkan oleh petambak adalah biaya produksi yang tinggi terutama biaya pakan, obat-obatan, dan pupuk, semua masalah itu dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan. Jumlah produksi, pendapatan, dan keuntungan hasil usaha tambak pada masing-masing petani tambak berbeda-beda, ada yang besar ada yang kecil, dalam hal ini yang mempengaruhi antara lain adalah: faktor pengetahuan dan ketrampilan petani tambak, modal usaha, dan pengalaman usaha tambak. Pada umumnya kemampuan Petani Tambak untuk menganalisis usaha budidaya di tambak dan menganalisis efisiensi usaha budidaya bandeng dan Udang masih belum baik Dalam budidaya tambak, beberapa faktor yang berpengaruh meliputi faktor mahluk hidup (ikan) dan faktor lingkungan. Faktor ikan lebih ditentukan oleh kualitas bibitnya, faktor lingkungan terdiri dari pengelolaan, pakan dan tempat budidaya. Dengan adanya hal tersebut dan meningkatnya permintaan bandeng yang harus dipenuhi, maka tujuan daripada penelitian ini untuk mengetahui beberapa prioritas pengelolaan tambak yang dilakukan agar dapat meningkatkan produksi dalam budidaya tambak bandeng. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal April 2015 di daerah pertambakan Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Informasi awal tentang kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Sidoarjo diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo. Gambar 1. Lokasi penelitian di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur Penelitian dilakukan dengan metode survei. Dua puluh lima (25) responden dipilih secara acak dari tambak yang terseleksi dan berdasarkan pengambilan data sampel air dan tanah untuk mengetahui kondisi kualitas air dan tanah tambak di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden mendapatkan data produksi dan pengelolaan tambak dengan menggunakan kuesioner terstruktur (Wirartha, 2006). Data hasil survei dianalisis dengan menggunakan regresi berganda (Tabachnick & Fidell, 1996), dengan model persamaan regresi: di mana: Y a b 1,b 2,...b n X 1,X 2,...X n Y = a + b 1 X 1 + b 2 X b n X n = Total produksi = Koefisien konstanta = Koefisien regresi = Peubah bebas yaitu pengelolaan tambak

3 251 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 Sebagai peubah tidak bebas adalah total produksi, sedangkan peubah bebas adalah pengelolaan tambak, yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Kabupaten Sidoarjo. Peubah bebas adalah yang terdiri atas 24 peubah yaitu luas tambak, tinggi pematang, lebar atas, lebar bawah, lama pengeringan, pemberian thiodan, akodan, NPK, ponska, saponin, kapur tembok, urea, SP36, rempah, dolomite, lama pengangkutan, padat penebaran bandeng, ukuran gelondongan bandeng, tinggi air, urea susulan, SP36 susulan, ponska susulan, dan lama pemeliharaan bandeng. Untuk memilih persamaan regresi ganda terbaik maka digunakan metode langkah mundur ( backward). Menurut Draper & Smith (1981), dengan memasukkan semua peubah ke dalam model tetapi kemudian satu persatu peubah bebas dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Pengujian dengan metode backward dapat dilakukan dengan melihat uji F parsial atau t parsial. Pemeriksaan tabel F dan tabel t akan menunjukkan hasil yang sama. Seluruh data dianalisis dengan bantuan Program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16,0. HASIL DAN BAHASAN Kondisi Pengelolaan Tambak Kecamatan Jabon terdiri dari 15 desa dengan luas wilayah km 2 dari luas wilayah tersebut ha adalah wilayah berupa tambak, dengan produksi ikan bandeng Ton (Dinas Perikanan, 2013). Komoditas yang dikembangkan untuk usaha tambak adalah udang dan bandeng. Untuk meningkatkan produksi, pembudidaya memelihara dua komoditas dalam satu petak tambak yaitu dengan cara polikultur. Menurut Ranoemihardjo et al. (1979) udang dan ikan bandeng sesuai untuk dipolikulturkan di tambak. Kedua komoditas tersebut secara umum menuntut kondisi lingkungan yang relatif sama, tetapi menempati relung ekologi yang berbeda dalam tambak. Perbedaan habitat dan makanan dari kedua komoditas tersebut yang menyebabkan tidak terjadi kompetisi di antaranya (Eldani & Primavera, 1981). Konsep dasar dari polikultur adalah jika dua atau lebih spesies ikan yang cocok dipelihara secara bersama-sama akan meningkatkan produksi (Shang, 1986). Melakukan usaha tambak di Kabupaten Sidoarjo cukup menjanjikan dengan luas tambak yang ada yaitu ,41 ha dapat memberikan kesejahteraan bagi petani tambak dan pandega (BPS, 2013), agar dapat memproduksi secara lebih optimal dan tetap mempertahankan produksi yang telah dicapai maka beberapa prioritas dalam melakukan pengelolaan harus diperhatikan. Untuk mendapatkan informasi pengelolaan budidaya tambak yang dilakukan di Kecamatan Jabon beberapa data diperoleh yang ditunjukkan pada Tabel 1. Produktivitas total tambak di Kabupaten Sidoarjo rata-rata 781,25 kg/ha/panen (Tabel 1). Jumlah produksi yang dihasilkan merupakan total produksi ikan bandeng. Sistem budidaya yang dilakukan adalah polikultur. Tinggi dan rendahnya hasil produksi ditentukan oleh faktor pengelolaan yang dilakukan oleh pembudidaya tambak, salah satu penyebab rendahnya produktivitas tambak diduga sebagai akibat ukuran petakan tambak yang cukup luas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas tambak yang dikelola oleh seorang pembudidaya tambak, maka semakin berkurang tingkat pengelolaan yang dilakukan karena pembudidaya tambak dibatasi oleh tenaga dan waktu serta ketersediaan dana. Demikian pula sebaliknya, dengan ukuran tambak yang lebih kecil cenderung pembudidaya tambak dapat memaksimalkan penggunaan sumberdaya lahan untuk memperoleh produksi yang lebih banyak. Hal ini sejalan dengan pendapat Milstein et al. (2005) yang menyatakan bahwa tambak yang lebih kecil akan lebih mudah dikelola dan produktivitasnya akan lebih tinggi daripada yang berukuran lebih luas. Prioritas Pengelolaan Tambak Pada pengelolaan tambak di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, ada beberapa hal yang dilakukan oleh petambak dan kegiatan pengelolaan tersebut dianalisis untuk menentukan prioritas pengelolaan yang dapat meningkatkan produksi hasil budidaya tambak bandeng. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien konstanta sebesar 311,905 menunjukkan produksi total ikan bandeng dapat diprediksi mencapai 311,905 kg/ha/siklus kalau tidak ada kontribusi dari peubah pengelolaan tambak. Hal ini menunjukkan bahwa peubah pengelolaan tambak yang meliputi: luas, pemberian akodan, pemberian saponin awal, pemberian kapur tembok, pemberian rempah, tinggi air, pemberian urea

4 Peningkatan produktivitas dengan beberapa prioritas... (Erna Ratnawati) 252 Tabel 1. Nilai rata-rata peubah pengelolaan tambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur (n = 25) Peubah Min Max Average Standar deviasi Luas (ha) 0,5 18 5,53 4,522 Tinggi pematang (m) 0,7 2,5 1,62 0,54 Lebar atas (m) 1 5 2,25 1,102 Lebar bawah (m) 2 7 3,94 1,364 Lama pengeringan (hari) ,48 9,990 Thiodan (l/ha) 1,5 25 0,92 4,418 Akodan (l/ha) 0,5 4 0,42 0,968 NPK (kg/ha) ,09 4,707 Saponin (kg/ha) ,75 44,450 Kapur tembok (kg/ha) ,38 106,587 Urea (kg/ha) ,88 117,211 SP36 (kg/ha) ,47 120,164 Ponska (kg/ha) ,38 54,886 Rempah (kg/ha) 0,5 4 0,56 1,053 Dolomit (kg/petak) ,97 194,732 Lama pengangkutan (jam) ,58 2,196 Padat penebaran ikan bandeng (ekor/ha) , Ukuran gelondongan bandeng (hari) ,44 11,466 Tinggi air (cm) 0, ,64 30,875 Urea susulan (kg/ha) ,84 39,062 SP36 susulan (kg/ha) ,16 23,503 Dolomit (kg/ha) ,020 Ponska susulan (kg/ha) ,25 17,961 Lama pemeliharaan ikan bandeng (hari) ,06 74,654 Produksi Ikan bandeng (kg/ha) ,25 689,641 susulan, pemberian SP36 susulan, pemberian dolomit susulan dan lama pemeliharaan ikan bandeng berpengaruh cukup besar terhadap produktivitas total tambak di Kabupaten Sidoarjo (Tabel 2) a. Peubah tidak bebas: produksi ikan bandeng (kg/ha/siklus) Hasil analisis menunjukkan bahwa peubah pengelolaan tambak yang berperan dalam menentukan produktivitas tambak di Kabupaten Sidoarjo, ditunjukkan dalam persamaan regresi berikut:. Y = X X X X X X X X 8 di mana: Y = Produksi ikan bandeng (kg/ha/siklus) X 1 = Luas (ha) X 2 = Akodan (l/ha) X 3 = Pemberian saponin awal (kg/ha) X 4 =Tinggi air (cm) X 5 = Pemberian urea susulan (kg/ha) X 6 =Pemberian SP36 susulan (kg/ha) X 7 = Pemberian dolomit susulan (kg/ha) X 8 = Lama pemeliharaan ikan bandeng (hari)

5 253 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 Tabel 2. Koefisien konstanta dan koefisien regresi peubah bebas dalam prioritas pengelolaan yang mempengaruhi produksi tambak di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur Model Koefisien yang tidak distandarisasi Koefisien standar B Std. error Beta t Sig. Dari persamaan terlihat bahwa luas berpengaruh terhadap peningkatan produksi ikan bandeng sebesar , hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan luas tambak yang besar pembudidaya dapat menghasilkan produksi yang besar selama hal-hal mengenai pemilihan lokasi dapat terpenuhi yaitu dalam hal tata letak tambak dan jenis tanah setempat, kesalahan desain dan teknologi dalam pengelolaannya merupakan faktor- faktor yang berperan terhadap penurunan produktivitas tambak dan respon tambak yang negatif terhadap pertumbuhan fitoplankton. Persyaratan ramah lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan karena terbukti berdampak positif terhadap hasil budidaya. Berdasarkan kebiasaan hidup, tingkah laku dan sifat ikan, maka dalam memilih lokasi tambak baik dalam rangka membuat tambak baru maupun dalam perbaikan tambak yang sudah ada, sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : Memiliki sumber air yang cukup, baik air laut maupun air tawar dan tersedia sepanjang tahun atau setidaknya 10 bulan dalam setahun, tetapi bukan daerah banjir Memiliki saluran saluran air yang lancar, baik untuk pengisian waktu pasang maupun membuang air waktu surut dan sumber air serta lingkungan bebas dari pencemaran. Kadar garam air berkisar ppm dan derajat keasaman (ph) berkisar (Konstan) 311, ,031 1,350 0,193 Luas (ha) 40,105 14, ,765 0,012 Akodan (l/ha) 378,131 66,099 0,533 5,721 0,000 Saponim (kg/ha) -3,907 1,467-0,253-2,664 0,015 Tinggi air (cm) -7,280 2,608-0,322-2,792 0,012 Urea susulan (kg/ha) 10,692 2,183 0,601 4,899 0,000 SP36 susulan (kg/ha) -10,133 3,339-0,347-3,035 0,007 Dolomit susulan (kg/ha) 6,604 1,665 0,377 3,966 0,001 Lama pemeliharaan ikan bandeng (hari) 5,313 0,894 0,549 5,944 0,000 Tanah dasar tambak terdiri dari lumpur berpasir dengan ketentuan kandungan pasirnya tidak lebih dari 20% Selain itu, desain tambak juga harus diperhatikan karena, desain suatu petakan tambak merupakan salah satu kunci utama keberhasilan budidaya. Secara teknis budidaya ikan bandeng di Kabupaten Sidoadrjo sangat mendukung. Letaknya yang strategis antara jarak lokasi tambak dan kota yang relatif dekat turut membantu proses pemasaran ikan bandeng hasil produksi para petani Kabupaten Sidoarjo (Hamdani, 2007). Kabupaten Sidoarjo yang terletak berbatasan langsung dengan laut jawa mempunyai potensi air asin yang dapat digunakan untuk mendukung aktivitas budidaya ikan bandeng, selain itu daerah Kabupaten Sidoarjo yang dialiri oleh beberapa sungai besar seperti Sungai Porong berpotensi menyediakan air tawar yang juga dapat digunakan untuk mendukung aktivitas budidaya ikan bandeng. Untuk persediaan air payau sendiri juga banyak terutama di daerah pesisir yang banyak dijadikan kawasan pertambakan. Dari persamaan dapat dilihat bahwa penggunaan dosis akodan (X 2 ) dapat meningkatkan produksi sebesar Akodan merupakan salah satu racun pembasmi hama di tambak. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada sistem pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berhasil tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem. Jika ada cara yang dapat dilakukan selain pemberian obat-obatan maka lebih baik tanpa penggunaan obat-obatan, apalagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Pemberian obat-obatan sering menimbulkan

6 Peningkatan produktivitas dengan beberapa prioritas... (Erna Ratnawati) 254 masalah baru yang merugikan, seperti adanya generasi penyakit yang tahan terhadap obat-obatan yang diberikan. Tindakan pencegahan dengan adanya persiapan wadah budidaya optimum berupa pengeringan dan pengapuran yang cukup, serta pemasangan filter pada pintu air, akan memberikan masukan yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa penggunaan akodan dengan tepat sangat berpengaruh dalam produktivitas yang diharapkan, karena dosis akodan harus sesuai dosis yang dianjurkan dan cara penerapannya harus sesuai aturan agar dapat menghindari hal-hal yang justru dapat mempengaruhi pada kualitas air pada pemeliharaan. Pada persamaan terlihat bahwa pemberian saponin awal (X3) berpengaruh terhadap jumlah produksi, untuk pemberian saaponin awal berpengaruh negatif sejumlah 3.907, artinya dapat menurunkan jumlah produksi yang dihasilkan sejumlah nilai tersebut. Hal tersebut dapat dijelaskan karena pemberian saponin awal merupakan tindakan dalam memberantas hama (terutama trisipan, kepiting dan udang/ikan liar) dengan pengaplikasian yang sesuai hal yang dapat berpengaruh negatif terhadap produksi dapat dihindari, yang paling efektif dalam tindakan tersebut adalah melalui pengeringan tambak secara sempurna. Pemberantasan hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana keampuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak. Pada salinitas rendah yaitu salinitas <20 ppm sebaiknya diaplikasi pada dosis 20-30kg/ ha dan dilakukan pada siang hari, dan apabila salinitas >30 ppm, saponin diaplikasikan dengan dosis kg/ha. Perbaikan struktur tanah yaitu dengan meningkatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi perubahan kemasaman (ph) yang ekstrim. Tinggi air (X4) pada persamaan menunjukkan bahwa tinggi air dapat mengurangi jumlah produksi sebesar 7.280, hal tersebut dapat dijelaskan karena air merupakan hal yang penting diperhatikan dalam melakukan budidaya dalam hal ini tinggi air pada saat melakukan beberapa pengelolaan dalam pengaplikasian metode pemupukan dan pemberantasan hama di tambak. Metode pemupukan air tambak erat hubungannya dengan proses sirkulasi air dengan dasar pemikiran bahwa volume air tambak sangat berpengaruh terhadap keefektifan kegiatan pemupukan yang dilakukan. Kondisi ini dapat diartikan bahwa pada dosis pemakaian pupuk yang sama tingkat pengaruh dan keefektifannya akan relatif berbeda jika diberikan pada tambak dengan volume air yang berbeda. Berdasarkan hal ini maka sebelum dilakukan pemupukan biasanya dilakukan sirkulasi terlebih dahulu dengan jalan mengurangi volume air dan menambahkan air baru ke dalam tambak sampai pada ketinggian air yang relatif lebih rendah, kemudian baru dilakukan pemupukan. Pemupukan Dasar Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama adalah klekap (lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan dalam setiap hektar adalah : pupuk kandang dicampur dengan dedak halus dengan dosis 1-2 ton/ha, kemudian disebar merata ke dasar tambak. Selanjutnya campuran pupuk urea kg/ha dan SP36 sebanyak kg/ha, juga disebar merata ke seluruh permukaan tambak. Masukkan air kedalam tambak sampai mencapai ketinggian cm dengan menggunakan saringan dan biarkan menguap selama 2 minggu. Bila keadaan air di permukaan telah menjadi jernih sedang dasar tambak telah tampak hijau ditumbuhi klekap, maka air di dalam tambak ditambah secara bertahap sampai mencapai kedalaman cm. Jika keadaan air sudah cukup stabil, maka petakan siap untuk ditebari. Pemupukan Susulan Jika diperkirakan makanan alami di tambak hampir habis (masa pemeliharaan + 1 bulan), maka perlu dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk urea dan SP36 dengan dosis urea kg/ha dan SP kg/ha. Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan adalah plankton, dan dilakukan setiap hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak dianjurkan pada tambak-tambak yang mempunyai tanah dasar bersifat masam ph < 6). Dapat juga dilakukan pemupukan apabila sudah dilakukan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan batu kapur di muka pintu-pintu air. Selain dalam hal metode pemupukan hal lain yang perlu diperhatikan mengenai tinggi air yaitu pada saat air dimasukkan ke dalam petakan tandon yang telah diendapkan selama + 4 hari. Persiapan

7 255 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 tandon dilakukan sama dengan persiapan petak pembesaran, hanya tidak dilakukan pemupukan. Apabila tambak tidak memakai petakan tandon, maka tambak sebaiknya diberi kaporit 5 ppm sebelum ditebari udang dan tidak boleh ganti air sampai 1,5 bulan. Air yang telah ditampung dikapuri secara rutin dan dialirkan ke petak pembesaran dengan pergantian air di petak pembesaran sebanyak 20-30% pertiga hari. Pemberian makanan tambahan dalam jumlah yang cukup banyak, kemungkinan akan meninggalkan sisa-sisa yang apabila membusuk akan berpengaruh terhadap kualitas air. Oleh karena itu, pergantian air dengan frekuensi yang lebih banyak mutlak diperlukan. Pergantian air di tambak dilakukan secara rutin, yaitu setiap dua minggu sekali sebanyak 25%. Setelah pergantian air maka langsung diberi kapur kaptan sebanyak kg/ha, dan pupuk kalau perlu yaitu maksimum urea 35 kg/ha dan SP36 10 kg/ha, dengan kecerahan air tetap terjaga yaitu cm. Apabila kondisi air tambak banyak kotoran/buih atau air jernih tidak ada plankton, maka air tambak wajib diganti. Dan apabila air tambak menyala, maka segera diganti air tambak atau taburi kaporit 1,2 ppm (12 kg/ha/1m atau 7,2 kg/ha/60 cm kedalaman air tambak. Serta pada sat hujan lebat, sebaiknya pematang tambak ditaburi kapur 100 kg/ha, pada malam hari diberi kincir/mesin perahu (2 buah/ha) agar air tidak berlapis. Jenis pupuk anorganik yang biasa digunakan dalam kegiatan budidaya adalah urea dan TSP, Fungsi dan dosis yang digunakan dari masing-masing jenis pupuk tersebut relatif berbeda tergantung dari kondisi perairan dan tingkat kebutuhannya berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan. Pupuk urea biasanya digunakan untuk memacu atau menumbuhkan phytoplankton yang bersifat stabil di dalam tambak, sedangkan pupuk TSP untuk menumbuhkan jenis phytoplankton yang dapat memacu berkembangnya zooplankton yang dapat dijadikan sebagai pakan alami bagi udang yang masih muda/ kecil. Dosis penggunaan urea yang sering dipakai adalah sekitar tiga kali lipat TSP pada kondisi normal dan pemakaiannya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. Selain pemberian pupuk anorganik, pemberian pupuk organik juga sangat penting karena sebagai suplai unsur hara yang tidak terdapat dalam pupuk an organik dan dibutuhkan oleh plankton. Selain tujuan tersebut pemberian bahan organik ini juga dimaksudkan untuk penyeimbang komposisi bahan anorganik yang ada di perairan tersebut selain itu juga untuk memacu pertumbuhan zooplankton yang dapat dijadikan sebagai pakan alami bagi udang atau organisme lainnya. Pemberian pupuk organik bersifat insidental dan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan tingkat kebutuhan perairan. Pakan yang diberikan ke komoditas peliharaan secara prinsip dapat berfungsi sebagai pupuk organik bagi perairan tambak dan membantu dalam proses pembentukan kestabilan plankton di dalam tambak. Fenomena ini dapat dijumpai dan diamati pada tambak dengan populasi komoditas peliharaan yang padat dan jumlah pemberian pakan yang besar. Pada kondisi ini kestabilan plankton dalam perairan akan terbentuk dengan sendirinya tanpa adanya pemupukan, karena unsur-unsur yang terdapat dalam pakan udang juga diserap oleh plankton untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya di perairan tersebut. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa pemberian urea susulan (X5), dan pemberian SP36 susulan (X6) merupakan perlakuan yang dilakukan dalam pengelolaan tambak untuk pemberian pakan. Pemberian urea susulan berberpengaruh positif terhadap produksi sebesar dan pemberian SP36 susulan berpengaruh negatif sebesar terhadap jumlah produksi, pemberian pupuk urea dan SP36 susulan dilakukan jika pada kondisi pemeliharaan dianggap masih memerlukan urea dan SP36, sehingga dalam pengaplikasian pupuk tersebut tidak memberi pengaruh yang berdampak pada hasil produksi. Dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rata-rata pemberian pupuk urea yaitu sekitar kg/ha, jadi dalam hal ini pengaruh terhadap produksi jika sesuai dengan komposisi akan dapat lebih meningkatkan produktivitas tambak. Pemberian pupuk SP36 dalam keadaan normal yaitu sepertiga dari penggunaan pupuk urea. Pada penerapannya dengan rata-rata luas tambak 1 ha. Jika diperkirakan makanan alami di tambak hampir habis dengan masa pemeliharaan ditambah satu bulan, maka perlu dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk urea dan SP36 dengan dosis urea kg/ha dan SP36, 5-10 kg/ha. Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan adalah plankton, dan dilakukan setiap hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak dianjurkan pada tambaktambak yang mempunyai tanah dasar bersifat masam ph < 6. Dapat juga dilakukan pemupukan

8 Peningkatan produktivitas dengan beberapa prioritas... (Erna Ratnawati) 256 apabila sudah dilakukan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan batu kapur di muka pintu-pintu air. Pemberian dolomit susulan pada persamaan memberikan pengaruh positif terhadap jumlah produksi sebesar (X7). Pada persiapan lahan merupakan faktor penting dalam melakukan budidaya, persiapan lahan dalam hal pengapuran dilakukan untuk menaikkan keasaman tanah (ph). Ada pun jenis kapur yang diberikan disesuaikan dengan nilai ph tanah (Tabel 3). Dari Tabel 3 dapat dipahami dalam hal pemberian dolomit susulan, sehingga pengaplikasian dolomit dapat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan pada proses budidaya. Lama pemeliharaan bandeng (hari) akan meningkatkan produksi sebesar (X8). Menurut Cahyono (2007), ikan bandeng dengan bobot awal atau bobot saat penebaran benih pertama dengan bobot 40 g dan lama pemeliharaan 4-6 bulan akan mengalami peningkatan bobot tubuh sebesar 250 g. Lama pemeliharaan yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Kabupaten Sidoarjo adalah 4,5 bulan, hal ini dapat menjelaskan bahwa lama pemeliharaan yang dilakukan berpengaruh terhadap produksi, karena lama pemeliharaan berpengaruh terhadap ukuran bandeng yang dihasilkan. Lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran di atas 300 g dengan benih berukuran sekitar 3 g adalah 120 hari. Adapun lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) dengan bobot benih 20 g selama 5 bulan. KESIMPULAN Rata-rata produksi total tambak Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur sebesar kg/ha/ panen yang merupakan produksi ikan bandeng. Luas tambak, pemberian akodan, pemberian saponin, kapur tembok, rempah, pemberian pupuk urea, SP36 dan dolomit susulan, serta lama pemeliharaan merupakan pengaruh dalam faktor pengelolaan budidaya tambak terhadap produktivitas tambak untuk produksi ikan bandeng di Kabupaten Sidoarjo, produktivitas tambak di Kabupaten Sidoarjo dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak dengan pemanfaatan luas tambak yang sesuai dengan kriteria tambak untuk budidaya tambak bandeng dan melalui pemberian akodan, pemberian saponin, kapur tembok, rempah, pemberian pupuk urea, SP36 dan dolomit susulan yang sesuai dengan dosis dan dikondisikan dengan tinggi air dan padat tebar, selain itu juga lama pemeliharaan ikan harus diperhatikan sehingga diperoleh hasil panen yang sesuai dengan harapan pembudidaya tambak. DAFTAR ACUAN Tabel 3. Dosis/kebutuhan dan jenis kapur yang digunakan ph Dolomit Kaptan Kapur tohor (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) < , ,5 5, , , Anonim. (2013). Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo Badan Pusat Statistik Sidoarjo. (2013). Sidoarjo Dalam Angka Kabupaten Sidoarjo Cahyono, A. (2007). Analisis Pemasaran Ikan Bandeng ( Chanos-Chanos)Di Desa Margoanyar Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Tesis. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang 2007 Draper, N.R., & Smith, H. (1981). Applied Regression Analysis. Second Edition. John Wiley & Sons, New York. 709 pp Eldani, A., & Primavera, J.H. (1981). Effect of different stocking combination of growth, production and survival rate of milkfish ( Chanos chanos Forskal) and prawn ( Penaeus monodon Fabricius) in polyculture in brackishwater ponds. Aquaculture 23:

9 257 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 Hamdani. (2007). Prospek Usaha Tambak Di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Surabaya: UPN Veteran Jatim Milstein, A., Islam, M.S., Wahab, M.A., Kamal, A.H.M., & Dewan, S. (2005). Characterization of water quality in shrimp ponds of different size and with different management regimes using multivariate statistical analysis. Aquaculture International 13, Mustafa, A., & Ratnawati, E. (2007). Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 2(1): Ranoemihardjo, B.S., Kahar, A., & Lopez, J.V. (1979). Results of polyculture of milkfish and shrimp at the Karanganyar provincial demonstration ponds. Bulletin of Brackishwater Aquaculture Development Center 5(1&2): Sandifer, P.A., Hopkins, J.S., Stokes, A.D., & Pruder, G.D. (1991). Technological advances in intensive pond culture of shrimp in the United States. in: Frontiers in Shrimp Research, ed. P. DeLoach, W.J. Dougherty and M.A. Davidson, Elsevier Science Pub., Amsterdam. pp , (8). Savolainena, R., Ruohonenb, K., & Railoc, E. (2004). Effect Of Stocking Density On Growth, Survival And Cheliped Injuries of Stage 2 Juvenile Signal Crayfish Pasifastacus leniusculus Dana. Aquaculture 231 : Sastrakusumah, S. (1971). A study of the food of juvenile migrating pink shrimp, Penaeus duorarum Burkenroad University of Miami. Sea Grant Tech Bull. 9: 1-37 Shang, Y.C. (1986). Pond production systems: stocking practices in pond fish culture. In: Lannan, J.E., Smitherman, R.O. and Tchobanoglous, G. (eds.), Principles and Practices of Pond Aquaculture. Oregon State University Press, Corvallis, Oregon. pp SPSS (Statistical Product and Service Solution). (2006). SPSS 16.0 Brief Guide. SPSS Inc., Chicago. 217 pp. Tabachnick, B.G., & Fidell, L.S. (1996). Using Multivariate Statistics. Third edition. Harper Collins College Publishers, New York. 880 pp. Wirartha, I.M. (2006). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi, Yogyakarta, 383 hlm.

PENGARUH FAKTOR PENGELOLAAN BUDIDAYA TAMBAK TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH FAKTOR PENGELOLAAN BUDIDAYA TAMBAK TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI PROVINSI JAWA TENGAH 923 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 ABSTRAK PENGARUH FAKTOR PENGELOLAAN BUDIDAYA TAMBAK TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI PROVINSI JAWA TENGAH Erna Ratnawati,

Lebih terperinci

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR 287 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR ABSTRAK Ruzkiah Asaf, Erna Ratnawati, dan Utojo

Lebih terperinci

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK KABUPATEN BONE, PROVINSI SULAWESI SELATAN

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK KABUPATEN BONE, PROVINSI SULAWESI SELATAN 151 Faktor pengelolaan yang mempengaruhi produksi ikan bandeng... (Erna Ratnawati) FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK KABUPATEN BONE, PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR 953 Faktor pengelolaan yang mempengaruhi produktivitas... (Erna Ratnawati) FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR ABSTRAK Erna Ratnawati, Utojo,

Lebih terperinci

FAKTOR PENGELOLAAN TAMBAK YANG DOMINAN MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO

FAKTOR PENGELOLAAN TAMBAK YANG DOMINAN MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO 981 Faktor pengelolaan tambak yang dominan... (Admi Athirah) FAKTOR PENGELOLAAN TAMBAK YANG DOMINAN MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO ABSTRAK Admi Athirah, Ruzkiah

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh : Hamdani

Lebih terperinci

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH 485 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH ABSTRAK Admi Athirah, Hasnawi, dan Mudian Paena Balai

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

FAKTOR DOMINAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

FAKTOR DOMINAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati) FAKTOR DOMINAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK Erna Ratnawati

Lebih terperinci

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 153 158 (25) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 153 PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA

Lebih terperinci

Tarsim. Jurusan Perikanan Fakultas pertanian Unila ABSTRACT

Tarsim. Jurusan Perikanan Fakultas pertanian Unila ABSTRACT Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(3): 41-45 (2004) 41 PENGARUH PENAMBAHAN UDANG PUTIH (Penaeus vannamei) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG WINDU (Penaeus monodon) PADA BUDIDAYA INTENSIF Effect

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA 41 Pentokolan udang windu siste hapa... (Erfan Andi Hendrajat) PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA ABSTRAK Erfan Andi Hendrajat dan Brata Pantjara Balai Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Budidaya Tambak Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA 853 Upaya peningkatan produksi pada budidaya... (Gunarto) UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA ABSTRAK Gunarto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK 915 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK ABSTRAK Burhanuddin

Lebih terperinci

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1 1193 Pertumbuhan ikan nila merah GIFT F 1... (Burhanuddin) PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH GIFT F 1 DAN NILA MERAH GIFT F 2 DI TAMBAK ABSTRAK Burhanuddin dan Erfan A. Hendrajat Balai Riset Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA 419 Pendederan ikan beronang dengan ukuran tubuh benih... (Samuel Lante) ABSTRAK PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA Samuel Lante, Noor Bimo Adhiyudanto,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2011, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2011, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2011, hlm 17 24 ISSN 0126-4265 Vol. 39. No.2 17 Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2011, hlm 17 24 ISSN 0126-4265 Vol. 39. No.2 PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG WINDU DENGAN SISTIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya... (Brata Pantjara) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU ABSTRAK Brata Pantjara*), Agus Nawang*), dan Irshapiani Insan**)

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung

Lebih terperinci

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur ISBN: 978-602-71759-2-1 Pertumbuhan, Sintasan dan Produksi Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Komposisi Padat Tebar dan Waktu Penebaran yang Berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH Media Akuakultur Volume 7 Nomor 1 Tahun 2012 PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto *), Evi Tahapari **), dan

Lebih terperinci

MODUL: PENYIAPAN TAMBAK

MODUL: PENYIAPAN TAMBAK BDI-P/1/1.1 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR PAYAU PEMBESARAN IKAN BANDENG MODUL: PENYIAPAN TAMBAK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi Definisi Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris: aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)

Lebih terperinci

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi 56 Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 56 60 (2010) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal

Lebih terperinci

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 211 215 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 211 PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN DAN UDANG TAMBAK, DESA KENDALKEMLAGI, KECAMATAN KARANGGENENG, KABUPATEN LAMONGAN, PROPINSI JAWA TIMUR

PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN DAN UDANG TAMBAK, DESA KENDALKEMLAGI, KECAMATAN KARANGGENENG, KABUPATEN LAMONGAN, PROPINSI JAWA TIMUR PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN DAN UDANG TAMBAK, DESA KENDALKEMLAGI, KECAMATAN KARANGGENENG, KABUPATEN LAMONGAN, PROPINSI JAWA TIMUR EMPOWEREMENT FOR FISH AND PRAWN FARMERS IN POND AT KENDALKEMLAGI VILLAGE,

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Oleh : Rangga Ongky Wibowo (10.11.4041) S1Ti 2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Kata Pengantar... Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT.

POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT. 337 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT. Gosyen Global Aquaculture

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI PADA BUDIDAYA UDANG WINDU, Penaeus monodon DENGAN DOSIS PUPUK BERBEDA prb-06 Machluddin Amin* dan Erfan H. Hendrajat Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Di Susun Oleh: NAMA : ELIZON FEBRIANTO NIM : 11.01.2829 KELAS : 11-D3TI-01 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Abstraksi dengan meningkatnya kebutuhan akan protein hewani

Lebih terperinci

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2 GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2 PROFIL KELOMPOK Nama Kelompok : Pokdakan 74,2 Alamat : Desa kandangsemangkon Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan Tgl. Pembentukan : 10 Juni 2006 Jumlah Anggota : 12 Orang Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X PENINGKATAN PRODUKSI IKAN NILA MELALUI TEKNIK BUDIDAYA MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI 1 Hasrun 2, Muhammad Jamal 2, Rustam 2 1 Program Ipteks Bagi Masyarakat 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA 185 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 214 SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA ABSTRAK Sahabuddin, Andi Sahrijanna, dan Machluddin

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 4, No. 2, Agustus 2013 ISSN : 2086-3861 APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) APPLICATION USE DIFFERENT

Lebih terperinci

Widi Setyogati, M.Si

Widi Setyogati, M.Si Widi Setyogati, M.Si Pengertian Tambak : salah satu wadah budidaya perairan dengan kualitas air cenderung payau/laut, biasanya terdapat di pesisir pantai Tambak berdasarkan sistem pengelolaannya terbagi

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI TAMBAK DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT KOTA BALIKPAPAN

ANALISIS PRODUKSI TAMBAK DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT KOTA BALIKPAPAN ANALISIS PRODUKSI TAMBAK DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT KOTA BALIKPAPAN The Analysis of Productivity on The Traditional Ponds at Kariangau District, West Balikpapan Sub-District, Balikpapan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN 187 Teknologi budidaya ikan bandeng... (Nur Ansari Rangka) TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK Nur Ansari Rangka dan Andi Indra Jaya Asaad Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas seperti sekarang ini membuat masyarakat harus membuat terobosan baru dalam suatu pekerjaan dan tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SARANA PRODUKSI DI TAMBAK KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO

STUDI PENGGUNAAN SARANA PRODUKSI DI TAMBAK KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO 1015 Studi penggunaan sarana produksi di tambak... (Admi Athirah) STUDI PENGGUNAAN SARANA PRODUKSI DI TAMBAK KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO ABSTRAK Admi Athirah, Ruzkiah Asaf, dan Andi Indra Jaya

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan yang dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling berkaitan membentuk

Lebih terperinci

TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK

TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK 1117 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 ABSTRAK TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK Burhanuddin Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Udayana, Denpasar. Alamat   (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 ISSN: 2086-3861 E-ISSN: 2503-2283 KAJIAN KUALITAS AIR DAN PENILAIAN KESESUAIAN TAMBAK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Berdasarkan buku Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten (9), wilayah mangrove desa Jayamukti Kecamatan Blanakan secara administrasi kehutanan termasuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR TEKNIS DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK INTENSIF DI LAMPUNG SELATAN

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR TEKNIS DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK INTENSIF DI LAMPUNG SELATAN HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR TEKNIS DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK INTENSIF DI LAMPUNG SELATAN Mudian Paena, Irmawati Sapo, Akhmad Mustafa, dan Rachmansyah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung V.1. Kajian keberlanjutan dengan Metode Ecological Footprint Seperti telah disebutkan sebelumnya

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti. kubis krop, kubis daun dan kubis bunga (Arief, 1990).

PENDAHULUAN. mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti. kubis krop, kubis daun dan kubis bunga (Arief, 1990). PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kubis merupakan tanaman asli daerah pesisir sungai sekitar mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti India, Nepal, Malaysia, Philipina

Lebih terperinci

APLIKASI KAPUR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH SULFAT MASAM UNTUK GELONDONGAN NENER BANDENG

APLIKASI KAPUR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH SULFAT MASAM UNTUK GELONDONGAN NENER BANDENG 209 Aplikasi kapur terhadap peningkatan produktivitas... (Andi Sahrijanna) APLIKASI KAPUR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH SULFAT MASAM UNTUK GELONDONGAN NENER BANDENG ABSTRAK Andi Sahrijanna dan

Lebih terperinci

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

Bisnis Budidaya Ikan Bawal Bisnis Budidaya Ikan Bawal Nama : Anung Aninditha Nim : 10.11.3944 Kelas : S1.TI.2F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Ikan bawal merupakan jenis ikan yang cukup poluper di pasar ikan konsumsi. Selain

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 109 113 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 109 PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK WADAH BENIH AIR PERLAKUAN BIOFLOK PAKAN BOBOT WADAH / KOLAM WADAH / KOLAM Syarat wadah: Tidak

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 59 64 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 59 PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Batu merupakan sentra penghasil apel di Indonesia. Lahan apel di Kota Batu seluas 2.993,89 Ha terpusat di Kecamatan Bumiaji yang tersebar di desa Tulungrejo, Sumbergondo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya terus meningkat setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang pertanian. Pembangunan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan

III. METODE PENELITIAN. sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Tujuan dari teknik deskriptif analisis adalah membuat gambaran secara sistematik, faktual dan akurat

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Latar Belakang Udang windu merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dalam sektor perikanan. Kegiatan produksi calon induk udang windu merupakan rangkaian proses domestifikasi dan pemuliaan

Lebih terperinci