Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2011"

Transkripsi

1 1 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2011 Radhian Amandito, Ermita Ilyas Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak Indeks massa tubuh yang tinggi berkaitan dengan banyak risiko penyakit, terutama penyakit pada sistem kardiovaskuler, serta diduga menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja kantor. Selain itu pekerja yang mengalami keluhan tersebut memiliki fleksibilitas yang buruk. Akibat keluhan tersebut kualitas kerja para penderita menurun sehingga terjadi penurunan gaji atau kehilangan waktu kerja. Peneliti menduga bahwa keluhan yang serupa juga terdapat pada mahasiswa, terutama mahasiswa kedokteran. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas. Pada penelitian ini digunakan studi cross sectional mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2011 yang mengikuti praktikum uji fleksibilitas tubuh. Data didapatkan dari hasil praktikum mahasiswa di fakultas kedokteran pada bulan Juni 2013 dan didapatkan jumlah sampel 149. Data dianalisis dengan menggunakan uji cross tabulation dan uji chi square dengan menggunakan program SPSS Ver 21 for mac. Tingkat fleksibilitas excellent adalah 45%, terbanyak ditemukan pada mahasiswa dengan IMT rendah sedangkan yang ditemukan pada mahasiswa dengan IMT tinggi adalah 41% yang excellent. Berdasarkan uji chi square tidak menunjukkan ada perbedaan bermakna antara skor IMT dan fleksibilitas mahasiswa. Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara IMT dengan fleksibilitas pada mahasiswa kedokteran angkatan Kata kunci: Fleksibilitas;Indeks Massa Tubuh;Mahasiswa Kedokteran Association between Body Mass Index and Flexibility of Medical Students Batch 2011 Abstract High Body Mass Index is related with a lot of diseases risk factor, especially diseases of the cardiovascular system, and also is thought to be one of the causes of musculoskeletal pain in office workers. Also, workers who experience such pain have bad flexibility. The musculoskeletal pain has a negative impact on the work quality of workers, causing a decrease in salary or decrease in work duration. It is suspected that a similar problem is happening in students, especially medical students. The goal of this research is to know the Body Mass Index and flexibility. This research is a cross sectional study with medical students of batch 2011 who underwent flexibility test practical session. Data is gained from the practical assignment of medical students on June 2013 and a total of 149 samples was received. SPSS ver. 21 for Mac is the program used to analyze the data and descriptive test cross tabulation and chi square test was done. We found that 45% of the flexibility score is excellent and mostly found in students with low BMI, whereas in students with high BMI there

2 2 is 41% of excellent flexibility score. Based on chi square test there is no significancy between BMI and flexibility score of the students. It can be concluded that there is no association between BMI and flexibility in medical students batch Keywords: Body Mass Index;Flexibility;Medical Student Pendahuluan Pekerja kantor seperti dalam perusahaan komputer memiliki tingkat aktivitas yang relatif di bawah minimal aktivitas fisik yang dianjurkan. Para pekerja ini memiliki keluhan muskuloskeletal yang menjadi salah satu penyebab turunnya kualitas pekerjaan serta pengurangan gaji pekerja. Di Amerika Serikat gejala keluhan muskuloskeletal dialami oleh % populasi totalnya, dan low back pain merupakan kelainan paling banyak, sedangkan yang kedua adalah kelainan leher. 1 Keluhan muskuloskeletal dapat meliputi kerusakan pada tendon, selubung tendon, dan lubrikasi sinovial dari selubung tendon, serta berhubungan dengan tulang. Keluhan tersebut juga bisa dikenal dengan Ergonomic Disorders dan Cumulative Trauma Disorders (CTD). Seluruh kelainan ini timbul bertahap dalam hitungan minggu, bulan, bahkan tahunan akibat eksersi berulang dan gerakan dari tubuh. Banyak faktor yang telah diidentifikasi sebagai penyebab kelainan pada pekerja. Tempat kerja yang kurang ergonomis merupakan faktor utama, dan faktor lain yang berpengaruh adalah obesitas atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi. Pada pekerja yang mengeluh low back pain dan memiliki IMT tinggi juga ditemukan fleksibilitas yang buruk. 2 Peneliti menduga bahwa keluhan ini terdapat pada mahasiswa. Kegiatan mahasiswa terutama mahasiswa kedokteran relatif lebih banyak di depan buku atau komputer dan minim dalam aktivitas fisik, serta diperburuk dengan kecenderungan gaya hidup sedentary yang membuat jumlah mahasiswa yang obes banyak. Kegiatan ini memiliki risiko yang sama dengan pekerja kantor yang mengalami keluhan muskuloskeletal. Keluhan mahasiswa yang paling sering adalah pegal-pegal, dan beberapa keluhan lain yang dialaminya seperti nyeri sendi yang dapat mencapai tingkat yang dapat mengurangi kinerja akademis. Apabila tidak diidentifikasi sedini mungkin, keluhan ini dapat berlanjut hingga bekerja sebagai dokter, dan dapat mengurangi kinerja dokter dalam menangani pasien. Salah satu hal yang dapat kita gunakan sebagai langkah pencegahan keluhan tersebut berlanjut adalah dengan mengetahui IMT dan fleksibilitas mahasiswa. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara IMT dengan fleksibilitas.

3 3 Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat mengidentifikasi besarnya kemungkinan risiko kelainan muskuloskeletal di masa depan para mahasiswa kedokteran, yang nantinya ketika menjadi dokter akan sangat penting untuk menjaga kinerja dan kualitasnya, terutama pada prosedur seperti bedah yang akan memakan waktu yang lama serta memerlukan presisi yang maksimal, dilihat dari fleksibilitas mereka. Tinjauan Teoritis Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh dapat dihitung dari tinggi badan seseorang (TB) dengan berat badan (BB). IMT dikenal sebagai indikator atau pemberi gambaran komposisi tubuh. Meskipun IMT menggambarkan komposisi tubuh secara keseluruhan (otot, tulang, lemak), beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa IMT berhubungan dengan pengukuran lemak tubuh, yaitu seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry. Pada umumnya IMT digunakan untuk menklasifikasikan underweight, overweight, dan obesitas pada orang dewasa. 3 Penghitungannya adalah berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan yang dipangkat dua dalam meter (kg/m 2 ). 4 Sebagai contoh, seorang dewasa yang memiliki berat badan 70kg dan dengan tinggi badan 1.75m memiliki IMT IMT = 70 kg / (1.75 m 2 ) = 70 / 3.06 = 22.9 (2.1) Tabel 1. Klasifikasi Internasional untuk underweight, overweight, dan obes berdasarkan IMT Klasifikasi Poin Batas IMT (kg/m 2 ) Poin Batas Tambahan IMT (kg/m 2 ) Underweight <18.50 <18.50 Sangat kurang <16.00 <16.00 Kurang Sedikit kurang Normal Overweight Pre-obes Obes

4 4 Obes I Obes II Obes III *Diadaptasi dari WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO Nilai IMT tidak berbeda pada usia maupun gender yang berbeda. 5 Namun, IMT juga dapat menunjukkan hasil yang berbeda meskipun dengan kadar lemak yang sama di populasi, yang disebabkan oleh bedanya proporsi tubuh. 6 Risiko kesehatan yang dihubungkan dengan peningkatan IMT akan berlangsung selama beberapa waktu serta interpretasi grading IMT dengan risiko kesehatan dapat berbeda pada populasi yang berbeda. 7 Pada beberapa tahun ini, terdapat pendapat yang berbeda mengenai perlu atau tidaknya membedakan cut-off point IMT dalam populasi etnis yang berbeda karena terdapatnya peningkatan jumlah penemuan yang menunjukkan perbedaan asosiasi IMT, persentase lemak tubuh, dan distribusi lemak tubuh pada populasi yang berbeda, sehingga risiko kesehatan meningkat di bawah cut-off point 25 kg/m 2 yaitu overweight dalam klasifikasi WHO sekarang. Terdapat dua percobaan untuk menginterpretasi cut-off IMT di populasi Asia dan Pasifik. 7,8 Berdasarkan pertemuan WHO pada tahun 2002, didapatkan kesimpulan bahwa sebagian populasi Asia dengan risiko tinggi Diabetes Mellitus Tipe 2 dan penyakit jantung merupakan populasi dengan IMT lebih rendah dari cut-off point yang telah ada dari WHO untuk overweight (= 25kg/m 2 ). Namun, terdapat variasi untuk risiko dari 22kg/m 2 25kg/m 2 pada populasi Asia, sedangkan untuk risiko uang tinggi bervariasi antara 26kg/m 2 31kg/m 2. Sehingga WHO kembali menetapkan cut-off point IMT yang telah ada menjadi klasifikasi internasional. Dengan tingginya IMT (overweight atau obes), kondisi berikut dapat memberikan risiko lebih tinggi untuk penyakit jantung dan kondisi lain: 5,8 - Hipertensi - Kadar LDL tinggi - Kadar HDL rendah - Kadar Trigliserida tinggi - Kadar gula darah tinggi

5 5 - Riwayat penyakit jantung - Aktivitas fisik yang kurang - Merokok Untuk seseorang yang obes atau overweight dan memiliki dua atau lebih faktor risiko, sangat dianjurkan untuk segera menurunkan berat badan. Penurunan berat badan sedikit (antara 5-10 persen dari berat badan) dapat membantu menurunkan risiko timbulnya penyakit yang berhubungan dengan obesitas. Sedangkan untuk seseorang yang overweight dan memiliki kurang dari 2 faktor risiko perlu mencegah penambahan berat badan lebih lanjut. 5 Fleksibilitas Fleksibilitas adalah luas jangkauan dari gerakkan sendi tungkai saat digerakkan. 9 Otot dilapisi dengan kulit, jaringan ikat yang keras, dan kondisi sendi yang membatasi rentang gerakan. Fleksibilitas akan menurun dengan umur dan kurangnya aktivitas. 9,10 Cedera terjadi ketika suatu tungkai dipaksa melebihi kapasitas normalnya untuk bergerak, sehingga fleksibilitas yang diperbaiki dapat mengurangi risiko cedera. Rentang gerakan meningkat ketika sendi dan otot dipanaskan. Gerakan peregangan paling efektif dilakukan setelah melakukan gerakan pemanasan namun sebelum melakukan upaya gerakan berat. Peregangan setelah olahraga, dalam periode pendinginan, dapat membantu mengurangi nyeri otot. Olahraga fleksibilitas sangat penting dalam latihan untuk kekuatan atau ketahanan, karena dapat membantu mempertahankan rentang gerakan yang dapat menurun. 9,10 Para pelari mengandalkan peregangan untuk membuat lari mereka lebih menyenangkan dan nyaman. Otot-otot gastrocnemius, hamstring, groin, dan punggung dapat menjadi kaku dan nyeri, bahkan setelah bertahun-tahun melakukan peregangan. Peregangan setiap hari dapat menjadi perbedaan antara kenyamanan dan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas. 10 Yoga telah menjadi cara yang populer dalam mendapatkan relaksasi dan keadaan meditatif. Beberapa tahun yang lalu, posisi-posisi saat melakukan latihan yoga dirasakan menyakitkan dan merupakan penyiksaan, serta dipercaya mempunyai aspek mistik. Namun sekarang sisi mistik telah dihilangkan dan yoga telah menjadi program fleksibilitas yang aman dan menyenangkan. Keuntungan terbaik adalah fleksibilitas, dengan kemungkinan peningkatan kekuatan dan keseimbangan, meskipun belum memiliki bukti yang cukup terhadap peningkatan aerobic fitness atau mendapatkan peningkatan kekuatan atau ketahanan otot yang signifikan. Fleksibilitas berperan besar dalam kesuksesan suatu pekerjaan dan olahraga. 9 Fleksibilitas yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya cedera akut dan kronik seperti cedera pada tulang belakang bagian bawah. 9,10 Setiap orang dapat memperoleh manfaat dari latihan

6 6 peregangan rutin. Sedangkan pada lansia latihan peregangan merupakan hal yang sangat penting karena jaringan ikat pada lansia mengalami kehilangan elastisitas akibat bertambahnya usia. Fleksibilitas tubuh bisa dinilai dengan Sit and Reach Test. 11 Sit and Reach Test dapat menilai fleksibilitas khususnya fleksibilitas otot punggung bagian bawah dan hamstring. Tes ini pertama kali ditemukan oleh Wells dan Dillon pada tahun Keterbatasan prosedur tes sit and reach adalah orang dengan lengan panjang dan/atau kaki pendek akan mendapatkan hasil yang lebih baik, sedangkan yang memiliki lengan pendek dan kaki panjang kurang baik. Untuk pemeriksaan ini memerlukan sit and reach box. Setiap orang akan duduk di lantai dengan kaki diregangkan lurus ke depan dan diletakkan di kotak dengan sepatu dilepas. Kedua lutut ditahan ke lantai oleh penguji. Dengan telapak tangan menghadap ke bawah, subjek akan mendorong ke depan sepanjang garis pengukur sejauh mungkin. Hasil yang diambil adalah tiga hasil yang terjauh dan dirata-rata, serta yang diambil dalam keadaan stabil. 11

7 7 Gambar 1. Sit and Reach Test untuk Menilai Fleksibilitas

8 8 Tabel 2. Penilaian Sit and Reach Test Skor Tes Sit and Reach Fleksibilitas tahun tahun Excellent >39cm >40cm Above Average 34-38cm 34-39cm Average 29-33cm 30-33cm Below Average 24-28cm 25-29cm Poor <23cm <24cm *Dikutip dari Panduan Praktikum Sports for Health Module 2012, Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia Hubungan Fleksibilitas dengan Indeks Massa Tubuh Tinggi 10 Fleksibilitas memiliki hubungan dengan berat badan, somatotipe, ketebalan kulit, dan luas permukaan tubuh. Meskipun demikian, hubungan yang signifikan sangat sedikit. Beberapa contoh yang telah terbukti berhubungan adalah pada penelitian yang membandingkan seseorang yang overweight dengan yang underweight dan pada penelitian yang membandingkan seseorang dengan otot yang padat dan tidak padat. Ukuran tubuh dapat berpengaruh apabila akumulasi lemak terdapat di daerah abdomen, sehingga akan menghambat gerakan pada sit and reach test dan berakhir dengan skor yang rendah. Sebuah penelitian juga menemukan bahwa hubungan antara luas permukaan tubuh dengan fleksibilitas berhubungan terbalik atau tidak berhubungan sama sekali, bergantung pada bagian tubuh yang diuji. Mantan atlet berumur tahun dengan IMT tinggi memiliki range of motion yang lebih buruk dibandingkan dengan atlet yang mempunyai IMT yang rendah. Selain itu fleksibilitas yang kurang secara signifikan berkorelasi dengan massa tubuh dan ketebalan otot yang berbeda, sehingga IMT yang tinggi akibat massa tubuh dapat dikatakan memiliki hubungan. Metode Penelitian Desain penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan data hasil uji kebugaran tubuh untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan fleksibilitas tubuh. Penelitian dilakukan di laboratorium Departemen Fisiologi dan Departemen Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2013 dengan estimasi waktu selesai pada bulan Mei Data sekunder berupa nilai Indeks

9 9 Massa Tubuh dan nilai fleksibilitas mahasiswa kedokteran angkatan 2011 berupa hasil uji Sit and Reach. Variabel independen pada penelitian ini adalah indeks massa tubuh mahasiswa, sedangkan variabel dependen adalah skor fleksibilitas mahasiswa. Pada penelitian ini, data IMT yang didapatkan dari hasil praktikum Modul Pola Hidup Sehat dari Departemen Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akan langsung digunakan, sedangkan data dari uji Sit and Reach merupakan representatif dari fleksibilitas tubuh. Pengolahan dan analisis data menggunakan SPSS Ver. 21 for Mac. Data yang telah diolah dianalisis secara deskriptif uji crosstab antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kemudian dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas dengan chi-square atau Fisher s Exact test apabila expected count di atas 20%. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di Departemen Fisiologi dan Departemen Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berdasarkan hasil uji Sit and Reach sejak bulan Maret hingga Mei 2013 dilakukan untuk menentukan hubungan antara IMT dengan fleksibilitas tubuh. Fleksibilitas tubuh diambil dari hasil uji Sit and Reach. Fleksibilitas n(%) Poor Below Average Average Above Average Excellent Rendah 11(12.2) 4(4.4) 17(18.9) 17(18.9) 41(45.6) IMT Tinggi 8(13.6) 5(8.5) 9(15.3) 13(22.0) 24(40.7) Tabel 3. Persentase Fleksibilitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji deskriptif kategorik Crosstabulation, dapat dilihat persentase tingkat fleksibilitas dari mahasiswa dengan IMT tinggi dan rendah. Pada tabel 1, mahasiswa dengan IMT rendah terdapat sebanyak 12.2% poor, 4.4% below average, 18.9% average, 18.9% above average, dan 45.6% excellent. Sedangkan pada mahasiswa dengan IMT tinggi terdapat 13.6% poor, 8.5% below average, 15.3% average, 22.0% above average, dan 40.7% excellent. Pada tabel 4.2 dapat dilihat persebaran hasil uji fleksibilitas dari berbagai kategori indeks massa tubuh mahasiswa dengan jumlah total

10 10 mahasiswa 149. Terdapat 21 mahasiswa dengan IMT underweight, 107 mahasiswa normal, 16 mahasiswa overweight, 4 mahasiswa obes 1, dan 1 mahasiswa obes 2. Mahasiswa dengan nilai fleksibilitas excellent terbanyak adalah mahasiswa dengan IMT normal (48) diikuti dengan overweight (9) dan underweight (8). Sedangkan mahasiswa dengan nilai fleksibilitas above average terbanyak adalah mahasiswa dengan IMT normal juga (24), diikuti dengan underweight (4) dan overweight dan obes 1 sama (1). Untuk nilai fleksibilitas average terbanyak adalah mahasiswa dengan IMT normal (17), diikuti dengan underweight (7) dan diikuti dengan obes 1 (1) dan obes 2 (1). Kemudian untuk mahasiswa dengan nilai fleksibilitas below average terbanyak adalah mahasiswa dengan IMT normal (5), obes 1 (2), dan underweight dan overweight sama (1). Terakhir mahasiswa dengan nilai fleksibilitas poor terbanyak adalah mahasiswa dengan IMT normal (13), diikuti dengan overweight (5), dan underweight (1). IMT Fleksibilitas Uji Total Poor Below Average Average Above Average Excellent Statisti Underweight Chi- Normal square IMT Overweight p=0,521 Obes Obes Total Tabel 4. Sebaran Fleksibilitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Karena hasil dari uji chi-square menunjukkan bahwa expected count 0% maka tidak perlu dilanjutkan dengan Fisher s Exact Test. Dari uji statistik chi-square didapatkan nilai signifikansi 0,521, sedangkan syarat data bermakna secara statistik adalah <0,05, sehingga data yang didapat tidak bermakna secara statistik.

11 11 Pembahasan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Dari hasil yang didapat dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki IMT normal sangat tinggi, sedangkan dengan IMT obes 1 dan obes 2 hanya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum IMT mahasiswa terjaga dengan baik. Namun dari seluruh mahasiswa tersebut terdapat beberapa yang tergolong obes 1 dan obes 2. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena dampak buruk pada kesehatan yang umumnya akan dialami oleh seseorang dengan usia lanjut dapat dialami oleh mahasiswa yang masih berusia tahun. Contoh penyakit yang dapat diidap oleh mahasiswa tersebut adalah hipertensi dan penyakit jantung, ditambah lagi penyebab seseorang obes salah satunya adalah sedentary lifestyle, dan apabila kebiasaan tersebut diteruskan tanpa ada perbaikan apapun maka hanya akan menambah risiko kesehatannya. 5,6 Penurunan IMT dapat dilakukan dengan memperbaiki gaya hidup seperti diet makanan yang seimbang dan teratur serta melakukan aktivitas fisik yang cukup. 8 Sedangkan untuk mahasiswa yang tergolong underweight, memperbaiki asupan gizinya juga dianjurkan agar bisa meningkatkan kemampuan fisiknya. Meskipun demikian, data ini lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa kedokteran dari Negara lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di National Ribat University, Khartoum terdapat 17.8% prevalensi overweight dan 9.2% prevalensi obes pada seluruh mahasiswa kedokteran di Universitas tersebut. 13 Sedangkan studi yang sama dilakukan di Fakultas Kedokteran di Malaysia dan terdapat 30.1% prevalensi overweight dan obes pada mahasiswa kedokteran. 14 Salah satu alasan yang diduga menjadi faktor penyebab hal ini adalah kebiasaan mahasiswa mengonsumsi makanan junk food dan minuman manis yang tersedia di kampus mereka. 15 Fleksibilitas Mahasiswa Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa fleksibilitas mahasiswa kedokteran secara umum baik, yaitu didapat jumlah mahasiswa dengan fleksibilitas excellent mencapai 65 dari total 149 mahasiswa. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa meskipun terdapat sedikit kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan mahasiswa kedokteran dibandingkan dengan kelompok populasi lain, bagi beberapa mahasiswa mereka tetap dapat mempertahankannya. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kegiatan inisiatif mahasiswa di luar kegiatan pembelajaran di kampus, seperti rutinitas yang dilakukan di waktu selang yang dimiliki mereka. Namun terdapat kemungkinan bahwa fleksibilitas ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya beban belajar dan tugas di sekolah kedokteran, karena pada saat pengumpulan

12 12 data ini dilakukan mereka masih berada di tingkat 2. Tetap diharapkan akan ada waktu luang yang bisa digunakan untuk melakukan aktivitas fisik hingga mereka lulus dari sekolah kedokteran. Selain itu, dari 149 mahasiswa tersebut juga terdapat 19 mahasiswa dengan fleksibilitas yang poor. Hal ini dapat berupa dampak dari kegiatan sebagai mahasiswa kedokteran atau merupakan dampak dari masa SMA-nya. Apabila dibiarkan hingga lanjut, dikhawatirkan dapat berdampak buruk terhadap kegiatan sehari-harinya, terutama ketika melakukan operasi bedah yang memakan waktu lama nanti sebagai dokter atau ko-asisten. 10 Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Semarang juga didapatkan bahwa seseorang yang berolahraga teratur memiliki nilai fleksibilitas lebih tinggi dibandingkan seseorang yang tidak berolahraga dalam 2 bulan terakhir, selain itu mayoritas sampel dengan nilai fleksibilitas yang lebih rendah hanya berolahraga sekali dalam 1 minggu, sehingga menunjukkan pentingnya olahraga yang teratur dalam menjaga fleksibilitas serta mencegah keluhan muskuloskeletal yang disebabkan oleh fleksibilitas yang buruk. 16 Dari penelitian yang sama terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi fleksibilitas seseorang, yaitu penyakit pada sistem syaraf, kurangnya motivasi ketika mengerjakan pengujian fleksibilitas, dan temperatur tubuh sebab panas tubuh dapat mengurangi viskositas jaringan sehingga meningkatkan fleksibilitas seseorang. 16 Hubungan Fleksibilitas dengan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Penelitian yang telah dilakukan untuk melihat IMT dan fleksibilitas dari mahasiswa kedokteran menghasilkan data yang menunjukkan bahwa terdapat variasi yang cukup besar dari seseorang dengan IMT yang normal untuk nilai fleksibilitasnya. Sedangkan rentang nilai fleksibilitas untuk mahasiswa dengan IMT underweight lebih cenderung ke average atau lebih baik, dan sebaliknya IMT overweight, obes 1, dan obes 2 memiliki kecenderungan memiliki rentang nilai fleksibilitas average atau lebih buruk. Diduga sebelumnya berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pekerja obes oleh Gilleard et al, pada buruh oleh Batti e et al, dan pada lansia di sebuah komunitas di San Antonio oleh Escalante et al bahwa seseorang dengan IMT tinggi akan memiliki fleksibilitas yang lebih buruk jika dibandingkan dengan IMT yang normal Hal ini dapat dilihat pada hasil yang didapatkan, yaitu seseorang dengan IMT normal atau underweight lebih cenderung memiliki fleksibilitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan IMT yang overweight, obes 1, dan obes 2. Penyebab dari buruknya fleksibilitas pada mahasiswa overweight atau obes 1 dan obes 2 belum sepenuhnya disepakati, namun salah satu faktor yang diduga berperan adalah adanya

13 13 penumpukan jaringan adiposa di daerah abdomen yang dapat mengganggu uji sit and reach maka hasil yang didapat akan kurang baik dibandingkan dengan mahasiswa tanpa penumpukan jaringan adiposa. Meskipun demikian faktor lain seperti kelainan pada sendi atau muskuloskeletal juga dapat menjadi faktor penyebab hasil fleksibilitas yang berbedabeda. Pada sebuah penelitian oleh Gilleard et al yang meneliti hubungan antara obesitas dengan gerakan fleksi tungkai ke depan ditunjukkan bahwa pada orang obes gerakan fleksi tungkai ke depan terhambat pada posisi duduk maupun berdiri. Ketika melakukan fleksi terlihat penurunan pergeseran posisi toraks dan jangkauan range of motion tulang belakang torakolumbar, sehingga dapat dikatakan bahwa obesitas menghambat fleksibilitas gerakan tungkai, sebagaimana dilaporkan oleh penelitian lainnya juga. 17,18,19 Hambatan gerakan maju ke depan pada posisi duduk disebabkan karena jaringan pada tungkai yang berlebihan terdapat pada bagian yang bersebelahan dengan bagian femur atau paha kaki ketika duduk di kursi. Selain itu kesulitan dalam hal keseimbangan yang dialami oleh orang yang obes dapat menyebabkan mereka lebih berhati-hati dan lebih sulit untuk mencapai posisi fleksi yang sempurna. 17 Kedua faktor tersebut juga hampir sama dengan hambatan yang dialami oleh orang obes dalam melakukan uji sit and reach, yaitu jaringan adipose pada bagian abdomen menghambat gerakan fleksinya, sehingga menunjukkan seseorang yang obes akan memiliki fleksibilitas yang buruk, meskipun hal ini tidak terjadi pada semua segmen dan sendi. Gerakan pinggang dan pelvis yang diuji pada penelitian mengenai hubungan obesitas dengan fleksibilitas tersebut tidak menghasilkan data yang bermakna. Selain itu semakin tinggi BMI seseorang, semakin besar penurunan range of motion segmen toraks dan tulang belakang, sehingga peningkatan adipositas dapat semakin menurunkan hambatan gerakan, seperti yang telah dilaporkan oleh Hsieh et al pada tahun Meskipun demikian, dampaknya tetap hanya berlaku pada segmen tubuh tertentu. Pada penelitian oleh Gilleard et al ini, pada posisi berdiri dalam keadaan bekerja, kelompok obes menjauhkan dirinya dari meja karena ukuran tubuhnya yang menyebabkan tidak bisa berdiri lebih dekat ke meja kerja. 17 Sebagai akibatnya posisi mereka harus lebih terfleksi di bagian segmen toraks dan pelvis, yang dapat terlihat pada adaptasi postural tulang belakang. Semakin tinggi BMI, semakin tinggi juga progresi dari adaptasinya. Hal ini mendukung latar belakang penelitian yang dilakukan yaitu tingginya kasus posisi kerja yang kurang baik dengan terjadinya nyeri muskuloskeletal, karena adaptasi postural dan hambatan gerakan segmen tungkai dapat memiliki dampak terhadap nyeri tersebut pada orang obes. Meskipun

14 14 belum ada hubungan sebab-akibat yang pasti antara obesitas dengan low back pain, pada penelitian mengenai pekerja obes oleh Boussenna et al, diduga bahwa pada orang obes memang cenderung lebih banyak mengalami nyeri di bagian leher dan punggung. 21 Dengan mengidentifikasi risiko ini pada mahasiswa kedokteran yang masih berusia lebih muda dapat mengurangi keluhannya di masa depan dan secara tidak langsung menjaga kualitas dokter. Keterbatasan Penelitian Secara statistik data yang didapatkan tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama adalah terdapatnya rentang yang terlalu jauh pada mahasiswa dengan IMT yang normal untuk fleksibilitasnya. Mahasiswa dengan IMT normal memiliki fleksibilitas dari excellent hingga poor. Dengan hasil demikian kita juga bisa katakan bahwa tidak ada kepastian bahwa seseorang dengan IMT normal akan memiliki fleksibilitas yang baik, atau bahwa IMT tidak sepenuhnya berpengaruh pada fleksibilitas seseorang. Walaupun demikian semua mahasiswa yang obes 1 dan obes 2 tidak ada yang memiliki fleksibilitas excellent. Kedua adalah berarti IMT tidak memengaruhi fleksibilitas secara signifikan, seperti yang ditemukan di berbagai penelitian sebelumnya. 10 Data yang telah terbukti adalah bahwa hanya penumpukan jaringan adipositas dapat menghambat gerakan fleksi pada segmen tertentulah yang akan mempengaruhi gerakan fleksi pada uji fleksibilitasnya. Ketiga adalah pengaruh dari faktor perancu yaitu jenis kelamin. Pada penelitian ini pengaruh jenis kelamin tidak dianalisis, dan jumlah mahasiswa perempuan dan laki-laki berbeda, sehingga tidak bisa diasumsikan bahwa penyebab hasil penelitian tersebut hanya akibat dari perbedaan IMT. Kesimpulan Tingkat fleksibilitas terbanyak yang dimiliki oleh mahasiswa kedokteran usia tahun adalah excellent. IMT terbanyak yang dimiliki oleh mahasiswa kedokteran usia tahun adalah normal.tidak terdapat hubungan antara IMT dan fleksibilitas pada mahasiswa kedokteran usia tahun. Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan menggunakan jumlah sampel dan persebaran yang sesuai, yaitu jumlah perempuan dan laki-laki yang sama, dan jumlah mahasiswa dengan masing-masing IMT yang sama. Pengujian fleksibilitas yang menyeluruh, yaitu bukan hanya dengan uji sit and reach, namun juga menggunakan motion analysis system.

15 15 Kepustakaan 1. Cunningham LS, Kelsey JL: Epidemiology of musculoskeletal impairment and associated disability. Am J Public Health 1984, 74(6): Sethi L, Jaspal S, Imbanathan V. Effect of Body Mass Index on work related musculoskeletal discomfort and occupational stress of computer workers in a developed ergonomic setup. Sports Medicine, Arthroscopy, Rehabilitation, Therapy & Technology 2011, 3:22 3. WHO. Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of a WHO Expert Committee. WHO Technical Report Series 854. Geneva: World Health Organization, Centre for Obesity Research and Education, Body Mass Index: BMI Calculator. Didapat dari: [Diakses pada 7 Maret 2013]. 5. Grummer-Strawn LM et al., American Journal of Clinical Nutrition. Dalam: Centers of Disease Control and Prevention, Assessing Your Weight: About BMI for Adult. Didapat dari: Universitas Sumatera Utarahttp://cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/index.html [Diakses pada 7 Maret 2013]. 6. WHO. Obesity: preventing and managing the global epidemic. Report of a WHO Consultation. WHO Technical Report Series 894. Geneva: World Health Organization, WHO expert consultation. Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for policy and intervention strategies. The Lancet, 2004; WHO/IASO/IOTF. The Asia-Pacific perspective: redefining obesity and its treatment. Health Communications Australia: Melbourne, Physiology of fitness sharkey, brian j 3rd ed, 1990 versa press amerika 10. Alter MJ. Science of Flexibility. 3rd edition, 2004, USA, sheridan books 11. Wells, K.F. & Dillon, E.K The sit and reach. A test of back and leg flexibility.research Quarterly, Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Panduan Praktikum Sports Module Sawsan MA, Elsadig YM (2010) Obesity among medical students of the National Ribat University, Khartoum SJPH 2: NY, Chia GJ, Wong LC, Chew RM, Chong W, et al. (2010) The prevalence of

16 16 obesity among clinical students in a Malaysian medical school. Singapore Med J 51: Mahmood S, Najjad MK, Ali N, Yousuf N, Hamid Y (2010) Predictors of obesity among post graduate trainee doctors working in tertiary care hospital of public sector in Karachi, Pakistan. J Pak Med Assoc 60: Purnama A. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas Lumbal pada Laki-laki Dewasa Kelompok Umur Tahun. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang Gilleard W, Smith T. Effect of obesity on posture and hip joint moments during a standing task, and trunk forward flexion motion. International Journal of Obesity (2007) 31, Batti e MC, Bigos SJ, Sheehy A, Wortley MD. Spinal flexibility and individual factors that influence it. Phys Ther 1987; 67: Escalante A, Lichtenstein MJ, Dhanda R, Cornell JE, Hazuda HP. Determinants of hip and knee flexion range: results from the San Antonio Longitudinal Study of Aging. Arthritis Care Res 1999; 12: Hsieh CJ, Pringle RK. Range of motion of the lumbar spine required for four activities of daily living. J Manip Physiol Ther 1994; 17: Boussenna M, Corlett E, Pheasant S. The relation between discomfort and postural loading at the joints. Ergonomics 1982; 25:

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang mendunia. 1,2 World Health Organization (WHO) mendeklarasikan bahwa obesitas merupakan epidemik global.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang telah menjadi epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di dunia meningkat tajam hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari keluhan LBP dapat menyerang semua orang, baik jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Obesitas ditentukan dengan menggunakan Indeks

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama di banyak negara termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari Informasi Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Dengan hormat, Nama Saya Huriah Menggala Putra, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK Shella Monica Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANGGOTA SENAT MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN MANADO

GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANGGOTA SENAT MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN MANADO GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANGGOTA SENAT MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN MANADO 1 Natasya Tandean 2 Yanti Mewo 2 Pemsy M. Wowor 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit maupun aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang dengan mudah mengakses segala media elektronik. Hal itu juga menjadikan seseorang tidak asing lagi dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (%BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN BROCA SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP BROCA PADA OBESE Febrine Wulansari Gunawan, 2010 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan kelainan metabolik yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Cameron dkk memperkirakan prevalensi sindrom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa penyakit kronis sehingga mengakibatkan umur harapan hidup (UHH) seseorang menurun adalah obesitas. World Health Organization

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa, dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... ix KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University Correlation Between Working Period and Working Position with the Incidence of Low Back Pain (LBP) in Cleaning Workers of Onion Shell at Unit Dagang Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Putri AS, Saftarina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasma trigliserida merupakan salah satu bentuk lemak yang bersirkulasi dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan kalori dari makanan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian Faktor-faktor Risiko Hipertensi Pada Jamaah Pengajian Majelis Dzikir SBY Nurussalam Tahun 2008 dilakukan dengan menggunakan desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI KADEK FEBRIYANTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya di bidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi, senantiasa dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition) yaitu kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN MASUK 2012

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN MASUK 2012 HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN MASUK 2012 Baso Ekoparman*, I Nyoman Widajadnja**, * Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Berbagai macam penyakit yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

GAMBARAN KESEGARAN JASMANI PADA REMAJA LAKI-LAKI DENGAN ANEMIA

GAMBARAN KESEGARAN JASMANI PADA REMAJA LAKI-LAKI DENGAN ANEMIA ABSTRACT GAMBARAN KESEGARAN JASMANI PADA REMAJA LAKI-LAKI DENGAN ANEMIA Dewi Permaesih 1 dan Rosmalina 1 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor, Badan Litbang,DepKes RI Physical fitness is needed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah penumpukan lemak secara abnormal yang berlebihan pada tubuh sehingga dapat mempengaruhi kesehatan. BMI (Body Mass Index) adalah standar ukuran internasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA. Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo

SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA. Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo Oleh : RISKA NURVIANINGTYAS NIM : 13631393 PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian kesehatan umum pada populasi dunia, jauh dari target yang diharapkan di tahun 2020 (Balaban, 2011). Sekitar

Lebih terperinci

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Lampiran 1. Tes Status Gizi Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Peralatan tes antara lain:

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies. ABSTRAK Status gizi yang kurang maupun berlebihan akan berpengaruh terhadap kesehatan organ tubuh lain, salah satunya adalah kesehatan gigi dan mulut. Skor karies pada anak malnutrisi tinggi karena kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan teknologi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain studi Penelitian ini merupakan penelitian yang memanfaatkan penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh Asupan Asam Lemak Trans terhadap Profil Lipid Darah yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal sehingga menimbulkan risiko bagi kesehatan, antara lain adalah penyakit kardiovaskular,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG Rizki Ramadan,2014. Pembimbing I : Ignatius Setiawan, drg., MM. Pembimbing II: Pinandjojo Djojosoewarno, Drs., dr.,

Lebih terperinci