BAB II. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
|
|
- Verawati Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Penelitian dilakukan di dua Taman Nasional (TN) yaitu TN Baluran (TNB) dan TN Alas Purwo (TNAP). Kedua lokasi tersebut merupakan wilayah penyebaran merak hijau jawa paling timur dan pada lokasi tersebut juga memiliki berbagai macam tipe habitat merak hijau jawa seperti habitat hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pantai, hutan musim, savana, hutan jati, dan ekotone antara tipe habitat tersebut dengan tempat terbuka. 2.1 Keadaan Umum Taman Nasional Baluran Letak dan Aksesibilitas Taman Nasional Baluran (TNB) terletak pada ujung Timur Laut Pulau Jawa ( ' 10 " ' 10 " Bujur Timur dan ' 10 " ' 55 ") Lintang Selatan. Jarak terdekat dari Bali sekitar 34 km dan terhubungkan oleh jalan propinsi dari Surabaya ke Banyuwangi. TNB memiliki luas areal sekitar ha yang dibatasi sebelah Utara oleh Selat Madura dan sebelah Timur oleh selat Bali. Sebelah Selatan dan Barat dari taman nasional ini dibatasi oleh Sungai Bajulmati dan sungai Kelokoran. Di sebelah Barat Laut dari TNB dibatasi oleh desa Sumberanyar dan di sebelah Tenggarannya dibatasi oleh desa Sumberejo Geologi, Topografi dan Tanah Kondisi geologi dari TNB merupakan endapan gunung berapi kecil pada zaman pliopleistocene. Lava dan guguran abu yang poros melapisi areal ini dari strato gunung berapi baluran. Gunung Baluran dengan ketinggian m terletak hampir di tengah taman nasional. Sebagian besar dari taman nasional Baluran tergolong bertopografi datar, kecuali dekat dengan gunung Baluran, Gunung Priok, Gunung Klosot dan Gunung Glengseran berbukit dan bergelombang. Dua golongan besar tipe tanah di TNB yaitu tanah berasal dari endapan dari volkanik dan dari asal laut. Sangat penting berkaitan dengan tanah tersebut adalah yang berasal dari endapan volkanik yang berasal dari pelapukan basal, abu volkanik dan batuan intermediate dari volkanik. Tanah ini kaya akan mineral tepai miskin bahan
2 II- 2 organic. Tanah tersebut memiliki kesuburan kimiawi yang tinggi namun miskin secara fisik, karena sangat poros tidak dapat menyimpan air secara baik. Tanah hitam monmorilonit meliputi lebih dari setengan areal taman nasional termasuk pada hutan musim dan savana di Baluran. Tanah podsolik di daerah Glengseran memiliki hutan musim yang lebih rapat vegetasinya dibandingkan hutan musim di tanah hitam. Tanah hitam sangat lengket di musim penghujan, tetapi retak dan belah dimusim kemarau. Tanah alluvial meliputi daerah tenggara taman nasional. Pada tanah ini pada musim hujan sering tergenang air seperti berawa, sedangkan tanah berpasir terbatas bagian yang berbatasan dengan laut (BTNB, 2007) Iklim Baluran merupakan daerah yang beriklim kering dan bermusim kemarau cukup panjang. Iklim pada daerah ini sangat dipengaruhi oleh angin tenggara (pasat) selama bulan April hingga Oktober dengan sangat sedikit hujan. Rata-rata lamanya musim kemarau/kering 7-8 bulan setiap tahunnya. Curah hujan rata-rata tiap tahun berkisar antara mm/tahun. Musim hujan umumnya terjadi pada bulan Desember hingga Maret (BTNB, 2007). Oleh karena musim kering yang cukup panjang di Baluran, air merupakan faktor pembatas yang penting di taman nasional ini. Penyebaran lokal satwaliar di taman nasional Baluran sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Selama musim kemarau satwaliar mudah dijumpai di sekitar sumber air, tetapi pada musim penghujan satwaliar lebih tersebar Flora dan Fauna Menurut Partomihardja (1989), di Taman Nasional Baluran terdapat 6 tipe vegetasi yang berkembang di areal tersebut yaitu hutan payau, hutan pantai, hutan musim atau hutan daun lebar gugur daun, hutan awet hijau, hutan pegunungan dan tipe vegetasi di daerah berawa. Tipe vegetasi sangat berkaitan dengan jenis satwaliar yang dapat ditemukan di areal tersebut seperti burung, mamalia dan reptilia. Hutan Payau (mangrove). Semenanjung dan daerah berkarang kecil dapat ditemukan mangrove di Bilik, Lempuyangan, Mesigit, Tanjung Sedano dan Bama. Vegetasi mangrove yang tumbuh agak intensif pada daerah berlumpur di Kelor dan Bilik.
3 II- 3 Vegetasi di mangrove agak khas dengan keanekaragaman jenis tumbuhan yang rendah. Jenis tumbuhan mangrove yang terdapat di TN Baluran antara lain Avicennia alba, Sonneratia alba, S. caseolaris, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, R. stylosa, Bruguiera gymnorrizha dan Lumnitzera racemosa. Daerah mangrove medukung kehidupan jenis satwaliar seperti burung raja udang (Alcedo caerulescens), cangak (Ardea spp.) dan kuntul (Egretta spp.). Jenis mamalia yang dapat ditemukan di daerah mangrove adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kucing bakau (Felis veverrina) dan biawak (Varanus salvator). Hutan Pantai. Hutan pantai terdapat antara Pandean dan Candibang serta beberapa tempat seperti Labuan Merak, Bama, dan sebelah Timur dari Gatal. Tipe vegetasi ini umumnya didominasi oleh Barringtonia racemosa, Terminalia cattapa, Pandanus sp. serta Svzygium spp. Jenis burung yang dapat dijumpai diderah ini seperti kangkareng (Anthrococeros albirostris), pergam (Ducula aenea), elang laut (Pandion haliaeetus), sedangkan jenis mamalia yang sering ke areal ini antara lain rusa (Cervus timorensis), monyet (Macaca fascicularis), lutung (Trachypithecus auratus), babi hutan (Sus scrofa) dan kadang banteng (Bos javanicus) pada musim kemarau sering satwliar minum di sumber air di hutan ini. Jenis reptile yang sering ditemukan di hutan ini adalah biawak (Varanus salvator). Savana. Areal savana yang merupakan ciri khas taman nasional di Jawa ini dengan vegetasi klimak api sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Jenis rumput yang umumnya dominan di areal savanna antara lain Dichantium coricosum, Bracharia mutica, dan Sorgum nitidum, sedangkan jenis semaknya adalah Eupatoriun odoratum dan Lantana camara. Jenis pohon yang tumbuh di tipe vegetasi ini adalah jenis yang berduri seperti Acacia leucophloea, serta jenis lain seperti Corypha utan dan Zizyphus rotundifolius. Sekarang savanna di TN ini banyak diinvasi oleh Acacia nilotica. Banyak jenis satwaliar yang hidup di tipe vegetasi ini antara lain berbagai jenis burung seperti ayam hutan (Gallus varius dan Gallus gallus), tekukur (Steptopelia chinensis), kutilang (Pycnonotus aurigaster), trucuk (Pycnonotus goiavier), cabak (Caprimulgus affinis) serta merak hijau (Pavo muticus). Jenis mamalia yang dapat ditemukan di savana adalah rusa (Cervus timorensis), kijang (Muntiacus muntjak), dan ajag (Cuon alpinus) serta rase (Viverrina malacensis).
4 II- 4 Hutan Musim atau Hutan Gugur Daun. Vegetasi pada tipe hutan ini secara umum dipengaruhi oleh ketersediaan air yaitu apabila musim kemarau banyak tumbuhan yang menggugurkan daunnya. Jenis tumbuhan yang terdapat pada tipe hutan ini antara lain Acacia tomentosa, Grewia eriocarpa, Cordia obligua, Flacourtia indica, Tamarindus indica, Schoutenia ovata, Bombax valetoni, dan Schleichera oleosa. Banyak jenis burung yang dapat dijumpai di tipe vegetasi ini antara lain merak hijau (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus varius dan Gallus gallus), punai (Treron spp) dan kutilang (Pycnonotus aurigaster). Jenis mamalia yang sering ditemukan di hutan ini adalah kijang (Muntiacus muntjak) Hutan Pegunungan dan Hutan Awet Hijau. Jenis tumbuhan yang umum dijumpai pada tipe hutan ini termasuk Homalium foetidum, Emblica officinale, Aleurites moluccana, dan Mallotus philippinensis. Jenis tumbuhan pada hutan ini tidak menggugurkan daun pada musim kemarau, karena cukup ketersediaan air di dalam tanah untuk tumbuhan tersebut. Jenis burung di hutan gunung antara lain rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan kecembang gadung (Irena puella), sedangkan di hutan awet hijau dapat ditemukan pelatuk kijang (Dryocopus javensis). Hutan Tanaman Jati. Sekitar ha sepanjang bagian Barat dari taman nasional ditanami dengan jenis jati (Tectona grandis). Selain jati pada hutan tanaman ini juga terdapat Schleichera oleosa, Erythrina fusca, Acacia leucophloea, Tamarindus indica, Azadirachta indica dan Schoutenia ovata. Jenis hutan ini sebenarnya tipenya mirip dengan hutan musim. Jenis satwaliar yang dapat ditemukan antara lain Muntiacus muntjak, Macaca fascularis, Gallus varius, Gallus gallus dan Pavo muticus. Areal yang berawa. Jenis tumbuhan yang berada pada areal berair ini kebanyakan jenis rerumputan. Tipe vegetasi ini terdapat di TNB di bagian Tenggara. Ketersedian air di areal ini cukup penting bagi satwaliar di Baluran pada musim kemarau, sehingga pada waktu tersebut banyak dikunjungi oleh satwaliar berbagai jenis. Taman Nasional Baluran memiliki berbagai jenis satwaliar, tetapi sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai amphibia dan reptilia serta serangga dan ikan. Jenis mamalia yang hidup di TN ini sekitar 24 jenis mewakili 20 % dari total jenis mamalia di Jawa. Sedangkan jenis burung yang terdapat di TN Baluran sekitar 150 jenis hamper 33 % jumlah jenis burung di Jawa 455 jenis (Departemen Kehutanan, 2008).
5 II- 5 Gambar II-1. Peta lokasi penelitian di Taman Nasional Baluran Gambar II-2. Peta Taman Nasional Baluran 2.2 Keadaan Umum Taman Nasional Alas Purwo Letak dan Aksesibilitas Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) terletak pada ujung Tenggara P. Jawa ( ' 16 " ' 00 " Bujur Timur dan ' 45 " ' 00 ") Lintang Selatan. Dari Banyuwangi berjarak sekitar 60 km yang dapat ditempuh oleh kendaran roda empat. TN AP memiliki luas areal sekitar ha yang dibatasi sebelah Timur oleh Selat Bali dan sebelah Selatan oleh Samudra Hindia. Sebelah Barat dari taman nasional ini dibatasi
6 II- 6 oleh Teluk Grajagan dan hutan produksi KPH Banyuwangi Selatan.Di sebelah Utara dari taman nasional alas Purwo dibatasi oleh teluk Pangpang, Desa Sumber Beras, Kedungrejo, Kedungsari, Purwosari, Purwoharjo Grajagan dan desa Saneporejo. Menuju TNAP dari Kota Banyuwangi berjarak sekitar 60 km ke arah Selatan yang dihubungkan dengan jalan darat (BTNAP, 2007) Geologi, Topografi dan Tanah Formasi geologi dari Taman Nasional Alas Purwo terdiri atas batuan sedimen alluvium dan miose facies batuan gamping yang tersebar cukup luas di kawasan taman nasional. Batuan miosen meliputi Semenanjung Purwo bagian Timur, Selatan, Barat, Tanjung Sembulungan dan areal lainnya merupakan endapan alluvium. Topografi TNAP datar (0-8%) seluas ha, sampai landai (8-15%) seluas ha di bagian Barat, Bagian Selatan kawasan bergelombang (15-25%) seluas ha mulai dari Tanjung Sembulungan sampai Watu Pecah, sedangkan yang berbukit (25-40%) seluas ha di sekitar Linggamanis. Ketinggian TNAP berkisar antara m dpl dengan Gunung Linggamanis (322 m dpl) merupakan bagain yang tertinggi. Terdapat empat golongan tanah di Taman Nasional Alas Purwo yaitu tanah mediteran coklat dan litosol dengan bahan induk endapan kapur seluas ha dengan penyebaran di Semenanjung Purwo, Regosol dengan bahan induk endapan pasir seluas ha tersebar di sepanjang pantai Kayuaking sampai Segara Anakan, Grumusol kelabu dengan bahan induk liat seluas 379 ha meliputi areal Rawa Jalak, Rawa Sarig, Rawa Turunan Ajag dan Rawa Terusan serta tanah Alluvial hidromorf dengan bahan induk liat seluas ha yang tersebar luas di kawasan taman nasional Pola jaringan sungai berbentuk radial, sungai yang terdapat di kawasan Taman Nasional Alas Purwo berupa sungai kecil dengan lebar < 10 m dan panjangnya kurang dari 5 Km. Jumlah sungai kecil tersebut cukup banyak (73 buah) Iklim Berdasarkan klasifikasi tipe curah hujan Schmidt & Ferguson, kawasan Taman Nasional Alas Purwo tergolong ke dalam tipe curah hujan C dan D dengan curah hujan berkisar antara mm/tahun. Musim kering/kemarau terjadi umumnya pada bulan Mei hingga Oktober, sedangkan musim penghujan pada bulan Nopember hingga April (BTNAP, 2007).
7 II- 7 Musim kering di taman nasional ini berpengaruh terhadap pergerakan satwaliar. Air merupakan faktor pembatas yang penting di taman nasional ini. Selama musim kemarau satwaliar bergerak di sekitar sumber air, tetapi pada musim penghujan satwaliar tersebar ke berbagai tempat Flora dan Fauna Di taman nasional Alas Purwo terdapat berbagai formasi hutan yang berkembang di areal tersebut yaitu hutan payau, hutan pantai, hutan bambu, hutan hujan dataran rendah, padang perumputan serta hutan tanaman. Tipe vegetasi yang terdapat pada formasi tersebut sangat berkaitan dengan jenis satwaliar yang dapat ditemukan seperti burung, mamalia dan reptilia (Departemen Kehutanan, 2008). Hutan Payau (mangrove). Formasi mangrove terdapat sekitar teluk Grajagan (Segara Anak) dengan luas sekitar ha. Vegetasi di mangrove agak khas dengan keanekaragaman jenis tumbuhan yang rendah. Jenis tumbuhan mangrove yang terdapat di TN Alas Purwo antara lain Avicennia marina, A alba, Sonneratia alba, S. caseolaris, Rhizophora apiculata, R. mucronata, Bruguiera gymnorrizha, Bruguiera sexangula dan Xylocarpus granatum serta Heritiera littoralis. Daerah mangrove mendukung kehidupan jenis satwaliar seperti burung kuntul (Egretta spp.) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), sedanglawe (Ciconia episcopus). Jenis mamalia yang dapat ditemukan di daerah mangrove adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kucing bakau (Felis veverrina) dan biawak (Varanus salvator). Pada musim tertentu Segara Anak didatangi beberapa jenis burung pantai migrant seperti gegajahan (Numenius spp.), dan Trinil (Tringa spp.) Hutan Pantai. Hutan pantai terdapat di bagian Selatan membentang dari Segara Anak (Grajagan) sampai dengan Plengkung, dari Plengkung hingga Tanjung Slakah. Di bagian Utara dari Tanjung Sembulungan hingga Tanjung Slakah. Lebar hutan pantai berkisar m Tipe vegetasi yang umum pada formasi ini adalah Barringtonia racemosa, Terminalia cattapa, Hibiscus tilliaceus serta Callophyllum inophyllum. Jenis burung yang dapat dijumpai di daerah ini seperti kangkareng (Anthrococeros albirostris), pergam (Ducula aenea), elang laut (Haliaetus leucogaster), sedangkan jenis mamalia yang sering ke areal ini antara lain monyet (Macaca fascicularis), lutung (Trachypithecus auratus) dan babi hutan (Sus scrofa). Jenis reptilia yang sering ditemukan di hutan ini
8 II- 8 adalah biawak (Varanus salvator). Selain itu beberapa jenis penyu bertelur di pasiran pantai taman nasional ini seperti penyu abu (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae). Padang Perumputan. Areal padang perumputan terdapat di Sadengan yang merupakan merupakan padang rumput buatan, yang aslinya adalah tipe hutan hujan dataran rendah. Jenis rumput yang umumnya dominan di areal padang rumput tersebut antara lain Dichantium coricosum, Bracharia mutica, dan Sorgum nitidum, sedangkan jenis semaknya adalah Eupatoriun odoratum dan Lantana camara.. Banyak jenis satwaliar yang menggunakan padang rumput terserbut antara lain berbagai jenis burung seperti kutilang (Pycnonots aurigaster), trucuk (Pycnonotus goiavier), jalak putih (Sturnus melanopterus), gagak (Corvus enca), srigunting (Dicrurus macrocercus) serta merak hijau (Pavo muticus). Jenis mamalia yang dapat ditemukan di padang rumput ini adalah rusa (Cervus timorensis), banteng (Bos javanicus), babi hutan (Sus scrofa) dan kadang ajag (Cuon alpinus) Hutan dataran rendah. Hutan alam dataran rendah ini merupakan formasi vegetasi yang paling luas di kawasan TN Alas Purwo. Jenis vegetasi yang umum dijumpai pada tipe hutan ini termasuk Dracontomelon mangiferum, Tetrameles nudiflora, Sterculia campanulata, Artocarpus elastica, Pterospermum javanicum, Dysoxylum amooroides, Alstonia scholaris, dan Dryopetes ovalis. Jenis burung di hutan gunung antara lain rangkong badak (Buceros rhinoceros), julang emas (Aceros undulatus), kangkareng (Anthracoceros albirostris), beo (Gracula religiosa) dan kecembang gadung (Irena puella), sedangkan jenis mamalia yang dapat ditemukan di hutan ini adalah banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis), lutung (Trachypithecus auratus), kijang (Muntiacus muntjak), jelarang (Ratufa bicolor), ajag (Cuon alpinus) serta macan tutul (Panthera pardus) Formasi Bambu. Formasi bambu di TN ini memiliki penyebaran bergerombol sporadik tetapi tersebar cukup luas terutama di hutan alam dataran rendah. Terdapat 13 jenis bambu yang tumbuh di areal ini. Jenis-jenis bambu tersebut antara lain Bambusa vulgaris, Schizostrachyum blumei, Gigantochloa apus, Gigantopchloa verticulata, Phyllostachys aurea dan Dendrocalamus asper.
9 II- 9 Hutan tanaman. Hutan tanaman merupakan hutan milik perhutani KPH Banyuwangi Selatan yang berbatasan dengan kawasan TNAP. Jenis pohon yang ditanam adalah jati (Tectona grandis) dan mahoni (Swietenia macrophylla) Taman Nasional Alas Purwo memiliki keanekargaman jenis satwaliar yang cukup tinggi baik dari klas mamalia, burung maupun reptilia. Tercatat 21 jenis mamalia, 215 jenis burung, dan beberapa jenis reptilia. Gambar II-3. Peta lokasi penelitian di Taman Nasional Alas Purwo Gambar II- 4. Peta Taman Nasional Alas Purwo
10 II- 10 DAFTAR PUSTAKA [BTNAP] Balai Taman Nasional Alas Purwo Taman Nasional Alas Purwo (20 September 2010) [BTNB] Balai Taman Nasional Baluran Taman Nasional Baluran (20 September 2010) Departemen Kehutanan, Buku Informasi 50 Taman Nasional di Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan. PT Insan Graphika. Bogor Partomihardja, T Check-list of plant species in the Baluran national park, East Java. Paper Unpublished..
Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi DISUSUN OLEH : DYDIK SETYAWAN E
i PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER TAHUN
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik 1. Sejarah Penetapan Menurut Buku Informasi (2001), Taman Nasional Baluran ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan pengumuman Menteri Pertanian
Lebih terperinciEvaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, banteng (Bos javanicus d Alton 1823) ditetapkan sebagai jenis satwa yang dilindungi undang-undang (SK Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/7/1972) dan
Lebih terperinciIII. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Upaya penunjukan kawasan Baluran menjadi suaka margasatwa telah dirintis oleh Kebun Raya Bogor sejak tahun 1928, rintisan tersebut
Lebih terperinciPOTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM
POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN Ambar Kristiyanto NIM. 10615010011005 http://www.ppt-to-video.com Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional tertua
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak, Luas, Status dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran menyatu dengan Cagar Alam (CA) Pangandaran, merupakan semenanjung
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 8. TEKS NEGOSIASILatihan Soal 8.2
SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 8. TEKS NEGOSIASILatihan Soal 8.2 1. Cermati teks negosiasi berikut! Terima Kasih Bu Mia Kamis pagi usai pelajaran olahraga, Bu Mia, guru Kimia masuk kelas
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi 05 33 LS dan 105 15 BT. Pantai Sari Ringgung termasuk dalam wilayah administrasi Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis
19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai ecosystem engineer (Keller & Gordon, 2009) atau juga soil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semut adalah serangga yang memiliki keanekaragaman cukup tinggi. Seluruh anggota semut masuk dalam anggota Famili Formicidae. Keberadaan serangga ini sangat melimpah
Lebih terperinciSURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 TAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mangrove dipakai sebagai pengganti istilah kata bakau untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas Rhizophora spp., (Soeroyo.1992:
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM KAWASAN
31 IV. KONDISI UMUM KAWASAN 4.1 Letak Geografis, Batas-batas Administratif dan Status Kawasan Secara geografis Cagar Alam Pulau Sempu (CAPS) berada di antara 112 0 40 45 112 0 42 45 BT dan 8 0 27 24 8
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa didasarkan pada
4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah KPHL Model Gunung Rajabasa Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa didasarkan pada Besluit Residen Nomor 307 Tanggal 31 Maret 1941 seluas
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Teknik Pembakaran Terkendali Dalam Upaya Pemeliharaan Savana Bekol
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Teknik Pembakaran Terkendali Dalam Upaya Pemeliharaan Savana Bekol BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 1 BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Telah diketahui
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
20 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Singkat Perum Perhutani dan KPH Banyumas Barat Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbasis sumberdaya hutan yang diberi tugas dan
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciPENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM KEMARAU TAMAN NASIONAL BALURAN
LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM KEMARAU TAMAN NASIONAL BALURAN 2006 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasinal Baluran
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri
27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro dengan luas wilayah 50.145,4 ha, secara administratif seluruh wilayahnya berada di Daerah Tingkat II Kabupaten
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan mangrove mencapai 2 km. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis Rhizopora spp., Sonaeratia
Lebih terperinciBalai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu PO. BOX. 179 Telp./Fax Palembang
PENDEKATAN MODEL SISTEM DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN POPULASI RUSA (Cervus timorensis Mul. & Schl. 1844) DI TAMAN NASIONAL BALURAN (System Model Approach in Management Policy of Deer (Cervus timorensis
Lebih terperinciIII. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
15 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Lokasi dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi - Bogor (desa Segog). Dari simpang Ciawi berjarak
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Pengamatan Kondisi Sumber Air Tempat Minum Satwa Di Taman Nasional Baluran. Oleh :
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pengamatan Sumber Air Tempat Minum Satwa Di Taman Nasional Baluran Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 DAFTAR ISI
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI
IV. KONDISI UMUM LOKASI 4.1. Letak dan Luas Kawasan hutan BKPH Cikiong terletak di tiga wilayah administratif pemerintahan, yakni: Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, dan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Berdasarkan
Lebih terperinciSERI BUKU INFORMASI DAN POTENSI MANGROVE TAMAN NASIONAL ALAS PURWO. Penyunting : Rudijanta Tjahja Nugraha. Penyusun : Dian Sulastini
SERI BUKU INFORMASI DAN POTENSI MANGROVE TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Penyunting : Rudijanta Tjahja Nugraha Penyusun : Dian Sulastini Pembantu Penulis : Sri Mekar Dyah W Untung Susilo Rr Rahma Wahyu Widiastuti
Lebih terperinciIII. KONDISI UMUM LOKASI
III. KONDISI UMUM LOKASI 3.1. Sejarah Kawasan Berawal dari Cagar Alam Gunung Halimun (CAGH) seluas 40.000 ha, kawasan ini pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia pada tahun
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. No. 408/Kpts-II/1993. Hutan Pendidikan merupakan hasil dari Perjanjian
21 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Status Hutan Pendidikan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar,
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM WILAYAH PANGANDARAN DAN SEKITARNYA
TINJAUAN UMUM WILAYAH PANGANDARAN DAN SEKITARNYA Oleh: Dr. Wanjat Kastolani Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis didominasi oleh guna lahan tegalan/ kebun/ ladang/ huma,
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN
Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN Kerjasama Coral Triangle Center (CTC) Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Oleh Marthen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati
Lebih terperinciGambar 9. Peta Batas Administrasi
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur
Lebih terperinciIV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Areal
IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Areal Kawasan KPH Balapulang secara geografis terletak antara 6 o 48 o - 7 o 12 Lintang Selatan dan 108 o 13-109 o 8 Bujur Timur dengan luas kawasan 29.790,13 ha. Wilayah
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinci1. Pengantar A. Latar Belakang
1. Pengantar A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang sekitar 81.000, sehingga Negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH
III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur
Lebih terperinciIII. KONDISI UMUM LOKASI
III. KONDISI UMUM LOKASI 3.1. Sejarah Kawasan Kawasan TNGGP, oleh pemerintah Hindia Belanda pada awalnya diperuntukkan bagi penanaman beberapa jenis teh (1728). Kemudian pada tahun 1830 pemerintah kolonial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Hutan Mangrove Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
Lebih terperinciBab III Karakteristik Desa Dabung
Bab III Karakteristik Desa Dabung III.1. Kondisi Fisik Wilayah III.1.1. Letak Wilayah Lokasi penelitian berada di Desa Dabung yang merupakan salah satu desa dari 18 desa yang terdapat di Kecamatan Kubu
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER
LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER Disusun oleh : Nama NIM : Mohammad Farhan Arfiansyah : 13/346668/GE/07490 Hari, tanggal : Rabu, 4 November 2014
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Lebih terperinciBALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Hasil Monitoring Pergerakan Dan Penyebaran Banteng Di Resort Bitakol Taman Nasional Baluran Nama Oleh : : Tim Pengendali Ekosistem Hutan BALAI TAMAN NASIONAL
Lebih terperinciBeberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:
Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.
Lebih terperinciINVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR A. Latar Belakang dan Dasar Pelaksanaan Kebakaran pada Kawasan Hutan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banteng (Bos javanicus) merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
4 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan dengan faktor fisik yang ekstrim, seperti habitat tergenang air dengan salinitas tinggi di pantai dan sungai dengan
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI
III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang melandasi proses pengerjaan laporan kerja praktik ini. 2.1 Film Film adalah bagian dari karya cipta seni dan budaya yang merupakan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
53 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kawasan Taman Nasional Alas Purwo 4.1.1 Sejarah Kawasan TNAP Pada tahun 1920, Pemerintah Belanda mendirikan monument alam yang disebut Purwo atau Jati Ikan. Monumen
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Iklim Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer. Menurut Rajaguguk dan Ridwan (2001)
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciLAMPIRAN. Hari ke Total
LAMPIRAN Tabel 1.Populasi merak hijau jawa di TNAP tahun 2006 Sadengan 34 26 24 20 18 20 25 26 26 32 251 Rowobendo 36 39 47 45 52 50 51 37 35 49 62 Guntingan 10 8 6 3 3 4 6 5 7 10 441 Sumber Gedang 4 2
Lebih terperinciHutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini
II. TINJAIJAN PliSTAKA Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Lebih terperinciLINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Indonesia terdiri atas pulau-pulau sehingga disebut negara kepulauan. Jumlah pulau yang lebih dari 17.000 buah itu menandakan bahwa Indonesia merupakan suatu wilayah yang
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pengamatan Burung di Resort Perengan Seksi Konservasi Wilayah I Pandean dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai suatu negara kepulauan dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial. Salah satu ekosistem
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
135 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Komposisi spesies mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi sebanyak 20 spesies mangrove sejati dan tersebar tidak merata antar pulau.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 19/Menhut-II/2010 TENTANG PENGGOLONGAN DAN TATA CARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 19/Menhut-II/2010 TENTANG PENGGOLONGAN DAN TATA CARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciSERI BUKU INFORMASI DAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
SERI BUKU INFORMASI DAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Penyunting : Rudijanta Tjahja Nugraha Penyusun : Adi Sulistyo Pembantu Penulis : Wahyu Murdyatmaka Nanang Dwi Prasetyo
Lebih terperinciKONDISI W I L A Y A H
KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o
Lebih terperinciPEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah
PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu
6 TINJAUAN PUSTAKA Pengetian Mangrove Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp.). Nama Mangrove diberikan kepada jenis
Lebih terperinciPegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD V (LIMA) ILMU PENGETAHUAN ALAM KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA A. KENAMPAKAN ALAM 1. Ciri-Ciri Kenampakan Alam Kenampakan Alam di Indonesia mencakup
Lebih terperinciAnalisis Habitat Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran
Laporan Kegiatan PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN Analisis Habitat Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2006 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai
METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2010.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1.817 km 2, terletak diantara pulau Sumbawa di sebelah Barat, dan pulau Flores di sebelah Timur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tanaman cenderung identik dengan tanaman yang seragam dan seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, yang memiliki peran yang
Lebih terperinci2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah
2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif
Lebih terperincid. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)
BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyuwangi merupakan kabupaten yang berada di ujung paling timur dari Provinsi Jawa Timur yang memiliki kekayaan seni budaya, keberagaman adat tradisi, serta dianugerahi
Lebih terperinciBAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI
BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton. Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota
24 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota Bandar Lampung, merupakan area yang pada awalnya berupa sebidang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara geografis, Kecamatan Padang Cermin terletak di sebelah Tenggara Kabupaten
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
23 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum KPH Cepu 4.1.1 Letak Geografi dan Luas Kawasan Berdasarkan peta geografis, KPH Cepu terletak antara 111 16 111 38 Bujur Timur dan 06 528 07 248
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya
LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan
Lebih terperinciSLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
2.2. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 adalah Keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk di dalamnya daratan, lautan dan ekosistem
Lebih terperinciE. Kondisi Alam Indonesia
E. Kondisi Alam Indonesia Alam Indonesia dikenal sangat indah dan kaya akan berbagai sumber daya alamnya. Tidak heran jika banyak wisatawan dari berbagai dunia tertarik dan datang ke Indonesia. Kegiatan
Lebih terperinciBAB VI. EKOLOGI PERILAKU MERAK HIJAU JAWA
BAB VI. EKOLOGI PERILAKU MERAK HIJAU JAWA 6.1 PENDAHULUAN 6.1.1 Latar Belakang Merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) dahulu tersebar mulai dari Malaysia dan P Jawa, dan tidak terdapat di Sumatra maupun
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinci