SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

Transkripsi

1 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : TAMAN NASIONAL BALURAN 2005

2 I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kawasan konservasi, termasuk didalamnya Taman Nasional Baluran, merupakan tempat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan di habitat alaminya. Kelestarian habitat, flora dan fauna di dalam kawasan sering menghadapi ancaman akibat perubahan kondisi alam, baik karena faktor alam maupun ulah manusia. Ancaman terhadap kelestarian kawasan di Taman Nasional Baluran salah satunya dengan semakin berkembangnya invasi Acacia nilotica (akasia berduri) di savanna Baluran. Salah satu savanna yang secara intensif dalam pengelolaan yaitu Savana Bekol, yang merupakan salah satu komponen habitat utama bagi mamalia besar (banteng, kerbau liar dan rusa) di Taman Nasional Baluran. Dalam perkembangannya, savanna dengan luas Ha ini, diharapkan terbebas dari invasi Acacia nilotica. Berbagai upaya berupa kegiatan rehabilitasi kawasan telah dan sedang dilakukan untuk mengembalikan savanna sebagaimana fungsi semula, walaupun hingga saat ini sebagian dari savanna Bekol masih merupakan tegakan Acacia nilotica. Rehabilitasi kawasan yang sedang dikembangkan saat ini berupa pembinaan savanna dengan pengkayaan jenis rumput sumber pakan satwa. Kegiatan tersebut juga merupakan upaya pembinaan habitat dan populasi satwa, karena salah satu tujuan dari pembinaan savanna yaitu dalam menjamin kemampuan daya dukung kawasan terhadap kebutuhan pakan satwa mamalia besar di Kawasan Taman Nasional Baluran. Oleh karena itu diperlukan survey potensi bibit/benih dari jenis rumput sumber pakan satwa. Dengan kegiatan ini diharapkan ketersediaan sumber pakan satwa mamalia besar di dalam kawasan dengan kualitas dan tingkat palatabilitas yang tinggi dapat terpenuhi. 1

3 b. Tujuan Kegiatan Kegiatan survey potensi sumber bibit/benih dari jenis rumput ini bertujuan antara lain untuk : 1. Mengetahui lokasi dan seberapa besar potensi sumber bibit/benih dari jenis rumput pakan satwa yang memiliki kualitas dan tingkat palatabilitas yang tinggi. 2. Memperoleh sumber bibit/benih yang mencukupi rencana kegiatan pengkayaan jenis rumput pakan satwa yang akan dilaksanakan di savanna Bekol. 2

4 II. METODOLOGI a. Lokasi Survey Tempat yang menjadi lokasi survey adalah berada di wilayah Seksi Konservasi Wil. III Karangtekok. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pengamatan bahwa di lokasi tersebut masih ditemukan jenis rumput pakan satwa, terutama jenis lamuran (Dichantium caricosum (L) A. Camus), dengan penyebaran yang cukup melimpah. Sedangkan untuk survey kali ini dilaksanakan meliputi Blok Air tawar, Bilik, Gunung malang dan Labuan merak. b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan survey ini dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu : 1. Hari/tanggal : Rabu, 18 Mei Hari/tanggal : Rabu, 1 Juni 2005 Pada survey tahap pertama mengamati kondisi pertumbuhan rumput lamuran di sekitar Air tawar dan Bilik. Sedangkan pada tahap kedua pengamatan dilakukan. c. Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah 1. Alat transportasi (sepeda motor) 2. Alat tulis 3. Binoculer 4. Kantong plastik, tempat contoh jenis rumput d. Metode Pelaksanaan Metode yang dipergunakan dalam survey potensi bibit/benih jenis rumput yaitu dengan tahapan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi jenis rumput yang akan dikumpulkan bibit/benihnya. 2. Mencari informasi secara tidak langsung dari petugas senior maupun masyarakat di sekitar kawasan yang biasa mengambil rumput untuk pakan ternak. 3. Mendatangi lokasi-lokasi yang ditunjukkan oleh petugas senior maupun masyarakat dan melihat langsung kondisi yang ada di lokasi tersebut. 3

5 4. Pada pengamatan di lokasi, beberapa hal yang diamati adalah : kondisi vegetasi, apakah sudah tua (masak biji) atau belum. apabila belum tua/masak biji, perkiraan berapa lama waktu lagi sehingga masak biji dan siap diambil. jumlah penyebaran jenis rumput yang diambil. kondisi sekitar lokasi pengamatan. 5. Dari hasil pengamatan tersebut, kemudian ditentukan perkiraan jumlah yang diambil dan metode pengambilan. 4

6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Kegiatan Hasil dari kegiatan survey ini yaitu : 1. Diketahui lokasi sumber bibit/benih jenis rumput pakan satwa, terutama jenis lamuran (Dichantium caricosum (L) A. Camus) di wilayah Seksi Konservasi Wil. III Karangtekok, yang tersebar di blok Air tawar, Bilik, Gunung malang dan Labuan merak. 2. Hasil pengamatan terhadap kondisi rumput lamuran diperkirakan masak biji, yaitu saat dimana kondisi rumput siap untuk diambil (dipanen) benihnya pada akhir bulan Mei atau awal bulan Juni. 3. Kondisi jumlah dan penyebaran jenis rumput lamuran di lokasi survey cukup melimpah dan bahkan dapat dikatakan dominan dibandingkan pertumbuhan jenis lainnya. 4. Selain jenis rumput lamuran (Dichantium caricosum (L) A. Camus), juga diketahui jenis merakan (Themeda triadra Forsck ), walaupun dengan jumlah dan penyebaran yang tidak terlalu banyak. b. Pembahasan Dalam pelaksanaan survey potensi sumber bibit/benih jenis rumput pakan satwa ini sebelum penentuan lokasi, diperlukan pengamatan dan penentuan jenis rumput yang akan diambil bibit/benihnya. Dari informasi yang diterima wilayak Karaktekok diketahui mempunyai potensi pertumbuhan rumput lamuran (Dichantium caricosum (L) A. Camus) yang melimpah. Kondisi tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut : 1. Karena di wilayah karangtekok, terutama wilayah savanna Air tawar, Bilik, Gunung malang dan Labuan merak sering dan hamper tiap periode kemarau terjadi kebakaran, sehingga lokasi savanna-savana tersebut tetap terkontrol oleh api. 2. Penyebaran invasi Acacia nilotica di wilayah Karangtekok, terutama lokasi tersebut diatas, masih relative sedikit/kurang, sehingga kelestarian savanna tetap terjaga. 5

7 Akan tetapi, disamping kondisi tersebut, ada beberapa hal juga yang menjadi kendala dalam perencanaan dan pelaksanaan survey, diantaranya yaitu : 1. Kondisi iklim yang kawasan yang pada saat dilaksanakannya survey seharusnya telah sepenuhnya masuk pada musim kemarau, akan tetapi ternyata masih ada turun hujan. Hal ini berpengaruh pada pertumbuhan rumput yang seharusnya daun-batang mulai menguning, akan tetapi karena mendapat suplai air hujan mengakhibatkan proses menguning (masih nampak hijau) menjadi lebih lama, padahal kondisi biji telah masak. Dan pada saat perkiraan kondisi siap di ambil biji, ternyata banyak biji (benih) yang telah rontok/kopong. 2. Terdapat banyak masyarakat sekitar kawasan yang memanfaatkan dan mengambil rumput untuk pakan satwa (sapi), sehingga sebelum kondisi rumput menguning telah terlebih dahulu diambil oleh mereka. 3. Kegiatan penggembalaan liar di wilayah Karangtekok dengan jumlah sapi hingga ribuan, juga mempengaruhi optimalisasi pertumbuhan rumput hingga dapat di ambil bibit/benihnya. Akan tetapi secara kondisi umum, potensi sumber bibit/benih jenis rumput pakan satwa, terutama lamuran (Dichantium caricosum (L) A. Camus) di lokasi survey masih melimpah dan merupakan peluang sebagai lokasi yang sesuai untuk pengambilan bibit/benih dalam rangka rehabilitasi padang rumput/savana di lokasi lain di kawasan T.N. Baluran. 6

8 IV. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan survey potensi sumber bibit/benih jenis rumput pakan satwa ini adalah : 1. Jenis rumput yang akan diamati adalah jenis lamuran (Dichantium caricosum (L) A. Camus), dan sebagai jenis rumput pilihan dalam rangka rehabilitasi padang rumput/savana Bekol. 2. Memperhatikan kondisi yang ada, diperkirakan waktu pengambilan benih/bibit rumput yang tepat yaitu antara akhir bulan Mei dan awal Juni. 3. Keberadaan jenis rumput lamuran (Dichantium caricosum (L) A. Camus) di lokasi survey dalam penyebaran dan jumlah yang cukup melimpah, yaitu meliputi lokasi blok Air tawar, Bilik, Gunung malang dan Labuan merak. b. Saran 1. Pada kesempatan survey pada periode mendatang diharapkan lebih memperhatikan kondisi lokasi secara keseluruhan, yaitu meliputi aspek ekologis dan hubungannya dengan sosial masyarakat sekitar kawasan. Hal ini mengantisipasi pemanfaatan masyarakat di lokasi rencana pengambilan bibit/benih rumput yang diinginkan. 2. Pengamatan diharapkan dapat dilakukan secara lebih intensif, sehingga perkembangan kondisi dapat terpantau dan pengambilan benih/bibit rumput lebih tepat waktu dan sasaran. 3. Dibutuhkan kerjasama dan pengertian/pemahaman dengan masyarakat pencari rumput, sehingga tidak terjadi benturan kepentingan. 7