BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 28 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Pengertian SCM Kompetisi yang terjadi antar perusahaan akhir-akhir ini dapat dikatakan tidak hanya sangat ketat, namun juga terjadi persaingan dengan perusahaan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini diakibatkan oleh globalisasi dan pemaksaan ekonomi pasar bebas yang dilakukan oleh organisasi-organisasi dunia seperti WTO (World Trade Organization), AFTA (Asean Free Trade Area), APEC (Asia- Pasific Economic Cooperation), dan sebagainya dimana diharuskan untuk melakukan penghapusan berbagai hal yang menghalangi kompetisi pasar seperti bea masuk, proteksi, dan subsidi pemerintah. Sehingga perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk mencari penyelesaian untuk tetap hidup, bertahan, dan berkembang, dan tetap mempertahankan pangsa pasar mereka. Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem yang berupa jaringan organisasi dari sebuah perusahaan untuk menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya hingga ke tangan pemakai terakhir. Konsep lama yang dimiliki mengenai SCM ini hanya melihat logistik sebagai persoalan intern masing-masing

2 29 perusahaan, dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan persoalan secara intern di perusahaan masing-masing. Namun sekarang permasalahan logistik dilihat sebagai permasalahan yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir. Tujuan diadakannya perancangan SCM ini adalah untuk memecahkan perbatasan-perbatasan antar perusahaan yang memisah-misahkan pelaku pengadaan barang atau jasa, dan memecahmecah pula daya kemampuannya untuk meningkatkan efisiensi. Dengan melakukan analisa keseluruhan proses, dari initial supply sampai ultimate consumption, dapat diperoleh keuntungan-keuntungan dari Supply Chain, sebagai berikut : 1. Mengurangi inventory barang 2. Menjamin kelancaran penyediaan barang 3. Menjamin mutu Istilah SCM pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982(cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Supply Chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, sedangkan SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Jadi, Supply Chain management tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan,

3 30 melainkan urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Semangat kolaborasi dan koordinasi dilandasi oleh kuatnya sebuah Supply Chain yang bergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. SCM yang baik bisa meningkatkan kemampuan bersaing bagi Supply Chain secara keseluruhan, namun tidak menyebabkan satu pihak berkorban dalam jangka panjang. Menurut Cohen dan Roussel (2005) terdapat empat kriteria SCM sehingga dapat dikatakan sukses yaitu : 1. Sesuai dengan strategi bisnis Kriteria ini berhubungan dengan biaya, inovasi, pelayanan, dan kualitas. Penentuan strategi bisnis ini diawali dengan membuat visi dari perusahaan. SCM yang sukses haruslah mendukung tercapainya visi tersebut., yang berarti SCM harus dirancang mengikutinya. Visi sendiri ditetapkan setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: kompetensi inti perusahaan, kebijakan bisnis, dan sasaran keuangan. Sedangkan faktor eksternal meliputi: ukuran pasar, peta persaingan, dan kebutuhan konsumen. Penjelasan mengenai keempat faktor yang berhubungan dengan strategi bisnis akan terlihat pada tabel 2.1

4 31 Tabel 2.1 Empat Faktor Penting dalam Strategi Bisnis Strategi Utama Sumber Kunci Basis Kompetisi Keunggulan Keberhasilan Biaya Efisien Efisiensi biaya Harga termurah di infrastruktur dan produksi kelasnya moda Inovasi Unik teknologi dan merek Produk inovasi Ketepatan waktu Pelayanan Pelayanan prima Sesuai dengan keinginan Rancang SCM khusus konsumen secara khusus Mutu Pengendalian Keamanan dan Produk dan dapat mutu dalam SCM keandalan produk diandalkan (traceability) (Sumber Tabel : Ilham Said, Andi, Bayu A. Soedjarwo, dkk, 2006, Produktifitas dan efisiensi dengan Supply Chain Management, PPM.) 2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen Satu hal yang paling prinsip dalam SCM secara keseluruhan adalah bahwa satu-satunya elemen dalam SCM yang mengeluarkan uang adalah konsumen. Distributor, dealer, pabrik, gudang, hingga pemasok pada dasarnya hanya menikmati beberapa persen bagian dari selisih harga jual di konsumen dengan biaya barang. Sehingga memastikan apa yang diinginkan konsumen akhir sangatlah diperlukan. Selanjutnya perlu juga mengenali lebih lanjut mengenai kebutuhan konsumen untuk masing-masing segmen dan

5 32 produk tertentu. Secara berkala keinginan konsumen juga harus dipantau karena ada kemungkinan terjadi pergeseran. 3. Sesuai dengan power position SCM merupakan sebuah permainan daya tawar dan kekuatan. Untuk mencapai sebuah kesuksesan sebuah perusahaan tidak dapat memperolehnya tanpa bekerja sama dengan perusahaan lain. Kerjasama sama yang dilakukan dapat dalam berbagai bentuk, dan dapat dilakukan dengan perusahaan yang sama besarnya, lebih besar, atau lebih kecil. Perusahaan yang dapat dikategorikan sukses adalah perusahaan yang bisa menjaga keseimbangan di seluruh rantai pasok SCM. 4. Adaptif SCM haruslah beradaptasi dengan situasi bisnis yang dinamis dan selalu berubah. Perubahan teknologi, lingkungan bisnis, basis kompetisi, dan terjadinya akusisi bisa mempengaruhi rancangan SCM secara mendasar. Perubahan lain yang membutuhkan SCM beradaptasi adalah perubahan lingkup usaha (seperti pada perusahaan makanan pembuatan produk dibuat kebijakan untuk diberikan komposisinya sehingga dapat dibuat langsung oleh cabang), masuk keluarnya kompetitor (seperti dengan

6 33 melakukanm pembukaan outlet-outlet khusus, penentuan distributror sendiri), dan terjadinya akusisi maupun merger. Untuk mencapai keempat kriteria sukses di atas., Cohen dan Roussel (2005) mengusulkan lima hal, yang dapat disebut sebagai Five road to success in SCM yang terdiri dari : 1. View SCM as a Strategic Asset Dalam hal ini SCM diposisikan sebagai alat bersaing strategik bagi perusahaan sehingga perlu diperhatikan oleh seluruh organisasi dan seirama dengan strategi bisnis organisasi. Untuk menjadikan SCM asset strategik perusahaan perlu mempersiapkan lima strategi (Cohen and Roussel, 2005), yaitu : Operation Strategy Pilihan strategi operasi mencakup strategi make to stock (membuat produk terlebih dahulu sebelum dijual), configure to order (adanya konfirmasi terlebih dahulu mengenai pembelian, baru produk akan dibuat, bedanya dengan make to order, disini produk setengah jadinya yang bersifat standard dan massal sudah dibuat terlebih dahulu, biasanya juga disebut sebagai Mass-Customization), make to order (kebalikan dari make to stock), dan engineer to order (bentuk yang lebih kompleks dari

7 34 make to order, karena di sini bahkan desain pun masih perlu dipesan tersendiri, biasanya digunakan untuk produk berbentuk proyek). Pada tabel 2.2 menggambarkan kapan sebaiknya masing-masing strategi operasi itu dipilih dan bagaimana strategi SCM-nya yang sesuai. Tabel 2.2 Strategi Operasi vs Strategi SCM Strategi Operasi Dipilih untuk Strategi SCM Pelayanan SCM seefisien mungkin, Produk standar yang standarisasi metode dan dijual dalam volume alat frekuensi dan lot size besar optimal, EOQ, ROP Make to Order SCM responsif, target Produk sesuai pesanan ketepatan waktu sangat konsumen, pesan penting. Variasi metode ulang masih mungkin dan alat perlu tapi frekuensi kecil dipersiapkan Cofigure to Order Produk Standar yang produk akhirnya disesuaikan dengan keinginan konsumen Dari pabrik ke outlet adalah SCM efisien, dari outlet ke konsumen SCM responsif Produk kompleks dan SCM responsif. Metode Engineer to unik untuk keperluan alat perlu negosiasi dan Order konsumen tertentu kontrak khusus (Sumber Tabel : Ilham Said, Andi, Bayu A. Soedjarwo, dkk, 2006, Produktifitas dan efisiensi dengan Supply Chain Management, PPM.)

8 35 Channel Strategy Pada pilihan strategi ini mempunyai fokus pada cara untuk mendistribusikan produk ke tangan konsumen, yaitu dengan melakukan pemilihan pola distribusi (langsung atau melalui distributor), moda transportasi (darat, laut, udara), dan metode pengiriman (dalam jumlah dan frekuensi pengiriman) yang tepat. Dasar pengambilan keputusannya adalah menyesuaikan kebutuhan per segmen pasar dan letak geografis. Outsourcing Strategy Strategi ini memiliki pertimbangan utama yaitu membuat keputusan untuk membeli (buy) atau membuat (make). Untuk meningkatkan tingkat efisien dan efektif dari kinerja perusahaan ada beberapa perusahaan yang menggunakan pihak luar (outsourcing). Namun sebelum menyerahkan sebagian proses operasi atau SCM ke pihak luar, perusahaan juga harus mempertimbangkan untuk tidak melakukan outsourcing pada proses yang merupakan keunggulan utama sekaligus keunikan perusahaan, bila perusahaan itu sendiri masih tersedia cukup kapasitas dan kapabilitas, dan bila nantinya hanya akan menjadi prioritas terakhir karena lingkup bisnis mitranya terlalu besar.

9 36 Customer Service Strategy Strategi ini terus memperhatikan seberapa besar tingkat pelayanan yang seharusnya diberikan sesuai dengan segmentasi dan kontribusinya. Strategi ini diterapkan melalui pemetaan secar jelas mengenai high-value customers, tingkat pelayanan yang dibutuhkan, permasalahan yang sering muncul, cara mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Asset Network Pada strategi ini memfokuskan pada jaringan asset yang harus dikendalikan oleh perusahaan. Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan antara lain: ukuran bisnis, customer service level, peraturan pajak dan ketenagakerjaan, ketersediaan pemasok, infrastruktur, keahlian, dan sebagainya. Terdapat tiga model jaringan yang dapat dipilih: Global model Satu produk diproduksi di satu negara untuk seluruh dunia, biasanya dilakukan bila Research and Development-nya

10 37 dilakukan terpusat sedangkan produksinya membutuhkan investasi yang sangat besar. Regional model Satu produk dibuat secara regional untuk juga dipasarkan secara regional. Ini dipakai terutama bila bahan baku dan keahlian tenaga kerja tersebar, sementara pasarnya juga tersebar. Country model Dimana produk dibuat di satu negara untuk dipasarkan ke negara yang bersangkutan. Biasanya dilakukan dilakukan bila biaya pengiriman dalam bentuk produk jadi terlalu tinggi. 2. Effective End-to-End Process Architecture Membangun rancangan SCM secara integrasi mulai dari pemasok terujung hingga konsumen terakhir.

11 38 3. Powerful Organization Struktur organisasi SCM haruslah menjadi bagian terintegrasi dari organisasi secara keseluruhan, tanggung jawab peran jelas, dan diisi oleh personel yang kompeten. 4. Right Collaborative Model Perusahaan perlu membangun pola-pola kerjasama yang bersifat jangka panjang, secara cerdas dan seimbang. Dengan kolaborasi perusahaan bisa lebih cepat memasuki pasar yang baru, lebih fleksibel, dan dapat memanfaatkan teknologi maupun tenaga akhli yang tidak dimiliki. 5. Metrics to manage performance Untuk memastikan tercapainya sasaran SCM, maka diperlukan alat pantau yang bisa mengukur kinerja seluruh rantai SCM. Pengukuran kinerja supply chain yang benar akan mendorong perusahaan meningkatkan kinerja supply chain mereka. Dengan pengukuran yang baik perusahaan akan mengetahui apa yang bisa dihemat dan berapa jumlahnya serta hal apa saja yang perlu diperbaiki. Perusahaan yang baik biasanya memiliki SOP yang baik. Mereka memiliki sistem yang terintegrasi satu dengan lainnya. Standard

12 39 operating procedure (SOP) yang baik sangat penting untuk memecahkan permasalahan penjualan, produksi, dan logistik Area cakupan SCM Kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM biasanya tercermin dalam bentuk pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akam mempunyai bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan, bagian produksi, bagian perencanaan produksi dan bagian pengiriman atau distribusi barang jadi. Tabel 2.3 menguraikan lebih lanjut mengenai klasifikasi ini serta beberapa contoh kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masing-masing bagian. Tabel 2.3 Empat Klasifikasi Utama SCM Bagian Pengembangan Produk Cakupan kegiatan yang dilakukan Departemen ini akan melakukan riset pasar, membuat rancangan produk baru, dan melibatkan supplier yang sudah menjadi rekan dalam merancang produk baru

13 40 Bagian Cakupan kegiatan yang dilakukan Departemen ini yang akan melakukan pemilihan supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan Pengadaan pembelian bahan baku dan komponen untuk produksi, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan para supplier Perencanaan dan Departemen ini akan melakukan demand planning, Pengendalian peramalan akan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan Operasi / Produksi Departemen ini akan melakukan eksekusi produksi dan pengendalian kualitas produk Pengiriman / Distribusi Departemen ini melakukan perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi. (Sumber Tabel : Ilham Said, Andi, Bayu A. Soedjarwo, dkk, 2006, Produktifitas dan efisiensi dengan Supply Chain Management, PPM.) Model Supply Chain Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan

14 41 barang yang efektif dan efisien yang dapat menghasilkan kepuasan yang maksimal terhadap konsumen. Model supply chain sudah dikembangkan dengan cukup baik pada tahun 1994 oleh A.T. Kearney. Dalam ilustrasi tersebut, suppliers suppliers telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang secara bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada konsumen akhir. Dua konsep yang banyak digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pergerakan barang, yaitu : 1. Mengurangi jumlah supplier Konsep ini bertujuan untuk mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan (tracking). Konsep ini merupakan perubahan yang dilakukan dari konsep multiple supplier ke single supplier. 2. Mengembangkanm supplier partnership atau strategic alliance Konsep ini beranggapan dengan supplier partnership, key supplier untuk barang / produk tertentu merupakan strategic sources yang diandalkan dan dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain.

15 42 Konsep ini selalu diterapkan sejajar dengan konsep perbaikan yang dilakukan terus-menerus dalam biaya dan mutu barang. Model ini dapat disebut the Interprise Supply Chain Model. Model ini merupakan suatu mata rantai supply, yang dinamakan juga model empat langkah (the four step model), yang terdiri dari unsurunsur : 1. suppliers (dan sub-suppliers atau supliers suppliers); 2. manufacturers (plant, yang terdiri dari beberapa unit); 3. distributor (terdiri dari distribution center, wholesaler, dan sebagainya); 4. retailers (yang sangat banyak jumlahnya) Manajemen Transportasi dan distribusi Pada proses SCM tidaklah lepas dari jaringan distribusi dan transportasi. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk pindah dari lokasi. Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk tersebut pada akhirnya akan kompetitif di pasar. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam manajemen distribusi memungkinkan perusahaan untuk menciptakan kecepatan waktu kirim serta efisiensi yang tinggi dalam

16 43 jaringan distribusi. Teknologi penyimpanan, barcoding, ASRS (Automatic Storage and Retrieval System), RFID (Radio Frequency Identification) adalah sebagian dari teknologi yang dapat digunakan untuk mempermudah operasi distribusi produk. Demikian juga teknikteknik yang inovatif seperti crosssdocking, flow through distribution, dan penggunaan 3PL (jasa logistik pihak ketiga). Secara umum fungsi distribusi dan transportasi adalah menghantarkan produk dari lokasi di mana produk tersebut diproduksi sampai di mana mereka akan digunakan. Manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari: 1. melakukan segmentasi dan menentukan target service level 2. menentukan mode transportasi yang akan digunakan 3. melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman 4. melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman 5. memberikan pelayanan nilai tambah 6. menyimpan persediaan 7. menangani pengembalian (return) Dalam manajemen transportasi / pengiriman, kita biasanya membedakan antara pihak yang memiliki barang dan pihak yang melakukan pengiriman. Pemilik barang yang berkepentingan barangnya

17 44 untuk dikirim biasanya disebut sebagai shipper, sedangkan pihak yang bertugas melakukan pengiriman dinamakan carrier. Beberapa hal yang biasanya dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam mengevaluasi mode transportasi, adalah : 1. Dari sudut pengirim atau carier, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah biaya-biaya yang terlibat, mulai dari biaya alat transportasinya sendiri (bisa berupa biaya beli atau sewa alat transportasi), biaya operasional tetap (biaya terminal atau bandara yang besarnya tidak tergantung pada volume barang yang dikirim), biaya overhead dan biaya operasional variabel (seperti biaya bahan bakar) dimana besarnya biaya tergantung pada volume angkut atau jarak yang ditempuh dalam pengiriman. 2. Dari sisi shipper, pertimbangannya bisa didasarkan pada berbagai ongkos yang timbul pada supply chain, termasuk ongkos selain yang terkait langsung dengan transportasi, namun sebagai konsekuensi dari pemilihan mode transportasi tersebut. Kemudian yang juga harus dipertimbangkan adalah biaya persediaan, biaya loadingunloading, dan biaya fasilitas.

18 45 Secara umum, tiap mode transportasi memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri ditinjau dari berbagai pertimbangan. Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangan dalam mengelola kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon dari suatu mode transportasi. Tabel 2.4 Evaluasi umum berbagai mode transportasi Mode transportasi Truk Kereta Kapal Pesawat Paket Volume yang bisa Sangat Sangat Sangat Sedang Banyak dikirim banyak banyak sedikit Fleksibelitas waktu kirim Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Fleksibelitas rute Sangat Sangat Sangat Sangat Tinggi pengiriman rendah rendah rendah tinggi Kecepatan Sedang Sedang Rendah Sangat tinggi Tinggi Biaya pengiriman Sedang Rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi Inventory Sangat Sangat Sedikit Banyak Rendah (in transit) banyak rendah (Sumber Tabel : Ilham Said, Andi, Bayu A. Soedjarwo, dkk, 2006, Produktifitas dan efisiensi dengan Supply Chain Management, PPM.) Salah satu keputusan operasional yang sangat penting dalam manajemen distribusi adalah penentuan jadwal serta rute pengiriman dari atu lokasi ke beberapa lokasi tujuan. Biaya bukanlah satu-satunya faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengiriman. Secara

19 46 umum permasalahan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman bisa memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan untuk meminimumkan biaya pengiriman, meminimumkan waktu, atau meminimumkan jarak tempuh Metode Inovatif dalam Manajemen Distribusi Secara tradisional, perusahaan sering menggunakan gudang sebagai tempat penyimpanan produk sebelum ada pesanan dari pelanggan. Setelah ada pesanan, barang yang dipesan akan diambil dari gudang, dikemas, kemudian dikirim. Pada model crossdocking, gudang tidak berfungsi sebagai tempat penyimpan produk, tetapi sebagai tempat transfer barang dari truk pengangkut ke truk penjemput. Barang yang dikirim dari tempat asal sudah dimiliki oleh pemesan sehingga begitu sampai di gudang, petugas akan mengetahui ke truk penjemput mana produk tersebut akan ditransfer. Menurut Gue (2001), model crossdocking menghilangkan dua kegiatan gudang yang paling mahal yaitu kegiatan penyimpanan dan order packing. Jadi, pada model ini gudang tidak melaksanakan dua aktifitas tersebut, tetapi tetap berfungsi sebagai fasilitas penerimaan (receiving) dan pengiriman (shipping). Salah satu keunggulan dari crossdocking adalah waktu tempuh yang pendek bagi barang-barang yang dikirim. Gue (2001) menyatakan bahwa produk yang tepat ditangani dengan crossdocking adalah yang

20 47 variasinya sedikit dan volume kebutuhannya banyak. Oleh karena itu, pada model crossdocking, pemesan harus sudah memiliki firm order (pemesan definitif) beberapa hari sebelum jadwal pengiriman. Gambar 2.1 Ilustrasi Crossdocking pada Bisnis Ritel Monitoring Pengiriman Pada saat pengiriman dilakukan, perusahaan pengirim maupun pemesan seharusnya bisa melacak posisi barang dalam perjalanan serta mengevaluasi apakah kiriman bisa sampai tepat waktu sesuaijadwal atau tidak. Informasi ini sangat penting diketahui oleh kedua belah pihak sehingga bisa dilakukan proses pengendalian secara dini. Proses monitoring atau pelacakan ini membutuhkan teknologi yang bisa secara real time melaporkan posisi barang setiap saat. Teknologi ini bisa

21 48 meliputi komunikasi radio, satelit, barcoding, intelligent messaging, dan sebagainya. Banyak manfaat yang bisa diberikan dengan pemakaian teknologi yang tepat dalam memonitor proses pengiriman. Beberapa manfaat tersebut adalah: 1. Perusahaan pengiriman bisa melakukan pemetaan posisi geografis armada mereka dalam suatu trek peta elektronik. 2. Terjadi pengurangan waktu pengiriman karena dimungkinkan melakukan perubahan rute untuk menghindari kemacetan / blockages. 3. Bisa melakukan perubahan tujuan atau tempat koleksi apabila terjadi perubahan dan perubahan tersebut dianggap penting dan mendesak. 4. Perusahaan pengirim maupun pemesan bisa mendapatkan kepastian yang lebih tinggi terhadap kedatangan barang. Apabila ada tandatanda keterlambatan, pemesan mungkin bisa mengambil tindakan alternatif berupa memesan mendadak atau perubahan jadwal produksi. 2.2 Latar belakang berkembangnya Fuzzy Konsep yang banyak dipelajari sekarang ini adalah konsep ketidakpastian (uncertainty). Model ini digunakan untuk mendekatkan suatu model yang dibuat agar dapat mengetahui dan mendekati kondisi riil dalam

22 49 kenyataan. Ketidakpastian memiliki peran yang penting dalam memaksimasi kegunaan dari model suatu sistem, tetapi secara umum, semakin banyak kita mentolerir ketidakpastian, maka akan semakin cenderung berkurangnya kompleksitas dan semakin meningkat kredibilitas model yang dihasilkan. Sejak tahun 1960an, para ilmuwan semakin menyadari bahwa teori probabilitas hanya dapat merepresentasikan hanya satu bentuk ketidakpastian. Melalui makalahnya, Lotfi A. Zadeh tahun 1965 menawarkan sebuah teori mengenai himpunan fuzzy, suatu objek yang tidak memiliki keanggotaan dengan batasan yang tidak presisi. Keanggotaan dalam sebuah himpunan fuzzy bukan suatu affirmation atau denial, tetapi lebih ke arah derajat keanggotaan (degree). 2.3 Pengertian bilangan fuzzy Bilangan fuzzy (fuzzy number) merupakan sebuah bilangan yang memiliki precise value yang tidak pasti. Sebuah bilangan fuzzy sering dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata seperti kira-kira, kurang lebih, sekitar, dan sebagainya. Bilangan fuzzy sebenarnya merupakan sebuah himpunan fuzzy yang didefinisikan dalam himpunan bilangan real R. Fungsi keanggotaan (membership function) dari himpunan ini, yang memiliki bentuk A: R- [0,1], dapat dipandang sebagai keanggotaan bilangan fuzzy ataupun interval fuzzy (fuzzy interval). Bilangan fuzzy dimaksudkan untuk merepresentasikan konsep intuitif mengenai bilangan dan interval secara

23 50 aproksimatif, seperti bilangan yang dekat dengan sebuah bilangan real tertentu, atau bilangan di sekitar bilangan real tertentu. Beberapa jenis bilanan fuzzy dan kasus khususnya dapat terlihat pada gambar 2.4. Gambar tersebut berturut-turut memperlihatkan : (a) sebuah bilangan real biasa, yaitu 1.3 (b) sebuah interval tertutup biasa (crisp interval), yaitu [1.25, 1.35] (c) sebuah bilangan fuzzy dengan ekspresi kira-kira 1.3 (d) sebuah bilangan fuzzy dengan interval fuzzy Bilangan fuzzy seperti yang terlihat pada gambar 2.2 c disebut dengan bilangan fuzzy segitiga (triangular fuzzy number), sedangkan bilangan fuzzy seperti terlihat pada gambar 2.2 d disebut dengan bilangan fuzzy trapezoid (trapezoid fuzzy number). Dua bentuk ini merupakan bentuk bilangan fuzzy yang paling sering digunakan, karena cukup sederhana dalam merepresentasikan keanggotaannya.

24 51 (Sumber Gambar : J. Klir, George, dan Bo Yuan, 1995, FUZZI SETS AND FUZZY LOGIC : Theory and Applications, Prentice Hall P T R, Upper Saddle River, New Jersey ) Gambar 2.2 Ilustrasi Bilangan Real dan Interval Crisp dengan Bilangan Fuzzy dan Interval Fuzzy 2.4 Metode Defuzzifikasi Tujuan diterapkannya metode ini adalah untuk mengkonversi kesimpulankesimpulan yang didapat dari operasi-operasi yang diterapkan dengan menggunakan himpunan fuzzy ke dalam bilangan real tunggal agar bisa dilakukan tindakan yang sesuai. M etode ini dilakukan untuk mengambil kesimpulan atau keputusan optimum atau yang terbaik dari berbagai alternatif yang menjadi pilihan. Ada beberapa metode defuzzifikasi yang masing-masing menghasilkan hasil atau keluaran yang berbeda-beda, diantaranya metode centroid, metode center of maxima, dan metode mean of maxima.

25 Metode Centroid Pada metode ini, yang sering disebut pula sebagai metode center of gravity atau metode center of area, defuzzied value, d CA (C), merupakan nilai dalam sebuah selang variabel v di mana area di bawah kurva dari fungsi keanggotaan C dibagi menjadi dua sub area yang sama luas. Defuzzified value dapat ditentukan lewat persamaan sebagai berikut : d CA ( C) c c = c C( z) zdz c C( z) dz Jika kasus yang dihadapi bersifat diskret, dimana C didefinisikan dalam himpunan semesta terbatas {z 1, z 2,..., z n } maka persamaan menjadi d CA ( C ) = n k = 1 C ( z C ( z k k ) z ) k Jika d CA tidak sama dengan salah satu nilai dalam himpunan semesta, maka diambil nilai yang terdekat dengannya. Nilai dari C( z ) n k = 1 k C( z ) k

26 53 Untuk semua k = 1, 2,..., n membentuk sebuah distribusi probabilitas yang didapat dari fungsi keanggotaan C dengan transformsi skala-rasio. Sehingga defuzzified value d CA (C) dapat ditentukan dengan menginterpretasikannya sebagai nilai ekspektasi dari variabel v Metode Center of Maxima Pada metode ini, defuzzified value d CM (C), didefinisikan sebagai rataan dari nilai terkecil dan nilai terbesar dari v di mana C(z) adalah height dari C, h(c). Maka dapat dituliskan : inf M dcm ( C) = + sup M 2 Di mana M = {z ε [-c,c] ι C(z) = h(c) } Untuk kasus diskret, persamaan di atas menjadi dcm ( C) = min { z z ε M } + max{ z z εm } k k 2 k k Dimana M = {z k ι C(z k ) = h(c) } Metode Mean of Maxima Pada metode yang biasa digunakan untuk kasus diskret ini, defuzzified value d MM (C), merupakan rataan dari semua nilai dalam himpunan crisp

27 54 M yang didefinisikan sebagai berikut : d MM ( C) zk M = ε Pada kasus kontinu, di mana M = {z ε [-c,c] ι C(z) = h(c) }, d MM (C) didefinisikan sebagai nilai rataan aritmatika dari interval yang ada dalam M, termasuk interval dengan panjang nol. Atau, d MM (C) dapat pula didefinisikan sebagai rataan tertimbang dari nilai rataan interval, di mana faktor pembobot dinyatakan sebagai panjang relatif dari interval. M z k 2.5 Analisis Kelayakan Proyek Untuk melakukan pertimbangan di dalam melakukan sebuah proyek maka diperlukan sebuah analisa terlebih dahulu mengenai proyek yang akan dilakukan. Analisa tersebut dinamakan Analisis Kelayakan Proyek. Analisis dipilih untuk melakukan analisa ini adalah dengan menggunakan metode NPV. Metode NPV ( Net Present Value) adalah metode dalam penilaian investasi karena mampu mengatasi kelemahan dari metode penilaian yang lain, yaitu memperhatikan nilai waktu dari uang (time value of money)

28 55 Net Present Value atau nilai sekarang bersih dari suatu investasi didefinisikan sebagai pengurangan dari: PV Cash Inflow PV Cash Outflow - NPV PV Cash Inflow = Jumlah pengembalian dari investasi PV Cash Outflow = Jumlah investasi (yang dikeluarkan untuk investasi) NPV yang akan dihasilkan pada penelitian ini merupakan NPV fuzzy. Dan untuk perhitungan nilai investasi yang akan dilakukan digunakan rumus A= G(A/G,i%,N)

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT Mode Distribusi & Transportasi Tita Talitha, MT Pikirkan bagaimana produk-produk berikut sampai ke tangan pelanggan: Gula pasir Sabun cuci Roti kaleng Minyak goreng Air mineral Coca cola Pelanggan Pelanggan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #2

Pembahasan Materi #2 Materi #2 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan Materi #2 2 Konsep Dasar Pemain Utama SC Pengelolaan Aliran SC The Interenterprise Supply Chain Model Inventory Optimalisasi Rantai Pasokan Push & Pull

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Supply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com

Supply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com Supply Chain Management an overview MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com Beberapa Issu Penting Aliran material/produk adalah sesuatu yang komplek. Munculnya SCM dilatar belakangi oleh perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan

Lebih terperinci

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 3-1 Pengendali kinerja Supply Chain Fasilitas Persediaan Transportasi

Lebih terperinci

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BUSSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Yan Ardiansyah NIM : 08.11.2024 Kelas : S1TI-6C JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Implikasi Secara Umum Implikasi Terhadap Manajemen Mutu Implikasi Terhadap Arus Barang Implikasi Terhadap Organisasi Implikasi Biaya & Nilai Tambah Implikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

Merancang Jaringan Supply Chain

Merancang Jaringan Supply Chain Merancang Jaringan Supply Chain Pendahuluan Perancangan jaringan supply chain juga merupakan satu kegiatan penting yang harus dilakukan pada supply chain management. Implementasi strategi supply chain

Lebih terperinci

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Implikasi Secara Umum 1. Pengembangan manajemen logistik Manajemen Rantai Pasokan pada hakikatnya pengembangan lebih lanjut dari manajemen logistik, yaitu

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pasar yang semakin mengglobal, persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Rantai Pasok 2.1.1 Definisi Manajemen Rantai Pasok Pujawan dan Mahendrawathi (2010), mengemukakan rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain : 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain : 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, banyak perusahaan mengalami perkembangan dalam dunia bisnisnya dan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dengan memanfaatkan kecanggihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia perindustrian di era globalisasi saat ini semakin ketat dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dalam teknologi informasi menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT 3.1 Pendahuluan Dalam perspektif supply chain, perancangan produk baru adalah salah satu fungsi vital yang sejajar dengan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju dan berkembang saat ini memberikan banyak pilihan dan kemudahan bagi dunia bisnis dalam meningkatkan performa

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Perancangan jaringan supply chain merupakan kegiatan strategis yang perlu dilakukan. Tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang permintaanya berubah secara dinamis

Lebih terperinci

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Era 1960-an Era Produksi Masal Mobil Ford Model T berwarna Hitam Mengutamakan jumlah output per satuan waktu Kuncinya : Produktivitas, Efisiensi, dan Utilitas Sistem Produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN Di susun oleh: Bayu Saputra 09.11.3160 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Advance supply chain planning Tinjauan sekarang banyak perubahan yang cepat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Pelanggan mulai bisa membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam rantai pasokan, tujuan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Manajemen Rantai Pasokan a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, dari pengadaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Jasa 2.1.1 Definisi Perkembangan industri jasa semakin hari semakin pesat, hal ini untuk mendukung pertumbuhan industri lainnya yang membutuhkan jasa dalam operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN Dalam Bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan strategi rantai pasok yang diterapkan di perusahaan distribusi dan akan digunakan dalam menganalisis permasalahan

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING Oleh : Heny Nurhidayanti 1206 100 059 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, MT Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara. Proses interaksi antar negara terjadi di berbagai bidang, salah satunya adalah

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini suatu perusahaan dituntut untuk bisa menjalankan bisnisnya dengan terus lebih baik. Apalagi permintaan konsumen yang semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Waktu merupakan salah satu inti dari masalah logistik. Bagi pelanggan waktu adalah layanan yang dibutuhkan, sedangkan bagi penjual barang waktu adalah biaya. Sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing)

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 1 Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Persediaan Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 3 Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis utama: penjualan dan pemasaran, manufaktur dan produksi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program stokastik merupakan program matematika, dimana beberapa data yang termuat pada tujuan atau kendala mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian biasanya dicirikan oleh distribusi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan pasar semakin ketat. Sebuah perusahaan dalam kegiatan pemasaran produk pasti membutuhkan konsumen untuk memilih produk yang akan dihasilkan. Oleh

Lebih terperinci

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Transportasi memindahkan produk dari satu tempat ke tempat lain, mendukung suatu rantai pasokan menjalankan fungsi pengiriman barang dari hulu (pemasok)

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi

Manajemen Transportasi dan Distribusi Manajemen Transportasi dan Distribusi Pikirkan bagaimana produk-produk berikut sampai ke tangan pelanggan: Gula pasir Sabun cuci Roti kaleng Minyak goreng Air mineral Pelanggan Pelanggan Pabrik Pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Rancangan rantai pasok dalam organisasi 2. Rantai pasok pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

Hakikat Rantai Pasokan

Hakikat Rantai Pasokan 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Hakikat Rantai Pasokan 2 Jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstreams) dan ke hilir (downstreams), dalam proses dan kegiatan yang berbeda yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian Menurut Hatta (2008), pembelian merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengadaan barang yang diperlukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat seiring dengan berkembanganya teknologi. Dengan adanya internet,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat seiring dengan berkembanganya teknologi. Dengan adanya internet, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peranan internet dalam dunia bisnis meningkat dengan pesat seiring dengan berkembanganya teknologi. Dengan adanya internet, kita dapat berkomunikasi dan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LAPORAN E-BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : PHAZA HENDRA KUMARA (08.11.2243) S1 TI 6F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Informasi menjadi dasar pelaksanaan proses rantai pasok dan dasar bagi manajer dalam membuat keputusan. Menurut cophra dan meindl(2007) informasi harus memiliki karakteristik:

Lebih terperinci

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK Oleh: Dr. Zaroni, CISCP. Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Transportasi berperan penting dalam manajemen rantai pasok. Dalam konteks rantai pasok,

Lebih terperinci

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun antar negara (internasional) Menurut International Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab I ini Penulis akan membahas beberapa pokok bahasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab I ini Penulis akan membahas beberapa pokok bahasan yang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini Penulis akan membahas beberapa pokok bahasan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar tentang Supply Chain Management 2.1.1 Pendahuluan Tantangan yang dihadapi dunia manufaktur berubah dan semakin berat dari masa ke masa. Di era tahun 1960-an orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian global sekarang ini, yang ditunjukkan dengan hilangnya batas-batas negara dan segi investasi, individu, dan informasi pada umumnya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci