Modul 5 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul 5 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH"

Transkripsi

1 Modul 5 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH A. PENDAHULUAN Pada keseharian pergaulan anda bersama santri dalam proses pembelajaran di kelas. Anda tentu mengalami perubahan cara berkomunikasi pada saat berkomunikasi dengan santri kelas rendah dan santri kelas tinggi. Santri kelas rendah menanyakan pertanyaan di kelas dengan lugas, langsung dalam bahasa yang sederhana yang kadang kala tidak ada subjeknya, tetapi langsung objek. Santri kelas tinggi mengajukan pertanyaan dengan kalimat yang lengkap, panjang serta memperhatikan kaidah-kaidah kesopanan. Isi pesan yang disampaikan santri kelas rendah juga sederhana. Pertanyaan mengapa, apa dan bagaimana terhadap suatu objek secara logis. Sementara isi pesan pada pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan santri kelas tinggi adalah mengapa, apa dan bagaimana atas dasar hasil pengamatan, membandingkan ataupun karena suatu harapan tertentu. Perkembangan pola berpikir santri merupakan salah satu bentuk aktualisasi perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif pada dasarnya adalah perkembangan individu untuk memperoleh tahu. Struktur berpikir, keterampilan berpikir, bagaimana individu memperoleh informasi merupakan potensi perkembangan kognitif. Cara santri berpikir dapat kita pahami dari cara santri menyampaikan pesan, baik berupa ide, pendapat, pertanyaan, maupun pernyataan. Kemampuan santri merangkai kalimat, memahami pesan dan mempergunakan berbagai media untuk menyampaikan pesan merupakan aktulisasi dari perkembangan bahasa. Perkembangan kognitif berhubungan dengan perkembangan bahasa. Perkembangan kogntif memfasilitasi kematangan perkembangan bahasa, dan sebaliknya perkembangan bahasa memfasilitasi perkembangan kognisi. Coba anda cermati kembali paparan pada paragraph pertama dari paparan ini!. Apakah anda 1

2 dapat melihat hubungan antara perkembangan kogntif dan perkembangan bahasa?. Struktur berpikir memfasilitasi berkembangnya struktur kalimat yang dipergunakan oleh santri. Sebaliknya penguasaan bahasa membuat santri mampu memahami pesan sehingga memperoleh pengetahuan baru yang pada akhirnya memfasilitasi pengembangan struktur atau pola berpikir baru. Karakteristik perilaku yang paling menonjol pada periode santri adalah belajar dan bermain. Perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa teraktualisasi pada saat anak belajar dan bermaian. Belajar sebagai usaha sadar individu untuk melakukan perubahan perilaku. Kesadaran diperoleh karena santri mempergunakan kapasitas otak dan informasi yang tersimpan di otak untuk membuat keputusan berperilaku. Kemampuan santri memproses informasi menjadi suatu keputusan merupakan kemampuan yang dihasilkan dari kematangan kematangan perkembangan kognisi. Santri mengkomunikasi aturan dalam bahasa verbal, menggunakan gerakan-gerakan sebagai bahasa non verbal untuk melakukan suatu permaianan. Kemampuan santri mengolah pesan untuk mempengaruhi orang lain merupakan salah satu bentuk kemampuan yang dihasilkan dari kematangan perkembangan bahasa. Kemampuan memahami paparan secara kognitif maupun bahasa merupakan salah satu prasyarat seseorang dapat mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Salah satu keterampilan akademik yang diperlukan dalam belajar adalah keterampilan berpikir. Keteranpilan akademik yang lain adalah mengajukan pertanyaan atau merespon pertanyaan guru. Dengan kata lain dalam proses belaar mengajar perkembangan kogntif dan perkembangan bahasa merupakan prasyarat yang harus dipenuhi sehingga anak siap dan mampu belajar. Materi perkembangan kognitif dan bahasa merupakan materi lanjutan dalam memahami santri secara utuh. Pada modul ini dipaparkan konsep perkembangan kognisi, praksis pemahaman perkembangan kognisi, konsep perkembangan bahasa dan praksis pemahaman perkembangan bahasa. 2

3 Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda memahami perkembangan kogntif dan perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah. Pemahaman terhadap perkembangan kognitif dan bahasa santri diharapkan membuat anda dapat memahami mengapa santri menampilkan suatu perilaku tertentu, merancang intervensi pendidikan dan pembelajaran apa yang diperlukan untuk mendorong pencapaian tugas perkembangan pada aspek perkembangan kognisi dan perkembangan bahasa. Secara khusus anda diharapkan dapat : 1. Mendeskripsikan perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidaiyah 2. Mendeskripsikan masalah perkembangan kognisi yang dihadapi santri di madrasah ibtidaiyah 3. Memberikan contoh kebutuhan lingkungan perkembangan untuk memfasilitasi perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidaiyah 4. Mengidentifikasi kematangan perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidaiyah 5. Menganalisa pengaruh kematangan perkembangan kognisi terhadap kesiapan belajar 6. Mendeskripsikan perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah 7. Mendeskripsikan masalah perkembangan bahasa yang dihadapi santri di madrasah ibtidaiyah 8. Memberikan contoh kebutuhan lingkungan perkembangan untuk memfasilitasi perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah 9. Mengidentifikasi kematangan perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah 10. Menganalisa pengaruh kemantangan perkembangan bahasa terhadap kesiapan belajar Pencapaian kemampuan yang diharapkan memerlukan dukungan pemahaman anda terhadap modul konsep dasar perkembangan. Modul konsep dasar perkembangan memberikan dasar pemahaman individu sebagai individu 3

4 yang sedang berkembang. Karakteristik perkembangan tertampilkan pada aspekaspek perkembangan. Salah satu aspek perkembangan adalah perkembangan kognisi dan perkembangan bahasa. Modul terdiri dari dua kegiatan belajar. Pada kegiatan belajar 1 (satu) disajikan paparan tentang perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidayah. Secara khusus memaparkan tentang potensi perkembangan kognisi, masalah pada perkembangan kognisi, tugas perkembangan aspek perkembangan kognisi, kebutuhan lingkungan perkembangan yang dapat memfasilitasi perkembangan kognisi, kematangan perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidaiyah dan pengaruh kematangan perkembangan kognisi terhadap kesiapan belajar. Pada bagian 2 (dua) dipaparkan perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah. Secara khusus membahas potensi perkembangan bahasa, masalah pada perkembangan bahasa, tugas perkembangan pada aspek perkembangan bahasa di madrasah ibtidaiyah, kebutuhan lingkungan perkembangan yang memfasilitasi perkembangan bahasa, kematangan perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah dan pengaruh kematangan aspek perkembangan bahasa terhadap kesiapan belajar. Hubungan antar bahasan divisualisasikan dalam peta konsep sebagai berikut : 4

5 Perkembangan Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah Kognitif Deskripsi karakteristik potensi Tugas perkembangan kematangan perkembangan Bahasa masalah kebutuhan lingkungan perkembangan Pengaruh terhadap kesiapan belajar Pemahaman terhadap paparan modul ini dapat dicapai bila anda mempelajari modul ini dengann memperhatikan petunjuk belajar sebagai berikut : a. Bacalah paparan modul dengan seksama dari mulai bagian pendahuluan hingga rangkuman. b. Pergunakan glosarium untuk memahami arti kata atau konsep yang dirasakan belum dikenal atau sulit dipahami. c. Bila diperlukan cari sumber bacaan tambahan yang ada dalam daftar rujukan untuk memperoleh pengayaaan pemahaman d. Kerjakan tugas-tugas yang ada dalam modul sehingga anda secara praksiss paham konsep yang disajikan e. Setelah selesai membaca paparan dan mengerjakan tugas, kerjakan tes formatif f. Periksa hasil pekerjaan anda berdasarkan kunci, hitung berapa nilai anda. Jika nilai anda kurang dari standar, lihat pada bagian mana anda kurang, lalu baca kembali paparan modul, dan cobalah mengulang menjawab pertanyaan tes formatif kembali. Pafahami penjelasan jawaban yang benar pada kunci jawaban. 5

6 B.I. KEGIATAN BELAJAR I PERKEMBANGAN KOGNITIF SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH Tahap perkembangan anak disebut juga sebagai tahap usia sekolah, karena anak mulai memasuki pendidikan formal. Anak menunjukkan kemampuan untuk bereaksi atau merespon rangsangan-rangsangan intelektual. Anak melaksanakan mengikuti pemaparan guru, menjawab pertanyaan guru tentang paparan materi, berlatih soal-soal, menghafal, serta mengikuti ujian/ tes untuk mengukur pemahaman atas materi pembelajaran. Anak mengerjakan tugas-tugas pembelajaran yang menuntut penguasaan kemampuan kognitif atau kemampuan intelektual. Anak mampu mengerjakan latihan soal karena menguasai kemampuan membaca. Anak menyelesaikan PR karena mengusai kemampuan menulis. Pada proses pembelajaan yang dilakukan oleh anda, anda mungkin mengajak santri memahami materi pembelajaran dengan cara berkunjung ke kebun sekolah. Pada kesempatan lain anda membawa zat pewarna ke kelas dan menerangkan tentang warna dasar dan warna campuran dengan metode demonstransi. Pada pelajaran IPA anda meminta santri untuk mengamati perubahan kacang hijau menjadi kecambah, meminta mereka menuliskan perubahan-perubahan. Pada pelajaran IPS anda meminta mereka menanyakan pada ayah dan ibunya siapa nama RT, RW dan lurah dimana dia tinggal. Mungkin anda bersimulasi tatacara membuat KTP pada saat memaparkan materi tentang dokumen resmi. Respon yang diberikan oleh santri merupakan rekasi terhadap rangsangan intelektual. Dengan kata lain rangsangan lingkungan terhadap perkembangan kognitif memfasilitasi santri mempergunakan kemampuan berpikir sehingga memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki atau dikuasasi mendorong santri mampu membuat keputusan yang rasional atau berdasarkan pertimbangan akal atau sebagai perilaku sadar yang disadari. Bagaimana perkembangan kognitif santri di madrasah ibtidaiyah, mari kita simak paparan berikut ini. 6

7 1. Potensi Perkembangan Kognitif Menurut Piaget perkembangan kognitif adalah kemampuan individu mengkontruski secara aktif pemahaman (pengetahuan/ pemikiran/ intelektualitas) terhadap dunia di sekitarnya (lingkungannya). Mengkonstruksi dilakukan dengan dua cara/ proses yaitu mengorganisasi dan beradaptasi. Individu menggunakaan kepekaan terhadap dunia dengan mengoraganisasi berbagai pengalaman yang diperoleh. Dengan kata lain individu memiliki predikasi, pemahaman maupun pandangan terhadap apa yang terjadi pada lingkungan karena individu menggabungkan berbagai pengalaman yang diperoleh pada saat berinteraksi dengan lingkungan. Contoh santri untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada tampilan kesenian akhir tahun santri mengumpulkan informasi (organisasi) tentang kegiatan kesenian akhir tahun yang pernah dilami dan dilakukan, kemampuan teman-teman santri-santri di kelas untuk melakukan sesuatu dan daya dukung yang dapat diperoleh untuk menampilkan sesuatu. Hasil pengamatan dan pengalaman yang diperoleh membuat santri mampu mengadaptasikan kerangka berpikir yang telah ada menjadi suatu ide baru karena pemahaman terhadap berbagai informasi. Informasi tentang tampilan-tampilan kesenian tahun-tahun sebelumnya, kemampuan santri-santri di kelas (anggota kelas) serta kemungkinan dukungan yang diperoleh dianalisa (adaptasi)sehingga diputuskan satu ide untuk menampilkan seuatu bentuk kesenian yang mungkin dilakukan. Melakukan suatu aktivitas berdasarkan ide baru yang dikembangkan atas dasar pengalaman/ informasi yang telah ada merupakan adaptasi dengan acara asimilasi. Penampilan kesenian akhir tahun santri bisa jadi tidak didasarkan atas pengetahuan atau pengalaman terdahulu tetapi atas dasar harapan yang diinginkan atau terjadi. Misalnya Santri berhadap dapat menampilkan keseniaan yang melibatkan semua siswa di kelas maka santri akan mencari berbagai alternatif kegiatan yang dapat memfasilitasi semua orang dapat tampil. Jika cara ini yang dilakukan maka santri mengembangkan adapatsi melalui cara akomodasi. Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif pada empat tahapan. Tahapan menggambarkan rentang usia dan kemampuan kofgnitif yang dapat ditampilkan. Tahap perkembangan kognitif Piaget sebagai berikut : 7

8 a. tahap sensori motorik : dari sejak kelahiran hingga usia dua (2) tahun. Bayi mengkonstruksi pemahaman terhadap lingkungan dengan cara mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan aktivitas fisik. Contoh bayi mengenal tangan dengan memasukkan tangan ke mulut. Perkembangan tindakan atau aktivitas refleks dan instingtif menjadi pemikiran simbolik. Contoh bayi memahami dapat memperoleh susu dengan cara menyusu pada ibu atau memperoleh dari botol dot yang dibuatkan orang dewasa. b. tahap praoperasional : usia dua hingga usia tujuh (7) tahun. Anak mengenal lingkungan dengan berada pada lingkungan, membayangkan dan menggambar. Pemikiran simbolik berkembang dari koneksitas sederhana antara informasi sensori dengan aktivitas fisik. Santri-santri di raudhatul atfal dapat menampilkan lingkungan secara simbolik. Contoh santri di raudatul atfal dapat berpura-pura menaiki mobil pada saat duduk di kursi, kemudian berpegangan pada ujung meja dan meniru suara mobil. c. Tahap operasional kongkrit : usia tujuh (7) hingga usia 11 tahun. Santri dapat melakukan berbagai aktivitas berdasarkan pemikiran logik tentang suatu peristiwa/ perilaku secara kongkrit dan mengklasifikasi objek dengan berbagai/ beragam seting. Santri dapat berpikir secara abstrak. Contoh : santri dapat memikirkan cara membersihkan kelas berdasarkan identifikasi bagian-bagian yang perlu dibersihkan, membagi tugas membawa peralatan, berbagi tugas bagian yang perlu dibersihkan, dan menata kembali kelas menjadi rapih. d. Tahap formal operational : usia diatas 11tahun- 15 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini santri mampu mengembangkanpemikiran berdasarkan pengalaman kongkrit, pemikiran abstrak, serta berbagai pertimbangan pemikiran logik. Pemikiran abstrak termasuk mengembangkan gambaran tentang kehidupan yang 8

9 ideal. Santri membayangkan keluarga yang ideal yang disukai sebagai standar ideal dan membandingkan dengan kondisi keluarga yang dialami. Santri dapat membayangkan apa yang mungkin diperoleh pada masa yang akan datang dan apa yang dapat mereka lakukan. Kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematik, berpikir hipotesis mengapa sesuatu terjadi, serta menguji hiptesis untuk memperoleh pengalaman yang bermakna, Santri pada tingkat pendidikan madrasah ibtidaiyah berada akhir tahap perkembangan praoperasional, perkembangan operasional kongkrit hingga awal operasional formal.implikasinya paparan selanjutnya tentang karakteristik kognisi santari madrasah ibtidaiyah akan dipaparkan dalam rentangan ketiga tahapan tersebut. Peserta didik di kelas satu akan berada pada akhir tahap perkembangan praoperasional. Pada beberapa anak yang masuk lebih dini yaitu pada usia lima tahun kondisi ini akan berlangsung hingga kelas dua. Peserta didik kelas dua hingga lima berada pada tahap operasional kongkrit. Peserta didik kelas enam akan berada pada awal tahap operasional formal. Santri pada kelas awal madrasah ibtidaiyah menunjukkan kemampuan : (1) memahami konsep sederhana, contoh konsep menjaga kebersuhan dengan membuang sampah pada tempatnya; (2) secara mental mampu memikirkan dan menyebutkan alasan melakukan sesuatu, contoh santri dapat mengemukakan alasan atau prediksi sederhana seseorang tidak dapat menyelesaikan PR; (3) memandang segala sesuatu dari diri sendiri (egosentris), contoh penggunaan istilah aku untuk dirinya dan melindungi barang-barang barang-barang/ benda yang menjadi; (4) serta mengkonstruksi/ mengembangkan sistem keyakinan adanya keajaiban, contoh antara lain percaya terhadap tokoh superhero, peri, maupun tongkat ajaib. Santri mampu menunjukkan/ menampilkan keterampilam kognitif yang berhubungan dengan konsep tentang angka. Angka tertentu menunjukkan jumlah benda atau objek. Angka satu berarti ada 1 buah benda atau 1 ekor ayam atau 1 biji kacang atau 1 objek lainnya. Santri juga mampu mengkonservasi, artinya mampu memahami bahwa suatu benda yang memerlukan suatu ruang, dapat dipindahkan pada suatu ruang yang lain. Contoh setengah gelas air pada gelas belimbing, bisa dipindahkan pada 9

10 cangkir. Contoh lain benda berbentuk segitiga dapat dimasukkan pada bagian dinding yang berbentuk segitiga, benda yang berbentuk persegi panjang dapat ditempelkan pada bagian yang berbentuk persegi empat. Secara umum peserta didik di madrasah ibtidaiyah berada pada tahap perkembangan operasional kongkrit. Pada tahap ini santri dapat menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah yang kongkrit (aktual/ nyata). Santri mampu berpikir logis, dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang berhubungan dengan masalah pada saat tersebut. Misalnya pada saat menemukan teman yang mengalami sakit, santri akan membantu temannya dengan melaporkan pada guru dikelas, membawa ke uks sekolah atau memberikan obat yang ada di kotak P3K. Kemampuan berpikir yang yang ditampilkan santri adalah : a. berpikir spatial, santri dapat memahami hubungan spasial (bentuk, ruang, dan gerak). Santri dapat memahami perbedaan jarak antara satu tempat, waktu tempuh, mengingat rute dan tanda-tanda selama perjalanan. Mempergunakan peta, menelusuri alur (maze), mencari dan menemukan gambar tersembunyi, menerangkan arah, menemukan jalan pergi dan pulang ke sekolah. b. pemikiran sebab akibat, santri dapat menjelaskan hubungan dan bagian yang mempengaruhi hasil. Mempredikasi apa yang akan terjadi karena suatu tindakan yang dilakukan. Contoh santri dapat memprediksi suatu barang bias hilang jika tidak disimpan dengan baik. c. Kemampuan mengklasifikasi, kemampuan memilih, memilah serta mengelompokkan berdasarkan pemikiran logis atas cirri suatu objek. Mengklasifikasi dapat didasarkan atas ; (1) pengurutan, kemampuan menyusun berbagai item dalam suatu dimensi. Contoh mengurutkan benda dari yang ringan ke yang berat, dari yang pendek ke yang tinggi, dari sedikit ke banyak, dari warna terang ke warna gelap, (2) kesimpulan transitif, kemampuan mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan hubungan antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga. Contoh santri dapat mengatur urutan 10

11 menyimpan angklung berdasarkan nada yang dihasilkan. Santri mengetahui tingginya angklung juga menunjukkan urutan nada, sehingga santri akan menyimpan angkulung yang paling pendek dan kecil paling awal dan yang paling besar dan tinggi paling belakang; dan (3) inklusi kelas, kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dengan bagian-bagiannya atau sebaliknya bagian-bagian membangun suatu keutuhan. Santri dapat menghubungkan baginbagian puzzle dalam suatu bentuk yang utuh. Santri dapat menghitung dengan benar jumlah suatu objek baik secara keseluruhan maupun perbagian objek dengan cirri tertentu. Misalnya jumlah bunga dalam jambangan secara keseluruhan dan jumlah untuk setiap jenis bunga. d. Penalaran induktif dan deduktif, penalaran induktif yaitu tipe penalaran logis yang bergerak dari pengamatan khusus dari anggota kelompok objek hingga mencapai kesimpulan kelompok subjek. Misalnya aisyah pintar, ali pintar, aisyah dan ali santri madrasah ibtidaiyah Babussalam, nampaknya semua santri madrasah ibtidaiyah Babussalam pintar. Penalaran deduktif yaitu penalaran logis yang bergerak dari pandangan umum tentang sujek kelompok kepada kesimpulan tentang anggota kelompok subjek. Contoh Santri madrasah ibtidaiyah Al-Furqon hatam Al-Qur an. Farid santri di madrasah ibtidaiyah Al-Furqon. Maka Farid hatam Al-Qur an. e. Konservasi, kemampuan untuk melihat suatu benda apabila dirubah bentuknya tetap memiliki berat yang sama dengan berat benda asal karena dibentuk dari jumlah bahan yang sama (prinsip identitas). Contoh satu kepal tanah liat mula-mula dibentuk bola kemudian dibentuk menjadi sosis. Jika ditanyakan pada santri mana yang lebih berat bola atau sosis, santri akan mengatakan berat bola dan sosis sama karena berasal dari jumlah bahan yang sama (prinsip identitas) walaupun dalam kasat mata sepertinya sosis lebih berat karena lebih panjang. Santri juga akan memahami bahwa sosis dapat dibentuk kembali menjadi bola (prinsip reversibility). Santri juga mampu 11

12 melihat benda dari dua dimensi dalam satu waktu. Bola memang lebih pendek tetapi lebih tebal, sosis lebih panjang tetapi lebih pipih (prinsip decenter). Kemampuan berpikir konservasi terus berkembang menjadi lebih kompleks dari hanya 2. Masalah Permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif pada santri di madrasah ibtidaiyah : 3. Tugas perkembangan Tugas perkembangan pada aspek perkembangan. 4. Kebutuhan Lingkungan Perkembangan Lingkungan perkembangan yang diharapkan adalah : 5. Kematangan Perkembangan 6. Pengaruh kematangan Fisik terhadap kesiapan belajar Latihan Untuk memperoleh timbal balik dari pemahaman anda, cobalah kerjakan latihan dibawah ini. Soal : Untuk memudahkan anda mengerjakan tugas, silahkan baca rambu-rambu pengerjaan latihan sebagai berikut : 12

13 C.I. RANGKUMAN D.I. TES FORMATIF 13

14 B.II. KEGIATAN BELAJAR 2 PERKEMBANGAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH 1. Potensi Perkembangan Psikomotorik 1. Masalah 2. Tugas perkembangan 3. Kebutuhan lingkungan perkembangan 4. Kematangan perkembangan psikomotorik 5. Pengaruh kematangan psikomotorik terhadap kesiapan belajar Latihan Untuk memperoleh timbal balik terhadap pemahaman cobalah menjawab pertanyaan berikut ini : C.II. RANGKUMAN D.II TES FORMATIF B. GLOSARIUM C. DAFTAR PUSTAKA Beaty Janice J, 1990, Observing development of The Young Child, New York : Merrill an imorint of Macmillan Publishing Company Hidayat Rahmat, 1989, Khazanah istilah Al-Quran, Bandung : Mizan 14

15 Papalia Diane E, 2008, Human Development, terjemahan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group Santrok John W, 2004, Life-Span Development, Boston ; McGrawHill Higer Education Yusuf Syamsu, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Rosda Karya D. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF 15

Modul 5 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Modul 5 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH Modul 5 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH A. PENDAHULUAN Pada keseharian pergaulan anda bersama santri dalam proses pembelajaran di kelas. Anda tentu mengalami perubahan cara

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET A. Pengertian Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.

Lebih terperinci

Psikologi Perkembangan 1

Psikologi Perkembangan 1 Psikologi Perkembangan 1 Modul ke: PIAGET Fakultas PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Program Studi PSIKOLOGI Biografi Tahapan Kognitif Sumbangsih Kritik Poin penting teori Daftar Pustaka Biografi

Lebih terperinci

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Ruseffendi matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KOGNISI oleh Dr. Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tahap perkembangan

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK PGSD/ SEMESTER 2

PERKEMBANGAN DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK PGSD/ SEMESTER 2 PERKEMBANGAN DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK PGSD/ SEMESTER 2 I. Konsep Perkembangan a. Hakikat Perkembangan Anak Didik 1) Istilah Perkembangan (psikhis/rokhaniah/kualitas fungsi) Pertumbuhan(fisik/jasmaniah/kuantitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH Oleh : Ernawulan Syaodih Pendahuluan Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

MAKALAH TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik MAKALAH TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Dosen Pengampu : Delisma DI SUSUN OLEH : Anggie Pramulyastuti ( K2315010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA Oleh: Sekar Purbarini Kawuryan PPSD FIP UNY Pendahuluan Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.

Lebih terperinci

APLIKASI PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET TERHADAP PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA

APLIKASI PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET TERHADAP PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA APLIKASI PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET TERHADAP PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA Kata Kunci: 1. Struktur: serangkaian sifat-sifat yang diorganisasikan yang digunakan individu untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap anak terlahir dengan pertumbuhan dan perkembangannya masingmasing. Keduanya berjalan seiringan, menurut Witherington (Desmita) mengungkapkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca, menulis dan berhitung pada anak usia dini merupakan hal yang dianggap lebih penting dan paling utama dalam pendidikan anak usia dini oleh

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng

Perkembangan Kognitif. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng Perkembangan Kognitif Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id Ruang Lingkup Kemampuan Kognitif Kognisi perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Konsep umum yg mencakup

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) Abstrak Ketercapaian suatu pembelajaran matematika ditentukan oleh guru dalam menggunakan strategi pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun secara deduktif (umum ke khusus) yang menyatakan hubungan-hubungan, struktur-struktur yang diatur menurut aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan alih bahasa dari memori meskipun tidak sedikit yang menggunakan kata memori ini sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori-teori Belajar 1. Teori Belajar Behaviorisme Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis prilaku

Lebih terperinci

SANTI E. PURNAMASARI UMBY

SANTI E. PURNAMASARI UMBY SANTI E. PURNAMASARI UMBY Konsep teori ini muncul karena pada kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa setiap hari dalam kehidupan seorang anak selalu ada tantangan yang harus ia jawab atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembelajaran matematika, siswa diharapkan mampu untuk memahami dan menyelesaikan soal yang telah diberikan atau ditemukan. Dalam menyelesaikan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian standar-standar pendidikan seperti yang telah digariskan pada undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab tantangan

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen :

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi UMBY UMBY TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR Ernawulan Syaodih Pendahuluan Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK A. Pengantar Kita mengetahui bahwa dalam perkembangannya seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas baik itu dalam bentuk fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Untuk mewujudkannya pemerintah mengupayakan peningkatan

Lebih terperinci

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno Nama : ARI WULANDARI NIM : 836759945 Pokjar : Gantiwarno 1. Contoh pembelajaran yang saya gunakan menurut teori pada kelas bawah ( 1 ) : a. Teori PIAGET 1) Tahap Sensori Motor Pada tahap ini anak mulai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa, serta lingkungan belajar yang saling berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Bermain Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Wahyu Rahardjo

Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Wahyu Rahardjo Perkembangan Kognitif Jean Piaget Wahyu Rahardjo Jean Piaget Lahir di Neuchatel, Swiss tahun 1896 Seorang child psychologist riset longitudinal terhadap anaknya sendiri Tertarik pada bagaimana manusia

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 9 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan kognitif merupakan salah satu dari bidang perkembangan kemampuan dasar yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG 100904084 Abstrak Skripsi ini berisi penelitian mengenai strategi

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK M. Ali Rajai 1 Vismaia S. Damaianti 2 ABSTRAK Pembelajaran yang masih bersifat pemindahan isi melatarbelakangi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

penjumlahan dan pengurangan

penjumlahan dan pengurangan bab 6 penjumlahan dan pengurangan q membawa banyak balon pada bab sebelumnya kalian telah belajar puluhan dan satuan hal tersebut akan sangat berguna saat kalian mengerjakan penjumlahan dan pengurangan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 2 Juni 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Cindri Wulan Alam Sari ( 2016 ) : Efektivitas Bermain Papan Pasak Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi

Lebih terperinci

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN 1 TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155 PENDAHULUAN Perawatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi anak

Lebih terperinci

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, 125120307111008 Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat penting sepanjang hidup, karena pada masa ini adalah masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama yang disebut The Golden Years. Masa keemasan ini dijadikan. ruang dan kesempatan agar mereka memahami mengenai:

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama yang disebut The Golden Years. Masa keemasan ini dijadikan. ruang dan kesempatan agar mereka memahami mengenai: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya anak usia Taman Kanak-kanak (TK) adalah individu yang memiliki potensi dengan pertumbuhan pesat, sehingga pembinaan dan pendidikan dini sangatlah

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog

Perkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog Perkembangan Kognitif dan Linguistik Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog Prinsip dasar perkembangan manusia Proses perkembangan melibatkan proses pertumbuhan. Proses Perkembangan Anak Melibatkan Beberapa

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M. Pertemuan Ke-4 Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.Pd STKIP YPM Bangko 1 Teori Belajar Kognitif Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual

Lebih terperinci

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh: Sri Maslihah PENDAHULUAN Dunia anak adalah dunia yang senantiasa menarik perhatian dengan berbagai tingkah laku anak yang luar biasa dinamis, variatif dan inovatif.

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 1 MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013-2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. Model pembelajaran generatif menggunakan teori kontruktivisme

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika ini diperkenalkan pada siswa sejak tingkat sekolah dasar sampai

BAB I PENDAHULUAN. matematika ini diperkenalkan pada siswa sejak tingkat sekolah dasar sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu unsur dari pendidikan. Mata pelajaran matematika ini diperkenalkan pada siswa sejak tingkat sekolah dasar sampai jenjang yang lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berda di pusat susunan syaraf.

II. KAJIAN PUSTAKA. perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berda di pusat susunan syaraf. II. KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 1. Kemampuan Kognitif Istilah kognitif yang sering dikemukakan meliputi aspek struktur kognitif yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Pengertian

Lebih terperinci

Proses Berpikir Logis Siswa Sekolah Dasar Bertipe Kecerdasan Logis Matematis dalam Memecahkan Masalah Matematika

Proses Berpikir Logis Siswa Sekolah Dasar Bertipe Kecerdasan Logis Matematis dalam Memecahkan Masalah Matematika Pane dkk., Proses berpikir logis.. Proses Berpikir Logis Siswa Sekolah Dasar Bertipe Kecerdasan Logis Matematis dalam Memecahkan Masalah Matematika Logical Thinking Process of Logical-Mathematicals Intelligence-Elementary

Lebih terperinci

Tema Parenting : (MengasahKecerdasan) SERI BACAAN PARENTING ORANG TUA

Tema Parenting : (MengasahKecerdasan) SERI BACAAN PARENTING ORANG TUA Tema Parenting : (MengasahKecerdasan) SERI BACAAN PARENTING ORANG TUA Selama periode usia 2-4 tahun, anak menunjukkan perubahan di seluruh aspek perkembangannya. Dari bayi yang sangat bergantung pada orang

Lebih terperinci

Mengasah Kecerdasan. di Usia 2-4 tahun SERI BACAAN ORANG TUA

Mengasah Kecerdasan. di Usia 2-4 tahun SERI BACAAN ORANG TUA 08 SERI BACAAN ORANG TUA Mengasah Kecerdasan di Usia 2-4 tahun Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Usia Dini merupakan masa keemasan perkembangan anak atau yang biasa disebut Golden Age, dimana pada Pada masa itu anak menempati posisi paling vital. Keith

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Oleh DESI YULIANA

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis PROGRAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTISTIK Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis MEMILIH PROGRAM PEMBELAJARAN Program Penilaian Kemampuan Memilih Program untuk memulai pembelajaran Saatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA KEMATANGAN KESIAPAN UNTUK MELAKUKAN FUNGSI PERTUMBUHAN SECARA FISIK SEMPURNA SIAP UNTUK MELAKUKAN GERAKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan mengkaji tentang metode penelitian. Bab ini terdiri dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan mengkaji tentang metode penelitian. Bab ini terdiri dari 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan mengkaji tentang metode penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa sub judul yaitu : a. Metode Penelitian b. Prosedur Penelitian c. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting saat ini dimana masyarakat dituntut menjadi SDM yang berkualitas. Hal tersebut bisa didapat salah satunya melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran langsung dengan permainan balok pecahan pada mata pelajaran matematika materi pecahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, ada

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dan merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Untuk menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd

CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd P e l a t i h a n T e n d i k T e m p e l 1 CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd A. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Proses pembinaan tumbuh Kembang anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... ix MODUL 1: PERKEMBANGAN MANUSIA 1.1 Prinsip-prinsip Perkembangan... 1.3 Latihan... 1.10 Rangkuman... 1.11 Tes Formatif 1..... 1.11 Isu dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Review Teori Perkembangan Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Perkembangan Psikoseksual Freud

Lebih terperinci

KB PAUD JATENG TERPADU RENCANA PROGRAM SEMESTER (PROMES) KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB-A (USIA 2 3 TAHUN)

KB PAUD JATENG TERPADU RENCANA PROGRAM SEMESTER (PROMES) KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB-A (USIA 2 3 TAHUN) KB PAUD JATENG TERPADU RENCANA PROGRAM (PROMES) KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB-A (USIA 2 3 TAHUN) 1 & 2 TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018 YAYASAN PENGELOLA PENDIDIKAN BERMAIN KB PAUD JATENG TERPADU

Lebih terperinci