BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. antara BT dan antara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. antara BT dan antara"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga Secara astronomi wilayah Kotamadya Salatiga terbentang pada posisi antara BT dan antara LS, yang diperhitungkan dari Meridian 0 Greenwich dan Equator. Posisi semacam ini dan ditunjang oleh morfologi yang berupa pegunungan, menyebabkan Salatiga beriklim tropis yang mempunyai suhu rata, C. Secara geomorfologi terletak di daerah pedalaman Jawa Tengah, berada di kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya. Di sebelah Selatan terdapat Gunung Merbabu yang kakinya langsung berpadu dengan pegunungan Telomoyo dan pegunungan Gajah Mungkur. Perpaduan kaki kedua gunung itu membentuk batas Barat Daya Salatiga. Di sebelah Utara terdapat Pegunungan Payung dan Rong. Sedangkan di sebelah Barat Laut berbatasan dengan Rawa Pening. Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung itulah menyebabkan Salatiga terletak pada dataran yang nampak miring ke arah Barat. Tingkat kemiringannya berkisar 5-10 derajad, sehingga dikatakan Salatiga merupakan dataran dan sekaligus lereng dari gunung dan pegunungan yang mengelilinginya itu. 28

2 Kotamadya Salatiga dibatasi oleh desa-desa di wilayah kecamatan yang termasuk Kabupaten Dati II Semarang sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang; 2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang; 3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang; 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga,1995 :13-15). B. Salatiga Pada Masa Kolonial Salatiga memang hanya sebuah kota kecil, bahkan pernah menjadi kota terkecil di Indonesia. Kendati demikian Salatiga mempunyai peran penting dalam bidang politik dan ekonomi sejak jaman kerajaan Hindu, perkembangan Islam masa demak, kerajaan Mataram Yogyakarta dan Surakarta, jaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka. Kondisi alamnya yang sejuk, indah dan bersahabat membuat salatiga menjadi kota pilihan bagi orang kulit putih pada jaman Hindia Belanda untuk beristirahat dan tempat tinggalnya. Karena banyak orang kulit putih yang tinggal di sana, maka Salatiga mendapat perhatian banyak dari pemerintah Hindia Belanda. 29

3 Perkembangan sistem pemerintahan di Salatiga ini tidak lepas dari tuntutan orang-orang Eropa yang tinggal di Salatiga untuk dapat memperoleh fasilitas yang lebih baik dan mendapat kewenangan lebih luas dalam mengelola Salatiga (Eddy Supangkat, 2012 : 11). Pada tanggal 25 Juni 1917 Gubernur Jendral Hindia Belanda mengeluarkan Staatblad No. 266 tahun 1917 yang menjadikan Salatiga sebagai sebuah Gemeente (Kota Praja) dan dipimpin oleh seorang Burgemeester (Walikota). Status Gemeente ini menjadikan Salatiga cepat berkembang sampai akhirnya mendapat predikat sebagai de Schoonste Stad van Midden Java yang berarti kota terindah di Jawa Tengah. Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Salatiga menjadi Gemeente didasarkan oleh 3 faktor yaitu : 1. Faktor Penduduk Pemerintah Hindia Belanda selalu menjadikan faktor penduduk sebagai pertimbangan utama. Persyaratannya, minimal terdapat 10% orang kulit putih yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Kulit putih dalam kriteria ini bukan semata-mata orang Belanda, melainkan juga orang-orang Eropa non-belanda dan bangsa lain yang disejajarkan dengan orang Belanda. 2. Faktor Keadaan Setempat Faktor keadaan setempat adalah ada tidaknya hal-hal yang diharapkan bisa menunjang kelestarian Gemeente itu nantinya. Banyaknya perkebunan di Salatiga dan sekitarnya jelas bisa dipandang sebagai faktor 30

4 pendorong kelestarian Gemeente,karena biasanya di lokasi perkebunanperkebunan tersebut memang banyak orang-orang Belanda. 3. Faktor keuangan Melihat banyaknya jumlah orang kulit putih yang ada di Salatiga waktu itu, tentu faktor keuangan ini tidak menjadi masalah yang berarti. Berbagai sumber keuangan bisa diperoleh dari: pendapatan pajak, penggunaan fasilitas pemerintah dan permohonan berbagai perijinan (Eddy Supangkat, 2012 : 13-17). Selain menetapkan Salatiga sebagai sebuah Gemeente Staatsblad tersebut juga mencantumkan tugas-tugas pemerintah Gemeente, yang antara lain : - Mengatur, memeperbaharui dan membuka jalan-jalan dalam kota (mencakup pembuatan taman kota, selokan, jembatan, pembuatan papan nama jalan, dan sebagainya). - Membersihkan dan memperindah jalan-jalan, taman-taman dan lapangan. - Menyelenggarakan penerangan untuk jalan umum. - Mengatur pemakaman (Eddy Supangkat, 2012 : 18). Agar Pemerintahan di Salatiga dapat berjalan dengan baik maka Burgemeester (Walikota) dibantu oleh Gemeenteraad (Dewan Kota) bekerja keras untuk melakukan berbagai pembangunan di Salatiga. Meskipun harus diakui bahwa pembangunan kota Saltiga pada waktu itu lebih dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan orang-orang kulit 31

5 putih, namun tidak bisa diingkari bahwa orang-orang pribumi juga merasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak. Beberapa sarana, prasarana dan fasilitas yang di perbaiki dan di bangun antara lain: 1. Jalan-jalan dalam kota. 2. Hotel untuk persinggahan orang-orang kulit putih. 3. Gedung Perkantoran. 4. Pemakaman. 5. Pasar. 6. Rumah sakit pemerintah dan swasta. 7. Lembaga pendidikan (sekolah). 8. Tempat hiburan dan rekreasi. 9. Instansi militer. 10. Kantor pos dan telegraf. 11. Sarana transportasi. 12. Sarana air bersih dan penerangan jalan. Mulai abad XIX Salatiga muncul sebagai salah satu tempat basis militer tentara Hindia Belanda untuk keamanan jalur utama Semarang-Surakarta dan salah satu pusat Zending di Pulau Jawa. Keberadaan tentara Hindia Belanda dengan tangsi-tangsinya ini membawa citra dan identitas Salatiga sebagai basis militer yang cukup melekat sampai periode pertengahan abad XX. Pada awal abad XX Salatiga tidak hanya sebagai pusat militer dan agama saja tetapi bertambah menjadi tempat peristirahatan, tempat rekreaksi, dan pusat 32

6 pendidikan. Banyaknya orang Eropa dan Cina yang berada di Salatiga mendorong munculnya sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah yang dibangun sebagai berikut 1. Sekolah Eropa 1.1 HIS (Hollands-Indlands School), sekolah ini dapat dimasuki anak-anak Indonesia dari anak-anak pegawai pemerintah Hindia-Belanda. 1.2 ELS (Europe Lagere School), lamanya 7 tahun. Sekolah ini diperuntukan bagi anak-anak Belanda sesuai dengan tingkatan-tingkatan orang Belanda. 1.3 HCS (Holland Chinese School), sekolah ini diperuntukan untuk anak-anak Cina. 1.4 MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), sekolah ini merupakan sekolah lanjutan dari sekolah dasar. 2. Sekolah Pribumi : De Scholen Der Tweede Klasse (sekolah Kelas Dua) Sekolah Kelas Dua merupakan sekolah bagi anak-anak bumiputera pada umumnya. Sekolah ini mempunyai kurikulum yang sederhana yakni meliputi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung (Nasution, 2008 : 61). Sekolah Kelas Dua ini didirikan di daerah kota kecamatan atau di daerah desa yang maju. Lama belajarnya 5 tahun. Bahasa pengantarnya bahasa daerah atau bahasa melayu (Muhammad Rifa i, 2011 : 60) 33

7 3. Sekolah Desa Sekolah Desa didirikan tanpa biaya pendidikan dari pemerintah dan menjadi bagian integral dari masyarakat desa sehingga selain diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung dalam bahasa Jawa, juga diajarkan pekerjaan tangan membuat keranjang, pot, genteng dan sebagainya. Lama pendidikan Sekolah Desa adalah 3 tahun (Nasution, 2008:77-81). 4. Sekolah Kejuruan 4.1 Sekolah Pertukangan (ambachts Leergang), lama belajar 2 tahun. Sekolah ini di jadikan sekolah kerajinan (SK). 4.2 Sekolah Teknik (Technisch Onderwijs), lama belajar 3 tahun. Sekolah ini mendidik calon pengawas. 4.3 Sekolah Dagang (Handels Onderwijs), lama belajar 3 tahun. 4.4 Sekolah Pertanian (Landbouw Onderwijs), mendidik tenaga yang akan bekerja di bidang agraris, pertanian dan kehutanan. 4.5 Sekolah Kewanitaan (Maisjes Vakonderwijs). Sekolah ini berdiri atas jasa R. A Kartini (Soemanto dan Soeyarno, 1983 : 44-45). 5. Sekolah Guru Desa. Cursus Volks-Onderwijzer (CVO) merupakan kursus untuk memehuni kebutuhan guru disekolah Desa. Lama pendidikannya selama 2 tahun dan menerima murid dari lulusan 34

8 sekolah Vervolg atau Sekolah Kelas Dua(I.Djumhur dan H.Danasuparta, 1976:139). Selain itu masih ada sekolah-sekolah yang dibangun oleh para Zending atau Missi berupa Inlandsche school, dan Sekolah Guru Pribumi, HCS, HIS Katolik dan 1 sekolah Cina yang diusahakan oleh Tiong Hoa Hwee Kwan. Penduduk pribumi hanya diijinkan masuk sekolah yang dikhususkan untuk pribumi dan melanjutkan di HIS, Sekolah Guru maupun sekolah-sekolah yang didirikan oleh para Zending atau Missi. Kesempatan mengenyam pendidikan ini dimanfaatkan penduduk pribumi untuk menyekolahkan anak-anaknya (Emy Wuryani, 2006:91-92). 35

9 C. Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga Pada tahun , banyak kaum rohaniawan yang mengikuti pasukan tentara Portugis untuk mengajarkan pendidikan, yang umumnya di bidang pendidikan agama dan khususnya pendidikan agama katolik. Penyelenggaraan pendidikannya didasarkan pada ajaran nasrani tentang Mengasihi Tuhan dan Mengasihi Sesama Manusia. Mengingat bahwa yang berperan adalah kaum rohaniawan, maka wajar jika mengutamakan pendidikan agama. Karena penganut agama katolik semakin meningkat, kemudian gerakan seminari untuk kaum pribumi, agar mereka dapat menjadi pengajar agama katolik di daerahnya (N. Sumarwo, 2004: 33-34). Hal ini berdampak di Salatiga, banyaknya orang Eropa yang tinggal bersama keluarganya di sini dan membutuhkan pelayanan rohani, membuat para biarawan dan biarawati yang tinggal di sini berinisiatif untuk mendirikan sekolah dan sekaligus menyebarkan agama Katolik di Salatiga. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga adalah salah satu sekolah yang didirikan Biarawan dan Biarawati di Salatiga. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga didirikan sekitar bulan Mei tahun 1949 adalah sekolah yang didirikan oleh para Bruder Belanda. Sebelumnya bernama Sekolah Menengah Kanisius, karena bernaung dengan Yayasan Kanisius. Kemudian bergabung dengan Yayasan Pangudi Luhur, setelah itu Yayasan Kanisius mengundurkan diri. Alasan Yayasan Kanisius mengudurkan diri karena Yayasan Pangudi Luhur sudah di anggap mapan 36

10 dan dapat berdiri sendiri atau mandiri (pendewasaan sekolah) (wawancara dengan V. Darman tanggal 8 April 2013). Dulu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga berada di dekat SD 78 (SD Marsudiri sekarang) di Jalan Kantor pos. Kemudian di tahun 1950-an terjadi peristiwa dimana sekolah-sekolah Yayasan Katolik dan Kristen mendapat sosialisasi gedung dari Belanda. Dan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga mendapatkan gedung di Isatan Djoen Eng (Institut Roncali sekarang) (Menurut Sunardi). Untuk mendirikan sekolah ini para Bruder-bruder FIC mendapatkan masukan dari Romo-romo Yesuit dari gereja Santo Paulus Miki. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga didirikan oleh 3 Bruder FIC antara lain : Bruder Sirinus, Bruder Leonardo dan Bruder Vabrianus. Sejak berdirinya sekolah ini dikelola olah para bruder FIC (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4 April 2013). Dahulu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ini digabung dengan Sekolah Menengah Pertama Stella Matuttina. Masyarakat lebih mengenal sebagai Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra dan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri. Dalam perkembangannya SMP Stella Matuttina mengundurkan diri dan masuk dalam Yayasan Marsudirirni. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra adalah sekolah bersubsidi. Dimana segala sesuatunya dibantu oleh pemerintah. Untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah setiap sekolah harus mempunyai 37

11 setidaknya 15 kelas. Karena SMP Pangudi Luhur Putra mempunyai 12 kelas dan SMP Pangudi Luhur Putri mempunyai 6 kelas maka di gabung agar mendapat subsidi dari pemerintah. Guru yang bekerja adalah PNS pemerintah dan khusus Kepala Sekolah adalah seorang Bruder atau Suster Missi dari Eropa (wawancara dengan Widodo tanggal 8 Maret 2013). Pada saat itu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra ini adalah sekolah unggulan di kalangan masyarakat dan bersaing dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Salatiga. Hal ini dikarenakan bukubuku untuk belajar dipinjamkan langsung dari sekolah sampai selesai. Buku-buku yang dipinjamkan adalah buku yang dikarang langsung oleh para Bruder-bruder FIC (wawancara dengan Slamet tanggal 25 Februari 2013). Murid-murid yang bersekolah disini tidak hanya yang berasal dari Salatiga tetapi banyak yang datang dari luar kota Salatiga, karena di sekitar kota Salatiga masih sedikit sekolahan. Kemudian setelah di desa-desa banyak didirikan sekolah negeri maka pamor Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra pun turun. Tidak hanya itu, setelah pemerintahan Soeharto mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah negeri harus membuka pendaftaran terlebih dahulu, kemudian setelah sekolah negeri penuh barulah sekolah swasta boleh membuka pendaftaran, pamor Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra semakin menurun. 38

12 1. Visi dan Misi Visi dan Misi Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga tahun 1950 adalah pendidikan untuk mencerdaskan anak didik dan mengembangkan agama Katolik. Dalam visi dan misi ini guru dituntut yaitu : guru harus berupaya untuk mencerdaskan anak didiknya dan guru wajib berkunjung ke rumah siswa, untuk mengetahui sebab musabab masalah yang dialami siswa dan membantu untuk memecahkan maslah yang sedang dihadapi siswa (wawancara dengan V. Darman tanggal 8 April 2013). Visi Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga yaitu, pendampingan kaum muda yang berorientasi pada budi pekerti luhur, terampil dan berprestasi berlandaskan kasih. Misi Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga yaitu : 1. Menanamkan budi pekerti luhur kepada siswa 2. Mengembangkan bakat, minat dan keterampilan siswa 3. Meningkatkan potensi siswa dalam meraih prestasi. 39

13 2. Arti dan Lambang Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Simbol- simbol: 1. 3 rantai melambangkan ikatan putra dan roh kudus atau ikatan persaudaraan/ keluarga. 2. Salib melambangkan bertaqwa kepada Tuhan dengan baik dan mengasihi sesama umat. 3. Bintang melambangkan Tuhan. 4. Buku melambangkan pengetahuan 5. Warna Kuning melambangkan sebagai tanda kemenangan. 6. Warna Biru melambangkan Kasih Bunda Maria sebagai ibu. 3. Kegiatan Belajar-Mengajar Pada tahun 1949 kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga di mulai pukul hingga pukul Kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan dari hari senin sampai hari sabtu. Untuk hari Senin sampai hari Jumat dimulai pukul sampai pukul 13.00, khusus untuk hari Sabtu di mulai pukul sampai Setiap hari setiap pukul pagi, Bruder berada di depan gerbang sekolah untuk memantau siswa-siswa yang datang, kemudian 40

14 siswa-siswa yang datang mencium tangan Bruder sebagai rasa hormat kepada kepala sekolah. Saat istirahat siswa tidak diperkenankan ada di dalam ataupun di sekitar kelas, mereka diharuskan jalan-jalan memutari lingkungan luar sekolah bersama guru piket. Hal ini dilakukan agar peredaran darah lancar dan siswa tidak tegang dalam menerima pelajaran. Di tahun 1949 belum ada ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga. Ekstrakurikuler mulai ada sekitar tahun 1960-an. Sugeng menuturkan bahwa tahun 1968 tidak hanya siswanya yang laki-laki saja melainkan guru-gurunya pun juga laki-laki semua. untuk kepala sekolah dan guru agama dipegang langsung oleh Bruder FIC. Tidak hanya kegiatan belajar mengajar saja di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra ini juga diadakan misa bulanan yang dilaksanakan di sekolah. Pada tahun 1952 kegiatan ujian atau test kenaikan kelas diadakan di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra dan pada saat itu belum ada kelas meeting. Untuk ujian negara Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur menginduk di SMP Negeri 1 Salatiga. 41

15 4. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Mata pelajaran yang di ajarkan di Pangudi Luhur putra pada tahun 1950an, antara lain : 1. Bahasa Indonesia matapelajaran ini mempelajari tentang kesussastraan dan tata bahasa. 2. Bahasa Daerah 3. Bahasa Inggris Mata pelajaran ini mempelajari tentang vocabbulari dan tata bahasanya. 4. Ilmu Pasti meliputi: a. Ilmu hitung b. Ilmu ukur c. Ilmu aljabar 5. Ilmu Hayat Mata pelajaran ilmu hayat mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Seperti halnya sekarang ilmu hayat disebut biologi. 6. Ilmu Alam Mata pelajaran ini membahas tentang gaya, rotasi dan revolusi. Sekarang ini ilmu alam lebih dikenal sebagai IPA (ilmu pengetahuan alam). 7. Ilmu Bumi Mata pelajaran ini membahas tentang kejadian alam yang ada di bumi, seperti topan, gempa, banjir. 42

16 8. Sejarah Mata pelajaran sejarah dibagi menjadi 2 yaitu sejarah Indonesia dan sejarah dunia 9. Administrasi Mata pelajaran administrasi diajarkan tentang surat menyurat. 10. Menggambar 11. Kesenian Mata pelajaran kesenian diajarkan menyanyi 12. Pendidikan Jasmani Mata pelajaran ini mengajarkan tentang atlektik, senam dan bermain (sepakbola, basket, bela diri (pencak silat)). 13. Agama Mata pelajaran agama yang diajarkan adalah agama katolik. Mata pelajaran ini untuk semua murid baik yang beragama katolik maupun non katolik. Di tahun 1954 ada penjurusan di kelas 2 dan kelas 3. Ada 3 pilihan jurusan,yaitu : A jurusan bahasa, B jurusan IPA dan C jurusan Ilmu Dagang. Kemudian ditahun 1960-an ada tambahan pelajaran yang semula hanya 17 mata pelajaran menjadi 19 mata pelajaran itu yaitu ilmu negara (PKN) dan kesejahteraan keluarga. Tahun 1970-an ditambah lagi 1 mata pelajaran yaitu prakarya yang meliputi memasak dan menjahit. Walaupun pemerintah membuat kebijakan dokumen-dokumen dibawah 25 tahun harus dihanguskan, tetapi hasil nilai dari mata pelajaran 43

17 tahun 1950-an sampai 1960-an tersebut masih dapat dilihat di buku induk (seperti terlihat dilampiran). Pada tahun 1990 mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga di bagi menjadi 3 bidang pokok, yaitu : 1. Pendidikan Umum Pendidikan Umum meliputi : a. Pendidikan Agama Mata pelajaran agama ini mempelajari agama Katolik, sebagaimana Yayasan Pangudi Luhur adalah yayasan katolik. b. Pendidikan Moral Pancasila Mata pelajaran ini mempelajari tentang nasionalisme bangsa dan negara. c. PSPB d. Olahraga dan Kesehatan Mata pelajaran ini mempelajari tentang dasar-dasar dalam olahraga dan kesehatan. e. Pendidikan Kesenian Mata pelajaran ini khususnya mengajarkan tentang menyanyi. 2. Pendidikan Akademis a. Bahasa Indonesia Mata pelajaran ini membahas tentang kesussastraan, penggunaan bahasa yang baik dan tata bahasa. 44

18 b. Bahasa Daerah Mata pelajaran ini mengajarkan tentang unggah ungguh dalam berbahasa jawa dan tata kelakuan jawa. c. Bahasa Inggris Mata pelajaran ini mengajakan tentang tata bahasa dan vocabulari. d. Ilmu Pengetahuan Sosial Mata pelajaran meliputi : Sejarah yang mempelajari tentang sejarah Indonesia dan sejarah dunia, Ekonomi yang mempelajari tentang sistem perekonomian, Geografi yang mempelajari tentang susunan tanah bumi, bencana alam dan sebagainya, Sosiologi mempelajari tentang struktur sosial stratifikasi sosial. e. Matematika Mata pelajaran ini membahas tentang aljabar, hitung, desimal, perkalian, pertambahan dan pembagian. f. Ilmu Pengetahuan Alam Mata pelajaran ini meliputi : Kimia mempelajari tentang unsur-unsur kimia, Fisika mempelajari tentang massa, gerakan dan gaya, Biologi mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. 3. Pendidikan Keterampilan a. Pilihan Terikat b. Pilihan Bebas Pada tahun 1965 di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur mengadakan ujian dua kali yaitu ujian nasional yang meliputi 4 mata pelajaran 45

19 yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dan ujian sekolah yang meliputi menggambar, memasak, prakarya, kesenian (menyanyi), sejarah (Indonesia dan Dunia). 5. Fasilitas Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ini menempati lahan seluas 400m. Pertama kali sekolah ini didirikan sekolah sudah memiliki 12 kelas yang terdiri dari kelas 1 A-B-C-D, kelas 2 A-B-C-D dan kelas 3 A- B-C-D. Kelas 1 setiap kelas berisi siswa. Pada tahun 1949, gedung sekolah tidak berada di gedung yang sekarang ini di tempati, melainkan gedung pertama Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur berada didekat SD 78 (SD Marsudirini sekarang). Barulah di tahun 1952 gedung sekolah berada di Istana Djoen Eng tepatnya dibelakang Bruderan FIC (Institut Roncali sekarang). Barulah tahun 1975 saat sekolah di rehab menempati gedung yang sekarang dan gedung lama di gunakan untuk kursus bruder-bruder dan suster-suster (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4 April 2013). Wagiman menuturkan bahwa dulu saat sekolah siswa-siswanya tidak mengenakan seragam melainkan bebas, bersandal jepit dan sedikit yang mengenakan sepatu. Untuk siswa yang rumahnya jauh dan kurang mampu ditempatkan di asrama. Buku-buku untuk menunjang belajarmengajar semua dipinjami dari sekolah. 46

20 Gedung yang ditempati sekarang terbuat dari batu bara dan atap genteng. Lokasi sekolah yang dekat dengan jalan raya dan terdapat pohonpohon besar yang rindang serta halaman yang luas,membuat sekolah ini menjadi sekolah yang nyaman dan sejuk. 6. Peserta Didik Pada awal di buka tahun 1949 Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur dibuka untuk umum dan tidak dipungut biaya pendaftaran, calon siswa baru hanya perlu membawa raport dan ijazah SD. Tahun 1950 sampai tahun 1972 siswa-siswa yang bersekolah di sekolah ini seluruhnya adalah putra. Siswa-siswa yang bersekolah disini tidak hanya berasal dari Salatiga saja melainkan dari desa-desa, kota di sekitar Salatiga bahkan ada yang berasal dari luar pulau Jawa. Untuk siswa yang berasal dari luar kota Salatiga,luar pulau Jawa dan yang tidak mampu, sekolah menyediakan asrama di Roncali. Untuk menempati asrama tersebut siswa tidak dipungut biaya apapun bahkan untuk makan dan fasilitas untuk menunjang kebutuhan mereka semua di biayai oleh Bruder-bruder FIC. Bruder-bruder FIC ini meminta bantuan keluar negeri untuk mencukupi kebutuhan siswasiswanya (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4 April 2013). Saat kenaikan kelas untuk siswa yang masuk peringat 3 besar di beri hadiah oleh bruder yaitu kotak cerutu dari Belanda. Transportasi yang digunakan untuk mencapai sekolah adalah jalan kaki atau bersepeda. Saat itu siswa-siswa tidak menggunakan seragam, mulai menggunakan seragam sekitar tahun Meskipun saat itu siswa tidak menggunakan seragam 47

21 dan bersandal jepit, tetapi siswa di tuntut untuk disiplin. Siswa harus datang tepat waktu ke sekolah (wawancara dengan Widodo tanggal 8 Maret 2013). 7. Pengajar Pada tahun 1949, guru-guru yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur adalah para Bruder-bruder FIC dari Belanda. Kemudian baru sekitar tahun 1952, guru-guru dari Jawa mulai masuk walaupun sedikit (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4 April 2013). Pada awal berdirinya Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga seluruh tenaga kerja adalah guru-guru putra. Guru-guru yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur umumnya diperbantukan dari pemerintah, satu guru mengampu satu mata pelajaran. Mulai tahun 1975 Sekolah Menengah pertama Pangudi Luhur menerima guru-guru putri. Guru-guru itu harus mempunyai syarat berkepribadian baik, sikap baik dan berpengetahuan baik (wawancara dengan Widodo tanggal 8 maret 2013). Guru yang mengajar di sekolah ini mendapatkan 2x gaji yaitu : tanggal 1 dari pemerintah dan tanggal 20 dari yayasan. Gaji yang didapat dari yayasan lebih bersifat tunjangan. Tunjangan yang didapat dari yayasan berbeda-beda tergantung seberapa lama pengabdian guru tersebut kepada Yayasan Pangudi Luhur (wawancara dengan T. Suradi tanggal 4 april 2013). Bruder juga mengharuskan guru mengajar sebanyakbanyaknya karena ada bonus dari bruder. 48

22 Daftar kepala sekolah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga, antara lain : 1. Bruder Leonardo FIC 2. Bruder Dunstram FIC 3. Bruder Alfonso FIC 4. Y. Karsiman Brotosarodja 5. Sunardi Rosmanto 6. Budi Santoso 7. Dalmo 8. Y. Widodo 9. Bruder Herry Berthus FIC 10. Henny Prima Asih 11. Kasto 12. Wijayanto 49

23 D. Faktor penyebab Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur beralih dari Sekolah Khusus putra menjadi Sekolah Campuran (Putra-Putri) 1. Faktor Psikologi Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana mereka hidup memerlukan orang lain untuk bekerjasama menghidupi kebutuhan hidupnya. Di dalam lingkungan pendidikan pun, siswa membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi di lingkungan sekolah. Sosialisasi tersebut tidak hanya terjadi antar sesama jenis (laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan) melainkan dengan lawan jenis. Maka dari itu tidak begitu baik jika dalam proses pendidikan lakilaki dan perempuan dipisahkan. Jika dalam pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah maka akan terjadi rasa tidak percaya diri serta kurangnya rasa solidaritas antar lawan jenis. Secara psikologis, laki-laki lebih bisa bersikap dewasa dibandingkan dengan perempuan (wawancara dengan Slamet tanggal 25 Februari 2013). Faktor yang lain adalah agar tidak terjadi perbedaan gender dan terjalin solidaritas antara laki-laki dan perempuan. Namun dalam sekolah missi yang dikembangkan oleh Bruder dan Suster sangat berbeda dengan hal-hal tersebut. Bruder dan susuter memilih untuk memisahkan diri dengan alasan faktor psikologis dimana bruder dan suster harus menghentikan perasaannya terhadap lawan jenis. Dengan kata lain mereka 50

24 harus menjaga kesuciannya,agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 2. Faktor Kebijakan Secara kebijakan sekolah memiliki kewenangan untuk mengalihkan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur dari sekolah khusus putra menjadi sekolah campuran. Karena sesuai tuntutan jaman jika sekolah hanya mengandalkan siswa laki-laki, sekolah tidak akan maju maka dari itu sekolah memutuskan untuk beralih ke sekolah campuran. 51

Lampiran-lampiran 57

Lampiran-lampiran 57 Lampiran-lampiran 57 Lampiran 1 : Surat Tanda Tamat Belajar SMP Pangudi Luhur tahun 1971 (Sumber : Arsip Pribadi Canisius Petrus Sugeng Santosa) 58 Lampiran 2 : Daftar Nilai Tamat Belajar SMP Pangudi Luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. Letaknya yang di kelilingi oleh pegunungan selalu memberikan suasana yang sejuk. Secara astronomis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Salatiga pada masa Pemerintahan Kolonial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Salatiga pada masa Pemerintahan Kolonial BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Salatiga pada masa Pemerintahan Kolonial Perkembangan pemerintahan di Salatiga tidak lepas dari tuntutan orang-orang Eropa yang semakin banyak tinggal di Salatiga

Lebih terperinci

BAB I. Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya, maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik,

BAB I. Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya, maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik, BAB I A. Latar Belakang Depdiknas RI dalam Tri Widiarto (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa permasalahan telah terjawab sehingga tujuan penelitian juga tercapai. Pendidikan menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah membuat Serikat Yesuit lebih fokus melaksanakan karya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Etnis Cina di Salatiga Bangsa Cina pada awal kedatangannya di Indonesia adalah untuk melakukan perdagangan. Seperti halnya para pedagang dari Arab,

Lebih terperinci

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN LEMBAGA PERGURUAN TAMAN TARUNA NUSANTARA LEMBAGA PERGURUAN TAMAN TARUNA NUSANTARA MEMANGGIL PUTRA-PUTRI TERBAIK SE-INDONESIA PENERIMAAN PAMONG PENGAJAR PENGASUH

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 52 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. SMA Kolese De Britto 1. Profil SMA Kolese De Britto yang lebih dikenal dengan nama De Britto atau JB (kependekan dari Johanes de Britto) ini mempunyai sejarah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Salatiga Kehidupan penduduk di suatu tempat tidak lepas dari lingkungan alam maupun lungkungan sosial. Dalam hal ini senantiasa terjadi interaksi

Lebih terperinci

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA Sangkot Nasution Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SumateraUtara Abstrak: Tujuan dari sekolah yang didirikan oleh Zending adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 6, 1989 (PEMBANGUNGAN. PENDIDIKAN. Kebudayaan. Prasarana. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

BUPATI KLUNGKUNG NOMOR: 813 / 512 / KEPEG TENTANG PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI PELAMAR UMUM FORMASI TAHUN 2008

BUPATI KLUNGKUNG NOMOR: 813 / 512 / KEPEG TENTANG PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI PELAMAR UMUM FORMASI TAHUN 2008 BUPATI KLUNGKUNG PENGUMUMAN NOMOR 813 / 512 / KEPEG TENTANG PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI PELAMAR UMUM FORMASI TAHUN 2008 Dengan ini diumumkan bahwa Pemerintah Kabupaten Klungkung memerlukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. para pastor paroki St. Albertus De Trapani Blimbing Malang.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. para pastor paroki St. Albertus De Trapani Blimbing Malang. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMP Marsudisiwi SMP Marsudisiwi merupakan unit karya lembaga pendidikan Yayasan Binawirawan milik suster-suster CIJ, yang berlokasi di jalan Candi Kalasan Blimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang dikhususkan bagi mereka pemuda indonesia yang ingin mengabdikan dirinya sebagai guru dan bagi mereka

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas sepintas tentang beberapa item dari kondisi fisik wilayah Kota Salatiga sebagai pengetahuan umum tentang tempat dimana komunitas punk

Lebih terperinci

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERU MAHAN LEMBAGA PERGURUAN TAMAN TARUNA NUSANTARA

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERU MAHAN LEMBAGA PERGURUAN TAMAN TARUNA NUSANTARA YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERU MAHAN LEMBAGA PERGURUAN TAMAN TARUNA NUSANTARA Nomor Klasifikasi Lampiran Perihal : B 12!> I II 12017 : Biasa : Satu bundel : Penerimaan calon Pamong/Guru Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang berhasil dirangkum oleh penulis berdasarkan hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: 1. Penyebaran agama Katolik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Pemerintahan Kota Bogor Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan, mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan dahulu kancah atau tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA X Semarang,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060796 merupakan salah satu sekolah negeri yang beralamat di Jalan Medan Area Selatan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan. Sekolah

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le No. 862, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Pendidikan. Dasar. Menengah. Buku. Teks Pelajaran. Panduan Guru. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. kelas dan ruang serbaguna yang memiliki luas 324 m 2.

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. kelas dan ruang serbaguna yang memiliki luas 324 m 2. BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI 2.1 Sejarah SMA 17 Agustus 1945 SMA 17 Agustus 1945 didirikan pada tahun 1984 oleh Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 dengan Ketua Yayasan I.B. Alit, S.H. yang beralamat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuankemampuan yang dimilikinya. Selain mendididik

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana dan tata

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Tentang Perusahaan 2.1.1 Sejarah SMA Negeri 1 Pandaan SMA Negeri 1 Pandaan berdiri pada tahun 1974 dengan nama SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan).

Lebih terperinci

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi BAB I PENDAHULUAN Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa direncanakan sebaik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989

Lebih terperinci

KATALOG BUKU SD / MI Buku Digital PesonaEdu

KATALOG BUKU SD / MI Buku Digital PesonaEdu Kelas 4 Kelas 6 / Kelas 5 / Kelas 4 / Kelas 3 / Kelas 2 / Kelas 1 / KATALOG BUKU SD / MI Buku Digital PesonaEdu Pengayaan Matematika & IPA SD kecil 1,2,3 PesonaEdu 100,000 104,800 110,700 119,100 135,300

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Perkembangan SMP 28 Semarang SMP 28 Semarang berdiri tahun 1985 dengan lokasi sekolah berada di ujung barat wilayah Kota Semarang, tepatnya di kelurahan Mangkangkulon

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota kecamatan ini di kelilingi oleh perbukitan. Perbukitan yang mengitari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota kecamatan ini di kelilingi oleh perbukitan. Perbukitan yang mengitari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Ambarawa Ambarawa adalah sebuah kecamatan di Jawa Tengah. letaknya berada di jalan raya yang menghubungkan kota Semarang dan Yogyakarta. Kota kecamatan

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

MEDIA PEMBELAJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH: SEJARAH PENDIDIKAN JURUSAN: PENDIDIKAN SEJARAH Disusun Oleh: Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 1 Media Pembelajaran M.K.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 40 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah dan Organisasi PKBM Negeri 17 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 yang berada di wilayah Penjaringan ini pada awalnya merupakan Lembaga Pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG HARI JADI DAERAH, LOGO DAERAH, MOTTO DAERAH DAN MARS DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SERTA PENGUNAANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari

POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari Kabupaten Brebes sekitar tahun 1859-an Brebes periode 1859-an dalam Wordenboek van Nederlandsch Indie: Aardrijkskundig en Statistich digambarkan

Lebih terperinci

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) / BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) sgifis48@gmail.com 08128533491/0817804183 Tujuan Umum : Mewujudkan Visi dan Misi SMAN 48 Tujuan Khusus : Meningkatkan Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SMA SANTA THERESIA. Pos No.2, sebuah sekolah yang didirkan oleh para biarawati Ursulin pada tahun 1960.

BAB III GAMBARAN UMUM SMA SANTA THERESIA. Pos No.2, sebuah sekolah yang didirkan oleh para biarawati Ursulin pada tahun 1960. BAB III GAMBARAN UMUM SMA SANTA THERESIA III.1 Latar Belakang SMA Santa Theresia III.1.1 Sejarah SMA Santa Theresia Asal sekolah Santa Theresia adalah sekolah Santa Ursula yang berlokasi di Jalan Pos No.2,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak

BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak peminatnya dari semua kalangan. Mulai dari anak-anak sudah dimasukan di perguruan-perguruan pencak silat

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH MENENGAH ATAS MUHAMMADIYAH WAINGAPU

PROFIL SEKOLAH MENENGAH ATAS MUHAMMADIYAH WAINGAPU PROFIL SEKOLAH MENENGAH ATAS MUHAMMADIYAH WAINGAPU. IDENTITAS SEKOLAH Nama sekolah : SMA MUHAMMADIYAH WAINGAPU Status Sekolah : Swasta terakreditasi A dengan nilai 86,5 Alamat sekolah : Jl. Tritura No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini berada di lereng gunung Merbabu. Kecamatan Susukan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus BAB VI KESIMPULAN Berbagai penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan wacana agama Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus tema etika, dan moralitas agama

Lebih terperinci

Struktur Kurikulum 2013 MI

Struktur Kurikulum 2013 MI MADRASAH IBTIDAIYAH Struktur Kurikulum 2013 MI MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER-MINGGU I II III IV V VI Kelompok A 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur an Hadis 2 2 2 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kabupaten Jepara 3.1.1. Tinjauan Kabupaten Jepara Posisi geografis Kabupaten Jepara merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari provinsi Jawa Tengah, yaitu pada

Lebih terperinci

2015, No Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sta

2015, No Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1698, 2015 KEMENDIKBUD. Buku. Diknas. Dikmen. Teks Pelajaran. Panduan Guru. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda-beda. Bakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda-beda. Bakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sudah banyak sekali progam-progam yang di canangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Jika kita runtut mulai dari wajib belajar 9

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI JAWA TENGAH Alamat : Jl. BrotojoyoNo. 1 SemarangTelp. (024) Fax (024)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI JAWA TENGAH Alamat : Jl. BrotojoyoNo. 1 SemarangTelp. (024) Fax (024) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI JAWA TENGAH Alamat : Jl. BrotojoyoNo. 1 SemarangTelp. (024) 3549403 Fax (024) 3568174 I. Kuota Penerimaan Peserta Didik Baru PENERIMAAN PESERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2) Sebelah selatan dusun gunung rawas. 3) Sebelah timur dusun siwalan.

BAB I PENDAHULUAN. 2) Sebelah selatan dusun gunung rawas. 3) Sebelah timur dusun siwalan. BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Desa a. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Sentolo kurang lebih sekitar 604,7695 Ha. Terbagi menjadi 13 RW dan 58 RT. b. Batas Wilayah Desa Sentolo

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI MASALAH

BAB III IDENTIFIKASI MASALAH BAB III IDENTIFIKASI MASALAH 3.1. Sejarah Singkat Lembaga Pendidikan SDN Pondok Labu 016 Pagi adalah sekolah dasar yang sedang dalam pengembangan dan kemajuan, baik dalam sistem pembelajaran maupun penerapan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP. 21272 23444 TEBING TINGGI PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR : 425.3/34/PDK/ 2007 TENTANG PAKAIAN SERAGAM SISWA SD, SMP, SMA DAN SMK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal. PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN 3.1. Visi Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 3.2. Misi 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat belajar. 2. Mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berasal dari negara kawasan sub-tropis

BAB I PENDAHULUAN. salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berasal dari negara kawasan sub-tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang berada di daerah khatulistiwa. Dengan letak Indonesia yang berda di kawasan khatulistiwa ini Indonesia memilki iklim tropis. Iklim

Lebih terperinci

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Tugas Akhir PERIODE 108 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Dasar ABC Sekolah Dasar ABC merupakan salah satu jenis sekolah dasar islam terpadu yang berdiri pada Bulan Juli tahun 2007 di Medan. Pada awalnya, sekolah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

Allah meninggikan orang orang yang beriman di antaramu dan orang -orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadalah :11)

Allah meninggikan orang orang yang beriman di antaramu dan orang -orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadalah :11) YAYASAN PENDIDIKAN PATTIMURA SMA PATTIMURA JAKARTA MOTTO KAMI UNTUK PERUBAHAN AMATI PIKIRKAN BERTINDAK Jl.Jagakarsa Raya No.88 Jagakarsa Jakarta Selatan Tlp. 021.7863576 Website : http: //www.smapattimura.sch.id

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN YAYASAN NURUL AMANAH AL MAKKY BASANAH TANAH MERAH BANGKALAN

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN YAYASAN NURUL AMANAH AL MAKKY BASANAH TANAH MERAH BANGKALAN BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN YAYASAN NURUL AMANAH AL MAKKY BASANAH TANAH MERAH BANGKALAN Yayasan Nurul Amanah Al Makky adalah suatu lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2033,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rambu. Papan Informasi. Bencana. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG RAMBU DAN PAPAN INFORMASI BENCANA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI 61 BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI 2.1 Gambaran Umum Kota Semarang 2.1.1 Aspek Geografis Sebagai Kota Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang eksistensi proyek Bangsa Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya seperti yang tercantum dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Dan perjuangan pergerakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN JL. Gentengkali 33 Surabaya, /Fax.(031) ,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN JL. Gentengkali 33 Surabaya, /Fax.(031) , PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN JL. Gentengkali 33 Surabaya, /Fax.(031) 5302706-09, 8439914 Surabaya, 16 Februari 2015 Nomor : 900/1074/103.07/2015 Sifat : Segera Lamp. : 1 (satu) berkas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan mengembangkan kehidupan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

RUMAH PANTI ASUHAN YATIM PIATU

RUMAH PANTI ASUHAN YATIM PIATU RUMAH PANTI ASUHAN YATIM PIATU PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR SELVINA ILONA TANJUNG 1501184191 SCHOOL OF DESIGN DESAIN INTERIOR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: : Anik setyo Utami Nim : Program studi : Pendidikan IPA

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: : Anik setyo Utami Nim : Program studi : Pendidikan IPA LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG Disusun oleh: Nama : Anik setyo Utami Nim : 4001409004 Program studi : Pendidikan IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur

BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur No. Registrasi (diisi petugas) : Diterima di kelas (diisi petugas) : Titimangsa (diisi petugas) : 1 NO INDUK (siswa baru kosongkan) : 2 N I S N : 3 NIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berinteraksi di dalamnya, salah satu komponen tersebut adalah sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berinteraksi di dalamnya, salah satu komponen tersebut adalah sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya, salah satu komponen tersebut adalah sumber belajar.

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci