Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi"

Transkripsi

1 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi ISSN : Volume 18, Nomor 1 Tahun 2013 Diterbitkan oleh : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

2 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Terbit Dua Kali Setahun Setiap Bulan Maret dan September Dewan Redaksi Penanggung Jawab: Dr. Muslim Suardi, M.Si, Apt Pemimpin Umum: Prof. Dr. Henny Lucida, Apt Redaktur Pelaksana: Dr. Erizal, S.Si, M.Si, Apt Prof. Dr. Dian Handayani, Apt Prof. Dr. Surya Dharma, MS, Apt Dr. H. Yohanes Alen, MS Dr. Netty Suharti, MS Sekretariat: Dian Ayu Juwita, S.Farm, M.Farm, Apt Rahmi Yosmar, S.Farm, M.Farm, Apt Yori Yuliandra, S.Farm, M.Farm, Apt Rahmad Deni Dewan Penyunting: Prof. Dr. H. Dayar Arbain, Apt Prof. Dr. Auzal Halim, Apt Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, Apt Prof. Dr. Adek Zambrud Adnan, MS, Apt Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt Prof. Dr. Dachriyanus, Apt Prof. Dr. Almahdy A., Apt Prof. Dr. Armenia, MS, Apt Prof. Dr. H. Elfi Sahlan Ben, Apt Prof. Dr. Helmi Arifin, MS, Apt Prof. Dr. Deddi Prima Putra, Apt Prof. Dr. Marlina, MS, Apt Dr. M. Husni Mukhtar, MS, Apt Dr. Fatma Sri Wahyuni, S.Si, Apt Penerbit : Fakultas Farmasi Universitas Andalas ISSN : Alamat Redaksi/ Tata Usaha : Fakultas Farmasi Universitas Andalas Kampus Limau Manis Padang Telp. (0751) 71682; Fax (0751)

3 Daftar Isi (Vol. 18, No ) Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Apoteker Yang Bekerja Di Apotek Di Kota Padang Akmal Djamaan, Laura Syahrul, dan Dwi Dinni Aulia B 1 8 Uji Aktivitas Beberapa Subfraksi Etil Asetat Dari Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) Terhadap Reaksi Hipersensitivitas Kutan Aktif Yufri Aldi, Mahyudin dan Dian Handayani 9 16 Kajian Penggunaan Obat Intravena di SMF Penyakit Dalam RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Hansen Nasif, Monalisa Yuned, Husni Muchtar Identifikasi Dan Penetapan Kadar Merkuri (Hg) Dalam Krim Pemutih Kosmetika Herbal Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Fithriani Armin, Zulharmita, Dinda Rama Firda Pengaruh Perbandingan Pelarut EtanolAir Terhadap Kadar Senyawa Fenolat Total Dan Daya Antioksidan Dari Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Harrizul Rivai, Ernita Widiya S. dan Rusdi Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidiumguajava L.) Terhadap Jumlah Sel Eritrosit, Hemoglobin, Trombosit Dan Hematokrit Pada Mencit Putih Helmi Arifin, Agustina dan Zet Rizal Formulasi Granul Mukoadhesif Dispersi Padat Ketoprofen PVP K30 Menggunakan Kitosan Salman, Meryza dan Deni Noviza Pengaruh Pemberian Ekstrak Gambir Terhadap Kadar EDRF (Endothelial Derrivat Relaxing Factors)/Nitrogen Mono Oksida (NO) Pada Hiperkholesterolemia Suhatri, Yufri Aldi, Nikita Surya Dharma Pola Penggunaan Isdn Pada Penderita Angina Pektoris Di Suatu Rumah Sakit Pemerintah Kota Padang Dedy Almasdy, Deswinar Darwin, Nina Kurniasih dan Vivi Handayani Pengaruh Kombinasi Surfaktan Natrium Lauryl Sulfat Dan Benzalkonium Klorida Terhadap Kelarutan Ibuprofen Syofyan, Tuti Agustia Safari, Dan Rieke Azhar Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18, No. 1, 2013; halaman 174; ISSN :

4 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18, No.1, 2013, halaman 916 ISSN : UJI AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI ETIL ASETAT DARI HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn.) TERHADAP REAKSI HIPERSENSITIVITAS KUTAN AKTIF Yufri Aldi, Mahyudin dan Dian Handayani Fakultas Farmasi, Universitas Andalas ABSTRAK A study on the activity of some ethyl acetate subfraction of meniran herbs (Phyllanthus niruri Linn.) on the cutaneous active hypersensitive reaction has been conducted. The subfraction (1,2, and 3) were at the dose of 50 mg/kg BW and 100 mg/kg BW dispersed with 1% tween 80: Chicken egg albumin at concentration 25% and 30% were used as control, all of which were given for 10 days. The Hipersensitivity reaction was observed at day 10 th. Result Showed that subfraction 1,2, and 3 at doses 50 mg/kg BW and 100 mg/kg BW inhibited hypersensitivity, reaction significantly, the onset of blue skin bump were best given by subfraction 3 (dose 100 mg/kg BW), the diameter of blue skin bump were best given by subfraction 2 (50 mg/kg BW) and the intensity of the blue skin bump was besy given by subfraction 2 (100 mh/kg BW). In summary, the ethyl aceble subfraction of meniron herbs (Phyllanthus niruri Linn.) showed an immunostimulan activity. Keyword : Meniran Herbs, The cutaneous active hypersensitive reaction, blue skin bump, immunostimulan PENDAHULUAN Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) dari famili Euphorbiaceae merupakan tanaman liar yang berasal dari Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Di beberapa daerah, meniran dikenal dengan nama Kilaneli (India), Zhen chu cao, Ye xia zhu (China), Child pick a back (Inggris). Tanaman ini tingginya hanya cm dan mempunyai daun yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong (Dalimartha, 2000). Meniran secara tradisional digunakan sebagai obat sakit kuning, malaria, ayan, demam, batuk, haid berlebihan, disentri, luka bakar terkena api atau air panas, luka koreng dan untuk mengobati jerawat. Sedangkan dalam bentuk patennya yaitu Stimuno. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan meniran yaitu flavonoid, filantin, kalium, damar, dan zat penyamak. Filantin dilaporkan sebagai konstituen terapi aktif dan berfungsi sebagai agen hepatoprotektif (Khan, 2010). Namun sejauh ini, berdasarkan studi literatur belum ada informasi tentang penelitian bioaktivitas filantin sebagai imunomodulator. Tumbuhan ini juga digunakan untuk diabetes, hipertensi, diuretik, analgesik, antispasmodik, dan pelindung sel dalam banyak kondisi. Dalam penelitian klinis selama bertahuntahun, tumbuhan ini telah menunjukkan aktivitas anti hepatotoksik, analgesik, hipotensi, antispasmodik, antivirus, antibakteri, diuretik, antimutagenik, dan aktivitas hipoglikemik (Taylor, 2003). Phyllanthus niruri memiliki banyak kandungan kimia, salah satunya adalah golongan lignan, yaitu filantin dan hipofilantin. Filantin dilaporkan sebagai konstituen terapi aktif dan berfungsi sebagai agen hepatoprotektif (Arvind, 9

5 Ram, Anil, Madan, and Suman, 2006; Khan, 2010). Namun sejauh ini, berdasarkan studi literatur belum ada informasi tentang penelitian bioaktivitas filantin sebagai imunomodulator. Dalam kaitannya dengan sistem imun, pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn dapat meningkatkan aktivitas dan fungsi beberapa komponen imunitas nonspesifik maupun spesifik, baik humoral maupun selular. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai penelitian yang menyatakan bahwa tanaman tersebut dapat meningkatkan respon imun nonspesifik. Tumbuhan meniran diduga terbukti berkhasiat dalam membantu mengurangi dan mengobati refleks fisiologis (alergi) tubuh akibat berbagai macam infeksi virus dan bakteri, serta mendorong sistem kekebalan tubuh. Alergi merupakan reaksi tepat pada seseorang yang sebelumnya pernah tersensitisasi dengan antigen yang bersangkutan, sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh (Kresno, 1988). Salah satu reaksi alergi adalah reaksi anafilaksis atau reaksi hipersensitifitas segera. Gejala yang timbul dari reaksi anafilaksis atau hipersensitifitas disebabkan adanya mediator yang dihasilkan oleh sel basofil dan sel mastosit (mast cell). Setelah molekul antigen (alergen) terikat oleh anti bodi spesifik dari kelas IgE yang dibentuk oleh sel B yang terpancang melalui bagian FC (fragmen crystalis) pada membran mastosit maka terjadi proses biokimiawi (Baratawidjaya, 1990). Akhirnya, mediator yang terdapat dalam sel tersebut lepas seperti histamin, serotonin, bradikinin, asam arachidonat dan prostaglandin. Lepasnya mediator tersebut menimbulkan reaksi alergi yang menyebabkan gatalgatal, memerahnya kulit, terbentunya bentolan, dan sesak nafas (Subowo, 1993). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa sub fraksi etil asetat dari herba meniran dapat meningkatkan produksi titer antibodi dan jumlah sel leukosit pada mencit putih jantan (Farhan, 2013). Pada penelitian lain juga menunjukkan bahwa sub fraksi etil asetat dari herba meniran dapat meningkatkan indeks fagositosis dan kapasitas makrofag (Novelin, 2013). Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian tentang uji aktivitas beberapa subfraksi dari meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap reaksi hipersensitivitas kutan aktif, dengan mengukur waktu timbulnya bentolan dan intensitas warna biru yang terjadi. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan lebih kurang selama 6 bulan di Laboratorium Biota Sumatera dan Laboratorium SerologiImunologi Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Penelitian ini dilaksanakan dengan metoda eksperimental. Sampel berupa herba meniran kering yang didapat di daerah Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Pembuatan Subfraksi Etil Asetat Herba Meniran Sebanyak 2,7 kg sampel kering meniran dirajang halus, kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat dalam botol coklat selama 5 hari sehingga didapat ekstrak. Ekstrak disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 dan maserasi diulangi kembali sampai tiga kali. Gabungan filtrat maserat kemudian dikentalkan secara invacuo dengan menggunakan alat rotary evaporator. Kemudian hasil ekstrak kental dikromatografi kolom flash dengan menggunakan berbagai perbandingan pelarut yaitu : 1. Heksan : etil asetat (9:1) 2. Heksan : etil asetat (4:1) 3. Heksan : etil asetat (2:1) 10

6 Penyiapan hewan percobaan Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit putih betina dengan berat 2025 gram, berumur 2 bulan dan belum pernah diperlakukan terhadap obat. Sebelum digunakan hewan tersebut diadaptasikan selama 1 minggu dan dikelompokkan menjadi 8 kelompok secara acak, dalam setiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Sebelum digunakan, semua mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan hewan berada pada lingkungan percobaan. Makanan dan minuman diberikan secukupnya. Pengelompokan hewan dilakukan secara acak. Mencit yang digunakan adalah mencit yang sehat dan tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10% serta secara visual menunjukkan prilaku yang normal. Perencanaan Dosis a. Dosis antigen Putih telur ayam ras dengan konsentrasi 25% v/v dan 30% v/v yang dilarutkan dalam NaCl fisiologis 0,9%. b. Dosis subfraksi meniran yang digunakan untuk uji reaksi hipersensitivitas kutan aktif yaitu 100 mg/kg BB. Penyiapan Sediaan Uji a. Pembuatan Larutan Uji Larutan uji dengan dosis 100 mg/kg BB dibuat dengan cara mensuspensikan 2 mg subfraksi meniran dengan 0.1 ml tween 80. kemudian gerus homogen dan cukupkan volume dengan aquadest sampai 0.2 ml. b. Larutan Antigen Sebagai antigen digunakan adalah putih telur ayam ras yang dilarutkan dalam NaCl fisiologis 0,9% dengan konsentrasi 25% v/v dan 30% v/v. c. Larutan Biru Evan Biru evan sebanyak 50 mg dilarutkan dalam 20 ml NaCl fisiologis sehingga diperoleh konsentrasi 0,25% b/v. d. Larutan Standar Biru Sebagai pembanding intensitas warna biru yang diamati digunakan larutan biru Evans pada berbagai konsentrasi : No Konsen trasi biru evan (% b/v) 1 0 (% b/v) 2 0, (% b/v) 3 1, (% b/v) 4 3, (% b/v) 5 6, (% b/v) e. Pembanding Intensit as Warna Warna biru tidak ada Warna biru kurang jelas Warna biru cukup jelas Warna biru jelas Warna biru sangat jelas Skor Zat pembanding yang digunakan adalah Difenhidramin HCl dengan dosis 13 mg/kg BB. Uji Efek Hipersensitivitas Kutan Aktif a. Sensitisasi Hewan Percobaan 24 ekor mencit yang telah dikelompokkan secara acak dan telah dipuasakan selama 18 jam disuntikkan secara intra peritoneal dengan putih telur ayam ras 25% v/v sebanyak 10 ml/kg BB. Pada hari ke 5 hewan

7 diberikan putih telur ayam ras 25% v/v sebanyak 5 ml/kg BB secara subkutan. Mencit yang sensitif ditandai dengan warna merah pada tempat penyuntikan. b. Pengujian efek anti hipersensitivitas / anafilaksis. Pada hari ke 8,9,10 masingmasing kelompok uji diberikan subfraksi meniran secara oral. Pada hari ke 10 setengah jam setelah pemberian subfraksi tersebut hewan diberikan larutan biru Evan 0,25% secara intravena sebanyak 5 ml/kg BB. Setengah jam kemudian ditantang dengan putih telur ayam ras 30% v/v sebanyak 5 ml/kg BB secara intrakutan dibagian punggung mencit yang telah dicukur satu hari sebelum perlakuan. Catat waktu timbulnya warna biru, ukur diameter dan intensitas warna biru, pengamatan dilakukan setiap 30 menit selama 6 jam, dan diamati juga setelah 24 jam. Untuk pembanding dilakukan hal yang sama seperti diatas dengan menggunakan difenhidramin HCl dengan dosis 13 mg/kg BB. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah tumbuhan meniran (Gambar 1.) Gambar 1. Herba Meniran Bagian tumbuhan meniran yang digunakan adalah seluruh bagian tumbuhan kecuali akarnya. Sampel meniran segar sebanyak 10 kg dikeringkan selama 3 hari sehingga didapatkan sampel kering meniran sebanyak 2,7 kg. Kemudian, sampel meniran yang telah kering tersebut digrinder sampai menjadi halus. Sampel tersebut kemudian diekstraksi dengan menggunakan metoda maserasi. Dengan cara ini, sampel dapat diekstraksi dalam jumlah yang lebih banyak, tidak memerlukan peralatan khusus, pengerjaannya mudah dan sederhana, serta tanpa pemanasan sehingga perubahan kimia terhadap senyawasenyawa tertentu dapat dihindari. Dengan demikian, metoda ini baik untuk sampel dengan zat aktif yang tahan pemanasan maupun zat aktif yang tidak tahan pemanasan (Depkes RI, 2000). Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat (Anonim, 2008; Arvind, Ram, Anil, Madan, and Suman, 2006). Sampel dimaserasi selama lima hari dengan tiga kali pengulangan agar zat aktif tertarik secara maksimal. Rendaman sampel dikocok tiga sampai empat kali sehari agar pelarut mengalir berulangulang masuk ke seluruh permukaan sampel, sehingga bahan ekstraktif lebih cepat berpindah ke dalam pelarut. Maserat yang diperoleh diuapkan dengan destilasi vakum untuk mengurangi tekanan udara pada permukaan, sehingga akan menurunkan tekanan uap pelarut yang selanjutnya akan menurunkan titik didihnya. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terurainya senyawa yang tidak tahan pemanasan. Selanjutnya sampel dipekatkan dengan menggunakan rotari evaporator sampai didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental meniran diperoleh sebanyak 315 gram. Ekstrak kental tersebut selanjutnya diisolasi menggunakan kromatografi kolom flash. Sebelumnya dibuat sedian 12

8 preabsorbsi dengan cara melarutkan 80 g ekstrak kental yang etil asetat, dan ditambah dengan 80 g silika gel, kemudian dirotary menggunakan rotary evaporator sampai seluruh pelarut kering. Setelah itu masukkan silika gel 100 g kedalam kolom dan dibasahi dengan nheksan yang bertujuan agar permukaan silika menjadi datar dan padat. Lalu sediaan preabsorbsi dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam kolom agar permukaannya datar dan tidak berongga. Kemudian dilakukan elusi menggunakan kombinasi pelarut nheksan dan etil asetat (Putri, 2010). Isolasi dilakukan menurut metoda SGP (Step Gradien Polarity) menggunakan eluen n heksan 100 %, H:E (9:1), H:E (4:1), H:E (2:1). Subfraksi dari tumbuhan meniran diuji dalam 100 mg/kg BB. Dosis 100 mg/kg BB dipilih karena pada uji pendahuluan terhadap mencit putih betina, dosis ini tidak memperlihatkan efek toksik. Karena sifat subfraksi meniran yang sukar larut dalam cairan pembawa, maka larutan uji dibuat dengan menambahkan suspending agent tween 80 sehingga dihasilkan campuran yang homogen. Suspending agent ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air ( Farhan, 2013). Setelah dilakukan isolasi didapat hasil dari masing masing sub fraksi sebagai berikut : 1. Sub fraksi nheksan : etil asetat (9:1) sebanyak 4,5 g 2. Sub fraksi nheksan : etil asetat (4:1) sebanyak 5,2 g 3. Sub fraksi nheksan : etil asetat (2:1) sebanyak 7,8 g Sampel tersebut kemudian dikarakterisasi dengan cara organoleptis dan pemeriksaan KLT. Pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa sampel subfraksi meniran berwarna hijau tua, memilik bau yang menyengat dan tajam, dan rasa sangat pahit. Pengujian KLT subfraksi sampel dilakukan dengan menggunakan fasa diam silica gel dan fasa gerak nheksan : etil asetat (4:1) (Gambar 1). Pada penelitian ini digunakan metoda hipersensitifitas kutan aktif yang dikenal juga dengan metoda Ovary. Reaksi hipersensitifitas kutan aktif adalah reaksi hipersensitifitas yang terjadi secara lokal pada kulit, dimana antibody IgE sudah terikat dengan sel mast, akan mengikat antigen yang masuk untuk ke dua kalinya selanjutnya terjadilah proses pelepasan histamine (Bellanti, 1993). Antigen yang digunakan adalah putih telur ayam ras. Putih telur ayam ras ini dipilih karena merupakan antigen yang potensial dalam menimbulkan reaksi hipersensitifitas, karena mengandung senyawa protein yang berat molekulnya cukup besar, yaitu ovalbumin. Disamping itu putih telur ayam ras juga banyak mengandung epitop pada permukaannya sehingga mudah dikenali oleh sistim limfosit. Epitop merupakan bagian dari antigen yang dapat menginduksi pembentukan antibodi dan dapat diikat secara spesifik oleh bagian dari antibodi atau reseptor pada limfosit (Bellanti, 1993). Dosis antigen yang dipilih adalah dosis terkecil yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas maksimal pada daerah pengamatan tetapi masih dapat diamati dengan mudah yaitu 25 % v/v. 13

9 Gambar 1. Pola KLT subfraksi meniran dibawah lampu UV dengan λ 254nm menggunakan fasa gerak nheksan : etil asetat (4:1) Ket : A=Ekstrak Etil Asetat, B=Sub fraksi n heksan : etil asetat (9:1), C=Sub fraksi nheksan : etil asetat (4:1) dan D=Sub fraksi nheksan : etil asetat (2:1 Reaksi hipersensitivitas diperjelas dengan adanya zat warna biru Evans yang disuntikkan secara intra vena sebelum penantangan. Akibat penantangan ini akan terjadi pembebasan histamin dari sel mast dan sel basofil, selanjutnya akan terjadi vasodilatasi sehingga darah yang mengandung biru Evans keluar ke jaringan yaitu pada daerah penyuntikan dan menghasilkan bentolan biru (Kindt, 2007). Mencit yang mengalami reaksi hipersensitivitas terlihat bentolan biru di punggungnya (Gambar 2) peningkatan perpanjangan waktu timbul bentolan, waktu yang paling baik adalah subfraksi nheksan etil asetat (2:1) pada dosis 100 mg/kg BB yaitu 106 detik dan diikuti oleh subfraksi nheksan etil asetat (2:1) pada dosis 50 mg/kg BB yaitu 103,75 detik. Ini menunjukkan bagaimana tubuh mencit yang telah diberikan zat aktif memberikan respon terhadap putih telur yang masuk. Adanya zat aktif diperkirakan dapat menghambat pelepasan mediator terutama histamin dari sel mast dan sel leukosit melalui pendudukan reseptor mediator itu sendiri. Hasil uji statistik analisa varian dua arah dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan memperlihatkan bahwa subfraksi meniran memberikan efek secara bermakna terhadap reaksi hipersensitivitas. Subraksi yang menunjukkan pengaruh paling baik dalam menghambat reaksi hipersensitivitas adalah subfraksi nheksan etil asetat (2;1) seperti terlihat pada Tabel I. Tabel I. Hasil analisa uji lanjut Duncan waktu kemunculan bentolan biru pada punggung mencit yang diinduksi dengan putih telur ayam ras berdasarkan subfraksi. Gambar 2. Mencit yang mengalami reaksi hipersensitivitas kutan aktif. Pada pengujian subfraksi meniran terhadap reaksi hipersensitivitas menunjukkan bahwa waktu timbul bentolan biru untuk kontrol lebih cepat yaitu 85 detik, sedangkan untuk hewan yang diberi subfraksi dan pembanding Pengamatan terhadap Subset diameter bentolan Fraksi biru memperlihatkan N 1 2 kemampuan 3 4 zat Kontrol uji menghambat pembesaran diameter bentolan biru yaitu diameter bentolan biru yang Fraksi muncul 4:1 8 pada mencit kelompok uji lebih kecil dari pada kelompok kontrol. Sufraksi Fraksi 9:1 yang 8 paling baik menghambat diameter bentolan biru adalah subfraksi n heksan Fraksi 2:1 etil asetat 8 (4:1) Tabel II Pembanding Sig

10 Tabel II. Hasil analisa uji lanjut Duncan diameter bentolan biru pada punggung mencit yang diinduksi dengan putih telur ayam ras berdasarkan subfraksi. Fraksi N Subset Fraksi :1 Pembanding Fraksi :1 Sedangkan pada parameter waktu tidak memberikan efek secara bermakna. Fraksi :1 Kontrol Sig Tabel III. Hasil analisa uji lanjut Duncan intensitas warna bentolan pada punggung Mencit Putih betina yang diinduksi dengan putih telur ayam ras berdasarkan subfraksi. Fraksi Pemban ding N Subset Fraksi 4: Fraksi 2: Fraksi 9: Kontrol Sig Pengamatan terhadap intensitas warna bentolan biru memperlihatkan perbedaan tingkat warna yang dimunculkan pada permukaan kulit punggung mencit, karena ketika dilatasi terjadi maka biru Evans semakin mudah dan banyak keluar bersama albumin, namun ketika terjadi penghambatan terhadap kerja histamin maka biru Evans semakin sukar dan sedikit yang keluar dari pembuluh darah, sehingga warna biru yang muncul akan semakin tidak jelas. Dari hasil terlihat bahwa subfraksi meniran dapat menurunkan intensitas warna bentolan biru, dimana mencit yang diberi subfraksi intensitas warna biru yang timbul lebih kecil dibandingkan mencit kontrol. Subfraksi yang paling baik dalam menghambat intensitas warna bentolan biru adalah subfraksi nheksan etil asetat (4:1) seperti Tabel III. Dari ketiga subfraksi, maka subfraksi nheksanetil asetat (4:1) memberikan efek penurunan waktu, diameter dan intensitas warna bentolan biru pada punggung mencit yang mengalami reaksi hipersensitivitas tipe I. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Subfraksi etil asetat dari herba meniran dapat menghambat reaksi hipersensitivitas tipe I dengan cara memperpanjang waktu bentolan, memperkecil diameter bentolan dan menurunkan intensitas bentolan. 2. Efek dari sub fraksi etil asetat memperpanjang waktu timbul bentolan biru paling baik adalah pada sub fraksi nheksan : etil asetat (2:1) 15

11 DAFTAR PUSTAKA Anonym Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste, Italy : ICSUNIDO. Arvind, K.T., Ram K.V., Anil K.G., Madan M.G and Suman P.S Quantitative Determination of Phyllanthin and Hypophyllanthin in Phyllanthus. Species by Highperformance Thin Layer Chromatography. Phytochem. Anal. 17: Bellanti, J.A Immunologi III. Washington. D.C: Georgetown University School of Medicine. Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I Imunologi Dasar, Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Dalimartha, S Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Trubus Agriwidjaya. Jakarta Farmakope Hebal Indonesia Edisi I. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Novelin, F Uji aktivitas beberapa subfraksi dari ekstrak etil asetat herba meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag mencit putih jantan. Skripsi. Padang: Fakultas Farmasi, Universitas Andalas Farhan, I uji aktivitas subfraksi dari tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap titer antibodi dan jumlah sel leukosit. Skripsi, Padang: Fakultas Farmasi, Universitas Andalas Khan S., AlQurainy1 F., Ram M., Ahmad S., Abdin M.Z Phyllanthin Biosynthesis in Phyllanthus amarus : Schum and Thonn Growing at Different Altitudes. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4(1) : Kindt, T.J., Goldsby, R.A. and Osborn, B.A Kuby Immunology. New York: WH Freeman and Company. Kresno, S.B Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi II. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Putri. N.S Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sudusudu (Euphorbia nerlifolia Auct. Non L). terhadap reaksi anafilaksis kutan aktif. Skripsi. Padang : Fakultas Farmasi, Universitas Andalas. Subowo Imunologi Klinik. Cetakan I. Bandung. Penerbit Angkasa Bandung. Taylor. L Herbal Secrets of the Rainforest, 2nd edition, Sage Press, Inc. 16

12

13

UJI AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI ETIL ASETAT DARI HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn.) TERHADAP REAKSI HIPERSENSITIVITAS KUTAN AKTIF

UJI AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI ETIL ASETAT DARI HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn.) TERHADAP REAKSI HIPERSENSITIVITAS KUTAN AKTIF Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18, No.1, 2013, halaman 9-16 ISSN : 1410-0177 UJI AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI ETIL ASETAT DARI HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn.) TERHADAP REAKSI HIPERSENSITIVITAS

Lebih terperinci

Yufri Aldi, Idil Farhan dan Dian Handayani Fakultas Farmasi Universitas Andalas ABSTRAK

Yufri Aldi, Idil Farhan dan Dian Handayani Fakultas Farmasi Universitas Andalas ABSTRAK UJI AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI EKSTRAK ETIL ASETAT DARI HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn.) TERHADAP TITER ANTIBODI DAN JUMLAH SEL EUKOSIT PADA MENCIT PUTIH JANTAN Yufri Aldi, Idil Farhan dan Dian

Lebih terperinci

Universitas Andalas FAKULTAS FARMASI

Universitas Andalas FAKULTAS FARMASI Universitas Andalas FAKULTAS FARMASI No. DAFTAR JADWAL KULIAH Semester : Ganjil 2016/2017 Matakuliah Nama Paket Jadwal Tatap Muka Sks Kelas Semester Prodi Nama Dosen Kode Ruang Kode Nama Senin Selasa Rabu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) ABSTRAK Syilfia Hasti, Elka Yuslinda, Nofri Hendri Sandi, Wan

Lebih terperinci

SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I)

SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I) SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I) Meniran Klasifikasi Meniran Famili : Euphorbiaceae Spesies : Phylanthus urinaria Linn. atau Phyllanthus niruri Sinonim : Phylanthus alatus Bl. ; P. cantonensis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Yufri Aldi, Yahdian Rasyadi dan Dian Handayani

ARTIKEL PENELITIAN. Yufri Aldi, Yahdian Rasyadi dan Dian Handayani ARTIKEL PENELITIAN Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1), 20-26 Aktivitas Imunomodulator dari Ekstrak Etanol Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Ayam Broiler Immunomodulatory Activity of Meniran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan

Lebih terperinci

AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI HERBA MENIRAN (Phyllanthusniruri Linn.) TERHADAP AKTIVITAS DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG

AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI HERBA MENIRAN (Phyllanthusniruri Linn.) TERHADAP AKTIVITAS DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG AKTIVITAS BEBERAPA SUBFRAKSI HERBA MENIRAN (Phyllanthusniruri Linn.) TERHADAP AKTIVITAS DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG Yufri Aldi, Frisky Novelin dan Dian Handayani Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN Dosen Pembimbing: Wilda Wildaniah, S.Si Disusun Oleh : Dessi Anggraeni (138913) Ginanti Saputri (138925) Rifqi Nusirwan

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa Linn.) TERHADAP TITER ANTIBODI DAN JUMLAH SEL LEUKOSIT PADA MENCIT PUTIH JANTAN

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa Linn.) TERHADAP TITER ANTIBODI DAN JUMLAH SEL LEUKOSIT PADA MENCIT PUTIH JANTAN AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa Linn.) TERHADAP TITER ANTIBODI DAN JUMLAH SEL LEUKOSIT PADA MENCIT PUTIH JANTAN Yufri Aldi dan Suhatri Fakultas Farmasi Universitas Andalas ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK FRAKSI n-heksana DAN FRAKSI ETIL ASETAT Phyllanthus niruri L HERBA TERHADAP PERSENTASE EOSINOFIL PADA APUS DARAH MENCIT DENGAN DERMATITIS ALERGIKA DAN UJI KUALITATIF SENYAWA AKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam adalah kenaikan suhu diatas normal. bila diukur pada rectal lebih dari 37,8 C (100,4 F), diukur pada oral lebih dari 37,8 C, dan bila diukur melalui

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Yufri Aldi 1, Muhammad Syafrudin 2 & Elisma 2

ARTIKEL PENELITIAN. Yufri Aldi 1, Muhammad Syafrudin 2 & Elisma 2 ARTIKEL PENELITIAN Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(2), 150-158 Aktivitas Ekstrak Daun Suji (Dracaena angustifolia Roxb.) sebagai Antianafilaksis Kutan Aktif pada Mencit Putih Jantan Ethanolic Extract

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jintan hitam (Nigella sativa) yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol BAB 1 PENDAHULUAN Demam merupakan suatu gejala adanya gangguan kesehatan, terjadi kelainan pada sistem pengaturan suhu tubuh, sehingga suhu tubuh meningkat melebihi batas normal. Peningkatan suhu tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika merupakan suatu reaksi hipersensitivitas, yang disebut juga sebagai dermatitis atopik. Penderita dermatitis atopik dan atau keluarganya biasanya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Hasil 4.L1. Ujifitokimiadaun Quercus gemelilflorg Bi Pada uji fitokimia terhadap daun Quercus gemelilflora Bi memberikan hasil yang positif terhadap steroid, fenolik dan

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

Lampiran 1. Surat Ethical clearance Lampiran 1. Surat Ethical clearance 41 Lampiran 2. Surat identifikasi tumbuhan 42 Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan mahkota dewa Gambar : Tumbuhan mahkota dewa Gambar : Daun mahkota dewa 43 Lampiran 3

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU SAWO (HELIXANTHERE SP) HASIL EKSTRAKSI SOXHLETASI DAN PERKOLASI 1 Mauizatul Hasanah, 2 Febi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prevalensi penyakit terkait inflamasi di Indonesia, seperti rematik (radang sendi) tergolong cukup tinggi, yakni sekitar 32,2% (Nainggolan, 2009). Inflamasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

AINUN RISKA FATMASARI

AINUN RISKA FATMASARI AINUN RISKA FATMASARI 10703043 EFEK IMUNOSTIMULASI EKSTRAK AIR HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA URB) DAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Parameter Nonspesifik Ekstrak Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu dengan mengamati kemungkinan diantara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) Gloria Sindora 1*, Andi Hairil Allimudin 1, Harlia 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman ISSN :

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman ISSN : Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman 40-43 ISSN : 1410-0177 UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL, FRAKSI n-heksana DAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika adalah suatu peradangan pada kulit yang didasari oleh reaksi alergi/reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Hasil 4.1.1. Isolasi kulit batang tumbuhan Polyalthia sp (Annonaceae) Sebanyak 2 Kg kulit batang tuinbulian Polyalthia sp (Annonaceae) kering yang telah dihaluskan dimaserasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh: MUTIA HARISSA No. BP 0811013150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 EFEK IMUNOMODULATOR FRAKSI N-HEKSAN DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) TERHADAP RESPON HIPERSENSITIVITAS DAN TITER ANTIBODI SEL IMUN MENCIT JANTAN SKRIPSI OLEH: SITI KHADIJAH NIM 111501159

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh langsung terhadap kekayaan

Lebih terperinci

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH Elly Kendali Larasati, Islamudin Ahmad, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTI ANAFILAKSIS KUTAN AKTIF DARI EKSTRAK ETANOL BUNGA KINCUNG (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) PADA MENCIT PUTIH JANTAN

UJI EFEK ANTI ANAFILAKSIS KUTAN AKTIF DARI EKSTRAK ETANOL BUNGA KINCUNG (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) PADA MENCIT PUTIH JANTAN UJI EFEK ANTI ANAFILAKSIS KUTAN AKTIF DARI EKSTRAK ETANOL BUNGA KINCUNG (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) PADA MENCIT PUTIH JANTAN Widya Kardela 2), Yufri Aldi 1), Rozi Efendi 2) 1) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat 47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis. AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis Ari Eka Suryaningsih 1), Sri Mulyani 1), Estu Retnaningtyas N 2) 1) Prodi P.Kimia Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan 4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA ASAM 4-METOKSIBENZOIL SALISILAT RUTH SETIAWATI CHRISTANTO FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA ASAM 4-METOKSIBENZOIL SALISILAT RUTH SETIAWATI CHRISTANTO FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA ASAM 4-METOKSIBENZOIL SALISILAT RUTH SETIAWATI CHRISTANTO 2443006036 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI ASAM 4-METOKSIBENZOIL

Lebih terperinci

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051) PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051) Tanggal Praktikum : 02 Oktober 2014 Tanggal Pengumpulan: 9 Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :peralatan distilasi, neraca analitik, rotary evaporator (Rotavapor

Lebih terperinci

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci