TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbau Populasi Ternak Kerbau di Indonesia
|
|
- Yenny Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbau Kerbau termasuk dalam sub-famili Bovinae, genus Bubalus. Kerbau domestik (Bubalus bubalus) terbagi menjadi dua kelompok yaitu kerbau Rawa (swamp buffalo) dan kerbau Sungai (river buffalo). Kerbau Rawa dan kerbau Sungai mempunyai karakteristik yang berbeda. Kerbau Rawa memiliki tanduk yang melengkung ke belakang, sedangkan kerbau Sungai memiliki tanduk yang melingkar ke bawah. Kerbau Sungai merupakan kerbau penghasil susu. Produksi susu seekor ternak kerbau Sungai mencapai 6-7 liter/hari. Kerbau Rawa umumnya digunakan sebagai ternak pekerja dan penghasil daging. Kerbau Rawa tidak dapat digunakan sebagai ternak penghasil susu karena hanya mampu menghasilkan susu sebanyak 1-1,5 liter/hari (Hasinah dan Handiwirawan, 2006). Kerbau Rawa jantan dan betina memiliki umur pubertas yang berbeda. Kerbau Rawa jantan lebih cepat mengalami pubertas daripada kerbau Rawa betina. Rata-rata seekor kerbau Rawa jantan akan mengalami pubertas pada umur 24,77 bulan, sedangkan kerbau Rawa betina mengalami pubertas di umur 27,23 bulan. Kerbau Rawa mulai beranak pada umur 3,9 tahun dan memiliki masa kebuntingan sekitar 11 bulan (Muthalib, 2006). Jarak beranak kerbau Rawa adalah bulan. Kerbau Rawa memiliki pertambahan bobot badan harian sekitar 0,3-0,9 kg dengan persentase karkas < 50% (Diwyanto dan Handiwirawan, 2006). Populasi Ternak Kerbau di Indonesia Populasi ternak kerbau di Indonesia mencapai ekor pada tahun 2010 dan tersebar di seluruh provinsi. Persebaran populasi ternak kerbau ini cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Angka pertumbuhan populasi ternak kerbau di Indonesia pada tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Meskipun mengalami peningkatan, pertumbuhan populasi kerbau dinilai tidak berkembang dengan semestinya. Hal tersebut disebabkan karena kerbau memiliki angka kelahiran yang rendah, dewasa tubuh yang lambat serta daya tahan tubuh terhadap panas yang rendah (Indraningsih et al., 2006).
2 Tabel 1. Penyebaran Populasi Kerbau di Indonesia pada Tahun Provinsi Aceh 371, , , , ,179 Sumut 261, , , , ,084 Sumbar 211, , , , ,459 Riau 51,791 50,362 49,116 51,697 52,674 Jambi 72,117 72,206 72,008 73,852 76,133 Sumsel 86,777 90,160 77,271 75,217 83,167 Bengkulu 48,693 51,255 29,105 32,038 35,400 Lampung 36,408 38,991 40,016 42,346 42,721 Babel Kepri DKI Jakarta Jabar 149, , , , ,890 Jateng 112, , , , ,616 DI Yogya 4,990 4,761 4,607 4,312 4,363 Jatim 54,198 53,364 49,700 49,698 49,700 Banten 146, , , , ,670 Bali 6,775 5,988 4,474 4,122 4,162 NTB 155, , , , ,702 NTT 142, , , , ,409 Kalbar 4,079 2,222 2,278 1,772 1,808 Kalteng 16,560 17,100 17,186 5,740 5,797 Kalsel 41,435 43,096 43,971 44,603 45,789 Kaltim 8,810 9,091 11,691 13,401 13,454 Sulut Sulteng 4,491 4,181 4,234 4,256 4,290 Sulsel 129, , , , ,543 Sultra 7,613 6,951 7,708 7,031 7,172 Gorontalo Sulbar 16,157 14,833 14,920 13,028 15,058 Maluku 23,164 25,303 26,012 27,565 29,211 Malut Irjabar Papua 1,290 1,319 1,365 1,396 1,536 Indonesia 2,166,606 2,085,779 1,930,716 1,932,927 2,010,077 Sumber: Direktorat Jendral Peternakan (2010) Pertumbuhan populasi kerbau yang cenderung meningkat, menunjukkan bahwa kerbau memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan daging merah di Indonesia. Populasi kerbau di Jawa yang cenderung menurun, disebabkan karena tingginya pemotongan kerbau yang tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitasnya
3 (Indraningsih et al., 2006). Muljadi et al. (1980) menyatakan bahwa di Pulau Jawa, sebagian besar peternak kerbau hanya menggunakan kerbau sebagai ternak pekerja, penghasil pupuk serta sebagai tabungan saja. Kelebihan dan Kelemahan Ternak Kerbau Kerbau memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia, namun kontribusi kerbau sebagai ternak penghasil daging di Indonesia masih relatif kecil. Meningkatnya impor daging sapi dan bakalan ke Indonesia menyebabkan terjadinya keterbatasan penyediaan oleh negara eksportir, sehingga terjadi kenaikan harga sapi bakalan impor untuk penggemukan. Harga bobot hidup ternak kerbau yang lebih murah menjadi salah satu alasan kerbau sebagai ternak alternatif dalam kegiatan penggemukan (Anggraeni dan Triwulanningsih, 2007). Tingkat konsumsi daging kerbau di Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan daging yang dihasilkan relatif alot. Umumnya ternak kerbau adalah ternak pekerja. Pemotongan ternak kerbau dilakukan ketika ternak berumur tua, sehingga daging yang dihasilkan lebih alot dan kurang diminati konsumen. Daging kerbau memiliki struktur, komposisi kimia, nilai nutrisi, palatabilitas dan karkas yang hampir sama dengan daging sapi, perbedaan antara daging kerbau dengan daging sapi terletak pada lemakya. Kandungan lemak daging kerbau adalah sekitar 2,42 gram/100 gram, sedangkan daging sapi mengandung sekitar 10,15 gram pada setiap 100 gram daging. Kandungan lemak pada daging kerbau yang lebih sedikit, menyebabkan rendahnya kolesterol yang terkandung dalam daging kerbau. Hal ini menunjukkan bahwa daging kerbau dapat digunakan sebagai alternatif pangan sehat (Usmiati dan Priyanti, 2006). Kerbau lokal memiliki potensi yang cukup besar sebagai ternak penghasil daging. Kerbau memiliki keunggulan seperti mudah menyesuaikan diri, mampu memanfaatkan pakan yang mengandung serat kasar tinggi dan bermutu rendah dibandingkan sapi. Kemampuan cerna serat kasar kerbau 5% lebih tinggi daripada sapi (Hasinah dan Handiwirawan, 2006). Priyanti et al. (2005) menyatakan bahwa kerbau merupakan ternak yang mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang cukup keras sepanjang tersedia kubangan dan dapat dikembangkan dalam pola ekstensif maupun terintegrasi secara insitu dengan budidaya tanaman lain seperti pertanian, perkebunan, hutan tanaman
4 industri dan lain sebagainya. Kerbau dapat berkembang dengan baik di daerah agroekosistem yang bervariasi, seperti di padang penggembalaan Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki iklim kering. Kerbau juga mampu berkembang dengan baik di wilayah persawahan irigasi maupun non irigasi, serta di daerah pegunungan dan dataran rendah yang berawa-rawa di Kalimantan Selatan. Kemampuan kerbau untuk dapat berkembang dengan baik di berbagai variasi agroekosistem tersebut menunjukkan bahwa kerbau memiliki daya adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan (Hasinah dan Handiwirawan, 2006). Ternak kerbau juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu ketidaktahanan terhadap udara yang panas. Pola pengadaptasian kerbau terhadap udara panas adalah dengan berkubang di lumpur (Hasinah dan Handiwirawan, 2006). Ternak kerbau tetap memerlukan tempat untuk berkubang ketika dipelihara secara intensif (Diwyanto dan Handiwirawan, 2006). Hal ini disebabkan oleh kulit kerbau yang tebal, berwarna keabu-abuan, berambut hitam serta hanya memiliki sedikit kelenjar keringat sehingga kurang tahan terhadap cuaca yang panas. Kebiasaan berkubang kerbau berfungsi untuk membantu termoregulasi tubuh, agar fungsi fisiologi tubuh kerbau dapat berjalan dengan normal ketika cuaca panas. Kebiasaan berkubang kerbau sangat berpengaruh terhadap pertambahan berat badan kerbau (Poerwoto dan Dania, 2006). Populasi kerbau memiliki laju perkembangan yang lambat. Lambatnya laju perkembangan populasi kerbau ini disebabkan oleh produksi dan produktivitas ternak kerbau yang rendah, angka kelahiran yang rendah dan kematian anak pra sapih yang tinggi mencerminkan rendahnya produksi dan produktivitas kerbau. Permasalahan ini dipengaruhi oleh sifat alami ternak kerbau yaitu memiliki pertumbuhan yang lambat, angka reproduksi rendah, masa kebuntingan yang lebih panjang daripada sapi, serta daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit. Kerbau memiliki umur dewasa kelamin yang lebih lambat daripada sapi yaitu sekitar tiga tahun dan calving interval sekitar dua tahun (Diwyanto dan Handiwirawan, 2006). Selain itu keterbatasan bibit unggul, kualitas pakan yang rendah, kurangnya modal dan pengetahuan petani terhadap reproduksi kerbau, serta terbatasnya ketersediaan teknologi tepat guna menjadi faktor lain penyebab rendahnya tingkat produksi dan produktivitas ternak kerbau (Siregar dan Diwyanto, 1995).
5 Sistem Pemeliharaan Ternak kerbau Pemeliharaan kerbau dengan sistem intensif belum banyak dilakukan di Indonesia. Pada umumnya, kerbau dipelihara dengan cara digembalakan di padang rumput, sehingga hijauan menjadi makanan utamanya. Hal tersebut menandakan bahwa pakan ternak kerbau tidak berbeda dengan pakan sapi, yaitu terdiri dari hijauan serta limbah hasil pertanian atau perkebunan (Indraningsih et al., 2006). Kondisi lahan yang semakin sempit menimbulkan permasalahan karena menyebabkan terbatasnya ketersediaan pakan kerbau yang digembalakan. Petani kecil mengatasi permasalahan tersebut dengan memanfaatkan jerami padi, namun jerami padi tidak cukup baik untuk digunakan sebagai pakan ternak kerbau, karena kandungan protein dan karbohidratnya rendah (Dania dan Poerwoto, 2006). Kerbau yang dipelihara secara intensif cenderung menggunakan limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakannya. Namun penggunaan limbah tersebut belum dilakukan secara optimal karena peternak tidak mengetahui kualitas serta kandungan nutrisi dari limbah yang digunakan (Indraningsih et al., 2006). Produktivitas seekor ternak tergantung pada pakan yang diberikan, sehingga pemberian pakan harus mempertimbangkan kualitas, kandungan nutrisi serta ketersediaannya (Indraningsih et al., 2006). Kerbau merupakan ternak potensial untuk dijadikan ternak pedaging. Upaya peningkatan produktivitas kerbau dapat dilakukan dengan perbaikan manajemen pakan dan manajemen pemeliharaan. Perbaikan kualitas pakan diharapkan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak kerbau. Pemberian pakan serat dan konsentrat berkualitas mampu memberikan laju PBBH hingga 1 kg/hari (Anggraeni dan Triwulanningsih, 2007). Hendratno et al. (1981) melaporkan bahwa pemberian pakan tambahan berupa bungkil kedelai sebanyak 1,75 kg/ekor/hari pada kerbau jantan umur 2,5-3 tahun menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0,75 kg/ekor/hari. Pemberian dedak halus sebanyak 2 kg dan 4 kg/ekor/hari menghasilkan pertambahan bobot badan masing-masing sebesar 0,7 dan 0,78 kg/ekor/hari. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) populasinya mendominasi sapi potong di Indonesia. Potensi biologik dan reproduksi sapi PO memiliki variasi yang cukup
6 besar. Sapi PO memiliki respon yang baik terhadap perubahan dan perbaikan pakan. Nilai rata-rata yang pernah dilaporkan untuk pertambahan bobot badan harian sapi PO antara lain 0,62 kg (prasapih), 0,24 kg (pascasapih), 0,34-0,37 kg (umur 4-12 bulan), 0,31-0,40 kg (umur bulan), dan 0,44-0,91 kg (umur 2 tahun) (Astuti, 2004). Sapi PO adalah sapi yang diperoleh dari persilangan sapi Sumba Ongole dan Sapi Jawa. Sapi PO memiliki karakteristik meliputi ukuran tubuh yang besar dan panjang, berwarna putih (namun punuk sampai leher berwarna putih keabu-abuan dan lututnya berwarna hitam), memiliki kepala yang panjang, tanduknya pendek dan tumpul yang pada bagian pangkalnya berukuran besar, selain itu sapi PO juga memiliki gelambir yang lebar, bergantung, dan berlipat yang tumbuh sampai tali pusar (Payne and Hodges, 1997). Pertumbuhan Ternak Pertumbuhan adalah serangkaian perubahan ukuran pada berat hidup ternak, bentuk ternak, dimensi linear dan komposisi tubuh ternak, serta perubahan komponen-komponen tubuh ternak yang meliputi otot, lemak, tulang dan organ. Pertumbuhan seekor ternak adalah kesatuan dari pertumbuhan komponen-komponen tubuhnya. Pertumbuhan komponen-komponen pada tubuh ternak memiliki laju yang berbeda. Perbedaan laju pertumbuhan komponen-komponen pada tubuh ternak, menyebabkan diferensiasi individual sel dan organ. Diferensiasi menyebabkan perbedaan morfologis atau kimiawi seperti perubahan sel-sel embrio menjadi sel-sel otot, tulang, hati, jantung, ginjal, otak,saluran pencernaan, organ reproduksi serta alat pernafasan (Soeparno, 2005). Pertumbuhan memiliki tiga proses yang utama. Pertama adalah proses dasar pertumbuhan seluler. Pertumbuhan seluler meliputi hyperplasia serta hipertrofi. Hiperplasia adalah pertambahan atau produksi sel-sel baru. Hipertrofi merupakan pembesaran sel serta pertambahan material struktural nonprotoplasmik, contohnya yaitu deposisi lemak, glikogen, plasma darah dan kartilago (Hammond et al., 1984). Perkembangan merupakan kemajuan gradual kompleksitas yang lebih rendah menjadi kompleksitas yang lebih tinggi. Goodwin (1977) mengartikan perkembangan sebagai perubahan bentuk atau konformasi tubuh. Periode
7 pertumbuhan dan perkembangan dibedakan menjadi periode prenatal (sebelum lahir) dan periode postnatal (setelah lahir). Periode pertumbuhan prenatal terbagi atas tiga periode, yaitu periode ovum, embrio dan fetus, sedangkan periode pertumbuhan postnatal dibedakan menjadi dua periode, yaitu sebelum penyapihan dan sesudah penyapihan. Laju pertumbuhan postnatal mula-mula terjadi sangat lambat, lalu cepat, dan akan berangsur melambat kembali, kemudian pertumbuhan akan berhenti ketika ternak mencapai kedewasaan (Swatland, 1984). Pertumbuhan memiliki tiga proses yang utama. Pertama adalah proses dasar pertumbuhan seluler. Pertumbuhan seluler meliputi hyperplasia serta hipertrofi. Hiperplasia adalah pertambahan atau produksi sel-sel baru. Hipertrofi merupakan pembesaran sel serta pertambahan material struktural nonprotoplasmik, contohnya yaitu deposisi lemak, glikogen, plasma darah dan kartilago (Hammond et al., 1984). Ternak dalam satu bangsa memiliki perbedaan dalam merespon faktor-faktor yang berasal dari lingkungan seperti nutrisional, fisis dan mikrobiologis. Perbedaan respon tersebut mengakibatkan perbedaan kadar laju pertumbuhan. Perbedaan laju pertumbuhan di antara bangsa ternak dan individu ternak dalam suatu bangsa disebabkan karena ukuran tubuh dewasa yang berbeda. Bangsa ternak yang besar akan lahir dengan bobot lebih berat serta memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada bangsa ternak yang kecil (Berg dan Butterfield, 1976). Nutrisi adalah faktor yang memberikan pengaruh besar pada pertumbuhan. Pemberian pakan pada ternak harus memperhatikan komposisi nutrisinya. Sistem pemeliharaan intensif harus menggunakan pakan yang memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan lemak yang rendah (Parakkasi 1999). Penelitian yang dilakukan Hafid (2004) menunjukkan bahwa arah pertumbuhan alometri potongan komersial karkas dari dua bangsa sapi yaitu ACC dan BX relatif sama. Pola pertumbuhan diawali dari distal kaki mengarah ke badan (proksimal), dimana pada bagian tungkai kaki (shin) depan menuju ke pangkal lengan (blade), dada (brisket) dan pundak (chuck), sedangkan dari tungkai kaki belakang (shank) menuju abdomen (flank), pangkal paha (rump) terus kearah pinggang (loin). Pada bagian dorsal tubuh pola pertumbuhan diawali dari arah leher dan punggung (chuck) menuju punggung (cuberoll) dan terhenti di pinggang (loin).
8 Loin adalah bagian tubuh yang paling lambat bertumbuh sedang yang paling awal bertumbuh adalah tungkai kaki dan kepala (cranium). Karakteristik Karkas Usaha pemotongan ternak pedaging menghasilkan komponen karkas dan komponen non karkas. Komponen karkas adalah komponen yang bernilai ekonomi lebih tinggi daripada komponen non karkas, sesuai dengan tujuan pemotongan ternak, yaitu untuk mendapatkan daging. Nilai komersil karkas sangat dipengaruhi oleh proporsi otot, tulang dan lemak (Berg dan Butterfield, 1976). Tujuan utama dari penggemukan ternak adalah memperoleh ternak dengan bobot karkas yang optimal. Kuantitas dan kualitas karkas yang baik dari seekor ternak dapat diketahui dengan melakukan penilaian karkas. Penilaian karkas dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah daging yang terdapat pada karkas. Tujuan lain dari usaha penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas. Kualitas karkas adalah nilai pada karkas yang dihasilkan oleh seekor ternak terhadap suatu kondisi pemasaran. Nilai karkas dari seekor ternak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu berat karkas, jumlah total daging yang dihasilkan, serta kualitas daging yang dihasilkan. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas karkas diantaranya adalah deposit lemak dalam karkas. Lama proses penggemukan berhubungan dengan pertambahan bobot badan, grade,dan komposisi karkas ternak. Hubungan tersebut yaitu semakin lama penggemukkan maka pertambahan bobot badan semakin turun, tetapi persentase karkas meningkat dan mencapai grade prime minimal mencapai grade standart. Lama penggemukkan juga berpengaruh pada peningkatan kadar lemak dalam karkas (Parakkasi, 1999). Kualitas karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan dan faktor setelah pemotongan. Genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan, bahan aditif dalam pakan (hormon, antibiotik dan mineral), dan stress adalah faktor-faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas karkas. Faktor setelah pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas karkas meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode penyimpanan dan preservasi (Soeparno, 2005).
9 Bobot Potong dan Bobot Karkas Bobot potong merupakan bobot ternak yang dihitung ketika ternak akan dipotong. Bobot karkas adalah bobot ternak yang telah dipotong tanpa darah, kulit, visera, kepala, ekor dan shank. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nuraini et al. (2010) bobot potong dan bobot karkas dipengaruhi oleh umur. Pada kerbau jantan umur 2-4 tahun, bobot potong dan bobot karkasnya lebih tinggi daripada kelompok umur dibawah 2 tahun. Bobot karkas dapat didasarkan pada berat segar atau estimasi berat karkas yang dihitung dari berat karkas dingin (layu) 1,02. Penyusutan berat karkas selama pelayuan diestimasikan sekitar 2%. Karkas yang kualitasnya lebih tinggi mempunyai perkembangan otot yang baik dan deposisi lemak yang memadai didalan otot intercostals (Swatland, 1984). Persentase Karkas Persentase karkas merupakan perbandingan antara berat karkas dengan berat badan dikalikan 100%. Persentase karkas terhadap berat hidup biasanya meningkat sesuai dengan peningkatan berat hidup, tetapi persentase bagian non karkas seperti kulit, darah, lambung dan usus kecil dan hati menurun. Ternak muda sebagian besar tersusun dari bagian-bagian tubuh tersebut dibandingkan dengan ternak tua dan lebih besar. Umumnya, karkas sapi memiliki presentase sebesar 50% -60% dari bobot potongnya. Kerbau memiliki persentase karkas yang relatif lebih kecil dibandingkan sapi yaitu kurang dari 50% (Diwyanto dan Handiwirawan, 2006). Daging Daging pada setiap bagian tubuh ternak memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan karakter daging memberikan pengaruh pada sifat produk olahan daging yang dihasilkan. Daging adalah komponen utama karkas. Karkas juga tersusun dari lemak jaringan adipose, tulang, tulang rawan, jaringan ikat dan tendo. Komponenkomponen tersebut menentukan ciri-ciri kualitas dan kuantitas daging. Estimasi jumlah daging yang dihasilkan dari suati karkas disebut kualitas hasil (Usmiati dan Priyanti, 2006).
10 Potongan Komersial Karkas Karkas yang berasal dari ternak ruminansia besar seperti kerbau dan sapi, memiliki ukuran yang besar dan bobot yang berat. Proses transportasi karkas dalam keadaan utuh tidak praktis untuk dilakukan. Penanganan terhadap transportasi karkas kerbau dan sapi memerlukan metode tertentu untuk mempermudah pelaksanaannya, yaitu dengan cara membelah karkas menjadi empat bagian. Seperempat bagian depan karkas disebut forequarter, sedangkan seperempat bagian belakangnya disebut hindquarter. Potongan eceran karkas diperlukan untuk mempermudah pemasaran. Potongan primal karkas sapi dari bagian seperempat karkas depan terdiri dari bahu (chuck) termasuk leher, rusuk, paha depan, dada (breast) yang dibedakan menjadi dua yaitu dada depan (brisket) dan dada belakang (blade). Bagian seperempat karkas belakang terdiri dari paha (round) dan paha atas (rump), loin (sirloin dan tenderloin), serta flank (Soeparno, 2005). Bagian seperempat karkas depan (forequarter) dan seperempat karkas belakang (hindquarter) diperoleh dengan memisahkan rusuk 12 dan 13. Rusuk terakhir termasuk ke dalam bagian seperempat karkas belakang. Pemisahan potonganpotongan primal seperempat karkas depan dan seperempat karkas belakang dilakukan dengan menghitung tujuh vertebral central kearah depan (dalam posisi karkas tergantung ke arah bawah) dari perhubungan sacrallumbar. Bagian seperempat karkas depan dan seperempat belakang dipisahkan dengan pemotongan otot-otot intercostals dan abdominal mengikuti bentuk melengkung dari rusuk ke 12. Bagian bahu dipisahkan dari rusuk dengan memotongan secara tegak lurus melalui vertebral column dan otot intercostals atau antara rusuk ke-lima dan ke-enam. Rusuk dari dua dada belakang dipisahkan dengan membuat potongan dari anterior ke posterior. Bahu dari dada depan (brisket) dipisahkan dengan memotong tegak lurus rusuk ke lima, kira-kira arah proximal terhadap tulang siku (olecranon) (Soeparno, 2005). Potongan primal karkas bagian seperempat belakang diawali dengan memisahkan ekses lemak didekat pubis dan di bagian posterior otot abdominal. Flank dipisahkan dengan cara memotong ujung distal tensor fascia lata, anterior dari rectus femoris kearah rusuk ke 13 (kira-kira 20 cm dari vertebral column). Bagian paha (round) dipisahkan dari paha atas (rump) dengan memotong melalui bagian
11 distal terhadap ichium kira-kira berjarak 1 cm, sampai bagian kepala dari tulang femur, kemudian paha atas dipisahkan dari sirloin dengan memotong antara vertebral sacral ke empat dan ke lima dan berakhir dibagian ventral terhadap acetabulum pelvis. Sirloin dipisahkan dari shortloin dengan suatu potongan tegak lurus terhadap vertebral column dan melalui vertebral lumbar, antara lumbar ke-lima dan ke-enam (Soeparno, 2005). Minyak Ikan Lemuru Maryana (2002) menyatakan bahwa minyak ikan lemuru (sardinella longiseps) merupakan hasil samping pada industri pengalengan ikan lemuru yang memiliki potensial sebagai sumber asam lemak tak jenuh. Minyak ikan lemuru mengandung konsentrasi EPA (% b/b dari total asam lemak) lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak essensialnya (EPA 7,8% b/b vs asam stearat 0,9% b/b, asam oleat 2,1% b/b, asam linoleat 0,3% b/b, asam linolenat 0,2% b/b dan DHA 3,1% b/b) (Tasse, 2010). Kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak ikan lemuru adalah sekitar 85,61%. Manfaat penambahan lemak dalam pakan ruminansia adalah sebagai sumber asam lemak esensial, meningkatkan jumlah energi pada ransum, meningkatkan palatabilitas ransum dan menurunkan produksi metan dalam rumen serta memperbaiki rasio asetat dan propionat. Peningkatan palatabilitas ransum akan meningkatkan total konsumsi ransum pada ternak. Penurunan produksi metan di dalam rumen, akan meningkatkan efiensi penggunaan energi (Parakkasi, 1999). Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) Bahan dasar dalam pembuatan Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) adalah minyak ikan lemuru. CGKK dibuat dengan dengan mencampurkan minyak ikan lemuru dengan larutan asam klorida (HCl). Larutan HCl (1:1,25 b/v) akan menghidrolisis minyak ikan. Hidrolisis asam merupakan hidrolisis yang digunakan dalam pembuatan CGKK. Hidrolisis asam bertujuan membentuk asam lemak bebas, Asam lemak tak jenuh bebas dapat terbentuk akibat proses oksidasi. Keunggulan dari hidrolisis asam adalah waktu dalam pembentukan asam lemak bebas yang lebih cepat sehingga asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak ikan lemuru tidak banyak teroksidasi. Agar tidak mudah teroksidasi maka hidrolisis asam minyak ikan diberi tambahan larutan KOH. Hidrolisis asam minyak ikan tersebut akan
12 menghasilkan garam karboksilat. Garam karboksilat yang telah terbentuk kemudian dicampur dengan onggok dengan perbandingan dan dikeringkan di dalam oven yang bersuhu 32 o C sampai kadar airnya 15% (Tasse, 2010).
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kerbau Karakteristik Ternak Kerbau
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kerbau Kerbau merupakan hewan ruminansia dari sub family Bovinae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).
Lebih terperinciAnimal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :
Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 123 132 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DAN EDIBLE PORTION PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DIBERI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan Juni sampai dengan September 2011. Pengolahan minyak ikan Lemuru ke dalam bentuk Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus
TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Alometri dan Distribusi Daging Pertumbuhan alometri merupakan kajian tentang pertumbuhan relatif dimana perubahan-perubahan proporsional tubuh dibandingkan dengan peningkatan
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya,
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Lokasi Penelitian di Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar dengan luas lebih kurang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian di Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar dengan luas lebih kurang ± 927,17 km, batas-batas Kecamatan XIII Koto Kampar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang bernilai gizi tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan sehat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut pangan hewani sangat memegang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan Persentase Komponen Karkas Komponen karkas terdiri dari daging, tulang, dan lemak. Bobot komponen karkas dapat berubah seiring dengan laju pertumbuhan. Definisi pertumbuhan
Lebih terperinci1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi. adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk
13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk perkotaan, pendidikan dan pengetahuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan
Lebih terperinciProsedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH
Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH Pemotongan hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) harus dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga
Lebih terperinciTatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU
Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya
TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan di kandang Lapangan Percobaan, Blok B Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak domba
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,
Lebih terperincidan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Zoologis Sapi Menurut blakely dan bade, (1998) Secara umum klasifikasi Zoologis ternak sapi adalah sebagai berikut Kingdom Phylum Sub Pylum Class Sub Class Ordo Sub
Lebih terperinciTINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Sapi Pasundan Sapi Pasundan sebagai sapi lokal Jawa Barat sering disebut sebagai sapi kacang. Istilah sapi kacang merupakan predikat atas karakter kuantitatif yang
Lebih terperinciFORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN
AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing
Lebih terperinciKANDUNGAN NUTRISI DAN ASAM LEMAK DAGING KERBAU RAWA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIGEMUKKAN DENGAN SUPLEMENTASI CAMPURAN GARAM KARBOKSILAT KERING
KANDUNGAN NUTRISI DAN ASAM LEMAK DAGING KERBAU RAWA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIGEMUKKAN DENGAN SUPLEMENTASI CAMPURAN GARAM KARBOKSILAT KERING SKRIPSI YUNIA DEVIA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kerbau
TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Kerbau merupakan ternak penghasil daging merah dan susu. Kerbau di Indonesia juga banyak digunakan sebagai ternak pengangkut dan pembajak sawah. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien
HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuh-Kembang Karkas dan Komponennya Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien pertumbuhan relatif (b) terhadap bobot tubuh kosong yang nyata lebih tinggi (1,1782)
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciGambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang
II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa
TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo berasal
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban
TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan
PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan protein hewani yang murah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi Filum Class Ordo Famili Genus Subgenus : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Bos : Bibos sondaicus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK
TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK PROSES PERTUMBUHAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERKEMBANGAN Perkembangan : perubahan dalam bentuk badan dan konformasi yang diakibatkan oleh pertumbuhan diferensial dari jaringan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer
Lebih terperinciROAD MAP PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI KERBAU Kegiatan Pokok
33 Propinsi ROAD MAP PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI KERBAU 2014 5 Kegiatan Pokok Target Pencapaian Swasembada Daging Sapi Kerbau Tahun 2014 20 Propinsi Prioritas Kelompok I Daerah prioritas IB yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kabupaten Rembang terletak di ujung Timur laut Propinsi Jawa Tengah yang dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), pada garis koordinat 111,000'- 111,030'
Lebih terperinciLAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018
LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN
Lebih terperinciAKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:
AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi
Lebih terperinciKERAGAAN BOBOT BADAN DAN MORFOMETRIK TUBUH KERBAU SUMBAWA TERPILIH UNTUK PENGGEMUKAN
KERAGAAN BOBOT BADAN DAN MORFOMETRIK TUBUH KERBAU SUMBAWA TERPILIH UNTUK PENGGEMUKAN A. ANGGRAENI dan E. TRIWULANNINGSIH Balitnak, PO Box 221, Bogor E-mail: Annekeanggraeni@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar
PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI
TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet
4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan daging sapi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2012)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng).
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015
No. 35/06/63/Th.XIX, 1 Juni PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN MEI TURUN 0,36 PERSEN Pada Mei NTP Kalimantan
Lebih terperinciPEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI
Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat
Lebih terperinciWORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)
WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:
Lebih terperinciKESEHATAN ANAK. Website:
KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut
Lebih terperinciTINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Garut Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris,
Lebih terperinciVIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA
Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis
TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba garut merupakan domba yang telah lama dikembangkan di daerah Garut dan biasanya berasal dari daerah Garut, Bogor. Berdasarkan sifat genetiknya, domba garut merupakan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Kerbau berasal dari india, namun telah tersebar di banyak negara termasuk
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Klasifikasi Kerbau Kerbau berasal dari india, namun telah tersebar di banyak negara termasuk Indonesia. Terdapat beberapa tipe kerbau yakni kerbau perah, kerbau pedaging, dan
Lebih terperinciVI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN
VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi
Lebih terperinciFORUM KOMUNIKASI STATISTIK DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN 2016
FORUM KOMUNIKASI STATISTIK DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN 2016 Percepatan Pelaporan Data Daging Di RPH Surakarta, 6-8 April 2016 OUTLINE A. DATA PETERNAKAN B. PENGUMPULAN DATA RPH/TPH C. PERCEPATAN DATA
Lebih terperinci